p u t u s a n nomor 69/pdt.g/2014/ms-aceh · memori bandingnya menyatakan keberatan atas putusan...
TRANSCRIPT
Hal. 1 dari 19 hal. Put. No 69/Pdt.G/2014/MS-Aceh
P U T U S A N Nomor 69/Pdt.G/2014/MS-Aceh
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Mahkamah Syar’iyah Aceh yang memeriksa dan mengadili perkara
pada tingkat banding dalam persidangan majelis, telah menjatuhkan putusan
sebagai berikut dalam perkara Gugatan Harta Bersama antara :
PEMBANDING, umur 35 tahun, agama Islam, pendidikan S-1 Teknik,
pekerjaan Karyawan Bank, tempat tinggal Medan
Sunggal, dalam hal ini dengan surat kuasa tanggal 14
Januari 2013 telah memberi kuasa kepada EVI
SUSANTI, S.H.,M.H., Advokat/Konsultan Hukum pada
kantor “EVI SUSANTI, S.H.,M.H., & Co. (ESCO) Law
Firm“, yang beralamat di Jalan Soekarno - Hatta N0. 3
Darul Imarah, Aceh Besar, dahulu sebagai “Penggugat
sekarang PembandingI/Terbanding II”;
m e l a w a n
TERBANDING, umur 37 tahun, agama Islam, pendidikan S-1 Sosial,
pekerjaan Pegawai Negeri Sipil, tempat tinggal Kota
Banda Aceh, dahulu sebagai “Tergugat sekarang
Tergugat/Terbanding I/ Pembanding II”;
Mahkamah Syari’yah Aceh tersebut ;
Telah mempelajari berkas perkara dan semua surat yang berkaitan
dengan perkara ini;
TENTANG DUDUK PERKARANYA
Mengutip segala uraian tentang hal ini sebagaimana termuat dalam
putusan Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh, Nomor 081/Pdt.G/2013/MS-Bna.
tanggal 02 Juni 2014, yang amarnya berbunyi sebagai berikut :
Dalam Konpensi;:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat Konvensi sebahagian;
2. Menyatakan Penggugat Konvensi dan Tergugat Konvensi mantan suami
isteri;
3. Menetapkan:
3.1. satu unit toko yang terletak di Kota Banda Aceh, tidak termasuk tanah
pertapakannya, berbatas sebagai berikut:
- Utara dengan tanah Taufik Kamal (Tergugat Konvensi);
- Selatan dengan Jalan;
Hal. 2 dari 19 hal. Put. No 69/Pdt.G/2014/MS-Aceh
- Timur dengan tanah/ toko;
- Barat dengan tanah / toko Penggugat dan Tergugat yang telah
dijual.
3.2. Uang sewa toko tersebut pada amar poin 3.1 selama tiga tahun,
terhitung sejak 1 Juni 2009 sampai dengan 1 Juni 2012, sejumlah
Rp.90.000.000,-(sembilan puluh juta rupiah), sebagai harta bersama
antara Penggugat Konvensi dengan Tergugat Konvensi;
4. Menetapkan dari harta bersama tersebut pada diktum poin 3.1 dan 3.2,
masing-masing Penggugat Konvensi dan Tergugat Konvensi memperoleh ½
(seperdua) bagian;
5. Memerintahkan Tergugat atau pihak lain yang menguasai toko tersebut untuk
mengosongkan;
6. Menghukum Tergugat Konvensi untuk menyerahkan ½ (seperdua) dari harta
bersama tersebut kepada Penggugat Konvensi tanpa keterikatan dengan
pihak lain;
7. Menolak gugatan Penggugat Konvensi selebihnya.
Dalam Rekonvensi:
Tidak menerima gugatan Penggugat Rekonvensi seluruhnya.
Dalam Konvensi dan Rekonvensi :
Menghukum Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi untuk membayar
biaya perkara sejumlah Rp.2.461.000,- (dua juta empat ratus enam puluh
satu ribu rupiah).
Membaca akta permohonan banding yang dibuat oleh Panitera
Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh, menyatakan bahwa pada hari Senin tanggal
16 Juni 2014 Penggugat melalui kuasanya telah mengajukan permohonan
banding terhadap putusan Mahkamah Syar’iyah tersebut di atas, permohonan
banding tersebut telah pula diberitahukan kepada Tergugat/Terbanding pada
tanggal 25 Juni 2014;
Telah membaca memori banding yang diserahkan kepada
Kepaniteraan Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh pada tanggal 25 Juli 2014, dan
telah disampaikan kepada Tergugat/Terbanding pada tanggal 13 Agustus 2014;
Telah membaca surat keterangan Panitera Mahkamah Syar’iyah Banda
Aceh, Nomor 81/Pdt.G/2013/Ms-Bna., tanggal 20 Agustus 2014 bahwa
Tergugat/ Terbanding tidak mengajukan kontra memori banding;
Membaca akta permohonan banding yang dibuat oleh Wakil Panitera
Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh, menyatakan bahwa pada hari Selasa tanggal
24 Juni 2014 Tergugat mengajukan permohonan banding terhadap putusan
Mahkamah Syar’iyah tersebut di atas, permohonan banding tersebut telah pula
Hal. 3 dari 19 hal. Put. No 69/Pdt.G/2014/MS-Aceh
diberitahukan kepada Penggugat/Terbanding II/Pembanding I pada tanggal 01
Juli 2014;
Telah membaca surat keterangan Panitera Mahkamah Syar’iyah Banda
Aceh, Nomor 81/Pdt.G/2013/Ms-Bna., tanggal 20 Agustus 2014 bahwa
Tergugat/ Terbanding I/Pembanding II tidak mengajukan memori bandingnya;
Telah pula membaca relas pemberitahuan pemeriksaan berkas perkara
banding kepada Kuasa Penggugat/Pembanding I/Terbanding II pada tanggal
22 Juli 2014 dan kepada Tergugat/Terbanding I/Pembanding II pada tanggal 16
Juli 2014. Penggugat/Pembanding I/Terbanding II dan Tergugat/Terbanding
I/Pembanding II tidak melakukan pemeriksaan berkas banding, hal ini sesuai
dengan surat keterangan Panitera Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh No.
