papoo

Upload: dantevermillion

Post on 10-Feb-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 papoo

    1/11

    P A P O

    PENYAKIT ARTERI PERIFER OKLUSI

    * Oklusi Arteri Perifer baik Akut maupun Kronis *

    A.Oklusi Arteri Perifer Akut

    DEFINISI

    Oklusi Arteri Perifer didefinisikan sebagai gangguan dari suplai darah pada tungkai yang

    sebelumnya bersirkulasi stabil yang menghasilkan gejala nyeri saat istirahat dan/atau gejalaiskemik berat lainnya yang terjadi kuang dari 14 hari.

    PENAMPAKAN KLINIS

    Adanya sumbatan (oklusi) akut dari pembuluh arteri utama pada tungkai tanpa adanya

    pembuluh kolateral akan menghasilkan gejala klinis klasik dari sumbatan arteri, yaitu: nyeri

    (pain), paralisis (paralysis),paraesthesia, pucat (pallor), tidak ada pulsasi (pulselessness),

    dan dingin (perishingly cold leg).

    Nyeri terasa hebat dan seringkali resisten terhadap analgetika. Adanya nyeri pada betis dannyeri tekan dengan penampakan sindrom kompartemen menunjukkan tanda-tanda nekrosis

    otot dan keadaan kritikal (kadangkala irreversibel). Defisit neurologis motor sensorik seperti

    paralisis otot dan paraestesia justru mengindikasikan iskemia otot dan nervus yang masih

    berpotensi untuk tindakan penyelamatan invasif (urgent). Pada awalnya tungkai tampak

    pucat (vena yang kosong), tetapi setelah 6-12 jam akan terjadi vasodilatasi yang disebabkan

    oleh hipoksia dari otot polos vaskular. Kapiler akan terisi kembali oleh darah terdeoksigenasi

    yang stagnan, yang memunculkan penampakan mottled(yang masih hilang bila ditekan).

    Bila tindakan pemulihan aliran darah arteri tidak dikerjakan,kapiler akan ruptur dan akan

    menampakkan kulit yang kebiruan yang menunjukkan iskemia irreversibel. Tanda-tandadiatas sangat khas untuk kejadian sumbatan arteri akut tanpa disertai kolateral. Bila oklusi

    akut terjadi pada keadaan yang sebelumnya telah mengalami sumbatan kronik, maka tanda

    yang dihasilkan biasanya lebih ringan oleh karena telah terbentuk kolateral. Adanya gejala

    klaudikasio intermiten pada tungkai yang sama dapat menunjukkan pasien telah mengalami

    oklusi kronik sebelumnya. Keadaan akut yang menyertai proses kronik umumnya beretiologi

    trombosis.

  • 7/22/2019 papoo

    2/11

    ETIOLOGI

    1. Emboli

    Beberapa dekade silam kejadian emboli merupakan faktor utama etiologi iskemia akut

    tungkai. Emboli yang cukup besar untuk menyumbat arteri utama tungkai bawah biasanyaberasal dari jantung. Penyakit jantung rheuma pada katup merupakan kelainan utama

    penyebab emboli, dimana emboli berasal dari atrium kiri. Trombus mural pada penyakit

    jantung iskemik merupakan penyebab lainnya.

    Dalam frekuensi yang lebih jarang, emboli dapat berasal dari plaque atherosklerotik yang

    terlepas dari arteri sebelah proksimal dari lokasi sumbatan (plaque aorta, aneurisma aorta,

    atau iliaka kommunis). Emboli yang berasal dari plaque ini sulit untuk di trombolisis atau

    embolektomi karena merupakan jaringan padat kolesterol yang sulit terurai dan membawa

    prognosis yang lebih buruk.Atheroemboli yang kecil dapat menyumbat arteri kecil pada jari yang menyebabkan

    kelainan yang dikenal sebagai "acute blue toe syndrome". Sedangkan emboli yang besar

    biasanya menyumbat pada daerah bifurcatio seperti di femoralis komunis atau poplitea.

