3. promosi kesehatan - jayanti, oktariana, fira, puspa
DESCRIPTION
gsgsaTRANSCRIPT
PROMOSI KESEHATAN
Oleh :
Elfrida Sihaloho 0818011057
Jayanti Supriyatin 0818011068
Oktariana Amindyta 08180110
Meta Gapila 0818011031
ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013
BAB I
LATAR BELAKANG
Promosi kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan Kesehatan
Nasional. Hal ini dapat dilihat bahwa Promosi kesehatan merupakan salah satu
pilar dalam pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2015 melalui
peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya melalui terciptanya
masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang
hidup dengan perilaku hidup bersih dan sehat serta dalam lingkungan yang sehat,
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di
seluruh wilayah Republik Indonesia.
Dalam perkembangnnya pusat promosi kesehatan, ada beberapa hal yang perlu
dilihat kembali sesuai dengan tugas pokok dan fungsi promosi kesehatan dan
kebijakan promosi kesehatan baik di pusat maupun didaerah, serta masalah-
masalah yang menyangkut kesehatan yang sering terjadi pada saat ini yang sangat
terkait dengan promosi kesehatan. Masalah yang penting dan perlu disikapi adalah
kurang fokus dan konsistennya program promosi kesehatan dalam pencapaian
indikator PHBS pada tahun 2010 yang tertuang dalam kegiatan pertahunnya,
lemahnya dalam koordinasi, sinergisme dalam penyusunan perencanaan antar
program dan daerah seta sukarnya merubah “mind-set” paradigma sakit ke
paradigma sehat yang sudah tidak sesuai lagi dalam pembangunan kesehatan,
lemahnya kemauan dan kemampuan dalam menyusun rencana promosi kesehatan
dan strateginya yang bersifat makro dan berjangka panjang, dan kurang kuatnya
memahami konsep promosi kesehatan dan berbagai metode promosi kesehatan.
Program-program kesehatan, terutama yang terkait dengan PHBS perlu selalu
disosialisasikan secara terus menerus, hal ini dikarena perubahan tingkah laku
kadang-kadang hanya dapat terjadi dalam kurun waktu yang relative lama. Dari
1
pengalaman bertahun-tahun pelaksanaan promosi atau penyuluhan kesehatan
masyarakat mengalami berbagai hambatan dalam rangka mencapai tujuannya,
yaitu mewujudkan perilaku hidup sehat bagi masyarakat. Dari penelitian-
penelitian yang ada terungkap meskipun kesadaran dan pengetahuan masyarakat
sudah tinggi tentang kesehatan, namun perilaku kesehatan masyarakat masih
rendah. Dari berbagai aspek terkait dalam Promosi Kesehatan yang perlu
mendapatkan perhatian secara seksama adalah tentang metode dan alat peraga
yang digunakan dalam promosi kesehatan.Dengan metode yang benar dan
penggunaan alat peraga yang tepat sasaran, maka materi atau bahan isi yang perlu
dikomunikasikan dalam promosi kesehatan akan mudah diterima, dicerna dan
diserap oleh sasaran, sehingga kesadaran masyarakat akan PHBS lebih mudah
terwujud.
2
BAB II
ISI
A. Definsi
Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu
untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan
sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan
aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi
lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya). (Ottawa
Charter,1986).
Promosi kesehatan menurut WHO adalah proses membuat orang mampu
meningkatkan kontrol terhadap dan memperbaiki kesehatan mereka.
Sebagaimana diketahui, WHO meneruskan : “Persfektif ini diperoleh dari
konsepsi “sehat” dimana seorang individu atau kelompok mampu di satu
sisi untuk mewujudkan aspirasi dan memuaskan kebutuhan hidup dan
disisi yang lain untuk mengubah atau mengatasi tantangan lingkungan.
Selanjutnya, Australian Health Foundation merumuskan batasan lain pada
promosi kesehatan sebagai berikut : promosi kesehatan adalah program-
program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan
(perbaikan), baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi
dan lingkungannya. Dengan demikian bahwa promosi kesehatan adalah
kombinasi berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi,
kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan
perilaku yang menguntungkan kesehatan (Green dan Ottoson,1998).
Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan masyarakat agar
3
mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Proses
pemberdayaan tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat; Artinya proses pemberdayaan tersebut dilakukan melalui
kelompok-kelompok potensial di masyarakat, bahkan semua komponen
masyarakat. Proses pemberdayaan tersebut juga dilakukan dengan
menggunakan pendekatan sosial budaya setempat. Proses pembelajaran
tersebut juga dibarengi dengan upaya mempengaruhi lingkungan, baik
lingkungan fisik termasuk kebijakan dan peraturan perundangan.
Promosi kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang
mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni. Dilihat dari sisi seni,
yakni praktisi atau aplikasi pendidikan kesehatan adalah merupakan
penunjang bagi program-program kesehatan lain. Ini artinya bahwa setiap
program kesehatan yang telah ada misalnya pemberantasan penyakit
menular/tidak menular, program perbaikan gizi, perbaikan sanitasi
lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan
dan lain sebagainya sangat perlu ditunjang serta didukung oleh adanya
promosi kesehatan. Promosi kesehatan bukanlah hanya proses penyadaran
masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk
dapat memfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat.
B. Sejarah promosi kesehatan internasional
Upaya yang bersifat promosi kesehatan dilakukan oleh berbagai negara
dalam bentuk dan pengertian. Istilah promosi kesehatan diterima dan
diperkenalkan oleh WHO yang kemudian diterima dan diperguanakn oleh
semua negara anggota WHO. Beberapa tonggak penting dalam sejarah
perkembangan promosi kesehatan internasional:
1. The Ottawa Conferenca – Canada, 1986
Merupakan conferensi internasional yang pertama tentang promosi
kesehatan. Dalam konferensi ini dirumuskan defenisi promosi
4
kesehatan sebagai : “The Process of Enabling People to Increase
Control Over and to Improve their Health”.
Konferensi ini menghasilkan Ottawa Charter, yang merupakan line
program aksi (lima (5) pilar utama) promosi kesehatan yaitu :
1. Mengembangkan kebijakan publik yang berwawasan kesehatan
(build health public policy)
2. Menciptakan keuntungan yang mendukung (create supportive
environment)
3. Memperkuat makan rakyat (strengthen community action)
4. Mengembangkan kemampuan perorangan (develop personal skill)
5. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health services)
Sejak saat itu Ottawa Charter telah menjadi sumber inspirasi dan
panduan bagi pengembangan kegiatan promosi kesehatan di berbagai
negara termasuk Indonesia.
