p3224032.pdf

9
Jurnal Litbang Pertanian, 22(4), 2003 141 P enggerek polong Etiella zincke- nella Treit. (Lepidoptera: Pyralidae) merupakan salah satu hama utama pada kedelai yang dapat menyebabkan kehilangan hasil hingga 80% (Marwoto et al. 1999; Sumarno 1999). Pengendalian hama ini umumnya masih menggunakan insektisida, namun hasilnya kurang efektif meskipun petani telah me- ningkatkan frekuensi dan dosis aplikasi insektisida (Rauf et al. 1994). Dengan demikian, hama penggerek polong tetap menjadi kendala dalam upaya peningkatan produksi kedelai. Salah satu cara pengendalian yang berpeluang untuk dikembangkan ialah pengendalian hayati dengan menggunakan parasitoid. Hasil penelitian Mangundojo (1958) menunjukkan bahwa pada telur Etiella spp. dapat ditemukan parasi- toid Trichogramma persunatum Relly (Hymonoptera: Trichogrammatidae). Se- lanjutnya Naito dan Djuwarso (1993) mengidentifikasi parasitoid tersebut sebagai Trichogrammatoidea bactrae- bactrae Nagaraja. Pemanfaatan parasitoid telur dari famili Trichogrammatidae sebagai agen hayati dalam pengendalian hama mempunyai prospek yang baik. Di Filipina, pelepasan Trichogramma spp. berhasil menekan serangan penggerek pucuk tebu dengan laju parasitisasi 6087,50% (Alba 1988). Di Cina, pelepasan PENINGKATAN PERAN PARASITOID TELUR Trichogrammatoidea bactrae-bactrae DALAM PENGENDALIAN PENGGEREK POLONG KEDELAI Etiella spp. Marwoto dan Nasir Saleh Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Jalan Raya Kendal Payak, Kotak Pos 66, Malang 65101 ABSTRAK Penggerek polong Etiella spp. merupakan salah satu hama penting pada tanaman kedelai. Kehilangan hasil akibat serangan hama ini dapat mencapai 80%, bahkan puso apabila tidak ada tindakan pengendalian. Usaha pengendalian penggerek polong hingga saat ini masih mengandalkan insektisida, namun hasilnya kurang memuaskan sehingga perlu dicari alternatif pengendalian yang lain terutama pengendalian hayati. Telur penggerek polong ini telah ditemukan parasitoidnya dan telah diidentifikasi sebagai Trichogrammatoidea bactrae-bactrae Nagaraja (Hymenoptera: Trichogrammatidae). Upaya peningkatan peran parasitoid telur T. bactrae-bactrae dapat dilakukan dengan melepas parasitoid pada pagi hari sekitar pukul 06.00 dengan titik pelepasan 20 cm di atas permukaan daun. Jumlah parasitoid T. bactrae-bactrae yang efektif adalah 250.000 ekor/ha yang dilepas tiga kali pada saat tanaman berumur 45, 52, dan 59 hari setelah tanam. Jumlah ini memberikan hasil yang lebih baik daripada pelepasan parasitoid 1.000.000 ekor/ha yang dilepas satu kali. Cara tersebut memberikan tingkat parasitisasi 65,88% dengan tingkat serangan penggerek polong 13,08% dan hasil kedelai 1,57 t/ha. Kata kunci: Glycine max, Trichogrammatoidea, parasitoid, Etiella spp., pengendalian hama ABSTRACT Increasing the role of egg parasitoid Trichogrammatoidea bactrae-bactrae in controlling soybean pod borer Etiella spp. Soybean pod borer, Etiella spp. is one of the most destructive insects on pods and seeds of soybean. The severe damages caused yield loss up to 80%, even 100% of no control action was applied. Nowadays, chemical pesticide has been used to control pod borer, however the control method is not effective so alternative control especially biological control should be applied. The egg parasitoid of pod borer has been identified as Trichogrammatoidea bactrae-bactrae Nagaraja (Hymenoptera: Trichogrammatidae). An effort to increase the role of parasitoid T. bactrae-bactrae by manipulating releasing technique was applicable. The expose of parasitoid at 06.00 am and at 20 cm above the canopy is the most effective method of releasing the parasitoid. Releasing 250,000 parasitoids/ ha respectively at 45, 52, and 59 days after planting is the most effective methods, and better than releasing 1,000,000 parasitoids/ha in one time. The method caused 65.88% parasitization, reduced the damaged pod by 13.08%, and gave 1.57 t/ha soybean grains. Keywords: Glycine max, Trichogrammatoidea, parasitoids, Etiella spp., pest control

Upload: dimas-hidayatullah

Post on 26-Dec-2015

20 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: p3224032.pdf

Jurnal Litbang Pertanian, 22(4), 2003 141

Penggerek polong Etiella zincke-nella Treit. (Lepidoptera: Pyralidae)

merupakan salah satu hama utama padakedelai yang dapat menyebabkankehilangan hasil hingga 80% (Marwotoet al. 1999; Sumarno 1999). Pengendalianhama ini umumnya masih menggunakaninsektisida, namun hasilnya kurangefektif meskipun petani telah me-ningkatkan frekuensi dan dosis aplikasiinsektisida (Rauf et al. 1994). Dengan

demikian, hama penggerek polong tetapmenjadi kendala dalam upaya peningkatanproduksi kedelai.

Salah satu cara pengendalian yangberpeluang untuk dikembangkan ialahpengendalian hayati dengan menggunakanparasitoid. Hasil penelitian Mangundojo(1958) menunjukkan bahwa pada telurEtiella spp. dapat ditemukan parasi-toid Trichogramma persunatum Relly(Hymonoptera: Trichogrammatidae). Se-

lanjutnya Naito dan Djuwarso (1993)mengidentifikasi parasitoid tersebutsebagai Trichogrammatoidea bactrae-bactrae Nagaraja. Pemanfaatan parasitoidtelur dari famili Trichogrammatidaesebagai agen hayati dalam pengendalianhama mempunyai prospek yang baik. DiFilipina, pelepasan Trichogramma spp.berhasil menekan serangan penggerekpucuk tebu dengan laju parasitisasi 60−87,50% (Alba 1988). Di Cina, pelepasan

PENINGKATAN PERAN PARASITOID TELURTrichogrammatoidea bactrae-bactrae DALAM

PENGENDALIAN PENGGEREK POLONGKEDELAI Etiella spp.