    2. Trombosis

    Saat ini kejadian trombosis mulai menggantikan emboli sebagai penyebab utama iskemik

    tungkai akut. Oklusi terjadi oleh karena proses trombosis pada arteri itu sendiri (in situ).

    Adanya peningkatan usia (harapan hidup) pada manusia menyebabkan meningkatnyapenyakit atherosklerosis secara umum. Hal ini yang mungkin menjelaskan mengapa insidens

    kejadian iskemik tungkai akut dengan etiologi trombosis meningkat secara nyata dalam

    dekade terakhir. Trombosis dapat pula dikaitkan dengan beberapa faktor resiko seperti

    riwayat operasi (trauma, knee replacement, dsb.), gagal jantung, polisitemia, dll. Trombosis

    pada aneurisma arteri poplitea merupakan penyebab tersering iskemia akut karena

    trombosis. Umumnya terjadi pada laki-laki tua dengan kelainan aneurisma di tempat lain

    (50% menderita aneurisma aorta) atau ektasia generalisata.

    Aneurisma poplitea biasanya dimulai dari daerah atas lutut sampai ke trifurcatio tibial.

    Aneurisma akan terisi oleh trombus lamelar yang kemudian dapat menyumbat arteri tibial.

    Adanya operasi bypass arteri sebelumnya memiliki resiko kejadian iskemia akut tungkai oleh

    karena komplikasi oklusi graft dapat mencapai 20-30% dalam waktu 2-3 tahun pasca

    operasi.

    3. Penyebab lain

    Kadangkala oklusi akut arteri dapat disebabkan oleh beberapa kondisi lain, seperti

    : antiphospholipid syndrome, activated protein C, atau keganasan. Keadaan-keadaan ini

    tidak dikaitkan oleh karena kelainan pada sistem sirkulasi (jantung dan pembuluh darah)

  • 7/22/2019 papoo

    3/11

    tetapi oleh karena kelainan pada sistem koagulasi yang menyebabkan terbentuknya

    gumpalan secara tiba-tiba.

    Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan (manajemen) pada keadaan iskemik akut tungkai adalah tindakan

    revaskularisasi. Pilihan dan timing revaskularisasi sangat tergantung pada penilaian klinis

    tingkat iskemia tungkai. Revaskularisasi dapat dilakukan dengan cara operasi atau

    trombolisis.

    Pada keadaan iskemia irreversibel tidak dibenarkan untuk melakukan tindakan

    revaskularisasi oleh karena dapat berakibat fatal (terlepasnya zat radikal, reperfusion injury,

    dsb).

    Pada keadaan iskemia kritikal tidak dibenarkan melakukan pemeriksaan angiografi, danindikasi operasi hanya berdasarkan pemeriksaan klinis dan penunjang Doppler sound.

    Angiografi dilakukan intraoperatif pasca revaskularisasi dengan menaruhkan boks foto

    rontgen dibawah tungkai kemudian menyuntikkan zat kontras proksimal dari sumbatan.

    Angiografi intraoperatif bertujuan menilai cepat hasil revaskularisasi.

    Sedangkan pada iskemia sub-akut sebaiknya dilakukan dahulu pemeriksaan arteriografi

    untuk mengetahui secara tepat lokasi lesi (sumbatan) pada arteri.

    1. Trombolisis

    Dissolusi trombus dihasilkan melalui stimulasi proses konversi darifibrin-bound

    plasminogen ke enzim aktif plasmin. Plasmin adalah protease yang dapat mendegradasi

    fibrin sehingga trombus kembali melarut (dissolusi). Tindakan trombolisis pada iskemia akut

    tungkai sangat berbeda dengan trombolisis pada infark miokard akut oleh karena terbukti

    bahwa zat trombolitik tidak dapat diberikan secara sistemik pada tromboemboli tungkai dan

    harus diberikan intralesi.

