pai

35
Ujian Tengah Semester Pendidikan Agama Islam 1. Mengapa Allah menciptakan manusia? Jawaban saya: Allah menciptakan manusia karena memiliki tujuan tertentu yaitu untuk sebagai khalifah di muka Bumi, sehingga Allah menciptakan manusia disertai dengan akal dan pikiran berbeda dengan makhluk lainnya. Dengan adanya akal pikiran diharapkan manusia dapat menjaga dan memelihara semua ciptaan Allah yang ada di muka Bumi. Berdasarkan literature yang telah diperoleh, tidak diragukan lagi bahwasannya Allah Swt adalah Wujud Yang Maha Kaya (tidak membutuhkan), untuk mengatasi persoalan diatas, tidaklah terlepas dari dua pokok proposisi: a. Allah Swt, sebagai Wujud Yang Maha Sempurna, dan tidak membutuhkan, juga bagiNya tidak mempunyai tujuan dalam pencapaian suatu kebutuhan. b. Perbuatan Allah Swt tidaklah menuju kesia-siaan, haruslah bagiNya meraih tujuan. Tujuan tersebut berkenaan dengan tindakan (objek),bukanlah bagi pelaku perbuatan(subjek). Dalam alqur’an Allah Swt berfirman: “ Maka apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya kami menciptakan kamu secara main- 1

Upload: wina-laili-m

Post on 02-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pai

Ujian Tengah Semester Pendidikan Agama Islam

1. Mengapa Allah menciptakan manusia?

Jawaban saya: Allah menciptakan manusia karena memiliki tujuan tertentu

yaitu untuk sebagai khalifah di muka Bumi, sehingga Allah menciptakan

manusia disertai dengan akal dan pikiran berbeda dengan makhluk lainnya.

Dengan adanya akal pikiran diharapkan manusia dapat menjaga dan

memelihara semua ciptaan Allah yang ada di muka Bumi.

Berdasarkan literature yang telah diperoleh, tidak diragukan lagi

bahwasannya Allah Swt adalah Wujud Yang Maha Kaya (tidak

membutuhkan), untuk mengatasi persoalan diatas, tidaklah terlepas dari dua

pokok proposisi:

a. Allah Swt, sebagai Wujud Yang Maha Sempurna, dan tidak membutuhkan,

juga bagiNya tidak mempunyai tujuan dalam pencapaian suatu kebutuhan.

b. Perbuatan Allah Swt tidaklah menuju kesia-siaan, haruslah bagiNya meraih

tujuan. Tujuan tersebut berkenaan dengan tindakan (objek),bukanlah bagi

pelaku perbuatan(subjek).

Dalam alqur’an Allah Swt berfirman: “ Maka apakah kamu mengira, bahwa

Sesungguhnya kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa

kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (QS Al-Mukminun ayat 115)

dalam surat lain, Allah Swt berfirman:. “…………..Dan mereka memikirkan

tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah

Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah

kami dari siksa neraka.” (QS Al-Imran ayat 191),

juga dalam ayatNya : “ Dan tidaklah kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala

yang ada di antara keduanya dengan bermain-main”. (QS Anbiya’ ayat 16)

Maksud dan kandungan ayat-ayat diatas bahwasanya Allah Swt menciptakan

langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya itu adalah dengan

maksud dan tujuan yang mengandung hikmat. Poin penting adalah tidaklah

1

Page 2: Pai

maksud dan tujuan tersebut kecuali untuk kesempurnaan makhluk tidaklah

bagi kesempurnaan zatNya (Allah Swt).

Allah berfirman kepada para malaikat ketika akan menciptakan Adam,

''Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi''. (Al-

Baqarah:30). Banyak kaum muslimin yang keliru dalam memahami ayat ini,

yakni sebagai wakil/pengganti Allah dalam mengurus bumi. Makna khalifah

yang benar adalah kaum yang akan menggantikan satu sama lain, kurun demi

kurun, dan generasi demi generasi, demikian penjelasan dalam ringkasan Tafsir

Ibnu Katsier

''Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ''Sesungguhnya Aku

hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.'' Mereka berkata:

''Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan

membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami

senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?''. Tuhan

berfirman: ''Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui''(Al-

Baqarah:30)

Syaikh Muhammad Nasib Ar-Rifa’i berpendapat dalam ringkasan Tafsir Ibnu

Katsiernya :

1. Adalah mustahil tiadanya Allah dari kerajaan-Nya, baik secara total maupun

sebagian. Dia senantiasa mengurus langit dan bumi dan tidak ada suatu perkara

seberat Dzarrah pun yang ada di langit dan di bumi yang terlepas dari

pengetahuan-Nya. Jadi, Dia tidak membutuhkan khalifah, wakil, pengganti, dan

tidak pula butuh kepada pihak yang ada di dekat-Nya.

2. Jika keberadaan Adam atau jenis manusia itu layak untuk menggantikan

Allah, maka dia harus memiliki sifat-sifat yang menyerupai sifat-sifat Allah

Ta'ala, dan Mahasuci Allah dari sifat-sifat yang dapat diserupai manusia. Jika

manusia, sebagaimana seluruh makhluk lainnya, tidak menyandang sifat-sifat

yang menyerupai sifat-sifat Allah, bahkan makhluk tidak memilikinya,

2

Page 3: Pai

sedangkan Allah Maha Sempurna pada seluruh sifat-Nya, maka terjadilah

ketidaksamaan secara total. Maka bagaimana mungkin orang yang

berkekurangan menggantikan pihak Yang Mahas Sempurna? Maha Suci Allah

dari adanya pihak yang menandingi dan menyerupai. ''Tidak ada sesuatu pun

yang serupa dengan Dia, dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha

Melihat.'' (asy-Syuura: 11)

3. Adalah sudah pasti bahwa manusia tidak layak menjadi khalifah atau wakil

Allah, bahkan hal sebaliknyalah yang benar, yaitu Allah sebagai khalifah dan

wakil. Simaklah beberapa firman berikut ini. ''Cukuplah Allah menjadi Wakil

(Penolong) kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung''(Ali Imran: 173). ''Dan

Allah Maha Mewakili segala sesuatu.''(Hud: 12). ''Dan barangsiapa bertawakal

kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya.''(At-Thalaq: 3).

