paket september bank indonesia

46
Paket kebijakan ekonomi tahap 1 Dengan tujuan menggerakkan ekonomi nasional, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Rabu (9/9) petang, di Istana Merdeka, Jakarta, telah meluncurkan Paket Kebijakan yang dinamakan Paket Kebijakan Tahap I September 2015. Presiden menyebutkan ada 3 (tiga) langkah dalam Paket Kebijaka tersebut, yaitu: 1. Mendorong daya saing industri nasional melalui deregulasi, debirokratisasi, serta penegakan hukum dan kepastian usaha; 2. Mempercepat proyek strategis nasional dengan menghilangkan berbagai hambatan, sumbatan dalam pelaksanaan dan penyelesaian proyek strategis nasional; dan 3. Meningkatkan investasi di sektor properti. Menko Perekonomian Darmin Nasution yang berbicara seusai Presiden Jokowi menyampaikan pengumuman Paket Kebijakan Tahap I September 2015 itu menyampaikan sedikit lebih rinci mengenai Paket Kebijakan dimaksud, antara lain: 1. Penguatan pembiayan ekspor melalui National Interest Account. “Regulasinya Peraturan Menteri Keuangan tentang Penugasan Kepala Lembaga Pembiayaan Ekspor Nasional, deregulasinya penerbitan Keputusan Menteri Keuangan mengenai Pembentukan Komite Penugasan Khusus Ekspor,” kata Darmin. Komite ini yang anggotanya berasal dari beberapa kementerian/lembaga, menurut Menko Perekonomian, akan bertugas memastikan pelaksanaan National Interest Account berjalan efektif. Proyek yang terpilih harus memenuhi kriteria, ada 6246 kriteria. 2. Penetapan harga gas untuk industri tertentu di dalam negeri. 3. Kebijakan pengembangan kawasan industri.” Ini menyangkut peraturan Menteri Perindustrian,” jelas Darmin. 4. Kebijakan memperkuat fungsi ekonomi koperasi. Menurut Menko Perekonomian, deregulasi ini menyangkut Keputusan Menteri Koperasi dan UKM. Adapun manfaat yang diberikan misalnya,

Upload: agung-racers-weightlifting

Post on 10-Jul-2016

19 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

paket september

TRANSCRIPT

Page 1: Paket September Bank Indonesia

Paket kebijakan ekonomi tahap 1

Dengan tujuan menggerakkan ekonomi nasional, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Rabu (9/9) petang, di Istana Merdeka, Jakarta, telah meluncurkan Paket Kebijakan yang dinamakan Paket Kebijakan Tahap I September 2015.

Presiden menyebutkan ada 3 (tiga) langkah dalam Paket Kebijaka tersebut, yaitu: 1. Mendorong daya saing industri nasional melalui deregulasi, debirokratisasi, serta penegakan hukum dan kepastian usaha; 2. Mempercepat proyek strategis nasional dengan menghilangkan berbagai hambatan, sumbatan dalam pelaksanaan dan penyelesaian proyek strategis nasional; dan 3. Meningkatkan investasi di sektor properti.

Menko Perekonomian Darmin Nasution yang berbicara seusai Presiden Jokowi menyampaikan pengumuman Paket Kebijakan Tahap I September 2015 itu menyampaikan sedikit lebih rinci mengenai Paket Kebijakan dimaksud, antara lain:

1. Penguatan pembiayan ekspor melalui National Interest Account. “Regulasinya Peraturan Menteri Keuangan tentang Penugasan Kepala Lembaga Pembiayaan Ekspor Nasional, deregulasinya penerbitan Keputusan Menteri Keuangan mengenai Pembentukan Komite Penugasan Khusus Ekspor,” kata Darmin.

Komite ini yang anggotanya berasal dari beberapa kementerian/lembaga, menurut Menko Perekonomian, akan bertugas memastikan pelaksanaan National Interest Account berjalan efektif. Proyek yang terpilih harus memenuhi kriteria, ada 6246 kriteria.

2. Penetapan harga gas untuk industri tertentu di dalam negeri.

3. Kebijakan pengembangan kawasan industri.” Ini menyangkut peraturan Menteri Perindustrian,” jelas Darmin.

4. Kebijakan memperkuat fungsi ekonomi koperasi.

Menurut Menko Perekonomian, deregulasi ini menyangkut Keputusan Menteri Koperasi dan UKM. Adapun manfaat yang diberikan misalnya, koperasi tidak lagi jadi rancu fungsinya antara fungsi ekonomi dan fungsi sosial, tetapi berubah dengan kuatnya fungsi ekonomi koperasi menjadi mitra utama usaha mikro kecil dan menengah di daerah.

“Meningkatnya kemampuan permodalan dan keuangan koperasi untuk mengembangkan usahanya sebagai sumber pembiayaan masyarakat, menjadi trading house dalam bentuk usaha mikro kecil dan menengah, untuk memproduksi barang-barang kebutuhan masyarakat industri dan ekspor, termasuk menciptakan produk-produk ekspor ekonomi kreatif yang mampu bersaing di pasar lokal, nasional, maupun global,” terang Darmin.

5. Kebijakan simplikasi perizinan perdagangan.

6. Kebijakan simplifikasi visa kunjungan dan aturan pariwisata.

Page 2: Paket September Bank Indonesia

7. Kebijakan elpiji untuk nelayan. Adanya konverter yang mengefisienkan penggunaan biaya yang digunakan oleh nelayan. Manfaat yang bisa diperoleh, menurut Menko Perekonomian Darmin Nasution, apabila sekali melaut nelayan kecil membutuhkan solar sampai dengan 30 liter dengan biaya bahan bakar Rp6.900/liter, akan hemat sebesar Rp144.900.

“Artinya dengan modal solar Rp62.100, nelayan mendapatkan 10 kg ikan dengan asumsi seharga Rp20.000/kg, maka nelayan memperoleh keuntungan tambahan dibanding sebelumnya sebesar Rp137.900. Kebijakan ini tetu akan meningkatkan produksi ikan tangkap nasional, sekaligus memperbaiki kesejahteraan nelayan,” terang Darmin.

8. Stabilitas harga komiditi pangan, khususnya daging sapi. Menurut Darmin, ini adalah memperluas cakupan perdagangan dan negara asal impor sapi maupun daging sapi, sehingga dapat menciptakan harga sapi atau daging sapi harga yang lebih kompetitif. Memberikan kemudahan bagi pemerintah untuk melakukan stabilisasi pasokan dan harga daging sapi.

9. Melindungi masyarakat berpendapatan rendah dan menggerakkan ekonomi pedesaan. “ tadi yang dijelaskan oleh Presiden sebagai percepatan pencairan Dana Desa, serta mengarahkan penggunaan dari Dana Desa,” kata Darmin.

Deregulasi ini, kata Menko Perekonomian, adanya surat yang sifatnya khusus untuk Dana Desa. Ada Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 (tiga) menteri yaitu Mendagri; Menteri Desa, PDT, dan Transmigrasi, serta Menteri Keuangan yang membuat aturan dan penyederhanaan, sehingga dengan melihat template bisa diganti langsung, juga tidak perlu ada RPJMDes (tinggal lihat template-nya, dicoret-coret dan disesuaikan).

10. Pemberian Raskin atau Beras Kesejahteraan untuk bulan ke-13 dan ke-14.

Page 3: Paket September Bank Indonesia

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015 IILayanan Cepat Investasi 3 Jam di Kawasan Industri

  Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengumumkan Paket Kebijakan Ekonomi Tahap II hari ini, Selasa (29/9), di Jakarta. Berbeda dengan Paket Kebijakan Ekonomi I yang meliputi banyak regulasi, kali ini pemerintah fokus hanya pada upaya meningkatkan investasi. Bentuknya berupa deregulasi dan debirokratisasi peraturan untuk mempermudah investasi, baik penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA). Untuk menarik penanaman modal, terobosan kebijakan yang akan dilakukan adalah memberikan layanan cepat dalam bentuk pemberian izin investasi dalam waktu 3 jam di Kawasan Industri. Dengan mengantongi izin tersebut, investor sudah bisa langsung melakukan kegiatan investasi. Regulasi yang dibutuhkan untuk layanan cepat investasi 3 jam ini adalah Peraturan Kepala BKPM dan Peraturan Pemerintah mengenai Kawasan Industri serta Peraturan Menteri Keuangan. “Perka BKPM selesai hari ini, dan PP-nya tinggal ditandatangani Presiden. Sedangkan Peraturan Menteri Keuangan ini akan selesai Jumat ini,” kata Darmin Nasution. Kriteria untuk mendapatkan layanan cepat investasi ini adalah para investor memiliki rencana investasi minimal Rp 100 miliar dan atau rencana penyerapan tenaga kerja Indonesia di atas 1,000 (seribu) orang. Permohonan disampaikan oleh calon pemegang saham dengan cara datang langsung ke Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pusat di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Satu calon pemegang saham boleh mewakili calon pemegang saham lainnya sepanjang membawa lampiran surat kuasa. Layanan cepat Pendirian Badan Hukum Investasi melalui PTSP Pusat di BKPM ini meliputi izin penanaman modal (investasi), akta pendirian perusahaan, dan pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM sebagai badan hukum Indonesia, serta NPWP. Izin investasi yang diberikan sekaligus akan berfungsi sebagai izin konstruksi untuk memulai kegiatan investasi di Kawasan Industri. Tapi sebelumnya, perusahaan tersebut harus memenuhi norma/standar dalam berinvestasi yang harus dipenuhi sesuai ketentuan Kawasan Industri, antara lain pajak, TDP, Izin Gangguan/SITU, IMB, Izin Lokasi, Pertimbangan Teknis Pertanahan, HGB, Izin Lingkungan dan Amdal, Amdal Lalin, ketenagakerjaan, BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, dan lain-lain. 

Page 4: Paket September Bank Indonesia

Selama ini masalah panjangnya waktu dan banyaknya izin yang dibutuhkan untuk melakukan investasi menjadi kendala besar bagi terlaksananya kegiatan usaha. Dan itu menjadi pertimbangan investor ketika hendak menanamkan modalnya di Indonesia. Sebagai perbandingan, selama ini investor di luar Kawasan Industri membutuhkan waktu selama 8 hari untuk mengurus perizinan badan usaha. Ini masih ditambah pengurusan 11 izin untuk melakukan konstruksi yang membutuhkan waktu 526 hari. Jika investasi dilakukan di dalam Kawasan Industri, waktu yang dibutuhkan untuk mengurus perizinan badan usaha adalah 8 hari, sedangkan 11 perizinan lainnya tidak diperlukan karena perizinan-perizinan tersebut dikecualikan bagi perusahaan yang berusaha di Kawasan Industri.