Marwoto dan Nasir Saleh

Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Jalan Raya Kendal Payak, Kotak Pos 66, Malang 65101

ABSTRAK

Penggerek polong Etiella spp. merupakan salah satu hama penting pada tanaman kedelai. Kehilangan hasil akibatserangan hama ini dapat mencapai 80%, bahkan puso apabila tidak ada tindakan pengendalian. Usaha pengendalianpenggerek polong hingga saat ini masih mengandalkan insektisida, namun hasilnya kurang memuaskan sehinggaperlu dicari alternatif pengendalian yang lain terutama pengendalian hayati. Telur penggerek polong ini telahditemukan parasitoidnya dan telah diidentifikasi sebagai Trichogrammatoidea bactrae-bactrae Nagaraja(Hymenoptera: Trichogrammatidae). Upaya peningkatan peran parasitoid telur T. bactrae-bactrae dapat dilakukandengan melepas parasitoid pada pagi hari sekitar pukul 06.00 dengan titik pelepasan 20 cm di atas permukaan daun.Jumlah parasitoid T. bactrae-bactrae yang efektif adalah 250.000 ekor/ha yang dilepas tiga kali pada saat tanamanberumur 45, 52, dan 59 hari setelah tanam. Jumlah ini memberikan hasil yang lebih baik daripada pelepasanparasitoid 1.000.000 ekor/ha yang dilepas satu kali. Cara tersebut memberikan tingkat parasitisasi 65,88% dengantingkat serangan penggerek polong 13,08% dan hasil kedelai 1,57 t/ha.

Kata kunci: Glycine max, Trichogrammatoidea, parasitoid, Etiella spp., pengendalian hama

ABSTRACT

Increasing the role of egg parasitoid Trichogrammatoidea bactrae-bactrae in controlling soybeanpod borer Etiella spp.

Soybean pod borer, Etiella spp. is one of the most destructive insects on pods and seeds of soybean. The severedamages caused yield loss up to 80%, even 100% of no control action was applied. Nowadays, chemical pesticidehas been used to control pod borer, however the control method is not effective so alternative control especiallybiological control should be applied. The egg parasitoid of pod borer has been identified as Trichogrammatoideabactrae-bactrae Nagaraja (Hymenoptera: Trichogrammatidae). An effort to increase the role of parasitoid T.bactrae-bactrae by manipulating releasing technique was applicable. The expose of parasitoid at 06.00 am and at20 cm above the canopy is the most effective method of releasing the parasitoid. Releasing 250,000 parasitoids/ha respectively at 45, 52, and 59 days after planting is the most effective methods, and better than releasing1,000,000 parasitoids/ha in one time. The method caused 65.88% parasitization, reduced the damaged pod by13.08%, and gave 1.57 t/ha soybean grains.

Keywords: Glycine max, Trichogrammatoidea, parasitoids, Etiella spp., pest control

Page 2: p3224032.pdf

142 Jurnal Litbang Pertanian, 22(4), 2003

Trichogramma spp. selama 10 tahun untukmengendalikan hama penggerek batangjagung Ostrinia nubilalis pada areal154.467 ha berhasil menurunkan kepadatanpopulasi penggerek hingga 97,52% (Han1988).

Masa depan pemanfaatan parasitoidtelur dari famili Trichogrammatidaesebagai agen hayati untuk mengendalikanhama penggerek polong Etiella spp.cukup baik dibandingkan dengan peng-gunaan insektisida. Parasitoid ini dapatmematikan telur, sehingga memutussiklus hidup hama. Namun, karenapopulasi parasitoid telur di lapanganrendah, parasitoid tersebut belum mampumenekan populasi hama penggerekpolong kedelai. Supriyatin dan Marwoto(1997) melaporkan bahwa tingkat para-sitisasi telur penggerek polong olehTrichogrammatidae di lapang hanyamencapai 5%, sedangkan di laboratoriumdapat mencapai 80% (Djuwarso dan Naito1994; Djuwarso 1996).

Upaya untuk meningkatkan peranparasitoid telur Trichogrammatidaesebagai agen hayati pengendali hamadapat dilakukan dengan beberapa carayaitu: 1) membantu musuh alami agarlebih mudah menemukan inangnya, 2)menyesuaikan keberadaan parasitoiddengan tersedianya telur inang, 3)meningkatkan proporsi populasi para-sitoid terhadap telur inang, 4) meng-gunakan pestisida yang aman terhadapparasitoid, dan 5) menyeleksi strainmusuh alami yang mempunyai daya caridan daya adaptasi yang tinggi (De Bachdan Hagen 1965).

BIOEKOLOGI Trichogrammaspp.

Populasi parasitoid Trichogramma spp.dipengaruhi oleh keberadaan inang danlingkungan pertanaman (suhu, cuaca,udara). Populasi inang yang rendahmenyebabkan parasitoid tidak dapatberkembang. Demikian pula jika ling-kungan kurang mendukung, parasitoidtidak dapat berperan secara efektif.Naranjo (1993) serta Naito dan Djuwarso(1993) menyatakan bahwa daya tahanhidup T. bactrae-bactrae mencapai 90%pada kisaran suhu 25−40o C.

Seekor parasitoid Trichogramma spp.mampu memparasitasi lebih dari satuspesies telur inang, dan sebutir telur inangdapat diparasitisasi oleh lebih dari satu

spesies Trichogramma spp. Hal inimenunjukkan bahwa satu spesies Tri-chogramma spp. mampu memparasitasibeberapa spesies hama.

