papoo
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 papoo
1/11
P A P O
PENYAKIT ARTERI PERIFER OKLUSI
* Oklusi Arteri Perifer baik Akut maupun Kronis *
A.Oklusi Arteri Perifer Akut
DEFINISI
Oklusi Arteri Perifer didefinisikan sebagai gangguan dari suplai darah pada tungkai yang
sebelumnya bersirkulasi stabil yang menghasilkan gejala nyeri saat istirahat dan/atau gejalaiskemik berat lainnya yang terjadi kuang dari 14 hari.
PENAMPAKAN KLINIS
Adanya sumbatan (oklusi) akut dari pembuluh arteri utama pada tungkai tanpa adanya
pembuluh kolateral akan menghasilkan gejala klinis klasik dari sumbatan arteri, yaitu: nyeri
(pain), paralisis (paralysis),paraesthesia, pucat (pallor), tidak ada pulsasi (pulselessness),
dan dingin (perishingly cold leg).
Nyeri terasa hebat dan seringkali resisten terhadap analgetika. Adanya nyeri pada betis dannyeri tekan dengan penampakan sindrom kompartemen menunjukkan tanda-tanda nekrosis
otot dan keadaan kritikal (kadangkala irreversibel). Defisit neurologis motor sensorik seperti
paralisis otot dan paraestesia justru mengindikasikan iskemia otot dan nervus yang masih
berpotensi untuk tindakan penyelamatan invasif (urgent). Pada awalnya tungkai tampak
pucat (vena yang kosong), tetapi setelah 6-12 jam akan terjadi vasodilatasi yang disebabkan
oleh hipoksia dari otot polos vaskular. Kapiler akan terisi kembali oleh darah terdeoksigenasi
yang stagnan, yang memunculkan penampakan mottled(yang masih hilang bila ditekan).
Bila tindakan pemulihan aliran darah arteri tidak dikerjakan,kapiler akan ruptur dan akan
menampakkan kulit yang kebiruan yang menunjukkan iskemia irreversibel. Tanda-tandadiatas sangat khas untuk kejadian sumbatan arteri akut tanpa disertai kolateral. Bila oklusi
akut terjadi pada keadaan yang sebelumnya telah mengalami sumbatan kronik, maka tanda
yang dihasilkan biasanya lebih ringan oleh karena telah terbentuk kolateral. Adanya gejala
klaudikasio intermiten pada tungkai yang sama dapat menunjukkan pasien telah mengalami
oklusi kronik sebelumnya. Keadaan akut yang menyertai proses kronik umumnya beretiologi
trombosis.
-
7/22/2019 papoo
2/11
ETIOLOGI
1. Emboli
Beberapa dekade silam kejadian emboli merupakan faktor utama etiologi iskemia akut
tungkai. Emboli yang cukup besar untuk menyumbat arteri utama tungkai bawah biasanyaberasal dari jantung. Penyakit jantung rheuma pada katup merupakan kelainan utama
penyebab emboli, dimana emboli berasal dari atrium kiri. Trombus mural pada penyakit
jantung iskemik merupakan penyebab lainnya.
Dalam frekuensi yang lebih jarang, emboli dapat berasal dari plaque atherosklerotik yang
terlepas dari arteri sebelah proksimal dari lokasi sumbatan (plaque aorta, aneurisma aorta,
atau iliaka kommunis). Emboli yang berasal dari plaque ini sulit untuk di trombolisis atau
embolektomi karena merupakan jaringan padat kolesterol yang sulit terurai dan membawa
prognosis yang lebih buruk.Atheroemboli yang kecil dapat menyumbat arteri kecil pada jari yang menyebabkan
kelainan yang dikenal sebagai "acute blue toe syndrome". Sedangkan emboli yang besar
biasanya menyumbat pada daerah bifurcatio seperti di femoralis komunis atau poplitea.
