paper k3

26
5/11/2018 PAPERK3-slidepdf.com http://slidepdf.com/reader/full/paper-k3 1/26 FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN PEKERJA MENGALAMI STRESS PAPER INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH DASAR-DASAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) RIFQI ABDUL FATTAH 2009710033 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN POGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2011 1

Upload: rifqi-abdul-fattah

Post on 10-Jul-2015

668 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

5/11/2018 PAPER K3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/paper-k3 1/26

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN PEKERJA

MENGALAMI STRESS

PAPER INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA

KULIAH DASAR-DASAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN

KERJA (K3)

RIFQI ABDUL FATTAH 2009710033

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

POGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2011

1

5/11/2018 PAPER K3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/paper-k3 2/26

ABSTRACK 

The purpose of this paper is to provide an overview of factors that can lead to

workers experiencing stress. “I’m stressed out.” The reality may be that the worker 

 saying this is, in fact, experiencing an occupational illness. Many employees undergo

 stress as a normal part of their jobs, but some experience it more severely than

others, to the point that they need time away from work. The Bureau of Labor 

Statistics’ Survey of Occupational Injuries and Illnesses classifies occupational stress

as “neurotic reaction to stress.” There were 3,418 such illness cases in 1997. The

median absence from work for these cases was 23 days, more than four times the

level of all nonfatal occupational injuries and illnesses. And more than two-fifths of 

the cases resulted in 31 or more lost workdays, compared to one-fifth for all injury

and illness cases. Occupational stress is a major hazard for many workers. Increased 

workloads, downsizing, overtime, hostile work environments, and shift-work are just 

a few of the many causes of stressful working conditions. This factsheet addresses

 some of the causes of workplace stress and solutions for change. Systematic effort 

that can be done to minimize the stress on worker reaction is to eliminate potential  stress in the workplace.

Keywords: Occupational Stress, Stressor, and Stress Management.

2

5/11/2018 PAPER K3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/paper-k3 3/26

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat

membawa perubahan pula dalam kehidupan manusia. Perubahan-perubahan

itu membawa akibat yaitu tuntutan yang lebih tinggi terhadap setiap individu

untuk lebih meningkatkan kinerja mereka sendiri dan masyarakat luas. Agar 

eksistensi diri tetap terjaga, maka setiap individu akan mengalami stress

terutama bagi individu yang kurang dapat menyesuaikan diri dengan

 perkembangan tersebut. Misalnya saja seorang supir yang sudah lama bekerja

 pada perusahaan dan tidak pernah mendapat tugas untuk mengantar tamu

asing dan tidak mempunyai kemampuan berbicara menggunakan bahasa

inggris. Adanya perkembangan tersebut, mengakibatkan karyawan harus

mengubah pola dan system kerjanya sesuai dengan tuntutan yang ada

sekarang ini, yakni menggunakan bahasa inggris dalam menjalankantugasnya.

Selain itu, perkembangan ekonomi yang cepat, perampingan perusahaan,

PHK, merger dan bangkrutnya beberapa perusahaan sebagai akibat dari krisis

yang berkepanjangan telah menimbulkan dampak yang sangat merugikan bagi

ribuan bahkan jutaan tenaga kerja. Mereka harus rela dipindahkan kebagian

yang sangat tidak mereka kuasai dan tidak tahu berapa lama lagi mereka akan

dapat bertahan atau dipekerjakan. Selain itu mereka harus menghadapi boss

  baru, pengawasan yang ketat, tunjangan kesejahteraan berkurang dari

sebelumnya, dan harus bekerja lebih lama dan lebih giat demi

mempertahankan status sosial ekonomi keluarga. Para pekerja di setiap level

mengalami tekanan dan ketidakpastian. Situasi inilah yang seringkali memicu

terjadinya stres kerja.

3

5/11/2018 PAPER K3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/paper-k3 4/26

Setiap orang dimanapun ia berada dalam suatu organisasi, dapat berperan

sebagai sumber stress bagi orang lain. Mengelola stres diri sendiri berarti

mengendalikan diri sendiri dalam kehidupan. Sebagai seorang manajer,

mengelola stres pekerja di tempat kerja, lebih bersifat pemahaman akan

 penyebab stres orang lain dan mengambil tindakan untuk menguranginya

dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Efektifitas proses komunikasi dua

arah diantara manajer dan pekerja adalah penting untuk mengidentifikasikan

 penyebab stres yang potensial dan pemecahannya, karena stres akan selalu

menimpa pekerja dan organisasi. Stres sebagai suatu ketidakseimbangan

antara keinginan dan kemampuan memenuhinya sehingga menimbulkan

konsekuensi penting bagi dirinya. Stres sebagai suatu kondisi dinamis dimana

individu dihadapkan pada kesempatan, hambatan, keinginan, dan hasil yang

diperoleh sangatlah penting tetapi tidak dapat dipastikan.

Estimasi 1997 terdapat 3418 kasus stres kerja adalah yang terendah sejak 

tahun 1992, ketika BLS (Bureau of Labor Statistics) pertama mulai

mengumpulkan data ini. Penurunan ini konsisten dengan kecenderungan dari

semua kecelakaan kerja fatal dan penyakit yang melibatkan hari lagi dari pekerjaan. kasus stres Pekerjaan menurun sebesar 15 persen selama periode

1992-1997, sedangkan semua cedera dan penyakit menurun sebesar 21 persen.

Pastikan bahwa para anggota yang terkena dampak untuk bekerja sama

dengan perwakilan serikat pekerja adalah kunci dalam pengobatan stres.

