paramitha tugas ns.syamsinar

24

Click here to load reader

Upload: rheviolet-volsight

Post on 05-Jul-2015

52 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Paramitha Tugas Ns.syamsinar

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Proses peradangan dapat mengenai selaput otak (meningitis), jaringan otak

(ensefalitis), dan medulla spinalis (mielitis), walaupun yang paling sering terjadi adalah

meningitis.

Selaput otak terdiri dari tiga lapisan dari luar ke dalam, yaitu durameter, araknoid,

piameter. Durameter adalah membrane putih tebal yang kasar, dan menutupi seluruh

otak dan medulla spinalis. Araknoid merupakan membrane lembut yang bersatu di

tempatnya denga piameter, diantaranya terdapat ruang subaraknoid di mana terdapat

arteri dan vena serebral dan dipenuhi oleh cairan serebrospinal. Piameter merupakan

membrane halus yang kaya akan pemburu darah kecil yang mensuplai darah ke otak

dalam jumlah yang banyak. Piameter adalah lapisan yang langsung melekat dengan

permukaan otak dan seluruh medulla spinalis.

Meningitis dapat dibedakan oleh berbagai organisme yang bervariasi, tetapi ada tiga tipe

utama yaitu :

1. Infeksi bakteri, piogenik yang disebabkan oleh bakteri pembentuk pus, terutama

mengikoku, pneumokokus, dan basil influenza.

2.Tuberculosis, yang disebabkan oleh basil tuberkel(M.Tuber culos a)

3. Infeksi virus, yang disebabkan oleh agen-agen virus yang sangat bervariasi.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah definisi dari meningitis?

2.Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya meningitis?

3. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan meningitis?

C.TUJUAN

1. Untuk mengetahui definisi dari meningitis.

2. Untuk mengetahui factor penyebab terjadinya meningitis.

3. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan meningitis.

1

Page 2: Paramitha Tugas Ns.syamsinar

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan

virus

merupakan penyebab utama dari meningitis.

B. ETIOLOGI

Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien

dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak,

infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan di atas bahwa

meningitis itu disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua

bagian besar yaitu : meningitis purulenta dan meningitis serosa.

a.Meningitis Bakteri

Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah haemofilus influenza,

Nersseria,Diplokokus pnemonia, Sterptokokus group A, Stapilokokus Aurens,

Eschericia colli, Klebsiela dan Pseudomonas. Tubuh akan berespon terhadap bakteri

sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya

neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan

lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak

sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan

pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini akan

menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark.

b. Meningitis Virus

Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis. Ini biasanya disebabkan

oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti; gondok, herpez

simplek dan herpez zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak

terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak.

Peradangan terjadi pada seluruh koteks cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon

dari jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang terlibat.

2

Page 3: Paramitha Tugas Ns.syamsinar

C. PATOFISIOLOGI

Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater.

Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui

sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang,

direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan

subarachnoid.

Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki

cairan otak melaui aliran darah di dalam pembuluh darah otak. Cairan hidung (sekret

hidung) atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat

menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan

lingkungan (dunia luar), mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak

melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan

penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel.

Invasi kuman ke selaput otak

Gangguan fungsi sistem regulasi

Peningkatan TIK

D. TANDA DAN GEJALA

Pada awal penyakit, kelelahan, perubahan daya mengingat, perubahan tingkah laku.

• Sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit pasien menjadi stupor.

• Sakit kepala

• Sakit-sakit pada otot-otot

• Reaksi pupil terhadap cahaya. Photofobia apabila cahaya diarahkan pada mata

pasien

• Adanya disfungsi pada saraf III, IV, dan VI

• Pergerakan motorik pada masa awal penyakit biasanya normal dan pada tahap

lanjutan

bisa terjadi hemiparese, hemiplegia, dan penurunan tonus otot.

Refleks Brudzinski dan refleks Kernig (+) pada bakterial meningitis dan tidak

terdapat

pada virus meningitis.