Parasitoid telur Trichogramma spp.bersifat polifag. Jenis inang parasitoid inimeliputi telur Chilo suppressalis (WLK),Chrysodeixis chalsites (Esper), danChilotraea infuscatella Sn (Alba 1988).T. bactrae-bactrae dapat memparasittelur penggerek polong Etiella spp., telurulat buah kedelai Helicoverpa armigera,dan telur ulat jengkal Chrysodeixischalsites (Herlinda 1995). Pelepasanparasitoid Trichogramma spp. di lapanguntuk mengendalikan hama sangatmenguntungkan terutama hama darikelompok Lepidoptera. Pada tanamankedelai, sebagian besar hama pentingdidominasi oleh kelompok Lepidoptera.

Imago parasitoid jantan dan betinamampu berkopulasi segera setelah keluardari telur inang. Imago keluar dari telurinang pada pukul 07.00−10.00, dan men-jadi aktif pada suhu 15,56−32,20o C(Manjunath 1972; Senft 1991). Suhusangat berpengaruh terhadap waktuterbang; sekitar 70−80% parasitoidterbang pada suhu 25−30oC (Forsse et al.1992). Sebelum berkopulasi, imago betinamemerlukan pakan berupa air atausukrosa. Kopulasi berlangsung sekitar30−120 detik. Imago betina berkopulasihanya satu kali.

Pada umumnya parasitoid ini tidakaktif pada malam hari (Ashley et al. 1973)karena tidak dapat menemukan inangdalam keadaan gelap (Brower 1990).Manjunath (1972) melaporkan bahwaTrichogramma spp. betina bergerakcenderung ke arah sumber sinar. Imagojantan biasanya bergerak mendekati telurterparasit dan menyentuhnya denganantena untuk memeriksa kemungkinanadanya betina yang akan muncul.

Sebelum meletakkan telur, imagobetina terlebih dahulu memeriksa telurinang dengan menggunakan antenanya(Manjunath 1972). Waktu yang diperlukanimago betina untuk menentukan inangyang sesuai adalah 17 detik (Naranjo etal. 1992), dan untuk meletakkan satu butirtelur diperlukan waktu 90 detik. Masapeletakan telur sangat singkat. Padasuhu 30o C, lebih dari 50% telur diletakkanpada 3 jam pertama setelah inang tersedia(Naranjo 1993). Naranjo et al. (1992)menyatakan bahwa pada suhu konstan25o C, sebagian besar telur diletakkan padahari pertama dan lebih 90% telur diletak-

kan pada 12 jam pertama setelah inangtersedia. Bila suhu berfluktuasi antara25−40o C, lebih dari 90% telur diletakkanpada 5 jam pertama.

BIOEKOLOGI PENGGEREKPOLONG Etiella spp.

Di Indonesia terdapat dua spesiespenggerek polong kedelai, yaitu E.zinckenella dan E. hobsoni. Ngengatkedua spesies ini mudah dibedakan.Sayap depan E. hobsoni berwarna cokelatgelap tanpa garis pinggir putih. Sebalik-nya sayap depan E. zinckenella ber-variasi dari cokelat hingga ungu keabu-abuan dan biasanya terdapat garis putihpada sayap depan (Djuwarso dan Harnoto1998). E. hobsoni umumnya lebih kecildaripada E. zinckenella. Panjang sayapdepan E. hobsoni adalah 7,50 ± 0,66 mmdan E. zinckenella 8,70 ± 0,70 mm.Ngengat jantan E. zinckenella biasanyalebih besar daripada yang betina,sedangkan untuk E. hobsoni, ukurannyahampir sama (Gambar 1). Umur ngengatjantan E. zinckenella berkisar 3−8 hari,atau rataan 4,80 ± 1,40 hari dan ngengatbetina 3−8 hari dengan rataan 5,20 ± 1,40hari.

Ngengat betina berkopulasi seharisetelah keluar dari kepompong, danpeletakan telur berlangsung 1−7 harisetelah kopulasi. Peletakan telur tertinggiterjadi saat ngengat berumur 4 hari.Peletakan telur umumnya terjadi padamalam hari di antara rambut-rambut padapermukaan polong. Telur biasanya di-letakkan terpisah pada setiap polong(Gambar 2), tetapi kadang-kadang ber-kelompok (Mangundojo 1958). Seekorngengat betina mampu meletakkan telurhingga 531 butir (Tengkano dan Soe-hardjan 1985).

Pada tanaman kedelai, telur Etiellaspp. diletakkan satu per satu atau ber-kelompok pada permukaan daun bagianbawah, kelopak bunga atau polong. Tiapkelompok telur terdiri atas 4−15 butir.Pada suhu 28o C, stadium telur ber-langsung 4−5 hari, dengan rata-rata 4,16hari (Naito dan Harnoto 1983). Suhu akanberpengaruh terhadap masa penetasantelur. Pada suhu rendah (di bawah suhuoptimum 28o C), masa penetasan telurmakin panjang, sebaliknya pada suhupanas masa penetasan telur akan lebihsingkat. Setelah 3−4 hari, telur menetasdan menjadi larva.

Page 3: p3224032.pdf

Jurnal Litbang Pertanian, 22(4), 2003 143

stadium larva berlangsung antara 10−17hari (Abul-Nasr dan Awadalla 1957).Setelah melewati instar kelima, larvamemasuki stadium prapupa.

Pada suhu 28o C, stadium prapupaberlangsung 1−3 hari, sedang stadiumpupa berlangsung 8−15 hari. Pupadibentuk di dalam tanah. Pupa berwarnacokelat dengan panjang 8−10 mm danlebar 2 mm.

