wrap up skenario 4 bisikan gaib

103
SKENARIO 4 BISIKAN GAIB Laki-laki 25 tahun, dibawa ke IGD RSJ karena memukul ibunya dan memecahkan kaca jendela. Alasannya ada bisikan bisikan gaib didekat telinganya yang memerintahkannya melakukan tindakan tersebut. Sudah dua pecan ini pasien mengalami insomnia dan menarik diri, kadang bicara sendiri yang bila ditegur marah (iritabel). Pasien pernah mengalami gejala seperti ini satu tahun yang lalu, setelah dirawat di RSJ seminggu pasien dibolehkan pulang, tapi tak mau berobat jalan dan jadi pemalas. Pada pemeriksaan psikiatrik; kesadaran compos mentis, kontak psikik tidak wajar, sikap kurang kooperatif; afek tumpul tidak serasi; fungsi kognitif seperti atensi, konsentrasi, orientasi dan memori tidak terganggu; terdapat waham kejar dan halusinasi auditorik. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan peninggian metabolit dopamine pada urin. Dokter menduga pasien menderita gangguan skizofrenia sebagai bentuk gangguan psikotik yang disertai proses kemunduran (deteriorasi). Akhirnya, dokter memberikan injeksi psikotropika yang akan dilanjutkan dengan program psikoterapi, sosioterpai dan rehabilitasi. Dokter menanyakan apakah sebagai muslim pasien bisa melaksanakan ibadah mahdhoh. 1 | Page

Upload: tiarawindasari

Post on 24-Dec-2015

219 views

Category:

Documents


24 download

DESCRIPTION

yarsi

TRANSCRIPT

Page 1: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

SKENARIO 4

BISIKAN GAIB

Laki-laki 25 tahun, dibawa ke IGD RSJ karena memukul ibunya dan memecahkan kaca jendela. Alasannya ada bisikan bisikan gaib didekat telinganya yang memerintahkannya melakukan tindakan tersebut. Sudah dua pecan ini pasien mengalami insomnia dan menarik diri, kadang bicara sendiri yang bila ditegur marah (iritabel). Pasien pernah mengalami gejala seperti ini satu tahun yang lalu, setelah dirawat di RSJ seminggu pasien dibolehkan pulang, tapi tak mau berobat jalan dan jadi pemalas. Pada pemeriksaan psikiatrik; kesadaran compos mentis, kontak psikik tidak wajar, sikap kurang kooperatif; afek tumpul tidak serasi; fungsi kognitif seperti atensi, konsentrasi, orientasi dan memori tidak terganggu; terdapat waham kejar dan halusinasi auditorik. Pada pemeriksaan penunjang ditemukan peninggian metabolit dopamine pada urin. Dokter menduga pasien menderita gangguan skizofrenia sebagai bentuk gangguan psikotik yang disertai proses kemunduran (deteriorasi). Akhirnya, dokter memberikan injeksi psikotropika yang akan dilanjutkan dengan program psikoterapi, sosioterpai dan rehabilitasi. Dokter menanyakan apakah sebagai muslim pasien bisa melaksanakan ibadah mahdhoh.

1 | P a g e

Page 2: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

KATA-KATA SULIT

1. Atensi : pengamatan, proses sejumlah informasi kecil 2. Waham kejar : percaya bahwa dirinya selalu dikejar-kejar orang3. Halusinasi auditorik : merasa mendengar suara-suara tertentu4. Gangguan skizofrenia : gangguan psikotik kronik yang tidak bisa membedakan realita

dengan baik 5. Gangguan psikotik : kondisi abnormal dari pikiran-pikiran6. Ibadah mahdhoh : aktivitas, perbuatan yang sudah ditentukan syarat dan rukunnya

seperti sholat, puasa, haji

PERTANYAAN

1. Kenapa bisa terjadi insomnia pada pasien?2. Bagaimana pelaksanaan ibadah mahdhoh untuk pasien?3. Kenapa bisa ditemukan dopamin pada urin?4. Kenapa dokter menduga pasien menderita gangguan skizofrenia?5. Apa yang dimaksud dengan proses kemunduran yang terjadi pada pasien?

JAWABAN

1. Karena pasien mengalami halusinasi audtorik sehingga terdengar suara-suara ditelinganya yang membuatnya susah tidur

2. Karena salah satu syarat ibadah adalah sadar, pada kondisi ini pasien bisa dikategorikan untuk tidak wajib melaksanakan ibadah mahdhoh

3. Karena jumlahnya yang sangat meningkat didalam tubuh sehingga juga keluar didalam urin

4. Karena pasien mengalami waham kejar dan halusinasi auditorik, itu merupakan salah satu gejala penderita skizofrenia

5. Pasien tidak dapat menjalankan aktivitasnya sama seperti pada orang umumnya sehingga secara tidak langsung bisa terjadi proses kemunduran pada diri pasien baik dalam berfikir ataupun yang lainnya

HIPOTESA

Pasien laki-laki umur 25 tahun, mengalami gangguan skizofrenia yang ditandai dengan terdapatnya waham kejar dan halusinasi auditorik sehingga pasien tidak diwajibkan dalam menjalan ibadah mahdhohnya

2 | P a g e

Page 3: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

SASARAN BELAJAR

1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Sistem Limbik2. Memahami dan Menjelaskan Psitopatologi Psikotik3. Memahami dan Menjelaskan Skizofrenia

3.1 Definisi3.2 Etiologi3.3 Klasifikasi3.4 Psikopatologi 3.5 Manifestasi klinis3.6 Diagnosis 3.7 Diagnosis banding3.8 Tatalaksana 3.9 Prognosis3.10 Komplikasi3.11 Pencegahan

4. Memahami dan Menjelaskan Ibadah Mahdhoh

3 | P a g e

Page 4: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

PEMBAHASAN

1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Sistem Limbik

Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak ibarat kerah baju.limbik secara harfiah diartikan sebagai perbatasan. Sistem limbik itu sendiri diartikan keseluruhan lintasan neuronal yang mengatur tingkah laku emosional dan dorongan motivasional.   Bagian utama sistem limbik adalah hipothalamus dan struktur-strukturnya yang berkaitan. Bagian otak ini sama dengan yang dimiliki hewan mamalia sehingga sering disebut dengan otak mamalia.

Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus dan kortes limbik. Sistem limbik berfungsi mengendalikan emosi, mengendalikan hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, seksualitas, pusat rasa senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang.Sistem limbik menyimpan banyak informasi yang tak tersentuh oleh indera. Dialah yang lazim disebut sebagai otak emosi. Carl Gustav Jung  menyebutnya sebagai Alam Bawah Sadar atau ketaksadaran kolektif, yang diwujudkan dalam perilaku baik seperti menolong orang, dan perilaku tulus lainnya. LeDoux mengistilahkan sistem limbik ini sebagai tempat duduk bagi semua nafsu manusia, tempat bermuaranya cinta, respek dan kejujuran.Sistem Limbik yang terdiri dari Amigdala, Thalamus dan Hipothalamus ini berperanan  sangat penting dan berhubungan langsung dengan sistem otonom maupun bagian otak penting lainnya.  Karena  hubungan langsung sistem Limbik  dengan sistem otonom, jadinya bila ada stimulus emosi negatif yang langsung masuk dan diterima oleh sistem Limbik dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti : gangguan jantung  , hipertensi maupun gangguan saluran cerna. Tidak heran saat seseorang marah , maka jantung akan berdetak lebih cepat dan lebih keras  dan  tekanan darah dapat meninggi .

Stimulus emosi dari luar ini dapat langsung potong jalur masuk ke sistem Limbik tanpa dikontrol oleh bagian otak yang mengatur fungsi intelektual yang mampu melihat stimulus tadi secara lebih obyektif dan rasional. Hal ini menjelaskan kenapa seseorang yang sedang mengalami emosi kadang perilakunya tidak rasional.  Permasalahan lain adalah pada beberapa keadaan seringkali emosi negatif seperti cemas dan depresi timbul secara perlahan tanpa disadari dan individu tersebut baru menyadari saat setelah timbul gejala fisik , seperti misalnya hipertensi.

4 | P a g e

Page 5: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

HipothalamusDi sekeliling hipotalamus terdapat terdapat subkortikal lain dari sistem limbik yang meliputi septum, area paraolfaktoria, epithalamus, nukleianteriorthalamus, gangglia basalis hipocampus dan amigdala. Di sekeliling area subkortika limbik terdapat korteks limbik, yang terdiri atas sebuah cincin korteks serebri pada setiap belahan otak yang dimulai dari area orbitofrontalis pada permukaan ventral lobus frontalis, menyebar ke atas ke dalam girus sub kalosal, kemudian melewati ujung atas korpus kalosum ke bagian hemisferium serebri dalam girus singulata dan akhirnya berjalan ke belakang korpus kalosum dan ke bawah menuju permukaan ventro medial lobus temporalis ke girus parahipokampal dan unkus. Lalu pada permukaan medial dan ventral dari setiap hemisferium serebri ada sebuah cincin terutama merupakan paleokorteks yang mengelilingi sekelompok struktur dalam yang menagtur perilaku dan emosi. Sebaliknya, cincin korteks limbik ini juga berfungsi sebagai alat komunikasi dua arah dan merupakan tali penghubung antara neokorteks dan struktur limbik lain yang lebih rendah. Jalur komunikasi yang penting antara sistem limbik dan batang otak adalah berkas otak depan bagian medial (medial forebrain bundle) yang menyebar ke regio septal dan orbito frontal korteks serebri ke bawah melalui bagian tengah hipotalamus ke formasio retikularis batang otak. Berkas ini membuat serabut-serabut dalam dua arah, membentuk garis batang sistem komunikasi. Jalur komunikasi yang kedua adalah melalui jaras pendek yang melewati formasio retikularis batang otak, thalamus, hipothalamus, dan sebagian besar area lainnya yang berhubungan dengan area basal otak. Hipotalamus meskipun berukuran sangat kecil hanya beberapa sentimeter kubik mempunyai jaras komunika dua arah yang berhubungan dengan semua tingkat sistem limbik. Sebaliknya, hipotalamus dan struktur yang berkaitan dengannya mengirimkan sinyal-sinyal keluaran dalam tiga arah:

a. ke belakang dan ke bawah menuju batang otak terutama di are retikular mesenfalon, pons, dan medula dan dari area tersebut ke saraf perifer sistem saraf otonom.

b. ke atas menuju bagian besar area yang lebih tinggi di diensefalon dan serebrum khususnya bagia anterior talamus dan bagian limbik korteks serebri.

c. infundibulum hipotalamus untuk mengatur atau mengatur secara sebagain dari fungsi sekretorik pada sebagian posterior dan anterior kelenjar hipofisis.

Pengaturan fungsi vegetatif dan fungsi endokrin HipotalamusPada setiap hipotalamus tampak adanya suatu area hipotalamik lateral yang besar. Area ini berguna untuk pengaturan rasa haus, rasa lapar, dan sebagian besar hasrat emosional.

a. Pengaturan kardiovaskular menimbulkan efek neurogenik pada sistem kardiovaskular yang telah dikenal meliputi kenaikan tekanan arteri, penurunan arteri, peningkatan dan penurunan frekuensi denyut jantung.

b. Pengaturan suhu tubuh. Bagian anterior hipotalamus khususnya area preoptik berhubungan dengan suhu tubuh. Peningkatan suhu darah yang mengalir melewati area ini meningkatkan aktivitas neuron-neuron suhu. sebaliknya penurunan suhu darah akan menurunkan aktivitasnya.

c. Pengaturan cairan. Hipotalamus mengatur cairan tubuh melalui dua cara. 1) dengan mencetuskan sensasi haus yang menyebabkan seseorang atau hewan minum

air.

5 | P a g e

Page 6: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

2) mengatur ekskresi air ke dalam urine. Di hipotalamus bagian lateral terdapat area pusat rasa haus.

d. Pengaturan kontraktilitas uterus dan pengeluaran air susu oleh payudara. Perangsangan nuklei paraventrikular menyebabkan sel-sel neuronnya mensekresi  hormon oksitosin yang menyebabkan peningkatan kontraktilitas uterus serta kontraksi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi alveoli payudara yang selanjutnya alveoli mengosongkan air susu melalui puting susu.

e. Pengaturan gastrointestinal dan hasrat makan.  Yang berhubungan dengan rasa lapar terdapat di area hipotalamus lateral. Sedangkan pusat rasa kenyang terletak di nuklei ventromedial.

f. Pengaturan hipotalamik sekresi hormon endokrin oleh kelenjar hipofisis anterior.

Fungsi perilaku dari hipotalamus dan fungsi limbik yang berkaitan1. Perangsangan hipotalamus lateral pada hewan, tidak hanya merangsang timbulnya rasa

haus dan nafsu makan, tetapi juga kadangkala menyebabkan timbu rasa marah yang sangat hebat dan keinginan untuk berkelahi.

2. Perangsangan nukleus ventromedial menimbulkan rasa kenyang, menurunkan nafsu makan, dan hewan juga tenang.

3. Perangsangan zone tipis dari nuklei paraventrikular, yang terletak sangat berdekatan dengan ventrikel ke tiga biasanya menimbulkan rasa takut dan reaksi terhukum.

4. Dorongan seksual terjadi bila ada rangsangan pada hipotalamus khususnya sebagian besar bagian anterior dan posterior.

Beberapa prinsip sebagai bentuk kecerdasan emosi yang diperankan sistem limbik antara lain:Mempengaruhi sistem belajar manusia. Sistem limbik ini mengontrol kemampuan daya ingat, kemampuan merespon segala informasi yang diterima pancaindera.Mengontrol setiap informasi yang masuk. Sistem limbik ini mengontrol setiap informasi yang masuk dan memilih informasi yang berharga untuk disimpan dan yang tidak berharga akan dilupakan. Oleh karena itu sistem limbik menentukan terbentuknya daya ingat jangka panjang yang berguna dalam pelayanan pendidikan anak.Otak tidak akan memberikan perhatian jika informasi yang masuk mengabaikan sistem limbik. Suasana belajar yang membosankan membuat sistem limbik mengkerut dan kehilangan daya kerjanya. Oleh karena itu suasana belajar yang menyenangkan akan memberi pengaruh positif pada kerja sistem limbik.

Fungsi spesifik bagian bagian lain sistem limbik ; I. Fungsi hipokampus

Hipokampus merupakan bagian korteks serebri yang memanjang melipat ke dalam untuk membentuk lebih banyak bagian dalam ventrikel lateralis. Hipokampus merupakan saluran tambahan yang dilewati oleh sinyal sensorik yang masuk, yang dapat memulai reaksi perilaku dengan tujuan yang berbeda.

6 | P a g e

Page 7: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

Seperti halnya halnya pada struktur-struktur limbik lain, perangsangan pada berbagai area dalam hipokampus hampir selalu dapat menyebabkan salah satu dari berbagai pola perilaku, misalnya rasa marah, ketidak pedulian, atau dorongan seks yang berlebihan.Hal-hal yang berasal dari ingatan jangka pendek dapat diubah untuk disimpan menjadi ingatan jangka panjang oleh hipokampus. Hipokampus (terletak diantara lobus temporal otak) dan bagian media lobus temporal (bagian yang terletak paling dekat dengan garis tengah badan) juga berperan dalam proses penggabungan ingatan (memory consolidation).Untuk mengingat sesuatu, seseorang harus berhasil melaksanakan 3 hal, yaitu mendapatkan informasi, menahan/meyimpannya dan mengeluarkannya. Bila kita lupa akan sesuatu, maka gangguan dapat terjadi pada bagian mana saja dari ke 3 proses tersebut. Memory adalah proses aktif, karena ilmu pengetahuan berubah terus, selalu diperiksa dan diformulasi ulang oleh pikiran otak kita.Ingatan mempunyai beberapa fase yaitu :

1) Waktunya sangat singkat (extremely shortterm)/ingatan segera (immediate memory): Item hanya dapat disimpan dalam beberapa detik

2) Ingatan jangka pendek (short term): Item dapat ditahan dalam beberapa menit3) Ingatan jangka panjang (long term): Penyimpanan berlangsung beberapa jam sampai

seumur hidup.Ingatan jangka panjang dihasilkan oleh perubahan struktural pada system saraf, yang terjadi karena aktifasi berulang terhadap lingkaran neuron (loop of neuron). Lingakaran tersebut dapat dari korteks ke thalamus atau hipokampus, kembali lagi ke korteks.Aktifasi berulang terhadap neuron yang membentuk loop tersebut akan menyebabkan synaps diantara mereka secara fungsional berhubungan. Sekali terjadi hubungan, maka neuron tersebut akan merupakan suatu kumpulan sel, yang bila tereksitasi pada neuron tersebut akan terjadi aktifasi seluruh kumpulan sel tersebut.Dengan demikian dapat disimpan dan dikembalikan lagi oleh berbagai sensasi, pikiran atau emosi yang mengaktifasi beberapa neuron dari kumpulan sel tersebut. Menurut Hebb perubahan struktural tersebut terjadi di sinaps.Peran Hipokampus dalam pembelajaranFungsi teoritis hipokampus pada pembelajanèdapat menyebabkan timbulnya dorongan untuk mengubah in gatan jangka pendek menjadi ingatan jangka panjang. Artinya, hipokampus menjalarkan sinyal-sinyal yang tampaknya membuat pikiran berulang-ulang melatih informasi baru sampai menjadi ingatan yang disimpan permanaen.

II. Fungsi AmigdalaAmigdala merupakan kompleks beragam nukleus kecil yang terletak tepat di bawah korteks serebri dari tiang (pole) medial anterior setiap lobus temporalis. Amigdala mempunyai banyak sekali hubungan dua jalur dengan hipothalamus seperti juga dengan daerah sistem limbik lainnya. Amigdala menerima sistem neuronal dari semua bagian korteks limbik seperti juga dari neokorteks lobus temporalis, parietalis, dan ksipitalis terutama dari area asosiasi auditorik dan area asosiasi visual. Oleh karena hubungan yang multiple ini, amigdala disebut “ jendela “, yang dipakai oleh  sistem limbik untuk melihat kedudukan seseorang di dunia.  Sebaliknya, amigdala menjalarkan sinyal- sinyal :1)      kembali ke area kortikal yang sama ini,2)      ke hipokampus,3)      ke septum,

7 | P a g e

Page 8: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

4)      ke thalamus, dan5)      khususnya ke hipothalamus.

Efek perangsangan amigdala hampir sama dengan efek perangsangan langsung pada hipothalamus, ditambah dengan efek lain.  Efek yang diawali dari amigdala kemudian dikirim melalui hipotalamus meliputi : 1) peningkatan dan penurunan tekanan arteri,2) meningkatkan atau menurunkan frekuensi denyut jantung 3) meningkatkan atau menurunkan motilitas dan sekresi gastrointestinal, 4) defekasi atau mikturisi 5) dilatasi pupil atau kadangkala kontriksi, 6) piloereksi, 7) sekresi berbagai hormon hipofisis anterior terutama hormon gonadotropin dan adrenokortikortopik.

Disamping efek yang dijalarkan melalui hipotalamus ini, persangsangan amigdala juga dapat menimbulkan beberapa macam gerakan involunter yakni: 1) pergerakan tonik seperti mengangkat kepala atau membungkukkan badan, 2) pergerakan melingkar melingkar, 3) kadangkala pergerakan klonik, ritmis, dan berbagai macam pergerakan yang berkaitan dengan penciuman dan makan sperti menjilat, mengunyah, dan menelan. Selain itu, perangsangan pada nukleo amigdala tertentu dapat menimbulkan pola marah, melarikan diri, rasa terhukum, nyeri yang sangat, dan rasa takut seperti pola rasa marah yang dicetuskan oleh hipotalamus.

Fungsi keseluruhan amigdalaAmigdala merupakan area perilaku kesadaran yang bekerja pada tingkat bawah sadar. Amigdala juga tampaknya berproyeksi pada jalur sistem limbik seseorang dalam berhubungan dengan alam sekitar dan pikiran. Amigdala dianggap membuat respon perilaku seseorang sesuai dengan tiap kedaan.

III. korteks limbikBagian dari sistem limbik yang sedikit dimengerti adalah cincin korteks limbik, yang mengelilingi struktur subkortikal limbik. Korteks ini berfungsi sebagai zona transisional yang dilewati oleh sinyal-sinyal yang dijalarkan oleh sisa korteks otak ke dalam sistem limbik dan juga ke arah yang berlawanan. Bagian dari sistem limbik yang sedikit dimengerti adalah cincin korteks limbik, yang mengelilingi struktur subkortikal limbik. Korteks ini berfungsi sebagai zona transisional yang dilewati oleh sinyal-sinyal yang dijalarkan oleh sisa korteks otak ke dalam sistem limbik dan juga ke arah yang berlawanan. Oleh karena itu. Korteks limbik berfungsi sebagai area asosiasi serebral untuk mengatur perilaku.

Korteks limbik ini dimulai dari :Otak area orbito frontalis pada permukaan ventral lobus frontalis, menyebar ke atas ke dalam girus subkalosal, kemudian melewati ujung atas korpus kolosum ke bagian medial hemisferum serebri dalam girus singulata, dan akhirnya berjalan di belakang korpus kolosum dan ke bawah menuju permukaan ventromedial lobus temporalis ke girus parahipokampal dan unkus. Lalu pada permukaan medial dan ventral dari setiap hemisferum serebri ada sebuah cincin, terutama

8 | P a g e

Page 9: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

merupakan paleokorteks, yang mengelilingi sekelompok struktur dalam yang sangat berkaitan dengan prilaku dan emosi. Sebaliknya, cincin korteks ini juga berfungsi sebagai alat komunikasi dua arah dan merupakan tali penghubung antara neokorteks dan struktur limbik yang lebih rendah.Perangsangan pada berbagai regio korteks limbik akan meinggagalkan fungsi korteks limbik ini. Namun, seperi halnya regio-regio lain dari sitem limbik, pola perilaku tersebut dapat juga dicetuskan dengan merangasang daerah spesifik dalam korteks limbik. Demikian juga ablasi beberapa area korteks limbik dapat menimbulkan perubahan yang persisten pada perilaku hewan,misalnya hewan menjadi liar, mau menyelidiki segala objek, mempunyai dorongan seksual yang besar tehadap hewan yang tidak sesuai atau terhadap benda- benda mati.

Peran Dopamin dan PerilakuDopamin memiliki rumus kimia C 6 H 3 (OH) 2-CH 2-CH 2-NH 2. Nama kimianya adalah "4 - (2-aminoethyl) benzen-1 ,2-diol" dan singkatan adalah "DA." Sebagai anggota keluarga katekolamin, dopamin adalah prekursor norepinefrin (noradrenalin) dan kemudian epinefrin (adrenalin) dalam jalur biosintesis untuk neurotransmitter ini. Dopamin terdapat pada striatum, hipothalamus, system limbic, median eminence, dan interneuron pada retina. Pada beberapa ganglia otonom dan bagian-bagian tertentu di otak seperti substansia nigra, sintesis katekolamin hanya sampai pada pembentukan dopamine. Baik di susunan saraf pusat maupun di susunan saraf perifer, dopamin juga menjadi precursor untuk pembentukan NE dan epinefrin.