Dokumen yang bermasalah adalah langkah penting pertama. Hal ini dapat

mencakup survei karyawan, alokasi risiko, analisis data dari pengusaha yang

sudah ada seperti catatan cedera & sakit atau data dari kompensasi pekerja

atau pola tindak lanjut staf. Kerjasama manajemen adalah layak, para anggota

dan terkena dapat berpartisipasi dalam proses bersama untuk mengidentifikasi

stresor kerja dan mengembangkan intervensi yang mengurangi stres. Hal ini

dapat dilakukan melalui kesehatan dan keselamatan dan komite kerja /

manajemen dan pelatihan dan pendidikan program. Strategi dapat mencakup

4

5/11/2018 PAPER K3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/paper-k3 5/26

 partisipasi pekerja di tempat kerja dan desain tempat kerja, memiliki masukan

dalam perubahan zaman, atau pengembangan kebijakan untuk mencegah

kekerasan di tempat kerja, atau program. Bila manajemen tidak kooperatif,

 para pekerja dapat melanjutkan kampanye mereka sendiri

1.2 Permasalahan

1. Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan stress akibat kerja?

2. Manajemen seperti apa yang dilakukan untuk mengatasi stress kerja

1.3 Tujuan

1. Mengetahui faktor-faktor yang mengakibatkan stress akibat kerja

2. Mengetahui penanganan terhadap stress akibat kerja

5

5/11/2018 PAPER K3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/paper-k3 6/26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stres Kerja

Ada beberapa alasan mengapa masalah stres yang berkaitan dengan pekerja

 perlu diangkat ke permukaan pada saat ini (Nimran, 1999:79-80). antaranya

adalah:

a. Masalah stres adalah masalah yang akhir-akhir ini hangat dibicarakan, dan

  posisinya sangat penting dalam kaitannya dengan produkttfitas kerja

karyawan.

  b. Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersumber dari luar 

organisasi,stress juga banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari

dalam organisasi. Oleh karenanya perlu disadari dan dipahami keberadaannya.

c. Pemahaman akan sumber-sumber stres yang disertai dengan pemahaman

terhadap cara-cara mengatasinya, adalah penting sekali bagi karyawan dan

siapa saja yang terlibat dalam organisasi demi kelangsungan organisasi yang

sehat dan efektif.d. Banyak di antara kita yang hampir pasti merupakan bagian dari satu atau

 beberapa organisasi, baik sebagai atasan maupun sebagai bawahan, pernah

mengalami stres meskipun dalam taraf yang amat rendah.

e. Dalam zaman kemajuan di segala bidang seperti sekarang ini manusia

semakin sibuk. Di situ pihak peraiatan kerja semakin modern dan efisien, dan

di lain pihak beban kerja di satuan-satuan organisasi juga semakin bertambah.

Keadaan ini tentu saja akan menuntut energi pegawai yang lebih besar dari

yang sudah-sudah. Sebagai akibatnya, pengalaman-pengalaman yang disebut

stres dalam taraf yang cukup tinggi menjadi semakin terasa.

Masalah-rnasalah tentang stres kerja pada dasarnya sering dikaitkan dengan

 pengertian stres yang terjadi di lingkungan pekerjaan, yaitu dalam proses interaksi

antara seorang karyawan dengan aspek-aspek pekerjaannya. Di dalam

6

5/11/2018 PAPER K3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/paper-k3 7/26

membicarakan stres kerja ini perlu terlebih dahulu mengerti pengertian stres

secara umum.

2.1.1 Pengertian Stres Kerja

Secara umum dapat dikatakan, bahwa jika seseorang dihadapkan pada

  pekerjaan yang melampaui kemampuan individu tersebut, individu yang

 bersangkutan mengalami stres kerja.

Menurut Rice (1992), seseorang dapat dikategorikan mengalami stress kerja,

apabila stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi perusahaan tempat

orang yang bersangkutan bekerja.

Setiap aspek dari lingkungan kerja dapat dirasakan sebagai stres kerja oleh

tenaga kerja. Tergantung dari persepsi tenaga kerja terhadap lingkungannya,

apakah ia merasakan adanya stres ataukah tidak. Hal ini berarti bahwa pada

situasi kerja yang sama, seorang tenaga kerja dapat mengalami stres, sedangkan

lainnya tidak.

Gibson et al (dalam Yulianti, 2000:9) mengemukakan bahwa stress kerja

dikonseptualisasi dari beberapa titik pandang, yaitu stres sebagai stimulus,stress sebagai respon dan stres sebagai stimulus-respon. Stres sebagai stimulus

merupakan pendekatan yang menitikberatkan pada lingkungan. Definisi

stimulus memandang stres sebagai suatu kekuatan yang menekan individu

untuk memberikan tanggapan terhadap stresor. Pendekatan ini memandang stres

sebagai konsekuensi dari interaksi antara stimulus lingkungan dengan respon

individu.Pendekatan stimulus-respon mendefinisikan stres sebagai konsekuensi

dari nteraksi antara stimulus lingkungan dengan respon individu. Stres

dipandang tidak sekedar sebuah stimulus atau respon, melainkan stres

merupakan hasil interaksi unik antara kondisi stimulus lingkungan dan

kecenderungan individu untuk memberikan tanggapan.

Di kalangan para pakar sampai saat ini belum terdapat kata sepakat dan

kesamaan persepsi tentang batasan stres. Baron & Greenberg (dalam Margiati,

7

5/11/2018 PAPER K3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/paper-k3 8/26

1999:71), mendefinisikan stres sebagai reaksi-reaksi emosional dan psikologis

yang terjadi pada situasi dimana tujuan individu mendapat halangan dan tidak 

 bisa mengatasinya. Aamodt (dalam Margiati, 1999:71) memandangnya sebagai

respon adaptif yang merupakan karakteristik individual dan konsekuensi dan

tindakan ekstcrnai, situasi atau peristiwa yang terjadi baik secara fisik maupun

  psikologis. Berbeda dengan pakar di atas, Landy (dalam Margiati, 1999:71)

memahaminya sebagai ketidakseimbangan keinginan dan kemampuan

memenuhinya sehingga menimbulkan konsekuensi pcnting bagi dirinya.

