paper seminar akuntansi pemerintah kel 1--sap berbasis akrual
DESCRIPTION
STAN JAKARTA D4 BPKP 2013TRANSCRIPT
KELOMPOK 4
1. GILANG PERDANA2. MOCH FAUZUL IMAN3. MULYADI4. PRATIWI PAROWUNG5. MADE RAHAYU INDRAYANI
SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL
SEMINAR AKUNTANSI PEMERINTAH
1
2014KELAS 8 BD4 KEUANGAN SPESIALISASI AKUNTANSIKURIKULUM KHUSUS-BPKP
SAP BERBASIS AKRUAL
A. PENDAHULUAN
Pasal 32 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
menetapkan bahwa Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) disusun oleh Komite Standar
Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang independen. Pada tahun 2005 KSAP telah
menyusun draft SAP yang kemudian ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2005 tentang SAP.
Basis akuntansi yang digunakan pada PP 24 Tahun 2005 tersebut adalah basis kas
untuk pendapatan, belanja, dan pembiayaan; basis akrual untuk aset, kewajiban dan
ekuitas, atau secara keseluruhan dikenal sebagai basis “cash toward accrual”. Sementara
itu pasal 70 ayat 2 Ketentuan Peralihan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, menetapkan bahwa pengakuan dan pengukuran pendapatan dan
belanja berbasis akrual diterapkan selambat-lambatnya pada tahun anggaran 2008.
Pemerintah menetapkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) baru dengan
menetapkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 sebagai pengganti Peraturan
Pemerintah No. 24 Tahun 2005. SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan (PSAP), dilengkapi dengan Pengantar Standar Akuntansi
Pemerintahan dan disusun mengacu kepada Kerangka Konseptual Akuntansi
Pemerintahan.
SAP harus digunakan sebagai acuan dalam menyusun laporan keuangan pemerintah,
baik Pemerintah Pusat maupun pemerintah daerah.
B. BASIS AKUNTANSI
Basis akuntansi merupakan salah satu prinsip akuntansi untuk menentukan periode
pengakuan dan pelaporan suatu transaksi ekonomi dalam laporan keuangan. Basis
akuntansi yang umum dikenal ada lima, yaitu basis akrual (accrual basis), basis akrual
yang dimodifikasi (modified accrual), basis kas (cash basis), basis kas yang
dimodifikasi (modified cash), dan basis kas menuju akrual (cash toward accrual).
1. Basis Akrual (accrual basis)
2
Basis akrual menurut PSAP (Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan) Nomor
01 adalah: “basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa
lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas
atau setara kas diterima atau dibayar”
2. Basis akrual yang dimodifikasi (modified accrual)
Pada basis akrual yang dimodifikasi hanya pendapatan yang memenuhi unsur
measurable dan available yang dapat diakui sebagai pendapatan pada saat
terjadinya, sedang pendapatan yang tidak memenuhi kedua unsur tersebut baru
diakui pada saat kas sudah diterima atau diakui sebagai pendapatan ditangguhkan.
Sementara itu, belanja diakui pada periode dimana kewajiban timbul.
3. Basis kas (cash basis)
Basis kas menurut PSAP 01 adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh
transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
Pada basis kas, pendapatan diakui ketika kas diterima bukan ketika hak atas
pendapatan tersebut timbul dan belanja diakui ketika dibayar bukan ketika
kewajiban untuk membayar timbul. Pada basis kas, pembelian aset jangka panjang
tidak dikapitalisasi tapi seluruhnya diakui sebagai belanja, sehingga tidak ada
pencatatan dan penyajian atas aktiva tetap dan penyusutan.
4. Basis kas yang dimodifikasi (modified cash)
Basis kas yang dimodifikasi hampir sama dengan basis kas, hanya saja pada basis
kas yang dimodifikasi pembukuan untuk periode tahun berjalan masih ditambah
dengan waktu tertentu misalnya 1 bulan setelah berakhirnya tahun berjalan.
Penerimaan dan pengeluaran kas yang terjadi selama waktu tertentu tersebut, yang
berasal dari transaksi tahun lalu diakui sebagai penerimaan dan pengeluaran atas
periode sebelumnya. Arus kas yang telah diperhitungkan dalam periode pelaporan
tahun sebelumnya tersebut dikurangkan dari periode pelaporan tahun berjalan.
5. Basis kas menuju akrual (cash toward accrual)
Basis kas menuju akrual dianut di Indonesia, dan ini ditegaskan dalam KKAP
paragraf 39 dan PSAP 01 paragraf 5, yang menyatakan bahwa basis akuntansi yang
digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan
3
pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran
dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana dalam Neraca.