81/Pdt.G/2014/MS-Bna. tanggal 20 Agustus 2014;
TENTANG HUKUMNYA
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan banding dalam perkara
ini telah diajukan dalam tenggang waktu dan menurut tata cara yang ditentukan
oleh peraturan perundang-undangan, maka permohonan banding tersebut
formal harus dinyatakan dapat diterima;
Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim Tingkat Banding Mahkamah
Syar’iyah Aceh membaca dan meneliti memori banding serta berkas perkara
mengenai pemeriksaan perkara a quo terhadap alat-alat bukti dan saksi - saksi
ditingkat pertama, Majelis Hakim Tingkat Banding Mahkamah Syar’iyah Aceh
akan mempertimbangkan sebagai berikut ;
Menimbang bahwa Penggugat/Pembanding I/Terbanding II dalam
memori bandingnya menyatakan keberatan atas putusan perkara a-quo antara
lain sebagai berikut :
I. Dalam Eksepsi
- Bahwa Pembanding semula Penggugat dapat menerima dan tidak
keberatan dengan seluruh pertimbangan Judex Factie Mahkamah
Syar’iyah Banda Aceh;
- Bahwa selain pertimbangan tersebut, kiranya eksepsi juga harus ditolak
dengan pertimbangan bahwa Eksepsi Terbanding semula Tergugat
disampaikan pada agenda duplik, setelah adanya replik. Jadi bukan pada
saat agenda jawaban.
II. Dalam Konvensi
1. Bahwa Judex Factie Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh dalam perkara a
quo telah salah dan keliru dalam menilai dan mempertimbangkan alat-
alat bukti serta fakta-fakta yang terungkap di persidangan, sehingga tidak
mencerminkan keadilan;
Hal. 4 dari 19 hal. Put. No 69/Pdt.G/2014/MS-Aceh
Bahwa dalam bagian pertimbangan hukumnya yaitu pada halaman 27,
Judex Factie telah menyebutkan
“....Menimbang bahwa Tergugat Konvensi dalam dupliknya mengakui,
salah satu dari kedua unit toko tersebut telah dijual kepada PEMBELI
dengan harga Rp 850.000.000,- (delapan ratus lima puluh juta rupiah)
beserta dengan tanah pertapakannya dan Penggugat Konvensi telah
menerima uang penjualan toko dari PEMBELI sejumlah Rp 250.000.000,-,
bukti T.1 dan T.1.a, bahkan menurut bukti tersebut Penggugat Konvensi
menerima uang dari PEMBELI sejumlah Rp 270.000.000,-; (dua ratus
tujuh puluh juta rupiah);
“...Menimbang bahwa pada waktu penjualan toko tersebut, Penggugat
Konvensi dan Tergugat Konvensi masih berstatus sebagai suami isteri,
meskipun Penggugat Konvensi tidak menyatakan persetujuan secara
tegas, sebagaimana diatur dalam Pasal 36 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974
jo Pasal 92 KHI di Indonesia, secara implisit Penggugat Konvensi telah
menyetujui penjualan toko dimaksud, karena Penggugat Konvensi dengan
menerima uang penjualan toko tersebut dari Sdr. PEMBELI sejumlah Rp
270.000.000,- bukti T.1 dan T.1.a menunjukkan Penggugat Konvensi
tidak keberatan toko tersebut dijual, maka penjualan toko dimaksud sah
menurut hukum, dengan demikian dari kedua unit toko yang menjadi
objek perkara tinggal satu unit, lagi yang bisa dibagi antara Penggugat
Konvensi dengan Tergugat Konvensi sebagai harta bersama;
Menimbang, bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan setempat terhadap
objek terperkara pada tanggal 14 Februari 2014, Majelis Hakim telah
menemukan fakta, toko yang sudah dijual oleh Tergugat Konvensi kepada
PEMBELI adalah toko pintu pertama yang tercantum dalam gugatan
Penggugat pada Posita poin 4;
Menimbang bahwa karena toko pintu pertama telah terbukti sudah dijual
oleh Tergugat Konvensi secara sah menurut hukum, maka dari kedua unit
pintu toko terperkara, yang masih tersisa sebagai harta bersama setelah
bercerai, adalah toko pintu kedua yang tersebut dalam surat gugatan
Penggugat Konvensi, posita poin 4 yang terletak di Gampong .....dst”
Bahwa pertimbangan Judex Factie tersebut di atas sangat keliru dan tidak
adil, karena bukti yang diajukan oleh Pembanding semula Tergugat
Konvensi yang diberi tanda Bukti T.1 dan T.I.a merupakan akta di bawah
tangan yang tidak memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna,
Hal. 5 dari 19 hal. Put. No 69/Pdt.G/2014/MS-Aceh
sehingga harus dikesampingkan sebagai alat bukti sebab tanpa didukung
dengan bukti-bukti lainnya
Dalam hal ini, dengan tanpa menutupi fakta yang sebenarnya,
Pembanding semula Penggugat Konvensi ada menerima uang sebagai
DP penjualan toko pintu pertama sebesar Rp 220.000.000,-. Namun uang
tersebut bukan untuk pembayaran kredit, melainkan untuk biaya
pembangunan toko serta pengurusan jual beli toko pintu pertama. Bahkan
Pembanding semula Penggugat Konvensi juga telah menjual mobil milik
pribadi Penggugat Konvensi dan dana bantuan tsunami sejumlah Rp
15.000.000,- yang juga dipergunakan untuk pembangunan kedua pintu
toko (objek perkara point 4 posita gugatan). Hal ini juga dikuatkan oleh
keterangan saksi . Sedangkan sisa penjualan dari toko pintu pertama
tidak pernah Penggugat Konvensi terima, karena yang menerima sisa
harga toko tersebut adalah Terbanding semula Tergugat Konvensi.
Bahkan Pembanding semula Penggugat Konvensi tidak tahu kapan
pelunasan harga toko dilakukan.
Seharusnya Judex Factie Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh dapat
mencermati dan menganalisa fakta-fakta yang terungkap ini, sehingga
dapat memberikan putusan yang berkeadilan.
