makalah ijarah

51
PEMBIAYAAN IJARAH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Bank komersial Syariah Disusun oleh 1. NADIRA NURUL JANNA 1210307081 2. NENDEN AYU AGUSTINA 1210307082 3. NILA NOPIANTI 1210307083 MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

Upload: andika-priatama

Post on 11-Jul-2016

377 views

Category:

Documents


23 download

DESCRIPTION

makalah mengenai ijarah

TRANSCRIPT

PEMBIAYAAN IJARAHDiajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Bank komersial Syariah

Disusun oleh

1. NADIRA NURUL JANNA 1210307081

2. NENDEN AYU AGUSTINA 1210307082

3. NILA NOPIANTI 1210307083

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta a’la yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan

makalah ini.  Shalawat serta salam terlimpah curahkan kepada junjungan Nabi

Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam  beserta para sahabat, keluarga serta

umatnya terbaik sepanjang zaman.

Makalah yang berjudul “PEMBIAYAAN IJARAH” disusun untuk

memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bank Komersial Syariah.

Penyusun menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini, tidak luput dari

dari bimbingan, arahan, bantuan dan dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dosen mata kuliah Bank Komersial Syariah yang telah membimbing

dalam pembuatan makalah ini.

2. Semua pihak yang dengan kebaikannya membantu penulis dalam penyusunan

makalah ini dan tidak bisa disebutkan satu-persatu.

Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari

kekurangan karena manusia adalah tempatnya salah dan lupa, untuk itu penyusun

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk

kemajuan penyusunan makalah yang akan datang. Akhir kata, penyusun berharap

semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kemajuan pembaca terutama

penyusun.

Bandung, Maret 2013

Penyusun

Pembiayaan Ijarah – Bank Komersial Syariah ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iii

BAB I...........................................................................................................................1

PENDAHULUAN........................................................................................................1

1.1. Latar Belakang.................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah............................................................................2

1.3. Tujuan Penulisan..............................................................................2

BAB II..........................................................................................................................4

METODOLOGI PENULISAN....................................................................................4

BAB III.........................................................................................................................5

LANDASAN TEORI...................................................................................................5

2.1. Pengertian Ijarah..............................................................................5

2.2. Landasan Hukum..............................................................................5

2.3. Rukun Ijarah.....................................................................................6

2.4. Syarat ijarah......................................................................................7

2.5. Skema transaksi Ijarah.....................................................................7

2.6. Jenis Akad Ijarah..............................................................................8

2.7. Sifat Akad Ijârah............................................................................10

2.8. Pembagian Akad Ijârah.................................................................10

2.9. Penentuan Ujroh.............................................................................10

2.10. Model Pembayaran Akad Ijârah...................................................11

Pembiayaan Ijarah – Bank Komersial Syariah iii

2.11. Berakhirnya Akad Ijârah..............................................................12

BAB IV......................................................................................................................14

PEMBAHASAN........................................................................................................14

4.1. Implementasi Akad Ijarah..............................................................14

1. Ijarah..............................................................................................14

2. Ijarah Muntahiya Bit Tamlik (IMBT)............................................16

BAB V........................................................................................................................22

PENUTUP..................................................................................................................22

5.1. Kesimpulan..................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................24

LAMPIRAN.............................................................................................25

Pembiayaan Ijarah – Bank Komersial Syariah iv

Pembiayaan Ijarah – Bank Komersial Syariah v

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama

lain baik untuk bersosialisasi ataupun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,

seperti kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Sebagai makhluk ciptaan

Allah SWT, manusia tidak hanya diperintahkan untuk beribadah, akan tetapi

juga untuk bermuamalah agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya tersebut.

Untuk itu lahirlah fiqh muamalah yang merupakan aturan atau tata cara yang

bisa dijadikan pedoman bagi manusia untuk berhubungan dengan manusia

lainnya dalam sebuah masyarakat. Segala tindakan manusia yang bukan

merupakan ibadah masuk kedalam kategori ini termasuk kegiatan

perekonomian masyarakat.

Di dalam kehidupan ini terbagi 2 (dua) golongan masyarakat, yaitu

golongan masyarakat yang kelebihan dana dan masyarakat yang kekurangan

dana. Oleh karena itu muncullah lembaga keuangan bank maupun non bank

sebagai lembaga intermediasi antara 2 (dua) golongan masyarakat tersebut

agar keseimbangan dapat terjadi dalam memenuhi kebutuhan hidup masing-

masing.

Di Indonesia telah banyak lembaga-lembaga keungan bank maupun

non-bank baik yang konvensional maupun syariah yang menyediakan jasa

pembiayaan demi terpenuhinya kebutuhan manusia.  Perbedaan yang

mendasar diantara lembaga keuangan konvensional dan syariah ini adalah

penggunaan system bunga yang merupakan riba di lembaga keuangan

konvensional dan penggunaan system bagi hasil pada lembaga keuangan

syariah.

Sebagai masyarakat Islam yang menganut ajaran Allah SWT, haruslah

kita mentaati perintahnya dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam

Pembiayaan Ijarah – Bank Komersial Syariah 1

bermuamalah. Masyarakat yang membutuhkan dana bisa menggunakan jasa

pembiayaan yang telah disediakan oleh lembaga keuangan syariah, salah

satunya adalah pembiayaan ijarah yang merupakan akad untuk menjual

manfaat yang dilakukan oleh seseorang dengan orang lain dengan

menggunakan ketentuan syari’at islam. Pembiayaan ijarah ini mempunyai

konsep yang berbeda dengan konsep kredit pada bank konvensional,

pembiayaan Ijarah juga dikatakan sebagai pendorong bagi sektor usaha karena

pembiayaan Ijarah mempunyai keistimewaan dibandingkan dengan jenis

pembiayaan syari’ah lainnya. Keistimewaan tersebut adalah bahwa untuk

memulai kegiatan usahanya, pengusaha tidak perlu memiliki barang modal

terlebih dahulu, melainkan dapat melakukan penyewaan kepada lembaga

keuangan syari’ah, sehingga pengusaha tidak dibebankan dengan kewajiban

menyerahkan jaminan, maka dapat dikatakan bahwa pembiayaan Ijarah lebih

menarik dibandingkan jenis pembiayaan lainnya seperti Mudharabah dan

Musyarakah.

