panduan penyusunan analisis ketersediaan pangan 20121 copy

Upload: anz

Post on 04-Nov-2015

165 views

Category:

Documents


71 download

DESCRIPTION

Analisis Ketersediaan Pangan 2012

TRANSCRIPT

  • PUSAT KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN

    BADAN KETAHANAN PANGAN

    KEMENTERIAN PERTANIAN

    2012

  • i

    KATA PENGANTAR

    Ketahanan pangan mensyaratkan ketersediaan pangan yang cukup dan

    berkelanjutan sepanjang waktu, sehingga situasi ketersediaan pangan

    perlu diketahui secara periodik. Untuk memfasilitasi proses tersebut

    maka diperlukan data-data yang menyangkut ketersediaan pangan

    serta proses analisis terhadap data yang telah diperoleh sehingga

    menghasilkan suatu informasi yang berguna bagi banyak pihak.

    Sehubungan dengan hal tersebut, maka proses pengumpulan,

    pengolahan hingga penyajian data perlu dilakukan secara cermat.

    Buku Panduan ini memuat cara-cara memantau, mengolah dan

    menyajikan data Analisis Ketersediaan Pangan yang meliputi Analisis

    Ketersediaan berdasarkan Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan

    Harapan, Pola Panen Bulanan, Prognosa Hari Besar Keagamaan serta

    Pemantauan Ketersediaan. Dengan adanya buku ini, diharapkan data dan

    informasi yang ditampilkan lebih komunikatif dan mudah dimengerti.

    Semoga buku panduan ini dapat bermanfaat untuk menunjang

    ketersediaan pangan yang diperlukan bagi perumusan kebijakan

    pengembangan ketahanan pangan.

    Jakarta, Januari 2012

    Kepala Pusat

    Ketersediaan dan Kerawanan Pangan

    Dr. Ir. Tjuk Eko Hari Basuki, MSt.

    NIP. 19580216 198103 1 001

  • ii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ...................................................................... i

    DAFTAR ISI ................................................................................... ii

    DAFTAR TABEL .......................................................................... iv

    I. PENDAHULUAN .................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang .................................................................. 1

    1.2 Tujuan ................................................................................ 2

    1.3 Sasaran............................................................................... 2

    1.4 Output ................................................................................ 2

    1.5 Definisi .............................................................................. 2

    II. ANALISIS KETERSEDIAAN PANGAN BERDASARKAN

    ANGKA KECUKUPAN GIZI (AKG) DAN POLA PANGAN

    HARAPAN (PPH) .................................................................... 6

    2.1 Konsepsi ............................................................................ 6

    2.2 Metodologi ........................................................................ 7

    A. Penilaian Mutu Ketersediaan Pangan Berdasarkan

    Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan ...... 7

    1. Data dan Sumber Data ............................................. 7

    2. Langkah-langkah Perhitungan ............................... 11

    3. Contoh Perhitungan ............................................... 12

    B. Perencanaan Ketersediaan Pangan berdasarkan AKG

    dan PPH ...................................................................... 15

    1. Data dan Sumber Data ........................................... 15

    2. Langkah langkah Perhitungan............................. 15

    3. Contoh Perhitungan ............................................... 17

    III. POLA PANEN BULANAN ................................................... 33

    3.1 Konsepsi .......................................................................... 33

    3.2 Metodologi ...................................................................... 35

    A. Data dan Sumber Data ................................................ 35

    1. Distribusi Luas Panen dan Produksi Bulanan ........ 35

    2. Neraca Ketersediaan .............................................. 35

  • iii

    B. Langkah Perhitungan .................................................. 36

    1. Distribusi Luas Panen dan Produksi Bulanan ........ 36

    2. Neraca Ketersediaan .............................................. 37

    C. Contoh Perhitungan .................................................... 42

    1. Distribusi Luas Panen Padi .................................... 42

    2. Distribusi Produksi Padi ........................................ 48

    3. Neraca Ketersediaan Padi ...................................... 54

    4. Neraca Ketersediaan Jagung .................................. 56

    IV. PROGNOSA HARI BESAR KEAGAMAAN ....................... 60

    4.1 Konsepsi .......................................................................... 60

    4.2 Metodologi ...................................................................... 63

    A. Data dan Sumber Data ................................................ 63

    B. Langkah Perhitungan .................................................. 64

    C. Contoh Perhitungan .................................................... 65

    V. PEMANTAUAN KETERSEDIAAN ..................................... 74

    5.1 Konsepsi .......................................................................... 74

    5.2 Metodologi ...................................................................... 75

    A. Data dan Sumber Data ................................................ 75

    B. Langkah Perhitungan .................................................. 77

    VI. PENUTUP .............................................................................. 81

    LAMPIRAN .................................................................................. 82

  • iv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Perbedaan NBM dan PPH ............................................... 10

    Tabel 2. NBM Nasional Tahun 2009 ............................................ 13

    Tabel 3. Skor Pola Pangan Harapan Tahun 2009 .......................... 13

    Tabel 4. Koefisien Peningkatan Penyediaan Komoditas Pangan

    Menjelang HBKN............................................................ 62

    Tabel 5. Selang Waktu Persiapan Penyediaan Pangan Menjelang

    HBKN Tahun 2011 .......................................................... 63

    Tabel 6. Kebutuhan Beras Setiap Bulan Secara Normatif Tahun

    2012 ................................................................................. 66

    Tabel 7. Koefisien peningkatan dan selang waktu pada kalender

    HBKN pada tahun 2012 .................................................. 69

    Tabel 8. Kebutuhan Beras Setiap Bulan Dengan Memperhitungkan

    HBKN Tahun 2012 ......................................................... 71

    Tabel 9. Prognosa Ketersediaan dan Kebutuhan Beras Menjelang

    HBKN Tahun 2012 ......................................................... 72

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 1

    I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Ketahanan Pangan diartikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan

    bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara

    cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata dan

    terjangkau (Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang

    Pangan). Ketahanan pangan tersebut, mensyaratkan ketersediaan

    pangan yang cukup dan berkelanjutan sepanjang waktu. Sehingga,

    situasi ketersediaan pangan perlu diketahui secara periodik.

    Ketersediaan pangan menjelaskan tentang jumlah bahan pangan

    yang tersedia di suatu wilayah. Ketersediaan pangan dapat

    diwujudkan melalui produksi dalam negeri/daerah, pemasukan dari

    luar negeri/daerah serta cadangan yang dimiliki negeri/daerah yang

    bersangkutan. Untuk menjaga tingkat ketersediaan pangan di

    masyarakat maka harus diperhatikan angka kecukupan gizi dan

    pola pangan harapan, pola panen bulanan komoditas pertanian serta

    penyediaan pangan menjelang hari besar keagamaan. Untuk itu

    diperlukan suatu sistem pemantauan ketersediaan pangan secara

    menyeluruh dan berkelanjutan.

    Melalui kegiatan pemantauan dan analisis ketersediaan pangan ini

    maka dapat diketahui surplus tidaknya kondisi pangan di suatu

    daerah pada suatu waktu, sehingga dapat dijadikan acuan dalam

    perencanaan dan pengambilan kebijakan yang menyangkut

    ketahanan pangan.

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 2

    1.2 Tujuan

    Tujuan disusunnya panduan ini adalah :

    a. Mencapai persamaan persepsi dan pemahaman dalam

    melakukan pemantauan dan analisis ketersediaan pangan

    b. Menjadi acuan bagi aparat daerah dalam hal pelaksanaan

    kegiatan pemantauan dan analisis ketersediaan pangan

    c. Meningkatkan kinerja aparat daerah dalam hal pelaksanaan

    kegiatan pemantauan dan analisis ketersediaan pangan.

    1.3 Sasaran

    a. Terlaksananya kegiatan pemantauan dan analisis ketersediaan

    pangan di tingkat pusat dan daerah

    b. Meningkatnya kualitas data dan informasi tentang analisis

    ketersediaan pangan di tingkat pusat dan daerah

    1.4 Output

    Petugas diharapkan mampu menyusun laporan analisis

    ketersediaan pangan berdasarkan :

    a. Angka Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan

    b. Pola Panen Bulanan

    c. Prognosa HBKN

    d. Pemantauan Ketersediaan

    1.5 Definisi

    a. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati

    dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang

    diperuntukkan sebagai makanan/minuman bagi konsumsi

    manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 3

    pangan dan bahan lain yang digunakan dalam proses

    penyiapan pengolahan atau pembuatan makanan dan minuman.

    b. Produksi pangan adalah hasil menurut bentuk produk dari

    setiap tanaman yang diambil untuk bahan pangan berdasarkan

    luas yang dipanen pada bulan atau triwulan laporan.

    c. Ketersediaan Pangan adalah sejumlah bahan pangan

    (makanan) yang tersedia untuk dikonsumsi setiap penduduk

    suatu negara/daerah dalam suatu kurun waktu tertentu baik

    dalam bentuk natural maupun bentuk gizinya. Ketersediaan

    pangan ditentukan dari produksi domestik, masuknya pangan

    melalui mekanisme pasar, stok pangan yang dimiliki pedagang

    dan pemerintah serta bantuan pangan baik dari pemerintah

    maupun dari badan bantuan pangan.Unsur gizi utama adalah

    energi, protein, lemak, vitamin dan mineral.

    d. Kebutuhan pangan adalah jumlah pangan yang dibutuhkan untuk

    konsumsi rumahtangga dan non rumahtangga.

    e. Konsumsi rumahtangga adalah konsumsi yang digunakan

    untuk memenuhi kebutuhan individu di dalam rumahtangga.

    f. Konsumsi non rumahtangga adalah konsumsi yang digunakan

    untuk memenuhi kebutuhan diluar rumahtangga antara lain

    industri, restoran, hotel, dll.

    g. Pangan untuk pakan adalah sejumlah bahan makanan yang

    langsung diberikan kepada ternak, baik ternak besar, ternak

    kecil, unggas maupun ikan.

    h. Pangan untuk bibit/benih adalah sejumlah bahan pangan yang

    digunakan untuk keperluan reproduksi.

    i. Pangan tercecer adalah sejumlah makanan yang hilang/rusak,

    sehingga tidak dapat dikonsumsi oleh manusia, yang terjadi

    secara tidak sengaja sejak bahan makanan tersebut diproduksi

    hingga tersedia untuk dikonsumsi.

    j. Data time series (berkala) adalah data yang dikumpulkan dari

    waktu ke waktu untuk mengetahui perkembangan kegiatan

    tertentu.

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 4

    k. Stok adalah sejumlah bahan makanan yang disimpan/dikuasai oleh

    pemerintah atau swasta, seperti yang ada di pabrik, gudang, depo,

    lumbung petani/rumahtangga dan pasar/pedagang yang dimaksudkan

    sebagai cadangan.

    l. Surplus pangan adalah situasi dimana tingkat ketersediaan

    pangan lebih besar daripada total kebutuhan dalam kurun

    waktu tertentu.

    m. Defisit pangan adalah situasi dimana tingkat ketersediaan

    pangan lebih besar daripada total kebutuhan dalam kurun

    waktu tertentu.

    n. Ekspor merupakan suatu kegiatan mengeluarkan komoditas

    pangan ke luar negeri atau wilayah lain untuk pemenuhan

    ketersediaan dan kebutuhan suatu Negara atau wilayah.

    o. Impor merupakan suatu kegiatan mendatangkan komoditas

    pangan dari luar negara atau wilayah lain untuk tujuan

    pemenuhan ketersediaan dan kebutuhan suatu Negara atau

    wilayah.

    p. Bagian yang dapat dimakan (BDD) adalah bagian atau

    persentase dari suatu bahan makanan yang dapat dikonsumsi

    manusia.

    q. Bobot (rating) adalah nilai yang diberikan untuk setiap

    kelompok bahan pangan dengan mempertimbangkan

    kepadatan energi, zat gizi, serat, kuantitas, dan cita rasa

    terhadap komoditas tersebut.

    r. Skor mutu pangan (skor PPH) adalah ukuran kualitas/mutu

    bahan pangan yang didasarkan pada kontribusi energi setiap

    kelompok pangan dikalikan dengan bobot/rating.

    s. Pola pangan harapan adalah susunan beragam pangan yang

    didasarkan atas proporsi keseimbangan energi dari 9 kelompok

    pangan dengan mempertimbangkan segi daya terima,

    ketersediaan pangan, ekonomi, budaya dan agama.

