parpol kecil perkuat konsolidasi s fix - gelora45.comgelora45.com/news/sp_2017070502.pdf ·...

1
[JAKARTA] Rencana Kement- erian Dalam Negeri (Kemdagri) menaikkan dana bantuan parpol dari pemerintah dari Rp 108 menjadi Rp 1.000 per suara disambut positif. Selain karena sudah 10 tahun tidak ada kenaikan anggaran, nilai Rp 108 per suara sangat kecil. Dampaknya, praktik korupsi oleh elite parpol marak. Namun, jumlah Rp 1.000 per suara juga dianggap belum memadai untuk memenuhi kebutuhan parpol, dan untuk mengeliminasi perilaku korup- tif. Untuk itu, jumlah bantuan APBN untuk parpol diharapkan bisa dinaikkan sehingga bisa efektif membendung korupsi di parlemen. Jumlah Rp 15 triliun atau hampir 1% dari belanja APBN dianggap ideal. Meskipun nilai nominal Rp 15 triliun terkesan fantastis, namun masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan potensi penyimpangan APBN dan APBD untuk kepentingan poli- tik yang marak terjadi. Apalagi, hasil penelitian menunjukkan, pada 2015, dari 259 tindak pidana korupsi yang ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan kasusnya sudah berkekuatan hukum tetap, 33% pelakunya berlatar belakang parpol, baik yang duduk di legislatif maupun eksekutif. Diduga, hal itu terjadi karena mereka menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan parpolnya. Pakar politik dari Univer- sitas Indonesia (UI), Cecep Hidayat mengingatkan, dana parpol merupakan salah satu instrumen terpenting di dalam sebuah negara yang menganut sistem demokrasi. Di beberapa negara maju bahkan telah memberikan dana parpol dalam jumlah yang cukup besar, dan beberapa di antaranya, seperti Jerman, negara membiayai kebutuhan parpol. Kebutuhan parpol dimaksud mencakup dana operasional, pendidikan politik, perekrutan politik, serta pemenangan politik. Oleh karenanya, dia men- gapresiasi keputusan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo yang akan menaikkan dana bantuan par- pol. Jika dana bantuan parpol dinaikkan menjadi Rp 1.000 per suara, ke depan pemerintah harus mengalokasikan sekitar Rp 125 miliar per tahun. “Partai politik merupakan bagian terpenting dari negara demokrasi. Kurang optimalnya pendanaan parpol bisa menye- babkan banyak masalah dalam penyelenggaraan negara,” tan- dasnya, di Jakarta, Rabu (5/7). Dia menjelaskan, parpol harus memiliki dana operasional yang cukup dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Selama ini, tambahan dana op- erasional parpol diperoleh dari iuran anggota yang kemudian tidak berjalan efektif. “Parpol juga kebanyakan meminta dukungan dana op- erasional dari kadernya yang duduk di posisi tertentu yang strategis. Tidak sedikit karena tuntutan sumbangan untuk par- pol, kader dimaksud terpaksa menyalahgunakan wewen- angnya. Kondisi ini yang juga berakhir pada masalah yang berujung korupsi,” ungkapnya. Berkaca dari sejumlah kasus korupsi kader parpol memang tidak sedikit uang yang mengalir ke partai melalui sejumlah pengurus, tokoh, maupun ketua umumnya. Disinyalir uang tersebut memang sengaja diberikan untuk keberlangsun- gan kegiatan partai. Jika parpol memiliki ang- garan operasional yang cukup, ke depan diharapkan tidak lagi mengandalkan dana sumbangan dari kader-kadernya, termasuk dari pihak luar. Parpol bisa menjalankan tupoksinya me- lakukan sosialisasi, kaderisasi, menjalankan program-program utama dan lain-lain. Pada akhirnya, menurut Cecep, parpol akan mampu melahirkan kader-kader berintegritas dan memiliki kapabilitas, untuk duduk di legislatif dan eksekutif. Mereka yang duduk di eksekutif akan mampu melahirkan kepemim- pinan yang efektif, sedangkan yang duduk di legislatif mampu berkontribusi melahirkan UU yang jauh dari kepentingan transaksional Merujuk pada pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada 2014, didapati dug- aan penyimpangan pengelolaan dan pertanggungjawaban dana bantuan sosial (bansos) dan