2. The Adelide Conference – Australia, 1988
Dalam konferensi ini fokus pembahasan lebih lanjut ialah tentang
pengembangan kebijakan publik berwawasan kesehatan. Pada
konferense ini dicetuskan bahwa :
“Kesehatan adalah hak azasi manusia dan kesehatan merupakan
investasi sosial”
selanjutnya dirumuskan 4 (empat) prioritas kebijakan sehat yaitu :
1) Meningkatkan kesehatan wanita
2) Makan makanan bergizi
3) Pengurangan tembakau dan alkohol
4) Menciptakan lingkungan yang mendukung
3. The Sundrall Conference – Swedia, 1991
Dalam konferensi ini fokus pembahasan ialah tentang hubungan
antara kesehatan dengan lingkungan fisik yang baik penting untuk
kesehatan.
4. The Jakarta Conference – Indonesia, 1997
5
Merupakan konferensi internasional promosi kesehatan yang
pertama kali diadakan di abad 20 – menyongsong abad 21. dari
konferensi itu lahirlah “Deklarasi Jakarta” pesan utama konferensi
ini ialah perlunya merubah pola tradisional dalam promosi kesehatan
dengan menciptakan dalam upaya promosi kesehatan dengan
berbagai sektor, pemerintah dan swasta. Tema konferensi ini
“Partnership for Health Promotion New Players for New Era”.
Konferensi di Jakarta merupakan tonggak baru promosi kesehatan
dengan dicetuskannya “kemitraan untuk promosi kesehatan”.
Sesuatu hal yang belum pernah ada dalam konferensi sebelumnya.
Isi deklarasi Jakarta :
Prioritas Promosi kesehatan dalam abad 21
Meningkatkan tanggung jawab sosial dalam kesehatan.
Meningkatkan investasi untuk pembangunan kesehatan.
Meningkatkan kemampuan perorangan dan pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan.
Mengembangkan infra struktur promosi kesehatan :
- Tantangan-tantangan baru sebagai determinant kesehatan antara
lain rendahnya
pendidikan, kemiskinan, dll.
- Perubahan demografi antara lain : meningkatkan urbanisasi,
bertambahnya
golongan usia lanjut, transisi epidemiologi.
- Promosi kesehatan diakui merupakan pendekatan praktis untuk
mencapai
pemerataan yang lebih baik dalam kesehatan.
5. The Mexico Conference – Mexico City, 2000
Hasil konferensi Mexico :
Konferensi Mexico telah menghasilkan beberapa keputusan,
kesimpulan atau dokumen sebagai berikut :
6
1) Mexico ministerial statement for health promotion, yang
merupakan kesepakatan para menteri kesehatan seduai untuk
meningkatkan kesehatan.
2) Enam tecnical report on health promotion yang merupakan
acuan akademis untuk mengembangkan kegiatan promosi
kesehatan di masing-masing negara di dunia.
3) Puluhan case studies yang merupakan bukti kesehatan kegiatan
promosi kesehatan di berbagai negara di dunia dan dapat dijadikan
bahan perbandingan bagi pengembangan kegiatan promosi
kesehatan di negara-negara lain.
4) Framework for country wide plan of action for health promotion,
sebagai kerangka untuk merencanakan kegiatan promosi kesehatan.
5) Hasil-hasil lain seperti : inetraksi dengan berbagai pengambilan
keputusan, pakar dan praktisi kesehatan di seluruh dunia,
pengembangan jaringan dengan berbagai lembaga dunia, bahan-
bahan lain tentang promosi kesehatan, dsb.
Perkembangan Promosi kesehatan di Indonesia.
Di Indonesia, upaya-upaya yang bersifat promosi kesehatan sudah ada
bahkan sebelum terbentuknya negara Republik Indonesia.
Istilah yang dipakai bermacam-macam misalnya : Propaganda kesehatan,
penerangan kesehatan, pendidikan kesehatan, penyuluhan kesehatan
masyarakat.
Salah satu momentum yang merupakan upaya promosi kesehatan ialah
penyempitan anti malaria di rumah penduduk oleh presiden R.I. Ir.
Soekarno pada tanggal 12 Nopember 1964, yang kelak ditetapkan sebagai
hari kesehatan nasional. Perkembangan promosi kesehatan di Indonesia
dapat dibagi dalam beberapa periode :
Periode 1945 – 1965
Pada kurun waktu ini lebih dikenal dengan istilah propaganda
kesehatan. Kegiatan lebih pada gerakan kebersihan seperti kerja
bakti, kebersihan rumah dan desa pada hari-hari tertentu.
7
Beberapa catatan penting pada kurun waktu ini antara lain didirikan
Sekolah Penyuluhan Kesehatan di Magelang – Jawa Tengah, mulai
adanya media penyuluhan berupa film dan poster dan yang terkenal
adalah poster 4 sehat 5 sempurna, dan yang sangat monumental
adalah lahirnya undang-undang kesehatan No. 9/1960.
Periode 1965 – 1975
Pada kurun waktu ini dikenal istilah pendidikan kesehatan
masyarakat. Kegiatan dan pendekatan kesehatan mulai dikaitkan
dengan masalah sosial, pendekatan mana kemudian melahirkan
konsep pendekatan PKMD (Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Desa). Pengembangan sumber daya manusia mendapat perhatian
lebih besar, antara lain dengan mengirimkan tenaga untuk belajar
pendidikan kesehatan di luar negeri dan pada tahun 1965 berdiri
Fakultas Kesehatan Masyarakat UI dan dalah satu jurusannya ialah
Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Periode 1975 – 1995
Pada kurun waktu ini dikenal istilah penyuluhan kesehatan
masyarakat. Berbagai konsep pendekatan kesehatan masyarakat
dikembangkan seperti : pendekatan edukatif, PKMRS, manajemen
ARRIF, Posyandu, dll.
Periode 1995 – sekarang
Pada kurun waktu ini, istilah promosi kesehatan mulai dipakai,
walaupun istilah penyuluhan kesehatan masyarakat masih menjadi
nama resmi organisasi di Depkes. Konsep perilaku hdiup bersih
dan sehat dikembangkan sebagai salah satu model promosi
kesehatan di Indonesia. Tentang PHBS akan diuraikan pada bab-
bab berikutnya. Salah satu momentum penting pada kurun waktu
ini ialah dicanangkannya
Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan oleh Presiden B.J.