Page 5: Paket September Bank Indonesia

Jakarta, 30 September 2015 

KEBIJAKAN LANJUTAN STABILISASI NILAI TUKAR RUPIAH  

Bank Indonesia mengeluarkan paket kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah pada tanggal 30 September 2015 sebagai kelanjutan paket kebijakan pada tanggal 9 September 2015. Paket kebijakan lanjutan tersebut difokuskan pada 3 pilar kebijakan yaitu: (1) menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah, (2) memperkuat pengelolaan likuiditas Rupiah, serta (3) memperkuat pengelolaan penawaran dan permintaan valuta asing (valas). Sinergi Kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah melalui paket kebijakan September II ini diharapkan dapat memperkuat stabilitas makro ekonomi dan struktur perekonomian Indonesia, termasuk sektor keuangan, sehingga semakin berdaya tahan. Menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah  Kehadiran Bank Indonesia di pasar valas domestik dalam melakukan stabilisasi nilai tukar Rupiah diperkuat dengan intervensi di pasar forward. Di samping melakukan intervensi di pasar spot, Bank Indonesia juga akan melakukan intervensi di pasar forward guna menyeimbangkan penawaran dan permintaan di pasar forward. Upaya menjaga keseimbangan pasar forward semakin penting dalam mengurangi tekanan di pasar spot. Memperkuat pengelolaan likuiditas Rupiah  Pengendalian likuiditas Rupiah diperkuat dengan menerbitkan Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI) 3 bulan dan Reverse Repo SBN dengan tenor 2 minggu. Penerbitan instrumen operasi pasar terbuka (OPT) tersebut dimaksudkan untuk mendorong penyerapan likuiditas sehingga bergeser ke instrumen yang bertenor lebih panjang. Pergeseran likuiditas ke tenor yang lebih panjang diharapkan dapat mengurangi risiko penggunaan likuiditas Rupiah yang berlebihan pada kegiatan yang dapat meningkatkan tekanan terhadap nilai tukar Rupiah.  Memperkuat pengelolaan penawaran dan permintaan valuta asing (valas) 

Page 6: Paket September Bank Indonesia

Pengelolaan penawaran dan permintaan terhadap valas diperkuat dengan berbagai kebijakan. Hal ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan penawaran dan mengendalikan permintaan terhadap valas. Pertama, penguatan kebijakan untuk mengelola supply & demand valas di pasar forward. Kebijakan ini bertujuan mendorong transaksi forward jual valas/ Rupiah dan memperjelas underlying forward beli valas/ Rupiah. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan threshold forward jual yang wajib menggunakan underlying dari semula 1 juta dolar AS menjadi 5 juta dolar AS per transaksi per nasabah dan memperluas cakupan underlying khusus untuk forward jual, termasuk deposito valas di dalam negeri dan luar negeri. Kedua, penerbitan Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) Valas. Penerbitan tersebut akan mendukung pendalaman pasar keuangan, khususnya pasar valas. Ketiga, penurunan holding period SBI dari 1 bulan menjadi 1 minggu untuk menarik aliran masuk modal asing. Keempat, pemberian insentif pengurangan pajak bunga deposito kepada eksportir yang menyimpan Devisa Hasil Ekspor (DHE) di perbankan Indonesia atau mengkonversinya ke dalam rupiah, sebagaimana yang telah disampaikan oleh Pemerintah. Kebijakan ini diharapkan dapat mendorong DHE untuk menetap lebih lama di dalam negeri. Kelima, mendorong transparansi dan meningkatkan ketersediaan informasi atas penggunaan devisa dengan memperkuat laporan lalu lintas devisa (LLD). Dalam hal ini, pelaku LLD wajib melaporkan penggunaan devisanya dengan melengkapi dokumen pendukung untuk transaksi dengan nilai tertentu. Ketentuan ini sejalan dengan UU No.24 tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar dimana Bank Indonesia berwenang meminta keterangan dan data terkait lalu lintas devisa kepada penduduk. Paket kebijakan Bank Indonesia tersebut akan bersinergi dengan paket kebijakan Pemerintah dalam mendukung prospek perekonomian Indonesia yang diyakini akan lebih baik ke depan. Seluruh rangkaian kebijakan diharapkan segera diimplementasikan, sehingga dapat secara efektif mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi, termasuk nilai tukar, demi pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Page 7: Paket September Bank Indonesia

KEBIJAKAN EKONOMI – PAKET KE 3: 

JAKARTA, 7 OKTOBER 2015 

Pemerintah telah dan akan terus meluncurkan serangkaian paket kebijakan ekonomi untuk mengatasi perlambatan ekonomi akibat dampak pelemahan ekonomi global, sekaligus memperkuat daya saing dan struktur ekonomi Indonesia. Sebagai kelanjutan Paket Kebijakan ekonomi tahap 1 dan 2 yang telah diumumkan pada Bulan September 2015, pada hari ini Pemerintah meluncurkan paket Kebijakan Ekonomi Tahap Ke 3  meliputi (1) Penurunan Harga BBM, Listrik dan Gas; (2) Perluasan Penerima KUR; dan (3) Penyederhanaan Izin Pertanahan untuk kegiatan penanaman modal. PENURUNAN HARGA BBM, LISTRIK DAN GAS Harga BBM :Harga Avtur, LPG 12 kg, Pertamax, dan Pertalite efektif turun sejak 1 Oktober 2015. Harga BBM jenis solar diturunkan sebesar Rp. 200 per liter, sehingga harga eceran BBM jenis solar bersubsidi akan menjadi Rp. 6.700 per liter. Penurunan harga BBM jenis solar juga akan berlaku untuk BBM jenis solar non-subsidi. Harga BBM jenis premium tetap, yakni Rp. 7.400 per liter (Jamali) dan Rp. 7.300 (di luar Jamali).Berlaku mulai Oktober sampai dengan bulan Desember 2015. Harga Gas :Harga gas untuk pabrik dari lapangan gas baru ditetapkan sesuai dengan kemampuan daya beli industri pupuk, yakni sebesar US$ 7 mmbtu (juta British Thermal Unit). Sedangkan harga gas untuk industri lainnya (seperti petrokimia, keramik, dsb) akan diturunkan sesuai dengan kemampuan industri masing-masing. Penurunan harga gas dimungkinkan dengan melakukan efisiensi di 8 sistem distribusi gas serta pengurangan penerimaan negara, atau PNBP gas. Namun demikian, penurunan harga gas ini tidak akan mempengaruhi besaran penerimaan yang menjadi bagian perusahaan gas Kontrak Kerja Sama. Penurunan harga gas untuk industri tersebut akan efektif berlaku mulai  1 Januari 2016. Harga Listrik :

Page 8: Paket September Bank Indonesia

Tarif listrik untuk pelanggan industri I3 dan I4 akan mengalami penurunan sebesar Rp12 - Rp13 per kWh mengikuti turunnya harga minyak bumi (Automatic Tariff Adjustment)Diskon tarif hingga 30% untuk pemakaian listrik pada tengah malam (23:00) hingga pagi hari (08:00), yaitu pada saat beban sistem ketenagalistrikan rendah.  Penundaan pembayaran tagihan rekening listrik  hingga 40% dari tagihan listrik 6 atau 10 bulan pertama, dan melunasinya secara berangsur, khusus untuk industri padat karya serta industri berdaya saing lemah.  PERLUASAN WIRAUSAHAWAN PENERIMA KUR Dalam rangka meningkatkan akses wirausahawan kepada kredit perbankan, melalui program KUR, Pemerintah telah menurunkan tingkat bunga KUR dari sekitar 22% menjadi 12% persen. Pada paket kebijakan ini, para keluarga yang memiliki penghasilan tetap, dipertegas dapat menerima KUR untuk sektor usaha produktif. Dengan kebijakan ini, bank-bank yang menyalurkan KUR didorong melakukan upaya pro-aktif menawarkan kepada yang bersangkutan, sehingga akan meningkatkan peserta KUR sekaligus mendorong tumbuhnya wirausahawan-wirausahawan baru.   PENYEDERHANAAN IZIN PERTANAHAN DALAM KEGIATAN PENANAMAN MODAL Dalam rangka untuk menunjang perekonomian di bidang pertanahan, Kementerian ATR/BPN merevisi Permen Nomor 2 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan dan pengaturan Agraria, Tata Ruang dan Pertanahan dalam Kegiatan Penanaman Modal. Beberapa substansi pengaturan baru yang mencakup beberapa hal seperti: - Pemohon mendapatkan informasi tentang ketersediaan lahan (semula 7 hari menjadi 3 jam); - Seluruh permohonan didaftarkan sebagai bentuk kepastian bagi pemohon akan ketersediaan dan rencana penggunaan lahan dan dikeluarkan suratnya dalam waktu 3 jam. - Kelengkapan perijinan prinsip- Proposal, pendirian perusahaan, alas Hak Tanah menjadi persyaratan awal untuk dimulainya kegiatan lapangan;- Ada persyaratan yang dapat menyusul sampai dengan sebelum diterbitkannya Keputusan tentang Hak Penggunaan Lahan - Jangka Waktu pengurusan (Persyaratan harus lengkap):a. HGU : dari 30 – 90 hari (20 hari kerja (s.d 200 ha) atau 45 hari kerja (> 200 ha)

Page 9: Paket September Bank Indonesia

b. Perpanjangan/ Pembaharuan HGU : dari 20 – 50 hari  ( 7 hari kerja (s.d 200 ha) atau 14 hari kerja (> 200 ha)c. Permohonan Hak Guna Bangunan/ Hak Pakai: dari 20 – 50 hari kerja       (20 hari kerja (s.d 15 ha) atau 30 hari kerja (>15 ha)d. Perpanjangan/ Pembaharuan Hak Guna Bangunan/ Hak Pakai: dari 20 – 50 hari kerja ( 5 hari kerja (s.d 15 ha) atau 7 hari kerja (>15 ha)e. Hak Atas Tanah: 5 hari kerja (1 hari kerjaf. Penyelesaian pengaduan: 5 hari kerja (2 hari kerja - Dalam perpanjangan Hak penggunaan lahan yang didasarkan pada evaluasi tentang pengelolaan dan penggunaan lahan (termasuk audit luas) lahan oleh yang bersangkutan tidak lagi memakai persyaratan seperti awal permohonan.

