pai tepung mocaf

31
ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGI PADA INDUSTRI TEPUNG MOCAF (Tugam Perencanaan Agroindustri) Oleh Kelompok 1 Anwika Utami Putri D 111405100 Armalinda Harianto 111405100 Elfrida Enzelina 1114051016 Mutiara Prima Aulia 11140510 Reni Rayung Wulan 11140510 Wahyu Alfianto 111405100 Wildan Ramadhan 11140510 Yoan Martian Sari 11140510

Upload: mutiaraprimaaulia

Post on 28-Dec-2015

133 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tepung moccaf

TRANSCRIPT

Page 1: Pai Tepung Mocaf

ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGI PADA INDUSTRI TEPUNG MOCAF

(Tugam Perencanaan Agroindustri)

Oleh

Kelompok 1

Anwika Utami Putri D 111405100

Armalinda Harianto 111405100

Elfrida Enzelina 1114051016

Mutiara Prima Aulia 11140510

Reni Rayung Wulan 11140510

Wahyu Alfianto 111405100

Wildan Ramadhan 11140510

Yoan Martian Sari 11140510

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2014

Page 2: Pai Tepung Mocaf

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Singkong atau sering dikenal dengan istilah ubi kayu merupakan selah satu jenis

tanaman pangan strategis penghasil karbohidrat di Indonesia. Tanaman singkong

tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Berdasarkan data BPS, luas wilayah

pengusahaan tanaman singkong mencapai 1.119.784 ha pada tahun 2011 dengan

jumlah produksinya mencapai 24.044.025 ton (BPS 2013). Sentra produksi singkong

di Indonesia berada di wilayah Provinsi Lampung (38,24%), Jawa Timur (16,77%),

Jawa Tengah (14,56%), dan Jawa Barat (8,56%).Singkong mempunyai peluang dan

sangat potensial untuk didaya gunakan menjadi produk industri bernilai ekonomi

tinggi. Singkong digunakan sebagai sumber pati yang merupakan bahan baku

berbagai industri. Produk turunan singkong yang diperdagangkan di pasar dunia

antara lain adalah gaplek (manioc), tepung singkong (cassava starch), tapioka, dan

beberapa produk kimia seperti alkohol, gula cair (maltosa, glukosa, fruktosa),

sorbitol, siklodekstrin, asam sitrat, serta bahan pembuatan edible coating dan

biodegradable plastics.

Beragam produk berbahan baku singkong telah banyak dihasilkan, baik oleh industri

rakyat dengan peralatan sederhana maupun industri besar yang dilengkapi dengan

mesin-mesin modern. Dalam perkembangan industri singkong di Indonesia, gaplek

dan tapioka dapat disebut sebagai industri singkong generasi pertama (intermediate

goods), yang secara historis telah lama diusahakan dan berkembang, baik berupa

industri rakyat dengan peralatan sederhana maupun industri besar yang dilengkapi

dengan mesin-mesin modern (Mangunwidjaja 2003). Beberapa tahun terakhir ini juga

Page 3: Pai Tepung Mocaf

sudah mulai dikembangkan industri mocaf (Modified Cassava Flour). Mocaf yaitu

tepung singkong termodifikasi yang dapat digunakan untuk menggantikan terigu pada

pembuatan produk pangan berbahan baku terigu (Subagio, 2006). Tepung mocaf

memiliki prospek pengembangan yang bagus untuk dikembangkan di Indonesia,

pertama dilihat dari ketersediaan ubi kayu yang berlimpah sehingga kemungkinan

kelangkaan produk dapat dihindari karena tidak tergantung dari impor seperti

gandum. Kedua dilihat dari harga tepung mocaf relatif lebih murah dibandingkan

dengan harga tepung terigu maupun tepung beras, sehingga biaya pembuatan produk

dapat lebih rendah. Ketiga adalah pasar lokalnya sangat prospektif karena begitu

banyak industry makanan yang menggunakan bahan baku tepung. Dengan demikian

lahirnya teknologi produksi tepung singkong modifikasi (mocaf) akan bermanfaat

bagi industri pengolahan makanan nasional sebagai diversifikasi pangan berbahan

lokal, selain itu diharapkan membuka peluang bisnis besar yang bisa meningkatkan

ekonomi lokal. Oleh karena itu, untuk memenuhi kecukupan gizi dan ketersediaan

bahan bahan pangan tersebut maka dilakukan pengembangan budaya makan atau

konsumsi makanan pokok berbasis tepung non beras, yang memiliki manfaat yang

positif dari beras sebagai sumber karbohidrat (Asep, 2009).