    Cara pemberian trombolisis:

    Infus. Infus streptokinase 5000 U/jam atau t-PA 0,5 mg/jam selama beberapa jam.High Dose Bolus. Bolus t-PA 5 mg tiap 10 menit sebanyak 3 kali, kemudian dilanjutkan infus

    3,5 mg/jam sampai 4 jam (bila diperlukan).

    Kontraindikasi trombolisis:

    Internal bleeding, kehamilan, stroke/TIA dalam 2 bulan, tumor intraserebral, kraniotomi,

    kelainan tendensi perdarahan, riwayat operasi vascular 2 minggu terakhir, riwayat operasi

    abdomen 2 minggu terakhir, riwayat trauma 10 hari terakhir, riwayat perdarahan

    gastrointestinal.

  • 7/22/2019 papoo

    4/11

    2. Pembedahan

    Tindakan operasi revaskularisasi tungkai bawah umumnya adalah

    tindakan embolektomi dengan prosedur anestesia lokal. Akan tetapi kehadiran ahli anestesi

    tetap diharuskan untuk memonitor hemodinamik, EKG, saturasi oksigen, untuk memberikan

    sedasi atau memberikan anestesi umum bila diperlukan.Teknik Embolektomi. Kedua tungkai sampai umbilikus dipersiapkan untuk akses operasi.

    Dilakukan insisi oblique lipat paha untuk ekspos bifurcatio femoralis, dan kemudian

    keseluruhan cabang dilingkari dengan silastic band. Hindari penggunaan klem oleh karena

    dapat memecah trombus sehingga menyulitkan pengambilan trombus secara utuh. Insisi

    arteriotomi transversal dilakukan pada arteri femoralis komunis proksimal dari bifurcatio

    sambil menghindari adanya plaque di tempat tersebut. Setiap trombus di tempat

    arteriotomi dapat dilepas dengan menggunakan suction atauforceps sambil sebentar-

    sebentar melepas jiratan silastic.Jika tidak ada aliran pulsasi dari proksimal, maka kateter fogarty dgn balon 4 Fr atau 5 Fr

    dimasukkan ke proksimal sampai ke aorta kemudian baloon dikembangkan dan ditarik

    perlahan. Jangan lupa menekan arteri femoralis kontralateral untuk mencegah embolisasi ke

    tungkai kontralateral. Bila aliran tetap tidak ada maka diperlukan tindakan bypass femoro-

    femoral atau aksilo-femoral. Jika ada embolus pelana (saddle-embolus) biasanya dapat

    diambil melalui embolektomi bilateral.

    Selanjutnya dengan menggunakan kateter fogarty 3 Fr atau 4 Fr dilakukan embolektomi ke

    distal sejauh mungkin melalui femoralis superfisialis dan profunda. Tidak diperbolehkan

    memaksa bila ditemukan tahanan dalam memasukkan kateter; karena dapat menyebabkan

    diseksi atau perforasi.

    Balon kateter dikembangkan bertahap sambil menarik kateter sehingga tekanan berlebihan

    ke lapisan intimal dapat dihindari. Prosedur diatas diulangi sampai beberapa kali bila perlu.

    Angiografi Intraoperatif

    Sebaiknya angiografi segera dikerjakan setelah selesai melakukan tindakan revaskularisasi

    oleh karena masih mungkin didapat tromboemboli persisten. Adanya back-

    bleeding bukanlah garansi keberhasilan oleh karena dapat berasal dari kolateral arteri

    proksimal. Cara tersederhana adalah dengan menaruh kaset film Ro dibawah tungkai dan

    kemudian menginjeksikan 20 cc zat kontras ke dalam femoralis superfisialis dan kemudian

    difoto dengan Ro portabel. Pada akhir tindakan dilakukan injeksi cairan heparin ke arah

    distal dan insisi arteriotomi dapat ditutup kembali.

    Kegagalan Embolektomi

  • 7/22/2019 papoo

    5/11

    Bila arteriogram menunjukkan kegagalan tindakan embolektomi dapat dilakukan pemberian

    streptokinase 100.000 U atau t-PA 15 mg intravaskular, dan setelah 1 jam dilakukan kembali

    pemeriksaan arteriogram.