Page 10: Paket September Bank Indonesia

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI IV:NEGARA HADIR, MEMPERKUAT EKONOMI RAKYAT

 JAKARTA, 15 OKTOBER 2015

 Hari ini, Kamis (15/10) di Istana Kepresidenan, pemerintah mengumumkan paket kebijakan ekonomi ke IV atau paket kebijakan ekonomi Oktober II. Ada dua topik penting yang menjadi perhatian pemerintah dalam mendorong penguatan ekonomi masyarakat. Pertama, soal kebijakan pengupahan yang adil, sederhana dan terproyeksi. Dan kedua, kebijakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang lebih murah dan luas. “Tujuan utama dari penetapan Upah Minimum Provinsi adalah membuka lapangan kerja seluas-luasnya. Kedua juga berfungsi untuk meningkatkan kesejahteraan buruh. Semua ini merupakan bukti kehadiran negara dalam bentuk pemberian jaring pengaman sosial melalui kebijakan upah minimum dengan sistem formula. Kehadiran negara ini memastikan buruh tidak terjatuh ke dalam upah murah. Melalui kebijakan ini upah buruh akan naik setiap tahun dengan besaran yang terukur. Ini juga memberi kepastian kepada pengusaha dalam berusaha,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution kepada wartawan. Adapun untuk KUR, Darmin sudah menegaskan pada pengumuman paket kebijakan sebelumnya, bahwa bunga KUR akan diturunkan dari 22% menjadi 12%. “Selain itu, penerima KUR baik individu atau perorangan akan diperluas,” imbuh Darmin. Alasan penting lainnya yang mendorong kebijakan soal pengupahan adalah untuk menjamin kepastian dan perlindungan terhadap sistem pengupahan yang menyeluruh. Mengingat masalah upah sangat strategis bagi pengusaha dan pekerja, dan masing-masing pihak mempunyai pandangan yang berbeda, maka penyusunan Proses pembahasan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Pengupahan tidak mencapai kesepakatan dan telah memakan waktu  sekitar  12   tahun. Salah satu materi  penting  dalam   pengaturan   RPP   Pengupahan  adalah   mengenai   formula   perhitungan   upah   minimum.   Adanya formula  perhitungan upah  minimum  membawa 

Page 11: Paket September Bank Indonesia

perubahan  baru terhadap   proses   penetapan   upah   minimum   yang   telah   berlaku selama   ini.     Dengan   berlakunya   formula   penetapan   upah minimum, maka proses penetapan upah minimum akan berjalan secara   sederhana,   adil   dan   terproyeksi,   mengingat   dalam perhitungan   besaran   upah   minimum   dilakukan   dengan pendekatan formula yang berpihak kepada tenaga kerja karena memperhitungkan tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Sementara dalam perhitungan upah sebelumnya, proses penetapan upah minimum diawali dari survey Kebutuhan Hidup Layak (KHL), kemudian dibahas dalam sidang dewan pengupahan untuk ditetapkan   menjadi   nilai   KHL.   Nilai   KHL   dibahas   dalam   sidang dewan pengupahan untuk ditetapkan menjadi besaran nilai upah minimum.   Kecenderungan   dalam   proses   pembahasan   besaran upah   minimum   selama   ini   selalu   menimbulkan   polemik,   akibat tidak adanya acuan baku dalam menetapkan nilai upah minimum. Terbitnya   PP   Pengupahan   akan   diikuti   dengan 7  (tujuh)   Peraturan  Menteri Ketenagakerjaan, yakni:- Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Tentang Formula UM- Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Tentang Penetapan UMP/UMK- Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Tentang Penetapan UMS- Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Tentang Struktur Skala Upah- Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Tentang THR- Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Tentang Uang Service- Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Tentang KHL Kebijakan untuk menerapkan sistem formula ini berlaku nasional, kecuali untuk 8 (delapan) provinsi. Ini karena ke-8 provinsi tersebut belum bisa memenuhi ketentuan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dan akan diberikan masa transisi hingga 4 tahun. Akses terhadap KUR diperluasPemerintah menyadari bahwa pertumbuhan kredit perbankan cenderung melambat dalam satu tahun terakhir. Pada pertengahan tahun 2014, pertumbuhan tahunan kredit masih sebesar  16,65% yang selanjutnya turun menjadi 11,6% pada akhir tahun 2014 dan 10,4% pada akhir semester I 2015. Kecenderungan tersebut juga terjadi pada kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang hanya tumbuh sebesar 9,2% (year on year) pada akhir Juni 2015. Kecenderungan perlambatan penyaluran kredit tentu saja terkait dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi. Oleh sebab itu, untuk mendorong gerak roda ekonomi masyarakat, pemerintah memberikan subsidi bunga yang lebih besar bagi KUR. Untuk itu, dilakukan Perubahan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor   6      Tahun 2015 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat antara lain mengatur perluasan KUR sebagai berikut:

Page 12: Paket September Bank Indonesia

a.      Penerima KUR adalahindividu/perseorangan atau badan hukumyang meliputi:- usaha mikro, kecil, dan menengah yang produktif;- calon Tenaga Kerja Indonesia yang akan bekerja di luar negeri;- anggota keluarga dari karyawan/karyawati/Tenaga Kerja Indonesia yang berpenghasilan tetap; dan- tenaga Kerja Indonesia yang purna dari bekerja di luar negeri.- tenaga kerja Indonesia yang mengalami pemutusan hubungan kerjab.      Usaha produktifmeliputi sektor;- Pertanian: seluruh usaha di sektor pertanian (sektor 1), seperti pertanian padi, pertanian palawija, perkebunan kelapa, pembibitan dan budidaya unggas, pembibitan dan budidaya sapi, jasa kehutanan- Perikanan: seluruh usaha di sektor perikanan (sektor 2);seperti budidaya rumput laut, budidaya udang, penangkapan ikan, jasa sarana produksi perikanan- Industri Pengolahan: seluruh usaha di sektor Industri Pengolahan (sektor 4), termasuk industri tempe dan tahu, industri pakaian jadi, industr anyaman, kerajinan, industri kreatif di bidang media rekaman, film, dan video.- Perdagangan: seluruh usaha di sektor perdagangan (sektor 7), tidak termasuk perdagangan barang impor, seperti perdagangan ekspor hasil perikanan, perdagangan dalam negeri beras, perdagangan eceran makanan dan minuman, - Jasa-Jasa : seluruh sektor usaha yang masuk dalam :o  sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makanan (sektor 8), seperti penyediaan akomodasi hotel, rumah makan dan restorano  sektor transportasi – pergudangan - dan komunikasi (sektor 9), seperti angkutan kota, angkutan sungai dan danau, jasa perjalanan wisatao  real estate - usaha persewaan - jasa perusahaan (sektor 11), seperti real estate perumahan sederhana, persewaan mesin pertanian, jasa konsultasi piranti lunak,o  jasa pendidikan (sektor 13), seperti jasa pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi,jasa pendidikan luar sekolah Dengan adanya perubahan ini, maka pemerintah bermaksud mendorong peningkatan dan perluasan akses usaha mikro, kecil, dan menengah sektor usaha produktif kepada pembiayaan lembaga keuangan dan dalam jangka menengah meningkatkan inklusi finansial, yang saat ini masih relatif rendah dibanding negara-negara tetangga. Dalam kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, juga menambahkan dukungan pemerintah melalui Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) untuk mendukung UKM yang berorientasi ekspor atau yang terlibat dalam produksi untuk produk ekspor melalui fasilitas pinjaman atau kredit modal kerja dengan tingkat bunga yang lebih rendah dari tingkat bunga komersial. Fasilitas ini terutama diberikan kepada perusahaan padat karya dan rawan PHK. 

Page 13: Paket September Bank Indonesia

Kemudahan mengakses lembaga keuangan ini diharapkan juga akan mendorong jumlah dan kualitas wirausaha yang pada akhirnya akan menyokong pertumbuhan ekonomi secara nasional.

Paket Kebijakan Ekonomi V: Insentif Perpajakan, Revaluasi Aset, dan Mendorong Perbankan Syariah

 JAKARTA, 22 OKTOBER 2015

 Hari ini, Kamis (22/10), pemerintah kembali mengumumkan Paket Kebijakan Ekonomi. Dalam Paket Kebijakan Ekonomi V ini, Menko Perekonomian Darmin Nasution menyatakan ada tiga kebijakan deregulasi yang dikeluarkan, yakni: 1.    Revaluasi Aset2.    Menghilangkan pajak berganda dana investasi Real Estate, Properti dan Infrastruktur.3.    Deregulasi di bidang perbankan syariah. 1.    Revaluasi Aset Kebijakan ini dikeluarkan karena masih banyak perusahaan yang belum melakukan revaluasi aktiva dengan adanya perubahan nilai aktiva, baik akibat inflasi maupun depresiasi rupiah. Juga dipandang perlu adanya dukungan pemerintah untuk meningkatkan performa finansial perusahaan melalui revaluasi aktiva. Kebijakan ini diharapkan bisa membantu perusahaan meningkatkan performa finansialnya melalui perbaikan nilai asset yang terkena dampak depresiasi rupiah dan inflasi. Dengan perbaikan performa finansial, ada ruang bagi perusahaan untuk melakukan ekspansi usaha. Manfaat lainnya adalah beban cashflow pajak saat revaluasi menjadi lebih ringan, karena tarif PPh revaluasi yang rendah. Beban PPh pada tahun-tahun setelah revaluasi juga lebih rendah. “Kebijakan ini memberikan insentif keringanan pajak. Revaluasi aset akan meningkatkan kapasitas dan performa finansialnya akan meningkat secara signifikan. Pada tahun-tahun berikutnya akan membuat profit lebih besar,” kata Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution. Wajib Pajak yang dapat mengajukan permohonan adalah WP badan dan orang pribadi yang melakukan pembukuan, termasuk WP yang melakukan pembukuan dalam mata uang dolar. Pada

Page 14: Paket September Bank Indonesia

saat pengajuan permohonan pada 2015, permohonan revaluasi dapat dilakukan berdasarkan perkiraan (estimasi), yang penyelesaian penilaiannya dapat dilakukan sampai dengan 31 Desember 2016. Untuk  permohonan tahun 2016 berlaku hal yang sama, dengan penyelesaian penilaian  paling lambat tahun 2017. Direktorat Jendral Pajak akan memberikan persetujuan  dalam waktu 30 hari sejak berkas diterima lengkap. 