3

Page 4: Paramitha Tugas Ns.syamsinar

• Nausea

• Vomiting

• Demam

• Takikardia

• Kejang yang bisa disebabkan oleh iritasi dari korteks cerebri atau hiponatremia

• Pasien merasa takut dan cemas.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Analisis CSS dari fungsi lumbal :

a) Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel

darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap

beberapa jenis bakteri.

b) Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih

meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur

virus biasanya dengan prosedur khusus.

2. Glukosa serum : meningkat ( meningitis )

3. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )

4. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi bakteri )

5. Elektrolit darah : Abnormal .

6. ESR/LED : meningkat pada meningitis

7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat

infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi

8. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak

ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor

9. Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.

(Doenges, 1999)

F. KOMPLIKASI

1. Hidrosefalus obstruktif

2. MeningococcL Septicemia ( mengingocemia )

3. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)

4. SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )

5. Efusi subdural

4

Page 5: Paramitha Tugas Ns.syamsinar

6. Kejang

7. Edema dan herniasi serebral

8. Cerebral palsy

9. Gangguan mental

10. Gangguan belajar

11. Attention deficit disorder. (Rita & Suriadi, 2001)

G. PENATALAKSANAAN/PENGOBATAN

Pencegahan | Pengobatan Meningitis Sebenarnya semua penyakit didalam

tubuh kita bisa diatas oleh sistem imun kita sendiri. Tergantung berapa persen

kekuatan sistem imun kita dalam melawan penyakit tersebut.

4Life Transfer Factor Plus sanggup membina kekuatan sistem imun hingga ke level

yang tertinggi hingga 437%. Ini dibuktikan oleh lembaga independen yang

melakukan tes terhadap berbagai nutrisi yang dianggap paling baik dalam

meningkatkan kinerja sistem imun.

 Sistem imun bayi atau anak-anak belum sesempurna sistem imun kita.

Sistem imun mereka belum bisa mengenali brbagai macam virus, kuman & jamur

yang setiap saat hadir disekitar mereka. Begitu kuman penyebab meningitis

menyerang, sistem imun anak yang kekuatannya masih lemah, tidak mampu

membasmi kuman tersebut & anak akan jatuh sakit.

 Untuk meningitis, 4Life Transfer Factor Plus akan mengajari sistem imun

anak tentang profile kuman kuman penyebab meningitis beserta senjata ( susunan

antibodi ) untuk membasmi kuman tersebut. 4Life Transfer Factor Plus mampu

menggandakan produksi senjata hingga 4x lebih banyak untuk melawan kuman

tersebut. Untuk sel-sel yang sudah terinfeksi, 4Life Transfer Factor Plus mampu

memperbanyak dan meningkatkan aktifitas sel natural killer anak dalam membunuh

sel-sel yang terinfeksi tadi. 4Life Transfer Factor Plus memiliki 44 rantai asam

amino yang mampu meregenerasi sel-sel yang rusak dengan sel-sel baru yang sehat.

5

Page 6: Paramitha Tugas Ns.syamsinar

1. Melakukan bedrest total pada klien dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal

2. Memonitor tanda-tanda status neurologis

3. Memonitor intake dan output

4. memonitor tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, Suhu, Resoirasi dan hati-hati pada

hipertensi sistolik

5. Membantu pasien untuk membatasi gerak atau berbalik di tempat tidur.

6. Kolaborasi

● Berikan cairan perinfus dengan perhatian ketat.

● Monitor AGD bila diperlukan pemberian oksigen

● Berikan terapi sesuai advis dokter seperti:

● Steroid, Aminofel, Antibiotika

H. ASKEP MENINGITIS

1. PENGKAJIAN PASIEN DENGAN MENINGITIS

Riwayat penyakit dan pengobatan

Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk mengetahui

jenis kuman penyebab. Disini harus ditanya dengan jelas tentang gejala yang

timbul seperti kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk. Setelah itu

yang perlu diketahui adalah status kesehatan masa lalu untuk mengetahui adanya

faktor presdiposisi seperti infeksi saluran napas, atau fraktur tulang tengkorak, dll.