2. Trombosis
Saat ini kejadian trombosis mulai menggantikan emboli sebagai penyebab utama iskemik
tungkai akut. Oklusi terjadi oleh karena proses trombosis pada arteri itu sendiri (in situ).
Adanya peningkatan usia (harapan hidup) pada manusia menyebabkan meningkatnyapenyakit atherosklerosis secara umum. Hal ini yang mungkin menjelaskan mengapa insidens
kejadian iskemik tungkai akut dengan etiologi trombosis meningkat secara nyata dalam
dekade terakhir. Trombosis dapat pula dikaitkan dengan beberapa faktor resiko seperti
riwayat operasi (trauma, knee replacement, dsb.), gagal jantung, polisitemia, dll. Trombosis
pada aneurisma arteri poplitea merupakan penyebab tersering iskemia akut karena
trombosis. Umumnya terjadi pada laki-laki tua dengan kelainan aneurisma di tempat lain
(50% menderita aneurisma aorta) atau ektasia generalisata.
Aneurisma poplitea biasanya dimulai dari daerah atas lutut sampai ke trifurcatio tibial.
Aneurisma akan terisi oleh trombus lamelar yang kemudian dapat menyumbat arteri tibial.
Adanya operasi bypass arteri sebelumnya memiliki resiko kejadian iskemia akut tungkai oleh
karena komplikasi oklusi graft dapat mencapai 20-30% dalam waktu 2-3 tahun pasca
operasi.
3. Penyebab lain
Kadangkala oklusi akut arteri dapat disebabkan oleh beberapa kondisi lain, seperti
: antiphospholipid syndrome, activated protein C, atau keganasan. Keadaan-keadaan ini
tidak dikaitkan oleh karena kelainan pada sistem sirkulasi (jantung dan pembuluh darah)
-
7/22/2019 papoo
3/11
tetapi oleh karena kelainan pada sistem koagulasi yang menyebabkan terbentuknya
gumpalan secara tiba-tiba.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan (manajemen) pada keadaan iskemik akut tungkai adalah tindakan
revaskularisasi. Pilihan dan timing revaskularisasi sangat tergantung pada penilaian klinis
tingkat iskemia tungkai. Revaskularisasi dapat dilakukan dengan cara operasi atau
trombolisis.
Pada keadaan iskemia irreversibel tidak dibenarkan untuk melakukan tindakan
revaskularisasi oleh karena dapat berakibat fatal (terlepasnya zat radikal, reperfusion injury,
dsb).
Pada keadaan iskemia kritikal tidak dibenarkan melakukan pemeriksaan angiografi, danindikasi operasi hanya berdasarkan pemeriksaan klinis dan penunjang Doppler sound.
Angiografi dilakukan intraoperatif pasca revaskularisasi dengan menaruhkan boks foto
rontgen dibawah tungkai kemudian menyuntikkan zat kontras proksimal dari sumbatan.
Angiografi intraoperatif bertujuan menilai cepat hasil revaskularisasi.
Sedangkan pada iskemia sub-akut sebaiknya dilakukan dahulu pemeriksaan arteriografi
untuk mengetahui secara tepat lokasi lesi (sumbatan) pada arteri.
1. Trombolisis
Dissolusi trombus dihasilkan melalui stimulasi proses konversi darifibrin-bound
plasminogen ke enzim aktif plasmin. Plasmin adalah protease yang dapat mendegradasi
fibrin sehingga trombus kembali melarut (dissolusi). Tindakan trombolisis pada iskemia akut
tungkai sangat berbeda dengan trombolisis pada infark miokard akut oleh karena terbukti
bahwa zat trombolitik tidak dapat diberikan secara sistemik pada tromboemboli tungkai dan
harus diberikan intralesi.
Cara pemberian trombolisis:
Infus. Infus streptokinase 5000 U/jam atau t-PA 0,5 mg/jam selama beberapa jam.High Dose Bolus. Bolus t-PA 5 mg tiap 10 menit sebanyak 3 kali, kemudian dilanjutkan infus
3,5 mg/jam sampai 4 jam (bila diperlukan).