Tanggal Pengajuan PermohonanBesaran Tarif Khusus PPh Final turun dari 10% menjadi

Sejak berlakunya PMK ini s.d. 31 Desember 2015 3%1 Januari 2016 s.d. 30 Juni 2016 4%1 Juli 2016 s.d. 31 Desember 2016 6%  2.    Menghilangkan pajak berganda dana investasi Real Estate, Properti dan Infrastruktur. Kebijakan di sektor ini diberikan karena produk pasar modal Indonesia masih relatif terbatas, sehingga kapitalisasi Bursa Efek Indonesia relatif kecil dibanding negara-negara tetangga. Untuk itu perlu dikembangkan produk seperti Kontrak Investasi Kolektif (KIK) untuk Infrastruktur, KIK – Dana Investasi Real Estate (KIK-DIRE) dan sejenisnya, yang sejalan dengan upaya pendalaman pasar keuangan. Menurut perhitungan OJK, aset di Indonesia yang dijual dalam bentuk DIRE di Singapura mencapai Rp 30 Triliun. Untuk mendorong produk-produk pengembangan ini, maka pemerintah memberikan pengurangan pajaknya, yaitu dengan menghilangkan adanya double tax pada transaksi KIK, seperti KIK DIRE, KIK Efek Beragun Aset (EBA) dan sejenisnya. Kebijakan ini diharapkan bisa menarik dana yang selama ini diinvestasikan di luar negeri (tax-heaven country) ke pasar sektor keuangan dalam negeri, di samping mendorong pertumbuhan investasi di bidang infrastruktur dan real estate. Dampak positif dari fasilitas perpajakan ini adalah meningkatnya akumulasi dana KIK, mendorong tumbuhnya pembangunan infrastruktur dan real estate, serta tumbuhnya jasa konstruksi. Tak kalah penting adalah meningkatnya PPh dari kegiatan usaha tersebut  3.    Deregulasi di bidang perbankan syariah.

Page 15: Paket September Bank Indonesia

 Dari empat Paket Kebijakan Ekonomi yang sudah dikeluarkan sebelumnya, pemerintah belum menyinggung peran dan potensi industri keuangan syariah. Oleh sebab itu melalui Otoritas Jasa Keuangan, pemerintah ingin mendorong pertumbuhan industri keuangan syariah. Sebab, industri ini dari tahun ke tahun tumbuh sangat pesat. Deregulasi yang dilakukan adalah menyederhanakan peraturan dan perizinan bagi produk-produk perbankan syariah.  Perizinan tidak perlu lagi mengirim surat, tapi akan ada kodefikasi produk-produk syariah. Jadi, apabila sudah masuk dalam kode tertentu maka tidak perlu meminta izin lagi. “cukup melapor saja,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad. Demikian juga produk-produk lain yang terkait dengan pegadaian oleh perbankan syariah. Pemerintah tetap memperhatikan kehati-hatian dan juga tetap memperhatikan gadai emas yang banyak disimpan masyarakat. Selain itu, juga dimungkinkan kemudahan untuk memperluas jangkauan perbankan syariah dalam hal membuka kantor-kantor cabang. Hal ini akan mendorong efisiensi sehingga harga dan suku bunga akan lebih affordable bagi masyarakat.

Page 16: Paket September Bank Indonesia

Paket Kebijakan Ekonomi VI 

Menggerakkan Ekonomi di Wilayah Pinggiran, Penyediaan Air untuk Rakyat Secara Berkeadilan, dan Proses Cepat Impor Bahan Baku Obat

 Jakarta, 5 November 2015

  

Pemerintah hari ini, Kamis (5/11), di Istana Kepresidenan kembali mengumumkan Paket Kebijakan Ekonomi. Dalam Paket Kebijakan Ekonomi VI ini, Menko Perekonomian Darmin Nasution menyatakan ada 3 kebijakan deregulasi yang dikeluarkan, yakni: 1.    Upaya Menggerakkan Perekonomian Di Wilayah Pinggiran  Melalui Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)2.    Penyediaan Air Untuk Masyarakat Secara Berkelanjutan Dan Berkeadilan3.    Proses Cepat (paperless) Perizinan Impor Bahan Baku Obat  1. Upaya Menggerakkan Perekonomian Di Wilayah Pinggiran  Melalui Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pengembangan KEK belum memenuhi harapan seperti yang diharapkan dalam UU Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), yakni untuk menciptakan kawasan-kawasan yang menarik sebagai tujuan investasi (foreign direct investment) dan sebagai penggerak perekonomian di wilayah-wilayah yang selama ini belum berkembang. Antara lain ini akibat belum ditetapkannya insentif dan kemudahan investasi di KEK. Menurut Menko Perekonomian Darmin Nasution, saat ini terdapat 8 (delapan) KEK yang ditetapkan melalui peraturan pemerintah, yaitu Tanjung Lesung (Banten), Sei Mangkei (Sumatera Utara), Palu (Sulawesi Tengah), Bitung (Sulawesi Utara), Mandalika (NTB), Morotai (Maluku Utara), Tanjung Api-Api (Sumatera Selatan) dan Maloi Batuta Trans Kalimantan/MBTK (Kalimantan Timur). 

Page 17: Paket September Bank Indonesia

“PP-nya sudah diparaf dan dikirim ke tempat pak Pram (Menseskab Pramono Anung, red),” kata Darmin Nasution kepada wartawan. Dari delapan KEK yang sudah ditetapkan, baru 2 (dua) KEK yang pengoperasiannya sudah dicanangkan Presiden Jokowi pada awal 2015. Selebihnya masih dalam tahap pembangunan. “Kebijakan deregulasi yang dikeluarkan diharapkan bisa memberikan kepastian, sekaligus memberi daya tarik bagi penanam modal, serta memberikan kesempatan kerja dan memberikan penghasilan bagi para pekerja di wilayah masing-masing,” ta,bah Darmin. Seluruh fasilitas ini ditetapkan Peraturan Pemerintah tentang Fasilitas dan Kemudahan di KEK. Darmin menjelaskan, pemberian berbagai insentif ini diharapkan mampu mendorong pengembangan dan pendalaman klaster industri berbasis sumber daya lokal yang dimiliki masing-masing lokasi KEK. Selain itu, PP ini juga akan mendorong keterpaduan upaya menciptakan iklim investasi yang baik antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Karena itu, pelaksanaan PP ini akan efektif apabila Pemda setempat berkomitmen untuk memberikan fasilitas daerah yang diperlukan. Materi yang diatur dalam PP ini akan mencakup bentuk dan besaran insentif fiskal, serta berbagai fasilitas dan kemudahan di bidang ketenagakerjaan, keimigrasian, pertanahan dan kemudahan perizinan. Investasi pada rantai produksi yang menjadi fokus KEK akan diberi insentif lebih besar dibanding dengan investasi yang bukan menjadi fokus KEK. Berbagai fasilitas dan kemudahan yang akan diberikan di KEK meliputi: 

No Bidang Fasilitas dan Kemudahan

1.Pajak Penghasilan (PPh)

Kegiatan Utama (Tax Holiday):–    pengurangan PPh  sebesar 20-100% selama10-25 tahun dengan nilai investasi lebih dari Rp.1triliun.–    pengurangan PPh  sebesar 20-100% selama5-15 tahun dengan nilai investasi lebih dari Rp. 500 milyar.Kegiatan di luar Kegiatan Utama(Tax Allowance):–    Pengurangan penghasilan netto sebesar 30% selama 6 tahun;–    Penyusutan yang dipercepat;  PPh atas deviden sebesar 10%Kompensasi kerugian 5-10 tahun.

Page 18: Paket September Bank Indonesia

No Bidang Fasilitas dan Kemudahan

2. PPN dan PPnBM

Impor: tidak dipungutPemasukan dari Tempat Lain Dalam Daerah Pabean (TLDDP) ke KEK tidak dipungutPengeluaran dari KEK ke  TLDDP  tidak dipungutTransaksi antar pelaku di KEK: tidak dipungutTransaksi dengan pelaku di KEK lain: tidak dipungut

3. KepabeananDari KEK ke pasar domestik: tarif bea masuk memakai ketentuan Surat Keterangan Asal (SKA)

4.Pemilikan Properti Bagi Orang Asing

Orang asing/badan usaha asing dapat memiliki hunian/properti di KEK (Rumah Tapak atau Satuan Rumah Susun).Pemilik hunian/properti diberikan izin tinggal dengan Badan Usaha Pengelola KEK sebagai penjaminDapat diberikan pembebasan PPnBM dan PPn atas barang sangat mewah (luxury)

5.Kegiatan Utama Pariwisata

Dapat diberikan pengurangan Pajak Pembangunan I sebesar 50-100%Dapat diberikan pengurangan Pajak Hiburan sebesar 50-100%

6. Ketenagakerjaan

Di KEK dibentuk Dewan Pengupahan dan LKS Tripartit KhususHanya 1 Forum SP/SB di setiap perusahaanPengesahan dan perpanjangan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) di KEKPerpanjangan Ijin Menggunakan Tenaga kerja Asing (IMTA) di KEK

7. Keimigrasian

Fasilitas Visa Kunjungan Saat Kedatangan selama 30 hari dan dapat diperpanjang 5 (lima) kali masing-masing 30 hariVisa kunjungan beberapa kali (multiple visa) yang berlaku 1 tahunIzin tinggal bagi orang asing yang memiliki properti di KEKIzin tinggal bagi orang asing lanjut usia yang tinggal di KEK Pariwisata

8. Pertanahan

Untuk KEK yang diusulkan Badan Usaha Swasta diberikan HGB dan perpanjangannya diberikan langsung bersamaan dengan proses pemberian haknya.Administrator KEK dapat memberikan pelayanan pertanahan

9. Perizinan

Administrator berwenang menerbitkan izin prinsip dan izin usaha melalui pelayanan terpadu satu pintu di KEKPercepatan penerbitan izin selambat-lambatnya 3 jam (dalam hal persyaratan terpenuhi)Penerapan perizinan dan nonperizinan daftar pemenuhan persyaratan (check list)Proses dan penyelesaian perizinan dan non perizinan keimigrasian,

Page 19: Paket September Bank Indonesia

No Bidang Fasilitas dan Kemudahanketenagakerjaan, dan pertanahan di Administrator KEK

 

2. Penyediaan Air Untuk Masyarakat Secara Berkelanjutan Dan Berkeadilan Mahkamah Konstitusi (MK) melalui putusan No.85/PUU-XI/2013 memutuskan Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum mengikat. Untuk mengisi kekosongan hukum sebagai dampak pembatalan undang-undang tersebut, Undang-Undang No. 11 Tahun 1974 tentang Pengairan diberlakukan kembali. Dalam putusan MK tersebut, ada 6 prinsip yang harus diperhatikan, yaitu :- Setiap pengusahaan atas air tidak boleh mengganggu, mengesampingkan, dan menghilangkan hak rakyat atas air;- Negara harus memenuhi hak rakyat atas air;- Kelestarian lingkungan hidup sebagai salah satu hak asasi manusia;- Pengawasan dan pengendalian atas air sifatnya mutlak;- Prioritas utama pengusahaan air diberikan kepada BUMN/BUMD sebagai kelanjutan hak menguasai dari negara;- Apabila semua pembatasan tersebut sudah terpenuhi dan ternyata masih ada ketersediaan air, Pemerintah masih dimungkinkan untuk memberikan izin kepada usaha swasta untuk melakukan pengusahaan atas air dengan syarat-syarat tertentu dan ketat. Dengan memperhatikan ke-6 batasan tersebut dan untuk memberikan kepastian hukum dalam pengelolaan sumber daya air, khususnya dalam hal pengusahaan dan/atau penyediaan air oleh para pelaku usaha yang berinvestasi di Indonesia, maka pemerintah menyusun Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pengusahaan Sumber Daya Air (RPP Pengusahaan SDA) dan RPP tentang Sistem Penyediaan Air Minum (RPP SPAM). Melalui kedua RPP tersebut, pemerintah tetap menghormati kontrak kerjasama pengelolaansumber daya air hingga berakhirnya perjanjian kerjasama. Namun pemerintah akan lebih meningkatkan pengendalian pelaksanaan kerjasama tersebut melalui penguatan tata kelola perizinan penggunaan air sesuai amanat Putusan Mahkamah Konstitusi. 