6

Page 7: Paramitha Tugas Ns.syamsinar

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Gangguan rasa nyaman:nyeri berhubungan dengan iriasi ,menigeal,bedrest

Tujuan 1:tidak menujukkan adanya anda –tanda nyeri/iritasimenigeal

Keluhan :sakit kepala (-),fotophobia(-),tidak ada iritabilitas berlbihan,HR dan

RR normal, tanda kernig’s dan brudzinki (-)

Intervensi

1. Kaji tingkat nyeri

2. Evaluasi indikator dari nyeri (ekspresi wajah,menagisKaji tingkat nyeri

3. Evaluasi indikator dari nyeri (ekspresi wajah,menagis,gerakan)lokasi

nyaman

4. Kolaborasi pemberian analgetik

5. Ajarkan anak (bilah sudah besar)untuk mencegah gerakan yang

meningkatkan TIK (mis:bauk,mengedan dll)

6. Batasi pengunjung

Tujuan 2:menunjukkan tidak ada peningkatan TIK

KH:TTV dalam batas normal tidak ada iritabilitas tidak ada keluahan

Interversi

1.kaji tanda-tanda peningkatan TIK tiap 1-2 jam

-penurunan HR & RR, peningkatan TD

-Penurunan tingkat pada bayi

-peningkatan LK pada bayi

-fontanel menonjol

-sakit kepala dan muntah

2.elevasikan kepala 30-45

3.posisikan kepala tegak&stabil

4.menurunkan stimulasi lingkungan

5.tawarkan kegiatan untuk meningkatkan keyamanan

6.batasi cairan

2. Risti injuri b.d

Tujuan :injuri tidak terjadi

KH:Tidak ada luka selama dan sesudah serangan mengetahui dan mengatasi

serangan sesegera mungkin

Intervensi

1.monitor frekuensi serangan

7

Page 8: Paramitha Tugas Ns.syamsinar

2. Pasang Penghalang TT

3. Sediakan suction & O2 disamping tempa tidur

4. Jaga dan teteap tenang dalam serangan

5. Miringkan anak

6. Hindari barang-barang berbahaya

• Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan peningkatan tekanan intracranial

• Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi

• Resiko terjadinya injuri sehubungan dengan adanya kejang, perubahan status

mental

dan penurunan tingkat kesadaran

• Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan keterbataaan informasi

3. Resiko terjadinya peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan infeksi

pada selaput otak.

Tujuan:

Tidak terjadi peningkatan tekanan intrakranial selama dalam masa perawatan,

dengan kriteria; reaksi pupil terhadap cahaya (+), refleks normal, gerak dan

tangis yang kuat, respirasi spontan, suhu dalam batas normal.

Intervensi:

a. Kaji tanda vital, GCS (jika dapat dilakukan) dan tanda-tanda dari terjadinya

penurunan kesadaran.

b. Ciptakan dan pertahankan lingkungan yang tenang dan nyaman.

c. Berikan posisi head up + 30O.

d. Ukur lingkar kepala tiap hari.

e. Kolaborasi dalam pemberian cairan yang adekuat.

f. Berikan obat sesuai dengan program; antibiotik, antipiretik, dan antikonvulsan.

g. Ikut sertakan keluarga dalam perawatan bayi secara aktif.

4. Nyeri berhubungan dengan sakit kepala, trauma kepala, tindakan invasif

(pengambilan cairan CSF, pengambilan darah).

Tujuan:

Terbebasnya anak dari rasa nyeri dengan kriteria; menurunya intensitas

8

Page 9: Paramitha Tugas Ns.syamsinar

menangis, wajah tampak tenang, tanda vital dalam batas normal, menurunya

tingkat diaporresis.

Intervensi:

a. Kaji dan catat tanda dan gejala dari nyeri.

b. Perlakukanlah anak dengan lembut dan penuh perasaan.

c. Anjurkan kepada keluarga untuk menunggu dan ikut sertakan secara aktif

dalam merawat klien.

d. Kolaborasi dalam pemberian analgesik, antipiretik, dan antibiotk sesuai jadwal

dan amati reaksi klien terhadap pengobatan yang diberikan.

e. Jika dapat dilakukan gunkan tehnik untuk mengurangi rasa nyeri seperti

distraksi, aktivitas untuk mengalihkan perhatian.

f. Observasi terhadap efektivitas dan rasa nyeri yang dirasakan oleh anak.

