pandangan tentang buaya gaib dalam perspektif masyarakat banjar di pinggir sungai tabalong

9
Pemahaman Tentang Buaya Gaib dalam Perspektif Masyarakat Banjar di Pinggir Sungai Tabalong A. Latar Belakang Masalah Budaya adalah hasil dari aktifitas akal manusia dalam menghadapi alam untuk menyesuaikan diri agar bertahan hidup dengan proses yang di namakan belajar. Budaya dalam konteks kali ini termasuk bentuk religi asli yang muncul pada era masyarakat primitif atau masyarakat arkhais, tentunya bentuk kepercayaan semacam ini yang cenderung bersifat politheisme lalu henotheisme, sedikit atau banyak hingga sekarang masih dipercayai dan ditemukan pada masyarakat, walaupun dikatakan masyarakat tersebut hidup dalam era modern yang notabene pemikiran condong lebih rasional jika dibandingkan dengan era sebelumnya, hal itu juga dipengaruhi agama-agama mapan yang cenderung bersifat monotheisme. Bentuk budaya tersebut adalah cerminan mentalitas masyarakat. Identitas urang banjar adalah beragama Islam, maksudnya Islam sudah melekat kuat pada urang banjar

Upload: ken-arock-ueto

Post on 06-Jul-2016

63 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

oke

TRANSCRIPT

Page 1: Pandangan Tentang Buaya Gaib Dalam Perspektif Masyarakat Banjar Di Pinggir Sungai Tabalong

Pemahaman Tentang Buaya Gaib dalam Perspektif Masyarakat Banjar di Pinggir Sungai Tabalong

A. Latar Belakang Masalah

Budaya adalah hasil dari aktifitas akal manusia dalam menghadapi alam

untuk menyesuaikan diri agar bertahan hidup dengan proses yang di namakan

belajar. Budaya dalam konteks kali ini termasuk bentuk religi asli yang muncul

pada era masyarakat primitif atau masyarakat arkhais, tentunya bentuk

kepercayaan semacam ini yang cenderung bersifat politheisme lalu henotheisme,

sedikit atau banyak hingga sekarang masih dipercayai dan ditemukan pada

masyarakat, walaupun dikatakan masyarakat tersebut hidup dalam era modern

yang notabene pemikiran condong lebih rasional jika dibandingkan dengan era

sebelumnya, hal itu juga dipengaruhi agama-agama mapan yang cenderung

bersifat monotheisme. Bentuk budaya tersebut adalah cerminan mentalitas

masyarakat.

Identitas urang banjar adalah beragama Islam, maksudnya Islam sudah

melekat kuat pada urang banjar dengan kata lain bukan urang banjar kalau bukan

penganut agama Islam. Hal semacam ini bisa dilihat pada contoh kasus Islamisasi

orang Dayak Bakumpai yang tidak mau disebut orang Dayak lagi, melainkan

urang banjar. Melekatnya identitas Islam pada urang banjar bisa dikatakan bahwa

mereka adalah penganut Islam yang fanatik, meskipun demikian tetap ada

kepercayaan-kepercayaan pra-islam atau arkhais yang bertentangan dengan ajaran

Islam itu sendiri. Kepercayaan yang semacam itu tentunya masih hidup dan bisa

dilihat ritus-ritusnya.

Page 2: Pandangan Tentang Buaya Gaib Dalam Perspektif Masyarakat Banjar Di Pinggir Sungai Tabalong

Satu diantara contoh dari bentuk kepercayaan arkhais tersebut adalah

mempercayai adanya sebuah kekuatan gaib dari buaya yang hidup pada sungai,

kepercayaan semacam ini diyakini oleh masyarakat masyarakat banjar yang hidup

dipinggir Sungai Tabalong. Kepercayaan pada masyarakat ini di ungkapkan

dengan istilah bagaduhan (memelihara), basahabat (bersahabat) atau

menghormati buhaya (buaya) sebagai kekuatan yang diyakini bisa membantu

kehidupan masyarakat sehari-hari. Contoh ritual dari kepercayaan ini adalah

memberi makan atau sesajian buaya setiap bulan, ritus ini bertujuan untuk

menjaga keselamatan pemelihara buaya dan keluarga dari gangguan buaya gaib

yang diyakini bisa mencelakakan hidup. Kontradiksi antara fanatisme Islam pada

masyarakat banjar dengan kepercayaan terhadap buaya tentunya menjadi hal yang

menarik untuk dikaji. Keyakinan kepada buaya gaib dengan ketauhidan Islam bisa

bersatu dalam ritus memberi makan buaya yang diawali dengan membaca do'a

selamat.