Pengembangan berbagai industri hilir berbasis singkong bertujuan agar nilai tambah

yang diharapkan dari perusahaan industri dapat diperoleh, yang bermanfaat baik bagi

perusahaan terkait, masyarakat dan pelaku usaha yang bersangkutan. Kinerja

teknologi dan manajemen industri, khususnya pada industri skala kecil dan industri

rumah tangga, pada umumnya masih belum optimal dan kurang terarah. Hal ini

menyebabkan daya saing industrinya masih sangat rendah, sehingga nilai tambah

yang diharapkan dari industri pengolahan tersebut tidak tercapai secara maksimal.

Oleh karena itu perlu adanya perhatian khusus pada industri hilir berbasis singkong

terutama industri tepung mocaf baik dari aspek teknis maupun teknologi yang

digunakan pada industri tepung mocaf tersebut.

Page 4: Pai Tepung Mocaf

B. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu, sebagai berikut:

1. Mengetahui aspek kapasitas produksi tepung mocaf

2. Mengetahui teknologi proses tepung mocaf

3. Merencanakan lokasi pabrik pada industri tepung mocaf

4. Merencanakan tata letak pabrik pada industri tepung mocaf

Page 5: Pai Tepung Mocaf

II. ISI

A. Perencanaan Agroindustri (Aspek Kapasitas Produksi Tepung Mocaf)

Tepung MOCAF memiliki prospek pengembangan yang bagus untuk dikembangkan

di Indonesia. Pertama dilihat dari ketersediaan ubi kayu yang berlimpah sehingga

kemungkinan kelangkaan produk dapat dihindari karena tidak tergantung dari impor

seperti gandum. Kedua yaitu harga harga tepung MOCAF relatif lebih murah

dibanding dengan harga tepung terigu maupun tepung beras, sehingga biaya

pembuatan produk dapat lebih rendah. Harga MOCAF di pasaran Rp.5500,-/kg

sedangkan terigu Rp. 7000,-/kg dan yang ketiga adalah pasar lokalnya sangat

prospektif karena begitu banyak industri makanan yang menggunakan bahan baku

tepung. Dengan demikian lahirnya teknologi produksi tepung singkong modifikasi

(MOCAF) akan bermanfaat bagi industri pengolahan makanan nasional sebagai

diversifikasi pangan berbahan lokal, selain itu diharapkan membuka peluang bisnis

besar yang bisa meningkatkan ekonomi local. Oleh karena itu, untuk memenuhi

kecukupan gizi dan ketersediaan bahan bahan pangan tersebut salah satu caran yang

dapat dilakukan yaitu dengan mengembangkan budaya makan / konsumsi makanan

pokok berbasis tepung non beras, yang memiliki manfaat tak kalah positif dari beras

sebagai sumber karbohidrat (Asep, 2009).

Kapasitas produksi adalah kemampuan maksimal menghasilkan produk. Penentuan

kapasitas produksi berkaitan dengan target produksi yang ingin dicapai. Kapasitas

produksi harus berada di atas tingkat produksi BEP (break even point) yaitu tingkat

produksi dimana tidak untung dan tidak rugi. Hal ini juga terkait dengan kemampuan

modal yang akan diinvestasikan. Pada makalah ini, kapasitas produksi yang kita

Page 6: Pai Tepung Mocaf

rencanakan adalah skala industri kecil. Profil usaha dan pembiayaan usaha tepung

mokaf didasarkan pada informasi yang didapatkan dari survey lapangan pengusaha

tepung mokaf. Usaha pengembangan tepung mokaf ini difokuskan pada

pengembangan mocaf dari hulu sampai hilir, yaitu:

1. Budidaya singkong dengan memilih bibit unggul

2. Produksi enzim mocaf

3. Produksi tepung mocaf dengan sistem cluster

4. Produksi mesin dan peralatan pengolahan mocaf

5. Produksi makanan berbasis mocaf (http://www.bi.go.id)

Walaupun produk tepung mocaf mempunyai kegunaan yang relatif terbatas, tetapi

tetap mempunyai peluang pasar untuk berkembang. Peluang pasar tersebut selaras

dengan pertumbuhan industri hotel dan restoran, serta pertumbuhan penduduk.

