paper aminasi

29
PAPER SATUAN PROSES 2 AMINASI Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Satuan Proses 2 Dosen Pembimbing : Rintis Manfaati ST, MT. Oleh Kelompok 6 Sidna Kosim Amrulah (131411052) Tasya Diah Rachmadiani (131411053) Teguh Nugraha (131411054) Kelas 2B PROGRAM STUDY DIPLOMA III TEKNIK KIMIA

Upload: tasya-diah-rachmadiani

Post on 18-Jan-2016

44 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Tugas Satuan Proses II

TRANSCRIPT

Page 1: Paper Aminasi

PAPER SATUAN PROSES 2

AMINASI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Satuan Proses 2

Dosen Pembimbing : Rintis Manfaati ST, MT.

Oleh

Kelompok 6

Sidna Kosim Amrulah (131411052)

Tasya Diah Rachmadiani (131411053)

Teguh Nugraha (131411054)

Kelas 2B

PROGRAM STUDY DIPLOMA III TEKNIK KIMIA

JURUSAN TEKNIK KIMIA

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2014

Page 2: Paper Aminasi

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar belakang

Karbon, hidrogen dan oksigen merupakan unsur yang paling lazim terdapat dalam

system kehidupan.Nitrogen merupakan unsure ke empat.Nitrogen dijumpai dalam protein,dan

asam nukleat,maupun dalam banyak senyawa lain yang terdapat baik dalam

tumbuhan ,maupun hewan.dalam bab ini,akan dibahas amina,senyawa organic yang

mengandung atom-atom nitrogen trivalent,yang terikat pada satu atom karbon atau lebih : R-

NH2,R2NH atau R3N.

Amina tersebar luas dalam tumbuhan dan hewan serta banyak amina mempunyai

kereaktivan, misalnya dua dari stimulant alamiah tubuh dari system saraf simpatetik

(melawan atau melarikan diri) adalah merepinafrina dan epinafrina.

Baik norepinafrina maupun epinafrina adalah dua fenil etil amina.Sejumlah dua fenil

etil amina lain bertindak terhadap reseptor-reseptor simpatetik.Senyawa senyawa ini dirujuk

sebagai amina simpatomimetik karena senyawa senyawa ini,sampai batas tertentu,meniru

kerja faali norepinafrina dan epinafrina.

Sebelum tahun masehi,senyawa efedrina di extrak dari tanaman mahuanjg di tiongkok

dan digunakan sebagai obat.sekarang,senyawa ini merupakan obat peluruh dahak yang aktiv

dalam obat tetes hidung dan obat flu.efedrin menyebabkan menyusutnya membrane hidung,

yang membengkak dan menghampat keluarnya lendir hidung.

Page 3: Paper Aminasi

BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian

Aminasi adalah reaksi pembentukan amina (turunan amoniak) dimana 1 atom H

atau lebih diganti dengan gugus alkil (R), aril, hidroatil atau heterosiklik. Amina adalah

suatu senyawa yang mengandung gugus amino (-NH2, -NHR, -NR2). Gugus amino

mengandung nitrogen yang terikat pada satu sampai tiga atom karbon (tetapi bukan gugus

karbonil) dan sejumlah atom hidrogen. Apabila salah satu karbon yang terikat pada atom

nitrogen adalah karbon karbonil, senyawanya adalah amida, bukan amina. (Fessenden,

1997)

Karena itu amina memiliki sifat mirip dengan ammonia seperti alkohol dan eter

terhadap air. Seperti alkohol,amina bisa diklasifikasikan sebagai primer, sekunder dan

tersier. Meski demikian dasar dari pengkategoriannya berbeda dari alkohol. Alkohol

diklasifikasikan dengan jumlah gugus non hidrogen yang terikat pada karbon yang

mengandung hidroksil., namun amina diklasifikasikan dengan jumlah gugus nonhidrogen

yang terikat langsung pada atom nitrogen (Stoker, 1991).

