pada pt. mutiara dewi jayanti - digilib.its.ac.id · penerapan lean manufacturing untuk...
TRANSCRIPT
Penerapan Lean Manufacturing Untuk Mengidentifikasi dan Meminimasi Waste
Pada PT. Mutiara Dewi Jayanti
Hanum Febrilliani Valentine 2510100116 Pembimbing : Putu Dana Karningsih, ST, M.Eng.Sc, Ph.D Ko-Pembimbing : Dewanti Anggrahini, ST., MT.
OUTLINE Pendahuluan
• Latar Belakang • Rumusan Masalah • Tujuan Penelitian • Manfaat Penelitian • Ruang Lingkup Penelitian • Flowchart Penelitian
Pembahasan
• Big Picture Mapping • Identifikasi Aktivitas Proses Produksi • Identifikasi 7 Waste • Identifikasi Akar Penyebab Waste • Analisa Risiko • Rekomendasi Perbaikan
Kesimpulan dan Saran
PENDAHULUAN
Memberi kesempatan kerja yang cukup tinggi
Komoditas perkebunan yang menarik bagi banyak negara
terutama di negara berkembang
Kopi (Spillane, 1990)
Why??
Dapat menghasilkan devisa
Di Indonesia
1. Salah satu komoditi ekspor utama pada sub sektor perkebunan (Raharjo, 2013)
2.Produsen Kopi Terbesar Ke-3 di dunia pada tahun 2013
Brazil 34%
Vietnam 19%
Indonesia 8%
Colombia 7%
Beberapa Negara Lain
32%
Sumber : International Coffee Organization, 2014
3. Industri hilir kopi memiliki daya saing
yang cukup kuat
Kategori Tahun 2010 2011
Minuman ringan bersoda 42,4 45,8 Minuman energi cair 27,5 48,7 Air minum dalam kemasan (AMDK) 31,5 43,7 Susu cair/ UHT 39,1 43,2 Mie Instan 39,2 43,4 Kopi bubuk/ instan 31,9 45,1 Jelly cup 29,0 40,7 Kacang bermerk 34,9 38,7 Wafer Coating Coklat 33,4 47,0 Minuman teh rasa buah dalam kemasan cup 40,4 51,2 Pilus 50,0 40,2
Indeks Rata-rata Best Brand pada Beberapa Kategori
Makanan Minuman Tahun 2010-2011 (Yuyanti, 2012)
Bagaimana di Indonesia?
3. Industri hilir kopi memiliki daya saing
yang cukup kuat
Memacu perusahaan untuk memiliki daya
saing dalam menghadapi
persaingan pasar
Penjagaan/ peningkatan kualitas
produk
Stabilisasi harga produk
Peningkatan pelayanan pelanggan
Perbaikan terus menerus
Mengurangi pemborosan
PT Mutiara Dewi Jayanti
Produsen kopi bubuk dan kopi biji goreng Didirikan pada tanggal 10 Juni 2008
Bertempat di Perum Graha Tirta , Bougenville, no 69 RT 03 RW 14 Desa Kureksari Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo
Pekerjanya berasal dari Pesantren Mukmin Mandiri Sidoarjo
Visi : “Santri Berwawasan Wirausahawan dan Usahawan yang Berjiwa Santri”
Misi : “Mendidik dan Mencetak Santri menjadi Wirausahawan yang Saleh dan Mandiri”
PRODUK Kopi Mahkota Raja a. kopi bubuk MR Premium 250 gr, b. kopi biji goreng MR 250 gr, c. kopi biji goreng MR Premium 500
gr, d. kopi bubuk MR 250 gr, e. kopi biji goreng MR 250 gr, f. kopi biji goreng 500 gr, g. kopi sachet MR 4 in 1 (kopi, susu,
gula, dan doa), h. kopi sachet 3 in 1 (kopi, gula, dan
doa).
Pendowo Limo kopi biji goreng Pendowo Limo 250 gr
Merk Lain Super (SPR), Remuk (RK), dan Pecah (PC) dalam kemasan 500gr dan 250gr
Beberapa Temuan
1. Adanya ‘benda asing’ masuk ke dalam kemasan
4. Pergerakan yang tidak perlu
2. Kemasan rusak
3. Menumpuk produk jadi
LEAN MANUFACTURING
5S
Root Causes Analysis
Anal
isa R
isiko
7 Waste Mereduksi
Men
gelim
inas
i
Big Picture Mapping
Bagaimana mengidentifikasi waste pada PT Mutiara Dewi Jayanti dan memberikan usulan perbaikan
untuk meminimasi waste tersebut.