Perkembangan produk tepung mokaf impor, sepanjang produk tepung mocaf

domestik mampu bersaing dari segi mutu, kemasan, dan harga. Biasanya produsen

menjual tepung mokaf dengan kemasan karung 25 kg dengan harga Rp. 4.500,- (di

Trenggalek,Jawa Timur). Dengan adanya sedikit modifikasi dan inovasi, tepung

mokaf dapat dijual dengan harga Rp. 4.500,- sampai Rp. 5.500,- per kg. Hal ini

dilakukan karena untuk meningkatkan daya saing tepung mokaf dengan tepung terigu

yang berada diapasaran dengan harga rata-rata Rp. 6.500,- sampai Rp. 7.000,- per kg

nya dengan efisiensi produksi sehingga dapat keunggulan produk, serta meningkatkan

kualitas dari segi kemasan. Dengan berinovasi sedikit, produksi tepung mokaf cukup

menjanjikan keuntungan yang cukup besar dan didistribusikan dengan maksimal.

B. Perencanaan Agroindustri (Aspek Teknologi Proses Tepung Mocaf)

Perencanaan Agroindustri pada aspek Teknologi Proses menjadi salah satu poin

penting dalam membangun suatu industri. Teknologi proses pada suatu industri

diharapkan dapat menghasilkan produk yang berkualitas baik, memaksimalkan

Page 7: Pai Tepung Mocaf

produktivitas alat, mengurangi losses, dan pemakaian energi yang efektif. Teknologi

proses pembuatan tepung mocaf pada industri ini dilakukan secara fermentasi

menggunakan ragi dan melalui beberapa tahap, yaitu sortasi, pengupasan, pencucian,

penyawutan, perendaman, pengepresan, pengeringan, penepungan, pengayakan, dan

pengemasan. Berikut teknologi proses pembuatan tepung mocaf yang akan diterapkan

pada industri mocaf ini.

1. Sortasi. Bahan segar ubikayu dipilih dari umbi yang sudah cukup umur untuk

dipanen, minimal 9 bulan setelah tanam. Ubikayu yang digunakan sebaiknya dalam

bentuk segar (baru dicabut dari tanah) dan tidak luka. Lakukan pemisahan ubikayu

antara yang kuning dan putih.

2. Pengupasan. Ubi kayu dikupas kulit luarnya hingga bersih secara manual

menggunakan pisau. Pada saat pengupasan, telah disediakan bak/baskom berisi air

bersih yang digunakan untuk merendam ubi kupasan. Hal ini bertujuan agar umbi

yang telah dikupas tidak berubah warna (browning) karena adanya kontak dengan

udara sekitar.

3. Pencucian. Air rendaman ubikayu kupas wajib diganti dengan air bersih sambil

ubi dicuci atau dibersihkan, sehingga diperoleh ubi yang bersih dengan tujuan akhir

menghasilkan tepung mocaf yang berkualitas.

4. Penyawutan. Ubi kayu kupas dikecilkan ukurannya dalam bentuk sawut, yang

paling sesuai untuk pembuatan tepung mocaf. Beberapa keuntungan yang diperoleh

dari sawut ini, antara lain kemudahan inokulan memfermentasi ubi kayu, kemudahan

saat pengeringan, dan kemudahan saat penyimpanan. Penyawutan dapat dilakukan

menggunakan alat sawut manual maupun elektrik. Kualitas hasil yang diperoleh dari

dua jenis alat sawut tersebut tidak berbeda nyata. Hasil sawutan yang menggunakan

alat sawut elektrik lebih banyak dan prosesnya lebih cepat.