Sintesis dan PenyimpananSintesis dopamine seperti halnya dengan sintesis NE berasal dari asam amino tirosin. Dopamin disentesis dalam tubuh (terutama oleh jaringan saraf dan medula kelenjar adrenal) pertama oleh hidroksilasi asam amino L-tirosin untuk L-dopa melalui monooxygenase 3 tyrosine enzim-, juga dikenal sebagai hidroksilase tirosin, dan kemudian oleh dekarboksilasi L-dopa oleh dekarboksilase asam L-amino aromatik (yang sering disebut sebagai dekarboksilase dopa). Dalam beberapa neuron, dopamin lebih lanjut diolah menjadi dopamin-norepinefrin oleh hidroksilase beta.

Pengaturan sintesis dopamine tergantung dari aktivitas enzim tirosin hidroksilase dan dopa dekaroboksilase. L-dopa ditranspor secara aktif ke dalam neuron pada susunan saraf pusat dimana ia akan dikonversi menjadi dopamine oleh enzim dopa dekarboksilase. Dopamin akan tersimpan di dalam vesikel dan sebagian lagi diambil oleh sel glia. Sel glia tidak dapat menyimpan dopamine secara efisien sehingga dopamine akan berdifusi ke luar untuk merangsang reseptor dopamine atau dire-uptake oleh neuron dopaminergik. Bila terjadi degenerasi neuron dopamine (seperti pada penyakit Parkinson), maka peranan dopamine yang berasal dari sel-sel glia menjadi sangat penting. SekresiSeperti halnya NE, dopamin disekresi ke celah sinaptik melalui proses eksositosis dimana proses ini membutuhkan ion Ca. Sekresi dopamine ditingkatkan oleh tiramin, amfetamin, methilamfetamin, dan juga nomifensin.

9 | P a g e

Page 10: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

Mekanisme KerjaTransmisi dopaminergik nampaknya hanya terdapat pada susunan saraf pusat. Dopamin bekerja melalui reseptor dopamine yang terdapat pada neuron  postsinaptik. Beberapa jaringan perifer dapat memberi respon terhadap pemberian dopamine tetapi tidak ditemukan persarafan dopaminergik pada jaringan-jaringan tersebut (misalnya, jantung, pembuluh darah dan usus). Hal ini menunjukkan bahwa pada jaringan perifer juga terdapat reseptor dopamine. Reseptor dopamine yang telah diisolasi strukturnya adalah reseptor dopamine 1 (D1) dan reseptor dopamine 2 (D2). Akhir-akhir ini ada bukti yang menunjukkan bahwa reseptor dopamine yang terdapat dalam jaringan lebih dari dua. Reseptor D1 bekerja dengan jalan mengaktifkan enzim adenilat siklase melalui Gs dan reseptor D2 bekerja dengan jalan menghambat enzim adenilat siklase dengan mengaktifkan Gi.

Pada susunan saraf perifer, reseptor dopamine ditemukan pada beberapa ganglia sinaptik, kelenjar eksokrin, saluran cerna dan otot polos pembuluh darah. Pada susunan saraf pusat terdapat pada daerah nigrostriatal, daerah limbic seperti amigdala dan hippocampus serta daerah tubero-infundibular seperti nucleus arkuatus dan hypothalamus.

InaktivasiSeperti halnya dengan NE, inaktifasi dopamine terjadi dengan proses re-uptake neuronal dan proses enzimatik. Enzim MAO dan COMT akan memetabolisasi dopamine menjadi bentuk yang tidak aktif seperti 3,4-dihidroksi-phenulacetic acid (DOPAC) dan homovanilic acid (HVA).

Aspek FarmakologisDopamin terlibat di dalam proses terjadinya penyakit Parkinson, dimana pada penyakit ini terjadi kekurangan dopamine akabat degenerasi neuron dopaminergik pada substansia nigra dan striatum.

Kelebihan dan kekurangan dopaminDopamin yang berlebihan dapat menyebabkan skizofrenia dan bila kekurangan dapat menyebabkan penyakit parkinson.Pada penelitian menunjukkan penderita parkinson kehilangan 80% lebih sel-sel saraf penghasil dopamine pada substansia nigra. Kekurangan dopamine akan mengganggu keseimbangan antara dopamin dengan neurotransmitter lainnya, seperti asetilkolin. Kekurangan dopamin menyebabkan sel-sel saraf pada striatum kehilangan fungsi kontrol, sehingga penderita tidak dapat mengatur atau mengontrol gerakan-gerakan normal.Abnormal transmisi dopaminergik tinggi telah dikaitkan dengan psikosis dan skizofrenia. Peningkatan aktivitas fungsional dopaminergik, khususnya di jalur mesolimbic, ditemukan pada individu skizofrenia

2. Memahami dan Menjelaskan Psitopatologi Psikotik

Psikopatologi adalah fungsi kepribadian yang abnormal. Psikopatologi merupakan cabang ilmu kedokteran jiwa yang mempelajari :

- Gejala2 dalam tingkah laku / pikiran / perasaan dan lain-lain fungsi psikis- Variasi dalam kelainan pola reaksi total dari individu ialah dalam bentuk gangguan

kepribadian

10 | P a g e

Page 11: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

Halusinasi Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor-faktor pada ketiga unsur itu yang terus menerus saling mempengaruhi, yaitu :

Faktor-faktor somatik (somatogenik)

a. Neroanatomi b. Nerofisiologi c. Neurokimiad. Tingkat kematangan dan perkembangan organik e. Faktor-faktor pre dan peri - natal

Faktor-faktor psikologik ( psikogenik) :

a. Interaksi ibu –anak : normal (rasa percaya dan rasa aman) atau abnormal berdasarkan kekurangan, distorsi dan keadaan yang terputus (perasaan tak percaya dan kebimbangan)

b. Peranan ayahc. Persaingan antara saudara kandung d. Inteligensi e. Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat f. Kehilangan yang mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa salah. g. Konsep dini : pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang tidak menentu. h. Keterampilan, bakat dan kreativitas i. Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya j. Tingkat perkembangan emosi

Faktor-faktor sosio-budaya (sosiogenik)

a. Kestabilan keluarga b. Pola mengasuh anak c. Tingkat ekonomid. Perumahan : perkotaan lawan pedesaan e. Masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan,

pendidikan dan kesejahteraan yang tidak memadai f. Pengaruh rasial dan keagamaan g. Nilai-nilai

Sebagian besar tanda dan gejala yang terdaftar di bawah ini dapat dipahami sebagai nilai yang bervariasi dari berbagai gambaran spektrum perilaku yang berkisar antara normal sampai abnormal. Sangat sulit untuk menemukan suatu gejala atau tanda patognomonik ( khas ) dalam psikiatri. Sebagai pembanding, pada pengobatan secara internal masih lebih mudah untuk menemukan tanda yang dapat menunjukkan adanya indikasi suatu penyakit atau gangguan tertentu, sebagai contoh, tanda “cincin Kayser-Fleischer” pada penyakit Wilson's atau refleks Babinski pada penyakit gangguan jalur piramidal.

11 | P a g e

Page 12: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

A. Tanda : Pengamatan dan penemuan penyakit / gangguan oleh seorang dokter, seperti adanya suatu penyumbatan atau retardasi psikomotorik.

B. Gejala : pengalaman pribadi yang dirasakan dan diuraikan oleh pasien, sering dinyatakan dalam bentuk keluhan, seperti suasana hati tertekan atau kehilangan energi.

C. Sindrom : suatu kelompok tanda dan gejala yang bersama-sama menyusun suatu kondisi tertentu yang dapat dikenal, namun lebih samar-samar dibanding suatu gangguan / penyakit yang spesifik.

Tanda dan Gejala Gangguan Psikiatri

A. Kesadaran : Status kesadaran ( istilah sensorium kadang-kadang digunakan sebagai suatu sinonim untuk kesadaran).

1. Gangguan kesadaran a. Disorientasi : Gangguan orientasi dalam hal waktu, tempat, atau orang. b. Kesadaran berkabut : kesadaran yang tidak sempurna dengan gangguan persepsi dan

sikap.c. Stupor : ketiadaan reaksi dan tidak mengenal lingkungan. d. Delirium : reaksi kebingungan, disorientasi, gelisah yang berhubungan dengan ketakutan

dan halusinasi. e. Koma : Derajat tingkat keadaan pingsan yang dalam. f. Koma vigil / terjaga : keadaan koma di mana pasien nampak seperti tertidur tetapi siap

untuk dibangunkan (dikenal sebagai mutisme akinetik). g. Status kesadaran senjakala : gangguan kesadaran dengan halusinasi h. Status seperti mimpi : sering digunakan sebagai sinonim untuk bangkitan parsial

kompleks atau epilepsi psikomotorik. i. Somnolen : keadaan mengantuk yang abnormal. j. Kebingungan : Gangguan kesadaran di mana reaksi ke stimuli lingkungan tidak sesuai;

yang dinyatakan dengan disorientasi dalam hal waktu, tempat, atau orang. k. Keadaan mengantuk : suatu status kesadaran lemah berhubungan dengan suatu keinginan

atau kecenderungan untuk tidur. l. Terbenamnya matahari : sindrom pada orang lanjut usia yang umumnya terjadi pada

malam hari dan ditandai oleh keadaan mengantuk, kebingungan, kehilangan keseimbangan dan jatuh karena dalam pengobatan sedatif, yang disebut sindrom sundowner's.

2. Gangguan perhatian : perhatian adalah sejumlah usaha yang digunakan dalam memperhatikan dan fokus terhadap suatu hal tertentu dari suatu pengalaman; kemampuan untuk fokus pada satu aktivitas; dan kemampuan untuk berkonsentrasi.

a. Distraktibilitas : Ketidakmampuan untuk konsentrasi dalam memberi perhatian; keadaan di mana perhatian ditarik menuju stimuli eksternal yang tidak relevan atau tidak penting.

b. Inatensi selektif : Perhatian yang terbatas hanya pada berbagai hal yang menghasilkan ketertarikan.

c. Hypervigilans : perhatian berlebihan yang terpusat pada semua stimuli internal dan eksternal, terjadi sekunder pada delusi atau paranoid; berhubungan dengan hyperpragia: aktivitas mental dan pemikiran berlebihan.

12 | P a g e

Page 13: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

d. Trans : perhatian yang terpusat dan kesadaran berubah, umumnya dilihat pada keadaan hipnosa, gangguan disasosiasi, dan pengalaman religius yang sangat menggembirakan.

e. Disinhibisi : Perpindahan efek inhibisi, yang mengakibatkan orang hilang kendali ketika dalam keadaan mabuk oleh alkohol.

3. Gangguan Sugestibilitas : respon tanpa kritik dan mengalah terhadap suatu ide / pendapat yang mempengaruhi.

a. Folie a deux ( folie a trois) : gangguan komunikasi emosional antara dua ( atau tiga) orang.

b. Hipnosa : modifikasi kesadaran yang ditandai oleh suatu peningkatan sugestibilitas.

B. Emosi: status perasaan yang kompleks termasuuk didalamnya faktor psikis, somatis, maupun prilaku yang berhubungan atau dapat mempengaruhi suasana hati.

1. Afek : ungkapan emosi yang dapat diamati, yang mungkin dapat berbeda dengan apa yang dikeluhkan oleh pasien.

a. Afek yang sesuai : kondisi di mana ungkapan emosi selaras dengan pikiran, ide maupun perkataan ; dapat diuraikan lebih lanjut sebagai afek yang yang diekspresikan secara wajar.

b. Afek tidak sesuai : ketidaksesuaian antara ungkapan emosi yang dirasakan dengan pikiran, ide maupun perkataan.

c. Afek tumpul : gangguan afek yang ditandai oleh adanya pengurangan sejumlah besar intensitas ungkapan emosi / perasaan secara eksternal .

d. Afek terbatas : pengurangan dalam intensitas ungkapan emosi / perasaan; lebih sedikit dibanding Afek tumpul namun tetap jelas adanya pengurangan.

e. Afek datar : Ekspresi afeksi yang bisa ada ataupun tidak ada: ditandai dengan suara yang monoton, wajah tak bergerak ( tanpa ekspresi ).

f. Afek labil : perubahan yang kasar dan cepat dalam ungkapan emosional, tidak berhubungan dengan stimuli eksternal.

2. Suasana hati ( Mood ) : suatu pengalaman subyektif yang menggambarkan dan mendukung emosi / perasaan yang dapat disampaikan oleh pasien dan yang dapa diamati oleh orang lain; misalnya adanya tekanan, kegembiraan, dan kemarahan.

a. Mood Disforik : suatu suasana hati tak enak.b. Mood Eutimik : cakupan suasana hati normal, menyiratkan tidak adanya perasaan

tertekan atau persaan senang berlebihan.c. Mood ekspansif ( leluasa ) : ungkapan seseorang yang merasakan kebebasan, biasanya

dengan suatu pengakuan akan arti penting dari diri sendiri.d. Mood sensitif ( mudah marah ): suatu keadaan pada seseorang yang mudah merasa

terganggu dan cepat marah.e. Mood berayun ( labil ) : perpaduan suasana hati antara bahagia dan tertekan atau cemas

berlebihan. f. Mood terangkat ( naik ) : suasana hati yang terisi oleh kenikmatan dan kepercayaan diri;

suatu suasana hati yang lebih gembira dari biasanya. g. Euforia : Suasana hati yang terangkat dan penuh kegembiraan. h. Ekstasi : Suasana hati yang terlalu gembira diluar kewajaran.

13 | P a g e

Page 14: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

i. Tekanan : Perasaan sedih yang bersifat Psikopatologik. j. Anhedonia : hilangnya minat dan ketertarikan terhadap segala kegiatan / aktifitas

yangbiasanya menyenangkan, sering berhubungan dengan adanya tekanan.k. Duka cita Atau Perkabungan : Kesedihan yang sesuai dengan kondisi karena

meninggalnya seseorang yang dikasihi, juga disebut kehilangan. l. Alexithymia : ketidakmampuan seseorang untuk menguraikan atau kesulitan di dalam

menggambarkan secara sadar emosi / perasaan dan suasana hatinya.m. Keinginan bunuh diri : Pemikiran tentang ingin mengakhiri hidupnya sendiri.n. Kegembiraan : perasaan sukacita, senang, bahagia, kemenangan, kepuasan dan

optimisme.o. Hypomania : Kelainan suasana hati ( mood ) dengan karakteristik mania yang kwalitatif,

tetapi intensitasnya lebih sedikit.p. Mania : Status suasana hati yang ditandai oleh kegembiraan, hiperaktif, gelisah,

hiperseks, dan yang dipercepat oleh pemikiran dan perkataannya sendiri.q. Melankolia : keadaan perasaan yang sangat tertekan; digunakan dalam istilah melankolia

involusional, yang juga berhubungan dengan intensitas tekanan.r. Sikap acuh tak acuh : sikap yang tidak menunjukkan kepedulian / perhatian terhadap

kelemahan atau kekurangan seseorang.

3. Emosi lainnya:a. Ansietas ( kecemasan ) : perasaan takut yang disebabkan oleh adanya bahaya yang dapat

terjadi, bisa berasal dari dalam diri sendiri maupun dari luar.b. Kecemasan mengambang : ketakutan yang tidak terpusat pada satu hal tertentu.c. Takut : Kecemasan yang disebabkan oleh kesadaran akan suatu bahaya yang nyata dan

dikenal.d. Agitasi ( gelisah ) : kecemasan yang dalam berhubungan dengan kegelisahan motorik;

serupa dengan iritabilitas ( sifat lekas marah ) yang mudah dicetuskan oleh kemarahan atau gangguan.

e. Ketegangan : Peningkatan aktifitas motorik yang tidak menyenangkan berhubungan dengan faktor psikologis.

f. Panik : serangan kecemasan yang berlebihan, bersifat episodik, yang dapat berhubungan dengan gangguan sistem saraf otonom, juga oleh karena perasaan ngeri yang hebat.

g. Apati : ketumpulan emosi yang berhubungan dengan sikap acuh tak acuh.h. Ambivalen : adanya dua hal yang saling bertentangan ( berbeda ) dalam diri seseorang

yang dialami dalam waktu bersamaan.i. Abreksi : pelepasan emosional atau membebaskan ingatan – ingatan terhadap

pengalaman yang menyakitkan.j. Malu : Perasaan gagal untuk mengerjakan sesuatu yang diharapkan.k. Rasa bersalah : Emosi sekunder yang timbul setelah melakukan sesuatu yang dianggap

kesalahan.l. Pengendalian diri : Kemampuan untuk menahan diri terhadap godaan, dorongan hati atau

hasutan yang diikuti suatu tindakan.m. Inefabilitas : keadaan sangat gembira pada seseorang yang tak terlukiskan, sulit

digambarkan, dan mustahil untuk disampaikan kepada orang lain.n. Akateksis : ketiadaan perasaan terhadap sesuatu yang menjadi beban secara emosi; pada

kateksis dapat dihubungkan dengan perasaan.

14 | P a g e

Page 15: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

o. Dekatesis : melepaskan emosid dari pemikiran, gagasan, atau para orang.

4. Gangguan fisiologis berhubungan dengan suasana hati ( Mood ) : Tanda-tanda gangguan somatis ( biasanya otonomik ), paling sering berhubungan dengan depresi / tertekan ( disebut juga tanda vegetatif ).

a. Anorexia : hilangnya atau penurunan selera makan. b. Hiperfagia : Peningkatan nafsu makanan.c. Insomnia : ketidakmampuan atau kesulitan untuk tidur.

- Awal : kesukaran dalam upaya untuk tidur. - Pertengahan : Kesukaran untuk tidur sepanjang malam tanpa terbangun dan

kesukaran untuk dapat tidur kembali. - Terminal : terbangun pagi-pagi benar.

d. Hipersomnia : tidur yang berlebihan. e. Variasi Diurnal ( siang hari ) : secara teratur suasana hati terburuk pada pagi hari, sesaat

setelah bangun, dan mulai membaik pada jam-jam berikutnya.f. Penurunan Libido : penurunan minat / ketertarikan seksual, tindakan dan pencapaiannya ; g. (peningkatan libido sering dihubungkan dengan negara status manik).h. Fatig ( kelelahan ) : suatu perasaan keletihan, lemah dan mengantuk, atau iritabilitas yang

menyertai suatu aktifitas tubuh maupun mental.i. Pika : keinginan untuk mengkonsumsi benda yang bukan makanan, seperti cat dan tanah

liat.j. Pseudosiesis : kondisi yang jarang terjadi di mana seseorang yang tidak hamil namun

mempunyai tanda dan gejala kehamilan, seperti distensi abdominal, payudara membesar, pigmentasi, amenore ( tidak turun haid ) dan mual pagi hari.

k. Bulimia : rasa lapar yang tak terpenuhi dan keinginan berlebihan untuk makan; dapat dilihat pada bulimia nervosa dan depresi atipik.

l. Adinamia : Kelemahan dan kelelahan ( Fatig ).

C. Perilaku Motorik : Aspek psikis yang meliputi dorongan hati, motivasi, berbagai keinginan, rangsangan, naluri, dan hasrat, yang dinyatakan oleh aktivitas motorik atau perilaku seseorang.

1. Ekopraksia : Gangguan / penyakit pada orang yang suka meniru orang lain.

2. Katatonia dan Kelainan Postural : terlihat pada Schizofrenia katatonik dan beberapa kasus gangguan otak, seperti encephalitis.

a. Katalepsi : istilah umum untuk suatu posisi diam / tak bergerak yang dilakukan secara konstan.

b. Rangsangan katatonik : agitasi / gelisah, aktifitas motorik yang tak bertujuan dan tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal.

c. Stupor katatonik : aktivitas motorik yang lamban, sering sampai pada batas imobilitas dan tampak acuh pada lingkungan sekitar.

d. Kekakuan / Rigiditas katatonik: asumsi volunter pada postur / posisi tubuh yang kaku, berupaya untuk melawan semua usaha untuk dipindahkan.

e. Postur katatonik : pengambilan suatu posisi atau sikap tubuh yang tidak biasa / ganjil dalam waktu yang lama.

f. Cereafleksibilitas ( fleksibilitas sepertii lilin): kondisi dimana seseorang yang diatur dalam suatu posisi tertentu untuk dirawat / diperiksa; ketika si pemeriksa memindahkan

15 | P a g e

Page 16: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

atau menggerakkan salah satu anggota tubuh pasien, maka bagian tersebut terasa seperti terbuat dari lilin.

g. Akinesia : ketiadaan pergerakan fisik, seperti pada Schizofren Katatonik ; bisa juga terjadi sebagai efek samping ekstrapiramidal dari pengobatan antipsikosis.

3. Negativisme : Pertahanan diri untuk dipindahkan atau penolakan terhadap semua instruksi yang diberikan.

4. Katapleksi : hilangnya kekuatan otot secara temporer dan kelemahan yang dipicu oleh berbagai beban emosi.

5. Stereotipik: Pengulangan secara seksama suatu pola atau bentuk aksi fisik maupun perkataan tertentu.

6. Manerisme ( Lagak ) : pergerakan involunter ( tidak disengaja ) yang sudah menjadi kebiasaan.

7. Otomatisme : suatu tindakan atau penampilan otomatis yang biasanya mewakili aktivitas yang tidak disadari.

8. Perintah Otomatis : kepatuhan untuk melakukan suatu perintah secara otomatis.

9. Mutisme : seseorang yang tidak dapat bicara atau mengeluarkan suara tanpa adanya kelainan struktural.

10. Aktifitas berlebihan : a. Agitasi Psikomotorik : aktifitas motorik dan kognitif yang berlebihan, biasanya

nonproduktif dan merupakan respon terhadap ketegangan dari dalam diri sendiri. b. Hiperaktif ( hiperkinesis) : tidak bisa diam, agresif dan destruktif yang sering

dihubungkan dengan adanya kelainan pada otak.c. Tik : pergerakan motorik spasmodik / tak teratur dan tanpa disengaja.d. Somnabulisme ( berjalan saat tidur): aktivitas motorik selama tidur e. Akathisia : perasaan subyektif berupa ketegangan otot sekunder karena obat antipsikotik

maupun obat yang lain, yang dapat menyebabkan kegelisahan, serta mengulangi posisi duduk dan berdiri; dapat keliru dianggap sebagai gangguan jiwa agitasi.

f. Kompulsi : dorongan hati yang tak dapat dikendalikan untuk melakukan suatu tindakan secara berulang.( 1) Dipsomania : kompulsi untuk minum alkohol.( 2) Kleptomania : kompulsi untuk mencuri.( 3) Nimfomania : kebutuhan yang memaksa dan berlebihan untuk berhubungan seks di pada seorang perempuan.( 4) Satiriasis : kebutuhan yang memaksa dan berlebihan untuk berhubungan seks pada seorang laki-laki.( 5) Trikotillomania : kompulsi untuk mencabut rambut.( 6) Ritual : aktivitas otomatis, kompulsi secara alamiah, ansietas terhadap suatu perubahan.

g. Ataksia : Kegagalan koordinasi otot; ketidakteraturan tindakan otot.h. Polifagi : kelainan berupa makan secara berlebihan.i. Polidipsi : kelainan berupa minum secara berlebihan.

