pancasila dan perkembangannya

112
0 LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA BIDANG STUDI/MATERI POKOK IDEOLOGI SUB. B.S. PANCASILA DAN PERKEMBANGANYA LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL RI PROGRAM PENDIDIKAN SINGKAT ANGKATAN (PPSA) XIX TAHUN 2013 01

Upload: ispon-asep-yurano

Post on 22-Nov-2015

282 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

Rangkuman tentang Pancasila

TRANSCRIPT

  • 0

    LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

    BIDANG STUDI/MATERI POKOK IDEOLOGI

    SUB. B.S. PANCASILA DAN PERKEMBANGANYA

    LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL RI

    PROGRAM PENDIDIKAN SINGKAT ANGKATAN (PPSA) XIX TAHUN 2013

    01

  • 1

    PANDUAN BELAJAR MATA KULIAH BIDANG STUDI IDEOLOGI PANCASILA DAN UUD 1945

    1. Pendahuluan 2. Relevansi 3. Deskripsi Mata Kuliah

    4. Standar Kompetensi 5. Kompetensi Dasar 6. Struktur Materi

    No. Pokok Bahasan/Topik Subpokok Bahasan

    1. Pancasila dan

    Perkembangannya

    1. Lahirnya Pancasila

    2. Pancasila Sebagai Dasar Negara, Pandangan,

    Hidup Bangsa, dan Ideologi Nasional

    3. Pancasila di antara Ideologi Besar Dunia

    4. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka dan Bersifat

    Universal

    5. Pancasila dalam Era Globalisasi

    2. UUD 1945 Hasil Amandemen

    dan Sosialisasinya

    1. Latar Belakang Lahirnya Amandemen UUD 1945

    2. Proses Amandemen UUD 1945

    3. Sosialisasi UUD 1945 Hasil Amandemen

    7. Rencana Penyempurnaan Buku Pedoman Bidang Ideologi

    No. Waktu Jenis Buku

    1. 1 minggu Buku Panduan Belajar

    2. 1 minggu Modul 1

    3. 2 minggu Modul 2

  • 2

    8. Petunjuk Belajar Untuk mempelajari mata kuliah Pancasila dan UUD 1945 Hasil Amandemen dan Sosialisasinya, sebaiknya para peserta didik membaca buku, seperti Restorasi

    Pancasila Mendamaikan Politik Identitas dan Modernitas (Fisip UI, Jakarta, 2006).

    Seyogianya para peserta didik membuat rangkuman pemahaman setiap modul untuk

    dibandingkan satu sama lain. Hal itu akan memudahkan pemahaman keseluruhan isi

    atau materi Pancasila dan UUD 1945 Hasil Amandemen dan Sosialisasinya. Suatu hal

    yang perlu diketahui bahwa mempelajari Pancasila dan UUD 1945 Hasil Amandemen

    dan Sosialisasinya relatif tidak sama dengan mempelajari ilmu hukum secara umum

    atau universal karena Pancasila merupakan pengejawantahan nilai-nilai kemanusiaan

    yang bersifat filosofis atau abstrak, sedangkan UUD 1945 memancarkan nilai-nilai

    Pancasila yang bersifat konkret atau normatif sebagai sumber hukum.

    9. Daftar Istilah

    a. Norma : patokan perilaku

    b. Nilai : gagasan tentang apakah sesuatu pengalaman

    penting atau tidak penting

    c. Sosialisasi : suatu proses ketika seseorang menghayati norma

    kelompoknya

  • 3

    PANDUAN UMUM MATA KULIAH

    BIDANG STUDI IDEOLOGI PANCASILA DAN UUD 1945

    1. Pendahuluan Bangsa Indonesia patut merasa bersyukur bahwa para pendiri negara kesatuan

    Republik Indonesia (NKRI) bersepakat menjadikan lima sila yang digali dari nilai-nilai

    luhur bangsa Indonesia telah ditetapkan sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia

    yang disebut Pancasila. Kandungan dan dinamika nilai-nilai Pancasila melekat pada

    eksistensi Pancasila itu sendiri, baik sebagai ideologi nasional, dasar negara, maupun

    falsafah hidup bangsa sekaligus merupakan jati diri atau identitas bangsa Indonesia.

    Nilai-nilai Pancasila merupakan dimensi paling dalam yang bersifat abstrak dan

    berkedudukan sangat tinggi dalam fenomena kehidupan masyarakat serta memiliki

    kekuatan integratif bagi seluruh komponen bangsa yang saling berbeda, baik secara

    vertikal maupun horisontal. Nilai-nilai Pancasila merupakan sumber etika dan moralitas

    bangsa Indonesia yang selanjutnya berkembang dalam wujud sikap dan perilaku atau

    tindakan-tindakan nyata dalam kehidupan warga masyarakat.

    Dewasa ini Pancasila sedang mengalami cobaan atau ujian yang cukup berat

    untuk kesekian kalinya, baik dalam kaitannya dengan eksistensi Pancasila itu sendiri

    maupun pengejawantahan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan

    berbangsa. Tidak dapat disangkal bahwa dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir

    setelah era reformasi, perhatian warga masyarakat, baik perseorangan, kelompok,

    maupun kelembagaan, baik lembaga pemerintah maupun nonpemerintah, terhadap

    Pancasila cenderung makin tipis. Mulai muncul sikap-sikap sinis atau acuh tak acuh

    dan lebih jauh lagi timbul kecenderungan untuk meninggalkannya. Hal ini cukup

    memprihatinkan karena nilai-nilai Pancasila tidak lagi terpancar dalam diri dan sebagian

    aparat penentu kebijakan. Bahkan, Pancasila makin terlupakan dengan ditandai

    dibubarkannya lembaga Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman

    Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP-7) dan Kementerian Penerangan sebagai

    corong pemasyarakatan, pemberdayaan, dan pengamalan Pancasila dalam

  • 4

    pembangunan nasional.

    Banyak produk hukum dan penegakan hukum yang kurang mencerminkan atau

    kurang memancarkan nilai-nilai Pancasila tertuang dengan tidak adanya rasa keadilan

    serta rendahnya moral dan akhlak. Nilai-nilai dasar Pancasila yang melekat dalam

    Pembukaan UUD 1945 dan terpancar dalam pasal-pasal UUD 1945 yang dijabarkan ke

    dalam berbagai peraturan perundang-undangan dan berbagai landasan pemikiran

    sebagai nilai instrumental Pancasila relatif masih jauh dari harapan.

    Pancasila sebagai sumber dasar hukum nasional dan UUD 1945 sebagai

    sumber hukumnya yang harus terjabarkan secara hierarkis ke dalam berbagai

    peraturan pelaksanaan (undang-undang, peraturan presiden, peraturan pemerintah,

    dan peraturan daerah) tampaknya belum dapat diwujudkan secara konkret dalam wujud

    nilai-nilai praksisnya. Masih cukup banyak diperlukan pembenahan, antara lain,

    pembenahan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), terutama kualitas

    penentu kebijakan yang mengemban amanat rakyat, memiliki moral dan akhlak yang

    dapat diteladani, serta memiliki kemampuan dalam menghadapi pengaruh globalisasi.

    Pengalaman pahit eksistensi Pancasila dalam tragedi nasional G-30-S/PKI tahun 1965

    merupakan pelajaran yang sangat berharga dalam menghadapi tantangan masa depan

    yang penuh dengan ketidakpastian. Pemasyarakatan Pancasila sebagai dasar negara

    dan ideologi terbuka yang bersifat universal harus betul-betul dipahami dan dihayati

    oleh seluruh komponen bangsa Indonesia, terutama keberadaan Pancasila di antara

    ideologi besar dunia.

    Berbagai amandemen dari pasal-pasal UUD 1945 harus tidak bertentangan

    dengan nilai-nilai Pancasila dan disesuaikan dengan perkembangan lingkungan

    strategis, terutama dalam menghadapi pengaruh globalisasi yang dipicu oleh

    perkembangan iptek yang relatif berubah dengan cepat. Hasil amandemen UUD 1945

    (pasal-pasal) perlu dimasyarakatkan atau disosialisasikan, baik yang berkaitan dengan

    lahirnya amandemen, proses amandemen, maupun metode atau pelaksanaan

    sosialisasi amandemen UUD 1945. Pemahaman terhadap ideologi Pancasila dan UUD

    1945 hasil amandemen diharapkan akan membantu dan mempermudah peserta didik

    mengikuti pendidikan di Lemhannas dalam mempelajari bidang studi Ideologi dan UUD

  • 5

    1945.

    2. Relevansi

    Pancasila dan UUD 1945 hasil amandemen di dalam sistem manajemen

    nasional atau sistem penyelenggaraan pemerintahan NKRI merupakan pedoman atau

    landasan dalam setiap pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kehidupan

    bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sesuai dengan paradigma nasional,

    Pancasila yang merupakan sumber dasar hukum dijadikan sebagai landasan idiil dan

    UUD 1945 yang merupakan sumber hukum dijadikan sebagai landasan konstitusional.

    Pancasila dan UUD 1945 merupakan salah satu mata kuliah atau materi inti

    ajaran yang berisikan atau memancarkan nilai-nilai Pancasila, baik nilai dasar, nilai

    instrumental, maupun nilai praksis Pancasila. Dengan memperhatikan kedudukan atau

    posisi peserta didik sebagai kader-kader pimpinan nasional pada masa mendatang,

    diharapkan setelah menyelesaikan pendidikan di Lemhannas RI, peserta didik mampu

    menghadapi, mengatasi, dan menyelesaikan berbagai masalah nasional dalam

    kehidupan masyarakat, bangsa, maupun negara berdasarkan Pancasila dan UUD

    1945.

    Akhirnya, dengan mempelajari mata kuliah Pancasila dan UUD 1945 ini, Anda

    sebagai bagian dari penyelenggara negara diharapkan tidak mudah terpengaruh

    dengan ideologi mana pun di dunia, dapat menegakkan hukum yang bersumber dari

    UUD 1945, serta dapat menjadi teladan dalam mengamalkan Pancasila dalam

    kehidupan sehari-hari, baik sebagai aparatur negara maupun sebagai pribadi.

    3. Deskripsi Mata Kuliah

    Mata kuliah atau materi ajaran Pancasila dan UUD 1945 dibagi menjadi tiga buku

    yang terdiri atas satu buku panduan belajar dan dua modul. Setiap modul berisi

    pemahaman singkat, relevansi, dan uraian materi yang harus dipahami. Kedua modul

    tersebut adalah sebagai berikut.

    a. Modul 1 berisikan materi Pancasila dan perkembangannya. Dalam modul

    ini dijelaskan lahirnya Pancasila serta Pancasila sebagai dasar negara, falsafah

    pandangan hidup bangsa, dan ideologi nasional. Selain itu, dijelaskan pula

  • 6

    tentang Pancasila di antara ideologi besar dunia, Pancasila sebagai ideologi

    terbuka dan bersifat universal, serta Pancasila di dalam menghadapi era

    globalisasi.

    b. Modul 2 berisikan materi UUD 1945, hasil amandemen, dan

    sosialisasinya. Dalam modul ini dijelaskan latar belakang lahirnya amandemen

    UUD 1945. Lahirnya amandemen ditekankan pada hakikat diperlukannya

    amandemen, sedangkan proses amandemen menjelaskan kegiatan amandemen

    dan keterlibatan berbagai pihak dalam pelaksanaan amandemen. Penjelasan

    tentang sosialisasi UUD 1945 hasil amandemen, terutama diarahkan pada

    pentingnya sosialisasi, latar belakang, dan proses terjadinya perubahan

    beberapa pasal UUD 1945 serta pokok-pokok materi perubahan pasal-pasal

    UUD 1945.

    4. Standar Kompetensi Setelah mempelajari modul-modul ini, diharapkan para peserta didik mengerti,

    memahami, dan menghayati Pancasila dan UUD 1945 beserta perkembangannya

    dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Memahami dan

    menghayati Pancasila dan UUD 1945 bukan hanya sebagai sumber dasar hukum dan

    sumber hukum, melainkan juga sebagai landasan idiil dan landasan konstitusional

    dalam proses pengambilan keputusan. Di samping itu, peserta didik diharapkan dapat

    memahami dan mengaktualisasikan di dalam hierarki paradigma nasional dalam rangka

    mewujudkan cita-cita nasional dan pencapaian tujuan nasional.