Meskipun menganut basis kas menuju akrual, entitas pelaporan dapat
menyelenggarakan akuntansi dan penyajian laporan keuangan dengan
menggunakan sepenuhnya basis akuntansi akrual, baik dalam pengakuan
pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan, maupun dalam pengakuan aset,
kewajiban, dan ekuitas dana. Namun demikian, penyajian Laporan Realisasi
Anggaran tetap berdasarkan basis kas (KKAP Paragraf 42 dan PSAP 01 paragraf 6
dan 7).
C. LATAR BELAKANG PERUBAHAN SAP DARI CASH TOWARD ACCRUAL
BASIS MENJADI ACCRUAL BASIS
Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi di bidang akuntansi. Salah satu
reformasi yang dilakukan adalah keharusan penerapan akuntansi berbasis akrual pada
setiap instansi pemerintahan, baik pemerintah pusat maupun pemerintahan daerah, yang
dimulai tahun anggaran 2008. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara dalam Pasal 36 ayat (1) yang berbunyi sebagai berikut:
”Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja
berbasis akrual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13, 14, 15, dan 16
undang-undang ini dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun. Selama
pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum
dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas.”
Dalam wacana akuntansi, secara konseptual akuntansi berbasis akrual dipercaya dapat
menghasilkan informasi yang lebih akuntabel dan transparan dibandingkan dengan
akuntansi berbasis kas. Akuntansi berbasis akrual mampu mendukung terlaksanakannya
perhitungan biaya pelayanan publik dengan lebih wajar. Nilai yang dihasilkan mencakup
seluruh beban yang terjadi, tidak hanya jumlah yang telah dibayarkan. Dengan
memasukkan seluruh beban, baik yang sudah dibayar maupun yang belum dibayar,
akuntansi berbasis akrual dapat menyediakan pengukuran yang lebih baik, pengakuan yang
tepat waktu, dan pengungkapan kewajiban di masa mendatang. Dalam rangka pengukuran
kinerja, informasi berbasis akrual dapat menyediakan informasi mengenai penggunaan
sumber daya ekonomi yang sebenarnya. Oleh karena itu, akuntansi berbasis akrual
4
merupakan salah satu sarana pendukung yang diperlukan dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas pemerintah.
Akuntansi berbasis akrual telah berhasil diterapkan di berbagai negara maju dan
membawa manfaat. Manfaat akuntansi berbasis akrual antara lain (Van Der Hoek, 2005):
1. Mendukung manajemen kinerja.
2. Memfasilitasi manajemen keuangan yang lebih baik.
3. Memperbaiki pengertian akan biaya program.
4. Memperluas dan meningkatkan informasi alokasi sumber daya.
5. Meningkatkan pelaporan keuangan.
6. Memfasilitasi dan meningkatkan manajemen aset (termasuk kas).
Dalam salah satu penelitiannya, ADB menyimpulkan bahwa penerapan akuntansi
berbasis akrual di negara-negara berkembang harus direncanakan secara realistis dan
praktis sesuai dengan kemampuan sumber daya dan kapasitas yang tersedia. Banyak
penelitian menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat mendukung keberhasilan
penerapan akuntansi berbasis akrual adalah strategi implementasi yang direncanakan
dengan baik, komitmen, tujuan yang dikomunikasikan secara jelas, sumber daya manusia
yang andal, dan sistem informasi yang sesuai dengan kebutuhan.
Penerapan akuntansi berbasis akrual jika akan dilakukan harus dirancang secara hati-
hati mengingat Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis kas menuju akrual (cash towards
accrual) baru saja diterbitkan dan belum diimplementasikan sepenuhnya, baik oleh
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.
Kondisi di atas bagaimanapun akan memungkinkan timbulnya kesulitan dalam
penerapan akuntansi pemerintah berbasis akrual. Bagi kalangan yang baru belajar
menerapkan akuntansi berbasis kas menuju akrual, peralihan ini pasti menuntut waktu
untuk memahaminya. Bagi kalangan yang lebih akrab dengan akuntansi pemerintahan,
berbagai permasalahan konseptual dan teknis yang menyertai penerapan akuntansi berbasis
akrual dalam kondisi praktek dan aturan manajemen keuangan negara Republik Indonesia
saat ini masih menimbulkan pertanyaan-pertanyaan.
5
D. PENGERTIAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL
Basis akrual yang telah dijelaskan di atas adalah penjelasan menurut PSAP 01.
Selain penjelasan tersebut, terdapat beberapa penjelasan lainnya yang akan lebih
menambah wawasan tentang basis akrual ini.
