paper disaster management_penanggulangan polusi jakarta

18
KONSEPSI STRATEGI KOMPREHENSIF DALAM RANGKA PENANGGULANGAN POLUSI UDARA AKIBAT ASAP KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH DKI JAKARTA I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kondisi lingkungan Jakarta saat ini berada dalam tingkat yang cukup memprihatinkan terkait tingginya tingkat polusi yang diakibatkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor. Berdasarkan data yang dimiliki WHO (World Health Organization) sampai dengan tahun 2009, Jakarta menempati peringkat ketiga sebagai kota besar dengan tingkat polusi udara yang sangat tinggi (terburuk) di dunia setelah Meksiko dan Thailand 1 . Menurut data tersebut, penyumbang polusi terbesar di kota Jakarta berasal sektor transportasi yang mencapai 70 persen. Hal ini turut didorong oleh faktor pertumbuhan jumlah kendaraan yang semakin tak terkendali sehingga mengakibatkan kualitas udara semakin buruk. Data lain tentang kualitas udara di Jakarta yaitu sebagaimana yang diungkapkan oleh Iwan Ismaun, seorang dosen Arsitektur Lanskap Universitas Trisakti Jakarta, berdasarkan kajian akademis yang dilakukannya menghasilkan kesimpulan bahwa sektor transportasi di Jakarta menyumbang tingkat polusi hingga 92 persen melalui emisi gas buang CO2. Sedangkan sektor industri menyumbang 5 persen, pemukiman 2 persen, dan sampah 1 persen. Hal ini diungkapkan dalam forum diskusi yang diselenggarakan WALHI (Wahana Lingkungan Hidup) bertajuk ”Fenomena Hutan Beton dan Polusi Udara di Jakarta”, Rabu 9 September 2009 2 . 1 Pipiet Tri Noorastuti dan Lutfi Dwi Puji Astuti, “Fauzi Bowo Klaim Udara Jakarta Makin Bersih” [Berita], diakses dari situs : http://metro. vivanews.com/news/read/98834- fauzi_bowo_klaim_udara_jakarta_makin_bersih, tanggal 24 Oktober 2009. 2 Pipiet Tri Noorastuti dan Zaky Al-Yamani, “Jakarta `Kota Polusi` Ketiga di Dunia” [Berita], diakses dari situs : http://metro.vivanews.com/news/ read/89296-jakarta__kota_polusi__ketiga_di_dunia , tanggal 24 Oktober 2009.

Upload: handik-zusen

Post on 13-Jun-2015

1.267 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Penanggulangan Polusi Akibat Asap Kendaraan Bermotor di Jakarta

TRANSCRIPT

Page 1: Paper Disaster Management_Penanggulangan Polusi Jakarta

KONSEPSI STRATEGI KOMPREHENSIF DALAM RANGKA PENANGGULANGAN POLUSI UDARA

AKIBAT ASAP KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH DKI JAKARTA

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kondisi lingkungan Jakarta saat ini berada dalam tingkat yang cukup

memprihatinkan terkait tingginya tingkat polusi yang diakibatkan oleh emisi gas buang

kendaraan bermotor. Berdasarkan data yang dimiliki WHO (World Health

Organization) sampai dengan tahun 2009, Jakarta menempati peringkat ketiga

sebagai kota besar dengan tingkat polusi udara yang sangat tinggi (terburuk) di dunia

setelah Meksiko dan Thailand1. Menurut data tersebut, penyumbang polusi terbesar di

kota Jakarta berasal sektor transportasi yang mencapai 70 persen. Hal ini turut

didorong oleh faktor pertumbuhan jumlah kendaraan yang semakin tak terkendali

sehingga mengakibatkan kualitas udara semakin buruk.

Data lain tentang kualitas udara di Jakarta yaitu sebagaimana yang diungkapkan

oleh Iwan Ismaun, seorang dosen Arsitektur Lanskap Universitas Trisakti Jakarta,

berdasarkan kajian akademis yang dilakukannya menghasilkan kesimpulan bahwa

sektor transportasi di Jakarta menyumbang tingkat polusi hingga 92 persen melalui

emisi gas buang CO2. Sedangkan sektor industri menyumbang 5 persen, pemukiman

2 persen, dan sampah 1 persen. Hal ini diungkapkan dalam forum diskusi yang

diselenggarakan WALHI (Wahana Lingkungan Hidup) bertajuk ”Fenomena Hutan

Beton dan Polusi Udara di Jakarta”, Rabu 9 September 20092.

Terlepas dari data mana yang paling valid kebenarannya terkait tingkat polusi di

Jakarta, dapat kita lihat dan rasakan bersama sehari-hari kualitas udara Jakarta yang

jauh dari kenyamanan akibat suhu yang kian panas menyengat, asap kendaraan

bermotor yang membuat udara pengap, berbagai penyakit akibat udara yang kotor dan

lain-lain. Faktanya permasalahan-permasalahan tersebut belum teratasi secara

maksimal hingga saat ini walaupun Pemprov DKI Jakarta menyatakan telah

menjalankan berbagai program peningkatan kualitas udara di Jakarta3.