Benar Pembanding semula Penggugat Rekonvensi dalam petitum
meminta agar kedua toko objek perkara sebagaimana posita point 4
ditetapkan sebagai harta bersama dan membaginya masing-masing ½
bagian, akan tetapi demi keadilan Judex Factie harus juga memperhatikan
tujuan dari putusan adalah memberikan putusan yang dapat
menyelesaikan suatu persoalan/sengketa. Dengan memperhatikan petitum
(tuntutan) subsidair Pembanding, (ATAU, apabila Majelis Hakim yang
memeriksa dan mengadili perkara ini berpendapat lain, mohon putusan
yang seadil-adilnya dan bijaksana (Ex Aequo et Bono)), tentunya Judex
Factie Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh dapat memberikan putusan,
bahwa sisa dari penjualan toko pintu pertama (toko harta bersama)
diputuskan sebagai harta bersama Pembanding dan Terbanding,
selanjutnya menyatakan Pembanding dan Terbanding mempunyai hak ½
bagian dari sisa penjualan toko pintu pertama tersebut;
Oleh karenanya Pembanding semula Penggugat Konvensi memohon
kepada Majelis Hakim Tingkat Banding untuk mengabulkan tuntutan
Pembanding semula Penggugat Konvensi.
2. Bahwa putusan Judex Factie Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh dalam
perkara a quo telah melakukan kekeliruan dan melanggar aturan tentang
Hal. 6 dari 19 hal. Put. No 69/Pdt.G/2014/MS-Aceh
asas-asas atau kaidah-kaidah dalam membuat suatu putusan sehingga
sama sekali tidak mencerminkan keadilan.
Berikut ini adalah bentuk pelanggaran aturan yang dilakukan oleh Judex
Factie dalam perkara a quo yaitu :
Pada pertimbangan hukum halaman 30 Judex Factie Mahkamah Syar’iyah
Banda Aceh menyebutkan :
“Menimbang bahwa pinjaman uang pada Bank BNI 46 sejumlah Rp
230.000.000,- sebagaimana didalilkan oleh Penggugat Konvensi pada
posita poin 5, diambil/dipinjam pada tahun 2008, yang pada waktu itu
Penggugat Konvensi dan Tergugat Konvensi masih berstatus sebagai
suami isteri, maka utang tersebut bukan milik Penggugat Konvensi
sebagaimana didalilkan dalam gugatan Penggugat Konvensi pada posita 5
tersebut, tetapi pinjaman tersebut merupakan harta bersama karena
diperoleh dalam masa perkawinan, dengan tidak melihat siapa yang
memperolehnya, sebagaimana diatur dalam pasal 35 ayat 1 UU No.1
tahun 1974 dan Penggugat Konvensi mengakui hutang tersebut dipakai
untuk membangun dua pintu toko di Jalan, demikian juga Tergugat
mengakui toko tersebut harta bersama”;
“Menimbang bahwa apa yang didalikan oleh Penggugat Konvensi pada
posita poin 6 dan 11, Penggugat Konvensi tidak menyebutkan jumlah yang
telah dibayar dan sisa pinjaman yang masih terhutang, meskipun dalam
bukti P.3 telah jelas disebutkan masa pinjamannya dan jumlah setorannya
perbulan, namun bukti P.3 tidak bisa dijadikan sebagai bukti yang
sempurna, karena pinjaman Bank sewaktu-waktu bisa disetor habis
sekaligus dan Tergugat membantah posita poin 6, karena Tergugat
Konvensi menganggap pinjaman tersebut sudah lunas dengan uang yang
diterima oleh Penggugat Konvensi pada Sdr. PEMBELI sejumlah Rp
250.000,000,- karena itu posita poin 6 dianggap kabur dan tidak terbukti”;
Bahwa menurut Pembanding semula Penggugat Konvensi, kedua
pertimbangan hukum Judex Factie tersebut di atas sangat keliru dan
salah, sebab terjadi pertentangan antara pertimbangan hukum yang satu
dengan lainnya atau saling kontradiksi. Hal ini disebabkan karena Judex
Factie Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh telah salah dan keliru menilai
alat-alat bukti yang ada, bahkan cenderung subjektif dan berasumsi
(anggapan) dalam mempertimbangkan fakta-fakta yang terungkap di
persidangan.
Bahwa Berdasarkan Bukti Surat P.3, keterangan saksi dan pengakuan
Tergugat Konvensi, telah terbukti adanya kredit pada Bank BNI 46
Hal. 7 dari 19 hal. Put. No 69/Pdt.G/2014/MS-Aceh
sejumlah Rp. 230.000.000,- (dua ratus tiga puluh juta rupiah) atas nama
Pembanding semula Penggugat dengan lama jangka waktu pinjaman 15
(lima belas) tahun atau 180 (seratus delapan puluh) bulan dengan jumlah
cicilan per bulan sebesar Rp 1.663.241 (satu juta enam ratus enam
puluh tiga ribu dua ratus empat puluh satu rupiah) yang mana kredit
tersebut diambil pada saat Penggugat dan Tergugat Konvensi masih
berstatus sebagai suami isteri.
Selanjutnya Terbanding semula Tergugat Konvensi mendalilkan bahwa
kredit sudah dibayar atau lunas, tetapi Tergugat Konvensi sama sekali
tidak pernah membuktikannya.
Akan tetapi Judex Factie Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh tidak
mempertimbangkan secara lengkap fakta-fakta yang ada di persidangan.
Justru menilai fakta-fakta dengan subjektif dan hanya dengan
menggunakan asumsi (dugaan) dengan pertimbangan sebelumnya,
dengan menggunakan kalimat “....karena pinjaman Bank sewaktu-waktu
bisa disetor habis sekaligus....”
Pertimbangan hukum ini tentu saja sangat salah dan keliru, dan saling
bertentangan dengan pertimbangan hukum sebelumnya. Pada akhirnya
pertimbangan yang salah dan keliru tersebut membuat Judex Factie
Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh berkesimpulan bahwa “posita poin 6
dianggap kabur dan tidak terbukti”; tanpa ada alasan dan dasar hukum
yang sah
Seharusnya, apabila seluruh alat bukti yang berkaitan dengan point 5 dan
6 posita gugatan Penggugat dinilai dan dipertimbangkan secara lengkap
(berupa bukti surat , P.1, P.2,, P.3, dihubungkan dengan keterangan saksi
dan pengakuan Terbanding/Tergugat), maka akan dapat ditentukan bahwa
kewajiban pelunasan hutang pada Bank BNI menjadi kewajiban bersama
Pembanding/Penggugat dan Terbanding/Tergugat sejak dinyatakan telah
bercerai sebagaimana putusan pengadilan Mahkamah Syar’iyah Banda
Aceh 01/Pdt.G/2010/MS-BNA tanggal 27 April 2010 yang telah
berkekuatan hukum tetap sampai dengan sekarang. Karena memang
kredit/hutang tersebut masih ada dan belum lunas.;
Dengan demikian kedua pertimbangan hukum tersebut di atas
menunjukkan bahwa putusan Judex Factie Mahkamah Syar’iyah Banda
Aceh tidak berdasarkan pertimbangan hukum yang lengkap, jelas dan rinci
atau tidak cukup pertimbangan (onvoldoende gemotiveerd) serta
mengandung pertimbangan hukum yang tidak bersesuaian dengan amar
putusan atau saling bertentangan satu sama lainnya (contradictio
Hal. 8 dari 19 hal. Put. No 69/Pdt.G/2014/MS-Aceh
interminis). Putusan demikian melanggar asas putusan sebagaimana yang
diamanatkan oleh Pasal 178 ayat (1) HIR/189 ayat (1) RBG dan Pasal 50
UU No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman. Bahwa oleh
karenanya maka putusan Judex Factie Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh
sudah sepatutnya dipandang sebagai putusan yang mengandung cacat
hukum dan harus dibatalkan.