Habibi pada tanggal 1 Maret 1999. juga dicetuskannya Indonesia Sehat
2010.
8
C. Ruang Lingkup
Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai
berikut :
1. Pendidikan kesehatan (health education) yang penekanannya pada
perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan
dan kemampuan.
2. Pemasaran sosial (social marketing), yang penekanannya pada
pengenalan produk/jasa melalui kampanye.
3. Upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang tekanannya
pada penyebaran informasi.
4. Upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya pada upaya
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
5. Upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya untuk mempengaruhi
lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan kebijakan yang
berwawasan kesehatan (melalui upaya legislasi atau pembuatan peraturan,
dukungan suasana dan lain-lain di berbagai bidang /sektor, sesuai
keadaan).
6. Pengorganisasian masyarakat (community organization), pengembangan
masyarakat (community development), penggerakan masyarakat (social
mobilization), pemberdayaan masyarakat (community empowerment), dll.
Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof.Dr. Soekidjo
Notoadmodjo, ruang lingkup promosi kesehatan dapat dilihat dari 2
dimensi yaitu: a) dimensi aspek pelayanan kesehatan, dan b) dimensi
tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan.
1. Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan
Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok,
yakni: promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Sedangkan ahli
lainnya membagi menjadi dua aspek, yakni :
a. Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat, dan
b. Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan
9
sasaran kelompok orang yang memiliki resiko tinggi terhadap penyakit
dan kelompok yang sakit.
Dengan demikian maka ruang lingkup promosi kesehatan di kelompok
menjadi dua yaitu :
a. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif.
b. Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan.
2. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan
Pelaksanaan
Ruang lingkup promosi kesehatan ini dikelompokkan menjadi :
a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga).
b. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah.
c. Pendidikan kesehatan di tempat kerja.
d. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum.
e. Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan
Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan dapat
dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five level of prevention)
dari Leavel and Clark.
a. Promosi Kesehatan.
b. Perlindungan khusus (specific protection).
c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt
treatment).
d. Pembatasan cacat (disability limitation)
e. Rehabilitasi (rehabilitation).
D. Visi dan Misi
Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya
sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial.
10
2. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan
penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan
kesehatan, maupun program kesehatan lainnya dan bermuara pada
kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu,
kelompok, maupun masyarakat.
Secara umum Misi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Advokasi (Advocation)
Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan
kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu
kebijakan yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu
upaya untuk mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker)
agar dapat mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang
ditawarkan perlu mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan-
keputusan.
2. Menjembatani (Mediate)
Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu
kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas
sektor yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin
suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor
yang memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan
tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua
pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Oleh karena
itu promosi kesehatan memiliki peran yang penting dalam mewujudkan
kerjasama atau kemitraan ini.
3. Kemampuan/Keterampilan (Enable)
Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan
memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun
tujuan dari pemberian keterampilan kepada masyarakat adalah dalam
rangka meningkatkan pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan
peningkatan ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan
11
peningkatan kesehatan keluarga akan meningkat.
E. Strategi Promosi Kesehatan
Strategi Global (Global Strategy)
* Advokasi (advocacy)
Advokasi adalah kegiatan dimana untuk meyakinkan orang lain agar orang
lain tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan.
Pendekatan advokasi ialah sasaran kepada para pembuat keputusan atau
penentu keputusan sesuai sektornya. Intinya adalah strategi advokasi
kesehatan merupakan pendekatam yang dilakukan dengan pimpinan atau
pejabat dengan tujuan mengembangkan kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan Kegiatan advokasi ini ada dalam bentuk formal dan
informal. Advokasi dalam bentuk formal misalnya : penyajian presentasi,
seminar, atau suatu usulan yang dilakukan oleh para pejabat terkait.
Advokasi informal misalnya : Suatu kegiatan untuk meminta dana, atau
dukungan dalam bentuk kebijakan kepada para pejabat yang relevan
dengan kebijakan yang diusulkan. Intervensi yang dapat dilakukan secara
perseorangan kepada pejabat ialah dengan : lobi, dialog, negosiasi dan
debat. Sehingga diharapkan mendapatkan hasil adanya tindakan yang
nyata, kepedulian, serta pemahaman atau kesadaran dari pejabat sehingga
terjadi kelanjutan kegiatan.
* Dukungan sosial (social support)
Dukungan sosial adalah suatu strategi yang digunakan untuk mencari
dukungan sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat. Dimana tujuannya
dengan menggunakan tokoh masyarakat sebagai jembatan antara sektor
kesehatan atau pengembang kesehatan dengan masyarakat. Intervensi
keperawatan yang diberikan dalam stretegi dukungan sosial ialah :
pelatihan bagi para tokoh masyarakat, lokakarya, bimbingan bagi para
tokoh masyarakat, sehingga hasil yang diharapkan adalah adanya
peningkatan jumlah para tokoh masyarakat yang berperan aktif dalam
pelayanan kesehatan, jumlah individu dan keluarga dimana meningkat
12
pengetahuannya tentang kesehatan, adanya pemanfaatan fasilitas
kesehatan yang ada misalnya posyandu.
* Pemberdayaan masyarakat (empowerment)
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang langsung kepada
masyarakat. Pemberdayaan ini bertujuan untuk mewujudkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat
itu sendiri. Intervensi keperawatan dalam pemberdayaan masyarakat
adalah dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat ini dapat berupa :
penyuluhan kesehatan, posyandu, pos obat desa, dan lain sebagainya. Hasil
yang diharapkan adalah sumber daya manusia yang berperan dalam
peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.
Empat fungsi tahapan manajemen :
Tahapan Manajemen Output
a. Pengkajian
(i) Pengkajian masalah
kesehatan
(ii) Pengkajian masalah PHBS
(iii) Pemetaan wilayah
(iv)Pengkajian Sumber daya
b. Perencanaan
c. Pengerakkan dan pelaksanaan
d. Pemantauan dan penilaian
10 penyakit terbanyak, faktor
pendorong, pemudah dan pemungkin.
Pemetaan masalah PHBS pada setiap
tatanan
Masalah strata kesehatan wilayah
Ketersediaa sumber daya ( manusia,
dana, waktu, metode)
Rumusan tujuan , kegiatan, intervensi
dan jadwal kegiatan
Daftar kegiatan dan penanggung
jawab masing-masing
Rencana pertemuan, evaluasi,
supervisi berkala.