16 | P a g e

Page 17: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

j. Tremor : perubahan irama pergerakan, pada umumnya gemetaran lebih cepat dari satu detik; bersifat khas atau tipikal, akan berkurang selama periode relaksasi dan tidur dan akan meningkat dalam keadaan marah atau tegang.

k. Flosilasi : gerakan memilin tanpa tujuan, biasanya pada pakaian, sprei maupun sarung bantal ; dapat terlihat pada Delirium.

11. Hipoaktifitas ( hipokinesis) : penurunan aktifitas motorik dan kognitif seperti pada retardasi psikomotor ; keterlambatan dalam berpikir, berbicara dan bergerak.

12. Suka meniru: aktivitas motori pada masa kanak-kanak suka meniru gerakan sederhana.

13. Agresi: kekuatan penuh dalam berbagai tindakan yang bertujuan baik secara fisik maupun dalam berbicara; merupakan kendali motorik yang terhadap amukan, kemarahan, atau permusuhan.

14. Berakting ( pemeranan ): ekspresi keinginan bawah sadar atau rangsangan terhadap suatu tindakan; prilaku yang timbul oleh karena fantasi bawah sadar.

15. Abulia: penurunan rangsangan dalam bertindak dan berpikir, berhubungan dengan sikap acuh tak acuh; merupakan salah satu akibat dari defisit neurologis.

16. Anergia: ketiadaan energi.

17. Astasia Abasia : ketidakmampuan untuk berdiri atau berjalan secara normal, meskipun pergerakan kaki normal dapat dilakukan pada saat duduk atau posisi berbaring. Gaya berjalan atau melangkah terlihat ganjil namun bukan disebabkan oleh karena suatu lesi organik yang spesifik; terlihat pada kelainan konversi.

18. Koprofagia : suka makan kotoran atau tinja.

19. Diskinesia : Kesukaran dalam melakukan pergerakan volunter, seperti pada kelainan ekstrapiramidal

20. Kekakuan Otot : keadaan dimana otot sulit digerakkan; terlihat pada Skozofrenia.

21. Berputar-putar : suatu tanda pada anak-anak autistik yang secara terus menerus memutarkan badan searah putaran kepala mereka.

22. Bradikinesia : kelambatan aktifitas motorik ditandai dengan suatu penurunan pergerakan spontan yang normal.

23. Korea : pergerakan cepat, tersentak-sentak yang tak bertujuan dan dilakukan tanpa sadar.

24. Konvulsi : involunter, suatu kontraksi hebat atau spasme otot.a. Konvulsi klonik : konvulsi dimana otot akan berkontraksi dan relaksasi secara bergantian.b. Konvulsi tonik : Konvulsi dimana otot akan terus- menerus berkontraksi.

25. Bangkitan : suatu serangan mendadak dari gejala tertentu, seperti konvulsi, hilangnya kesadaran, dan gangguan psikis maupun sensoris; terlihat pada epilepsi dan bisa juga karena rangsangan lain.

17 | P a g e

Page 18: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

a. Bangkitan tonik-klonik umum: serangan berupa gerakan tonik-lonik anggota tubuh, lidah yang tergigit, dan inkontinensia yang berangsur-angsur akan sadar dan pulih; disebut juga bangkitan Grand Mal dan bangkitan psikomotorik.

b. Bangkitan parsial sederhana : bangkitan yang terlokalisir pada bagian iktal tanpa perubahan dalam kesadaran.

c. Bangkitan parsial kompleks : bangkitan yang terlokalisir pada bagian iktal yang disertai perubahan kesadaran.

26. Distonia : kelambatan, kontraksi dari batang tubuh dan anggota gerak; terlihat pada distona karena pengobatan tertentu.

27. Aminia : Ketidakmampuan untuk membuat bahasa tubuh / gestur sendiri atau untuk memahami gestur yang dibuat orang lain.

D. Pemikiran: merupakan arus gagasan, lambang / simbol, dan asosiasi bertujuan yang diaktifkan oleh suatu masalah atau tugas yang menghasilkan kesimpulan berdasarkan kenyataan; ketika suatu peristiwa logis terjadi, maka secara normal kita akan berpikir; parapraksis ( kehilangan motivasi logika tanpa disadari, disebut juga Freudian Slip) yang dianggap sebagai bagian dari pemikiran yang normal. Pemikiran abstrak adalah kemampuan untuk menggapai hal-hal yang penting secara utuh, untuk memisahkannya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, dan untuk membedakannya dari pandangan umum.

1. Gangguan umum dalam proses berpikira. Gangguan Mental : secara klinis perilaku yang timbul atau sindrom psikologis yang

terjadi berhubungan dengan penderitaan dan kecacatan, bukan hanya respon yang tidak diharapkan untuk menjawab peristiwa tertentu atau membatasi hubungan antara seseorang dan masyarakat sekitar.

b. Psikosis : Ketidakmampuan untuk membedakan kenyataan dan khayalan; dengan menciptakan suatu kenyataan baru ( berbeda dengan neurosis: gangguan mental di mana kenyataan yang sebenarnya tetap utuh; perilaku yang tidak melanggar berbagai norma sosial, tetapi akan cenderung kumat dan berlangsung kronis bila tanpa perawatan.

c. Uji realitas : merupakan evaluasi dan penilaian yang obyektif terhadap dunia diluar diri sendiri .

d. Gangguan Pikiran formal : lebih mengarah kepada gangguan dalam bentuk pikiran dan bukan isi pikiran; pemikiran yang ditandai oleh hlangnya asosiasi, pembentukan kata baru / neologisme, dan hal-hal konstruktif tapi tidak masuk akal; gangguan proses berpikir, dan orang tersebut dikategorikan sebagai psikosis.

e. Pemikiran yang tidak masuk akal: pemikiran yang berisi kesimpulan yang salah atau pertentangan secara internal; dapat dianggap sebagai gangguan psikis bila tanda-tandanya jelas dan bukan disebabkan oleh defisit intelektual atau nilai-nilai budaya.

f. Dereisme : Aktivitas mental yang tidak sesuai kenyataan dan pengalaman.g. Pemikiran Autistik : Keasyikan dengan diri sendiri, dunia pribadi; istilah yang terkadang

disama artikan dengan dereisme.h. Pemikiran gaib : suatu bentuk pikiran dereistik; pemikiran yang serupa dengan pemikiran

pada tahap anak-anak (Jean Piaget), di mana pemikiran, kata-kata, atau tindakan yang menunjukkan kekuasaan ( sebagai contoh, menjadi penyebab atau pencegah suatu peristiwa hebat).

18 | P a g e

Page 19: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

i. Proses berpikir primer : istilah umum untuk pemikiran dereistik, tidak masuk akal, dan gaib; ditemukan secara normal dalam mimpi, secara tidak normal pada psikosis.

j. Pengertian emosional yang dalam: tingkat kesadaran atau pemahaman yang tinggi pada seseorang yang dapat mendorong untuk melakukan hal-hal positif dalam prilaku dan kepribadiannya.

2. Gangguan spesifik dalam bentuk pikiran a. Neologisme : kata-kata baru yang diciptakan oleh pasien, sering dengan kombinasi suku

kata dari kata-kata yang lain, untuk pertimbangan psikologis idiosinkratik b. Salad kata-kata : campuran kata-kata yang tidak logis dan tidak bertautan dengan kalimat. c. Sirkumstantial : Kalimat yang tak langsung mencapai tujuan / maksud yang sebenarnya

tetapi berputar-putar pada kalimat yang lain; yang ditandai oleh suatu detail yang tumpang-tindih dan keterangan sambil lalu.

d. Tangential : Ketidakmampuan untuk membentuk asosiasi pikiran yang bertujuan; pembicara tidak mendapat tujuan yang diingankan.

e. Ketidaksesuaian : pada umumnya apa yang dipikirkan tak dapat dimengerti / dipahami; pemikiran dan perkataan yang berjalan bersama namun tidak saling berhubungan, menghasilkan tatabahasa yang tidak beraturan.

f. Perseverasi : mempertahankan respon terhadap stimulus yang sebelumnya setelah suatu stimulus baru diberikan; sering berhubungan dengan gangguan kognitif.

g. Verbigerasi : pengulangan kata-kata atau ungkapan tertentu yang tidak mengandung arti.h. Ekolalia : psikopatologis berupa pengulangan kata-kata atau kalimat dari seseorang

kepada yang lain; pengulangan yang dipertahankan; dapat disampaikan dalam bentuk ejekan maupun dengan intonasi yang keras.

i. kondensasi : Peleburan berbagai konsep menjadi satu.j. Jawaban tidak relevan : Jawaban yang tidak selaras dengan pertanyaan yang diajukan 1. ( seseorang yang mengabaikan atau tidak mempedulikan pertanyaan yang dimaksud ).k. Kehilangan asosiasi : arus berpikir di mana berbagai gagasan bergeser dari satu topik ke

topik yang lain dan tidak saling berkaitan; pada keadaan yang lebih berat, terjadi ketidaksesuaian dalam perkataan.

l. Penyimpangan : terjadi deviasi mendadak dalam pikiran tanpa dapat dihentikan; terkadang digunakan sebagai sinonim dari kehilangan asosiasi.

m. Flight of idea ( ide yang berterbangan ): perkataan yang cepat dan beruntun, ide / gagasan yang berpindah-pindah, dengan tujuan untuk dapat dihubungkan; pada keadaan yang lebih ringan masih dapat diikuti oleh orang yang mendengarkan.

n. Asosiasi klang : asosiasi kata-kata dengan bunyi yang sama tetapi tanpa arti; kata-kata yang tidak mempunya koneksi logis; termasuk sajak dan permainan kata-kata.

o. Bloking ( Ganjalan ) : interupsi / hadangan keras terhadap pikiran sebelum pikiran atau ide tersebut dapat diselesaikan; setelah jeda itu, orang tersebut tidak dapat mengingat lagi apa yang sudah dikatakan atau yang baru akan dikatakan ( disebut juga deprivasi pikiran ).

p. Glossolalia : Ungkapan suatu pesan atau pewahyuan melalui kata-kata yang tak dapat dipahami ( dikenal sebagai bahasa lidah); tidak berhubungan dengan suatu gangguan pikiran jika hal tersebut dilakukan sebagai bagian dari kegiatan spiritual ( Gereja Pantekosta ); dikenal juga sebagai criptolalia, suatu bahasa yang khusus.

3. Gangguan spesifik dalam isi pikiran

19 | P a g e

Page 20: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

a. Kemiskinan isi : pikiran yang hanya memberi sedikit informasi oleh karena ketidakjelasan, tidak ada pengulangan kata-kata, atau ungkapan yang tidak jelas.

b. Ide berlebihan : tidak masuk akal, mempertahankan kepercayan terhadap sesuatu yang salah, lebih kuat dibandingkan suatu khayalan / delusi.

c. Delusi ( khayalan ) : kepercayaan palsu, berdasarkan pada kesimpulan salah tentang kenyataan diluar, tidak sesuai dengan tingkat kecerdasan pasien dan latar belakang budaya; namun tidak bisa dikoreksi dengan alasan lain.

1) Delusi Ganjil : tidak masuk akal, sangat mustahil, kepercayaan yang aneh dan salah ( contohnya, penyerbu dari ruang angkasa telah menanamkan elektroda dalam otak seseorang).

2) Delusi yang diatur : kepercayaan palsu yang berhubungan dengan tema atau peristiwa tertentu ( sebagai contoh, seseorang telah dianiaya oleh CIA, FBI, atau Mafia).

3) Delusi sesuai mood : khayalan yang dihubungkan dengan isi suasana hati seseorang (contohnya, seorang pasien depresi percaya bahwa dia yang bertanggung jawab atas kehancuran dunia).

4) Delusi tidak sesuai mood : Khayalan yang tidak memiliki hubungan dengan isi suasana hati atau kondisi mood yang stabil ( sebagai contoh, seorang pasien depresi berkhayal sebagai pemegang kendali pikiran atau pikiran tentang penyiaran).

5) Delusi nihilistik : perasaan yang salah tentang menyatakan diri sendiri, orang lain, atau dunia ini adalah hampa atau akan segera berakhir.

6) Delusi kemiskinan : kepercayaan yang salah dari seseorang bahwa dia telah atau akan kehilangan semua harta miliknya.

7) Delusi somatis : kepercayaan yang salah pada seseorang yang berhubungan dengan fungsi tubuh ( sebagai contoh, ia percaya bahwa otaknya melebur atau meleleh ).

8) Delusi paranoid : meliputi khayalan tentang penganiayaan, pengendalian, dan kekuasaan (dibedakan dari pikiran paranoid , yang kecurigaannya lebih sedikit daripada delusional).

a). Delusi penyiksaan: kepercayaan palsu dari seseorang bahwa dia telah diganggu, ditipu, atau dianiaya; sering ditemukan pada pasien yang mempunyai kecenderungan patologis untuk mengambil tindakan sah secara hukum oleh karena penganiayaan dibayangkan.b). Delusi kekuasaan / kehebatan: konsep berpikir yang berlebihan dari seseorang yang menganggap dirinya penting, berkuasa dan terkenal.c) Delusi acuan: kepercayaan palsu dari seseorang bahwa perilaku orang lain lain mengacu pada dirinya; peristiwa tertentu, obyek, atau orang lain hanya memiliki kemampuan yang biasa atau kemampuan yang berdampak negatif; berdasarkan ide acuan ini, pasien menganggap bahwa orang lain sedang membicarakannya ( sebagai contoh, ia percaya bahwa orang yang bekerja di stasiun televisi maupun radio sedang membicarakan dirinya ).

9) Delusi tuduhan : perasaan bersalah dan menyesali kesalahan diri sendiri.10) Delusi kendali : perasaan bahwa kehendak, pemikiran, bahkan perasaan seseorang

dikendalikan oleh kekuatan diluar dirinya.

20 | P a g e

Page 21: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

a). Penarikan Pikiran: Khayalan bahwa pikiran seseorang telah dipindahkan oleh orang lain atau kekuatan tertentu.b). Penyisipan Pikiran: Khayalan bahwa pikiran tertentu telah ditanamkan dalam otak seseorang oleh orang lain atau kekuatan tertentu.c). Penyiaran Pikiran: Khayalan bahwa pikiran seseorang dapat didengar oleh orang lain melalui penyiaran di udara. d). Pengendalian Pikiran: Khayalan bahwa pikiran seseorang sedang dikendalikan oleh orang lain atau kekuatan tertentu.

11) Delusi ketidaksetiaan ( delusi kecemburuan): kepercayaan palsu yang diperoleh dari kecemburuan yang patologis tentang ketidaksetiaan seseorang terhadap kekasihnya.

12) Erotomania : Delusi Kepercayaan, terjadi lebih banyak pada perempuan dibanding laki-laki, yang menganggap bahwa seseorang sangat mencintainya ( dikenal sebagai Clerembault Kadinsky kompleks ).

13) Pseudologia Fantasika : suatu tipe kebohongan dimana seseorang percaya bahwa kfantasi / khayalannya adalah sesuatu yang nyata dan benar-benar mereka alami; berhubungan dengan sindrom Munchausen, selalu berpura-pura sakit.

d. Kecenderungan atau Keasyikan pikiran: memusatkan isi pikiran pada suatu hal tertentu, berhubungan dengan afek yang kuat, seperti paranoid atau kecenderungan untuk menyiksa atau membunuh diri sendiri.

e. Egomania : kecenderungan memikirkan kepentingan sendiri yang patologis.f. Monomania : kecenderungan untuk asyik pada suatu obyek tertentu.g. Hipokondria : perhatian yang berlebihan terhadap kesehatannya berdasarkan kelainan /

patologi yang tidak nyata, namun membuat interpretasi tentang tanda dan gejala penyakit yang dibuat-buat.

h. Obsesi : ketekunan pikiran yang patologis terhadap sesuatu yang dianggap menarik yang tidak dapat dibatasi oleh akal sehat; berhubungan dengan ansietas.

i. Kompulsi : kebutuhan untuk melakukan sesuatu karena dorongan hati yang patologis dan bila tidak terpenuhi akan mengalami ansietas / kecemasan; , tindakan yang dilakukan berulang-ulang oleh karena obsesi yang tidak akan pernah berakhir bila tidak segera dihentikan.

j. Koprolalia : Ucapan-ucapan kompulsif yang berisi kata-kata yang fulgar.k. Fobia : perasaan yang tidak masuk akal tapi tetap dipertahankan, berupa ketakutan yang

berlebihan terhadap suatu hal atau situasi tertentu; sehingga berusaha untuk menghindari sumber ketakutan tersebut.

(1) Fobia spesifik : perasaan ngeri yang terbatas pada suatu situasi atau obyek tertentu (contoh, perasaan takut pada laba-laba atau ular).(2) Fobia sosial : Perasaan ngeri dipermalukan didepan umum, seperti takut berbicara dan tampil bahkan makan di tempat umum.(3) Akrofobia : Perasaan ngeri berada di tempat tinggi.(4) Agorafobia : Perasaan ngeri berada di tempat terbuka.(5) Algofobia : Perasaan ngeri terhadap rasa sakit.( 6) Ailurofobia : Perasaan ngeri pada kucing.( 7) Erythrofobia : Perasaan ngeri terhadap warna merah ( seperti ketakutan menjadi merah karena malu ).( 8) Panfobia : Perasaan ngeri terhadap segala sesuatu.

21 | P a g e

Page 22: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

( 9) Klaustrofobia : Perasaan ngeri berada di tempat tertutup.(10) Xenofobia : Perasaan ngeri terhadap orang asing.(11) Zoofobia : Perasaan ngeri terhadap binatang.(12) Fobia jarum : ketakutan patologik terhadap suntikan; disebut juga fobia suntikan darah.

l. Noesis : perasaan tentang dibukanya suatu rahasia ( pewahyuan ) bahwa seseorang telah dipilih menjadi pemimpin untuk memerintah.

m. Mistis : perasaan tentang adanya kekuatan mistik yang bersatu dengan suatu kekuatan tak terbatas yang berhubungan dengan agama atau kebudayaan tertentu.

E. Perkataan / Pembicaraan: Gagasan, pemikiran, dan perasaan yang dinyatakan melalui bahasa; komunikasi yang menggunakan kata-kata dan bahasa.

1. Gangguan dalam berkata-kata / berbicaraa. Tekanan dalam perkataan : perkataan yang cepat dan semakin banyak yang sulit untuk

disela.b. Volubilitas ( Logorrhea) : perkataan yang logis, saling berhubungan dan dapat dipahami.c. Kemiskinan perkataan : pembatasan dalam jumlah perkataan yang digunakan;

memberikan jawaban dengan suku kata yang sama.d. Perkataan yang tidak spontan: tanggapan lisan yang diberi hanya ketika diminta untuk

berbicara secara langsung; tidak ada inisiatif untuk mulai berbicara terlebih dahulu.e. Kemiskinan isi perkataan : perkataan dalam jumlah yang hanya cukup untuk

menyampaikan sedikit informasi karena ketidakjelasan, kekurangan kata-kata, atau meniru-niru ungkapan.

f. Disprosodi : hilangnya melodi / irama kata-kata yang normal ( disebut prosodi).g. Disarthria : Kesukaran dalam artikulasi, bukan dalam mencari kata-kata atau tata

bahasanya.h. Suara yang terlalu lembut atau nyaring: hilangnya modulasi volume suara normal; dapat

mnenggambarkan adanya gangguan psikosis menjadi depresi kemudian menjadi tuli.i. Bicara menggagap : perpanjangan atau pengulangan suatu bunyi atau suku kata, yang

mengakibatkan gangguan kelancaran bicara.j. Perkataan kacau balau : Perkataan yang tak seirama dan tidak menentu, berentetan secara

cepat dan tidak teratur.k. Akulalia : perkataan yang tidak masuk akal yang berhubungan dengangangguan

kesesuaian.l. Bradilalia : perkataan lambat yang abnormal.m. Disfonia : kesulitan atau nyeri saat berbicara.

2. Gangguan Afasik : Gangguan dalam berbahasa.a. Afasia Motorik : gangguan bicara yang disebabkan oleh adanya gangguan kognitif di mana

pasien dapat memahami namun sulit untuk menyampaikan dalam bentuk kata-kata; sering berhenti, perlu banyak tenaga, dan suara yang tidak akurat ( disebut juga Broca, nonfluen, dan afasia ekspresi )

b. Afasia snsorik : hilangnya kemampuan organik untuk memahami arti dari kata-kata; mengalir dengan spontan namun tidak saling berhubungan dan tidak ada arti yang jelas ( disebut juga Wernick’s Fluent dan afasia reseptif ).

22 | P a g e

Page 23: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

c. Afasia nominal : kesulitan dalam mengenal nama suatu objek ( istilah lain anomia dan afasia amnestik ).

d. Afasia sintaksis : ketidakmampuan untuk menyusun kata-kata dalam urutan yang sesuai.e. Afasia Jargon : semua kata yang dihasilkan merupakan neologistik; kata-kata omong

kosong yang diulangi dengan intonasi dan nada suara yang berbeda.f. Afasia global : kombinasi antara afasia nonfluent dan afasia fluent yang berat.g. Alogia : Ketidakmampuan untuk berbicara oleh karena gangguan mental atau fase

demensia.h. Koproprasia : penggunaan bahasa yang fulgar; terlihat pada sindrom Tourett dan beberapa

kasus skizofrenia.

F. Persepsi: Proses pemindahan rangsangan fisik ke dalam informasi psikologis; suatu proses mental dimana rangsangan sensorik dibawa ke alam sadar.

1. Gangguan persepsia. Halusinasi : persepsi sensorik palsu yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata dari luar; dapat merupakan atau bukan merupakan suatu interpretasi khayalan dari pengalaman dalam halusinasi .