    5. Kompetensi Dasar Setelah mempelajari modul-modul ini, peserta didik diharapkan mampu

    a. menjelaskan secara terperinci Pancasila dan UUD 1945 hasil amandemen

    dan sosialisasinya serta

    b. mengonstruksi fenomena Pancasila dan UUD 1945 yang terjadi di

    masyarakat.

  • 7

    PANDUAN BELAJAR MATA KULIAH

    MODUL 1 PANCASILA DAN PERKEMBANGANNYA

    1. Deskripsi. Pancasila yang digali dari akar budaya Indonesia mengandung

    nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi bangsa Indonesia sejak zaman dulu. Nilai-nilai itu,

    antara lain, nilai agama, adat istiadat, dan perjuangan untuk melepaskan diri dari segala

    bentuk penjajahan. Nilai-nilai luhur ini mengkristal dalam rumusan Pancasila sebagai perwujudan

    filsafat kemanusiaan yang mencerminkan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia

    dengan manusia, dan manusia dengan lingkungan (alam) tempat hidupnya. Rumusan

    Pancasila merupakan suatu pandangan hidup yang diyakini bangsa Indonesia sebagai

    suatu kebenaran yang dijadikan sebagai falsafah hidup bangsa. Idealisme tersebut

    bersifat abstrak yang kemudian dijadikan sebagai ideologi nasional.

    Sebagai falsafah hidup bangsa dan ideologi nasional, Pancasila memerlukan

    norma (aturan) yang bersifat mengatur sehingga memiliki kekuatan hukum yang

    mengikat dalam pengamalan atau pengejawantahannya dalam kehidupan

    bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Untuk itu, rumusan lima sila Pancasila

    dituangkan dalam Pembukaan UUD 1945 dan dijadikan sebagai dasar negara serta

    merupakan sumber dasar hukum NKRI. Kebenaran Pancasila yang didasarkan pada

    filsafat kemanusiaan dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan manusia lainnya, dan

    dengan alam (ruang hidup) telah menempatkan Pancasila diakui di antara ideologi-

    ideologi besar dunia dan di era globalisasi sebagai ideologi terbuka yang bersifat

    universal.

    2. Relevansi. Setelah mempelajari materi ini, para peserta didik akan memperoleh pemahaman pengetahuan tentang Pancasila sebagai ideologi nasional,

    dasar negara dan falsafah hidup bangsa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

    dan bernegara. Nilai-nilai Pancasila sangat diperlukan dalam perumusan berbagai

  • 8

    pengambilan keputusan sebagai nilai instrumental serta dalam berbagai sikap dan

    perilaku manusia Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai praksis Pancasila.

    3. Pokok Bahasan Pokok bahasan dalam modul ini adalah sebagai berikut.

    a. Lahirnya Pancasila

    b. Pancasila Sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa

    c. Pancasila di antara Ideologi Besar Dunia

    d. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka dan Ideologi Nasional

    e. Pancasila dalam Era Globalisasi

    4. Uraian Singkat Sampai saat ini masih belum terdapat kesamaan persepsi atau penjelasan yang sama

    tentang pemahaman falsafah Pancasila. Pancasila sering dikhawatirkan sama dengan

    agama dan hanya sebagai alat pemersatu, terutama oleh golongan tertentu yang

    berseberangan dengan Pancasila. Pancasila diterjemahkan secara harfiah, diuraikan

    dalam butir-butir Pancasila (45 butir), dan dirumuskan dalam berbagai sistim nilai yang

    rasanya makin sulit dicerna oleh masyarakat awam yang rendah kualitasnya.

    Pancasila bukan suatu agama, tetapi suatu falsafah yang diyakini dan disepakati

    sebagai suatu kebenaran yang di dalamnya mengandung nilai-nilai luhur yang

    didasarkan pada ajaran agama. Pancasila merupakan ajaran yang menekankan bahwa

    manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna yang merupakan

    perpaduan dirinya sebagai makhluk individu yang beriman dan bertakwa dengan dirinya

    sebagai makhluk sosial yang bermoral dan berakhlak mulia. Pengejawantahan nilai-nilai

    Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara akan

    mencerminkan moral dan akhlak seseorang yang secara kumulatif akan

    menggambarkan moral dan akhlak suatu komunitas (bangsa Indonesia).

    Kelima sila dalam Pancasila saling terkait dan saling jiwa-menjiwai yang tak

    dapat dipisahkan satu sama lain dan harus dilihat secara utuh, terpadu, dan

    menyeluruh dari sila kesatu sampai dengan sila kelima. Sejak NKRI terbentuk

    Pancasila telah dijadikan sebagai falsafah hidup bangsa, dasar negara, dan ideologi

    nasional. Dari pengalaman sejarah, khususnya di Indonesia, perkembangan ideologi

  • 9

    tidak pernah lepas dari perkembangan politik, demikian juga sebaliknya. Salah satu

    pakar ideologi (Freeden) mengatakan bahwa ideologi merupakan bentuk pemikiran

    politik yang menyediakan akses langsung yang penting untuk memahami pembentukan

    dan hakikat teori politik, kekayaannya, keanekaragamannya, dan seluk-beluknya.

    Ideologi menurut pakar Indonesia, Prof. Notonegoro, identik dengan cita-cita negara

    yang pasti dimiliki setiap negara. Kedekatan ideologi dengan politik dan cita-cita

    negara menuntut ideologi Pancasila untuk tidak dapat dilepaskan dengan ideologi-

    ideologi lain di dunia sebagai ideologi terbuka yang bersifat universal, termasuk dalam

    menghadapi pengaruh globalisasi yang dipicu oleh perkembangan kemajuan iptek yang

    relatif berubah dengan cepat.

    Pemikiran dunia Barat (F. Ratzel dan R. Kjollen) menyatakan bahwa manusia

    butuh negara dan negara butuh ruang hidup sehingga menjadikan negara sebagai

    suatu organisme hidup (entitas biologis) dan secara langsung maupun tidak langsung

    terus berusaha memperluas ruang hidupnya. Dari sudut pandang ideologi Pancasila,

    kehadiran manusia, negara, dan ruang hidup merupakan anugerah Tuhan yang harus

    disyukuri dan dipertahankan untuk kelangsungan hidup bersama dalam mewujudkan

    cita-cita bersama (cita-cita negara).

  • 10

    PANDUAN BELAJAR MATA KULIAH MODUL 2 UUD 1945

    HASIL AMANDEMEN DAN SOSIALISASINYA

    1. Deskripsi. UUD 1945 pada dasarnya terdiri atas Pembukaan UUD 1945 yang memancarkan nilai-nilai dasar Pancasila dan pasal-pasal UUD 1945 yang

    memancarkan nilai-nilai instrumen Pancasila. Pembukaan UUD 1945 merupakan

    fundamen negara yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. UUD 1945

    berisi pernyataan kemerdekaan bangsa dan berdirinya Negara Kesatuan Republik

    Indonesia (NKRI). Pernyataan tersebut hanya terjadi sekali dalam sejarah dan tidak

    dapat diulangi kembali. Mengubah pembukaan UUD 1945 berarti mengakhiri

    keberadaan NKRI yang dengan susah payah direbut dari penjajah dengan menelan

    korban harta dan nyawa putra-putri Indonesia yang telah berikrar dalam Sumpah

    Pemuda. Nilai-nilai dasar Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945,

    menjadi weltanschaung dan light star bangsa Indonesia serta merupakan parameter

    bagi pasal-pasal UUD 1945 yang telah disesuaikan dengan perkembangan lingkungan.

    MPR bersepakat untuk tetap mempertahankan Pembukaan UUD 1945 dalam

    pengertian bahwa amandemen UUD 1945 tidak dilakukan terhadap Pembukaan UUD

    1945. Amandemen UUD 1945 dilaksanakan dalam perubahan beberapa pasal UUD

    1945 yang disesuaikan dengan perkembangan sistim demokrasi di Indonesia yang

    lebih transparan serta menekankan pada kebebasan dan keterbukaan berdasarkan

    falsafah Pancasila.

    Alasan untuk mengamandemen pasal-pasal UUD 1945, antara lain, tuntutan

    terhadap perubahan (reformasi) yang melihat dan merasakan bahwa terdapat pasal-

    pasal UUD 1945 yang kurang berpihak kepada kepentingan rakyat dan lebih banyak

    untuk kepentingan penguasa (pemerintahan negara). Hal ini dapat dimaklumi karena

    UUD 1945 lahir dalam situasi dan kondisi yang relatif sangat mendesak yang menuntut

  • 11

    adanya UUD 1945 sebagai dasar bagi suatu negara yang baru dan merdeka.

    Sehubungan dengan hal itu, amandemen pasal-pasal UUD 1945 sekiranya perlu

    dikaitkan dengan masih adanya peraturan peninggalan penjajah yang lebih banyak

    berpihak kepada kepentingan penjajah (penguasa) yang apabila tidak diamandemen

    akan dapat merugikan rakyat.

    2. Relevansi. Setelah mempelajari materi ini, para peserta didik akan memperoleh pemahaman tentang perlunya amandemen pasal-pasal UUD 1945 yang

    sesuai dengan tuntutan reformasi yang menginginkan perubahan. Perubahan pasal-

    pasal didasarkan pada sistem demokrasi Pancasila yang menempatkan kekuasaan dan

    kedaulatan langsung berada di tangan rakyat. Pelaksanaan UUD 1945 dipahami sesuai

    dengan sistem pemerintahan yang berlaku hingga terjadinya amandemen pasal-pasal

    UUD 1945 saat ini. Secara lebih khusus, para peserta didik dapat memahami

    pentingnya UUD 1945 sebagai sumber hukum dalam kehidupan bermasyarakat,

    berbangsa, dan bernegara sebagai landasan konstitusional dalam pencapaian tujuan

    nasional.

    3. Pokok Bahasan Pokok bahasan dalam modul ini adalah sebagai berikut.

    a. Latar Belakang Lahirnya Amandemen Pasal-Pasal UUD 1945

    b. Proses Amandemen UUD 1945 dan Sosialisasinya

    c. Kandungan Permasalahan dalam Amandemen UUD 1945

    4. Uraian Singkat Perjalanan sejarah pengelolaan dan penyelenggaraan pemerintahan NKRI telah

    banyak mengundang kontroversi, terutama berkaitan dengan sistem pemerintahan dan

    sistem pembagian kekuasaan yang selama bertahun-tahun (puluhan tahun) lebih

    didominasi oleh lembaga eksekutif, baik pada masa pemerintahan Soekarno maupun

    masa pemerintahan Soeharto. Kaburnya bunyi pasal-pasal UUD 1945 tentang kabinet

    presidensiil dan kabinet parlementer serta besarnya kekuasaan Presiden dan MPR

    sebagai lembaga tertinggi negara yang relatif dikuasai oleh presiden, telah menjadikan

    rakyat sebagai pemegang kedaulatan yang tidak berdaya dan berakibat pada

    munculnya tuntutan reformasi untuk mengadakan perubahan atau mengamandemen

  • 12

    beberapa pasal dalam UUD 1945 beserta penjelasannya.

    Proses amandemen dilaksanakan dalam empat tahap perubahan, yaitu

    a. menekankan adanya pengurangan hak prerogratif presiden;

    b. pengurangan kekuasaan pusat (otonomi daerah);

    c. MPR bukan pemegang kedaulatan rakyat tertinggi (rumusan fungsi MPR);

    serta

    d. hal-hal lain seperti bentuk dan kedudukan MPR, pergantian Presiden,

    DPA, dan berbagai masalah yang berkaitan dengan keuangan dan moneter,

    pendidikan dan kebudayaan, perekonomian, dan kesejahteraan, serta aturan

    peralihan.