Page 8: Pai Tepung Mocaf

5. Perendaman. Perendaman digunakan sebagai media fermentasi dengan ragi tape

untuk mendapatkan tepung mocaf. Fermentasi menggunakan air rendaman dengan

volume sebanyak dua kali bahan ubikayu kupas, sehingga sawut dapat terendam

sempurna. Sebelum sawut dimasukkan ke dalam air rendaman, ragi tape 0,5% dari

volume air dimasukkan terlebih dulu hingga larut sempurna. Perendaman dilakukan

selama 12-18 jam.

6. Pengepresan. Pengepresan menggunakan alat press hidrolik. Sawut yang telah

direndam dibungkus menggunakan kain saring, kemudian dipress. Air bekas

rendaman sawut dan air hasil presan disaring, kemudian ditampung dan diproses

lebih lanjut menjadi pati.

7. Pengeringan. Pengeringan dilakukan secara manual menggunakan terik sinar

matahari, selama tiga hari, lima jam tiap hari. Pengeringan dilakukan di atas parapar

(rak penjemuran). Pengeringan juga dapat dilakukan menggunakan mesin oven

dengan suhu 500C selama 10-14 jam. Pengeringan sawut tanpa melalui proses press

memerlukan waktu lebih lama dibanding sawut yang dipress terlebih dahulu. Proses

penjemuran yang tidak baik berpengaruh terhadap hasil penepungan, tepung akan

terlihat lebih kusam, mudah berbau apek, mudah terkena kutu gudang saat

penyimpanan, dan akhirnya tidak mempunyai daya simpan yang lama.

8. Penepungan. Penepungan dilakukan menggunakan alat penggiling berupa

hummer miil atau disk mill. Penepungan dilakukan setelah sawut kering, yang

ditandai oleh bunyi “krek” apabila sawut dipatahkan.

9. Pengayakan. Pengayakan hasil penepungan dilakukan menggunakan ayak manual

ukuran 100 mesh. Ayakan ini bertujuan untuk mendapatkan tepung mocaf dengan

kualitas atau karakteristik yang mendekati tepung terigu.

Page 9: Pai Tepung Mocaf

10. Pengemasan. Tepung mocaf yang dihasilkan dimasukkan ke dalam kantong

plastic poli propilen (PP) tebal 0,8-1,0 mm, kemudian ditutup menggunakan vacuum

sealer. Jenis dan teknik pengemasan yang tepat untuk tepung mocaf akan

memperpanjang daya simpannya.

C. Perencanaan Agroindustri (Aspek Lokasi Pabrik Industri Tepung Mocaf)

Perencanaan agroindustri perlu dilakukan secara matang sebelum melakukan kegiatan

produksi. Perencanaan yang tidak matang bisa menyebabkan kegagalan yang fatal.

Perencanaan yang perlu dianalisis secara cermat untuk persiapan produksi salah

satunya adalah lokasi produksi. Lokasi produksi tepung mocaf akan sangat cocok jika

berdekatan pada daerah dengan tingkat produksi singkong cukup besar, harga yang

relatif murah serta kualitasnya baik. Untuk memproduksi tepung mocaf dalam skala

besar maka sebaiknya memilih lokasi produksi tepung mocaf yang dekat dengan

bahan baku singkong, karena tidak semua daerah memiliki potensi produksi singkong

yang memadai. Di samping itu, singkong juga merupakan produk pangan yang

memiliki harga jual yang fluktuatif dan merupakan tanaman yang produksi panennya

cukup lama yaitu kurang lebih 8-9 bulan dan masing-masing daerah juga memiliki

tingkat harga yang berbeda-beda. Karena singkong merupakan bahan baku yang fital

untuk produk tepung mocaf dan merupakan biaya variable terbesar, maka biaya

bahan baku yang tinggi akan menyebabkan biaya produksi per unit menjadi tinggi.

Lokasi yang dipilih juga harus dapat memungkinkan untuk melakukan sistem

kemitraan dengan para petani singkong (Salim, 2013). Selain itu, lokasi produksi

harus memiliki akses jalan untuk penerimaan material bahan baku atau pengiriman

produk ke pasar. Ketersediaan bahan baku singkong bisa dilakukan dengan membuat

sistem kemitraan dengan masyarakat sekitar dimana lokasi produksi akan didirikan.