Dengan demikian kelompok fungsional karakteristik untuk amina primer, sekunder

dan tersier adalah:

Page 4: Paper Aminasi

1.2 Sifat Fisika

Berikut merupakan beberapa sifat fisika amina :

Nama Struktur Titik Didih oC Kelarutan dalam air

Metilamina CH3NH2 -6.3 ∞

Dimetilamina (CH3)2NH 7.5 ∞

Trimetilamina (CH3)3N 3 ∞

Etilamina CH3CH2NH2 17 ∞

Benzilamina C6H5CH2NH2 185 ∞

Anilina C6H5NH2 184 37 /100 ml

Alkilamina berbobot molekul rendah adalah gas atau cair pada suhu kamar. Di- dan

trietilamin serta amina primer yang memiliki tiga sampai sepuluh atom karbon adalah

cairan, amina yang lebih kecil jumlah atom karbonnya adalah gas.

Amina dengan jumlah atom karbon dibawah enam biasanya larut dalam air akibat

adanya interaksi ikatan hidrogen. Meskipun nitrogen tidak seelektronegatif oksigen

namun mampu mempolarisasi ikatan N-H sehingga terbentuk gaya dipol-dipol yang kuat

antara molekulnya. Amine tersier tidak memiliki atom hidrogen karena itu tidak terjadi

ikatan hidrogen antara air dengannya atau dengan amin tersier lainnya. konsekuensinya

titik didihnya lebih rendah dibanding amina primer atau sekunder.

Salah satu sifat yang paling dikenal dari amina berbobot molekul rendah adalah

aromanya yang tidak sedap. Amina volatile ini menguap secara cepat dan terciup seperti

campuran ammonia dan ikan busuk. Kebanyakan bahan yang membusuk terutama organ

yang mengandung protein tinggi menghasilkan amina. Bagian dari aroma tumbuhan yang

mati, rumah penyimpanan daging, dan bagian pengolahan limbah semuanya adalah amina

(Stoker, 1991).

Page 5: Paper Aminasi

Titik lebur, titik didih dan densitas dari beberapa senyawa amina sederhana

meningkat bersama dengan bertambahnya berat molekul sebagai konsekuensi dari

interaksi intermolekular yang lebih besar. Sama seperti alkohol, senyawa amina yang

lebih sederhana menunjukkan pengaruh ikatan hIdrogen. Nitrogen kurang elektonegatif

dibandingkan dengan oksigen, ikatan hidrogen pada N-H kurang kuat dibanding dengan

ikatan O-H. Oleh karena itu, amina primer memiliki titik didih ditengah-tengah antara

senyawa alkana dan alkohol.

Tabel Titik Lebur Amina Primer Jenuh (R-NH2)

• Titik Didih dan Kelarutan Air

Amina membentuk ikatan hidrogen. Ikatan hydrogen -O --- OH- lebih kuat

dari pada ikatan hidrogen -N --- NH- karena N kurang elektronegatif dibandingkan

dengan O dan karena itu ikatan NH kurang polar. Pengikatan hidrogen yang lemah

antara molekul amina menyebabkan titik didihnya berada antara titik didih senyawa

tanpa ikatan hidrogen (seprti alkna atau eter) dan senywa berikatan hidrogen kuat

(seperti alkohol) dengan bobot molekul yang bersamaan.

CH3CH2OCH2CH3 (CH3CH2)2NH CH3CH2CH2CH2OH

34.5OC 56OC 117OC

Page 6: Paper Aminasi

Karena itu mempunyai ikatan NH, amina tersier dalam bentuk cairan murni

tidak dapat membentuk ikatan hidrogen. Titik didih amina tersier lebih rendah dari pada

amina primer atau sekunder yang bobot melekulnya sepadan, dan titik didihnya lebih

dekat ke titik didih alkana yang bobot molekulnya bersamaan. Dan amina yang

berbobot molekul rendah larut dalam air karena membentuk ikatan hidrogen dengan air.

Amina tersier maupun amina sekunder dan primer dapat membentuk ikatan hidrogen

karena memiliki pasangan elektron menyendiri yang dapat digunakan untuk

membentukikatan hidrogen dengan air.