Dalam hal ini Pembanding semula Penggugat Konvensi turut melampirkan
Surat dari PT, Bank BNI (Persero) Tbk Nomor WMD/6.I/3737 Tanggal 20
Juni 2014 Hal Pernyataan Pinjaman Uang Muka Gaji sebagai bukti
tambahan/pelengkap (telah didinazegel dan dilegalisir) yang kiranya dapat
memudahkan dan menambah keyakinan bagi Majelis Hakim Tingkat
Banding untuk mengabulkan gugatan Pembanding semula Penggugat
Konvensi setentang pinjaman/kredit pada Bank BNI, sebagaimana posita
gugatan point 5 dan 6.
3. Bahwa Judex Factie Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh dalam perkara a
quo telah mengabaikan alat-alat bukti dan fakta-fakta hukum penting yang
terungkap di persidangan, sehingga mengakibatkan putusan tidak adil.
Dalam pertimbangan hukum halaman 29 Judex Factie menyebutkan:
“....Menimbang bahwa berdasarkan keterangan saksi Penggugat Konvensi
dan bukti P.4 serta fakta di lapangan, Tergugat Konvensi sudah terbukti
telah menyewakan satu unit toko yang menjadi harta bersama antara
Penggugat Konvensi dengan Tergugat Konvensi yang terletak di jalan T.
Iskandar kepada PEMBELI selama 3 tahun terhitung sejak 1 juni 2009
sampai dengan 1 juni 2012, dengan harga pertahun Rp 30 juta dan
Tergugat Konvensi pada tanggal 8 Mei 2009 telah menerima uang DP
sewa toko dimaksud dari Sdr, PEMBELI sejumlah Rp 50.000.000,-
sebagaimana telah didalilkan oleh Penggugat Konvensi pada posita poin 8
dan 12, maka hasil sewa dimaksud sejumlah Rp 90.000.000,- merupakan
harta bersama”;
Pertimbangan hukum Judex Factie di atas adalah salah dan keliru karena
telah mengabaikan alat-alat bukti dan fakta-fakta hukum penting yang
terungkap di persidangan.
Bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum di persidangan, yaitu bukti surat
P.4 dan keterangan saksi dan pengakuan Terbanding semula Tergugat,
terbukti bahwa sewa toko bukan hanya disewa selama 3 tahun terhitung
sejak 1 juni 2009 sampai dengan 1 juni 2012. Akan tetapi pada saat sidang
pemeriksaan setempat dan diakui juga oleh Tergugat yang ikut hadir pada
Hal. 9 dari 19 hal. Put. No 69/Pdt.G/2014/MS-Aceh
pemeriksaan setempat, ternyata sewa telah diperpanjang oleh Sdr.
PEMBELI dengan harga yang sama selama 2 tahun (sampai dengan
sekarang). Dengan demikian hasil sewa toko yang telah diambil oleh
Terbanding semula Tergugat adalah sebesar Rp 30.000.000,- x 5 = Rp
150.000.000,-
Oleh karenanya, mohon kepada Majelis Hakim Tingkat Banding
memperhatikan keberatan ini, dan memutuskan agar uang hasil sewa
sejumlah Rp 150.000.000,- adalah harta berdamai Pembanding dan
Terbanding, selanjutnya menghukum Terbanding untuk menyerahkan ½
(setengah) bagian dari seluruh hasil sewanya kepada Pembanding;
4. Bahwa pentimbangan hukum Judex Factie Mahkamah Syar’iyah Banda
Aceh tidak didasari aturan hukum yang jelas dan lengkap.
Adapun alasan tidak jelas dan tidak lengkapnya pertimbangan Judex
Factie adalah sebagai berikut :
Bahwa pada halaman 31 putusan Judex Factie disebutkan :
Menimbang bahwa posita poin 7 tentang penjualan mobil yang dibeli
dengan uang kredit, tidak dapat dipertimbangkan karena objek posita
tersebut tidak jelas tahun pemilikannya oleh Penggugat Konvensi dan
saksi yang diajukan Penggugat Konvensi tidak mengetahui sama sekali
tentang pemilik mobil yang dijual oleh Penggugat Konvensi, maka posita
poin 7 kabur dan tidak terbukti;
Pada bagian pertimbangan hukumnya halaman 31 Judex Factie telah
menyebutkan :
Menimbang bahwa permohonan Penggugat pada posita poin 14 untuk
diletakkan sita jaminan (conservatoir beslaag) terhadap objek terperkara
yang disebutkan pada posita poin 4 surat gugatan konvensi agar tidak
dialihkan kepada pihak lain, berdasarkan fakta di dalam persidangan tidak
terbukti adanya ciri-ciri Tergugat Konvensi mengalihkan objek tersebut
kepada pihak lain, maka permohonan penyitaan harus ditolak;...”.
Pada bagian pertimbangan hukumnya halaman 31 Judex Factie telah
menyebutkan:
Menimbang bahwa gugatan Penggugat Konvensi terhadap uang bantuan
korban Tsunami dari instansi tempat Penggugat Konvensi bekerja
sejumlah Rp 15.000.000,- yang tersebut dalam posita poin 13 dan petitum
poin 10, telah dibantah oleh Terggugat Konvensi, maka dalam hal ini
Penggugat Konvensi dibebankan pembuktian, namun Penggugat Konvensi
tidak dapat membuktikan dengan demikian gugatan poin 13 dengan
petitum poin 10 tidak terbukti maka gugatan harus ditolak;
Hal. 10 dari 19 hal. Put. No 69/Pdt.G/2014/MS-Aceh
Bahwa ketiga pertimbangan hukum di atas, adalah salah dan keliru karena
pertimbangan hukum tersebut tidak lengkap dan tidak jelas aturan
hukumnya sehingga penolakan terhadap posita tersebut tidak
mengandung keadilan.