Basis akrual menurut International Public Sector Accounting Standards (IPSAS)
adalah :
“accrual basis means basis of accounting under which transactions and other events are recognized when they occur (and not only when cash or its equivalent is received or paid). Therefor, the transactions and events are recorded in the accounting records and recognized in the financial statement of the periods to which they relate. The elements recognized under accrual accounting are assets, liabilities, net assets/equity, revenue and expenses”
Basis akrual menurut Skousen, dkk
“accrual accounting recognizes revenues as they are earned, not necessarily when cash is received. Expenses are recognized and recorded they are incurred, not necessarily when cash is paid. Accrual accounting provides for a better matching of revenues and expenses during an accounting period and generally results in financial statements that more accurately reflect a company’s financial position and results of operations.” (Intermediate Accounting, Edition 15, K. Fred Skousen, dkk hal.73)
Basis akrual menurut “Memorandum Pembahasan Penerapan Basis Akrual dalam
Akuntansi Pemerintah Indonesia” adalah :
“Akuntansi berbasis akrual adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi
dan peristiwa lainnya diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat
terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima
atau dibayarkan.”
Dalam akuntansi berbasis akrual, waktu pencatatan sesuai dengan saat terjadinya
arus sumber daya, pendapatan diakui pada saat penghasilan telah diperoleh (earned)
dan beban atau biaya diakui pada saat kewajiban timbul atau sumber daya di konsumsi,
sehingga dapat menyediakan informasi yang paling komprehensif karena seluruh arus
sumber daya dicatat.
E. TUJUAN DAN KELEBIHAN/MANFAAT PENERAPAN BASIS AKRUAL
Secara sederhana, dikatakan bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual ditujukan
untuk mengatasi ketidakcukupan basis kas untuk memberikan data yang lebih akurat.
6
Dalam presentasinya, Heather Thompson, Project Manager dari Transition from Cash to
Accrual Accounting Project, Public Expenditure Management, pemerintah BARBADOS,
menyampaikan beberapa tujuan penggunaan basis akrual yakni sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem keuangan (penganggaran,
akuntansi dan pelaporan) dalam sektor publik.
2. Untuk meningkatkan pengendalian fiskal, manajemen aset dan budaya sektor
publik.
3. Untuk meningkatkan akuntabilitas dalam program penyediaan barang dan jasa oleh
pemerintah.
4. Menyediakan informasi yang lebih lengkap bagi pemerintah untuk pengambilan
keputusan.
5. Untuk mereformasi sistem anggaran belanja (apropriasi).
6. Untuk mencapai transparansi yang lebih luas atas biaya pelayanan yang dilakukan
oleh pemerintah.
Dengan demikian, tujuan penerapan basis akuntansi akrual pada dasarnya untuk
memperoleh informasi yang tepat atas jasa yang diberikan pemerintah dengan lebih
transparan. Sebagai contoh, biaya-biaya pensiun pegawai pemerintah yang dimasukkan
dalam biaya dalam periode akuntansi saat mereka masih dipekerjakan mencerminkan
biaya yang sebenarnya, jika dibandingkan dengan pembayaran pensiun yang terakumulasi
pada saat pegawai tersebut sudah pensiun dan tidak relevan dengan biaya periode setelah
mereka pensiun.
Contoh-contoh lain, seperti diuraikan dalam makalah yang sama, adalah belanja
modal dari proyek yang merupakan beban periode tahun berjalan dirasa kurang tepat jika
dibanding dengan biaya depresiasinya dan beban bunga atas pinjaman berbasis akrual akan
memberikan informasi risiko yang lebih akurat, terutama bagi pemberi garansi.
Tujuan penerapan basis akrual lainnya adalah untuk meningkatkan kualitas
pengambilan keputusan pemerintah. Negara yang menerapkan basis akuntansi akrual, yang
mensyaratkan pada manajernya bertanggungjawab atas hasil atau output dengan
mengurangi kendali atas input, secara umum, berada di barisan depan dalam reformasi
manajemen publiknya. Para manajer tersebut harus bertanggungjawab atas seluruh biaya
yang berkaitan dengan hasil atau output yang diproduksi, bukan hanya nilai kas yang
7
dibayarkan. Hanya dengan basis akrual, biaya yang sebenarnya dapat diinformasikan dan
hal ini akan mendukung pengambilan keputusan yang efektif dan efisien.
Ringkasnya, ketika para manajer diberikan fleksibilitas dalam mengelola sumber daya
yang dipercayakan (input), mereka berkepentingan untuk menyediakan informasi yang
akurat seperti itu. Penerapan basis akrual sejalan dengan tujuan reformasi manajemen
keuangan di suatu negara dalam arti yang luas. Penggunaan basis akrual untuk pelaporan
keuangan akan berhasil diterapkan pada negara yang secara signifikan mengurangi kendali
atas input.
International Monetary Fund (IMF) sebagai lembaga kreditur menyusun Government
Finance Statistics (GFS) yang di dalamnya menyarankan kepada negara-negara debiturnya
untuk menerapkan akuntansi berbasis akrual dalam pembuatan laporan keuangan. Alasan
penerapan basis akrual ini karena saat pencatatan sesuai dengan saat terjadinya arus
sumber daya. Sehingga, basis akrual ini menyediakan estimasi yang lebih tepat atas
pengaruh kebijakan pemerintah terhadap perekonomian secara makro. Selain itu basis
akrual menyediakan informasi yang paling komprehensif karena seluruh arus sumber daya
dicatat, termasuk transaksi internal, in-kind transaction, dan arus ekonomi lainnya.