H

(CH3)3N:----H O

• Amina 1° dan 2° bersifat polar karena mampu membentuk ikatan

hydrogenintermolekuler.

• Larut dalam air karena mampu membentuk ikatan hidrogen dengan air.

Ikatan hydrogen.

1.3 Pembuatan Amina

• Cara Reaksi Reduksi

Aminasi secara reduksi adalah proses pembentukan amina dengan

mereduksi senyawa nitrogen lain. Zat yang dapat direduksi adalah senyawa-

senyawa yang telah mengandung atom N, yaitu:

a. Senyawa nitro (R-NO2)

b. Senyawa nitroso (R-NO)

c. Senyawa hidroksilamin (R-NH-OH)

Page 7: Paper Aminasi

d. Senyawa hidraso (R-NH-NH-R)

e. Senyawa azoxybenzena (R-NH-NO-R)

f. Senyawa nitril (R-CºN), azida, amida (RCO-NH2)

Zat-zat pereduksi adalah :

a. Logam dan asam

Logam yang digunakan adalah : Fe, Zn, Sn, Al sebagai sumber elektron.

Asam yang digunakan adalah : HCl, H2SO4 sebagai sumber ion H+. HNO3

jarang digunakan arena mempunyai sifat sebagai oksidator kuat.

b. Logam dan basa

Logamnya adalah : Fe, Zn, Sn, Al. Basa-nya adalah NaOH, KOH

c. Sulfida

Untuk mereduksi sebagian senyawa polinitro aromatik menjadi nitro amina

dan mereduksi aminoantraquinon menjadi antraquinon.

d. Sulfit (Na-sulfit dan bisulfit)

e. Hidrogen (H2) dengan katalis

Penggunaan hidrogen sebagai reduktor, biasanya dengan katalisator. Reduksi

dengan hidrogen disebut hidrogenasi.

f. Elektrolisa

Ion hidrogen dihasilkan dari elektrolisa. Hidrogen inilah yang kemudian

melakukan reduksi.

g. Na-hidrosulfit

h. Metal hidrida

i. Natrium dan Na-alkoholat

Pereduksi tersebut di atas memiliki kekuatan mereduksi yang berbeda.

Yang paling banyak digunakan adalah logam dan asam. Dengan memilih

reduktor yang sesuai dan mengatur kondisi operasi, maka reduksi dapat

dihentikan tidak sampai hasil akhir. Pengaruh kekuatan zat pereduksi tersebut

dapat dilihat pada hasil reduksi nitrobenzena sebagai berikut :

Page 8: Paper Aminasi

Reduksi dari amida atau nitril dengan lithium alumunium hidrida atau gas

hidrogen (hidrogenasi katalitik) menghasilkan amina. Dengan amida, amin

primer, sekunder, atau tersier bisa diperoleh tergantung pada jumlah substitusi

pada amida nitrogen. Dengan nitril, hanya amina primer dari tipe RCH2NH2

yang dapat diperoleh, sebab atom karbon yang terikat ke atom nitrogen hanya

mempunyai satu substituent saja (R) dalam nitril.

O

RCNH2 atau RNC RCH2NH2

suatu alkil halida

• Cara Amonolisis

RX + NH3 RNH2 + HX ; dimana X dapat berupa : halogen, NO2, SO3H

dan lain-lain. Ada dua macam reaksi amonolisa yaitu :

Page 9: Paper Aminasi

Amonolisa : memasukkan NH3 ke dalam senyawa

Hidroamonolisa : memasukkan NH3 dan H2 dalam senyawa

Cara masuknya NH3 dalam senyawa :

1. Substitusi

a. Alkana

RCH3 + NH3 RCN RCH2NH2

Untuk memperoleh RNH2 suhu harus tinggi dan katalisator kuat.

b. Substitusi halogen

RCH2X + NH3 RCH2NH2 + HX

c. Substitusi sulfat atau sulfat

RSO3H + NH3 RNH2 + H2SO3

d. Konversi senyawa karbonil : Hidroamonolisis

Memasukkan NH3 serta H2 ke dalam senyawa.