Oleh karena itu, menurut penulis, yang perlu dikaji lebih lanjut terkait dengan

upaya penanggulangan polusi udara akibat asap kendaraan bermotor di Jakarta

adalah menyusun suatu strategi secara komprehensif dengan melibatkan berbagai

pihak terkait guna memperbaiki kualitas udara di Jakarta sehingga masyarakat yang

1 Pipiet Tri Noorastuti dan Lutfi Dwi Puji Astuti, “Fauzi Bowo Klaim Udara Jakarta Makin Bersih” [Berita], diakses dari situs : http://metro. vivanews.com/news/read/98834-fauzi_bowo_klaim_udara_jakarta_makin_bersih, tanggal 24 Oktober 2009.

2 Pipiet Tri Noorastuti dan Zaky Al-Yamani, “Jakarta `Kota Polusi` Ketiga di Dunia” [Berita], diakses dari situs : http://metro.vivanews.com/news/ read/89296-jakarta__kota_polusi__ketiga_di_dunia, tanggal 24 Oktober 2009.

3 Pipiet Tri Noorastuti dan Lutfi Dwi Puji Astuti, loc. cit.

Page 2: Paper Disaster Management_Penanggulangan Polusi Jakarta

tinggal di Jakarta maupun sekedar beraktivitas di Jakarta dapat menikmati lingkungan

hidup yang sehat. Komprehensifitas diperlukan karena berbagai faktor penyebab

polusi tersebut juga terkait dengan peran dari berbagai pihak lainnya selain Pemprov

DKI, baik elemen pemerintahan (government/GO) maupun non pemerintahan (non

government/NGO). Strategi tersebut sangat diperlukan karena upaya penanggulangan

polusi udara akibat asap kendaraan bermotor di Jakarta dimaksud tidak dapat

dilakukan hanya oleh Pemprov DKI Jakarta sendiri mengingat berbagai aspek

penyebab polusi tersebut juga terkait dengan peran instansi lainnya termasuk

masyarakat pada umumnya. Sebagai contohnya yaitu peran Departemen

Perhubungan, Polri, Departemen Dalam Negeri, Departemen Ketenagakerjaan dan

Transmigrasi serta para Pengusaha terkait faktor tingginya jumlah kendaraan bermotor

di Jakarta antara lain disebabkan tidak adanya regulasi pembatasan usia pakai

kendaraan bermotor (peran Dephub), traffic management yang belum sesuai dengan

kondisi lalu lintas Jakarta (peran Dephub dan Polri), semakin banyaknya pendatang

dari luar Jakarta yang bekerja di Jakarta akibat sempitnya lapangan pekerjaan di luar

Jakarta (peran Pemprov DKI Jakarta, Depdagri, Depnakertrans dan Pengusaha).

Ternyata dalam satu faktor saja begitu kompleks peranan berbagai pihak yang terkait.

Selanjutnya, dalam paper ini, penulis hendak berupaya menyusun suatu konsepsi

yang berisi strategi komprehensif dalam rangka penanggulangan polusi udara akibat

asap kendaraan bermotor di wilayah DKI Jakarta dengan menggunakan pendekatan

Manajemen Bencana (Disaster Management)4. Pendekatan tersebut dilakukan

mengingat bahwa polusi udara pun termasuk dalam salah satu kategori bencana yang

diakibatkan oleh ulah manusia (bencana non alam) sebagaimana dijelaskan dalam UU

RI No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana5 maupun merujuk pada

pernyataan Prof. Rusdibjono, I.I.A.P FRANCE. MA. Eco. Pem, Guru Besar Tetap

Institut Ilmu Pemerintahan (IIP) bahwa polusi udara termasuk dalam salah satu jenis /

sumber bencana6. Melalui pendekatan tersebut diharapkan dapat disusun suatu

strategi yang mencakup aspek penatakelolaan bencana dan pengurangan resiko

bencana sebelum terjadi bencana (before); penanganan tanggap darurat bencana

pada saat terjadi bencana (during); serta rehabilitasi dan rekonstruksi setelah terjadi

4 Bramantyo Djohanputro,PhD, MBA IBF, “Manajemen Bencana (Disaster Management)”, diakses dari situs : http://www.gki-jatiasih.com/index.php/home/2-artikel/10-manajemen-bencana-disaster-management.pdf, tanggal 24 Oktober 2009, h. 1-2. University of Wisconsin mendefinisikan manajemen bencana serangkaian kegiatan yang didesain untuk mengendalikan situasi bencana dan darurat dan untuk mempersiapkan kerangka untuk membantu orang yang rentan-bencana untuk menghindari atau mengatasi dampak bencana tersebut. Manajemen bencana berkaitan dengan situasi yang terjadi sebelum, selama, dan setelah bencana.

5 Penjelasan Bab I. Umum, UU RI No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana : “Bencana nonalam antara lain kebakaran hutan/lahan yang disebabkan oleh manusia, kecelakan transportasi, kegagalan konstruksi/teknologi, dampak industri, ledakan nuklir , pencemaran lingkungan dan kegiatan keantariksaan.”

6 Prof. Rusdibjono, I.I.A.P FRANCE. MA. Eco. Pem, “Ilmu Pemerintahan Dihubungkan dengan Peranan Departemen Dalam Negeri terhadap Masalah Penanggulangan Bencana (Disasterology : Suatu Cabang Ilmu Pengetahuan yang Baru Dikembangkan)”, disampaikan dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap IIP, Jakarta, 29 Mei 1995.