Berdasarkan hal tersebut, penyusun tertarik untuk membahas

pembiayaan ijarah yang dilakukan oleh lembaga keuangan syariah pada

makalah ini.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

1. Bagaimana penerapan akad Ijarah pada lembaga keuangan syariah ?

2. Bagaimana perhitungan pada aplikasi akad Ijarah pada lembaga keuangan

syariah ?

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan memahami penerapan atau pengaplikasian akad

Ijarah pada lembaga keuangan syariah.

Pembiayaan Ijarah – Bank Komersial Syariah 2

2. Untuk mengetahui dan memahami cara perhitungan yang dilakukan

lembaga keuangan syariah untuk memberikan pembiayaan Ijarah pada

nasabah.

Pembiayaan Ijarah – Bank Komersial Syariah 3

BAB II

METODOLOGI PENULISAN

Metode Pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan makalah ini

adalah Studi literatur, yaitu dengan cara membaca atau mengambil informasi dari

makalah, jurnal ilmiah, buku dan juga memanfaatkan internet sebagai sumber

informasi. Studi literatur dilakukan untuk mempelajari teori-teori yang berkaitan

dengan penelitian, sehingga data yang akan dikumpulkan untuk dianalisis lebih

akurat. Teori-teori yang berhubungan dengan penulisan makalah ini antara lain

tentang Ijarah, pembiayaan ijarah, fatwa DSN-MUI, aplikasi pembiayaan ijarah.

Pembiayaan Ijarah – Bank Komersial Syariah 4

BAB III

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Ijarah

Al-ijarah berasal dari kata al-ajru, yang berarti al-iwadhu (ganti).

Menurut pengertian syara, al-ijarah adalah suatu jenis akad untuk mengambil

manfaat dengan jalan pengganti.

Al- ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa

melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan epemilikan

(ownership / milkiyyah) atas barang itu sendiri1.

Menurut Fatwa Dewan Syarah Nasional No.09/DSN/MUI/IV/2000,

Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat ) atas suatu barang atau

jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti

dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri, dengan demikian dalam

akad ijarah tidak ada perubahan kepemilikan, tetapi hanya pemindahan hak

guna saja dari yang menyewakan kepada penyewa2.

2.2. Landasan Hukum

QS Al-Baqarah ayat 233

1 Rifki Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah (Konsep dan implementasi PSAK Syariah), P3EI,

Yogyakarta, 2008, hlm. 3572 Rumah Makalah, Pembiyaan Ijarah dan IMBT diambil dari

http://rumahmakalah.wordpress.com/2008/11/08/pembiayaan-ijarah-dan-imbt/, pada tanggal 2 maret 20013 pukul 06:10 wib

Pembiayaan Ijarah – Bank Komersial Syariah 5

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,

Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah

memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang

tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah

seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah

karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya

ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan

permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin

anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila

kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu

kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu

kerjakan.”

Hadits

Diriwayatkan dari ibnu abbas, bahwa Rasulullah bersabda :

“Berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada

tukang bekam itu” (HR. Bukhari dan Muslim)

2.3. Rukun Ijarah

Rukun dari akad ijarah yang harus dipenuhi dalam transaksi adalah3 :

Pelaku akad, yaitu mustajir (penyewa), adalah pihak yang menyewa aset

dan mu’jir/muajir (pemilik) adalah pihak pemilik yang menyewakan aset.

Objek akad, yaitu ma’jur (aset yang disewakan) dan ujrah (harga sewa).

Sighat yaitu ijab dan qabul.

3. Ascarya, Akad dan Produk Syari’ah, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta , 2007, hal.99.

Pembiayaan Ijarah – Bank Komersial Syariah 6

2.4. Syarat ijarah

Syarat ijarah yang harus ada agar terpenuhi ketentuan-ketentuan hukum

Islam, sebagai berikut :

a. Jasa atau manfaat yang akan diberikan oleh aset yang disewakan tersebut

harus tertentu dan diketahui dengan jelas oleh kedua belah pihak.

b. Kepemilikan aset tetap pada yang menyewakan yang bertanggung jawab

pemeliharaannya, sehingga aset tersebut harus dapat memberi manfaat

kepada penyewa.

c. Akad ijarah dihentikan pada saat aset yang bersangkutan berhenti.

d. memberikan manfaat kepada penyewa. Jika aset tersebut rusak dalam

periode kontrak, akad ijarah masih tetap berlaku.

2.5. Skema transaksi Ijarah4

(2) beli objek (3) sewa beli

Sewa

(1) pesan objek

sewa

Penjelasan

1. Transaksi ijarah ditandai dengan adanya pemindahan manfaat. Jadi

dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli. Namun

perbedaan terletak pada objek transaksinya adalah barang maka, pada

ijarah objek transaksinya adalah jasa.

2. Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang

disewakan kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah

4. Rifki Muhammad, loc. cit

Pembiayaan Ijarah – Bank Komersial Syariah 7

Produsen Nasabah

Bank

Bank

dikenal dengan al-ijarah muntahiyah bit-tamlik ( sewa yang diikuti

dengan perpindahan kepemilikan).

3. Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian antara bank

dengan nasabah.