Dengan sistem kemitraan tersebut terjalin hubungan yang saling menguntungkan

antara petani dan produsen tepung mocaf. Lokasi produksi juga mempertimbangkan

Page 10: Pai Tepung Mocaf

ketersediaan tenaga kerja. Tersedianya sarana listrik, air, dan diusahakan tidak terlalu

dekat dengan pemukiman. Air merupakan sarana yang penting bagi industri tepung

mocaf, karena air berfungsi penting untuk perendaman pada saat proses fermentasi

dan pencucian bahan baku. Di samping itu, air juga digunakan untuk membersihkan

alat-alat yang digunakan dan untuk sanitasi lokasi pabrik (Salim, 2013).

D. Perencanaan Agroindustri (Aspek Tata Letak Pabrik pada Industri Tepung

Mocaf)

Menurut Wignjosoebroto (2009), tata letak pabrik atau tata letak fasilitas dapat

didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang

kelancaran proses produksi. Pengaturan tersebut akan berguna untuk luas area

penempatan mesin atau fasilitas penunjang produksi lainnya, kelancaran gerakan

perpindahan material, penyimpanan material baik yang bersifat temporer maupun

permanen, personel pekerja dan sebagainya. Tata letak pabrik ada dua hal yang diatur

letaknya yaitu pengaturan mesin dan pengaturan departemen yang ada dari pabrik.

Bilamana kita menggunakan istilah tata letak pabrik seringkali hal ini akan kita

artikan sebagai pengaturan peralatan/fasilitas produksi yang sudah ada ataupun bisa

juga diartikan sebagai perencanaaan tata letak pabrik yang baru sama sekali.

Pada umumnya tata letak pabrik yang terencana dengan baik akan ikut menentukan

efisiensi dan dalam beberapa hal akan juga menjaga kelangsungan hidup ataupun

kesuksesan kerja suatu industri. Peralatan dan suatu desain produk yang bagus akan

tidak ada artinya akibat perencanaan tata letak yang sembarangan saja. Karena

aktivitas produksi suatu industri secara normalnya harus berlangsung lama dengan

tata letak yang tidak selalu berubah-ubah, maka setiap kekeliruan yang dibuat

didalam perencanaan tata letak ini akan menyebabkan kerugian-kerugian yang tidak

kecil. Tujuan utama didalam desain tata letak pabrik pada dasarnya adalah untuk

meminimalkan total biaya yang antara lain menyangkut elemen-elemen biaya seperti

Page 11: Pai Tepung Mocaf

biaya untuk kontruksi dan instalasi baik untuk bangunan mesin, maupun fasilitas

produksi lainnya. Selain itu biaya pemindahan bahan, biaya produksi, perbaikan,

keamanan, biaya penyimpanan produk setengah jadi dan pengaturan tata letak pabrik

yang optimal akan dapat pula memberikan kemudahan di dalam proses supervisi serta

menghadapi rencana perluasan pabrik kelak dikemudian hari.

Tata letak dan pemindahan bahan berpengaruh paling besar pada produktifitas dan

keuntungan dari suatu perusahaan bila dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya.

Selain itu, material handling sangat berpengaruh sebagai 50% penyebab kecelakaan

yang terjadi dalam industri dan merupakan 40% dari 80% seluruh biaya operasional.

Dalam pelaksanaanya, tata letak dan material handling memiliki hubungan yang

tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Secara garis besar, tujuan utama dari

perancangan tata letak adalah mengatur area kerja beserta seluruh fasilitas produksi di

dalamnya untuk membentuk proses produksi yang paling ekonomis, aman, nyaman,

efektif, dan efisien. Selain itu, perancangan tata letak juga bertujuan untuk

mengembangkan material handling yang baik, penggunaan lahan yang efisien,

mempermudah perawatan, dan meningkatkan kemudahan dan kenyamanan

lingkungan kerja.

Terdapat beberapa keuntungan tata letak fasilitas yang baik, yaitu:

1. Menaikkan output produksi

Pada umumnya, tat letak yang baik akan memberikan output yang lebih besar

dengan ongkos kerja yang lebih kecil atau sama, dengan jam kerja pegawai yang

lebih kecil dan jam kerja mesin yang lebih kecil.

