analisis pengaruh tingkat inflasi, pendapatan ijarah

155
ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH, NILAI TUKAR RUPIAH DAN HARGA EMAS TERHADAP PENYALURAN PEMBIAYAAN GADAI (RAHN) PT PEGADAIAN DI INDONESIA PERIODE 2007 - 2015 Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE) Disusun oleh : UKHRIYATUL AMBIYAH 1112086000019 PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Upload: others

Post on 24-Oct-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN

IJARAH, NILAI TUKAR RUPIAH DAN HARGA EMAS

TERHADAP PENYALURAN PEMBIAYAAN GADAI (RAHN)

PT PEGADAIAN DI INDONESIA PERIODE 2007 - 2015

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi (SE)

Disusun oleh :

UKHRIYATUL AMBIYAH

1112086000019

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

Page 2: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

i

Page 3: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

ii

Page 4: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

iii

Page 5: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

iv

Page 6: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(Curriculum Vitae)

Data Pribadi

Nama : Ukhriyatul Ambiyah

Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 22 Agustus 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Masjid Rt/Rw: 04/04 Kel. Pulau Tidung

Kab. Kepulauan Seribu 14520

No. Telepon : 085891577015

Email : [email protected]

Pendidikan Formal

1998 – 2004 : SDN Pulau Tidung

2004 – 2007 : Madrasah Tsanawiyah 26 Pulau Tidung

2007 – 2010 : SMAN 105 Jakarta Timur

2012 – 2018 : Program Sarjana (S1) Jurusan Ekonomi Syariah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengalaman Organisasi

1. Forum Mahasiswa Kepulauan Seribu (FMKS) 2012-2018

2. PC IPPNU Kep. Seribu periode 2016.

3. Anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

Page 7: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

vi

Seminar dan Workshop

1. Seminar OJK, IPB Bogor 2012

2. Seminar Dialog Kebangsaan,UIN Jakarta 2013

3. Seminar Nasional IAIE, Tangerang Selatan 2014

4. Seminar Visit Company BI, Central Jakarta 2014

Keahlian

1. Komputer : Microsoft Office (Word, Excel, Power Point),

Internet dan Corel Drow

Page 8: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

vii

ABSTRACT

Analysis of the Inflation Rate, Ijarah Revenue, Rupiah Exchange Rate and Gold

Price Against Distribution Financing Pawn (Rahn) PT Pegadaian in Indonesia

Period 2007-2015

People and businessmen are starting to think about how to get the

consumption fund or additional capital for their business. This can be done by

applying for credit to the bank or borrowing funds with a pawn system. Financial

institutions are state-owned and private-owned banks and non-banks, with credit

and service businesses in traffic and money circulation. While non-bank financial

institutions that provide credit to the community, especially the middle to lower

class economy using the guarantee of moving goods called PT Pawnshop.

This study analyzed the influence of Inflation Rate, Ijarah Revenue,

Rupiah Exchange Rate and Gold Price Against Distribution Financing Pawn

(Rahn) PT Pegadaian in Indonesia Period 2007-2015 and know how big

influence. The method used time series data for the period 2007-2015. The

analytical method used is Multiple Regression with SPSS vers. 24. The results of

this study indicate that the variable of Ijarah Income and the Gold Price Level on

the Distribution of Pawn Financing (Rahn) PT Pegadaian have a positive effect

on Rahn. While the variable of Inflation Rate and Rupiah Exchange Rate

negatively influence to Rahn.

Keywords: Inflation Rate, Ijarah Revenue, Rupiah Exchange Rate, Gold Price

Level, Rahn, PT Pegadaian in Indonesia.

Page 9: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

viii

ABSTRAK

Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Pendapatan Ijarah, Nilai Tukar Rupiah dan

Tingkat Harga Emas Terhadap Penyaluran Pembiayaan Gadai (Rahn) PT

Pegadaian di Indonesia Periode 2007-2015

Masyarakat dan pelaku usaha mulai memikirkan cara mendapatkan dana

konsumsi atau modal tambahan bagi usahanya. Hal ini dapat dilakukan dengan

mengajukan kredit kepada bank maupun meminjam dana dengan sistem gadai.

Lembaga keuangan adalah bank dan non bank milik pemerintah maupun milik

swasta, dengan usaha kredit dan jasa dalam lalu lintas dan peredaran uang.

Sedangkan lembaga keuangan non bank yang memberikan kredit pada masyarakat

terutama golongan ekonomi menengah ke bawah dengan menggunakan jaminan

berupa barang bergerak biasa disebut PT Pegadaian.

Penelitian ini menganalisis pengaruh Tingkat Inflasi, Pendapatan Ijarah,

Nilai Tukar Rupiah dan Tingkat Harga Emas Terhadap Penyaluran Pembiayaan

Gadai (Rahn) PT Pegadaian di Indonesia Periode 2007-2015 dan mengetahui

seberapa besar pengaruhnya. Metode yang digunakan data time series periode

2007-2015. Metode analisis yang digunakan adalah Regresi Ganda dengan SPSS

vers. 24. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Pendapatan Ijarah

dan Tingkat Harga Emas Terhadap Penyaluran Pembiayaan Gadai (Rahn) PT

Pegadaian berpengaruh positif terhadap Rahn. Sementara variabel Jumlah Tingkat

Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah berpengaruh negatif terhadap Rahn.

Kata Kunci : Tingkat Inflasi, Pendapatan Ijarah, Nilai Tukar Rupiah, Tingkat

Harga Emas, Rahn, PT Pegadaian di Indonesia.

Page 10: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah dan kasih sayang serta ridha-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS PENGARUH TINGKAT

INFLASI, PENDAPATAN IJARAH, NILAI TUKAR RUPIAH DAN

TINGKAT HARGA EMAS TERHADAP PENYALURAN PEMBIAYAAN

GADAI (RAHN) PT PEGADAIAN DI INDNESIA PERIODE 2007-2015”.

Tak lupa pula shalawat dan salam tercurahkan kepada junjungan Nabi besar

Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

sebaik-baiknya.

Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagai syarat mencapai gelar

Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga skripsi ini memberikan manfaat kepada

semua pihak dan menambah wawasan serta pengetahuan bagi pembaca.

Proses penyusunan skripsi ini juga tidak lepas dari dukungan, bantuan, dan

semangat beberapa pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan

rasa terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan FEB, Bapak Dr. Amilin,

SE., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP selaku Wakil Dekan I Bid. Akademik, Bapak

Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag., M.H selaku Wakil Dekan II Bid.

Administrasi Umum dan Bapak Dr. Desmadi Saharuddin, M.A selaku Wakil

Dekan III Bid. Kemahasiswaan yang telah memberikan jalan bagi penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Sofyan Rizal. SE, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Ibu Tini

Anggraeni, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan

waktunya dengan penuh kesabaran untuk memberikan bimbingan dan

pengaruh dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syariah dan

Ibu Endra Kasni Laila, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Syariah.

Page 11: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

x

4. Bapak Dr. Desmadi Saharuddin M. A selaku Pembimbing Akademik.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas curahan ilmu

yang Bapak dan Ibu berikan kepada kami.

6. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kerja kerasnya

melayani mahasiswa dengan baik dan meningkatkan citra Fakultas Ekonomi

dan Bisnis.

7. Kedua orang tua, Bapak H. Sudrajati dan Ibu Hj. Asmariyah yang selalu

memberikan dukungan baik moril maupun materil, memberikan kasih sayang,

cinta, dan selalu mendoakan dengan penuh rasa kasih sayang.

8. My beloved sister, kakak-kakak ku dan keluarga besar yang selalu

memberikan motivasi dan semangat selama ini.

9. Munawar suami yang senantiasa memotivasi saya menyelesaikan skripsi ini.

10. Sahabatku dan teman-teman Ekonomi Syariah angkatan 2012 yang tidak bisa

aku sebutkan namanya yang telah membagi ilmu dan yang selalu memberikan

masukan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ekonomi Syariah 2015 yang

telah bekerjasama dan mendukung selama ini.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian in masih memiliki banyak

kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran,

arahan, maupun kritikan yang konstruktif dengan penyempurnaan hasil penelitian

ini. Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik

manajer investasi, dunia bisnis, dunia akademisi dan para pembaca, yang tertarik

dengan dunia pasar modal syariah.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, Maret 2018

Penulis

Ukhriyatul Ambiyah

Page 12: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ........................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... v

ABSTRACT ...................................................................................................... vii

ABSTRAK ...................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix

DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 14

C. Tujuan ................................................................................................... 15

D. Manfaat ................................................................................................. 16

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Landasan Teori ...................................................................................... 17

B. Keterkaitan Antar Variabel Independen dan Dependen ......................... 71

C. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 78

D. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 86

Page 13: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

xii

E. Hipotesis ................................................................................................. 87

BAB III METODE PENELITIAN

A. Ruang lingkup Penelitian ......... ............................................................. 89

B. Metode Pengambilan Data......... ............................................................ 89

C. Operasional Variabel Penelitian ............................................................. 90

D. Metode Analisis Data ............................................................................. 93

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ......................................... 101

B. Analisisis Deskriptif ............................................................................ 104

C. Hasil Analisis Data................................................................................112

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 128

B. Keterbatasan Penelitian....................................................................129

C. Saran-Saran ........................................................................................... 130

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 131

LAMPIRAN ..................................................................................................... 134

Page 14: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.2 Penyaluran Kredit PT Pegadaian Syariah .........................................9

Tabel 2.1 Ketentuan Uang Pinjaman Pegadaian Syariah ...............................45

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ......................................................................78

Tabel 2.3 Perbandingan Penelitian Terdahulu dengan Sekarang ...................82

Tabel 4.1 Uji Klomogorov Smirnov .............................................................114

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Autokorelasi .......................................................115

Tabel 4.3 Uji Mulltikolonieritas ....................................................................116

Tabel 4.4 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ........................................118

Tabel 4.5 Uji F (Simultan) ............................................................................122

Page 15: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Implementasi Akad Rahn ...........................................................31

Gambar 2. 2 Kerangka Berpikir ......................................................................87

Grafik 4. 1 Penyaluran Kredit Rahn ..............................................................105

Grafik 4. 2 Tingkat Inflasi .............................................................................106

Grafik 4. 3 Pendapatan Ijarah........................................................................108

Grafik 4. 4 Nilai Tukar ..................................................................................109

Grafik 4. 5 Harga Emas .................................................................................111

Grafik 4. 6 P Plot Uji Normalitas ..................................................................112

Grafik 4. 7 Histogram Uji Normalitas...........................................................113

Grafik 4. 8 Uji Heteroskedastisitas ...............................................................117

Page 16: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

xv

DARTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Penelitian (data mentah)....................................................135

Lampiran 2 Uji Asumsi Klasik .....................................................................136

Page 17: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Krisis ekonomi tahun 2008 yang berawal dari kebangkrutan perusahaan

finansial di Amerika Serikat karena kredit kepemilikan rumah yang gagal bayar

memberikan dampak luas bagi masyarakat dunia. Hal ini karena Amerika Serikat

menjadi tujuan ekspor bagi pelaku usaha baik dari Indonesia maupun negara

lainnya. Dampak bagi perekonomian Indonesia adalah semakin melambungnya

harga bahan baku impor, produk elektronik, komputer, hingga barang kebutuhan

rumah tangga yang harganya melambung. Meskipun pemerintah telah

menurunkan tarif bahan bakar minyak, namun harga-harga kebutuhan pokok

semakin meningkat, daya beli konsumen semakin menurun, terjadi peningkatan

beban biaya bagi pelaku usaha.

Tidak hanya dimasa krisis, dalam kehidupan berekonomi sehari-hari

masyarakat sering dihadapkan pada kebutuhan tertentu, di mana dengan

berjalannya waktu, maka banyak kebutuhan yang harus dipenuhi. Sedangkan kita

ketahui bahwa alat untuk memenuhi kebutuhan tersebut bersifat terbatas, sehingga

dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut dibutuhkan dana. Dana ini

dapat berasal dari kekayaan sendiri, maupun dari pinjaman yang bersumber dari

bank dan non bank.

Page 18: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

2

Bagi sebagian masyarakat yang memiliki kelebihan dana, maka biasanya

dana tersebut disimpan dalam bentuk investasi berupa tanah, emas, surat-surat

berharga, dan deposito atau dipinjamkan kepada pihak lain dengan mendapatkan

imbalan atau keuntungan dari dana yang dipinjamkan tersebut. Sedangkan bagi

sebagian orang lainnya yang kekurangan dana, maka dapat memperoleh dana

dengan cara meminjam kepada pihak lain yang kelebihan dana atau meminjam ke

lembaga lainnya, baik itu berupa uang tunai ataupun dalam bentuk lainnya yang

segera diuangkan untuk dapat memenuhi kekurangan dana tersebut. Bagi

golongan masyarakat yang kekurangan dana, sangatlah penting baginya arti dari

suatu lembaga keuangan yang dapat memenuhi kebutuhan mereka.

Masyarakat dan pelaku usaha mulai memikirkan cara mendapatkan dana

konsumsi atau modal tambahan bagi usahanya. Hal ini dapat dilakukan dengan

mengajukan kredit kepada bank maupun meminjam dana dengan sistem gadai.

Lembaga keuangan adalah bank dan non bank milik pemerintah maupun milik

swasta, dengan usaha kredit dan jasa dalam lalu lintas dan peredaran uang.

Sedangkan lembaga keuangan non bank yang memberikan kredit pada masyarakat

terutama golongan ekonomi menengah ke bawah dengan menggunakan jaminan

berupa barang bergerak biasa disebut PT Pegadaian(PERSERO).

PT Pegadaian adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

yang bergerak dalam usaha menyalurkan dana atas dasar hukum gadai dengan

sifat yang khas yaitu menyediakan pelayanan bagi pemanfaatan umum dan

sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip syariah.

Page 19: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

3

PT Pegadaian sebagai lembaga perkreditan yang memiliki tujuan khusus

yaitu menyalurkan uang pinjaman atas dasar hukum gadai yang ditujukan untuk

mencegah praktek ijon, pegadaian gelap, riba, serta pinjaman tidak wajar lainnya.

Perusahaan ini meningkatkan peranannya dalam menyalurkan pinjaman bagi

masyarakat. Adapun nasabah PT Pegadaian terdiri dari masyarakat golongan

ekonomi lemah yang kurang mendapat pelayanan dari lembaga keuangan atau

perbankan, sehingga masyarakat menengah ke bawah memerlukan pinjaman

secara mudah dan cepat.

Meningkatnya kredit perbankan tidak dapat di rasakan oleh masyarakat

menengah ke bawah, dimana umumnya mereka tidak dapat memenuhi syarat

kredit pada perbankan yang rumit dan prosedurnya lama. Kemudian untuk

mengatasi permasalahan kredit tersebut salah satunya adalah dengan mengajukan

kredit pada lembaga keuangan nonbank maupun pada pihak

perorangan.meningkatnya jumlah kredit oleh masyarakat memberi peluang bagi

PT Pegadaian sebagai alternatif untuk menyalurkan kredit pada masyarakat

golongan menengah ke bawah yang kurang mendapatkan fasilitas kredit dari

perbankan. (Aziz, 2013:5).

Kegiatan perekonomian Indonesia dewasa ini semakin meningkat.

Dengan kebutuhan masyarakat yang tidak terbatas, tanpa didukung pendapatan

yang seimbang, kemudian masyarakat berbondong-bondong mencari kredit pada

bank yang pada mulanya adalah satu-satunya lembaga yang khusus bergerak di

bidang bisnis keuangan. Tapi kenyataannya, masyarakat khususnya golongan

ekonomi lemah, merasa prosedur kredit yang diberikan oleh bank terlalu berbelit-

Page 20: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

4

belit. Ditambah lagi karena rata-rata masyarakat yang membutuhkan dana

mendesak untuk keperluan usahanya atau keperluan lainnya dan tidak mau

berbelit-belit dengan persyaratan bank. Oleh karena itu, beralihlah masyarakat

yang membutuhkan dana mendesak kepada produk peyaluran kreditPT Pegadaian

yang berlandaskan syariah yaitu pembiayaan kredit dengan sistem gadai syariah

(Rahn).

Menurut Sigit Triandaru & Totok (2006), PT Pegadaian adalah satu-

satunya badan usaha di Indonesia yang secara resmi mempunyai izin untuk

melaksanakan kegiatan lembaga keuangan berupa pembiayaan dalam bentuk

penyaluran dana ke masyarakat atas dasar hukum gadai. Gadai merupakan salah

satu kategori dari perjanjian utang piutang, yang mana untuk suatu kepercayaan

dari orang yang berpiutang, maka orang yang berutang menggadaikan barangnya

sebagai jaminan terhadap utangnya itu. Barang jaminan tetap milik orang yang

menggadaikan (orang yang berhutang) tetapi dikuasai oleh penerima gadai (yang

berpiutang). Konsep tersebut dalam fiqh Islam dikenal dengan istilah rahn atau

gadai. (Firdaus Muhammad, 2005 : 68).

PT Pegadaian merupakan salah satu lembaga keuangan nonbank yang

termasuk bagian dari aktivitas ekonomi yang terpenting dan suatu sistem yang

dibutuhkan dalam suatu negara modern, tak luput juga negara Indonesia yang

mayoritas penduduknya muslim. Perkembangan produk-produk yang berbasis

syariah kian marak di Indonesia, tidak terkecuali produk yang dihasilkan oleh PT

pegadaian.

Page 21: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

5

Pada dasarnya, produk produk berbasis syariah memiliki karakteristik

seperti, tidak memungut bunga dalam berbagai bentuk karena riba, menetapkan

uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas yang diperdagangkan dan

melakukan bisnis untuk memperoleh jasa dengan sistem bagi hasil. Pegadaian

syariah atau dikenal dengan istilah rahn, dalam pengoperasiannya Mudharabah

(bagi hasil). Terbitnya PP/10 tanggal 1 April 1990 dapat menjadi awal

kebangkitan Pegadaian, satu hal yang perlu diamati bahwa PP/10 menegaskan

misi yang harus diemban oleh Pegadaian untuk mencegah riba, misi ini tidak

berubah hingga terbitnya PP103/2000 yang dijadikan landasan kegiatan usaha PT

Pegadaian hingga sekarang. Setelah melalui kajian yang panjang, akhirnya

disusunlah suatu konsep pendirian Unit Layanan Gadai Syariah sebagai langkah

awal pembentukan divisi khusus yang menangani kegiatan usaha syariah.

(Purnomo, 2009:2).

Sepanjang tahun 2015, kinerja Perusahaan baik dari sisi operasional

maupun keuangan mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 10% dari realisasi

tahun sebelumnya, pertumbuhan yang paling signifikan terdapat pada jumlah

nasabah hingga mencapai angka 23%.Dari sisi pencapaian target Rencana Kerja

dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun 2015, baik total aset maupun aset

produktif (dalam bentuk outstanding loan) belum mencapai target. Total aset

Perusahaan tahun 2015 sebesar Rp39,16 triliun atau tercapai 95,89% dari target

Rp40,84 triliun, dan juga OSL baru tercapai 94,60% atau sebesar Rp30,9 triliun

dari target Rp32,7 triliun.Sedangkan dilihat dari pencapaian laba rugi, jumlah

pendapatan usaha dan laba bersih melampaui target RKAP 2016. Untuk jumlah

Page 22: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

6

pendapatan usaha terealisir Rp8,89 triliun dari target Rp8,79 triliun atau tercapai

101,13% dan biaya usaha terealisir Rp6,32 triliun atau 98,23% dari RKAP sebesar

Rp6,44 triliun. Dengan terlampauinya target pendapatan dan terciptanya

pengendalian biaya menjadikan laba bersih tercapai 110,75% atau sebesar Rp1,94

triliun dari target Rp1,75 triliun.

Pegadaian saat ini masih mempertahankan posisinya sebagai market

leader di bisnis jasa gadai dengan penguasaan pasar hingga di atas 80% dari

industri gadai nasional. Sesuai dengan komitmennya untuk mendorong

terciptanya kemandirian ekonomi masyarakat,Pegadaian senantiasa melakukan

adaptasi produk dan layanan terhadap berbagai keinginan dan kebutuhan

masyarakat untuk memberikan solusi atas kebutuhannya. Dengan komitmen dan

keunggulan yang dimilikinya, Pegadaian memiliki peluang yang sangat lebar

untuk semakin bertumbuh. Pangsa pasar gadai nasional masih luas karena

sebagian besar masyarakat masih tidak memiliki akses kepada lembaga jasa

keuangan. Masyarakat menengah bawah inilah yang menjadi target pasar

Pegadaian melalui tiga inti layanan yang dimiliki Pegadaian.Secara umum,

harapan masyarakat terhadap jasa keuangan adalah mudah diakses, aman,

prosesnya cepat dan mudah, melayani produk ritel harga wajar, dan bisa

meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Pegadaian dengan berbagai keunggulan

produknya diharapkan mampu menjawab harapan masyarakat tersebut. Pegadaian

akan terus memfokuskan sumber daya perusahaan untuk meningkatkan

pertumbuhan bisnis gadai dan melakukan sinergi dengan institusi lain yang terkait

dalam rangka menumbuhkan bisnis lainnya.

Page 23: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

7

Penyaluran Pembiayaan Pegadaian yang dimotori oleh lini bisnis gadai

selama 5 (lima) tahun terakhir yang menunjukan peningkatan signifikan dari

Rp81,7 triliun di 2011 menjadi Rp112,7 triliun di 2015, atau tumbuh rata-rata

(CAGR) sebesar 8,4%. Disamping itu, total aset juga terus tumbuh rata-rata

sebesar 10,5% dari tahun 2011-2015, menunjukkan kuatnya kemampuan aset

perseroan dalam menopang bisnis yang dijalankan. Disamping produk gadai,

Pegadaian juga telah berinovasi mengembangkan beberapa lini bisnis lain, seperti

kredit mikro fidusia, investasi emas, dan aneka jasa berupa produk payment dan

remittance yang ditujukan untuk nasabah bisnis di segmen menengah dan kecil

yang sangat potensial, serta nasabah individu yang membutuhkan layanan

transaksi Pegadaian.

Kedepannya, kami yakin dengan pengembangan inovasi diluar lini bisnis

gadai dan solidnya bisnis gadai serta dukungan infrastruktur Teknologi Informasi

online dan jumlah outlet yang besar, Pegadaian akan terus mencatatkan performa

yang positif. Walaupun saat ini tingkat persaingan bisnis gadai mulai meningkat

yang ditandai menjamurnya usaha gadai swasta (perorangan) di beberapa titik

jalan khususnya kota besar, namun Pegadaian tetap optimis dapat

mempertahankan posisinya sebagai market leader dalam industri gadai.

Hal ini dengan memperhatikan dukungan infrastruktur dan karyawan

yang dimiliki Perseroan berupa jaringan distribusi sebanyak 4.430 outlet yang

tersebar luas di seluruh Indonesia, teknologi informasi online dan realtime yang

memadai, serta lebih dari 12.000 karyawan yang memiliki kompetensi dalam

menaksir nilai barang jaminan.Namun demikian, disamping dukungan

Page 24: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

8

infrastruktur dan karyawan, sebagai sebuah Perusahaan jasa bahwa memberikan

layanan terbaik mutlak diperlukan. Untuk itu Perseroan selalu berupaya

memberikan layanan terbaik dan termudah dan memberikan rasa nyaman dan

aman kepada nasabah dalam melakukan transaksi agar tetap dapat

mempertahankan pangsa pasarnya dalam industri gadai serta tumbuh dan

berkembang secara berkelanjutan.

Pegadaian Syariah mempunyai produk-produk utama untuk menyalurkan

dananya kepada masyarakat. Produk-produk tersebut yaitu Rahn, Arrum dan

Mulia. Rahn adalah Pemberian pinjaman dengan perikatan gadai yang

berlandaskan pada prinsip-prinsip syariah. Besaran tarif ujrah maksimal adalah

0,71% (dari taksiran barang jaminan) per 10 hari dengan jangka waktu maksimum

4 bulan, tetapi dapat diperpanjang dengan cara mengangsur ataupun mengulang

gadai, serta dapat dilunasi sewaktu-waktu dengan perhitungan ujrah secara

proporsional selama masa pinjaman. Arrum (Ar-rahn untuk usaha mikro)

merupakan Layanan pembiayaan dengan skim syariah, baik yang diperuntukkan

untuk pengusaha mikro dan kecil guna pengembangan usaha dengan jaminan

BPKB kendaraan bermotor, maupun bagi masyarakat yang belum/tidak

mempunyai usaha dengan jaminan emas. Pengembalian pembiayaan dilakukan

secara angsuran dengan jangka waktu mulai dari 12 bulan hingga 36 bulan yang

dapat dilunasi sewaktu-waktu.