Kontraindikasi trombolisis:
Internal bleeding, kehamilan, stroke/TIA dalam 2 bulan, tumor intraserebral, kraniotomi,
kelainan tendensi perdarahan, riwayat operasi vascular 2 minggu terakhir, riwayat operasi
abdomen 2 minggu terakhir, riwayat trauma 10 hari terakhir, riwayat perdarahan
gastrointestinal.
-
7/22/2019 papoo
4/11
2. Pembedahan
Tindakan operasi revaskularisasi tungkai bawah umumnya adalah
tindakan embolektomi dengan prosedur anestesia lokal. Akan tetapi kehadiran ahli anestesi
tetap diharuskan untuk memonitor hemodinamik, EKG, saturasi oksigen, untuk memberikan
sedasi atau memberikan anestesi umum bila diperlukan.Teknik Embolektomi. Kedua tungkai sampai umbilikus dipersiapkan untuk akses operasi.
Dilakukan insisi oblique lipat paha untuk ekspos bifurcatio femoralis, dan kemudian
keseluruhan cabang dilingkari dengan silastic band. Hindari penggunaan klem oleh karena
dapat memecah trombus sehingga menyulitkan pengambilan trombus secara utuh. Insisi
arteriotomi transversal dilakukan pada arteri femoralis komunis proksimal dari bifurcatio
sambil menghindari adanya plaque di tempat tersebut. Setiap trombus di tempat
arteriotomi dapat dilepas dengan menggunakan suction atauforceps sambil sebentar-
sebentar melepas jiratan silastic.Jika tidak ada aliran pulsasi dari proksimal, maka kateter fogarty dgn balon 4 Fr atau 5 Fr
dimasukkan ke proksimal sampai ke aorta kemudian baloon dikembangkan dan ditarik
perlahan. Jangan lupa menekan arteri femoralis kontralateral untuk mencegah embolisasi ke
tungkai kontralateral. Bila aliran tetap tidak ada maka diperlukan tindakan bypass femoro-
femoral atau aksilo-femoral. Jika ada embolus pelana (saddle-embolus) biasanya dapat
diambil melalui embolektomi bilateral.
Selanjutnya dengan menggunakan kateter fogarty 3 Fr atau 4 Fr dilakukan embolektomi ke
distal sejauh mungkin melalui femoralis superfisialis dan profunda. Tidak diperbolehkan
memaksa bila ditemukan tahanan dalam memasukkan kateter; karena dapat menyebabkan
diseksi atau perforasi.
Balon kateter dikembangkan bertahap sambil menarik kateter sehingga tekanan berlebihan
ke lapisan intimal dapat dihindari. Prosedur diatas diulangi sampai beberapa kali bila perlu.
Angiografi Intraoperatif
Sebaiknya angiografi segera dikerjakan setelah selesai melakukan tindakan revaskularisasi
oleh karena masih mungkin didapat tromboemboli persisten. Adanya back-
bleeding bukanlah garansi keberhasilan oleh karena dapat berasal dari kolateral arteri
proksimal. Cara tersederhana adalah dengan menaruh kaset film Ro dibawah tungkai dan
kemudian menginjeksikan 20 cc zat kontras ke dalam femoralis superfisialis dan kemudian
difoto dengan Ro portabel. Pada akhir tindakan dilakukan injeksi cairan heparin ke arah
distal dan insisi arteriotomi dapat ditutup kembali.
Kegagalan Embolektomi
-
7/22/2019 papoo
5/11
Bila arteriogram menunjukkan kegagalan tindakan embolektomi dapat dilakukan pemberian
streptokinase 100.000 U atau t-PA 15 mg intravaskular, dan setelah 1 jam dilakukan kembali
pemeriksaan arteriogram.