    Adanya stenosis yang persisten memerlukan tindakan eksplorasi pada percabangan di

    bawah lutut. Bila ditemukan lokasi tromboemboli yang persisten dapat dikerjakan

    embolektomi ulang atau langsung membuat bypass.

    Pasca Operasi

    Setelah operasi perlu diperhatikan adanya tanda-tanda reperfusion injuries, aritmia atau

    hipotensi. Adanya reperfusi dari sel-sel yang nekrotik membawa resiko keadaan multiple

    organ failure atau SIRS.

    Biasanya pemberian antikoagulans heparin atau warfarin pasca operasi diteruskan selama

    beberapa hari untuk mengurangi resiko kejadian re-emboli.

    B.Oklusi Arteri Perifer Kronik

    Iskemik kronik tungkai adalah gangguan suplai darah pada tungkai karena kelainan pada

    satu atau lebih pembuluh utama pada tungkai dalam waktu > 14 hari (kronik). Umumnya

    iskemia kronik tungkai disebabkan oleh proses aterosklerosis.

    Adanya gangguan iskemia biasanya diawali oleh gejala klaudikasio intermiten, yang

    merupakan tanda adanya oklusi. Apabila proses aterosklerosis berjalan terus maka iskemiaakan makin hebat dan akan timbul tanda/gejala dari iskemia kritikal. Pasien dengan iskemia

    kronik tungkai biasanya juga memiliki resiko lain yang disebabkan oleh proses aterosklerosis

    seperti stroke, miokard infark, atau kelainan kardiovaskular lainnya.

    Beratnya insufisiensi aliran darah dibagi menjadi 4 sadium (Fontaine) :

    1. Std I : penyempitan arteri, tetapi perfusi jar ingan cukup

    kesemutan, geringgingan, defisit denyut nadi

    2.Std II : perfusi jaringan tidak memadai pada aktifitas tertentu nyeri, capek saat kerja atau jalan, istirahat hilang(kaudikasio intermitten)

    jarak jalan memendek

    3. Std III : perfusi tdk cukup saat istirahat, nyeri istirahat iskemik

    4. Std IV : Iskemia nekrosis jaringan, atrofi, ulserasi

  • 7/22/2019 papoo

    6/11

    GEJALA DAN TANDA

    Klaudikasio intermiten

    adalah rasa nyeri pada tungkai yang dirasakan pasien saat beraktivitas fisik. Nyeri

    disebabkan suplai darah yang tidak memenuhi kebutuhan metabolisme otot saatberaktifitas. Perlu diketahui bahwa jumlah aliran darah yang dibutuhkan tungkai untuk

    kebutuhan metabolisme saat istirahat hanya 130-150 mL/menit. Jumlah yang cukup kecil ini

    dapat dengan mudah disediakan oleh pembuluh dengan stenosis atau oklusi yang memiliki

    kolateral. Akan tetapi bila beraktifitas, terjadi peningkatan metabolisme dan kebutuhan

    oksigen yang tidak dapat dipenuhi dari aliran darah yang mengalami sumbatan. Pasien

    biasanya mengeluhkan nyeri yang progresif saat berjalan dan hilang bila beristirahat.

    Nyeri dapat seperti rasa tertusuk-tusuk, kram, atau remasan pada otot. Gejala yang

    progresif akhirnya akan memaksa pasien untuk beristirahat, dan keluhan akan berangsurhilang.

    Gejala klaudikasio:

    Tidak nyeri bila istirahat atau berjalan beberapa langkah

    Jarak tempuh berjalan yang menetap

    Nyeri hilang bila berdiri diam selama 1-3 menit

    Tidak perlu duduk atau berbaringNyeri selalu berulang bila menempuh jarak yang sama

    Memburuk bila berjalan cepat atau mendaki

    Diagnosis diferensial dari klaudikasio adalah penyakit osteoartritis pada panggul atau iritasi

    nervus lumbalis yang disertai dengan nyeri alih ke tungkai. Dibedakan dari klaudikasio

    melalui: nyeri pada kedua kelainan diatas dapat muncul karena perubahan posisi tungkai

    tanpa aktivitas fisik (saat tidur atau bangun dari bangku), nyeri tidak hilang bila berdiri, dan

    seringkali nyeri tidak bersifat progresif yang memaksa pasien untuk beristirahat setelahberjalan (amat berbeda dengan klaudikasio).