Sedangkan Pegadaian MULIA merupakan penyediaan sarana investasi

emas bagi masyarakat melalui pembiayaan kepemilikan logam mulia secara

angsuran dalam jangka waktu tertentu. Logam mulia yang ditawarkan berlogo PT

Page 25: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

9

Antam maupun logo PT Pegadaian dengan ukuran mulai dari 5 gram, 10 gram, 25

gram, 50 gram, 100 gram, 250 gram, hingga 1 kilogram. Apabila pembiayaan

belum dilunasi, logam mulia

yang dibeli disimpan di Pegadaian sebagai jaminan. . (Annual Report PT

Pegadaian, 2015:60).

Berdasarkan data Statistik di Annual Report Pegadaian Syariah,

menunjukkan bahwa kredit yang mendominasi adalah kredit Rahn dalam

menyalurkan dananya, dibandingkan dengan produk pegadaian syariah lainnya.

Berikut adalah tabelnya :

Tabel 1.2

Penyaluran kredit PT Pegadaian Syariah (Juta Rupiah)

Tahun Rahn Arrum Mulia

2006 591.087 - -

2007 964.056 - -

2008 1.613.520 8.044 754

2009 2.689.541 29.826 47.546

2010 4.473.135 68.285 176.498

2011 7.822.599 73.693 986.597

2012 11.122.405 63.462 998.768

2013 11.535.454 88.125 1.289.693

2014 11.722.736 200.333 1.997.537

2015 13.077.842 339.403 3.092.125

Sumber: Annual Report PT Pegadaian

Page 26: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

10

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan perkembangan peyaluran

kreditPegadaian berdasarkan laporan tahunan dari 2007 — 2015. Berdasarkan

laporan tahunan tersebut diatas menunjukkan penyaluran kredit Arrum dan Mulia

peningkatannya tidak sebanding atau tidak lebih banyak jika dibandingkan dengan

penyaluran kredit Rahn. Dikarenakan produk Arrum dan Mulia adalah produk

yang masih tergolong baru.

Masyarakat lebih banyak menggunakan produk gadai syariah yang

mengacu pada tarif ijarah dan biaya administrasi dan produk yang terlebih dahulu

dikenal masyarakat. Namun demikian, diantara penyaaluran Pembiayaan Rahn

serta produk Arrum dan Mulia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Oleh

karena itu, untuk menganalisa bagaimana pengaruh dampak krisis yang terjadi

maka digunakan produk yang paling banyak digunakan pelaku usaha dan

masyarakat yaitu kredit Rahn.

Dalam menentukan jumlah penyaluran kredit gadai, PT Pegadaian akan

dipengaruhi oleh kondisi internal dan kondisi eksternal. Faktor internal yang

dimaksud yaitu bagaimana perusahaan dapat mengelola dengan baik seperti

manajemen asset perusahaan, faktor 5C (character, capacity, capital, collateral,

dan condition of economy) manajemen kredit. Termasuk di dalam faktor internal

yaitu perkembangan pendapatan ijarah dan administrasi serta tingkat sewa modal

atau nama lain dari tingkat suku bunga kredit gadai. Namun, didalam pegadaian

syariah tidak mengenal bunga oleh karena itu menggunakan akad ijarah dan

dikenakan tarif administrasi.

Page 27: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

11

Faktor eksternal yaitu perusahaan juga memperhatikan kondisi

perekonomian seperti tingkat inflasi, nilai tukar rupiah bahkan tingkat harga emas.

Sehingga pegadaian diharapkan lebih selektif di dalam memberikan aliran dana

kreditnya untuk membantu masyarakat yang membutuhkan dana tunai secara

cepat, syarat yang mudah dan prosedur tidak berbelit — belit.

Tingkat inflasi, pendapatan ijarah, nilai tukar rupiah dan harga emas

adalah indikator yang tepat untuk menganalis perkembangan peyaluran kredit

gadai syariah pasca krisis 2008 karena dengan fluktuasi tingkat inflasi

berpengaruh kepada naiknya harga pokok dan menambah masalah ekonomi yang

melanda masyarakat Indonesia yang mengharuskan untuk memenuhi

kebutuhannya baik produktif maupun konsumtif. Pendapatan Ijarah dapat

menggambarkan profitabilitas Pegadaian Syariah.

Nilai tukar rupiah mempengaruhi Peyaluran kredit dikarenakan

perekonomian Indonesia yang banyak menggantungkan kekayaannya melalui naik

turunya nilai tukar rupiah, pergerakan nilai tukar akan berpengaruh pada kredit

yang disalurkan karena terdepresiasinya nilai tukar akan diikuti oleh peningkatan

biaya produksi khususnya produsen yang menggunakan bahan baku impor,

kebutuhan modalpun semakin meningkat (Kuncoro dan Suhardjono, 2002) dalam

Risna, 2016.

Sejalan dengan itu, penelitian Sariasih (2013:10) menyimpulkan bahwa

Inflasi menunjukkan arah negatif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit,

karena semakin meningkatnya inflasi akan menyebabkan semakin meningkatnya

suku buga kredit pada sektor perbankan.

Page 28: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

12

Namun, menurut penelitian Titi Widiarti (2013:5) menyimpulkan bahwa

Hasil penelitian menunjukkan tingkat inflasi Kota Batam tidak berpengaruh

signifikan terhadap penyaluran kredit PT Pegadaian Cabang Batam. tingkat inflasi

Kota Batam tidak berpengaruh signifikan terhadap penyaluran kredit Perum

Pegadaian Cabang Batam. Selain itu faktor internal perusahaan juga dapat

mempengaruhi besarnya kredit yang disalurkan. Faktor internal tersebut adalah

pendapatan ijarah, yaitu pendapatan yang diperoleh pegadaian dari pemindahan

hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui

pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.

Dalam penelitian yang dilakukan Purnomo (2009:13) disimpulkan bahwa

pendapatan Perum Pegadaian Syariah cabang Dewi Sartika mempunyai pengaruh

positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit pada Perum Pegadaian Syariah

cabang Dewi Sartika. Setiap kenaikan Pendapatan Perum Pegadaian sebesar 1

persen mengakibatkan peningkatan Penyaluran kredit Perum Pegadaian Syariah

Cabang Dewi Sartika sebesar 1,641184 persen. Pendapatan Perum Pegadaian

memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap Penyaluran kredit. Artinya

semakin tinggi laju Pendapatan Perum Pegadaian yang mencerminkan semakin

maraknya kegiatan penyaluran kredit melalui bidang-bidang usaha Perum

Pegadaian yang secara bekelanjutan mencerminkan pergerakan usaha

perekonomian bagi masyarakat.

Kondisi eksternal lainnya adalah tingkat harga emas yang setiap

tahunnya mengalami fluktuasi. Tingkat harga emas mempengaruhi jumlah kredit

yang disalurkan karena barang yang paling sering digadaikan adalah emas. Oleh

Page 29: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

13

karena itu tingkat harga emas sangat mempengaruhi jumlah taksiran barang gadai

lainnya. Harga emas yang terus mengalami kenaikan berdampak pada

peningkatan omzet pegadaian. Kenaikan harga emas membuat nilai taksiran

terhadap barang jaminan ikut naik. Akibatnya, jumlah pinjaman pada setiap

golongan bisa lebih banyak khususnya golongan C dan tentunya mempengaruhi

penyaluran kredit pada setiap golongan. Hampir 90% barang digadaikan pada PT

Pegadaian Probolinggo berupa emas. Akibatnya, fluktuasi harga emas sangat

mempengaruhi omzet pegadaian. Pihak pegadaian menetapkan nilai taksiran emas

sebesar 98% dari harga pokok pembelian.

Hal sebaliknya akan signifikan apabila ada penurunan harga emas secara

drastis maka jumlah pinjaman pada setiap golongan khususnya golongan C juga

akan mengalami penurunan yang sangat drastis yang berakibat pada penyaluran

kredit pada setiap golongan. (Aziz, 2013:12). Hal ini tentu saja menjadi masalah

bagi pegadaian syariah terutama dalam peningkatan penyaluran kredit gadai

syariah dalam mengembangkan usaha masyarakat dari masa krisis hingga

sekarang serta meningkatkan perekonomian di Indonesia.

Page 30: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

14

Tabel 1.2

Data Inflasi, Pendapatan Ijarah, Nilai Tukar, Harga Emas dan Rahn

TAHUN INFLASI PENDAPATAN IJARAH NILAI

TUKAR HARGA EMAS

RAHN

2007 6,59 2.253.452.868.972 8.271,39 204.913 964.056.000.000

2008 11,06 2.930.594.295.381 7.595,65 170.329 1.613.520.000.000

2009 2,78 4.017.103.152.528 8.474,90 325.616 2.689.541.000.000

2010 6,96 5,378.292.906.586 9.190,52 354.654 4.473.135.000.000

2011 3,79 6.600.927.966.486 9.250,61 457.143 7.822.599.000.000

2012 4,30 5.833.074.679.677 10.077,57 520.927 11.122.405.000.000

2013 8,38 7.864.767.123.402 10.934,35 455.762 11.535.454.000.000

2014 8,36 9.356.756.808.131 10.271,64 474.827 11.722.736.000.000

2015 3,35 10.212.486.786.496 10.117,99 470.619 12.467.751.000.000

Berdasarkan uraian dan data diatas penulis menilai penting untuk

mengadakan penelitian dan membahas masalah tersebut dengan judul “Analisis

Pengaruh Tingkat Inflasi, Pendapatan Ijarah, Nilai Tukar Rupiah dan

Tingkat Harga Emas terhadap Penyaluran Pembiayaan Gadai (Rahn) PT

Pegadaian di Indonesia periode 2007-2015”. Di mana variabel yang digunakan

dalam mengukur perkembangan pada Penyaluran Pembiayaan Gadai (Rahn)

tersebut adalah: Inflasi, Pendapatan Ijarah, Nilai Tukar Rupiah dan Harga Emas.

B. Rumusan Masalah

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap persepsi masalah yang

hendak ditulis dan agar permasalahan tidak meluas dalam pembahasannya,

penulis merasa perlu untuk memberikan batasan dan perumusan masalah terhadap

objek yang dikaji. Tulisan ini akan dibatasi hanya pada kajian seputar keadaan

tingkat inflasi, pendapatan Ijarah, Nilai Tukar Rupiah dan tingkat harga emas

Page 31: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

15

terhadap penyaluran pembiayaan gadai (Rahn) periode 2007-2015. Sedangkan

perumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh tingkat inflasi terhadap peyaluran pembiayaan Rahn

PT Pegadaian ?

2. Bagaimana pengaruh pendapatan Ijarah terhadap peyaluran Pembiayaan

Rahn PT Pegadaian ?

3. Bagaimana pengaruh nilai tukar rupiah terhadap peyaluran pembiayaan

Rahn PT Pegadaian ?

4. Bagaimana pengaruh harga emas terhadap penyaluran pembiayaan Rahn

PT Pegadaian ?

5. Bagaimana pengaruh inflasi, pendapatan Ijarah, nilai tukar rupiah dan

harga emas secara bersama-sama terhadap penyaluran pembiayaan Rahn

PT Pegadaian ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat inflasi secara parsial terhadap

penyaluran pembiayaan gadai syariah pada PT Pegadaian di Indonesia.

2. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan ijarah Pegadaian Syariah secara

parsial terhadap penyaluran pembiayaan gadai syariah pada PT Pegadaian

di Indonesia.

3. Untuk mengetahui pengaruh nilai tukar rupiah Pegadaian Syariah secara

parsial terhadap penyaluran pembiayaan gadai syariah pada PT Pegadaian

di Indonesia.

Page 32: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

16

4. Untuk mengetahui pengaruh tingkat harga emas secara parsial terhadap

penyaluran pembiayaan gadai syariah pada PT Pegadaian di Indonesia.

5. Untuk mengetahui pengaruh tingkat inflasi, pendapatan ijarah, nilai tukar

rupiah dan harga emas secara simultan terhadap penyaluran pembiayaan

gadai syariah pada PT Pegadaian di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfat kepada

beberapa pihak terkait, khususnya bagi :

1. Bagi Masyarakat

Dapat memberikan rujukan atau informasi kepada masyarakat umum

yang ingin berinvestasi maupun menyalurkan dana melalui Lembaga Non

Bank PT. Pegadaian di seluruh Indonesia.

2. Bagi Penulis

Merupakan suatu pembelajaran yaitu usaha menganalisis suatu

laporan keuangan, sehingga penulis dapat mempraktekan teori yang

didapat selama perkuliahan dengan menganalisa dan memecahkan

masalah.

3. Bagi Pegadaian Syariah

Diharapkan dapat berguna dalam pengambilan keputusan

berdasarkan informasi yang diperoleh untuk merencanakan suatu strategi

baru, serta peningkatan kinerja dari PT Pegadaian khususnya produk

berbasis Syariah.

Page 33: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

17

4. Bagi Pihak Lain

Diharapkan dapat memberikan pemahaman dan informasi mengenai

keadaan keuangan PT Pegadaian kepada para nasabahnya serta masyarakat

umum yang tertarik terhadap Pegadaian Syariah dan ingin menggunakan

produk produknya.

Page 34: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Filosofi Ekonomi Islam

Kata “ekonomi” berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari 2 kata

yaitu “oikos” yang berarti “keluarga, rumah tangga” dan “nomos” yang

berarti “peraturan, hukum” kemudian bila digabung bermakna “aturan

rumah tangga”. Sedangkan kata “Islam” berasal dari bahasa Arab yang

terdiri dari 3 akar kata yaitu “sin” yang berarti “alam”, “lam” yang berarti

Allah, dan “mim” yang berarti ibadah, kemudian bila digabung menjadi

“sinlammim” bermakna “alam diciptakan Allah untuk ibadah”.

Secara sederhana, sistem ekonomi islam adalah suatu sistem

ekonomi yang didasarkan pada ajaran dan nilai-nilai islam. Sumber dari

keseluruhan nilai tersebut sudah tentu Al Quran, As Sunnah, ijma dan

qiyas. Nilai-nilai sistem ekonomi islam ini merupakan bagian integral dari

keseluruhan ajaran agama islam yang komprehensif dan telah dinyatakan

Allah SWT.

2. Lembaga Keuangan Nonbank

Lembaga keuangan nonbank merupakan lembaga keuangan yang

lebih banyak jenisnya dari lembaga keuangan bank. Masing masing

lembaga keuangan non bank mempunyai ciri-ciri usahanya sendiri.

Lembaga keuangan nonbank secara operasional dibina dan diawasi oleh

Page 35: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

18

Departemen Keuangan yang dijalankan oleh Bapepam LK. Sedangkan

pembinaan dan pengawasan dari sisi pemenuhan prinsip-prinsip syariah

dilakukan oleh Dewan Syariah Nasional MUI. (Sumitra, 2009:46).

Perusahaan Pegadaian merupakan lembaga keuangan yang

menyediakan fasilitas pinjaman dengan jaminan tertentu. Jaminan nasabah

tersebut digadaikan, kemudian ditaksir oleh pihak pegadaian untuk menilai

besarnya jaminan. Besarnya nilai jaminan akan mempengaruhi pinjaman.

sementara ini usaha pegadaian secara resmi masih dilakukan pemerintah.

Sedangkan pegadaian syariah dalam menjalankan operasionalnya

berpegang pada prinsip syariah.

3. Pegadaian

a. Pengertian Pegadaian

Pengertian gadai menurut Muhammad (2003:16) adalah suatu hak

yang diperoleh oleh seorang yang mempunyai piutang atas suatu barang

bergerak. Barang bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang

berpiutang oleh seorang yang mempunyai utang atau oleh orang lain atas

nama orang yang mempunyai utang. Seorang yang berutang tersebut

memberikan kekuasaan kepada orang yang berpiutang untuk

menggunakan barang bergerak yang telah diserahkan untuk melunasi

utang apabila pihak yang berutang tidak dapat melunasi kewajibannya

pada saat jatuh tempo.

Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang berpiutang atas

suatu barang bergerak, yang diserahkan padanya oleh seseorang atau oleh

Page 36: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

19

orang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada orang

berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut

didahulukan dari pada orang-orang berpiutang lainnya; dengan

pengecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah

dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan.

(Pandia,2005 ; 72).

Gadai menurut Undang — Undang Hukum Perdata (Burgenlijk

Wetboek) Buku II Bab XX pasal 1150, adalah Suatu hak yang diperoleh

seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya

oleh seorang berutang atau oleh seorang berutang atau seorang lain atas

namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada yang berpiutang itu

untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari

pada orang-orang berpiutang lainnya. (Muhammad, 2003:17).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa gadai adalah suatu hak

yang diperoleh oleh orang yang berpiutang atas suatu barang bergerak

yang diserahkan oleh orang yang berutang sebagai jaminan utangnya dan

barang tersebut dapat dijual (lelang) oleh yang berpiutang bila yang

berutang tidak dapat melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo.

(Muhammad, 2003:17).

b. Tugas, Tujuan dan Fungsi Pegadaian

Sebagai lembaga keuangan non bank milik pemerintah yang berhak

memberikan pinjaman kredit kepada masyarakat atas dasar hukum gadai

yang bertujuan agar masyarakat tidak dirugikan oleh lembaga keuangan

Page 37: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

20

non formal yang cenderung memanfaatkan kebutuhan dana mendesak dari

masyarakat. Tugas, tujuan serta fungsi-fungsi pokok sebagai berikut

(Usman, 1995:359).

1) Tugas Pokok

Tugas pokok pegadaian yaitu menyalurkan uang pinjaman atas

dasar hukum gadai dan usaha-usaha lain yang berhubungan dengan

tujuan pegadaian atas dasar materi.

2) Tujuan Pokok

Sifat usaha pegadaian pada prinsipnya menyediakan layanan bagi

kemanfaatan umum dan sekaligus memupuk keuntungan

berdasarkan prinsip pengelolaan. Oleh karena itu, pegadaian pada

dasarnya mempunyai tujuan pokok sebagai berikut :

a) Turut melaksanakan program pemerintah di bidang

ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya

melalui penyaluran uang pinjaman atas dasar hukum gadai.

b) Mencegah praktek pegadaian gelap dan pinjaman tidak

wajar.

3) Fungsi Pokok

Fungsi pokok pegadaian adalah sebagai berikut:

a) Mengelola penyaluran uang atas dasar hukum gadai dengan

cara mudah, cepat, aman dan hemat.

b) Menciptakan dan mengembangkan usaha-usaha lain yang

menguntungkan bagi pegadaian maupun masyarakat.

Page 38: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

21

c) Mengelolal keuangan, perlengkapan, kepegawaian,

pendidikan dan pelatihan.

d) Mengelola organisasi, tata kerja dan tata laksana pegadaian.

e) Melakukan penelitian dan pengembangan serta mengawasi

pengelolaan pegadaian.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka pada dasarnya hakekat dan

fungsi pegadaian adalah semata mata untuk memberikan pertolongan

kepada orang yang membutuhkan dengan bentuk barang yang digadaikan

sebagai jaminan, dan bukan semata mata untuk kepentingan komersial

dengan mengambil keuntungan yang sebesar besarnya tanpa

menghiraukan kemampuan orang lain.

c. Kegiatan Usaha Pegadaian

Kegiatan usaha pada Perum Pegadaian pada umumnya meliputi dua

hal, yaitu penghimpun dana dan penggunaan dana (Susilo, 1999:181).

1) Penghimpunan Dana

Dana yang diperlukan di Perum pegadaian untuk melakukan

kegiatan usahanya berasal dari :

a) Pinjaman jangka pendek perbankan.

Dana jangka pendek sebagian besar adalah dalam bentuk

pinjaman jangka pendek dari perbankan (sekitar 80% dari

total dana jangka pendek yang dihimpun).

b) Pinjaman jangka pendek dari pihak lain.

Page 39: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

22

Pinjaman dana jangka pendek dari pihak lain biasanya

diperoleh dari utang kepada rekanan, utang kepada nasabah,

utang pajak, dan lain lain.

c) Penerbitan obligasi

Untuk memperoleh/menghimpun dana perum pegadaian

pernah menerbitkan obligasi sebanyak dua kali, yaitu pada

tahun 1993 dan pada yahun1994 yang jangka waktunya

masing masing lima tahun.

d) Modal Sendiri

Modal sendiri yang dimiliki oleh perum pegadaian terdiri

dari :

Modal awal, yaitu kekayaan Negara diluar APBN

Penyertaan Modal Pemerintah

Laba Ditahan, laba ditahan ini merupakan

akumulasi laba sejak perusahaan Perum Pegadaian

berdiri.

2) Penggunaan Dana

Dana yang berhasil dihimpun kan digunakan untuk mendanai

kegiatan usaha perum Pegadaian. Dana tersebut antara lain

digunakan untuk hal hal berikut:

a) Uang Kas dan Dana Likuid lain

Perum pegadaian memerlukan dana likuid yang siap

digunakan untuk berbagai macam kebutuhan seperti:

Page 40: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

23

kewajiban yang telah jatuh tempo, penyaluran dana kredit

atas dasar hak gadai, pembayaran pajak dan lain lain.

b) Pendanaan kegiatan operasional

Dana ini antara lain digunakan untuk gaji pegawai, honor,

perawatan peralatan, dan lain lain.

c) Pembelian pengadaan berbagai macam bentuk aktiva tetap

dan inventaris yaitu antara lain: tanah, bangunan kantor,

computer, kendaraan, dan lain lain. Aktiva tetap berupa

tanah dan bangunan inventaris tidak secara langsung tidak

dapat menghasilkan penerimaan bagi Perum Pegadaian,

namun merupakan hal yang sangat penting guna

melancarkan kegiatan usahanya.

3) Penyaluran dana

Penggunaan dana yang utama adalah untuk disalurkan dalam

bentuk pembiayaan atas dasar hukum gadai. Dana yang digunakan

Perum Pegadaian untuk kegiatan pembiayaan lebih dari 50% dari

jumlah dana yang dihimpun.

d. Produk dan Jasa Pegadaian

Sebagai lembaga keuangan non bank yang berfungsi majemuk, maka

didalam menjalankan kegiatan usahanya Perum Pegadaian mempunyai

beberapa produk dan jasa yang dapat dimanfaatkan masyarakat, yaitu

meliputi :

1) Memberikan pinjaman atas dasar hukum gadai

Page 41: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

24

Pemberian pinjaman atas dasar hukum gadai berarti

mensyaratkan pemberian pinjaman atas dasar penyerahan barang

jaminan oleh penerima pinjaman. Konsekuensinya adalah bahwa

jumlah atau nilai pinjaman yang diberikan kepada masing masing

peminjam sangat dipengaruhi oleh nilai barang yang dijadikan

jaminan pemberi gadai.

2) Penaksiran nilai barang

Selain memberikan pinjaman atas dasar hukum gadai,

perum pegadaian juga memberikan jasa penaksiran atas nilai suatu

barang. Barang barang yang akan ditaksir pada dasarnya melputi

semua barang bergerak yang bisa digadaikan, terutama emas,

berlian, dan intan. Masyarakat yang memerlukan jasa ini biasanya

dengan mengetahui nilai jual wajar atas barang berharganya yang

akan dijual. Atas jasa penaksiran yang diberikan, perum pegadaian

memperoleh penerimaan dari pemilik barang berupa ongkos

penaksiran.

3) Penitipan barang

Perum pegadaian dapat juga menyelenggarakan jasa

penitipan barang. Hal ini disebabkan karena perusahaan ini

mempunyai tempat penyimpanan barang bergerak yang cukup

memadai. Selain itu masyarakat barang diperum pegadaian pada

dasarnya karena alasan keamanan penyimpanan, terutama bagi

masyarakat yang akan meninggalkan rumahnya untuk jangka

Page 42: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

25

waktu yang lama. Atas jasa penitipan tersebut, perum pegdaian

memperoleh penerimaan dari pemilik barang berupa ongkos

penitipan.