Adanya stenosis yang persisten memerlukan tindakan eksplorasi pada percabangan di
bawah lutut. Bila ditemukan lokasi tromboemboli yang persisten dapat dikerjakan
embolektomi ulang atau langsung membuat bypass.
Pasca Operasi
Setelah operasi perlu diperhatikan adanya tanda-tanda reperfusion injuries, aritmia atau
hipotensi. Adanya reperfusi dari sel-sel yang nekrotik membawa resiko keadaan multiple
organ failure atau SIRS.
Biasanya pemberian antikoagulans heparin atau warfarin pasca operasi diteruskan selama
beberapa hari untuk mengurangi resiko kejadian re-emboli.
B.Oklusi Arteri Perifer Kronik
Iskemik kronik tungkai adalah gangguan suplai darah pada tungkai karena kelainan pada
satu atau lebih pembuluh utama pada tungkai dalam waktu > 14 hari (kronik). Umumnya
iskemia kronik tungkai disebabkan oleh proses aterosklerosis.
Adanya gangguan iskemia biasanya diawali oleh gejala klaudikasio intermiten, yang
merupakan tanda adanya oklusi. Apabila proses aterosklerosis berjalan terus maka iskemiaakan makin hebat dan akan timbul tanda/gejala dari iskemia kritikal. Pasien dengan iskemia
kronik tungkai biasanya juga memiliki resiko lain yang disebabkan oleh proses aterosklerosis
seperti stroke, miokard infark, atau kelainan kardiovaskular lainnya.
Beratnya insufisiensi aliran darah dibagi menjadi 4 sadium (Fontaine) :
1. Std I : penyempitan arteri, tetapi perfusi jar ingan cukup
kesemutan, geringgingan, defisit denyut nadi
2.Std II : perfusi jaringan tidak memadai pada aktifitas tertentu nyeri, capek saat kerja atau jalan, istirahat hilang(kaudikasio intermitten)
jarak jalan memendek
3. Std III : perfusi tdk cukup saat istirahat, nyeri istirahat iskemik
4. Std IV : Iskemia nekrosis jaringan, atrofi, ulserasi
-
7/22/2019 papoo
6/11
GEJALA DAN TANDA
Klaudikasio intermiten
adalah rasa nyeri pada tungkai yang dirasakan pasien saat beraktivitas fisik. Nyeri
disebabkan suplai darah yang tidak memenuhi kebutuhan metabolisme otot saatberaktifitas. Perlu diketahui bahwa jumlah aliran darah yang dibutuhkan tungkai untuk
kebutuhan metabolisme saat istirahat hanya 130-150 mL/menit. Jumlah yang cukup kecil ini
dapat dengan mudah disediakan oleh pembuluh dengan stenosis atau oklusi yang memiliki
kolateral. Akan tetapi bila beraktifitas, terjadi peningkatan metabolisme dan kebutuhan
oksigen yang tidak dapat dipenuhi dari aliran darah yang mengalami sumbatan. Pasien
biasanya mengeluhkan nyeri yang progresif saat berjalan dan hilang bila beristirahat.
Nyeri dapat seperti rasa tertusuk-tusuk, kram, atau remasan pada otot. Gejala yang
progresif akhirnya akan memaksa pasien untuk beristirahat, dan keluhan akan berangsurhilang.
Gejala klaudikasio:
Tidak nyeri bila istirahat atau berjalan beberapa langkah
Jarak tempuh berjalan yang menetap
Nyeri hilang bila berdiri diam selama 1-3 menit
Tidak perlu duduk atau berbaringNyeri selalu berulang bila menempuh jarak yang sama
Memburuk bila berjalan cepat atau mendaki
Diagnosis diferensial dari klaudikasio adalah penyakit osteoartritis pada panggul atau iritasi
nervus lumbalis yang disertai dengan nyeri alih ke tungkai. Dibedakan dari klaudikasio
melalui: nyeri pada kedua kelainan diatas dapat muncul karena perubahan posisi tungkai
tanpa aktivitas fisik (saat tidur atau bangun dari bangku), nyeri tidak hilang bila berdiri, dan
seringkali nyeri tidak bersifat progresif yang memaksa pasien untuk beristirahat setelahberjalan (amat berbeda dengan klaudikasio).