    Gejala dan Tanda Iskemia kritis.

    merupakan tanda-tanda iskemia yang lebih serius dari klaudikasio intermiten yang dapat

    disebabkan oleh derajat oklusi yang lebih parah atau tidak adanya sirkulasi kolateral ke

    daerah yang lebih distal. Gejala dan tanda iskemia kritikal adalah sbb:

    Cold feet. Tungkai terasa lebih dingin dari sisi kontralateral.

  • 7/22/2019 papoo

    7/11

    Ischemic rest pain. Adalah rasa nyeri panas dan terbakar yang dirasakan terutama saat tidur

    dan tungkai dalam keadaan hangat (terselimut). Suhu yang lebih panas disekitar tungkai

    akan mengakibatkan peningkatan metabolisme pada jaringan iskemia yang menyebabkan

    suplai darah tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolisme. Ischemic rest pain akan

    menghilang bila pasien menggantung tungkai di bawah ranjang atau dengan cara bangundan berjalan sebentar yang sebenarnya bertujuan mendinginkan kembali tungkai. Nyeri

    iskemik ini umumnya di daerah ujung-ujung jari dan hampir tak pernah mengenai bagian

    otot-otot besar tungkai seperti di betis atau paha.

    Edema. Kerusakan jaringan akibat iskemia akan menyebabkan terjadinya edema.

    Ulserasi. Kerusakan jaringan akhirnya akan menyebabkan nekrosis dan ulserasi, terutama di

    bagian yang disekitar tonjolan tulang, seperti: caput metacarpat I/V, maleolus medial dan

    lateral, dan belakang tumit. Ulserasi terjadi karena tekanan ringan pada daerah iskemia

    sudah cukup untuk menyebabkan nekrosis.Gangren. Daerah nekrotik dan ulserasi mudah terinfiltrasi kuman-kuman sehingga menjadi

    gangren.

    PEMERIKSAAN

    Pemeriksaan yang diperlukan untuk mendiagnosis adanya iskemia kronik tungkai adalah

    sbb:

    Faktor Risiko KardiovaskularPerlu ditanyakan dan diketahui adanya kelainan-kelainan kardiovaskular oleh karena sekitar

    30% pasien dengan iskemia tungkai terbukti pernah mengalami riwayat angina atau infark

    miokard.

    Pemeriksaan untuk mengetahui faktor resiko kardiovaskular adalah : riwayat merokok,

    riwayat serangan jantung, tekanan darah, EKG, gula darah, kadar lipid darah, BMI.

    Pemeriksaan Tungkai

    Penampakan keseluruhan tungkai: adanya edema, keadaan rambut tungkai, adanya

    kemerahan khususnya yang bersamaan dengan sianosis.

    Tes Buerger (pucat bila diangkat, kemerahan yang abnormal bila tergantung).

    Pemeriksaan pulsasi dengan palpasi (A. femoralis, poplitea, tibiabis anterior dan posterior,

    dorsalis pedis), yang amat subjektif. Pemeriksaan pulsasi harus dikonfirmasi dengan

    pemeriksaan hand-held Doppler.