    Disahkannya amandemen pasal-pasal UUD 1945 setidak-tidaknya telah dapat

    menghilangkan sikap apriori dan penolakan terhadap perubahan UUD 1945 oleh

    sebagian masyarakat. Hasil amandemen perlu dimasyarakatkan (disosialisasikan),

    terutama untuk menghindari persepsi keliru tentang UUD 1945 hasil amandemen yang

    tidak diartikan sebagai upaya membuat sebuah UUD baru. UUD 1945 berkaitan erat

    dengan pengaturan dan pembatasan kekuasaan serta mengikat dan harus menjadi

    acuan dalam setiap kebijakan, strategi, maupun langkah-langkah atau upaya dalam

    kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diambil para pemimpin

    pemerintahan negara, pimpinan politik, pimpinan masyarakat, bahkan seluruh

    masyarakat. Perlu dimengerti dan dipahami bahwa UUD 1945 hasil amandemen perlu

    dimasyarakatkan dengan baik dan jelas melalui sistem sosialisasi secara teratur dan

    dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

  • 13

    DAFTAR ISI

    Kegiatan Belajar 1 1. Lahirnya Pancasila . 1 2. Subtansi Pidato MR. Muh Yamin . 2 3. Subtansi Pidato Ki Bagoes Hadi Koesoemo... 9 4. 5.

    Subtansi PidatoIr. Soekarno................................................. Rangkuman...................................................................................................................................

    15 23

    Kegiatan Belajar 2 Pancasila Sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa 25 1. Pengalaman Masa Penjajahan . 25 2. Bhineka Tugal Ika ... 26 3 Pancasila Dalam Pembukaan UUD 1945. 27 4. Wujud Perjuangan Pembebasan Bangsa .. 29 5. 10. Pancasila adalah Falsafah dan Cita-cita Moral Bangsa .. 32 6. Rangkuman .. 35 7. Latihan .. 35 Bacaan Utama 36 Bacaan Pendukung .. 36 Bacaan yang dianjurkan 36 Kegiatan Belajar 3 37

    Pancasila Diantara Idiologi Besar Dunia .. 37 1. Liberalisme 42 2. Konservatisme .. 45 3. Marxisme dan Komunisme 48

    4. Demokrasi . 52 5. Anarkisme .. 54 6. Feminisme .. 56

  • 14

    7. Ekologisme 57 8. Nasionalisme . 59 9. Fasisme 61

    10 Islam Fundamental .. 62 Latihan . 64 Petunjuk Jawaban . 66 11. Rangkuman .. 67

    Kegiatan Belajar 4 68 Pancasila sebagai Idiologi Terbuka dan Idiologi Nasional 68 1. Hakikat dan Fungsi Idiologi .. 68 2. Pancasila Sebagai Idiologi Nasional .. 69

    3. Pancasila Sebagai Idiologi Terbuka .. 73 4. Tantangan Aktualisasi Pancasila .. 76 5. Rangkuman .. 80 Latihan . 80 Daftar Bacaan 82 Bacaan yang dianjurkan .. 81 Kegiatan Belajar 5 83 1. Pancasila diera Globalisasi 83

    2. Anatomi Konflik (Kepentingan) Idiologi .. 86 3. Bagaimana Kaum Pancasilais Menghadapinya .............................................. 89 Orientasi Pancasila . 91 Rangkuman . 94

    Soal Latihan 95 Daftar Bacaan .. 95

  • 15

    Kegiatan Belajar 1

    1. LAHIRNYA PANCASILA

    Pada awal tahun 1945 dengan ditandai kekalahan Jepang dalam perang di

    kawasan Asia Pasifik, pemerintah Jepang memberikan janji kemerdekaan di wilayah

    pendudukannya, antara lain, di Indonesia untuk mencegah terjadinya pemberontakan.

    Untuk menanggapi kebijakan Jepang tersebut, dibentuklah Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang diketuai oleh Dr.

    Radjiman Wedyodiningrat. Badan penyelidik ini beranggotakan 58 orang dan terbagi habis dalam beberapa seksi serta satu panitia hukum dasar. Panitia hukum dasar

    beranggotakan 19 orang yang diketuai oleh Ir. Soekarno dan dalam perkembangannya

    berubah nama menjadi Panitia Undang-Undang Dasar. Dari Panitia Undang-Undang

    Dasar ini, dibentuk lagi panitia kecil perancang undang-undang dasar yang dipimpin

    oleh Prof. Dr. Mr. Soepomo. BPUPKI melaksanakan dua kali sidang resmi. Yang

    dimana pertama pada tanggal 28 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 untuk membahas

    dasar negara dan sidang kedua pada tanggal 1017 Juli 1945 untuk membahas

    bentuk negara, wilayah negara, kewarganegaraan, rancangan undang-undang dasar,

    ekonomi dan keuangan, pembelaan negara, serta pendidikan dan pengajaran. BPUPKI

    sempat melaksanakan sidang tidak resmi dengan memanfaatkan masa reses antara

    sidang resmi pertama dan sidang resmi kedua untuk membahas rancangan

    Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang dipimpin oleh Ir. Soekarno. Dengan

    selesainya tugas BPUPKI mempersiapkan dasar negara dan undang-undang dasar

    negara, dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 7 Agustus 1945 yang baru bisa bersidang untuk pertama kalinya sesudah proklamasi

    kemerdekaan, yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945 sampai dengan 22 Agustus 1945.

    Dari jadwal rencana sidang resmi pertama, BPUPKI membicarakan dasar negara

    (dari tanggal 28 Mei sampai dengan 1 Juni 1945) pada tanggal 29 Mei yang

    menampilkan pembicara, antara lain, Muh. Yamin, Margono, Sosrodiningrat, Wiranata

  • 16

    Kusumah, Sumitro, Woerjaningrat, Surjo, Soesanto, Dasaad, Rooseno, dan Aris P.

    Dari para pembicara ini hanya Mr. Muh. Yamin yang menyampaikan pidato. Demikian

    pula, pada tanggal 30 Mei terdapat nama pembicara, antara lain, Drs. Moh. Hatta, Agus

    Salim Samsudin, Wongsonegoro, Soerachman, Abdul Kadir, Soewandi Abdul Rahim,

    Soekirman dan Soetarjo. Namun, hanya Dr. Moh. Hatta yang berpidato selama lebih

    dari satu jam. Naskah pidatonya tidak terdokumentasikan dan sampai saat ini masih

    dalam pencarian guna pelurusan sejarah. Pada tanggal 31 Mei dijadwalkan pembicara,

    antara lain, Mr. Muh. Yamin, Sanusi, Soehardjo, Soekarno, dan Hadikoesoemo. Akan

    tetapi, hanya Ki Bagoes Hadi koesoemo, Prof. Dr. Soepomo dan Mr. Muh. Yamin yang

    menyampaikan pidatonya. Selanjutnya, pada tanggal 1 Juni 1945 dijadwalkan

    pembicara, antara lain, Baswedan, Muzakir, Ir. Soekarno, Latuharhary, dan Soekarjo.

    Namun, hanya Ir. Soekarno yang menyampaikan pidatonya. Jadi, selama sidang resmi

    pertama tanggal 28 Mei hingga 2 Juni 1945 hanya lima pembicara yang menyampaikan

    pidato tentang dasar negara, yaitu Mr. Muh. Yamin, Dr. Moh. Hatta, Ki Bagoes Hadi

    koesoemo, Prof. Dr. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Dari kelima pembicara ini hanya

    empat pidato yang dokumentasinya ditemukan, yaitu naskah pidato Mr. Muh. Yamin, Ki

    Bagoes Hadi koesoemo, Prof. Dr. Soepomo, dan Ir. Soekarno, sedangkan pidato Drs.

    Moh. Hatta tidak ditemukan. Dalam sidang resmi pertama ini, Mr. Muh. Yamin sempat

    dua kali berpidato. Hanya pidato pertama pada tanggal 29 Mei 1945 yang berhubungan

    dengan dasar negara, sedangkan pidato kedua pada tanggal 31 Mei 1945

    menitikberatkan pada rencana daerah wilayah negara Indonesia. Berikut ini disajikan

    substansi pidato Mr. Muh. Yamin, Ki Bagoes Hadi koesoemo, Prof. Dr. Mr. Soepomo,

    dan Ir. Soekarno.

    2. Substansi pidato Mr. Muh. Yamin pada tanggal 29 Mei 1945 Peri Kebangsaan

    Jika Indonesia ingin merdeka sekarang, ada tiga pekerjaan yang harus segera

    dirampungkan, yaitu mengumpulkan segala bahan untuk pembentukan negara,

    menyusun undang-undang dasar, dan menjalankan isi hukum dasar dalam negara yang

    terbentuk. Negara baru yang akan kita dirikan haruslah negara kebangsaan (nationale

    staat atau etat national) sesuai dengan kewajaran peradaban kita sekarang. Kita

  • 17

    sebelumnya mempunyai dua negara dengan susunan negara bagian atas (kerajaan),

    yaitu Sriwijaya dan Majapahit. Namun kedua negara tersebut sudah putus 400 tahun

    yang lalu. Pada saat ini ada lebih dari 300 kerajaan kecil yang lebih bercorak

    kedaerahan dan penduduknya tidak saling berhubungan secara keputranegaraan. Kita

    tidak dapat merujuk pada susunan tata negara bagian atas dulu dan bercermin pada

    300 kerajaan kecil saat ini. Walaupun kedua negara tersebut pernah mengalami zaman

    keemasan dulu, kita harus menyusun negara bagian bawah. Dalam menyusun negara

    bagian bawah, kita tidak perlu meniru susunan negara luar karena sebagai bangsa kita

    telah beradab dan berbudaya sejak ribuan tahun lalu. Dengan merujuk pada peradaban

    rakyat zaman sekarang dan dari susunan negara hukum adat bawahan, dari sanalah

    kita kumpulkan sari tata negara yang sebetul-betulnya menjadi dasar negara. Pokok

    dasar negara haruslah menurut watak peradaban Indonesia dan bukan meniru atau

    menyalin konstitusi negara lain. Peradaban dan keinginan kita sebagai bangsa

    hendaklah menjadi corak kepada negara yang akan dibentuk dan negara Republik

    Indonesia yang diingini oleh bangsa Indonesia adalah negara kebangsaan Indonesia

    sebagai suatu etat nasional. Pinjaman, salinan, dan tiruan dari luar hanya boleh

    dijadikan cermin saja.

    a. Peri Kemanusiaan Paham Indonesia merdeka bukan cuma lepas dari penjajahan Belanda,

    melainkan juga ingin menyusun masyarakat baru dalam suatu negara merdeka.

    Kemerdekaan akan menghidupkan kedaulatan negara, baik ke dalam maupun

    ke luar. Kemerdekaan dan kedaulatan ke dalam memberi perlindungan tinggi

    pada putra negara dengan hak milik dan harta benda dalam lingkar batas

    negara. Kemerdekaan dan kedaulatan ke luar memberi kesempatan luas kepada

    negara Indonesia untuk mengatur hubungannya dengan negara lain. Negara

    kedaulatan inilah yang diinginkan rakyat Indonesia, bukan yang lain, sehingga

    kita menolak bujukan status dominion dan protektorat. Kita menginginkan negara

    kedaulatan agar dapat ikut memeluk keanggotaan keluarga bangsa-bangsa

    secara penuh. Keanggotaan ini mengatur hubungan diplomasi secara merdeka.

    Oleh sebab itu, kedaulatan harus berdasarkan perikemanusiaan secara universal

    yang berisi humanisme dan internasionalisme bagi segala bangsa karena dasar

  • 18

    perikemanusiaan adalah dasar universalisme dalam hukum internasionalisme

    dan aturan kesusilaan segala bangsa dan negara merdeka.

    b. Peri Ketuhanan

    Bangsa Indonesia yang akan menjadi negara merdeka itu adalah bangsa

    beradab luhur dan dalam peradabannya mempunyai Tuhan Yang Maha Esa.

    Oleh sebab itu, negara kesejahteraan Indonesia merdeka akan berketuhanan.

    Tuhan akan melindungi negara Indonesia merdeka.

    c. Peri Kerakyatan 1) Permusyawaratan

    Surat Asysyura, ayat 38 berbunyi, Segala urusan harus

    dimusyawarahkan. Permusyawaratan memberi tiga dasar keinginan

    berikut.

    a) Dengan membuka pikiran dalam permusyawaratan sesama

    manusia, manusia akan selalu berjalan di jalan Tuhan.

    b) Dengan permusyawaratan, beban pengelolaan negara tidak

    dipikul oleh satu orang, tetapi dipikul bersama banyak orang.

    c) Permusyawaratan mengecilkan kekhilafan perseorangan

    dan menghindarkan negara dari kesesatan.