Perumusan Masalah
Tujuan 1. Mengidentifikasi waste pada perusahaan dan mencari
akar penyebabnya yang memiliki tingkat risiko tinggi 2. Memberikan usulan perbaikan untuk meminimasi waste
Manfaat Memberikan alternatif perbaikan yang mampu untuk meminimasi waste sehingga perusahaan mampu menghasilkan produk tepat waktu dengan jumlah yang tepat dan kualitas yang sesuai dengan permintaan konsumen
Batasan • Data primer adalah hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan selama bulan
Maret-Juni 2014 • Data sekunder yang digunakan adalah data selama bulan Nopember-Desember
2013 dan Januari-April 2014 • Jenis produk yang diamati selama penelitian hanya produk kopi bubuk merk
Mahkota Raja
Asumsi • Tidak ada kebijakan baru yang menyebabkan perubahan pada
lingkungan kerja • Karena tidak adanya Standard Operational Procedure, maka proses
produksi mengacu pada hasil wawancara dengan Kepala Divisi Produksi.
Start
Identifikasi masalah
Penentuan Tujuan Penelitian
Studi Pustaka
A
Tahap Identifikasi
Awal
A
Membuat Big Picture Mapping
Identifikasi Aktivitas Proses Produksi
Identifikasi 7 waste
Menentukan akar penyebab
Analisa Risiko
A
Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data
Flowchart Penelitian
A
Analisa Big Picture Mapping
Analisa identifikasi aktivitas proses produksi
Analisa identifikasi 7 waste
Analisa akar penyebab waste
Analisa risiko
Rekomendasi Perbaikan
A
Tahap Analisa
dan Rekomendasi
Perbaikan A
Membuat Kesimpulan dan Saran
End
Tahap Kesimpulan dan Saran
Flowchart Penelitian
PEMBAHASAN
-BIG PICTURE MAPPING-
Penimbangan Pencampuran Penggilingan Pengemasan
Indikator adanya
pemborosan
-Identifikasi Aktivitas Proses Produksi-
Aktivitas Ideal
Aktivitas Yang Terjadi
33 aktivitas 54 aktivitas Indikator adanya aktivitas yang
tidak menambah nilai pada produk
Aktivitas Ideal Aktivitas yang Sesungguhnya Terjadi
Memindahkan bahan baku dari tempat pencampuran ke tempat penggilingan
Memindahkan bahan baku dari tempat pencampuran ke tempat penggilingan
Mengisi bahan bakar mesin giling
Mengisi bahan bakar mesin giling
Memanaskan mesin giling Memanaskan mesin giling Mencari alat untuk memasukkan kopi biji goreng ke dalam mesin giling Mencari ember sebagai tempat keluarnya kopi bubuk
Proses Penggilingan
-Klasifikasi Aktivitas-
VAA NVAA NNVAA Aktivitas yang Sesungguhnya
Terjadi
VAA NVAA NNVAA
Memindahkan bahan baku dari tempat pencampuran ke tempat penggilingan
V
Mengisi bahan bakar mesin giling
V
Memanaskan mesin giling
V
Mencari alat untuk memasukkan kopi biji goreng ke dalam mesin giling
V
Mencari ember sebagai tempat keluarnya kopi bubuk
V
Proses Penggilingan
-Identifikasi 7 Waste- No Jenis
7 Waste Waste yang ditemukan Sumber Penemuan Jenis Kerugian
1 Unnecessary Motion
Merokok Identifikasi non value adding activity
T = 41 menit/hari Q = masuknya ‘benda asing’ dalam kemasan
Mencari Peralatan Membuka baju serta mencari dan menyalakan kipas angin Mengobrol Menyapu lantai produksi
2 Inappropriate Processing
Menumpuk produk jadi Identifikasi non value adding activity
T = 48 menit/hari Q = Jika tidak hati-hati maka menumpuk produk jadi bisa membuat kemasan rusak/ kotor
3 Defect Masuknya benda asing ke dalam kemasan
Wawancara dengan General Manager dan Divisi Logistik
Q = menurunkan kualitas produk dihadapan konsumen
Kemasan rusak T = menambah waktu untuk melakukan rework
4 Overproduction Banyaknya stok produk jadi di gudang
Data Sekunder, Wawancara dengan General Manager dan Divisi Logistik
C = menambah biaya simpan
5 Unnecessary Inventory
Penyimpanan bahan baku dalam kapasitas besar dan dalam waktu yang cukup lama
Wawancara dengan General Manager
C = menambah biaya simpan Q = bahan baku jika disimpan lama akan mengakibatkan bahan baku terserang kutu dan jamur.