''Dan cukuplah Allah sebagai Wakil''(An-Nisa': 81) Dalam hadits mengenai doa

bepergian, Nabi shalallahu wa alaihi wa sallam bersabda, ''Ya Allah,�

Engkaulah yang menyertai perjalanan dan yang menggantikan dalam mengurus

keluarga yang ditinggalkan)

4. Tidak ada satu dalil pun, baik yang eksplisit, implisit, maupun hasil inferensi,

baik di dalam Al-Qur'an maupun Sunnah yang menyatakan bahwa manusia

merupakan khalifah Allah di bumi, karena Dia berfirman, ''Sesungguhnya Aku

akan menjadikan seorang khalifah di bumi''. Ayat ini jangan dipahami bahwa

Adam alaihis salam adalah khalifah Allah di bumi, sebab Dia bertirman,

''Sesungguhnya Aku akan menjadikan khalifah di bumi.'' Allah mengatakannya

demikian, dan tidak mengatakan, ''Sesungguhnya Aku akan menjadikan, untuk-

Ku, seorang khalifah di bumi'', atau Dia mengatakan, ''Sesungguhnya Aku akan

menjadikan seorang khalifah bagi-Ku di bumi'', atau ''menjadikan khalifah-Ku''.

Dari mana kita menyimpulkan bahwa Adam atau spesies manusia sebagai

khalifah Allah di bumi? Ketahuilah, sesungguhnya urusan Allah itu lebih mulia

dan lebih agung daripada itu, dan Maha Tinggi Allah dari perbuatan itu. Namun,

mayoritas mufasirin mengatakan, ''Yakni, suatu kaum menggantikan kaum yang

3

Page 4: Pai

lain, kurun demi kurun, dan generasi demi generasi.'' (Ar-Rifa’i, Muhammad

Nasib: Akhir Ramadhan 1390 H).

2. Mengapa manusia perlu beragama dan mengapa Anda

beragama Islam?

Jawaban saya: Manusia perlu beragama karena manusia perlu penuntun dan

pedoman hidup dalam menjalani kehidupannya, dalam hal ini agama sangat

berperan penting dimana Agama memiliki aturan, norma, dan petunjuk

yang telah di atur oleh Yang Maha Kuasa untuk menjalani kehidupan

manusia.Dengan adanya Agama, umat manusia berharap agar dapat hidup

selamat dan bahagia di dunia dan di akhirat.

Berdasarkan literature yang diperoleh, Istilah agama merupakan

terjemahan dari Ad-Din (dalam bahasa Arab). Ad-Din dalam Al Quran

disebutkan sebanyak 92 kali. Secara bahasa, dîn diartikan sebagai “balasan”

yaitu di dalam Al Quran yang menyebutkan kata dîn dalam surat Al-Fatihah

ayat 4, “Maliki yaumiddin – “(Dialah) Pemilik (raja) hari pembalasan. Begitu

juga pada sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, ad-dînu nashihah

(Agama adalah ketaatan).Juga dalam Al-Baqarah ayat 256 “Laa ikraaha

fiddin” (“tidak ada paksaan dalam agama …“).

Secara istilah, din diartikan sebagai sekumpulan keyakinan, kepercayaan, hukum, dan

norma yang diyakini dapat mengantarkan seseorang menuju kebahagiaan manusia.

Kebahagian dan keselamatan inilah yang sering menjadi cita-cita yang ingin dicapai

tiap umat manusia di dunia. Dan kebanyakan orang sangat berharap dengan

kebahagiaan dunia dan akhirat (Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib: Akhir Ramadhan

1390 H).

1. Manusia secara naluri dan fitrahnya memang sangat membutuhkan agama.

4

Page 5: Pai

Manusia pada dasarnya membutuhkan agama karena hal ini yang

membedakan manusia dengan mahluk lain seperti hewan. Dalam beberapa hal,

ada kesamaan antara manusia dengan hewan, yaitu sama-sama sebagai mahluk

Allah SWT, sama-sama mempunyai keinginan-keinginan biologis dan sama-

sama mempunyai perasaan takut, sedih, dan gembira dan lain-lain. Manusia

merupakan mahluk yang unik dan istimewa. Secara fisik manusia lebih lemah

dibandingkan dengan hewan tetapi manusia mempunyai jiwa dan akal yang

dapat membedakan baik dan buruk, benar dan salah dan lain sebagainya.

2. Manusia sangat membutuhkan pedoman untuk mengatur kehidupan di dunia

dan mempersiapkan dirinya untuk kehidupan di akhirat.

Manusia sebagai mahluk individu sekaligus sebagai mahluk sosial sangat

memerlukan aturan dalam seluruh aspek kehidupannya. Mulai dari

menyalurkan kebutuhan yang paling dasar sampai memenuhi kebutuhannnya

yang primer, sekunder dan tersier. Semua aspek kehidupan ada aturannya

apalagi untuk kehidupan di dunia dan akhirat. Ilmuwan barat di antaranya

Schumacher menyatakan bahwa materialisme sudah mati, manusia sekarang

mencari spiritualisme sehingga menurut hemat kita pencarían dan kembalinya

manusia terhadap agama merupakan jawaban yang tepat.

Jawaban saya: Saya beragama Islam karena pertama saya dilahirkan sebagai

anak yang beragama Islam sehingga saya di ajarkan Islam sedari kecil, atas

dasar itu sampai sekarang saya tetap memeluk agama Islam dikarenakan Islam

telah mengajarakan saya pada keimanan terhadap Allah walaupun Allah tidak

berwujud, bagaimana kita selalu mengimani bahwa Allah itu selalu ada di dekat

kita bahkan sedekat urat nadi. Dan karna ini sudah di takdirkan oleh Allah, saya

telah dilahirkan sebagai Islam dan saya sangat bersyukur.

Berdasarkan literature, Al-Qur’an Surat Al-Ar’af menerangkan kepada

kita bahwa sesungguhnya di alam ruh manusia sudah berjanji dan menyaksikan

bahwa Allah SWT adalah sang Maha Pencipta.