4) Jasa lain

Dikantor pegadaian tertentu juga tidak menutup

kemungkinan terdapat bermacam macam produk dan jasa lain,

diantaranya seperti : kredit kepada pegawai dengan penghasilan

tetap, gold center atau tempat penjualan emas, koin emas ONH,

dan lain lain.

e. Penggolongan Uang Pinjaman

Penggolongan uang pinjaman yang diberikan kepada nasabah

berdasarkan SK. Direksi Nomor: 020/OP.0021/2001 tentang tarif sewa

modal adalah sebagai berikut :

1) Golongan A

Jumlah pinjaman antara Rp. 5000.- sampai dengan Rp. 40.000,-

adalah masuk dalam katagori surat bukti kredit golongan A.

sedangkan jangka waktunya adalah 120 hari (4 bulan).

2) Golongan B

Jumlah pinjaman antara Rp. 40.500.- sampai dengan Rp. 150.000,-

adalah masuk dalam katagori surat bukti kredit golongan B.

sedangkan jangka waktrunya adalah 120 hari (4 bulan).

3) Golongan C

Page 43: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

26

Jumlah pinjaman antara Rp. 151.000.- sampai dengan Rp.

500.000,- adalah masuk dalam katagori surat bukti kredit golongan

C. sedangkan jangka waktrunya adalah 120 hari (4 bulan).

4) Golongan D

Jumlah pinjaman antara Rp. 510.000.- sampai dengan tidak

terbatas adalah masuk dalam katagori surat bukti kredit golongan

D. sedangkan jangka waktrunya adalah 120 hari (4 bulan).

4. Pegadaian Syariah

a. Pengertian Pegadaian Syariah

Pegadaian syariah merupakan sebuah lembaga yang dikeluarkan oleh

PT Pegadaian. Kemunculannya pada awal april 1990 menjadi awal

kebangkitannya hingga saat ini. Namun dilihat dari perkembangannya,

pegadaian syariah dinilai belum banyak memberi kontribusi bagi

perekonomian Indonesia pada umumnya dan pada pegadaian itu sendiri

pada khususnya. Hal tersebut dapat dibuktikan dari kantor-kantor cabang

pegadaian syariah yang belum banyak menjangkau skala kabupaten.

Pegadaian syariah tidak menekankan pada pemberian bunga dari uang

pinjaman. Walaupun tidak menekankan pada bunga, pegadaian syariah

tetap memperoleh keuntungan yaitu dari biaya jasa simpan barang (Ijarah)

seperti yang sudah diatur oleh Dewan Syariah Nasional. Biaya tersebut

dihitung dari nilai barang bukan jumlah pinjaman.

Pegadaian syariah dalam menjalankan operasionalnya berpegang pada

prinsip syariah. Pada dasarnya, produk produk berbasis syariah memiliki

Page 44: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

27

karakteristik seperti, tidak memungut bunga dalam berbagai bentuk karena

riba, menetapkan udang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas yang

diperdagangkan, dan melakukan bisnis untuk memperoleh imbalan atau

jasa dan/atau bagi hasil. Paying hukum gadai syariah dalam hal

pemenuhan prinsip-prinsip syariah berpegang pada fatwa DSN-MUI No.

25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 juni 2002 tentang rahn yang

menyatakan bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai

jaminan utang dalam bentuk rahn diperbolehkan, dan Fatwa DSN-MUI

No. 26/DSN-MUI/III/2002 tentang gadai emas. Sedangkan dalam aspek

kelembagaan tetap menginduk kepada Peraturan Pemerintah No. 10 tahun

1990 tanggal 10 April 1990. (Soemitra, 2009:384).

b. Ketentuan Hukum Syariah

Transaksi gadai menurut syariah haruslah memenuhi rukun dan syarat

tertentu, yaitu:

1) Rukun gadai : adanya ijab dan Kabul; adanya pihak pihak yang

berakad, yaitu pihak yang menggadaikan (rahn) dan yang

menerima gadai (murtahin), adanya jaminan (marhun) berupa

barang atau harta; adanya utang (marhun bih).

2) Syarat sah gadai : rahn dan murtahin dengan syarat-syarat

kemampuan juga berarti kelayakan seseorang untuk melakukan

transaksi pemilikan, setiap orang yang sah melakukan jual beli sah

melakukan gadai. Sighat dengan syarat tidak boleh terkait dengan

masa yang akan datang dan syarat-syarat tertentu. Utang (marhun

Page 45: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

28

bih) dengan syarat harus merupakan hak yang wajib diberikan atau

diserahkan kepada pemiliknya, memungkinkan pemanfaatannya

bila sesuatu yang menjadi utang itu tidak dimanfaatkan maka tidak

sah, harus di kuantitatifkan atau dapat dihitung jumlahnya bila

tidak dapat diukur atau tidak dikuantifikasi, rahn itu tidak sah.

Barang (marhun) dengan syarat harus diperjualbelikan, harus

berupa harta yang bernilai, marhun harus bisa dimanfaatkan secara

syariah, harus diketahui keadaan fisiknya, harus dimiliki oleh rahn

setidaknya harus seizing pemiliknya. (Ali Hasan, 2002:253).

Disamping itu, menurut fatwa DSN-MUI No.25 / DSN

MUI/III/2002 gadai syariah harus memenuhi ketentuan umum

berikut :

1) Murtahin (penerima gadai) mempunyai hak untuk menahan

marhun (barang) sampai semua utang rahn (yang menyerahkan

barang) dilunasi.

2) Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahn. Pada prinsipnya,

marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizing

rahn, dengan tidak mengurangi nilai marhun dan pemanfaatannya

itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan dan perawatannya.

3) Pemeliharaan dan penyimpanan marhun pada dasarnya menjadi

kewajiban rahn, namun dapat dilakukan juga oleh murtahin,

sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi

kewajiban rahn.

Page 46: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

29

4) Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun tidak boleh

ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.

5) Penjualan marhun

a) Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan rahn

untuk segera melunasi utangnya.

b) Apabila rahn tetap tidak dapat melunasi utangnya, maka

marhun dijual paksa/dieksekusi melalui lelang sesuai

syariah.

c) Hasil penjualan marhun digunakan untuk melunasi utang,

biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar

serta biaya penjualan.

d) Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahn dan

kekurangannya juga menjadi kewajiban rahn.

Akad gadai syariah juga harus memenuhi ketentuan atau

persyaratan yang menyertainya meliputi :

a) Akad tidak mengandung syarat fisik/batil seperti murtahin

mensyaratkan barang jaminan dapat dimanfaatkan tanpa

batas.

b) Marhun bih (pinjaman) merupakan hak yang wajib

dikembalikan kepada murtahin dan bisa dilunasi dengan

barang di rahn-kan tersebut. Serta, pinjaman itu jelas dan

menentu.

Page 47: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

30

c) Marhun (barang yang dirahn-kan) bosa dijual dan nilainya

seimbang dengan pinjaman, memiliki, nilai, jelas

ukurannya, milik sah penuh dari rahn, tidak terkait dengan

hak orang lain, dan bisa diserahkan baik materi maupun

manfaatnya.

d) Jumlah maksimum dana rahn dan nilai liquidasi barang

yang di rahn-kan serta jangka waktu rahn ditetapkan dalam

prosedur.

e) Rahn dibebani jasa managemen atas barang berupa: biaya

asuransi, biaya keamanan, dan biaya pengelolaan serta

administrasi.

c. Perkembangan Pegadaian Syariah

Pegadaian merupakan lembaga pembiayaan/perkreditan dengan sistem

gadai. Pegadaian modern awalnya berkembang di Italia yang kemudian

dipraktikan di wilayah-wilayah Eropa lainnya, seperti Inggris dan Belanda.

Sistem gadai memasuki Indonesia dibawa dan dikembangkan oleh VOC.

(Annual Report PT Pegadaian, 2013).

Adapun pegadaian syariah merupakan sebuah lembaga yang relatif

baru di Indonesia. Konsep operasi pegadaian syariah mengacu pada sistem

administrasi modern. Yaitu asas rasionalitas, efisiensi, dan efektivitas yang

diselaraskan dengan nilai islam. Fungsi operasi pegadaian syariah

dijalankan oleh kantor kantor cabang Pegadaian Syariah/Unit Layanan

Gadai Syariah (ULGS).

Page 48: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

31

d. Operasional Pegadaian Syariah

Salah satu bentuk jasa layanan lembaga keuangan yang menjadi

kebutuhan masyarakat adalah pembiayaan dengan menggadaikan barang

sebagai jaminan. Landasan akad yang digunakan dalam operasional

perusahaan dalam pegadaian syariah adalah rahn. Berlakunya rahn adalah

bersifat (tabiiyah) terhadap akad tertentu yang dijalankan secara tidak

tunai (dayn) sebagai jaminan untuk mendapatkan kepercayaan. Adapun

secara teknis, implementasi akad rahn dalam lembaga pegadaian adalah

sebagai berikut:

Gambar 2.1

Implementasi Akad Rahn

Sumber: Ade Purnomo (2008)

Keterangan:

1. Rahin mendatangi murtahin untuk meminta fasilitas pembiaaan

dengan membawa marhun yang akan diserahkan kepada murtahin,

Marhun bih

(utang)

Murtahin (pihak

yang menerima)

Jaminan

(Marhun)

Pihak yang

menggadaikan

(Rahin)

3

2

1

Akad Baru

4

Page 49: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

32

lalu murtahin melakukan pemeriksaan termasuk menaksir nilai

barang jaminan tersebut.

2. Setelah semua persyaratan terpenuhi, maka murtahin dan rahin

melakukan akad rahn.

3. Setelah itu, murtahin memberikan sejumlah pimjaman uang yang

jumlahnya dibawah nilai barang jaminan yang tekah ditaksir.

4. Lalu antara rahin dan murtahin melakukan akad yang baru apabila

pada saat jatuh tempo rahin ingin memperpanjang pinjamannya

dengan syarat yang telah ditentukan.

Banyak usaha strategis yang dapat dilakukan oleh lembaga

berwenang terkait upaya pengembangan pegadaian syariah, diantara

usaha tersebut adalah :

1. Usaha untuk membentuk lembaga pegadaian syariah terus

dilakukan upaya untuk mensosialisasikan praktik ekonomi syariah

di masyarakat kebawah yang mengalami kesulitan dalam

mendapatkan pendanaan. Untuk pengembangan,diperlukan adanya

kerjasama dari berbagai pihak guna menentukan langkah langkah

dalam pembentukan lembaga pegadaian syariah yang lebih baik.

2. Masyarakat akan lebih memilih pegadaian dibandingkan bank saat

mereka membutuhkan dana karena prosedurnya yang mudah.

Maka cukup alasan bagi pegadaian syariah untuk eksis ditengah

tengah masyarakat yang membutuhkan pembiayaan.

Page 50: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

33

3. Pegadaian syariah bukan pesaing yang menyebabkan kerugian bagi

lembaga keuangan lainnya, tetapi unuk saling mendukung

terciptanya sistem keuangan yang berbasis syariah.

4. Pemerintah perlu segera mengakomodir keberadaan pegadaian

syariah ini dengan membuat peraturan perundang undanga

tersendiri yang berlaku secara formal.

e. Kegiatan Usaha

Gadai merupakan kegiatan yang sejauh ini masih menjadi otoritas PT

Pegadaian, meskipun belakangan sejumlah bank syariah ikut menerbitkan

produk gadai emas syariah. Produk gadai yang diterbitkan oleh PT

Pegadaian, antara lain :

1. Kredit KCA adalah pinjaman berdasarkan hukum gadai

dengan prosedur pelayanan yang mudah aman dan cepat.

Dengan usaha ini, pemerintah melindungi rakyat kecil yang

tidak memiliki akses ke dalam perbankan. Dengan demikian,

kalangan tersebut terhindar dari praktik pemberian uang

pinjaman yang tidak wajar.

2. Gadai Syariah (rahn) adalah produk jasa gadai yang

berlandaskan pada prinsip prinsip syariah, dimana nasabah

hanya akan dibebani biaya administrasi dan biaya jasa simpan

dan pemeliharaan barang jaminan (ijarah).

Page 51: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

34

3. Kreasi (kredit angsuran fidusia) yaitu pemberian pinjaman

uang yang ditunjukan kepada pengusaha kecil atas dasar

fidusia.

4. Kreasida yaitu krdit angsuran sistem gadai yang merupakan

pemberian pinjaman kepada para pengusaha mikro kecil dalam

rangka pengembangan usaha atas dasar gadai yang

pengembaliannya dilakukan melalui angsuran dalam jangka

waktu maksimal 3 tahun dan jaminan bergerak seperti

perhiasan, kendaraan bermotor dan sebagainya.

5. Jasa taksiran adalah layanan kepada masyarakat yang

memerlukan harga atau nilai suatu harta benda miliknya yang

diperiksa dan ditaksir oleh juru taksir yang berpengalaman dan

professional.

6. Jasa titipan adalah layanan titipan barang berharga seperti

perhiasan, emas, batu permata, kendaraan bermotor, surat

berharga (tanah,ijazah) kepada masyarakat.

7. Gadai gabah adalah kredit tunda jual komoditas pertanian yang

diberikan kepada para petani dengan jaminan gabah kering

giling. Layanan kredit ini ditunjukan untuk membantu para

petani pasca panen agar terhindar dari tekanan akibat fluktuasi

harga pada saat panen dan permainan para tengkulak.

8. Gadai investa adalah salah satu produk perum pegadaian

berupa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai dalam

Page 52: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

35

jangka waktu yang diberikan kepada nasabah dengan jaminan

berbentuk saham yang tercatat dan diperdagangkan di Bursa

Efek Indonesia dan Obligasi Negara Ritel (ORI).

9. KRISTA (kredit usaha rumah tangga) adalah kredit yang

ditunjukan kepada para pengusaha sangat mikro yang

tergabung dalam suatu kelompok/asosiasi dengan jaminan

pokok sistem tanggung renteng diantara anggota kelompok

tersebut.

10. ARRUM (Ar Rahn untuk usaha mikro kecil) merupakan

pembiayaan bagi para pengusaha mikro kecil, untuk

pengembangan usaha dengan prinsip syariah.

11. Kredit perumahan swadaya, Kredit ini diluncurkan bulan

Desember 2006, ditujukan kepada masyarakat berpenghasilan

rendah untuk membangun, rehab/perbaikan rumah. Untuk

bangunan baru diberikan pinjaman maksimum Rp10.000.000,-

sedangkan rehab / perbaikan rumah diberikan pinjaman

maksimum Rp5.000.000. Atas kredit ini nasabah dikenakan

biaya administrasi 9% dibayar dimuka, dan sewa modal 0 (nol)

%. Pendanaan atas produk ini atas kerjasama dengan Menteri

Perumahan Rakyat (Menpera) dengan dukungan plafon modal

kerja sebesar Rp 5 milyar.

Page 53: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

36

5. Rahn

a. Pengertian Rahn

Rahn adalah produk jasa gadai yang berlandaskan pada prinsip-prinsip

syariah dengan mengacu pada sistem administrasi modern. Besar kredit

yang diberikan sama dengan Gadai Konvensional/KCA, namun berbeda

dalam proses penetapan sewa modal. Gadai Syariah menerapkan biaya

administrasi dibayar dimuka, yaitu saat akad baru/akad perpanjangan

serendah rendahnya Rp2.000 dan setinggi-tingginya Rp100.000 untuk

jumlah pinjaman maksimum Rp200.000.000. Tarif Ijarah dikenakan

sebesar Rp80-Rp90 per sepuluh hari masa penyimpanan untuk setiap

kelipatan Rp10.000 dari taksiran barang jaminan yang

dititipkan/diagunkan. (Annual Report Pegadaian, 2013:60).

Rahn merupakan suatu sistem menjamin utang dengan barang yang

kita miliki di mana uang dimungkinkan bisa dibayar dengannya, atau dari

hasil penjualannya. Rahn juga bisa diartikan menahan salah satu harta

benda milik si penjamin sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya.

Rahn juga yaitu perjanjian penyerahan barang atau harta Anda sebagai

jaminan berdasarkan hukum gadai berupa emas, perhiasan, kendaraan,

atau barang bergerak di Indonesia, yaitu Unit Layanan Gadai Syariah

(ULGS) Rahn. (Ahmad Rodoni, 2004:188).

Kata rahn menurut bahasa arab berarti “ tetap” “berlangsung”

dan “ menahan”. (Ahmad bin Husain. Tanpa Tahun:32), Menurut Imam

Taqiyyuddin Abu Bakar Al-Husaini dalam kitabnya Kifayatul Ahyar Fii

Page 54: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

37

Halli Ghayati Al-Ikhtisar Menurut beliau bahwa definisi Rahn adalah:

“Akad/perjanjian utang piutang dengan menjadikan harta sebagai

kepercayaan/penguat utang dan yang memberi pinjaman berhak menjual

barang yang digadaikan itu pada saat menggadaikannya. (Taqiyyuddin

Abu Bakar Al-Husaini, Tanpa Tahun:265-266).

Dari beberapa definisi diatas dapat diartikan bahwa Rahn adalah

menjamin utang dengan sesuatu yang bisa menjadi pembayar utang

tersebut, atau nilainya bisa menjamin utang tersebut.

b. Landasan Hukum

1. Alquran

Dalil yang memperbolehkan gadai, seperti yang tercantum

dalam surat Al-Baqarah, ayat 283 yang berbunyi sebagai berikut:

ي انذ فهیىد بعضا بعضكم أمه فإن ضت مقبى فزھان كاتبا تجدوا ونم سفز عه كىتم وإن

تعمهىن بما وآلله قهبه اثم فإوه یكتمها ومه اانشهادة ولاتكتمى ربه آلله ونیتق أماوته آوتمه

عهیم

jika kalian dalam perjalanan (bermuamalah tidak secara tunai),

sementara kalian tidak memperoleh seorang penulis, maka

hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (orang yang

berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai

sebagian yang lain, maka herdaklah yang dipercayai itu

menunaikan amanat (utangnya) dan hendaklah bertakwa kepada

Allah Tuhannya (Qs. Al Baqarah, 2:283).

Page 55: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

38

Yang menjadi dasar hukum dari ayat diatas adalah kata

“ada barang tanggungan yang di pegang oleh orang yang

berpiutang” barang tanggungan disini biasa dikenal dengan

barang jaminan.

2. Hadits

Dari Aisyah r.a, Nabi SAW bersabda :

طعاما یهىدي مه اشتزي وسهم اعهیه الله صه الله رسىل ان عىها الله رض عاٸشت عه

ی حد مه درعها ورھىه اجم إن

Artinya :“Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah membeli

makanan seorang Yahudi dan Nabi menggadaikan sebuah baju

besi kepadanya.” (H.R. Bukhori dan Muslim). (Abi Suja, tanpa

tahun:129).

Hadits lain dari Anas ra:

Artinya :“Dari Anas ra bahwasanya ia berjalan menuju Nabi

Saw dengan roti dari gandum dan sungguh Rasulullah Saw. telah

menaguhkan baju besi kepada seorang Yahudi di Madinah ketika

beliau mengutangkan gandum dari seorang Yahudi”.(H.R.Anas

ra). (Hussein Bahreisj, Tanpa tahun :17)

3. Ijtihad ulama

Perjanjian gadai yang diajarkan dalam Al-Quran dan Hadits

itu dalam pengembangan selanjutnya dilakukan oleh para fuqaha

dengan jalan ijtihad, dengan kesepakatan para ulama bahwa gadai

diperbolehkan dan para ulama tidak pernah mempertentangkan

Page 56: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

39

kebolehannya. Demikian juga dengan landasan hukumnya. Namun

demikian, perlu dilakukan pengkajian ulang yang lebih mendalam

bagaimana seharusnya pegadaian menurut landasan hukumnya.

4. Fatwa DSN No. 25/DSN-MUI/III/2002

Bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai

jaminan hutang dalam bentuk rahn dibolehkan dengan ketentuan

yang ditetapkan.

c. Rukun Rahn

Dalam perjanjian akad gadai, harus memenuhi beberapa rukun gadai

syariah. Rukun gadai tersebut antara lain :

1. Ar-Rahin (yang menggadaikan), syarat Rahin: orang yang telah

dewasa, berakal, bisa dipercaya, dan memliki barang yang akan

digadaikan.

2. Al-Murtahin (yang menerima gadai), orang yang dipercaya Rahin

untuk mendapatkan modal dengan jaminan barang gadai.

3. Al-Marhun (barang yang digadaikan), barang yang digunakan

Rahin untuk dijadikan jaminan dalam mendapatkan uang.

4. Al-Marhun bih (utang), sejumlah dana yang diberikan murtahin

kepada Rahin atas dasar besarnya tafsiran marhun.

5. Sighat, (ijab dan qabul), kesepakatan antara Rahin dan murtahin

dalam melakukan transaksi gadai.

Page 57: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

40

d. Syarat Rahn

Sebelum dilakukan Rahn, terlebih dahulu dilakukan akad. Akad adalah

suatu perbuatan yang dilakukan oleh 2 orang berdasarkan persetujuan

masing-masing. (Shiddieqy, 2001:28).

Sedangkan syarat rahn, ulama fiqh mengemukakannya sesuai dengan

rukun rahn itu sendiri, yaitu :

1. Syarat yang terkait dengan orang yang berakad, adalah cakap

bertindak hukum (baligh dan berakal). Ulama Hanafiyah hanya

mensyaratkan cukup berakal saja. Karenanya, anak kecil yang

mumayyiz (dapat membedakan antara yang baik baik dan buruk)

boleh melakukan akad rahn, dengan syarat mendapatkan

persetujuan dari walinya. Menurut Hendi Suhendi, syarat bagi yang

berakad adalah ahli tasharuf, artinya mampu membelanjakan harta

dan dalam hal ini memahami persoalan yangberkaitan dengan rahn.

(Suhendi, 2002:107).

2. Syarat Sighat (lafadz). Ulama Hanafiyah mengatakan dalam akad

itu tidak boleh dikaitkan dengan syarat tertentu atau dengan masa

yang akan datang, karena akad rahn itu sama dengan akad jual-beli.

Apabila akad itu dibarengi dengan sesuatu, maka syaratnya batal,

sedangkan akadnya sah. Misalnya, Rahin mensyaratkan apabila

tenggang waktu marhun bih telah habis dan marhun bih belum

terbayar, maka rahn itu diperpanjang 1 bulan, mensyaratkan

marhun itu boleh murtahin manfaatkan.

Page 58: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

41

Ulama Malikiyah, Syafiiyah, dan Hanabilah mengatakan

apabila syarat itu adalah syarat yang mendukung kelancaran akad

itu, maka syarat itu dibolehkan, namun apabila syarat itu

bertentangan dengan tabiat akad rahn, maka syaratnya batal. Kedua

syarat dalam contoh tersebut, termasuk syarat yang tidak sesuai

dengan tabiat rahn, karenanya syarat itu dinyatakan batal. Syarat

yang dibolehkan itu, misalnya, untuk sahnya rahn itu, pihak

murtahin minta agar akad itu disaksikan oleh 2 orang saksi,

sedangkan syarat yang batal, misalnya, disyaratkan bahwa marhun

itu tidak boleh dijual ketika rahn itu jatuh dan Rahin tidak mampu

membayarnya. (Nasrun Haroen, 2000:255).

Sedangkan Hendi Suhendi menambahkan, dalam akad

dapat dilakukan dengan lafadz, seperti penggadai Rahin berkata;

Aku gadaikan mejaku ini dengan harga Rp 20.000 dan murtahin

menjawab; Aku terima gadai mejamu seharga Rp 20.000. Namun,

dapat pula dilakukan seperti: dengan surat, isyarat atau lainnya

yang tidak bertentangan dengan akad rahn. (Nasrun Haroen,

2000:107)

3. Syarat marhun bih, adalah :

a) Merupakan hak yang wajib dikembalikan kepada murtahin

b) Marhun bih itu boleh dilunasi dengan marhun itu

c) Marhun bih itu jelas/tetap dan tertentu

4. Syarat marhun, menurut pakar fiqh, adalah :

Page 59: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

42

a) Marhun itu boleh dijual dan nilainya seimbang dengan

marhun bih

b) Marhun itu bernilai harta dan boleh dimanfaatkan (halal)

c) Marhun itu jelas dan tertentu.

d) Marhun itu milik sah Rahin

e) Marhun itu tidak terkait dengan hak orang lain

f) Marhun itu merupakan harta yang utuh, tidak bertebaran

dalam beberapa tempat dan

g) Marhun itu boleh diserahkan, baik materinya maupun

manfaatnya

Berdasarkan fatwa dari Dewan Syariah Nasional (DSN)-MUI No.