hibah senilai Rp 1.055 triliun pada 21 provinsi di Indonesia. Sejalan dengan itu, didapati kecenderungan kenaikan dana bansos dan hibah pada men- jelang dan saat pelaksanaan pilkada. Temuan itu diduga erat kaitannya dengan peny- alahgunaan wewenang untuk menggunakan anggaran APBD untuk kepentingan politik. Kendati demikian, Cecep mengingatkan, dana parpol dari APBN jangan sampai menghilangkan kemandirian parpol dalam mencari sumber dana. Selain itu, hal tersebut juga jangan sampai mengebiri independensi parpol dalam menyampaikan sikap politik terhadap pemerintah. Setuju Dinaikkan Terkait jumlah nominal bantuan negara untuk parpol, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rahardjo, beberapa waktu lalu menyata- kan setuju jika parpol dibiayai negara. Setidaknya APBN bisa mengalokasikan maksimal 1% untuk membantu parpol. Syaratnya, pengelolaannya harus dilakukan dengan baik, transparan, dan akuntabel, disertai penegakan sanksi yang tegas. Menurut Agus, hampir semua negara di dunia mem- biayai parpol. Pembiayaan parpol oleh negara akan me- letakkan landasan kuat bagi demokrasi bangsa Indonesia. Dengan gambaran anggaran Rp 15 triliun atau hampir 1% dari total belanja APBN 2017 yang lebih dari Rp 2.000 triliun, setiap parpol peserta Pemilu 2014, baik yang memiliki kursi di parlemen maupun yang tidak, akan menerima sedikitnya Rp 100.000 per suara. Jumlah itu dengan asumsi jumlah suara sah saat pemilu lalu mencapai 125 juta suara. Sebelumnya, pada Senin (3/7), Mendagri Tjahjo Kumolo mengungkapkan, pihaknya akan menaikkan bantuan dana parpol menjadi Rp 1.000 per suara dari sebelumnya Rp 108 per suara. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 5/2009 tentang Bantuan Keuangan kepada Parpol yang menjadi payung hukum kenaikan dana parpol dipastikan direvisi. Kenaikan tersebut dinilai Menteri Dalam Negeri (men- dagri) Tjahjo Kumolo sebagai suatu kewajaran. Sebab, hampir 10 tahun tak ada peningkatan lebih dana untuk parpol. Bantuan tersebut berpe- luang naik pada tahun ini. Sebab, usulan bakal dibahas dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (RAPBNP) 2017. “Kami tahap pengusulan. Ini kan mau dibahas di RAPBNP tunggu nanti disahkan di ang- garan,” ujarnya. [Y-7] S etelah gonjang-ganjing soal kebangsaan dan nasionalisme, semakin mendorong penguatan kesa- daran seluruh warga Indonesia. Radikalisme dinilai sebagai fak- tor yang tidak kondusif. Untuk memperkuat barisan nasional- isme, sejumlah kalangan mulai melihat perlunya konsolidasi partai politik berbasis nasion- alisme. “Partai-partai kecil yang berbasis nasionalisme dis- arankan perlu memperkuat konsolidasi agar kekuatan politik tidak didominasi aliran radikal. PNI Mar- haenisme menjadi salah satu peluang untuk diperkuat dengan berbagai kekuatan lain,” kata sumber SP, di Jakarta, Rabu (5/7). Dikatakan, bentuk konsol- idasi itu masih dicari. Alternatif yang ada antara lain, bisa mendorong peng- gabungan parpol atau juga dengan model lain sehingga ada kekuatan yang lebih besar. Bisa juga, dilakukan konsolidasi dengan partai-partai besar dengan basis ideologi yang sama. “Bentuknya masih belum ada yang fix dan perlu dikaji lebih jauh,” katanya. Dikonfirmasi terpisah, Wakil Sekjen PNI Marhaenisme Ibnu Prakoso menyatakan sep- akat untuk meningkatkan kom- itmen nasionalisme dari semua pihak melalui partai politik. Langkah itu dinilai tepat agar konsolidasi partai politik bisa membendung kelompok-kelom- pok radikal. [H-12] Utama 2 Suara Pembaruan Rabu, 5 Juli 2017 Parpol Kecil Perkuat Konsolidasi Bantuan untuk Parpol Idealnya Rp 15 Triliun ANTARA /ASEP FATHULRAHMAN Ratusan pendukung Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan memadati lapangan Kramatwatu, Kabupaten Serang, Banten, Senin (17/3). Para caleg dan peserta kampanye PDI-P berupaya menarik simpati massa dengan memberi pengobatan dan bantuan untuk warga .