2

Page 3: Paper Disaster Management_Penanggulangan Polusi Jakarta

bencana (after)7. Kendaraan bermotor yang dijadikan fokus obyek pembahasan dalam

paper ini adalah kendaraan bermotor sebagai sarana transportasi darat, seperti

sepeda motor dan berbagai jenis mobil.

2. Permasalahan

Berdasarkan uraian diatas, yang menjadi permasalahan dalam paper ini adalah :

”Bagaimana konsepsi strategi komprehensif dalam rangka penanggulangan polusi

udara akibat asap kendaraan bermotor di wilayah DKI Jakarta?”.

3. Persoalan-persoalan

Secara garis besar, beberapa pokok-pokok persoalan yang akan dibahas dalam

paper ini adalah :

a. Bagaimana kondisi obyektif penanggulangan polusi udara akibat asap kendaraan

bermotor di Jakarta saat ini ?

b. Faktor-faktor apa saja yang menghambat penanggulangan polusi udara akibat

asap kendaraan bermotor di Jakarta ?

c. Bagaimana kondisi yang diharapkan dari manajemen penanggulangan polusi

udara akibat asap kendaraan bermotor di Jakarta ?

d. Bagaimana konsepsi strategi komprehensif penanggulangan polusi udara akibat

asap kendaraan bermotor di Jakarta dengan pendekatan manajemen bencana ?

II. PEMBAHASAN

1. Kondisi Obyektif

a. Dampak Polusi Udara

Polusi udara di Jakarta yang antara lain disebabkan akibat asap kendaraan

bermotor ternyata membawa dampak yang merugikan, baik bagi kesehatan

manusia , pencemaran lingkungan, maupun terhadap kegiatan perekonomian.

Hal tersebut dibuktikan dengan adanya beberapa fakta antara lain sebagai

berikut:

1) Berdasarkan hasil penelitian bersama antara Laboratorium Udara Sarana

Pengendalian Dampak Lingkungan Kementrian Negara Lingkungan Hidup

(Sarpedal KLH) dengan Japan International Cooperation Agency (JICA)

pada tahun 2000 sampai dengan 2004 menyatakan bahwa parameter

Oksida Nitrogen (NO) di Jakarta sudah mencapai 49,8 ppb (part per billion)

di titik-titik di sekitar jalan raya. Tingkat ini melebihi standar baku mutu

nasional 48,7 ppb. Sedangkan titik yang jauh dari jalan raya-walaupun

masih di bawah standar-kadar NO sudah mengkhawatirkan dengan kisaran

7 Hidayat Pawitan, “Optimalisasi IPTEKS dalam Pengurangan Resiko Bencana”, disampaikan dalam Seminar Nasional Pengurangan Resiko Bencana di Indonesia, Kerjasama Pusat Studi Bencana-LPPM IPB dengan Bakornas PB, Bogor, 5-6 Maret 2008, diakses dari situs : http://bnpb.go.id/website/documents/publikasi/Seminar%20Bogor%204%20%205%20 Maret%2008/Optimal%20IPTEKS%20PRB.pdf, pada tanggal 24 Oktober 2009.

3

Page 4: Paper Disaster Management_Penanggulangan Polusi Jakarta

8-40 ppb. Parameter TSP (partikel debu) konsentrasi rata-rata tahunannya

juga telah melebihi standar baku mutu nasional (90 mikrogram per

meterkubik), yaitu tercatat berkisar 91 hingga 145 mikrogram per meterkubik

baik dilokasi sekitar maupun yang jauh dari jalan raya. Partikel-partikel

tersebut merupakan penyebab penyakit saluran pernapasan, asma, iritasi

mata dan kulit, bahkan kematian pada manusia8.

2) Kandungan timbal (Pb) dalam asap kendaraan bermotor dapat

menyebabkan penurunan IQ pada anak-anak9.

3) Kandungan logam dalam asap kendaraan bermotor dapat menyebabkan

autis pada anak-anak, terbukti dengan terdeteksinya kandungan logam

tersebut pada urine, darah dan rambut anak-anak penderita autis10.

4) Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Mabes Polri dan FKUI pada

tahun 1995 juga mengungkapkan besarnya pengaruh timbal (Pb) dari emisi

kendaraan bermotor terhadap penurunan kualitas air mani polisi lalu lintas

di Jakarta11.

5) Polusi di Jakarta yang diakibatkan tingginya kemacetan lalu lintas, juga

menimbulkan biaya kesehatan yang tinggi. Hasil kajian Bank Dunia

menemukan dampak ekonomi akibat polusi udara di Jakarta sebesar Rp 1,8

triliun12.

b. Upaya Penanggulangan

Upaya penanggulangan polusi udara akibat asap kendaraan bermotor yang

telah dilaksanakan di wilayah DKI Jakarta antara lain sebagai berikut :

1) Pada tahun 1977 Pemerintah DKI telah mengeluarkan Keputusan Gubernur

Nomor 533 Tahun 1977 tentang Kewajiban Pengujian bagi kendaraan

bermotor ke bengkel-bengkel yang telah dilengkapi alat pengujian asap

(smoke tester).