2. Strategi Promosi Kesehatan Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa
13
Charter)
Konfrensi internasional promosi kesehatan di Ottawa-Canada tahun 1986
telah menghasilkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter), dan salah satunya
adalah rumusan strategi promosi kesehatan yang telah dikelompokkan
menjadi lima bagian diantaranya :
* Kebijakan berwawasan kesehatan (healthy public policy).
* Lingkungan yang medukung (supportive environment)
* Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service).
* Keterampilan individu (personal skill).
* Gerakan masyarakat (community action).
F. Sasaran Promosi Kesehatan
1. Sasaran Primer (primary target)
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi,
kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui
anak untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah
untuk kesehatan remaja dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan
dengan strategi pemberdayaan masyarakat (empowerment).
2. Sasaran Sekunder (secondary target)
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh
masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki
kaitan serta berpengaruh penting dalam kegiatan promosi kesehatan,
dengan harapan setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat
tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembali menyampaikan
promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya.
Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan
pula agar dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk
masyarakat sekitarnya.
14
3. Sasaran Tersier (tertiary target)
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah
pembuat keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy
maker). Hal ini dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan
atau keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki
efek/dampak serta pengaruh bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer
dan usaha ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy).
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas dan wilayah kerja
puskesmas
Pelaksanaan kegiatan yang bisa di lakukan :
a. Penyuluhan Institusi : kegiatan penyuluhan yang dilakukan di institusi
bersangkutan seperti Puskesmas, atau pun di rumah tinggal para dokter
dan paramedik.
Secara Langsung Secara tidak langsung
Memberi tauladan serta contoh dari
dokter dan para medik Puskesmas.
Seperti kerapihan dan kebersihan
berpakaian, tidak merokok apalagi
saat memeriksa pasien, tidak
meludah sembarangan, keramahan
dll.
Penampilan yang rapih dan sehat
dari bangunan puskesmasnya, misal
tersedianya kotak sampah,
terpeliharanya kamar kecil dan
penyediaan air bersih.
Mempergunakan media penyuluhan,
misal memasang poster di dinding.
Dialog antara dokter dan pasien,
memberi nasehat tentang hal yang
berkaitan dengan penyakit dan cara
hidup sehat.
Dialog dokter dan paramedik dengan
keluarga pasien tentang hal-hal yang
bisa dilakukan pasien atau keluarga
pasien untuk menciptakan hidup sehat.
Melakukan penyuluhan kelompok di
Puskesmas yang direncanakan, misal
15
pada saat ada wabah demam berdarah,
dll.
b. Penyuluhan di Masyarakat (di luar gedung Puskesmas)
Pelaksanaan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas dilaksanakan berdasarkan ”pendekatan edukatif”, melalui
tahap-tahap berikut :
(i) Pertemuan tingkat kecamatan
(ii) Pertemuan tingkat desa
(iii) Melakukan survey mawas diri (Community self survey)
(iv)Perencanaan
(v) Pelaksanaan penyuluhan
(vi)Evaluasi kegiatan penyuluhan
G. METODE PROMOSI KESEHATAN
METODE
Keberhasilan dan tercapainya tujuan promosi kesehatan dipengaruhi
beberapa faktor seperti, input (masukan), metode, faktor materi atau
pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya, dan alat-alat
bantu/alat peraga pendidikan yang dipakai.
Adapun tujuan media promosi kesehatan diantaranya:
a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.
b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
c. Dapat memperjelas informasi
d. Media dapat mempermudah pengertian.
e. Mengurangi komunikasi yang verbalistik
f. Dapat menampilkan obyek yang tidak bisa ditangkap dengan mata.
g. Memperlancar komunikasi.
16
1. Jenis Metode Promosi Kesehatan
Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan Teknik
Komunikasi, Sasaran yang dicapai dan Indera penerima dari sasaran
promosi.
Berdasarkan Teknik Komunikasi
a. Metode penyuluhan langsung.
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka
dengan sasaran. Termasuk di sini antara lain : kunjungan rumah,
pertemuan diskusi (FGD),pertemuan di balai desa, pertemuan di
Posyandu, dll.
b. Metode yang tidak langsung.
Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap
muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan
perantara (media). Umpamanya publikasi dalam bentuk media cetak,
melalui pertunjukan film, dsb
Di bawah ini diuraikan beberapa metode pendidikan individual,
kelompok, dan massa.
1. Metode Pendidikan Individual (Perorangan)
Dalam promosis kesehatan, metode pendidikan yang bersifat
indivvidual digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina
seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau
inovasi.
Dasar digunakan metode individual ini karena setiap orang
mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubunngan
dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk pendekatan ini
antara lain :
a. Bimbingan dan penyuluhan (Guidane and counceling)
Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih
intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat diteliti
dan diabntu penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut dengan
17
sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan
menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku).
b. Wawancara (Interview)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan
penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan
klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum
menerima perubahan, apakah ia teretarik atau tidak terhadap
perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau
yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan
kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan
yang lebih mendalam lagi.
Sumber : http://munsypedia.blogspot.com/2012/11/inilah-14-tips-sukses-buat-anak-gaul.html
Sumber: http://nysyaziyah.blogspot.com/
18
2. Metode Pendidikan Kelompok
Dalam memilih metode pendidiakn kelompok, harus diingat besarnya
kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal sasaran. Untuk
kelompok yang besar, metodenya akan dengan kelompok kecil.
Efektivitas suatu metode akan tergantung pada besarnya sasaran
pendidikan.
a. Kelompok Besar
Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta
penyuluhan itu lebih 15 orang. Metode yang baik untuk
kelompok besar ini, antara lain ceramah dan seminar.
1) Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan
maupun rendah.
2) Seminar
Metode seminar hanya cocok untuk sasaran kelompok
besar dengan pendidikan formal menengah ke atas.
Seminar adalah suatu penyajian (presentasi)dari suatu
ahli atau beberapa ahli tentang suatu topik yang
dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di
masyarakat.
Sumber: http://juster.blogdetik.com/2010/02/26/posisi-bimbingan-dan-konseling-di-sekolah/
b. Kelompok kecil
1) Diskusi kelompok
19
Metode yang dilaksanakan dalam bentuk diskusi antara
pemberi dan penerima informasi, biasanya untuk
mengatasi masalah. Metode ini mendorong penerima
informasi berpikir kritis, mengekspresikan pendapatnya
secara bebas, menyumbangkan pikirannya untuk
memecahkan masalah bersama, mengambil satu
alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban
untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan
yang seksama.