    Dalam sejarah Islam, permusyawaratan Islam telah diamalkan, termasuk

    ketika Islam masuk ke Indonesia. Namun, sebelum agama-agama masuk

    ke Indonesia, tonggak budaya mufakat sudah ada dalam bentuk

    masyarakat desa karena sejak zaman purbakala susunan desa ini sudah

    ada. Dasar mufakat ini tidak runtuh oleh pengaruh Hindu dan Buddha dan

    ketika agama Islam masuk ke Indonesia, budaya mufakat ini bertambah

    mekar lagi.

    2) Perwakilan Kemampuan dan keterampilan bangsa Indonesia dalam mengolah tata

    negara sudah ada sejak ribuan tahun dengan melihat 21.000 desa di

    Pulau Jawa, 700 nagari di Minangkabau, susunan negeri sembilan di

  • 19

    Malaya, begitu pula di Borneo, Bugis, Ambon, Minahasa, dan tempat lain.

    Susunan persekutuan ini tidak rusak oleh pengaruh Hindu, Buddha, serta

    feodalisme dan penjajahan. Desa tetap desa, walaupun susunannya

    berubah-ubah sesuai dengan perubahan zaman dan desa merupakan

    salah satu tonggak persekutuan adat yang lebih banyak samanya

    daripada bedanya di seluruh Indonesia. Dalam susunan inilah terpilih

    orang yang memegang kekuasaan dan menjadi perwakilan untuk ke

    susunan yang lebih besar lagi. Perwakilan inilah yang memusyawarahkan

    hal-hal yang lebih besar dan lebih luas. Perwakilan tidak saja menguatkan

    persekutuan hukum adat dalam tata negara bagian bawah, tetapi menjadi

    pedoman dalam keinginan bangsa sekarang dalam menyusun tata negara

    bagian tengah dan bagian atas. Perwakilan inilah yang akan menjadi

    sambungan jiwa tata negara rakyat dan dasar perwakilan merupakan

    dasar abadi menurut kebudayaan Indonesia.

    3) Kebijaksanaan

    Pembentukan negara mewujudkan suatu pembaruan dan pembaruan

    tidak lepas dari ketuhanan dan adat pusaka Indonesia yang sudah

    dipengaruhi feodalisme pemerintahan jajahan. Negara Indonesia harus

    disusun atas logika dan nasionalisme sehat. Melalui organisasi

    pergerakan kemerdekaan, golongan terpelajar telah menyumbangkan

    pikiran dan tenaga dalam pergerakan dan melalui pergerakan ini dinamika

    dan cita-cita rakyat Indonesia dapat dibaca. Hikmat kebijaksanaan yang

    menjadi pimpinan kerakyatan Indonesia adalah nasionalisme yang sehat

    karena telah melepaskan diri dari anarkisme, liberalisme, dan semangat

    penjajahan.

    a) Paham Negara Tiga dasar di atas membawa kita pada susunan negara

    yang berdasar pada kenyataan. Kita tidak bergandengan

    dengan pikiran Plato dengan Respublica- nya, Aristoteles

  • 20

    dengan Politea-nya serta Thomas More dengan Utopia-nya.

    (1) Negara Indonesia menolak tata negara yang

    melanggar dasar permuyawaratan, perwakilan, dan

    kebijaksanaan.

    (2) Negara Indonesia menolak segala paham

    federalisme, monarki, liberalisme, autokrasi dan birokrasi,

    serta demokrasi Barat.

    (3) Negara Indonesia menolak segala macam

    penjajahan. Negara Indonesia adalah negara kebangsaan

    yang merdeka dan berdaulat penuh.

    (4) Negara Indonesia menolak paham pemerintahan

    istibdadi, paham pemerintahan khilaah, dan paham

    pemerintahan filsafatiyah.

    (5) Negara Indonesia menolak segala dasar penjajahan

    kolonialisme sebagai dasar pembentukan negara.

    (6) Negara Indonesia menolak segala tindakan yang

    mengecewakan kedaulatan negara dengan menjalankan

    kebonekaan.

    Dengan menolak keenam paham di atas, negara Indonesia akan

    mewujudkan paham-paham berikut.

    (1) Negara rakyat Indonesia merupakan negara

    persatuan yang tidak terpecah yang dibentuk di atas dan di

    dalam badan bangsa Indonesia yang tidak terbagi-bagi.

    Negara kesatuan atas paham unitarisme.

    (2) Negara rakyat Indonesia mempunyai satu kedaulatan

    yang dijunjung kepala negara dan oleh daerah dan rakyat

    Indonesia.

    (3) Kepala negara, pusat pemerintahan, pemerintah

    daerah, dan pemerintahan persekutuan desa dipilih secara

    umum dalam permusyawaratan yang disusun secara

    kerakyatan. Negara rakyat Indonesia merupakan negara

  • 21

    pemerintahan syuriyah yang berdasarkan permusyawaratan

    antar orang yang berilmu dan berakal sehat yang dipilih

    berdasarkan paham perwakilan.

    (4) Permusyawaratan, pemilihan, dan pembaruan pikiran

    menjadi dasar pengangkatan dan segala pemutusan urusan

    negara.

    (5) Negari, desa, dan segala persekutuan hukum adat

    yang diperbarui dengan jalan nasionalisme dan pembaruan

    zaman dijadikan kaki susunan negara sebagai bagian

    bawah.

    (6) Pemerintah pusat dibentuk di sekeliling kepala negara

    yang terbagi atas

    (a) Wakil kepala negara,

    (b) Kementerian, dan

    (c) Pusat parlemen balai perwakilan yang terbagi

    atas majelis dan balai perwakilan.

    (d) Antara bagian atas dan bagian bawah di

    bentuk bagian tengah sebagai pemerintah daerah.

    (e) Negara rakyat Indonesia menjalankan

    pembagian pekerjaan negara atas jalan desentralisasi

    atau dekonsentrasi yang tidak mengenal federalisme

    atau perpecahan negara.

    (f) Negara rakyat Indonesia menjadi anggota

    yang berkedaulatan dalam permusyawaratan bangsa-

    bangsa sedunia.

    d. Pembelaan Negara. Pengakuan dasar yang tiga itu memberi dasar

    pada soal kemiliteran, pembelaan negara, dan pemertahanan negeri dengan

    senjata. Permusyawaratan berdasarkan agama menimbulkan perang jihad,

    dasar adat mengharuskan kita membela negeri melawan kelaliman, dan

    rasionalisme mendorong kemajuan teknik dalam berperang.

  • 22

    e. Budi Negara. Tiap negara yang terbentuk oleh peradaban sempurna harus mempunyai budi pekerti atau moral sebagai corak atau identitas

    dari bangsanya. Budi pekerti negara merupakan tali perhubungan hati rakyat

    dengan negara yang melindunginya.

    1) Setia Negara Negara pertama Kerajaan Syailendra Sriwijaya sanggup menahan

    gelombang massa karena memiliki moral yang dipusatkan pada rasa

    kebaktian dengan wujud kesetiaan kepada negara kesatuan. Tidak

    berbakti kepada negara adalah suatu kesalahan yang besar. Walaupun

    kerajaan ini runtuh, budaya setia masih berakar pada masyarakatnya.

    Negara kedua Majapahit mempunyai moral menumpukkan kepercayaan

    penuh kepada tenaga rakyat.

    2) Tenaga Rakyat Negara kedua Majapahit menjadi kuat di Asia Tenggara, terutama setelah

    potensi tenaga rakyat yang besar dimanfaatkan seefektif mungkin oleh

    Mahapatih Gajah Mada. Zaman sekarang memang sudah berubah, tetapi

    kekuatan rakyat tetap merupakan potensi dan saat ini seluruh rakyat

    Indonesia mempunyai tekad untuk merdeka dan moral rakyat yang ingin

    dan mau merdeka ini merupakan dasar budi pekerti mereka.

    3) Kemerdekaan Setia negara, tenaga rakyat, dan ingin merdeka adalah moral negara

    ketiga. Moral ini akan masuk dalam urat nadi negara baru. Moral negara

    ini sangat tingggi nilainya karena budi pekerti tertanam dalam negara

    berketuhanan Yang Maha Esa, yang beradab dan berkebangsaan.

    f. Kesejahteraan Rakyat (Keadilan Sosial)

    Negara jangan dirasakan sebagai ikatan hidup yang menyempitkan hidup

    rakyat atau dipandang sebagai autokrasi atau oligarki. Kegembiraan akan

    muncul apabila negara yang dibentuk atas peradaban kita memberikan jaminan

  • 23

    dalam undang-undang dasar akan adanya perubahan besar yang menyangkut

    bagian atas, bagian tengah, dan bagian bawah serta seluruh kehidupan ekonomi

    sehari-hari. Untuk itu, hendaklah negara baru ini berhubungan langsung dengan

    keinginan rakyat.

    1. Daerah Negara Hendaklah negara yang dibentuk ini meliputi

    daerah yang diinginkan oleh rakyat Indonesia. Tentulah juga tanah negara

    berwarna Indonesia. Kita tidak mau ada satu enklave di dalam wilayah

    negara.

    2. Penduduk dan Putra Negara Pada saat pelantikan negara nanti sudah ditentukan siapa yang menjadi putra negara, hendaklah sudah ada

    ketentuan tentang golongan peranakan Arab dan Tionghoa sebelum

    pelantikan negara.

    3. Bentuk Negara Indonesia Pada saat pelantikan negara baru,

    bertambahlah di atas dunia anggota keluarga yang sudah berumur tua

    dan berperadaban luhur dengan wilayah yang mahaluas dan kaya,

    makmur, dan sudah permai serta rakyatnya yang beragama.

    Kesejahteraan rakyat menjadi dasar dan tujuan negara yang ringkasnya

    adalah keadilan masyarakat atau keadilan sosial. Dalam Perang Dunia II

    ini berkat bantuan tentara Dai Nippon dan berkat kesungguhan

    perjuangan rakyat Indonesia, kita ditakdirkan naik dari kedudukan negara

    jajahan menjadi negara rakyat merdeka. Bentuk negara Indonesia yang

    merdeka berdaulat ini adalah suatu Republik Indonesia yang tersusun

    dalam paham unitarisme.

    4. Pidato Mr. Muh. Yamin tersebut ditutup dengan syair.

    3. Substansi Pidato Ki Bagoes Hadi koesoemo pada tanggal 31 Mei 1945

    Bila masyarakat atau negara sudah kocar kacir sudah ada batas antara baik buruk, halal haram, allah akan membangkitkan para nabi untuk memimpin dan

    membangun masyarakat menuju keadilan, ketentraman keamanan dan

    kesejahteraan.Hidup manusia adalah masyarakat, manusia tidak dapat hidup tanpa

    orang lain harus saling tolong menolong. Kita kaum tahu bagaimana Nabi membentuk

  • 24

    negara akan masyarakat akan masyarakat baru . Kita kaum tahu apa yang membuat

    kesal dan kekacuan di masyarakat yaitu perlakuan jahat . Setengah kekuatan jahat

    yang paling berbahaya adalah tamah dan serakah (menang sendiri,enak sendiri, kaya

    sendiri, dapat nama sendiri)agar tidak ada yang menang sendiri, dapat nama sendiri,

    kita perlu musyawarah. Dalam usaha memperbaiki masyarakat Nabi dan Rosul menitik

    beratkan pada perbaikan budi pekerti , Bila semua berbudi pekerti baik tidak perlu ada

    aturan yang menyikapi karena ada hawa nafsu maka diperlukan peraturan dan

    pemerintah agar masyarakat tertip, aman sentosa,sejahtera.

    Pedoman apa saja yang diajukan para nabi ? ada empat peran pokok yaitu:

    a. Ajaran Iman atau kepercayaan pada Allah dan perkara gaib.Dari Iman

    timbul watak dan Budi pekerti baik yang akan mematahkan nafsu jahat.

    b. Ajaran beribadah, berhikmat dan berbakti pada allah ajaran ibadah ini

    baru terasa manfatnya bila seseorang telah melakukanya sendiri, ajaran ini

    pertama hanya terangkan / diajarkan tapi baru bermanfaat setelah

    diimplementasikan, kedua ajaran diatur merupakan kemajuan manusia pada

    Tuhannya.

    c. Ajaran beramal sholeh, Maknaya merekah tepi semua orang memahami

    artinya, Manusia mau berbuat baik, kepada orang tua anak, anak, tetangga,

    tamu handai taulan golongan lain dan kepada masyarakat.

    d. Ajaran berjihad dijalan allah sukarela berjuang berkorban tanpa pamprih

    untuk menegakkan dan kebenaran.