(1) Halusinasi Hipnagogik : persepsi sensorik palsu yang terjadi saat tidur; biasanya dianggap nonpatologik.(2) Halusinasi Hipnopompik : persepsi palsu yang terjadi saat bangun tidur; biasanya dianggap nonpatologik.(3) Halusinasi Auditorius : persepsi palsu tentang bunyi, biasanya suara tertentu atau keributan lainnya, seperti musik: halusinasi tersering dalam gangguan psikiatri.(4) Halusinasi visual : persepsi palsu tentang penglihatan: dalam bentuk yang berwujud (contohnya orang-orang) dan yang tak berwujud ( misalnya kilatan cahaya); paling sering pada gangguan determinasi kesehatan.(5) Halusinasi Olfaktorius : persepsi palsu tentang bau; paling sering pada gangguan kesehatan.(6) Halusinasi Gustatorius : persepsi palsu dalam pengecapan, seperti rasa yang tidak sedap, disebabkan oleh suatu bangkitan uncinate: paling sering pada gangguan kesehatan.(7) Halusinasi taktil : persepsi palsu tentang perabaan, seperti pada kasus amputasi anggota tubuh; tearsa seperti ada sesuatu yang merayap di bawah kulit.(8) Halusinasi Somatik : sensasi palsu yang dirasakan dalam tubuh, paling sering pada organ visceral ( dikenal sebagai halusinasi Senestetik ).(9) Halusinasi Lilliput : persepsi palsu di mana objek terlihat dalam ukuran yang lebih kecil ( disebut juga mikropsia ).(10) Halusinasi berdasarkan Mood: Halusinasi berkaitan dengan suatu perasaan tertekan atau manik; sebagai contoh, seorang pasien depresi mendengar suara-suara yang mengatakan bahwa dirinya adalah orang jahat; seorang pasien manik mendengar suara-suara yang mengatakan bahwa dirinya penuh dengan pengetahuan dan kekuasaan serta harga diri yang tinggi.(11) Halusinasi tidak berdasar Mood: Halusinasi yang tidak berdasarkan suasana hati yang tertekan maupun manik ( contohnya, pada keadaan depresi halusinasi tidak berhubungan dengan beberapa hal seperti rasa bersalah, hukuman yang setimpal, atau ketidakmampuan; pada mania, halusinasi tidak berhubungan dengan adanya kekuatan atau harga diri ).

23 | P a g e

Page 24: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

(12) Halusinosis : berhalusinasi, paling sering pada pendengaran, yang dihubungkan dengan penyalahgunaan alkohol tanpa gangguan sensorik, berbeda dengan delirium tremens, halusinasi terjadi disertai gangguan sensorik.(13) Sinesthesia : sensasi halusinasi disebabkan oleh sensasi lain ( sebagai contoh, sensasi pendengaran yang disertai oleh tercetusnya sensasi visual; suatu bunyi; sensasi pendengaran yang dapat dilihat atau sebaliknya sensasi penglihatan yang dapat didengar ).(14) Fenomena jejak : kelainan persepsi yang berhubungan dengan obat-obatan halusinogenyang menyebabkan objek terlihat sebagai suatu gambaran yang terangkai. (15) Halusinasi Perintah : persepsi palsu yang mennyebabkan seseorang berkewajiban untuk mematuhi perintah dan tidak boleh membantah.

b. Ilusi : persepsi atau interpretasi yang salah terhadap rangsangan sensorik yang nyata dari luar.

2. Gangguan berhubungan dengan kelainan kognitif dan kondisi kesehatan a. Agnosia : ketidakmampuan untuk mengenali dan menginterpretasikan arti / kesan dari suatu

rangsangan sensorik.b. Anosognosia ( Ketidaktahuan tentang penyakit ) : ketidakmampuan seseorang untuk

mengenali suatu gangguan neurologik yang terjadi pada dirinya. c. Somatopagnosia ( Ketidaktahuan tentang tubuh ): ketidakmampuan seseorang untuk

mengenali salah satu bagian tubuhnya sendiri (disebut juga Autotopagnosia). d. Agnosia visual : Ketidakmampuan untuk mengenali objek atau orang.e. Astereognosis : ketidakmampuan untuk mengenali objek melalui sentuhan / perabaan.f. Prosopagnosia : Ketidakmampuan untuk mengenali wajah.g. Apraksia : Ketidakmampuan untuk menyelesaikan tugas spesifik.h. Simultagnosia : Ketidakmampuan untuk memahami lebih dari satu unsur visual pada waktu

yang sama atau untuk mengintegrasikan beberapa bagian menjadi satu.i. Adiadokokinesia : Ketidakmampuan untuk melaksanakan pergerakan cepat secara

berurutan.j. Aura : Sensasi peringatan seperti otomatisme, perut yang kenyang, wajah merona,

perubahan dalam pernafasan, sensasi kognitif, dan status afeksi yang biasanya dialami sebelum terjadi serangan; suatu sensasi awal yang mendahului suatu nyeri akibat migrain.

3. Gangguan yang berhubungan dengan fenomena disosiatif dan konversi: somatisasi dari materi yang ditekan atau pengembangan gejala fisik dan penyimpangan otot-otot volunter atau organ pengindraan khusus; yang tidak dikendalikan oleh volunter dan yang tak dapat dihubungkan dengan gangguan fisik manapun.

a. Anesthesia histerikal : hilangnya unsur-unsur sensorik sebagai hasil dari konflik emosi. b. Makropsia : anggapan bahwa suatu objek terlihat dalam ukuran yang lebih besar dari

biasanya. c. Mikropsia : anggapan bahwa suatu objek terlihat dalam ukuran yang lebih kecil dari

biasanya (makropsia dan mikropsia dapat dihubungkan dengan kondisi organik yang jelas seperti bangkitan parsial kompleks).

d. Depersonalisasi : sensasi subyektif pada seseorang yang merasakan adanya keanehan, tidak nyata dan perasaan asing.

e. Derealisasi : suatu sensasi subyektif yang menganggap ada keanehan pada lingkungan sekitar dan terasa tidak nyata .

24 | P a g e

Page 25: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

f. Fugue ( Fuga ) : menggunakan identitas yang baru karena mengalami amnesia terhadap identitas yang lama; sering melakukan perjalanan dan pengembaraan ke tempat-tempat yang baru.

g. Kepribadian ganda : seseorang yang muncul dalam waktu yang berbeda dengan dua atau lebih karakter dan kepribadian yang berbeda ( disebut disosiatif identitas yang terdapat dalam edisi revisi dari Diagnostic and statistical Manual of Mental Disorders [DSM-IV-TR] ).

h. Disosiasi : mekanisme pertahanan dibawah sadar yang disertai oleh sekelompok proses mental dan prilaku yang merupakan bagian akhir dari aktifitas fisik seseorang; yang membutuhkan pemisahan antara suatu gagasan / ide dengan ungkapan emosinya, seperti yang terlihat pada gangguan disosiasi dan konversi.

G. Memori

Berperan melaui informasi dan data yang tersimpan dalam otak yang selanjtnya akan dimunculkan kembali dalam bentuk ingatan dalam keadaan sadar. Orientasi adalah kondisi / status normal dalam diri seseorang maupun lingkungan sekitar seperti waktu, tempat dan orang.

1. Gangguan Memori

a. Amnesia : ketidakmampuan total maupun parsial untuk mengingat kembali pengalaman yang terjadi sebelumnya; dalam bentuk peristiwa maupun perasaan yang nyata.

a. ( 1) Anterograde : hilang ingatan sesaat setelah suatu peristiwa tertentu terjadi.b. ( 2) Retrograde : hilang ingatan untuk peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum

satu waktu tertentu.b. Paramnesia : Pemalsuan memori oleh adanya distorsi dalam ingatan.

a. Fausse reconnaissance : pengenalan palsu.b. Pemalsuan retrospektif : Memori yang terjadi tanpa disengaja ( tidak disadari )

yang didistorsikan melalui suatu penyaringan terhadap kondisi emosi, kognitif, dan pengalaman dari seseorang.

c. Konfabulasi : perasaan adanya celah dalam memori yang tanpa disadari dan disebabkan oleh bayangan akan suatu pengalaman yang tidak benar-benar terjadi namun dipercayai oleh orang tersebut tanpa ada dasar bukti yang nyata: paling sering berhubungan dengan penyakit organik.

d. Déjà vu : Ilusi tentang pengenalan visual di mana adanya memori terhadap suatu situasi baru yang dianggap merupakan pengulangan dari peristiwa yang terjadi sebelumnya .

e. Deja Entendu : Ilusi tentang pengenalan yang berhubungan dengan pendengaran.f. Deja Pense : Ilusi tentang suatu pikiran baru yang dikenali sebagai pikiran yang

sudah dirasakan sebelumnya dan sudah dinyatakan.g. Jamais vu : perasaan asing dengan suatu situasi nyata yang sudah dialami oleh

seseorang.h. Memori palsu : kepercayaan dan ingatan seseorang terhadap suatu peristiwa yang

tidak nyata terjadi.c. Hipermnesia : derajat daya dan tingkat ingatan yang berlebihan. d. Gambaran Eidetik : memori visual yang hampir menjadi halusunasi yang hidup. e. Memori Tabir : suatu memori yang disadari dapat menjadi tabir pelindung terhadap

memori lain yang menyakitkan.

25 | P a g e

Page 26: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

f. Represi : suatu mekanisme pertahanan yang ditandai oleh ketidaksadaran untuk melupakan rangsangan atau gagasan yang tidak dapat diterima.

g. Lethologika : ketidakmampuan temporer untuk mengingat suatu benda atau nama. h. Blackout : Hilang ingatan tentang perilaku selama dalam keadaan mabuk pada seorang

peminum alkohol; umumnya menunjukkan telah terjadi kerusakan pada otak.

2. Tingkat memoria. Segera : reproduksi atau daya ingat terhadap beberapa hal tertentu dalam hitungan detik

sampai menit.b. Yang Terbaru : daya ingat terhadap peristiwa-peristiwa yang telah lewat beberapa hari.c. Masa lampau terbaru : daya ingat terhadap peristiwa yang telah lewat beberapa bulan.d. Remote : daya ingat terhadap peristiwa-peristiwa yang telah lama berlalu.

H. Kecerdasan/Inteligensia:

Kemampuan untuk memahami, mengingat, mengarahkan, dan mengintegrasikan secara konstruktif pelajaran sebelumnya saat berada dalam situasi yang baru.

1. Retardasi Mental: ketiadaan inteligensia sampai batas tertentu yang melibatkan lembaga khusus dalam masyarakat: ringan (IQ 50 - 55 sampai sekitar 70), sedang ( IQ 35 - 40 sampai 50 - 55), IQ yang rendah 20 - 25 sampai 35 - 40, atau IQ yang sangat rendah dibawah 20 - 25; istilah jaman dulu disebut idiot ( kapasitas otak sesuai usia kurang dari 3 tahun), imbesil ( sesuai usia 3 - 7 tahun), dan pandir (sesuai usia kira-kira 8 tahun).

2. Demensia: kemunduran fungsi intelektual secara menyeluruh tanpa kesadaran berkabut.a. Diskalkulia ( Akalkulia): hilangnya kemampuan untuk berhitung; bukan disebabkan oleh

ansietas atau gangguan konsentrasi.b. Disgrafia ( Agrafia): hilangnya kemampuan untuk menulis kata-kata; hilangnya struktur

kata.c. Aleksia: hilangnya kemampuan membaca yang sebelumnya telah dikuasai; tidak dapat

dihubungkan dengan gangguan penglihatan.

3. Pseudodimensia: corak klinis mirip dimensia yang tidak disebabkan oleh suatu gangguan organik; paling sering disebabkan oleh depresi ( sindrom dimensia karena depresi).

4. Pemikiran Konkrit: pemikiran harafiah; membatasi penggunaan kiasan tanpa memahami arti yang tersirat; pikiran satu dimensi .

5. Pemikiran Abstrak: kemampuan untuk menangkap arti yang tersirat; pikiran multidimensi dengan kemampuan untuk menggunakan kiasan dan hipotesis yang sewajarnya.

I. Pengertian yang mendalam: Kemampuan seseorang untuk memahami maksud / arti dan penyebab yang sesungguhnya dari suatu peristiwa ( seperti satu set gejala ).

a. Intelektual yang dalam : Pemahaman tentang hal-hal nyata dalam satu situasi tertentu tanpa kemampuan untuk menerapkan pemahaman tersebut menjadi sesuatu yang berguna dalam upaya untuk mengasai situasi yang ada.

26 | P a g e

Page 27: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

b. Pengertian benar yang mendalam : Pemahaman tentang hal-hal nyata dalam situasi tertentu, kemudian digabungkan dengan motivasi dan dorongan emosi untuk dapat menguasai situasi yang ada.

c. Pengertian mendalam yang lemah : kurangnya kemapuan untuk memahami hal-hal nyata dari satu situasi tertentu.

J. Pertimbangan: Kemampuan untuk menilai suatu situasi dengan tepat dan mengambil tindakan yang sewajarnya dalam situasi tersebut. 1. Pertimbangan kritis: Kemampuan untuk menilai, melihat dengan tajam, dan memilih di antara beberapa opsi dalam satu situasi tertentu.2. Pertimbangan otomatis: Capaian refleks dari suatu tindakan yang disesuaikan dengan situasi saat itu.3. Pertimbangan lemah: kurangnya kemampuan untuk memahami dengan benar dan mengambil tindakan yang tepat dalam satu situasi tertentu.

Macam-macam gangguan jiwa (Rusdi Maslim, 1998): Gangguan mental organik dan simtomatik, skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham, gangguan suasana perasaan, gangguan neurotik, gangguan somatoform, sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik, Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa, retardasi mental, gangguan perkembangan psikologis, gangguan perilaku dan emosional dengan onset masa kanak dan remaja.

A. Skizofrenia.Skizofrenia merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar. Skizofrenia juga merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu kala. Meskipun demikian pengetahuan kita tentang sebab-musabab dan patogenisanya sangat kurang (Maramis, 1994). Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak dengan realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit ini secara bertahap akan menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan personalitas yang rusak ” cacat ” (Ingram et al.,1995).

B. DepresiDepresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Kaplan, 1998). Depresi juga dapat diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai dengan kemurungan, keleluasaan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya (Hawari, 1997). Depresi adalah suatu perasaan sedih dan yang berhubungan dengan penderitaan. Dapat berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang mendalam (Nugroho, 2000). Depresi adalah gangguan patologis terhadap mood mempunyai karakteristik berupa bermacam-macam perasaan, sikap dan kepercayaan bahwa seseorang hidup menyendiri, pesimis, putus asa, ketidak berdayaan, harga diri rendah, bersalah, harapan yang negatif dan takut pada bahaya yang akan datang. Depresi menyerupai kesedihan yang merupakan perasaan normal yang muncul sebagai akibat dari situasi tertentu misalnya kematian orang yang dicintai. Sebagai ganti rasa

27 | P a g e

Page 28: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

ketidaktahuan akan kehilangan seseorang akan menolak kehilangan dan menunjukkan kesedihan dengan tanda depresi (Rawlins et al., 1993). Individu yang menderita suasana perasaan (mood) yang depresi biasanya akan kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktiftas (Depkes, 1993). Depresi dianggap normal terhadap banyak stress kehidupan dan abnormal hanya jika ia tidak sebanding dengan peristiwa penyebabnya dan terus berlangsung sampai titik dimana sebagian besar orang mulai pulih (Atkinson, 2000).

C. KecemasanKecemasan sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah dialami oleh setiap orang dalam rangka memacu individu untuk mengatasi masalah yang dihadapi sebaik-baiknya, Maslim (1991). Suatu keadaan seseorang merasa khawatir dan takut sebagai bentuk reaksi dari ancaman yang tidak spesifik (Rawlins 1993). Penyebabnya maupun sumber biasanya tidak diketahui atau tidak dikenali. Intensitas kecemasan dibedakan dari kecemasan tingkat ringan sampai tingkat berat. Menurut Sundeen (1995) mengidentifikasi rentang respon kecemasan kedalam empat tingkatan yang meliputi, kecemasn ringan, sedang, berat dan kecemasan panik.

D. Gangguan KepribadianKlinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian (psikopatia) dan gejala-gejala nerosa berbentuk hampir sama pada orang-orang dengan intelegensi tinggi ataupun rendah. Jadi boleh dikatakan bahwa gangguan kepribadian, nerosa dan gangguan intelegensi sebagaian besar tidak tergantung pada satu dan lain atau tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian: kepribadian paranoid, kepribadian afektif atau siklotemik, kepribadian skizoid, kepribadian axplosif, kepribadian anankastik atau obsesif-konpulsif, kepridian histerik, kepribadian astenik, kepribadian antisosial, Kepribadian pasif agresif, kepribadian inadequat, Maslim (1998).

E. Gangguan Mental OrganikMerupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak (Maramis,1994). Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak atau yang terutama diluar otak. Bila bagian otak yang terganggu itu luas , maka gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada penyakit yang menyebabkannya bila hanya bagian otak dengan fungsi tertentu saja yang terganggu, maka lokasi inilah yang menentukan gejala dan sindroma, bukan penyakit yang menyebabkannya. Pembagian menjadi psikotik dan tidak psikotik lebih menunjukkan kepada berat gangguan otak pada suatu penyakit tertentu daripada pembagian akut dan menahun.

F. Gangguan PsikosomatikMerupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah (Maramis, 1994). Sering terjadi perkembangan neurotik yang memperlihatkan sebagian besar atau semata-mata karena gangguan fungsi alat-alat tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf vegetatif. Gangguan psikosomatik dapat disamakan dengan apa yang dinamakan dahulu neurosa organ. Karena biasanya hanya fungsi faaliah yang terganggu, maka sering disebut juga gangguan psikofisiologik.

28 | P a g e

Page 29: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

G. Retardasi MentalRetardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial

H. Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja.Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan permintaan, kebiasaan atau norma-norma masyarakat (Maramis, 1994). Anak dengan gangguan perilaku dapat menimbulkan kesukaran dalam asuhan dan pendidikan. Gangguan perilaku mungkin berasal dari anak atau mungkin dari lingkungannya, akan tetapi akhirnya kedua faktor ini saling mempengaruhi. Diketahui bahwa ciri dan bentuk anggota tubuh serta sifat kepribadian yang umum dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Pada gangguan otak seperti trauma kepala, ensepalitis, neoplasma dapat mengakibatkan perubahan kepribadian. Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi perilaku anak, dan sering lebih menentukan oleh karena lingkungan itu dapat diubah, maka dengan demikian gangguan perilaku itu dapat dipengaruhi atau dicegah.

3. Memahami dan Menjelaskan Skizofrenia3.1 Definisi

Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul ketidakseimbangan pada dopamine, yaitu salah satu sel kimia (neurotransmitter) dalam otak. Skizofrenia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik hubungan antarpribadi normal. Seringkali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang panca indera).

3.2 Etiologi

OrganobiologikGangguan jiwa Skizofrenia tidak terjadi dengan sendirinya. Ada banyak faktor yang berperan serta bagi munculnya gejala-gejala Skizofrenia. Hingga sekarang banyak teori yang dikembangkan untuk mengetahui penyebab (etiologi) Skizofrenia, antara lain:

Faktor genetik (turunan/pembawa sifat) Auto-antibody Virus Malnutrisi (kekurangan gizi)

Sejauh manakah peran genetik pada Skizofrenia? Dari penelitian diperoleh gambaran sebagai berikut:

Studi terhadap keluarga menyebutkan bahwa pada orang tua 5,6%; saudara kandung 10,1%; anak-anak 12,8%; dan penduduk secara keseluruhan 0,9% (Gottesman, Shields, 1982).Studi terhadap orang kembar menyebutkan pada kembar identik (monozygote) fraternal (dizygote) adalah 15,2% (Kendler, 1983)

Meskipun diakui bahwa ada peran gen pada transmisi (pemindahan) Skizofrenia namun ternyata tidak sepenuhnya memenuhi hukum Mendel. Sebagai contoh misalnya kalau

29 | P a g e

Page 30: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

benar bahwa Skizofrenia itu diturunkan (ditransmisikan) sepenuhnya melalui dominant gene, maka 50% dari anak-anaknya akan menderita Skizofrenia. Namun dalam kenyataannya angka ini jauh lebih rendah. Sebaliknya jika Skizofrenia itu diturunkan sepenuhnya melalui recessive gene, maka diharapkan 100% dari anak-anaknya akan menderita Skizofrenia, manakala orang tuanya menderita Skizofrenia. Namun dalam kenyataannya angka ini hanya 36,6%. Dengan demikian jelaslah bahwa transmisi gen pada Skizofrenia sangan kompleks dan dipengaruhi oleh banyak faktor lainnya.

Penelitian lain menyebutkan bahwa gangguan pada perkembangan otak janin juga mempunyai peran dalam timbulnya Skizofrenia di kelak di kemudian hari. Ganguan perkembangan otak ini muncul misalnya karena virus, malnutrisi, infeksi, trauma, toksin dan kelainan hormonal yang terjadi selama kehamilan.

Perihal adakah hubungan antara faktor gen dengan gangguan perkembangan otak janin, penelitian mutakhir menyebutkan bahwa meskipun ada gen yang abnormal, Skizofrenia tidak akan muncul kecuali disertai faktor-faktor lainnya yang disebut faktor epigenetik. Kesimpulannya adalah bahwa gejala Skozofrenia baru muncul bila terjadi interaksi antara gen yang abnormal dengan:

Virus atau infeksi lain selama kehamilan yang dapat mengganggu perkembangan otak janin.

Menurunnya auto-immune yang disebabkan infeksi selama kehamilan Berbagai macam komplikasi kandungan. Kekurangan gizi yang cukup berat terutama pada trisemester pertama kehamilan.

Hingga sekarang masih terjadi pertanyaan dan masih dalam penelitian perihal faktor genetik (turunan) pada Skizofrenia. Beberapa pertanyaan berikut ini masih belum dapat dijawab tuntas;

Apakah Skizofrenia ini merupakan penyakit keluarga. Sejauh mana peran serta gen dan lingkungan sebagai faktor penyebab

(etiology) Skizofrenia. Andaikan penyakit ini diturunkan, bagaimana mekanisme transmisi

penyakit ini dalam keluarga. Bagaimana mekanisme genetik dan lingkungan pada Skizofrenia. Dimana lokasi gen yang dimaksud.

Sehubungan dengan pertanyaan-pertanyaan di atas, para ahli melakukan berbagai penelitian untuk mendapatkan jawabannya antara lain:

Studi tentang riwayat keluarga (Family history Studies). Studi keluarga (family history). Studi adopsi (adoption studies). Studi kembar (twin studies). Studi terkait (linkage studies). Studi tentang biologi molekuler (molecular biology).

30 | P a g e

Page 31: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

Hasil penelitian yang telah dilakukan untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan di atas, antara lain:

Studi keluarga (1982) perihal resiko sakit, yaitu pada orang tua 5,6%; saudara kandung 10,1%; anak-cucu 12,8%; dan pada keluarga generasi kedua 2,4% - 4,2%.

Perkawinan antar keluarga Skizofrenia meningkatkan resiko untuk penyakit: Skozofrenia, Psikosis non afektif lainnya, gangguan Skizoafektif dan gangguan Skizotipal.

