pendahuluanrepository.utu.ac.id/639/1/bab i_v.pdf1 1 bab i pendahuluan 1.1 latar belakang perilaku...

57
1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau genetika. Perilaku merupakan respon atau reaksi terhadap stimulus. Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi, perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar. Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol sosial. Dalam kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya dipelajari untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat timbulnya masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku seringkali dilakukan dalam rangka penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif. Perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir, bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun non fisik. Perilaku juga diartikan sebagai suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni dalam bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit), dan dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit). Sedangkan dalam pengertian umum

Upload: others

Post on 06-Feb-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia

    dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan/atau

    genetika. Perilaku merupakan respon atau reaksi terhadap stimulus.

    Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku

    dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi,

    perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan

    oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar.

    Perilaku tidak boleh disalahartikan sebagai perilaku sosial, yang merupakan suatu

    tindakan dengan tingkat lebih tinggi, karena perilaku sosial adalah perilaku yang

    secara khusus ditujukan kepada orang lain. Penerimaan terhadap perilaku

    seseorang diukur relatif terhadap norma sosial dan diatur oleh berbagai kontrol

    sosial. Dalam kedokteran perilaku seseorang dan keluarganya dipelajari untuk

    mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat timbulnya

    masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku seringkali dilakukan dalam

    rangka penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif.

    Perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir,

    bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai macam

    aspek, baik fisik maupun non fisik. Perilaku juga diartikan sebagai suatu reaksi

    psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan

    menjadi 2, yakni dalam bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit), dan

    dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit). Sedangkan dalam pengertian umum

  • 2

    2

    perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh makhluk

    hidup ( Notoatmodjo, 2007).

    Menurut Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan

    reaksi organisme terhadap lingkungannya, hal ini berarti bahwa perilaku baru

    akan terwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan

    yang disebut rangsangan, dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu akan

    menghasilkan perilaku tertentu pula. Robert Y. Kwick (1974) menyatakan bahwa

    perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan

    bahkan dipelajari (Notoatmodjo, 2007:138).

    Menurut Becker, Konsep perilaku sehat merupakan pengembangan dari

    konsep perilaku yang dikembangkan Bloom. Becker menguraikan perilaku

    kesehatan menjadi tiga domain, yakni pengetahuan kesehatan (health knowledge),

    sikap terhadap kesehatan (health attitude) dan praktik kesehatan (health practice).

    Hal ini berguna untuk mengukur seberapa besar tingkat perilaku kesehatan

    individu yang menjadi unit analisis penelitian.

    Masyarakat Aceh tempo dulu sangat konsisten mempertahankan adat

    istiadat. Sehingga budaya yang telah turun temurun sesuai dengan kearifan lokal

    tidak mudah hilang. Namun berbicara budaya ”madeung” yaitu sebuah istilah

    dari orang Aceh kepada ibu yang baru melahirkan. Dahulu ketika seorang ibu

    melahirkan, ia akan mencari bantuan atau pertolongan dari orang lain seperti

    pada dukun bayi atau yang sering kita dengar dengan sebutan Makblien.

    Proses Madeung ( salè, toet bate atau bakar batu, dan ramuan tradisional )

    ini bisa disebut juga alat KB Tradisional, karena dengan melakukan serangkaian

    proses Madeung bisa mengatur jarak kelahiran karena pada jaman dahulu belum

  • 3

    3

    ada program keluarga berencana (KB) yang modern seperti sekarang. Meskipun

    hal tersebut belum dibuktikan secara medis namun paham ini sudah melekat pada

    ingatan tertua desa seperti makblien.

    Adapun tata cara atau teknik yang dilakukan disaat Medeung yaitu batu

    ukuran sedang dipanaskan, lalu diikat dengan kain, dan di letakkan di samping

    perut orang madeung sambil perutnya dipijat-pijat supaya kulit perutnya tidak

    kendur. Sebelum masa 40 - 44 hari perempuan madeung tidak boleh keluar

    rumah dan harus dirawat oleh dukun bayi selama masa itu.

    Madeung mempunyai beberapa fungsi, yaitu: dapat mengeringkan

    peranakan, tubuh menjadi singset, dapat mengecilkan perut, dapat mengatur jarak

    kelahiran, dan mendatangkan aroma harum pada tubuh.

    Perilaku madeung dalam masyarakat Aceh merupakan bagian penting

    yang harus dilalui oleh ibu- ibu nifas dengan tujuan untuk mendapatkan

    penyembuhan secara optimal menurut paham masyarakat. Perilaku selama

    madeung banyak mengandung unsur mitos dan sulit dibuktikan oleh ilmu medis.