2. Mengurangi delay

Mengatur keseimbangan antara waktu operasi dan beban dari tiap-tiap departemen

atau mesin adalah bagian dari tanggung jawab perancang tata letak fasilitas.

Pengaturan yang baik akan mengurangi waktu tunggu atau delay yang berlebihan

yang dapat disebabkan oleh adanya gerakan balik (back-tracking), gerakan

Page 12: Pai Tepung Mocaf

memotong (cross-movement), dan kemacetan (congestion) yang menyebabkan

proses perpindahan terhambat.

3. Mengurangi jarak perpindahan barang

Dalam proses produksi, perpindahan barang atau material pasti terjadi. Mulai dari

bahan baku memasuki proses awal, pemindahan barang setengah jadi, sampai

barang jadi yang siap untuk dipasarkan disimpan dalam gudang. Mengingat begitu

banyaknya perpindahan barang yang terjadi dan betapa besarnya peranan

perpindahan barang, terutama dalam proses produksi, maka perancangan tata letak

yang baik akan meminimalkan biaya perpindahan barang tersebut.

4. Penghematan pemanfaatan area

Perancangan tata letak yang baik akan mengatasi pemborosan pemakaian ruang

yang berlebihan.

5. Pemaksimalan pemakaian mesin, tenaga kerja, dan/atau fasilitas produksi lainnya.

6. Proses manufaktur yang lebih singkat

Dengan memperpendek jarak antar proses produksi dan mengurangi bottle neck,

maka waktu yang diperlukan untuk mengerjakan suatu produk akan lebih singkat

sehingga total waktu produksi pun dapat dipersingkat.

7. Mengurangi resiko kecelakaan kerja

Perancangan tata letak yang baik juga bertujuan untuk menciptakan lingkungan

kerja yang aman, dan nyaman bagi para pekerja yang terkait di dalamnya.

8. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman

Dengan penataan lingkungan kerja yang baik, tertata rapi, tertib, pencahayaan yang

baik, sirkulasi udara yang baik , dsb, maka suasana kerja yang baik akan tercipta

sehingga moral dan kepuasan kerja para pekerja akan meningkat. Hal ini

Page 13: Pai Tepung Mocaf

berpengaruh pada kinerja karyawan yang juga akan meningkat sehingga

produktivitas kerja akan terjaga.

9. Mempermudah aktivitas supervisor

Tata letak yang baik akan mempermudah seorang supervisor untuk mengamati

jalannya proses produksi

Menurut Wignjosoebroto (2009), pemilihan dan penempatan alternatif tata letak

merupakan langkah yang kritis dalam proses perencanaan fasilitas produksi, karena

tata letak yang dipilih akan menentukan hubungan fisik dari aktivitas produksi yang

berlangsung. Penetapan mengenai macam spesifikasi, jumlah dan luas area dari

fasilitas produksi yang diperlukan merupakan langkah awal sebelum perencanaan

pengaturan tata letak fasilitas. Ada empat macam atau tipe tata letak yang secara

klasik umum diaplikasikan dalam desain tata letak, yaitu :

1. Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Aliran Produksi

Menurut Wignjosoebroto (2009), jika suatu produk secara khusus memproduksi suatu

macam produk atau kelompok produk dalam jumlah besar dan waktu produksi yang

lama, maka semua fasilitas produksi dari pabrik tersebut diatur sedemikian rupa

sehingga proses produksi dapat berlangsung seefisien mungkin. Dengan tata letak

berdasarkan aliran produksi seperti terdapat pada gambar 1, maka mesin dan fasilitas

produksi lainnya akan diatur menurut prinsip mesin sesudah mesin atau prosesnya

selalu berurutan sesuai dengan aliran proses, tidak peduli macam mesin yang

dipergunakan.

Page 14: Pai Tepung Mocaf

 

Gambar 1 Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Aliran Produksi

Sumber: Wignjosoebroto (2009)

2. Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Lokasi Material Tetap

Menurut Wignjosoebroto (2009), tata letak fasilitas berdasarkan proses tetap, material

atau komponen produk utama akan tetap pada posisi/lokasinya. Sedangkan fasilitas

produksi seperti alat, mesin, manusia serta komponenkomponen kecil lainnya akan

bergerak menuju lokasi material atau komponen produk utama tersebut. Pada proses

perakitan tata letak tipe ini alat dan peralatan kerja lainnya akan cukup mudah

dipindahkan. Berikut skema diagram dari tata letak fasilitas produksi yang diatur

berdasarkan posisi material tetap.