2) Pada tahun 2000 kembali Gubernur DKI mengeluarkan Keputusan Nomor

95 Tahun 2000 mengenai Pemeriksaan Emisi dan Perawatan Mobil

Penumpang Pribadi.

2) Penerbitan Perda Provinsi DKI Jakarta No. 2 Tahun 2002 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara.

8 “Pencemaran Gas Nitrogen dan Partikel Debu Lampaui Batas” [Berita], Kompas, diakses dari situs : http://www.freelists.org/post/ppi/ppiindia-OOT-Fw-Hanya-22-hari-kota-Jakarta-dinyatakan-sehat, pada tanggal 24 Oktober 2009.

9 Ibid.10 Ibid.11 Aira-fluff, “Polusi Udara dan Implikasinya terhadap Kesehatan”, diakses dari situs : http://ligagame.com/lg_smf/index.php?

action=printpage;topic= 69747.0, pada tanggal 24 Oktober 2009.12 Maryadie, “Kendaraan Bermotor Lebih Banyak Dari Orang” [Berita], diakses dari situs : http://metro.vivanews.com/news/read/96953-

kendaraan_bermotor_ lebih_banyak_dari_ orang, pada tanggal 24 Oktober 2009.

4

Page 5: Paper Disaster Management_Penanggulangan Polusi Jakarta

3) Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta Nomor 95 Tahun 2000 Tentang

Pemeriksaan Emisi dan Perawatan Mobil Penumpang Pribadi di Propinsi

DKI Jakarta.

4) Program pembangunan dan pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH),

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hutan dan taman kota berupa

pembebasan lahan, pembangunan taman interaktif kelurahan, taman kota

dan hutan kota13.

5) Penyelenggaraan Car free day atau Hari Bebas Kendaraan Bermotor

(HBKB) yang dilaksanakan untuk memperbaiki kualitas lingkungan di Kota

Jakarta14.

6) Pembangunan sarana transportasi massal berupa busway15.

7) Operasionalisasi Traffic Management Centre Polda Metro Jaya.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta beserta instansi terkait

lainnya dengan melibatkan pula peran aktif masyarakat guna menanggulangi polusi

udara khususnya akibat tingginya volume asap kendaraan bermotor, namun hingga

kini belum didapatkan hasil yang optimal berupa kualitas udara Jakarta yang bersih

dan sehat. Tidak optimalnya upaya-upaya tersebut antara lain disebabkan oleh faktor-

faktor sebagai berikut :

a. Tingginya angka kemacetan di Jakarta. Hal ini didukung dengan hasil penelitian

Clean Air Project (CAP) Swisscontact pada 2005 mengenai volume kendaraan

dan polusi udara justru menyebutkan pada saat jam kerja, volume kendaraan di

Jalan Kyai Tapa, Jakarta Barat, paling tinggi dibanding di kawasan lainnya,

termasuk Jalan Thamrin (jalur Blok M-Kota). Penelitian itu juga menyebutkan

bahwa pada hari libur, volume lalu lintas di Jalan Kyai Tapa tetap lebih tinggi

dibandingkan dengan hari kerja16. Akibat kemacetan di Jakarta terjadi

pemborosan biaya transportasi sebesar Rp. 17,2 trilyun pertahun atau Rp 45

miliar perhari, yang ekivalen dengan 7,8 persen total PDRB DKI Jakarta17.

b. Pertumbuhan jumlah kendaraan yang sangat besar hingga mencapai 10,9 persen

per tahun namun tidak didukung oleh volume jalan. Panjang jalan di Jakarta

hanya sekitar 7.650 kilometer dengan luas 40, 1 kilometer persegi, maka panjang

13 Diakses dari situs : http://www.jakarta.go.id/v70/index.php/en/component/content/article/425-penanggulangan-polusi, pada tanggal 24 Oktober 2009.

14 ”Jakarta Gelar Car free day dua kali Sebulan”, [Berita], Kompas, diakses dari situs : http://megapolitan.kompas.com/read/xml/2009/02/19/17270058/ Jakarta.Gelar.Car.Free.Day.Dua.Kali.Sebulan, pada tanggal 24 Oktober 2009.

15 Diakses dari situs : http://petamacet.com/berita_det.php?id=26, pada tanggal 24 Oktober 2009.16 Diakses dari situs : http://www.satudunia.net/?q=content/integrasi-kebijakan-transportasi-dan-tata-ruang-kota-jakarta, pada tanggal 24

Oktober 2009.17 Diungkapkan oleh Deputi Bidang Pembinaan Sarana Teknis Pengelolaan Lingkungan Hidup KLH, Masnellyarti Hilman, dalam diskusi

panel bertajuk “Pencemaran Udara dan Dampaknya terhadap Kesehatan Manusia”, di Jakarta, tanggal 16 Desember 2004, diakses dari situs : http://www.freelists.org/post/ppi/ppiindia-OOT-Fw-Hanya-22-hari-kota-Jakarta-dinyatakan-sehat, pada tanggal 24 Oktober 2009.