    Perilaku – perilaku tersebut banyak yang berdampak negatif seperti pantangan

    tidak boleh banyak minum air putih. Tentu hal ini dapat menyebabkan ibu nifas

    mengalami dehidrasi bahkan susah Buang Air Besar (BAB). Akan tetapi

    disamping mengandung unsur negatif, banyak juga dintara perilaku madeung

    tersebut yang dapat memberikan dampak positif bagi si ibu antara lain seperti

    dapat membuat tubuh menjadi singset, memberikan aroma harus dari rempah-

    rempah.

    Prosesi madeung ini telah berlangsung secara turun temurun di dalam

    masyarakat Aceh. Selama proses ini berlangsung, banyak pantangan yang tidak

  • 4

    4

    boleh dilangkahi dan juga anjuran yang harus dilakukan oleh ibu nifas maupun si

    bayi. Baik yang berkaitan dengan perilaku maupun berkaitan dengan makanan

    dan minuman. Berkaitan dengan perilaku diantaranya tidak boleh bertamu pada

    malam hari, selama 7 hari setelah melahirkan tidak boleh di tinggal sendiri, tidak

    boleh banyak bergerak dan harus berjalan dengan pelan - pelan, tidak boleh sering

    tidur, ditangeh (diselimuti dengan kain tebal atau dengan kata lain mandi uap

    ramuan-ramuan tradisional.

    Berkaitan dengan makanan dan minuman diantaranya tidak boleh makan

    makanan pedas karena dapat menyebabkan kelukaan di dalam perut rahim, tidak

    boleh makan buah seperti nenas, pepaya, nangka karena dapat menurutkan kasiat

    obat, tidak boleh makan ikan gabus karena di percaya dapat memanjangkan perut

    rahim, tidak boleh banyak minum karena dapat menyebabkan bayi menjadi

    beuteng (masuk angin), di anjurkan untuk mengganngti lauk dengan ikan teri dan

    lada.

    Di Gampong Cot Lagan, tradisi madeung ini masih banyak dilakukan oleh

    ibu – ibu nifas yang diyakini dapat memberikan dampak positif bagi si ibu dan

    bagi bayi mereka. Hal ini dipengaruhi oleh kebiasaan yang sudah turun – temurun

    dilaksanakan, meskipun diantaranya merupakan orang terpelajar dan memiliki

    pengetahuan tinggi akan tetapi juga tidak melupakan prosesi medeung ini.

    1.2 Perumusan Masalah

    Dari latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam

    penelitian ini adalah apa sebenarnya perilaku madeung tersebut, apa saja

    pantangan dan ajuran selama madeung serta bagaimana dampaknya bagi

    kesehatan ibu dan bayi?

  • 5

    5

    1.3 Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan berbagai hal berkenaan dengan

    perilaku madeung perempuan Aceh.

    1.3.1 Tujuan Umum

    Secara umum penelitian ini bertujuan menggungkapkan hal yang berkaitan

    dengan perilaku madeung perempuan Aceh di Gampong Cot Lagan Kecamatan

    Woyla Kabupaten Aceh Barat.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    Melalui penelitian ini penulis ingin mengkaji lebih jauh tentang

    perilaku madeung perempuan aceh dengan harapan dapat meningkatkan

    pengetahuan yang sebelumnya tidak penulis dapatkan.

    1.4 Manfaat Penelitian

    1.4.1 Manfaat Praktis

    a. Bagi Masyarakat

    Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan semua pihak

    terutama bagi mereka yang tertarik untuk mengkaji lebih jauh berkenaan

    dengan tradisi madeung dan diharapkan dapat memunculkan paradigma

    baru dalam menyikapi tradisi yang telah turun temurun diyakini dalam

    masyarakat

  • 6

    6

    b. Bagi Penulis

    1. Sebagai sarana menambah pengetahuan tentang tradisi madeung

    perempuan aceh khususnya gampong Cot Lagan sehingga tradisi

    ini dapat terus berjalan dan disesuaikan dengan kaidah-kaidah

    kesehatan.

    2. Sebagai bentuk pengembangan ilmu pengetahuan dari apa yang

    telah penulis dapatkan.

    1.4.2 Manfaat Teoritis

    Dapat mengkaji secara mendalam tentang tradisi madeung yang ada

    dikalangan masyarakat Gampong Cot Lagan serta mengetahui sejauh apa

    pengaruh pendidikan atau pengetahuan terhadap pandangan tentang tradisi ini.

  • 7

    7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Perilaku

    2.1.1 Defenisi Perilaku

    Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau

    lingkungan (Depdiknas, 2005). Dari pandangan biologis perilaku merupakan

    suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan.

    Robert Kwick (1974), menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau

    perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.

    (dikutip dari Notoatmodjo, 2007:138).

    Skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi

    seseorang terhadap stimulus/ rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi

    melalui proses adanya organisme. Dan kemudian organisme tersebut merespon,

    maka teori Skinner ini disebut “S-O-R” atau stimulus-organisme-respon.