Gejala dan Tanda Iskemia kritis.
merupakan tanda-tanda iskemia yang lebih serius dari klaudikasio intermiten yang dapat
disebabkan oleh derajat oklusi yang lebih parah atau tidak adanya sirkulasi kolateral ke
daerah yang lebih distal. Gejala dan tanda iskemia kritikal adalah sbb:
Cold feet. Tungkai terasa lebih dingin dari sisi kontralateral.
-
7/22/2019 papoo
7/11
Ischemic rest pain. Adalah rasa nyeri panas dan terbakar yang dirasakan terutama saat tidur
dan tungkai dalam keadaan hangat (terselimut). Suhu yang lebih panas disekitar tungkai
akan mengakibatkan peningkatan metabolisme pada jaringan iskemia yang menyebabkan
suplai darah tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolisme. Ischemic rest pain akan
menghilang bila pasien menggantung tungkai di bawah ranjang atau dengan cara bangundan berjalan sebentar yang sebenarnya bertujuan mendinginkan kembali tungkai. Nyeri
iskemik ini umumnya di daerah ujung-ujung jari dan hampir tak pernah mengenai bagian
otot-otot besar tungkai seperti di betis atau paha.
Edema. Kerusakan jaringan akibat iskemia akan menyebabkan terjadinya edema.
Ulserasi. Kerusakan jaringan akhirnya akan menyebabkan nekrosis dan ulserasi, terutama di
bagian yang disekitar tonjolan tulang, seperti: caput metacarpat I/V, maleolus medial dan
lateral, dan belakang tumit. Ulserasi terjadi karena tekanan ringan pada daerah iskemia
sudah cukup untuk menyebabkan nekrosis.Gangren. Daerah nekrotik dan ulserasi mudah terinfiltrasi kuman-kuman sehingga menjadi
gangren.
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan yang diperlukan untuk mendiagnosis adanya iskemia kronik tungkai adalah
sbb:
Faktor Risiko KardiovaskularPerlu ditanyakan dan diketahui adanya kelainan-kelainan kardiovaskular oleh karena sekitar
30% pasien dengan iskemia tungkai terbukti pernah mengalami riwayat angina atau infark
miokard.
Pemeriksaan untuk mengetahui faktor resiko kardiovaskular adalah : riwayat merokok,
riwayat serangan jantung, tekanan darah, EKG, gula darah, kadar lipid darah, BMI.
Pemeriksaan Tungkai
Penampakan keseluruhan tungkai: adanya edema, keadaan rambut tungkai, adanya
kemerahan khususnya yang bersamaan dengan sianosis.
Tes Buerger (pucat bila diangkat, kemerahan yang abnormal bila tergantung).
Pemeriksaan pulsasi dengan palpasi (A. femoralis, poplitea, tibiabis anterior dan posterior,
dorsalis pedis), yang amat subjektif. Pemeriksaan pulsasi harus dikonfirmasi dengan
pemeriksaan hand-held Doppler.