Robbins memberikan definisi stres sebagai suatu kondisi dinamis di mana

individu dihadapkan pada kesempatan, hambatan dan keinginan dan hasil yang

diperoleh sangatlah penling tetapi tidak dapat dipastikan (Robbins dalam

Dwiyanti, 2001:75).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya stres kerja adalah

dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara karakteristik kepribadian

karyawan dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat terjadi pada

semua kondisi pekerjaan. Adanya beberapa atribut tertentu dapat

rnempengaruhi daya tahan stres seorang karyawan.

2.1.2 Sumber Stres

Untuk memahami sumber stress kerja, kita harus melihat stress kerja ini

sebagai interaksi dari beberapa faktor, yaitu stress di pekerjaan itu sendiri sebagai

faktor eksternal, dan faktor internal seperti karakter dan persepsi dari karyawan itu

sendiri. Dengan kata lain, stress kerja tidak semata-mata disebabkan masalah internal,

sebab reaksi terhadap stimulus akan sangat tergantung pada reaksi subyektif individu

masing-masing. Beberapa sumber stress yang menurut Cary Cooper (1983) dianggap

sebagai sumber stress kerja adalah stress karena kondisi pekerjaan, masalah peran,

hubungan interpersonal, kesempatan pengembangan karir, dan struktur organisasi.

 Kondisi Pekerjaan. Lingkungan Kerja. Kondisi kerja yang buruk berpotensi menjadi

  penyebab karyawan mudah jatuh sakit, mudah stress, sulit berkonsentrasi dan

8

5/11/2018 PAPER K3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/paper-k3 9/26

menurunnya produktivitas kerja. Bayangkan saja, jika ruangan kerja tidak nyaman,

 panas, sirkulasi udara kurang memadai, ruangan kerja terlalu padat, lingkungan kerja

kurang bersih, berisik, tentu besar pengaruhnya pada kenyamanan kerja karyawan.

Overload . Sebenarnya overload ini dapat dibedakan secara kuantitatif dan kualitatif.

Dikatakan overload secara kuantitatif jika banyaknya pekerjaan yang ditargetkan

melebihi kapasitas karyawan tersebut. Akibatnya karyawan tersebut mudah lelah dan

 berada dalam "tegangan tinggi". Overload secara kualitatif bila pekerjaan tersebut

sangat kompleks dan sulit, sehingga menyita kemampuan teknis dan kognitif 

karyawan.

 Deprivational stress. George Everly dan Daniel Girdano (1980), dua orang ahli dari

Amerika memperkenalkan istilah deprivational stress untuk menjelaskan kondisi

  pekerjaan yang tidak lagi menantang, atau tidak lagi menarik bagi karyawan.

Biasanya keluhan yang muncul adalah kebosanan, ketidakpuasan, atau pekerjaan

tersebut kurang mengandung unsur sosial (kurangnya komunikasi sosial).

 Pekerjaan Berisiko Tinggi . Ada jenis pekerjaan yang beresiko tinggi, atau berbahaya

 bagi keselamatan, seperti pekerjaan di pertambangan minyak lepas pantai, tentara,

 pemadam kebakaran, pekerja tambang, bahkan pekerja cleaning service yang biasamenggunakan gondola untuk membersihkan gedung-gedung bertingkat. Pekerjaan-

 pekerjaan ini sangat berpotensi menimbulkan stress kerja karena mereka setiap saat

dihadapkan pada kemungkinan terjadinya kecelakaan.

2.1.3 Dampak Stres Pada Perusahaan

Sebuah organisasi atau perusahaan dapat dianalogikan sebagai tubuh manusia.

Jika salah satu dari anggota tubuh terganggu, maka akan menghambat

keseluruhan gerak, menyebabkan seluruh tubuh merasa sakit dan menyebabkan

individunya tidak dapat berfungsi secara normal. Demikian pula jika banyak di

antara karyawan di dalam organisasi mengalami stress kerja, maka produktivitas

dan kesehatan organisasi itu akan terganggu. Jika stress yang dialami organisasi

atau perusahaan tidak kunjung selesai, maka sangat berpotensi mengundang

9

5/11/2018 PAPER K3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/paper-k3 10/26

  penyakit yang lebih serius. Bukan hanya individu yang bisa mengalami

  penyakit, organisasi pun dapat memiliki apa yang dinamakan Penyakit

Organisasi.

Rendall Schuller (dalam Rini, 2002:3) mengidentifikasi beberapa perilaku

negatif karyawan yang berpengaruh terhadap organisasi. Menurut peneliti ini,

stres yang dihadapi oleh karyawan berkorelasi dengan penurunan prestasi kerja,

 peningkatan ketidakhadiran kerja serta tendesi mengalami kecelakaan. Secara

singkat beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh stres kerja dapat

 berupa:

1. Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajcmen maupun

operasional kerja

2. Mengganggu kenormalan aktivitas kerja

3. Menurunkan tingkat produktivitas

4. Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan. Kerugian financial

yang dialami perusahaan karena tidak imbangnya antara produktivitas

dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji, tunjangan, dan

fasilitas lainnya.2.1.4 Dampak Stres Kerja Pada Karyawan

Pengaruh stres kerja ada yang menguntungkan maupun merugikan bagi

  perusahaan. Namun pada taraf tertentu pengaruh yang menguntungkan

  perusahaan diharapkan akan rnemacu karyawan untuk dapat menyelesaikan

  pekerjaan dengan scbaik-baiknya. Reaksi terhadap stress dapat merupakan

reaksi bersifat psikis maupun fisik. Biasanya pekerja atau karyawan yang stress

akan menunjukkan perubahan perilaku. Perubahan perilaku tcrjadi pada din

manusia sebagai usaha mengatasi stres. Usaha mengatasi stres dapat berupa

 perilaku melawan stres (flight) atau freeze (berdiam diri). Dalam kehidupan

sehari-hari ketiga reaksi ini biasanya dilakukan secara bergantian, tergantung

situasi dan bentuk stres. Perubahan-perubahan ini di tempat kerja merupakan

10

5/11/2018 PAPER K3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/paper-k3 11/26

gejala-gejala individu yang mengalami stres antara lain (Margiati, 1999:78-79) :

(a) bekerja melewati batas kemampuan, (b) kelerlambatan masuk kerja yang

sering, (c) ketidakhadiran pekerjaan, (d) kesulitan membuat kepulusan, (e)

kesalahan yang sembrono, (f) kelaiaian menyelesaikan pekerjaan, (g) lupa akan

 janji yang telah dibuat dan kegagalan diri sendiri, (h) kesulitan berhubungan

dengan orang lain, (i) kerisauan tentang kesalahan yang dibuat, (j)

Menunjukkan gejala fisik seperti pada alat pencernaan, tekanan darah tinggi,

radang kulit, radang pernafasan.