3. INTERVENSI

Diagnosa

keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial

2. Resiko terjadi kejang ulangberhubungan

denga hiperermi.

3. Resiko terjadinya injuri sehubungan dengan adanya kejang, perubahan

Statusmental dan penurunan tingkat kesadara

4. Kurangny pengetahun keluarg sehubngan keterataaan infomasi

Tujuan

● Pasien kembali pada, keadaan status neurologis sebelum sakit

● Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensris

●Klien tidak mengalami kejang selama berhubungan dengan hiperthermi

●Pasien bebas dari injuri yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran

●Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya

Kriteria hasil

-Tanda- tanda vital dalam batas normal

- Kesadaran meningkat

9

Page 10: Paramitha Tugas Ns.syamsinar

- Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan

Intrakranial yang meningkat

-Tidak terjadi serangan kejang ulang.

• Suhu 36,5 – 37,5 ºC (bayi), 36 – 37,5 º C (anak)

• Nadi 110 – 120x/menit (bayi)

• 100-110x/menit (anak)

• Respirasi 30 – 40x/menit (bayi)

• 24 – 28 x/menit(anak)

• Kesadaran

composmentis

●Klien bebas dari resiko injuri

●Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya.

●Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses keperawatan.

●keluarga mentaati setiap proses keperawatan

Rencana tindakan

1. Pasien bed rest total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal

2. Monitor tanda-tanda status neurologis

dengan GCS.

3. Monitor intake dan output

4. Monitor tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, Suhu, Respirasi dan hati-hati pada

hipertensi sistolik.

5. Bantu pasien untuk membatasi gerak atau berbalik di tempat tidur. Kolaborasi.

6. Berikan cairan perinfus dengan perhatian ketat.

7. Monitor AGD bila diperlukan pemberian oksigen.

8. Berikan terapi sesuai advis dokter seperti: Steroid, Aminofel, Antibiotika

●Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat

●Berikan kompres dingin

●Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll)

●Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam

●Batasi aktivitas selama anak panas.

10

Page 11: Paramitha Tugas Ns.syamsinar

●Berikan

1. Independent monitor kejang pada tangan, kaki, mulut dan otot-otot muka lainnya

2. Persiapkan lingkungan yang aman seperti batasan ranjang, papan pengaman,

danalat suction selalu berada dekat pasien

3.Pertahankan bedrest total selama fase akut Kolaborasi

4.Berikan terapi sesuai advis dokter seperti; diazepam, phenobarbital, dll.

1.Kaji tingkat pengetahuan keluarga

2. Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang

3. Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan

4. Berikan Health Education tentang cara menolong anak kejang dan mencegah

kejang, antara lain :

o Jangan panik saat kejang

o Baringkan anak ditempat rata dan lembut.

o Kepala dimiringkan.

o Pasang gagang sendok yang telah dibungkus kain yang basah, lalu dimasukkan ke

mulut.

o Setelah kejang berhenti dan pasien sadar segera minumkan obat tunggu sampai

keadaan tenang.

o Jika suhu tinggi saat kejang lakukan kompres dingin dan beri banyak minum

5. Berikan Health Education agar selalu sedia obat penurun panas, bila anak panas

6. Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi dengan

menghindari orang atau teman yang menderita penyakit menular sehingga tidak

mencetuskan kenaikan suhu

7. Beritahukan keluarga jika anak akan mendapatkan imunisasi agar

memberitahukan

4.RASIONAL

1.kepada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah menderita kejang demam

Perubahan pada tekanan intakranial akan dapat meyebabkan resiko untuk

terjadinya herniasi otak

2. Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjut

11

Page 12: Paramitha Tugas Ns.syamsinar

3. Pada keadaan normal autoregulasi mempertahankan keadaan tekanan darah

sistemik berubah secara fluktuasi. Kegagalan autoreguler akan menyebabkan

kerusakan vaskuler cerebral yang dapat dimanifestasikan dengan peningkatan

sistolik dan diikuti oleh penurunan tekanan diastolik. Sedangkan peningkatan suhu

dapat menggambarkan perjalanan infeksi.