Page 20: Paket September Bank Indonesia

Lingkup pengaturan RPP Pengusahaan SDA mencakup Sumber Daya Air Permukaan dan Sumber Daya Air Tanah. Dalam RPP ini, pengusahaan Sumber Daya Air dapat diselenggarakan apabila air untuk kebutuhan pokok sehari-hari dan pertanian rakyat telah terpenuhi, serta sepanjang ketersediaan air masih mencukupi. Izin Pengusahaan Sumber Daya Airdiberikan kepada BUMN, BUMD, BUMDes, Badan Usaha Swasta, Koperasi, Perseorangan, dan Kerjasama Badan Usaha. Izin ini tidak dapat disewakan atau dipindahtangankan, sebagian atau seluruhnya kepada pihak lain. Izin ini juga harusmemperhatikan fungsi sosial dan lingkungan hidup, serta terjaminnya keselamatan kekayaan negara dan kelestarian lingkungan. Pemberian izin pengusahaan SDA kepada usaha swasta dapat dilakukan dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip yang tertuang dalam putusan MK dan sepanjang masih terdapat ketersediaan air. Izin Pengusahaan Sumber Daya Air atau izin yang diterbitkan untuk tujuan pelaksanaan kegiatan usaha di bidang Sumber Daya Air Permukaan dan Izin Pengusahaan Air Tanah yang telah diberikan sebelum ditetapkannya PP Pengusahaan SDA ini, dinyatakan tetap berlaku sampai dengan masa berlaku izin berakhir. Sedangkan dalam RPP SPAM diatur antara lain penyelenggaraan SPAM dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Unit Pelayanan Teknis (UPT)/Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD), Kelompok masyarakat,dan Badan Usaha Swasta Untuk Memenuhi Kebutuhan Sendiri. Dengan tetap menghormati putusan MK, peran swasta didalam penyelenggaraan SPAM diatur menggunakan norma: (1) Investasi Pengembangan SPAM oleh badan usaha swasta mencakup kegiatan di Unit Air Baku, Unit Produksi,dan Unit Distribusi dan (2) Pengelolaan SPAM oleh badan usaha swasta mencakup kegiatan Unit Air Baku dan Unit Produksi. Melalui 2 (dua) norma tersebut, maka tersedia ruang/kesempatan yang memadai dengan tetap memastikan bahwa badan usaha swasta tidak menguasai keseluruhan sub sistem penyelenggaraan SPAM. Dalam PP ini juga dimungkinan badan usaha swasta melakukan penyediaan air minum untuk Memenuhi Kebutuhan Sendiri. Badan usaha swasta juga bisa bekerjasama dengan BUMN/BUMD dengan prinsip tertentu. Misalnya Surat Izin Pengambilan Air (SIPA) yang dimiliki badan usaha swasta dipegang oleh BUMN/BUMD sebagai bukti kehadiran negara. 

Page 21: Paket September Bank Indonesia

Pengaturan yang bersifat lebih rinci akan diatur melalui peraturan menteri terkait. 

3. Proses Cepat (paperless) Perizinan Impor Bahan Baku Obat Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) selama ini sudah melakukan penyederhanaan dalam proses impor bahan baku obat dan makanan. Proses penyederhanaan perizinan ini sudah masuk dalam Paket Kebijakan Ekonomi Tahap I, meski prosesnya belum sepenuhnya paperless (tanpa kertas). Tapi penyederhaan proses perizinan ini sudah berhasil memperpendek waktu hingga 5,7 jam. “Itu hasil dari paket deregulasi pertama. Itu berarti ,” kata Darmin. Tapi dalam waktu yang cepat, BPOM terus meningkatkan pelayanannya secara online hingga berhasil mencapai target 100% paperless. “Tanpa kertas, prosesnya bisa selesai kurang dari satu jam,” tambahnya. Yang disebut sistem online di sini adalah proses impor-ekspor melalui sistem Indonesia National Single Window (INSW). INSW adalah loket elektronik tunggal untuk penyelesaian perizinan impor ekspor serta pengurusan dokumen kepabeanan dan kepelabuhanan, yang merupakan wujud reformasi birokrasi dengan sistim pelayanan publik yang cerdas. INSW  memberikan efisiensi pelayanan sekaligus efektivitas pengawasan, karena semua kegiatan dan informasi terdata secara akurat, transparan, terpantau secara rinci, mudah, cepat, dan murah jika dihitung per unit cost-nya.

Page 22: Paket September Bank Indonesia

Paket Kebijakan Ekonomi Desember: Mulai Percepatan Sertifikasi Tanah Hingga Insentif Pajak untuk Industri Padat Karya

 Jakarta, 7 Desember 2015

 

Pemerintah memperluas cakupan pemberian insentif dan kemudahan berusaha, tak hanya kepada industri padat karya, tapi juga peningkatan pelayanan terhadap warga yang hendak mengurus sertifikat tanah. Melalui Paket Kebijakan Tahap VII yang diumumkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution Jumat (4/12) pekan lalu di Istana Kepresidenan tersebut, pemerintah menunjukkan komitmen kuat untuk mendorong kegiatan berusaha seluruh lapisan industri nasional, baik industri padat karya yang memiliki ribuan karyawan maupun kalangan individu seperti pedagang kaki lima yang ingin mengembangkan usahanya. “Kita harapkan seluruh sektor ini bisa bergerak lebih cepat,” kata Darmin. Percepatan Proses Sertifikasi Tanah Pemerintah perlu mempercepat proses dengan memberi kemudahan kepada masyarakat yang ingin mengurus sertifikat tanahnya. Dengan demikian masyarakat akan memperoleh kepastian hak atas tanah. Untuk itu, pemerintah juga akan memperbanyak jumlah Juru Ukur bersertifikat, terutama dari unsur non-PNS. Selama ini proses percepatan sertifikasi tanah masih terhambat karena terbatasnya jumlah petugas ukur yang hanya berjumlah 4.349 orang. Mereka terdiri dari PNS sebanyak 2.159 orang (efektif bekerja hanya 1.727 orang) dan Petugas Ukur Berlisensi sebanyak 2.190 orang. 

Page 23: Paket September Bank Indonesia

Padahal jumlah bidang tanah di Indonesia, di luar kawasan hutan, keseluruhannya berjumlah 90.663.503 bidang. Dari angka tersebut, tanah yang telah bersertifikat hanya berjumlah 35.789.766 bidang (40%) sedangkan yang belum bersertifikat berjumlah 54.832.737 bidang (60%). Terbatasnya tanah yang bersertifikat ini pada gilirannya menghambat akses pembiayaan masyarakat untuk mengembangkan usahanya, terutama usaha mikro, kecil, dan menengah. Karena itu pemerintah melalui Kementerian Agraria dan Tata Ruang melakukan inovasi pelayanan untuk mempercepat proses sertifikasi tanah, yaitu: Pelayanan Sabtu-Minggu (termasuk di Area Car Free Day), pelayanan malam hari di area Car Free Night Bandung dan Pasar Tradisional di Pandeglang; Membuka outlet pelayanan untuk mendekatkan Tempat Pelayanan Pertanahan dengan Pemukiman Masyarakat (sudah mulai di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Semarang); Melaksanakan Pelayanan “Desa On-Line” di Provinsi NTB, Kabupaten Bangka Tengah dan Kota Batam, dengan menggunakan fasilitas/ketersediaan internet; Memberikan kelonggaran biaya (Rp. 0,-) bagi pemilik Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) yang dikeluarkan Kementerian Sosial. Selain itu, pemerintah juga mempercepat jangka waktu pengumuman untuk pendaftaran tanah, yang semula butuh waktu 60 hari untuk pendaftaran tanah secara periodik dan 30 hari untuk pendataran tanah secara sistematik, menjadi 14 hari kerja. Layanan lain adalah mengubah pendaftaran tanah dari cara manual ke sistem elektronik, sehingga total waktu untuk proses sertifikat tanah menjadi 30 hari kerja (1 hari untuk pemeriksaan pemohonan, 10 hari untuk pengecekan dan pengukuran tanah, 3 hari untuk pengolahan data fisik dan yuridis, 14 hari pengumuman, dan 2 hari untuk penandatanganan dan penyerahan sertifikat tanah). Terakhir, pemerintah juga memberikan hak komunal bagi masyarakat adat, serta masyarakat yang tinggal dan hidup di kawasan perkebunan/hutan. Insentif Pajak Bagi Industri Padat Karya Pemerintah memberi perhatian khusus kepada industri padat karya agar tetap bisa berproduksi dengan meringankan beban pajak untuk sementara waktu. Dua kebijakan yang dikeluarkan adalah pertama, menerbitkan Peraturan Pemerintah yang memberi Keringanan Pajak Penghasilan (PPh 21) bagi pegawai yang bekerja pada industri padat karya selama jangka waktu 2 (dua) tahun, dan dapat diperpanjang. 