Siklus hidup Etiella spp. dari telursampai ngengat muncul berlangsung 22−30 hari dengan rataan 25,20 hari pada suhu28o C. Lama hidup ngengat jantan dan

betina adalah 10 hari dan maksimum 15hari pada suhu 28o C. Pada suhu rendah,perkembangan dan pertumbuhan po-pulasi umumnya lambat, sedang padasuhu panas (di atas suhu optimum)perkembangan populasi hama sangatcepat. Oleh karena itu, pada musim panasbiasanya hama menjadi masalah yangserius dibanding pada musim dingin.

Peletakan telur Etiella spp. padapermukaan polong akan mempermudahlarva mencari pakan. Ngengat Etiella spp.lebih suka meletakkan telur pada polongberumur 2−3 minggu, polong telah berisibiji tetapi belum mengeras. Beberapa jamsetelah telur menetas, larva menggerekpolong kemudian masuk ke dalamnya.

Sebelum menggerek kulit polong,larva instar pertama menutupi dirinyadengan selubung putih dari benang pintal.Selubung putih tersebut sering masihterlihat selama beberapa hari. Setelah larvamasuk ke dalam polong, lubang jalanmasuk larva akan terlihat berupa bintikberwarna cokelat. Selama pertumbuhan-nya, larva dapat merusak beberapa polong.Polong yang telah ditinggalkan larvaditandai oleh adanya lubang gerekan danbutiran kotoran kering berwarna cokelatmuda yang terikat satu sama lain olehbenang pintal. Gejala serangan hama initerlihat pada kulit polong dan biji (Gambar3).

Larva Etiella spp. lebih suka makanbiji muda. Biji yang digerek dapat habissama sekali atau tersisa sedikit. Dalam satupolong jarang ditemukan lebih dari satu

Larva yang baru keluar dari telurberwarna putih kekuningan dan kemudianberubah menjadi hijau dengan garis merahmemanjang. Larva instar pertama dankedua menggerek kulit polong, kemudianmasuk menggerek biji dan hidup didalamnya. Setelah instar kedua, larva hidupdi luar biji. Dalam satu polong seringdijumpai lebih dari satu ekor larva. Panjanglarva instar akhir adalah 13−15 mm denganlebar 2−3 mm. Larva Etiella spp.mengalami empat kali ganti kulit, ataumempunyai lima instar. Instar pertama,kedua, dan ketiga masing-masingberlangsung selama 1−2 hari, sedanginstar keempat dan kelima masing-masing1−3 dan 2−3 hari. Dengan demikian

Gambar 1. Ngengat penggerek polong kedelai Etiella spp., ukuran imago 12−15mm (Marwoto et al. 1999).

Gambar 2. Telur penggerek polongEtiella spp. pada polongkedelai, ukuran telur 0,60mm (Marwoto et al. 1999).

Gambar 3. Gejala kerusakan polong kedelai oleh Etiella spp. ukuran panjang 13−15 mm (Marwoto et al. 1999).

Page 4: p3224032.pdf

144 Jurnal Litbang Pertanian, 22(4), 2003

ekor larva (Djuwarso dan Harnoto 1998),karena larva lebih senang hidup sendiridalam polong. Apabila dalam satu polongterdapat lebih dari satu larva maka akanterjadi kompetisi dan larva yang kalah akankeluar dan pindah ke polong lain. Serang-an pada polong muda dapat mengakibat-kan polong gugur, sedangkan seranganpada polong yang telah tua dapatmenurunkan kuantitas dan kualitas biji.

Tanaman inang utama penggerekpolong Etiella spp. adalah kedelai.Namun, hama ini juga dapat hidup padapolong kacang hijau (Vigna radiata),kacang tunggak (Vigna unguiculata),kacang gude (Cajanus cajan), dan kacangpanjang (Vigna sinensis) (Naito et al.1991).

POTENSI PEMANFAATANPARASITOIDTrichogramma-toidea bactrae-bactrae

Pembiakan massal T. bactrae-bactrae di Laboratorium

Hasil pantauan di lapangan menunjukkanbahwa populasi parasitoid telur T.bactrae-bactrae relatif rendah (Tabel 1),sehingga kurang berperan dalam me-nurunkan populasi penggerek polongkedelai. Untuk meningkatkan populasiT. bactrae-bactrae telah berhasil di-lakukan pembiakan massal di laborato-rium.

Pembiakan massal parasitoid dilaboratorium hama Balai Penelitian

Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian dilakukan dengan menggunakantelur Corcyra cephalonica. Larva C.cephalonica dipelihara dalam mediacampuran pakan ayam (521) dan tepungjagung dengan perbandingan 1 : 1. Mediatersebut dimasukkan ke dalam kotakpemeliharaan dengan ketebalan + 3 cm.Kotak kemudian ditutup dengan kawatkasa dan selanjutnya disimpan padakondisi ruangan sampai ngengat C.cephalonica muncul (6 minggu).

Ngengat yang muncul dikumpulkankemudian dimasukkan ke dalam kotakpeneluran. Telur-telur C. cephalonicayang menempel pada kawat kasa disikatdengan kuas, dan yang jatuh dikumpul-kan pada cawan petri. Selanjutnya telurdibersihkan dan disterilkan dengan caradisinari lampu ultra violet 15 watt selama30 menit. Penyinaran bertujuan untukmematikan embrio di dalam telur sehing-ga telur dapat disimpan lebih lama. Hal ini

karena parasitoid lebih menyukai telurinang yang masih muda atau sebelumembrio berkembang.

Pembiakan massal Trichogrammaspp. pada telur C. cephalonica sebagaiinang dilakukan dengan menaburkan telurC. cephalonica secara merata padapotongan kertas manila (pias) ukuran 2 cmx 6 cm yang dilapisi lem ukuran 2 cm x 2,50cm, kemudian dikeringanginkan + 40 menithingga telur melekat. Satu pias mampumenampung 2.500 butir telur C. ce-phalonica. Tiga pias telur dimasukkan kedalam tabung reaksi yang telah berisi satupias telur terparasit Trichogramma spp.yang siap menetas. Setelah 7−9 hari, teluryang terparasit berubah warna menjadihitam kelabu dan siap dilepas di lapang.Proses pembiakan massal Trichogrammaspp. dengan menggunakan telur C.cephalonica disajikan pada Gambar 4,dan pias-pias parasitoid yang siap dilepasdi lapang pada Gambar 5.