Manfaat-manfaat penerapan basis akrual, menurut H Thompson, akan mencakup hal-
hal dibawah ini:
1. Menyediakan gambaran yang utuh atas posisi keuangan pemerintah
2. Menunjukkan bagaimana aktivitas pemerintah dibiayai dan bagaimana pemerintah
dapat memenuhi kebutuhan kasnya.
3. Menyediakan informasi yang berguna tentang tingkat yang sebenarnya kewajiban
pemerintah
4. Meningkatkan daya pengelolaan asset dan kewajiban pemerintah.
5. Basis akrual sangat familiar pada lebih banyak orang dan lebih komprehensif
dalam penyajian informasinya.
6. Prinsip dan standar yang dapat diterima umum membentuk basis transaksi
pelaporan.
7. Menyediakan data yang lebih meningkat ketika pemerintah melakukan kegiatan
perencanaan dan pengambilan keputusan ekonomi.
8
8. Secara signifikan memperkuat pengelolaan dan pengembangan anggaran,
khususnya melalui pengakuan dan pengendalian asset dan kewajiban pemerintah.
9. Statistik Keuangan Pemerintah (GFS) yang dipraktekkan secara internasional
berbasis akrual.
Dengan demikian, alasan-alasan penggunaan basis akrual diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Akuntansi berbasis kas tidak menghasilkan informasi yang cukup – misal transaksi
non kas - untuk pengambilan keputusan ekonomi misalnya informasi tentang
hutang dan piutang, sehingga penggunaan basis akrual sangat disarankan.
2. Hanya akuntansi berbasis akrual menyediakan informasi yang tepat untuk
menggambarkan biaya operasi yang sebenarnya (full costs of operation), misalnya
keputusan apakah suatu pekerjaan harus dikontrakkan atau dilakukan secara swa
kelola.
3. Hanya akuntansi berbasis akrual yang dapat menghasilkan informasi yang dapat
diandalkan dalam informasi aset dan kewajiban.
4. Hanya akuntansi berbasis akrual yang menghasilkan informasi keuangan yang
komprehensif tentang pemerintah, misalnya penghapusan hutang yang tidak ada
pengaruhnya di laporan berbasis kas.
Mengingat manfaat nyata penggunaan basis akrual seperti diatas, seperti yang
disampaikan oleh IMF bahwa akuntansi berbasis akrual menyediakan pengukuran yang
lebih luas atas batasan komitmen-komitmen keuangan pemerintah dibanding basis
akuntansi kas, makalah ini tidak akan memfokuskan pada masalah pro dan kontra basis
akrual, tetapi akan memfokuskan pada strategi penerapan basis akrual. Hal ini juga sesuai
dengan apa yang disampaikan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintah bahwa
penerapan basis akrual harus diterapkan mulai tahun anggaran 2009. Dan, pihak legislatif
sangat mendukung bahkan mewajibkan kepada pemerintah untuk melakukan hal itu.
F. PERKEMBANGAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL
Akuntansi berbasis akrual dipercaya dapat menghasilkan informasi yang lebih
akuntabel dan transparan dibandingkan dengan akuntansi berbasis kas. Sehingga
9
penggunaan akuntansi berbasis akrual makin diminati dan penggunaannya berkembang
dengan pesat baik di Internasional maupun di Indonesia sendiri.
1. Perkembangan Akuntansi Berbasis Akrual Internasional
Pemerintah Pusat Swedia merupakan salah satu negara yang pertama kali
menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual, yaitu penerapan pada tingkat
kementerian pada tahun 1993 dan penerapan pada level konsolidasian setahun
kemudian. Pengembangan dan penerapan sistem akuntansi berbasis akrual
memakan waktu beberapa tahun dan tergolong lancar karena tidak ada perdebatan
besar di pemerintahan dan tidak ada penolakan dari kementrian. Namun dalam
perkembangannya Departemen Keuangan Swedia memutuskan untuk membatalkan
penerapan penganggaran berbasis akrual dengan alasan penerapan dual system
(sistem akuntansi berbasis akrual dan penganggaran berbasis kas) sesuai dengan
perkembangan internasional.
Selain Swedia, Akuntansi berbasis akrual juga diterapkan pertama kali di
Selandia Baru pada awal 1990-an yang diterapkan dalam laporan keuangan dan
penyusunan anggarannya. Penerapan akuntansi berbasis akrual tersebut mengubah
manajemen pemerintahan dari sistem berbasis ketaatan, yang menggunakan aturan
yang detil, restriktif, dan plafon anggaran kas, menjadi rezim yang berbasis kinerja
dan akuntabilitas.