Munculnya stres, baik yang disebabkan oleh sesuatu yang menyenangkan atau

sesuatu yang tidak menyenangkan akan memberikan akibat tertentu pada

seseorang. Cox (dalam Handoyo, 2001:67-68) membagi empat jenis

konsekuensi yang dapat ditimbulkan stres, yaitu:

1. Pengaruh psikologis, yang berupa kegelisahan, agresi, kelesuan, kebosanan,

depresi, kelelahan, kekecewaan, kehilangan kesabaran, harga diri yang

rendah.

2. Pengaruh perilaku, yang berupa peningkatan konsumsi alkohol, tidak nafsu

makan atau makan berlebihan, penyalahgunaan obat-obatan, menurunnyasemangat untuk berolahraga yang berakibat timbulnya beberapa penyakit.

Pada saat stres juga terjadi peningkatan intensitas kecelakaan, baik di rumah,

ditcmpat kerja atau di jalan.

3. Pengaruh kognitif, yaitu ketidakmampuan mengambil kcputusan, kurangnya

konsentrasi, dan peka terhadap ancaman.

4. Pengaruh fisiologis, yaitu menyebabkan gangguan pada kesehatan fisik yang

  berupa penyakit yang sudah diderita sebelumnya, atau memicu timbulnya

 penyakit tertentu.

11

5/11/2018 PAPER K3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/paper-k3 12/26

2.2 Hasil Penelitian-Penelitian

Menurut penelitian Baker dkk (1987), stress yang dialami oleh seseorang akan

merubah cara kerja sistem kekebalan tubuh. Para peneliti ini juga menyimpulkan

 bahwa stress akan menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit

dengan cara menurunkan jumlah fighting desease cells. Akibatnya, orang tersebut

cenderung sering dan mudah terserang penyakit yang cenderung lama masa

  penyembuhannya karena tubuh tidak banyak memproduksi selsel kekebalan

tubuh, ataupun sel-sel antibodi banyak yang kalah.

Dua orang peneliti yaitu Plaut dan Friedman (1981) berhasil menemukan

hubungan antara stress dengan kesehatan. Hasil penelitian tersebut membuktikan

 bahwa stress sangat berpotensi mempertinggi peluang seseorang untuk terinfeksi

  penyakit, terkena alergi serta menurunkan sistem autoimmune-nya. Selain itu

ditemukan pula bukti penurunan respon antibodi tubuh di saat mood seseorang

sedang negatif, dan akan meningkat naik pada saat mood seseorang sedang

 positif.

Peneliti yang lain yaitu Dantzer dan Kelley (1989) berpendapat tentang stressdihubungkan dengan daya tahan tubuh. Katanya, pengaruh stress terhadap daya

tahan tubuh ditentukan pula oleh jenis, lamanya, dan frekuensi stress yang dialami

seseorang. Peneliti lain juga mengungkapkan, jika stress yang dialami seseorang

itu sudah berjalan sangat lama, akan membuat letih health promoting response

dan akhirnya melemahkan penyediaan hormon adrenalin dan daya tahan tubuh.

Banyak sudah penelitian yang menemukan adanya kaitan sebab-akibat antara

stress dengan penyakit, seperti jantung, gangguan pencernaan, darah tinggi, maag,

alergi, dan beberapa penyakit lainnya. Oleh karenanya, perlu kesadaran penuh

setiap orang untuk mempertahankan tidak hanya kesehatan dan keseimbangan

fisik saja, tetapi juga psikisnya.

12

5/11/2018 PAPER K3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/paper-k3 13/26

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Faktor-Faktor Penyebab Stres Kerja

Terdapat dua faktor penyebab atau sumber muncuinya stres atau stres kerja,

yaitu faktor Hngkungan kerja dan faktor personal (Dwiyanti, 2001:75). Faktor 

lingkungan kerja dapat berupa kondisi fisik, manajemen kantor maupun hubungan

sosial di lingkungan pekerjaan. Sedang faktor personal bisa berupa tipe

kepribadian, peristiwa/pengalaman pribadi maupun kondisi sosial-ekonomi

keluarga di mana pribadi berada dan mengembangkan diri. Betapapun faktor 

kedua tidak secara langsung berhubungan dengan kondisi pekerjaan, namun

karena dampak yang ditimbulkan pekerjaan cukup besar, maka faktor pribadi

ditcmpatkan sebagai sumber atau penyebab munculnya stres. Secara umum

dikelompokkan sebagai berikut (Dwiyanti, 2001:77-79):

1. Tidak adanya dukungan sosial. Artinya, stres akan cendcrung muncul pada

 para karyawan yang tidak mendapat dukungan dari lingkungan sosial mereka.

Dukungan sosial di sini bisa berupa dukungan dari lingkungan pekerjaan

maupun lingkungan keluarga. Banyak kasus menunjukkan bahwa, parakaryawan yang mengalami stres kerja adalah mercka yang tidak mendapat

dukungan (khususnya moril) dari keluarga, seperti orang tua, mertua, anak,

teman dan semacamnya. Begitu juga ketika seseorang tidak memperoleh

dukungan dari rekan sekerjanya (baik pimpinan maupun bawahan) akan

cenderung lebih mudah terkena sires. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya

dukungan social yang menyebabkan ketidaknyamanan menjalankan pekerjaan

dan tugasnya.