    Keempat perkara ini merupakan ringkasan ajaran islah yang telah diajarkan para nabi

    untuk memperbaiki, menyusun masyarakat serta negara. Hubungan mukmin dengan

    mukmin lainya seperti batu dalam tembok saling mengokohkannya seperti keadaan

    untuk kita satu anggota tubuh sakit badan merasakan (sabda nabi Muhammad SAW)

    350 tahun penjajahan membuat bangsa terpecah belah agama seharusnya menjadi tali

    pengikat yang kuat tapi bahkan mejadi pangkal cek cok dan perpecahan padahal

    agama adalah petunjuk Tuhan menuju kebahagiaan dan kesejahteraanpertama didunia

    dan akhirat. Bukan Cuma perkara agama yang dapat menimbulkan perselisihan

    perkara apakah bentuk negara republik atau monarhki, serikat atau kesatuan dapat

    menimbulkan perselisihan. Permusyawaratan harus didasarkan kesucian dan kejujuran

  • 25

    tidak boleh berdasarkan perorangan, golongan, menang sendiri karena akan

    menimbulkan perpecahan sampai saat ini bekas bekas politik penjajahan masih ada.

    Jika saudara menghendaki negara Indonesia dengan rakyat kuat dirikanlah negara ini

    atas petujuk alquran dan hadisk seperti yang sudah diterangkan tadi. Bila menginginkan

    ekonomi kuat dirikanlah negara ini diatas perintah allah .......... ( surat nabil 14). Bila

    menginginkan negara kuat dalam pertahanan dan keamanan bangunlah negara atas

    firman allah..( surat infal 62, surat shof 2-3-4)surat shof(10-11-12-13).

    Bila menginginkan berdirinya pemerintahan yang adil bijaksana bersendi

    permusyawaratan tidak memaksa tentang agama dirikan negara ini atas islam..(surat

    mak 90, surat 5., surat al imronisa, surat syuro 38, surat baqoroh 256) bagi yang tidak

    setuju negara berdasarkan agama dengan alasan alasan lain agar agama tetap suci

    jangan dicampururusan negara. Dalam alquran 6000 ayat dan hanya 100 ayat yang

    mengatur ibadat dan akhirat sisanya mengenai tata negara dan wawasan keduniaan,

    sudah 1400 tahunhukum islam di berlakukan dibanyak negara islam. Ada juga

    berannggapan bukan agama islam sudah sholat dan hukunnya wajib tidak cocok

    dengan negara modern. Pemerintah india belanda telah mengganti hukum islam

    tentang waris pada 1922 dan dijalankan pada 1934, juga ada upaya mengganti hukum

    islam dalam pernikahan. Sudah banyak hukum islam telah menjadi adat isti adat yang

    dapat dilihat dalam budaya pedesaan. Sebagian besar pahlawan yang berani

    melakukan implementasi berdasarkan perjuangannya pada islam. Mudah mudahan

    negara indonesia baru nanti berdasarkan islam dan menjadi negara yang tegak ,teguh,

    kuat, dan kokoh.

    Syarat mutlak adanya suatu negara harus ada daerah, rakyat, dan pemerintah

    yang berdaulat menurut hukum internasional, juga syarat mutlak tentang pembelaan

    tanah air. Tentang syarat mutlak pertama yaitu daerah, saya setuju daerah batas

    Hindia Belanda, tetapi jika wilayah lain ingin bergabung,seperti contoh negari malaka

    dan Borneo utara kita tidak berkeberatan terutama bukan yang menentukan tapi

    saudara saudara kita yang ada di Malaka dan Borneo utara. Tentang syarat mutlak

    kedua yaitu rakyat sebagai warga negara, tentunya penduduk asli Indonesia langsung

    menjadi warga negara, sedangkan warga peranakan yang berkeinginan menjadi warga

    negara harus diterima menjadi warga negara. Yang perlu dijaga adalah tidak terjadi

  • 26

    kewarganegaraan rangkap atau kehilangan kewarganegaraan.

    Syarat mutlak kerja yaitu pemerintah berdaulat menurut hukum internasional.

    Menurut dasar apa negara yang akan kita dirikan. Ada 3 uraian negara yaitu:

    a. Persatuan negara (cenheidsetaat) atau negara serikat (Brudstaat ) atau

    sebagai perubahan negara ( sttenbond)

    b. Bagaimana hubungan negara negara dengan agama

    c. Apakah republik atau monarhki

    Untuk itu perlu kita ketahui dulu tentang negara dan ada keluarga teori,

    berbangsa aliran pikiran tentang negara. Untuk pemerintahan berdaulat menurut hukum

    internasional, kita harus membicarakan dasar sistem pemerintahan, apakah persatuan

    negara, atau negara serikat atau persekutuan negara, bagaimana hubungan negara

    dan agama, serta apakah berbentuk republik atau monarki. Untuk itu, perlu kita ketahui

    dulu tentang negara.

    a. Teori Individualisme Thomas Hobbes dan John Locke, Jean Jaques Rosseau, Herbert Spencer, serta H.J. Larki mengatakan bahwa negara ialah

    masyarakat hukum yang disusun atas kontrak di antara seluruh individu di dalam

    masyarakat tersebut. Dasar individualisme ada di negeri Eropa Barat dan

    Amerika.

    b. Teori Golongan Karl Marx, Engel, dan Lenin mengatakan bahwa negara

    adalah alat dari golongan (kelas) untuk menindas golongan (kelas) lain. Negara

    kapitalis adalah alat kaum borjuis untuk menindas kaum buruh. Oleh sebab itu,

    perlu ada revolusi kaum buruh merebut kekuasaan agar kaum buruh ganti

    menindas kaum borjuis.

    c. Teori Integralistik Spinoza, Adam Muller, dan Hegel mengatakan bahwa negara bukan untuk kepentingan individu atau golongan, melainkan untuk

    menjamin kepentingan masyarakat seluruhnya sebagai persatuan. Negara

    merupakan susunan masyarakat yang integral. Semua golongan menyatu

    sebagai masyarakat organis. Negara tidak memihak pada golongan yang besar

    atau kuat, juga tidak mementingkan kepentingan individu, tetapi menjamin

    keselamatan hidup bangsa seluruhnya sebagai persatuan yang tidak dapat

    dipisah-pisahkan.

  • 27

    Kita tidak dapat meniru negara lain dan mencontoh dari luar hanya sebagai

    peringatan saja. Tiap-tiap negara mempunyai corak sendiri dan mempunyai kultur

    sosial sendiri sehingga yang baik bagi suatu negara belum tentu baik bagi negara lain.

    Struktur negara Indonesia harus disesuaikan dengan struktur sosial Indonesia sendiri.

    Sistem Eropa Barat dengan individualisme dan liberalisme telah memisahkan individu dari masyarakat sosialnya dan saat ini telah terjadi krisis rohani di sana. Sifat

    ini harus kita jauhkan dari pembangunan negara Indonesia. Dasar susunan negara Uni

    Soviet yang diktator proletariat mungkin cocok dengan kondisi sosial negeri Uni Soviet, tetapi dasar pengertian negara itu bertentangan dengan sifat asli masyarakat

    Indonesia. Negara Jerman dengan nasional sosialisnya sekarang menyerah dalam peperangan ini. Prinsip totaliter berkaitan dengan persamaan darah serta daerah dalam

    hubungan antara pemimpin dan rakyatnya. Prinsip nasional sosialis merupakan prinsip

    persatuan antara pemimpin dan rakyat dan hal ini sesuai dengan adat ketimuran.

    Negara Dai Nippon berdasarkan atas persatuan kekal antara kaisar, negara, dan rakyat. Tennoo adalah pusat rohani seluruh rakyat dan negara yang bersandar atas kekeluargaan. Dasar persatuan dan kekeluargaan ini sangat cocok untuk Indonesia.

    Semangat kebatinan dan struktur kerohanian bangsa Indonesia bersifat dan bercita-cita

    persatuan hidup, persatuan kawula dan gusti, persatuan mikrokosmos dan

    makrokosmos, persatuan antara rakyat dan pemimpinnya. Sifat tata negara asli

    Indonesia masih dapat dilihat sampai saat ini berupa desa, baik di Jawa maupun di luar

    Jawa yang pemimpinnya bersatu dengan rakyatnya. Kepala rakyat yang memegang

    adat senantiasa bermusyawarah dengan rakyatnya. Dalam suasana persatuan antara rakyat dan pemimpinnya, semua golongan diliputi suasana gotong royong semangat

    kekeluargaan. Negara Indonesia nanti harus sesuai dengan sifat dan corak

    masyarakatnya maka negara harus mengikuti aliran integralistik, yaitu negara yang

    bersatu dengan rakyatnya dan mengatasi seluruh golongan dalam lapangan apa pun.

    Teori negara integralistik tidak mengesampingkan adanya golongan dan individu.

    Negara mengakui dan menghormati adanya golongan dalam masyarakat nyata, tetapi

    semua individu dan golongan akan insaf pada kedudukannya sebagai bagian dari

    organik dan negara seluruhnya.

    Dalam negara persatuan ini hendaklah dipisahkan antara agama dan negara.

  • 28

    Kita tidak akan mendirikan negara Islam. Pengertian negara Islam berbeda dengan

    pengertian Negara berdasar cita-cita hukum agama Islam. Pada negara Islam, negara

    dan agama adalah satu. Turki sebelumnya adalah negara Islam, tetapi sejak 1924 Turki

    tidak lagi negara Islam walaupun rakyatnya hampir seluruhnya beragama Islam. Mesir,

    Irak, Iran, dan Saudi Arabia, masih negara Islam. Kita tidak akan meniru negara lain

    dalam menyusun negara Indonesia, tetapi harus melihat pada keistimewaan

    masyarakat Indonesia yang nyata. Indonesia mempunyai sifat berbeda dengan Mesir,

    Irak, Iran, dan Saudi Arabia. Kita berada di Asia dalam lingkungan yang bukan Islam

    krpus. Di Mesir, Irak, dan Iran pun masih ada aliran pikiran yang mempersoalkan

    penyesuaian hukum syariah dengan kebutuhan internasional dan kebutuhan modern

    aliran zaman sekarang. Jika kita akan mendirikan negara Islam, pemikiran tersebut

    akan timbul di negara kita sehingga kita tidak mendirikan negara persatuan karena

    mendirikan negara Islam berarti negara mempersatukan diri dengan golongan terbesar

    yang akan menimbulkan minderhedan golongan agama kecil.

    Hendaknya kita mendirikan negara nasional yang bersatu dalam arti totaliter.

    Negara bersatu ini bukan negara yang tidak beragama. Negara bersatu ini tetap

    memelihara budi pekerti luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur

    yang semuanya itu memakai dasar moral yang dianjurkan oleh agama Islam. Kita tidak

    mendirikan negara federasi, tetapi negara persatuan. Mengenai sentralisasi dan

    desentralisasi, hal itu bergantung pada masa, tempat, dan soal bersangkutan. Apakah

    monarki atau republik, itu hanya masalah bentuk. Yang penting adalah bagaimana

    kepala negara menyatu dengan rakyatnya. Cara mengangkat pemimpin jangan meniru

    cara Barat karena alirannya individualisme sehingga amat berbeda dengan corak

    Indonesia. Untuk menjamin kepala negara terus menyatu dengan rakyat harus dibentuk

    badan permusyawaratan. Kepala negara harus terus bergaul dengan badan ini supaya

    mengetahui terus apa keinginan rakyat. Menyatunya pemimpin dengan rakyatnya harus

    diteruskan sampai pada tingkat kepala daerah, bahkan sampai pada tingkat kepala

    desa atau kepala adat.

    Dalam negara integralistik, hubungan negara dengan ekonomi menggunakan

    sistem sosialisme negara yang mengatur bahwa perusahaan penting akan diurus negara. Namun, negara akan menentukan di mana, pada masa apa, perusahaan apa

  • 29

    yang dapat dikelola oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, atau oleh swasta demi

    kepentingan negara dan rakyat. Mengenai masalah tanah, negara menguasai seluruh

    tanah dan tambang-tambang penting dikuasai negara. Namun, tanah pertanian tetap

    dipegang oleh petani mengingat sebagian besar rakyat Indonesia adalah petani. Dalam

    lapangan ekonomi negara akan bersifat kekeluargaan. Oleh sebab itu, sistem koperasi

    harus menjadi dasar ekonomi Indonesia.