Dalam aturan hukum, setiap dalil gugatan tidak bisa sembarangan untuk
mengatakan tidak dipertimbangkan, apalagi tanpa didasari aturan
hukumnya. Hal ini merupakan pelanggaran terhadap Pasal 178 ayat (2)
HIR/Pasal 189 ayat (2) RBG dan Pasal 50 RV yang mengamanatkan
putusan harus secara total dan menyeluruh memeriksa dan mengadili
setiap segi gugatan yang diajukan. Selain itu juga harus memuat dasar
hukum yang dijadikan pertimbangan berupa pasal-pasal tertentu peraturan
perundang-undangan, hukum kebiasaan, yurisprudensi atau doktrin
hukum. Dengan demikian putusan Judex Factie Mahkamah Syar’iyah
Banda Aceh haruslah dibatalkan karena mengandung cacat hukum dan
hanya berdasarkan subjektivitas hakim belaka.
III. Dalam Rekonvensi
- Bahwa Pembanding semula Penggugat tidak keberatan dan dapat
menerima seluruh pertimbangan Judex Factie Mahkamah Syar’iyah
Banda Aceh;
Bahwa selain pertimbangan tersebut, maka gugatan rekonvensi
Terbanding semula Penggugat Rekonvensi sudah sepatutnya ditolak
seluruhnya dengan alasan bahwa gugatan rekonvensi bertentangan
dengan ketentuan Pasal 132b Ayat (1) HIR yang menyatakan “Si
tergugat wajib memasukkan tuntutan balik ber-sama-sama
dengan jawabannya, baik dengan surat maupun dengan lisan. (Rv.
YU78245.)”. Ditambah lagi Terbanding semula Penggugat Rekonvensi
sama sekali tidak pernah membuktikan gugatan rekonvensinya.
Bahwa berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan dan dijelaskan secara
cermat dalam Memori Banding ini, mohon kepada Majelis Hakim
Mahkamah Syar’iyah Aceh yang memeriksa dan mengadili perkara a quo
dalam Tingkat banding berkenan untuk memutuskan hal-hal sebagai
berikut:
MENGADILI
1. Menerima Permohonan Banding dari PEMBANDING semula PENGGUGAT;
2. Membatalkan Putusan Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh Nomor
81/Pdt.G/2013/MS.Bna Tertanggal 02 Juni 2014;
Hal. 11 dari 19 hal. Put. No 69/Pdt.G/2014/MS-Aceh
MENGADILI SENDIRI
I. Dalam Eksepsi
Menolak eksepsi Tergugat untuk seluruhnya
Dalam Pokok Perkara
A. Dalam Konvensi
1. Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya ;
2. Menyatakan sah dan berharga sita jaminan ;
3. Menyatakan Penggugat dan Tergugat sebagai suami isteri yang telah
putus perkawinan karena perceraian sesuai dengan putusan
Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh Nomor : 01/PDT.G/2010/MS-BNA
tanggal 27 April 2010 ;
4. Menyatakan 2 (dua) pintu bangunan Toko sebagaimana posita Nomor
4 (empat) gugatan diatas adalah sah menurut hukum sebagai harta
bersama antara Penggugat dan Tergugat ;
5. Menetapkan bagian harta bersama sebagaimana posita 4 gugatan di
atas tersebut masing masing mendapat ½ (setengah) bagian kepada
Penggugat dan Tergugat ;
6. Menghukum Tergugat untuk menyerahkan ½ (setengah) bagian dari
harta bersama sebagaimana posita 4 diatas menjadi hak dan bagian
Penggugat dalam keadaan baik dan tanpa syarat apapun ;
7. Menetapkan pinjaman kredit/hutang pada BANK BNI 46 Cabang
Banda Aceh sebesar Rp. 230.000.000,- (dua ratus tiga puluh juta
rupiah) atas nama Penggugat sebagai hutang bersama antara
Penggugat dengan Tergugat yang menjadi tanggung jawab bersama
pula untuk melunasinya Menetapkan hasil sewa toko sebagaimana
posita point 10.b posita gugatan sebagai harta bersama antara
Penggugat dengan Tergugat; Menghukum Tergugat untuk
menyerahkan ½ (setengah) bagian dari seluruh hasil sewanya kepada
Penggugat; Menghukum Tergugat untuk menyerahkan ½ (setengah)
bagian uang bantuan dana korban tsunami sebagaimana posita 13
kepada Penggugat dan menyerahkan ½ (setengah) bagian dari uang
hasil sewa toko semi permanen yang dibangun dari dana tersebut
kepada Penggugat;
8. Menghukum Tergugat membayar uang paksa sebesar Rp. 500.000,-
(lima ratus ribu rupiah) setiap per hari keterlambatan dalam
melaksanakan isi putusan dalam perkara ini; Menyatakan putusan
dalam perkara ini dapat dijalankan dengan serta merta meskipun ada
upaya hukum banding kasasi dan peninjauan kembali ;
Hal. 12 dari 19 hal. Put. No 69/Pdt.G/2014/MS-Aceh
atau apabila Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini
berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya dan bijaksana
(Ex Aequo et Bono).