2. Tidak adanya kesempatan bcrpartisipasi dalam pembuatan keputusan di

kantor. Hal ini berkaitan dengan hak dan kewenangan seseorang dalam

menjalankan tugas dan pekerjaannya. Banyak orang mengalami stres kerja

ketika mereka tidak dapat memutuskan persoalan yang menjadi tanggung

  jawab dan kewcnangannya. Stres kerja juga bisa terjadi ketika seorang

13

5/11/2018 PAPER K3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/paper-k3 14/26

karyawan tidak dilibatkan dalam pembuatan keputusan yang menyangkut

dirinya.

3. Pelecehan seksual. Yakni, kontak atau komunikasi yang berhubungan atau

dikonotasikan berkaitan dengan seks yang tidak diinginkan. Pelecehan seksual

ini bisa dimulai dart yang paling kasar seperti memegang bagian badan yang

sensitif, mengajak kencan dan semacamnya sampai yang paling halus berupa

rayuan, pujian bahkan senyuman yang tidak pada konteksnya. Dari banyak 

kasus pelecehan seksual yang sering menyebabkan stres kerja adalah

 perlakuan kasar atau penganiayaan fisik dari lawan jenis dan janji promosi

  jabatan namun tak kunjung terwujud hanya karena wanita.. Stres akibat

 pelecehan seksual banyak terjadi pada negara yang tingkat kesadaran warga

(khususnya wanita) terhadap persamaan jenis kclamin cukup tinggi, namun

tidak ada undang-undang yang melindungmya (Baron and Greenberg dalam

Margiati, 1999:72).

4. Kondisi lingkungan kerja. Kondisi lingkungan kerja fisik ini bisa berupa suhu

yang terlalu panas, terlalu dingin, tcrlalu sesak, kurang cahaya, dan

semacamnya. Ruangan yang terlalu panas menyebabkan ketidaknyamananseseorang dalam menjalankan pekerjaannya, begitu juga ruangan yang terlalu

dingin. Panas tidak hanya dalam pengertian temperatur udara tetapi juga

sirkulasi atau arus udara. Di samping itu, kebisingan juga memberi andil tidak 

kecil munculnya stres kerja, sebab beberapa orang sangat sensitif pada

kebisingan dibanding yang lain (Muchinsky dalam Margiati, 1999:73).

5. Manajemen yang tidak sehat. Banyak orang yang stres dalam pekerjaan ketika

gaya kepemimpinan para manajernya cenderung neurotis, yakni seorang

  pemimpin yang sangat sensitif, tidak percaya orang lain (khususnya

  bawahan), perfeksionis, terlalu mendramatisir suasana hati atau peristiwa

sehingga mempengaruhi pembuatan keputusan di tempat kerja. Situasi kerja

atasan selalu mencurigai bawahan, membesarkan peristiwa/kejadian yang

semestinya sepele dan semacamnya, seseorang akan tidak leluasa

14

5/11/2018 PAPER K3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/paper-k3 15/26

menjalankan pekerjaannya, yang pada akhirnya akan menimbulkan stres

(Minner dalam Margiati, 1999:73).

6. Tipe kepribadian. Seseorang dengan kcpribadian tipe A cenderung mengalami

sires dibanding kepribadian tipe B. Bcbcrapa ciri kepribadian tipe A ini adalah

sering merasa diburu-buru dalam menjalankan pekerjaannya, tidak sabaran,

konsentrasi pada lebih dan satu pekerjaan pada waktu yang sama, cenderung

tidak puas terhadap hidup (apa yang diraihnya), cenderung berkompetisi

dengan orang lain meskipun dalam situasi atau peristiwa yang non kompetitif.

Dengan begitu, bagi pihak perusahaan akan selalu mengalami dilema kctika

mengambil pegawai dengan kepribadian tipe A. Sebab, di satu sisi akan

memperoleh hasil yang bagus dan pekerjaan mereka, namun di sisi lain

 perusahaan akan mendapatkan pegawai yang mendapat resiko serangan/sakit

 jantung (Minner dalam Margiati, 1999:73).

7. Peristiwa/pengalaman pribadi. Stres kerja sering disebabkan pengalaman

 pribadi yang menyakitkan, kematian pasangan, perceraian, sekolah, anak sakit

atau gagal sekolah, kehamilan tidak diinginkan, peristiwa traumatis atau

menghadapi masalah (pelanggaran) hukum. Banyak kasus menunjukkan bahwa tingkat stres paling tinggi terjadi pada seseorang yang ditinggal mati

  pasangannya, sementara yang paling rendah disebabkan oleh perpindahan

tempat tinggal. Disamping itu, ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-

hari, kesepian, perasaan tidak aman, juga termasuk kategori ini (Baron &

Greenberg dalam Margiati, 1999:73).

Sumber stres yang menyebabkan seseorang tidak berfungsi optimal atau yang

menyebabkan seseorang jatuh sakit, tidak saja datang dari satu macam

  pembangkit tetapi dari beberapa pembangkit stres. Sebagian besar dari waktu

manusia bekerja. Karena itu lingkungan pekerjaan mempunyai pengaruh yang

 besar terhadap kesehatan seseorang yang bekerja. Pembangkit stres di pekerjaan

merupakan pembangkit stres yang besar perannya terhadap kurang berfungsinya

atau jatuh sakitnya seseorang tenaga kerja yang bekerja. Faktor-faktor di

15

5/11/2018 PAPER K3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/paper-k3 16/26

  pekerjaan yang bcrdasarkan penelitian dapat menimbulkan stres dapat

dikelompokkan ke dalam lima kategon besar yaitu faktor-faktor intrinsik dalam

  pekerjaan, peran dalam organisasi, pengembangan karir, hubungan dalam

 pekerjaan, serta stniktur dan iklim organisasi Hurrel (dalam Munandar, 2001:381-

401):

1. Faktor-faktor Intrinsik dalam Pekerjaan

Termasuk dalam kategori ini ialah tuntutan fisik dan tuntutan tugas.