  • 7/22/2019 papoo

    8/11

    Exercise Challange

    Pemeriksaan exercise challange harus dilakukan terutama pada pasien yang hanya

    mengeluhkan adanya klaudikasio intermiten tanpa gejala dan tanda lain. Pasien diminta

    untuk berdiri di samping ranjang periksa dan melakukan jinjit berulang-ulang selama satu

    menit. Selanjutnya sambil berbaring dilakukan pemeriksaan pulsasi. Bila ditemukan adanya

    pulsasi yang menghilang atau tapping, atau bruit; dapat dipastikan terdapat gangguan aliran

    darah. Tekanan darah yang berkurang lebih dari 20% menunjukkan adanya kemungkinan

    Ankle-Brachial Pressure Index

    Dilakukan pengukuran terhadap tekanan darah brakhialis dan arteri pedis dengan

    menggunakan tensimeter danhand-held Doppler. ABPI diperoleh dengan membagi tekanan

    darah brakhialis dengan tekanan darah pedis. Angka ABPI normalnya 1,0-1,2; angka dibawah

    0,9 kecurigaan kelainan arteri, dan angka 0,8 merupakan batas bawah range normal. ABPIkurang dari 0,3 menunjukkan adanya iskemia kritikal.

    PEMERIKSAAN VASKULAR

    Waveform assesment

    Pemeriksaan dengan menggunakan continuous-wave Doppler merupakan pemeriksaan yang

    penting terutama bila dipasangkan dengan pemeriksaan tekanan darah segmental oleh

    karena dapat memperkirakan dengan tepat area (segmen) yang mengalami gangguan.

    Duplex ImagingPemeriksaan color-flow duplex ultrasoundmemungkinkan visualisasi dan pemeriksaan

    hemodinamik dari arteri menggunakan pencitraan grey scale,colour-flow Doppler, danpulse

    Doppler velocity profiles. Pencitraan grey-scale akan menggambarkan anatomi arteri dan

    adanya plaque ekhogenik. Color-flow Dopplerakan menampilkan aliran darah yang berwarna

    dan Doppler velocity profiles akan menghitung kecepatan aliran dalam bagian penampang

    arteri yang diperiksa.

    PEMERIKSAAN RADIOLOGISAngiografi

    Pemeriksaan angiografi merupakan pemeriksaan "gold standar"dalam kelainan arteri

    perifer. Pada tahun 1990-an, diperkenalkan pengembangan dari angiografi konvensional

    yaitu teknik digital subtraction angiographyyang dapat "mengaburkan" gambaran tulang

    sehingga citra arteri dan percabangannya menjadi lebih jelas dan tajam.

    Pemeriksaan angiografi adalah pemeriksaan invasif dan memerlukan izin pasien. Saat ini di

    Indonesia pemeriksaan invasif ini dapat dikerjakan oleh radiologis, kardiologis, atau bedah

  • 7/22/2019 papoo

    9/11

    vaskular. Pemeriksaan angiografi memberikan resiko kepada pasien dengan gagal ginjal oleh

    karena menggunakan zat kontras.

    Computed Tomography Angiography

    Dalam pemeriksaan ini gambar yang didapat dihasilkan melalui pemeriksaan CT-scan.Penggunaan CT-scan konvensional untuk pencitraan angiografi tidak memuaskan oleh

    karena dibutuhkan banyak potongan gambar yang membutuhkan waktu lama sehingga

    pencitraan yang dihasilkan berkualitas buruk. Penemuan helical (or spiral) CT-scan

    menghasilkan citra 3 dimensi dari pembuluh darah dan dapat memeriksa keseluruhan

    panjang pembuluh dalam waktu yang singkat. Citra yang dihasilkan serupa dengan

    angiografi biasa hanya dalam 3 dimensi, dan sebenarnya tidak bermakna klinis yang lebih

    baik. Helical CT-scan khususnya berguna dalam pencitraan kelainan pembuluh darah yang

    memiliki struktur kompleks seperti dalam kasus-kasus aneurisma aorta. Helical CT-scan

    memiliki kerugian yang sama dengan pemeriksaan angiografi biasa yaitu; berbahaya

    digunakan pada pasien dengan gagal ginjal. Zat kontras pada CTA diberikan melalui

    intravena.

    Magnetic Resonance Angiography

    Citra angiography diperoleh melalui pemeriksaan MRI. Sama dengan CTA; zat kontras

    diberikan secara intravena. MRA atau CTA dapat diindikasikan apabila pasien tidak dapat

    mentolerir tusukan intra-arterial, misal karena kelainan bilateral atau kelainan perdarahan.