Page 24: Paket September Bank Indonesia

Kedua, memindahkan bidang usaha pada Lampiran II Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 2015, yang meliputi Industri Alas Kaki untuk Keperluan Sehari-hari , Industri Sepatu Olahraga, dan Industri Sepatu Teknik Lapangan/ Keperluan Industri menjadi bagian dari Lampiran I. Dengan perubahan ini maka ketiga industri tersebut dapat memperoleh fasilitas pajak di seluruh propinsi tanpa pengecualian. Selain itu juga menambah bidang usaha pada Lampiran I  dengan tambahan Industri Pakaian Jadi dari Tekstil (Garmen) dan Industri Pakaian Jadi dari Kulit. Wajib Pajak yang dapat mengajukan permohonan keringan pajak (PPh 21) adalah WP badan yang melakukan pembukuan, menggunakan tenaga kerja Indonesia paling sedikit  5,000 orang, menyampaikan daftar pegawai yang akan diberikan keringanan PPh 21, dan hasil produksi yang diekspor minimal 50% (berdasarkan hasil produksi tahun sebelumnya). Keringanan ini diberikan untuk lapisan Penghasilan Kena Pajak sampai dengan Rp 50 juta. Sedangkan pengaturan persyaratan jumlah tenaga kerja dan lokasi bagi industri alas kaki dan industri tekstil yang berkaitan dengan fasilitas Tax Allowance akan ditampung dalam  perubahan Peraturan Menteri Perindustrian. Industri yang memenuhi persyaratan penerima tax allowance akan mendapatkan beberapa fasilitas antara lain pengurangan penghasilan netto sebesar 30% dari jumlah penanaman modal berupa aktiva tetap berwujud, termasuk tanah yang digunakan untuk kegiatan utama usaha, dibebankan selama 6 (enam) tahun masing-masing sebesar 5% (lima persen) per tahun yang dihitung sejak saat mulai berproduksi secara komersial; penyusutan yang dipercepat atas aktiva berwujud dan amortisasi yang dipercepat atas aktiva tak berwujud yang diperoleh dalam rangka penanaman modal baru dan/atau perluasan usaha; pengenaan pajak penghasilan atas dividen yang dibayarkan kepada wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia sebesar 10% (sepuluh persen), atau tariff yang lebih rendah menurut perjanjian penghindaran pajak berganda; dan kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 (lima) tahun tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun.

Page 25: Paket September Bank Indonesia

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI VIII 

Kebijakan Satu Peta Nasional, Kilang Minyak dan Pembebasan Bea MasukSuku Cadang Pesawat

 Jakarta, 21 Desember 2015

  Pemerintah kembali mengumumkan Paket Kebijakan Ekonomi VIII, Senin (21/12) di Istana Kepresidenan, Jakarta. Paket kebijakan kali ini meliputi tiga hal, yaitu kebijakan satu peta nasional (one map policy) dengan skala 1:50.000, membangun ketahanan energi melalui percepatan pembangunan dan pengembangan kilang minyak di dalam negeri, dan insentif bagi perusahaan jasa pemeliharaan pesawat (maintenance, repair and overhoul/MRO). 1.      Kebijakan Satu Peta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasutionyang membacakan Paket Kebijakan Ekonomi VIII menyatakan, pengembangan kawasan atau infrastruktur, seringkali terbentur dengan sejumlah masalah terkait pemanfaatan ruang dan penggunaan lahan. Konflik ini sulit diselesaikan karena Informasi Geospasial Tematik (IGT) saling tumpang tindih satu sama lain. Karena itu, kebijakan satu peta yang mengacu pada satu referensi geospasial, satu standar, satu basis data dan satu geoportal untuk mempercepat pelaksanaan pembangunan nasional menjadi salah satu prioritas pemerintah. Basis referensi peta yang sama, juga akan meningkatkan keandalan informasi terkait lokasi dari berbagai aktivitas ekonomi. Ini akan memberikan kepastian usaha.Berbagai informasi yang dikompilasi dalam satu peta ini juga bisa dimanfaatkan untuk sejumlah simulasi, antara lain untuk mitigasi bencana.

Page 26: Paket September Bank Indonesia

 Melalui Peraturan Presiden (Perpres) tentang Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta ini, kementerian dan lembaga akan menyiapkan peta tematik skala 1:50.000 sesuai rencana aksi masing-masing dengan batas akhir tahun 2019. Menurut Darmin, kebijakan satu peta ini akan “Mempermudah dan mempercepat penyelesaian konflik tumpang tindih pemanfaatan lahan, penyelesaian batas daerah seluruh Indonesia.” 2.      Pembangunan Kilang Minyak Perhatian pemerintah terhadap ketahanan energi juga diwujudkan dengan percepatan pembangunan dan pengembangan kilang minyak di dalam negeri. Ini demi memenuhi kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan mengurangi ketergantungan impor BBM. Kebijakan ini akan tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres). Permintaan BBM yang lebih tinggi dari supply domestik saat ini akan terus semakin lebar jaraknya karena permintaan terus meningkat terutama untuk sektor transportasi. Selisih permintaan dan penawaran ini, diperkirakan melebar hingga sekitar 1,2 – 1,9 juta barel per hari pada 2025 jika tidak ada penambahan kapasitas produksi. Indonesia belum melakukan pembangunan kilang minyak sejak 21tahun terakhir.Seperti diketahui, pembangunan kilang minyak terakhir dilakukan di Balongan pada 1994 dengan kapasitas saat ini 125 ribu barel per hari. Untuk itu, perlu dibangun kilang baru dengan kapasitas 300 ribu barel per hari yang akan membantu menambal selisih permintaan dan penawaran. “Pembangunan dan pengembangan kilang ini harus dilakukan dengan menggunakan teknologi terbaru, memenuhi ketentuan pengelolaan dan perlindungan lingkungan, dan tentu saja mengutamakan penggunaan produk dalam negeri,” kata Darmin. Selain itu, pemerintah juga akan memberikan insentif fiskal ataupun nonfiskal bagi terselenggaranya pembangunan dan pengembangan. “Pelaksanaan pembangunan dan pengembangan kilang diintegrasikan sedapat mungkin dengan petrokimia,” lanjutnya. Selain membangun kilang baru, pemerintah juga akan meningkatkan (upgrade) kilang yang sudah ada. Pemerintah memproyeksikan produksi BBM akan meningkat dari 825 ribu barel per hari pada 2015 menjadi 1,9 juta barel per hari pada 2025. Dengan terpenuhinya kebutuhan BBM dari produksi kilang dalam negeri, maka harga jual BBM pada dunia usaha dan masyarakat, diharapkan dapat ditekan menjadi lebih murah.

Page 27: Paket September Bank Indonesia

 Sampai saat ini, setidaknya ada empat kilang yang beroperasi dan perlu perbaikan, yaitu di Cilacap, Balikpapan, Balongan dan Dumai. Kilang baru akan dibangun di Bontang dan Tuban. 3.      Insentif bagi perusahaan jasa pemeliharaan pesawat. Industri dalam negeri hingga saat ini belum mampu memproduksi beberapa komponen pesawat terbang.Kalaupun ada, belum mempunyai sertifikasi Part Manufacturing Approval (PMA) dari pabrik pesawat seperti Boeing dan Airbus. Padahal industri jasa pemeliharaan pesawat terbang membutuhkan kecepatan dalam proses impor suku cadang dan komponen untuk proses perbaikan dan pemeliharaan pesawat. Skema Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMTDP) yang sekarang berlaku, sulit dimanfaatkan perusahaan jasa pemeliharaan pesawat karena tidak memberikan kepastian bagi pengadaan barang yang dibutuhkan. Karena itupemerintah memberikan insentif dalam bentuk bea masuk 0% untuk 21pos tarif terkait suku cadang dan komponen perbaikan atau pemeliharaan pesawat terbang. Melalui kebijakan ini, pemerintah memberikan kepastian bagi dunia usaha penerbangan nasional dalam hal pemeliharaan dan perbaikan pesawat. Juga mendorong tumbuhnya industri suku cadang dan komponen pesawat terbang dalam negeri. Lebih jauh, diharapkan kebijakan ini akan membuka ruang bagi hadirnya pengembangan kawasan usaha pemeliharaan pesawat terbang.(ekon)

Page 28: Paket September Bank Indonesia

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI IX 

Percepatan Pembangunan Infrastruktur Tenaga Listrik, Stabilisasi Harga Daging, dan Peningkatan Sektor Logistik Desa-Kota

 Jakarta, 27 Januari 2016

  Menteri Koordinator Bidang Perekonomian,Darmin Nasution menyatakan pemerintah akan mengeluarkan Peraturan Presiden untuk mempercepat pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan. Selain demi memenuhi kebutuhan listrik untuk rakyat, pembangunan infrastruktur ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus meningkatkan rasio elektrifikasi. Perpres tentang infrastruktur ketenagalistrikan ini merupakan salah satu Paket Kebijakan Ekonomi ke IX yang diluncurkan pada Rabu (27/1) di Istana Kepresidenan, Jakarta. “Sampai tahun 2015, kapasitas listrik terpasang di Indonesia mencapai 53 GW dengan energi terjual mencapai 220 TWH. Rasio elektrifikasi saat ini sebesar 87,5%. Untuk mencapai rasio elektrifikasi hingga 97,2% pada 2019, diperlukan pertumbuhan pembangunan infrastruktur  ketenagalistrikan sekitar 8,8% per tahun. Ini berdasarkan proyeksi pertumbuhan ekonomi 6% per tahun dengan asumsi elastisitas 1,2”, kata Darmin. Untuk mengejar target tersebut, diperlukan kebijakan percepatan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan berupa penugasan kepada  PT PLN (Persero). Dengan adanya Perpres ini, PT PLN akan memiliki dasar hukum yang kuat untuk mempercepat pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan. 

Page 29: Paket September Bank Indonesia

Pemerintah akan mendukung berbagai langkah PLN seperti menjamin penyediaan energi primer, kebutuhan pendanaan dalam bentuk PMN dll. Juga fasilitas pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT), penyederhanaan perizinan melalui PTSP, penyelesaian konflik tata ruang, penyediaan tanah serta penyelesaian masalah hukum, serta pembentukan badan usaha tersendiri yang menjadi mitra PLN dalam penyediaan listrik. Namun PLN juga wajib mengutamakan penggunaaan barang/jasa dalam negeri melalui proses pengadaan yang inovatif. Misalnya pengadaan secara openbook, pemberian preferensi harga kepada penyedia barang / jasa dengan  tingkat kandungan dalam negeri yang tinggi, serta penerapan pengadaan yang memungkinkan pabrikan-pabrikan dalam negeri menyediakan komponen untuk sistem pembangkit listrik. Stabilisasi Pasokan dan Harga Daging Sapi Selain listrik, yang masuk dalam Paket Kebijakan Ekonomi IX adalah kebijakan tentang pasokan ternak dan/atau produk hewan dalam hal tertentu. “Kebijakan ini didasari kebutuhan daging sapi dalam negeri yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2016 ini, misalnya, kebutuhan nasional adalah 2,61 perkapita sehingga kebutuhan nasional setahun mencapai 674,69 ribu ton atau setara dengan 3,9 juta ekor sapi,” papar Darmin. Kebutuhan tersebut belum dapat dipenuhi oleh peternak dalam negeri, karena produksi sapi hanya mencapai 439,53 ribu ton per tahun atau setara dengan 2,5 juta ekor sapi. Jadi terdapat kekurangan pasokan yang mencapai 235,16 ribu ton yang harus dipenuhi melalui impor. Pemerintah sebenarnya telah melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan pasokan atau produksi daging sapi dalam negeri. Antara lain melalui upaya peningkatan populasi, pengembangan logistik dan distribusi, perbaikan tata niaga sapi dan daging sapi, dan penguatan kelembagaan melalui Sentra Peternakan Rakyat (SPR). Namun karena upaya tersebut memerlukan waktu perlu dibarengi pasokan dari luar negeri untuk menutup kekurangan yang ada. Mengingat terbatasnya jumlah negara pemasok,pemerintah Indonesia perlu memperluas akses dari negara maupun zona tertentu yang memenuhi syarat kesehatan hewan -- yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Hewan Internasional (OIE) -- untuk menambah alternatif sumber penyediaan hewan dan produk hewan.   Untuk itu Menteri Pertanian akan menetapkan negara atau zona dalam suatu negara, unit usaha atau farm untuk pemasukan ternak dan/atau produk hewan berdasarkan analisis resiko dengan tetap memperhatikan ketentuan OIE. 