5

Page 6: Pai

Juga Al-Quran Surat Al-Baqarah dari ayat 1 s/d ayat 20 menceritakan golongan-

golongan manusia. Para mufasirin menfasirkan bahwa ayat 1 – 5 menerangkan

orang-orang yang beriman, ayat 6 – 7 menerangkan orang-orang yang kafir,

dan ayat 8 – 20 menerangkan keadaan orang yang munafik. Dari 20 ayat yang

diturunkan pada awal surat ini ternyata hanya 2 ayat saja yang menerangkan

mengenai orang-orang kafir. Hal ini yang ditafsirkan bahwa kebanyakan

manusia sebenarnya beriman namun yang paling banyak jumlahnya adalah

golongan orang-orang atau kaum munafiqin yang senantiasa berada dan ragu

di antara keimanan dan kemunakran mereka.

2. Manusia tidak mempunyai jawaban yang pasti terhadap pertanyaan-

pertanyaan tentang alam semesta.

Pada saat Nabi Adam diturunkan ke bumi maka timbul kebingungan dalam

dirinya tentang bagaimana menghadapi kehidupan di bumi, maka Allah SWT

memberi tuntunan melalui wahyu dan isyarat-isyarat yang diturunkan kepada

beliau. Bahkan sebelum Nabi Adam diciptakan-Nya para malaikat berdialog

dengan Allah SWT tentang mahluk yang akan diciptakan Allah untuk menjadi

khalifah di bumi (Al-Baqarah ayat 30-34). Pertanyaan yang disampaikan

malaikat adalah bentuk keprihatinan kepada manusia yang cenderung menjadi

mahluk pembangkang namun Allah berfirman bahwa Allah lebih mengetahui

daripada apa yang diketahui para malaikat. Dan selanjutnya Allah memberikan

pelajaran mengenai nama-nama benda kepada nabi Adam sebagai

pengetahuan dan menjadikan kedudukan atau derajat Nabi Adam yang lebih

tinggi daripada malaikat sehingga malaikat diperintahkan sujud kepada Nabi

Adam ((Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib: Akhir Ramadhan 1390 H).

6

Page 7: Pai

3. Apakah tujuan Allah menurunkan wahyu dan mengutus Rasul

kemuka Bumi?

Jawaban saya: Tujuan Allah mengutus Rasul adalah untuk menyampaikan

wahyu yang telah diterimanya kepada seluruh umat manusia, agar umat

manusia berada di jalan yang benar.

Berdasarkan literature yang diperoleh, Tujuan Allah mengutus Rasul kemuka

Bumi adalah untuk menyampaikan wahyu kepada manusia agar tidak ada

hujjah (alasan) bagi mereka dihadapan Allah Ta’ala di hari kiamat kelak. Allah

Ta’ala mengutus mereka kepada kaumnya dengan diperkuat bukti-bukti dan

berbagai mukjizat. Nabi yang diangkat sebagai rasul pertama adalah Nabi Nuh,

sedangkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Nabi dan Rasul

pungkasan.

Dan di antara yang membedakan antara nabi dan rasul adalah, bahwa

kenabian adalah syarat kerasulan, maka tidak bisa menjadi rasul orang yang

bukan nabi. Kenabian lebih umum dari kerasulan. Setiap rasul pasti nabi, tetapi

tidak setiap nabi adalah rasul. Dan rasul adalah orang yang membawa risalah

kepada suatu kaum yang tidak mengerti tentang agama dan syari’at Allah

Ta’ala, atau kepada kepada kaum yang telah mengubah syariat dan agama,

untuk mengajari mereka atau mengembalikan mereka ke dalam syariat Allah

Ta’ala. Dia adalah hakim bagi mereka. Sedangkan nabi diutus dengan dakwah

kepada syariat nabi atau rasul sebelumnya.

Dalil-Dalil yang Mewajibkan Beriman kepada Para Rasul

* Dalil- Dalil Naqli (al-Qur’an dan al-Hadits)

1. Di antara khabar yang berasal dari Allah Ta’ala tentang rasul-rasulNya dan

tentang penetapan mereka menjadi rasul dan risalah-risalah (misi) yang

mereka bawa, adalah terdapat dalam ayat-ayat berikut, “Dan sesungguhnya

7

Page 8: Pai

Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan),

‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu’…” (QS. an-Nahl:36)

“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami

telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan

Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya’qub dan

anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur

kepada Daud. Dan (Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh Kami

kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami

kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa

dengan langsung. (Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita

gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak alasan bagi manusia

membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha

Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisaa’:163-165)

2. Berita dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang dirinya dan tentang

saudara-saudaranya para rasul dan para nabi, hal tersebut tercantum dalam

hadits-hadits yang sangat banyak di antaranya:

Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya oleh Abu Dzar tentang

jumlah para nabi dan rasul, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab,

“Seratus dua puluh ribu nabi, dan yang menjadi rasul di antara mereka

sebanyak tiga ratus tiga belas (rasul).” (HR. Ibnu Hibban).

Sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, “Allah tiada mengutus seorang nabi

melainkan ia telah memberikan peringatan kaumnya akan si buta sebelah

matanya lagi pendusta, yaitu al-Masih Dajjal”. (HR. Bukhari dan Muslim)

* Dalil-Dalil ‘Aqli

1. Rububiyyah Allah Ta’ala dan rahmat-Nya memastikan pengangkatan rasul

dariNya untuk segenap umat manusia agar memperkenalkan (Rabb) kepada

8

Page 9: Pai

mereka dan membimbing mereka menuju jalan kebahagiaan di dunia dan

akhirat.

2. Allah Ta’ala menciptakan manusia supaya beribadah kepadaNya, firmanNya,

artinya, “Dan Aku tidak sekali-kali menciptakan jin dan manusia kecuali supaya

mereka beribadah kepadaKu.” (Adz-Dzariyat: 56). Maka hal ini menuntut

adanya pemilihan manusia sebagai rasul agar mengajarkan kepada manusia

bagaimana seharusnya beribadah kepada Allah Ta’ala. Sebab yang demikian

itulah tugas dan tujuan penciptaan manusia.