2.6. Jenis Akad Ijarah

Dilihat dari sisi obyeknya, akad ijarah dibagi  menjadi dua, yaitu:

1. Ijarah manfaat (Al-Ijarah ala al-Manfa’ah)

Hal ini berhubungan dengan sewa jasa, yaitu memperkerjakan jasa

seseorang dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewa. Pihak yang

mempekerjakan disebut musta’jir, pihak pekerja disebut ajir, upah yang

dibayarkan disebut ujrah.5 Misalnya, sewa menyewa rumah, kendaraan,

pakaian dll. Dalam hal ini mu’jir mempunyai benda-benda tertentu dan

musta’jir butuh benda tersebut dan terjadi kesepakatan antara keduanya,

di mana mu’jir mendapatkan imbalan tertentu dari musta’jir dan

musta’jir mendapatkan manfaat dari benda tersebut.6

2. Ijarah yang bersifat pekerjaan (Al-Ijarah ala Al-‘Amal)

Hal ini berhubungan dengan sewa aset atau properti, yaitu memindahkan

hak untuk memakai dari aset atau properti tertentu kepada orang lain

dengan imbalan biaya sewa. Bentuk ijarah ini mirip dengan leasing

(sewa) di bisnis konvensional.7 Artinya, ijarah ini berusaha

mempekerjakan seseorang untuk melakukan sesuatu. Mu’jir adalah orang

yang mempunyai keahlian, tenaga, jasa dan lain-lain, kemudian musta’jir

adalah pihak yang membutuhkan keahlian, tenaga atau jasa tersebut

dengan imbalan tertentu. Mu’jir mendapatkan upah (ujrah) atas tenaga

yang ia keluarkan untuk musta’jir dan musta’jir mendapatkan tenaga atau

5 Ascarya, “Akad & Produk Bank Syari’ah”, cet ke-3, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 99.6 Yazid Afandi, “FIQH MUAMALAH DAN IMLEMENTASINYA DALAM LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH”,

(Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009), hlm. 187-188.7 Ascarya, “Akad & Produk Bank Syari’ah”, hlm. 99.

Pembiayaan Ijarah – Bank Komersial Syariah 8

jasa dari mu’jir.8 Misalnya, yang mengikat bersifat pribadi adalah

menggaji seorang pembantu rumah tangga, sedangkan yang bersifat

serikat, yaitu sekelompok orang yang menjual jasanya untuk kepentingan

orang banyak. (Seperti; buruh bangunan, tukang jahit, buruh pabrik, dan

tukang sepatu.9

Ijarah bentuk pertama banyak diterapkan dalam pelayanan jasa

perbankan syari’ah, sedangkan ijarah bentuk kedua biasa dipakai sebagai

bentuk investasi atau pembiayaan di perbankan syari’ah. Selain dua jenis

pembagian di atas, dalam akad ijarah juga ada yang dikenal dengan

namanya akad al-ijarah muntahiya bit  tamlik (sewa beli), yaitu transaksi

sewa beli dengan perjanjian untuk menjual atau menghibahkan objek sewa

di akhir periode sehingga transaksi ini diakhiri dengan alih kepemilikan

objek sewa.10

Dalam akad ini musta’jir sama-sama dapat mempergunakan obyek

sewa untuk selamanya. Akan tetapi keduanya terdapat perbedaan.

Perbedaan tersebut ada dalam akad yang dilakukan di awal perjanjian.

Karena akad ini sejenis perpaduan antara akad jual beli dan akad sewa,

atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan penyewa

atas barang yang disewa melalui akad yang dilaksanakan kedua belah

pihak.11

2.7. Sifat Akad Ijârah

Ulama Hanâfiyah berpendirian bahwa akad ijârah mengikat, tetapi

boleh dibatalkan secara sepihak apabila terdapat uzur dari salah satu pihak

yang berakad, misanya penyewa wafat. Akan tetapi Jumhur Ulama

8 Yazid Afandi, “FIQH MUAMALAH DAN IMLEMENTASINYA DALAM LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH”, hlm. 188.

9 Abdul Aziz Dahlan, dkk, “Ensiklopedi Hukum Islam”, hlm. 662-663.10 Ibid, hlm. 10011 Yazid Afandi, Loc. cit.

Pembiayaan Ijarah – Bank Komersial Syariah 9

berpendapat bahwa akad ijârah mengikat, kecuali terdapat cacat pada objek

sewa dan atau objek sewa tidak boleh dimanfaatkan.12

2.8. Pembagian Akad Ijârah

Dilihat dari segi objeknya, maka ijârah dibagi menjadi 2 bagian yaitu 

ijârah ’ala al-manâfi’i  yang artinya sewa atas manfaat barang dan ijârah ’ala

al-a’amâl  yang artinya sewa atas suatu pekerjaan.  Ijârah ’ala al-

manâfi’i adalah ijârah yang menjadikan manfaat dari barang sebagai objek

akad, misalnya rumah, kendaraan dan lain sebagainya dengan remunerasi

yang akan diterima si Pemilik Objek berupa ujroh atau fee. Sedangkan, ijârah

’ala al-a’amâl adalah ijârahy ang berkaitan dengan pekerjaan dengan

remunerasi yang diterima berupa al-ajr yang berarti upah.13

2.9. Penentuan Ujroh

Dalam fatwa DSN no : 09/DSN MUI/IV/2000 perihal Pembiayaan 

Ijârah dinyatakan bahwa Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa atau

upah dapat diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak.

Merujuk pada Buku 2 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Bab X

tentang Ijarah Bagian Keenam Pasal pasal 271 ayat 1 dan 2 dinyatakan

bahwa : (1) Nilai atau harga ijârah antara lain ditentukan berdasarkan

satuan waktu dan (2) Satuan waktu yang dimaksud dalam ayat (1) adalah

menit, jam, hari, dan atau tahun. 

Selain itu, pada pasal 272 dinyatakan bahan (1) Awal waktu ijarah

ditetapkan dalam akad atau atas dasar kebiasaan. (2) Waktu ijarah dapat

diubah berdasarkan kesepakatan para pihak. Sedang pada pasal 273

dinyatakan : Kelebihan waktu dalam ijarahan yang dilakukan oleh pihak

penyewa, harus dibayar berdasarkan kesepakatan atau kebiasaan.