Religi adalah sumber nilai dalam sebuah masyarakat, segala aspek

kehidupan masyarakat berpedoman pada ajaran-ajaran religi, tentunya ajaran-

ajaran tersebut menghasilkan nilai yang dianggap kebaikan bagi orang-orang

meyakininya. Ajaran religi tersebut bisa dilihat dari cara masyarakat

mengaplikasikan pantangan dan mensucikan terhadap sesuatu yang dianggap

sacred (sakral), sehingga menghasilkan nilai menghormati dan menjaga terhadap

sesuatu yang dianggap sacred tersebut, hal ini merupakan konsekuensi takut akan

melanggar pantangan dan keinginan menjaga dari gangguan kekuatan sakral yang

bisa membahayakan kehidupan masyarakat pendukung.

Page 3: Pandangan Tentang Buaya Gaib Dalam Perspektif Masyarakat Banjar Di Pinggir Sungai Tabalong

Ritus urang banjar yang memberi sesajian terhadap buaya gaib adalah

contoh dari pengaplikasian ajaran religi tersebut, kegiatan ini dilakukan dengan

cara menghanyutkan sesaji ke sungai sebagai tempat tinggal dari buaya gaib, oleh

karena itu sungai merupakan aspek penting dalam pelaksanaan ritus ini, dengan

kata lain masyarakat juga menghormati sungai sebagai tempat tinggal dari buaya

gaib tersebut. Secara tidak langsung ritus ini menghasilkan nilai kepada

masyarakat untuk menjaga keasrian lingkungan sungai.

Kepercayaan masyarakat terhadap buaya gaib juga adalah sebuah identitas

lokal urang banjar yang tinggal dipinggir sungai Tabalong. Ungkapan buhaya

pahuluan atau buhaya kalua seringkali ditujukan kepada anggota masyarakat ini,

hal tersebut menandakan bahwa masyarakat pinggir sungai Tabalong dengan

buaya gaib adalah sebuah satu kesatuan yang utuh dan tak terpisahkan, karena

kepercayaan kepada buaya gaib adalah sebuah identitas masyarakat, maka

setidaknya hal tersebut akan menjadi satu diantara unsur solidaritas masyarakat.

Solidaritas tersebut terjadi karena adanya persamaan hal yang diyakini. Jika hal-

hal tersebut tidak diteliti, maka dikhawatirkan identitas lokal akan terlupakan dan

hilang.

Bentuk pemahaman budaya lokal dan agama Islam sejatinya memang

adalah dua hal yang kontradiktif atau saling bertentangan satu sama lain, tetapi

bukan berarti kedua hal yang kontradiktif tersebut tidak bisa bersatu. Sinkretisme

adalah istilah tepat untuk mendeskripsikan dialog antara dua hal yang kontradiktif

tersebut. Menurut KBBI Online sinkretisme adalah paham atau aliran baru yang

Page 4: Pandangan Tentang Buaya Gaib Dalam Perspektif Masyarakat Banjar Di Pinggir Sungai Tabalong

merupakan dari perpaduan dari beberapa paham atau aliran yang berbeda untuk

mencari keserasian dan keseimbangan.

Pengertian yang lebih tradisional dielaskan oleh Plutarch (1962:313)

seorang Platonis, dia mengatakan bahwa term sinkretisme digunakan apabila

adanya persatuan dan pertemuan dari pihak dalam (orang-orang Kreta) bersatu

melawan musuh dari luar. M. Wasim Bilal (2008:110-111) menjelaskan bahwa

term dari sinkretisme seringkali digunakan dalam batasan yang kurang jelas, lebih

lanjut dia menjelaskan bahwa sinkretisme bukan aliran, bukan faham dan bukan

ilmu; sinkretisme adalah fenomena yang diberi label; itu saja, menurutnya

sinkretisme adalah satu atau beberapa unsur agama tertentu dipungut dan

diterapkan pada agama lain tanpa merubah agama yang memungut; dalam hal ini

disebabkan relatif sedikitnya unsur yang dipungut dan diterapkan. Fenomena

sinkretisme dicontohkan oleh Clifford Geertz (1981: 6) pada tradisi abangan yang

memadukan unsur Hindu-Islam, terlihat pada upacara slametan.