Page 30: Paket September Bank Indonesia

Dengan demikian, pemasukan ternak dan produk hewan dalam kondisi tertentu tetap bisa dilakukan, seperti dalam keadaan bencana, kurangnya ketersediaan daging, atau ketika harga daging sedang naik yang bisa memicu inflasi dan mempengaruhi stabilitas harga. Jenis ternak yang dapat dimasukkan berupa sapi atau kerbau bakalan, sedangkan produk hewan yang bisa didatangkan  berupa daging tanpa tulang dari ternak sapi dan/atau kerbau. Kebijakan ini diharapkan mampu menstabilisasi pasokan daging dalam negeri dengan harga yang terjangkau dan kesejahteraan peternak tetap meningkat. Sektor Logistik, Dari Desa ke Pasar Global “Sektor logistik perlu dibenahi demi meningkatkan efisiensi dan daya saing serta pembangunan konektivitas ekonomi desa-kota,” ujar Darmin. Lima jenis usaha yang dideregulasi, yakni: a. Pengembangan Usaha Jasa Penyelenggaraan Pos Komersial Menyelaraskan ketentuan tentang besaran tarif untuk mendorong efisiensi jasa pelayanan pos. Ini dilatari adanya Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 32 Tahun 2014 sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri  Komunikasi dan Informatika Nomor 9 Tahun 2015 yang menetapkan besaran tarif jasa pos komersial harus lebih tinggi dari tarif layanan pos universal yang ditetapkan pemerintah. Ketentuan ini dinilai membatasi persaingan pelaku penyelanggara pos komersial. Perubahan ini diharapkan mampu mendorong daya saing dan perluasan layanan usaha jasa kiriman yang dapat meningkatkan kegiatan logistik desa-kota secara efisien. b. Penyatuan Pembayaran Jasa-jasa Kepelabuhanan Secara Elektronik (Single Billing) Menyatukan pembayaran jasa-jasa kepelabuhanan secara elektronik (single billing) oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengoperasikan pelabuhan. Ini sebagai penegasan pelaksanaan Peraturan Menteri BUMN Nomor 2 Tahun 2013 tentang Panduan Penyusunan Pengelolaan Teknologi Informasi BUMN. Selama ini pelaku usaha yang menggunakan jasa kepelabuhan umumnya masih melakukan pembayaran secara parsial dan belum terintegrasi secara elektronik. Ini berdampak terhadap lamanya waktu pemrosesan transaksi  (20% darilead time) di pelabuhan. Melalui

Page 31: Paket September Bank Indonesia

penyatuan pembayaran secara elektronik ini, efisiensi biaya dan waktu untuk memperlancar arus barang di pelabuhan akan bisa lebih ditingkatkan. c. Sinergi BUMN Membangun Agregator/Konsolidator Ekspor Produk UKM, Geographical Inidications, dan Ekonomi Kreatif Melalui BUMN, pemerintah ingin membuka peluang lebih besar kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM), terutama dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Selama ini beragam produk UKM, produk khas daerah, dan produk kreatif masyarakat masih sulit memenuhi ketentuan dan dokumen yang diperlukan ketika hendak mengekspor produknya.  Produk-produk yang memiliki keunggulan tertentu itu misalnya furnitur, baju muslim, makanan tradisional siap saji, perhiasan, geographical indications (akar wangi, gambir dan sejenisnya), dan ekonomi kreatif (film, musik, tenun, rajutan, dan sebagainya).  Untuk itu perlu ada sinergi, terutama di Badan Usaha Milik Negara, yang bertindak sebagai agregator / konsolidator ekspor hingga ke tingkat eceran. Pokok kebijakan yang dikeluarkan berupa penugasan Menteri BUMN kepada BUMN logistik agar bersinergi dengan BUMN lainnya untuk membangun agregator/konsolidator bagi produk/komoditi ekspor UKM, geographical indications, dan ekonomi kreatif. Upaya ini diharapkan mampu mendorong kreativitas dan perluasan kegiatan ekonomi masyarakat dalam menciptakan nilai tambah produk UKM dan produk unggulan daerah yang berdampak langsung terhadap ekonomi pedesaan. Sekaligus untuk meningkatkan konektivitas ekonomi desa-kota serta ekspor Indonesia ke pasar ASEAN dan global. d.  Sistem Pelayanan Terbadu Kepelabuhan Secara Elektronik Indonesia saat ini sudah memiliki Portal Indonesia National Single Window (INSW) yang menangani kelancaran pergerakan dokumen ekspor impor. Portal Indonesia National Single Window (INSW) sudah diterapkan di 16 (enam belas) pelabuhan laut dan 5 (lima) bandar udara di Indonesia. Efektifitas Portal Indonesia National Single Window (INSW) dalam rangka penyelesaian dokumen kepabeanan belum didukung oleh sistem informasi pergerakan barang di pelabuhan yang terintegrasi (inaportnet), seperti yard planning system, kepabeanan, delivery order, trucking company, hingga billing system. Karena belum terpadunya pergerakan barang dan dokumen di pelabuhanmaka berpengaruh terhadap lead time barang yang selanjutnya akan berdampak pada dwelling time di pelabuhan.yang

Page 32: Paket September Bank Indonesia

berdampak  pada kelancaran arus barang dan dwelling time inilah maka perlu pengembangan-pengembangan port system menjadi inaportnet yang terintegrasi ke dalam INSW. e. Penggunaan mata uang rupiah untuk transaksi kegiatan transportasi. Pembayaran beberapa kegiatan logistik seperti transportasi laut dan pergudangan masih menggunakan tarif dalam bentuk mata uang asing yang dikonversikan ke dalam mata uang Rupiah dengan besaran kurs yang ditentukan oleh masing-masing pemberi jasa (tidak ada acuan kurs). Pada umumnya ketentuan kurs yang digunakan di atas kurs Bank Indonesia.Untuk itu diperlukan kepastian tarif dalam bentuk mata uang rupiah dengan merevisi Instruksi Menteri Perhubungan nomor 3 tahun 2014. (ekon)

Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap X)

Jakarta, 11 Februari 2016

Memperlonggar Investasi Dengan Meningkatkan Perlindungan BagiUsaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi

1. Kebijakan Mendorong peningkatan investasi baik dari dalam negeri maupun dari luarnegeri (asing) untuk percepatan pembangunan dengan tetap meningkatkanperlindungan bagi Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK)dan berbagai sektor strategis nasional.

2. Latar Belakang Peningkatan investasi sangat penting dalam memacu pertumbuhan ekonomiyang tinggi, stabil, inklusif, dan berkelanjutan, serta mendorong Indonesiamenjadi basis produksi dan sentra logistik dalam menyesuaikan posisiIndonesia memanfaatkan perluasan pasar dalam Masyarakat EkonomiASEAN (MEA) dan global supply chain. Prinsip dasar perubahan Daftar Negatif Investasi (DNI) yang saat ini diaturdengan Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014, yaitu : a. Memberikan perlindungan kepada pelaku usaha kecil dan menengahberdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UsahaMikro, Kecil dan Menengah (yang mempunyai kekayaan bersih dibawahRp 10 miliar) b. Memotong mata rantai pemusatan ekonomi yang selama ini dinikmatioleh kelompok tertentu. c. Membuat harga lebih murah, misalnya obat dan alat kesehatan. d. Mengantisipasi era persaingan dan kompetisi Indonesia yang sudahmemasuki Masyrakat Ekonomi ASEAN (MEA). e. Membuka lapangan kerja dan memperkuat modal untuk membangun

Page 33: Paket September Bank Indonesia

bangsa. f. Mendorong Perusahaan Nasional agar mampu bersaing dan semakinkuat di pasar dalam negeri maupun pasar global. g. Kebijakan ini bukan liberalisasi tetapi upaya mengembangkan potensigeopolitik dan geo-ekonomi nasional, antara lain dengan mendorongUsaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK) danperusahaan nasional meningkatkan kreativitas, sinergitas, inovasi, dankemampuan menyerap teknologi baru dalam era keterbukaan.

Daftar Negatif Investasi (DNI) merupakan salah satu ketentuan-ketentuanstandar yang menjadi Pedoman pelaksanaan kebijakan Penanaman Modal(Undang-Unang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal).

Ketentuan lainnya adalah: (1) Rencana Umum Penanaman Modal; (2)Fasilitas Penanaman Modal berupa insentif (fiskal dan non-fiskal) dankemudahan; (3) Kriteria dan Persyaratan Bidang Usaha yang tertutup danterbuka dengan persyaratan; (4) Tatacara Pelaksanaan Palayanan Terpadu;(5) Norma, standar, dan prosedur pelaksanaan kegiatan dan pelayananpenanaman modal; (6) Peta Penanaman Modal Indonesia; (7) KebijakanPenanaman Modal Tersendiri di Kawasan Ekonomi Khusus oleh Pemerintah.

Perubahan Daftar Negatif Investasi telah dibahas sejak Tahun 2015termasuk melalui sosialisasi, uji publik, dan konsultasi denganKementerian/Lembaga, pelaku usaha, dan pemangku kepentingan lainnya.Pembahasan dilakukan dengan kriteria sebagai berikut: a. Sektor bidang usaha lebih terbuka, kecuali untuk melaksanakanketentuan Undang-Undang atau Peraturan Pemerintah; b. Usulan sektor yang lebih tertutup dari sebelumnya yang bukanpelaksanaan ketentuan Undang-Undang atau Peraturan Pemerintahharus disertai kajian. c. Penyederhanaan pembatasan kepemilikan saham asing (PenanamanModal Asing/PMA) yaitu: 49% (minoritas), 67%, dan 100%. Kecuali untukASEAN telah disepakati kepemilikan saham dari negara ASEAN minimal70%. d. Menghilangkan duplikasi pengaturan sektor dalam Daftar NegatifInevstasi melalui: i) Penyamaan persyaratan, seperti: cold storage antaraKementerian Perdagangan dan Kementerian Kelautan dan Perikanan;dan industri penggaraman/pengeringan perikanan dan biota air lainnyaantara Kementerian Perindustrian dan Kementerian Kelautan danPerikanan; dan ii) Pemindahan bidang usaha ke satu sektor, misal:pemanfaatan koral dari alam pada sektor Kementerian Lingkungan Hidup

Page 34: Paket September Bank Indonesia

dan Kehutanan ke sektor Kementerian Kelautan dan Perikanan.