Gambar 4. Skema perbanyakan telur Corcyra cephalonica dan parasitoidTrichogramma spp. (Marwoto et al. 1997).

Tabel 1. Populasi Trichogramma-toidea bactrae-bactrae didaerah sentra produksikedelai di Jawa Timur, MK1996.

Daerah PopulasiT. bactrae-bactrae

Ponorogo +Ngawi –Nganjuk +Trenggalek –Tulungagung –Blitar –Pasuruan –Probolinggo –

– = tidak didapatkan.+ = populasi rendah = 1−10 ekor/25 ayunan.++ = populasi sedang = >10–20 ekor/25

ayunan.+++ = populasi tinggi = > 20 ekor/25 ayunan.Sumber: Supriyatin dan Marwoto (1997).

Page 5: p3224032.pdf

Jurnal Litbang Pertanian, 22(4), 2003 145

PENINGKATANEFEKTIVITAS PARASITOID

Seleksi Spesies Trichogramma-toidea

Hasil penelitian menunjukkan bahwaspesies atau ras Trichogrammatoidea dariberbagai habitat dan inang mempunyaidaya parasitisasi yang bervariasi (Tabel3). Daya parasitisasi tertinggi ditunjukkanoleh spesies T. bactrae-bactrae yangberasal dari tanaman kedelai. Rata-ratatingkat parasitisasi terhadap telur E.zinckenella mencapai 73,60%. Setelahterjadi parasitisasi pada telur E. zincke-nella, parasitoid banyak yang berhasilmenjadi imago. Persentase telur yangmenjadi imago tertinggi (97,29%), terdapatpada spesies T. bactrae-bactrae yangberasal dari tanaman kedelai (Tabel 3).

Data ini menunjukkan bahwa inangyang sesuai merupakan faktor penentukeberhasilan parasitisasi. Jika sudahterjadi parasitisasi pada telur inang makakeberhasilan untuk menjadi imago cukupbesar. Hal serupa dikemukakan olehNurindah (2000).

Waktu dan Titik PelepasanParasitoid Telur T. bactrae-bactrae

Waktu dan titik pelepasan parasitoid T.bactrae-bactrae merupakan aspek pen-ting yang perlu dipertimbangkan dalampengendalian E. zinckenella karena akanmenentukan tingkat parasitisasi telur.Pelepasan parasitoid pada pagi harisekitar pukul 06.00 menghasilkan dayaparasitisasi telur inang paling tinggi.Daya parasitisasi semakin menurun bilapelepasan parasitoid dilakukan padasiang atau sore hari. Pelepasan parasitoidpada ketinggian 20 cm di atas permukaandaun dapat meningkatkan daya para-sitisasi. Daya parasitisasi menurun bilaparasitoid dilepaskan pada permukaandaun atau 15 cm di bawah permukaan daun(Tabel 4).

Kombinasi antara waktu pelepasanparasitoid pada pagi hari dengan titikpelepasan 20 cm di atas permukaan daunmerupakan cara yang terbaik. Dayaparasitisasi parasitoid yang dilepas padasiang dan sore hari pada berbagai titikpelepasan makin menurun.

Uji Pelepasan Parasitoid T.bactrae-bactrae

Uji pelepasan parasitoid T. bactrae-bactrae hasil pembiakan di laboratoriumtelah dilakukan untuk mengendalikanhama penggerek polong kedelai Etiellaspp. di Muneng dan Ngale. Pelepasanparasitoid dilakukan dengan memasangpias-pias yang berisi parasitoid padaketinggian 20 cm dari daun tanamankedelai dengan mempergunakan ajir.Hasilnya menunjukkan bahwa terdapatperbedaan parasitisasi antara pertanamanyang mendapat perlakuan parasitoid dan

yang tidak diperlakukan dengan pelepas-an parasitoid. Di Ngale, pertanaman yangdiperlakukan dengan pelepasan parasitoidpada bulan Juni menunjukkan tingkatparasitisasi 50%, sedang di Muneng48,26% pada bulan Agustus. Pertanam-an yang tidak diperlakukan denganpelepasan parasitoid tidak menunjukkanadanya parasitisasi pada telur Etiella spp.(Tabel 2).

Tingkat parasitisasi yang hanyamencapai 50% tersebut dipandang ku-rang efektif. Oleh karena itu, peningkatanperan parasitoid dalam pengendalianhama perlu terus diupayakan.

Gambar 5. Pias yang berisi hamparan telur Corcyra cephalonica yang telahterparasit oleh Trichogrammatoidea bactrae-bactrae dan siap dilepas dilapangan (Marwoto 2001).

Tabel 2. Tingkat parasitisasi Trichogrammatoidea bactrae-bactrae pada telurEtiella spp.

Parasitasi (%)Lokasi Saat tanam Dengan pelepasan Tanpa pelepasan

parasitoid parasitoid

Ngale April 2,60 0Mei 17,23 0Juni 50,13 0

Muneng Mei 1,20 0Juni 9,90 0Juli 43,60 0Agustus 48,26 0

Sumber: Supriyatin dan Marwoto (1997).

Page 6: p3224032.pdf

146 Jurnal Litbang Pertanian, 22(4), 2003

Jumlah dan FrekuensiPelepasan T. bactrae-bactrae

Jumlah dan frekuensi pelepasan parasitoidT. bactrae-bactrae berpengaruh nyataterhadap tingkat parasitisasi telur peng-gerek polong kedelai. Hasil yang palingefektif diperoleh dengan pelepasanparasitoid pada pagi hari pada jarak 20 cmdi atas permukaan daun dengan jumlahpopulasi 250.000 ekor. Pelepasan di-lakukan tiga kali, dimulai pada umur 45

HST dengan interval 7 hari. Dengan caraini, tingkat parasitisasi hama penggerekpolong pada umur 48, 55, dan 62 HSTberturut-turut mencapai 34,47%, 46,87%,dan 65,88% (Tabel 5).