Studi pada anak adopsi (Adoption Studies) bahwa anak-anak adopsi yang dirawat oleh ibu-ibu penderita Skizofrenia mempunyai resiko 16,6% (Heston, 1966); sedangkan pada ibu-ibu yang normal resikonya 0%. Studi yang dilakukan oleh Kety Etal, (1968), menyebutkan pada orang tua kandung penderita Skizofrenia resiko anak adopsi 21,1%; sedangkan pada orangtua angkat, resiko anak adopsi 1,6%. Disimpulkan bahwa anak dari keluarga yang orang tuanya penderita Skizofrenia, beresiko lebih besar menderita Skizofrenia daripada anak adopsi yang tidak ada hubungan darah dengan orang tua angkatnya baik yang menderita Skizofrenia ataupun yang normal. Anak kandung dari orangtua normal bila diadopsi oleh orangtua angkat penderita Skizofrenia, resiko menderita Skzofrenia tidak besar.

Studi kembar manyatakan bahwa faktor gen sebagai penyebab Skizofrenia lebih besar pada anak monozygote dibandingkan dengan dizygote. Faktor lingkungan mempunyai implikasi 50% pada pasangan monozygote. Diperkirakan kecenderungan faktor gen 70% bagi terjadinya Skizofrenia. Analisa matematika (hukum Mendel misalnya) tidak sepenuhnya mendukung sebagai model tunggal bagi transmisi gen Skizofrenia. Di sini peran dominant gene dan recessive gene tidak sepenuhnya berlaku.

Pada analisa studi keterkaitan (Linkage Alalysis) disebutkan bahwa pada waktu terjadi pembelahan kromosom(meiosis) merupakan kesempatan bagi proses silang gen (crossing). Sesudah terjadi silang gen tersebut kemungkinan terjadinya rekombinasi adalah 50%. Gen yang letaknya berjauhan dalam kromosom transmisinya mandiri, merupakan gen dari kromosom yang berbeda. Keterkaitan terjadi manakala gen-gen dimaksud berdekatan satu dengan yang lain sedemikian rupa sehingga silang gen tidak terjadi. Dua gen yang saling terkait erat ditransmisikan bersama diantara anggota keluarga.

Dewasa ini studi genetika terhadap berbagai penyakit yang diduga diturunkan sedang berkembang dan ilmu yang mendalaminya adalah biologi molekuler (molecular biology) atau genome project. Tubuh manusia terdiri dari sel, di dalam sel tersebut terdapat molekul, di dalam molekul ada inti (nucleus), di dalam nucleus terdapat kromosom dan di dalam kromosom terdapat gen (pembawa sifat). Dalam studi ini dipelajari mekanisme transmisi gen terhadap keluarga yang salah satu atau lebih mengidap Skizofrenia. Dengan mengetahui modus mekanisme transmisi gen tersebut di atas diharapkan dapat dilakukan upaya pencegahan sehingga penyakit yang dimaksud tidak berkembang atau dengan kata lain transmisi gen pembawa Skizofrenia dapat dicegah.

PSIKOSOSIAL

31 | P a g e

Page 32: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

Stresor psikososial adalah setiap keadaan yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang itu terpaksa mengadakan penyesuaian diri (adaptasi) untuk menanggulangi stresor (tekanan mental) yang timbul. Pada umunya jenis stresor psikososial dapat digolongkan sebagai berikut:

Perkawinan.Berbagai permasalahan perkawinan merupakan sumber stres yang dialami oleh seseorang; misalnya pertengkaran, perpisahan (separation), perceraian (divorce), kematian salah satu pasangan, kesetiaan dan lain-lain. Stresor perkawinan ini dapat menyebabkan orang jatuh sakit.

Problem orang tuaPermasalahan yang dihadapi orangtua, misalnya tidak punya anak, kebanyakan anak, kenakalan anak, anak sakit dan hubungan yang tidak baik dengan mertua, ipar, besan, dan sebagainya. Permasalahan tersebut jika tidak bisa diatasi oleh yang bersangkutan dapat merupakan sumber stres yang pada gilirannya seseorang dapat jatuh sakit.

Hubungan interpersonal (antar pribadi)Gangguan ini dapat berupa hubungan dengan kawan dekat yang mengalami konflik, atau konflik dengan kekasih, konflik dengan rekan sekerja, antara atasan dan bawahan dan sebagainya. Konflik antar pribadi ini merupakan sumber stres bagi seseorang yang bila tidak dapat diatasi pada gilirannya akan menyebabkan jatuh sakit.

PekerjaanGangguan ini misalnya karena kehilangan pekerjaan (PHK), pensiun (post power syndrome), pekerjaan terlalu banyak, pekerjaan tidak cocok, mutasi jabatan dan sebagainya, yang bila tidak dapat diatasi akan mengakibatkan sakitnya seseorang.

Lingkungan HidupFaktor ini tidak hanya diselihat dari lingkungan itu bebas polusi, sampah dan lain sejenisnya tetapi terutama kondisi lingkungan sosial dimana seseorang itu hidup. Contohnya: masalah perumahan, pindah tempat tinggal, penggusuran, hidup dalam lingkungan yang rawan dan lain sebagainya. Rasa tidak aman dan tidak terlindung membuat jiwa seseorang tercekam sehingga mengganggu ketenangan dan ketentraman hidup yang lama-kelamaan daya tahan seseorang turun sehingga jatuh sakit.

KeuanganKondisi sosial-ekonomi yang tidak sehat, misalnya pendapatan jauh dari pengeluaran, terlilit hutang, bangkrut, soal warisan dan sebagainya; kesemuanya itu dapat menyebabkan sumber stres pada seseorang yang bila tidak dapat ditanggulangi yang bersangkutan akan jatuh sakit.

HukumKeterlibatan seseorang dalam masalah hukum, misalnya tuntutan hukum, pengadialan, penjara dan lain sebagainya dapat menyebabkan seseorang jatuh sakit.

32 | P a g e

Page 33: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

PerkembanganYang dimaksud perkembangan di sini adalah masalah perkembangan baik fisik maupun mental seseorang, misalnya masa remaja, masa dewasa, menopouse, usia lanjut dan lain sebagainya. Kondisi seperti itu tidak selalu dilewati dengan baik; ada sementara orang yang tidak mampu sehingga jatuh sakit karenanya.

Penyakit fisik atau cideraSumber stres yang dapat mempengaruhi kondisi jiwa seseorang antara lain penyakit (terutama penyakit kronis), jantung, kanker, kecelakaan, operasi, aborsi dan lain sebagainya.

Faktor keluargaYang dimaksud adalah faktor stres yang dialami oleh anak remaja karena kondisi keluarga (sikap orang tua) yang tidak baik, antara lain:

Hubungan kedua orangtua yang dingin atau penuh ketegangan atau acuh tak acuh. Kedua orangtua jarang di rumah dan tidak ada waktu dengan anak-anak. Komunikasi antara orangtua dan anak tidak baik. Kedua orangtua berpisah atau bercerai. Salah satu orangtua menderita gangguan jiwa/kepribadian. Orangtua dalam mendidik anak kurang sabar, pemarah, keras dan otoriter, dan

lain sebagainya. Lain-lain

Stresor kehidupan lainnya juga dapat menimbulkan gangguan kejiwaan (stres pasca trauma) adalah antara lain bencana alam, huru-hara, peperangan, kebakaran, perkosaan, kehamilan di luar nikah, aborsi dan sebagainya.

3.3 Klasifikasi

1. Skizofrenia ParanoidMemenuhi kriteria diagnostik skizofreniaSebagai tambahan :Halusinasi dan atau waham harus menonjol :

Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit, mendengung, atau bunyi tawa.Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.

Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau “Passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas.Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata / menonjol.

Pasien skizofrenik paranoid biasanya berumur lebih tua daripada pasien skizofrenik terdisorganisasi atau katatonik jika mereka mengalami episode pertama penyakitnya. Pasien yang sehat sampai akhir usia 20 atau 30 tahunan biasanya mencapai kehidupan social yang dapat membantu mereka melewati penyakitnya. Juga, kekuatan ego paranoid cenderung lebih besar dari pasien katatonik dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenik paranoid menunjukkan regresi

33 | P a g e

Page 34: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

yang lambat dari kemampuanmentalnya, respon emosional, dan perilakunya dibandingkan tipe lain pasien skizofrenik.

Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-hati, dan tak ramah. Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau agresif. Pasien skizofrenik paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka secara adekuat didalam situasi social. Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis mereka dan tetap intak.

2. Skizofrenia HebefrenikMemenuhi kriteria umum diagnosis skizofreniaDiagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.Untuk diagnosis hebefrenia yang menyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan :

Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan;

Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendirir (self-absorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases);

Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta inkoheren.

Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions and hallucinations).

Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose).

Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien.

Menurut DSM-IV skizofrenia disebut sebagai skizofrenia tipe terdisorganisasi.

3. Skizofrenia KatatonikMemenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofreniaSatu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya :

stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara)

Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)

Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh);

34 | P a g e

Page 35: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakkan kearah yang berlawanan);

Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya menggerakkan dirinya);

Fleksibilitas cerea / ”waxy flexibility” (mempertahankan anggota gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan

Gejala-gejala lain seperti “command automatism” (kepatuhan secara otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat.

Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain.

Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk diagnostik untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi pada gangguan afektif.Selama stupor atau kegembiraan katatonik, pasien skizofrenik memerlukan pengawasan yang ketat untuk menghindari pasien melukai dirinya sendiri atau orang lain. Perawatan medis mungkin ddiperlukan karena adanya malnutrisi, kelelahan, hiperpireksia, atau cedera yang disebabkan oleh dirinya sendiri.

4. Skizofrenia tak terinci (Undifferentiated).Seringkali. Pasien yang jelas skizofrenik tidak dapat dengan mudah dimasukkan kedalam salah satu tipe. PPDGJ mengklasifikasikan pasien tersebut sebagai tipe tidak terinci. Kriteria diagnostic menurut PPDGJ III yaitu:

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau

katatonik. Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia.

5. Depresi Pasca-SkizofreniaDiagnosis harus ditegakkan hanya kalau :

Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria diagnosis umum skizzofrenia) selama 12 bulan terakhir ini;

Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi gambaran klinisnya); dan

Gejala-gejala depresif menonjol dan menganggu, memenuhi paling sedikit kriteria untuk episode depresif, dan telah ada dalam kurun waktu paling sedikit 2 minggu.

Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis menjadi episode depresif. Bila gejala skizofrenia diagnosis masih jelas dan menonjol, diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai.

6. Skizofrenia ResidualUntuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi semua :

Gejala “negative” dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam

35 | P a g e

Page 36: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk;

Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofenia;

Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom “negative” dari skizofrenia;

Tidak terdapat dementia atau penyakit / gangguan otak organik lain, depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negative tersebut.

Menurut DSM IV, tipe residual ditandai oleh bukti-bukti yang terus menerus adanya gangguan skizofrenik, tanpa adanya kumpulan lengkap gejala aktif atau gejala yang cukup untuk memenuhi tipe lain skizofrenia. Penumpulan emosional, penarikan social, perilaku eksentrik, pikiran yang tidak logis, dan pengenduran asosiasi ringan adalah sering ditemukan pada tipe residual. Jika waham atau halusinasi ditemukan maka hal tersebut tidak menonjol dan tidak disertai afek yang kuat.

7. Skizofrenia SimpleksDiagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan progresif dari :

gejala “negative” yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik, dan disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara sosial.

Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan subtipe skizofrenia lainnya.Skizofrenia simpleks sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada jenis simpleks adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali. Pada permulaan mungkin penderita mulai kurang memperhatikan keluarganya atau mulai menarik diri dari pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran dan akhirnya menjadi pengangguran, dan bila tidak ada orang yang menolongnya ia mungkin akan menjadi pengemis, pelacur, atau penjahat.

8. Skizofrenia lainnyaSelain beberapa subtipe di atas, terdapat penggolongan skizofrenia lainnya (yang tidak berdasarkan DSM IV TR), antara lain :

Bouffe delirante (psikosis delusional akut). Konsep diagnostik Perancis dibedakan dari skizofrenia terutama atas dasar lama gejala yang kurang dari tiga bulan. Diagnosis adalah mirip dengan diagnosis gangguan skizofreniform didalam DSM-IV. Klinisi Perancis melaporkan bahwa kira-kira empat puluh persen diagnosis delirante berkembang dalam penyakitnya dan akhirnya diklasifikasikan sebagai media skizofrenia.

Skizofrenia laten. Konsep skizofrenia laten dikembangkan selama suatu waktu saat terdapat konseptualisasi diagnostic skizofrenia yang luas. Sekarang, pasien harus sangat sakit mental untuk mendapatkan diagnosis skizofrenia; tetapi pada konseptualisasi diagnostik skizofrenia yang luas, pasien yang

36 | P a g e

Page 37: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

sekarang ini tidak terlihat sakit berat dapat mendapatkan diagnosis skizofrenia. Sebagai contohnya, skizofrenia laten sering merupakan diagnosis yang digunakan gangguan kepribadian schizoid dan skizotipal. Pasien tersebut mungkin kadang-kadang menunjukkan perilaku aneh atau gangguan pikiran tetapi tidak terus menerus memanifestasikan gejala psikotik. Sindroma juga dinamakan skizofrenia ambang (borderline schizophrenia) di masa lalu.

Oneiroid. Keadaan oneiroid adalah suatu keadaan mirip mimpi dimana pasien mungkin pasien sangat kebingungan dan tidak sepenuhnya terorientasi terhadap waktu dan tempat. Istilah “skizofrenik oneiroid” telah digunakan bagipasien skizofrenik yang khususnya terlibat didalam pengalaman halusinasinya untuk mengeluarkan keterlibatan didalam dunia nyata. Jika terdapat keadaan oneiroid, klinisi harus berhati-hati dalam memeriksa pasien untuk adanya suatu penyebab medis atau neurologist dari gejala tersebut.

Parafrenia. Istilah ini seringkali digunakan sebagai sinonim untuk “skizofrenia paranoid”. Dalam pemakaian lain istilah digunakan untuk perjalanan penyakit yang memburuk secara progresif atau adanya system waham yang tersusun baik. Arti ganda dari istilah ini menyebabkannya tidak sangat berguna dalam mengkomunikasikan informasi.

Pseudoneurotik. Kadang-kadang, pasien yang awalnya menunjukkan gejala tertentu seperti kecemasan, fobia, obsesi, dan kompulsi selanjutnya menunjukkan gejala gangguan pikiran dan psikosis. Pasien tersebut ditandai oleh gejala panansietas, panfobia, panambivalensi dan kadang-kadang seksualitas yang kacau. Tidak seperti pasien yang menderita gangguan kecemasan, mereka mengalami kecemasan yang mengalir bebas (free-floating) dan yang sering sulit menghilang. Didalam penjelasan klinis pasien, mereka jarang menjadi psikotik secara jelas dan parah.

Skizofrenia Tipe I.Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom positif yaitu asosiasi longgar, halusinasi, perilaku aneh, dan bertambah banyaknya pembicaraan. Disertai dengan struktur otak yang normal pada CT dan respon yang relatif baik terhadap pengobatan.

Skizofrenia tipe II.Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom negative yaitu pendataran atau penumpulan afek, kemiskinan pembicaraan atau isi pembicaraan, penghambatan (blocking), dandanan yang buruk, tidak adanya motivasi, anhedonia, penarikan sosial, defek kognitif, dan defisit perhatian. Disertai dengan kelainan otak struktural pada pemeriksaan CT dan respon buruk terhadap pengobatan.

3.4 Psikopatologi

Tanda awal dari skizofrenia adalah simtom-simtom pada masa premorbid. Biasanya simtom ini muncul pada masa remaja dan kemudian diikuti dengan berkembangnya simtom prodormal dalam kurun waktu beberapa hari sampai beberapa bulan. Adanya perubahan social / lingkungan dapat memicu munculnya simtom gangguan. Masa prodormal ini bisa langsung sampai bertahun-tahun sebelum akhirnya muncul simtom psikotik yang terlihat.

Perjalanan penyakit skizofrenia yang umum adalah memburuk dan remisi. Setelah sakit yang pertama kali, pasien mungkin dapat berfungsi normal untuk waktu lama (remisi), keadaan ini diusahakan dapat terus dipertahankan. Namun yang terjadi biasanya adalah pasien mengalami

37 | P a g e

Page 38: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

kekambuhan. Tiap kekambuhan yang terjadi membuat pasien mengalami deteriorasi sehingga ia tidak dapat kembali ke fungsi sebelum ia kambuh. Kadang, setelah episode psikotik lewat, pasien menjadi depresi, dan ini bisa berlangsung seumur hidup.Seiring dengan berjalannya waktu, simtom positif hilang, berkurang, atau tetap ada, sedangkan simtom negative relative sulit hilang bahkan bertambah parah.

Faktor-faktor resiko tinggi untuk berkembangnya skizofrenia adalah Mempunyai anggota keluarga yang menderita skizofrenia, terutama jika salah satu orang tuanya/saudara kembar monozygotnya menderita skizofrenia, kesulitan pada waktu persalinan yang mungkin menyebabkan trauma pada otak, terdapat penyimpangan dalam perkembangan kepribadian, yang terlihat sebagai anak yang sangat pemalu, menarik diri, tidak mempunyai teman, amat tidak patuh, atau sangat penurut, proses berpikir idiosinkratik, sensitive dengan perpisahan, mempunyai orang tua denga sikap paranoid dan gangguan berpikir normal, memiliki gerakan bola mata yang abnormal, menyalahgunakan zat tertentu seperti amfetamin, kanabis, kokain, Mempunyai riwayat epilepsi, memilki ketidakstabilan vasomotor, gangguan pola tidur, control suhu tubuh yang jelek dan tonus otot yang jelek.

3.5 Manifestasi klinis

Gejala Predromal dan Residual Skizofrenia

Sebelum seseorang secara nyata aktif (manifes) menunjukkan gejala-gejala Skizofrenia, yang bersangkutan terlebih dahulu menunjukkan gejala-gejala awal yang disebut sebagai gejala prodromal. Sebaliknya bila seseorang penderita skizofrenia tidak lagi aktif menunjukkan gejala-gejala skizofrenia, maka yang bersangkutan menunjukkan gejala-gejala sisa yang disebut gejala residual.

1) Penarikan diri atau isolasi dari hubungan sosial (withdrawn), enggan bersosialisasi dan bergaul.

2) Hendaya (impairment) yang nyata dalam fungsi peran sebagai pencari nafkah (tidak mau bekerja), siswa/mahasiswa (tidak mau sekolah/kuliah) atau pengatur rumah tangga tidak mampu menjalankan urusan rumah tangga, kesemuanya karena malas.

3) Tingkah laku aneh dan nyata, misalnya mengumpulkan sampah, menimbun makanan, senyum dan tertawa sendiri, atau berbicara tanpa mengeluarkan suara (komat-kamit).

4) Hendaya yang nyata dalam higiene khususnya perawatan diri, tidak mau mandi dan berpakaian kumal.

5) Afek (alam perasaan) yang tumpul atau miskin, mendatar, dan tidak serasi wajahnya tidak menunjukkan ekspresi dan terkesan dingin

6) Pembicaraan yang melantur (disgressive)

7) Ide atau gagasan yang aneh dan tak lazim atau pikiran magis, seperti takhayul, telepati, indera keenam, orang lain dapat merasakn perasaannya.

38 | P a g e

Page 39: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

8) Penghayatan persepsi yang tak lazim, seperti ilusi yang selalu berulang, merasa hadirnya suatu kekuatan atau seseorang yang sebenarnya tidak ada. Catatan ; berbeda dengan halusinasi, yang dimaksudkan ilusi adalah pengalaman panca indera dimana ada sumber atau stimulus, namun ditafsir salah.

Gejala Positif Skizofrenia

a) Delusi atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal). Meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinan itu tidak rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya.

b) Halusinasi, yaitu pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan (stimulus). Misalnya penderita mendengar suara-suara/bisikan di telinganya padahal sebenarnya tidak ada sumbernya.

c) Kekacauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya. Misalnya bicaranya kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya.

d) Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat dan gembira berlebihan.

e) Merasa dirinya “Orang Besar”, merasa serba bisa, serba mampu dan sejenisnya.f) Pikirannya penuh dengan kecurigaan atau seakan-akan ada ancaman terhadap dirinya.g) Menyimpan rasa permusuhan.

Gejala Negatif Skizofrenia

a) Alam perasaan (affect) “tumpul” dan “mendatar”. Gambaran perasaan ini terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.

b) Menarik diri atau mengungsikan diri (with-drawn) tidak mau bergaul atau kontak dengan orang lain, suka melamun (day dreaming).

c) Kontak emosional amat “miskin”, sukar diajak bicara, pendiam.d) Pasif dan apatis, menarik diri dari pergaulan sosial.e) Sulit dalam berpikir abstrak.f) Pola pikir stereotip.g) Tidak ada/kehilangan dorongan kehendak (avolition) dan tidak ada inisatif, tidak ada

upaya dan usaha, setra tidak ingin apa-apa dan serba malas (kehilangan nafsu)

Gejala-gejala negatif Skizofrenia sebagaimana diuraikan di atas seringkali tidak disadari atau kurang diperhatikan oleh pihak keluarga, karena dianggap “tidak mengganggu” sebagaimana halnya pada penderita Skizofrenia yang menunjukkan gejala-gejala positif. Oleh karenanya pihak keluarga seringkali terlambat membawa penderita untuk berobat.Dalam pengalaman praktek, gejala positif Skizofrenia baru muncul pada tahap akut. Sedangkan pada stadium kronis (menahun) gejala negatif Skizofrenia lebih menonjol. Tetapi tidak jarang baik gejala positif atau negatif muncul berbauran, tergantung pada stadium penyakitnya.

Selain itu, gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi dua kelompok menurut Bleuler, yaitu primer dan sekunder.Gejala-gejala primer :1. Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah, isi pikiran).

39 | P a g e

Page 40: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

Pada skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran. Yang terganggu terutama ialah asosiasi. Kadang-kadang satu ide belum selesai diutarakan, sudah timbul ide lain. Atau terdapat pemindahan maksud, umpamanya maksudnya “tani” tetapi dikatakan “sawah”.

Tidak jarang juga digunakan arti simbolik, seperti dikatakan “merah” bila dimaksudkan “berani”. Atau terdapat “clang association” oleh karena pikiran sering tidak mempunyai tujuan tertentu, umpamanya piring-miring, atau “…dulu waktu hari, jah memang matahari, lalu saya lari…”. Semua ini menyebabkan jalan pikiran pada skizofrenia sukar atau tidak dapat diikuti dan dimengerti. Hal ini dinamakan inkoherensi. Jalan pikiran mudah dibelokkan dan hal ini menambah inkoherensinya.