5

Page 6: Paper Disaster Management_Penanggulangan Polusi Jakarta

jalan hanya sekitar 6,28 persen dari luas wilayahnya. Sementara jumlah

kendaraan bermotor di Jakarta mencapai 9.993.867. Ironisnya lagi, jumlah

kendaraan bermotor jauh lebih besar dari jumlah penduduk DKI Jakarta yang

hanya 8.513.385 jiwa18. Hal ini didukung pula berdasarkan catatan Polda Metro

Jaya, sekitar 1.250 sampai 1.500 unit kendaraan sepeda motor baru muncul di

jalan setiap harinya. Tiap tahunnya, baik kendaraan roda dua dan roda empat

pertambahannya mencapai 40 persen. Hingga akhir tahun 2006, jumlah yang

terdaftar mencapai 7.015.000 unit. Yang mengeherankan, 98 persen diantaranya

adalah kendaraan milik pribadi. Hingga tahun 2014 nanti jumlah kendaraan

bermotor semua jenis diperkirakan membengkak dua kali lipat antara 10-14 juta

unit19.

c. RTH DKI Jakarta saat ini belum mencapai batas yang ditentukan, yaitu sebesar

13,94 persen dari luas Jakarta. Jakarta saat ini baru memiliki sekitar 9 persen

RTH. Padahal idealnya RTH seluas 30 persen. RTH sangat diperlukan untuk

menyerap polutan demi peningkatan kualitas udara20.

d. Pembangunan properti yang tidak difasilitasi sistem jaringan jalan transportasi

umum yang terintegrasi, namun justru mengepung, menempel dan bergantung

pada jaringan jalan yang sudah ada dan terbatas pula. Hal ini diungkapkan oleh

Eddy Mulyono dalam desertasinya yang berjudul “Implementasi kebijakan

Transportasi Massal untuk Terwujudnya Pelayanan Publik yang Kondusif (studi di

Pemprov DKI Jakarta)” di depan tim promotor dan oponen ahli dalam Sidang

Terbuka Ujian Disertasi yang dilakukan Rabu, tanggal 8 Oktober 2009 di Gedung

Pascasarjana Unpad, Jln. Dipati Ukur 35 Bandung21. Menurut Eddy, Beberapa

faktor lain yang memicu kemacetan di Jakarta, yaitu : Infrastruktur jalan yang

tidak sebanding dengan jumlah kendaraan, kebijakan tata ruang yang tidak

nyambung dengan sistem jaringan transportasi perkotaan, mentalitas dan budaya

disiplin masyarakat dalam berlalu lintas yang masih kurang, ketersediaan sarana

transportasi umum yang kurang memadai dan kurang profesionalnya aparat

penegak hukum yang tidak konsisten dalam menjalankan ketentuan peraturan.

e. Tidak adanya upaya yang komprehensif antar instansi terkait yang berkompeten

dalam penanggulangan polusi akibat asap kendaraan bermotor di wilayah DKI

Jakarta, seperti Pemprov DKI Jakarta, Polda Metro Jaya, Departemen

18 Diakses dari situs : http://metro.vivanews.com/news/read/96953-kendaraan_bermotor_lebih_banyak_dari_orang, pada tanggal 24 Oktober 2009.

19 Diakses dari situs : http://udarakota.bappenas.go.id/view.php?page=newsdetil&id=63, pada tanggal 24 Oktober 2009.20 Diakses dari situs : http://www.forumkami.com/forum/kesehatan/22271-penyakit-akibat-polusi-jakarta.html, pada tanggal 24 Oktober

2009.21 Diakses dari situs : http://www.unpad.ac.id/berita/transportasi-massal-sebagai-solusi-kemacetan-bukan-hanya-pembangunan-jalan/,

pada tanggal 24 Oktober 2009.

6

Page 7: Paper Disaster Management_Penanggulangan Polusi Jakarta

Perhubungan, Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Sosial dan lain-lain.

Masing-masing instansi bergerak sendiri-sendiri. Belum ada suatu wadah yang

menjadi tempat maupun regulasi yang menjadi landasan bagi instansi-instansi

tersebut untuk menanggulangi polusi akibat asap kendaraan bermotor di wilayah

DKI Jakarta secara bersama-sama.

f. Tidak ditegakkannya peraturan-peraturan perundang-undangan yang ada secara

optimal oleh aparat yang berwenang.

3. Kondisi yang Diharapkan

Secara umum kondisi yang diharapkan dari penanggulangan polusi udara akibat

asap kendaraan bermotor di wilayah DKI Jakarta melalui pendekatan manajemen

bencana antara lain sebagai berikut :

a. Seluruh instansi pemerintah terkait dapat melakukan sinkronisasi upaya

penanggulangan polusi sehingga didapat formulasi yang efektif, efisien dan

terkoordinasikan dalam rangka penanggulangan polusi.

b. Timbulnya keasadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam penanggulangan

polusi bersama pemerintah.

c. Perbaikan kualitas lingkungan hidup pada umumnya dan kualitas udara di Jakarta

pada khususnya.

d. Kerugian akibat dampak polusi dapat ditekan seminimal mungkin, baik terhadap

masyarakat maupun pemerintah.