Tingkat parasitisasi ini tidak berbedadengan hasil tiga kali pelepasan parasitoidmasing-masing sebanyak 500.000 ekor.Kerusakan polong pada perlakuanpelepasan parasitoid 250.000 ekor men-capai 13,08% dengan hasil kedelai 1,57 t/ha (Tabel 6). Hasil ini tidak berbeda nyatadengan pelepasan parasitoid 500.000

ekor/ha, tetapi berbeda sangat nyatadengan tanpa pelepasan parasitoid(Tabel 6).

Berdasarkan data tersebut, pe-lepasan parasitoid 250.000 ekor/hamerupakan cara pengendalian yangefektif karena hasilnya sama dengan bilamenggunakan parasitoid 500.000 ekor/ha.Pelepasan parasitoid dalam jumlah besar(1.000.000 ekor/ha) dan dilakukan satukali hanya efektif beberapa saat setelahparasitoid dilepas pada umur 48 HST.Selanjutnya, tingkat parasitisasi menurunpada umur 55 dan 62 HST karena populasiparasitoid semakin lama semakin menurun.Oleh karena itu, pelepasan parasitoidsecara kontinu yang dimulai pada umur45 HST dengan frekuensi pelepasan 7 harisekali dan jumlah 250.000 ekor/hamerupakan cara terbaik, karena dapatmenjamin ketersediaan parasitoid dilapangan.

PENGEMBANGAN PEMAN-FAATAAN Trichogramma spp.

Penyebarluasan pemanfaatan parasitoidTrichogramma spp. telah dilakukan padatahun 1997 khususnya teknik pembiakanmassal. Pelatihan pembiakan massaldilakukan di Balai Penelitian TanamanKacang-kacangan dan Umbi-umbian yangdiikuti oleh Balai Pengkajian TeknologiPertanian Jawa Timur, Balai Proteksi

Tabel 3. Daya parasitisasi dan imago yang muncul pada beberapa spesiesdan ras Trichogrammatoidea terhadap telur Etiella zinckenella dilaboratorium Balitkabi, Malang.

PerlakuanAsal Daerah Daya parasi- Imago yang

tanaman asal tisasi (%) muncul (%)

T. bactrae-bactrae Kubis Tumpang (Balitkabi) 43,20 84,22T. bactrae-bactrae Kubis Sukapura (BPTPH) 20 79,57T. bactrae-bactrae Kapas Balittas (K.Ploso) 12 83T. bactrae-bactrae Kedelai Balitkabi (K.Payak) 73,60 97,29T. japonicum Padi Bangil (BPTPH) 37,60 89,45T. japonicum Tebu PG Kebon Agung 21,20 85,60T. minutum Tebu PG Kebon Agung 22,40 84,90T. nana Tebu PG Kebon Agung 17,60 79,47T. chilonis Tebu PG Kebon Agung 14 70,51T. armigera Kapas Balittas (Asembagus) 9,60 74,33

KK (%) 17,03 16,61

Sumber: Marwoto (2001).

Tabel 4. Persentase parasitisasi Trichogrammatoidea bactrae-bactrae pada berbagai waktu dan titik pelepasan padapertanaman kedelai umur 30 hari.

Persentase parasitisasi pada jarak pelepasan (m)Letak titik Waktupelepasan pelepasan

5 10 20 30 40 50(cm) (WIB)

-15 06.00 8,24 2,03 0,62 0 0 011.00 8,56 2,08 0,86 0 0 016.00 6,29 0,66 0 0 0 0

0 06.00 15,27 11,67 2,98 6,51 2,75 1,2511.00 12,79 12,23 1,07 0,99 0,69 1,5216.00 8,77 3,26 0 0,48 0 0

+ 20 06.00 16,44 12,51 8,56 8,55 4,64 311.00 14,67 13,52 7,98 6,75 5,05 2,3416.00 10,07 6,07 6,61 3,64 3,79 0,70

KK (%) 9,80 15,21 23,12 28,11 24 33,22

-15 cm = di bawah permukaan dedaunan; 0 cm = tepat di permukaan dedaunan; 20 cm di atas permukaan dedaunan.Sumber: Marwoto dan Supriyatin (1999).

Page 7: p3224032.pdf

Jurnal Litbang Pertanian, 22(4), 2003 147

Penyebarluasan juga dapat dilakukanmelalui kelompok tani dan Pusat Pe-layanan Agens Hayati (PPAH) yangdibentuk di tingkat petani.

KESIMPULAN

Untuk meningkatkan peran parasitoid T.bactrae-bactrae dalam mengendalikanhama penggerek polong kedelai Etiellaspp., telah berhasil dibiakkan secaramassal parasitoid di laboratorium dengantidak mengurangi daya parasitisasinya.Spesies yang efektif memparasitisasihama penggerek polong adalah T. bactrae-bactrae asal telur Etiella spp. daripertanaman kedelai.

Waktu pelepasan parasitoid yangefektif adalah pada pagi hari pukul 06.00.pada jarak 20 cm dari permukaan daun.Cara tersebut dapat membantu penyebar-an parasitoid sehingga meningkatkandaya parasitisasinya.

Pelepasan parasitoid 250.000 ekor/hasebanyak tiga kali dengan selang waktu 1minggu efektif mengendalikan E. zincke-nella. Pelepasan pertama dilakukan padasaat tanaman berumur 45 HST. Peman-faatan dan pembiakkan massal parasitoidTrichogramma telah disosialisasikankepada petani melalui berbagai kegiatan,seperti pelatihan, sarasehan, dan SLPHT.