25/ DSN-MUI/III/2002, tanggal 22 Juni 2002, bahwa semua barang

dapat diterima sebagai agunan pinjaman. Akan tetapi semua

pegadaian syariah di Pekalongan mempunyai pengkhususan pada

barang-barang yang tidak dapat diterima sebagai marhun, yaitu :

1. Barang milik pemerintah

2. Mudah membusuk

3. Berbahaya dan mudah terbakar

4. Barang yang dilarang peredarannya oleh peraturan yang berlaku

dan atau hukum Islam.

5. Cara memperoleh barang tersebut dilarang oleh hukum Islam.

6. Serta ketentuan khusus sebagai berikut :

a) Barang yang disewa-belikan.

Page 60: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

43

b) Barang tersebut masih berupa hutang dan belum

lunas.

c) Barang tersebut dalam masalah.

d) Berupa pakaian jadi.

e) Pemakaiannya sangat terbatas.

f) Hewan ternak.

g) Barang yang kurang nilai rahn-nya dibawah biaya

invest gadai.

Ketentuan-ketentuan tersebut diberlakukan mengingat keterbatasan

tempat, sumber daya, fasilitas. Chatamarrasid menambahkan barang

yang tidak dapat digadaikan yaitu barangbarang karya seni yang

nilainya relative sukar ditaksir dan kendaraan bermotor tahun keluaran

1996 keatas. (Chatamarrasid, 2008:15).

Aturan pokok dalam mazhab Maliki tentang masalah ini adalah, bahwa

gadai dapat dilakukan pada semua macam harga pada semua macam

Rahn, kecuali Rahn mata uang (sharf) dan pokok modal pada salam

yang berkaitan dengan tanggungan.

e. Persamaan dan Perbedaan Rahn dengan Gadai Konvensional

Secara mendasar ada persamaan dan perbedaan antara rahn dan gadai:

Persamaan :

1. Hak gadai berlaku atas pinjaman uang.

2. Adanya barang sebagai jaminan hutang.

3. Tidak dibenarkan mengambil manfaat barang gadai.

Page 61: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

44

4. Biaya barang yang digadaikan ditanggung oleh pemberi gadai.

5. Bila tenggang waktu peminjaman uang telah habis, maka

barang yang digadaikan boleh dijual/ dilelang.

Perbedaan :

NO RAHN GADAI KONVENSIONAL

1. Dalam hukum islam, rahn

dilakukan secara sukarela

tanpa mencari keuntungan.

Dalam hukum perdata, disamping

prinsip tolong menolong juga

mengambil keuntungan dari bunga

yang ditetapkan

2. Hanya berlaku untuk

benda bergerak (dalam

hukum perdata).

Berlaku untuk semua benda (dalam

hukum perdata).

3. Tidak ada bunga. Ada bunga.

4. Dapat dijalankan tanpa

melalui suatu lembaga

(independent).

Menurut hukum perdata dilaksanakan

melalui suatu lembaga.

5. Pembentukan laba dari

jenis transaksi yang sesui

dengan prinsip syariah.

Pembentukan laba dari bunga teknik.

f. Teknis Pelaksanaan (skema pembiayaan)

Operasional pegadaian syariah menggambarkan hubungan antara

nasabah dengan pegadaian. Adapun teknis pegadaian syariah sebagai

berikut :

Page 62: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

45

1. Nasabah menjaminkan barang kepada pegadaian syariah untuk

mendapatkasn pembiayaan. Kemudian pegadaian syariah

menaksirkan barang jaminan untuk dijadikan dasar dalam

memberikan pembiayaan.

2. Pegadaian syariah dan nasabah menyetujui akad gadai, akad ini

mengenai berbagai hal , seperti menyepakati biaya administrasi,

tarif jasa simpanan, pelunasan dan sebagainya.

3. Pegadaian syariah menerima biaya-biaya administrasi dibayar

diawal transaksi, sedangkan menurut jasa simpan diakhir

pelunasan.

4. Nasabah melunasi barang yang digadaikan menurut akad,

pelunasan penuh, uang gadai, angsuran dan tebus sebagian.

g. Penggolongan peminjaman

Tabel 2.1

Ketentuan Uang Pinjaman Pegadaian Syariah

GOLONGAN

RAHN MARHUN BIH

TARIF

ADMINISTRASI

JANGKA

WAKTU

A 50.000 - 150.000 Rp2.000 120 hari

B1 550.000 - 1.000.000 Rp8.000 120 hari

B2 1.050.000 - 2.500.000 Rp15.000 120 hari

B3 2.550.000 - 5.000.000 Rp25.000 120 hari

C1 5.100.000 - 10.000.000 Rp40.000 120 hari

C2 10.100.000 -

15.000.000 Rp60.000 120 hari

C3 15.100.000 - Rp80.000 120 hari

Page 63: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

46

20.000.000

D 20.100.000 -

100.000.000 Rp100.000 120 hari

Sumber : Annual Report PT Pegadaian 2013

6. Inflasi

a. Pengertian Inflasi

Secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari

barang/komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu.

(Adiwarman Karim, 2008:135).

Huda, Mustafa, Handi dan Ranti (2008:175) Dalam banyak literatur

disebutkan bahwa inflasi didefinisikan sebagai kenaikan harga umum

secara terus menerus dari suatu perekonomian. Sedangkan menurut

Rahardja dan Manurung (2004:155) mengatakan bahwa, inflasi adalah

gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus

menerus. Sedangkan menurut Sukirno (2004:333) Inflasi yaitu, kenaikan

dalam harga barang dan jasa, yang terjadi karena permintaan bertambah

lebih besar dibandingkan dengan penawaran barang di pasar. Dengan kata

lain, terlalu banyak uang yang memburu barang yang terlalu sedikit.

Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-

harga secara umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan

mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain:

konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar

yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga

Page 64: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

47

akibat adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi

juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara terus-menerus

(continue). Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang

paling sering digunakan adalah Indeks Harga Konsumen (IHK) atau

Consumer Price Index (CPI) dan Gross Domestic Product (GDP)

Deflator.

Cara menghitung laju inflasi adalah perubahan persentase dalam

indeks harga dari jangka waktu yang sebelumnya. Rumusnya sebagai

berikut :

Keterangan :

Laju Inflasi = Laju inflasi/deflasi pada bulan ke n

IHKn = Indeks harga konsumen pada bulan ke n

IHK(n-1) = Indeks harga konsumen pada bulan ke n-1

Pengelompokkan inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia

dikelompokan kedalam 7 kelompok pengeluaran (berdasarkan the

Classification of individual consumption by purpose - COICOP), yaitu :

(www.bi.go.id).

1) Kelompok Bahan Makanan

2) Kelompok Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau

3) Kelompok Perumahan

IHKn — IHK(n-1) x 100%

Laju Inflasi =

IHK(n-1)

Page 65: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

48

4) Kelompok Sandang

5) Kelompok Kesehatan

6) Kelompok Pendidikan dan Olahraga

7) Kelompok Transportasi dan Komunikasi

b. Teori Inflasi

Menurut Adwin S. Atmadja (1999:55)

1. Teori Kuantitas

Teori ini adalah teori yang tertua yang membahas tentang inflasi,

tetapi dalam perkembangannya teori ini mengalami penyempurnaan

oleh para ahli ekonomi Universitas Chicago, sehingga teori ini juga

dikenal sebagai model kaum moneteris (monetarist models).

Inti dari teori ini adalah sebagai berikut :

a) Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang

beredar, baik uang kartal maupun giral.

b) Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang

beredar dan oleh harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai

kenaikan harga di masa mendatang.

2. Keynesian Model

Dasar pemikiran model inflasi dari Keynes ini, bahwa inflasi

terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan

ekonomisnya, sehingga menyebabkan permintaan efektif masyarakat

terhadap barang-barang (permintaan agregat) melebihi jumlah barang-

Page 66: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

49

barang yang tersedia (penawaran agregat), akibatnya akan terjadi

inflationary gap. Keterbatasan jumlah persediaan barang (penawaran

agregat) ini terjadi karena dalam jangka pendek kapasitas produksi

tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan (permintaan

agregat). Oleh karenanya sama seperti pandangan kaum monetarist,

Keynesian models ini lebih banyak dipakai untuk menerangkan

fenomena inflasi dalam jangka pendek.

3. Mark-up Model

Pada teori ini dasar pemikiran model inflasi ditentukan oleh dua

komponen, yaitu cost of production dan profit margin. Relasi antara

perubahan kedua komponen ini dengan perubahan harga dapat

dirumuskan sebagai berikut :

Karena besarnya profit margin ini biasanya telah ditentukan

sebagai suatu persentase tertentu dari jumlah cost of production, maka

rumus tersebut dapat dijabarkan menjadi :

Dengan demikian, apabila terjadi kenaikan harga pada komponen-

komponen yang menyusun cost of production dan atau kenaikan pada

profit margin akan menyebabkan terjadinya kenaikan pada harga jual

komoditi di pasar.

Price = Cost + Profit Margin

Price = Cost + ( a% x Cost )

Page 67: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

50

1. Teori Struktural :

Model Inflasi di Negara Berkembang

Banyak studi mengenai inflasi di negara-negara berkembang,

menunjukan bahwa inflasi bukan semata-mata merupakan fenomena

moneter, tetapi juga merupakan fenomena struktural atau cost push

inflation.

Hal ini disebabkan karena struktur ekonomi negara-negara

berkembang pada umumnya yang masih bercorak agraris. Sehingga,

goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam negeri, misalnya gagal

panen (akibat faktor eksternal pergantian musim yang terlalu cepat,

bencana alam dan sebagainya) atau hal-hal yang memiliki kaitan

dengan hubungan luar negeri, misalnya memburuknya term of trade;

utang luar negeri dan kurs valuta asing, dapat menimbulkan fluktuasi

harga di pasar domestik.

c. Penyebab Inflasi

Menurut Adiwarman Karim (2008:138) Ada beberapa penyebab

terjadinya inflasi yaitu terdiri dari :

1) Natural Inflation dan Human Error Inflation. Natural Inflation

adalah Inflasi yang terjadi karena sebab-sebab alamiah yang

manusia tidak mempunyai kekuasaan dan mencegahnya. Human

Error Inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahan-

kesalahan yang dilakukan oleh manusia sendiri.

Page 68: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

51

2) Actual/Expected Inflation dan Unanticipated/Unexpected Inflation.

Pada Expected Inflation tingkat suku bunga pinjaman riil akan

sama dengan tingkat suku bunga pinjaman nominal dikurangi

inflasi, sedangkan pada Unexpected Inflation tingkat suku bunga

pinjaman nominal belum atau tidak merefleksikan kompensasi

terhadap efek inflasi.

3) Demand Pull dan Cost Push Inflation. Demand Pull Inflation

diakibatkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada sisi

permintaan agregatif (AD) dari barang dan jasa pada suatu

perekonomian. Cost Push Inflation adalah inflasi yang terjadi

karena adanya perubahan-perubahan pada sisi penawaran agregatif

(AS) dari barang dan jasa pada suatu perekonomian.

4) Spiralling Inflation. Inflasi yang diakibatkan oleh inflasi yang

terjadi sebelumnya yang mana inflasi yang sebelumnya itu terjadi

sebagai akibat dari inflasi yang terjadi sebelumnya lagi dan begitu

seterusnya.

5) Imported Inflation dan Domestic Inflation. Imported Inflation

adalah inflasi di negara lain yang ikut dialami oleh suatu negara

karena harus menjadi price taker dalam pasar perdagangan

Internasional. Domestic Inflation adalah inflasi yang hanya terjadi

di dalam negeri suatu negara yang tidak begitu mempengaruhi

negara-negara lainnya.

Page 69: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

52

d. Dampak Inflasi

1) Adiwarman Karim (2008:139) Menurut para ekonom Islam, Inflasi

berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena :

2) Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap

fungsi tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran di muka

dan fungsi dari unit perhitungan.

3) Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung

dari masyarakat (turunnya Marginal Propensity to Save).

4) Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk

non-primer dan barang-barang mewah (naiknya Marginal

Propensity to Consume).

5) Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu

penumpukan kekayaan (hoarding) seperti: tanah, bangunan, logam

mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi ke arah

produktif seperti: pertanian, industri, perdagangan, transportasi dan

lainnya.

(www.wikipedia.org), Inflasi memiliki dampak positif dan dampak

negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu

ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat

mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan

nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan

mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah,

yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hyperinflation) keadaan

Page 70: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

53

perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu, orang

menjadi tidak bersemangat kerja, menabung atau mengadakan

investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para

penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan

swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan

mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot

dan terpuruk dari waktu ke waktu.

Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi

di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong

penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan

pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran,

dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

e. Indikator Inflasi

(www.wikipedia.org), Untuk mengukur tingkat inflasi, indeks harga

yang digunakan adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Indeks Harga

Konsumen (IHK) adalah indeks harga dan barang — barang yang selalu

digunakan para konsumen. Akibatnya suatu perekonomian dalam masa

inflasi terdapat kecenderungan diantara pemilik modal untuk

menggunakan uangnya dalam investasi bersifat spekulatif dan tingkat

bunga meningkat sehingga dapat mengurangi investasi. Hal ini

menimbulkan ketidakpastian mengenai keadaan ekonomi dimasa depan.

Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase

perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut diantaranya :

Page 71: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

54

1) Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI),

adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu

yang dibeli oleh konsumen.

2) Indeks Biaya Hidup atau Cost of Living Index (COLI).

3) Indeks Harga Produsen (IHP) adalah indeks yang mengukur harga

rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk

melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk

meramalkan tingkat IHK dimasa depan karena perubahan harga

bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan

meningkatkan harga barang-barang konsumsi.

4) Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari

komoditas-komoditas tertentu.

5) Indeks harga barang-barang modal.

6) Deflator PDB, menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua

barang baru, barang produksi lokal, barang jadi dan jasa.

Macam-Macam Ukuran Inflasi, Menurut Adwin S. Atmadja (1999:58)

1) Inflasi ringan : Dibawah 10% (single digit)

2) Inflasi sedang : 10% - 30%

3) Inflasi tinggi : 30% - 100%

4) Hyperinflation : Lebih dari 100%

Laju inflasi tersebut bukanlah suatu standar yang secara mutlak

dapat mengindikasikan parah tidaknya dampak inflasi bagi

perekonomian di suatu wilayah tertentu, sebab hal itu sangat

Page 72: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

55

bergantung pada berapa bagian dan golongan masyarakat manakah

yang terkena imbas (yang menderita) dari inflasi yang sedang terjadi.

f. Peran Bank Sentral

(www.wikipedia.org), Bank sentral memainkan peranan penting dalam

mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu negara pada umumnya berusaha

mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Beberapa bank

sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen. Hal ini disebabkan

karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang

independen, salah satunya disebabkan pengaruh pemerintah yang

bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong

perekonomian akan mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi.

Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau

tingkat suku bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain

itu, bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata

uang domestik, Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat

bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal

(kurs). Saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank

sentral di seluruh dunia, termasuk oleh Bank Indonesia.

g. Pengendalian Inflasi dalam Perspektif Islam

Luluk Chorida (2010:29) Dalam Islam tidak dikenal dengan inflasi,

karena mata uang yang dipakai adalah dinar dan dirham, yang mana

mempunyai nilai yang stabil. Adhiwarman Karim mengatakan bahwa,

Syekh An-Nabhani (2001:147) Memberikan beberapa alasan mengapa

Page 73: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

56

mata uang yang sesuai itu adalah dengan menggunakan emas dan perak,

padahal harta itu mencakup semua barang yang bisa dijadikan sebagai

kekayaan.

1) Islam telah mengaitkan emas dan perak dengan hukum yang baku

dan tidak berubah-ubah, ketika Islam mewajibkan diat, maka yang

dijadikan sebagai ukurannya adalah dalam bentuk emas.

2) Rasulullah telah menetapkan emas dan perak sebagai mata uang

dan beliau menjadikan hanya emas dan perak sebagai standar uang.

3) Ketika Allah SWT mewajibkan zakat uang, Allah telah

mewajibkan zakat uang, Allah telah menetapkan zakat tersebut

dengan nisab emas dan perak.

4) Hukum-hukum tentang pertukaran mata uang yang terjadi dalam

transaksi uang hanya dilakukan dengan emas dan perak, begitu pun

dengan transaksi lainnya hanya dinyatakan dengan emas dan perak.

Penurunan nilai dinar atau dirham memang masih mungkin terjadi,

yaitu ketika nilai emas yang menopang nilai nominal dinar itu

mengalami penurunan. Diantaranya akibat ditemukannya emas dalam

jumlah yang besar, tapi keadaan ini kecil sekali kemungkinannya.

7. Pendapatan Ijarah

a. Pengertian Ijarah

Secara bahasa ijarah berarti upah atau sewa, yang sesungguhnya

menjualbelikan manfaat suatu harta benda. (Masadi, 2002:181). Ijarah

berasal dari lafadz yang berarti yang berarti ganti / ongkos. Sedangkan

Page 74: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

57

menurut Rahmat SyafiI dalam fiqih Muamalah ijarah adalah (menjual

manfaat). (Rahmat SyafiI, 2004:121).

Pengertian Ijarah Menurut Istilah Menurut Syekh Syamsudin dalam

kitab Fathul Qorib mendefinisikan ijarah adalah yaitu bentuk akad yang

jelas manfaat dan tujuannya, serah terima secara langsung dan di bolehkan

dengan pembayaran (ganti) yang telah diketahui. (Ramadlan, 1990:375).

Menurut Muhammad Syafii Antonio Ijarah adalah akad pemindahan

hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa

diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyah) atas barang

itu sendiri. (Antonio, 2001:117).

Menurut Masadi (2002:183) Ijarah dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

a) Ijarah yamg mentransaksikan manfaat harta benda yang lazim

disebut persewaan, misalnya menyewakan rumah, kendaraan

pertokoan dan lain sebagainya.

b) Ijarah yang mentransaksikan manfaat sumberdaya manusia yang

lazim disebut pemburuhan.

Beberapa definisi ijarah diatas juga dapat disimpulkan bahwa ijarah

adalah sebuah transaksi atas suatu manfaat, dalam hal ini manfaat

menjadi objek transaksi. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan

bahwa akad ijarah adalah segala macam perjanjian yang menyangkut

for profit transaction. Akad ini dilakukan dengan tujuan mencari

keuntungan, karena bersifat komersil.

Page 75: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

58

b. Pengertian pendapatan

Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang

timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus

masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari

kontribusi penanaman modal (Undang-Undang Republik Indonesia, 1998).

Menurut UU RI Nomor 10 tahun 1998, Sumber-sumber pendapatan dapat

dikelompokkan menjadi 2 sumber pendapatan yaitu :

1) Pendapatan operasional, yaitu pendapatan yang berasal dari

aktivitas utama perusahaan sesuai dengan jenis usahanya yang

berlangsung secara berulang—ulang dan berkesinambungan tiap

periode.

2) Pendapatan bukan operasional, yaitu pendapatan yang berasal dari

transaksi penjualan yang tidak berulang-ulang dan insidentil, yang

secara tidak langsung berhubungan dengan aktivitas perusahaan,

misalnya penjualan aktiva tetap perusahaan kepada pihak lain.

PT Pegadaian selain melayani kepentingan umum, juga bertujuan

untuk mendapatkan laba. Untuk itu Perum Pegadaian terus berupaya

meningkatkan fasilitas yang diberikan. Hal ini guna meningkatkan

pendapatan yang berasal dari bunga pelunasan, bunga yang dilelang,

uang kelebihan kadaluwarsa, jasa taksiran, jasa titipan, dan lain-lain.

Oleh karena itu, semakin banyak pendapatan yang diperoleh maka

akan semakin banyak pula kredit yang dapat disalurkan kepada

nasabahnya.

Page 76: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

59

c. Landasan Hukum

1. Al- Quran

Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka

berikanlah kepada mereka upahnya. (Q.S Ath-Thalaq:6).

Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka

tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran

menurut yang patut. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa

Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”.(Al- Baqarah: 233).

Yang menjadi landasan ijarah dalam ayat diatas adalah ungkapan

“maka berikanlah upahnya” dan“ apabila kamu memberikan

pembayaran yang patut”, hal ini menunjukkan adanya jasa yang

diberikan berkat kewajiban membayar upah secara patut.

2. Al-Hadits

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dia berkata: bahwa Rasulullah Saw

berbekam dan memberi upah kepada orang yang membekam. Kalau ia

haram beliau tidak akan memberinya upah.( HR. Bukhari Dan

Muslim). (Antonio, 2001:118)

d. Rukun dan Syarat Perjanjian Ijarah

Semua hal yang berkaitan dengan muamalat harus memiliki rukun dan

syarat-syarat tertentu. Rukun- rukun ijarah yang harus dipenuhi ada 4

macam, yaitu: (Abi Abdul Mutha, tanpa tahun:257-258).

Page 77: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

60

1. Pelaku akad, yaitu mustajir (penyewa), adalah pihak yang

menyewa aset dan mujir/muajir (pemilik) adalah pihak pemilik

yang menyewakan aset.

2. Objek akad, yaitu majur (aset yang disewakan)

3. ujrah (harga sewa).

4. Sighat yaitu ijab dan qabul.

Syarat ijarah yang harus ada agar terpenuhi ketentuan-ketentuan

hukum Islam, adalah sebagai berikut :

1. Jasa atau manfaat yang akan diberikan oleh aset yang disewakan

harus tertentu dan diketahui dengan jelas oleh kedua belah pihak.

2. Kepemilikan aset tetap pada yang menyewakan yang bertanggung

jawab pemeliharaannya, sehingga aset tersebut harus dapat

memberi manfaat kepada penyewa.

3. Akad ijarah dihentikan pada saat aset yang bersangkutan berhenti

memberikan manfaat kepada penyewa. Jika aset tersebut rusak

dalam periode kontrak, akad ijarah masih tetap berlaku.

4. Aset tidak boleh dijual kepada penyewa dengan harga yang

ditetapkan sebelum nya pada saat kontrak berakhir. Apabila

asset akan dijual harganya akan ditentukan pada saat kontrak

berakhir.

Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 09/DSNMUI/ IV 2000

tanggal 13 April 2000 Tentang Pembiayan Ijarah ditetapkan :

1. Rukun dan Syarat Ijarah :

Page 78: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

61

a) Pernyataan ijab dan qabul

b) Pihak-pihak yang berakad (berkontrak) : terdiri atas

pemberi sewa (lessor, pemilik aset, Lembaga Keuangan

Syariah) dan penyewa (Lessee, pihak yang mengambil

manfaat dari penggunaan aset, nasabah)

c) Objek kontrak : pembayaran (sewa) dan manfaat dari

penggunaan aset.

d) Manfaat dari penggunaan aset dalam ijarah adalah objek

kontrak yang harus dijamin, karena ia rukun yang harus

dipenuhi sebagai ganti dari sewa dan bukan aset itu sendiri.

e) Sighat ijarah adalah berupa pernyataan dari kedua belah

pihak yang berkontrak, baik secara verbal atau dalam

bentuk lain yang equivalent, dengan cara penawaran dari

pemilik aset (Lembaga Keuangan Syariah) dan penerimaan

yang dinyatakan oleh penyewa (nasabah).

2. Ketentuan Objek Ijarah :

a) Objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan

atau jasa.

b) Manfaat barang harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan

dalam kontrak.

c) Pemenuhan manfaat harus yang bersifat dibolehkan.

d) Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai

dengan syariah.