-
7/22/2019 papoo
8/11
Exercise Challange
Pemeriksaan exercise challange harus dilakukan terutama pada pasien yang hanya
mengeluhkan adanya klaudikasio intermiten tanpa gejala dan tanda lain. Pasien diminta
untuk berdiri di samping ranjang periksa dan melakukan jinjit berulang-ulang selama satu
menit. Selanjutnya sambil berbaring dilakukan pemeriksaan pulsasi. Bila ditemukan adanya
pulsasi yang menghilang atau tapping, atau bruit; dapat dipastikan terdapat gangguan aliran
darah. Tekanan darah yang berkurang lebih dari 20% menunjukkan adanya kemungkinan
Ankle-Brachial Pressure Index
Dilakukan pengukuran terhadap tekanan darah brakhialis dan arteri pedis dengan
menggunakan tensimeter danhand-held Doppler. ABPI diperoleh dengan membagi tekanan
darah brakhialis dengan tekanan darah pedis. Angka ABPI normalnya 1,0-1,2; angka dibawah
0,9 kecurigaan kelainan arteri, dan angka 0,8 merupakan batas bawah range normal. ABPIkurang dari 0,3 menunjukkan adanya iskemia kritikal.
PEMERIKSAAN VASKULAR
Waveform assesment
Pemeriksaan dengan menggunakan continuous-wave Doppler merupakan pemeriksaan yang
penting terutama bila dipasangkan dengan pemeriksaan tekanan darah segmental oleh
karena dapat memperkirakan dengan tepat area (segmen) yang mengalami gangguan.
Duplex ImagingPemeriksaan color-flow duplex ultrasoundmemungkinkan visualisasi dan pemeriksaan
hemodinamik dari arteri menggunakan pencitraan grey scale,colour-flow Doppler, danpulse
Doppler velocity profiles. Pencitraan grey-scale akan menggambarkan anatomi arteri dan
adanya plaque ekhogenik. Color-flow Dopplerakan menampilkan aliran darah yang berwarna
dan Doppler velocity profiles akan menghitung kecepatan aliran dalam bagian penampang
arteri yang diperiksa.
PEMERIKSAAN RADIOLOGISAngiografi
Pemeriksaan angiografi merupakan pemeriksaan "gold standar"dalam kelainan arteri
perifer. Pada tahun 1990-an, diperkenalkan pengembangan dari angiografi konvensional
yaitu teknik digital subtraction angiographyyang dapat "mengaburkan" gambaran tulang
sehingga citra arteri dan percabangannya menjadi lebih jelas dan tajam.
Pemeriksaan angiografi adalah pemeriksaan invasif dan memerlukan izin pasien. Saat ini di
Indonesia pemeriksaan invasif ini dapat dikerjakan oleh radiologis, kardiologis, atau bedah
-
7/22/2019 papoo
9/11
vaskular. Pemeriksaan angiografi memberikan resiko kepada pasien dengan gagal ginjal oleh
karena menggunakan zat kontras.
Computed Tomography Angiography
Dalam pemeriksaan ini gambar yang didapat dihasilkan melalui pemeriksaan CT-scan.Penggunaan CT-scan konvensional untuk pencitraan angiografi tidak memuaskan oleh
karena dibutuhkan banyak potongan gambar yang membutuhkan waktu lama sehingga
pencitraan yang dihasilkan berkualitas buruk. Penemuan helical (or spiral) CT-scan
menghasilkan citra 3 dimensi dari pembuluh darah dan dapat memeriksa keseluruhan
panjang pembuluh dalam waktu yang singkat. Citra yang dihasilkan serupa dengan
angiografi biasa hanya dalam 3 dimensi, dan sebenarnya tidak bermakna klinis yang lebih
baik. Helical CT-scan khususnya berguna dalam pencitraan kelainan pembuluh darah yang
memiliki struktur kompleks seperti dalam kasus-kasus aneurisma aorta. Helical CT-scan
memiliki kerugian yang sama dengan pemeriksaan angiografi biasa yaitu; berbahaya
digunakan pada pasien dengan gagal ginjal. Zat kontras pada CTA diberikan melalui
intravena.
Magnetic Resonance Angiography
Citra angiography diperoleh melalui pemeriksaan MRI. Sama dengan CTA; zat kontras
diberikan secara intravena. MRA atau CTA dapat diindikasikan apabila pasien tidak dapat
mentolerir tusukan intra-arterial, misal karena kelainan bilateral atau kelainan perdarahan.