4. hipertermi dapat menyebabkan peningkatan IWL dan meningkatkan resiko

dehidrasM terutama pada pasien yang tidak sadar, nausea yang menurunkan intake

per oral

5. Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan intraabdomen.

Mengeluarkannapas sewaktu bergerak atau merubah posisi dapat melindungi diri

dari efek valsava

6. Meminimalkan fluktuasi pada beban vaskuler dan tekanan intrakranial, vetriksi

cairan dan cairan dapat menurunkan edema cerebral

7. Adanya kemungkinan asidosis disertai dengan pelepasan oksigen pada tingkat sel

dapat menyebabkan terjadinya iskhemik serebral

8. Terapi yang diberikan dapat menurunkan permeabilitas kapiler. Menurunkan edema

serebr

1. proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat dan tidak menyerap

keringat.

2. perpindahan panas secara konduksi

3. saat demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat

4. Pemantauan yang teratur menentukan tindakan yang akan dilakukan

5. aktivitas dapat meningkatkan metabolisme dan meningkatkan panas

6. Menurunkan panas pada pusat hipotalamus dan sebagai propilaksis

●Gambaran tribalitas sistem saraf pusat memerlukan evaluasi yang sesuai dengan

intervensi yang tepat untuk mencegah terjadinya komplikasi.

●Melindungi pasien bila kejang terjadi

12

Page 13: Paramitha Tugas Ns.syamsinar

●Mengurangi resiko jatuh / terluka jika vertigo, sincope, dan ataksia terjadi

●Untuk mencegah atau mengurangi kejang.

Catatan : Phenobarbital dapat menyebabkan respiratorius depresi dan sedasi

1. Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki keluarga dan kebenaran

informasi yang didapat

2. penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat membantu menambah

wawasan keluarga

3. agar keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan perawatan

4. sebagai upaya alih informasi dan mendidik keluarga agar mandiri dalam

mengatasi masalah kesehatan

5. mencegah peningkatan suhu lebih tinggi dan serangan kejang ulang

6. sebagai upaya preventif serangan ulang

7. imunisasi pertusis memberikan reaksi panas yang dapat menyebabkan kejang

demam

13

Page 14: Paramitha Tugas Ns.syamsinar

PENYIMPANGAN KDM

MENIGITIS

14

Page 15: Paramitha Tugas Ns.syamsinar

BAB III

P E N U T U P

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan mengenai meningitis di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan,

yaitu :

1. Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater).

2. Meningitis dapat disebabkan oleh dua hal utama yaitu bakteri dan virus. Namun

tidak hanya disebabkan oleh bakteri dan virus, namun ada beberapa factor predisposisi

yang juga cukup berperan dalam terjadinya meningitis seperti fraktur tulang

tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang.

3. Berdasarkan penyebabnya, meningitis dibagi menjadi dua, yaitu meningitis

purulenta dan meningitis serosa

.

B. SARAN

Dengan terselesaikannya Makalah Asuhan Keperawatan Anak dengan

Meningitis ini diharapkan bagi mahasiswa keperawatan agar lebih bisa

mengidentifikasi dan membedakan gejala meningitis dengan gejala penyakit yang ada

pada selaput otak.

15

Page 16: Paramitha Tugas Ns.syamsinar

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC,

Jakarta, 1999

Kapita Selekta Kedokteran FKUI, Penerbit: Media Aesculapius, Jakarta, 1999

Brunner / Suddarth, Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta, 2000

Indah. P, Elizabeth. 1998. Asuhan Keperawatan Meningitis. Jakarta : PT. Gramedia

Pustaka Utama

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

16

Page 17: Paramitha Tugas Ns.syamsinar

17