Page 79: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

62

e) Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa

untuk menghilangkan jahalah (ketidak tahuan) yang akan

mengakibatkan sengketa.

f) Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas,

termasuk jangka waktunya. Bisa juga dikenali dengan

spesifikasi atau identifikasi fisik.

g) Sewa adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah

kepada lembaga keuangan syariah sebagai pembayaran

manfaat. Sesuatu yang dapat dijadikan harga dalam Rahn

dapat pula dijadikan sewa dalam ijarah.

h) Pembayaran sewa boleh berbentuk jasa (manfaat lain) dari

jenis yang sama dengan obyek kontrak.

i) Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa dapat

diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak.

Tidak semua benda boleh diakadkan ijarah, kecuali yang memenuhi

persyaratan berikut ini: (Ghufron Masadi, 2002:184).

a) Manfaat dari objek akad harus diketahui secara jelas. Hal ini

dilakukan misalnya, dengan memeriksa atau pemilik memberikan

informasi transparan tentang kualitas manfaat barang.

b) Objek Ijarah dapat diserahterimakan dan dimanfaatkan secara

langsung dan tidak mengandung cacat yang menghalangi

fungsinya.tidak dibenarkan transaksi ijarah atas harta benda yang

masih dalam penguasaan pihak ketiga.

Page 80: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

63

c) Objek ijarah dan pemanfaatannya haruslah tidak bertentangan

dengan hukum syara. Menyewakan VCD porno merupakan contoh

kasus transaksi persewaan yang tidak memenuhi persyaratan ini.

d) Objek yang disewakan adalah manfaat langsung dari sebuah benda.

Misalnya menyewakan rumah untuk ditempati. Tidak dibenarkan

sewa-menyewa manfaat suatu benda yang bersifat tidak langsung.

Seperti sewa-menyewa pohon untuk diambil buahnya.buah adalah

materi bukan manfaat.

e) Harta benda yang menjadi objek ijarah haruslah harta benda yang

bersifat istimaly, yakni harta benda yang dapat dimanfaatkan

berulangkali tanpa mengakibatkan kerusakan dzat dan

pengurangan sifatnya, seperti rumah, mobil, tanah. Sedangkan

harta benda yang bersifat istikhlahi, harta benda yang rusak atau

berkurang sifatnya karena pemakaian, tidak sah ijarah atasnya

seperti buku tulis.

Menurut Saleh Al-Fauzan dalam buku yang berjudul “fiqih

sehari-hari” menyebutkan bahwa syarat sah ijarah adalah sebagai

berikut:

a) Ijarah berlangsung atas manfaat.

b) Manfaat tersebut dibolehkan

c) Manfaat tersebut diketahui.

d) Jika ijarah atas benda yang tidak tertentu maka harus diketahui

secara pasti ciri-cirinya

Page 81: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

64

e) Diketahui masa penyewaan.

f) Diketahuinya ganti atau bayarannya.

g) Upah sewa berdasarkan jerih payah yang memberikan jasa. (Saleh

Al Fauzan, 2006:483)

8. Nilai Tukar

Nilai tukar adalah harga dari suatu mata uang terhadap mata uang

lain. Ketika kita ingin menukar satu mata uang domestik dengan mata

uang negara lain, kita akan menukarkannya berdasarkan mata uang yang

berlaku. Sesuai dengan pernyataan dari Samuelson dan Nordhaus

(2004:305) nilai tukar ialah harga satu satuan mata uang dalam satuan

mata uang lain. Begitu juga menurut Sukardi (2008:127) kurs atau nilai

tukar adalah perbandingan nilai mata uang asing dengan mata uang dalam

negeri (rupiah).

Nilai tukar atau kurs menjadi salah satu indikator perekenomian

suatu negara. Nilai tukar suatu negara akan mengacu pada satu currency

negara lain yang dianggap kuat atau biasa disebut dengan Hard Currency.

Sehingga apabila negara yang dijadikan acuan nilai tukar mengalami krisis

maka akan berdampak bagi nilai tukar negara yang mengacu tersebut,

untuk Indonesia yang dijadikan acuan ialah Dollar Amerika. Maka dari itu

terdapat keadaan dimana suatu mata uang dapat melemah atau menguat

terhadap mata uang negara lain karena berbagai kondisi, sesuai dengan

pernyataan Joesoef (2008:13) meningkatnya nilai tukar mata uang suatu

Page 82: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

65

negara terhadap mata uang lainnya karena mekanisme pasar disebut

dengan apresiasi, dan menurunnya nilai tukar mata uang suatu negara

terhadap mata uang lainnya karena mekanisme pasar disebut dengan

depresiasi.

a. Macam-macam Sistem Nilai Tukar Mata Uang

Nilai tukar memiliki sistem yang dapat diterapkan dalam suatu negara

yang dapat disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan negara tersebut.

Sistem nilai tukar di Indonesia berkembang dengan adanya perubahan

kebijakan yang dilakukan Bank Indonesia dalam menerapkan sistem nilai

tukar beberapa periode ini. Indonesia sendiri beberapa kali merubah sistem

nilai tukar, dari mulai sistem kurs tetap (fixed rate) kemudian merubahnya

menjadi sistem kurs mengambang terkendali (managed floating rate) dan

sampai saat ini menganut sistem kurs mengambang bebas (freely floating

rate).

Sistem kurs tetap (Fixed Rate) berjalan dengan cara pemerintah

menjaga nilai mata uang pada tingkat yang telah ditetapkan dengan

membeli atau menjual valuta asing dengan jumlah yang tidak terbatas,

kedua ialah Sistem Kurs mengambang bebas (Freely Floating Rate) yaitu

tingkat kurs sepenuhnya ditentukan oleh interaksi permintaan dan

penawaran mata uang, tanpa adanya campur tangan pemerintah, ketiga

ialah sistem kurs mengambang terkendali (Managed Floating Rate atau

Dirty Float) yaitu sistem kurs yang menyebabkan ketidakpastian dan

Page 83: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

66

fluktuasi kurs yang tinggi, sehingga menyebabkan ketidakstabilan

perekonomian dalam negeri.

Untuk mengurangi fluktuasi kurs dan tidak stabilnya perekonomian

banyak negara menganut sistem mengambang melakukan intervensi via

bank sentral untuk mengurangi fluktuasi kurs dan yang terakhir ialah

sistem kurs tertambat (Pegget Rate) yaitu apabila suatu negara menetapkan

nilai mata uangnya berdasarkan nilai mata uang satu atau sekelompok

negara, maka negara tersebut menganut sistem kurs tertambat. Besar

kecilnya mata uang bergerak mengikuti perubahan nilai mata uang negara

yang ditambatnya (Yuliati dan Prasetyo: 2005). Sampai saat ini Indonesia

masih menganut sistem kurs mengambang bebas, meskipun masih ada

campur tangan dari pemerintah melalui kebijakan moneter dari Bank

Indonesia.

Heru (2008) dalam Akbar (2013) menyatakan bahwa nilai tukar rupiah

terhadap mata uang asing pun mempunyai pengaruh negatif terhadap

ekonomi dan pasar modal. Dengan menurunnya nilai tukar rupiah terhadap

mata uang asing akan mengakibatkan meningkatnya biaya impor bahan

bahan baku yang akan digunakan untuk produksi dan juga meningkatkan

suku bunga. Walaupun menurunnya nilai tukar juga dapat mendorong

perusahaan untuk melakukan ekspor.

Page 84: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

67

b. Faktor faktor utama yang mempengaruhi permintaan valuta asing

yaitu (Simorangkir dan Suseno, 2004:6)

1. Faktor pembayaran impor. Semakin tinggi impor barang dan jasa,

maka semakin besar permintaan terhadap valuta asing sehingga

nilai tukar akan cenderung melemah. Sebaliknya, jika impor

menurun, maka permintaan valuta asing menurun sehingga

mendorong menguatnya nilai tukar.

2. Faktor aliran modal keluar. Semakin besar aliran modal keluar,

maka semakin besar permintaan valuta asing dan pada lanjutannya

akan memperlemah nilai tukar. Aliran modal keluar meliputi

pembayaran hutang penduduk Indonesia (baik swasta dan

pemerintah) kepada pihak asing dan penempatan dana penduduk

Indonesia ke luar negeri.

3. Kegiatan spekulasi. Semakin banyak kegiatan spekulasi valuta

asing yang dilakukan oleh spekulan maka semakin besar

permintaan terhadap valuta asing sehingga memperlemah nilai

tukar mata uang local terhadap mata uang asing.

Nilai tukar rupiah mempengaruhi Peyaluran kredit dikarenakan

perekonomian Indonesia yang banyak menggantungkan kekayaannya

melalui naik turunya nilai tukar rupiah, pergerakan nilai tukar akan

berpengaruh pada kredit yang disalurkan karena terdepresiasinya nilai

tukar akan diikuti oleh peningkatan biaya produksi khususnya

produsen yang menggunakan bahan baku impor, kebutuhan modalpun

Page 85: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

68

semakin meningkat (Kuncoro dan Suhardjono, 2002) dalam Risna,

2016.

9. Harga Emas

a. Pengertian Emas

Emas adalah logam mulia yang padat, lembut, mengkilat, dan salah

satu logam yang paling lentur diantara1a logam lainnya. Dibandingkan

dengan jenis logam lainnya emas memilki beberapa kelebihan, seperti

pendapat Jack Weatherford “dimanapun orang ingin menyentuhnya,

mengenakannya, bermain- main dengannya dan juga memilkinya, karena

berbeda dengan tembaga yang berubah menjadi hijau, besi yang mudah

berkarat dan perak yang memudar, emas murni tetaplah murni dan tidak

berubah”. Sifat-sifat alamiah inilah yang menyebabkan nilai atau harga

emas menjadi amat bernilai (Sholeh Dipraja, 2011:7).

Emas merupakan sejenis logam mulia yang dikenal sepanjang sejarah

kehidupan manusia, bukan hanya sekedar untuk perhiasan, emas juga

banyak dijadikan sebagai alternatif investasi. Selain itu emas juga menjadi

suatu indikator dari tingkat kekayaan individu maupun suatu bangsa (Abi

Anwar, 2008:9).

Harga emas dapat mencerminkan ekspektasi atau harapan terhadap

tingkat inflasi, emas dicari pada saat-saat tidak menentu, yakni ketika uang

kertas perlahan-lahan mulai kehilangan nilainya. Inflasi hanya mengikis

nilai uang kertas, tapi tidak mengurangi harga emas (Tanuwidjaja,

2009:40). Dengan kondisi kenaikan tingkat harga inflasi yang cenderung

Page 86: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

69

tinggi maka menjadi wajar harga emas di Indonesia naik cukup pesat.

Emas termasuk investasi jenis middle risk investment yang mempunyai

beban resiko yang jauh lebih kecil dan memberikan keuntungan jauh lebih

tinggi dibandingkan dengan investasi pada bank atau deposito (Sholeh

Dipraja, 2011:20).

Hal tersebut dikarenakan daya tahan emas yang cukup kuat dalam

mengahadapi dampak dari inflasi. Ini dibuktikan dari harganya yang

cenderung stabil dan naik serta sangat jarang sekali emas mengalami

penurunan harga yang tajam.

Menurut Sholeh Dipraja (2011:12), ada empat faktor yang menjadi

kelebihan dari emas, yakni :

a) Keterbatasan jumlahnya dan termasuk barang tambang (sumber

daya alam yang tidak dapat diperbarui), emas terbentuk karena

proses alami dan manusia hanya dapat menambangnya, proses

penambangan tidak mudah, bahkan dapat mepertaruhkan nyawa.

b) Tidak terkait dengan sistem bunga sebagaimana halnya dengan

uang kertas.

c) Kemampuan emas atas daya beli terkini, dalam arti emas mampu

beradaptasi terhadap inflasi yang terus membuat barang dan jasa

menjadi mahal. Sejak tahun 1968, yang menjadi patokan harga

emas seluruh dunia adalah harga emas berdasarkan standar pasar

emas London. Sistem ini dinamakan London Gold Fixing (LGF).

London Gold Fixing adalah suatu prosedur dimana harga emas

Page 87: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

70

ditentukan dua kali sehari setiap hari kerja dipasar London oleh

lima anggota Pasar London Gold Fixing Ltd. Anggota tersebut

adalah :

1) Bank of Nova Scottia

2) Barclays Capital

3) Deutsche Bank

4) HSBC

5) Societe Generale.

Proses penentuan harga adalah melalui lelang diantara kelima member

tersebut. Pada setiap awal periode perdagangan, Presiden London Gold

Fixing Ltd akan mengumumkan suatu harga tertentu. Kemudian kelima

anggota tersebut akan mengabarkan harga tersebut kepada dealer.

Dari sinilah harga emas akan terbentuk. Apabila permintaan lebih

banyak dari penawaran secara otomatis harga akan naik, demikian pula

sebaliknya. Penentuan harga yang pasti menuggu hingga tercapainya titik

keseimbangan. Ketika harga sudah pasti, maka Presiden akan mengakhiri

rapat dan mengatakan “There are no flags, and were fixed”. Proses

penentuan harga emas dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pukul 10.30

(Harga Emas Gold A.M) dan pada pukul 15.00 (Harga Emas Gold P.M).

Harga emas ditentukan dalam mata uang Dollar Amerika Serikat,

Poundsterling Inggris dan Euro. Pada umumnya Gold P.M dianggap sebagai

harga penutupan pada hari perdagangan dan sering digunakan sebagai

patokan nilai kontrak emas diseluruh dunia.

Page 88: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

71

B. Keterkaitan Variabel

1. Pengaruh Inflasi Terhadap Penyaluran Kredit

Inflasi membawa dampak menurunkan kepercayaan masyarakat

terhadap uang tunai. Masyarakat akan mengalihkan uang tunai ke dalam

investasi yang tetap seperti tanah. Padahal, sumber dana potensial dari

masyarakat tidak memberikan sumbangan yang berarti bagi pembangunan

jika tidak diinvestasikan secara langsung pada sektor produktif, atau

disalurkan pada masyarakat peminjam dan melalui lembaga keuangan.

(Aziz, 2013:11).

Inflasi mempengaruhi besarnya penyaluran kredit. Pengaruh inflasi

ini melalui tingkat bunga nominal, dikarenakan tingkat bunga riil yang

terbentuk dari tingkat bunga nominal dikurangi inflasi. Apabila tingkat

inflasi tinggi maka tingkat bunga riil akan menurun, ini akan

mengakibatkan naiknya jumlah penyaluran kredit yang diakibatkan

turunnya tingkat bunga riil. (Aziz, 2013:11).

Pengaruh perubahan inflasi pada penyaluran kredit terjadi tidak

secara langsung akan tetapi melalui tingkat bunga riil terlebih dahulu

Inflasi sangat berpengaruh dengan permintaan kredit, dikarenakan inflasi

berarti juga kenaikan harga. Semakin naiknya harga, maka seseorang akan

berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan, dan dalam pemenuhan

kebutuhan tersebut bisa dengan cara mengajukan permintaan kredit

dengan menggunakan asumsi suku bunga rill. Oleh karena itu maka

Page 89: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

72

dengan adanya kenaikan inflasi maka permintaan akan kredit juga semakin

meningkat, (Aziz, 2013:11).

Menurut (Boediono, 2001) dengan menggunakan asumsi suku

bunga riil jika terjadi inflasi naik maka expected profit akan mengalami

kenaikan dan permintaan kredit turut juga mengalami kenaikan, tetapi jika

inflasi naik yang diakibatkan dengan kenaikan nominal interest rate,

sehingga permintaan kredit juga akan naik. Dimana inflasi yang timbul

karena kenaikan biaya produksi (Cost Push Inflation) adalah inflasi yang

timbul karena berkurangnya penawaran akibat kenaikan produksi. (Aziz,

2013:11).

Kenaikan produksi akan menaikan harga barang dan turunnya

produksi, kenaikan proses produksi tersebut terjadi pada :

1) Biaya operasional, yaitu tingkat inflasi yang lebih tinggi akan

meningkatkan tingkat bunga nominal menjadi lebih tinggi dan

sebaliknya tingkat keseimbangan uang riil rendah.

2) Biaya menu (menu cost), semakin sering merubah harga yang

terkadang sering menimbulkan biaya yang lebih besar karena harus

mencetak ulang (katalog), memproduksi, mendistribusi dan

sebagainya.

3) Biaya akibat ketidak-nyamanan hidup yang ditimbulkan akibat

adanya inflasi. Uang sebagai tolak ukur dalam transaksi ekonomi

dan ketika terjadinya inflasi, alat ukur itu telah berubah panjangnya

sehingga seringkali hal ini dapat mengacaukan rencana anggaran

Page 90: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

73

belanja baik rumah tangga produsen maupun rumah tangga

konsumen. Dalam kasus gadai syariah, pegadaian syariah sebagai

investor dalam pelaksanaanya barang yang digadaikan tetap bisa

digunakan dan diambil manfaatnya oleh pemilik barang tersebut.

Pihak pegadaian hanya memliki surat kepemilikan barang tersebut

sampai pemilik aslinya menyelesaikan kredit tersebut sampai

waktu yang ditentukan.

Maka inflasi akan berpengaruh dalam pelaksanaan penyaluran

kredit gadai ini adalah sebagai berikut :

1) Secara langsung pada harga barang yang menjadi objek transaksi.

2) Kemampuan nasabah dan pegadaian dikemudian hari apabila

terjadi inflasi yang mempengaruhi kemampuannya dalam

melakukan cicilan.

3) Tingkat keuntungan pegadaian.

Jadi hubungan antara inflasi dengan kredit gadai syariah adalah

searah negatif. Jika inflasi meningkat maka harga barang yang menjadi

objek transaksi akan meningkat juga, selera masyarakat dalam bertransaksi

menjadi menurun dan penyaluran kredit gadai syariah juga menurun.

Mengembangkan teori Keynes yang menjelaskan bahwa terjadinya

inflasi disebabkan oleh permintaan agregat sedangkan permintaan agregat

ini tidak hanya karena ekspansi bank sentral, namun dapat pula disebabkan

oleh pengeluaran investasi baik oleh pemerintah, maupun oleh swasta dan

pengeluaran komsumsi pemerintah yang melebihi penerimaan. Secara

Page 91: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

74

garis besar Keynes menyebutkan bahwa inflasi terjadi karena suatu

masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Tingkat

inflasi yang sangat tinggi akan menyebabkan ketidakstabilan

perekonomian, pertumbuhan ekonomi yang lambat, dan pengangguran

yang semakin meningkat. Hal ini akan semakin menurunkan kepercayaan

para investor untuk menanam investasinya di Indonesia, sehingga

perbankan maupun non perbankan mengalami kesulitan dalam

menyalurkan kredit. Jadi tingkat inflasi sangat berhubungan negatif

terhadap permintaan kredit di Indonesia.

Dalam penelitian Yigit (2013:1) menyatakan bahwa risiko

eksternal seperti fluktuasi laju inflasi akan menyebabkan lembaga

keuangan bertindak untuk menghindari risiko. Penghindaran risiko

tersebut akan mempengaruhi pasar kredit secara langsung dengan

mengurangi ketersediaan kredit, dan tidak langsung akan menaikkan biaya

pinjaman. Analisis Tobit simultan dari delapan negara menegaskan bahwa

fluktuasi inflasi tidak hanya menyebabkan ketidakseimbangan di pasar-

pasar, tetapi juga berpengaruh negatif terhadap jumlah kredit.

Namun, menurut Purnomo (2009:13) dalam penelitiannya bahwa

variabel tingkat inflasi secara statistik positif dan tidak signifikan terhadap

penyaluran kredit Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika karena

koefisien regresi yang dihasilkan sebesar -5,5405025 dan standar error

2,4229889 sedangkan t-statistik -2,286640 dengan α = 5% dan df = 56

diperoleh nilai t-tabel sebesar 1,672 dengan probabilitas 0,0260. Hal ini

Page 92: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

75

lebih menunjukkan bahwa Tingkat Inflasi yang terjadi di propinsi D.K.I

Jakarta tidak memberikan pengaruh terhadap pergerakan usaha Penyaluran

kredit Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika.

Beberapa penyebab terjadi hal ini, lebih didominasi oleh faktor

kepercayaan nasabah yang tumbuh akan potensi profit/ keuntungan yang

terkandung dalam usaha penyaluran kredit Perum Pegadaian. Inflasi tidak

memberikan pengaruh akan pandangan kepercayaan masyarakat yang

telah terbentuk untuk menggunakan jasa kredit dari unit usaha Perum

Pegadaian yang lebih dikenal dengan berbagai kemudahan.

2. Pengaruh Pendapatan Ijarah Terhadap Penyaluran Kredit

Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang

timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus

masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari

kontribusi penanaman modal. (Titi Widiarti, 2013:2).

Sumber-sumber pendapatan dapat dikelompokkan menjadi 2 sumber

pendapatan yaitu :

1) Pendapatan operasional, yaitu pendapatan yang berasal dari

aktivitas utama perusahaan sesuai dengan jenis usahanya yang

berlangsung secara berulang—ulang dan berkesinambungan tiap

periode.

2) Pendapatan bukan operasional, yaitu pendapatan yang berasal dari

transaksi penjualan yang tidak berulang-ulang dan insidentil, yang

Page 93: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

76

secara tidak langsung berhubungan dengan aktivitas perusahaan,

misalnya penjualan aktiva tetap perusahaan kepada pihak lain.

Pegadaian Syariah selain melayani kepentingan umum, juga bertujuan

untuk mendapatkan laba. Untuk itu Pegadaian Syariah terus berupaya

meningkatkan fasilitas yang diberikan. Hal ini guna meningkatkan

pendapatan yang berasal dari jasa simpan (ijarah), pendapatan

administrasi, barang yang dilelang, uang kelebihan kadaluwarsa, jasa

taksiran, jasa titipan, dan lain-lain. Oleh karena itu, semakin banyak

pendapatan yang diperoleh maka menggambarkan semakin banyak pula

kredit yang dapat disalurkan kepada nasabahnya.

3. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Penyaluran Pembiayaan

Nilai tukar rupiah mempengaruhi Peyaluran kredit dikarenakan

perekonomian Indonesia yang banyak menggantungkan kekayaannya

melalui naik turunya nilai tukar rupiah, pergerakan nilai tukar akan

berpengaruh pada kredit yang disalurkan karena terdepresiasinya nilai

tukar akan diikuti oleh peningkatan biaya produksi khususnya produsen

yang menggunakan bahan baku impor, kebutuhan modalpun semakin

meningkat (Kuncoro dan Suhardjono, 2002) dalam Risna, 2016.

4. Pengaruh Harga Emas Terhadap Penyaluran Kredit

Kenaikan ataupun penurunan harga emas dapat berdampak pada

penyaluran kredit PT Pegadaian. Menurut Humas Kanwil PT Pegadaian

Medan, Lintong P. Panjaitan mengatakan bahwa sejak turunnya harga

emas pada awal 2013, jumlah nasabah yang ingin membeli emas dengan

Page 94: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

77

sistem kredit di Pegadaian meningkat dan sebaliknya jumlah penyaluran

kredit gadai menurun (www.topinformasi.com). Hal yang sama di

ungkapkan oleh Eka Sri Yuliani selaku Kepala Pegadaian Syariah

Kusumanegara Yogyakarta yang mengatakan bahwa Harga emas dunia

yang terus menurun, berpengaruh terhadap transaksi gadai emas di PT

Pegadaian. Sejumlah pegadaian di Yogyakarta sepi dari transaksi gadai

emas. (www.sindonews.com).

Harga emas yang terus mengalami kenaikan berdampak pada

peningkatan omzet pegadaian. Kenaikan harga emas membuat nilai

taksiran terhadap barang jaminan ikut naik. Akibatnya, jumlah pinjaman

pada setiap golongan bisa lebih banyak khususnya golongan C dan

tentunya mempengaruhi penyaluran kredit pada setiap golongan. Hampir

90% barang digadaikan pada PT Pegadaian Probolinggo berupa emas.

Akibatnya, fluktuasi harga emas sangat mempengaruhi omzet pegadaian.

Pihak pegadaian menetapkan nilai taksiran emas sebesar 98% dari harga

pokok pembelian.

Hal sebaliknya akan signifikan apabila ada penurunan harga emas

secara drastis maka jumlah pinjaman pada setiap golongan khususnya

golongan C juga akan mengalami penurunan yang sangat drastis yang

berakibat pada penyaluran kredit pada setiap golongan. (Mukhliz Arifin

Aziz, 2013:12).

Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa fluktuasi

kenaikan ataupun penurunan harga emas dapat mempengaruhi penyaluran

Page 95: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

78

kredit pada PT Pegadaian khususnya Kredit Gadai golongan C. Semakin

tinggi harga emas maka semakin tinggi pula penyaluran kredit pada PT

Pegadaian begitu pula sebaliknya.

C. Penelitian Terdahulu

Tabel. 2.2

Penelitian Terdahulu

No Penulis Judul Variabel Metodologi Hasil

1 Mukhliz

Arifin

Aziz

(2013)

Analisis

Pengaruh

Tingkat Sewa

Modal,

Jumlah

Nasabah,

Harga Emas

Dan Tingkat

Inflasi

Terhadap

Penyaluran

Kredit Gadai

Golongan C

(Studi pada

PT Pegadaian

Cabang

Probolinggo)

Dependen:

Penyaluran

kredit gadai

golongan C

Independen:

Tingkat

Sewa

Modal,

Jumlah

Nasabah,

Harga

Emas,

Tingkat

Inflasi

Regres

Linier

Berganda

Hasil penelitian ini

adalah tingkat sewa

modal tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan

itu terhadap penyaluran

kredit gadai golongan C.

Jumlah nasabah yang

mempengaruhi jumlah

penyaluran kredit di PT

Pegadaian pada Cabang

Probolinggo. Harga emas

yang di mempengaruhi

penyaluran kredit pada

PT Pegadaian Cabang

Probolinggo khususnya

kredit gadai golongan C.

Tingkat Inflasi yang

terjadi kota Probolinggo

tidak selalu memberikan

pengaruh di pergerakan

Page 96: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

79

usaha penyaluran kredit

gadai khususnya kredit

gadai golongan C pada

PT Pegadaian Cabang

Probolinggo. Dari empat

variabel bebas diketahui

bahwa yang paling

dominan pengaruhnya

terhadap jumlah kredit

gadai yang disalurkan

adalah variabel harga

emas.

2 Ade

Purnomo

(2008)

Pengaruh

Pendapatan

Pegadaian

,Jumlah

Nasabah dan

Tingkat

Inflasi

Terhadap

Penyaluran

Kredit Pada

Perum

Pegadaian

Syariah

Cabang Dewi

Sartika

Periode

2004-2008.

Dependen:

Penyaluran

Kredit.

Independen:

Pendapatan

pegadaian,

Jumlah

nasabah,

dan Tingkat

Inflasi

Ordinary

Least

Square

(OLS)

Hasil pengujian secara

individual menunjukkan

bahwa dari variabel

Pendapatan Pegadaian,

jumlah nasabah yang

berpengaruh positif dan

sanga signifikan terhadap

penyaluran kredit Perum

Pegadaian Syariah Dewi

Sartika dengan tingkat

signifikasi 0,0180 dan

0,0000. Sedangkan dari

variabel inflasi tidak

berpengaruh signifikan

terhadap penyaluran

kredit Perum Pegadaian

Syariah Cabang Dewi

Sartika dengan tingkat

signifikasi 0,0061

Page 97: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

80

3 Titi

Widiarti

dan

Sinarti

(2013)

Pengaruh

Pendapatan,

Jumlah

Nasabah,

Dan Tingkat

Inflasi

Terhadap

Penyaluran

Kredit Pada

Perum

Pegadaian

Cabang

Batam

Periode

2008-2012

Dependen:

Penyaluran

kredit

Independen:

Pendapatan,

Jumlah

nasabah,

Tingkat

inflasi

Ordinary

Least

Square

(OLS)

Analisis

regresi

sederhan

Analisis

regresi

berganda

secara parsial pendapatan

Perum Pegadaian Cabang

Batam dan jumlah

nasabah mempunyai

pengaruh yang signifikan

terhadap kredit pada

Perum Pegadaian Cabang

Batam, sedangkan dari

tingkat inflasi tidak

berpengaruh signifikan

pada penyaluran kredit

Perum Pegadaian Cabang

Batam. Namun secara

simultan seluruh variabel

bebas yang berpengaruh

sanga signifikan terhadap

penyaluran kredit Perum

PegadaianCabang Batam.

Page 98: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

81

4 Ni

Wayan

Sariasih

Made

Rusmala

Dewi

(2012)

Pengaruh

DPK, NPL

dan Inflasi

terhadap

kredit yang

disalurkan

oleh LPD

Kabupaten

Badung

periode tahun

2008-2012

Dependen:

kredit yang

disalurkan

Independen:

DPK, NPL,

dan Inflasi

Regresi

Linier

Berganda

secara simultan dana

dari pihak ketiga, non

performing loan, dan

inflasi berpengaruh

signifikan terhadap kredit

yang disalurkan oleh

LPD Kabupaten Badung.

Secara parsial dana dari

pihak ketiga dan non

performing loan yang

berpengaruh positif dan

singnifikan sedangkan

pada inflasi berpengaruh

negatif dan tidak yang

signifikan terhadap kredit

yang disalurkan oleh

LPD Kabupaten Badung

periode 2008-2012.

Variabel yang paling

dominan berpengaruh

terhadap LPD Bandung

adalah variabel dana

pihak ketiga.

5 Mohama

d Abdul

Hamid,

Ishak

Abdul

Rahman,

dan

Ahmad

Factors

Affecting the

Acceptance

on Ar Rahnu

(Islamic

based Pawn

Broking): A

Case Study

Dependent:

Ar Rahn

Independen:

Syariah,

Sistem

Harga, ikrar

Aset ,

Metode

Analisis

data

frekuensi

Analisis

deskriptif

Hasil penelitian, bahwa

pandangan dari Syariah

memiliki skor rata-rata

tinggi mengindikasikan

bahwa kriteria utama

semua dalam penekanan

pelanggan ketika mereka

memilih jasa Ar-Rahnu

Page 99: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

82

Nafis

Abdul

Halim

(2014)

Of Islamic

Banking In

Malaysia.

Customer

Service,

Lokalitas,

Sosial dan

Iklan

bukan orang lain karena

mereka berpikir bahwa

itu adalah faktor yang

paling penting adalah

faktor pelayanan.

Sumber: Berbagai Jurnal

Tabel 2.3

Perbandingan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang

NO PENELITI JUDUL PERSAMAAN PERBEDAAN

1 Mukhliz Arifin

Aziz (2013)

Analisis Pengaruh

Tingkat Sewa Modal,

Jumlah Nasabah,

Harga Emas

Dan Tingkat Inflasi

Terhadap Penyaluran

Kredit Gadai

Golongan C

(Studi pada PT

Pegadaian Cabang

Probolinggo)

Penyaluran kredit

gadai

Harga Emas

Tingkat Inflasi

Penyaluran

Kredit

Tingkat Sewa

Modal

Jumlah Nasabah

Uji Asumsi

Nilai Tukar

Ade Purnomo

(2008)

Pengaruh Pendapatan

Pegadaian

,Jumlah Nasabah dan

Penyaluran

Kredit

Pendapatan

Jumlah nasabah

Nilai Tukar

Harga Emas

Page 100: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

83

Tingkat Inflasi

Terhadap Penyaluran

Kredit Pada Perum

Pegadaian Syariah

Cabang Dewi Sartika

Periode 2004-2008.

pegadaian

Tingkat Inflasi

2 Titi Widiarti dan

Sinarti (2013)

Pengaruh Pendapatan,

Jumlah Nasabah, Dan

Tingkat Inflasi

Terhadap Penyaluran

Kredit Pada Perum

Pegadaian Cabang

Batam Periode 2008-

2012

Penyaluran kredit

Pendapatan

Tingkat inflasi

Jumlah nasabah

Nilai Tukar

Analisis regresi

sederhana

Regresi

berganda

3 Mohamad Abdul

Hamid, Ishak

Abdul Rahman,

dan Ahmad Nafis

Abdul Halim

(2014)

Factors Affecting the

Acceptance on Ar

Rahnu (Islamic based

Pawn Broking): A

Case Study Of Islamic

Banking In Malaysia.

Ar Rahn

Regresi

Linier

Berganda

Syariah,

Sistem Harga

Ikrar Aset

Customer

Service

Lokalitas

Sosial

4 Ni Wayan Sariasih Pengaruh DPK, NPL Kredit yang DPK

Page 101: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

84

Made Rusmala

Dewi (2012)

dan Inflasi terhadap

kredit yang disalurkan

oleh LPD Kabupaten

Badung periode tahun

2008-2012

disalurkan

Inflasi

NPL

Nilai Tukar

Regresi Linier

Berganda

Sumber: Berbagai Jurnal

1. Perbedaan Peneliti ini dengan Penelitian Muklish Arifin Aziz

Penulis menganalisa tentang “Analisis Pengaruh Inflasi,

Pendapatan Ijarah, dan Harga Emas terhadap Penyaluran Kredit Gadai

Syariah (Rahn) PT Pegadaian di Indonesia periode 2005-2013”

Metodologi yang digunakan yaitu Ordinary Least Square (OLS) dengan

hasil semua variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Muklish Arifin Aziz

(2013) dengan judul “Analisis pengaruh tingkat sewa modal, jumlah

nasabah, harga emas dan tingkat inflasi terhadap penyaluran kredit gadai

golongan C (studi pada PT Pegadaian cabang Probolinggo)”.

Variabelnya yaitu: terikat: Penyaluran kredit gadai golongan C. Variabel

bebas: sewa modal, jumlah nasabah, harga emas, dan tingkat inflasi.

Dengan menggunakan metodologi regeresi linier berganda dan pengujian

asumsi klasik. Berdasarkan hasil temuan yang telah di uraikan, dapat

disimpulkan bahwa tingkat inflasi tidak memberikan pengaruh terhadap

pergerakan usaha Penyaluran kredit gadai PT Pegadaian Cabang

Page 102: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

85

Probolinggo khususnya kredit gadai golongan C, karena masyarakat

melakukan pinjaman kepada PT Pegadaian dengan beberapa pertimbangan

yaitu kebanyakan orang yang meminjam dana pada PT Pegadaian terlebih

karena kebutuhan akan dana tunai yang mendesak dan kemudahan pada

operasional PT Pegadaian. PT Pegadaian mampu menyediakan kebutuhan

akan dana tunai yang cepat dan dengan prosedur yang sangat mudah.

Kedua, dari keempat variabel bebas diketahui bahwa yang paling

dominan pengaruhnya terhadap penyaluran jumlah kredit gadai golongan

C pada PT Pegadaian Cabang Probolinggo adalah variabel harga emas.

Artinya bahwa kredit gadai emas pada PT Pegadaian Cabang Probolinggo

memberikan kontribusi yang paling besar dalam penyaluran kredit gadai

khususnya kredit gadai golongan C.

2. Perbedaan Peneliti ini dengan Penelitian Ade Purnomo

Lalu penelitian Ade Purnomo (2009) yang berjudul Pengaruh

Pendapatan Pegadaian ,Jumlah Nasabah dan Tingkat Inflasi Terhadap

Penyaluran Kredit Pada Perum Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika

Periode 2004-2008. Penelitian tersebut menyimpulkan pendapatan Perum

Pegadaian Syariah cabang Dewi Sartika mempunyai pengaruh positif dan

signifikan terhadap penyaluran kredit pada Perum Pegadaian Syariah

cabang Dewi Sartika, sedangkan tingkat inflasi tidak berpengaruh

signifikan terhadap penyaluran kredit Perum Pegadaian Syariah Cabang

Dewi Sartika.

Page 103: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

86

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak

pada variabel dan studi kasusnya. Sedangkan pada penelitian ini

menggunakan variabel tingkat Inflasi, Pendapatan Ijarah dan Harga Emas

sebagai variabel bebasnya dan Kredit Rahn sebagai variabel terikatnya dan

PT Pegadaian di Indonesia sebagai studi kasusnya.

D. Kerangka berpikir

Dalam rumusan masalah penelitian telah ditetapkan akan dikaji

pengaruh Tingkat Inflasi, Pendapatan Ijarah, Nilai Tukar Rupiah dan

Tingkat Harga Emas terhadap Penyaluran Kredit Gadai Syariah (Rahn) PT

Pegadaian di Indonesia periode 2005-2013.

Page 104: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

87

Kerangka Berpikir

E. Hipotesis Penelitian

Adapun perumusan hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Ho : β₁ 0 : Diduga tidak terdapat pengaruh tingkat inflasi

terhadap penyaluran pembiayaan gadai syariah.

“ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI PENDAPATAN IJARAH

NILAI TUKAR RUPIAH DAN HARGA EMAS TERHADAP PENYALURAN

KREDIT GADAI SYARIAH (RAHN) PT. PEGADAIAN DI INDONESIA

PERIODE 2007-2015”

Pendapatan

Ijarah (X₂)

Nilai Tukar

Rupiah (X₃)

(X₃)

Inflasi

(X₁)

Kredit Gadai Syariah

(Rahn)

(Y)

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Uji Multikolinieritas

Uji Heteroskedastisitas

Uji Autokorelasi

Uji Hipotesis

Uji t

Uji F

Uji Adj R²

Hasil, Kesimpulan dan Implikasi

Uji OLS

(Ordinary Least Square)

Harga Emas

(X₄ )

Page 105: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

88

Ha : β₁ 0 : Diduga terdapat pengaruh tingkat inflasi terhadap

penyaluran pembiayaan gadai syariah.

2. Ho : β₂ 0 : Diduga tidak terdapat pengaruh pendapatan ijarah

terhadap penyaluran pembiayaan gadai syariah.

Ha : β₂ 0 : Diduga terdapat pengaruh pendapatan ijarah

terhadap penyaluran pembiayaan gadai syariah.

3. Ho : β₃ 0 : Diduga tidak terdapat pengaruh nilai tukar rupiah

terhadap penyaluran pembiayaan gadai syariah

Ha : β₃ 0 : Diduga terdapat pengaruh nilai tukar rupiah

terhadap penyaluran pembiayaan gadai syariah.

4. Ho : β₃ 0 : Diduga tidak terdapat pengaruh harga emas terhadap

penyaluran pembiayaan gadai syariah

Ha : β₃ 0 : Diduga terdapat pengaruh harga emas terhadap

penyaluran pembiayaan gadai syariah.

5. Ho : β₃ 0 : Diduga tidak terdapat pengaruh inflasi, pendapatan ijarah,

nilai tukar rupiah dan harga emas secara simultan terhadap penyaluran

pembiayaan gadai syariah

Ha : β₃ 0 : Diduga terdapat pengaruh inflasi, pendapatan ijarah,

nilai tukar rupiah dan harga emas secara simultan terhadap penyaluran

pembiayaan gadai syariah.

Page 106: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

89

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini adalah tipe penelitian kuantitatif. Adapun data objek

penelitian ini diperoleh dari website Pegadaian, Bank Indonesia, Otoritas

Jasa Keuangan, Index Mundi. Ruang lingkup penelitian ini adalah

membahas dua (2) variabel, yang terdiri dari :

1. Variabel Independen, yaitu inflasi, pendapatan ijarah, nilai tukar rupiah

dan harga emas.

2. Variabel Dependen, yaitu penyaluran kredit gadai syariah (rahn)

3. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder adalah data-data tersebut sudah dikumpulkan atau sudah tersedia

pada suatu instansi. Observasi penelitian dimulai dari mei 2007 sampai

dengan mei 2015.

B. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

dalam penelitian, karena pada dasarnya data merupakan alat pengambilan

keputusan atau pemecah suatu permasalahan. Jenis data yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh

berdasarkan informasi yang telah disusun dan di publikasikan oleh instansi

tertentu.

Pada data sekunder, peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan

masalah yang sedang diteliti berupa dokumen perusahaan terkait inflasi, suku

bunga, jumlah beredar, harga minyak, harga emas dan indeks saham syariah

indonesia yang berkaitan dengan sasaran penelitian. Data yang diperlukan

dalam penelitian ini adalah :

1. Inflasi pada desember tahun 2007 - desember 2015 bersumber dari Bank

Indonesia.

Page 107: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

90

2. Pendapatan Ijarah pada desember tahun 2007 - desember 2015

bersumber dari Pegadaian.

3. Nilai Tukar Rupiah pada desember tahun 2007 - Mei 2015 bersumber

dari Bank Indnesia.

4. Harga Emas pada dsember tahun 2007 - Mei 2015 bersumber dari Antam.

5. Penyaluran Kredit Gadai Syariah (Rahn) pada desember tahun 2007 - Mei

2015 bersumber dari Pegadaiaan.

C. Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen : Penyaluran Pembiayaan Gadai Syariah (Rahn)

Gadai Syariah (rahn) adalah produk jasa gadai yang berlandaskan pada

prinsip prinsip syariah, dimana nasabah hanya akan dibebani biaya

administrasi dan biaya jasa simpan dan pemeliharaan barang jaminan (ijarah).

Rahn merupakan suatu sistem menjamin utang dengan barang yang kita

miliki di mana uang dimungkinkan bisa dibayar dengannya, atau dari hasil

penjualannya. Rahn juga bisa diartikan menahan salah satu harta benda milik

si penjamin sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang

dijamin tersebut memiliki nilai ekonomis dan pihak yang menahan itu

memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian

piutangnya. (Ahmad Rodoni, 2004:188).

2. Variabel Independen

Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi variabel

lain. Variabel independen berupa nominal. Berdasarkan uraian pada tinjauan

pustaka dan hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan indeks saham

syariah maka penelitian ini menspesifikasikan variabel independen dan

definisi operasional sebagai berikut :

Page 108: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

91

a. X1 (Inflasi)

Inflasi merupakan salah satu masalah makro yang dihadapi oleh

banyak negara di dunia. Berbagai pengertian inflasi dari berbagai sudut

pandang telah dikemukakan, dalam hal ini berbeda ahli ekonomi berbeda

pula pengertian inflasi. Sampai saat ini belum ada suatu batasan inflasi

yang baku yang diterima oleh seluruh ahli ekonomi. Skala pengukuran

yang digunakan adalah IHK atau Consumer Price Index (CPI).

Menurut Adiwarman Karim (2008:135) Inflasi adalah kenaikan

tingkat harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa selama suatu

periode waktu tertentu.

b. X2 (Pendapatan Ijarah)

Pengertian Ijarah Menurut Istilah Menurut Syekh Syamsudin dalam

kitab Fathul Qorib mendefinisikan ijarah adalah yaitu bentuk akad yang

jelas manfaat dan tujuannya, serah terima secara langsung dan di bolehkan

dengan pembayaran (ganti) yang telah diketahui. (Abu HF. Ramadlan.

1990:375).

c. X3 (Nilai Tukar Rupiah)

Menurut Sadono Sukirno (2006), kurs valuta asing atau kurs mata

uang asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara

dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga

didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu

banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata

uang asing. Kurs valuta di antara dua negara kerap kali berbeda di antara

Page 109: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

92

satu masa dengan masa yang lainnya. Data operasionalnya yang digunakan

dalam penelitian ini diperoleh dari data Bank Indonesia berdasarkan

perhitungan tahunan, yaitu dari Januari 2013 - Juli 2016 yang dinyatakan

dalam bentuk rupiah.

d. X4 (Harga Emas)

Emas adalah logam mulia yang padat, lembut, mengkilat, dan salah

satu logam yang paling lentur diantara logam lainnya. Dibandingkan

dengan jenis logam lainnya emas memilki beberapa kelebihan, seperti

pendapat Jack Weatherford “dimanapun orang ingin menyentuhnya,

mengenakannya, bermain- main dengannya dan juga memilkinya, karena

berbeda dengan tembaga yang berubah menjadi hijau, besi yang mudah

berkarat dan perak yang memudar, emas murni tetaplah murni dan tidak

berubah”. Sifat-sifat alamiah inilah yang menyebabkan nilai atau harga

emas menjadi amat bernilai (Sholeh Dipraja, 2011:7).

Emas merupakan sejenis logam mulia yang dikenal sepanjang

sejarah kehidupan manusia, bukan hanya sekedar untuk perhiasan, emas

juga banyak dijadikan sebagai alternatif investasi. Selain itu emas juga

menjadi suatu indikator dari tingkat kekayaan individu maupun suatu

bangsa (M. Abi Anwar, 2008:9).

Page 110: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

93

D. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan data kuantitatif, yaitu dimana data yang

digunakan dalam penelitian berbentuk angka. Untuk menguji hipotesis dari

variabel-variabel independen yang mempengaruhi variable dipenden,

penelitian ini menggunakan tekhnik analisis regresi linier berganda. Penelitian

ini akan diperkuat perhitungannya dengan menggunakan bantuan dari

program excel dan spss.

1. Analisis Regresi Linier Berganda

Metode analisis regresi untuk melihat pengaruh tingkat inflasi,

pendapatan ijarah, nilai tukar rupiah dan tingkat harga emas terhadap

penyaluran pembiayaan gadai (Rahn) PT Pegadaian. Metode regresi

berganda adalah suatu metode analisis yang dipergunakan untuk

mengukur besarnya pengaruh independen X1,X2,X3 dan X4 terhadap

dependent Y. Setelah dilakukan pengolahan regresi menggunakan regresi

berganda, perlu dilihat apakah model tersebut baik atau jelek, atau bahas

statistik perlu dilihat goodness of fit dari modal tersebut (Ahmad

Dahlan,2014,117). Hubungan linier antara variabel independen dan dependen

dapat ditulis dalam persamaan regresi sebagai berikut (Widarjono 2010:9).

Y=a+β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+e Keterangan :

Y = Penyaluran Pembiayaan Gadai Syariah (Rahn) a = Konstanta β1- β5 = Koefisien X1 = Inflasi X2 = Pendapatan Ijarah

X3 = Nilai Tukar Rupiah X4 = Harga Emas

Page 111: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

Pada data sekunder, peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan

masalah yang sedang diteliti berupa dokumen perusahaan terkait inflasi,

suku bunga, jumlah beredar, harga minyak, harga emas dan indeks

saham syariah indonesia yang berkaitan dengan sasaran penelitian.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :

a. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dalam penelitian ini menggunakan empat uji, uji

normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji

autokorelasi.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.

Seperti diketahui bahwa uji T dan uji F mengasumsikan nilai residual

mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar, maka uji

statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.

Salah satu cara termudah untuk melihat Normalitas residual

adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara

data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal.

Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat

menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode

yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot

yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.

Page 112: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

96

Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal,

dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis

diagonalnya. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang

menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis

diagonalnya. Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji

normalitas residual adalah uji statistik non- parametrik

Kolmogorov-Smirnov (K-S) (Imam Ghozali, 2011:160-164). Model

regresi yang baik adalah mempunyai distribusi data normal atau

mendekati normal.

Uji normalitas data menggunakan Normal P-P Plot dan Uji

statistik Kolmogrov-Smirnov Test, dengan membandingkan

Asympotic Significance dengan α = 0,05. Dasar penarikan kesimpulan

adalah data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai Asympotic

Significance-nya > 0,05.

2. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi antara variabel independen. Jika variabel independen saling

berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel

ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar

sesama variabel independen sama dengan nol.

Page 113: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

97

Salah satu cara untuk mendeteksi multikolinieritas adalah

dengan melihat nilai Tollerance dan VIF pada tabel coefficients. Jika

nilai Tollerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka dapat dikatakan

model regresi tidak ada masalah multikolinieritas (Imam Ghozali,

2011:105-106).

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah apakah

dalam model regresi terjadi ketidak samaan varian dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut

homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menguji uji

heteroskedastisitas adalah dengan melihat Grafik Plot antara nilai

prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya

SRESID. Deteksi ada tidaknya pola tertentu pada grafik scattterplot

antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah

diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya)

yang telah di-studentized. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang

ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, menyebar

kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi

heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik yang

menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak

terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2011:139).

Page 114: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

98

4. Uji Autokorelasi

Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu

model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi

korelasi maka dikatakan ada autokorelasi. Autokorelasi mucul karena

observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain.

Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi.

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat

digunakan dengan uji Durbin Watson, dimana kriteria pengujian

menggunakan Durbin Watson dengan angka antara -2<d<2

(Singgih Santoso, 2010:213), dengan rincian antara lain :

Angka D-W dibawah -2 berarti terdapat autokorelasi positif

Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada

autokorelasi

Angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif

b. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan tiga pengujian, diantaranya, uji statistik t, Uji

statistik F, uji koefisien determinasi (R2).

