paper ijarah

17
BAB 2 KONSEP DASAR DAN PENGERTIAN IJARAH I. Konsep Dasar Transaksi Ijarah Al ijarah berasal dari kata al ajru yang berarti al ‘wadhu (ganti). Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyah) atas barang itu sendiri. Ijarah berarti lease contract dan juga hire contract. Dalam konteks perbankan syariah, ijarah adalah lease contract dimana suatu bank atau lembaga keuangan menyewakan peralatan (equipment) kepada salah satu nasabahnya berdasarkan pembebanan biaya yang sudah ditentukan secara pasti sebelumnya (fixed charge). Skema Transaksi Ijarah (3) sewa beli (2) Beli obyek (1) Pesan obyek sewa sewa Sumber : Antonio (2001: 107) Produsen Nasabah Obyek sewa Bank

Upload: lia-syahlia-nasution

Post on 06-Dec-2014

113 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Paper Ijarah

BAB 2

KONSEP DASAR DAN PENGERTIAN IJARAH

I. Konsep Dasar Transaksi Ijarah

Al ijarah berasal dari kata al ajru yang berarti al ‘wadhu (ganti). Ijarah adalah

akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa

diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyah) atas barang itu sendiri.

Ijarah berarti lease contract dan juga hire contract. Dalam konteks perbankan syariah,

ijarah adalah lease contract dimana suatu bank atau lembaga keuangan menyewakan

peralatan (equipment) kepada salah satu nasabahnya berdasarkan pembebanan biaya yang

sudah ditentukan secara pasti sebelumnya (fixed charge).

Skema Transaksi Ijarah

(3) sewa beli

(2) Beli obyek (1) Pesan obyek

sewa sewa

Sumber : Antonio (2001: 107)

Berdasarkan gambar skema diatas dapat dijelaskan mekanisme yang dijalankan

dalam transaksi ijarah yang dilakukan di sector perbankan syariah adalah sebagai

berikut :

1) Transaksi ijarah ditandai dengan adanya pemindahan manfaat. Jadi dasar prinsip

ijarah sama saja dengan prinsip jual beli. Namun perbedaan terletak apada obyek

transaksinya adalah barang, maka pada ijarah obyek transaksinya adalah jasa.

Produsen NasabahObyek sewa

Bank

Page 2: Paper Ijarah

2) Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakan kepada

nasabah. Karena itu pada perbankan syariah dikenal dengan al-ijarah al-

muntahiyah bit-tamlik (sewa yang diikuti dengan perpindahan kepemilikan) .

3) Harga sewa dan harga jual beli disepakati pada awal perjanjian antara bank

dengan nasabah.

II. Landasan Fiqh dan Fatwa DSN tentang Transaksi Ijarah

a. Landasan Al Qur’an dan Al Hadits

Al Qur’an

Artinya : dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak

ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.

bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat

apa yang kamu kerjakan. (Al Baqarah : 233)

Al Hadits

ق�ه� ع�ر� �ج�ف� ي ن�� أ �ل� ق�ب ه� ج�ر�

� أ �ر� ي ج�� األ� أع�ط�و�ا

Artinya : berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering (HR. Ibnu

Majah)

b. Fatwa DSN tentang Transaksi Ijarah

1) Fatwa DSN No: 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang ijarah

Beberapa ketentuan yang diatur dalam fatwa ini, antara lain sebagai berikut :

Pertama :    Rukun dan Syarat Ijarah:

1.    Sighat Ijarah, yaitu ijab dan qabul berupa pernyataan dari kedua belah

pihak yang berakad (berkontrak), baik secara verbal atau dalam bentuk

lain.

2.    Pihak-pihak yang berakad: terdiri atas pemberi sewa/pemberi jasa dan

penyewa/pengguna jasa.

Page 3: Paper Ijarah

3.    Obyek akad ijarah adalah :

a. manfaat barang dan sewa; atau

b. manfaat jasa dan upah.

Kedua :    Ketentuan Obyek Ijarah:

1.    Obyek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan/atau jasa.

2.    Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan

dalam kontrak.

3.    Manfaat barang atau jasa harus yang bersifat dibolehkan (tidak

diharamkan).

4.    Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan

syari’ah.

5.    Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk

menghilangkan jahalah (ketidaktahuan) yang akan mengakibatkan

sengketa.

6.    Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk jangka

waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau identifikasi fisik.

7.    Sewa atau upah adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah

kepada LKS sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang dapat

dijadikan harga dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa atau upah

dalamIjarah.

8.    Pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari

jenis yang sama dengan obyek kontrak.

9.    Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa atau upah dapat

diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak.

Ketiga :    Kewajiban LKS dan Nasabah dalam Pembiayaan Ijarah

1.    Kewajiban LKS sebagai pemberi manfaat barang atau jasa:

a.    Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan

b.    Menanggung biaya pemeliharaan barang.

c.    Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan.