6 Waiting Tidak ditemukan - - 7 Excessive
Transportation Tidak ditemukan - -
-Identifikasi Akar Penyebab-
Jenis 7 Waste No Waste Why 1 Why 2 Innappropriate Processing
1 Menumpuk produk jadi
1.1 1.1.1 Kurangnya pekerja di proses pengemasan
Pekerja sedang melakukan aktivitas produksi lainnya
1.1.2 Pekerja diminta untuk membantu aktivitas perusahaan lainnya
Contoh proses pencarian akar penyebab :
1. memasukkan kopi bubuk ke dalam plastik 2. menimbang kopi bubuk dalam plastik 3. melubangi plastik untuk tali pegangan
dan memasang tali pegangannya 4. melakukan press plastik 5. bagian pengepakan
-Analisa Identifikasi Akar Penyebab-
W3
W5
W7
W8
W10
R6
R16
Membuka baju serta mencari dan menyalakan kipas
angin
Menyapu lantai produksi
Banyaknya stok produk jadi di
gudang
Masuknya benda asing ke dalam
kemasan kopi
Penyimpanan bahan baku dalam
kapasitas besar dan dalam waktu yang
cukup lama
Ketersediaan bahan baku di supplier tidak stabil
R8
R12
Pekerja mengobrol dan merokok
R11
R17
Kurangnya tenaga ahli di perusahaan
W1
W4
Merokok
Mengobrol
W9 Kemasan Produk Rusak
R15
Pekerja menumpuk produk jadi
W6 menumpuk produk jadi
• W1 dan W4 adalah akar penyebab W5 dan W8
• W6 adalah akar penyebab dari W9
-Analisa Risiko- Kode Risiko
Akar Penyebab Likelihood Consequence Risk Rating (L) (C) (R= L x C)
R1 Tidak adanya peraturan tentang sterilisasi dari perusahaan
4 3 12
R2 Kurangnya kesadaran pekerja dalam merapikan peralatan
3 2 6
R3 Kurangnya tempat untuk penyimpanan peralatan
2 2 4
R4 Kurang teraturnya pengaturan lantai produksi
3 4 12
R5 Kurangnya perawatan sarana dan prasarana
3 2 6
R6, R16 Ketersediaan bahan baku di supplier tidak stabil
5 4 20
R7 Pekerja merasa bosan 2 2 4 R8, R12 Pekerja mengobrol dan
merokok 4 3 12
R9 Pekerja sedang melakukan aktivitas produksi lainnya
2 2 4
R10 Pekerja diminta untuk membantu aktivitas perusahaan lainnya
2 2 4
R11, R17
Kurangnya tenaga ahli di perusahaan
5 4 20
R13 Banyaknya permintaan pelanggan
2 1 2
R14 Pekerja membawa produk jadi yang sudah dikemas secara manual
2 4 8
R15 Pekerja menumpuk produk jadi 5 4 20
Nilai Likelihood Possibility of Occurance
1 Rare Possibility of occurance less than 5%
2 Unlikely Possibility of occurance between 5%-25%
3 Possible/ moderate
Possibility of occurance between 25%-50%
4 Likely Possibility of occurance between 50%-75%
5 Almost certain Possibility of occurance more than 75%
Nilai Consequence Description
1 Insignificant Low financial loss, no injuries
2 Minor First aid treatment, medium financial cost
3 Moderate Medical treatment required, high finansial loss
4 Major Extensive injuries, loss of production capabilities, major financial loss
5 Catastropic Death, huge financial cost
Klasifikasi likelihood
Klasifikasi consequence
Penilaian Risiko Berdasarkan pengamatan dan wawancara
-Analisa Risiko- Li
kelih
ood
Almost
certain
5
R6, R11, R15,
R16, R17
Likely 4 R1, R8, R12
moderate 3 R2, R5 R4
Unlikely 2 R13
R3, R7, R9,
R10 R14
Rare 1
1 2 3 4 5
Insignificant Minor Moderate Major Catastropic
Consequence
R4 : Kurang teraturnya pengaturan lantai produksi R6 & R16 : Ketersediaan bahan baku di supplier tidak stabil R11 & R17 : Kurangnya tenaga ahli di perusahaan R15 : Pekerja menumpuk produk jadi
