parestesi

3
Parestesi didefinisikan sebagai suatu fenomena sensorik berupa kebas, rasa terbakar dari kulit tanpa adanya stimulus yang jelas dan salah satu manisfestasi klinis adanya sensasi yang tidak normal, hal ini terjadi akibat adanya perubahan sensasi pada sistem saraf perifer, dapat bersifat sementara atau menetap. Parestesi disebabkan oleh 'edera saraf yang dapat mengenai n alveolaris inferior, n lingualis, n bukalis, n milohioideusdan n mentalis. 4abang-'abang saraf tersebut mempunyai fungsi sensoris. Cedera yang mengenai syaraf-syaraf ini biasanya sulit dihindari karena anatomi pembuluh-pembuluh syaraf tersebut dekat dengan bagian api'al gigi molar ketiga rahang bawah. Pembuluh-pembuluh syaraf tersebut merupakan 'abang-'abang nervus mandibularis, divisi ketiga dari nervus trigeminus. Terkadang pasien merasakan kebas "beku& beberapa jam setelah pemberian anestesi lokal yang terjadi pada bagian-bagian wajah tertentu seperti bibir, gusi, ujung lidah atau dagu. Hal ini tidak menjadi masalah, namun ketika parestesi tetap ada selama beberapa hari, minggu atau bulan, akan menjadi masalah. Parestesi atau anestesi yang persisten merupakan komplikasi yang mengganggu dari pemberian anestesi lokal yang terkadang tidak dapat dicegah. Parestesi juga merupakan salah satu penyebab dari tuntutan malpraktek yang paling sering. Mekanisme terjadinya parestesi sebagai respon terhadap kerusakan syaraf perifer dapat dijelaskan melalui proses wallerian degeneration bahwa kerusakanan anatomi syaraf menyebabkan kelainan sensasi, sentuhan ringan saja dapat menimbulkan kelainan sensasi. Pada sistem syaraf perifer, jika terjadi kerusakan maka ujung akson pada sisi distal akan mengalami degenerasi. Makrofag akan

Upload: jessica-bintang-sirait

Post on 10-Nov-2015

15 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

parestesi

TRANSCRIPT

Parestesi didefinisikan sebagai suatu fenomena sensorik berupa kebas, rasa

terbakar dari kulit tanpa adanya stimulus yang jelas dan salah satu manisfestasi klinis adanya sensasi yang tidak normal, hal ini terjadi akibat adanya perubahan sensasi pada sistem saraf perifer, dapat bersifat sementara atau menetap. Parestesi disebabkan oleh 'edera saraf yang dapat mengenai n alveolaris inferior, n lingualis, n bukalis, n milohioideusdan n mentalis. 4abang-'abang saraf tersebut

mempunyai fungsi sensoris. Cedera yang mengenai syaraf-syaraf ini biasanya sulit dihindari karena anatomi pembuluh-pembuluh syaraf tersebut dekat dengan bagian api'al gigi molar ketiga rahang bawah. Pembuluh-pembuluh syaraf tersebut merupakan 'abang-'abang nervus mandibularis, divisi ketiga dari nervus trigeminus.Terkadang pasien merasakan kebas "beku& beberapa jam setelahpemberian anestesi lokal yang terjadi pada bagian-bagian wajah tertentu seperti

bibir, gusi, ujung lidah atau dagu. Hal ini tidak menjadi masalah, namun ketika

parestesi tetap ada selama beberapa hari, minggu atau bulan, akan menjadi

masalah. Parestesi atau anestesi yang persisten merupakan komplikasi yang mengganggu dari pemberian anestesi lokal yang terkadang tidak dapat dicegah. Parestesi juga merupakan salah satu penyebab dari tuntutan malpraktek yang

paling sering.Mekanisme terjadinya parestesi sebagai respon terhadap kerusakan syaraf perifer dapat dijelaskan melalui proses wallerian degeneration bahwa kerusakanan anatomi syaraf menyebabkan kelainan sensasi, sentuhan ringan saja dapat menimbulkan kelainan sensasi. Pada sistem syaraf perifer, jika terjadi kerusakan maka ujung akson pada sisi distal akan mengalami degenerasi. Makrofag akan bermigrasi untuk melaksanakan fungsi fagositosis terhadap debris maupun benda-benda asing di daerah kerusakan. Sel-sel s'hwan tidak berdegenerasi tetapi berproliferasi dan berubah membentuk sel yang solid menyerupai bentuk sel yang asli seperti sel-sel s'hwan pada akson bagian proksimal. 6emudian akson distal sebagai akson baru yang dibungkus oleh sel-sel s'hwann, akan masuk dan bersatu dengan akson proksimal. 7ika pembentukan berlangsung terus se'ara normal maka akan terbentuk akson baru yang akan menghubungkan dengan sinaps. Dengan terbentuknya kembali selubung akson maka peristiwa penghantaran impuls akan kembali normal. Selama fase regenerasi didaerah kerusakan maka peristiwa penghantaran impuls tidak sebaik sebagaimana mestinya. 6elainan sensasi pada daerah penyembuhan jaringan yang teriritasi khronis oleh karena adanya kontak jaringan syaraf baru dengan jaringan syaraf semula disekitarnya, dapat menyebabkan penghentian penghantaran impuls syaraf se'ara spontan selama fase

Parestesia didefenisikan sebagai suatu fenomena sensorik berupa kebas, rasa terbakar dari kulit tanpa adanya stimulus yang jelas. Parestesi dapat disebabkan oleh trauma, tumor, penyakit jaringan kolagen, infeksi dan penyakit-penyakit idiopatikTelah diketahui, bahwa pada beberapa kejadian langka, sebuah blok saraf alveolaris inferior dapat menyebabkan paresthesia, anesthesia dan disthesia permanen pada saraf alveolaris inferior dan saraf lingual. Hanya sedikit kasus seperti diatas yang kita dapatkan di literatur dengan kisaran banyaknya kejadian dari 1 : 26.000 blok alveolaris inferior sampai dengan kisaran 1 : 800.000 blok alveolaris inferior. Kebanyakan penelitian memperlihatkan bahwa saraf lingual lebih banyak (70 %) mengalami cedera daripada saraf alveolaris inferior (30 %). Penelitian lain menyebutkan bahwa ketika kerusakan terjadi setelah blok saraf alveolaris inferior maka akan berpengaruh secara umum pada daerah anatomis tersebut dibandingkan dengan pengaruh pada bagian-bagian kecilnya seperti yang terjadi pada anestesi lokal.

Ketika blok saraf alveolaris mengakibatkan kerusakan saraf permanen, maka saraf lingual akan terpengaruh 70 % pada waktu tersebut, kemungkinan besar akibat dari pola lembar ikatan serabut sarafnya.