RCOOH + NH3 + H2 RCH2NH2 + H2O

RCHO + NH3 + H2 RCH2NH2 + H2O

RCOOR NH3 + H2 RCONH2 + H2O

e. Alkohol

RCH2OH + NH3 RCH2NH2 + H2O

2. Adisi

Faktor-faktor yang mempenaruhi amonolisis :

1. Kelarutan

2. Pengadukan

3. Efek derivat halogen

4. Efek gugus nitro

5. Suhu

6. Konsentrasi NH3

Page 10: Paper Aminasi

a. Pembuatan amina primer

Untuk pembuatan amina primer, reaksi terjadi dalam dua tahapan. Pada

tahapan pertama, terbentuk sebuah garam – dalam hal ini, etilamonuim bromida.

Garam ini sangat mirip dengan amonium bromida, kecuali bahwa salah satu atom

hidrogen dalam ion amonium telah diganti oleh sebuah gugus etil.

Dengan demikian, ada kemungkinan untuk terjadinya reaksi reversibel (dapat balik)

antara garam ini dengan amonia berlebih dalam campuran.

Amonia mengambil sebuah atom hidrogen dari ion etilamonium sehingga

menjadikannya amina primer, yakni etilamina.

Semakin banyak amonia yang terdapat dalam campuran, semakin besar

kemungkinan terjadi reaksi selanjutnya.

b. Pembuatan amina sekunder

Reaksi di atas tidak berhenti setelah amina primer terbentuk. Etilamina juga

bereaksi dengan bromoetana – dalam dua tahapan yang sama seperti reaksi

sebelumnya.

Pada tahap pertama, terbentuk sebuah garam – kali ini, dietilamonium

bromida. Anggap garam yang terbentuk ini adalah amonium bromida dengan dua

atom hidrogen yang digantikan oleh gugus-gugus etil.

Page 11: Paper Aminasi

Lagi-lagi terdapat kemungkinan terjadinya reaksi reversibel (dapat balik)

antara garam ini dengan amonia berlebih dalam campuran tersebut, seperti

diperlihatkan pada gambar berikut:

Amonia mengambil sebuah ion hidrogen dari ion dietilamonium sehingga

menjadikannya amina sekunder, yakni dietilamin. Amina sekunder adalah amina yang

memiliki dua gugus alkil terikat pada atom nitrogen.

c. Pembuatan amina tersier

Setelah amina sekunder terbentuk, reaksi masih belum berhenti.

Dietilamina juga bereaksi dengan bromoetana – dalam dua tahapan yang sama seperti

pada reaksi sebelumnya.

Pada tahapan pertama, terbentuk trietilamonium bromida.

Lagi-lagi ada kemungkinan terjadinya reaksi reversibel (dapat balik) antara

garam ini dengan amonia berlebih dalam campuran tersebut, sebagaimana ditunjukkan

berikut:

Page 12: Paper Aminasi

SN2

Amonia mengambil sebuah ion hidrogen dari ion trietilamonium sehingga

menjadikannya amina tersier, yakni trietilamin. Amina tersier adalah amina yang

memiliki tiga gugus alkil terikat pada nitrogen.

• Reaksi Substitusi Dengan Amina

Reaksi dengan suatu alkil halida

RNH2 + R’Cl RNH2Cl- dan juga RNHR’2Cl- dan RNR’3 Cl-

Reaksi dengan ester

CH3C OCH2CH3 + HNCH3 CH3C NHCH3 + CH3CH2OH

Reaksi dengan asam anhidrida

CH3C OCCH3 + HNCH3 CH3C NHCH3 + HOCCH3

Reaksi dengan asam halida

CH3C CL + HNCH3 CH3C NHCH3 + HCL

Amina juga bereaksi dengan asam nitrit ( HONO )

R3N + H ONO R3N+H –ONO

(amina tersier) (garam amina)

R2NH + HONO R2N N═ O

(amina sekunder) (nitrosamin)

RNH2 + HONO dingin R N2+ -N

2 R+ (tidak stabil)

Page 13: Paper Aminasi

(amina primer)

1.1 Tata Nama Amina

Amina alifatik sederhana biasanya diberi nama dengan menulis substituen alkil atau

aril dan menambahkan akhiran –amina. Bagian dari nama amina digabung dalam satu

kata. (Fessenden, 1997)

Aril amina diberi nama sebagai turunan dari amin aromatik asal, seperti anilin.