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 5

    t. Neraca Bahan Makanan adalah suatu bentuk tabel yang

    terdiri dari kolom-kolom yang memuat berbagai informasi

    berupa data tentang situasi dan kondisi penyediaan bahan

    pangan, mulai dari data produksi, pengadaan serta perubahan-

    perubahan yang terjadi hingga suatu komodidas tersedia untuk

    dikonsumsi oleh penduduk suatu daerah/negara dalam satu

    kurun waktu tertentu.

    u. Hari besar keagamaan dan nasional adalah hari raya keagamaan

    dan hari besar menurut kalender nasional.

    v. Prognosa kebutuhan dan ketersediaan pangan adalah estimasi atau

    perkiraan tingkat kebutuhan dan ketersediaan pangan berdasarkan

    suatu indikator atau parameter tertentu.

    w. Luas panen adalah luas tanaman yang diambil

    hasilnya/dipanen setelah tanaman tersebut cukup umur.

    x. Pola panen bulanan adalah kecenderungan trend panen suatu

    komoditas tertentu selama kurun waktu satu tahun.

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 6

    II. ANALISIS KETERSEDIAAN PANGAN

    BERDASARKAN ANGKA KECUKUPAN GIZI (AKG)

    DAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

    2.1 Konsepsi

    Secara konseptual, sistem pertahanan pangan dapat dilihat dari tiga

    komponen, yaitu produksi, distribusi serta konsumsi pangan.

    Dalam hal memenuhi konsumsi pangan, yang beragam, bergizi dan

    berimbang, ketersediaan pangan juga harus memenuhi syarat

    terpenuhinya kecukupan gizi serta keberagamannya. Selama ini

    pangan yang tersedia baru mencukupi dari segi jumlah dan belum

    memenuhi keseimbangan yang sesuai dengan norma gizi.

    Berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) VIII

    Tahun 2004, rekomendasi angka kecukupan gizi (AKG) pada

    tingkat konsumsi adalah 2.000 kal/kap/hr untuk energi dan 52

    g/kap/hr untuk protein. Rekomendasi pada tingkat ketersediaan

    adalah 2.200 kal/kap/hr untuk energi dan 57 g/kap/hr untuk protein.

    Berkaitan dengan hal tersebut diatas, untuk mengukur keberhasilan

    upaya pemenuhan kecukupan gizi dengan mempertimbangkan

    keberagaman pangan dalam produksi, ketersediaan dan konsumsi

    pangan penduduk diperlukan suatu parameter, salah satunya adalah

    Pola Pangan Harapan (PPH). Secara umum, PPH pada tingkat

    ketersediaan dapat digunakan untuk: (1) menilai mutu dan

    keragaman pangan dari sisi ketersediaan melalui penghitungan skor

    PPH, (2) menyusun perencanaan ketersediaan pangan. Dengan

    melihat skor PPH diketahui tidak hanya pemenuhan kecukupan gizi

    tetapi sekaligus juga mempertimbangkan keseimbangan gizi yang

    didukung oleh cita rasa, daya cerna, daya terima masyarakat,

    kuantitas dan kemampuan daya beli. Semakin tinggi skor mutu

    pangan tersebut, maka tingkat ketersediaan pangan semakin

    beragam dan komposisinya semakin baik/berimbang. Sedangkan

    penyusunan perencanaan ketersediaan pangan melalui

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 7

    pengelompokkan PPH dilakukan berdasarkan tingkat konsumsi

    hasil angka Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). Dengan

    demikian perencanaan ketersediaan pangan tersebut tetap

    mempertimbangkan kecukupan gizi dan keberagaman pangan yang

    seimbang. Berdasarkan Deptan 2001, susunan PPH ideal (tingkat

    nasional) adalah sebagai berikut :

    Padi padian (50% dari total energi),

    Umbi umbian (6% dari total energi),

    Pangan hewani (12% dari total energi),

    Minyak dan lemak (10% dari total energi)

    Buah/biji berminyak (3% dari total energi)

    Kacang kacangan (5% dari total energi)

    Gula (5% dari total energi)

    Sayur dan buah (6% dari total energi)

    Lain lain (3% dari total energi)

    2.2 Metodologi

    A. Penilaian Mutu Ketersediaan Pangan Berdasarkan Angka

    Kecukupan Gizi dan Pola Pangan Harapan

    1. Data dan Sumber Data

    Data data yang diperlukan dalam perhitungan skor PPH

    adalah:

    Data ketersediaan pangan dalam bentuk energi pada Neraca

    Bahan Makanan (NBM), sumber: NBM Kementan

    Bobot dan skor maksimal PPH, sumbernya Deptan 2001

    Rekomendasi AKG Ketersediaan Pangan besarnya 2200

    kalori perkapita perhari, sumber : WNPG VIII tahun 2004

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 8

    Pengelompokkan jenis pangan berdasarkan PPH berbeda

    dengan pengelompokkan jenis pangan berdasarkan NBM. Oleh

    karena itu, untuk penghitungan skor PPH perlu dilakukan

    penyesuaian kelompok pangan dari kelompok pangan NBM ke

    kelompok pangan PPH.

    Pengelompokkan pangan berdasarkan PPH dan NBM dapat

    dijelaskan sebagai berikut:

    Kelompok Pola Pangan Harapan

    Kelompok pangan PPH dibagi menjadi 9 kelompok, yaitu:

    1. Padi padian (beras, jagung, dan gandum).

    2. Umbi umbian (ubi kayu, ubi jalar, kentang, talas dan

    sagu).

    3. Pangan hewani (daging, ikan, telur dan susu).

    4. Minyak dan lemak (minyak kelapa, minyak sawit,

    margarin dan lemak hewani)

    5. Buah/biji berminyak (kelapa, kemiri, kenari dan

    coklat).

    6. Kacang kacangan (kacang tanah, kedelai, kacang

    hijau, kacang merah dan kacang lainnya).

    7. Gula (gula pasir dan gula merah).

    8. Sayur dan buah (sayuran segar dan buah segar).

    9. Lain lain (teh, kopi, terasi, dan bumbu lainnya).

    Kelompok NBM

    Kelompok pangan NBM dibagi menjadi 11 kelompok,

    yaitu:

    1. Padi padian (padi gagang/gabah, gabah/beras,

    jagung, jagung basah, gandum, dan tepung gandum).

    2. Umbi umbian (ubi jalar, ubi kayu, ubi kayu/gaplek,

    ubi kayu/tapioca, dan sagu/tepung sagu).

    3. Gula (gula pasir dan gula mangkok).

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 9

    4. Buah/biji berminyak (kacang tanah berkulit, kacang

    tanah lepas kulit, kedelai, kacang hijau, kelapa

    berkulit/daging, dan kelapa daging/kopra).

    5. Buah buahan.

    6. Sayur sayuran.

    7. Daging (daging sapi, daging kerbau, daging kambing,

    daging domba, daging kuda, daging babi, daging

    ayam buras, daging ayam ras, daging itik, dan jeroan

    semua jenis).

    8. Telur (telur ayam buras, telur ayam ras, dan telur itik).

    9. Susu (susu sapi, dan susu impor).

    10. Ikan (tuna, kakap, cucut, bawal, teri, lemuru,

    kembung, tenggiri, bandeng, belanank, mujair, ikan

    mas, udang, rajungan, kerang darah, cumi-cumi dan

    sotong, lainnya).

    11. Minyak dan Lemak (kacang tanah/minyak,

    kopra/minyak goreng, minyak sawit/palm oils,

    minyak sawit/minyak goreng, lemak sapi, lemak

    kerbau, lemak kambing, lemak domba, dan lemak

    babi).

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 10

    Tabel 1. Perbedaan NBM dan PPH

    NBM PPH

    1. Padi padian 2. Umbi umbian

    3. Gula 4. Buah/biji berminyak

    (kac. Tanah, kedelai,

    kac. Hijau, kelapa)

    5. Buah buahan

    6. Sayur sayuran

    7. Daging, termasuk jeroan

    8. Telur 9. Susu 10. Ikan 11. Minyak dan Lemak

    1. Padi padian 2. Umbi umbian +

    kentang

    3. Gula 4. Buah/biji berminyak

    (hanya kelapa)

    5. Kacang kacangan (kac. Merah, kacang

    tanah, kedelai, kac.

    Hijau)

    6. Sayur dan buah (minus kentang dan kac.

    Merah)

    7. Pangan hewani (minus jeroan)

    8. Minyak dan lemak (plus jeroan)

    9. Lain lain

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 11

    2. Langkah-langkah Perhitungan

    Penentuan Bobot dalam PPH

    Berdasarkan triguna pangan, pangan berfungsi sebagai

    sumber energi yang berasal dari karbohidrat, sumber

    pembangun yang berasal dari protein dan sumber pengatur

    yang berasal dari vitamin dan mineral. Setiap fungsi

    berperan sama besarnya, dengan bobot turunan masing-

    masing 33,3%. Penentuan bobot kelompok pangan dapat

    dijelaskan sebagai berikut:

    a. Untuk kelompok pangan sumber karbohidrat dan

    energi, terdiri dari padi-padian, umbi-umbian, minyak

    dan lemak, buah/biji berminyak dan gula, dengan total

    kontribusi energi (%AKG) dari PPH adalah 74%

    (Deptan, 2001). Bobot untuk kelompok pangan ini

    adalah 0,5 (berasal dari nilai 33,3 dibagi 74).

    b. Untuk kelompok pangan sumber protein/lauk-

    pauk, terdiri dari kacang-kacangan dan pangan

    hewani, dengan total kontribusi energi (%AKG) dari

    PPH adalah 17%. Bobot untuk kelompok pangan ini

    adalah 2,0 (berasal dari nilai 33,3 dibagi 17).

    c. Untuk kelompok pangan sumber vitamin dan

    mineral, terdiri dari sayur dan buah dengan dengan

    total kontribusi energi (%AKG) dari PPH adalah 6%.

    Bobot untuk kelompok pangan ini adalah 5,0 (berasal

    dari nilai 33,3 dibagi 6).

    d. Kelompok pangan lainnya (aneka minuman dan

    bumbu) dengan kontribusi energi 3% akan diperoleh

    rating 0,0 yang berasal dari nilai 0 dibagi 3. Rating 0

    untuk kelompok pangan lainnya didasarkan pada

    pertimbangan bahwa konsumsi bumbu dan minuman

    tidak dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi.

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 12

    Cara Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan

    a. Menyesuaikan pengelompokan pangan dari NBM ke

    kelompok PPH.

    b. Memasukkan data ketersediaan pangan dalam bentuk

    energi (kkal/kap/hr) pada setiap kelompok pangan

    pada tabel PPH.

    c. Menghitung kontribusi energi dari setiap kelompok

    pangan (%) terhadap total energi tingkat ketersediaan

    (2.200 kkal/kap/hr).

    d. Memasukkan angka bobot dan skor maksimum setiap

    kelompok pangan ke dalam tabel PPH.

    e. Menghitung skor PPH dengan mengalikan antara

    persentase AKE dengan bobot setiap kelompok

    pangan.

    f. Jika skor PPH setiap kelompok pangan lebih besar

    dari skor maksimumnya, maka skor PPH yang

    diambil adalah skor maksimumnya. Jika skor PPH

    setiap kelompok pangan lebih kecil dari skor

    maksimumnya, maka skor PPH yang diambil adalah

    skor riilnya

    g. Menjumlahkan skor PPH dari seluruh kelompok

    pangan. Jumlah hasil perhitungan skor PPH maksimal

    100.