Zona Merah
REKOMENDASI PERBAIKAN
Alternatif Perbaikan Ke-1 R4 Kurang teraturnya pengaturan lantai produksi
Perusahaan mengatur tata letak produksi sesuai dengan kebutuhan proses produksinya, namun masih kurang teratur dalam penempatan peralatan/barang-barang dan pengaturan ventilasi udara
Yang sudah dilakukan perusahaan :
Gambar Ruang Kerja Bagian Dalam
Layout Lantai Produksi Mesin
Penggiling
Mesin Pengemas
Mesin Pengemas
Mesin Pengemas
Tangga
Kamar Mandi
Mesin penggoreng
Bahan baku
Bahan bakuBahan bakar
Mes
in P
enga
yak
Office
1 sq. m.Mesin Pencampur
Office
2 sq. m.Timbangan
Area Pengemasan
III II
I
IV
From to Chart
Kurang teraturnya pengaturan lantai produksi
R4
Memperbaiki penataan tata letak lantai produksi
Alternatif Perbaikan:
a. Membagi ruang kerja secara efektif dan efisien
From to Chart Kode Stasiun
A Pengayakan B Penimbangan C Pencampuran D Penggilingan E Pengemasan
Jenis Stasiun Produksi
Produk Alur Proses Kopi biji goreng A-E Kopi bubuk B-C-D-E
Alur Proses Produk
Dari Ke Frekuensi Jarak A E 7 3,9 m B C 1 0,9 m C D 1 6,3 m D E 4 6,3 m
Frekuensi Aliran Produk dan Jarak antar Stasiun Produksi
From
To A B C D E
A
B
C 1
D 1
E 7 4
Tidak ada back tracking From to Chart Proses Produksi
Dari Ke Frekuensi Jarak Momen Perpindahan
A E 7 3,9 m 27,3 B C 1 0,9 m 0,9 C D 1 6,3 m 6,3 D E 4 6,3 m 25,2
Total Momen Perpindahan 59,7
Hasil Perhitungan Momen Perpindahan Awal
Dari Ke Frekuensi Jarak Momen
Perpindahan A E 7 2,1 m 14,7 B C 1 0,9 m 0,9 C D 1 6,3 m 6,3 D E 4 6,3 m 25,2
Total Momen Perpindahan 47,1
Hasil Perhitungan Momen Perpindahan Perbaikan
Alternatif Perbaikan 1a
Mesin Penggiling
Mesin Pengemas
Mesin Pengemas
Mesin Pengemas
Tangga
Kamar Mandi
Mesin penggoreng
Bahan baku
Bahan bakuBahan bakar
Mes
in P
enga
yak
Office
1 sq. m.Mesin Pencampur
Office
2 sq. m.Timbangan
Area Pengemasan
Mesin Penggiling
(D)
Mesin Pengemas
Mesin Pengemas
Mesin Pengemas
Tangga
Kamar Mandi
Mesin penggoreng
Bahan baku
Bahan baku
Bahan bakar
Mesin Pengayak(A)
Office
1 sq. m.
Mesin PenCampur(C) Office
2 sq. m.Timbangan
(B)
Area Pengemasan(E)
Alternatif Perbaikan Ke-1
Sebelum Setelah
III II
I
IV
III II
I
IV
Alternatif Perbaikan Ke-1 R4 Kurang teraturnya
pengaturan lantai produksi Memperbaiki penataan tata letak lantai produksi
Alternatif Perbaikan:
b. Mengatur ventilasi udara agar bisa berfungsi dengan maksimal
Melakukan alternatif 1a dan tidak menumpuk bahan baku terlalu banyak
Menjadikan kaca masuknya cahaya matahari sebagai ventilasi
Keuntungan bagi perusahaan :
Alternatif Perbaikan Ke-1
Proses produksi dapat berjalan lancar karena pengaturan tata letak sesuai dengan urutan aliran kerja
Memaksimalkan fungsi ventilasi udara yang dimiliki sehingga pekerja nyaman dalam bekerja
Meminimasi jenis waste unnecessary motion yaitu W2 (mencari peralatan) dan W3 (membuka baju serta mencari dan menyalakan kipas angin)
Biaya yang dibutuhkan : Rp 107.500,00
Alternatif Perbaikan Ke-2
R6 & R16 Ketersediaan bahan baku di supplier tidak stabil
Perusahaan membeli banyak bahan baku dan menyimpannya di gudang bahan baku yang terletak di lantai produksi.