2.    Kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang atau jasa:

Page 4: Paper Ijarah

a.    Membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab untuk menjaga

keutuhan barang serta menggunakannya sesuai kontrak.

b.    Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan

(tidak materiil).

c.    Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari

penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak

penerima manfaat dalam menjaganya, ia tidak bertanggung jawab

atas kerusakan tersebut.

Keempat  :    

Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi

perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui

Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui

musyawarah.

2) Fatwa DSN No: 27/DSN-MUI/III/2002 tentang Al ijarah Al muntahiyah

Bit- Tamlik

Beberapa ketentuan yang diatur dalam fatwa ini, antara lain sebagai berikut :

Pertama : Akad Al ijarah Al muntahiyah Bittamlik boleh dilakukan

dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Semua rukun dan syarat yang berlaku dalam akad ijarah (fatwa DSN

nomor : 09/DSN-MUI/IV/2002) berlaku pula dalam akad Al ijarah Al

Muntahiyah Bittamlik.

2. Perjanjian untuk akad Al ijarah Al Muntahiyah Bittamlik aharus

disepakati ketika akad ijarah ditandatangani.

3. Ahak dan kewajiban setiap pihak harus dijelaskan dalam akad.

Kedua : ketentuan dengan akad Al ijarah Al Muntahiyah Bittamlik

1. Pihak yang melakukan akad Al ijarah Al Muntahiyah Bittamlik harus

melaksanakan akad ijarah terlebih dahulu. Akad pemindahan

kepemilikan, abaik dengan jual beli atau pemberian, hanya dapat

dilakukan setelah masa ijarah selesai.

2. Janji pemindahan yang disepakati diawal akad ijarah adalah wa’d,

yang hukumnya tidak mengikat. Apabila janji itu ingin dilaksanakan,

Page 5: Paper Ijarah

maka harus ada akad pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah

masa ijarah selesai.

Ketiga :

1. Jika salah satuj pihak tidak menunaikan kewajibannya atau terjadi

perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya

dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai

kesepakatan melalui musyawarah.

2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika

dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan

disempurnakan sebagai mana mestinya.

3. Standar Akuntansi Keuangan Transaksi Ijarah.

III. Exposure Draft (ED) PSAK 107 – Akuntansi Ijarah

Pada tanggal 26 februari 2008 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mengeluarkan

Eksposure Draft PSAK 107 tentang akuntansi ijarah. PSAK ini direncanakan menjadi

pengganti PSAK 59 : Akuntansi Perbankan Syariah, yang berhubungan dengan perlakuan

akuntansi pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan atas transaksi ijarah.

Beberapa hal yang diatur dalam Eksposure Draft PSAK 107 : Akuntansi Ijarah antara lain

sebagai berikut :

a. Tujuan

Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran,

penyajian, dan pengungkapan transaksi ijarah.

b. Ruang Lingkup Pemberlakuan

PSAK ini diterapkan untuk entitas yang melakua transaksi ijarah serta

mencakup pengaturan untuk pembiayaan multijasa yang menggunakan akad

ijarah, namun tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi untuk obligasi

syariah (sukuk) yang menggunakan akad ijarah. Pembiayaan multijasa yang

menggunakan akad ijarah menyesuaikan dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional

(DSN) nomor 44/DSN-MUI/VII/2004 tentang pembiayaan multi jasa yang

mengatur beberapa ketentuan sebagai berikut :

1. Pembiayaan multijasa hukumnya boleh (jaiz) dengan menggunakan akd

ijarah atau kafalah.

Page 6: Paper Ijarah

2. Dalam hal LKS menggunakan akad Ijarah, maka harus mengikuti semua

ketentuan yang ada dalam fatwa ijarah.

3. Dalam hal LKS menggunakan akad Kafalah, maka harus mengikuti semua

ketentuan yang ada dalam fatwa Kafalah.

4. Dalam kedua pembiayaan multijasa tersebut, LKS dapat memperoleh

imbalan jasa (Ujrah) atau fee.

5. Besar ujrah atau fee harus deisepakati di awal dan dinyatakan dalam

bentuk nominal bukan dalam bentuk presentase.

c. Definisi

Beberapa definisi yang dijelaskan dalam PSAK ini antara lain sebagai

berikut :

1. Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu asset dalam

waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan

pemindahan kepemilikan asset ini sendiri.

2. Ijarah muntahiyah bittamlik adalah ijarah dengan wa’ad perpindahan

kepemilikan obyek ijarah pada saat tertentu.

3. Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu asset

antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai

dalam suatu transaksi dengan wajar (arms length transaction).