    3. Contoh Perhitungan

    Berikut ini contoh perhitungan Skor Pola Pangan Harapan

    Tingkat Ketersediaan Berdasarkan Neraca Bahan Makanan

    Nasional Tahun 2009

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 13

    Tabel 2. NBM Nasional Tahun 2009

    Tabel 3. Skor Pola Pangan Harapan Tahun 2009

    No. Kelompok Pangan Tahun 2009 (kkal/kap/hr)

    1 Padi Padian 2.164

    2 Umbi umbian 272

    3 Gula 193

    4 Buah/biji berminyak :

    Kelapa

    Kac. Tanah

    Kedelai

    Kac. Hijau

    209

    68

    40

    90

    11

    5 Buah buahan 104

    6 Sayur sayuran : Kacang merah

    Kentang

    47

    4

    7

    7 Daging :

    Jeroan

    44

    5

    8 Telur 21

    9 Susu 19

    10 Ikan 57

    11 Minyak dan Lemak 190

    Jumlah 3.320

    No. Kelompok Bahan

    Pangan

    Energi %

    AKE Bobot

    Skor

    riil

    Skor

    PPH

    Skor

    Maks (Kalori)

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

    1. Padi-padian 2.164 98,4 0,5 49,2 25,0 25,0

    2. Umbi-umbian 279 12,7 0,5 6,3 2,5 2,5

    3. Pangan Hewani 137 6,2 2,0 12,4 12,4 24,0

    4. Minyak dan Lemak 195 8,8 0,5 4,4 4,4 5,0

    5. Buah/biji berminyak 68 3,1 0,5 1,5 1,0 1,0

    6. Kacang-kacangan 145 6,6 2,0 13,2 10,0 10,0

    7. Gula 193 8,8 0,5 4,4 2,5 2,5

    8. Sayuran dan buah 140 6,4 5,0 31,9 30,0 30,0

    9. Lain-lain - - - - - -

    Jumlah 3.320 150,9 87,8 100

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 14

    Keterangan :

    Contoh perhitungan kelompok padi - padian

    Kolom (4) : kolom (3)/Tk. Ktrsdiaan Energi (2200 Kal) x 100%

    = 2164 / 2200 x 100 = 98,4%

    Kolom (6) : kolom (4) x Bobot

    = 98,4 x 0,5 = 49,2

    Kolom (7) : Jika skor PPH > skor maks, maka skor PPH adalah

    skor maks.

    49,2 > 25, maka skor PPH = 25

    Contoh perhitungan kelompok pangan hewani

    Kolom (4) : kolom (3)/Tk. Ktrsdiaan Energi (2200 Kal) x 100%

    = 137 / 2200 x 100 = 6,2%

    Kolom (6) : kolom (4) x Bobot

    = 6,2 x 2 = 12,4

    Kolom (7) : Jika skor PPH < Skor maks, maka skor PPH adalah

    skor riil.

    12,4 < 24, maka skor PPH = 12,4

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 15

    B. Perencanaan Ketersediaan Pangan berdasarkan AKG dan

    PPH

    1. Data dan Sumber Data

    Data data yang diperlukan dalam perencanaan ketersediaan

    pangan adalah sebagai berikut :

    a. Pola konsumsi pangan setempat, sumber Susenas, BPS

    atau survei konsumsi rumahtangga wilayah yang

    dilakukan oleh instasi terkait setempat.

    b. Jumlah penduduk pada tahun bersangkutan, sumber BPS.

    c. Kandungan zat gizi dan bagian yang dapat dimakan,

    sumber Daftar Komposisi Bahan Makanan, Kemenkes.

    2. Langkah langkah Perhitungan

    a. Lihat persentase sumbangan energi ideal dari masing

    masing kelompok pangan berdasarkan PPH (Deptan,

    2001).

    b. Hitung jumlah kalori ideal dari setiap kelompok pangan.

    Pada tingkat konsumsi yaitu persentase sumbangan energi

    ideal dikalikan dengan AKG tingkat konsumsi (2.000 kal),

    sedangkan pada tingkat ketersediaan yaitu persentase

    sumbangan energi ideal dikalikan dengan AKG tingkat

    ketersediaan (2.200 kal).

    c. Lihat jenis pangan yang ada pada setiap kelompok pangan.

    d. Masukkan data konsumsi energi setiap jenis pangan yang

    diperoleh dari data Susenas terakhir/hasil survei konsumsi

    rumahtangga wilayah.

    e. Hitung persentase konsumsi energi setiap jenis pangan

    terhadap total konsumsi energi pada kelompok pangan

    yang bersangkutan.

    f. Kalikan persentase konsumsi energi setiap jenis pangan

    dengan sumbangan kalori ideal pada kelompok pangan

    bersangkutan di tingkat konsumsi, begitu juga pada tingkat

    ketersediaan.

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 16

    g. Konversikan kebutuhan energi dalam bentuk kalori setiap

    jenis pangan di tingkat konsumsi maupun tingkat

    ketersediaan dalam bentuk volume pangan.

    Untuk mengetahui kebutuhan gram perkapita perhari,

    energi dikalikan dengan 100 gram/kandungan zat gizi

    bahan pangan dari setiap jenis pangan, lalu kalikan

    dengan 100/BDD.

    Untuk mengetahui kebutuhan kilogram perkapita

    pertahun, kalikan dengan 365 hari, kemudian dibagi

    1000 (gr menjadi kg).

    Untuk mengetahui total kebutuhan jenis pangan (ton)

    di suatu wilayah, kalikan dengan jumlah penduduk

    pada tahun bersangkutan, kemudian dibagi 1000 (kg

    menjadi ton).

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 17

    3. Contoh Perhitungan

    Berikut ini contoh perhitungan Perencanaan Ketersediaan Pangan Berdasarkan AKG dan PPH

    a. Kebutuhan Padi-padian

    PPH : 50% x 2.000 kkal = 1.000 kkal (tingkat konsumsi)

    50% x 2.200 kkal = 1.100 kkal (tingkat ketersediaan)

    No.

    Jenis

    Padi-

    padian

    Pola Konsumsi Kebut.Padi-padian Berdasarkan PPH

    kkal/kap/hr

    (Susenas

    2010)

    % Tk. Kons

    kal/kap/hr

    Tk.

    Ktrsdiaan

    kal/kap/hr

    Tk. Konsumsi Tk. Ketersediaan

    gr/hr kg/thn 000

    Ton gr/hr kg/thn

    000

    Ton

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

    1. Beras 982,8 80,7 807 888 222 81,2 19.286 245 89,3 21.214

    2. Jagung 16,2 1,3 13 15 4 1,5 361 5 1,7 397

    3. Terigu 218,7 18,0 180 198 54 19,7 4.678 59 21,7 5.146

    Total 1.217,7 100 1.000 1.100

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 18

    Keterangan : Contoh Perhitungan Untuk Beras

    Kolom (4) : (3) / Total (3) x 100 = 982,8 / 1.217,7 x 100 = 80,7 %

    Kolom (5) : (4) / Total (4) x Total (5) = 80,7 / 100 x 1.000 = 807 kkal/kap/hr

    Kolom (6) : (4) / Total (4) x Total (6) = 80,7 / 100 x 1.100 = 888 kkal/kap/hr

    Kolom (7) : (5) x (100 / Kandungan energi beras) x (BDD)

    = 807 x (100 / 363) x (100 / 100) = 222 gr/hr

    Kolom (8) : (7) x 365 / 1000 = 222 x 365/ 1000 = 81,2 kg/thn

    Kolom (9) : (8) / 1000 x Jumlah penduduk = 81,2 / 1000 x 237.641 = 19.286 (000 Ton)

    Kolom (10) : (6) x (100 / Kandungan energi beras) x (BDD)

    = 888 x (100 / 363) x (100 / 100) = 245 gr/hr

    Kolom (11) : (10) x 365 / 1000 = 245 x 365 / 1000 = 89,3 kg/thn

    Kolom (12) : (11) / 1000 x Jumlah penduduk = 89,3 / 1000 x 237.641 = 21.214 (000 Ton)

    Angka 363 : kandungan kalori dari 100 gram beras

    Jumlah Penduduk Tahun 2010 : 237.641 ribu jiwa.

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 19

    b. Kebutuhan Umbi umbian

    PPH : 6% x 2.000 kkal = 120 kkal (tingkat konsumsi)

    6% x 2.200 kkal = 132 kkal (tingkat ketersediaan)

    No.

    Jenis

    Umbi-

    umbian

    Pola Konsumsi Kebut.Umbi-umbian Berdasarkan PPH

    kkal/kap/hr

    (Susenas

    2010)

    % Tk. Kons

    kal/kap/hr

    Tk.

    Ktrsdiaan

    kal/kap/hr

    Tk. Konsumsi Tk. Ketersediaan

    gr/hr kg/thn 000 Ton gr/hr kg/thn 000 Ton

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

    1. Singkong 30,0 66,0 79,16 87,1 60 22,1 5.245 67 24,3 5.770

    2. Ubi jalar 8,4 18,5 22,16 24,4 18 6,5 1.537 19 7,1 1.690

    3. Kentang 2,6 5,7 6,86 7,6 13 4,8 1.143 14 5,3 1.257

    4. Sagu 3,3 7,2 8,65 9,5 4 1,5 359 5 1,7 395

    5.

    Umbi

    lainnya 1,2 2,6 3,17 3,5 4 1,4 330 4 1,5 363

    Total 45,5 100 120 132

    Keterangan : kebutuhan umbi lainnya setara dengan talas

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 20

    Keterangan : Contoh perhitungan untuk ubi kayu

    Kolom (4) : (3) / Total (3) x 100 = 30,0 / 45,5 x 100 = 66 %

    Kolom (5) : (4) / Total (4) x Total (5) = 66,0 / 100 x 120 = 79,16 kkal/kap/hr

    Kolom (6) : (4) / Total (4) x Total (6) = 66,0 / 100 x 132 = 87,1 kkal/kap/hr

    Kolom (7) : (5) x (100 / Kandungan energi ubi kayu) x (BDD)

    = 79,16 x (100 / 154) x (100 / 85) = 60 gr/hr

    Kolom (8) : (7) x 365 / 1000 = 60 x 365 / 1000 = 22,1 kg/thn

    Kolom (9) : (8) / 1000 x Jumlah penduduk = 22,1/1000 x 237.641 = 5.245 (000 Ton)

    Kolom (10) : (6) x (100 / Kandungan energi ubi kayu) x (BDD)

    = 87,1 x (100 / 154) x (100 / 85) = 66 gr/hr

    Kolom (11) : (10) x 365 / 1000 = 66 x 365 / 1000 = 24,3 kg/thn

    Kolom (12) : (11) / 1000 x Jumlah penduduk = 24,3 / 1000 x 237.641 = 5.770 (000 Ton)

    Angka 154 : kandungan kalori dari 100 gram ubi kayu

    Angka 85 : % bagian dapat dimakan singkong

    Jumlah Penduduk Tahun 2010 = 237.641 ribu jiwa

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 21

    c. Kebutuhan Pangan Hewani

    PPH : 12% x 2.000 kkal = 240 kkal (tingkat konsumsi)

    12% x 2.200 kkal = 264 kkal (tingkat ketersediaan)

    No. Jenis Pangan

    Hewani

    Pola Konsumsi Kebut.Pngn Hewani Berdasarkan PPH

    kkal/kap/hr

    (Susenas

    2010)

    % Tk. Kons

    kal/kap/hr

    Tk.

    Ktrsdiaan

    kal/kap/hr

    Tk. Konsumsi Tk. Ketersediaan

    gr/hr kg/thn 000 Ton gr/hr kg/thn 000 Ton

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

    1.

    Dg.