Page 15: Pai Tepung Mocaf

Gambar 2 Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Lokasi Material Tetap

Sumber: Wignjosoebroto (2009)

3. Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Kelompok Produk

Tata letak tipe ini didasarkan pada pengelompokkan produk atau komponen yang

akan dibuat. Produk-produk yang tidak identik dikelompok berdasarkan langkah-

langkah proses, bentuk, mesin atau peralatan yang dipakai dan sebagainya. Disini

pengelompokkan tidak didasarkan pada kesamaan jenis produk akhir seperti halnya

pada tipe produk tata letak. Pada tipe kelompok produk, mesin-mesin atau fasilitas

produksi nantinya juga akan dikelompokkan dan di tempatkan dalam sebuah

manufacturing sel. Karena disini setiap kelompok produk akan memiliki urutan

proses yang sama maka akan menghasilkan tingkat efisien yang tinggi dalam proses

manufakturingnya. Efisiensi tinggi tersebut akan dicapai sebagai konsekuensi

pengaturan fasilitas produksi secara kelompok atau sel yang menjamin kelancaran

aliran kerja. Tata letak fasilitas berdasarkan kelompok produk dapat ditunjukkan

seperti gambar 3 dibawah ini:

Page 16: Pai Tepung Mocaf

Gambar 3 Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Kelompok Produk

Sumber: Wignjosoebroto (2009)

4. Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Fungsi atau Macam Proses

Menurut Wignjosoebroto (2009), tata letak berdasarkan macam proses sering dikenal

dengan proses atau tata letak berdasarkan fungsi adalah metode pengaturan dan

penempatan dari segala mesin serta peralatan produksi yang memiliki tipe atau jenis

sama ke dalam satu departemen. Dalam tata letak menurut macam proses, seperti

terdapat pada gambar 4, jelas sekali bahwa semua mesin dan peralatan yang

mempunyai cirri operasi yang sama akan dikelompokkan bersama sesuai dengan

proses atau fungsi kerjanya.

Page 17: Pai Tepung Mocaf

Gambar 4 Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Fungsi atau Macam Proses

Pada agroindustri tepung mocaf tata letak pabrik pada dasarnya dilakukan sesuai

dengan proses produksi tepung mocaf. Ada enam tahapan proses produksi ubi kayu

menjadi tepung MOCAF, yaitu :

1. Proses pengupasan kulit luar dan cambium

2. Slicing (pengirisan/penayangan)

3. Proses sekali fermentasi kurang lebih selama 24 jam dengan bak terbuka.

4. Proses pengeringan

5. Proses penggilingan

6. Proses packaging (pengemasan) Penjelasan masing-masing dari proses di

atas adalah:

7. Proses pengupasan

ubi kayu yang akan dip roses dikupas kulit luarnya dengan menggunakan

alat atau mesin kupas sampai benar-benar bersih dari sisa kulit dan dicuci

bersih dengan menggunakan air yang mengalir. Setelah dicuci bersih dengan

air langsung dilakukan pengupasan/pembersihan kambmium (selaput tipis

atau pembuiluh kayu). Setelah terkupas kulit luar dan kambiumnya ubi kayu

di slicing(diiris/dirajang) dengan menggunakan alat/mesin slicer menjadi

bentuk chip (irisan tipis berbentuk bulat) dan langsung difermentasi dalam

Page 18: Pai Tepung Mocaf

bak perendaman selama 24 jam, setelah di rendam diangkat, di tiriskan dan

di angin-anginkan di udara terbuka untuk menghilangkan/mengurangi

kandungan air di dalam chips, prosen ini dengan istilah pemutusan

fermentasi. Chips yang telah siap kemudian kemudian dimasukkan dalam

alat pengeringan atau dijemur di bawah terik matahari selama 2x24 jam

bergantung cuaca di lantai penjemuran. Setelah chips betul-betul kering

dengan KA 15-20% langsung ditepung/di giling dengan menggunakan

alat/mesin, dan di ayak untuk memisahkan partikel-partikel yang lembut.