12 Haroen. 2000. Fiqh Muamalah. hal 236

13 Al-Zuhaili. 2002. Al-fiqh al-mu’âmalat al-mâliyah...Juz 5. hal 75 dan Abdullah ‘Alwi Haji Hasan. 1997. Sales and Contract in Early Islamic Commercial Law. New Delhi : Nusrat Ali Nasri for Kitab Bhavan. hal 155 - 156

Pembiayaan Ijarah – Bank Komersial Syariah 10

Dalam hal ujroh yang ditarik dari Rahn Emas, berdasarkan fatwa

Fatwa nomor 26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn Emas bahwa besaran

ongkos yang dibebankan kepada nasabah harus didasarkan pada pengeluaran

yang nyata-nyata diperlukan untuk operasional Rahn Emas. Salah satu

komponen ongkos tersebut adalah ongkos yang dibebankan atas dasar tempat

penyimpananmarhun yang dilakukan berdasarkan akad ijârah.

2.10. Model Pembayaran Akad Ijârah

Terdapat 2 (dua) model pembayaran ijârah yang lazim digunakan di

industri keuangan syariah14 :

1. Contigent to Performance : Pembayaran tergantung pada kinerja objek

sewa. Contoh : Andi mengatakan akan memberikan uang sebesar Rp

500.000,- bagi orang yang dapat menemukan KTP milik Andi yang hilang

di rental komputer Aida. 

2. Not Contigent to Performance : Pembayaran tidak tergantung pada 

kinerja objek sewa. Contoh Sewa Safe Deposit Box selama 2 bulan tarif

Rp 100.000,-/bulan. Setelah akad bilamana nasabah hanya

mempergunakan SDB selama  1 ½ bulan, maka nasabah tetap bayar untuk

sewa 2 bulan yaitu sebesar Rp 200.000,-.  

Dalam hal lain, dinyatakan bahwa ujroh akan menjadi wajib dibayar

oleh musta’jir dan dapat dimiliki oleh mu’jir jika ; i) dipersyaratkan segera

dibayar sebagaimana terdapat dalam kontrak, ii) menyegerakan

pembayaran ujroh dengan tujuan untuk mempercepat berakhirnya akad iii)

membayar atas penggunaan objek sewa secara bertahap berdasarkan waktu

penggunaan.

Jika telah disepakati bahwa pembayaran sewa dikenakan setelah masa

sewa berakhir maka kontrak sewa tetap sah. Kepemilikan ujroh adalah

14 Adiwarman Azwar Karim. 2006. Bank Islam : Analisis Fiqh dan Keuangan. Ed 3. Jakarta : Raja Grafindo

Persada. hal 141

Pembiayaan Ijarah – Bank Komersial Syariah 11

mengikuti kepemilikan manfaat objek sewa, sedang kepemilikan manfaat

objek sewa mengikuti perjalanan waktu.

Menetapkan penyerahan objek sewa dapat mengikuti perkembangan

masa (waktu per waktu), namun hal tersebut sangat susah diterapkan, oleh

sebab  itu ditetapkan bahwa pembayaran sewa adalah mengikuti hari atau

mengikuti peringkat. Metode tersebut didasari pada dalil istihsân.15

2.11. Berakhirnya Akad Ijârah

Para ulama menyatakan bahwa akad ijârah akan berakhir apabila16 :

1. Obyek hilang atau musnah, seperti rumah sewaan terbakar dan lain

sebagainya.

2. Waktu perjanjian berakhir. Apabila yang disewakan itu rumah, maka

rumah itu dikembalikan ke pemiliknya. Apabila yang disewa itu adalah

jasa seseorang, maka ia berhak menerima upahnya.

3. Karena pembatalan oleh kedua pihak yang berakad, sebagaimana

pembatalan dalam akad jual beli.

4. Menurut ulama Hanâfiyah berakhirnya akad ijârah karena salah satu

pihak yang berakad meninggal sebab akad ijârah tidak dapat diwariskan.

Sedangkan menurut jumhur ulama, akad ijârah tidak batal/berakhir

dengan wafatnya salah seorang berakad, karena manfaat boleh diwariskan

dan ijârah sama dengan jual-beli, yaitu mengikat kedua belah pihak yang

berakad.

5. Merujuk pada Buku 2 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Bab X tentang

Ijarah pasal 253 dinyatakan bahwa : “Akad ijarah dapat diubah,

diperpanjang, dan atau dibatalkan berdasarkan kesepakatan.”

15 Al-Zuhaili. 2004. Al-fiqh al-islâmi ... Juz 5. hal 3839-3840

16 Ibid. hal 3862-3863

Pembiayaan Ijarah – Bank Komersial Syariah 12

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Implementasi Akad Ijarah

Akad-akad yang dipergunakan oleh lembaga keuangan syariah,

terutama perbankan syari’ah di Indonesia dalam operasinya merupakan akad-

akad yang tidak menimbulkan kontroversi yang disepakati oleh sebagian besar

ulama dan sudah sesuai dengan ketentuan syari’ah untuk diterapkan dalam

produk dan instrumen keuangan syari’ah. Akad-akad tersebut meliputi akad-

akad untuk pendanaan, pembiayaan, jasa produk, jasa operasional, dan jasa

investasi.17 Terkait dengan itu, disini penyusun hanya menjelaskan praktek

pembiayaan ijarah dan ijarah muntahiya bit tamlik dalam lembaga keuangan

syari’ah.

1. Ijarah  

Menurut surat edaran No. 10/14/DPBS yang dikeluarkan Bank

Indonesia tertanggal 17 Maret 2008, dalam memberikan pembiayaan ijarah

Bank Syari’ah atau Unit Usaha Syariah (UUS) harus memenuhi langkah

berikut ini :

