paper pemanenan karet

Upload: destalia-lanny

Post on 11-Oct-2015

25 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PAPER PEMANENAN KARETI. Penanganan panenTanaman karet berasal dari bahasa latin Hevea yang berasal dari Negara Brazil. Karet merupakan kebutuhan vital bagi kehidupan manusia sehari-hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyor belt, sabuk transmisi, dock fender, sepatu dan sandal karet (Anwar, 2006).Karet merupakan salah satu komoditas pertanian di Indonesia. Komoditas ini di-budidayakan relatif lebih lama daripada komoditas perkebunan lainnya. Tanaman ini di introduksi pada tahun 1864. Dalam kurun waktu sekitar 150 tahun sejak dikembangkan pertama kalinya, luas areal perkebunan karet di Indonesia telah men-capai 3.262.291 hektar. Dari total area perkebunan di Indonesia tersebut 84,5% milik perkebunan rakyat, 8,4% milik swasta, dan hanya 7,1% merupakan milik negara (Heru dan Andoko, 2008). komoditi ekspor Karet mampu memberikan konstribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Eks-por karet selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 1.9 juta ton pada tahu 2004. Pendapatan devisa dari komo-diti ini pada tahun 2004 mencapai US$ 2.25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan Negara (Anwar, 2006).A. PanenHasil tanaman karet yang diambil berupa produksi lateks. Produksi lateks dari tanaman karet disamping ditentukan oleh keadaan tanah dan pertumbuhan tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik dan manajemen penyadapan. Selama ini usaha peningkatan produksi lateks dilak-sanakan melalui berbagai usaha antara lain melaksanakan teknis budidaya yang baik seperti menanam klon unggul, pemupukan dengan dosis yang tepat dan teratur, sistem penanaman dan peme-liharaan yang baik dan sebagainya.Dalam dua sampai tiga dasa warsa ter-akhir ini telah dikembangkan pula peng-gunaan stimulan. Penggunaan stimulan bertujuan untuk menggenjot produksi la-teks tanaman dan memperpanjang masa pengaliran lateks karet. Stimulan adalah suatu campuran yang terdiri dari minyak nabati (misalnya minyak kelapa sawit) dengan gemuk alami (disebut carrier stimulan) dan hormon atau bahan aktif lainnya. Stimulasi lateks umumnya dilaksanakan pada tanaman karet yang telah dewasa dengan tujuan untuk mendapatkan kenaik-an hasil lateks sehingga diperoleh tam-bahan keuntungan bagi pengusaha per-kebunan karet. Pemberian stimulan tanpa menurunkan intensitas sadapan akan ber-pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, terutama tanaman yang masih muda. Karenanya tanaman karet hanya bisa di-pacu produksinya dengan stimulan jika telah berumur 15 tahun atau 10 tahun jika disadap dengan intensitas rendah (Setyamidjaja, 1993).Bahan perangsang yang biasa dipakai untuk perangsangan dengan cara oles adalah stimulan berbahan aktif ethepon dengan berbagai merek dagang seperti Ethrel, ELS dan Cepha. Bahan aktif ini mengeluarkan gas etilen yang jika di-aplikasikan akan meresap ke dalam pem-buluh lateks. Di dalam pembuluh lateks gas tersebut menyerap air dari sel-sel yang ada di sekitarnya. Penyerapan air ini menyebabkan tekanan turgor naik yang diiringi dengan derasnya aliran lateks. Aplikasi stimulan pada tanaman karet, tidak semua memberikan respons yang diharapkan. Hal ini tergantung pada ma-sing-masing klon karet. Menurut Heru dan Andoko (2006), sebagai ukuran jika kadar karet kering lateks lebih kecil dari 30% dengan pemberian stimulan artinya res-ponnya terhadap stimulan kurang berarti. Sehingga perlu diketahui jenis-jenis klon yang mempunyai respon yang baik ter-hadap stimulan berupa zat perangsang tumbuh ethrel yang berbahan aktif ethepon. B. UMUR PANENPada perkebunan karet rakyat, karet unggul umumnya sudah menghasilkan getah pada umur 46 tahun, sedangkan karet lokal pada 810 tahun, tergantung pada perawatan kebun. Pemanenan karet