    4. Substansi pidato Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 Selama tiga hari berturut-turut sudah banyak yang berpidato, tetapi yang diutarakan

    bukan yang diperlukan BPUPKI, yaitu dasar negara (philosophische grondslag). Apa arti merdeka? Merdeka merupakan suatu kemandirian politik (political independence).

    Jangan terlalu jelimet mengartikan merdeka, jangan harus ada ini dan itu. Saudi

    Arabia merdeka ketika lebih dari 80 persen rakyatnya buta huruf. Kemerdekaan itu

    bagai jembatan dan di seberang jembatan. Itulah prinsipnya, kita sempurnakan

    masyarakatnya. Jangan gentar dan jangan jelimet memikirkan harus ada ini dan itu

    baru merdeka, tapi kita harus merdeka sekarang, sekarang, dan sekarang.

    Uni Soviet, Saudi Arabia, Amerika Serikat, ternyata sanggup mempertahankan

    kemerdekaannya. Apabila kemerdekaan dibandingkan dengan perkawinan, ada yang

    berani lekas kawin, ada yang takut, ada yang harus tunggu punya rumah, dan

    sebagainya baru kawin. Saudara kita si Marhaen berani kawin walaupun cuma punya

    satu tikar dan gubug. Kita sekarang mau merdeka atau tidak.

    Di dalam Indonesia merdeka barulah kita memerdekakan rakyat kita satu per

    satu. Di dalam Indonesia merdeka kita sehatkan dan sejahtera rakyat kita. Kalau kita

    sudah bicara tentang merdeka, kita bicarakan mengenai dasar, philosophische

    grondslag, weltanschaung. Hitler mendirikan Jerman di atas national sozialistische

    weltanschaung. Lenin mendirikan negara Soviet dengan Marxistische, Nippon mendirikan Dai Nippon di atas Tennoo Koodoo Seishin. Ibnu, yaitu Islam Saud mendirikan negara Saudi Arabia di atas dasar agama. Weltanschaung harus kita

    bulatkan dulu sebelum Indonesia merdeka dan para idealis di dunia bekerja mati-matian

    untuk menyusun dan merealisasikan weltanschaung mereka. Lenin mendirikan Uni

    Soviet dalam 10 hari di tahun 1917, tetapi weltanschaung-nya sudah dipersiapkan sejak

    1895. Adolf Hitler berkuasa pada tahun 1935, tetapi weltanschaung-nya sudah

  • 30

    dipersiapkan sejak 1922. Dr. Sun Yat Sen mendirikan negara Tiongkok pada tahun

    1912 tapi weltanschaung-nya sudah dipersiapkan sejak 1885, yaitu San Min Chu I.

    a. Kebangsaan

    Kita tidak mendirikan negara buat satu orang, satu golongan, tetapi buat semua

    sehingga dasar pertama untuk negara Indonesia adalah dasar kebangsaan.

    Kita mendirikan suatu negara kebangsaan Indonesia. Dasar kebangsaan bukan

    kebangsaan dalam arti sempit. Arti bangsa menurut Ernest Renan, Le desir detre ensemble, kehendak akan bersatu. Otto Bauer juga menyatakan bangsa adalah persatuan perangai karena persatuan nasib. Kedua definisi

    ini memang sudah ketinggalan begitu muncul ilmu baru geopolitik di mana persatuan manusia dengan tempat menjadi objeknya. Kita bukan cuma

    membicarakan bangsa, melainkan juga tanah airnya. Rakyat Minangkabau yang

    ada dimana-mana merasakan desir detre ensemble walaupun Minangkabau

    hanya bagian kecil dari nusantara, demikian juga masyarakat Jogja, Sunda, dan

    Bugis. Nationale staat meliputi seluruh bangsa Indonesia dan seluruh wilayah

    Indonesia yang merupakan satu kesatuan. Dalam sejarah kita cuma dua kali

    mengalami nationale staat, yaitu di masa Sriwijaya dan Majapahit. Di masa

    Mataram memang merdeka, tetapi tidak nationale staat. Orang Tionghoa klasik

    tidak mau kebangsaan karena mereka memeluk paham Kosmopolitisme, tetapi untung ada Dr. Sun Yat Sen yang mengubah paham tersebut.

    b. Internasionalisme

    Dasar kebangsaan ada bahayanya, yaitu dapat menimbulkan chauvinisme yang bisa mengarah pada Indonesia uber alles. Kita cinta tanah air yang satu, merasa

    berbangsa satu, dan punya bahasa yang satu, tetapi Indonesia hanya satu

    bagian kecil dunia. Kita akan mendirikan negara Indonesia merdeka sekaligus

    menuju pada kekeluargaan bangsa-bangsa, internasionalisme tidak berarti

    kosmopolitisme yang meniadakan bangsa. Internasionalisme tidak dapat hidup

    subur bila tidak berakar di buminya nasionalisme, sedangkan nasionalisme tidak

    dapat hidup di taman sarinya internasionalisme. Prinsip pertama dan kedua

  • 31

    saling bergandengan erat.

    c. Mufakat, Perwakilan, dan Permusyawaratan

    Kita tidak mendirikan negara untuk satu orang, satu golongan, tetapi semua

    untuk semua, satu buat semua, semua buat satu, dan agar negara menjadi kuat

    perlu permusyawaratan perwakilan. Untuk pihak Islam inilah tempat terbaik untuk

    memelihara agama. Dengan cara mufakat kita perbaiki semua hal yang

    bersangkut paut agama. Golongan agama dapat memanfaatkan dasar ini untuk

    memperjuangkan kepentingannya.

    d. Kesejahteraan Sosial Selama tiga hari belum terdengar prinsip kesejahteraan, prinsip tidak ada

    kemiskinan di Indonesia. Apakah kita mau merdeka dengan kaum kapitalis

    merajalela ataukah rakyatnya yang sejahtera? Di Eropa dan Amerika ada badan

    perwakilan, tetapi nyatanya kapitalis merajalela di sana. Demokrasi yang kita

    perlukan bukanlah demokrasi Barat, melainkan demokrasi yang memberi

    penghidupan, yaitu demokrasi politik ekonomi yang mampu mendatangkan

    kesejahteraan sosial. Kita mengenal cerita Ratu Adil di mana rakyat miskin

    berjuang dan menciptakan dunia baru yang lebih sejahtera yang dipimpin oleh

    Ratu Adil. Kita tidak saja memiliki persamaan politik, tetapi juga persamaan

    ekonomi, yaitu kesejahteraan bersama. Badan permusyawaratan kita bukan saja

    badan permusyawaratan politik demokrasi, melainkan juga mewujudkan dua

    prinsip, yaitu politiche rechtvaadigheid dan sociale recht vaardigheid. Dalam

    badan permusyawaratan kita bicarakan segala hal, termasuk urusan kepala

    negara. Diharapkan semua kepala negara harus dipilih dan negara bukan

    monarki.

    Kita sudah punya empat prinsip, yaitu kebangsaan Indonesia, internasionalisme atau perikemanusiaan, mufakat atau demokrasi, dan kesejahteraan sosial. Prinsip yang kelima adalah ketuhanan. Bukan saja bangsa Indonesia bertuhan, tetapi setiap orang Indonesia hendaknya bertuhan

  • 32

    dengan tuhannya sendiri. Hendaknya rakyat bertuhan secara kebudayaan,

    dengan tiada egoisme agama. Marilah kita jalankan agama secara berkeadaban,

    saling menghormati. Ketuhanan yang berbudi pekerti luhur. Kelima dasar ini

    tidak dinamakan Pancadharma karena dharma berarti kewajiban, sedangkan kita

    saat ini membicarakan dasar. Kelima dasar ini dinamakan Pancasila karena sila

    berarti asas atau dasar. Jika ada yang tidak senang, angka lima dapat diperas.

    Kebangsaan dan internasionalisme kebangsaan serta peri kemanusiaan diperas

    menjadi socio-nasionalisme. Demokrasi dan kesejahteraan diperas menjadi satu menjadi socio-democratie dan tinggal ketuhanan yang saling menghormati. Dari lima tinggal tiga, yaitu socio-nasionalisme, socio democratie, dan ketuhanan. Ketiga dasar ini dinamakan Trisila. Jika tidak

    senang dengan angka tiga dan minta satu dasar, negara Indonesia adalah

    semua buat semua, ada kata Indonesia tulen, yaitu gotong royong. Negara Indonesia yang kita dirikan harus berdasarkan gotong royong dan dasar yang

    satu ini dinamakan Ekasila. Tidak ada satu pun weltanschaung yang menjelma menjadi realitas tanpa

    perjuangan. Jika ingin merealisasikan Pancasila, perlu perjuangan. Dengan

    berdirinya negara Indonesia tidak berarti perjuangan selesai. Justru, kita baru

    memulai perjuangan, tetapi sifat dan coraknya lain.

    Sesudah sidang resmi pertama, ada beberapa sidang tidak resmi selama

    masa reses, antara lain, sidang Panitia 9 yang membahas Pembukaan (Preambule) Undang-Undang Dasar. Sidang ini ditangani oleh Moh. Hatta, Muh. Yamin, Subardjo, Maramis, Ir. Soekarno, K.H Abdul Kahar Muzakir, Wachid

    Hasyim, Abikusno Tjokro Soejoso, dan Haji Agus Salim. Mereka berhasil

    menyusun konsep Pembukaan UUD Indonesia merdeka yang mereka namakan

    Piagam Djakarta dan ditandatangani pada tanggal 22 Juni 1945. Konsep ini

    dilaporkan oleh Ir. Soekarno dalam sidang resmi kedua BPUPKI pada tanggal 10

    Juli 1945. Di dalam konsep ini dasar negara berbunyi, Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya, menurut

    dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

  • 33

    permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Setelah menyampaikan pembukaan ini, Ir. Soekarno menambahkan, antara lain, masuk di dalamnya ketuhanan dan

    terutama sekali kewajiban umat Islam untuk menjalankan syariat Islam, masuk di

    dalamnya kebulatan nasionalisme Indonesia, persatuan bangsa Indonesia

    masuk di dalamnya, keadilan sosial, sociale recht vaardigheid masuk di

    dalamnya. Maka oleh karena itu, panitia kecil penyelidik usul-usul berkeyakinan

    bahwa inilah preambul yang dapat menghubungkan dan mempersatukan semua

    aliran yang ada di kalangan anggota-anggota Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai ....

    Dalam tanya jawab selanjutnya, ada pertanyaan yang isinya berkeberatan

    tentang dimasukkannya hal yang mewajibkan syariat Islam bagi pemeluk-

    pemeluknya dengan alasan bahwa hal ini dapat memunculkan permasalahan

    antara hukum adat dan hukum agama, terutama dalam warisan (adat

    Minangkabau) dan dalam masalah tanah (adat Maluku). Pertanyaan itu diajukan

    oleh Latuharhary.

    Jawaban Ir. Soekarno adalah, Barangkali tidak perlu diulangi bahwa

    preambul adalah hasil jerih payah untuk menghilangkan perselisihan paham

    antara golongan yang dinamakan golongan kebangsaan dan golongan Islam.

    Jadi, manakala kalimat ini tidak dimasukkan, saya yakin bahwa pihak Islam tidak

    dapat menerima preambul ini. Haji Agus Salim juga menambahkan keterangan

    yang ada sangkut pautnya adat Minangkabau dengan syariat Islam.

    Dalam sidang resmi kedua BPUPKI tanggal 14 Juli 1945, Ketua Panitia

    UUD, Ir. Soekarno, melaporkan konsep Pernyataan Indonesia Merdeka. Pernyataan kemerdekaan ini mirip Declaration of Independence Amerika Serikat. Pernyataannya dimulai dengan bait pertama preambul Undang-Undang Dasar

    (Djakarta Charter) yang dilanjutkan dengan alasan-alasan Indonesia menyatakan

    kemerdekaannya, lalu masuk bait kedua preambul. Selanjutnya, dalam bait

    ketiga terdapat pernyataan ... MENYATAKAN KEMERDEKAANNYA .... yang tercetak dengan huruf 33egara33 dan tebal. Dalam bait keempat preambul,

    dasar negara masih seperti dalam Piagam Djakarta. Dasar negara tidak ada

    perubahan sampai BPUPKI selesai bersidang.