a. Bank bertindak sebagai pemilik dan/atau pihak yang mempunyai hak

penguasaan atas objek  sewa baik berupa barang atau jasa, yang

menyewakan objek sewa dimaksud kepada nasabah sesuai kesepakatan,

b. Barang dalam transaksi ijarah adalah barang bergerak atau tidak bergerak

yang dapat diambil manfaat sewanya,

c. Bank wajib menjelaskan kepada nasabah mengenai karakteristik produk

pembiayaan atas dasar ijarah, serta hak dan kewajiban nasabah

sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai

transparansi informasi produk Bank dan penggunaan data pribadi nasabah,

17 Ascarya, “Akad & Produk Bank Syari’ah”, hlm. 209.

Pembiayaan Ijarah – Bank Komersial Syariah 13

d. Bank wajib melakukan analisis atas rencana pembiayaan atas dasar ijarah

kepada nasabah yang antara lain meliputi aspek personal berupa analisa

atas karakter dan/atau aspek usaha antara lain meliputi analisa kapasitas

usaha, keuangan dan/atau prospek usaha,

e. Objek sewa harus dapat dinilai dan diidentifikasi secara spesifik dan

dinyatakan dengan jelas termasuk besarnya nilai sewa dan jangka

waktunya,

f. Bank sebagai pihak yang menyediakan objek sewa, wajib menjamin

pemenuhan kualitas maupun kuantitas objek sewa serta ketepatan waktu

penyediaan objek sewa sesuai kesepakatan,

g. Bank wajib menyediakan dan untuk merealisasikan penyediaan objek

sewa yang dipesan nasabah,

h. Bank dan nasabah wajib menuangkan kesepakatan dalam bentuk

perjanjian tertulis berupa akad pembiayaan atas dasar ijarah,

i. Pembayaran sewa dapat dilakukan baik dengan angsuran maupun

sekaligus,

j. Pembayaran sewa tidak dapat dilakukan dalam bentuk piutang maupun

dalam bentuk pembebasan utang,

k. Bank dapat meminta nasabah untuk menjaga keutuhan objek sewa, dan

menanggung biaya pemeliharaan objek sewa sesuai dengan kesepakatan

dimana uraian pemeliharaan yang bersifat material dan structural harus

dituangkan dalam akad, dan Bank tidak dapat meminta nasabah untuk

bertanggungjawab atas kerusakan objek sewa yang terjadi bukan karena

pelanggaran akad atau kelalaian nasabah.

Berdasarkan SOP yang disampaikan oleh Bank Syari’ah, tahapan

pelaksanaan ijarah adalah sebagai berikut18 :

a. adanya permintaan untuk menyewakan barang tertentu dengan spesifikasi

yang jelas, oleh nasabah kepada bank syari’ah,

18 Ibid.

Pembiayaan Ijarah – Bank Komersial Syariah 14

b. Wa’ad antara bank dan nasabah untuk menyewa barang dengan harga

sewa dan waktu sewa yang disepakati,

c. Bank Syari’ah mencari barang yang diinginkan untuk disewa oleh

nasabah,

d. Bank syari’ah menyewa barang tersebut dari pemilik barang,

e. Bank syari’ah membayar sewa di muka secara penuh,

f. Barang diserahterimakan dari pemilik barang kepada bank syari’ah,

g. Akad antara bank dengan nasabah untuk sewa,

h. Nasabah membayar sewa di belakang secara angsuran,

i. Barang diserahterimakan dari bank syari’ah kepada nasabah, dan

j. Pada akhir periode, barang diserahterimakan kembali dari nasabah ke bank

syari’ah, yang selanjutnya akan diserahterimakan ke pemilik barang.

Selain Bank Syari’ah sebagai pemberi sewa, di beberapa bank terdapat

juga posisi bank sebagai wakil atau menggunakan wakalah. Bank syari’ah

mewakilkan pemilik barang (objek sewa) kepada nasabah (penyewa).

2. Ijarah Muntahiya Bit Tamlik (IMBT)

Di atas telah disebutkan bahwa produk pembiayaan perbankan syariah

berdasarkan akad sewa-menyewa terdiri dari sewa murni dan sewa yang

diakhiri dengan pemindahan hak kepemilikan atau dikenal dengan ijarah

muntahiya bit tamlik.19 Ijarah muntahia bit tamlik (IMBT) pada dasarnya

merupakan perpaduan antara sewa menyewa dengan jual beli. Semakin jelas

dan kuat komitmen untuk membeli barang di awal akad, maka hakikat IMBT

pada dasarnya lebih bernuansa jual beli. Namun, apabila komitmen untuk

membeli barang di awal akad tidak begitu kuat dan jelas (walaupun opsi

membeli tetap terbuka), maka hakikat IMBT akan lebih bernuansa ijarah.

Dari sisi ijarah, perbedaan IMBT terletak dari adanya opsi untuk

membeli barang dimaksud pada akhir periode. Sedangkan dari sisi jual beli,

19 Abdul Ghofur Anshori, “Hukum Perjanjian Islam di Indonesia”, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010), hlm. 79

Pembiayaan Ijarah – Bank Komersial Syariah 15

perbedaan IMBT terletak pada adanya penggunaan manfaat barang dimaksud

terlebih dahulu melalui akad sewa (ijarah), sebelum transaksi jual beli

dilakukan.

Secara teknis, implementasi IMBT juga diatur dalam Surat Edaran

Bank Indonesia (SEBI) No. 10/14/DPBS pada tanggal 17 Maret 2008 yaitu :

a. Bank sebagai pemilik objek sewa juga bertindak sebagai pemberi janji

(wa`ad) untuk memberikan opsi pengalihan kepemilikan dan/atau hak

penguasaan objek sewa kepada nasabah penyewa sesuai kesepakatan,

b. Bank hanya dapat memberikan janji (wa`ad) untuk mengalihkan

kepemilikan dan/atau hak penguasaan objek sewa setelah objek sewa

secara prinsip dimiliki oleh bank,

c. Bank dan nasabah harus menuangkan kesepakatan adanya opsi pengalihan

kepemilikan dan/atau hak penguasaan objek sewa dalam bentuk tertulis,

d. Pelaksanaan pengalihan kepemilikan dan/atau hak penguasaan objek sewa

dapat dilakukan setelah masa sewa disepakati selesai oleh Bank dan

nasabah penyewa, dan

e. Dalam hal nasabah penyewa mengambil opsi pengalihan kepemilikan

dan/atau hak penguasaan objek sewa, maka bank wajib mengalihkan

kepemilikan dan/atau hak penguasaan objek sewa kepada nasabah yang

dilakukan pada saat tertentu dalam periode atau pada akhir periode

pembiayaan atas dasar akad IMBT.