4. Obyek ijarah adalah manfaat dari penggunaan asset berwujud atau tidak

berwujud.

d. Karakteristik

Adapun karakteristik transaksi ijarah yang dijelaskan dalam PSAK ini

antara lain sebagai berikut :

1. Ijarah merupakan sewa – menyewa obyek ijarah tanpa perpindahan resiko

dan manfaat yang terkait kepemilikan asset terkait, dengan atau tanpa

wa’ad untuk memindahkan kepemilikan dari pemilik (mu’jir) kepada

penyewa (musta’jir) pada saat tertentu.

2. Perpindahan kepemilikan suatu asset yang diijarahkan dari pemilik kepada

penyewa, dalam ijarah muntahiyah bittamlik, dilakukan jika sluruh

pembayaran sewa atas obyek ijarah yang dialihkan telah diselesaikan dan

Page 7: Paper Ijarah

obyek ijarah telah diserahkan kepada penyewa dengan membuat akad

terpisah secara :

Hibah

Penjualan sebelum akad berakhir sebesar sebanding dengan sisa

cicilan sewa atau harga yang disepakati.

Penjualan pada akhir masa ijarah dengan pembayaran tertentu

sebagai referensi yang disepakati dalam akad.

Penjualan secara bertahap sebesar harga tertentu yang disepakati

dalam akad.

3. Pemilik dapat meminta penyewa untuk menyerahkan jaminan atas ijarah

untuk menghindari resiko kerugian.

4. Jumlah, ukuran, dan jenis obyek ijarah harus jelas diketahui dan tercantum

dalam akad.

e. Pengakuan dan pengukuran

Pengakuan dan pengukuran ijarah meliputi proses perolehan asset ijarah,

perpindahan kepemilikan karena proses sewa beli, dan pengakuan pendapatan

ijarah serta beban – beban dalam pengelolaan asset ijarah.

AKUNTANSI PEMILIK (MU’JIR)

a) Biaya perolehan

Biaya perolehan obyek ijarah diakui pada saat obyek ijarah diperoleh

sebesar biaya perolehan. Artinya bahwa hal ini meliputi harga pokok asset atau

manfaat ijarah berikut biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh asset

ijarah tersebut.

Biaya perolehan obyek yang berupa asset tidak berwujud mengacu ke

PSAK 19: Aset Tidak Berwujud.

b) Penyusutan

Obyek ijarah, jika berupa asset yang dapat disusutkan atau diamortisasi,

sesuai dengan kebijakan penyusutan atau amortisasi untuk asset sejenis selama

umur manfaatnya (umur ekonomis).

Page 8: Paper Ijarah

Kebijakan penyusutan atau amortisasiyang dipilih harus mencerminkan

pola konsumsi yang diharapkan dari manfaat ekonomi di masa depan dari obyek

ijarah. Umur ekonomis dapat berbeda dengan umur teknis. Misalnya, mobil yang

dapat dipakai selama 10 tahun diijarahkan dengan akad ijarah muntaahiyah

bittamlik selama 5 tahun. Dengan demikian umur ekonomisnya adalah 5 tahun.

Pengaturan penyusutan obyek ijarah yang berupa asset tetap sesuai dengan

PSAK 16: asset tetap dan amortisasi asset tidak berwujud sesuai dengan PSAK

19: asset tidak berwujud.

c) Pendapatan dan beban

Beberapa ketentuan pengakuan dan pengukuran pendapatan dan beban

dari sudut pandang pemilik asset ijarah antara lain sebagai berikut:

1. Pendapatan sewa selama masa akad diakui pada saat manfaat atas asset

telah diserahkan kepada penyewa.

2. Piutang pendapatan sewa diukur sebesar nilai yang dapat direalisasikan

pada akhir periode pelaporaan.

3. Pengakuan biaya perbaikan obyek ijarah adalah sebagai berikut :

Biaya perbaikan tidak rutin obyek ijarah diakui pada saat

terjadinya.

Jika penyewa melakukan perbaikan rutin obyek ijarah dengan

persetujuan pemilik, maka biaya tersebut dibebankan kepada

pemilik dan diakui sebagai beban pada saat terjadinya.

Dalam ijarah muntahiyah bittamlik melalui penjualan secara

bertahap, biaya perbaikan obyek ijarah yang dimaksudkan.

Ditanggung pemilik maupun penyewa sebanding dengan bagian

kepemilikan masing-masing atas obyek ijarah.

4. Biaya perbaikan obyek ijarah merupakan tanggungan pemilik. Perbaikan

tersebut dapat dilakukan oleh pemilik secara langsung atau dilakukan oleh

penyewa atas persetujuan pemilik.

d) Perpindahan Kepemilikan

Pada saat perpindahan kepemilikan obyek ijarah dari pemilik kepada

penyewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik dengan cara :

Page 9: Paper Ijarah

1. Hibah, maka jumlah tercacat obyek ijarah diakui sebagai beban.

2. Penjualan sebelum berakhirnya masa, sebesar sisa cicilan sewa atau

jumlah yang disepakati, maka selisih antara harga jual dan jumlah tercacat

obyek ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian.