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
- Tidak dapat dipakai dalam kelompok yang
besar.
- Peserta diskusi mendapat informasi yang
terbatas.
- Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka
berbicara.
- Biasanya orang menghendaki pendekatan yang
lebih formal
2) Curah pendapat (Brain storming)
Adalah suatu pemecahan masalah ketika setiap anggota
mengusulkan dengan cepat semua kemungkinan
pemecahan yang dipikirkan. Kritik evaluasi atas semua
pendapat tadi dilakukan setelah semua anggota
kelompok mencurahkan pendapatnya. Metode ini
cocok digunakan untuk membangkitkan pikiran yang
kreatif, merangsang, partisipasi, mencari kemungkinan
pemecahan masalah, mendahului metode lainnya,
mencari pendapat-pendapat baru dan menciptakan
suasana yang menyenangkan dalam kelompok.
20
3) Bola salju (snow balling)
Metode ini dilakukan dengan membagi secara
berpasangan (satu pasang- dua orang). Setelah
pasangan terbentuk, dilontarkan suatu pernyataaan atau
masalah, setelah kurang lebih 5 menit setiap 2
pasangan bergabung menjadi satu. Mereka tetap
mendiskusikan masalah yang sama dan mencari
kesimpulannya. Selanjutnya, setiap 2 pasang yang
sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi
dengan pasangan lainnya, demikian seterusnya
akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.
4) Kelompok-kelompok kecil (Buzz group)
Kelompok dibagi menjadi kelompok kecil untuk
mendiskusikan masalah kemudian kesepakatan di
kelompok kecil disampaikan oleh tiap kelompok dan
kemudian di diskusikan untuk diambil kesimpulan.
5) Memainkan peranan (role play).
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk
sebagai pemegang peran tertentu untuk memainkan
peranan.
6) Permainan simulasi (simulation game)
Merupakan gabungan antara role play dan diskusi
kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan dalam
beberapa bentuk permainan seperti permainan
monopoli, menggunakan dadu, petunjuk arah dan
papan monopoli. Beberapa orang menjadi pemain dan
sebagian lainnya berperan sebagai narasumber.
21
Sumber: http://ewintri.wordpress.com/
3. Metode pendidikan massa
Metode ini untuk mengomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang
ditujukan kepada masyarakat. Sasaran pendidikan pada metode ini
bersifat umum tanpa membedakan umur, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, status sosial, ekonomi dan sebagainya, sehingga pesan-
pesan kesehatan dirancang sedemikian rupa agar dapat ditangkap oleh
massa tersebut. Metode ini bertujuan untuk mengguagah kesadaran
masyarakat terhadap suatu inovasi. Metode ini biasanya bersifat tidak
langsung.
a) Ceramah umum (public speaking)
b) Pidato/diskusi
c) Simulasi
d) Menggunakan media televise
e) Menggunakan media surat kabar
f) Bill board
Metode berdasarkan Indera Penerima. Metode melihat/memperhatikan.
Dalam hal ini pesan diterima sasaran melalui indera penglihatan, seperti :
Penempelan Poster, Pemasangan Gambar/Photo, Pemasangan Koran
dinding, Pemutaran Film.
a) Metode pendengaran. Dalam hal ini pesan diterima oleh sasaran
melalui indera pendengar, umpamanya : Penyuluhan lewat radio,
Pidato, Ceramah, dll
22
b) Metode kombinasi. Dalam hal ini termasuk : Demonstrasi cara
(dilihat, didengar, dicium, diraba dan dicoba).
Sumber : http://carapedia.com/pidato_perpisahan_bahasa_jawa_info2606.html
2. Kelebihan dan kekurangan masing-masing metode
2.1. Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah adalah suatu hubungan langsung antara penyuluh
dengan masyarakat sasaran dan keluarganya di rumah ataupun
ditempat biasa mereka berkumpul. Biasanya kegiatan ini disebut
anjang sono, anjang karya, dsb.
Cara melakukannya dengan memperhatikan hal-hal seperti berikut :
- Ada maksud dan tujuan tertentu
- Tepat waktunya dan tidak membuang-buang waktu
-Rencanakan beberapa kunjungan berurutan untuk menghemat
waktu
- Kunjungi pula sasaran yang jauh dan terpencil
-Metode ini untuk memperkuat metode-metode lainnya atau bila
metode-metode lainnya tidak mungkin
Selama berkunjung harus diingat hal-hal seperti :
- Membicarakan soal-soal yang menarik perhatian
-Biarkan keluarga sasaran berbicara sebanyak-banyaknya dan jangan
memotong
23
pembicaraannya
- Bicara bila keluarga sasaran itu ingin mendengarkannya
- Bicara dalam gaya yang menarik sasaran
- Pergunakan bahasa umum yang mudah, bicara pelan-pelan dan
suasana menyenangkan
- Harus sungguh-sungguh dalam pernyataan
- Jangan memperpanjang mempersilat lidah
- Biarkan keluarga sasaran merasa sebagai pemrakarsa gagasan yang
baik
- Harus jujur dalam mengajar maupun belajar
- Meninggalkan keluarga sasaran sebagai kawan
- Catat tanggal kunjungan, tujuan, hasil dan janji
- Membawa surat selebaran, brosur, dsb untuk diberikan kepada
keluarga sasaran. Ini akan menjalin persahabatan
Kelebihan metode ini adalah :
- Mendapat keterangan langsung perihal masalah-masalah
kesehatan
- Membina persahabatan
- Tumbuhnya kepercayaan pada penyuluh bila anjuran-anjurannya
diterima
- Menemukan tokoh-tokoh masyarakat yang lebih baik
- Rintangan-rintangan antara penyuluh dengan keluarga sasaran
menjadi kurang
- Mencapai juga petani yang terpencil, yang terlewat oleh metode
lainnya
- Tingkat pengadopsian terhadap perilaku kesehatan yang baru
lebih tinggi
Keterbatasannya adalah :
- Jumlah kunjungan yang mungkin dilakukan adalah terbatas
- Kunjungan-kunjungan yang cocok bagi keluarga sasaran dan
penyuluh adalah terbatas sekali
24
- Kunjungan yang terlalu sering pada satu keluarga sasaran akan
menimbulkan prasangka pada keluarga lainnya
2.2. Pertemuan Umum
Pertemuan umum adalah suatu pertemuan dengan peserta campuran
dimana di sampaikan beberapa informasi tertentu tentang kesehatan
untuk dilaksanakan oleh masyarakat sasaran.