Sedangkan berdasarkan SOP yang disampaikan oleh Bank syari’ah,

tahapan pelaksanaan IMBT adalah sebagai berikut20 :

a. Adanya permintaan untuk menyewa beli barang tertentu dengan

spesifikasi yang jelas, oleh nasabah kepada bank syari’ah,

b. Wa’ad antara bank dan nasabah untuk menyewa beli  barang dengan harga

sewa dan waktu sewa yang disepakati,

c. Bank Syari’ah mencari barang yang diinginkan untuk disewa beli oleh

nasabah,

20 Ascarya, “Akad & Produk Bank Syari’ah”, hlm. 209

Pembiayaan Ijarah – Bank Komersial Syariah 16

d. Bank syari’ah membeli barang tersebut dari pemilik barang,

e. Bank syari’ah membayar tunai barang tersebut,

f. Barang diserahterimakan dari pemilik barang kepada bank syari’ah,

g. Akad antara bank dengan nasabah untuk sewa beli,

h. Nasabah membayar sewa di belakang secara angsuran,

i. Barang diserahterimakan dari bank syari’ah kepada nasabah, dan

j. Pada akhir periode, dilakukan jual beli antara bank syari’ah dan nasabah.

Berikut ilustrasi dari penerapan IMBT dalam KPR Bank Syariah yang

digunakan dalam rangka memenuhi kebutuhan nasabah terhadap kepemilikan

rumah tinggal dan atau investasi property.

Pelaksanaan IMBT dengan Wakalah :

      Fatwa DSN nomor : 04/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 01 April 2000 tentang

Murabahah pada ketetapan Pertama ayat 9 dinyatakan:

“Jika LKS hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak

ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip,

menjadi milik LKS.”

      Kalimat ”secara prinsip” yang ada di Fatwa DSN tersebut diterjemahkan dalam

tataran praktis dalam konteks penerapan IMBT pada saat LKS membeli rumah yang

akan dijadikan objek sewa dengan pernyataan sebagai berikut : 

”Pada saat, LKS menyetujui permohonan nasabah untuk KPR secara IMBT, maka

jika LKS telah melakukan konfirmasi pembelian kepada developer, maka secara

prinsip LKS telah membeli rumah.  Walaupun secara akuntansi belum terdapat aliran

dana kepada Developer/penjual, LKS berkomitmen untuk melakukan pembayaran

uang pembelian rumah kepada developer yang diwakilkan kepada nasabah dengan

menggunakan akad wakalah. Setelah rumah tersebut dibeli oleh LKS maka kemudian

baru dapat dilakukan akad IMBT”  

Penggunaan akad wakalah dimaksudkan untuk membutikan secara hukum

positif bahwa nasabah telah menerima pembiayaan dari LKS serta nasabah telah

Pembiayaan Ijarah – Bank Komersial Syariah 17

mengetahui telah terjadi transaksi jual-beli antara LKS dengan

developer/penjual/suplier. Jika terjadi wanprestasi di kemudian hari akan tertutup

peluang nasabah akan mengingkari bahwa ia telah menerima sejumlah pembiayaan

dari LKS.

Keterangan

1.  A   : Rumah milik Developer PT. Makmur

1. B : Nasabah mengajukan permohonan pembiayaan untuk memiliki rumah kepada

LKS dengan membawa semua berkas-berkas yang dibutuhkan. Kemudian LKS

melakukan proses analisa pembiayaan.

2.  LKS telah menyetujui permohonan pembiayaan pemilikan rumah untuk nasabah,

LKS melakukan Akad Wakalah dengan Nasabah untuk (transfer) pembayaran uang

transaksi pembelian rumah sebesar Rp 450 juta atas nama LKS kepada

Developer/penjual yang berasal dari rekening nasabah. Dalam contoh ini, nasabah

telah melakukan pembayaran uang muka kepada LKS sebesar Rp 50 juta. 

2. A : Rumah seluas xx m2 menjadi milik penuh LKS

Pembiayaan Ijarah – Bank Komersial Syariah 18

3. LKS dan Nasabah melakukan Akad Pembiayaan berdasarkan Prinsip Ijarah

(Muntahiya Bit Tamlik) selama 100 bulan untuk menyewa Rumah seluas xx m2

dengan uang sewa sebesar Rp 7 juta /bulan.

3. A : Nasabah menyewa Rumah seluas xx m2 milik LKS dan memperoleh manfaat

dengan menempati rumah tersebut

4.  Nasabah membayar uang sewa bulan pertama sebesar Rp 7 juta hingga 99

(sembilan puluh sembilan) bulan ke depan.

5.   Pemindahan pemilikan dapat dilakukan dengan Akad Hibah bilamana perjanjian

pembiayaan beratahan sampai dengan akhir masa sewa. Jika, dipertengahan masa

sewa nasabah ingin melakukan pelunasan pembiayaan dipercepat, maka LKS akan

menggunakan akad Ba’i.

Contoh perhitungan pembiayaan Ijarah21

Haji Sabar bermaksud untuk memiliki mobil Avanza tipe G seharga Rp 140 juta.

Saat ini dana yang dimiliki oleh Haji Sabar sungguh terbatas sehingga tidak bisa

memberikan uang muka di awal pembelian. Haji Sabar baru memperkirakan akan

memiliki dana untuk dapat memiliki mobil tersebut di akhir tahun ketiga. Haji Sabar

datang ke Bank dan Bank menawarkan untuk memberikan skim pembiayaan Ijarah

dengan opsi membeli barang yang disewa di akhir.

a. Bagaimana skema pembiayaan yang akan diberikan Bank kepada Haji sabar ?

b. Apabila Bank mengenakan sewa sebesar Rp 3.200.000,00 setiap bulan untuk

jangka waktu 36 bulan, berapa keuntungan sewa yang diperoleh Bank apabila

seluruh biaya perawatan dan yang lainnya menjadi beban nasabah dan Mobil

disusutkan selama jangka waktu 5 tahun (menggunakan metode penyusutan

garis lurus) ?