  • 34

    Dalam sidang pertama Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 18 Agustus 1945 di gedung Tyunoo Sangi Lu (sekarang Kementerian Luar Negeri), sidang diketuai dan dibuka oleh Ir. Soekarno yang

    selanjutnya mempersilakan Drs. Moh. Hatta sebagai wakilnya untuk

    menyampaikan pidato yang isinya, antara lain, menghilangkan pernyataan

    Indonesia merdeka dan pembukaan yang lama serta menggantinya dengan

    pembukaan yang dirancang oleh panitia kecil. Selanjutnya, pembukaan tersebut

    dibacakan dengan Bab IV Dasar Negara yang sudah berbunyi, Ketuhanan Yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu

    keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Ki Bagus Hadikusumo menyarankan agar pernyataan menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab dihilangkan saja. Pada akhir sidang dimufakati bahwa pembukaan undang-undang dasar

    yang dibacakan terdapat pada Bab IV Dasar Negara yang isinya seperti yang

    ada saat ini, yaitu, Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan

    mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan ini Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia dianggap sah.

    Antara kedua pidato usul dasar negara tersebut, baik dari Mr. Muh. Yamin

    maupun dari Ir. Soekarno terdapat banyak substansi yang hampir sama.

    Keduanya sama-sama mengajukan lima dasar dan sama-sama dimulai dengan

    kata kebangsaan. Pada dasar kedua Muh. Yamin mengajukan peri kemanusiaan, sedangkan Ir, Soekarno mengajukan internasionalisme/peri kemanusiaan. Peri ketuhanan diusulkan sebagai dasar ketiga oleh Mr. Muh.

    Yamin sementara Ir. Soekarno mengusulkannya pada dasar kelima. Dasar

    keempat yang diajukan Mr. Muh. Yamin adalah peri kerakyatan, permusyawaratan, perwakilan, dan kesejahteraan. Sementara itu, Ir. Soekarno memasukkannya pada dasar ketiga, yaitu mufakat, perwakilan, dan

  • 35

    permusyawaratan. Dasar kesejahteraan rakyat diusulkan menjadi dasar kelima oleh Muh. Yamin, sedangkan Ir. Soekarno mengusulkan kesejahteraan sosial menjadi menjadi dasar keempat.

    Dasar pertama, baik oleh Mr. Muh. Yamin maupun Ir. Soekarno diuraikan

    cukup panjang. Dasar kerakyatan oleh Mr. Muh. Yamin juga diuraikan panjang dan lebih mendetail, sedangkan oleh Ir. Soekarno dasar mufakat diuraikan tidak begitu panjang dan mendetail. Mr. Muh. Yamin tidak memberi nama kelima

    dasar yang ia usulkan, sedangkan Ir. Soekarno memberi nama Pancasila. Bahkan, oleh Ir. Soekarno kelima dasar tersebut masih bisa diperas menjadi tiga

    dasar dengan nama Trisila dan masih bisa diperas lagi menjadi satu dasar dengan nama Ekasila.

    Prof. Dr. Mr. Soepomo tidak memerinci dasar per dasar dalam pidatonya,

    tetapi keseluruhan pidatonya mengandung substansi paham integralistik yang kuat sekali. Sayangnya, kumpulan pidato Drs. Moh. Hatta belum ditemukan

    sampai saat ini. Namun, ada sedikit masukan bahwa pidato Drs. Moh. Hatta

    yang menyangkut masalah hak individu kurang terlihat dalam pidato Mr. Muh. Yamin ataupun Ir. Soekarno dan tidak mungkin dimunculkan oleh Prof Dr. Mr.

    Soepomo yang beraliran integralistik. Baik Mr. Muh. Yamin maupun Ir. Soekarno menekankan negara kebangsaan adalah negara semua untuk

    semua. Paham tersebut tidak integralistik dan tidak individualistis. Sementara itu, paham integralistik sangat menitikberatkan pada persatuan antara pimpinan

    dan rakyatnya serta persatuan dalam negara seluruhnya (totaliter).

    Ketika Ir. Soekarno menyampaikan Pancasila bisa diperas menjadi Trisila

    dan Ekasila, pada dasar gotong royong Ir. Soekarno sudah mendekati kesamaan substansi dengan pidato Prof. Dr. Mr. Soepomo. Kebetulan Prof. Dr.

    Soepomo merupakan ketua tim kecil perancang undang-undang dasar negara

    Indonesia sehingga dalam batang tubuh UUD negara substansi Integralistik

    terasa sekali.

    Pengaruh aliran Islam cukup kuat dalam penyusunan dasar negara dan

    Undang-Undang Dasar Negara Indonesia walaupun tidak ada dari aliran Islam

    yang menyampaikan pidato untuk dasar negara. Namun, dalam interupsi pada

  • 36

    pidato serta dalam tanya jawab pada sidang resmi kedua dan sidang-sidang

    tidak resmi, terlihat sekali betapa kuatnya mereka ingin memasukan kewajiban syariat Islam dalam dasar negara maupun dalam batang tubuh Undang-Undang

    Dasar Negara.

    Dari Tim 9 yang dibentuk untuk menyusun Preambule Undang-Undang

    Dasar terjadi diskusi tawar-menawar cukup alot antara aliran Islam dan negara

    dan akhirnya muncul Preambule Undang-Undang Dasar dengan dasar negara

    yang mencantumkan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi para pemeluknya yang kita kenal dengan Piagam Jakarta. Paham komunis tidak masuk dalam penyusunan dasar negara dan Undang-Undang Dasar negara karena organisasi ini dibubarkan pemerintah

    Jepang. Jepang menganut paham fasisme yang amat bertentangan dengan komunisme.

    Suasana kebatinan ingin cepat merdeka dan ingin memanfaatkan

    momentum yang ada (vacuum of power) ikut memengaruhi para pendiri bangsa

    (founding fathers) dalam menyusun dasar negara. Hal ini disadari karena

    sebentar lagi Jepang akan kalah dan sebentar lagi sekutu akan mendarat di

    pusat kekuasaan di Indonesia yang ikut diboncengi pemerintahan Belanda atau

    Nederlandsch Indi Civil Administratie (NICA). Sementara itu, para petinggi

    Jepang di Jakarta ikut dalam sidang BPUPKI sehingga pengaruh kehadiran

    mereka cukup besar dalam penyusunan dasar negara dan Undang-Undang

    Dasar Negara. Salah satunya adalah pembuatan dokumen Pernyataan Kemerdekaan Indonesia yang ingin mencontoh dokumen Declaration of

    Independence-nya Amerika Serikat. Di dalam dokumen ini tertulis peran besar

    angkatan perang Jepang dalam membebaskan Indonesia dari penjajahan

    negara Barat (Belanda) dan akhirnya memerdekakan Indonesia pada akhir

    Perang Dunia II. Pada tanggal 18 Agustus saat sidang pertama PPKI ketika

    Jepang sudah menyerah dan Indonesia sudah merdeka, pada awal sidang

    langsung dinyatakan bahwa Pernyataan Kemerdekaan dan Pembukaan Undang-

    Undang Dasar lama dihilangkan dan diganti dengan pembukaan yang baru.

    Dalam dokumen itu pernyataan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi

  • 37

    pemeluknya sudah tidak ada lagi. Luapan kegembiraan merdeka serta suasana kekeluargaan yang kuat dan kewaspadaan yang tinggi untuk menghadapi

    ancaman sekutu sementara tentara Jepang masih menunjukkan keberadaannya

    telah menyelimuti para pendiri bangsa (founding fathers) untuk terus bermufakat

    mengatasi perbedaan pendapat. Munculnya kerelaan untuk lebih mendahulukan

    kepentingan bangsa daripada kepentingan kelompok atau aliran telah

    menghasilkan kesepakatan mengesahkan dasar negara pada tanggal 18

    Agustus 1945. Tidak semua masalah prinsip telah diselesaikan dengan mufakat

    karena masalah bentuk negara (monarki atau republik) diputuskan melalui

    voting.

    5. RANGKUMAN Dalam pokok bahasan di atas, kita telah mempelajari substansi isi pidato usul dasar

    negara Indonesia yang disampaikan oleh tiga orang pembicara dan bagaimana

    penyempurnaannya sampai pada teks yang ada saat ini. Substansi yang disampaikan

    Mr. Muh. Yamin banyak kesamaannya dengan yang disampaikan oleh Ir. Soekarno.

    Ketika Ir. Soekarno sampai pada Ekasila gotong royong, substansi Prof. Dr. Mr.

    Soepomo yang berupa negara integralistik negara identik dengan pemikiran Ir.

    Soekarno. Ada suasana kebatinan dan kebijaksanaan yang kuat sekali dalam musyawarah para pendiri bangsa (founding fathers) ketika menyusun dasar

    negara sehingga perbedaan yang tajam dapat diselesaikan dalam waktu relatif singkat.

    Latihan

    Untuk lebih memantapkan pemahaman Anda terhadap kegiatan belajar 1, cobalah

    kerjakan latihan berikut ini!

    1. Apa kesamaan dan perbedaan substansi antara perikemanusiaan dari Mr. Muh.

    Yamin dan internasionalisme dari Ir. Soekarno dalam pidatonya ketika mengusulkan

    dasar negara Indonesia?

    2. Mengapa paham negara menurut Ernest Renan dan Otto Bauer sudah dirasakan

    kuno pada saat penyampaian pidato mengusulkan dasar negara?

    3. Mengapa paham integralistik saat itu begitu kuat, baik dalam penyampaian

  • 38

    sebagai usulan dasar negara maupun dalam pengumuman batang tubuh Undang-

    Undang Dasar 1945 ?

    4. Begitu kuatnya keinginan untuk memasukkan kewajiban menjalankan syariat

    bagi pemeluknya dalam dasar negara membuat semua usul pembukaannya dalam

    sidang kedua BPUPKI tidak diterima. Namun, pada awal sidang pertama PPKI pada

    tanggal 18 Agustus 1945 kalimat yang berbunyi kewajiban menjalankan syariat Islam

    bagi pemeluknya sudah dikeluarkan dari dasar negara. Suasana kebatinan apa yang

    memengaruhinya?

    5. Mr. Muh. Yamin mengusulkan kesejahteraan dalam pidatonya, sedangkan Ir.

    Soekarno mengatakan bahwa sampai saat ini belum ada yang berbicara tentang

    kesejahteraan sosial. Apa perbedaan substansi antara kesejahteraan rakyat Mr. Muh.

    Yamin dengan kesejahteraan sosial Ir. Soekarno?

    Daftar Bacaan Bacaan Utama Sekretariat Negara. 1995. Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan

    Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

  • 39

    Kegiatan Belajar 2

    PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA DAN PANDANGAN HIDUP BANGSA

    1. Pengalaman Masa Penjajahan Pengalaman atas penjajahan selama tiga setengah abad menumbuhkan hasrat

    yang kuat untuk hidup bebas sebagai dambaan bangsa. Pengalaman atas penderitaan

    dan kemiskinan selama itu melahirkan kesadaran akan prinsip kemanusiaan dan

    keadilan. Pengalaman akan kebodohan dan keterbelakangan membangkitkan harga diri

    dan semangat untuk maju. Sementara itu, pengalaman akan kelemahan dan

    ketidakberdayaan menumbuhkan solidaritas dan komitmen terhadap sesama bangsa

    sebagai satu kekuatan. Inti berbagai pengalaman dan semangat itu pada dasarnya

    merupakan tuntutan pengakuan bangsa Indonesia sebagai manusia seutuhnya dan

    perlakuan terhadapnya sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai pribadi.

    Ciri hakiki manusia adalah kebebasan, bebas dari segala bentuk pemaksaan dan

    penindasan serta bebas untuk merealisasikan diri sesuai dengan pilihannya.

    Kebebasan adalah nilai fundamental yang melekat pada manusia sejauh itu merupakan

    hak asasi yang tidak bisa diganggu gugat, yaitu bebas dalam berpikir, berkeyakinan,

    dan berekspresi sesuai dengan bakat dan potensinya dalam seluruh bidang kehidupan.