Cara melakukannya dengan perencanaan dan persiapan yang baik,
seperti :
- Rundingkan dahulu dengan orang-orang yang terkait
- Konsultasi dengan tokoh-tokoh setempat dan buatlah agenda
acara sementara
- Jaminan kedatangan para nara sumber lainnya (bila diperlukan)
- Usahakan ikut sertanya semua golongan di tempat itu.
Hal-hal perlu diperhatikan :
- Rapat diselenggarakan ditempat yang letaknya strategis, dengan
penerangan dan
udara yang segar
- Waktu yang dipilh adalah waktu luang masyarakat
- Pada siang hari, bila tempat-tempat tinggal orang berjauhan
- Tepat memulai dan mengakhiri pertemuan
- Perhatikan ditujukan kepada tujuan pertemuan dengan
memberikan kesempatan untuk berdiskusi. Hindari pertengkaran
pendapat
- Anjuran mempergunakan alat-alat peraga
- Usaha-usaha menarik perhatian, menggugah hai dan mendorong
kegiatan
- Memberikan penghargaan kepada semua golongan yang hadir
- Libatkan tokoh-tokoh masyarakat setempat
- Usahakan kegiatan lanjutan (bila ada)
- Berikan selembaran-selembaran yang sesuai dengan materi yang
didiskusikan
25
Kelebihan metode ini adalah :
- Banyak orang yang dicapai
- Menjadi tahap persiapan untuk metode lainnya
- Perkenalan pribadi dapat ditingkatkan
- Segala macam topik/judul dapat diajukan
- Adopsi suatu anjuran secara murah/sedikit biaya
Kekurangan / keterbatasannya :
- Tempat dan sarana pertemuan tidak selalu cukup
- Waktu untuk diskusi biasanya terbatas sekali
- Pembahasan topik sedikit lebih sulit karena peserta yang hadir
adalah campuran
- Kejadian-kejadian di luar kekuasaan seperti cuaca buruk, dsb
dapat mengurangi jumlah kehadiran
2.3 Pertemuan Diskusi ( Kelompok Diskusi Terfokus )
Pertemuan diskusi adalah untuk kelompok yang lebih kecil atau
lebih sedikit pesertanya yaitu berkisar 12-15 orang saja. Harus ada
partisipasi yang baik dari peserta yang hadir.
Biasanya dipergunakan untuk menjelasan suatu informasi yang lebih
rinci dan mendetail serta pertukaran pendapat mengenai perubahan
perilaku kesehatan. Keberhasilan pertemuan FGD banyak tergantung
dari petugas penyuluh untuk :
- Memperkenalkan soal yang dapat perhatian para peserta
- Memelihara perhatian yang terus menerus dari para peserta
- Memberi kesempatan kepada semua orang untuk mengemukakan
pendapatnya dan menghindari dominasi beberapa orang saja
- Membuat kesimpulan pembicaraan-pembicaraan dan menyusun
saran-saran yang diajukan
- Berikan bahan-bahan informasi yang cukup agar peserta sampai
pada kesimpulan yang tepat.
2.4. Demonstrasi cara atau percontohan
Demontrasi adalah memperlihatkan secara singkat kepada suatu
kelompok bagaimana melakukan suatu perilaku kesehatan baru.
26
Metode ini lebih menekankan pada bagaimana cara melakukannya
suatu perilaku kesehatan. Kegiatan ini bukan lah suatu percobaan
atau pengujian, tetapi sebuah usaha pendidikan. Tujuannya adalah
untuk meyakinkan orang-orang bahwa sesuatu perilaku kesehatan
tertentu yang dianjurkan itu adalah berguna dan praktis sekali bagi
masyarakat. Demonstrasi ini mengajarkan suatu ketrampilan yang
baru.
Cara melakukannya dengan segala perencanaan dan persiapan yang
diperlukan, seperti :
- Datang jauh sebelum kegiatan di mulai untuk memeriksa
peralatan dan bahan yang diperlukan
- Mengatur tempat sebaik mungkin, sehingga semua peserta dapat
melihatnya dan ikut dalam diskusi
- Demonstrasi dilakukan tahap demi tahap sambil membangkitkan
keinginan peserta untuk bertanya-tanya
- Berikan kesempatan pada wakil peserta untuk mencoba
ketrampilan perilaku yang baru
- Berikan selebaran yang cepat (brosur, dll) yang bersangkutan
dengan demostrasi itu
Anjuran :
- Pilihlah topik yang berdasarkan keperluan masyarakat
- Demonstrasi dilakukan tepat masanya
- Pengumuman yang luas sebelum waktunya untuk menarik banyak
perhatian dan peserta
- Pergunakan alat-alat yang mudah di dapat orang
- Hilangkan keraguan-raguan, tetapi hindarikan pertengkaran mulut
- Hargai cara-cara yang biasa dilakukan masyarakat
Kelebihan / keuntungan metode ini :
- Cara mengajar ketramilan yang efekif
- Merangsasang kegiatan
- Menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri
27
Kekurangan / keterbatasannya :
- Memerlukan banyak persiapan, peralatan dan ketrampilan
- Merugikan bila demonstrasi dilaksanakan dengan kualitas yang
buruk
Metode dan teknik penyuluhan kesehatan masyarakat
Metode
Untuk mengetahui metode apa yang akan dipilih, perlu ditentukan telebih dahulu
tahapan perubahan perilaku yang ingin dicapai yaitu : perubahan pengetahuan,
sikap atau tindakan kelompok sasaran.
Metode untuk
merubah
pengetahuan
Metode untuk merubah
sikap
Metode untuk merubah
tindakan
- ceramah
- kuliah
- presentasi
- wisata karya
- curah
pendapat
- seminar
- studi kasus
- tugas baca
- simposium
- panel
- konferensi
- Diskusi kelompok
- Tanya jawab/
wawancara
- Role playing
- Pemutaran film
- Video
- Tape recorder
- Simulasi
- Latihan sendiri
- Bengkel kerja
- Demonstrasi
- Eksperimen
Karena keterbatasan sumber daya, maka metode penyuluhan yang sering
dilakukan oleh puskesmas adalah ceramah yang disertai tanya jawab, wawancara
dan demonstrasi.