21 Haris Ibrahim, Contoh Perhitungan Murabahah, Musyarakah dan Ijarah diambil dari http://harisbsm.blogspot.com/2011/02/i.html diakses hari minggu, 17 maret 2013 pukul 17:14 wib

Pembiayaan Ijarah – Bank Komersial Syariah 19

c. Apabila saat opsi beli kepada nasabah diberikan harga 65 juta sehingga mobil

menjadi milik nasabah di tahun ke-3, berapa total keuntungan dan prosentasenya

yang diperoleh Bank ?

Jawab: Skema pembiayaan yang diberikan kepada nasabah adalah Ijarah dengan

opsi beli di akhir atau disebut Ijarah Muntahiyah bit Tamlik dengan uraian

sebagai berikut:

Kendaraan yang disewakan: Avanza Type G

Harga sewa setiap bulan: Rp 3.200.000,00

Seluruh biaya perawatan dan asuransi menjadi beban nasabah.

Keuntungan sewa yang diperoleh Bank

Harga sewa: Rp 3.200.000,00/bulan

Penyusutan kendaraan setiap bulan: Rp 2.333.333,33/bulan

Keuntungan Bank setiap bulan: Rp 866.666,67/bulan

Keuntungan setara 27% per bulan selama 3 tahun.

Apabila dibeli di akhir periode senilai Rp 65 juta, maka total keuntungan

yang diperoleh Bank adalah sebagai berikut:

Pendapatan sewa 3 tahun: Rp 115.200.000,00

Penyusutan Kendaraan selama 3 tahun: Rp 84.000.000,00

Keuntungan atas selisih sewa dan Peny.: Rp 31.200.000,00

Pembelian Kendaraan di akhir: Rp 65.000.000,00

Nilai sisa kendaraan: Rp 56.000.000,00

Keuntungan penjualan di akhir: Rp 9.000.000,00

Grand total keuntungan yang diperoleh Bank: Rp 40.200.000,00

Setara dengan 28,7% selama 3 tahun atau 9,57% per tahun

Pembiayaan Ijarah – Bank Komersial Syariah 20

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, maka penyusun dapat menarik kesimpulan

sebagai berikut : Bahwa produk pembiayaan perbankan syariah berdasarkan

akad sewa-menyewa terdiri dari sewa murni dan sewa yang diakhiri dengan

pemindahan hak kepemilikan atau dikenal dengan ijarah muntahiya bit

tamlik. Ijarah muntahia bit tamlik (IMBT) pada dasarnya merupakan

perpaduan antara sewa menyewa dengan jual beli. Semakin jelas dan kuat

komitmen untuk membeli barang di awal akad, maka hakikat IMBT pada

dasarnya lebih bernuansa jual beli. Namun, apabila komitmen untuk

membeli barang di awal akad tidak begitu kuat dan jelas (walaupun opsi

membeli tetap terbuka), maka hakikat IMBT akan lebih bernuansa ijarah.

Berdasarkan SOP yang disampaikan oleh Bank Syari’ah, tahapan

pelaksanaan ijarah adalah sebagai berikut :

a. adanya permintaan untuk menyewakan barang tertentu dengan

spesifikasi yang jelas, oleh nasabah kepada bank syari’ah.

b. Wa’ad antara bank dan nasabah untuk menyewa barang dengan

harga sewa dan waktu sewa yang disepakati.

c. Bank Syari’ah mencari barang yang diinginkan untuk disewa oleh

nasabah.

d. Bank syari’ah menyewa barang tersebut dari pemilik barang.

e. Bank syari’ah membayar sewa di muka secara penuh.

f. Barang diserahterimakan dari pemilik barang kepada bank

syari’ah.

g. Akad antara bank dengan nasabah untuk sewa.

h. Nasabah membayar sewa di belakang secara angsuran.

i. Barang diserahterimakan dari bank syari’ah kepada nasabah.

Pembiayaan Ijarah – Bank Komersial Syariah 21

j. Pada akhir periode, barang diserahterimakan kembali dari nasabah

ke bank syari’ah, yang selanjutnya akan diserahterimakan ke

pemilik barang.

Secara teknis, implementasi IMBT juga diatur dalam Surat Edaran

Bank Indonesia (SEBI) No. 10/14/DPBS pada tanggal 17 Maret 2008 yaitu :

a. Bank sebagai pemilik objek sewa juga bertindak sebagai pemberi

janji (wa`ad) untuk memberikan opsi pengalihan kepemilikan

dan/atau hak penguasaan objek sewa kepada nasabah penyewa

sesuai kesepakatan.

b. Bank hanya dapat memberikan janji (wa`ad) untuk mengalihkan

kepemilikan dan/atau hak penguasaan objek sewa setelah objek

sewa secara prinsip dimiliki oleh bank.

c. Bank dan nasabah harus menuangkan kesepakatan adanya opsi

pengalihan kepemilikan dan/atau hak penguasaan objek sewa

dalam bentuk tertulis.

d. Pelaksanaan pengalihan kepemilikan dan/atau hak penguasaan

objek sewa dapat dilakukan setelah masa sewa disepakati selesai

oleh Bank dan nasabah penyewa.

e. Dalam hal nasabah penyewa mengambil opsi pengalihan

kepemilikan dan/atau hak penguasaan objek sewa, maka bank

wajib mengalihkan kepemilikan dan/atau hak penguasaan objek

sewa kepada nasabah yang dilakukan pada saat tertentu dalam

periode atau pada akhir periode pembiayaan atas dasar akad IMBT.

Pembiayaan Ijarah – Bank Komersial Syariah 22

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Ghofur Anshori, “Hukum Perjanjian Islam di Indonesia”,

(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2010).

Adiwarman Azwar Karim. 2006. Bank Islam : Analisis Fiqh dan

Keuangan. Ed 3. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Al-Zuhaili. 2002. Al-fiqh al-mu’âmalat al-mâliyah...Juz 5. hal  75 dan

Abdullah ‘Alwi Haji Hasan. 1997. Sales and Contract in Early Islamic

Commercial Law. New Delhi : Nusrat Ali Nasri for Kitab Bhavan.

Yazid Afandi, “FIQH MUAMALAH DAN IMLEMENTASINYA DALAM

LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH.