Tuntutan fisik misalnya faktor kebisingan. Sedangkan faktor-faktor tugas

mencakup: kerja malam, beban kerja, dan penghayatan dari resiko dan

 bahaya.

2. Peran Individu dalam Organisasi

Setiap tenaga kerja bekerja sesuai dengan perannya dalam organisasi,

artinya setiap tenaga kerja mempunyai kelompok tugasnya yang harus

dilakukan sesuai dengan aturan-aturan yang ada dan sesuai dengan yang

diharapkan oleh atasannya. Namun demikian tenaga kerja tidak selalu berhasil

untuk memainkan perannya tanpa menimbulkan masaiah. Kurang baik 

 berfungsinya peran, yang merupakan pembangkit stres yaitu meiiputi: konflik  peran dan ambiguitas peran (role ambiguity).

a. Konflik peran : konflik peran timbul jika seorang tenaga kerja

mengalami adanya:

• Pertentangan antara tugas-tugas yang harus ia lakukan dan antara tanggung

 jawab yang ia miliki.

• Tugas-tugas yang harus ia lakukan yang menurut pandangannya bukan

merupakan bagian dari pekerjaannya.

• Tuntutan-tunlutan yang bertentangan dari atasan, rekan, bawahannya, atau

orang lain yang dinilai penting bagi dirinya.

• Pertentangan dengan nilai-nilai dan keyakinan pribadinya sewaktu melakukan

tugas pekerjaannya.

16

5/11/2018 PAPER K3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/paper-k3 17/26

 b. Ambiguitas peran : Jika seorang pekerja tidak memiliki cukup

informasi untuk dapat melaksanakan tugasnya, atau tidak mengerti

atau merealisasi harapan-harapan yang berkaitan dengan peran

lertentu. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan ketaksaan melipuli:

Ketidakjelasan dari saran-saran (tujuan-tujuan) kerja.

Kesamaran tentang tanggung jawab.

Ketidakjelasan tentang prosedur kerja.

Kesamaran tentang apa yang diharapkan oleh orang lain.

Kurang adanya balikan, atau ketidakpastian tentang produktifitas

kerja.

Menurut Kahn, dkk (dalam Munandar, 2001:392), stres yang timbul karena

ketidakjelasan sasaran akhirnya mengarah ketidakpuasan pekerjaan, kurang

memiiiki kepercayaan diri, rasa tak berguna, rasa harga diri menurun, depresi,

motivasi rendah untuk bekerja, peningkatan tekanan darah dan delak nadi, dan

kecenderungan untuk meninggaikan pekerjaan.

3. Pengembangan Karir 

Unsur-unsur penting pengembangan karir meliputi:

• Peluang untuk menggunakan ketrampilan jabatan sepenuhnya

• Peluang mengembangkan kctrampilan yang baru

• Penyuluhan karir untuk memudahkan keputusan-keputusan yang

menyangkut karir.

Pengembangan karir merupakan pembangkit stres potensial yang mencakup

ketidakpastian pekerjaan, promosi berlebih, dan promosi yang kurang.

a. Job Insecurity : perubahan-perubahan lingkungan

menimbulkan masalah baru yang dapat mempunyai dampak pada

 perusahaan. Reorganisasi dirasakan perlu untuk dapat mcnghadapi

  perubahan lingkungan dengan lebih baik. Sebagai akibatnya ialah

adanya pekerjaan lama yang hilang dan adanya pekerjaan yang baru.

17

5/11/2018 PAPER K3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/paper-k3 18/26

Dapat terjadi bahwa pckerjaan yang baru memerlukan ketrampilan

yang baru. Setiap reorganisasi menimbulkan ketidakpastian pekerjaan,

yang merupakan sumber stres yang potensial.

  b. Over dan Under-promotion : setiap organisasi industri

mempunyai proses pertumbuhan masing-masing. Ada yang

tumbuhnya cepat dan ada yang lambat, ada pula yang tidak tumbuh

atau setelah tumbuh besar mengalami penurunan, organisasi menjadi

lebih kecil. Pola pertumbuhan organisasi industri berbeda-beda. Salah

satu akibat dari proses pertumbuhan ini ialah tidak adanya

kesinambungan dari mobilitas vertical dari para tenaga kerjanya.

Peluang dan kecepatan promosi tidak sama setiap saat. Dalam

  pertumbuhan organisasi yang cepat, banyak kedudukan pimpinan

mcmerlukan tenaga, dalam keadaan sebaliknya, organisasi terpaksa

harus mcmperkecil diri, tidak ada pcluang untuk mendapatkan

 promosi, malahan akan timbul kecemasan akan kehilangan pekerjaan.

Peluang yang kecil untuk promosi, baik karena keadaan tidak 

mengizinkan maupun karena dilupakan, dapat merupakan pembangkitstres bagi tenaga kerja yang rnerasa sudah waktunya mendapatkan

 promosi. Perilaku yang mengganggu, semangat kerja yang rendah dan

hubungan antarpribadi yang bermutu rendah, berkaitan dengan stres

dari kesenjangan yang dirasakan antara kedudukannya sekarang di

organisasi dengan kedudukan yang diharapkan. Sedangkan stres yang

timbul karena over-promotion memberikan kondisi beban kerja yang

 berlebihan serta adanya tuntutan pengetahuan dan ketrampilan yang

lidak sesuai dengan bakatnya.

4. Hubungan dalam Pekerjaan

Hubungan kerja yang tidak baik terungkap dalam gejala-gejala adanya

kepercayaan yang rendah, dan minat yang rendah dalam pemecahan

masalah dalam organisasi. Ketidakpercayaan secara positif berhubungan

18

5/11/2018 PAPER K3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/paper-k3 19/26

dengan ketaksaan peran yang tinggi, yang mengarah ke komunikasi antar 

 pribadi yang tidak sesuai antara pekerja dan ketegangan psikologikal dalam

 bcntuk kepuasan pekerjaan yang rendah, penurunan dari kodisi kesehatan,

dan rasa diancam oleh atasan dan rekanrekan kerjanya (Kahn dkk, dalam

Munandar, 2001:395).