3. Adanya pahala dan hukuman yang berkaitan dengan pengaruh ketaatan dan

kemaksiatan pada jiwa (hati) hingga menjadi bersih atau kotor merupakan

perkara yang memastikan pengutusan para rasul dan pengangkatan manusia

menjadi nabi. Juga di hari Kiamat kelak tidak ada manusia yang mengatakan,

“Sesungguhnya kami ya Rabb kami tidak mengetahui cara patuh kepada

Engkau, sehingga kami bisa mematuhiMu, dan kami pun tidak mengetahui sisi

kedurhakaan kepadaMu sehingga kami menjauhinya; Dan pada hari ini tidak

ada kezhaliman di sisiMu, maka janganlah Engkau menyiksa kami.” Allah Ta’ala

menegaskan dalam firmanNya, artinya, “(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul

pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan

bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah

Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisaa’:165) (Anonim A,

2011).

Jawaban saya: Tujuan Allah menurunkan wahyu adalah untuk memberi

petunjuk kepada Nabi atau Rasul Allah dalam menyebarkan Agama Allah. Para

nabi mengaku bahwa mereka memiliki hubungan langsung dan khusus dengan

Tuhan, mereka menerima hakikat di mana manusia biasa tidak akan mampu

menampungnya. Para nabi melihat dan mendengar suara Malaikat sang

pembawa wahyu dengan indra-indra batin. Dan para nabi bertugas untuk

menyampaikan berita dan perintah Tuhan kepada umat manusia, membimbing

9

Page 10: Pai

dan memberi petunjuk kepada hamba-hamba-Nya. Hubungan khusus yang

bersifat rahasia itu, dalam istilah, disebut sebagai wahyu.

Berdasarkan literature Syekh Mufid menyatakan, "Ketika wahyu

dinisbahkan kepada Tuhan, dalam istilah Islam, maka wahyu itu hanyalah

dikhususkan kepada para nabi As."

Hamu menuliskan, "Terkadang Tuhan mengispirasikan sesuatu kepada sebagian

manusia dalam keadaan tidur dan kemudian hal tersebut benar-benar terjadi,

maka inspirasi ini dalam terminologi Islam tidak disebut wahyu. Dengan

demikian, tidak dikatakan bahwa fulan telah mendapatkan wahyu. Kami

meyakini bahwa para imam suci menerima ilmu akan tetapi tidak disebut

sebagai wahyu, hal ini karena kaum muslimin sepakat bahwa pasca Nabi

Muhammad saw tidak turun lagi wahyu kepada seorangpun."

Telah banyak defenisi wahyu yang telah dikemukakan, akan tetapi bukanlah

defenisi yang bersifat hakiki. Pada dasarnya, kita mustahil mendefenisikan

wahyu dari segi hakikatnya, karena wahyu bukanlah sejenis hubungan biasa

sehingga kita bisa memahaminya kemudian mendefenisikannya.

Allamah Thabathabai mengungkapkan, "Wahyu ialah sejenis makrifat dan

pengetahuan khusus di dalam batin para nabi dimana tak seorangpun bisa

mengetahuinya kecuali dengan bantuan dan inayah Tuhan."

Lebih lanjut dia katakan, "Wahyu ialah perkara yang sangat ajaib, sejenis

persepsi-persepsi batin, dan pengetahuan yang sangat simbolik dimana tidak

terjangkau oleh indra-indra lahiriah."

Dan Muhammad Farid berkata, "Wahyu adalah pengajaran Tuhan kepada para

nabi dengan perantaraan malaikat mengenai perkara-perkara agama.

Muhammad Rasyid Ridha berkata, "Mereka mendefenisikan wahyu sebagai

pengajaran Tuhan tentang hukum agama kepada salah seorang nabi, akan tetapi saya

10

Page 11: Pai

mendefenisikan wahyu sebagai sebuah bentuk pengetahuan dimana seseorang

mendapatkannya dalam dirinya sendiri dan meyakini bahwa hal tersebut dari Tuhan

baik dengan perantara ataupun tanpa perantara."

Zarqani menulis, "Wahyu dalam defenisi agama adalah bahwa Tuhan

menginformasikan apa-apa yang hendak diajarkan kepada hamba-hamba pilihan-Nya

namun dengan cara rahasia dan tersembunyi."

Poin penting yang harus disampaikan adalah kata "wahyu" telah digunakan di tiga

tempat :

1. Bermakna mengirim wahyu dimana merupakan sifat dari pemberi wahyu;

2. Bermakna pengetahuan dan pemahaman atas sesuatu, yakni sebagai sifat dari

penerima wahyu;

3. Bermakna diwahyukan yakni hasil dari perbuatan Tuhan dan para nabi dimana

merupakan sifat dari ilmu-ilmu, pengetahuan-pengetahuan, dan hukum-hukum

agama. Maka dalam hal ini, al-Quran digolongkan sebagai wahyu

Wahyu adalah sebuah eksistensi transendental yang berada di luar ranah dan wilayah

akal pikiran manusia, karena itu manusia mustahil mengetahui esensi dan hakikat

wahyu dengan perantaraan akal. Wahyu bukanlah mengetahuinya dengan

menggunakan perangkat-perangkat indrawi dan alat-alat ilmu empirik.

Hakikat wahyu tidaklah bisa dideskripsikan oleh akal dan tidak bisa didefenisikan

dengan apapun. Para nabi memahami hakikat wahyu dan menyaksikannya dengan

keluasan dan kesucian batinnya.

Hakikat wahyu yang disaksikan langsung oleh para nabi bukan dalam bentuk huruf-

huruf dan tidak bisa disampaikan kepada yang orang lain, akan tetapi kandungan

wahyu yang kaya dan sarat dengan informasi dari Tuhanlah yang bisa ditransfer

kepada orang lain. Ketika para nabi menyampaikan wahyu tidaklah berarti bahwa para

11

Page 12: Pai

nabi menyampaikan pengalaman batinnya di alam metafisika yang merupakan sebuah

eksistensi di luar alam materi dan alam tabiat. Para pengikut dan sahabat hanyalah

menyaksikan tanda-tanda bahwa nabi menerima wahyu dan mereka tidak mengalami

apa yang terjadi pad nabi pada saat menerima hakikat wahyu.