Dalam perkembangan satu dekade berikutnya negara-negara anggota
Organisation for Economic Co-operation (OECD) mulai merubah basis
akuntansinya, yaitu dari akuntansi berbasis kas menjadi akuntansi berbasis akrual,
walaupun tingkat penerapan akuntansi akrual ini tidak sama pada setiap negara.
Penggunaan basis akrual telah menjadi salah satu ciri dari praktik manajemen
keuangan modern (OECD-PUMA/SBO, 2002/9).
Penggunaan basis akrual tidak hanya untuk penyusunan laporan keuangan, di
beberapa negara telah menggunakan basis akrual baik untuk penyusunan laporan
keuangan maupun untuk penganggaran (misalnya, Selandia Baru, Australia,
Inggris). Di negara-negara anggota OECD, basis akrual sejauh ini lebih banyak
diterima untuk pelaporan keuangan daripada untuk tujuan penganggaran. Dua
alasan yang sering dikemukakan atas hal ini adalah pertama, penganggaran secara
akrual dipercaya akan menimbulkan risiko disiplin anggaran. Keputusan politik
10
untuk mengeluarkan uang harus dikaitkan dengan kapan pengeluaran itu dilaporkan
dalam anggaran. Hanya basis kas yang dapat memenuhi hal tersebut. Alasan kedua,
yaitu bahwa legislator cenderung resisten untuk mengadopsi anggaran akrual
karena kompleksitas dari konsep akrual itu sendiri (OECD-PUMA/SBO, 2002/10).
Reviu atas status akuntansi dan penganggaran akrual di beberapa negara-
negara anggota OECD digambarkan dalam Tabel-1, tabel ini menunjukkan bahwa
sebagian besar negara anggota telah mengenalkan aspek akuntansi akrual dan akan
lebih aktif lagi untuk menyosialisasikannya pada masa-masa berikutnya.
Tabel I
Status Akuntansi dan Penganggaran Akrual di Negara-Negara Anggota OECD
No.Nama
Negara
Akuntansi Akrual untuk Individual Departemen/Lbg
Laporan Konsolidasian
Akrual
Penganggaran Akrual
1.New Zealand
sejak T.A. 1992 sejak T.A. 1992 Sejak T.A. 1995
2. Swedia sejak T.A. 1994 sejak T.A. 1994ESA 95 sedang dikenalkan akrual penuh
3. Inggris sejak T.A. 2000 sejak T.A. 2006 ESA 95, sejak 2002
4.Amerika Serikat
sejak T.A. 1998 sejak T.A. 1998 Beberapa
5. Australia sejak T.A. 1995 sejak T.A. 1997 sejak T.A. 2000
6. JermanLaporan Kas, didukung dengan informasi akrual
TidakESA 95. Dalam persiapan
7.Perancis Sedang dikenalkan
Beberapa, akrual penuh sedang dikenalkan
ESA 95. berpindah ke akrual basis modifikasian
Sumber : Authokarala dan Reid
Keterangan:
11
ESA 95 (European System of Accounts 1995) mengamanatkan penggunaan
akrual basis untuk penyusunan laporan keuangan. Negara-negara anggota EU
diharuskan menyusun laporan dan prediksi keuangan pemerintah sesuai dengan
ESA 95.
2. Perkembangan Akuntansi Berbasis Akrual di Indonesia
Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, pemerintah diwajibkan menerapkan basis akuntansi akrual secara penuh
paling lambat tahun anggaran 2008. Sedangkan basis akuntansi menurut Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) di dalam PP Nomor 24 Tahun 2005 yang saat ini
masih diterapkan pemerintah dalam pembuatan laporan keuangan menggunakan
basis akuntansi kas menuju akrual, yakni pengakuan pendapatan, belanja, dan
pembiayaan menggunakan basis kas, sedangkan untuk pengakuan aset, kewajiban,
dan ekuitas dalam neraca menggunakan basis akrual.
Penyusunan SAP berbasis akrual dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu
menyusun PSAP berbasis akrual dari awal dan menyesuaikan PSAP berbasis kas
menuju akrual (sesuai PP Nomor 24 Tahun 2005) menjadi PSAP berbasis akrual
dengan referensi IPSAS, dengan mempertimbangkan praktek-praktek yang berlaku,
administrasi pemerintahan yang ada dan kemampuan sumber daya manusia.