    Ruminansia 12,8 6,7 16 18 8 2,8 671 9 3,1 739

    2. Dg. Unggas 37,5 19,6 47 52 16 5,7 1.348 17 6,2 1.483

    3. Telur 27,5 14,3 34 38 25 9,2 2.179 28 10,1 2.397

    4. Susu 28,8 15,0 36 40 59 21,6 5.127 65 23,7 5.640

    5. Ikan 85,1 44,4 107 117 103 37,7 8.955 114 41,5 9.850

    Total 191,7 100 240 264

    Keterangan : Kebutuhan daging ruminansia setara dengan daging sapi

    Kebutuhan daging unggas setara dengan daging ayam

    Kebutuhan telur setara dengan telur ayam ras

    Kebutuhan ikan setara dengan ikan bandeng

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 22

    Keterangan : contoh perhitungan untuk daging ruminansia

    Kolom (4) : (3) / Total (3) x 100 = 12,8 / 191,7 x 100 = 6,7 %

    Kolom (5) : (4) / Total (4) x Total (5) = 6,7 / 100 x 240 = 16 kkal/kap/hr

    Kolom (6) : (4) / Total (4) x Total (6) = 6,7 / 100 x 264 = 18 kkal/kap/hr

    Kolom (7) : (5) x (100 / Kandungan energi dag. sapi) x (BDD)

    = 16 x (100 / 207) x (100 / 100) = 8 gr/hr

    Kolom (8) : (7) x 365 / 1000 = 8 x 365 / 1000 = 2,8 kg/thn

    Kolom (9) : (8) / 1000 x Jumlah penduduk. = 6,7 / 1000 x 237.641 = 671 (000 Ton)

    Kolom (10) : (6) x (100 / Kandungan energi dag. sapi) x (BDD)

    = 18 x (100 / 207) x (100 / 100) = 9 gr/hr

    Kolom (11) : (10) x 365 / 1000 = 10 x 365 / 1000 = 3,1 kg/thn

    Kolom (12) : (11) / 1000 x Jumlah penduduk = 3,1 / 1000 x 237.641 = 739 (000 Ton)

    Angka 207 : kandungan kalori dari 100 gram daging sapi

    Jumlah Penduduk Tahun 2010 : 237.641 ribu jiwa

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 23

    d. Kebutuhan Minyak dan Lemak

    PPH : 10% x 2.000 kkal = 200 kkal (tingkat konsumsi)

    10% x 2.200 kkal = 220 kkal (tingkat ketersediaan)

    No. Jenis Minyak dan Lemak

    Pola Konsumsi Kebut.Minyak dan Lemak Berdasarkan PPH

    kkal/kap/hr (Susenas

    2010) %

    Tk. Kons kal/kap/hr

    Tk. Ktrsdiaan kal/kap/hr

    Tk. Konsumsi Tk. Ketersediaan

    gr/hr kg/thn 000 Ton

    gr/hr kg/thn 000 Ton

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

    1. Minyak kelapa

    38,6 19,1 38 42 4 1,6 381 5 1,8 420

    2. Minyak sawit

    159,0 78,8 158 173 17 6,4 1.515 19 7,0 1.667

    3. Minyak lainnya

    4,2 2,1 4 5 0 0,2 40 1 0,2 44

    Total

    201,8 100 200 220

    Keterangan : minyak lainnya setara dengan minyak kacang tanah

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 24

    Keterangan: Contoh perhitungan untuk minyak kelapa

    Kolom (4) : (3) / Total (3) x 100 = 38,6 / 201,8 x 100 = 19,1 %

    Kolom (5) : (4) / Total (4) x Total (5) = 19,1 / 100 x 200 = 38 kkal/kap/hr

    Kolom (6) : (4) / Total (4) x Total (6) = 19,1 / 100 x 220 = 42 kkal/kap/hr

    Kolom (7) : (5) x (100 / Kandungan energi minyak kelapa) x (BDD)

    = 38 x (100 / 870) x (100 / 100) = 4 gr/hr

    Kolom (8) : (7) x 365 / 1000 4 x 365/1000 = 1,6 kg/thn

    Kolom (9) : (8) / 1000 x Jumlah penduduk = 19,1 / 1000 x 237.641 = 381 (000 Ton)

    Kolom (10) : (6) x (100 / Kandungan energi minyak kelapa) x (BDD)

    = 34 x (100 / 870) x (100 / 100) = 5 gr/hr

    Kolom (11) : (10) x 365 / 1000 = 5 x 365 / 1000 = 1,8 kg/thn

    Kolom (12) : (11) / 1000 x Jumlah penduduk = 1,8 / 1000 x 237.641 = 420 (000 Ton)

    Angka 870 : kandungan kalori dari 100 gram minyak kelapa

    Jumlah Penduduk Tahun 2010 : 237.641 ribu jiwa

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 25

    e. Kebutuhan Buah/Biji Berminyak

    PPH : 3% x 2.000 kkal = 60 kkal (tingkat konsumsi)

    3% x 2.200 kkal = 66 kkal (tingkat ketersediaan)

    No. Jenis

    Buah/Biji Berminyak

    Pola Konsumsi Kebut.Buah/Biji Berminyak Berdasarkan PPH

    kkal/kap/hr (Susenas

    2010) %

    Tk. Kons kal/kap/hr

    Tk. Ktrsdiaan kal/kap/hr

    Tk. Konsumsi Tk. Ketersediaan

    gr/hr kg/thn 000 Ton

    gr/hr kg/thn 000 Ton

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

    1. Kelapa 30,3 83,9 50 55 26 9,7 2.296 29 10,63 2.525

    2. Kemiri 5,8 16,1 10 11 2 0,6 131 2 0,61 145

    Total 36 100 60 66

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 26

    Keterangan: Contoh perhitungan untuk kelapa

    Kolom (4) : (3) / Total (3) x 100 = 30,3 / 37 x 100 = 83,9 %

    Kolom (5) : (4) / Total (4) x Total (5) = 83,9 / 100 x 60 = 50 kkal/kap/hr

    Kolom (6) : (4) / Total (4) x Total (6) = 83,9 / 100 x 66 = 55 kkal/kap/hr

    Kolom (7) : (5) x (100 / Kandungan energi kelapa) x (BDD)

    = 51 x (100/359) x (100/53) = 26 gr/hr

    Kolom (8) : (7) x 365 / 1000 = 26 x 365/1000 = 9,7 kg/thn

    Kolom (9) : (8) / 1000 x Jumlah penduduk

    = 83,9 / 1000 x 237.641 = 2.296 (000 Ton)

    Kolom (10) : (6) x (100 / Kandungan energi kelapa) x (BDD)

    = 55 x (100 / 359) x (100 / 53) = 29 gr/hr

    Kolom (11) : (10) x 365 / 1000 = 29 x 365 / 1000 = 10,63 kg/thn

    Kolom (12) : (11) / 1000 x Jumlah penduduk

    = 11 / 1000 x 237.641 = 2.525 (000 Ton)

    Angka 359 : kandungan kalori dari 100 gram kelapa

    Angka 53 : % bagian dapat dimakan kelapa

    Jumlah Penduduk Tahun 2010 : 237.641 ribu jiwa

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 27

    f. Kebutuhan Kacang - kacangan

    PPH : 5% x 2.000 kkal = 100 kkal (tingkat konsumsi)

    5% x 2.200 kkal = 110 kkal (tingkat ketersediaan)

    Keterangan : kebutuhan kacang lain setara dengan kacang merah

    No. Jenis

    Kacang-kacangan

    Pola Konsumsi Kebut.Kacang-kacangan Berdasarkan PPH

    kkal/kap/hr (Susenas

    2010) %

    Tk. Kons kal/kap/hr

    Tk. Ktrsdiaan kal/kap/hr

    Tk. Konsumsi Tk. Ketersediaan

    gr/hr kg/thn 000 Ton

    gr/hr kg/thn 000 Ton

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

    1. Kedelai 44,0 76,1 76 84 20 7,3 1.733 22 8,0 1.906

    2. Kacang tanah 9,4 16,3 16 18 4 1,3 312 4 1,4 343

    3. Kacang hijau 3,2 5,5 6 6 2 0,6 142 2 0,7 157

    4. Kacang lain 1,2 2,1 2 2 1 0,2 59 1 0,3 65

    Total 57,8 100 100 110

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 28

    Keterangan: Contoh perhitungan untuk kedelai

    Kolom (4) : (3) / Total (3) x 100 = 44 / 57,8 x 100 = 76,1 %

    Kolom (5) : (4) / Total (4) x Total (5) = 76,1 / 100 x 100 = 76 kkal/kap/hr

    Kolom (6) : (4) / Total (4) x Total (6) = 76,1 / 100 x 110 = 84 kkal/kap/hr

    Kolom (7) : (5) x (100/Kandungan energi kedelai) x (BDD)

    = 84 x (100 / 381) x (100/100) = 20 gr/hr

    Kolom (8) : (7) x 365 / 1000 = 20 x 365/1000 = 7,3 kg/thn

    Kolom (9) : (8) / 1000 x Jumlah penduduk

    = 76,1 / 1000 x 237.641 = 1.733 (000 Ton)

    Kolom (10) : (6) x (100/Kandungan energi kedelai) x (BDD)

    = 84 x (100 / 381) x (100/100) = 22 gr/hr

    Kolom (11) : (10) x 365 / 1000 = 22 x 365 / 1000 = 8 kg/thn

    Kolom (12) : (11) / 1000 x Jumlah penduduk = 8 / 1000 x 237.641 = 1.906 (000 Ton)

    Angka 381 : kandungan kalori dari 100 gram kedelai

    Jumlah Penduduk Tahun 2010 : 237.641 ribu jiwa

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 29

    g. Kebutuhan Gula

    PPH : 5% x 2.000 kkal = 100 kkal (tingkat konsumsi)

    5% x 2.200 kkal = 110 kkal (tingkat ketersediaan)

    No. Jenis Gula

    Pola Konsumsi Kebut.Gula Berdasarkan PPH

    kkal/kap/hr (Susenas

    2010) %

    Tk. Kons kal/kap/hr

    Tk. Ktrsdiaan kal/kap/hr

    Tk. Konsumsi Tk. Ketersediaan

    gr/hr kg/thn 000 Ton

    gr/hr kg/thn 000 Ton

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

    1. Gula Pasir 76,7 90,9 91 100 25 90,9 2.166 27 10,0 2.382

    2. Gula Merah 7,7 9,1 9 10 2 0,9 214 3 1,0 235

    Total 84,4 100 100 110

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 30

    Keterangan: Contoh perhitungan untuk gula pasir

    Kolom (4) : (3) / Total (3) x 100 = 76,7 / 84,4 x 100 = 90,9 %

    Kolom (5) : (4) / Total (4) x Total (5) = 90,9 / 100 x 100 = 91 kkal/kap/hr

    Kolom (6) : (4) / Total (4) x Total (6) = 90,9 / 100 x 110 = 100 kkal/kap/hr

    Kolom (7) : (5) x (100 / Kandungan energi gula pasir) x (BDD)

    = 91 x (100 / 364) x (100 / 100) = 25 gr/hr

    Kolom (8) : (7) x 365 / 1000 = 25 x 365/1000 = 90,9 kg/thn

    Kolom (9) : (8) /1000 x Jumlah penduduk

    = 90,9 / 1000 x 237.641 = 2.166 (000 ton)

    Kolom (10) : (6) x (100/Kandungan energi gula pasir) x (BDD)

    = 100 x (100 / 364) x (100 / 100) = 27 gr/hr

    Kolom (11) : (10) x 365 / 1000 = 27 x 365 / 1000 = 10 kg/thn

    Kolom (12) : (11) / 1000 x Jumlah penduduk

    = 10 / 1000 x 237.641 = 2.382 (000 Ton)

    Angka 364 : kandungan kalori dari 100 gram gula pasir

    Jumlah Penduduk Tahun 2010 : 237.641 ribu jiwa

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 31

    h. Kebutuhan Sayur dan Buah

    PPH : 6% x 2.000 kkal = 120 kkal (tingkat konsumsi)

    6% x 2.200 kkal = 132 kkal (tingkat ketersediaan)

    No. Jenis

    Sayuran dan Buah

    Pola Konsumsi Kebut.Sayuran dan Buah Berdasarkan PPH

    kkal/kap/hr (Susenas

    2010) %

    Tk. Kons kal/kap/hr

    Tk. Ktrsdiaan kal/kap/hr

    Tk. Konsumsi Tk. Ketersediaan

    gr/hr kg/thn 000 Ton

    gr/hr kg/thn 000 Ton

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12)

    1. Sayuran 44,9 52,3 63 69 374 136,4 32.422 411 150,1 35.665

    2. Buah 40,9 47,7 57 63 89 32,4 7.705 98 35,7 8.475

    Total 85,8 100 120 132

    Keterangan : Kebutuhan sayuran setara dengan kangkung

    Kebutuhan buah-buahan setara dengan pisang

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 32

    Keterangan: Contoh perhitungan untuk sayuran

    Kolom (4) : (3) / Total (3) x 100 = 44,9 / 85,8 x 100 = 52,3 %

    Kolom (5) : (4) / Total (4) x Total (5) = 52,3 / 100 x 120 = 63 kkal/kap/hr

    Kolom (6) : (4) / Total (4) x Total (6) = 54 / 100 x 132 = 69 kkal/kap/hr

    Kolom (7) : (5) x (100 / Kandungan energi kangkung) x (BDD)

    = 69 x (100 / 28) x (100 / 60) = 374 gr/hr

    Kolom (8) : (7) x 365 / 1000 = 374 x 365/1000 = 136,4 kg/thn

    Kolom (9) : (8) / 1000 x Jumlah penduduk

    = 52,3 / 1000 x 237.641 = 32.422 (000 Ton)

    Kolom (10) : (6) x (100 / Kandungan energi kangkung) x (BDD)

    = 69 x (100 / 28) x (100 / 60) = 411 gr/hr

    Kolom (11) : (10) x 365 / 1000 = 411 x 365 / 1000 = 150,1 kg/thn

    Kolom (12) : (11) / 1000 x Jumlah penduduk

    = 411 / 1000 x 237.641 = 35.665 (000 Ton)

    Angka 28 : kandungan kalori dari 100 gram kangkung

    Angka 60 : % bagian dapat dimakan kangkung

    Jumlah Penduduk Tahun 2010 237.641 ribu jiwa

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 33

    III. POLA PANEN BULANAN

    3.1 Konsepsi

    Ketersediaan pangan bagi masyarakat harus terjamin setiap saat,

    cukup secara kuantitas, terdistribusi secara merata, terjangkau serta

    aman. Ketersediaan pangan sendiri dipengaruhi oleh pola panen

    dan produksi dari masing-masing komoditas pertanian. Pola ini

    memiliki kecenderungan mengikuti keteraturan data dari tahun-

    tahun sebelumnya. Dalam proses analisis, semakin banyak data

    series dari tahun-tahun sebelumnya yang digunakan sebagai data

    dasar perhitungan, akan memberikan hasil perhitungan analisis pola

    panen bulanan yang lebih baik.