MRA dikontraindikasikan pada pasien dengan alat pacu jantung atau katup protesis metal.
-
7/22/2019 papoo
10/11
PENATALAKSANAAN
KLAUDIKASIO INTERMITTEN
Penatalaksanaan utama dari klaudikasio adalah konservatif, yang terdiri dari: stop merokok,
olahraga, penghilangan faktor resiko, dan obat. Setelah penatalaksanaan konservatif; sekitar50% pasien menunjukkan perbaikan, 30% tidak berubah, 25% memburuk, dan hanya 5%
yang menjadi iskemia kritikal. Sampai saat ini obat-obatan untuk klaudikasio belum
mendapatkan hasil yang memuaskan. Obat-obatan yang dapat dipergunakan adalah :
naftidrofuryl, cilostazol, pentoxyfiline, inositol nicotine, cinnarizine.
Tindakan intervensi bedah pada pasien yang hanya mengeluhkan klaudikasio hanya
diindikasikan bila:
kegagalan terapi konservatif
gejala klaudikasio yang hebat serta mempengaruhi kehidupan sehari-hari
lesi tidak multipel dan difus
unilateral
kelainan pada aorta atau iliaka
ISKEMIK KRITIKAL
Pasien yang telah mengalami iskemik kritikal tungkai memiliki prognosis yang buruk, yaitu:
mortalitas 1 tahun sebesar 25%, dan 5 tahun sebesar 50%. Penyebab utama kematian
bukanlah akibat iskemia tungkai akan tetapi oleh karena kelainan pada koroner atau
serebrovaskular. Oleh karena itu penatalaksanaan iskemik kritikal tungkai bertujuan untuk
mencegah adanya amputasi tungkai, bukanlah untuk meningkatkan angka harapan hidup
pasien.
Penatalaksanaan untuk kelainan iskemik kritikal tungkai adalah tindakan intervensi melalui
pembedahan atau endovaskular atau kombinasi keduanya. Sebagai patokan kasar adalah:
bila pasien memiliki keadaan umum yang buruk, atau dengan harapan hidup pendek karenafaktor komorbid, dan tidak memerlukan tindakan lain seperti amputasi atau debridement,
sebaiknya intervensi dilakukan secara endovascular. Pasien yang memiliki harapan hidup
yang panjang (tanpa kelainan kardiovaskular atau serebrovaskular yang mengancam)
selayaknya segera menjalani operasi bypass sehingga kualitas hidupnya dapat meningkat.
Tindakan intervensi endovaskular sebaiknya tidak dikerjakan pada kelainan arteri
infrainguinal oleh karena tingginya angka oklusi dan hanya boleh dipertimbangkan bila tidak
tersedianya vena autogen sebagai graft.
Penatalaksanaan bedah untuk rekonstruksi vaskular tungkai dapat dibagi menjadi 2,yaitu: suprainguinal bypass dan infranguinal bypass.
-
7/22/2019 papoo
11/11
Suprainguinal Bypass
Kelainan berada pada arteri suprainguinal atau pada aorta abdominal. Beberapa teknik yang
dapat dikerjakan adalah sbb:
Iliaka angioplasty / stenting + Cross-over GarftAorto-bifemoral Bypass Graft
Axillo-bifemoral Bypass Graft
Infrainguinal Bypass
Untuk kelainan yang terbatas pada daerah infrainguinal, graft vena autolog terbukti lebih
unggul dari jenis graft lainnya dengan angka patensi 85% (1 thn), 80% (3 thn), dan 70% (5
thn) dibanding prostetik dengan angka patensi 70% (1 thn), 35% (3 thn), dan 25% (5 thn).
Untuk anastomosis proksimal sebaiknya ditempatkan pada arteri femoralis komunis, kecuali
bila graft vena tidak cukup panjang ke distal dari sumbatan.