Oleh karena itu, kami dengan jelas mengatakan bawa kita tidak bisa menjelaskan dan

memahami hakikat wahyu dan tidak dapat memberikan definisi yang komprehensif

terhadap sebuah eksistensi transendental yang diluar jangkauan akal manusia. Dan

para pembaca yang budiman sebaiknya tidak berharap demikian, akan tetapi tujuan

kami adalah menjelaskan apa-apa yang akan membantu kita dalam memahami wahyu

secara lahiriah dan mendekatkan pikiran kita tentang hubungan rahasia dan luar biasa

ini. Inilah tujuan kami ketika mengutip dan menyandarkan perkataan kami kepada para

filosof dan para urafa. Dan dengan menalaah perkataan para ilmuwan tersebut akan

memberikan perspektif yang benar tentang wahyu pada kita.

Bukan berarti bahwa dengan ketidakmampuan mengetahui esensi wahyu

menyebabkan pengingkaran pada wahyu, kenabian, rasul, dan pembawa wahyu itu

sendiri, karena kenabian adalah masalah yang telah dibahas dan diteliti secara cermat

dalam buku-buku teologi dan filsafat serta sudah dibuktikan keberadaannya dengan

mengemukakan argumentasi logikal dan rasional. Pembuktian kebenaran kenabian

tidak bergantung pada pengetahuan kita tentang hakikat dan esensi wahyu.

Al-Quran dengan tegas memperkenalkan dirinya sebagai mukjizat nabi yang

bersumber langsung dari Tuhan dan menantang para pengingkar al-Quran untuk

menghadirkan seperti kita suci itu.

Nabi Muhammad saw mengumumkan kepada umat manusia bahwa al-Quran

bukanlah perkataan beliau dan beliau pun tidak bisa menciptakan ayat al-Quran sesuai

dengan keinginannya ataukah mengganti ayat dengan ayat yang lain, hal sebagaimana

diungkapkan, "Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata,

orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata,

“Datangkanlah Al-Qur’an yang lain dari ini atau gantilah Al-Qur’an ini.” Katakanlah,

12

Page 13: Pai

“Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut

kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut kepada siksa hari

yang besar (kiamat) jika aku mendurhakai Tuhanku.” Katakanlah, “Seandainya Allah

menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepadamu dan Allah tidak (pula)

memberitahukannya kepadamu. Sesungguhnya aku telah tinggal bersamamu beberapa

lama sebelumnya (dan aku belum pernah membawakan sebuah ayat pun). Maka

apakah kamu tidak memikirkannya?" "Dan apabila (ayat Al-Qur’an terlambat turun

dan) kamu tidak membawa suatu ayat Al-Qur’an pun kepada mereka, mereka berkata,

“Mengapa tidak kamu buat sendiri ayat itu?” Katakanlah, “Sesungguhnya aku hanya

mengikut apa yang diwahyukan dari Tuhanku kepadaku. Al-Qur’an ini adalah bukti-

bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk, dan rahmat bagi orang-orang yang

beriman." (Anonim B, 2012)

4. Apakah Allah Maha Adil atau Maha Berkehendak terhadap

perbuatan manusia atau nasib manusia?

Jawaban saya: Allah Maha Adil terhadap perbuatan manusia karena Allah memiliki

nama-nama yang baik (Asma’ul Husna) salah satunya yaitu Al-Adlu yang berarti Maha

Adil. Sifat Adil hanya dimiliki oleh Allah, sebagai umat muslim sudah sepatutnya tahu

dan paham akan nama-nama Allah ‘Azza wa Jalla yang berjumlah 99 yang terlampir

dalam Asma’ u al-Husna. Dan nama-nama Allah ‘Azza wa Jallah tersebut bukan hanya

sekedar pengertian atau wacana agama Islam itu sendiri melainkan itu memang

gambaran dari sifat-sifat Allah ‘Azza wa Jalla yang sangat amat sempurna dan terbukti

kebenarannya sampai-sampai para ulama mengatakan bahwa dengan Asma’ u al-

Husna saja tidak cukup untuk menggambarkan Keagungan dan Kesempurnaan Allah

‘Azza wa Jalla sebagai pencipta alam semesta ini begitu pula alam Akhirat yang tidak

diragukan lagi keberadaannya kecuali oleh orang-orang yang tidak berakal.

13

Page 14: Pai

Berdasarkan literature yang diperoleh, Al-‘Adl, berasal dari tiga suku kata ‘a-da-la,

yang berarti lurus dan sama. Seorang yang adil, menurut definisi ini adalah mereka

yang lurus, tidak plin-plan, dan sikapnya senantiasa menggunakan ukuran yang sama,

bukan standar ganda. Ketika berhadapan dengan suatu masalah, orang yang adil

bersikap obyektif, tidak berpihak pada salah satu yang bersengketa.

Allah Maha Adil. Dia menempatkan semua manusia pada posisi yang sama dan

sederajat. Tidak ada yang ditinggikan hanya karena keturunan, kekayaan, atau karena

jabatannya. Dekat jauhnya posisi seseorang dengan Allah hanya diukur dari seberapa

besar mereka berusaha meningkatkan taqwanya. Semakin tinggi taqwanya, semakin

tinggi pula posisinya, semakin mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT. Begitupun

sebaliknya.

Dia berfirman: “Sesungguhnya semulia-mulia kalian di sisi Allah adalah yang paling

besar, dalam, dan tinggi taqwanya.”

Sebagian dari keadilan-Nya, Dia hanya menghukum dan memberi sanksi kepada

mereka yang terlibat langsung dalam perbuatan maksiat atau dosa. Tidak dikenal oleh-

Nya istilah dosa turunan, juga tidak ada hukum karma. Di hadapan-Nya masing-masing

individu akan mempertanggungjawabkan dirinya sendiri.

Lebih dari itu, keadilan-Nya selalu disertai dengan sifat kasih sayang. Dia memberi

pahala sejak seseorang berniat berbuat baik dan melipatgandakan pahalanya jika

kemudian direalisasikan dalam amal perbuatan. Sebaliknya, Dia tidak langsung

memberi catatan dosa selagi masih berupa niat berbuat jahat. Sebuah dosa baru

dicatat apabila seseorang telah benar-benar berlaku jahat.

Adil juga berarti menempatkan sesuatu pada tempat yang semestinya. Lawan kata adil

adalah Dzalim atau aniaya. Seseorang yang menempatkan sesuatu tidak pada tempat

yang semestinya disebut dzalim atau berbuat aniaya.