Agama adalah sebuah sistem budaya, begitu yang diungkapkan Clifford

Geertz (1993). Dia juga menyatakan bahwa agama harus dilihat sebagai suatu

sistem yang mampu mengubah suatu tatanan masyarakat. Melalui sistem nilai,

agama akan bisa mengubah suatu tatanan masyarakat. Serupa dengan pernyataan

Geertz. Khadiq (2005:138) yang menyatakan agama sebagai sistem nilai, di dalam

hidup bermasyarakat senantiasa melahirkan atau setidaknya mewarnai

serangkaian norma yang berlaku didalam masyarakat yang bersangkutan. dengan

besarnya peranan agama dalam dalam kehidupan masyarakat, maka dapat

dikatakan bahwa ia merupakan satu modal pembangunan masyarakat yang sangat

Page 5: Pandangan Tentang Buaya Gaib Dalam Perspektif Masyarakat Banjar Di Pinggir Sungai Tabalong

tinggi nilainya. Sebagai sistem nilai, agama memiliki arti khusus dalam kehidupan

individu serta dipertahankan sebagai bentuk ciri khas (Dewi, 2011:1).

Kemampuan otak manusia untuk membentuk gagasan-gagasan dari

konsep-konsep dalam akalnya, menyebabkan ia mampu membayangkan dirinya

sendiri terlepas dari lingkungannnya hal tersebut merupakan dasar dari kesadaran

akan identitas dan kepribadian dirinya (Moeis, 2008;1). Gagasan-gagasan dari

konsep akal manusia tersebut juga akan sama dengan manusia lainnya dalam satu

lingkungan hidup, hingga memunculkan sebuah kesamaan lalu solidaritas, agama

adalah satu diantara yang memunculkan sebuah identitas ini

. Munculnya agama dikarenakan akal tidak bisa memecahkan seluruh

masalah dari setiap aspek kehidupan (Khadiq, 2005:122). Agama dan budaya

senantiasa selalu berdialog, dalam hubungannya dengan budaya, agama berfungsi

memelihara dan menumbuhkan sikap solidaritas sebuah kelompok (Ghazali,

2011:32). Solidaratas tersebut juga akan membentuk sebuah identitas yang kuat

bagi sebuah kelompok, seperti pandangan Emilie Durkheim (2011:154-156) yang

menyatakan bahwa binatang totem (sebagai sesembahan religi dari suku asli

Australia) dipuja karena melambangkan kesatuan atau solidaritas klan mereka.

Kepercayaan masyarakat terhadap buaya gaib berakar dari tradisi akhais,

hingga sekarang kepercayaan tersebut dapat bertahan, dipertahankankan, bahkan

dilestarikan pada era moderen dan era teknologi informasi yang sifatnya global

seperti sekarang, hal ini berdasarkan obeservasi penulis pada tanggal.... , menurut

hasil observasi tersebut disepanjang Sungai Tabalong masih banyak terdapat

tukang tamba yang menggunakan gampiran buaya sebagai sarana mengobati

Page 6: Pandangan Tentang Buaya Gaib Dalam Perspektif Masyarakat Banjar Di Pinggir Sungai Tabalong

berbagai macam penyakit (di desa Telaga Itar berjumlah 1 orang dan di desa

Suput berjumlah 2 orang), masyarakat awam yang memelihara buaya gaib (di

desa Tantaringin, desa Batu Pulut dan desa Muara Uya masing-masing berjumlah

1 orang) dan juga masyarakat awam yang mempercayai keberadaan buaya gaib

tersebut. Data-data hasil observasi lapangan diatas menunjukan bahwa masih ada,

bahkan kuatnya kepercayaan terhadap buaya gaib di era sekarang ini.

Masih kuatnya kepercayaan tentang buaya gaib tersebut sampai sekarang

ini bisa jadi membuktikan bahwa masyarakat sulit meninggalkan kepercayaan

lama beserta nilai-nilainya, oleh karena itu