DAFTAR PUSTAKA

Abul-Nasr, S. and A.M. Awadalla. 1957. Externalmorphology and biology of the bean podborer, Etiella zinckenella Treit. Bull. Soc.Entomol. 31: 591−620.

Alba, M.C. 1988. Trichogrammatids in thePhilippines. Philipp. Entomol. 7(3): 252−271.

Ashley, J.C., D. Gonzalez, and T.F. Leigh. 1973.Reduction in effectiveness of laboratoryreared Trichogramma. Environ. Entomol.2: 106−1073.

Brower, J.H. 1990. Influence of light on dispersalof Trichogramma pretiosum in a warehouse.Trichogramma and Other Egg Parasitoids.3rd Int. Symp. San Antonio, Texas, USA,23−27 September, 1990. p. 55−58.

De Bach. P. and K.S. Hagen. 1965. Manipulationof entomophagous species. p. 429−458. InP. De Bach (Ed). Biological Control of Insectand Weeds. Chapman and Hall Ltd., London.

Djuwarso, T. 1996. Perkembangan PenelitianPengendalian Penggerek Polong KedelaiEtiella sp. dengan Parasitoid Telur Tricho-grammatoidea bactrae-bactrae Nagaraja

Tanaman Pangan dan Hortikultura JawaTimur (diikuti petugas laboratoriumPHPTPH Madiun, Mojokerto, Pandaan,dan Tanggul), Dinas Pertanian TanamanPangan Kabupaten Pasuruan dan ke-lompok tani di Pasuruan. Dalam pelatihanini telah diserahkan seperangkat alatpembiakan massal beserta parasitoidnyauntuk dikembangkan di laboratorium.Di samping itu, pemasyarakatan peman-faatan parasitoid juga dilakukan di ting-kat petani melalui lokakarya SekolahLapangan Pengendalian Hama Terpadu(SLPHT) kedelai di Desa Wrati danKademungan, Kecamatan Kejayan,Pasuruan. Pada awal tahun pertamasetelah pelatihan, parasitoid telah ber-hasil diperbanyak dan diujicobakan untukmenekan serangan penggerek polong

kedelai dengan hasil 33,72% (Nasikin etal. 2002).

Pengembangan pemanfaatan para-sitoid Trichogramma spp. sebagai agenpengendali hama juga dilakukan melaluisarasehan (Gambar 6). Sarasehan diikutioleh pengamat hama, petugas laboratori-um, manteri tani, dan petani kooperator.Materi sarasehan meliputi teknik pem-biakan massal dan upaya peningkatanefektivitas parasitoid Trichogrammasebagai agen pengendali hama, dandilanjutkan dengan praktek pembiakanmassal dan pelepasan parasitoid di lahanpetani kooperator. Upaya penyebarluasanhasil penelitian melalui kegiatan sepertiini diharapkan dapat memasyarakatkanteknologi pengendalian hama denganmemanfaatkan parasitoid Trichogramma.

Tabel 5. Persentase parasitisasi Trichogrammatoidea bactrae-bactrae padatelur Etiella zinckenella pada berbagai jumlah dan frekuensipelepasan parasitoid.

Jumlah dan frekuensi Persentase parasitisasi pada umur tanaman (HST)pelepasan

48 55 62

Kontrol 5 5,28 5,28250.000 – 3 kali 34,47 46,87 65,88500.000 – 2 kali 39,53 44,04 18,77750.000 – 1 kali 45,08 17,87 11,97500.000 – 3 kali 35,81 50,64 68,85750.000 – 2 kali 47,86 42,98 17,771.000.000 – 1 kali 57,63 19,39 11,52Deltametrin 2,50 g/l 2,78 2,50 2,50

KK (%) 31,34 23,46 22,59

HST = hari setelah tanam.Sumber: Marwoto dan Supriyatin (1999).

Tabel 6. Persentase serangan hama pengisap dan penggerek polong sertahasil kedelai pada beberapa perlakuan jumlah dan frekuensipelepasan parasitoid Trichogrammatoidea bactrae-bactrae.

Jumlah dan frekuensi Serangan hama (%) Hasilpelepasan Pengisap Penggerek

(t/ha)

Kontrol 15,86 30,36 0,82250.000 – 3 kali 20,10 13,08 1,57500.000 – 2 kali 15,32 16,86 1,31750.000 – 1 kali 16,17 25,06 1,49500.000 – 3 kali 20,97 10,77 1,50750.000 – 2 kali 15,84 16,08 1,371.000.000 – 1 kali 19,21 24,31 1,26Deltametrin 2,50 g/l 9,25 14,70 1,34

KK (%) 33,54 24,87 12,57

Sumber: Marwoto dan Supriyatin (1999).

Page 8: p3224032.pdf

148 Jurnal Litbang Pertanian, 22(4), 2003

hayati untuk mengendalikan hama peng-gerek polong kedelai Etiella zinckenellaTreit. dengan cara inundasi. DisertasiUniversitas Brawidjaja. 115 hlm.

Marwoto dan Supriyatin. 1999. EfektivitasTeknik Pelepasan Parasitoid Trichogram-matoidea bactrae-bactrae untuk mengen-dalikan hama penggerek polong kedelaiEtiella spp. pada pertanaman kedelai.Laporan Teknis Penelitian. Balai PenelitianTanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang. hlm. 1−40.

Naito, A. and Harnoto. 1983. Ecology ofsoybean pod borer Etiella zinckenella Treitand Etiella hobsoni Butler. Contr. Centr. Res.Inst. 71: 15−33.

Naito, A., T. Djuwarso, and Soejitno. 1991. Someaspects of the biological characteristics ofEtiella pod borer in tropical humid areas.Proc. Final Seminar of the Strengthening ofPioneering Research for Palawija CropsProduction (ATA-378), Bogor, 4−5 March1991. Balai Penelitian Tanaman PanganBogor. p. 65−77.