Untuk memahami keadilan Allah, mari kita jelajahi benda-benda angkasa. Adakah di

antara benda-benda itu yang ditempatkan semau-Nya? Semua tertata rapi, masing-

14

Page 15: Pai

masing menempati posisi yang pas dengan tingkat presisi yang sempurna. Bayangkan

jika tidak presisi, tentu akan timbul benturan antara yang satu dengan lainnya. Sudah

bisa diduga, berapa umur dunia ini.

Perhatikan firman-Nya:

“Maka apakah mereka tidak melihat langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami

meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak

sedikitpun.” (Qs. Qaf: 6)

Lalu perhatikan diri kita sendiri, betapa Allah dengan sifat Adil-Nya telah

menempatkan seluruh anggota tubuh kita pada tempat yang semestinya. Dia telah

menempatkan hidung, mata, telinga, kepala, tangan, dan kaki pada tempat yang pas.

Bayangkan jika tempat masing-masing anggota tubuh kita tidak pada posisinya seperti

sekarang ini. Duh, Maha Adil Engkau Ya Allah. “Dan pada dirimu sendiri, maka apakah

kamu tidak memperhatikan?” (Qs. Adz-Dzariyat: 21) “Sesungguhnya Allah menyuruh

(kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan” (Qs. An Nahl 90) (Muthahhari, Murtadha:

1981)

Jawaban saya: Allah Maha Berkehendak terhadap nasib manusia seperti Qada dan

Qadar. "Allah tidak akan mengubah suatu kaum sebelum kaum itu merubahnya” Setiap

hal yang terjadi pada manusia merupakan kehendak dan ketentuan yang telah di atur

oleh Allah. Tak ada seorang manusia pun yang mampu menolak kehendak ALLah.

Manusia hanya bias berencana, berusaha, dan berdo’a tetapi sepenuhnya Allah lah

yang menentukan.

Berdasarkan literature yang diperoleh akan dijabarkan berikut ini,

Iroodah (Berkehendak)

Sifat Allah adalah Iroodah (Maha Berkehendak). Allah melakukan sesuatu sesuai

dengan kehendaknya. Mustahil Allah itu Karoohah (Melakukan sesuatu dengan

terpaksa).

15

Page 16: Pai

“Maa yaftahillaahu linnaasi mir rohmatin, falaa mumsika lahaa; Jika Allah sudah

berkenan memberikan rahmat kepada seseorang, berkenan memberi perubahan

nasib, berkenan memberi keberuntungan, berkenan memberi jalan-jalan untuk

seseorang menjadi kaya dan bahagia, maka tidak ada seorangpun yang mampu

menahannya.

Wa maa yumsik, falaa mursila lahuu mim ba’dih; Tapi bila Allah sudah berkenan juga

untuk menahan rahmat buat seseorang dan berbuat sebaliknya, maka tidak ada

satupun yang sanggup menghalangi-Nya. Dan Dialah Yang Maha Perkasa Lagi Maha

Bijaksana”.

(Qs. Faathir: 2).

“Yaa-ayyuhannaasudz kuruu ni’matawloohi ‘alaikum; wahai manusia, ingat-ingatlah

lebih banyak lagi akan ni’mat Allah ketimbang kesulitan hidup, ingat-ingatlah hal-hal

yang lebih menyenangkan ketimbang hal-hal yang menyesakkan dada, ingat-ingatlah

lebh banyak lagi karunia Allah ketimbang musibah dan bala.

Hal min khooliqin ghoiruwloohi yarzuqukum minassamaa-i wal ardh, apakah ada

selain Allah yang bisa bikin kamu susah dan senang, kamu kaya dan miskin, kamu

banyak harta dan sedikit, kamu bertambah harta dan berkurang harta, selain Allah?

Laa-ilaaha illaa-huu, tidak ada, kecuali Allah saja yang bisa berbuat itu ke kamu. Fa-

annaa yu’fakuun; maka janganlah kita berpaling dari-Nya”. (Qs. Faathir: 3)

((Muthahhari, Murtadha: 1981)

5. Bagaimana proses Allah menciptakan manusia dan mengapa Allah

menciptakan manusia lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk-

makhluk lainnya?

Jawaban saya: Allah menciptakan manusia bukan berasal dari hewan yang seperti

dikemukakan oleh teori Evolusi Darwin. Allah menciptakan manusia meliputi dua

aspek, yaitu debu tanah dan kemudian meniupkan nafas hidup kepadanya,

16

Page 17: Pai

sedangkan Hawa dibuat dari tulang rusuk Adam. Allah menciptakn manusia dengan

kekuasaan-Nya sendiri, maka setiap ciptaan Allah akan kembali kepada-Nya.

Berdasarkan literature Proses Allah menciptakan manusia berasal dari:

Mengenai proses dan fase perkembangan manusia sebagai makhluk biologis,

ditegaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an, yang artinya:

12. Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati

(berasal) dari tanah. 13. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang

disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). 14. Kemudian air mani itu kami

jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging,

dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu

kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang

(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.

Secara sederhana, Quraish Shihab menyatakan bahwa manusia dinamai basyar

karena kulitnya yang tampak jelas dan berbeda dengan kulit-kulit binatang yang

lain. Dengan kata lain, kata basyar senantiasa mengacu pada manusia dari aspek

lahiriahnya, mempunyai bentuk tubuh yang sama, ia, makan dan minum dari bahan

yang sama yang ada di dunia ini (Sanyoto, Siswo: 2008)

Jawaban saya: Allah menciptakan manusia lebih sempurna dibandingkan makhluk-

makhluk lainnya karena Manusia merupakan makhluk yang paling istimewa

dibandingkan dengan makhluk yang lain. Menurut Ismail Rajfi manusia adalah makhluk

kosmis yang sangat penting, karena dilengkapi dengan semua pembawaan dan syarat-

syarat yang diperlukan.

Manusia mempunyai kelebihan yang luar biasa. Kelebihan itu adalah dikaruniainya

akal.

Dengan dikarunia akal, manusia dapat mengembangkan bakat dan potensi yang

dimilikinya serta mampu mengatur dan mengelola alam semesta ciptaan Allah adalah

sebagai amanah. Selain itu manusia juga dilengakapi unsur lain yaitu qolbu (hati).