3. Penjualan setelah selesai masa akad, maka selisih antara harga jual dan

jumlah tercatat obyek ijarah diakui sebagai keuntungan atau kerugian.

4. Penjualan obyek ijarah secara bertahap, maka :

Selisih antara harga jual dan jumlah tercatat sebagian obyek ijarah

yang telah dijuala diakui sebagai keuntungan atau kerugian

Bagian obyek ijarah yang tidak dibeli penyewa diakui sebagai

asset tidak lancer atau asset lancer sesuai dengan tujuan

penggunaan asset tersebut.

AKUNTANSI PENYEWA (MUSTA’JIR)

a) Beban

Pengakuan dan pengukuran beban dalam perspektif penyewa adalah

bahwa beban sewa diakui selama masa akad pada saat manfaat atas asset telah

diterima. Sedangkan utang sewa diukur sebesar jumlah yang harus dibayar atas

manfaat yang telah diterima.

Dalam hal biaya pemeliharan obyek ijarah yange telah disepakati dalam

akad adalah menjadi tanggungan penyewa dan diakui sebagai beban pada saat

terjadinya. Sedangkan biaya pemeliharaan obyek ijarah, dalam ijarah muntahiyah

bittamlik melalui penjualan obyek ijarah secara bertahap, akan meingkat sejalan

dengan peningkatan kepemilikan obyek ijarah.

b) Perpindahan Kepemilikan

Pada saat perpindahan kepemilikan obyek ijarah dari pemilik kepada

penyewa dalam ijarah muntahiyah bittamlik dengan cara :

1. Hibah, maka penyewa mengakui asset dan keuntungan sebesar nilai wajar

obyek ijarah yang diterima.

2. Pembelian sebelum masa akad berakhir, maka penyewa mengakui asset

sebesar pembayaran sisa cicilan sewa atau jumlah yang disepakati.

Page 10: Paper Ijarah

3. Pembelian setelah masa akd berakhir, maka penyewa mengakuik asset

sebesar pembayarann yang disepakati.

4. Pembelian obyek ijarah secara bertahap, maka penyewa mengakui asset

sebesar biaya perolehan obyek ijarah yang diterima.

c) Jual dan ijarah

Transaksi jual dan ijarah harus merupakan transaksi yang terpisah dan

tidak saling bergantung (ta’alluq)sehingga harga jual harus dilakukan pada nilai

wajar.

Jika suatu entitas menjual oyek ijarah kepa entitas lain dan kemudian

menyewanya, maka entitas tersebut mengakui keuntungan atau kerugian pada

periode terjadinya penjualan dalam laporan laba rugi dan menerapkan perlakuan

akuntansi penyewa.

Keuntungan atau kerugian yang timbul dari transaksi jual dan ijarah tidak

dapat diakui sebagai pengurang atau penambah beban ijarah.

d) Ijarah lanjut

Jika suatu entitas menyewakan lebih lanjut kepada pihak lain atas asset

yang sebelumnya disewa dari pemilik, maka entitas tersebut menerapkan

perlakuan akuntansi pemilik dan akuntansi penyewa dalam PSAK ini.

Perlakuan akuntansi penyewa diterapkan untuk transaksi antara entitas

(sebagai penyewa) dengan pemilik, dan perlakuan akuntansi pemilik diterapkan

untuk transaksi antara entitas (sebagai pemilik) dengan pihak penyewa-lanjut.

e) Penyajian

Pendapatan ijarah disajikan secara neto setelah dikurangi beban-beban

yang terkait, misalnya beban penyusutan, beban pemeliharaan dan perbaikan, dan

sebagainya.

f) Pengungkapan

Beberapan ketentuan tentang pengungkapan transaksi ijarah dalam laporan

keuangan dalam PSAK ini antara lain sebagai berikut :

1. Pemililk mengungkapkan dalam laporan keuangan terkait transaksi ijarah

dan ijarah muntahiyah bittamlik, tetapi tidak terbatas, pada :

Page 11: Paper Ijarah

a. Penjelasn umum isi akad yang signifikan yang meliputi tetapi tidak

terbatas pada :

i. Keberadaan wa’ad pengalihan kepemilikan dan mekanisme

yang digunakan (jika ada wa’ad pengalihan kepmilikan)

ii. Pembatasan-pembatasan, misalnya ijarah lanjutan

iii. Agunan yang digunakan (jika ada)

b. Nilai perolehan dan akumulasi penyusutan