5. Struktur dan iklim Organisasi

Faktor stres yang dikenali dalam kategorf ini adalah terpusat pada

sejauh mana tenaga kerja dapat tcrlihat atau berperan serta pada support

sosial. Kurangnya peran serta atau partisipasi dalam pengambilan keputusan

 berhubungan dengan suasana hati dan perilaku negalif. Peningkatan peluang

untuk berperan serta menghasilkan peningkatan produktivitas, dan

 peningkatan taraf dari kesehatan mental dan fisik.

6. Tuntutan dari Luar Organisasi/Pekerjaan

Kategori pembangkit stres potensial ini mencakup segala unsur 

kehidupan seseorang yang dapat berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa

kehidupan dan kerja di dalam satu organisasi, dan dapat memberi tekanan

 pada individu. Isu-isu tentang keluarga, krisis kehidupan, kesulitan keuangan,keyakinan-keyakinan pribadi dan organisasi yang bertentangan, konflik antara

tuntutan keluarga dan tuntutan perusahaan, semuanya dapat merupakan

tekanan pada individu dalam pekerjaannya, sebagaimana halnya stres dalam

 pekerjaan mempunyai dampak yang negatif pada kehidupan keluarga dan

 pribadi.

7. Ciri-ciri Individu

Menurut pandangan intcraktifdari stres, stres ditcntukan pula

olehindividunya scndiri, sejauh mana ia melihat situasinya scbagai penuh

stres. Reaksi-reaksi sejauh mana ia melihat situasinya sebagai penuh stres.

Reaksi-reaksi psikologis, fisiologis, dan dalam bentuk perilaku terhadap stres

adalah hasil dari interaksi situasi dengan individunya, mcncakup ciri-ciri

kepribadian yang khusus dan pola-pola perilaku yang didasarkan pada sikap,

19

5/11/2018 PAPER K3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/paper-k3 20/26

kebutuhan, nilai-nilai, pengalaman masa lalu, kcadaan kehidupan dan

kecakapan (antara lain intcligensi, pendidikan, pelatihan, pembelajaran).

Dengan demikian, faktor-faktor dalam diri individu berfungsi sebagai faktor 

 pengaruh antara rangsang dari lingkungan yang merupakan pembangkit stres

 potensial dengan individu. Faktor pengubah ini yang menentukan bagaimana,

dalam kenyataannya, individu bereaksi terhadap pembangkit stres potensial.

*) Modifikasi dari model Cooper, C.L (dalam Munandar, 2001:380).

Model Stres Dalam Pekerjaan

20

5/11/2018 PAPER K3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/paper-k3 21/26

3.2 Strategi Manajemen Stress

Secara umum strategi manajemen stres kerja dapat dikelompokkan mcnjadi

strategi penanganan individual, organisasional dan dukungan sosial (Margiati,

1999:77-78):

1. Strategi Penanganan Individual

Yaitu strategi yang dikembangkan secara pribadi atau individual. Strategi

individual ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:

a. Melakukan perubahan reaksi perilaku atau perubahan reaksi kogtiitif. Artinya,

  jika seorang karyawan merasa dirinya ada kenaikan ketegangan, para karyawan

tersebut seharusnya time out terlebih dahulu. Cara time out ini bisa macam-macam,

seperti istirahat sejenak namun masih dalam ruangan kerja, keluar ke ruang istirahat

(jika menyediakan), pergi sebentar ke kamar kecil untuk membasuh muka air dingin

atau berwudlu bagi orang Islam, dan sebagainya.

 b. Melakukan reiaksasi dan meditasi. Kegiatan relaksasi dan medilasi ini bisa

dilakukan di rumah pada malam hari atau hari-hari libur kerja. Dengan melakukan

relaksasi, karyawan dapat membangkitkan perasaan rileks dan nyaman. Dengan

demikian karyawan yang melakukan relaksasi diharapkan dapat mentransfer kemampuan dalam membangkitkan perasaan rileks ke dalam perusahaan di mana

mereka mengalami situasi stres. Beberapa cara meditasi yang biasa dilakukan adalah

dengan menutup atau memejamkan mata, menghilangkan pikiran yang mengganggu,

kemudian perlahan-lahan mengucapkan doa.

c. Melakukan diet dan fitnes. Beberapa cara yang bisa ditempuh adalah

mengurangi masukan atau konsumsi garam dan makanan mengandung lemak,

memperbanyak konsumsi makanan yang bervitamin seperti buah-buahan dan sayur 

sayuran, dan banyak melakukan olahraga, seperti lari secara rutin, tenis, bulutangkis,

dan sebagainya (Baron & Greenberg dalam Margiati, 1999:78).

2. Strategi-strategi Penanganan Organisasional.

Strategi ini didesain oleh manajemen untuk menghilangkan atau mengontrol

  penekan tingkat organisasional untuk mencegah atau mengurangi stres kerja

21

5/11/2018 PAPER K3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/paper-k3 22/26

untuk pekerja individual. Manajemen stres melalui organisasi dapat dilakukan

dengan :

a. Menciptakan iklim organisasional yang mendukung.