    MRA dikontraindikasikan pada pasien dengan alat pacu jantung atau katup protesis metal.

  • 7/22/2019 papoo

    10/11

    PENATALAKSANAAN

    KLAUDIKASIO INTERMITTEN

    Penatalaksanaan utama dari klaudikasio adalah konservatif, yang terdiri dari: stop merokok,

    olahraga, penghilangan faktor resiko, dan obat. Setelah penatalaksanaan konservatif; sekitar50% pasien menunjukkan perbaikan, 30% tidak berubah, 25% memburuk, dan hanya 5%

    yang menjadi iskemia kritikal. Sampai saat ini obat-obatan untuk klaudikasio belum

    mendapatkan hasil yang memuaskan. Obat-obatan yang dapat dipergunakan adalah :

    naftidrofuryl, cilostazol, pentoxyfiline, inositol nicotine, cinnarizine.

    Tindakan intervensi bedah pada pasien yang hanya mengeluhkan klaudikasio hanya

    diindikasikan bila:

    kegagalan terapi konservatif

    gejala klaudikasio yang hebat serta mempengaruhi kehidupan sehari-hari

    lesi tidak multipel dan difus

    unilateral

    kelainan pada aorta atau iliaka

    ISKEMIK KRITIKAL

    Pasien yang telah mengalami iskemik kritikal tungkai memiliki prognosis yang buruk, yaitu:

    mortalitas 1 tahun sebesar 25%, dan 5 tahun sebesar 50%. Penyebab utama kematian

    bukanlah akibat iskemia tungkai akan tetapi oleh karena kelainan pada koroner atau

    serebrovaskular. Oleh karena itu penatalaksanaan iskemik kritikal tungkai bertujuan untuk

    mencegah adanya amputasi tungkai, bukanlah untuk meningkatkan angka harapan hidup

    pasien.

    Penatalaksanaan untuk kelainan iskemik kritikal tungkai adalah tindakan intervensi melalui

    pembedahan atau endovaskular atau kombinasi keduanya. Sebagai patokan kasar adalah:

    bila pasien memiliki keadaan umum yang buruk, atau dengan harapan hidup pendek karenafaktor komorbid, dan tidak memerlukan tindakan lain seperti amputasi atau debridement,

    sebaiknya intervensi dilakukan secara endovascular. Pasien yang memiliki harapan hidup

    yang panjang (tanpa kelainan kardiovaskular atau serebrovaskular yang mengancam)

    selayaknya segera menjalani operasi bypass sehingga kualitas hidupnya dapat meningkat.

    Tindakan intervensi endovaskular sebaiknya tidak dikerjakan pada kelainan arteri

    infrainguinal oleh karena tingginya angka oklusi dan hanya boleh dipertimbangkan bila tidak

    tersedianya vena autogen sebagai graft.

    Penatalaksanaan bedah untuk rekonstruksi vaskular tungkai dapat dibagi menjadi 2,yaitu: suprainguinal bypass dan infranguinal bypass.

  • 7/22/2019 papoo

    11/11

    Suprainguinal Bypass

    Kelainan berada pada arteri suprainguinal atau pada aorta abdominal. Beberapa teknik yang

    dapat dikerjakan adalah sbb:

    Iliaka angioplasty / stenting + Cross-over GarftAorto-bifemoral Bypass Graft

    Axillo-bifemoral Bypass Graft

    Infrainguinal Bypass

    Untuk kelainan yang terbatas pada daerah infrainguinal, graft vena autolog terbukti lebih

    unggul dari jenis graft lainnya dengan angka patensi 85% (1 thn), 80% (3 thn), dan 70% (5

    thn) dibanding prostetik dengan angka patensi 70% (1 thn), 35% (3 thn), dan 25% (5 thn).

    Untuk anastomosis proksimal sebaiknya ditempatkan pada arteri femoralis komunis, kecuali

    bila graft vena tidak cukup panjang ke distal dari sumbatan.