28
H. MEDIA PROMOSI KESEHATAN
1. Pengertian
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai
alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba,
dirasa atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-
luasan informasi
2. Kegunaan
Biasanya alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya
menggunakan papan tulis denganphoto dan sebagainya. Tetapi dalam
menggunakan alat peraga, baik secara kombinasi maupun tunggal, ada
dua hal yang harus diperhatikan, yaitu :
• Alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran
• Ide atau gagasan yang terkandung di dalamnya harus dapat diterima
oleh sasaran
Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-
keuntungan :
• Dapat menghindari salah pengertian/pemahaman atau salah tafsir.
Dengan contoh yang telah disebutkan pada bagian atas dapat dilihat
bahwa salah tafsir atau salah pengertian tentang bentuk plengsengan
dapat dihindari.
• Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah
ditangkap.
• Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang
mengesankan.
• Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
• Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang
dianjurkan.
3. Jenis / Macam Media
Alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar :
3.1. Benda asli
yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati.
29
Merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal,
mempunyai bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini
kelemahannya tidak selalu mudah dibawa ke mana-mana sebagai alat
bantu mengajar.
Termasuk dalam macam alat peraga ini antara lain :
• Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dsb
• Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti cacing
dalam botol pengawet, dll
• Sample yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti
oralit, dll
3.2. Benda tiruan
yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya.
Benda tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi
kesehatan. Hal ini dikarena menggunakan benda asli tidak memungkinkan,
misal ukuran benda asli yang terlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan
dapat dibuat dari bermacam-macam bahan seperti tanah, kayu, semen,
plastik dan lain-lain.
3.3. Gambar/Media grafis
Poster
Adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan
sedikit kata-kata.Kata-kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya
dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster
biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak
dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan
pengumuman, dan lain-lain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan,
ilustrasi, kartun,gambar atau photo.
Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak, memberikan
pesan singkat.
Karena itu cara pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya
berisikan satu ide atau satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster
30
yang mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya
serta dapat mendorong untuk bertindak.
Leaflet
Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-
kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang
sederhana. Ada beberapa yang disajikan secara berlipat.
Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentan suatu
masalah, misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga,
deskripsi tentang diare dan penecegahannya, dan lain-lain. Leaflet dapat
diberikan atau disebarkan pada saat pertemuanpertemuan dilakukan seperti
pertemuan FGD, pertemuan Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain.
Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan sederhana seperti di
photo copy.
3.4. Gambar alat optik
Photo
Sebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk :
a. Album, yaitu merupakan foto-foto yang isinya berurutan,
menggambarkan suatu cerita, kegiatan dan lain-lain. Dikumpulkan dalam
sebuah album. Album ini bisa dibawa dan ditunjukan kepada masyarakat
sesuai dengan topik yang sedang di diskusikan. Misalnyaalbum photo yang
berisi kegiatan-kegiatan suatu desa untuk merubah kebiasaan BABnya
menjadi di jamban dengan CLTS sampai mendapat pengakuan resmi dari
Bupati.
b. Dokumentasi lepasan.
Yaitu photo-photo yang berdiri sendiri dan tidak disimpan dalam
bentuk album. Menggambarkan satu pokok persoalan atau titik perhatian.
Photo ini digunakan biasanya untuk bahan brosur, leaflet, dll
Slide
Slide pada umumnya digunakan dengan sasaran kelompok atau grup. Slide
ini sangat effektif untuk membahas suatu topic tertentu, dan peserta dapat
31
mencermati setiap materi dengan cara seksama, karena slide sifatnya dapat
diulang-ulang
Film
Film lebih kearah sasaran secara masal, sifatnya menghibur namun
bernuansa edukatif.
Alat peraga atau media mempunyai intensitas yang berbeda dalam
membantu pemahaman seseorang.Elgar menggambarkan intensitas setiap
alat peraga dalam suatu kerucut.
KERUCUT ELGAR DALE
KETERANGAN :
1. Kata-kata
2. Tulisan
3. Rekaman, Radio
4. Film
5. Televisi
6. Pameran
7. Field Trip
8. Demonstasi
9. Sandiwara
10. Benda Buatan
11. Benda Asli
Berdasarkan gambar alat peraga yang memiliki intensitas paling tinggi
adalah benda asli sedangkan yang memiliki intensitas paling rendah adalah
kata-kata. Hal ini berarti bahwa penyampaian materi hanya menggunakan
kata-kata saja kurang efektif jadi akan leih efektif dan efisien jika
menggunakan beberapa alat peraga atau gabungan beberapa media.
32
Pemilihan media promosi kesehatan ditentukan oleh banyaknya sasaran,
keadaan geografis, karakteristik partisipan, dan sumber daya
pendukung.Contohnya didaerah terpencil yang hanya dapat dicapai dengan
peswat terbang khususdan pendidikan kesehatan yang diinginkan adalah
yang mencapai sebanyak mungkin sasaran, maka media yang dapat dipilih
adalahflyer atau media elektronik jika sumber dayanya memungkinkan.
I. Pelaksana Promosi Kesehatan
Memperhatikan strategi promosi kesehatan tersebut di atas, maka dapat
dikatakan bahwa terdapat dua kategori pelaksana promosi kesehatan, yaitu
(1) setiap petugas kesehatan dan (2) petugas khusus promosi kesehatan
(disebut penyuluh kesehatan masyarakat).
SETIAP PETUGAS KESEHATAN
Setiap petugas kesehatan yang melayani pasien dan ataupun individu sehat
(misalnya dokter, perawat, bidan, tenaga gizi, petugas laboratorium dan
lain-lain) wajib melaksanakan promosi kesehatan. Namun demikian tidak
semua strategi promosi kesehatan yang menjadi tugas utamanya,
melainkan hanya pemberdayaan.
Pada hakikatnya pemberdayaan adalah upaya membantu atau
memfasilitasi pasien/klien, sehingga memiliki pengetahuan, kemauan dan
kemampuan untuk mencegah dan atau mengatasi masalah kesehatan yang
dihadapinya (to facilitate problem solving), dengan menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS). Dalam pelaksanaannya, upaya ini
umumnya berbentuk pelayanan informasi atau konsultasi. Artinya, tenaga-
tenaga kesehatan Puskesmas tidak hanya memberikan pelayanan teknis
medis atau penunjang medis, melainkan juga penjelasan-penjelasan
berkaitan dengan pelayanannya itu. Apalagi jika pasien ataupun individu
sehat menanyakannya atau menginginkan penjelasan. Sedangkan jika
mereka diam saja pun, tenaga kesehatan Puskesmas harus mengecek
33
apakah diamnya itu karena sudah tahu atau sebenarnya belum tahu tetapi
segan/tidak berani bertanya.