Substituen pada nitrogen diberi nama dengan awalan didahului oleh N- untuk

memperlihatkan substituen terikat pada nitrogen, tidak pada cincin (awalan N- dipakai

dalam beberapa nama alkil amina).

Amina heterosikalik, dengan nitrogen di dalam cincin, mempunyai nama sendiri.

Beberapa contoh berikut :

Jika tidak mungkin memberi senyawa sebagai alkil amina atau aril amina, digunakan

awalan amino- untuk gugusan amino menunjukkan tempat asalnya dengan angka, bila

perlu. (Fessenden, 1997)

Page 14: Paper Aminasi

• Ikatan dalam amina

Ikatan dalam suatu amina beranalogi langsung dengan ikatan dalam amon

ia, suatu atom nitrogen sp3 yang terikat pada tiga atom atau gugus lain (H atau R)

dan dengan sepasang elektronmenyendiri dalam orbital sp3 yang tersisa. 

H-N-H CH3-N-CH3 H

H CH3

ammonia trimetilamina

piperidina

Dalam garam amina atau garam amonium kuartener,

pasangan elektron menyendiri membentuk ikatan sigma keempat. Kation 

beranalogi dengan ion amonium.

H CH3 CH3

H-N-H Cl- CH3-N+-CH3 Cl -O2CCH3

H CH3

H

Suatu molekul amina dengan tiga gugus berlainan yang terikat pada

nitrogen akan bersifat kiral;namin,enantiomer dari sebagian besar senyawa amina

tidak dapat diisolasi karena terjadinya inverse yang cepat antara bayangan-

N

N+

Page 15: Paper Aminasi

bayangan cermin pada temperatur kamar. Inversi itu berlangsung lewat keadaan-

transisi datar (nitrogen sp2). Akibatnya ialah piramida nitrogen itu menjentik

sehingga dindingdalam menjadi dinding luar, mirip payung yang terhenbus angin

kencang. Energi yang diperlukan untuk inversi ini sekitar 6 kkal/mol, kira-kira dua

kali energi untuk rotasi mengelilingi ikatan sigma karbon-karbon.

Jika suatu nitrogen amina mempunyai tiga substituen yang berlainan dan

pengubahan timbalbalik antara kedua struktur bayangan cermin itu terhalang, maka

dapatlah diisolasi sepasang enantiomer. Basa Troger adalah suatu contoh molekul

semacam itu. Titian metilena antara kedua nitrogen mencegah pengubahan

timbalbalik (inverkonversi) antara banyangan cermin, sehingga basa Troger dapat

dipisahkan menjadi sepasang enantiomer.

Kasus lain dimungkinkan adanya enantiomer yang dapat diisolasi ialah

pada garam amonium kuterner. Senywa ini secara struktur mirip senywa yang

mengandung atom karbon sp3. Jika empat gugus yang berlainan terikat pada

nitrogen, ion itu akan bersifat kiral dan garam itu dapat dipisah sebagai enantiomer

– enantiomer.

1.2 Aminating Agents

Agen aminasi (aminating agents) yang biasa digunakan adalah NH3 gas atau cair,

NH3 dalam air (NH4OH) atau dalam pelarut organik, senyawa yang mengandung amonia

seperti (NH4)2SO4, ammonium karbonat, urea, dan lain-lain.