B. Dalam Rekonvens
- Menolak gugatan Tergugat/Penggugat Rekonpensi untuk seluruhnya;
Menimbang bahwa Tergugat/Pembanding II/Terbanding I tidak
mengajukan kontra memori bandingnya, sebagaimana surat keterangan
Panitera Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh Nomor 81/Pdt.G/2013/MS-Bna,
tanggal 20 Agustus 2014;
Menimbang bahwa Tergugat/Pembanding II/Terbanding I tidak
mengajukan memori bandingnya sampai dengan tenggang waktu 14 (empat
belas) hari setelah pernyataan Banding disampaikan, hal ini sebagaimana surat
keterangan Panitera Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh Nomor
81/Pdt.G/2013/MS-Bna, tanggal 20 Agustus 2014;
Menimbang bahwa terhadap keberatan - keberatan Penggugat/
Pembanding I/Terbanding II tersebut Majelis Hakim Mahkamah Syar’iyah Aceh
akan mempertimbangkan sebagai berikut :
Menimbang, bahwa Penggugat/Pembanding I/Terbanding II menyatakan
dalam memori bandingnya pada angka 1 bahwa sisa dari penjualan toko pintu
pertama (toko harta bersama) kiranya dibagi dua yaitu ½ bagian untuk
Penggugat/Pembanding I/Terbanding II dan ½ bagian lagi untuk
Tergugat/Terbanding I/Pembanding II;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim Tingkat Banding, Mahkamah Syar’iyah
Aceh berpendapat bahwa toko dijual dalam masa perkawinan dan atas
persetujuan suami isteri. Penggugat/Pembanding I/Terbanding II sudah
menerima panjar penjualan toko sebesar Rp. 250.000.000.- (dua ratus tujuh
puluh juta rupiah) sedangkan sisanya diterimakan oleh Tergugat/Pembanding
II/Terbanding I. Oleh karena satu unit toko tersebut dijual dalam masa
perkawinan maka semua biaya dari penjualan toko tersebut dianggap sudah
habis digunakan untuk kepentingan keluarga. Keberatan Penggugat/
Pembanding I/ Terbanding II tidak beralasan dan harus dikesampingkan;
Menimbang, bahwa pinjaman/kredit pada Bank BNI 46 Cabang Banda
Aceh sejumlah Rp. 230.000.000,- (dua ratus tiga puluh juta rupiah} atas nama
Penggugat/Pembanding I/Terbanding II dengan lama jangka waktu pinjaman 15
(lima belas) tahun atau 180 (seratus delapan puluh) bulan dengan jumlah cicilan
per bulan sebesar Rp 1.663.241 (satu juta enam ratus enam puluh tiga ribu dua
ratus empat puluh satu rupiah) sebagaimana Akad Kredit Nomor :
Hal. 13 dari 19 hal. Put. No 69/Pdt.G/2014/MS-Aceh
BDA/1/001/2008 Tanggal 08 Februari 2008. Dalam hal ini Majelis Hakim Tingkat
Pertama Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh telah mempertimbangkan bahwa
Penggugat/Pembanding I/Terbanding II tidak menyebutkan jumlah yang telah
dibayar dan sisa pinjaman yang masih terhutang, meskipun dalam bukti P.3
telah jelas disebutkan masa pinjamannya dan jumlah setorannya perbulan,
namun bukti P.3 tidak bisa dijadikan sebagai bukti yang sempurna, karena
pinjaman Bank sewaktu-waktu bisa disetor habis sekaligus.
Menimbang, bahwa Majelis Hakim Tingkat banding Mahkamah Syar’iyah
Aceh tidak sependapat dengan pertimbangan Majelis Hakim Tingkat Pertama
Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh, yang menyatakan bahwa pinjaman Bank
sewaktu-waktu bisa disetor habis sekaligus. Untuk pernyataan tersebut harus
dibuktikan dengan rekening korannya. Majelis Hakim Tingkat Banding
Mahkamah Syar’iyah Aceh berpendapat bahwa setiap gugatan harus jelas
terang dan rinci, kalau tidak maka gugatan tersebut dianggap kabur. Berkenaan
dengan gugatan kredit pada Bank BNI 46 yang diajukan oleh Penggugat/
Pembanding I/Terbanding II, Majelis Hakim Tingkat Banding berpendapat
seharusnya Penggugat/ Pembanding I/Terbanding II merinci dengan jelas
setoran kredit tersebut sudah sampai dengan bulan keberapa dan sisanya
berapa serta dilampiri bukti rekening koran. Oleh karenanya Majelis Hakim
Tingkat banding Mahkamah Syar’iyah Aceh berpendapat setentang kredit pada
Bank BNI 46 Cabang Banda Aceh tersebut kabur, maka gugatan tersebut tidak
dapat diterima (NO):
Menimbang, bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama Mahkamah
Syar’iyah Banda Aceh telah mempertimbangkan keterangan saksi
Penggugat/Pembanding I/Terbanding II dan bukti P.4 serta fakta dilapangan,
Tergugat/Terbanding I/Pembanding II sudah terbukti telah menyewakan satu
unit toko yang menjadi harta bersama antara Penggugat/Pembanding
I/Terbanding II dengan Tergugat/Terbanding I/Pembanding II yang terletak di
Jl.T.Iskandar Lambhuk Kota Banda Aceh kepada PEMBELI, selama 3 (tiga)
tahun terhitung sejak 1 Juni 2009 sampai dengan 1 Juni 2012, dengan harga
pertahun Rp.30.000.000,-( tiga puluh juta rupiah) dan Tergugat/Terbanding
I/Pembanding II pada tanggal 8 Mei 2009 telah menerima uang Dp sewa toko
dimaksud dari Sdr.PEMBELI, sejumlah Rp.50.000.000.- (lima puluh juta
rupiah) sebagaimana didalilkan oleh Penggugat Konpensi pada posita poin 8
dan 12, maka hasil sewa toko dimaksud sejumlah Rp.90.000.000,-(sembilan
puluh juta rupiah) merupakan harta bersama;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim Tingkat Banding Mahkamah
Syar’iyah Aceh tidak sependapat dengan pertimbangan Majelis Hakim Tingkat
Hal. 14 dari 19 hal. Put. No 69/Pdt.G/2014/MS-Aceh
Pertama Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh, yaitu tentang sewa toko
sebagaimana tersebut di atas yang dilakukan oleh Tergugat/Terbanding
I/Pembanding II sejak 01 Juni 2009 sampai dengan 01 Juni 2012. Majelis Hakim
Tingkat Banding Mahkamah Syar’iyah Aceh berpendapat bahwa
Tergugat/Terbanding I/Pembanding II menyewakan toko pada bulan Juni 2009
sampai dengan Juni 2012 yaitu masih dalam masa perkawinan tentunya biaya
sewa sudah dihabiskan untuk kebutuhan keluarganya, justru yang perlu
dipertimbangkan adalah perpanjangan sewa toko yang diakui
Tergugat/Terbanding I/Pembanding II yang dilakukan setelah terjadi perceraian
yaitu sewa toko sejak 01 Juni 2012 sampai dengan 01 Juni 2014, oleh
karenanya Majelis Hakim Tingkat Banding Mahkamah Syar’iyah Aceh
berpendapat bahwa perpanjangan sewa toko tersebut sebesar Rp. 60.000.000,-
(enam puluh juta rupiah) merupakan harta bersama;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama Mahkamah Syar’iyah
Banda Aceh telah mempertimbangkan tentang penjualan mobil yang dibeli
dengan uang kredit, dengan kesimpulan bahwa gugatan tersebut kabur karena
tidak jelas tahun pemilikannya, karena gugatan kabur maka tidak dapat diterima.