    Kegiatan analisis pola panen bulanan merupakan kegiatan

    pengumpulan, pengolahan dan analisis data yang mencakup luas

    panen dan produksi serta ketersediaan komoditas pertanian,

    khususnya padi, jagung dan kedelai. Data tersebut bersumber dari

    Badan Pusat Statistik (BPS) berupa Angka Ramalan (Aram),

    Angka Sementara (Asem) dan Angka Tetap (Atap). Aram I dan

    Asem tahun sebelumnya dikeluarkan pada bulan Maret. Aram II

    dan Atap tahun sebelumnya dikeluarkan pada bulan Juli. Aram III

    dikeluarkan pada bulan November.

    Kegiatan analisis pola panen bulanan meliputi tiga komoditas

    pangan utama bagi masyarakat Indonesia yaitu padi, jagung dan

    kedelai. Pemilihan tiga komoditas tersebut didasari oleh : (1) Beras

    merupakan komoditas pangan pokok penyumbang energi terbesar

    bagi sebagian besar masyarakat Indonesian, (2) Harga beras selama

    ini menyumbang angka inflasi yang cukup tinggi untuk Indonesia,

    (3) Jagung merupakan komoditas substitusi beras, (4) Kedelai

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 34

    merupakan komoditas yang menunjukkan ketergantungan impor

    cukup tinggi.

    Kegiatan analisis pola panen bulanan dilakukan karena selama ini

    data luas panen dan produksi yang dikeluarkan oleh BPS dalam

    bentuk Aram, Asem dan Atap merupakan data subround (data 4

    bulanan). Data luas panen dan produksi bulanan baru dikeluarkan

    oleh BPS setelah Atap dirilis. Melalui analisis pola panen bulanan,

    maka dapat diketahui lebih awal perkiraan distribusi luas panen dan

    produksi setiap bulannya berdasarkan data subround yang ada pada

    tahun berjalan. Dengan demikian, kondisi ketersediaan pangan

    setiap bulannya dapat juga diperkirakan. Dengan memperhitungkan

    tingkat kebutuhan pangan setiap bulan, maka dapat diperkirakan

    juga situasi surplus defisit komoditas pangan setiap bulan, yang

    berimplikasi pada manajemen stok/cadangan pangan serta

    kebijakan impor pangan.

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 35

    3.2 Metodologi

    A. Data dan Sumber Data

    1. Distribusi Luas Panen dan Produksi Bulanan

    a. Data luas panen dan produksi bulanan tahun sebelumnya atau

    rata-rata luas panen dan produksi bulanan beberapa tahun

    sebelumnya (semakin banyak data series semakin baik). Data

    tersebut digunakan sebagai data dasar. Data ini diperoleh dari

    Badan Pusat Statistik (BPS).

    b. Data subround (SR) luas panen dan produksi tahun berjalan

    untuk menghitung data setiap bulannya pada tahun tersebut.

    Data subround merupakan data setiap 4 bulan. (SR I: Jan-Apr,

    SR II: Mei-Agst, SR III: Sep-Des). Data ini diperoleh dari

    Badan Pusat Statistik (BPS)

    2. Neraca Ketersediaan

    a. Data jumlah penduduk tengah tahun yang diperoleh dari BPS.

    b. Data konsumsi rumahtangga yang diperoleh dari Susenas BPS

    atau survei konsumsi rumahtangga wilayah yang dilakukan

    oleh instansi terkait.

    c. Data konsumsi non rumahtangga yang diperoleh dari BPS atau

    instansi terkait.

    d. Data kebutuhan pakan, bibit/benih dan tercecer yang diperoleh

    dari metode perhitungan NBM, Kementan.

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 36

    B. Langkah Perhitungan

    1. Distribusi Luas Panen dan Produksi Bulanan

    a. Dari data rata-rata luas panen dan produksi beberapa tahun,

    ditentukan proporsi luas panen dan produksi setiap bulan

    terhadap total luas panen dan produksi selama satu tahun

    (dalam %).

    b. Proporsi (persentase) setiap bulan dari butir 1 dijumlahkan

    berdasarkan sub round (4 bln) (SR I: Jan-Apr, SR II: Mei-Agst,

    SR III: Sep-Des).

    c. Proporsi setiap bulan (dari butir 1) dipersentasekan terhadap

    jumlah proporsi dari setiap sub round (dari butir 2), yaitu:

    Proporsi Januari terhadap jumlah proporsi SR I

    Proporsi Februari terhadap jumlah proporsi SR I

    Proporsi Maret terhadap jumlah proporsi SR I

    Proporsi April terhadap jumlah proporsi SR I

    Proporsi Mei terhadap jumlah proporsi SR II

    Proporsi Juni terhadap jumlah proporsi SR II

    Proporsi Juli terhadap jumlah proporsi SR II

    Proporsi Agustus terhadap jumlah proporsi SR II

    Proporsi September terhadap jumlah proporsi SR III

    Proporsi Oktober terhadap jumlah proporsi SR III

    Proporsi November terhadap jumlah proporsi SR III

    Proporsi Desember terhadap jumlah proporsi SR III

    d. Hasil butir 3 didapatkan proporsi (persentase) luas panen dan

    produksi bulanan sebagai dasar untuk menghitung luas panen

    dan produksi bulanan tahun berjalan

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 37

    e. Proporsi (persentase) bulanan yang diperoleh dari butir 4

    dikalikan dengan data luas panen dan produksi masing-masing

    sub round tahun berjalan (data sudah tersedia)

    f. Didapatkan angka luas panen dan produksi setiap bulan

    2. Neraca Ketersediaan

    A. Padi

    Ketersediaan gabah (ton)

    = produksi dalam negeri kebutuhan (pakan + benih + bahan

    baku industri non makanan + tercecer)

    Pakan ternak = 0,44% x produksi

    Kebutuhan benih padi dapat diperoleh dari hasil Survey

    Struktur Ongkos Usaha Tani (SOUT) yang dilakukan oleh

    BPS/Dinas Pertanian terkait. Bila data tersebut tidak

    tersedia, maka penghitungan kebutuhaan benih dapat

    diperoleh dengan menggunakan faktor konversi sebesar

    0,9% dari produksi

    Bahan baku industri non makanan = 0,56% x produksi

    Tercecer = 5,4% x produksi

    Produksi beras

    = ketersediaan gabah x 62,74%

    Catatan : 62,74% merupakan angka konversi gabah menjadi

    beras, (Kementan)

    Ketersediaan beras (ton)

    = Produksi beras kebutuhan (pakan + industri non makanan

    + tercecer)

    Pakan ternak = 0,17% x produksi

    Industri non makanan = 0,66% x produksi

    Tercecer = 2,5% x produksi

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 38

    Kebutuhan rumahtangga (RT) dan non rumahtanga (non RT)

    setiap bulan (ton)

    = konsumsi (RT & non RT) / 12 x jumlah penduduk

    = 139,15 / 12 x jumlah penduduk

    Catatan : angka konsumsi RT dan non RT untuk beras adalah

    139,15 kg/kap/th, angka tersebut adalah angka yang disepakati

    oleh Kementan dan berbagai instansi.

    Surplus atau Defisit (ton)

    = ketersediaan kebutuhan (RT dan non RT)

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 39

    NERACA KETERSEDIAAN PADI

    No Uraian Keterangan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan-

    Des Satuan

    1 Produksi GKG BPS

    Ton

    2 Kebutuhan GKG (a+b+c+d)

    Ton

    a. Pakan ternak 0,44% x (1)

    Ton

    b. Benih 0,9% x (1)

    Ton

    c. Industri non makanan 0,56% x (1)

    Ton

    d. Tercecer 5,4% x (1)

    Ton

    3 Ketersediaan GKG (1) - (2)

    Ton

    4 Produksi beras 62,74% x (3)

    Ton

    5 Kebutuhan beras (a+b+c)

    Ton

    a. Pakan ternak 0,17% x (4)

    Ton

    b. Industri non makanan 0,66% x (4)

    Ton

    c. Tercecer 2,5% x (4)

    Ton

    6 Ketersediaan beras (4) - (5)

    Ton

    7 Jumlah Penduduk BPS

    000 jiwa

    8 Kebutuhan RT & non RT 139,15 / 12 x (7)

    Ton

    9 Surplus/Defisit (6) - (8)

    Ton

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 40

    B. Jagung dan Kedelai

    Ketersediaan dalam 1 tahun (ton)

    = produksi dalam negeri kebutuhan (pakan+benih+tercecer)

    Pakan komoditas jagung = 6% x produksi

    Tercecer komoditas jagung = 5% x produksi

    Pakan komoditas kedelai = 0,34% x produksi

    Tercecer komoditas kedelai = 5% x produksi

    Kebutuhan benih jagung dan kedelai dapat diperoleh dari

    hasil Survey Struktur Ongkos Usaha Tani (SOUT) yang

    dilakukan oleh BPS/Dinas Pertanian terkait

    Kebutuhan RT dan non RT setiap bulan (ton)

    = konsumsi (RT + non RT) / 12 x jumlah penduduk

    Catatan : konsumsi RT dan non RT dalam kg/kap/th

    Surplus atau Defisit (ton)

    = ketersediaan kebutuhan (RT + non RT)

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 41

    NERACA KETERSEDIAAN JAGUNG

    No Uraian Keterangan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan-

    Des Satuan

    1 Produksi BPS

    Ton

    2 Kebutuhan (a+b+c)

    Ton

    a. Pakan ternak 6% x (1)

    Ton

    b. Benih BPS

    Ton

    c. Tercecer 5% x (1)

    Ton

    3 Ketersediaan (1) - (2)

    Ton

    4 Jumlah Penduduk BPS

    000 jiwa

    5 Kebutuhan RT &

    non RT (a+b) / 12 x (4)

    Ton

    a. Konsumsi RT Susenas

    kg/kap/th

    b. Konsumsi non

    RT

    BPS / Instansi

    Terkait kg/kap/th

    6 Surplus/Defisit (3) - (5)

    Ton

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 42

    C. Contoh Perhitungan

    1. Distribusi Luas Panen Padi

    Tahun 2011 (Aram III) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)

    a. Data yang Tersedia

    1) Luas panen bulanan rata-rata 2007 - 2010 (ha) :

    JAN FEB MAR APR SR I

    MEI JUN JUL AGS SR II

    SEP OKT NOV DES SR III

    JAN-DES JAN-

    APR MEI-AGS

    SEP-DES

    5.310 12.013 85.966 108.364 211.654 42.671 15.204 32.039 27.586 117.500 12.959 5.967 6.203 5.766 30.895 360.048

    2) Luas panen subround Aram III 2011 (ha) :

    JAN FEB MAR APR

    SR I

    MEI JUN JUL AGS

    SR II

    SEP OKT NOV DES

    SR III

    JAN-DES JAN-APR MEI-AGS

    SEP-DES

    Luas panen bulanan yang akan

    dihitung 262.700

    Luas panen bulanan yang akan

    dihitung 116.657

    Luas panen bulanan yang akan

    dihitung 36.722 416.079

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 43

    b. Langkah Perhitungan Distribusi Luas Panen Padi

    Tahun 2011 (Aram III) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)