Penggunaan Katalis dalam Reaksi Aminasi

a. Amonolisis senyawa halogen dengan katalis logam : Cu, As, Ag, CuO dan garam-

garam Cu

b. Katalisator dehidrasi : alumina, silika gel, aluminium fosfat dalam gel alumina, Ni, Co

dan lain-lain.

c. Katalisator hidrogenasi berupa logam campuran (alloy)

d. Katalisator hidroamonolisis : logam Ni, Co, Cu, Ni-A, dll

Page 16: Paper Aminasi

BAB III

PENGGUNAAN AMINA DI INDUSTRI

Senyawa amina memiliki kegunaan yang luas dalam kehidupan yaitu dapat berguna

sebagai pencegah korosif, bakterisida, fungisida, bahan pemflotasi (flotating agents) dan

pengemulsi. (Billenstein,1984)

Empat amin yang relative sederhana sangat penting dalam fungsi tubuh manusia.

Mereka adalah sekresi kelenjar adrenal epinefrin (adrenalin), norepinefrin (non

adrenalin), dopamine dan serotonin.

Senyawa-senyawa tersebut berfungsi sebagai neurotransmitter (pembawa pesan

kimiawi) antara sel-sel saraf. Epinefrin, norepinefrin dan dopamine juga dikenal sebagai

katekolamin yang merupakan turunan dari katekol (o-dihidroksibenzen).

Berikut ini beberapa kegunaan senyawa amina dan turunannya :

1. Amina sebagai pelembut pakaian

2. Amina sebagai anti iritasi pada shampo

3. Amina sebagai pelumas

4. Amina sebagai obat parasit leishmania

3.1 Penggunaan amina dalam sintesis

Sintesis senyawa yang mengandung nitrogen mendapatkan perhatian khusus

dari para ahli kimia organik yang berkecimpung dalam farmakologi dan ilmu pngetahuan

biologis lainnya, karena banyak biomolekul yang mengandung nirogen. Sebagian besar

yang digunakan untuk mensintesis senyawa nitrogen dari amina telah dibahas dalam buku

lain.

Banyak reaksi amina adalah hasil serangan nukleofilik oleh elektron

menyendiri dari nitrogen amina. Reaksi substitusi suatu amina dengan alkil halida adalah

Page 17: Paper Aminasi

suatu contoh dari amina yang bertindak sebagai suatu nukleofil. Amina dapat juga

digunakan sebagai nukleofil dalam reaksi substitusi asil nukleofilik. Jika derivat asam

karboksilat merupakan reagensia karbonilnya, maka diperoleh amida sebagai produk. Jika

reaksi karbonil berupa aldehid atau keton, produknya dalah imina (dari amina primer,

RNH2) atau suatu enamina (dari suatu amina sekunder, R2NH).

-NR3+OH-) merupakan suatu teknik sintetik lain. Eliminasi Hofmann dari

amonium kuarter hidroksida, lebih berguna sebagai suatu alat analitis dari pada suatu alat

sintetik, karena dihasilkan campuran alkena. (juga, suatu reaksi eliminasi alkil halida

merupakan jalur yang lebih mudah menuju alkena di laboratorium). Bahkan spektroskopi

nmr telah lebih bayak digunakan sebgai suatu alat bantu dalam suatu struktur dari pada

eliminasi Hofmann. Di pihak lain,pengubahan suatu arilamina menjadi garam diazonium

yang disusul reaksi substitusi, sangat berguna dalam sitesis organik, dan untuk memeriksa

tipe senyawa yang mudah diperoleh dari garam arildiazonium.

Enantiomer tunggal dari amina kristal lazim dijumpai dalam tumbuhan. Karena

kebasaannya, beberapa amina ini dapat digunakan untuk memisahkan asm-asam karboksilat

rasimik. Dua diantaranya ialah striknina (strychnine) dan brusina (brucine), keduanya dapat

diisolasi dari biji bidara laut (strychnos nux-vomica; kedua senyawa itu merupakanstimulan

yang bersifat racun dalam sistem syaraf pusat). Berikut adalah beberapa senyawa yang dapat

diperoleh dari amina:

- Garam amina

- Amida

- Imida

- Enamina

- Garam arildiazonium

- Alkena

R3N + R’X R3NR’X- (Garam Amina)

O O

R2NH + R’CCl R2NCR’ (Amida)

RNH2 primer + R’2C O RN CR’2 (Imina) O NR2

Page 18: Paper Aminasi

NaNO2

HCl

CH3I

Ag2O,H2O

NaNO2

HCl

R2NH sekunder + R’2CHCR’ R’2C CR’ (Enamina)

ArNH2 ArN2+Cl- (Garam Arildiazonium)

NR’2

R2CHCR2 R2C CR2 (Alkena)

3.2 Garam Amina

Garam yang terbentuk oleh amina adalah zat kristal yang dapat segera larut dalam

air. Larut Banyak alkaloid (misalnya kina dan atropin) digunakan medicinally dalam bentuk

garam larut ('hydrochlorides'). Jika alkali (natrium hidroksida) ditambahkan ke larutan garam

seperti amina bebas adalah dibebaskan. 

Reaksi suatu asam amina dengan suatu asam mineral (seperti CHl) atau suatu asam

karboksilat (seperti asam asetat) menghasilkan suatu garam amina. Garam amina lazim diberi

nama menurut salah satu dari dua cara: sebagai garam ammonium tersubstitusi atau sebagai

kompleks amina-asam.

(CH3)3N: + HCl (CH3)3NH+ Cl-

trimetilamonium klorida

atau

trimetilamina hidroklorida

CH3CH2NH2 + CH3CO2H CH3CH2NH3 -O2CCH3

etilamonium asetat

atau

etilamina asetat

Page 19: Paper Aminasi

2.2.1 Proses Pembuatan Anilin

Aminasi Chlorobenzen

Pada proses aminasi chlorobenzen menggunakan zat pereaksi amoniak

cair, dalam fasa cair dengan katalis Tembaga Oxide dipanaskan akan

menghasilkan 85 - 90 % anilin. Sedangkan katalis yang aktif untuk reaksi ini

adalah Tembaga Khlorid yang terbentuk dari hasil reaksi samping ammonium

khlorid dengan Tembaga Oxide. Mula - mula amoniak cair dimasukkan ke

dalam mixer dan pada saat bersamaan chlorobenzen dimasukkan pula, tekanan

di dalam mixer adalah 200 atm. Dari mixer campuran chlorobenzen dengan

amoniak dilewatkan ke preheater kemudian masuk ke reaktor dengan suhu

reaksi 235 °C dan tekanan 200 atm. Pada reaksi ini ammonia cair yang

digunakan adalah berlebihan. Dengan menggunakan katalis tertentu, reaksi yang

terjadi adalah sebagai berikut :

C6H5Cl + 2 NH3 C6H5NH2+ NH4Cl

Pada proses aminasi chlorobenzen, hasil yang diperoleh berupa nitro

anilin dengan yield yang dihasilkan adalah 96%. (Groggins, 1958)

2.2.2 Proses Pembuatan Amphetamine

Amphetamine atau amphetamine juga dikenal sebagai alpha-methyl-

phenethylamine, phenyl-isopropylamine, beta-phenyl-isopropylamine dan

Benzedrine adalah stimulan yang biasa digunakan untuk mengobati Attention-

deficit hyperactivity disorder (ADHD) pada remaja dan anak-anak. Selain itu,

juga digunakan untuk pengobatan simptomatis dari traumatic brain injury dan

gejala mengantuk karena narcopelsy serta chronic fatigue syndrome. Pada

awalnya, senyawa ini dikenal dapat digunakan untuk mengurangi nafsu makan

dan untuk kontrol berat badan. Saat ini, obat tersebut ilegal untuk diedarkan.

Amphetamine merupakan cairan tak berwarna dengan bau amina dan

mudah larut dalam air (1:50) serta larut dalam alkohol. Bentuk basa mudah

menguap pada suhu kamar dan telah digunakan sebagai inhalant, tetapi secara

komersial tidak lagi tersedia di US. Amphetamine sulfate merupakan serbuk

kristal putih dan tidak berbau serta sedikit berasa pahit. Amphetamine sulfate

memiliki kelarutan tinggi dalam air (1:9) dan sedikit larut dalam alkohol (sekitar

1:500). Struktur Kimia Amphetamine (1-phenylpropan-2-amine).