Atas dua strategi tersebut, KSAP sepakat menggunakan strategi yang ke-2 dengan
pertimbangan sebagai berikut :
a. SAP berbasis kas menuju akrual telah disusun dengan mengacu pada beberapa
referensi bertaraf internasional; antara lain IPSAS, Government Finance
Statistic (GFS), sehingga diharapkan SAP berbasis kas menuju akrual yang
akan disesuaikan menjadi akrual sudah dapat diterima umum.
b. Mengurangi resistensi dari para pengguna SAP terhadap perubahan basis
akuntansi. Pengguna SAP masih dalam pembelajaran dan perlu waktu yang
cukup lama untuk memahaminya sehingga apabila SAP akrual berbeda jauh
dengan SAP berbasis kas menuju akrual akan menimbulkan resistensi.
c. Penyusunan SAP berbasis akrual relatif menjadi lebih mudah karena sebagian
dari PSAP berbasis kas menuju akrual (PSAP Nomor 01, 05, 06 ,07, dan
12
08 dalam PP Nomor 24 Tahun 2005) telah berbasis akrual sehingga hanya
memerlukan penyesuaian beberapa PSAP berbasis akrual.
d. Penerapan SAP berbasis akrual yang disusun sesuai pola SAP berbasis kas
menuju akrual lebih mudah bagi para pengguna standar karena sudah
disosialisasikan, dan para pengguna telah memiliki pemahaman dan
pengalaman terhadap SAP berbasis kas menuju akrual.
Pada bulan Desember Tahun 2008 KSAP telah menyusun Draft Standar
Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual dan hingga Desember 2009 RPP SAP
Akrual masih dalam pembahasan di Departemen Hukum dan HAM. Selanjutnya
tahapan implementasi SAP berbasis akrual pada pemerintah pusat mulai dari tahun
2009 sampai dengan tahun 2015 dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
Tabel II
Tahapan Implementasi SAP Berbasis Akrual pada Pemerintah Pusat
Thn Tahapan Hal-hal yang dilakukan
2009
1.
Menyusun Informasi Akrual secara manual yang berfungsi sebagai Pelengkap LRA berbasis kas.
1.Penelitian pos-pos akrual yang disajikan dalam informasi akrual.
2.Laporan Keuangan dilampiri Informasi Akrual.
2.Updating COA dan Posting Rule Neraca
3. Penelitian Bisnis Proses Akrual.
3. Menyiapkan dasar hukum
4.Informasi akrual disusun manual
5. Penelitian pos-pos akrual
6. Penetapan SAP basis akrual
2010
1.Menyusun Sistem Akuntansi Berbasis Akrual.
1.Menyiapkan bisnis proses dan COA
2.Menyusun Informasi Akrual berdasarkan Sistem Akuntansi Instansi.
2. Updating aplikasi SAI
3.Laporan Keuangan meliputi pos akrual melalui ayat penyesuaian.
3. Sosialisasi Standar
4.Pengembangan Bisnis proses basis akrual termasuk penyediaan BAS Akrual
2011 1. Menyusun Informasi Akrual 1. Menyiapkan bisnis proses dan
13
Thn Tahapan Hal-hal yang dilakukan
berdasarkan Sistem Akuntansi Instansi.
COA basis akrual
2.Laporan Keuangan meliputi pos akrual melalui ayat penyesuaian.
2.Penyusunan aplikasi berbasis akrual
3.Sosialisasi Sitem Akuntansi Akrual.
3.Melaksanakan pelatihan akuntansi akrual
4. Sosialisasi Standar
5. Terintegrasi dengan SAI
6. Penyelesaian Bisnis Proses
7.Penyusunan Sistem Akuntansi Akrual
2012
1.Laporan Keuangan meliputi pos akrual melalui ayat penyesuaian.
1.Penyempurnaan SAI dengan menambahkan basis Akrual
2.Pelatihan Sistem Akuntansi Akrual.
2.Pengembangan Aplikasi basis akrual dari transaksi
3.Pelatihan Sistem Akuntansi Akrual dan Aplikasi
2013 1.Transaksi keuangan diakuntasikan berdasarkan basis akrual.
1.Laporan keuangan disusun melalui Aplikasi berbasis Akrual
2.Pelatihan dan Akuntansi Akrual
2014 1.Uji coba penerapan akrual secara penuh.
1.Uji coba akrual pada LK K/L tertentu
2. Uji coba akrual pada LK BUN
3.Penyempurnaan Peraturan dan Sistem akuntansi akrual
2015 1.Implementasi Akuntansi Akrual secara menyeluruh.
1.Implementasi Akrual Penuh pada seluruh LK K/L, LK BUN dan LKPP
2. Monitoring dan Evaluasi
G. PENGARUH BASIS AKRUAL TERHADAP PENGAKUAN TRANSAKSI
14
Pengakuan dalam akuntansi adalah proses penetapan terpenuhinya kriteria pencatatan
suatu kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi sehingga akan menjadi bagian yang
melengkapi unsur aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja, dan pembiayaan,
sebagaimana akan termuat pada laporan keuangan entitas pelaporan yang bersangkutan.
Kriteria minimum yang perlu dipenuhi oleh suatu kejadian atau peristiwa untuk diakui
yaitu:
1. Terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan
kejadian atau peristiwa tersebut akan mengalir keluar dari atau masuk ke
dalam entitas pelaporan yang bersangkutan;
2. Kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat
diukur atau dapat diestimasi dengan andal.
Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan
setiap pos dalam laporan keuangan.
Dalam basis kas menuju akrual dan basis akrual, penerapan pengakuan dan
pengukuran terhadap aset dan kewajiban adalah sama karena neraca yang disusun
menggunakan basis akrual. Sementara pengakuan pendapatan dan belanja dalam basis
kas menuju akrual menggunakan basis kas yang terdapat dalam Laporan Realisasi
Anggaran, dan dalam basis akrual pengakuan pendapatan dan pengakuan beban serta
belanja menggunakan basis akrual yang terdapat dalam Laporan Operasional. Berikut
adalah penjelasan terhadap pengakuan-pengakuan tersebut:
1. Pengakuan dan Pengukuran Dalam Neraca
Prinsip pengakuan dan pengukuran yang berlaku dalam penyusunan neraca
adalah :
Pengakuan/Pengukuran Penjelasan
1 Pengakuan Aset 1 aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa
depan diperoleh oleh pemerintah dan mempunyai
nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal
2 aset diakui pada saat diterima atau kepemilikannya
dan/atau kepenguasaannya berpindah
2 Pengukuran Aset 1 kas dicatat sebesar nilai nominal
2 investasi jangka pendek dicatat sebesar nilai
perolehan
3 piutang dicatat sebesar nilai nominal15
Pengakuan/Pengukuran Penjelasan
4 persediaan dicatat sebesar:
- biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian
- biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri
- nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan
3 Pengakuan
Kewajiban
1 kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa
pengeluaran sumber daya ekonomi akan dilakukan
atau telah dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban
yang ada sekarang, dan perubahan atas kewajiban
tersebut mempunyai nilai penyesuaian yang dapat
diukur dengan andal.
2 kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima
atau pada saat kewajiban timbul
4 Pengukuran
Kewajiban
1 kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban
dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan
dalam mata uang rupiah.
2. Pengakuan Pendapatan dan Belanja/Beban
Pengakuan Pendapatan & Belanja dalam
LRA
Pengakuan Pendapatan & Beban dalam
LO
(Basis Kas) (Basis Akrual)
Pendapatan-LRA diakui pada saat
diterima di rekening kas umum
negara/daerah atau oleh entitas pelaporan
Pendapatan-LO diakui pada saat:
- Timbulnya hak atas Pendapatan
- Pendapatan direalisasi, yaitu adanya
aliran masuk sumber daya ekonomi
Belanja diakui pada saat terjadinya
pengeluaran dari rekening kas umum
negara/daerah atau entitas pelaporan
Beban diakui pada saat:
- Timbulnya kewajiban
- Terjadinya konsumsi aset
- Terjadinya penurunan manfaat
ekonomis atau potensi jasa
16
H. PENGARUH BASIS AKRUAL TERHADAP PENYAJIAN LAPORAN
KEUANGAN PEMERINTAH (DI LIHAT DARI KOMPONEN DAN ELEMEN
LK)
1. Komponen laporan keuangan
Perbandingan komponen laporan keuangan antara basis kas menuju akrual dan
basis akrual dapat dilihat dalam tabel berikut:
komponen laporan keuangan basis kas
menuju akrual terdiri dari :
komponen laporan keuangan basis akrual
terdiri dari:
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA) 1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
2. Neraca 2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
3. Laporan Arus Kas (LAK) 3. Neraca
4. Catatan atas Laporan Keuangan
(CALK)
4. Laporan Operasional
5. Laporan Arus Kas
6. Laporan Perubahan Ekuitas
7. Catatan atas Laporan Keuangan
Komponen laporan keuangan dalam Draft Standar Akuntansi Pemerintah
Berbasis Akrual terdiri dari 7 komponen laporan dimana terdapat penambahan 3
jenis laporan dalam draft SAP berbasis akrual yaitu Laporan Perubahan Saldo
Anggaran Lebih, Laporan Operasional dan Laporan Perubahan Ekuitas.
Penjelasa mengenai masing-masing jenis laporan tersebut adalah:
a. Laporan Realisasi Anggaran
LRA menyajikan informasi realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer,
surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan, yang masing-masing diperbandingkan
dengan anggarannya dalam satu periode.
LRA disusun menggunakan basis kas, baik dalam basis kas menuju akrual
maupun dalam basis akrual, karena kita masih menganut sistem anggaran
berbasis kas.
Namun ada suatu perbedaan antara LRA dalam basis kas menuju akrual
dengan LRA dalam basis akrual dalam penggunaan akun pendapatan, Dalam
susunan laporan keuangan berbasis akrual terdapat laporan operasional yang
juga mencatat akun pendapatan, maka untuk membedakan pencatatan atas
realisasi pendapatan dalam LRA dan LO terdapat identitas tambahan atas
17
rekening pendapatan yang dipakai, yaitu untuk pendapatan dalam LRA
menggunakan akun "pendapatan-LRA", sedangkan pendapatan dalam LO
menggunkaan akun "pendapatan-LO". Namun untuk LRA dalam basis kas
menuju akrual tidak memerlukan identitas tambahan, sehingga cukup dicatat
dengan akun “pendapatan” saja.