atau penyadapan dilakukan bila batang karet telah memiliki lingkar batang minimal 45 cm pada ketinggian 100 cm dari atas permukaan tanah. Penyadapan sebaiknya dilakukan ketika 60% dari pohon-pohon karet yang ditanam sudah memiliki lingkar tersebut. Setelah penyadapan, getah atau lateks yang terkumpul diproses menjadi lembaran karet yang disebut slab.Pengolahan ini dilakukan dengan mencampur getah cair dengan asam format/semut. Tebalnya slab bermacam-macam, tergantung dari kebiasaan petani. Ketebalan slab yang dianjurkan adalah 1015cm. Selanjutnya slab karet siap untuk dijual ke pedagang pengumpul terdekat. (Janudianto, Prahmono A, Napitupulu H, Rahayu S. 2013). Slab Karet getah hasil sadapanC. PenyadapanPenyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok dari pengusahaan tanaman karet. Tujuannya adalah membuka pembuluh lateks pada kulit pohon agar lateks cepat mengalir. Kecepatan aliran lateks akan berkurang bila takaran cairan lateks pada kulit berkurang. Kulit karet dengan tinggi 260 cm dari permukaan tanah merupakan modal petani karet untuk memperoleh pendapatan selama kurun waktu sekitar 30 tahun. Oleh sebab itu, penyadapan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak kulit tersebut. Jika terjadi kesalahan dalam penyadapan maka produksi lateks akan berkurang.Untuk memperoleh hasil sadap yang baik, penyadapan harus mengikuti aturan tertentu agar diperoleh produksi yang tinggi, menguntungkan, serta berkesinam-bungan dengan tetap memperhati-kan faktor kesehatan tanaman. Beberapa aturan yang perlu diper-hatikan dalam penyadapan adalah sebagai berikut:a) Penentuan Matang SadapSebelum dilakukan penyadapan harus diketahui kesiapan atau kematangan pohon karet yang akan disadap. Cara menentukan kesiapan atau kematangan-nya adalah dengan melihat umur dan mengukur lilit batangnya.Kebun karet yang memiliki tingkat pertumbuhan normal siap disadap pada umur lima tahun dengan masa produksi selama 25 - 35 tahun. Namun, hal ini dianggap tidak tepat karena adanya faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman, tetapi tidak tampak dan tidak bisa dikontrol oleh manusia. Seandainya memungkinkan, pohon karet yang masih berumur di bawah lima tahun pun sudah bisa disadap. Akan tetapi, hampir semua tanaman rata-rata bisa disadap di atas umur lima tahun.Melihat kekurangan seperti yang diuraikan di atas maka penentuan matang sadap dengan memperhatikan umur tanaman hanya dijadikan sebagai dasar, bukan sebagai patokan mutlak. Artinya, umur menjadi dasar untuk melihat kematangan pohon dengan cara lainnya, yaitu mengukur lilit batang. Pengukuran lilit batang merupakan cara yang dianggap paling tepat untuk menentukan matang sadap. Pohon karet siap sadap adalah pohon yang sudah memiliki tinggi satu meter dari batas pertautan okulasi atau dari permukaan tanah untuk tanaman asal biji dan memiliki lingkar batang atau lilit batang 45 cm. Kebun karet mulai disadap bila 55% pohonnya sudah menunjukkan matang sadap. Jika belum mencapai 55% maka sebaiknya penyadapan ditunda. Penyadapan yang dilakukan sebelum mencapai persentase tersebut akan mengurangi produksi lateks dan akan mempengaruhi pertumbuhan pohon karet. Kebun yang dipelihara dengan baik biasanya memiliki 60 - 70% jumlah tanaman berumur 5 - 6 tahun yang berlilit batang 45 cm.b) Pelaksanaan PenyadapanKulit karet yang akan disadap harus dibersihkan terlebih dahulu agar pengotoran pada lateks dapat dicegah sedini mungkin. Dalam pelaksanaan penyadapan ada hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu ketebalan irisan, kedalaman irisan, waktu pelaksanaan, dan pemulihan kulit bidang sadap.1) Ketebalan irisan sadap.Lateks akan mengalir keluar jika kulit batang diiris. Aliran lateks ini semula cepat, tetapi lambat laun akan menjadi lambat dan akhirnya berhenti sama sekali. Lateks berhenti mengalir karena pembuluhnya