3. Tujuan dan Manfaat: Meningkatkan investasi baik yang bersumber dari dalam negeri maupun dariluar negeri (asing) dan untuk bidang usaha (sektor) yang sudah bersifatkompetitif atau memerlukan teknologi dan atau sumber pembiayaan yangtidak tersedia di dalam negeri dibuka 100% untuk Penanaman Modal Asing.Sehingga dengan demikian percepatan pembangunan infrastruktur yangbersifat komersial seperti pengusahaan jalan tol, pengelolaan danpembuangan sampah yang tidak berbahaya, industri bahan baku obatterbuka dibiayai dari Penanaman Modal Asing.

Mendorong penyebaran investasi ke seluruh Indonesia terutama di luar Jawayang porsi saat ini berkisar 42%, komposisi investasi dengan dominasi disektor sekunder dan tidak banyak tersinergi berdasarkan value chain. Peluang pengembangan dan perlindungan Usaha Mikro, Kecil, Menengah,dan Koperasi terbuka lebar melalui kemitraan Penanaman Modal DalamNegeri dan Penanaman Modal Asing.

4. Pokok-Pokok Kebijakan dalam perubahan Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014: Memperkuat efektivitas pelaksanaan kebijakan DNI dengan menambah ketentuan: (1) Menegaskan definisi kemitraan sesuai dengan sektor, seperti20% plasma; (2) Peningkatan kepastian usaha (grand father clause), sepertimengawasai pelaksanaan bidang usaha yang telah disetujui investasinyatetap berjalan meskipun terjadi perubahan Daftar Negatif Investasi (DNI); (3)Peningkatan kepatuhan kementerian/lembaga dan Pemerintah Daerah dalampelaksanaan Daftar Negatif Investasi (DNI); dan (4) Memberikan saluranpenyelesaian cepat permasalahan pelaksanaan Daftar Negatif Investasi(DNI) melalui Tim Nasional Peningkatan Investasi dan Peningkatan Ekspor. Dikeluarkan dari Daftar Negatif Investasi, yaitu sebanyak 35 bidangusaha, antara lain: industri crumb rubber; cold storage; pariwisata (restoran;bar; cafe; usaha rekreasi, seni, dan hiburan: gelanggang olah raga); industriperfilman; penyelenggara transaksi perdagangan secara elektronik (marketplace) yang bernilai Rp.100 milyar ke atas; pembentukan lembaga pengujianperangkat telekomunikasi; pengusahaan jalan tol; pengelolaan danpembuangan sampah yang tidak berbahaya; industri bahan baku obat.

Jenis/Bidang Usaha yang tertutup: a. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentangPenanaman Modal, bidang usaha yang tertutup terdiri dari: (1) tertutup

Page 35: Paket September Bank Indonesia

untuk Penanaman Modal Asing (PMA), yaitu produksi senjata, mesiu, alatpeledak, dan peralatan perang; (2) bidang usaha yang secara tegasdinyatakan tertutup berdasarkan undang-undang; dan (3) bidang usahayang tertutup berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014.

b. Saat ini dalam Daftar Negatif Investasi (DNI) terdapat 20 bidang usahayang tertutup untuk semua penanaman modal, seperti: budi daya ganja,penangkapan spesies ikan yang dilarang berdasarkan peraturaninternasional (Convention on International Trade in Endangered Speciesof Wild Fauna and Flora/CITES), bahan kimia yang berbahaya bagilingkungan dan keamanan, perjudian/kasino.

c. Di dalam Daftar Negatif Inevstasi (DNI) yang baru ditambah lagi 1 bidangusaha yang tertutup dengan alasan kelestarian lingkungan, yaitupemanfaatan (pengambilan) koral/karang dari alam untuk bahanbangunan/kapur/kalsium, akuarium, dan souvenir/perhiasan, serta koralhidup atau koral mati dari alam.

Perlindungan dan pengembangan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, danKoperasi (UMKMK): a. Dalam Daftar Negatif Investasi (DNI) sebelumnya bidang usaha yangdicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK), sebanyak 139 bidang usaha, seperti antara lain: usaha budidaya tanaman pangan pokok dengan luas kurang dari 25 ha, usahapembenihan perkebunan dengan luas kurang dari 25 ha, usahapengolahan hasil perikanan secara terpadu dengan penangkapan ikan diperairan umum, agen perjalanan wisata. b. Dalam Daftar Negatif Inevstasi (DNI) baru bertambah 19 bidang usahayang tercakup dalam kegiatan jenis usaha jasa bisnis/jasa konsultasikonstruksi yang menggunakan teknologi sederhana/madya dan/atauresiko kecil/sedang dan/atau nilai pekerjaan dibawah Rp 10 milyar, yangsebelumnya dipersyaratkan saham asing sebesar 55%, seperti jasa pradesign dan konsultasi, jasa design arsitektur, jasa administrasi kontrak,jasa arsitektur lainnya. c. Selain itu terdapat 39 bidang usaha yang dicadangkan untuk UsahaMikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK) ditingkatkan nilaipekerjaanya dari semula sampai dengan Rp 1 milyar menjadi sampaidengan Rp 50 milyar, yaitu kegiatan yang tercakup dalam jenis usahajasa konstruksi, seperti pekerjaan konstruksi untuk bangunan komersial,pekerjaan konstruksi untuk bangunan sarana kesehatan, pekerjaankonstruksi lainnya, dsb. d. Untuk memperluas kegiatan usaha Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan

Page 36: Paket September Bank Indonesia

Koperasi (UMKMK) dilakukan reklasifikasi yang menyederhanakanbidang usaha, misalnya 19 bidang usaha jasa bisnis/jasa konsultasikonstruksi dijadikan 1 jenis usaha yang dapat dilakukan oleh UsahaMikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK) untuk 19 bidangkegiatan. Oleh karena itu jenis/bidang usaha yang dicadangkan untukUsaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK) menjadi lebihsederhana dari 139 menjadi 92 kegiatan usaha. e. Kemitraan yang ditujukan agar Penanaman Modal Dalam Negeri danPenanaman Modal Asing bekerja sama dengan Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK) yang semula 48 bidang usaha, bertambah 62 bidang usaha sehingga menjadi 110 bidang usaha, yaitu antara lain: usaha perbenihan perkebunan dengan luas 25 Ha atau lebih,perdagangan eceran melalui pemesanan pos dan internet.

f. Disamping yang tegas diatur untuk perlindungan dan pengembanganUsaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi (UMKMK) melaluicadangan investasi dan kemitraan, maka Usaha Mikro, Kecil, Menengah,dan Koperasi (UMKMK) juga tetap dapat melakukan penanaman modal,baik yang tidak diatur dalam Daftar Negatif Investasi maupun bidangusaha yang terbuka dengan persyaratan lainnya.

Kelonggaran investasi:a. Hilangnya rekomendasi, sebanyak 83 bidang usaha antara lain untuk: Hotel (Non Bintang, Bintang Satu, Bintang Dua); Motel; Usaha Rekreasi,Seni, dan Hiburan: Biliar, Bowling, Lapangan Golf. b. Penyatuan bidang usaha menjadi 1 jenis usaha untuk mempermudahperizinan investasi, misalnya 39 bidang usaha seperti: membangungudang, membuat bangunan, reparasi bangunan menjadi 1 jenis usaha,yaitu Jasa Konstruksi.

Peningkatan besaran modal asing:a. Dalam DNI komposisi saham PMA adalah: (1) 30% sebanyak 32 bidang usaha, yaitu antara lain budi dayahortikultura, perbenihan hortikulutura, dan sebagainya, tetapi tidakberubah karena UU. (2) 33% sebanyak 3 bidang usaha, yaitu distributor dan pergudanganmeningkat menjadi 67%, serta cold storage meningkat menjadi 100%. (3) 49% sebanyak 54 bidang usaha, dimana 14 bidang usaha meningkatmenjadi 67% (seperti: pelatihan kerja, biro perjalanan wisata,lapangan golf, jasa penunjang angkutan udara, dsb); dan 8 bidangusaha meningkat menjadi 100% (seperti: sport center, laboratoriumpengolahan film, industri crumb rubber, dsb); serta 32 bidang usahatetap 49%, seperti fasilitas pelayanan akupuntur. (4) 51% sebanyak 18 bidang usaha, dimana 10 bidang usaha meningkatmenjadi 67% (seperti: museum swasta, jasa boga, jasa konvensi,

Page 37: Paket September Bank Indonesia

pameran dan perjalanan insentif, dsb); dan 1 bidang usaha meningkatmenajdi 100%, yaitu restoran; serta 7 bidang usaha tetap 51%,seperti pengusahaan pariwisata alam.

(5) 55% sebanyak 19 bidang usaha, dimana semuanya bidang usahameningkat menjadi 67%, yaitu jasa bisnis/jasa konsultansi konstruksidengan nilai pekerjaan diatas Rp. 10.000.000.000,00. (6) 65% sebanyak 3 bidang usaha, dimana 3 bidang usaha meningkatmenjadi 67%, seperti penyelenggaraan jaringan telekomunikasi yangterintegrasi dengan jasa telekomunikasi, Penyelenggaraan jaringantelekomunikasi yang terintegrasi dengan jasa telekomunikasi, dsb. (7) 85% sebanyak 8 bidang usaha, dimana 1 bidang usaha meningkatmenjadi 100%, yaitu industri bahan baku obat; dan 7 bidang usahalainnya tetap karena UU, seperti sewa guna usaha, dsb. (8) 95% sebanyak 17 bidang usaha, dimana 5 bidang usaha meningkatmenjadi 100% (seperti: pengusahaan jalan tol, pembentukan lembagapengujian perangkat telekomunikasi/tes laboratorium, dsb); dan 12bidang usaha tetap 95% karena UU seperti usaha perkebunandengan luas 25 ha atau lebih yang teritegrasi dengan unit pengolahandengan kapasitas sama atau melebihi kapasitas tertentu, dsb. b. Dari Penanaman Modal Dalam Negeri 100% menjadi dibolehkannyaasing dengan besaran saham tertentu sebanyak 20 bidang usaha, yaituantara lain: instalasi pemanfaatan tenaga listrik tegangan tinggi/ekstratinggi (49%); angkutan orang dengan moda darat (49%); jasa pelayananpenunjang kesehatan (67%); industri perfilman termasuk peredaran film(100%).