Struktur LRA dalam basis akrual:
1) Pendapatan-LRA
2) Belanja
3) Transfer
4) Surplus/defisit-LRA
5) Pembiayaan
6) Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA)
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih melaporkan mutasi SAL yang
merupakan akumulasi saldo SiLPA/SiKPA dari LRA.
Laporan Perubahan Saldo Anggaran lebih menyajikan sekurang-kurangnya
pos-pos:
1) Saldo anggaran lebih awal;
2) Penggunaan saldo anggaran lebih;
3) Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran tahun berjalan;
4) Koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya; dan
5) Lain-lain.
c. Neraca
Neraca yang disajikan dalam basis kas menuju akrual dan dalam basis akrual
sama-sama disusun menggunakan basis akrual.
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai
aset, kewajibang, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
Struktur neraca dalam basis akrual adalah:
1) Aset
2) Kewajiban
3) Ekuitas (tanpa dirinci lebih lanjut ke ekuitas dana lancar, ekuitas dana
investasi, dan ekuitas dana cadangan sebagaimana dalam basis kas menuju
18
akrual). Ekuitas merupakan surplus/defisit Laporan Operasional atau
selisih antara pendapatan dan beban akrual.
d. Laporan Operasional
Laporan operasional disusun untuk mencatat transaksi finansial yang diakui
berdasarkan basis akrual.
Laporan Operasional melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi berbasis
akrual sehingga penyusunan Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas
dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Keterkaitan antara laporan tersebut dapat dilihat di bab III.
Laporan keuangan mencakup laporan operasional yang sekurang-kurangnya
menyajikan pos-pos sebagai berikut:
1) Pendapatan-LO dari kegiatan operasional
2) Beban dari kegiatan operasional
3) Surplus/defisit dari kegiatan non operasional bila ada
4) Pos luar biasa, bila ada
5) Surplus/defisit-LO
e. Laporan Arus Kas
Penyusunan laporan arus kas baik dalam basis kas menuju akrual dan basis
akrual dilakukan dengan cara yang sama.
Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan,
perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi, dan saldo kas
setara kas pada tanggal pelaporan.
f. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos:
1) Ekuitas awal2) Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;3) Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas dana, yang
antara lain berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar, misalnya: a) Koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada
periode-periode sebelumnya;b) Perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.
19
Di samping itu, suatu entitas pelaporan menyajikan rincian lebih lanjut dari
unsur-unsur yang terdapat dalam Laporan Perubahan Ekuitas dalam Catatan
atas Laporan Keuangan.
g. Catatan atas Laporan Keuangan
Penyusunan catatan atas laporan keuangan baik dalam basis kas menuju akrual
dan basis akrual disusun dengan cara yang sama.
Catatan atas Laporan Keuangan disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih,
Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan
Ekuitas harus mempunyai referensi silang dengan informasi terkait dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.
2. Akun
Kode akun yang digunakan pada bagan akun standar berbasis akrual adalah:
a. Akun utama pembukuan Kas adalah akun realisasi anggaran yang akan
menghasilkan laporan : LRA, LAK, dan Laporan Perubahan SAL.
b. Setiap transaksi kas selain dibukukan pada LRA juga dibukukan pada Laporan
Operasional.
c. Jurnal umum diperlukan untuk mencatat antara lain:
1) Penyisihan piutang
2) Amortisasi/Depresiasi
3) Akrual utang, Akrual pendapatan
4) Berbagai koreksi, dll.
d. Transaksi butir b dan c menghasilkan Laporan : Neraca, Laporan Operasional,
Laporan Perubahan Ekuitas.
Perbedaan akun-akun yang digunakan dalam bagan akun standar berbasis kas
menuju akrual dan berbasis akrual dapat dilihat dalam tabel dibawah ini.
No. Buku Jurnal Sistem Akuntansi Berbasis Kas
Menuju Akrual
Buku Jurnal Sistem Akuntansi Berbasis Akrual
20
1. Buku Kas Buku Kas
2. Jurnal Korolari untuk mencatat realisasi
anggaran, yang mempengaruhi neraca
Semua transaksi kas di"korolari"kan untuk
mencatat:
a. Transaksi realisasi anggaran
b. Transaksi dalam Laporan Finansial/Laporan
Operasional
3. Jurnal Umum Jurnal umum untuk mencatat:
a. Berbagai akrual, seperti pendapatan yang
masih harus diterima, beban yang masih harus
dibayar.
b. Penyusutan
c. Koreksi,dll
21