Upload: lamkhue

Post on 09-Apr-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

[JAKARTA] Rencana Kement-erian Dalam Negeri (Kemdagri) menaikkan dana bantuan parpol dari pemerintah dari Rp 108 menjadi Rp 1.000 per suara disambut positif. Selain karena sudah 10 tahun tidak ada kenaikan anggaran, nilai Rp 108 per suara sangat kecil. Dampaknya, praktik korupsi oleh elite parpol marak.

Namun, jumlah Rp 1.000 per suara juga dianggap belum memadai untuk memenuhi kebutuhan parpol, dan untuk mengeliminasi perilaku korup-tif. Untuk itu, jumlah bantuan APBN untuk parpol diharapkan bisa dinaikkan sehingga bisa efektif membendung korupsi di parlemen. Jumlah Rp 15 triliun atau hampir 1% dari belanja APBN dianggap ideal.

Meskipun nilai nominal Rp 15 triliun terkesan fantastis, namun masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan potensi penyimpangan APBN dan APBD untuk kepentingan poli-tik yang marak terjadi. Apalagi,

hasil penelitian menunjukkan, pada 2015, dari 259 tindak pidana korupsi yang ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan kasusnya sudah berkekuatan hukum tetap, 33% pelakunya berlatar belakang parpol, baik yang duduk di legislatif maupun eksekutif. Diduga, hal itu terjadi karena mereka menyalahgunakan wewenang untuk kepentingan parpolnya.

Pakar politik dari Univer-sitas Indonesia (UI), Cecep Hidayat mengingatkan, dana parpol merupakan salah satu instrumen terpenting di dalam sebuah negara yang menganut sistem demokrasi. Di beberapa negara maju bahkan telah memberikan dana parpol dalam jumlah yang cukup besar, dan beberapa di antaranya, seperti Jerman, negara membiayai kebutuhan parpol. Kebutuhan parpol dimaksud mencakup dana operasional, pendidikan politik, perekrutan politik, serta pemenangan politik.

Oleh karenanya, dia men-gapresiasi keputusan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo yang akan menaikkan dana bantuan par-pol. Jika dana bantuan parpol dinaikkan menjadi Rp 1.000 per suara, ke depan pemerintah harus mengalokasikan sekitar Rp 125 miliar per tahun.

“Partai politik merupakan bagian terpenting dari negara demokrasi. Kurang optimalnya pendanaan parpol bisa menye-babkan banyak masalah dalam penyelenggaraan negara,” tan-dasnya, di Jakarta, Rabu (5/7).

Dia menjelaskan, parpol harus memiliki dana operasional yang cukup dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Selama ini, tambahan dana op-erasional parpol diperoleh dari iuran anggota yang kemudian tidak berjalan efektif.

“Parpol juga kebanyakan meminta dukungan dana op-erasional dari kadernya yang duduk di posisi tertentu yang strategis. Tidak sedikit karena

tuntutan sumbangan untuk par-pol, kader dimaksud terpaksa menyalahgunakan wewen-angnya. Kondisi ini yang juga berakhir pada masalah yang berujung korupsi,” ungkapnya.

Berkaca dari sejumlah kasus korupsi kader parpol memang tidak sedikit uang yang mengalir ke partai melalui sejumlah pengurus, tokoh, maupun ketua umumnya. Disinyalir uang tersebut memang sengaja diberikan untuk keberlangsun-gan kegiatan partai.

Jika parpol memiliki ang-garan operasional yang cukup, ke depan diharapkan tidak lagi mengandalkan dana sumbangan dari kader-kadernya, termasuk dari pihak luar. Parpol bisa menjalankan tupoksinya me-lakukan sosialisasi, kaderisasi, menjalankan program-program utama dan lain-lain.

Pada akhirnya, menurut Cecep, parpol akan mampu melahirkan kader-kader berintegritas dan memiliki kapabilitas, untuk duduk di

legislatif dan eksekutif. Mereka yang duduk di eksekutif akan mampu melahirkan kepemim-pinan yang efektif, sedangkan yang duduk di legislatif mampu berkontribusi melahirkan UU yang jauh dari kepentingan transaksional

Merujuk pada pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pada 2014, didapati dug-aan penyimpangan pengelolaan dan pertanggungjawaban dana bantuan sosial (bansos) dan hibah senilai Rp 1.055 triliun pada 21 provinsi di Indonesia. Sejalan dengan itu, didapati kecenderungan kenaikan dana bansos dan hibah pada men-jelang dan saat pelaksanaan pilkada. Temuan itu diduga erat kaitannya dengan peny-alahgunaan wewenang untuk menggunakan anggaran APBD untuk kepentingan politik.