1. Uji Statistik t

Uji Statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh

satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam

menerangkan variasi variabel dependen (Imam Ghozali,2011 : 98-99). Cara

melakukan uji t adalah sebagai berikut :

Page 115: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

99

a) Pada analisis regresi digunakan probabilitas 2 sisi, misalnya

dicari nilai tabel distribusi t dicari pada a = 5% : 2 = 2,5%

(uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k atau 10-3 = 7

(n adalah jumlah kurun waktu pada observasi dan k adalah

jumlah variabel). Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi =

0,025) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 2,364.

b) Jika nilai Sig. < 0,05 maka variabel bebas (X) berpengaruh

signifikan terhadap variabel terikat (Y). Jika nilai Sig. > 0,05

maka variabel bebas (X) tidak berpengaruh signifikan

terhadap variabel terikat (Y).

2. Uji Statistik F

Menurut (Ghozali, 2011: 98). uji statistik F pada dasarnya

menunjukan apakah semua variabel independen atau bebas yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel dependen atau terikat. Untuk menguji hipotesis

dalam penelitian ini apakah Ho diterima yang berarti secara

bersama-sama variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel

terikat atau H1 diterima yang berarti secara bersama-sama variabel

bebas berpengaruh terhadap variabel terikat, maka dapat

digunakan uji F dengan rumus sebagai berikut :

Cara melakukan uji F adalah sebagai berikut :

Uji F = (df (n - k))

Page 116: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

100

a) Model signifikan selama kolom signifikansi (%) < Alpha

(kesiapan berbuat salah tipe 1, yang menentukan peneliti

sendiri, ilmu sosial biasanya paling besar alpha 10%, atau 5%

atau 1%). Dan sebaliknya jika F hitung < F tabel, maka model

tidak signifikan, hal ini juga ditandai nilai kolom signifikansi

(%) akan lebih besar dari alpha.

b) Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F

menurut tabel. Apabila nilai F hitung lebih besar dari pada F

tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) ada intinya mengukur seberapa

jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi model

dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.

Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen

dalam menjelaskan amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti

variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi

yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

Dimana jika variabel bebas lebih dari satu maka disarankan untuk

menggunakan nilai adjusted R2 dikarenakan nilai R2 akan selalu

meningkat jika variabel bertambah sedangkan nilai adjusted R2

dapat naik dan turun, sehingga lebih akurat dalam menjelaskan

besarya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat

(Ghozali,2011: 97).

Page 117: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

101

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

Pegadaian merupakan lembaga perkreditan dengan sistem gadai yang pada

awalnya berkembang di Italia dan kemudian dipraktikkan pula di negara-

negara Eropa lainnya, seperti Inggris dan Belanda. Sistem gadai memaski

Indonesia dibawa dan dikembangkan oleh orang Belanda pada zaman VOC.

Bentuk usaha pegadaian di Indnesia berawal dari bank lening pada masa VOC

yang mempunya tugas memberikan pinjaman uang kepada masyarakat dengan

jaminan gadai. Sejak itu, bentuk usaha pegadaian telah mengalami beberapa

perubahan sejalan dengan perubahan peraturan-peraturan yang mengaturnya

(Sasli Rais, 2006:123).

Pada mulanya usaha pegadaian di Indonesia dilaksanakan oleh pihak

swasta, kemudian Gubernur Jenderal Belnda melalui Staatsblad Tahun 1901

No. 131 tanggal 12 Maret 1901 mendirikan Rumah Gadai Pemerintah (Hindia

Belanda) di Sukabumi, Jawa Barat. Dengan dikeluarkannya peraturan tersebut,

meka pelaksanaan gadai dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda

sebagaimana diatur dalam Staatsblad tahun 1901 No. 131 yang menyatakan:

“Kedua: sejak itu dibagian Sukabumi kepada siapapun tidak akan

diperkenankan untuk memberi gadai atau dalam bentuk jual beli dengan hak

membeli kembali, meminjamkan uang, tidak melebihi seratus gulden, dengan

hukuman, tergantung kepada kebangsaan para pelanggar yangdiancam

Page 118: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

102

dalam pasal 337 KUHP bagi orang-orang Eropa dan pasal 339 KUHP bagi

orang-orang Bumiputera”.

Selanjutnya dengan Staatsblad 1930 No. 266 Rumah gadai tersebut

mendapat statis Dinas Pegadaian sebagai Negara dalam arti Undang-undang

perusahaan Hindia Belanda (Lembaran Negara Hindia Belanda 1927 No. 419).

Pada masa pemerintakan Republik Indonesia, Dinas Pegadaian yang

merupakan kelanjutan dari pemerintahan Hindia Belanda, status pegadaian

diubah menjadi Perusahaan Negara (PN) Pegadaian berdasarkan Undang-

undang No. Prp. 1960 jo. Peraturan Pemerintah RI No. 178 Tahun 1961

tentang pendirian perusahaan Pegadaian (PN Pegadaian).

Kemudian status badan hukum PN Pegadaian berubah menjadi Perusahaan

Jawatan (Perjan) berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1969

tanggal 11 Maret 1969 tentang perubahan-perubahan kedudukan PN

Pegadaian menjadi jawatan Pegadaian jo. UU No. 9 Tahun 1969 tanggal 1

Agustus 1969 dan penjelasannya mengenai bentuk-bentuk Usaha Negara

dalam Perusahaan Jawatan(Perjan).

Selanjutnya untuk meningkatkan efektifvitas dan produktivitasnya. Perjan

Pegadaian dialihkan menjadi Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian

berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1990 tanggal 10 April 1990.

Dengan perubahan status dari Perjan menjadi Perum, Pegadaian diharapkan

akan lebih mampu mengelola usahanya dengan lebih professional, Business

Oriented tanpa meninggalkan ciri khusus dan misinya yaitu penyaluran uang

jaminan atas dasar hukum gadai dengan pasar sasaran masyarakat golongan

Page 119: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

103

ekonomi lemah dengan cara mudah, cepat, aman dan hemat, sesuai dengan

motonya “Mengatasi masalah tanpa masalah”.

Setelah berubah menjadi Perusahaan Umum(Perum), pimpinan puncak

pun diubah secara total diganti dengan generasi muda yang berkualitas tinggi

dan kenyataannya usaha Perum Pegadaian terus meningkat. (Martono,

2010:171). Status Perum bertahan hingga tahun 2011. Pada 13 Desember 2011

Pemerintah mengeluarkan PP nomor 55 tahun 2011 yang menandakan

perubahan status badan hukum Pegadaian menjadi Perusahaan Persero.

Bersasarkan Akta Pendirian Perusahaan Persero (Persero) PT Pegadaian atau

disingkat PT Pegadaian (Persero) nomor 1 tanggal 1 April 2012 yangdibuat

dihadapan Notaris Nanda Fauziwan, SH, M.Kn yang berkedudukan di Jakarta,

dan kemudian disahkan berdasarkan Keputusan Menteri Hukum dan Hak

Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-17525.AH.01.01 tahun 2012

tanggal 4 April 2012 tentang Pengesahan Badan Hukum Persroan, telah

disahkan Badan Hukum Perusahaan Perseroan (Persero) PT pegadaian

(Persero). Terjadi perubahan Anggaran Dasar dengan Akta No. 05 Tanggal 15

Agustus 2012, yang dibuat dihadapan Notaris yang berkedudukan di Jakarta

Sejalan dan diterima pemberitahuaannya oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia berdasarkan Surat AHU-AH.01.10-32516 Tahun

2012 Tanggal 06 September 2012. (Annual Report Pegadaian, 2012:30).

Page 120: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

104

B. Analisis Deskriptif

Penelitian ini menganalisis pengaruh Tingkat Inflasi, Pendapatan Ijarah,

Nilai Tukar, dan Harga Emas terhadap Penyaluran Kredit Rahn. Data yang

digunakan rentang waktu analisis mulai tahun 2007-2015. Alat pengolah data

yangdigunakan dalam penelitian ini adalah perangkat lunak (software)

komputer SPSS vesion 22.0 for Windows dengan metode Regresi Linier

Berganda. Inflasi, Pendapatan Ijarah, Nilai Tukar, dan Harga Emas terhadap

Penyaluran Kredit Rahn.

1. Kredit Rahn

Kredit Rahn mendapatkan porsi terbesar dalam pembiayaan

dibandingkan dengan Arrum dan Mulia, dikarenakan nasabah lebih

tertarik pada pembiayaan ini dan mudah dalam mendapatkan pembiayaan.

Kinerja Pegadaian Syariah yang terus meningkat dapat terlihat dari

besarnya kredit yang diberikan. Pertumbuhan total aset dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya adalah komposisi pembiayaan yang disalurkan

oleh pegadaian syariah dalam bentuk gadai, salah satunya adalah Rahn.

Sisi pendanaan yang meningkat akan meningkatkan pula sisi kredit yang

akan diberikan.

Page 121: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

105

Grafik 4.1

Grafik Penyaluran Kredit Rahn

Sumber: Data diolah

Berdasarkan grafik diatas, total kredit Rahn yang disalurkan pegadaian

syariah sampai kuartal 4: 2015 mencapai 12,7 Trilyun lebih tinggi

dibanding kuartal 4 tahun 2014 yang mencapai 12,5 Trilyun. Secara umum

kinerja kredit Rahn disalurkan PT. Pegadaian dari kuartal 1: 2007-Kuarta

4: 2015 cenderung mengalami peningkatan. Hal ini dapat disebabkan

karena beberapa faktor :

a. Kesadaran masyarakat bahwa kredit Rahn dapat membantu mereka

dalam menjalankan usahanya menjadi lebih baik

-

2.000.000.000.000

4.000.000.000.000

6.000.000.000.000

8.000.000.000.000

10.000.000.000.000

12.000.000.000.000

14.000.000.000.000

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Q1 Q2 Q3 Q4

Page 122: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

106

b. Perkreditan yang paling diminati dibandingkan dengan kredit Arrum

dan Mulia

c. Perkreditan yang paling dipercaya karena Kredit Rahn adalah produk

pertama Pegadaian Syariah

2. Inflasi

Inflasi memiliki dampak positif maupun negatif. kemerosotan nilai

uang yang ringan cenderung memberikan dampak positif karena dapat

mendorong pertumbuhan ekonomi dan memicu masyarakat untuk

berinvestasi dan permintaan pembiayaan pegadaian.

Akan tetapi, kemerosotan nilai uang yang tidak terkendali

menyebabkan masyarakat kesulitan membeli kebutuhan pokok. Kondisi

ini pada ujungnya bisa mempengaruhi permintaan pembiayaan kredit.

Grafik 4.2

Grafik Tingkat Inflasi

Sumber: Data diolah

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Q1 Q2 Q3 Q4

Page 123: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

107

Berdasarkan grafik diatas, Inflasi mengalami fluktuasi setiap

tahunnya, contohnya yakni pada tahun 2008 Kuartal 2 terjadi inflasi yang

cukup signifikan sebesar 12,14%. Selanjutnya pada kuartal 1: 2009 inflasi

menurun yaitu sebesar 7,92%. Setelah itu inflasi tahun demi tahun

mengalami fluktuasi hingga akhir tahun 2015 menjadi 3,35%.

3. Pendapatan Ijarah

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang beragam, manusia dapat

membeli atau melakukan barter untuk memperoleh aset yang dibutuhkan.

Selain itu manusia juga dapat menyewa aset yang diperlukan, untuk dapat

menggunakan atau mengambil manfaat dari aset yang disewanya. Akad

sewa-menyewa seperti ini merupakan salah satu contoh dari akad Ijarah.

Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu aset atau

jasa sementara hak kepemilikan aset tetap pada pemberi sewa. Sebaliknya

penyewa atau pengguna jasa memiliki kewajiban membayar sewa atau

upah.

Pengalihan kontrak atau aset yang disewa kemudian disewakan

kembali pada pihak lain boleh dilakukan baik dengan harga sama, lebih

tinggi atau lebih rendah asalkan pemberi sewa mengizinkannya. Namun

bila disewakan kembali pada pemberi sewa, maka syaratnya adalah kedua

akad (yaitu dari pemberi sewa ke penyewa pertama atau dari penyewa

pertama ke penyewa berikutnya yang tidak lain memberi sewa sendiri)

harus tunai.

Page 124: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

108

Grafik 4.3

Grafik Pendapatan Ijarah

Sumber: Data diolah

Berdasarkan grafik diatas, pendapatan ijarah pegadaian mengalami

kenaikan setiap tahunnya, tapi pada tahun 2012 kuartal 1 mengalami

penurunan sebesar 6,4 Trilyun dibandingkan tahun sebelumnya 2011

kuartal 4 yakni sebesar 6,6 Trilyun, angka tersebut terus menerus

mengalami penurunan disepanjang tahun 2012. Pada awal tahun 2013

kuartal 1 sampai akhir tahun 2015 kuartal 4 terus menerus mengalami

peningkatan.

-

2.000.000.000.000

4.000.000.000.000

6.000.000.000.000

8.000.000.000.000

10.000.000.000.000

12.000.000.000.000

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Q1 Q2 Q3 Q4

Page 125: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

109

4. Nilai Tukar

Nilai tukar uang selalu berubah-ubah, sistem nilai tukar mata uang

bebas-apung merupakan nilai tukar yang dibolehkan untuk berbeda

terhadap yang lain dan mata uang ditentukan berdasarkan kekuatan-

kekuatan pasar atas dari penawaran dan permintaan nilai tukar mata uang

akan cenderung berubah.

Nilai tukar hampir selalu dikutip pada papan pasar keuangan, terutama

oleh bank-bank di seluruh dunia sedangkan dalam penggunaan sistem

pasak nilai tukar mata uang atau merupakan nilai tukar tetap dengan

ketentuan berlakunya devaluasi dari nilai mata uang berdasarkan sistem

Bretton Woods.

Grafik 4.4

Grafik Nilai Tukar

Sumber: Data diolah

0,00

2.000,00

4.000,00

6.000,00

8.000,00

10.000,00

12.000,00

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Q1 Q2 Q3 Q4

Page 126: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

110

Berdasarkan grafik diatas, nilai tukar rupiah cenderung mengalami

fluktuasi tahun demi tahun. Pada kuartal 1 tahun 2007 hungga kuartal 4

tahun 2014 terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Selanjutnya pada awal tahun 2015 nilai tukar mengalami penurunan

dibandingan tahun sebelumnya yakni sebesar 10.117,95 pada kuartal 4

tahun 2015.

5. Harga Emas

Ada beberapa faktor yang bisa memengaruhi penjualan emas.

Diantaranya adalah minat masyarakat sendiri dalam membeli emas.

Termasuk dari tren pergerakan harga emas yang bisa membuat masyarakat

menunggu waktu yang tepat dalam membelanjakan uangnya. Sementara

itu, perseroan juga berencana mengembangkan produk berbasis emas.

Sehingga bisa melengkapi produk yang sudah ada saat ini.

Salah satunya adalah mengembangkan produk tabungan emas yang

sudah dijalankan oleh Pegadaian. Perseroan berencana untuk

mengembangkan produk tabungan emas, sehingga emas yang telah

ditabung oleh nasabah tersebut kemudian bisa digadaikan.

Page 127: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

111

Grafik 4.5

Grafik Harga Emas

Sumber: Data diolah

Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa harga emas selama beberapa

tahun cenderung stabil mengalami kenaikan, tetapi pada tahun 2013 harga

emas mengalami penurunan di angka 406.889 pada kuartal ke 3. Selanjutnya

pada tahun 2014 dan 2015 mengalami kenaikan dan tetap stabil.

-

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Q1 Q2 Q3 Q4

Page 128: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

112

C. Hasil Analisis Data

Dalam penelitian ini akan dipaparkan tentang pemodelan Kredit Rahn

Pegadaian Syariah di Indonesia. Analisis pemodelan Kredit Rahn ini yakni

memasukkan elemen makro ekonomi yaitu Inflasi dan Nilai Tukar serta

produk Pegadaian Syariah yaitu Pandapatan Ijarah dan Harga Emas. Hasil dan

analisis data uji yang sudah dilakukan, yakni :

1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk mrlihat apakah nilai residual

terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki

nilai residual yang terdistribusi normal.

Grafik 4.6

Grafik P Plot Uji Normalitas

S

u

m

b

e

r

Sumber : data diola

Page 129: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

113

Grafik 4.7

Grafik Histogram Uji Normalitas

Sumber: Data diolah

Uji Asumsi Klasik normalitas digunakan untuk menguji data

variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) pada persamaan regresi

yang dihasilkan. Berdistribusi normal atau tidak. Persama regresi

dikataan baik jika memenuhi data variabel bebas dan variabel terikat

berdistribusi mendekati normal atau tidak sama sekali.

Pada grafik 4.6 dan grafik 4.7 menggambarkan distribusi dari

X dan Y. Jika titik-titik distribusi berada sekitar garis diagonal dan

pada grafik 4.7 distribusi frekuensi berbentuk lonceng sehingga

dapat diambil kesimpulan bahwa frekuensi data X dan Y terdistribusi

normal. Selain itu selain menggunakan grafik diatas terdapat metode

klomogorov-smirnov untuk melihat apakah data terdistribusi normal.

Page 130: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

114

Tabel 4.1

Tabel Uji Klomogorov Smirnov

Sumber: Data diolah

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa tingkal signifikansi berada

diatas 0,05 hal ini menandakan bahwa data tersebut beristribusi

normal, maka penelitian ini sudah memenuhi syarat untuk pengujian

tahap selanjutnya.

b. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujan menguji apakah dalam model regresi linier

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena

observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.

Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series). Model

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 36

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation 164718,846373

72

Most Extreme Differences Absolute ,123

Positive ,123

Negative -,090

Test Statistic ,123

Asymp. Sig. (2-tailed) ,189c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

Page 131: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

115

regresi yang baik adalah regresi yang yang bebas dari autokorelasi.

Pendeteksian penyimpangan autokorelasi dalam penelitian ini

menggunakan uji Durbin — Watson (DW test), dengan melihat nilai

Durbin-Watson yang akan dibandingkan dengan uji d tabel. Dengan

hipotesis yang akan diuji adalah :

H0 : tidak ada autokorelasi

Ha : ada autokorelasi

Hasil pengujian Autokorelasi ditunjukkan dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.2

Hasil Pengujian Autokorelasi

Sumber : Data diola

Uji Normalitas bertujuan untuk mrlihat apakah nilai residual

terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah

memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Dari tabel 4.2 diatas

menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 1,875 sedangkan

nilai d tabel dengan n=36 dan k=4 menggunakan nilai signifikansi 5%

didalam nilai dl= 1,2358 dan du= 1,7245 .

Karena nilai DW 1,875 lebih besar dari batas atas (du) yakni 1,7245

maka dapat disimpulkan bahwa kita tidak bisa menolak H0 yang

menyatakan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada penelitian ini.

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .990a .979 .977 .14982 1.875

a. Predictors: (Constant), Harga_emas, Inflasi, Nilai_tukar, Pendapatan_ijarah

b. Dependent Variable: Rahn

Page 132: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

116

c. Uji Multikolonieritas

Pengujian multikolonieritas bertujuan untujk menguji apakah pada

model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen, jika

terjadi maka dinamakan multikolonieritas. Model regresi yang baik

seharusnya bebas multokolonieritas atau tidak terjadi korelasi antara

variabel independen. Hasil pengolahan pengujian autokorelasi antar

variabel bebas tampak pada tabel berikut:

Tabel 4.3

Tabel Uji Mulltikolonieritas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

Inflasi ,681 1,468

P_Ijarah ,121 8,276

Nilai_Tukar ,201 4,969

Harga_Emas ,105 9,491

a. Dependent Variable: Rahn

Sumber: Data diolah

Pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa hasil perhitungn tolerance

menunjukkan tidak ada variabel independen yang kurang dari 0,10

(Tol>0,10) yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang

nilainya lebih dari 95%. Dilihat dari nilai VIF menunjukkan bahwa tidak

ada variabel independen yang nilainya lebih dari 10 (VIF<10. Jadi dapat

disimpulkan bahwa didalam penelitian ini tidak terdapat multikolonieritas

antar variabel independen.

Page 133: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

117

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lainnya. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi

heteroskedastisitas. Oleh karena itu untuk dapat mengetahui apakah terjadi

heteroskedastisitas dalam model regresi ini, maka digunakan uji grafik

plot. Dengan dasar analisis sebagai berikut :

1. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang membentuk pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar dan menyempit),

maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas

dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka hal ini dapat

dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas

Grafik 4.8

Uji Heteroskedastisitas

Sumber :Data diolah

Page 134: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

118

Pada grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak

(random) serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu

Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada

model regresi (Ghozali, 2006: 27), sehingga model regresi layak dipakai

dalam penelitian ini.

e. Uji Hipotesis

Penelitian ini mengajukan 4 hipotesis penelitian. Uji hipotesis

dilakukan dengan analisis linier berganda yang terdiri dari pengujian F

(Simultan) dan t (Parsial) dengan tingkat signifikansi sebesar 5%.

Tabel 4.4

Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -20,563 2,733 -7,525 ,000

Inflasi ,097 ,083 ,037 1,165 ,253

P_Ijarah ,915 ,162 ,470 5,639 ,000

Nilai_Tukar ,630 ,468 ,076 1,346 ,188

Harga_Emas 1,331 ,247 ,476 5,392 ,000

a. Dependent Variable: Rahn

Sumber: Data diolah

Page 135: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

119

Hasil analisis regresi pada penelitian ini, diperoleh model persamaan

sebagai berikut :

1) Hipotesis 1

Pengaruh Variabel Inflasi Terhadap Variabel Rahn

Ho : Tidak terdapat pengaruh antara variabel inflasi terhadap variabel rahn

secara parsial

Ha: Terdapat pengaruh antara variabel inflasi terhadap variabel rahn secara

parsial

Hasil uji hipotesis pertama yang dilakukan dengan uji t secara

parsial diperoleh t hitung sebesar 1,165 dengan tingkat signifikansi sebesar

0,253. Dengan melihat bahwa probabilition value berada diatas 5%, maka

H0 diterima dan Ha ditolak, yang menunjukkan bahwa paparan tersebut

membuktikan tidak adanya pengaruh inflasi terhadap penyaluran

pembiayaan rahn. Serta dapat diambil kesimpulan bahwa inflasi yang

terjadi diindonesia tidak berpengaruh terhadap jumlah penyaluran

pembiayaan syariah yang terdapat dipegadaian syariah.

2) Hipotesis 2

Pengaruh Variabel Pendapatan Ijarah Terhadap Variabel Rahn

Ho : Tidak terdapat pengaruh antara variabel pendapatan ijarah terhadap

variabel rahn secara parsial

Y = -20,563 + 0,097X1 + 0,915X2 + 0,630X3 + 1,331X4 + e

Page 136: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

120

Ha: Terdapat pengaruh antara variabel pendapatan ijarah terhadap variabel

rahn secara parsial

Hasil uji hipotesis kedua yang dilakukan dengan uji t secara parsial

diperoleh nilai t hitung sebesar 5,639 dengan tingkat signifikansi sebesar

0,000. Berdasarkan data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa t hitung :

5,639 lebih besar dibandingkan dengan t tabel : 1,69552 dengan tingkat

signifikansi dibawah 0,05 menandakan bahwa variabel pendapatan ijarah

mempunyai pengaruh positif terhadap penyaluran pembiayaan. Besarnya

pendapatan ijarah yang didapatkan oleh pihak pegadaian syariah akan

meningkatkan jumlah penyaluran pembiayaan.

3) Hipotesis 3

Pengaruh Variabel Nilai Tukar Terhadap Variabel Rahn

Ho : Tidak terdapat pengaruh antara variabel nilai tukar terhadap variabel

rahn secara parsial

Ha: Terdapat pengaruh antara variabel nilai tukar terhadap variabel rahn

secara parsial

Hasil uji hipotesis ketiga yang dilakukan dengan uji t secara parsial

diperoleh nilai t hitung sebesar 1,346 dengan tingkat signifikansi 0,188.

Berdasarkan data diatas dapai diambil kesimpulan bahwa t hitung : 1,346

lebih besar dibandingkan dengan t tabel: 1,69552 dengan tingkat

signifikansi diatas 0,05 menandakan bahwa variabel nilai tukar tidak

mempunyai pengaruh terhadap penyaluran pembiayaan rahn.