4. Konsepsi Pemecahan Masalah

Konsepsi pemecahan masalah penanggulangan polusi ini dilakukan dengan

menyusun suatu strategi komprehensif yang melibatkan berbagai elemen terkait

sehingga upaya penanggulangan polusi tidak lagi dilaukan secara parsial dan tidak

terkoordinasikan. Konsepsi strategi berikut ini disusun dengan menggunakan

pendekatan manajemen bencana yang esensinya adalah pengurangan resiko

bencana. Resiko selalu dikaitkan dengan ketersediaan informasi sehingga besarnya

probabilitas kejadian dan besarnya dampak bisa diperhitungkan. Semakin miskin

informasi, semakin sulit melakukan kuantifikasi, maka semakin dekat ke arah

ketidakpastian. Sebaliknya, semakin banyak data dan informasi tersedia sehingga

dapat mengkuantifikasinya, maka semakin tinggi kualitas resiko, artinya akurasi

kuantifikasi semakin baik. Polusi udara akibat asap kendaraan bermotor seperti di

Jakarta termasuk ke dalam kategori resiko karena ada data-data yang bisa digunakan

untuk memprediksi besarnya probabilitas dan dampak resiko tersebut. Data tersebut

dapat diperoleh dari hasil penelitian-penelitian terhadap kualitas lingkungan hidup

pada umumnya dan kualitas udara pada khususnya yang selanjutnya dapat digunakan

7

Page 8: Paper Disaster Management_Penanggulangan Polusi Jakarta

untuk membantu penghitungan kuantitas resiko polusi udara akibat asap kendaraan

bermotor di Jakarta.

Berdasarkan karakteristik polusi udara akibat asap kendaraan bermotor di

Jakarta, maka hendaknya ditempuh strategi penanggulangannya dengan tetap

mengacu pada prinsip-prinsip manajemen bencana yang meliputi tindakan-tindakan

dalam siklus pengelolaan bencana (Disaster Management Cycle), yaitu mitigation, risk

reduction, prevention, preparedness, response dan recovery yang tujuannya adalah :

(1) mencegah kehilangan jiwa; (2) mengurangi penderitaan manusia; (3) memberi

informasi masyarakat dan pihak berwenang mengenai risiko, serta (4) mengurangi

kerusakan infrastruktur utama, harta benda dan kehilangan sumber ekonomis22,

sebagai berikut :

a. Optimalisasi pelaksanaan uji emisi gas buang secara berkala dari setiap

kendaraan yang ada di ibukota. Bagi kendaraan yang tidak lolos uji emisi harus

masuk bengkel untuk diperbaiki sehingga memenuhi standar emisi yang berlaku.

b. Sosialisasi kepada masyarakat agar sedapat mungkin menggunakan bahan

bakar gas karena bahan bakar gas lebih ramah lingkungan daripada bahan bakar

minyak.

c. Penerbitan regulasi yang mewajibkan kepada Agen Tunggal Pemegang Merk

(ATPM) untuk memasang Catalytic Converter pada setiap kendaraan baru yang

hendak dipasarkan ke publik.

d. Upaya produksi bahan bakar alternatif yaitu Bahan Bakar Nabati (BBN).

e. Penggunaan teknologi plasma. Prinsip dari teknologi plasma dalam mengatasi

kandungan gas NOx atau SOx sangatlah mudah, plasma terbentuk dari

kumpulan electron bebas, ion serta atom, kemudian aksi-reaksi pada ion dan

elektron dalam plasma seperti reaksi ionisasi, eksitasi, dan dissosiasi dengan

udara bebas disekitarnya berlanjut dengan terbentuk spesies aktif (ion, elektron,

molekul yang mudah bereaksi) seperti Ozone, OH, O, NH3 yang memiliki sifat

radikal sangat mudah bereaksi dengan senyawa-senyawa yang ada disekitarnya.

Spesies aktif yang terbentuk ini kemudian bereaksi dengan gas NOx atau SOx

kemudian mengubah serta menguraikannya23. Teknologi ini telah diterapkan di

Jepang dan cukup efektif mengatasi polusi udara.

f. Netralisasi pencemaran dengan metode biologis atau kimiawi untuk mengurangi

bahkan menghilangkan faktor pencemar/polutan, misalnya metode aerasi.

22 Dr. Ir. Agus Rachmat, Manajemen dan Mitigasi Bencana, diakses dari situs : http://www.bapeda-jabar.go.id/UserFiles/File/warta/Manajemen%20dan%20mitigasi.pdf, pada tanggal 24 Oktober 2009.

23 Diakses dari situs : http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_lingkungan/atasi_polusi_dengan_plasma/, pada tanggal 24 Oktober 2009.

8

Page 9: Paper Disaster Management_Penanggulangan Polusi Jakarta

g. Optimalisasi pembangunan sarana transportasi massal modern. Jika perlu tidak

hanya busway seperti yang sudah dilakukan Pemprov DKI Jakarta saat ini.