Yang sudah dilakukan perusahaan :
Alternatif Perbaikan:
Membuat kontrak perjanjian kerja yang jelas dan melakukan perencanaan produksi yang cermat
Contoh Perencanaan Produksi Bulan Rencana
Penjualan Rencana
Persediaan Akhir
Jumlah Persediaan Awal
Rencana Produksi
Mei 265 90 383 31 273 Juni 269 89 385 90 268 Juli 273 88 387 89 272
Agustus 276 87 388 88 275 September 280 87 390 87 280
Oktober 283 87 393 87 283
Bulan EOQ SS Rencana Pembelian
bahan baku (EOQ + SS)
Persediaan Awal
Rencana Penjualan
Persediaan Akhir
Mei 2780 90 2870 0 1325 1545 Juni 0 0 0 1545 1345 200 Juli 2780 90 2870 200 1365 1705
Agustus 0 0 0 1705 1380 325 September 2780 90 2870 325 1400 1795
Oktober 0 0 0 1795 1415 380
Rencana Pembelian Bahan Baku (kg)
Rencana Produksi per bulan (bal)
Keuntungan bagi perusahaan :
Meminimalisir inventori yang berlebihan
Tercukupinya kebutuhan bahan baku untuk produksi.
Meminimasi W3 (membuka baju serta Mencari dan menyalakan kipas angin ) dan W10 (penyimpanan bahan baku dalam kapasitas besar dan dalam waktu yang cukup lama)
Alternatif Perbaikan Ke-2
Biaya : -
Alternatif Perbaikan Ke-3 R11 &
R17 Kurangnya tenaga ahli di perusahaan
Belum ada tindakan yang dilakukan perusahaan Yang sudah dilakukan perusahaan :
Alternatif Perbaikan: Melatih ketrampilan manajemen produksi bagi pekerja
Keuntungan bagi perusahaan :
Proses produksi berjalan dengan lancar
Permintaan pasar dapat terpenuhi
Berkurangnya kerugian pada waktu produksi, biaya produksi, maupun kualitas produk.
Meminimasi W7 (banyaknya stok produk jadi di gudang) dan W10 (penyimpanan bahan baku dalam kapasitas besar dan dalam waktu yang cukup lama)
Biaya : Rp 2.400.000,00
Alternatif Perbaikan Ke-4 R15 Pekerja menumpuk produk jadi.
Belum ada tindakan yang dilakukan perusahaan Yang sudah dilakukan perusahaan :
Alternatif Perbaikan:
Menggunakan kotak/ kardus untuk mempermudah pengepakan produk jadi
Keuntungan bagi perusahaan :
Perusahaan dapat menghemat waktu produksi tanpa perlu menambah pekerja di proses pengemasan
Meminimalkan terjadinya kerusakan pada kemasan produk akibat produk jadi ditumpuk sembarangan.
Meminimasi W7 (banyaknya stok produk jadi di gudang) dan W10 (penyimpanan bahan baku dalam kapasitas besar dan dalam waktu yang cukup lama)
Biaya : Rp 35.000,00
Alternatif Perbaikan Ke-4
-Hubungan Alternatif Perbaikan dengan 5S- Kode Akar Penyebab Alternatif Perbaikan Pengeluaran Biaya 5S
R4 Kurang teraturnya pengaturan lantai produksi
Memperbaiki penataan tata letak lantai produksi
Rp 107.500,00 Seiton/ Set in Order
(Rapi)
R6, R16
Ketersediaan bahan baku di supplier tidak stabil
Membuat kontrak perjanjian kerja yang jelas dan melakukan perencanaan produksi yang cermat
- Seiketsu/ Standardize
(Rawat)
R11, R17
Kurangnya tenaga ahli di perusahaan
Melatih ketrampilan manajemen produksi bagi pekerja
Rp 2.400.000,00 Shitsuke/ Sustain (Rajin/ Disiplin)
R15 Pekerja menumpuk produk jadi.