    1. Menghitung Proporsi Luas Panen Setiap Bulan Terhadap Rata-rata Luas Panen Tahun 2007 2010

    Luas panen bulanan rata-rata 2007 - 2010 (ha)

    No Kab/Kota Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop Des Jan-Des

    1

    2

    Total NTB 5.310 12.013 85.966 108.364 42.671 15.204 32.039 27.586 12.959 5.967 6.203 5.766 360.048

    Hasilnya :

    Bulan Januari = 5.310 / 360.048 = 0,0147 Jumlah proporsi Jan Apr (SR I)

    Februari = 12.013 / 360.048 = 0,0334 = 0,0147 + 0,0334+ 0,2388 + 0,3010

    Maret = 85.966 / 360.048 = 0,2388 = 0,5878

    April = 108.364 / 360.048 = 0,3010

    Mei = 42.671 / 360.048 = 0,1185 Jumlah proporsi Mei Agst (SR II)

    Juni = 15.204 / 360.048 = 0,0422 = 0,1185 + 0,0422+ 0,0890 + 0,0766

    Juli = 32.039 / 360.048 = 0,0890 = 0,3263

    Agustus = 27.586 / 360.048 = 0,0766

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 44

    September = 12.959 / 360.048 = 0,0360 Jumlah proporsi Sep Des (SR III)

    Oktober = 5.967 / 360.048 = 0,0166 = 0,0360 + 0,0166+ 0,0172 + 0,0160

    November = 6.203 / 360.048 = 0,0172 = 0,0858

    Desember = 5.766 / 360.048 = 0,0160

    2. Menghitung Proporsi Luas Panen Setiap Bulan Terhadap Jumlah Proporsi Setiap Subround Proporsi Luas Panen Padi Per Bulan Terhadap Rata-rata Luas Panen Tahun 2007 - 2010

    No Kab/Kota Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop Des SR I SR II SR III

    1

    2

    NTB Total 0,0147 0,0334 0,2388 0,3010 0,1185 0,0422 0,0890 0,0766 0,0360 0,0166 0,0172 0,0160 0,5878 0,3263 0,0858

    Hasilnya :

    Bulan Januari = 0,0147 / 0,5878 = 0,0251

    Februari = 0,0334 / 0,5878 = 0,0568

    Maret = 0,2388 / 0,5878 = 0,4062

    April = 0,3010 / 0,5878 = 0,5120

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 45

    Mei = 0,1185 / 0,3263 = 0,3632

    Juni = 0,0422 / 0,3263 = 0,1294

    Juli = 0,0890 / 0,3263 = 0,2727

    Agustus = 0,0766 / 0,3263 = 0,2348

    September = 0,0360 / 0,0858 = 0,4195

    Oktober = 0,0166 / 0,0858 = 0,1931

    November = 0,0172 / 0,0858 = 0,2008

    Desember = 0,0160 / 0,0858 = 0,1866

    3. Menghitung Luas Panen Setiap Bulan ARAM III 2011 Proporsi Luas Panen Padi Per Bulan Terhadap Total Jumlah proporsi Dari Setiap Sub Round

    No Kab/Kota Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop Des

    1

    2

    NTB Total 0,0251 0,0568 0,4062 0,5120 0,3632 0,1294 0,2727 0,2348 0,4195 0,1931 0,2008 0,1866

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 46

    Hasilnya :

    Jumlah SR I (Jan Apr) = 262.700 ha

    Bulan Januari = 0,0251 x 262.700 = 6.591 ha

    Februari = 0,0568 x 262.700 = 14.911 ha

    Maret = 0,4062 x 262.700 = 106.699 ha

    April = 0,5120 x 262.700 = 134.499 ha

    Jumlah SR II (Mei Agst) = 116.657 ha

    Bulan Mei = 0,3632 x 116.657 = 42.365 ha

    Juni = 0,1294 x 116.657 = 15.095 ha

    Juli = 0,2727 x 116.657 = 31.809 ha

    Agustus = 0,2348 x 116.657 = 27.388 ha

    Jumlah SR III (Sep Okt) = 36.722 ha

    Bulan September = 0,4195 x 36.722 = 15.403 ha

    Oktober = 0,1931 x 36.722 = 7.092 ha

    November = 0,2008 x 36.722 = 7.372 ha

    Desember = 0,1866 x 36.722 = 6.854 ha

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 47

    -

    20,000

    40,000

    60,000

    80,000

    100,000

    120,000

    140,000

    160,000

    JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES

    Ha

    Bulan

    Grafik Luas Panen Padi Tahun 2011 (Aram III)Nusa Tenggara Barat

    Luas Panen Padi Per Bulan Menurut Propinsi Berdasarkan Aram III Tahun 2011

    No Kab/Kota Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop Des Jan-Des SR I SR II SR III

    1

    2

    NTB Total 6.591 14.911 106.699 134.499 42.365 15.095 31.809 27.388 15.403 7.092 7.372 6.854 416.079 262.700 116.657 36.722

    Langkah perhitungan luas panen untuk komoditas jagung dan kedelai sama dengan langkah perhitungan luas

    panen komoditas padi

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 48

    2. Distribusi Produksi Padi

    Tahun 2011 (Aram III) Nasional

    a. Data yang tersedia

    1) Produksi bulanan rata-rata 2007 - 2010 (ton) :

    JAN FEB MAR APR SR I

    MEI JUN JUL AGS SR II

    SEP OKT NOV DES SR III

    JAN-DES JAN-APR

    MEI-AGS

    SEP-DES

    25.619 58.684 422.727 522.289 1.029.319 200.348 71.301 151.177 129.803 552.629 62.353 28.722 29.835 27.716 148.626 1.730.575

    2) Produksi subround Aram 1II 2011 (ton) :

    JAN FEB MAR APR

    SR I

    MEI JUN JUL AGS

    SR II

    SEP OKT NOV DES

    SR III

    JAN-DES JAN-APR

    MEI-AGS

    SEP-DES

    Produksi bulanan yang akan

    dihitung 1.292.250

    Produksi bulanan yang akan

    dihitung 585.573

    Produksi bulanan yang akan

    dihitung 179.056 2.056.879

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 49

    b. Langkah Perhitungan Distribusi Produksi Padi

    Tahun 2011 (Aram III) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)

    1. Menghitung Proporsi Produksi Setiap Bulan Terhadap Rata-rata Produksi Tahun 2007 - 2010

    Produksi bulanan rata-rata 2007 - 2010 (ton)

    No Kab/Kota Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop Des Jan-Des

    1

    2

    NTB Total 25.619 58.684 422.727 522.289 200.348 71.301 151.177 129.803 62.353 28.722 29.835 27.716 1.730.575

    Hasilnya :

    Bulan Januari = 25.619 / 1.730.575 = 0,0148 Jumlah proporsi Jan Apr (SR I)

    Februari = 58.684 / 1.730.575 = 0,0339 = 0,0148 + 0,0339+ 0,2443 + 0,3018

    Maret = 422.727 / 1.730.575 = 0,2443 = 0,5948

    April = 522.289 / 1.730.575 = 0,3018

    Mei = 200.348 / 1.730.575 = 0,1158 Jumlah proporsi Mei Agst (SR II)

    Juni = 71.301 / 1.730.575 = 0,0412 = 0,1158 + 0,0412+ 0,0874 + 0,0750

    Juli = 151.177 / 1.730.575 = 0,0874 = 0,3193

    Agustus = 129.803 / 1.730.575 = 0,0750

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 50

    September = 62.353 / 1.730.575 = 0,0360 Jumlah proporsi Sep Des (SR III)

    Oktober = 28.722 / 1.730.575 = 0,0166 = 0,0360 + 0,0166+ 0,0172 + 0,0160

    November = 29.385 / 1.730.575 = 0,0172 = 0,0859

    Desember = 27.716 / 1.730.575 = 0,0160

    2. Menghitung Proporsi Produksi Setiap Bulan Terhadap Jumlah Proporsi Setiap Subround Proporsi Produksi Padi Per Bulan Terhadap Rata-rata Produksi Tahun 2007 - 2010

    No Kab/Kota Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop Des SR I SR II SR III

    1

    2

    NTB Total 0,0148 0,0339 0,2443 0,3018 0,1158 0,0412 0,0874 0,0750 0,0360 0,0166 0,0172 0,0160 0,5948 0,3193 0,0859

    Hasilnya :

    Bulan Januari = 0,0148 / 0,5948 = 0,0249

    Februari = 0,0339 / 0,5948 = 0,0570

    Maret = 0,2443 / 0,5948 = 0,4107

    April = 0,3018 / 0,5948 = 0,5074

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 51

    Mei = 0,1158 / 0,3193 = 0,3625

    Juni = 0,0412 / 0,3193 = 0,1290

    Juli = 0,0874 / 0,3193 = 0,2736

    Agustus = 0,0750 / 0,3193 = 0,2349

    September = 0,0360 / 0,0859 = 0,4195

    Oktober = 0,0166 / 0,0859 = 0,1933

    November = 0,0172 / 0,0859 = 0,2007

    Desember = 0,0160 / 0,0859 = 0,1865

    3. Menghitung Produksi Setiap Bulan ARAM I 2011 Proporsi Produksi Padi Per Bulan Terhadap Total Jumlah proporsi Dari Setiap Sub Round

    No Kab/Kota Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop Des

    1

    2

    NTB Total 0,0249 0,0570 0,4107 0,5074 0,3625 0,1290 0,2736 0,2349 0,4195 0,1933 0,2007 0,1865

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 52

    Hasilnya :

    Jumlah SR I (Jan Apr) = 1.292.250 ton

    Bulan Januari = 0,0249 x 1.292.250 = 32.164 ton

    Februari = 0,0570 x 1.292.250 = 73.674 ton

    Maret = 0,4107 x 1.292.250 = 530.709 ton

    April = 0,5074 x 1.292.250 = 655.703 ton

    Jumlah SR II (Mei Agst) = 585.573 ton

    Bulan Mei = 0,3625 x 585.573 = 212.291 ton

    Juni = 0,1290 x 585.573 = 75.551 ton

    Juli = 0,2736 x 585.573 = 160.189 ton

    Agustus = 0,2349 x 585.573 = 137.541 ton

    Jumlah SR III (Sep Okt) = 179.056 ton

    Bulan September = 0,4195 x 179.056 = 75.119 ton

    Oktober = 0,1933 x 179.056 = 34.603 ton

    November = 0,2007 x 179.056 = 35.944 ton

    Desember = 0,1865 x 179.056 = 33.391 ton

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 53

    Produksi Padi Per Bulan Menurut Propinsi Berdasarkan Aram III Tahun 2011

    No Kab/Kota Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop Des Jan-Des SR I SR II SR III

    1

    2

    NTB Total 32.164 73.674 530.709 655.703 212.291 75.551 160.189 137.541 75.119 34.603 35.944 33.391 2.056.879 1.292.250 585.573 179.056

    Langkah perhitungan produksi untuk komoditas jagung dan kedelai sama dengan langkah perhitungan produksi

    untuk padi

    -

    100,000

    200,000

    300,000

    400,000

    500,000

    600,000

    700,000

    JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES

    Ton

    Bulan

    Grafik Produksi Padi Tahun 2011 (Aram III)Nusa Tenggara Barat

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 54

    3. Neraca Ketersediaan Padi

    No Uraian Keterangan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan-Des Satuan

    1 Produksi GKG BPS 32.164 73.674 530.709 655.703 212.291 75.551 160.189 137.541 75.119 34.603 35.944 33.391 2.056.879 Ton

    2 Kebutuhan GKG (a+b+c+d) 2.348 5.378 38.742 47.866 15.497 5.515 11.694 10.040 5.484 2.526 2.624 2.438 150.152 Ton

    a. Pakan ternak 0,44% x (1) 142 324 2.335 2.885 934 332 705 605 331 152 158 147 9.050 Ton

    b. Benih 0,9% x (1) 289 663 4.776 5.901 1.911 680 1.442 1.238 676 311 323 301 18.512 Ton

    c. Bahan baku industri

    non makanan 0,56% x (1) 180 413 2.972 3.672 1.189 423 897 770 421 194 201 187 11.519 Ton

    d. Tercecer 5,4% x (1) 1.737 3.978 28.658 35.408 11.464 4.080 8.650 7.427 4.056 1.869 1.941 1.803 111.071 Ton