Tantangan pertama dalam pemberdayaan adalah pada saat awal, yaitu pada
saat meyakinkan seseorang bahwa suatu masalah kesehatan (yang sudah
dihadapi atau yang potensial) adalah masalah bagi yang bersangkutan.
Sebelum orang tersebut yakin bahwa masalah kesehatan itu memang
benar-benar masalah bagi dirinya, maka ia tidak akan peduli dengan upaya
apa pun untuk menolongnya. Tantangan berikutnya datang pada saat
proses sudah sampai kepada mengubah pasien/klien dari mau menjadi
mampu. Ada orang-orang yang walaupun sudah mau tetapi tidak mampu
melakukan karena terkendala oleh sumber daya (umumnya orang-orang
miskin). Ada juga orang-orang yang sudah mau tetapi tidak mampu
melaksanakan karena malas.
Orang yang terkendala oleh sumber daya (miskin) tentu harus difasilitasi
dengan diberi bantuan sumber daya yang dibutuhkan. Sedangkan orang
yang malas dapat dicoba rangsang dengan “hadiah” (reward) atau harus
“dipaksa” menggunakan peraturan dan sanksi (punishment).
PETUGAS KHUSUS PROMOSI KESEHATAN
Petugas khusus promosi kesehatan diharapkan dapat membantu para
petugas kesehatan lain dalam melaksanakan pemberdayaan, yaitu dengan:
Menyediakan alat bantu/alat peraga atau media komunikasi guna
memudahkan petugas kesehatan dalam melaksanakan pemberdayaan.
Menyelenggarakan bina suasana baik secara mandiri atau melalui
kemitraan dengan pihak-pihak lain. Menyelenggarakan advokasi dalam
rangka kemitraan bina suasana dan dalam mengupayakan dukungan dari
pembuat kebijakan dan pihak-pihak lain (sasaran tersier).
34
Dalam keterbatasan Dalam keterbatasan sumber daya manusia kesehatan,
sehingga belum dimungkinkan adanya petugas khusus promosi kesehatan
di setiap Puskesmas, maka di dinas kesehatan kabupaten/kota harus
tersedia tenaga khusus promosi kesehatan. Tenaga ini berupa pegawai
negeri sipil dinas kesehatan kabupaten/kota yang ditugasi untuk
melaksanakan promosi kesehatan. Petugas ini bertanggung jawab
membantu pelaksanaan promosi kesehatan di Puskesmas.
Oleh karena itu, agar kinerja mereka baik, seyogianya di dinas kesehatan
kabupaten/ kota terdapat lebih dari seorang tenaga khusus promosi
kesehatan (jumlahnya disesuaikan dengan kemampuan setiap orang untuk
membantu jumlah Puskesmas yang ada). Jika tidak mungkin diperoleh dari
pegawai negeri sipil dinas kesehatan kabupaten/kota , untuk tenaga khusus
promosi kesehatan ini dapat direkrut tenagatenaga dari organisasi
kemasyarakatan yang ada (seperti Aisyiyah, Perdhaki dan lain-lain)
melalui pola kemitraan.
J. Langkah-langkah Promosi Kesehatan Di Puskesmas
Pelaksanaan promosi kesehatan di Puskesmas pada dasarnya adalah
penerapan strategi promosi kesehatan, yaitu pemberdayaan, bina suasana,
dan advokasi di tatanan sarana kesehatan, khususnya Puskesmas. Oleh
karena itu, langkah awalnya adalah berupa penggerakan dan
pengorganisasian untuk memberdayakan para petugas Puskesmas agar
mampu mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan yang disandang
pasien/klienPuskesmas dan menyusun rencana untuk menanggulanginya
dari sisi promosi kesehatan. Setelah itu, barulah dilaksanakan promosi
kesehatan sesuai dengan peluang-peluang yang ada, yaitu peluangpeluang
di dalam gedung Puskesmas dan peluang-peluang di luar gedung
Puskesmas.
35
Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dari dinas kesehatan
kabupaten/kota . Oleh karena itu, keberhasilan pelaksanaan promosi
kesehatan di Puskesmas juga merupakan tanggung jawab dari dinas
kesehatan kabupaten/kota. Dengan demikian, sangat diperlukan
keterlibatan dinas kesehatan kabupaten/kota dalam pelaksanaan promosi
kesehatan di Puskesmas, khususnya dalam langkah penggerakan dan
pengorganisasian untuk memberdayakan para petugas Puskesmas. Petugas
Puskesmas harus mendapat pendampingan oleh fasilitator dari dinas
kesehatan kabupaten/kota agar mampu melaksanakan: (1) Pengenalan
Kondisi Puskesmas, (2) Identifikasi Masalah Kesehatan dan PHBS di
Puskesmas, (3) Musyawarah Kerja, (4) Perencanaan Partisipatif, (5)
Pelaksanaan Kegiatan dan (6) Pembinaan Kelestarian.
36
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:
Menurut WHO Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya
Visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut : “Meningkatnya
kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara
ekonomi maupun sosial.”
Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof.Dr. Soekidjo
Notoadmodjo, ruang lingkup promosi kesehatan dapat dilihat dari 2
dimensi yaitu:
a).dimensi aspek pelayanan kesehatan, dan
b).dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan.
Advokasi di bidang kesehatan mulai digunakan dalam program kesehatan
masyarakat pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu
strategi global Pendidikan atau Promosi Kesehatan WHO.
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineka Cipta.
2. Pusat Promosi Kesehatan. 2011. Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah
Kesehatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
www.promkes.depkes.go.id/. Diakses tanggal 22 mei 2013.
3. DEPKES RI, 2006. Modul: Promosi Kesehatan untuk Politeknik/D3
Kesehatan. Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI, Jakarta.
4. Maulana, Herry.( 2007 ). Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008 . PUSAT PROMOSI
KESEHATAN
6. Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Pengelolaan
Promosi Kesehatan, Dalam Pencapaian PHBS, Jakarta 2008
7. Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Panduan Pelatihan
Komunikasi Perubahan Perilaku,Untuk KIBBLA, Jakarta 2008
8. Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pengembangan Media
Promosi Kesehatan, Jakarta 2004
9. www.promosikesehatan.com Diakses tanggal 22 mei 2013
10. www.wikipedia.com Diakses tanggal 22 mei 2013
11. www.wordpress.com-strategi_perencanaan kesehatan. Diakses tanggal 22 mei
2013
38