Majelis Hakim Tingkat Banding Mahkamah Syar’iyah Aceh menilai bahwa
pertimbangan tersebut sudah tepat dan benar maka akan diambil menjadi
pertimbangan sendiri Majelis Hakim Tingkat Banding Mahkamah Syar’iyah
Aceh;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama Mahkamah Syar’iyah
Banda Aceh telah mempertimbangkan tentang gugatan setentang uang bantuan
korban tsunami dari instansi tempat Penggugat Konvensi bekerja sejumlah
Rp.15.000.000,- (lima belas juta rupiah) sebagaimana tersebut dalam memori
banding Penggugat/Pembanding I/Terbanding II. Majelis Hakim Tingkat
Pertama Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh berkesimpulan karena gugatan tidak
dapat dibuktikan maka gugatan tersebut ditolak. Apa yang telah
dipertimbangkan Majelis Hakim Tingkat Pertama Mahkamah Syar’iyah Banda
Aceh tersebut sudah tepat dan benar maka akan diambil menjadi pertimbangan
sendiri Majelis Hakim Tingkat Banding Mahkamah Syar’iyah Aceh;
Menimbang, bahwa Majelis Hakim Tingkat Pertama Mahkamah Syar’iyah
Banda Aceh telah mempertimbangkan tentang permohonan sita jaminan
(conservatoir beslaag) terhadap objek terperkara yang disebutkan pada posita
poin 4 surat gugatan Konvensi agar tidak dialihkan kepada pihak lain, Apa yang
dipertimbangkan Majelis Hakim Tingkat Pertama Mahkamah Syar’iyah Banda
Aceh tersebut sudah tepat dan benar karena berdasarkan fakta dalam
persidangan tidak terbukti adanya ciri-ciri Tergugat Konvensi mengalihkan
Hal. 15 dari 19 hal. Put. No 69/Pdt.G/2014/MS-Aceh
objek tersebut kepada pihak lain. Karena pertimbangan sudah tepat dan benar
maka akan diambil menjadi pertimbangan sendiri Majelis Hakim Tingkat
Banding Mahkamah Syar’iyah Aceh;
Menimbang, bahwa tuntutan Penggugat Konvensi tentang uang paksa
(dwangsoom) terhadap Tergugat Konvensi sebesar Rp.500.000,- perhari,
Majelis Hakim Tingkat Pertama Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh telah
mempertimbangkannya bahwa tuntutan tersebut tidak ada relevansinya, karena
putusan dalam perkara ini nantinya dapat dieksekusi riil setelah berkekuatan
hukum tetap (BHT), sesuai dengan pasal 259 R.Bg jo Putusan Mahkamah
Agung RI No.307 K/Sip/1976 tanggal 7 Desember 1976 dan pasal 606 a Rv,
dengan demikian tuntutan uang paksa (dwangsom) harus ditolak;
Dalam Rekonpensi :
Menimbang, bahwa Majelis Hakim Tingkat Banding Mahkamah Syar’iyah
Aceh tidak sependapat dengan Majelis Hakim Tingkat Pertama Mahkamah
Syar’iyah Banda Aceh yang menyatakan bahwa, seharusnya gugatan
rekonvensi diajukan bersama-sama dengan jawaban gugatan konvensi dan
tidak boleh diajukan bersama duplik, sebagaimana diatur dalam pasal 158 ayat
(1) RBg, maka gugatan rekonvensi tidak dapat diterima.
Menimbang, bahwa Majelis Hakim Tingkat Banding Mahkamah Syar’iyah
Aceh berpendapat bahwa gugatan rekonvensi dapat diajukan dalam proses
jawab menjawab (jawaban atau duplik) sebelum sampai pada tahap
mendengarkan keterangan saksi-saksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Yahya
Harahap dalam bukunya Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan,
Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan, halaman 483, beliau
menjelaskan bahwa Putusan Mahkamah Agung No. 239 K/Sip/1968.
menegaskan gugatan rekonpensi dapat diajukan selama proses jawab-
menjawab berlangsung, karena Pasal 158 RBg. hanya menyebut jawaban,
sedangkan replik dan duplik juga merupakan jawaban, meskipun bukan
jawaban pertama. Hal senada juga dijelaskan dalam buku II (Pedoman
Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Peradilan Agama pada halaman 79
dijelaskan bahwa Gugatan Rekonpensi harus diajukan bersama-sama dengan
jawaban selambat-lambatnya sebelum pemeriksaan mengenai Pembuktian.