Menggunakan kotak/ kardus untuk mempermudah pengepakan produk jadi
Rp 35.000,00 Seiton/ Set in Order (Rapi)
Total Pengeluaran Rp 2.543.500,00
KESIMPULAN & SARAN
Kesimpulan
7 Waste
Inappropriate Processing
Unnecessary Motion
Defect
Overproduction
Unnecessary Inventory
Waiting
Excessive transportation
1. Kurang teraturnya pengaturan lantai produksi
2. Ketersediaan bahan baku di supplier yang tidak stabil
3. Kurangnya tenaga ahli di perusahaan
4. Pekerja menumpuk produk jadi.
1. Memperbaiki penataan tata letak lantai produksi
2. Membuat kontrak perjanjian kerja yang jelas dan melakukan perencanaan produksi yang cermat
3. Melatih ketrampilan manajemen produksi bagi pekerja
4. Menggunakan kotak/ kardus untuk mempermudah pengepakan produk jadi
Akar penyebab dengan risiko tinggi :
Rekomendasi Perbaikan :
Saran
Perusahaan perlu membuat peraturan untuk pekerja di Divisi Produksi terkait keteraturan dalam bekerja
Untuk penelitian berikutnya dapat dilakukan pada akar penyebab yang berisiko high untuk perbaikan perusahaan yang secara terus menerus dan runtut.
DAFTAR PUSTAKA • Anityasari, M. dan Wessiani, N. A. (2011). Analisa Kelayakan
Usaha Dilengkapi Kajian Manajemen Resiko. Surabaya: Guna Widya.
• AS/NZS. (2004). The Australian and New Zealand Standard on Risk Management. NSW Australia: Broadleaf Capital International Pty Ltd.
• Dennis, P. (2007). Lean Production Simplified (Second ed.). New York: Productivity Press.
• Feld, W. M. (2001). Lean Manufacturing Tools, Techniques, and How To Use Them. Boca Raton, Florida: St. Lucie Press.
• FrisianIndoPack. (2014). Jual Kardus/ Karton Box Murah Harga 2000-3500. Retrieved 6 Juni, 2014, from frisianindopack.com
DAFTAR PUSTAKA • Goldberg, M. dan Palladini, E. (2011). Pengelolaan Risiko dan
Penciptaan Nilai Melalui Pendanaan Usaha Mikro (M. R. Adhi, Trans.). Jakarta: Salemba Empat.
• Hines, P. dan Taylor, D. (2000). Going Lean. Lean Enterprise Research Centre. UK: Cardiff Business School.
• ICO. (2014). Exporting Countries: Total Production Crop Years Commencing: 2008 to 2013. Retrieved May, 2014, from ico.com
• Kotler, P. dan Amstrong. (2003). Dasar-Dasar Pemasaran (4th ed.). Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia.
• Monden, Y. (1993). Toyota Production System. Norcross: Institute of Industrial Engineers.
DAFTAR PUSTAKA • Preuss, P. G. (2003). School Leader's Guide to Root Causes
Analysis : Using Data to Dissolve Problems. Larchmont, New York: Eye on Education.
• Raharjo, B. T. (2013), "Analisis Penentu Ekspor Kopi Indonesia". Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, Vol. 1, No. 1.
• Shah, R. dan Ward, P. T. (2007), "Defining and Developing Measures of Lean Production ". Journal of Operation Management, Vol. 25, hal. 785-805.
• Spillane, J. (1990). Komoditi Kopi Peranannya Dalam Perekonomian Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
• Susila, W. R. dan Setiawan, I. (2007), "Peran Industri Berbasis Perkebunan dalam Pertumbuhan Ekonomi dan Pemerataan: Pendekatan Sistem Neraca Sosial Ekonomi". Jurnal Agro Ekonomi, Vol. 25, No. 2, hal. 125-147.
DAFTAR PUSTAKA • Womack, J. P. dan Jones, D. T. (2003). Lean Thinking :
Banish Waste and Create Wealth in Your Corporation. New York: Simon & Schuster.
• Yodhia Antariksa, M. (2011). Proposal Biaya Pelatihan Manajemen-In house Training Manajemen Skills (pp. 6).
• Yuyanti, I. W. (2012), Pengaruh Line Extension Terhadap Ekuitas Merek Kopi Nescafe, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.