Page 20: Paper Aminasi

Senyawa amina dapat disintesis dalam satu tahap dengan mereaksikan

keton atau aldehid dengan amonia atau suatu amina dalam sejumlah agen

pereduksi. Proses ini dinamakan reaksi aminasi reduktif. Reduktif aminasi ini

terjadi melalui penyerangan gugus karbonil oleh amina dan menghasilkan imina

melalui reaksi adisi nukleofilik.

Langkah pertama adalah adisi nukleofilik pada gugus karbonil yang

diikuti dengan transfer proton. Produk yang dihasilkan pada langkah pertama ini

adalah hemiaminal atau sering disebut carbinolamine. Bentuk ini biasanya tidak

stabil dan tidak dapat diisolasi. Reaksi yang kedua adalah eliminasi air dari

hemiaminal sehingga terbentuklah senyawa imina. Kemudian bentuk imina ini

direduksi dengan agen pereduksi seperti gas hidrogen dan palladium (H2/Pd),

gas hidrogen dan platina (H2/Pt), Natrium borohidrid (NaBH4) atau dengan

lithium aluminium hidrida (LiAlH4) untuk membentuk senyawa amina.

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan amphetamine secara

aminasi reduktif adalah benzyl methyl keton. Senyawa benzyl methyl keton

yang digunakan adalah phenil-2-propanone (P2P). Saat ini, P2P merupakan

bahan kimia yang peredarannya sangat dibatasi karena kekhawatiran

penyalahgunaan bahan ini sebagai starting material untuk pembuatan

amphetamine. Selain reaksi aminasi reduktif, juga dikenal reaksi lain untuk

pembuatan amphetamine.

Salah satu upaya sintesis amphetamine adalah dengan cara aminasi

reduktif tekanan tinggi terhadap 1-phenil-2-propanone dengan menggunakan

Raney Nickel. Prosedur pembuatan secara laboratorium adalah sebagai berikut :

1. Satu mol atau kurang lebih 134,2 gram phenyl-2-propanone dilarutkan ke

dalam 500 ml methanol yang telah dijenuhkan dengan ammonia pada suhu

10oC (sekitar 94 gram atau 5,5 mol).

2. Setelah penambahan Raney nickel dari 30 gram alloy, dilakukan hidrogenasi

dalam autoclave yang dilengkapi dengan shaker atau pengaduk. Hidrogenasi

ini dijalankan pada suhu 90oC dan tekanan 100 atm. Setelah pengambilan

hidrogen telah berhenti, tekanan diturunkan.

3. Kemudian dilakukan penyaringan terhadap katalis dan dilakukan destilasi

untuk penghilangan pelar tekanan. Residu diasamkan dengan 20% HCl

hingga pH 3.

Page 21: Paper Aminasi

4. Pengotor non-basic (asam) diekstraksi dengan eter. Ekstrak eter ini dibuang.

Sedangkan larutan berair (fase air) dibasakan dengan larutan NaOH 40% dan

diekstraksi dengan eter.

5. Ekstrak eter (berisi amphetamine base) dikeringkan dari tapak-tapak air

dengan melewatkannya pada KOH.

6. Pelarut eter diuapkan dan produk didestilasi untuk mendapatkan produk yang

lebih murni (yield 90%) dengan b.p 92oC.

7. Amphetamine lebih baik disimpan dalam bentuk hidroklorida. Untuk

mendapatkan bentuk hidroklorida, amphetamine base dilarutkan dengan

pendinginan dalam alkohol jenuh HCl dalam jumlah berlebih. Dilakukan

presipitasi dengan eter absolut untuk mendapatkan racemic DL amphetamine

hydrochloride, mp 1520C.

Page 22: Paper Aminasi