Abdul Aziz Dahlan, dkk, “Ensiklopedi Hukum Islam”, hlm. 662-663.

Ascarya, Akad dan Produk Syari’ah, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta ,

2007, hal.99.

Rifki Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah (Konsep dan

implementasi PSAK Syariah), P3EI, Yogyakarta, 2008

Fatwa DSN MUI NO: 09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang PEMBIAYAAN

IJARAH

Rumah Makalah, Pembiyaan Ijarah dan IMBT diambil dari

http://rumahmakalah.wordpress.com/2008/11/08/pembiayaan-ijarah-dan-

imbt/, pada tanggal 2 maret 20013 pukul 06:10 wib.

Haris Ibrahim, Contoh Perhitungan Murabahah, Musyarakah dan Ijarah

diambil dari http://harisbsm.blogspot.com/2011/02/i.html diakses hari

minggu, 17 maret 2013 pukul 17:14 wib

Pembiayaan Ijarah – Bank Komersial Syariah 23

LAMPIRAN

FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL

NO: 09/DSN-MUI/IV/2000

Tentang PEMBIAYAAN IJARAH

Dewan Syari’ah Nasional setelah

Menimbang : a) bahwa kebutuhan masyarakat untuk memperoleh manfaat suatu

barang sering memerlukan pihak lain melalui akad ijarah, yaitu

akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam

waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), tanpa diikuti

dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri;

b) bahwa kebutuhan masyarakat untuk memperoleh jasa pihak lain

guna melakukan pekerjaan tertentu melalui akad ijarah dengan

pembayaran upah (ujrah/fee);

c) bahwa kebutuhan akan ijarah kini dapat dilayani oleh lembaga

keuangan syari’ah (LKS) melalui akad pembiayaan ijarah;

d) bahwa agar akad tersebut sesuai dengan ajaran Islam, DSN

memandang perlu menetapkan fatwa tentang akad ijarah untuk

dijadikan pedoman oleh LKS.

Mengingat : 1. Firman Allah QS. al-Zukhruf [43]: 32:

“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah

menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan

dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas

sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat

Pembiayaan Ijarah – Bank Komersial Syariah 24

mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih

baik dari apa yang mereka kumpulkan.”

2. Firman Allah QS. al-Baqarah [2]: 233:

...

“. . . Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka

tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran

menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah

bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.”

3. Firman Allah QS. al-Qashash [28]: 26:

“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku

ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena

Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk

bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya."

Hadis riwayat Ibn Majah dari Ibnu Umar, bahwa Nabi bersabda:

“Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.”

5. Hadis riwayat ‘Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id

al-Khudri, Nabi s.a.w. bersabda:

“Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah

upahnya.”

6. Hadis riwayat Abu Daud dari Sa`d Ibn Abi Waqqash, ia berkata:

“Kami pernah menyewankan tanah dengan (bayaran) hasil

pertaniannya; maka, Rasulullah melarang kami melakukan hal

tersebut dan memerintahkan agar kami menyewakannya dengan

emas atau perak.”

7. Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf:

Pembiayaan Ijarah – Bank Komersial Syariah 25

“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali

perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan

yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat

mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau

menghalalkan yang haram.”

8. Ijma ulama tentang kebolehan melakukan akad sewa menyewa.

9. Kaidah fiqh:

“Menghindarkan mafsadat (kerusakan, bahaya) harus

didahulukan atas mendatangkan kemaslahatan.”

MEMUTUSKAN

Menetapkan : FATWA TENTANG PEMBIAYAAN IJARAH

Pertama : Rukun dan Syarat Ijarah:

1. Sighat Ijarah, yaitu ijab dan qabul berupa pernyataan dari kedua

belah pihak yang berakad (berkontrak), baik secara verbal atau

dalam bentuk lain.

2. Pihak-pihak yang berakad: terdiri atas pemberi sewa/pemberi jasa

dan penyewa/pengguna jasa.

3. Obyek akad ijarah adalah :

manfaat barang dan sewa; atau

manfaat jasa dan upah.

Kedua : Ketentuan Obyek Ijarah

1. Obyek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan/atau

jasa.

2. Manfaat barang atau jasa harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan

dalam kontrak.

3. Manfaat barang atau jasa harus yang bersifat dibolehkan (tidak

diharamkan).

4. Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan

syari’ah.

Pembiayaan Ijarah – Bank Komersial Syariah 26

5. Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk

menghilangkan jahalah (ketidaktahuan) yang akan mengakibatkan

sengketa.

6. Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas, termasuk

jangka waktunya. Bisa juga dikenali dengan spesifikasi atau

identifikasi fisik.

7. Sewa atau upah adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah

kepada LKS sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang dapat

dijadikan harga dalam jual beli dapat pula dijadikan sewa atau upah

dalam Ijarah.

8. Pembayaran sewa atau upah boleh berbentuk jasa (manfaat lain)

dari jenis yang sama dengan obyek kontrak.

9. Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa atau upah dapat di

wujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak.

Ketiga : Kewajiban LKS dan Nasabah dalam Pembiayaan Ijarah

1. Kewajiban LKS sebagai pemberi manfaat barang atau jasa:

a. Menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang

diberikan.

b. Menanggung biaya pemeliharaan barang.

c. Menjamin bila terdapat cacat pada barang yang disewakan.

2. Kewajiban nasabah sebagai penerima manfaat barang atau jasa:

a. Membayar sewa atau upah dan bertanggung jawab untuk

menjaga keutuhan barang serta menggunakannya sesuai

kontrak.

b. Menanggung biaya pemeliharaan barang yang sifatnya ringan

(tidak materiil).

c. Jika barang yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari

penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian

pihak penerima manfaat dalam menjaganya, ia tidak

bertanggung jawab atas kerusakan tersebut.

Pembiayaan Ijarah – Bank Komersial Syariah 27

Keempat : Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika

terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya

dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai

kesepakatan melalui musyawarah.

Pembiayaan Ijarah – Bank Komersial Syariah 28