    3 Ketersediaan GKG (1) - (2) 29.816 68.296 491.967 607.836 196.794 70.036 148.496 127.500 69.635 32.077 33.320 30.953 1.906.727 Ton

    4 Produksi beras 62,74% x (3) 18.706 42.849 308.660 381.357 123.468 43.941 93.166 79.994 43.689 20.125 20.905 19.420 1.196.280 Ton

    5 Kebutuhan beras (a+b+c) 623 1.427 10.278 12.699 4.111 1.463 3.102 2.664 1.455 670 696 647 39.836 Ton

    a. Pakan ternak 0,17% x (4) 32 73 525 648 210 75 158 136 74 34 36 33 2.034 Ton

    b. Bahan baku industri

    non makanan 0,66% x (4) 123 283 2.037 2.517 815 290 615 528 288 133 138 128 7.895 Ton

    c. Tercecer 2,5% x (4) 468 1.071 7.717 9.534 3.087 1.099 2.329 2.000 1.092 503 523 486 29.907 Ton

    6 Ketersediaan beras (4) - (5) 18.083 41.422 298.382 368.657 119.357 42.477 90.064 77.330 42.234 19.455 20.209 18.773 1.156.444 Ton

    7 Jumlah Penduduk BPS 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 000

    jiwa

    8 Konsumsi RT & non

    RT 139,15 /12 x (7) 52.184 52.184 52.184 52.184 52.184 52.184 52.184 52.184 52.184 52.184 52.184 52.184 626.204 Ton

    9 Surplus/Defisit (6) - (8) (34.100) (10.762) 246.198 316.474 67.173 (9.706) 37.880 25.146 (9.950) (32.729) (31.975) (33.410) 530.240 Ton

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 55

    Hasil Analisis Neraca Ketersediaan dan Kebutuhan Padi Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2011 (Aram III)

    KETERANGAN BULAN (Ton)

    JAN FEB MAR APRL MEI JUN JUL AGS SEPT OKT NOV DES JAN-DES

    Produksi Padi 32.164 73.674 530.709 655.703 212.291 75.551 160.189 137.541 75.119 34.603 35.944 33.391 2.056.879

    Ketersediaan Beras 18.083 41.422 298.382 368.657 119.357 42.477 90.064 77.330 42.234 19.455 20.209 18.773 1.156.444

    Konsumsi RT & Non RT 52.184 52.184 52.184 52.184 52.184 52.184 52.184 52.184 52.184 52.184 52.184 52.184 626.204

    Konsumsi RT 48.459 48.459 48.459 48.459 48.459 48.459 48.459 48.459 48.459 48.459 48.459 48.459 581.505

    Surplus/Defisit (34.100) (10.762) 246.198 316.474 67.173 (9.706) 37.880 25.146 (9.950) (32.729) (31.975) (33.410) 530.240

    JAN FEB MAR APRL MEI JUN JUL AGS SEPT OKT NOV DES

    Produksi Padi 32,16 73,67 530,7 655,7 212,2 75,55 160,1 137,5 75,11 34,60 35,94 33,39

    Ketersediaan Beras 18,08 41,42 298,3 368,6 119,3 42,47 90,06 77,33 42,23 19,45 20,20 18,77

    Kebutuhan RT & Non RT 52,18 52,18 52,18 52,18 52,18 52,18 52,18 52,18 52,18 52,18 52,18 52,18

    Konsumsi RT 48,45 48,45 48,45 48,45 48,45 48,45 48,45 48,45 48,45 48,45 48,45 48,45

    0 125,000 250,000 375,000 500,000 625,000 750,000

    TON

    Grafik Produksi, Ketersediaan & Kebutuhan Beras Tahun 2011 (Aram III)Provinsi Nusa Tenggara Barat

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 56

    4. Neraca Ketersediaan Jagung

    Langkah perhitungan luas panen dan produksi jagung sama dengan langkah perhitungan luas panen dan produksi

    padi. Berikut ini hasil dari perhitungan produksi jagung per bulan Provinsi Nusa Tenggara Barat berdasarkan

    Aram III tahun 2011

    No Kab/Kota Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop Des Jan-Des

    1

    2

    NTB Total 8.965 29.471 126.941 162.518 32.528 7.382 5.209 9.289 11.402 9.472 21.867 17.383 442.426

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 57

    Neraca Ketersediaan dan Kebutuhan Jagung Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2011 (Aram III)

    No Uraian Keterangan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan-

    Des Satuan

    1 Produksi BPS 8.965 29.471 126.941 162.518 32.528 7.382 5.209 9.289 11.402 9.472 21.867 17.383 442.426 Ton

    2 Kebutuhan (a)+(b)+(c) 1.311 3.566 14.288 18.201 3.903 1.136 897 1.346 1.579 1.366 2.730 2.237 52.560 Ton

    a. Pakan ternak 6% x (1) 538 1.768 7.616 9.751 1.952 443 313 557 684 568 1.312 1.043 26.546 Ton

    b. Benih BPS 324 324 324 324 324 324 324 324 324 324 324 324 3.893 Ton

    c. Tercecer 5% x (1) 448 1.474 6.347 8.126 1.626 369 260 464 570 474 1.093 869 22.121 Ton

    3 Ketersediaan (1) - (2) 7.655 25.905 112.653 144.316 28.626 6.245 4.311 7.942 9.823 8.106 19.137 15.146 389.866 Ton

    4 Jumlah Penduduk

    BPS 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 4.500 000 jiwa

    5 Kebutuhan RT

    & non RT (a)+(b) / 12 x (4) 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 1,00 Ton

    a. Konsumsi RT Susenas 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 0,08 1,00 kg/kap/th

    b. Konsumsi

    non RT BPS / Instansi

    Terkait 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 kg/kap/th

    6 Surplus/Defisit (3) - (5) 7.654 25.904 112.653 144.316 28.625 6.245 4.311 7.942 9.823 8.106 19.137 15.146 389.865 Ton

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 58

    Hasil Analisis Neraca Ketersediaan dan Kebutuhan Jagung Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2011 (Aram III)

    KETERANGAN BULAN (Ton)

    JAN FEB MAR APRL MEI JUN JUL AGS SEPT OKT NOV DES JAN-DES

    Produksi 8.965 29.471 126.941 162.518 32.528 7.382 5.209 9.289 11.402 9.472 21.867 17.383 442.426

    Ketersediaan 7.655 25.905 112.653 144.316 28.626 6.245 4.311 7.942 9.823 8.106 19.137 15.146 389.866

    Konsumsi RT & Non RT 418 418 418 418 418 418 418 418 418 418 418 418 5.019

    Konsumsi RT 418 418 418 418 418 418 418 418 418 418 418 418 5.019

    Surplus/Defisit 7.236 25.486 112.235 143.898 28.207 5.827 3.893 7.524 9.405 7.688 18.719 14.728 384.847

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 59

    JAN FEB MAR APRL MEI JUN JUL AGS SEPT OKT NOV DES

    Produksi Jagung 8,965 29,47 126,9 162,5 32,52 7,382 5,209 9,289 11,40 9,472 21,86 17,38

    Ketersediaan Jagung 7,655 25,90 112,6 144,3 28,62 6,245 4,311 7,942 9,823 8,106 19,13 15,14

    Kebutuhan RT & Non RT 418 418 418 418 418 418 418 418 418 418 418 418

    Konsumsi RT 418 418 418 418 418 418 418 418 418 418 418 418

    0

    30,000

    60,000

    90,000

    120,000

    150,000

    180,000

    Ton

    Grafik Produksi, Ketersediaan & Kebutuhan Jagung Tahun 2011 (Aram III)Provinsi Nusa Tenggara Barat

    Untuk komoditas kedelai, langkah-langkah perhitungan penyusunan neraca ketersediaan dan kebutuhan sama

    dengan perhitungan untuk komoditas jagung, dengan menyesuaiakan faktor-faktor konversinya.

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 60

    IV. PROGNOSA HARI BESAR KEAGAMAAN

    4.1 Konsepsi

    Dinamika kebutuhan pangan masyarakat sepanjang waktu

    dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain perubahan jumlah

    penduduk, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, harga, tradisi

    ataupun adanya hari besar dan keagamaan. Kebutuhan akan bahan

    pangan menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN)

    biasanya mengalami peningkatan yang terjadi karena meningkatnya

    permintaan pasar. Meningkatnya permintaan ini dipengaruhi antara

    lain oleh tradisi mudik untuk berkumpul bersama keluarga pada

    saat HBKN, tradisi menyuguhkan tamu dengan berbagai makanan

    serta perilaku antisipatif masyarakat dengan membeli dan

    menyimpan bahan pangan sebagai stok setelah HBKN. Yang perlu

    diperhatikan di sini adalah kenaikan permintaan tidak berarti

    kenaikan konsumsi pangan. Konsumen biasanya menjelang HBKN

    membeli bahan pangan untuk disimpan sebagai stok sampai

    beberapa waktu sesudah HBKN.

    Kenaikan permintaan pangan akan memicu kenaikan harga pangan

    bila situasi ini tidak diimbangi dengan kenaikan penyediaan

    pangan. Di samping itu, kenaikan harga pangan yang terjadi pada

    saat menjelang HBKN tidak hanya dipicu oleh tidak adanya respon

    yang efektif dari kenaikan pada sisi penyediaan, tetapi seringkali

    juga disebabkan oleh adanya aspek spekulasi para pelaku pasar

    yang memanfaatkan kesempatan untuk meraih untung yang besar.

    Dampak dari situasi ini adalah menurunnya daya beli masyarakat

    terutama yang berpenghasilan rendah.

    Untuk memenuhi permintaan pangan yang meningkat menjelang

    HBKN sehingga tidak terjadi gejolak harga yang besar serta

    mencegah aksi para spekulan pasar, maka perlu dilakukan langkah

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 61

    antisipasi dengan membuat perkiraan (prognosa) besarnya

    peningkatan tingkat kebutuhan untuk dapat memperkirakan

    besarnya tingkat penyediaan pangan. Perkiraan (prognosa) tingkat

    kebutuhan pangan menjelang HBKN menjadi dasar dalam

    penetapan kebijakan penyediaan pangan pada waktu tersebut.

    Perkiraan produksi pangan, stok/cadangan, impor dan ekspor

    menentukan tingkat ketersediaan pangan dalam satu tahun. Dengan

    melihat perimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan pangan

    setiap bulan, maka dapat ditetapkan kebijakan penyediaan pangan

    setiap bulan, terutama pada bulan-bulan menjelang HBKN.

    Indikator penyusunan prognosa ini adalah besarnya peningkatan

    kebutuhan pangan menjelang HBKN. Selama ini besaran

    peningkatan kebutuhan pangan menjelang HBKN dihitung dengan

    memperkirakan kenaikan permintaan bahan pangan rata-rata 10

    15 persen. Pada tahun 2004, Pusat Pengembangan Ketersediaan

    Pangan Badan Ketahanan Pangan bekerja sama dengan Lembaga

    Penelitian Universitas Padjadjaran melakukan kajian mengenai

    peningkatan kebutuhan pangan pada hari besar keagamaan dan

    nasional, yaitu menjelang Ramadhan, hari raya Idul Fitri, Natal dan

    Tahun Baru. Kajian ini dilakukan di 14 kota besar di Indonesia

    terhadap 9 bahan pangan. Hasil kajian tersebut adalah: (1)

    Koefisien peningkatan penyediaan; dan (2) Selang waktu persiapan

    penyediaan untuk setiap komoditas pangan menjelang masing-

    masing HBKN.