    Dalam Orde Baru ada kecenderungan untuk memperkecil arti kebebasan ini

    karena dianggap membatasi kekuasaan pemerintah. Sebagai nilai etis sudah tentu

    kebebasan menuntut pertanggungjawaban atas segala bentuk perbuatan yang dipilih.

    Tuntutan akan kebebasan secara intrinsik bersifat antikolonialisme, antiperbudakan,

    antiabsolutisme, dan antidiktator yang totalitarian.

    Agar kebebasan itu berlangsung dengan baik tanpa mengganggu satu terhadap

    yang lain karena pada hakikatnya manusia adalah individu yang sekaligus anggota

    komunitas, mereka bergabung sebagai kontrak sosial untuk membentuk satu bangsa

    dan mendirikan negara RI. Dengan demikian, lahirlah negara bangsa dan negara

    hukum.

    Tugas negara adalah melindungi para warganya agar dapat menjalankan hak,

    kewajiban, serta pengembangan dirinya dengan tertib dan aman dengan menciptakan

  • 40

    iklim dan kondisi yang baik bagi eksistensi dan dinamika hidup mereka. Untuk itu,

    pemerintahan negara merupakan kewenangan mengatur penyelenggaraan kehidupan

    bangsa dan negara berdasarkan hukum yang ditentukan.

    Dengan demikian, kekuasaan pemerintah tidak dibenarkan melanggar hak-hak

    asasi yang melekat pada masing-masing warga negara sehingga justru harus

    dipertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada rakyat sebagai sumber kekuasaan.

    Hal itu berarti bahwa negara demokrasi dalam arti kedaulatan ada di tangan rakyat.

    2. Bhineka Tunggal Ika Masyarakat Indonesia terdiri atas berbagai suku yang mempunyai adat istiadat, bahasa,

    dan budaya serta keyakinan dan kepercayaan yang beraneka ragam. Dalam kondisi

    kemajemukan itu, masyarakat Indonesia yang mengalami penjajahan sebagai nasib

    bersama bertekad untuk mengusir penjajah dan memperjuangkan kemerdekaannya

    bersama-sama. Persatuan tekad tersebut membuat masyarakat Indonesia menjadi eka

    dalam kebinekaan yang harus selalu diisi dengan kebijakan dan usaha konkret demi

    tercapainya tujuan bersama.

    Persatuan tersebut tidak berarti hilangnya eksistensi dan ciri dari berbagai

    kebudayaan yang menunjukkan kekhasannya masing-masing ataupun penyeragaman

    yang menghilangkan kearifan lokal. Akan tetapi, persatuan tersebut justru merupakan

    mozaik dari unsur-unsur yang membentuk kekuatan bersama. Kekuatan tersebut lebih

    didorong oleh kesatuan sikap yang menghargai nilai-nilai fundamental yang disebut

    dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai Pancasila.

    Visi Bhineka Tunggal Ika dapat diperjelas melalui pendekatan multikulturalisme.

    Masyarakat yang majemuk tidak dengan sendirinya adalah masyarakat multikultural.

    Dalam teori multikulturalisme terkandung prinsip-prinsip demokrasi, hak asasi manusia,

    kesetaraan gender, dan lain-lain yang menjadi acuan kuat dalam menganalisis masalah

    serta konstelasi kemajemukan etnis dan kultural masyarakat dewasa ini. Dengan

    pendekatan itu visi Pancasila secara tajam dan tepat dapat memahami dan sekaligus

    memecahkan masalah kekerasan, sektarian, primordial, serta tantangan disintegrasi

    dan bahaya separatisme dengan solusi yang lebih komunikatif, dialogis, adil, dan saling

    menghargai demi tercapainya tujuan dan kepentingan bersama.

    Dengan semua hal itu Pancasila benar-benar berfungsi sebagai kesepakatan

  • 41

    bersama dari seluruh masyarakat untuk kejayaan dan kemaslahatan Indonesia baru.

    3. Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 Jika bicara tentang Pancasila, pada dasarnya kita mengacu pada prinsip-prinsip yang

    dinyatakan sebagai dasar negara Republik Indonesia sebagaimana tercantum dalam

    alinea 4 Pembukaan UUD 1945. Pembukaan UUD 45 merupakan kristalisasi seluruh

    sejarah pergerakan nasional bangsa Indonesia sampai titik klimaksnya, yaitu

    proklamasi kemerdekaan. Di situ tecermin visi dan kesadaran, cita-cita moral bangsa,

    makna proklamasi kemerdekaan, dan negara RI yang dibangun sebagai institusi yang

    mampu mengantar bangsa Indonesia mencapai dan mewujudkan keinginannya secara

    bersama. Oleh karena itu, Pembukaan UUD 45 harus dipahami sebagai satu

    keseluruhan yang setiap alineanya mengungkapkan makna dalam kaitan fungsional

    dengan alinea lain. Adapun butir-butir pemaknaannya dapat dirumuskan sebagai

    berikut.

    Pertama: Visi dan Kesadaran Bangsa Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu

    maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri

    kemanusiaaan dan perikeadilan. (Alinea 1)

    Rumusan tersebut mencerminkan visi dan kesadaran bahwa bangsa Indonesia

    mempunyai hak dan kemerdekaan atas dasar eksistensinya sebagai kelompok

    manusia. Oleh karena itu, hak tersebut harus diakui dalam arti bahwa bangsa Indonesia

    berhak untuk diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia

    (human dignity). Jadi, harkat dan martabat bangsa pada hakikatnya berakar pada

    harkat dan martabat manusia.

    Kedua: Cita-Cita Moral Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan

    luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia

    menyatakan dengan ini kemerdekaannya. (Alinea 3)

    Cita-cita moral yang tecermin di dalam rumusan ini adalah keinginan

    berkehidupan kebangsaan yang bebas. Bebas dalam arti bebas dari penjajahan,

    penindasan, kesengsaraan, kemiskinan, ketertinggalan, rasa takut, dan sebagainya. Di

    samping itu, bebas juga berarti bebas untuk memiliki pendapat dan mengungkapkan

  • 42

    pendapat dalam arena publik, bebas untuk memilih keyakinan serta menghayati

    keyakinannya secara terbuka, bebas untuk mengembangkan bakat dan potensinya

    dengan mencari ilmu serta mengembangkan kemampuan profesionalnya, dan

    sebagainya. Ringkasnya adalah kebebasan untuk aktualisasi diri.

    Ketiga: Legitimasi Perjuangan Kemerdekaan Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat

    yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan

    pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil

    dan makmur. (Alinea 2)

    Rumusan tersebut menunjukkan pembenaran atas usaha-usaha bangsa untuk

    membebaskan diri dari rintangan, tekanan, serta halangan yang dihadapi. Pembebasan

    diri bangsa pertama kali dilakukan terhadap penjajahan untuk mencapai kemerdekaan

    bangsa. Namun, disadari bahwa kemerdekaan pada dasarnya harus diperjuangkan

    dengan berbagai bentuk usaha serta tingkat intensitasnya. Hal itu berarti bahwa

    kebebasan pada dasarnya adalah pembebasan. Jadi, rumusan tersebut di atas merupakan legitimasi terhadap perjuangan revolusioner yang tidak berhenti pada

    pencapaian kemerdekaan, tetapi secara lebih lanjut mengisi kemerdekaan melalui

    berbagai tindakan dalam proses humanisasi. Oleh karena itu, semangat Pembukaan

    Undang Undang Dasar 1945 adalah emansipatoris, yaitu memberikan aspirasi untuk bergerak melepaskan diri dari segala bentuk dominasi yang membelenggu diri manusia.

    Keempat: Wadah Kelembagaan Kemudian dari pada itu maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan itu dalam suatu

    undang-undang dasar negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara

    Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat .... (Alinea 4)

    Rumusan itu menunjukan bahwa pembebasan hanya mungkin dicapai melalui

    pembentukan negara bangsa Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan

    tujuan melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

    memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut

    melaksanakan ketertiban dunia. Prinsip dasar keberadaan negara serta pedoman

    pembebasan bangsa adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

  • 43

    dalam permusyawaratan/perwakilan, serta Keadilan sosial bagi seluruh rakyat

    Indonesia. Secara khusus dinyatakan dengan tegas dalam Penjelasan UUD 1945

    bahwa semangat Pembukaan UUD 1945 yang dituangkan di dalam undang-undang

    dasar mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara lainnya, yaitu presiden,

    kabinet, DPR, lembaga peradilan, penegak hukum, seperti hakim, jaksa, dan polisi,

    serta pejabat dan birokrat untuk mematuhi budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang cita-cita rakyat yang luhur. Artinya, etika politik dan etika profesi masing-

    masing harus dipatuhi.

    Dengan demikian, apa yang secara hakiki perlu dikemukakan tentang Pancasila

    dan relevansinya dewasa ini? Secara ringkas dapat dikemukakan butir-butir berikut.

    a. Pancasila pada dasarnya merupakan lima nilai dasar yang mencerminkan

    harkat dan martabat manusia. Mematuhi prinsip ketuhanan Yang Maha Esa,

    kemanusiaan, kebangsaan, demokrasi, dan keadilan sosial berarti menjunjung

    tinggi harkat dan martabat manusia.

    b. Cita-cita moral bangsa agar berkehidupan kebangsaan yang bebas

    merupakan aspirasi utama dalam pergerakan nasional serta berlaku sampai

    sekarang dan selanjutnya dalam menghadapi tantangan ke depan.

    c. Sesuai dengan fungsi dan semangat emansipatorisnya, gerakan

    pembangunan bertujuan membebaskan masyarakat dari berbagai rintangan dan

    bentuk penindasan. Oleh karena itu, perlu disadari bahwa gerakan pembebasan

    akan menghadapi kekuatan yang melawannya karena kepentingan-kepentingan

    yang melatarbelakanginya.

    4. Wujud Perjuangan Pembebasan Bangsa

    Jika ditinjau dari ukuran emansipasi sepanjang sejarah bangsa, pada umumnya dapat

    ditentukan adanya tiga babak, yaitu periode revolusi, periode pembangunan, dan

    periode reformasi. Pada setiap periode terungkap indikasi keberhasilan serta kegagalan

    masing-masing.

    Pertama: Periode Revolusi (19081950) Proses revolusi terwujud dalam gerakan memerdekakan bangsa dari penjajahan asing

    sampai keberhasilannya mendirikan negara bangsa yang berkedaulatan rakyat dengan

    hak self determination-nya, yaitu hak menentukan nasib melalui keputusannya sendiri.

  • 44

    Pembebasan melalui revolusi diawali dengan tumbuhnya pergerakan nasional yang

    tecermin dalam berdirinya perkumpulan Budi Utomo (1908) untuk membangun

    kesadaran serta kultur bangsa, dibentuknya organisasi politik serta organisasi

    kepemudaan yang mencapai keberhasilannya dengan ikrar Sumpah Pemuda (1928),

    hingga diraihnya puncak keberhasilan dalam Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus

    1945. Proklamasi ini akhirnya diakui secara resmi oleh pemerintah Belanda dalam

    Konferensi Meja Bundar di Den Haag (1949).

    Periode revolusi ini telah berhasil dalam usaha emansipatorisnya karena mampu

    mewujudkan cita-cita moral bangsa menjadi praksis (Horkheimer). Praksis adalah perpaduan antara kesadaran atau keyakinan yang tegas terhadap kebebasan yang menjadi hak setiap bangsa dan manusia sebagai warganya, kehendak dan tekad yang

    kuat memperjuangkan hak kebebasannya itu, serta tindakan emansipatoris sebagai wujud pembebasan dan pembebasan diri dari berbagai bentuk penindasan. Revolusi

    terwujud secara riil dalam tindakan yang beraspirasikan semangat patriotik melawan

    penjajah demi kepentingan bersama serta sikap rela berkorban baik harta, benda,

    keluarga, ataupun nyawa. Demikian pula, revolusi termotivasi oleh perjuangan untuk

    kepentingan bangsa dan negara, bukan untuk kepentingan diri pribadi dan kelompok,

    serta solidaritas nasional yang saling bahu-membahu melawan penjajah dan yang

    bebas dari pertimbanganpertimbangan berbau suku, agama, ras, dan antargolongan

    (SARA) ataupun primordialisme.

    Kedua: Periode Pembangunan (19501998) Pembangunan diawali dengan pembangunan politik mel