Proses terakhir adalah packaging(pengepakan) ukuran 25 kg dengan

menggunakan sak berlapis dua.

Berdasarkan urutan proses pembuatan dari tepung MOCAF tersebut, tata letak yang

dapat diterapkan pada industry tepung MOCAF adalah tipe pertama yaitu Tata Letak

Fasilitas Berdasarkan Aliran Produksi. Industry tepung MOCAF secara khusus

memproduksi tepung MOCAF dalam jumlah besar dan waktu produksi yang lama,

maka semua fasilitas produksi dari pabrik diatur sedemikian rupa sehingga proses

produksi dapat berlangsung seefisien mungkin. Dengan tata letak berdasarkan aliran

Page 19: Pai Tepung Mocaf

produksi, maka mesin dan fasilitas produksi lainnya akan diatur menurut prinsip

mesin sesudah mesin atau prosesnya selalu berurutan sesuai dengan aliran proses,

tidak peduli macam mesin yang dipergunakan.

Contoh skema perencanaan tata letak dari Industri MOCAF yaitu:

Sumber: Wignjosoebroto (2009)

Keterangan gambar:

A. Pengawas penerimaan bahan baku

B. Ruang sleksi singkong dan pemindahan ke tray khusus

C. Ruang pengupasan dan pencucian singkong

D. Ruang fermentasi E. Ruang pengeringan dan

penggilinganF. Ruang akhir pengemasan

produkG. Kantor administratorH. Ruang pengeringan

dengan penjemuranI. Ruang istirahat, tempat

makan dan toiletJ. Tempat keluar masuk

petugasK. Gudang peralatan dan

boksL. Koridor untuk lewat

petugas

Page 20: Pai Tepung Mocaf

Sumber: Wignjosoebroto (2009)

Page 21: Pai Tepung Mocaf

III. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan agroindustri khususnya pada industri tepung Mocaf perlu

memperhatikan aspek kapastitas produksi, teknologi proses, lokasi pabrik dan tata

letak pabrik untuk mendukung berjalannya agroindustri yang baik pada industri

tepung Mocaf.

2. Perencanaan Agroindustri pada aspek Teknologi Proses menjadi salah satu poin

penting dalam membangun suatu industri agar dapat menghasilkan produk yang

berkualitas baik.

3. Perencanaan agroindustri perlu dilakukan secara matang sebelum melakukan

kegiatan produksi yaitu dengan menentukan lokasi yang tepat.

4. Lokasi produksi tepung mocaf akan sangat cocok jika berdekatan pada daerah

dengan tingkat produksi singkong cukup besar serta dekat dengan bahan baku

singkong.

5. Perencanaan agrroindustri tepung Mocaf juga perlu memperhatikan tata letak

pabrik agar memperoleh hasil yang maksimal.

6. Tata letak yang dapat diterapkan pada industry tepung Mocaf adalah tipe tata letak

fasilitas berdasarkan aliran produksi.

Page 22: Pai Tepung Mocaf

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. http://www.bi.go.id/id/umkm/kelayakan/pola

pembiayaan/industri/Pages/Pola%20Pembiayaan%20Usaha%20Kecil%20

Pengolahan%20Tepung%20Mocaf.aspx diakses tanggal 8 mei 2014 pukul

18.49 wib.

Asep K. Mocaf : Inovasi & Peluang Baru Agribisnis. Dikutip dari : URL :

http://www.bumiagri.net . Diambil pada 8 mei 2014 pukul 18.49 wib.

Mangunwidjaja. D. dan Sailah. I. 2005. Pengantar Teknologi Pertanian. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Salim, E. 2013. Mengolah Singkong Menjadi Tepung Mocaf. http://www.

agrotekno.net/2013/09/ mengolah-singkong-menjadi-tepung-mocaf.html.

Subagyo, P.Joko. 2006 Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek. Penerbit Rineka

Cipta, Cetakan Ke-5. Jakarta.

Wignjosoebroto, S. 2009. Pengantar Teknik dan Manajemen Industri. Penerbit Guna

Widya. Surabaya.