Seorang dengan skizofrenia juga kecenderungan untuk menyamakan hal-hal, umpamanya seorang perawat dimarahi dan dipukuli, kemudian seorang lain yang ada disampingnya juga dimarahi dan dipukuli. Kadang-kadang pikiran seakan berhenti, tidak timbul ide lagi. Keadaan ini dinamakan “blocking”, biasanya berlangsung beberapa detik saja, tetapi kadang-kadang sampai beberapa hari.

Ada penderita yang mengatakan bahwa seperti ada sesuatu yang lain didalamnya yang berpikir, timbul ide-ide yang tidak dikehendaki: tekanan pikiran atau “pressure of thoughts”. Bila suatu ide berulang-ulang timbul dan diutarakan olehnya dinamakan preseverasi atau stereotipi pikiran.

Pikiran melayang (flight of ideas) lebih sering inkoherensi. Pada inkoherensi sering tidak ada hubungan antara emosi dan pikiran, pada pikiran melayang selalu ada efori. Pada inkoherensi biasanya jalan pikiran tidak dapat diikuti sama sekali, pada pikiran melayang ide timbul sangat cepat, tetapi masih dapat diikuti, masih bertujuan.

2. Gangguan afek dan emosiGangguan ini pada skizofrenia mungkin berupa :

o Kedangkalan afek dan emosi (“emotional blunting”), misalnya penderita menjadi acuh tak acuh terhadap hal-hal penting untuk dirinya sendiri seperti keadaan keluarganya dan masa depannya. Perasaan halus sudah hilang.

o Parathimi : apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan gembira, pada penderita timbul rasa sedih atau marah.

o Paramimi : penderita merasa senang dan gembira, akan tetapi ia menangis. Parathimi dan paramimi bersama-sama dalam bahasa Inggris dinamakan “incongruity of affect” dalam bahasa Belanda hal ini dinamakan “inadequat”.

o Kadang-kadang emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai kesatuan, umpamanya sesudah membunuh anaknya penderita menangis berhari-hari, tetapi mulutnya tertawa. Semua ini merupakan gangguan afek dan emosi yang khas untuk skizofrenia. Gangguan afek dan emosi lain adalah :

Emosi yang berlebihan, sehingga kelihatan seperti dibuat-buat, seperti penderita yang sedang bermain sandiwara.

Yang penting juga pada skizofrenia adalah hilangnya kemampuan untuk melakukan hubungan emosi yang baik (“emotional rapport”). Karena itu sering kita tidak dapat merasakan perasaan penderita.

40 | P a g e

Page 41: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

Karena terpecah belahnya kepribadian, maka dua hal yang berlawanan mungkin terdapat bersama-sama, umpamanya mencintai dan membenci satu orang yang sama ; atau menangis dan tertawa tentang satu hal yang sama. Ini dinamakan ambivalensi pada afek.

3. Gangguan kemauanBanyak penderita dengan skizofrenia mempunyai kelemahan kemauan. Mereka tidak dapat mengambil keputusan., tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan. Mereka selalu memberikan alasan, meskipun alasan itu tidak jelas atau tepat, umpamanya bila ditanyai mengapa tidak maju dengan pekerjaan atau mengapa tiduran terus. Atau mereka menganggap hal itu biasa saja dan tidak perlu diterangkan.

Kadang-kadang penderita melamun berhari-hari lamanya bahkan berbulan-bulan. Perilaku demikian erat hubungannya dengan otisme dan stupor katatonik.

- Negativisme : sikap atau perbuatan yang negative atau berlawanan terhadap suatu permintaan.

- Ambivalensi kemauan : menghendaki dua hal yang berlawanan pada waktu yang sama, umpamanya mau makan dan tidak mau makan; atau tangan diulurkan untuk berjabat tangan, tetapi belum sampai tangannya sudah ditarik kembali; hendak masuk kedalam ruangan, tetapi sewaktu melewati pintu ia mundur, maju mundur. Jadi sebelum suatu perbuatan selesai sudah timbul dorongan yang berlawanan.

- Otomatisme : penderita merasa kemauannya dipengaruhi oleh orang lain atau tenaga dari luar, sehingga ia melakukan sesuatu secara otomatis.

4. Gejala psikomotorJuga dinamakan gejala-gejala katatonik atau gangguan perbuatan. Kelompok gejala ini oleh Bleuler dimasukkan dalam kelompok gejala skizofrenia yang sekunder sebab didapati juga pada penyakit lain.

Sebetulnya gejala katatonik sering mencerminkan gangguan kemauan. Bila gangguan hanya ringan saja, maka dapat dilihat gerakan-gerakan yang kurang luwes atau yang agak kaku. Penderita dalma keadaan stupor tidak menunjukkan pergerakan sama sekali. Stupor ini dapat berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan dan kadang-kadang bertahun-tahun lamanya pada skizofrenia yang menahun. Mungkin penderita mutistik. Mutisme dapat disebabkan oleh waham, ada sesuatu yang melarang ia bicara. Mungkin juga oleh karena sikapnya yang negativistik atau karena hubungan penderita dengan dunia luar sudah hilang sama sekali hingga ia tidak ingin mengatakan apa-apa lagi.

Sebaliknya tidak jarang penderita dalam keadaan katatonik menunjukkan hiperkinesa, ia terus bergerak saja, maka keadaan ini dinamakan logorea. Kadang-kadang penderita menggunakan atau membuat kata-kata yang baru: neologisme.

Berulang-ulang melakukan suatu gerakan atau sikap disebut stereotipi; umpamanya menarik-narik rambutnya, atau tiap kali mau menyuap nasi mengetok piring dulu beberapa kali. Keadaan ini dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa tahun. Stereotipi pembicaraan dinamakan verbigerasi, kata atau kalimat diulang-ulangi. Mannerisme adalah stereotipi yang tertentu pada

41 | P a g e

Page 42: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

skizofrenia, yang dapat dilihat dalam bentuk grimas pada mukanya atau keanehan berjalan dan gaya.

Gejala katalepsi ialah bila suatu posisi badan dipertahankan untuk waktu yang lama. Fleksibilitas cerea: bila anggota badan dibengkokkan terasa suatu tahanan seperti pada lilin. Negativisme : menentang atau justru melakukan yang berlawanan dengan apa yang disuruh. Otomatisme komando (“command automatism”) sebetulnya merupakan lawan dari negativisme : semua perintah dituruti secara otomatis, bagaimana ganjilpun.Termasuk dalam gangguan ini adalah echolalia (penderita meniru kata-kata yang diucapkan orang lain) dan ekophraksia (penderita meniru perbuatan atau pergerakan orang lain).

Gejala-gejala sekunder :

1. WahamPada skizofrenia, waham sering tidak logis sama sekali dan sangat bizarre. Tetapi penderita tidak menginsafi hal ini dan untuk dia wahamnya adalah fakta dan tidak dapat diubah oleh siapapun. Sebaliknya ia tidak mengubah sikapnya yang bertentangan, umpamanya penderita berwaham bahwa ia raja, tetapi ia bermain-main dengan air ludahnya dan mau disuruh melakukan pekerjaan kasar. Mayer gross membagi waham dalam dua kelompok yaitu waham primer dan waham sekunder, waham sistematis atau tafsiran yang bersifat waham (delutional interpretations).Waham primer timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apa-apa dari luar. Menurur Mayer-Gross hal ini hampir patognomonis buat skizofrenia. Umpamanya istrinya sedang berbuat serong sebab ia melihat seekor cicak berjalan dan berhenti dua kali, atau seorang penderita berkata “dunia akan kiamat sebab ia melihgat seekor anjing mengangkat kaki terhadap sebatang pohin untuk kencing.Waham sekunder biasanya logis kedengarannya dapat diikuti dan merupakan cara bagi penderita untuk menerangkan gejala-gejala skizofrenia lain. Waham dinamakan menurut isinya :waham kebesaran atau ekspansif, waham nihilistik, waham kejaran, waham sindiran, waham dosa, dan sebagainya.

2. HalusinasiPada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal ini merupakan gejala yang hampir tidak dijumpai dalam keadaan lain. Paling sering pada keadaan sskizofrenia ialah halusinasi (oditif atau akustik) dalam bentuk suara manusia, bunyi barang-barang atau siulan. Kadang-kadang terdapat halusinasi penciuman (olfaktorik), halusinasi citrarasa (gustatorik) atau halusinasi singgungan (taktil). Umpamanya penderita mencium kembang kemanapun ia pergi, atau ada orang yang menyinarinya dengan alat rahasia atau ia merqasa ada racun dalammakanannya Halusinasi penglihatan agak jarang pada skizofrenia lebih sering pada psikosa akut yang berhubungan dengan sindroma otak organik bila terdapat maka biasanya pada stadium permulaan misalnya penderita melihat cahaya yang berwarna atau muka orang yang menakutkan.

Diatas telah dibicarakan gejala-gejala. Sekali lagi, kesadaran dan intelegensi tidak menurun pada skizofrenia. Penderita sering dapat menceritakan dengan jelas pengalamannya dan perasaannya. Kadang-kadang didapati depersonalisasi atau “double personality”, misalnya penderita mengidentifikasikan dirinya dengan sebuah meja dan menganggap dirinya sudah tidak adalagi.

42 | P a g e

Page 43: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

Atau pada double personality seakan-akan terdapat kekuatan lain yang bertindak sendiri didalamnya atau yang menguasai dan menyuruh penderita melakukan sesuatu.

Pada skizofrenia sering dilihat otisme : penderita kehilangan hubungan dengan dunia luar ia seakan-akan hidup dengan dunianya sendiri tidak menghiraukan apa yang terjadi di sekitarnya.

Oleh Bleuler depersonalisasi, double personality dan otisme digolongkan sebagai gejala primer. Tetapi ada yang mengatakan bahwa otisme terjadi karena sangat terganggunya afek dan kemauan.

Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menilai simptom dan gejala klinis skizofrenia adalah:(1). Tidak ada symptom atau gejala klinis yang patognomonik untu skizofrenia. Artinya tidak ada simptom yang khas atau hanya terdapat pada skizofrenia. Tiap simptom skizofrenia mungkin ditemukan pada gangguan psikiatrik atau gangguan syaraf lainnya. Karena itu diagnosis skizofrenia tidak dapat ditegakkan dari pemeriksaan status mental saat ini. Riwayat penyakit pasien merupakan hal yang esensial untuk menegakkan diagnosis skizofrenia.

(2). Simptom dan gejala klinis pasien skizofrenia dapat berubah dari waktu ke waktu. Oleh karena itu pasien skizofrenia dapat berubah diagnosis subtipenya dari perawatan sebelumnya (yang lalu). Bahkan dalam satu kali perawatanpun diagnosis subtipe mungkin berubah.

(3). Harus diperhatikan taraf pendidikan, kemampuan intelektual dan latar belakang sosial budaya pasien. Sebab perilaku atau pola pikir masyarakat dari sosial budaya tertentu mungkin dipandang sebagai suatu hal yang aneh bagi budaya lain. Contohnya memakai koteka di Papua merupakan hal yang biasa namun akan dipandang aneh jika dilakukan di Jakarta. Selain itu hal yang tampaknya merupakan gangguan realitas mungkin akibat keterbatasan intelektual dan pendidikan pasien.

3.6 Diagnosis

PEDOMAN DIAGNOSTIK BERDASARKAN PPDGJ III

1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):a. – Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda, atau- Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (Withdrawal) dan- Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umumnya mengetahuinya.

b. – Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar atau- Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar atau

43 | P a g e

Page 44: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

- Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara jelas ,merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan atau penginderaan khusus).- Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik dan mukjizat.

c. Halusional Auditorik ;- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap prilaku pasien .- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara atau- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain)

Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.

f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation) yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.

g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.

h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika.

* adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);

* Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.

Perjalanan Gangguan Skizofrenik dapat diklasifikasi dengan menggunakan kode lima karakter berikut: F20.X0 Berkelanjutan, F20.X1 Episodik dengan kemunduran progresif, F20 X2 episodik dengan kemunduran stabil, F20.X3 Episode berulang , F20. X4 remisi tak sempurna, F20.X5 remisi sempurna, F20.X8. lainnya, F20.X9. Periode pengamatan kurang dari satu tahun.

F.20 Skizofrenia Paranoid

44 | P a g e

Page 45: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

Pedoman diagnostik1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia2. Sebagai tambahan:- Sebagai tambahan :* Halusinasi dan/ waham arus menonjol;(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing).(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual , atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity (delussion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas;· Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata / tidak menonjol.Diagnosa Banding :- Epilepsi dan psikosis yang diinduksi oleh obat-obatan- Keadaan paranoid involusional (F22.8)- Paranoid (F22.0)

F20.1 Skizofrenia HebefrenikPedoman Diagnostik- Memenuhi Kriteria umum diagnosis skizofrenia- Diagnosis hebefrenik untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau dewasa muda (onset biasanya 15-25 tahun).- Kepribadian premorbid menunjukan pemalu dan senang menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini- Untuk meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan :perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta manerisme, ada kecenderungan untuk menyendiri (solitaris) dan perilaku menunjukan hampa tujuan dan hampa perasaan. Afek pasien yang dangkal (shallow) tidak wajar (inaproriate), sering disertai oleh cekikikan (gigling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum-senyum sendiri (self absorbed smiling) atau sikap tinggi hati (lofty manner), tertawa menyerigai, (grimaces), manneriwme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondriakalI dan ungkapan dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases), dan proses pikir yang mengalamu disorganisasi dan pembicaraan yang tak menentu (rambling) dan inkoherens- Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir biasanya menonjol, halusinasi dan waham biasanya ada tapi tidak menonjol ) fleeting and fragmentaty delusion and hallucinations, dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determnation) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga prilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose) Tujuan aimless tdan tampa maksud (empty of puspose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal, dan bersifat dibuat-buar terhadap agama, filsafat, dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikirannya.

F20.3 Skizofrenia Tak terinci (undifferentiated )Pedoman diagnostik :

45 | P a g e

Page 46: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

(1) Memenuhi kriteria umu untuk diagnosa skizofrenia(2) Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia paranoid, hebefrenik, katatonik.’(3) Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skiszofrenia

F20.5 Skizofrenia ResidualPedoman diagnostik:Untuk suatu diagnostik yang menyakinkan , persyaratan berikut harus di penuhi semua:(a) Gejala “Negatif” dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan psikomotorik, aktifitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketidak adaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non verbal yang buruk, seperti ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri, dan kinerja sosial yang buruk.(b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosa skizofrenia(c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negatif dari skizofrenia(d) Tidak terdapat dementia, atau penyakit/gangguan otak organik lainnya, depresi kronis atau institusionla yang dapat menjelaskan disabilitas negatif tersebut.

F20.6 Skizofrenia SimpleksPedoman diagnostik- Skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan berlahan dan progresif dari: (1) gejala negatif yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat halusinasi waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik. Dan (2) disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara sosial.- Gangguan ini kurang jelas gejala psokotiknya dibanding dengan sub type skisofrenia lainnya.

KRITERIA DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual - IV).A. Khas / Karakteristik : 2 gejala berikut atau lebih dari yang berikut ini, masing-masing ditemukan pada bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan : (gejala tahap aktif psikosis)

a. Delusi / waham : satu gejala ini sudah cukup bila wahamnya bizarreb. Halusinasi : satu gejala ini sudah cukup bila halusinasi berupa pendengaran/ bisikan yang

terus mengomentari perilaku dan pikiran pasien, atau beberapa orang terdengar membicarakan pasien

c. Disorganized speech (bicara kacau, sering ngelantur atau inkoheren, tidak nyambung)d. Perilaku kacau atau katatonike. Gejala negatif : misal

a. Emosi mendatar, dingin, tak hangat, acuhb. Alogia : diam seribu bahasac. Avolition : malas, tak ada aksi/kerjaHanya 1 gejala kriteria A yang diperlukan jika waham kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus menerus mengomentari perilaku / pikiran pasien / dau atau lebih suara yang saling bercakap.

46 | P a g e

Page 47: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

B. Disfungsi Sosial/Okupasional : untuk jangka waktu yang cukup lama, salah satu area fungsi sosial/okuparsional terganggu, yaitu: 1. pekerjaan 2. hubungan interpersonal 3. perawatan diri tidak yang memadai(atau bila onset pada anak – anak atau remaja, gagal mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik, atau pekerjaan yang diharapkan )

C. Lamanya Gangguan : sedikitnya 6 bulan terus menerus; Periode 6 bulan ini harus termasuk paling kurang 1 bulan (atau kurang jika berhasil diobati) gejala yang memenuhi kriteria A (gejala fase aktif) dan dapat termasuk perode gejala prodromal atau residual. Selama periode prodromal atau residual ini, tanda dari gangguan mungkin dimanifestasikan oleh hanya gejala negative atau dua atau lebih gejala yang tercantum pada kriteria A yang timbul dalam bentuk yang kurang jelas (misalnya, keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yag tidak lazim)

D. Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gangguan mood : gangguan skizoafektif dan gangguan mood dengan ciri psikotik, disingkirkan karena salah satu dari (1) tidak ada episode Depresi Mayor, Manik, atau campuran yang terjadi secara bersamaan dengan gejala fase aktif, atau (2) jika episode mood terjadi selama gejala fase aktif, durasi seluruhnya relative singkat dibandingkan durasii periode aktif dan residual.

E. Penyingkiran zat / KMU : gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari zat (misalnya penyalahgunaan zat, pengobatan) atau suatu kondisi medis umum.

F. Hubungan dengan gangguan pervasif : jika terdapat adanya riwayat gangguan autistik / gangguan perkembangan pervasif lainnya, diagnosa tambahan skizofren dibuat hanya jika waham / halusinasi yang menonjol juga ditemukan sekurang-kurangnya satu bulan (atau kurang jika diobati dengan berhasil)

G. Perjalanan Penyakit Skizofrenia :Setelah episode serangan skizofrenia yang pertama, pasien skizofrenia akan memiliki periode pemulihan yang bertahap, yang dapat memakan waktu yang lama untuk menuju pada periode fungsi dasar yang relatif normal. Dalam periode pemulihan menuju keadaan relative normal tersebut, kekambuhan (relaps) biasanya terjadi. Masing-masing relaps akan diikuti oleh pemburukan lebih lanjut pada fungsi dasar pasien. Semakin sering relaps, semakin sulit kembali ke fungsi dasar semula. Pada akhirnya, pasien skizofrenia menyadari adanya kesulitan atau kegagalan untuk kembali ke fungsi dasar semulanya, dan keadaan inilah yang membuat pasien menyimpulkan bahwa kehancuran yang bermakna pada kehidupannya telah terjadi akibat gangguan ini.

Tipe Paranoid :A. Preokupasi dengan satu atau lebih waham atau halusinasi dengar yang berulang kali.B. Gejala berikut tidak menonjol : bicara yang kacau, perilaku yang kacau atau katatonik, afek

yang mendatar atau tidak wajar (inappropriate)

47 | P a g e

Page 48: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

Tipe Disorganisasi / Kacau :A. Semua gejala berikut menonjol : 1. bicara kacau 2. perilaku kacau 3. afek tidak memadai/wajar atau mendatarB. Tidak memenuhi kriteria untuk type katatonik

Tipe Katatonik : Didominasi oleh sedikitnya dua gejala berikut 1. immobilitas motorik : sebagai katapleksi (termasuk waxy flexibility) atau stupor2. aktivitas motorik yang berlebihan, tak bertujuan dan tidak berkaitan dengan stimuli external3. negativisme yang mencolok (resistensi tanpa motif terhadap semua instruksi, atau mempertahankan posisi tubuh secara kaku terhadap usaha untuk mengubahnya), atau mutisme (diam seribu bahasa)4. kejanggalan dalam gerakan-gerakan sadar, misalnya posturing (secara sadar mengambil posisi tubuh yang tidak wajar atau bizarre), gerakan-gerakan stereotipik, mannerisme yang mencolok, atau senyum yang tak wajar (prominent grimacing)5. ekolalia (latah) atau ekopraksia (latah gerakan)

Tipe Tak TergolongkanAda gejala-gejala A tetapi tidak memenuhi kritera untuk tipe paranoid, disorganisasi maupun katatonik.

Tipe ResidualTidak dijumpai delusi, halusinasi, bicara yang kacau, dan perilaku yang amat kacau atau katatonia.Secara kontinu menunjukkan adanya gangguan, misal : gejala-gejala negatif, atau adanya 2-3 gejala type A dalam derajat lebih lemah, misal odd beliefs, unusual perceptual experiences

Akut Delusional PsikosisLatent Skizofrenia : bila pasien tidak memenuhi kritera yang jelas untuk skizofrenia; mencakup misalnya kasus-kasus borderline skizoid dan gangguan kepribadian skizotipal. Pasien-pasien ini sekali-sekali menunjukkan perilaku yang ganjil, atau kelainan pikiran, tapi tidak secara konsisten menunjukkan gejala-gejala psikotik. Pada waktu yang lalu sindroma ini disebut juga Borderline skizofrenia.

Oneiroid : individu berada seolah dalam mimpi, tidak sepenuhnya sadar akan waktu dan tempat (disorientasi waktu dan tempat). Istilah ini digunakan dalam oneiroid schizophrenia dalam mana pasien sangat asyik terlibat dalam halusinasinya sehingga seolah terlepas dari keterlibatan dengan dunia nyata. Bila terjadi keadaan ini, dokter harus hati-hati sekali memeriksa pasien untuk kemungkinan sebab-sebab medis-fisik atau kondisi neurologis sebagai penyebab gejala tersebut.Paraphrenia : digunakan untuk menggambarkan salah satu gejala skizofrenia tipe paranoid, atau untuk menunjukkan perjalanan penyakit yang deterioratif (makin parah) atau adanya sistem waham yang sistematis. Istilah yang dianjurkan tidak digunakan lagi.

48 | P a g e

Page 49: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

Pseudoneurotic Schizophrenia :Kadang-kadang pasien yang biasanya menunjukkan gejala-gejala ansietas, fobia, obsesi dan kompulsi kemudian mengembangkan gejala kelainan pikiran dan psikosis. Secara khas pasien menunjukkan pananxiety, panphobia, panambivalence dan kadang2 sexualitas yang kacau. Berbeda dengan pasien gangguan cemas, pasien pseudoneurotic menunjukkan free-floating anxiety yang jarang berkurang. Dalam klinik pasien jarang menjadi amat parah atau amat psikotik. Kondisi ini dalam DSM-IV-TR akan didiagnosis sebagai gangguan kepribadian ambang.

Simple Schizophrenia (Skizofrenia simplex; simple deteriorative Disorder) : Tanda khas : hilangnya secara lambat laun ambisi dan dorongan kehendak pasien. Pasien tidak psikotik secara overt, juga tidak menunjukkan gejala delusi dan halusinasi yang menetap. Gejala utama adalah penarikan diri dari situasi terkait lingkungan sosial dan kerja.