Dengan qolbunya manusia dapat menjadikan dirinya sebagai makhluk bermoral,

merasakan keindahan, kenikmatan beriman dan kehadiran Ilahi secara spiritual.

17

Page 18: Pai

Manusia merupakan makhluk Allah yang paling tinggi derajadnya dibanding makhluk

lain.

Berdasarkan literature yang diperoleh,keistimewaan Manusia adalah:

Manusia diberi kelebihan atas makhluk Allah yang lain ,dalam berbagai segi. Manusia

memiliki karakter yang khusus dengan karunia Allah agar mampu mengemban amanah

yang dibebankan kepadanya didunia. Kelebihan manusia dibandingkan dengan

makhluk lain adalah:

1. Dalam segi Penciptaan

Manusia adalah sشtu-satunya makhluk yang dinyatakan Allah sebagai sebaik-baik

penciptaan (Ahsanuttaqwim) sebagaimana firman-Nya :

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalm bentuk sebaik-baiknya … ( At

Tiin : 4)

Kita dapat membandingkan setiap organ tubuh manusia dengan makhluk lain, tentu

lebih sempurna. Perhatikan organ dalam manusia seperti jantung, ginjal, paru-paru,

semuanya memiliki peran yang lebih sempurna dibandingkan dengan binatang jenis

apapun. Termasuk organ tubuh lainnya seperti tangan, kaki, mata, telinga dan lain

sebagainya semua serba lebih sempurna .

2. Dalam segi Ilmu

Manusia adalah satu-satunya makhluk yang dapat menyerap ilmu dan sekaligus

mengembangkannya. Hal ini tak mungkin terjadi pada makhluk lain. Hewan hanya

memiliki instink , sehingga segala gerak dan perbuatannya merupakan sekedar

instinktif. Meskipun hewan mampu dilatih untuk suatu hal tertentu , namun itu juga

sekedar instink dan bukan ilmu sehingga ia tak dapat mengembangkannya.

Allah yang Maha Berilmu telah menetapkan dan mengajarkan ilmu-ilmu kepada

manusia, sebagaimana firman-Nya :

“ Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya “

(Al Baqarah :31)

Dalam ayat lain Allah berfirman :

“Dia mengajarkan kepada manusia apa-apa yang belum diketahuinya”

18

Page 19: Pai

(Al ‘Alaq : 5).

3. Dalam segi Kehendak

Manusia adalah makhluk yang bebas berhendak. Ia dapat memilih jalan yang baik,

dapat pula memilih jalan yang sesat. Sekedar ilmu, belum tentu bias mengarahkan

orang kepada kebaikkan . yang bias menjadi baik hanya karena ilmunya, tanpa

dibarengi kehendak yang kuat untuk menjadikan dirinya baik.

Allah berfirman:

“Sesunggunya Kami telah menunjukkannya (manusia ) jalan yang lurus, ada yang

bersyukur ada pula yang kufur” (Al Insan : 73)

Manusia memiliki banyak kemungkinan dan peluang dalam menyelesaikan satu

masalah tertentu, sebab ia memilki kehendak (iradah). Menentukan jalan hidup,

manusia banyak pilihan, sehingga ada yang memilih jalan Islam, ada pula yang kufur.

Hewan hanya memiliki satu peluang dan kesempatan untuk menghadapi satu masalah

tertentu, sebab pada dasarnya hewan tidak memiliki kehendak.

Demikianpun para malaikat , hanya memiliki kemungkinan satu-satunya yakni taat

kepada Allah atas perintah yang diberikan kepada mereka.

4. Dalam segi Posisi/kedudukan

Allah memberikan kedudukan yang tinggi kepada manusia diantara makhluk lainnya di

bumi, yakni ia sebagai pemimpin. Sehingga manusia dapat memanfaatlkan alam

semesta ini untuk keperluan hidupnya , sebagaimana firman Allah :

“ Tidak kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk

(kepentingan)mu apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi “ (Luqman :

20)

Dalam ayat lain , Allah berfirman :

“Dialah (Allah) yang menjadikan segala apa yang ada di bumi untuk kamu “ (Al Baqarah

: 9)

Segala yang di alam ini telah disediakan Allah untuk kepentingan manusia karena

memang manusialah yang bertugas memakmurkan bumi. Firman Allah :

“ Dia telah menciptakan kamu dari bumi(tanah) dan menjadikan sebagai

pemakmurnya ( Hud : 61)

19

Page 20: Pai

Dengan ilmu yang dimilikinya, manusia dapat memanfaatkan segala sesuatu di alam ini

sehingga bermanfaat untuk kemakmuran bersama.

5. Dalam segi Kemampuan Berbicara

Jika kita perhatikan , seluruh makhluk hidup yang diberikan indera mulut dan alat

suara, semuanya dapat berbicara dengan bahasa masing-masing, seperti berkicau,

mendengus, mencicit dan lain-lain. Adapun manusia berbicara dengan berbagai

macam bahasa dan suara, termasuk menirukan bunyi-bunyian alam dan binatang.

Allah berfirman:

“ Ar Rahman, yang telah mengajarkan Al quran. Dia menciptakan manusia ,

mengajarnya pandai bicara “ (Ar-rahman : 1-4)

Allah juga berfirman :

“ Bukan kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan buah bibir”

(Al Balad : 8-9)

6. Dalam segi Kemampuan Akal, Pengamatan, Intuisi dan Imajinasi

Hanya manusia yang memilki kemampuan akal , dengannya dapat berfikir, melakukan

pengamatan dan menyimpulkan . Manusia juga berkembang daya intuisi dan

imajinasinya . Ia bisa mengkhayalkan sesuatu yang belum pernah terjadi.

Akalnya berkembang menjadi sarana berkembangnya ilmu dan teknologi.

Begitu pula kemampuan imajinasinya akan berkembang sehingga mengembangkan

kreatifitas dalam berkarya. Hal ini semua tidak terjadi pada binatang.

7. Dalam segi tendensi moral

Manusia memiliki peluang untuk dibentuk menjadi baik ataupun buruk. Bahkan dapat

juga berperan ganda sebagaimana orang munafiq di satu sisi ia kelihatan baik namun

ternyata ia adalah orang yang berniat jahat.