Menimbang, bahwa Tergugat/Terbanding I/Pembanding II, dalam
Gugatan Rekonpensinya mengajukan sejumlah harta bersama sebagai berikut :
1. 4 (empat) unit kedai dibangun di atas tanah orang tua Penggugat
Konpensi/Tegugat Rekonpensi/Pembanding I/Terbanding II;
2. Sumbangan kredit pegawai Tegugat sejumlah Rp. 46.000.000,- (empat
puluh enam juta rupiah;
Hal. 16 dari 19 hal. Put. No 69/Pdt.G/2014/MS-Aceh
3. Biaya rehab rumah milik orang tua Penggugat Konpensi/Tegugat
Rekonpensi/Pembanding I/Terbanding II berjumlah Rp. 100.000.000,-
(seratus juta rupiah);
Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim Tingkat Banding Mahkamah
Syar’iyah Aceh memeriksa berkas perkara beserta buktinya, ternyata Tegugat
Konpensi/Penggugat Rekonpensi/Pembanding II/Terbanding tidak membuktikan
gugatan rekonpensinya,oleh karenanya terhadap gugatan rekonpensi tersebut
harus ditolak;
Menimbang bahwa harta bersama yang tersebut pada poin 3.1 dan 3.2,
yang berada dalam kekuasaan Tergugat/Terbanding I/Pembanding II
diperintahkan supaya menyerahkan ½ (seperdua) dari harta bersama terbut
kepada Penggugat/Pembanding I/Terbanding II tanpa pembebanan hukum
dengan pihak manapun. Kemudian harta bersama sebagaimana dalam poin 3.1,
adalah benda tidak bergerak maka apabila harta/benda tersebut tidak dapat
dibagi secara natura maka pembagiannya dapat dilaksanakan dengan cara jual
lelang sesuai dengan peraturan yang berlaku dan hasilnya dibagi, masing-
masing memperoleh ½ (seperdua) bagian atau konpensasi pembayaran dengan
nilai uang;
Menimbang, bahwa mengenai hal-hal lainnya selain yang telah
dipertimbangkan dalam perbaikan dan tambahan pertimbangan hukum diatas,
maka atas dasar apa yang telah dipertimbangkan oleh Majelis Hakim Tingkat
Pertama Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh dalam perkara ini sebagaimana
dalam putusan tersebut sudah tepat dan benar, sehingga Majelis Hakim Tingkat
Banding Mahkamah Syar’iyah Aceh dapat menyetujui pertimbangan hukum
Majelis Hakim Tingkat Pertama tersebut, selanjutnya akan diambil alih sebagai
pendapat Majelis Hakim Tingkat Banding Mahkamah Syar’iyah Aceh sendiri;
. Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut
di atas, maka putusan Majelis Hakim Tingkat Pertama Mahkamah Syar’iyah
Banda Aceh Nomor 081/Pdt.G/2013/MS-Bna., tanggal 02 Juni 2014, tidak
dapat dipertahankan dan harus dibatalkan, dengan mengadili sendiri
menyatakan gugatan Penggugat/Terbanding dikabulkan sebagian dan tidak
dapat diterima/ditolak selebihnya yang amar lengkapnya akan dicantumkan
dibawah ini;
Menimbang, bahwa oleh karena perkara a-quo termasuk bidang
perkawinan, sesuai dengan ketentuan Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Nomor
7 tahun 1989 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006
dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 50 tahun 2009, maka
biaya perkara pada tingkat banding dibebankan kepada
Hal. 17 dari 19 hal. Put. No 69/Pdt.G/2014/MS-Aceh
Penggugat/Pembanding I/Tergugat II yang jumlahnya sebagaimana tercantum
dalam amar putusan ini;
Mengingat segala ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku dan Hukum Syara’ yang berhubungan dengan perkara ini;
M E N G A D I L I
Menerima permohonan banding dari Penggugat/Pembanding I/Terbanding II
dan Tergugat/TerbandingI/Pembanding II;
Membatalkan putusan Mahkamah Syar’iyah Banda Aceh Nomor
081/Pdt.G/2013/MS-Bna., tanggal 02 Juni 2014;
Dengan mengadili sendiri :
Dalam Konpensi :
1. Mengabulkan gugatan Penggugat sebagian;
2. Menyatakan Penggugat dan Tergugat mantan suami isteri;
3. Menetapkan:
3.1. Satu unit toko yang terletak di Kota Banda Aceh, tidak termasuk
tanah pertapakannya, berbatas sebagai berikut:
- Utara dengan tanah (Tergugat Konvensi);
- Selatan dengan Jalan.;
- Timur dengan tanah/ toko milik;
- Barat dengan tanah / toko Penggugat dan Tergugat yang telah
dijual kepada PEMBELI.
3.2. Uang sewa toko tersebut pada amar poin 3.1 selama dua tahun,
terhitung sejak 1 Juni 2012 sampai dengan 1 Juni 2014, sejumlah
Rp.60.000.000,-(sembilan puluh juta rupiah), sebagai harta bersama
antara Penggugat dengan Tergugat ;
4. Menetapkan dari harta bersama tersebut pada diktum poin 3.1 dan 3.2,
masing-masing Penggugat dan Tergugat memperoleh ½ (seperdua)
bagian;
5. Memerintahkan Tergugat atau pihak lain yang menguasai toko tersebut
untuk mengosongkan;
6. Menghukum Tergugat untuk menyerahkan ½ (seperdua) dari harta
bersama tersebut kepada Penggugat tanpa pembebanan hukum dengan
pihak lain;
Apabila pembagian tidak dilaksanakan secara natura, maka pembagian
dapat dilaksanakan dengan cara jual lelang sesuai dengan peraturan
yang berlaku dan hasilnya dibagi sebagaimana poin 4 diatas atau
konpensasi pembayaran dengan nilai uang;
Hal. 18 dari 19 hal. Put. No 69/Pdt.G/2014/MS-Aceh
7. Menyatakan tidak dapat diterima dan menolak gugatan Penggugat
selebihnya.
Dalam Rekonvensi:
Menolak gugatan Penggugat Rekonpensi seluruhnya.
Dalam Konvensi dan Rekonvensi :
Menghukum Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi untuk membayar
biaya perkara sejumlah Rp.2.461.000,- (dua juta empat ratus enam puluh
satu ribu rupiah).
Membebankan Penggugat/PembandingI/Terbanding II untuk membayar
biaya perkara pada Tingkat Banding sebesar Rp. 150.000,- (seratus lima
puluh ribu rupiah);
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Majelis Hakim
Mahkamah Syar’iyah Aceh pada hari hari Rabu tanggal 12 Nopember 2014
Miladiyah bertepatan dengan tanggal 19 Muharram 1436 Hijriyah, oleh kami
Drs. H. ABD MANNAN HASYIM,S.H.,M.H., Ketua Majelis Dra. Hj. YUNIAR A.
HANAFIAH, S.H., dan Drs. H. FIRDAUS HM, S.H., M.H., Hakim-hakim Anggota
dan diucapkan oleh Ketua Majelis tersebut dalam sidang terbuka untuk umum
pada hari Kamis tanggal 20 Nopember 2014 Miladiyah bertepatan dengan
tanggal 27 Muharram 1436 Hijriyah dengan dihadiri oleh Hakim-hakim Anggota
tersebut dan Drs. H. HELMY DAUD, sebagai Panitera Pengganti dengan tidak
dihadiri oleh kedua belah pihak berperkara.
KETUA MAJELIS
dto
Drs. H. ABD MANNAN HASYIM, S.H., M.H.
HAKIM ANGGOTA I HAKIM ANGGOTA II
dto dto
Dra. Hj. YUNIAR A. HANAFIAH, S.H. Drs. H. FIRDAUS HM, S.H., M.H.,
PANITERA PENGGANTI
dto
Drs. H. HELMY DAUD
Perincian biaya perkara : 1. Materai Rp. 6.000,- 2. Biaya Redaksi Rp. 5.000,- 3. Biaya Leges Rp. 3.000,-
Hal. 19 dari 19 hal. Put. No 69/Pdt.G/2014/MS-Aceh
4. Biaya Proses Rp. 136.000,- Jumlah Rp. 150.000,- (seratus lima puluh ribu rupiah)