Page 137: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

121

4) Hipotesis 4

Pengaruh Variabel Harga Emas Terhadap Variabel Rahn

Ho : Tidak terdapat pengaruh antara variabel harga emas terhadap variabel

rahn secara parsial

Ha: Terdapat pengaruh antara variabel harga emas terhadap variabel rahn

secara parsial

Hasil uji analisis keempat yang dilakukan dengan uji t secara

parsial diperoleh nilai t hitung sebesar 5,392 dengan tingkat signifikansi

0,000. Berdasarkan data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa t hitung

:5,392 lebih besar dibandingkan t tabel : 1,69552 dengan tingkat

signifikansi dibawah 0,005 menandakan bahwa variabel harga emas

mempunyai pengaruhi positif terhadap penyaluran pembiayaan rahn.

Kestabilan harga emas memberikan peluang atau dampak yang cukup baik

terhadap total penyluran pembiayaan rahn yang diberikan.

5) Hipotesis 5 / Uji F (Simultan)

Pengaruh Variabel Inflasi, Ijarah, Nilai Tukar dan Harga Mas Secara

Simultan Terhadap Variabel Rahn

Uji F atau Simultan bertujuan untuk melihat apakah terdapat

pengaruh secara bersama - sama variabel bebas terhadap variabel terikat

yang hendak diteliti. Hasil dari pengujian secara simulkan dapat dijelaskan

pada tabel dibawah ini :

Page 138: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

122

Tabel 4.5

Tabel Uji F (Simultan)

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa nilai f hitung sebesar

362,499 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Hal ini menandakan bahwa

dengan tingkat signifikansi berada dibawah 0,05 berarti secara bersama sama

variabel inflasi, pendapatan ijarah, nilai tukar dan harga emas secara simultan

berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan rahn.

Pembahasan/Interpretasi Hasil Penelitian

Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dari inflasi (X1), pendapatan

ijarah (X2), harga emas (X3), nilai tukar (X4) secara bersama-sama terhadap

penyaluran pembiayaan rahn (Y).

1. Pengaruh Inflasi, Pendapatan Ijarah, Nilai Tukar dan Harga Emas

secara bersama-sama terhadap Penyaluran Pembiayaan Rahn.

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 33,115 4 8,279 362,499 ,000

b

Residual ,708 31 ,023

Total 33,823 35

a. Dependent Variable: VAR00005

b. Predictors: (Constant), VAR00004, VAR00001, VAR00003, VAR00002

Page 139: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

123

Berdasarkan analisis regresi diperoleh persamaan garis Y = -20,563 +

0,097X1 + 0,915X2 + 0,630X3 + 1,331X4 + e. Nilai konstanta sebesar -

20.563 dan nilai koefisien sebesar 0,097, 0,915, 0,630 dan 1,331

menunjukkan terdapat pengaruh dari variabel bebas X1 (inflasi), X2

(pendapatan ijarah), X3 (nilai tukar) dan X4 (harga emas) secara bersama-

sama terhadap variabel terikat Y (penyalurah pembiayaan rahn).

Dari pengajuan hipotesis diperoleh bahwa nilai signifikasi (Sig) adalah

0,000 dan Fhitung = 362,499 sedangkan Ftabel = 2,68. Karena nilai Sig lebih

kecil dari 0,05 dan Fhitung lebih besar dari Ftabel maka H0 ditolak dan H1

diterima, yang berarti terdapat pengaruh variabel bebas X1 (inflasi), X2

(pendapatan ijarah), X3 (nilai tukar) dan X4 (harga emas) secara bersama-

sama terhadap variabel terikat Y (penyalurah pembiayaan rahn). Setelah

dilakukan pengujian linieritas garis regresi dengan menggunakan program

SPSS vesion 22.0 for Windows diperoleh bahwa garis regrasi tersebut

terbukti linier. Dari pengujian signifikansi koefisien regresi yang juga

dilakukan dengan program yang sama diperoleh bahwa koefisien regresi

tersebut juga signifikan, yang berarti benar bahwa terdapat pengaruh yang

positif dari variabel bebas X1 (inflasi), X2 (pendapatan ijarah), X3 (nilai

tukar) dan X4 (harga emas) secara bersama-sama terhadap variabel terikat

Y (penyalurah kredit rahn).

Tejo Pamungkas (2010), dimana didapat kesimpulan bahwa harga

emas berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit atau

omzet Pegadaian di seluruh Indonesia. Nilai harga emas memiliki

Page 140: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

124

kecenderungan selalu meningkat dari tahun ke tahun. Dengan dominasi

emas yang sangat tinggi terhadap industri gadai dan penyesuaian nilai

taksiran yang diberlakukan telah disesuaikan dengan kenaikan harga emas,

menjadikan masyarakat lebih memilih alternatif gadai, dibandingkan

dengan jika harus menjual perhiasan yang dimiliki.

2. Pengaruh Inflasi Terhadap Penyaluran Pembiayaan Rahn.

Dari pengujian hipotesis diperoleh bahwa nilai signifikansi (Sig)

adalah 0,253 dan thitung = 1,165 sedangkan ttabel = 1,69552. Karena nilai Sig

> 0,05 dan thitung < ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti

tidak terdapat pegaruh yang signifikan variabel bebas X1 (Inflasi) terhadap

variabel terikat Y (Penyaluran Pembiayaan Rahn).

Hal tersebut dikarenakan ketika mengajukan pembiayaan, nasabah

tidak memperhatikan besar kecilnya tingkat inflasi. Nasabah lebih berpikir

untuk memenuhi kebutuhan mereka ketika mengajukan pembiayaan.

Kenaikan tingkat inflasi tidak memberikan pengaruh secara signifikan

akan pandangan kepercayaan masyarakat yang telah terbentuk untuk

menggunakan jasa kredit dari unit usaha Perum Pegadaian. Selain itu,

adanya inflasi atau tidak adanya inflasi tidak menjadikan suatu

pertimbangan bagi seseorang untuk menggunakan jasa kredit Perum

Pegadaian (Febrian, 2015).

Hal ini disebabkan karena pengguna kredit Perum Pegadaian pada

umumnya berasal dari kalangan kelas menengah ke bawah yang

memerlukan dana cepat. Di mana pinjaman tersebut umumnya digunakan

Page 141: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

125

untuk keperluan yang sifatnya mendadak (Febrian, 2015). Penelitian ini

mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Dahlan (2015), yang

menunjukkan bahwa tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap penyaluran

pembiayaan.

3. Pengaruh Pendapatan Ijarah Terhadap Penyaluran Pembiayaan

Rahn.

Dari pengujian hipotesis diperoleh bahwa nilai signifikansi (Sig)

adalah 0,000 dan thitung = 5,639 sedangkan ttabel = 1,69552. Karena nilai Sig

< 0,05 dan thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti

terdapat pegaruh yang signifikan variabel bebas X2 (Pendapatan Ijarah)

terhadap variabel terikat Y (Penyaluran Pembiayaan Rahn).

Artinya adanya kenaikan ataupun penurunan pendapatan ijarah

dapat mempengaruhi penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian

syariah di Indonesia. Kenaikan pendapatan ijarah dapat meningkatkan

penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia.

Penelitian ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh

Purnomo (2009), yang menunjukkan bahwa pendapatan pegadaian

berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan.

4. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Penyaluran Pembiayaan

Rahn.

Dari pengujian hipotesis diperoleh bahwa nilai signifikansi (Sig)

adalah 0,188 dan thitung = 1,346 sedangkan ttabel = 1,69552. Karena nilai Sig

> 0,05 dan thitung < ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti

Page 142: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

126

tidak terdapat pegaruh yang signifikan variabel bebas X3 (Nilai Tukar

Rupiah) terhadap variabel terikat Y (Penyaluran Pembiayaan Rahn).

Artinya adanya kenaikan ataupun penurunan nilai tukar tidak dapat

mempengaruhi penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di

Indonesia. Kenaikan nilai tukar tidak dapat meningkatkan penyaluran

pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia. Karena

masyarakat tidak melihat nilai rupiah ketika sedang membutuhkan dana

untuk keperluannya.

Sadono Sukirno (2006), kurs valuta asing atau kurs mata uang

asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan

dalam nilai mata uang negara lain. Jadi kenaikan atau penurunan nilai

tukar hanya menunjukan kurs mata uang.

5. Pengaruh Harga Emas Terhadap Penyaluran Pembiayaan Rahn.

Dari pengujian hipotesis diperoleh bahwa nilai signifikansi (Sig)

adalah 0,000 dan thitung = 5,392 sedangkan ttabel = 1,69552. Karena nilai Sig

< 0,05 dan thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti

terdapat pegaruh yang signifikan variabel bebas X4 (Harga Emas) terhadap

variabel terikat Y (Penyaluran Pembiayaan Rahn).

Artinya adanya kenaikan ataupun penurunan harga emas dapat

mempengaruhi penyaluran pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di

Indonesia. Kenaikan harga emas dapat meningkatkan penyaluran

pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia.

Page 143: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

127

Sebaliknya, penurunan harga emas dapat menurunkan penyaluran

pembiayaan Rahn pada pegadaian syariah di Indonesia. Penelitian ini

mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Aziz (2013), yang

menunjukkan bahwa harga emas berpengaruh terhadap penyaluran

pembiyaan.

Page 144: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

128

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh inflasi, pendapatan ijarah,

nilai tukar, dan harga emas terhadap penyaluran pembiayaan Rahn (Studi pada

Pegadaian Syariah di Indonesia Tahun 2007-2015), dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1. Variabel inflasi tidak berpengaruh terhadap variabel penyaluran

pembiayaan (Rahn). Kenaikan harga barang maupun jasa yang terjadi di

Indonesia tidak berdampak terhadap penyaluran pembiayaan (Rahn) di

sektor perbankan syariah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Arifin Aziz, (2013).

2. Variabel Pendapatan Ijarah berpengaruh positif terhadap variabel

penyaluran pembiayaan (Rahn). Besarnya pendapatan ijarah yang

didapatkan oleh pihak pegadaian syariah akan meningkatkan jumlah

penyaluran pembiayaan. Semakin banyak pendapatan sewa yang

didapatkan perusahaan maka hal tersebut memberikan dorongan

pendapatan dan kemampuan perusahaan dalam memberikan penyaluran

pembiayaan (Rahn) kepada para kostumer. Penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Ade Purnomo, (2008).

3. Variabel Nilai Tukar tidak berpengaruh terhadap variabel penyaluran

pembiayaan (Rahn). Fluktuasi nilai kurs yang terjadi di Indonesia tidak

Page 145: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

129

berpengaruh terhadap jumlah penyaluran pembiayaan (Rahn) yang

diberikan kepara para kostumer. Hal ini menandakan bahwa penyaluran

pembiayaan tidak ada kaitannya dengan naik turunnya tingkat suku bunga.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Vika Anggun,

(2016).

4. Variabel harga emas berpengaruh positif terhadap variabel penyaluran

pembiayaan (Rahn). Fluktuasi harga emas dunia memberikan dampak

terhadap jumlah penyaluran pembiayaan (Rahn) yang diberikan. Naiknya

harga emas dunia memberikan atau menyebabkan tambahan keuntungan

bagi perusahaan yakni dari sisi pendapatan. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Arifin Aziz, (2013).

5. Berdasarkan pengujian secara simultan keempat variabel independen

inflasi, pendapatan ijarah, nilai tukar, dan harga emas berpengaruh

terhadap variabel dependen penyaluran pembiayaan (Rahn).

B. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini hanya terbatas pada data laporan keuangan kuartal pegadaian

syariah di Indonesia tahun 2007-2015.

2. Penelitian ini hanya menggunakan periode pengamatan dari tahun 2007-

2015.

3. Penelitian ini hanya mengambil 36 sampel dengan periode pengamatan

tahun 2007-2015.

Page 146: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

130

C. Saran-Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang penulis ajukan kepada

pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Diharapkan pegadaian syariah di Indonesia dapat memperhatikan

pendapatan pegadaian syariah karena variabel pendapatan pegadaian

syariah lebih dominan dalam mempengaruhi penyaluran pembiayaan Rahn

pada pegadaian syariah di Indonesia tahun 2007-2015.

2. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan dan

memperpanjang periode penelitian serta dapat menggunakan variabel-

variabel yang mungkin mempengaruhi penyaluran pembiayaan Rahn

sehingga dapat memberikan hasil penelitian yang lebih akurat.

3. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilakukan pada lembaga non

perbankan yang berbeda.

Page 147: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

131

DAFTAR PUSTAKA

Abi Suja’. Tanpa tahun. Attadhib, Surabaya: Syirkah Bungkul Indah

Abi, Anwar, Muhammad. “Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Harga

Emas di Indonesia dengan Error Correction Model Periode 1999.1 –

2007.6”, Tesis FEUI, Depok, 2008.

Purnomo, Ade. 2009. “Pengaruh Pendapatan Pegadaian, Jumlah Nasabah, dan

Tingkat Inflasi terhadap Penyaluran Kredit pada Perum Pegadaian Syariah

Cabang Dewi Sartika Periode 2004-2008”. Jurnal Fakultas Ekonomi

Universitas Gunadarma.

Aziz, Mukhlish Arifin. 2013. “Analisis Pengaruh Tingkat Sewa Modal, Jumlah

Nasabah, dan Tingkat Inflasi terhadap Penyaluran Kredit Gadai Golongan

C (Studi pada PT Pegadaian Cabang Probolinggo)”. Jurnal Fakultas

Ekonomi Universitas Brawijaya Malang.

Sariasih, Ni Wayan dan Dewi, Made Rusmala. 2013. “Pengaruh Dana Pihak

Ketiga, Non Performing Loan dan Inflasi terhadap Kredit yang disalurkan

oleh LPD Kabupaten Badung Periode Tahun 2008-2012”. Jurnal Fakultas

Ekonomi Universitas Udayana, Bali.

Widiarti, Titi dan Sinarti. 2013. “Pengaruh Pendapatan, Jumlah Nasabah dan

Tingkat Inflasi terhadap Penyaluran Kredit pada Perum Pegadaian Cabang

Batam Periode 2008-2012”. Jurnal Jurusan Managemen Politeknik Negeri

Batam.

Dondo, Wahyuningsih. 2013. “Suku Bunga Kredit Modal Kerja dan Tingkat

Inflasi terhadap Jumlah Alokasi Kredit Modal Kerja Pada Bank Umum di

Indonesia”. Jurnal Fsakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi.

Abdul Syukor, Syadiyah dan Hisyam Sabri. 2013. “Customer Satifaction Toward

Islamic Pawnbroking (Ar-Rahnu): Antecedents and Consequences”. Jurnal

Fakultas Ekonomi dan Muamalat. Universitas Sains Islam Malaysia.

Yigit, Taner M. 2013. “Effect of Inflation Uncertainty On Credit Market: A

Disequilibrium Approach”. Jurnal Internasional. St. Louis University.

Ahmad bin Husain. Tanpa tahun. Fathul Qorib Majid, Semarang,: Toha Putra

Ajija R, Shochrul dan Dyah W. Sri, dkk. 2011. “Cara Cerdas Menguasai Eviews”.

Salemba Empat.

Ali Hasan, M. 2002. Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Anshari, Abdul Ghofur. 2006. Gadai syariah di Indonesia : konsep, Implementasi

dan Institusionalisasi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Page 148: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

132

Arthesa, Ade dan Handiman, Edia. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan

Bank. Jakarta. PT Indeks Kelompok Gramedia.

Burhanuddin, S. 2010. Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah. cetakan

pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Chatamarrasid. 2008. Hukum Perbankan Nasional Indonesia, cetakan ke-4.

Jakarta: Kencana

Dipraja, Sholeh. 2011. “Siapa Bilang Investasi Emas Butuh Modal Gede”.

Jakarta: PT. Bumi Aksara

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 09/DSN-MUI/IV/2000 lihat dalam

“Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional”, (DSN-MUI, BI, 2003)

Frianto Pandia.2005. Lembaga Keuangan, Jakarta: Rineka Cipta.

Ghufron A, Mas’adi. 2002. Fiqih Muamalah Kontekstual, Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Ghufron, Sofiniyah. 2007. Mengatasi Masalah dengan Pegadaian Syari’ah.

Jakarta: Renaisan.

Haroen, Nasrun. 2000. Fiqh Mumalah. Cetakan Pertama. Jakarta: Gaya Media

Pratama

Hasan. 2003. Pegadaian. Jakarta: Akbar Media Suara.

Kasmir. 2010. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

M. Firdaus NH, dkk. 2005. Mengatasi masalah dengan pegadaian syariah.

Jakarta: Renaisan

Mu’tha, Abi Abdul. tanpa tahun. Nihayatuzzain. Semarang: Toha Putra

Ramadlan, Abu. 1990. Terjemah Fathul Qorib. Surabaya: Mahkota.

Rodoni, Ahmad. 2004. Lembaga Keuangan Syariah. Cetakan pertama. jakarta:

Zikrul hakim.

Rusyd, Ibnu. Tanpa tahun. Bidayah Al-Mujtahid. jilid ll. Semarang: Toha Putra

Sabiq, Sayyid. 1996. Fiqh Sunnah. Terjemahan. Bandung: Pustaka.

Saleh Al Fauzan. 2006. Fiqih Sehari-Hari, Jakarta: Gema Insani

Sholikul Hadi dan Muhammad. 2003. Pegadaian Syariah. Edisi Pertama. Jakarta:

Salemba Diniyah

Soemitra, Andri. 2009. Bank dan lembaga keuangan syariah. Jakarta : Kencana.

Page 149: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

133

Suhendi, Hendi. 2002. Fiqh Muamalah: Membahas Ekonomi Islam. Cetakan

Pertama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Susilo, Y. Sri, dkk. 1999. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba

Empat.

Syafi’i Antonio, Muhammad. 2001. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik , Jakarta:

Gema Insani Press.

Syafi’I, Rahmat. 2004. Fiqh Muamalah , Bandung: CV Pustaka Setia.

Tanuwidjaja, William. 2009. “Cara Cerdas Investasi Emas”. Yogyakarta: Media

Pressindo.

Taqiyyuddin, Abu Bakar Al-Husaini. tanpa tahun. Kifayatul Ahyar Fii Halli

Ghayati Al-Ikhtisar. Semarang: Maktabah Alawiyyah

Teuku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy. 2001. Pengantar Fiqih Muamalah,

Semarang: Pustaka Rizki Putra.

Undang-Undang Republik Indonesia. 1998. UU RI Nomor 10 Tahun 1998

Perbankan. Jakarta.

Usman, Marzuki. 1995. Managemen Lembaga Keuangan. Jakarta: CV.

Intermedia.

Page 150: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

134

LAMPIRAN

Page 151: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

135

Lampiran 1

DATA PENELITIAN

TAHUN INFLASI PENDAPATAN IJARAH NILAI TUKAR HARGA EMAS RAHN

2007 Q1 6,52 2.018.202.515.281 7.402,68 184.883 684.329.250.000

2007 Q2 5,77 2.135.827.742.126 7.715,04 191.559 777.571.500.000

2007 Q3 6,95 2.175.036.117.742 8.100,32 198.236 870.813.750.000

2007 Q4 6,59 2.253.452.868.972 8.271,39 204.913 964.056.000.000

2008 Q1 8,17 2.422.738.225.574 8.493,24 221.267 1.126.422.000.000

2008 Q2 11,03 2.592.023.582.177 8.924,26 237.621 1.288.788.000.000

2008 Q3 12,14 2.761.308.938.779 7.884,01 253.975 1.451.154.000.000

2008 Q4 11,06 2.930.594.295.381 7.595,65 170.329 1.613.520.000.000

2009 Q1 7,92 3.202.221.509.668 7.990,71 284.151 1.882.525.250.000

2009 Q2 3,65 3.473.848.723.955 8.333,84 297.973 2.151.530.500.000

2009 Q3 2,83 3.745.475.938.241 8.552,76 311.795 2.420.535.750.000

2009 Q4 2,78 4.017.103.152.528 8.474,90 325.616 2.689.541.000.000

2010 Q1 3,43 4.357.400.591.043 8.388,73 332.884 3.135.439.500.000

2010 Q2 5,05 4.697.698.029.557 7.769,75 340.151 3.581.338.000.000

2010 Q3 5,80 5.037.995.468.072 8.674,82 347.418 4.027.236.500.000

2010 Q4 6,96 5.378.292.906.586 9.190,52 354.654 4.473.135.000.000

2011 Q1 6,65 5.683.951.671.561 9.047,10 380.300 5.310.501.000.000

2011 Q2 5,54 5.989.610.436.536 9.270,72 405.914 6.147.867.000.000

2011 Q3 4,61 6.295.269.201.511 8.657,74 431.528 6.985.233.000.000

2011 Q4 3,79 6.600.927.966.486 9.250,61 457.143 7.822.599.000.000

2012 Q1 3,97 6.408.964.644.784 9.607,96 473.089 8.647.550.500.000

2012 Q2 4,53 6.217.001.323.082 9.572,73 489.035 9.472.502.000.000

2012 Q3 4,31 6.025.038.001.379 10.089,86 504.981 10.297.453.500.000

2012 Q4 4,30 5.833.074.679.677 10.077,57 520.927 11.122.405.000.000

2013 Q1 5,90 6.340.997.790.608 10.183,14 504.636 11.225.667.250.000

2013 Q2 5,90 6.848.920.901.540 9.231,57 488.345 11.328.929.500.000

2013 Q3 8,40 7.356.844.012.471 10.854,03 406.889 11.432.191.750.000

2013 Q4 8,38 7.864.767.123.402 10.934,35 455.762 11.535.454.000.000

2014 Q1 7,32 8.367.090.565.242 10.649,56 472.112 11.575.372.000.000

2014 Q2 6,70 8.609.945.579.957 11.321,69 504.603 11.621.568.000.000

2014 Q3 4,53 8.809.458.426.909 10.710,65 474.409 11.713.789.000.000

2014 Q4 8,36 9.356.756.808.131 10.271,64 474.827 11.722.736.000.000

2015 Q1 6,38 9.578.725.809.717 10.056,36 499.114 11.978.966.000.000

2015 Q2 7,26 9.841.121.567.132 10.271,67 504.030 12.216.767.000.000

2015 Q3 6,83 9.761.478.946.561 10.322,78 525.708 12.346.801.500.000

2015 Q4 3,35 10.212.486.786.496 10.117,95 470.619 12.467.751.000.000

Page 152: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

136

Lampiran 2

a. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 36

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation 164718,846373

72

Most Extreme Differences Absolute ,123

Positive ,123

Negative -,090

Test Statistic ,123

Asymp. Sig. (2-tailed) ,189c

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 36

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation 164718,846373

72

Most Extreme Differences Absolute ,123

Positive ,123

Negative -,090

Test Statistic ,123

Asymp. Sig. (2-tailed) ,189c

a. Test distribution is Normal.

Page 153: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

137

2. Uji Multikolonieritas

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant)

Inflasi ,681 1,468

P_Ijarah ,121 8,276

Nilai_Tukar ,201 4,969

Harga_Emas ,105 9,491

a. Dependent Variable: Rahn

3. Uji Autokorelasi

4. U

j

i

H

eteroskedastisitas

b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .990a .979 .977 .14982 1.875

a. Predictors: (Constant), Harga_emas, Inflasi, Nilai_tukar, Pendapatan_ijarah

b. Dependent Variable: Rahn

Page 154: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

138

b. Uji Hipotesis

1. Uji t (Parsial)

2. UJi Simultan (Uji F)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -20,563 2,733 -7,525 ,000

Inflasi ,097 ,083 ,037 1,165 ,253

P_Ijarah ,915 ,162 ,470 5,639 ,000

Nilai_Tukar ,630 ,468 ,076 1,346 ,188

Harga_Emas 1,331 ,247 ,476 5,392 ,000

a. Dependent Variable: Rahn

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 33,115 4 8,279 362,499 ,000b

Page 155: ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, PENDAPATAN IJARAH

139

Residual ,708 31 ,023

Total 33,823 35

a. Dependent Variable: VAR00005

b. Predictors: (Constant), VAR00004, VAR00001, VAR00003, VAR00002