Kendati demikian, Cecep mengingatkan, dana parpol dari APBN jangan sampai menghilangkan kemandirian parpol dalam mencari sumber

dana. Selain itu, hal tersebut juga jangan sampai mengebiri independensi parpol dalam menyampaikan sikap politik terhadap pemerintah.

Setuju DinaikkanTerkait jumlah nominal

bantuan negara untuk parpol, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Rahardjo, beberapa waktu lalu menyata-kan setuju jika parpol dibiayai negara. Setidaknya APBN bisa mengalokasikan maksimal 1% untuk membantu parpol. Syaratnya, pengelolaannya harus dilakukan dengan baik, transparan, dan akuntabel, disertai penegakan sanksi yang tegas.

Menurut Agus, hampir semua negara di dunia mem-biayai parpol. Pembiayaan parpol oleh negara akan me-letakkan landasan kuat bagi demokrasi bangsa Indonesia.

Dengan gambaran anggaran Rp 15 triliun atau hampir 1% dari total belanja APBN 2017 yang lebih dari Rp 2.000 triliun, setiap parpol peserta Pemilu 2014, baik yang memiliki kursi di parlemen maupun yang tidak, akan menerima sedikitnya Rp 100.000 per suara. Jumlah itu dengan asumsi jumlah suara sah saat pemilu lalu mencapai 125 juta suara.

Sebelumnya, pada Senin (3/7), Mendagri Tjahjo Kumolo mengungkapkan, pihaknya akan menaikkan bantuan dana parpol menjadi Rp 1.000 per suara dari sebelumnya Rp 108 per suara. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 5/2009 tentang Bantuan Keuangan kepada Parpol yang menjadi payung hukum kenaikan dana parpol dipastikan direvisi.

Kenaikan tersebut dinilai Menteri Dalam Negeri (men- dagri) Tjahjo Kumolo sebagai suatu kewajaran. Sebab, hampir 10 tahun tak ada peningkatan lebih dana untuk parpol.

Bantuan tersebut berpe-luang naik pada tahun ini. Sebab, usulan bakal dibahas dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (RAPBNP) 2017. “Kami tahap pengusulan. Ini kan mau dibahas di RAPBNP tunggu nanti disahkan di ang-garan,” ujarnya. [Y-7]

Setelah gonjang-ganjing soal kebangsaan dan nasionalisme, semakin

mendorong penguatan kesa-daran seluruh warga Indonesia. Radikalisme dinilai sebagai fak-tor yang tidak kondusif. Untuk memperkuat barisan nasional-isme, sejumlah kalangan mulai melihat perlunya konsolidasi partai politik berbasis nasion-alisme.

“Partai-partai kecil yang berbasis nasionalisme dis-arankan perlu memperkuat konsolidasi agar kekuatan politik tidak didominasi aliran radikal. PNI Mar-haenisme menjadi salah satu peluang untuk diperkuat dengan berbagai kekuatan lain,” kata sumber SP, di Jakarta, Rabu (5/7).

Dikatakan, bentuk konsol-idasi itu masih dicari. Alternatif

yang ada antara lain, bisa mendorong peng-gabungan parpol atau juga dengan model

lain sehingga ada kekuatan yang lebih besar. Bisa juga, dilakukan konsolidasi dengan partai-partai besar dengan basis ideologi yang sama.

“Bentuknya masih belum

ada yang fix dan perlu dikaji lebih jauh,” katanya.

Dikonfirmasi terpisah, Wakil Sekjen PNI Marhaenisme Ibnu Prakoso menyatakan sep-akat untuk meningkatkan kom-itmen nasionalisme dari semua pihak melalui partai politik. Langkah itu dinilai tepat agar konsolidasi partai politik bisa membendung kelompok-kelom-pok radikal. [H-12]

Utama2 Sua ra Pem ba ru an Rabu, 5 Juli 2017

Parpol Kecil Perkuat Konsolidasi

Bantuan untuk Parpol Idealnya Rp 15 Triliun

AntArA /ASEP FAtHULrAHMAn

Ratusan pendukung Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan memadati lapangan Kramatwatu, Kabupaten Serang, Banten, Senin (17/3). Para caleg dan peserta kampanye PDI-P berupaya menarik simpati massa dengan memberi pengobatan dan bantuan untuk warga .