Depresi Pasca-Skizofrenia.Gejalanya dapat mirip dengan gejala-gejala tahap residual skizofrenia atau efek samping daripada obat-obat antipsikotik yang umum digunakan, istilah lain : post schizophrenic depression (ICD-X), merupakan hasil akhir episode skizofrenia. Ini terjadi pada sekitar 25 % pasien dengan skizofrenia dan makin sering berhubungan dengan risiko bunuh diri.

Skizofrenia Onset Dini (Early-Onset)Sebagian pasien mulai mendapat skizofrenia pada masa kanak-kanak, kadang-kadang sulit dibedakan dengan retardasi mental atau gangguan autistik. Diagnosis berdasarkan gejala-gejala yang sama dengan skizofrenia pada orang dewasa. Mulanya biasanya perlahan (insidious), cenderung berjalan kronis dan prognosisnya tidak baik.

Skizofrenia Onset Lanjut (Late-Onset).Mulanya sesudah usia 45 tahun. Lebih sering menyerang wanita dan biasanya gejala paranoid lebih menonjol. Prognosis biasanya baik dan respons baik terhadap antipsikotika.

3.7 Diagnosis banding

Gangguan Psikotik Sekunder dan Akibat ObatGejala psikosis dan katatonia dapat disebabkan oleh berbagai macam keadaan medis

psikiatrik dan dapat diakibatkan oleh berbagai macam zat. Jika psikosis atau katatonia disebabkan oleh kondisi medis nonpsikiatrik atau diakibatkan oleh suatu zat, diagnosis yang paling sesuai adalah gangguan psikotik akibat kondisi medis umum, atau gangguan katatonia akibat zat. Manifestasi psikiatrik dari banyak kondisi medis nonpsikiatrik dapat terjadi awal dalam perjalanan penyakit, seringkali sebelum perkembangan gejala lain. Dengan demikian klinisi harus mempertimbangkan berbagai macam kondisi medis nonpsikiatrik dii dalam diagnosis banding psikosis, bahkan tanpa adanya gejala fisik yang jelas. Pada umumnya, pasien dengan gangguan neurologist mempunyai lebih banyak tilikan pada penyakitnya dan lebih

49 | P a g e

Page 50: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

menderita akibat gejala psikiatriknya daripada pasien skizofrenik, suatu kenyataan yang dapatmembantu klinisi untuk membedakan kedua kelompok tersebut.

Saat memeriksa seorang pasien psikotik, klinisi harus mengikuti tiga pedoman umum tentang pemeriksaan keadaan nonpsikiatrik. Pertama, klinisi harus cukup agresif dalam mengejar kondisi medis nonpsikiatrik jika pasien menunjukkan adanya gejala yang tidak lazim atau jarang atau adanya variasi dalam tingkat kesadara. Kedua, klinisi harus berusaha untuk mendapatkan riwayat keluarga yang lemgkap, termasuk riwayat gangguan medis, neurologist, dan psikiatrik. Ketiga, klinisi harus mempertimbangkan kemungkinan suatu kondisi medis nonpsikiatrik, bahkan pada pasien dengan diagnosis skizofrenia sebelumnya. Seorang pasien skizofrenia mempunyai kemungkinan yang sama untuk menderita tumor otak yang menyebabkan gejala psikotik dibandingkan dengan seorang pasien skizofrenik.

Berpura-pura dan Gangguan buatanBaik berpura-pura atau gangguan buatan mungkin merupakan suatu diagnosis yang

sesuai pada pasien yang meniru gejala skizofrenia tetapi sebenarnya tidak menderita skizofrenia. Orang telah menipu menderita skizofrenia dan dirawat dan diobati di rumah sakit psikiatrik. Orang yang secara lengkap mengendalikan produksi gejalanya mungkin memenuhi diagnosis berpura-pura (malingering); pasien tersebut biasanya memilki alasan financial dan hokum yang jelas untuk dianggap gila. Pasien yang kurang mengendalikan pemalsuan gejala psikotiknya mungkin memenuhi diagnosis suatu gangguan buatan (factitious disorder). Tetapi, beberapa pasien dengan skizofrenia seringkali secara palsu mengeluh suatu eksaserbasi gejala psikotik untuk mendapatkan bantuan lebih banyak atau untuk dapat dirawat di rumah sakit.

Gangguan Psikotik LainGejala psikotik yang terlihat pada skizofrenik mungkin identik dengan yang terlihat pada

gangguan skizofreniform, gangguan psikotik singkat, dan gangguan skizoafektif. Gangguan skizofreniform berbeda dari skizofrenia karena memiliki lama (durasi) gejala yang sekurangnya satu bulan tetapi kurang daripada enam bulan. Gangguan psikotik berlangsung singkat adalah diagnosis yang tepat jika gejala berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu bulan dan jika pasien tidak kembali ke tingkat fungsi pramorbidnya. Gangguan skizoafektif adalah diagnosis yang tepat jika sindroma manik atau depresif berkembang bersama-sama dengan gejala utama skizofrenia.Suatu diagnosis gangguan delusional diperlukan jika waham yang tidak aneh (nonbizzare) telah ada selama sekurangnya satu bulan tanpa adanya gejala skizofrenia lainnya atau suatu gangguan mood.

Gangguan MoodDiagnosis banding skizofrenia dan gangguan mood dapat sulit, tetapi penting karena

tersedianya pengobatan yang spesifik dan efektif untuk mania dan depresi. Gejala afektif atau mood pada skizofrenia harus relative singkat terhadap lama gejala primer. Tanpa adanya informasi selain dari pemeriksaan status mental, klinisi harus menunda diagnosis akhir atau harus menganggap adanya gangguan mood, bukannya membuat diagnosis skizofrenia secara prematur.

Gangguan KepribadianBerbagai gangguan kepribadian dapat ditemukan dengan suatu cirri skizofrenia;

gangguan kepribadian skizotipal, schizoid, dan ambang adalah gangguan kepribadian dengan

50 | P a g e

Page 51: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

gejala yang paling mirip. Gangguan kepribadian, tidak seperti skizofrenia, mempunyai gejala yang ringan, suatu riwayat ditemukannya gangguan selama hidup pasien, dan tidak adanya onset tanggal yang dapat diidentifikasi.

3.8 Tatalaksana

Psikofarmaka

Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut antipsikotik. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia. Pasien mungkin dapat mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien. Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan terapi obat-obatan pertama yang efekitif untuk mengobati Skizofrenia. Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu antipsikotik konvensional, newer atypical antipsycotics, dan Clozaril (Clozapine)

a. Antipsikotik KonvensionalObat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik konvensional. Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering menimbulkan efek samping yang serius. Contoh obat antipsikotik konvensional antara lain :1) Haldol (haloperidol) 2) Mellaril (thioridazine) 3) Navane (thiothixene) 4) Prolixin (fluphenazine)5) Stelazine ( trifluoperazine)6) Thorazine ( chlorpromazine)7) Trilafon (perphenazine)

Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical antipsycotic.-Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotok konvensional). Pertama, pada antipsikotik konvensional tanpa efek samping yang berarti. Biasanya para ahli merekomendasikan untuk meneruskan pemakaian antipskotik konvensional. Kedua, bila pasien mengalami kesulitan minum pil secara reguler. Prolixin dan Haldol dapat diberikan dalam jangka waktu yang lama (long acting) dengan interval 2-4 minggu (disebut juga depot formulations). Dengan depot formulation, obat dapat disimpan terlebih dahulu di dalam tubuh lalu dilepaskan secara perlahan-lahan. Sistemdepot formulation ini tidak dapat digunakan pada newer atypic antipsycotic.

b. Newer Atypcal AntipsycoticObat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip kerjanya berbeda, serta

sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan dengan antipsikotik konvensional.Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain :

Risperdal (risperidone) Seroquel (quetiapine) Zyprexa (olanzopine)

Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani pasien-pasien dengan Skizofrenia.

51 | P a g e

Page 52: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

c. ClozarilClozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik atipikal yang pertama. Clozaril dapat membantu ± 25-50% pasien yang tidak merespon (berhasil) dengan antipsikotik konvensional. Sangat disayangkan, Clozaril memiliki efek samping yang jarang tapi sangat serius dimana pada kasus-kasus yang jarang (1%), Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darah putih yang berguna untuk melawan infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat Clozaril harus memeriksakan kadar sel darah putihnya secara reguler. Para ahli merekomendaskan penggunaan Clozaril bila paling sedikit 2 dari obat antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil.

Sediaan Obat Anti Psikosis dan Dosis Anjuran

No. Nama Generik Sediaan Dosis1. Klorpromazin Tablet 25 dan 100 mg,

injeksi 25 mg/ml150 - 600 mg/hari

2. Haloperidol Tablet 0,5 mg, 1,5 mg,5 mgInjeksi 5 mg/ml

5 - 15 mg/hari

3. Perfenazin Tablet 2, 4, 8 mg 12 - 24 mg/hari4. Flufenazin Tablet 2,5 mg, 5 mg 10 - 15 mg/hari5. Flufenazin dekanoat Inj 25 mg/ml 25 mg/2-4 minggu6. Levomeprazin Tablet 25 mg

Injeksi 25 mg/ml25 - 50 mg/hari

7. Trifluperazin Tablet 1 mg dan 5 mg 10 - 15 mg/hari8. Tioridazin Tablet 50 dan 100 mg 150 - 600 mg/hari9. Sulpirid Tablet 200 mg

Injeksi 50 mg/ml300 - 600 mg/hari

10. Pimozid Tablet 1 dan 4 mg 1 - 4 mg/hari11. Risperidon Tablet 1, 2, 3 mg 2 - 6 mg/hari

Cara penggunaano Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek klnis) yang sama pada

dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek samping sekunder.o Pemilihan jenis obat anti psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek

samping obat. Pergantian obat disesuaikan dengan dosis ekivalen.o Apabila obat anti psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam dosis yang sudah

optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan obat psikosis lain (sebaiknya dari golongan yang tidak sama), dengan dosis ekivalennya dimana profil efek samping belum tentu sama.

o Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti psikosis sebelumnya jenis obat antipsikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek sampingnya, dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang

o Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan: Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)

52 | P a g e

Page 53: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak efek samping (dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggu kualitas hidup pasien

o Mulai dosis awal dengan dosis anjuran à dinaikkan setiap 2-3 hari à sampai mencapai dosis efektif (mulai peredaan sindroma psikosis) à dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikkan à dosis optimal à dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi) à diturunkan setiap 2 minggu à dosis maintanance à dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/mingu) à tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu) à stop

o Untuk pasien dengan serangan sndroma psikosis multi episode terapi pemeliharaan dapat dibarikan palong sedikit selama 5 tahun.

o Efek obat psikosis secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa hari setelah dosis terakhir yang masih mempunyai efek klinis.

o Pada umumnya pemberian oabt psikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis mereda sama sekali. Untuk psikosis reaktif singkat penurunan obat secara bertahap setelah hilangnya gejala dalam kueun waktu 2 minggu – 2 bulan.

o Obat antipsikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun diberikan dalam jangka waktu yang lama, sehingga potensi ketergantungan obat kecil sekali.

o Pada penghentian yang mendadak dapat timbul gejala Cholinergic rebound yaitu: gangguan lambung, mual muntah, diare, pusing, gemetar dan lain-lain. Keadaan ini akan mereda dengan pemberian anticholinergic agent (injeksi sulfas atrofin 0,25 mg IM dan tablet trihexypenidil 3x2 mg/hari)

o Obat anti pikosis long acting (perenteral) sangat berguna untuk pasien yang tidak mau atau sulit teratur makan obat ataupun yang tidak efektif terhadap medikasi oral. Dosis dimulai dengan 0,5 cc setiap 2 minggu pada bulan pertama baru ditingkatkan menjadi 1 cc setap bulan. Pambarian anti psikosis long acting hanya untuk terapi stabilisasi dan pemeliharaan terhadap kasus skizofrenia.

o Penggunaan CPZ injeksi sering menimbulkan hipotensi ortostatik pada waktu perubahan posisi tubuh (efek alpha adrenergik blokade). Tindakan mengatasinya dengan injeksi nor adrenalin (effortil IM)

Haloperidol sering menimbulkan sindroma parkinson. Mengatasinya dengan tablet trihexyphenidyl 3-4x2 mg/hari, SA 0,5-0,75 mg/hari.

ANTIPSIKOSIS GENERASI PERTAMA1. Klorpromazin

2-klor-N-(dimetil-aminopril)-fenotiazinIndikasi : antipsikosis tipikal dengan mekanisme kerja dalam menghambat berbagai reseptor α-

adrenergik, muskarinik, histamine H1 dan reseptor serotonin 5HT2 dengan afinitas yang berbeda.

Efek samping : Sedasi, gejala ekstrapiramidal ( distonia akut, akatisia, parkinsonisme dan sjndrom neuroleptik malignant ), hiperprolaktinemia, hpeotensi ortostatik and gejala idiosinkrasi(ikterus, dermatitis,dan leucopenia)

53 | P a g e

Page 54: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

Interaksi obat :Chlorpromazine dapat menghambat metabolism hati dari asam valproat yang dapat berakibat toksik.

2. Fluphenazin

Indikasi : antipsikosis atipikalEfek samping :Sedasi,hiperprolaktinemia,efek samping ekstrapiramidalInteraksi obat : Karbamazepin dapat menginduksi enzim hati cytokrom P450 yang dapat meningkatkan metabolism dari obat antipsikosis seperti haloperidol,clozapin,flupenasin.

3. Haloperidol

Indikasi : antipsikosis yang kuat dan efektif untuk fase mania penyakit mania depresif dan skizofrenia.farmakokinetik : cepat diserap di saluran pencernaan,Cp max dalam waktu 2-6 jam,ekskresinya lewat ginjal lambat,kira-kira 40 % dikeluarkan selama 5 hari. Efek samping : reaksi ekstrapiramidal, leucopenia dan agranulositosisKontraindikasi: sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil.Interaksi Obat : Karbamazepin dapat menginduksi enzim hati cytokrom P450 yang dapat meningkatkan metabolism dari obat antipsikosis seperti haloperidol,clozapin,flupenasin, olanzapin.

4. Loxapin

Indikasi : mengobati skizofenia dan psikosis lainnya, disamping itu memiliki efek antiemetic, sedative, antikolinergik dan anti adrenergic.Farmakokinetik : Diabsorpsi baik per oral, Cp max 1 jam (IM) dan 2 jam (oral),t½ nya 3 jam.Efek samping : insidens reaksi ekstrapiramidalKontraindikasi: harus hati-hati penggunaannya bagi pasien dengan riwayat kejang.

5. Molindon

54 | P a g e

Page 55: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

Indikasi : antipsikosis, anti emetic,meningkatkan efek stimulasi dari dihidroksifenilalanin dan 5-hidroksitriptopan tanpa inhibitor MAO.Farmakokinetik : Cepat diabsorbsi gi GI,76 % molidon yang terikat pada protein plasma, t½ nya 2 jam.Efek samping : Sedasi,hiperprolaktinemia,efek samping ekstrapiramidal,efek endokrin,pigmentasi kulit.Kontraindikasi: Dikontraindikasikan bagi oasien comatose, pasien yang mengalami depresi SSP dan mengalami hipersensitivitas.Interaksi Obat : Menghambat absorpsi bersama dengan fenitoin atau tetrasiklin.

6. Mesoridazine,Pherphenazin, Thioridazine,ThiothixeneTrifluoperazine Indikasi : antipsikosis, skizofreniaEfek samping :Pruritus,fotosensitifitas,eosinofilia, trombositopenia.Hiperprolaktinemia,konstipasi,dyspepsia,reaksi ekstrapiramidal.Kontraindikasi: Dikontraindikasikan bagi oasien comatose, pasien yang mengalami depresi SSP,kerusakan otak subkortikal, kelainan sumsum tulang.Interaksi Obat : Biasanya dikombinasikan dengan depresan SSP seperti opiate,analgetik,barbiturate dan sedative untuk menghindari efek sedasi yang tinggi atau depresi SSP.

ANTIPSIKOSIS GENERASI KEDUA

1. Klozapin

Indikasi : mengontrol gejala-gejala psikosis dan skizofrenia baik yang positif(iritabilitas) maupun yang negative.(personal neatness).Farmakokinetik : diabsorpsi secara cepat dan sempurna, Cp max nya 1,6 jam, t½ nya 11,8 jam.Efek samping : agranulositosis, hipertrmia, takikardia, sedasi, pusing kapala, hipersalivasi.Kontraindikasi: penggunaan dibatasi hanya pada pasien yang resisten atau tidak dapat mentoleransi psikosis yang lain.Interaksi Obat : Kombinasi klozapin dan karbamazepin tidak direkomenasikan karena kemungkinan terjadi supresi sumsum tulang dengan kedua agen tersebut.

2. Risperidon

55 | P a g e

Page 56: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

Indikasi : terapi skizofrenia baik untuk gejala negative maupun positif.disamping itu diindikasikan pula untuk ganggua bipolar, depresi ciri psikosis dan Tourette syndromeFarmakokinetik : bioavailabilitas oral 70 %, ikatan protein plasma 90 %, dan dieliminasi lewat urin dan sebagian lewat feses.Efek samping :insomnia,agitasi, ansietas, somnolen, mual,muntah, peningkatan berat badan,hiperprolaktinemia dan reaksi ekstrapiramidal yaitu tardiv diskinesia. Interaksi Obat : Paraoxetin dilaoprkan dapat meningkatkan total risperidon dalam plasma sebanyak 76 % kalinya.

3. Olanzapine

Indikasi : terapi skizofrenia baik untuk gejala negative maupun positif dan sebagai antimania.Farmakokinetik : Diabsorpsi baik pada pemberian oral, Cp 4-6 jam, ekskresi lewat urin.Efek Samping : reaksi ekstrapiramidal yaitu tardiv diskinesia, peningkatan berat badan, intoleransi glukosa ,hiperglikemia ,hiperlipidemia.Interaksi Obat : Karbamazepin dapat menginduksi enzim hati cytokrom P450 yang dapat meningkatkan metabolism dari obat antipsikosis seperti haloperidol,clozapin,flupenasin, olanzapine

4. Quetiapin

Indikasi : Terapi skizofrenia baik untuk gejala negative maupun positifFarmakokinetik : Absorpsi cepa, Cp max 1- 2 jam, ekskresi sebagian besar lewat urin dan

sebagian kecil lewat feses.Efek samping : Sakit kepala, somnolen dan dizziness,efek samping

ekstrapiramidalnya rendah peningkatan berat badan,hiperprolaktinemia

Interaksi Obat : Jika penghambat CYP 3A4 (seperti cimetidine, ketoconazole, nefazodone, jus anggur dan erythromycin) dtkombinasikan dengan quetiapin maka peningkaan efek samping (seperti sedasi,ortostatik) mungkin dapat terjadi

5. Ziprasidon

56 | P a g e

Page 57: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

Indikasi : mengatasi keadaan akut skizofrenia dan gangguan bipolarFarmakokinetik : Absorbsinya cepat dan ikatan protein plasmanya 99 %.Efek Samping : Sakit kepala, somnolen dan dizziness,efek samping ekstrapiramidalnya rendah peningkatan berat badan,hiperprolaktinemiaInteraksi Obat : Kombinasi antara antipsikosis dengan pengkonduksi miokardial dapar meningkatkan efek samping dari antipsikosis.

Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) PertamaNewer atypical antipsycoic merupakn terapi pilihan untuk penderita Skizofrenia episode

pertama karena efek samping yang ditimbulkan minimal dan resiko untuk terkena tardive dyskinesia lebih rendah.Biasanya obat antipsikotik membutuhkan waktu beberapa saat untuk mulai bekerja. Sebelum diputuskan pemberian salah satu obat gagal dan diganti dengan obat lain, para ahli biasanya akan mencoba memberikan obat selama 6 minggu (2 kali lebih lama pada Clozaril)

Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)Biasanya timbul bila pendrita berhenti minum obat, untuk itu, sangat penting untuk

mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat. Terkadang penderita berhenti minum obat karena efek samping yang ditimbulkan oleh obat tersebut. Apabila hal ini terjadi, dokter dapat menurunkan dosis menambah obat untuk efek sampingnya, atau mengganti dengan obat lain yang efek sampingnya lebih rendah.

Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain, dokter dapat mengganti obat oral dengan injeksi yang bersifat long acting, diberikan tiap 2- 4 minggu. Pemberian obat dengan injeksi lebih simpel dalam penerapannya. Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi obat sesuai anjuran. Hal ini merupakan alasan yang tepat untuk menggantinya dengan obat obatan yang lain, misalnya antipsikotik konvensonal dapat diganti dengan newer atipycal antipsycotic atau newer atipycal antipsycotic diganti dengan antipsikotik atipikal lainnya. Clozapine dapat menjadi cadangan yang dapat bekerja bila terapi dengan obat-obatan diatas gagal.

Pengobatan Selama fase PenyembuhanSangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupun setelah sembuh.

Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang behenti minum obat setelah episode petama Skizofrenia dapat kambuh. Para ahli merekomendasikan pasien-pasien Skizofrenia episode pertama tetap mendapat obat antipskotik selama 12-24 bulan sebelum mencoba menurunkan dosisnya. Pasien yang mendertia Skizofrenia lebih dari satu episode, atau balum sembuh total pada episode pertama membutuhkan pengobatan yang lebih lama. Perlu diingat, bahwa penghentian pengobatan merupakan penyebab tersering kekambuhan dan makin beratnya penyakit.

Efek Samping Obat-obat Antipsikotik

57 | P a g e

Page 58: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang lama, sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang timbul. Mungkin masalah terbesar dan tersering bagi penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional gangguan (kekakuan) pergerakan otot-otot yang disebut juga Efek samping Ekstra Piramidal (EEP). Dalam hal ini pergerakan menjadi lebih lambat dan kaku, sehingga agar tidak kaku penderita harus bergerak (berjalan) setiap waktu, dan akhirnya mereka tidak dapat beristirahat. Efek samping lain yang dapat timbul adalah tremor pada tangan dan kaki. Kadang-kadang dokter dapat memberikan obat antikolinergik (biasanya benztropine) bersamaan dengan obat antipsikotik untuk mencegah atau mengobati efek samping ini.

Efek samping lain yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia dimana terjadi pergerakan mulut yang tidak dapat dikontrol, protruding tongue, dan facial grimace. Kemungkinan terjadinya efek samping ini dapat dikurangi dengan menggunakan dosis efektif terendah dari obat antipsikotik. Apabila penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional mengalami tardive dyskinesia, dokter biasanya akan mengganti antipsikotik konvensional dengan antipsikotik atipikal.

Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan fungsi seksual, sehingga banyak penderita yang menghentikan sendiri pemakaian obat-obatan tersebut. Untuk mengatasinya biasanya dokter akan menggunakan dosis efektif terendah atau mengganti dengan newer atypical antipsycotic yang efek sampingnya lebih sedikit.

Peningkatan berat badan juga sering terjadi pada penderita Sikzofrenia yang memakan obat. Hal ini sering terjadi pada penderita yang menggunakan antipsikotik atipikal. Diet dan olah raga dapat membantu mengatasi masalah ini.Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic malignant syndrome, dimana timbul derajat kaku dan termor yang sangat berat yang juga dapat menimbulkan komplikasi berupa demam penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini membutuhkan penanganan yang segera.

Psikoterapi

Terapi kejiwaan baru dapat diberian apabila penderita dengan terapi psikofarma sudah mencapai tahapan dimana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri semakin baik. Psikoterapi ini banyan macam dan ragamnya tergantung dari kebutuhan dan latar belakang penderita sebelum sakit (pramorbid), sebagai contoh :

a. Psikoterapi suportif

Jenis psikterapi ini dimaksudkan untuk memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan semangat juangnya fighting spirit) dalam menghadapi hidup ini tidak kendur dan menurun

b. Psikoterapi re-edukatif

Jenis terapi ini dimaksudkan untuk memberikan pendidikan ulang yang maksdunya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu lalu dan juga dengan pendidikan ini dimaksudkan mengubah pola pendidikan lama dengan yang baru sehingga penderita lebih adaptif terhadap dunia luar.

58 | P a g e

Page 59: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

c. Psikoterpai re-konstruktif

Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi kepribadian utuh seperti semula sebelum sakit.

d. Psikoterapi kognitif

Jeni terapi ini dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif.

e. Psikoterapi psikodinamik

Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan seseorang jatuh sakit dan upaya untuk mencari jalan keluarnya. Dengan psikoterapi ini diharapkan penderita dapat memahami kelebihan dan kelemahan dirinya dan mampu menggunakan mekanisme pertahanan diri dengan baik.

f. Psikoterapi perilaku

Jenis psikoterapi ini dimaksdukan untuk memulihkan gangguan perilaku yang terganggu menjadi perilaku yang adaptif. Kemampuan adaptasi penderita perlu dipulihkan agar penderita mampu berfungsi kembali secara wajar dalam kehidupannya sehari – hari baik dirumah, di sekolah/kampus, ditempat kerja dan lingkungan sosial

g. Psikoterpai keluarga

Jenis terapi ini dimaksdukan untuk memulihkan hubungan penderita dengan keluarganya.

Secara umum tujuan psikoterapi adalah untuk memperkuat struktur kepribadian (maturing personality), memperkuat ego (ego strength), meningkatkan citra diri (self esteem), memulihkan kepercayaan diri (self confidence), yang kesemuanya untuk mencapai kehidupan yang berarti dan bermanfaat (meaningfulness of life)

Psikososial

Ada beberapa macam metode yang dapat dilakukan antara lain :

Psikoterapi individual o Terapi suportif o Sosial skill trainingo Terapi okupasi o Terapi kognitif dan perilaku (CBT)

Psikoterapi kelompok

59 | P a g e

Page 60: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan, atau suportif. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia

Psikoterapi keluarga Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan dalam keadaan remisi parsial, keluraga dimana pasien skizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya. Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.

Manajemen kasus Assertive Community Treatment (ACT)

Psikoreligius

Terapi keagamaan berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang, berddoa, memanjatkan puji – pujian kepada tuhan, ceramah keagamman dan kajian kitab suci dan lain sebagainya. Sehubungan dengan hal ini maka bagi umat beragama berdoan dan berdzikir dikala sedang menhadapi musibah merupakan upaya yang amat dianjurkan guna memperolah ketenangan dan penyembuhan penyakit.

Rehabilitasi

Bagi penderita gangguan jiwa skizofrenia yang berulang kali kambuh dan berlanjut kronis dan menahun selain program terapi sebagaimana diuraikan, diperlukan program rehabilitasi sebagai persiapan penempatan kembali kekeluarga dan masyarakat. Program rehabilitasi sebagai persiapan kembali kekeluarga dan ke masyararakat meliputi berbagai macam kegiatan, antara lain :

1. Terapi kelompok2. Menjalankan ibadah keagamaan bersama3. Kegiatan kesenian4. Terapi fisik berupa olah raga5. Keterampilan6. Berbagai macam kursus

60 | P a g e

Page 61: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

7. Berocok tanam8. Rekreasi9. Dll

3.9 Prognosis

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa lebih dari periode 5 sampai 10 tahun setelah perawatan psikiatrik pertama kali di rumah sakit karena skiofrenia, hanya kira-kira 10-20 % pasien dapat digambarkan memliki hasil yang baik.Lebih dari 50% pasien dapat digambarkan memiliki hasil yang buruk, dengan perawatan di rumah sakit yang berulang, eksaserbasi gejala, episode gangguan mood berat, dan usaha bunuh diri. Walaupun angka-angka yang kurang bagus tersebut, skizofrenia memang tidak selalu memiliki perjalanan penyakit yang buruk, dan sejumlah faktor telah dihubungkan dengan prognosis yang baik.Rentang angka pemulihan yang dilaporkan didialam literatur adalah dari 10-60% dan perkiraan yang beralasan adalah bahwa 20-30% dari semua pasien skizofrenia mampu untuk menjalani kehidupan yang agak normal. Kira-kira 20-30% dari pasien terus mengalami gejala yang sedang,dan 40-60% dari pasien terus terganggu scara bermakna oleh gangguannya selama seluruh hidupnya.Secara umum prognosis skizofrenia tergantung pada:

1. Usia pertama kali timbul ( onset): makin muda makin buruk.2. Mula timbulnya akut atau kronik: bila akut lebih baik.3. Tipe skizofrenia: episode skizofrenia akut dan katatonik lebih baik.4. Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang didapat.5. Ada atau tidaknya faktor pencetusnya: jika ada lebih baik.6. Ada atau tidaknya faktor keturunan: jika ada lebih jelek.7. Kepribadian prepsikotik: jika skizoid, skizotim atau introvred lebih jelek.8. Keadaan sosial ekonomi: bila rendah lebih jelek.

Prognosis penderita skizofrenia baik bila:1. Onset akut2. Faktor pencetusnya jelas3. Riwayat sosial dan pekerjaan premorbid yang baik (termasuk kemunculan di usia

lanjut)4. Subtipe paranoid5. Menikah6. Riwayat keluarga dengan gangguan alam perasaan7. Predominasi gejala positif

Prognosis penderita skizofrenia buruk bila:1. Onset pada usia lebih muda2. Faktor pencetus tidak jelas dan bersifat insidius3. Riwayat sosial dan pekerjaan premorbid buruk4. Perilaku menyendiri5. Subtipe disorganisasi dan nondiferensiasi6. Tidak menikah

61 | P a g e

Page 62: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

7. Riwayat keluarga dengan skizofrenia8. Adanya tanda dan gejala neurologic9. Predominasi gejala negatif

Prognosis untuk skizofrenia pada umumnya kurang begitu menggembirakan.Sekitar 25% pasien dapat kembali pulih dari episode awal dan fungsinya dapat kembali pada tingkat prodromal (sebelum munculnya gangguan tersebut). Sekitar 25% tidak akan pernah pulih dan perjalanan penyakitnya cenderung memburuk. Sekitar 50% berada diantaranya, ditandai dengan kekambuhan periodik dan ketidakmampuan berfungsi dengan efektif kecuali untuk waktu yang singkat.(Imam Setiadi daam Skizofrenia, Refika Aditama, 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis skizofrenia

1. Keluarga Skizofrenia tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi individu penderitanya, tapi juga bagi orang-orang terdekat kepadanya. Biasanya, keluarganyalah yang paling terkena dampak dari hadirnya skizofrenia. Pasien membutuhkan perhatian dari masyarakat, terutama dari keluarganya. jangan membeda-bedakan antara orang yang mengalami Skizofrenia dengan orang yang normal, karena orang yang mengalami gangguan Skizofrenia mudah tersinggung.

2. InteligensiPada umumnya pasien Skizofrenia yang mempunyai Inteligensi yang tinggi akan lebih mudah sembuh dibandingkan dengan orang yang inteligensinya rendah. Karena orang yang mempunyai inteligensi tinggi biasanya mudah diberi pemahaman, mudah mengerti akan pentingnya pengobatan.

3. PengobatanObat memiliki dua kekurangan utama. Pertama hanya sebagian kecil pasien (kemungkinan 25%) cukup tertolong untuk mendapatkan kembali jumlah fungsi mental yang cukup normal. Kedua antagonis reseptor dopamine disertai dengan efek merugikan yang mengganggu dan serius. Namun pasien skkizofrenia perlu di beri obat Risperidone serta Clozapine.

4. Reaksi PengobatanDalam proses penyembuhan skizofrenia, orang yang bereaksi terhadap obat lebih bagus perkembangan kesembuhan daripada orang yang tidak bereaksi terhadap pemberian obat.

5. Stressor PsikososialDengan semakin bertambah meningkatnya perkembangan teknologi, akan mempengaruhi juga pada proses penyembuhan penyakit skizofrenia. Biasanya negara berkembang, penderita skizofrenia bisa lebih cepat disembuhkan karena adanya dukungan dari masyarakat sekitar. Sedangkan pada Negara-negara maju, prognosis lebih susah dikarenakan, biasanya pada Negara-negara maju masyarakatnya cenderung individual, tidak mengenal tetangga, dan tidak perdui terhadap lingkungan sekitar.

62 | P a g e

Page 63: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

Apabila stressor dari skizofrenia ini berasal dari luar, maka akan mempunayi dampak yang positif, karena tekanan dari luar diri individu dapat diminimalisir atau dihilangkan. Begitu pula sebaliknya apabila stressor datangnya dari luar individu dan bertubi-tubi atau tidak dapat diminimalisir maka prosgnosisnya adalah negatif atau akan bertambah parah.

6. Kekambuhanpenderita skizofrenia yang sering kambuh prognosisnya lebih buruk. Dengan seringnya penderita skizofrenia kambuh maka akan semakin lemah pula system yang ada pada dirinya.

7. Gangguan KepribadianPada gangguan kepribadian ini, orang yang mempunyai tipe introvert lebih susah dideteksi apakah ia mempunyai gejala skizofrenia karena orang tersebut cenderung menutup diri. Prognosis untuk orang yang mempunyai gangguan kepribadian akan sulit disembuhkan. Besar kecilnya pengalaman akan memiliki peran yang sangat besar terhadap kesembuhan.

8. OnsetJenis onset yang mengarah ke prognosis yang baik berupa onset yang lambat dan akut, sedangkan onset yang tidak jelas memiliki prognosis yang lebih baik.

9. ProporsiOrang yang mempunyai bentuk tubuh normal (proporsional) mempunyai prognosis yang lebih baik dari pada penderita yang bentuk tubuhnya tidak proporsional.

10. Perjalanan penyakitPada penderita skizofreniayang masih dalam fase prodromal prognosisnya lebih baik dari pada orang yang sudah pada fase aktif dan fase residual.

11. KesadaranKesadaran orang yang mengalami gangguan skizofrenia adalah jernih. Hal inilah yang menunjukkan prognosisnya baik nantinya.

3.10 Komplikasi

Penyalahgunaan alkohol dan narkoba skizofrenia dengan memperburuk gejala. Dua puluh persen menjadi tujuh puluh persen dari individu yang memiliki skizofrenia memiliki masalah dengan narkotika. Tekanan, pengangguran, kemiskinan, dan tempat tinggal lain-lain komplikasi yang mungkin. Pasien skizofrenia adalah 3 kali lebih mungkin untuk merokok sebagai masyarakat umum, dan oleh itu terkena risiko kesehatan merokok terkait termasuk penyakit jantung dan kanker. Sepuluh persen dari pasien dengan skizofrenia memiliki resiko yang tinggi bunuh diri

3.11 Pencegahan

63 | P a g e

Page 64: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

OrganobiologikUntuk menghindari kemungkinan adanya faktor genetik (turunan), maka perlu diteliti riwayat atau silsilah keluarga, misalnya :- Bila dalam silsilah suatu keluarga ditemukan salah seorang menderita skizofrenia

maka hendakknya bila ia ingin menikah sebaiknya dengan orang dari keluarga jauh yang dalam silsilah keluarganya tidak ada anggota keluarga yang menderita skizofrenia.

- Meskipun dalam silsilah keluarga tidak ada anggota keluarga yang menderita skizofrenia, bila salah seorang keluarga hendak menikah dengan orang lain yang juga dalam silsilah keluarganya tidak ada yang menderita skizofrenia, maka sebaiknya kedua keluarga tadi merupakan keluarga jauh bukan keluarga dekat yang masih bertalian darah.

- Sesama penderita atau mantan skizofrenia sebaiknya tidak saling menikahPSIKO-EDUKATIF Perkembangan jiwa/kepribadian anaka tergantung bagaimana kedua orangtua mendidiknya (faktor psiko-edukatif). Kedua orang tua merupakan tokoh imitasi dan identifikasi anak. Pendidikan anak hendaknya sedemikian rupa sehingga dapat dihindari terbentuknya sifat atau ciri kepribadian yang rawan atau rentan bagi terjadinya gangguan jiwa skizofrenia, misalnya yang tergolong kepribadian pramorbid (kepribadian paranoid, skizoid, skizotipal dan ambang). Dalam hali ini terjadinya kelainan dalam perkembangan jiwa/kepribadian anak lebih tergantung dari faktor cara orang tua mendidik dan contoh dari suri tauladan yang diberikannya, atau dengan kata lain faktor parental example lebih penting daripada parental genes.

Psikoreligius

D.B. larson, dkk (1992) dalam penelitiannya sebagaimana termuat dalam “religious commitment and health” (APA,1992), menyatakan antara lain bahwa agama (keimanan) amat penting dalam pencegahan agar seseorang tidak mudah jatuh sakit, meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengatasi penderitaan bila ia sedang sakit serta mempercepat penyembuhan selain terapi medis yang diberikan. Sementara itu snyderman (1996) menyatakan bahwa terapi medis tanpa agama (doa dan dzikir), tidak lengkap, sebaliknya agama (doa dan dzikir) saja tanpa terapi medis, tidak efektif

Psikososial Skizofrenia hendaknya dapat dihindari atau ditanggulangi. Adapula bentuk stesor psikososial yang dapat dialami oleh anak selama tumbuh kembangnya dalam keluarga, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi perkembangan jiwa/kepribadian anak. Seyogianya anak tumbuh kembang dalam keluarga sakinah yaitu keluarga yang harmonis, sehat dan bahagia dan buan hidup dan dibesarkan dalam keluarga yang mengalami disfungsi. Dsifungsi keluarga yang dimaksud, adalah kondisi keluarga dengan ciri-ciri sebagai berikut :- Keluarga tidak utuh (broken home), misalnya kematian salah satu atau kedua

orangtua, kedua orangtua berpisah (separate) atau bercerai (divorce)- Kehidupan perkawinan kedua orangtua tidak baik (poor marriage). Hubungan

orangtua dan anak tidak baik (poor parent-child relationship)- Suasana rumah tangga yang tegang dan tanpa kehangatan (high tension and low

warmth). Orangtua sibuk (busy) dan jarang dirumah (absence)

64 | P a g e

Page 65: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

- Salah satu atau kedua orangtua mempunyai kelainan kepribadian atau gangguan kejiwaan (perconality or psychological disorders).

4. Memahami dan Menjelaskan Ibadah Mahdhoh

Secara etomologis diambil dari kata ‘ abada, ya’budu, ‘abdan, fahuwa ‘aabidun. ‘Abid, berarti hamba atau budak, yakni seseorang yang tidak memiliki apa-apa, hatta dirinya sendiri milik tuannya, sehingga karenanya seluruh aktifitas hidup hamba hanya untuk memperoleh keridhaan tuannya dan menghindarkan murkanya. Manusia adalah hamba Allah “‘Ibaadullaah” jiwa raga haya milik Allah, hidup matinya di tangan Allah, rizki miskin kayanya ketentuan Allah, dan diciptakan hanya untuk  ibadah atau menghamba kepada-Nya:

ليعبدوِن� اال واالنس الجن خلقت الذريات       وما Tidak Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaKu (QS. 51(al-Dzariyat ): 56).

Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk dan sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya; ‘Ibadah Mahdhah,  artinya  penghambaan yang murni hanya merupakan hubungan antara hamba dengan Allah secara langsung. ‘Ibadah bentuk ini  memiliki 4 prinsip:

a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya.

b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul SAW. Salah satu tujuan diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh:

النسآء … الله باذِن ليطاع اال رسول من 64وماارسلناDan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah…(QS. 4: 64).

… الحشر فانتهوا عنه نهاكم وما فخذوه الرسول آتاكم 7وماDan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang dilarang, maka tinggalkanlah…( QS. 59: 7).

Shalat dan haji adalah ibadah mahdhah, maka tatacaranya, Nabi bersabda:

65 | P a g e

Page 66: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

البخاري . رواه اصلى رايتمونى كما مناسككم .   صلوا عنى خذوا   .Shalatlah kamu seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku tatacara haji kamu

Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai dengan praktek Rasul saw., maka dikategorikan “Muhdatsatul umur” perkara meng-ada-ada, yang populer disebut bid’ah:  Sabda Nabi saw.:

. . عليه متفق رد فهو منه ليس ما هذا امرنا فى احدث الخلفآء  من وسنة بسنتى عليكم االمور، ومحدثات واياكم ، بالنواجذ بها وعضوا بها تمسكوا ، بعدى من المهديين الراشدين

ضاللة بدعة وكل بدعة، محدثة كل ، .  فاِن ماجه وابن والترمذي وابوداود احمد بعد،  رواه اما محمد هدي الهدي وخير ، الله كتاب الحديث خير .  فاِن محدثة وكل محدثاتها االمور وشر ص

مسلم . رواه ضاللة بدعة وكل بدعة

Salah satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum Muhammad saw. adalah karena kebanyakan kaumnya bertanya dan menyalahi perintah Rasul-rasul mereka:

فاذا انبيآئهم، على واختالفهم سؤالهم بكثرة قبلكم كاِن من هلك فانما تركتكم، ما ذرونىمسلم . اخرجه فدعوه شيئ عن نهيتكم واذا ماستطعتم منه فأتوا بشيئ امرتكم

c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri’. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syari’at, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.

d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi:Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :1) Wudhu,2) Tayammum3) Mandi hadats4) Adzan5) Iqamat6) Shalat7) Membaca al-Quran8) I’tikaf9) Shiyam ( Puasa )10) Haji11) Umrah12) Tajhiz al- Janazah

66 | P a g e

Page 67: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

Rumusan Ibadah Mahdhah adalah

“KA + SS”(Karena Allah + Sesuai Syari’at)

Ibadah Ghairu Mahdhah, (tidak murni semata hubungan dengan Allah)  yaitu ibadah yang di samping sebagai hubungan  hamba dengan Allah juga merupakan hubungan atau interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya .  Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4:

a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diseleng garakan.

b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah” , atau jika ada yang menyebut nya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid’ah, maka bid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadah mahdhah disebut bid’ah dhalalah.

c. Bersifat rasional,  ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika.  Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.

d. Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.

Rumusan Ibadah Ghairu Mahdhah“BB + KA”(Berbuat Baik +  Karena Allah)

4.1 Memahami dan Menjelaskan Hikmah Ibadah Madhah

Pokok dari semua ajaran Islam adalah “Tawhiedul ilaah” (KeEsaan Allah) , dan ibadah mahdhah itu salah satu sasarannya adalah untuk mengekpresikan ke Esaan Allah itu, sehingga dalam pelaksanaannya diwujudkan dengan:

a. Tawhiedul wijhah (menyatukan arah pandang). Shalat semuanya harus menghadap ke arah ka’bah, itu bukan menyembah Ka’bah, dia adalah batu tidak memberi manfaat dan tidak pula memberi madharat, tetapi syarat sah shalat menghadap ke sana  untuk menyatukan arah pandang, sebagai perwujudan Allah yang diibadati itu Esa. Di mana pun orang shalat ke arah sanalah kiblatnya  (QS. 2: 144).

b. Tawhiedul harakah (Kesatuan gerak). Semua orang yang shalat gerakan pokoknya sama, terdiri dari berdiri, membungkuk (ruku’), sujud dan duduk. Demikian halnya ketika thawaf dan sa’i, arah putaran dan gerakannya sama, sebagai perwujudan Allah yang diibadati hanya satu.

c. Tawhiedul lughah (Kesatuan ungkapan atau bahasa). Karena Allah yang disembah (diibadati) itu satu maka bahasa yang dipakai mengungkapkan ibadah

67 | P a g e

Page 68: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

kepadanya hanya satu yakni bacaan shalat, tak peduli bahasa ibunya apa, apakah dia mengerti atau tidak, harus satu bahasa, demikian juga membaca al-Quran, dari sejak turunnya hingga kini al-Quran adalah bahasa al-Quran yang membaca terjemahannya bukan membaca al-Quran.

DAFTAR PUSTAKA

1. Agus D, Pendekatan holistik terhadap Skizofrenia, dalam majalah psikiatri, Jakarta,

2005:1.

2. Buchanan RW, Carpenter WT, Schizophrenia : introduction and overview, in: Kaplan

and Sadock comprehensive textbook of psychiatry, 7th ed, Philadelphia: lippincott

Williams and wilkins :2000: 1096-1109.

3. Direktorat Kesehatan Jiwa, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Departemen

Kesehatan RI: Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan jiwa di Indonesia III,

1993

4. Ganong, William F.2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran,edisi 20, Jakarta,EGC

5. Hawari, Dadang.2006.Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa.Jakarta:FKUI

6. http://ms.mdhealthresource.com/disability-guidelines/schizophrenia/complications

7. Kaplan, Hl, Sadock BJ, Grebb JA, Skizofrenia, dalam : Sinopsis psikiatri, ed 7, vol 1,

1997 : 685-729.

8. Kumala, Poppy dan Nuswantari.1998.Kamus Saku Kedokteran Dorland,edisi 25, Jakarta,

EGC

9. Maramis, WF: Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa,Cetakan I, Airlangga University Press,

Surabaya,1995

10. Maslim R, skizofrenla, gangguan skizotipal dan gangguan waham, dalam PPDGJ III,

Jakarta, 1998 :46-57.

11. Maslim, Rusdi.2003.Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas PPDGJ

III.Jakarta:Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.

68 | P a g e

Page 69: Wrap Up Skenario 4 Bisikan Gaib

12. Prof. Amin Syukur MA.Pengantar Studi Islam. Semarang :CV. Bima Sakti,2003, Hlm.

80.

13. Uddin, Jurnalis: Anatomi Susunan Saraf Manusia, Cetakan 2, Universitas Yarsi, Jakarta,

2006.

69 | P a g e