Naito, A. and T. Djuwarso. 1993. Biologicalcontrol of Etiella pod borer. MakalahSimposium Penelitian Tanaman Pangan III.Pusat Penelitian dan Pengembangan Ta-naman Pangan, Bogor. 8 pp.

Naranjo, S., G. Gordh, and M. Monratorio. 1992.Inundative release of Trichogramma bactraefor biological control of pink bollworm. InCotton. A College of Agricultural ReportSeries P-91, University of Arizona, Tueson.p. 110−116.

Naranjo, S. 1993. Life history of Tricho-grammatoidea bactrae-bactrae (Himenop-tera: Trichogrammatidae) on egg parasitoidof pink bollworm (Lepidoptera: Gelechiidae),with emphasis on performance at hightemperatures. Environ. Entomol. 22(5):1.051−1.059.

Nasikin, Juliastuti, dan D. Ratna. 2002. Keadaanserangan pengganggu tanaman kedelai diJawa Timur. Makalah Lokakarya Pengelola-an Hama pada Tanaman Kedelai denganPenekanan Hama Penggerek Polong,Pengendalian Hama Terpadu Hasiona/bekerjasama dengan Universitas Brawidjaja. Batu,3−4 Maret 1997. 10 hlm.

Nurindah. 2000. Teknik perbanyakan massalparasitoid telur Trichogrammatidae. Work-shop and Development and Utilization ofParasitoids. Pusat Kajian PHT InstitutPertanian Bogor. 21−25 February, 2000. 16hlm.

Rauf, A., H. Triwidodo, dan Widodo. 1994.Penggunaan pestisida oleh petani kedelai ditingkat kabupaten di Jawa Barat. SeminarNasional Peningkatan Produktivitas danKualitas Kedelai melalui Penerapan PHTKedelai. Bappenas dan Fakultas PertanianUniversitas Brawidjaja. 13 hlm.

Senft, D. 1991. Thwarting one of cottonnameless. Agric. Res. Washington 39(8):21−22.

Makalah Seminar Intern Balai PenelitianTanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang. hlm. 1−28.

Djuwarso, T. and A. Naito. 1994. Biologicalcontrol of Etiella pod borer of soybean.Report on CRIFC-JICA 1991−1994. CRIFC,Bogor. p. 51−57.

Djuwarso, T. dan Harnoto. 1998. Strategi pe-ngendalian hama penggerek polong kedelai(Etiella spp.). Jurnal Penelitian dan Pengem-bangan Pertanian 13(3): 90−98.

Forsse, E., S.M. Smith, and R.S. Bourchier. 1992.Flight initiation in the egg parasitoidTrichogramma minutum: Effects of ambienttemperatur, mates, food and host eggs.Entomol. Exp. 62: 147−154.

Han, L.T. 1988. Evaluation on the effectivenessof corn borer control in large area withTrichogramma. p. 467−471. In J. Voegele,J. Waage, J. van Lanteren (Eds.) Tricho-gramma and Other Parasites. 2nd Int. Symp.,Guangzhou, China, 10−15 November 1986.

Herlinda. 1995. Kajian Trichogrammatoideabactrae-bactrae Nagaraja (Hymenoptera:Trichogrammatidae), Parasitoid telur Etiella

zinckenella Treitschke (Lepidoptera: Pyra-lidae). Tesis S2 Institut Pertanian Bogor,Bogor.

Mangundojo, R.G.S. 1958. Pengendalian me-ngenai penggerek polong Crotalania punceaL. di Jawa. Balai Besar Penyelidikan Per-tanian (153): 101.

Manjunath, T.M. 1972. Biological studies onTrichogrammatoidea armigera Nagaraja, anew dimorphic egg parasite of Heliothisarmigera Hubner. in India. Entomophaga17(2): 131−147.

Marwoto, Supriyatin, dan T. Djuwarso. 1997.Prospek pengendalian hama penggerekpolong kedelai (Etiella spp.) denganparasitoid Trichogrammatoidea bactrae-bactrae. Jurnal Penelitian dan Pengem-bangan Pertanian 16(3): 71−76.

Marwoto, Suharsono, dan Supriyatin. 1999.Hama kedelai dan komponen pengendalianhama terpadu. Monograf Balai PenelitianTanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang (4): 1−50.

Marwoto. 2001. Manipulasi parasitoid Tricho-grammatidae (Hymenoptera) sebagai agens

Gambar 6. Bagan alur pemasyarakatan pemanfaatan Trichogrammatoideabactrae-bactrae untuk pengendalian hama penggerek polong kedelai(Marwoto et al. 2002).

Sarasehan perbanyakan parasitoid danpelepasan parasitoid T. bactrae-

bactrae

Peserta sarasehan petugas Lab.PHPTPH dan kelompok tani

Praktek pembiakan massal danpelepasan parasitoid

Pembiakan massal di Lab.PHPTPH Madiun

Pembiakan massal di Lab.PHPTPH Pasuruan

Pelepasan massal dilahan petani Madiun

Pelepasan massal di lahanpetani Pasuruan

▼ ▼

Page 9: p3224032.pdf

Jurnal Litbang Pertanian, 22(4), 2003 149

Sumarno. 1999. Strategi pengembangan produksikedelai nasional mendukung Gema Palagung2001. Prosiding Lokakarya PengembanganProduksi Kedelai Nasional, Bogor 16 Maret1999. Pusat Penelitian dan PengembanganTanaman Pangan, Bogor. hlm. 7−22.

Supriyatin dan Marwoto. 1997. Pengendalianhama penggerek polong kedelai (Etiella spp.)dengan parasitoid Trichogrammatoideabactrae-bactrae. Kongres Entomologi. V diBandung. 21 hlm.

Tengkano, W. dan M. Soehardjan. 1985. Jenishama pada berbagai fase pertumbuhantanaman kedelai. Kedelai. Pusat Penelitiandan Pengembangan Tanaman Pangan,Bogor. hlm. 295−318.