Berbagai macam sifat dan sikap dapat ia miliki sekaligus . Tampak betul dalam segi ini

manusia memang berbeda dengan binatang . Binatang sulit atau bahkan tidak dapat

dibentuk dengan sifat dan karakter yang bermacam-macam padanya. Sebab ia tidak

memilki kelengkapan tendensi yang memungkinkan untuk dapat bersifat menjadi

seperti baik atau menjadi buruk.

Demikianlah antara lain , keistimewaan manusia dibandingkan makhluk ciptaan Allah

20

Page 21: Pai

yang lain. Manusia diciptakan oleh Allah dengan kelebihan tertentu atas makhluk lain,

namun jika ia keliru mengambil jalan hidup, ia bisa mencapai derajat yang lebih rendah

ketimbang binatang sekalipun. Sebagaimana yang telah Allah sifatkan kepada orang-

orang yang lalai dari jalan Allah:

“ Mereka itu seperti binatang ternak , bahkan mereka lebih seat lagi. Merekalah orang-

orang yang lalai” ( Al-A’raf : 179)

Dengan demikian, keistimewaan manusia ini penuh dengan konsekuensi yang

menyertai misi keberadaanya di muka bumi ini (Sanyoto, Siswo: 2008)

6. Apakah yang dimaksud dengan Al-Qur’an dan apa fungsi Al-Qur’an

bagin manusia?

Jawaban saya: Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan Allah secara

langsung kepada Nabi Muhammad SAW selama 22 tahun, 2 bulan, dan 22 hari. Isi

kandungan Al-Qur’an menjawab dan menjelaskan masalah yang terjadi pada

manusia, menceritakan tentang peristiwa dan masalah yang telah terjadi di masa

lalu (cerita Nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad SAW) dan masa yang akan dating

(tentang hari kiamat, kehidupan di akhirat, surge dan neraka).

Berdasarkan literature, Secara bahasa Al-Qur`an berasal dari bahasa Arab , yaitu qarr-

yaqrau quraanan yang berarti bacaan.

Hal itu dijelaskan sendiri oleh Al-qur`an dalam Surah Al-Qiyanah ayat 17-18:

"Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur`an (didalam dadamu) dan (menetapkan)

bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan kami. (Karena itu), jika kami telah

membacakannya hendaklah kamu ikuti bacaannya".

Secara istilah Al-Qur`an adalah : "Kalam ALLAH yang merupakan mukjizat yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, yang diturunkan secara mutawatir dan

membacanya adalah ibadah".

Al-Qur`an adalah kalamullah, firman ALLAH Swt, ia bukanlah kata-kata manusia, bukan

21

Page 22: Pai

pula kata-kata jin, setan, atau malaikat. Al-Qur`an bukan berasal dari pikiran makhluk,

bukan syair, bukan sihir, bukan pula produk kontemplasi atau hasil pemikiran filsafat

manusia. Hal ini ditegaskan olah ALLAH Swt dalam Al-Qur`an Surah An-Najm ayat 3-4:

"Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur`an) menurut kemauan hawa nafsunya.

Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)"

Menurut Syekh Muhammad Khudri Beik, Al-Qur`an ialah firman ALLAH Swt

yang berbahasa Arab, diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw untuk dipahami

isinya, disampaikan kepada kita secara mutawatir, ditulis dalam mushaf dimulai

dengan Surah Al-Fatihah dan diakhiri Surah An-Nas.

Menurut Syekh Muhammad Abduh, Al-Kitab atau Al-Qur`an ialah bacaan yang

telah tertulis dalam mushaf yang terjaga dalam hafalan-hafalan umat Islam.

Menurut Muhammad Abdul Azim az-Zarqani, Al-Qur`an adalah kitab yang

menjadi mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, ditulis dalam

mushaf dan disampaikan secara mutawatir (Anonim C, 2013)

Jawaban saya, Fungsi Al-Qur’an adalah:

1. Memberikan keamanan (menghilangkan sifat syirik)

2. Agar manusia dapat berlaku adil dan beradab

3. Sebagai pedoman dan penuntun hidup manusia

4. Menciptakan persatuan dan kesatuan umat Islam

5. Memberikan perlindungan kepada manusia

Al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman bagi umat manusia dalam

mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Berdasarkan literature, Al-Qur’an sebagai kitab Allah SWT menempati posisi sebagai sumber

pertama dan utama dari seluruh ajaran Islam,baik yang mengatur hubungan manusia dengan

dirinya sendiri,hubungan manusia dengan Allah SWT,hubungan manusia dengan

sesamanya,dan hubungan manusia dengan alam. Al-Qur’an berfungsi sebagai waf of life

22

Page 23: Pai

yang menjamin kebahagiaan hidup pemeluknya di dunia dan di akhirat kelak. Ia

mempunyai sendi utama yang esensial berfungsi memberi petunjuk ke jalan yang

sebaik-baiknya. Allah berfirman, Sesungguhnya Al-Qur’an ini member petunjuk menuju

jalan yang sebaik-baiknya (QS 17:9). (Shihab, Quraish: 1992).

23

Page 24: Pai

DAFTAR PUSTAKA

Anonim A, 2011. http://aljaami.wordpress.com/2011/02/09/iman-kepada-rasul-rasul-

allah-taala/ Diakses pada tanggal 1 Mei 2013.

Anonim B, 2012. http://quran.al-shia.org / Diakses pada tanggal 1 Mei 2013.

Anonim C, 2013. http://www.lam-alif.com/showthread.php/461-Pengertian-AL-Qur-

an-menurut-para-ahli/ Diakses pada tanggal 1 Mei 2013.

Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. Akhir Ramadhan 1390 H. Tafsir Ibnu Katsir. Kota Haleb:

Gema Insani Press.

Muthahhari, Murtadha.1981. Keadilan Ilahi Asas Pandangan-Dunia Islam. Bandung: PT

Mizan Pustaka.

Sanyoto, Siswo. 2008. Membuka Tabir Pintu Langit. Jakarta: PT. Mizan Publika.

Shihab, Quraish. 1992. Membumikan AL-Quran: Fungsi Dan Penerapan Wahyu Dalam

Kehidupan Masyarakat. Bandung: PT Mizan Pustaka.

24