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 62

    Tabel 4. Koefisien Peningkatan Penyediaan Komoditas Pangan

    Menjelang HBKN

    No. Komoditas

    Koefisien Peningkatan

    Puasa Idul

    Fitri Idul Adha

    Natal &

    Tahun

    Baru

    1. Beras 0,16 0,32 0,01 0,12

    2. Gula 0,37 1,36 0,07 0,09

    3. M. Goreng 0,22 0,89 0,04 0,22

    4. Telur Ayam 0,33 1,25 0,17 0,42

    5. Kc. Tanah 0,44 2,35 0,15 0,52

    6. Bawang Merah 0,27 1,54 0,57 0,28

    7. Cabe Merah 0,38 2,81 0,49 0,30

    8. Daging Sapi 0,35 3,99 1,06 0,36

    9. Daging Ayam 0,76 2,48 0,63 0,76

    Rata-rata 0,36 1,89 0,36 0,34

    Keterangan: 0,01 artinya kenaikan permintaan sebesar 1 %

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 63

    Tabel 5. Selang Waktu Persiapan Penyediaan Pangan

    Menjelang HBKN Tahun 2011

    No. Komoditas

    Selang Waktu Persiapan (hari)

    Puasa

    Idul

    Fitri

    Idul

    Adha

    Natal dan

    Tahun Baru

    1 Beras 7 10 0 4

    2 Gula 5 11 0 5

    3 Minyak Goreng 5 9 0 4

    4 Telur Ayam 5 10 0 4

    5 Kacang Tanah 4 10 0 4

    6 Bawang Merah 4 7 3 5

    7 Cabe Merah 4 6 0 4

    8 Daging Sapi 4 9 4 3

    9 Daging Ayam 0 7 0 0

    Catatan:

    Dalam perhitungan, selang waktu 0 hari dihitung sebagai 1 hari

    4.2 Metodologi

    A. Data dan Sumber Data

    Data-data yang dibutuhkan untuk penyusunan prognosa

    ketersediaan dan kebutuhan pangan menjelang HBKN adalah:

    1. Produksi, sumbernya Badan Pusat Statistik dan Statistik Ditjen

    Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Ditjen Hortikultura

    Kementerian Pertanian, Dewan Gula Indonesia, Ditjen

    Perkebunan Kementerian Pertanian, Ditjen Peternakan

    Kementerian Pertanian

    2. Impor dan ekspor, sumbernya Badan Pusat Statistik

    3. Stok, sumbernya Perum Bulog, Dewan Gula Indonesia

    4. Ketersediaan, sumbernya Badan Ketahanan Pangan

    Kementerian Pertanian

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 64

    5. Konsumsi rumahtangga, sumbernya Survei Sosial Ekonomi

    Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik, survei rumah tangga

    wilayah yang dilakukan oleh instansi terkait.

    6. Konsumsi non rumahtangga, sumbernya Badan Pusat Statistik

    7. Jumlah penduduk, sumbernya Sensus Penduduk (SP) dan

    Survei Penduduk Antar Sensus (Supas) Badan Pusat Statistik.

    B. Langkah Perhitungan

    1. Ketersediaan

    Penghitungan tingkat ketersediaan di suatu wilayah adalah

    produksi dikurangi kebutuhan untuk pakan dan bibit/benih serta

    tercecer ditambah stok dan impor dikurangi dengan ekspor.

    Ketersediaan = Produksi (Kebutuhan pakan + bibit/benih +

    tercecer) + Stok + Impor - Ekspor

    2. Kebutuhan

    Secara normatif, penghitungan kebutuhan pangan dalam satu

    tahun di suatu wilayah yaitu dengan mengalikan jumlah

    penduduk dengan kebutuhan atau konsumsi pangan per kapita,

    baik rumahtangga maupun non rumahtangga (industri), di

    wilayah tersebut.

    Penghitungan kebutuhan pangan dalam satu tahun di suatu

    wilayah secara normatif adalah:

    1) Kebutuhan total dalam satu tahun

    Kebutuhan total = Jumlah Penduduk x Kebutuhan

    (Rumahtangga + Non Rumahtangga)

    2) Kebutuhan setiap bulan

    Kebutuhan setiap bulan = Kebutuhan total satu tahun / 12

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 65

    Jika memperhitungkan HBKN, maka penghitungan kebutuhan

    pangan memasukkan koefisien peningkatan dan

    memperhitungkan selang waktu persiapan penyediaan bahan

    pangan, sebagaimana berikut ini :

    1) Kebutuhan total dalam satu tahun

    Kebutuhan total = Jumlah Penduduk x Kebutuhan

    (Rumahtangga + Non Rumahtangga)

    2) Kebutuhan setiap bulan normal/yang tidak ada HBKN

    Kebutuhan bulan normal = Kebutuhan satu tahun / (12 +

    Total koefisien peningkatan)

    3) Kebutuhan setiap bulan yang ada HBKN

    Kebutuhan bulan HBKN = Kebutuhan bulan normal +

    ((Selang hari persiapan di bulan terkait/Selang waktu

    persiapan x Koefisien peningkatan l bulan terkait) x

    Kebutuhan bulan normal)

    4) Kebutuhan setiap minggu pada bulan normal/yang tidak ada

    HBKN

    Kebutuhan setiap minggu = Kebutuhan bulan normal / 4

    atau 5

    Diasumsikan 1 bulan = 4 atau 5 minggu

    5) Kebutuhan setiap minggu pada bulan yang ada HBKN

    Kebutuhan setiap minggu = Kebutuhan minggu normal +

    ((Selang hari persiapan di minggu terkait/Selang waktu

    persiapan x Koefisien peningkatan HBKN bulan terkait) x

    Kebutuhan bulan normal).

    C. Contoh Perhitungan

    Contoh perhitungan kebutuhan pangan secara normatif adalah

    sebagai berikut:

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 66

    Pada tahun 2012 untuk komoditas beras:

    - Konsumsi beras (rumahtangga dan non rumahtangga) =

    139,15 kg/kap/thn

    - Jumlah penduduk = 244.775.796 jiwa

    1. Kebutuhan beras total dalam satu tahun

    = (139,15 x 244.775.796) / 1000 = 34.060.552 ton

    2. Kebutuhan beras setiap bulan

    = 34.060.552 / 12 = 2.838.379 ton

    Dengan demikian, kebutuhan beras setiap bulan pada tahun

    2012 secara normatif dapat dilihat di tabel berikut.

    Tabel 6. Kebutuhan Beras Setiap Bulan Secara Normatif

    Tahun 2012

    Bulan Kebutuhan (Ton)

    Januari 2.838.379

    Februari 2.838.379

    Maret 2.838.379

    April 2.838.379

    Mei 2.838.379

    Juni 2.838.379

    Juli 2.838.379

    Agustus 2.838.379

    September 2.838.379

    Oktober 2.838.379

    November 2.838.379

    Desember 2.838.379

    Total Kebutuhan 34.060.552

    Contoh perhitungan kebutuhan pangan dengan

    memperhitungkan HBKN adalah sebagai berikut:

    Pada tahun 2012 untuk komoditas beras:

    - Konsumsi beras (rumahtangga dan non rumahtangga) =

    139,15 kg/kap/thn

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 67

    - Jumlah penduduk = 244.775.796 jiwa

    - Tanggal HBKN pada tahun 2012:

    1 Ramadhan (Awal puasa): 21 Juli

    Idul Fitri: 19 20 Agustus

    Idul Adha: 26 Oktober

    Natal: 25 Desember dan Tahun Baru 2013: 1 Januari

    - Kalender HBKN pada tahun 2012:

    Juli

    M S S R K J S

    1 2 3 4 5 6 7

    8 9 10 11 12 13 14

    15 16 17 18 19 20 21

    22 23 24 25 26 27 28

    29 30 31

    21 Juli: 1 Ramadhan (Awal puasa)

    Agustus

    M S S R K J S

    1 2 3 4

    5 6 7 8 9 10 11

    12 13 14 15 16 17 18

    19 20 21 22 23 24 25

    26 27 28 29 30 31

    19 20 Agustus : Idul Fitri

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 68

    Oktober

    M S S R K J S

    1 2 3 4 5 6

    7 8 9 10 11 12 13

    14 15 16 17 18 19 20

    21 22 23 24 25 26 27

    28 29 30 31

    26 Oktober : Idul Adha

    Desember

    M S S R K J S

    1

    2 3 4 5 6 7 8

    9 10 11 12 13 14 15

    16 17 18 19 20 21 22

    23 24 25 26 27 28 29

    30 31

    1 Jan

    2013

    25 Desember: Natal

    1 Januari 2013: Tahun Baru

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 69

    Tabel 7. Koefisien Peningkatan dan Selang Waktu pada Kalender

    HBKN pada Tahun 2012

    No

    Bulan Juli Agustus Oktober Desember

    Minggu ke- II III II III IV IV

    Hari Besar Puasa Idul Fitri Idul Adha Natal & Tahun Baru

    1 Beras

    Selang waktu

    penyediaan 1 hr 6 hr 3 hr 7 hr 1 hr 4 hr

    Koefisien peningkatan 0,16 0,32 0,01 0,12

    2 Kacang tanah

    Selang waktu

    penyediaan 4 hr 3 hr 7 hr 1 hr 4 hr

    Koefisien peningkatan 0,44 2,35 0,15 0,52

    3 Bawang merah

    Selang waktu

    penyediaan 4 hr 7 hr 3 hr 5 hr

    Koefisien peningkatan 0,27 1,54 0,57 0,28

    4 Cabe merah

    Selang waktu

    penyediaan 4 hr 6 hr 1 hr 4 hr

    Koefisien peningkatan 0,38 2,81 0,49 0,3

    5 Daging sapi

    Selang waktu

    penyediaan 4 hr 2 hr 7 hr 4 hr 3 hr

    Koefisien peningkatan 0,35 3,99 1,06 0,36

    6 Daging ayam

    Selang waktu

    penyediaan 1 hr 7 hr 1 hr 1 hr

    Koefisien peningkatan 0,76 2,48 0,63 0,76

    7 Telur Ayam

    Selang waktu

    penyediaan 5 hr 3 hr 7 hr 1 hr 4 hr

    Koefisien peningkatan 0,33 1,25 0,17 0,42

    8 Gula

    Selang waktu

    penyediaan 5 hr 4 hr 7 hr 1 hr 5 hr

    Koefisien peningkatan 0,37 1,36 0,07 0,09

    9 Minyak goreng

    Selang waktu

    penyediaan 5 hr 2 hr 7 hr 1 hr 4 hr

    Koefisien peningkatan 0,22 0,89 0,04 0,02

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 70

    1. Kebutuhan beras total dalam satu tahun

    = (139,15 x 244.775.796) / 1.000 = 34.060.552 ton

    2. Kebutuhan beras setiap bulan normal/yang tidak ada HBKN =

    = 34.060.552 / (12 + (0,16 + 0,32 + 0,01 + 0,12)) = 2.701.075 ton

    3. Kebutuhan beras setiap bulan yang ada HBKN

    Contoh:

    - Hari Raya Idul Fitri = 19 Agustus

    - Koefisien peningkatan = 0,32

    - Selang waktu persiapan = 10 hari

    Dengan demikian, waktu persiapan masih jatuh pada bulan Agustus.

    Kebutuhan beras setiap bulan yang ada HBKN

    = 2.701.075 + ((10 / 10 x 0,32) x 2.701.075) = 3.565.419 ton

    4. Kebutuhan beras setiap minggu pada bulan normal/yang tidak ada

    HBKN

    = 2.701.075 / 5 = 540.215 ton (Asumsi 1 bulan = 5 minggu)

    5. Kebutuhan beras setiap minggu pada bulan yang ada HBKN

    Contoh:

    - Hari Raya Idul Fitri = 19 Agustus

    - Koefisien peningkatan = 0,32

    - Selang waktu persiapan = 10 hari

    Dengan demikian, waktu persiapan masih jatuh pada bulan Agustus,

    yaitu pada Minggu II = 3 hari persiapan dan Minggu III = 7 hari

    persiapan. Minggu I, IV dan V adalah minggu normal.

    Kebutuhan beras setiap minggu pada bulan yang ada HBKN yaitu:

    Minggu I = Minggu IV = Minggu V = Minggu normal = 540.215 ton

    Minggu II = 540.215 + (((3/10) x 0,32) x 2.701.075)

    = 799.518 ton

    Minggu III = 540.215 + (((7/10) x 0,32) x 2.701.075)

    = 1.145.256 ton

    Jadi, total kebutuhan bulan Agustus

    = 540.215 + 799.518 + 1.145.256 + 540.215 + 540.215

    = 3.565.419 ton

  • Panduan Pemantauan dan Analisis Ketersediaan Pangan 71

    Perhitungan kebutuhan beras dilakukan juga dengan metode yang

    sama menjelang bulan Ramadhan, hari raya Idul Adha serta Natal dan

    Tahun Baru.

    Dengan demikian, kebutuhan beras setiap