tersumbat oleh lateks yang mengering. Jenis klon berpengaruh pada cepat lambatnya penyumbatan pada pembuluh lateks. Untuk mengalirkan lateks kembali, pembuluh lateks harus dibuka dengan cara mengiris kulit pohon karet.Pengirisan kulit tidak perlu tebal. Pemborosan dalam pengirisan kulit berarti akan mempercepat habisnya kulit batang karet yang produktif sehingga masa produksinya menjadi singkat.2) Kedalaman irisan sadaptebal irisan berpengaruh pada banyaknya kulit yang dikonsumsi pada saat penyadapan maka tebalnya irisan sangat berpengaruh pada jumlah berkas pembuluh lateks yang terpotong. Semakin dalam irisannya, semakin banyak berkas pembuluh lateks yang terpotong. Ketebalan kulit hingga 7 mm dari lapisan kambium memiliki pembuluh lateks terbanyak. Oleh sebab itu, sebaiknya penyadapan dilakukan sedalam mungkin, tetapi jangan sampai menyentuh lapisan kambiumnya.Kedalaman irisan yang dianjurkan adalah 1 - 1,5 mm dari lapisan kambium. Bagian ini harus disisakan untuk menutupi lapisan kambium. Jika dalam penyadapan lapisan kambium tersentuh maka kulit pulihan akan rusak dan nantinya berpengaruh pada produksi lateks. Untuk mengetahui apakah lapisan kambium sudah terlalu dekat, biasanya penyadap menggunakan quadri atau sigmat. Ujung yang tajam dari alat ini ditusukkan pada sisa kulit batang. Bila jarum quadri atau sigmat telah masuk semuanya ke dalam sisa kulit batang dan masih terasa lunak maka kulit sisa yang menutupi kambium masih lebih dari 1,5 mm. Bila terasa keras maka kulit sisanya sekitar 1,5 mm. Pengukuran kedalaman irisan sadap sangat besar pengaruhnya terhadap kelanjutan produksi dari pohon karet yang bersangkutan.3) Waktu penyadapanLateks bisa mengalir keluar dari pembuluh lateks akibat adanya turgor. Turgor adalah tekanan pada dinding sel oleh isi sel. Banyak sedikitnya isi sel berpengaruh pada besar kecilnya tekanan pada dinding sel. Semakin banyak isi sel, semakin besar pula tekanan pada dinding sel. Tekanan yang besar akan memperbanyak lateks yang keluar dari pembuluh lateks. Oleh sebab itu, penyadapan dianjurkan dimulai saat turgor masih tinggi, yaitu saat belum terjadi pengurangan isi sel melalui penguapan oleh daun atau pada saat matahari belum tinggi.Penyadapan hendaknya dilakukan pada pagi hari antara pukul 5.00 - 6.00 pagi. Sedangkan pengumpulan lateksnya dilakukan antara pukul 8.00 - 10.00.4) Pemulihan kulit bidang sadapPemulihan kulit pada bidang sadap perlu diperhatikan. Salah dalam penentuan rumus sadap dan penyadapan yang terlalu tebal atau dalam akan menyebabkan pemulihan kulit bidang sadap tidak normal. Hal ini akan berpengaruh pada produksi ataupun kesehatan tanaman. Bila semua kegiatan pendahuluan dilakukan dengan baik dan memenuhi syarat maka kulit akan pulih setelah enam tahun. Dalam praktik, kulit pulihan bisa disadap kembali setelah sembilan tahun untuk kulit pulihan pertama dan setelah delapan tahun untuk kulit pulihan kedua. Penentuan layak tidaknya kulit pulihan untuk disadap kembali ditentukan oleh tebal kulit pulihan, minimum sudah mencapai 7 mm.

DAFTAR PUSTAKAAnwar, C. 2006. Manajemen dan Tek-nologi Budidaya Karet. Pusat Pene-litian Karet Medan. [diakses 22 Januari 2009 pada situs http: //www.ipard.com/art_perkebun.Dr. Damanik S; Dr. M. Syakir; Dr. Made Tasma; Dr. Siswanto. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Karet. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor.Heru, D.S dan A. Andoko. 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Agromedia Pustaka, Jakarta.Janudianto, Prahmono A, Napitupulu H, Rahayu S. 2013. Panduan budidaya karet untuk petani skala kecil.Setyamidjaja, D. 1993. Karet Budidaya Dan Pengolahan. Kanisius, Yogya-karta.Rubber cultivation guide for small-scale farmers. Lembar Informasi AgFor 5. Bogor, Indonesia: World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia Regional Program.