Banyak organisasi besar saat ini cenderung memformulasi struktur 

  birokratik yang tinggi dengan menyertakan infleksibel, iktim

impersonal. Ini dapat membawa pada stres kerja yang sungguh-

sungguh. Sebuah strategi pengaturan mungkin membuat struktur tebih

terdesentralisasi dan organik dengan pembuatan keputusan partisipatif 

dan aliran komunikasi ke atas. Perubahan struktur dan proses

struktural mungkin menciptakan Iklim yang lebih mendukung bagi

 pekerja, memberikan mcreka lebih banyak kontrol terhadap pekerjaan

mereka, dan mungkin mencegah atau mengurangi stres kerja mereka.

 b. Memperkaya desain tugas-tugas dengan memperkaya

kerja baik dengan meningkatkan faktor isi pekerjaaan (seperti

tanggung jawab, pengakuan, dan kesempatan untuk pencapaian,

  peningkatan, dan pertumbuhan) atau dengan meningkatkan

karakteristik pekerjaan pusat seperti variasi skill, identitas tugas,Signifikansi tugas, otonomi, dan timbal balik mungkin membawa pada

  pernyataan motivasional atau pengalaman berani, tanggung jawab,

 pengetahuan hasil-hasil.

c. Mengurangi konflik dan mengklarifikasi peran

organisasional. Konflik peran dan ketidakjelasan diidentifikasi lebih

awal sebagai sebuah penekan individual utama. Ini mengacu pada

manajemen untuk mengurangi konflik dan mengklarifikasi peran

organisasional sehingga penyebab stress ini dapat dihilangkan atau

dikurangi. Masing-masing pekerjaan mempunyai ekspektansi yang

 jelas dan penting atau sebuah pengertian yang ambigious dari apa yang

dia kerjakan. Sebuah strategi klarifikasi peran yang spesifik 

memungkinkan seseorang mengambil sebuah peranan menemukan

22

5/11/2018 PAPER K3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/paper-k3 23/26

sebuah catatan ekspektansi dari masingmasing pengirim peran.

Catatan ini kemudian akan dibandingkan dengan ekspektansi fokal

seseorang, dan banyak perbedaan akan secara terbuka didiskusikan

untuk mengklarifikasi ketidakjelasan dan negoisasikan untuk 

memecahkan konflik.

d. Rencana dan pengembangan ja!ur karir dan

menyediakan konseling. Secara tradisional, organisasi telah hanya

menunjukkan melalui kepentingan dalam perencanaan karir dan

 pengembangan pekerja mercka. Individu dibiarkan untuk memutuskan

gerakan dan slrategi karir sendiri.

3. Strategi Dukungan Sosial.

Untuk mengurangi stres kerja, dibutuhkan dukungan sosial terutama orang yang

terdekat, seperti keluarga, teman sekerja, pemimpin atau orang lain. Agar diperoleh

dukungan maksimal, dibutuhkan komunikasi yang baik pada semua pihak, sehingga

dukungan sosial dapat diperoleh seperti dikatakan Landy (dalam Margiati, 1999:78)

dan Goldberger & Breznitz (dalam Margiati, 1999:78). Karyawan dapat mengajak 

 berbicara orang lain tentang masalah yang dihadapi, atau sctldaknya ada tempatmengadu atas keluh kesahnya (Minner dalam Margiati,1999:78).

Ada empat pendekatan terhadap stres kerja, yaitu dukungan social (social 

 support), meditasi (meditation), biofeedback , dan program kesehatan pribadi

(personal wellness programs). Pendekatan tersebut sesuai dengan pendapat Keith

Davis & John W. Newstrom, (dalam Mangkunegara, 2002:157-158) yang

mengemukakan bahwa "Four approaches that of ten involve employee and 

management cooperation for stres management are social support, meditation,

biofeedback and personal wellnes programs" .

23

5/11/2018 PAPER K3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/paper-k3 24/26

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Stress pada dasarnya dapat dialami oleh siapa saja, kapan saja, di mana saja,

tanpa memandang pangkat, derajat, dan tempat, termasuk para tenaga kerja.

stres kerja adalah dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara karakteristik 

kepribadian karyawan dengan karakteristik aspek-aspek pekerjaannya dan dapat

terjadi pada semua kondisi pekerjaan. Adanya bcberapa atribut tertentu dapat

rnempengaruhi daya tahan stres seorang karyawan. Stressor pekerjaan yang

dapat mengakibatkan stress pun ada berbagai macam, diantaranya factor 

intrinsic, peran dalam organisasi, pengembangan karir, hubungan dalam

 pekerjaan, struktur dalam organisasi, factor eksternal, dan lain-lain. Manajemen

streespun harus dilakukan sedini mungkin dengan melibatkan perusahaan dan

karyawannya.

Rekomendasi

Upaya sistematis yang dapat dilakukan untuk meminimalkan timbulnya

reaksi  stress pada pekerja adalah mengeliminasi   potential stressor  di

lingkungan kerjanya. Berkaitan dengan hal itu, disarankan: (1) memberikan

kesempatan kepada pekerja untuk melakukan refreshing fisik dan mental lewat

kegiatan pelatihan atau lokakarya yang terkait dengan pengembangan diri dan

  profesi; (2) memberikan tambahan insentif secara khusus sebagai bentuk 

kompensasi atas besarnya beban kerja yang dilakukan oleh pekerja; (3)

menciptakan iklim lingkungan kerja yang kondusif melalui penyediaan

keperluan atau fasilitas yang diperlukan oleh pekerja untuk melakukan

relaksasi, agar dapat mengurangi kejenuhan atau kebosanan rutinitas kerja; dan

24

5/11/2018 PAPER K3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/paper-k3 25/26

(4) perlu dilakukan penelitian-penelitian yang berhubungan dengan jenis

 pekerjaan dan lingkungan kerja yang merupakan sumber timbulnya kebosanan,

kelelahan, kecelakaan, dan stress psikologis.

25

5/11/2018 PAPER K3 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/paper-k3 26/26

REFERENCES

Buku

Anies, 2005. Penyakit Akibat Kerja. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Internet

http://pamangsah.blogspot.com/2008/11/akibat-stress-kerja.html

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/06/penanganan-stress-kerja.html

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/06/stress-kerja-definisi-dan-faktor.html 

http://www.damandiri.or.id/detail.php?id=307

http://www.baliusada.com/content/view/333/2/ 

http://www.bls.gov/opub/ils/pdf/opbils35.pdf  

26