Alternatif lainnya yaitu pembangunan monorail-proyek ini sudah dilaksanakan

namun terbengkalai akibat anggaran yang mengalami pembengkakan;

pembangunan jalur kereta api bawah tanah (subway); bahkan pembangunan

sarana transportasi air dengan memanfaatkan sungai-sungai besar di Jakarta

seperti sungai Ciliwung-hal ini dapat membawa manfaat dalam menjaga

kebersihan sungai-sungai di Jakarta yang saat ini sangat kotor akibat penuhnya

sampah-sampah yang dibuang masyarakat ke sungai serta mengurangi resiko

banjir di Jakarta karena otomatis akan dilakukan pelebaran dan pengerukan

terhadap sungai-sungai yang akan digunakan sebagai jalur transportasi air ; dan

lain-lain.

h. Penerbitan regulasi yang berisi pembatasan terhadap jumlah maksimal

kendaraan bermotor yang dapat dimiliki oleh tiap individu serta usia pakainya.

g. Pembangunan RTH sampai dengan mencapai batas minimum yang ditentukan.

i. Perbaikan tata ruang kota dengan memperhatikan perkembangan kepadatan

penduduk beserta kawasan permukimannya dan peningkatan jumlah kendaraan

bermotor.

j. Penggunaan teknologi untuk deteksi dini kualitas lingkungan hidup pada

umumnya dan kualitas udara pada khususnya sebagai sarana peringatan dini

manakala terjadi penurunan kualitas lingkungan hidup secara umum maupun

kualitas udara secara spesifik.

k. Penyusunan SOP (Standard Operational Prosedure) sebagai regulasi guna

menghadapi kontijensi (contigency plan) akibat dampak polusi yang melebihi

ambang batas dan mengakibatkan berbagai efek negatif, baik bagi masyarakat

maupun pemerintah.

l. Pemberian pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat untuk melakukan

medical check up guna mengetahui paparan bahan-bahan polutan dalam diri

mereka, meliputi unsur sulfor oksida, nitrogen oksida dan timbal. Bahkan

pengobatan gratis bagi masyarakat yang terbukti menderita penyakit akibat polusi

asap kendaraan bermotor.

m. Optimalisasi Traffic engineering oleh Polda Metro Jaya dan jajarannya melalui

traffic management centre dengan melibatkan peran Dishub DKI Jakarta.

n. Penghentian pembangunan pusat-pusat perbelanjaan dan kawasan industri di

dalam area DKI Jakarta. Pembangunan prasaranan-prasarana tersebut

hendaknya mulai dilakukan relokasi keluar Jakarta.

9

Page 10: Paper Disaster Management_Penanggulangan Polusi Jakarta

o. Penegakan hukum secara konsisten dan obyektif terhadap berbagai pelanggaran

terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pengelolaan

lingkungan hidup termasuk pengendalian pencemarannya.

Upaya-upaya tersebut diatas hanyalah sekelumit dari berbagai upaya lainnya

yang dapat dijadikan strategi dalam penanggulangan polusi udara akibat asap

kendaraan bermotor di wilayah DKI Jakarta. Keberhasilan upaya-upaya tersebut

memerlukan peran serta aktif dari berbagai elemen, baik pemerintah, non pemerintah

maupun masyarakat. Upaya-upaya tersebut pun senantiasa perlu diperbarui dengan

menyesuaikan perkembangan kondisi lingkungan sesuai periode waktu tertentu.

III. KESIMPULAN

Tingkat polusi udara akibat asap kendaraan bermotor di wilayah DKI Jakarta saat ini

telah mencapai tahap yang sangat memprihatinkan dengan menurunnya kualitas udara

yang disebabkan pengaruh dari polutan-polutan yang terkandung dalam asap kendaraan

bermotor seperti unsur sulfur oksida, nitrogen oksida maupun timbal. Zat-zat kimia yang

berasal dari emisi gas buang kendaraan bermotor tersebut memiliki dampak yang sangat

membahayakan kesehatan manusia.

Berbagai upaya yang dilakukan dalam penanggulangan polusi udara akibat asap

kendaraan bermotor di Jakarta belum menghasilkan kondisi yang diharapkan berupa

membaiknya kualitas lingkungan hidup di Jakarta secara umum dan kualitas udara secara

khusus. Ketidakberhasilan tersebut disebabkan oleh berbagai faktor antara lain infrastruktur

jalan yang tidak sebanding dengan jumlah kendaraan, kebijakan tata ruang yang tidak

sinkron dengan sistem jaringan transportasi perkotaan, mentalitas dan budaya disiplin

masyarakat dalam berlalu lintas yang masih kurang, ketersediaan sarana transportasi

umum yang kurang memadai dan kurang profesionalnya aparat penegak hukum yang tidak

konsisten dalam menjalankan ketentuan peraturan serta yang terpenting adalah tidak

adanya sinkronisasi upaya penanggulangan polusi udara yang terkoordinasikan antar

instansi terkait yang berkompeten, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan-

permasalahan tersebut melalui pendekatan manajemen bencana sehingga dihasilkan

strategi komprehensif dalam penanggulangan polusi udara akibat asap kendaraan bermotor

di wilayah DKI Jakarta. Terhadap upaya-upaya tersebut senantiasa perlu dilakukan analisa

dan evaluasi untuk mengetahui keberhasilan yang didapat ataupun kelemahan-

kelemahannya sehingga dapat selalu disesuaikan dengan kondisi lingkungan pada periode

waktu tertentu. Dalam rangka aktualisasi strategi dimaksud tersebut dibutuhkan partisipasi

berbagai elemen yang berkompeten sesuai ruang lingkup tupoksinya (tugas pokok dan

fungsi).

10

Page 11: Paper Disaster Management_Penanggulangan Polusi Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

1. Republik Indonesia. Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

Bencana.

2. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Perda No. 2 Tahun 2002 tentang Pengendalian

Pencemaran Udara.

3. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Keputusan Gubernur Nomor 95 Tahun 2000 mengenai

Pemeriksaan Emisi dan Perawatan Mobil Penumpang Pribadi.

4. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Keputusan Gubernur Nomor 533 Tahun 1977 tentang

Kewajiban Pengujian bagi kendaraan bermotor ke bengkel-bengkel yang telah

dilengkapi alat pengujian asap (smoke tester).

5. Noorastuti, Tri Pipiet dan Lutfi Dwi Puji Astuti, “Fauzi Bowo Klaim Udara Jakarta Makin

Bersih” [Berita], diakses dari situs : http://metro. vivanews.com/news/ read/98834-

fauzi_bowo_klaim_udara_jakarta_makin_bersih, tanggal 24 Oktober 2009.

6. Noorastuti, Pipiet Tri dan Zaky Al-Yamani, “Jakarta `Kota Polusi` Ketiga di Dunia” [Berita],

diakses dari situs : http://metro.vivanews.com/news/ read/89296-

jakarta__kota_polusi__ketiga_di_dunia, tanggal 24 Oktober 2009.

7. Djohanputro, Bramantyo, “Manajemen Bencana (Disaster Management)”, diakses dari

situs : http://www.gki-jatiasih.com/index.php/ home/2-artikel/10-manajemen-

bencana-disaster-management.pdf, tanggal 24 Oktober 2009.

8. Rusdibjono, “Ilmu Pemerintahan Dihubungkan dengan Peranan Departemen Dalam Negeri

terhadap Masalah Penanggulangan Bencana (Disasterology : Suatu Cabang Ilmu

Pengetahuan yang Baru Dikembangkan)”, disampaikan dalam Pidato

Pengukuhan Guru Besar Tetap IIP, Jakarta, 29 Mei 1995.

9. Pawitan, Hidayat, “Optimalisasi IPTEKS dalam Pengurangan Resiko Bencana”,

disampaikan dalam Seminar Nasional Pengurangan Resiko Bencana di

Indonesia, Kerjasama Pusat Studi Bencana-LPPM IPB dengan Bakornas PB,

Bogor, 5-6 Maret 2008, diakses dari situs :

http://bnpb.go.id/website/documents/publikasi/Seminar%20Bogor%204%2%

205%20 Maret%2008/Optimal%20IPTEKS%20PRB.pdf, pada tanggal 24 Oktober

2009.

10. “Pencemaran Gas Nitrogen dan Partikel Debu Lampaui Batas” [Berita], Kompas, diakses dari

situs : http://www.freelists.org/post/ppi/ppiindia-OOT-Fw-Hanya-22-hari-kota-

Jakarta-dinyatakan-sehat, pada tanggal 24 Oktober 2009.

11

Page 12: Paper Disaster Management_Penanggulangan Polusi Jakarta

11. Aira-fluff, “Polusi Udara dan Implikasinya terhadap Kesehatan”, diakses dari situs :

http://ligagame.com/lg_smf/index.php?action=printpage;topic= 69747.0, pada

tanggal 24 Oktober 2009.

12. Maryadie, “Kendaraan Bermotor Lebih Banyak Dari Orang” [Berita], diakses dari situs :

http://metro.vivanews.com/news/read/96953-kendaraan_bermotor_lebih_

banyak_dari_orang, pada tanggal 24 Oktober 2009.

13. http://www.jakarta.go.id/v70/index.php/en/component/content/article/425-penanggulangan-

polusi, diakses pada tanggal 24 Oktober 2009.

14. ”Jakarta Gelar Car free day dua kali Sebulan”, [Berita], Kompas, diakses dari situs :

http://megapolitan.kompas.com/read/xml/2009/02/19/17270058/ Jakarta.

Gelar.Car.Free.Day.Dua.Kali.Sebulan, pada tanggal 24 Oktober 2009.

15. http://petamacet.com/berita_det.php?id=26, pada tanggal 24 Oktober 2009.

16. http://www.satudunia.net/?q=content/integrasi-kebijakan-transportasi-dan-tata-ruang-kota-

jakarta, pada tanggal 24 Oktober 2009.

17. http://www.freelists.org/post/ppi/ppiindia-OOT-Fw-Hanya-22-hari-kota-Jakarta-dinyatakan-

sehat, pada tanggal 24 Oktober 2009.

18. http://udarakota.bappenas.go.id/view.php?page=newsdetil&id=63, pada tanggal 24 Oktober

2009.

19. http://www.forumkami.com/forum/kesehatan/22271-penyakit-akibat-polusi-jakarta.html,

pada tanggal 24 Oktober 2009.

20. http://www.unpad.ac.id/berita/transportasi-massal-sebagai-solusi-kemacetan-bukan-hanya-

pembangunan-jalan/, pada tanggal 24 Oktober 2009.

21. Rachmat, Agus, Manajemen dan Mitigasi Bencana, diakses dari situs : http://www.bapeda-

jabar.go.id/UserFiles/File/warta/Manajemen%20dan%20 mitigasi.pdf, pada

tanggal 24 Oktober 2009.

22. http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_lingkungan/atasi_polusi_dengan_ plasma/,

pada tanggal 24 Oktober 2009.

12