    2.1.2 Klasifikasi Perilaku

    Menurut Skinner (1938), dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus

    maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

    a. Perilaku tertutup

    Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau

    tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada

    perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran dan sikap yang terjadi pada

  • 8

    8

    orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara

    jelas.

    b. Perilaku terbuka

    Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata

    atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk

    tindakan atau praktek yang dengan mudah dapat diamati atau dengan

    mudah dipelajari.

    Menurut Notoatmodjo (1993) bentuk operasional dari perilaku

    dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu:

    1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi

    atau rangsangan dari luar.

    2. Perilaku dalam bentuk sikap yaitu tanggapan batin terhadap keadaan

    atau rangsangan dari luar. Dalam hal ini lingkungan berperan dalam

    membentuk perilaku manusia yang ada di dalamnya. Sementara itu

    lingkungan terdiri dari, lingkungan pertama adalah lingkungan alam

    yang bersifat fisik dan akan mencetak perilaku manusia sesuai dengan

    sifat dan keadaaan alam tersebut. Sedangkan lingkungan yang kedua

    adalah lingkungan sosial budaya yang bersifat non fisik tetapi

    mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembentukan perilaku

    manusia.

    3. Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit, yakni berupa

    perbuatan atau action terhadap situasi atau rangsangan dari luar.

  • 9

    9

    Klasifikasi perilaku yang berhubungan dengan kesehatan (health related

    behaviour) menurut Becker (1979, dikutip dari Notoatmodjo, 2003) sebagai

    berikut:

    1. Perilaku kesehatan, yaitu tindakan seseorang dalam memelihara dan

    meningkatkan kesehatannya.

    2. Perilaku sakit, yakni segala tindakan seseorang yang merasa sakit untuk

    merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya termasuk juga

    pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit, serta usaha

    mencegah penyakit tersebut.

    3. Perilaku peran sakit, yakni segala tindakan seseorang yang sedang sakit

    untuk memperoleh kesembuhan.

    2.1.3 Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Pembentukan Perilaku

    Menurut Notoatmodjo (1993) faktor-faktor yang berperan dalam

    pembentukan perilaku dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu:

    1. Faktor internal

    Faktor yang berada dalam diri individu itu sendiri yaitu berupa

    kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi dan sebagainya untuk

    mengolah pengaruh-pengaruh dari luar. Motivasi merupakan

    penggerak perilaku, hubungan antara kedua konstruksi ini cukup

    kompleks, antara lain dapat dilihat sebagai berikut:

    a. Motivasi yang sama dapat saja menggerakkan perilaku yang

    berbeda demikian pula perilaku yang sama dapat saja diarahkan

    oleh motivasi yang berbeda.

    b. Motivasi mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu.

  • 10

    10

    c. Penguatan positif/ positive reinforcement menyebabkan satu

    perilaku tertentu cenderung untuk diulang kembali.

    d. Kekuatan perilaku dapat melemah akibat dari perbuatan itu

    bersifat tidak menyenangkan.

    2. Faktor eksternal

    Faktor-faktor yang berada diluar individu yang bersangkutan

    yang meliputi objek, orang, kelompok dan hasil-hasil kebudayaan yang

    disajikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya.

    Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah

    konsep dari Lawrence Green (1980), dalam Notoatmodjo (2003) menurut

    Lawrence Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yakni :

    1. Faktor predisposisi (predisposing faktor).

    Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat

    terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-

    hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut

    masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan

    sebagainya.

    2. Faktor pemungkin (enabling faktor)

    Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana

    atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat.

    3. Faktor penguat (reinforcing faktor)

    Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh

    masyarakat, tokoh agama dan perilaku petugas termasuk petugas

  • 11

    11

    kesehatan, suami dalam memberikan dukungannya kepada ibu dalam

    merawat bayi baru lahir.

    2.1.4 Domain Perilaku

    Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang

    sangat luas. Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku

    dalam tiga domain yaitu terdiri dari domain kognitif, domain afektif dan domain

    psikomotor. Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan

    untuk pengukuran hasil maka ketiga domain ini diukur dari pengetahuan, sikap

    dan tindakan (Dikutip dari Notoatmodjo, 1993). Tetapi dalam penelitian ini

    peneliti hanya meneliti domain kognitif dan domain psikomotor.

    a. Pengetahuan (knowledge).)

    Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang

    melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

    terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan, penciuman, rasa

    dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

    telinga. Pengetahuan merupakan suatu domain yang sangat penting untuk

    terbentuknya suatu tindakan seseorang. Suatu penelitian mengatakan

    bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan mampu bertahan

    lama dari pada yang tidak didasari oleh pengetahuan ( Notoatmodjo,

    1993).

    Sebelum orang berperilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi

    proses yang berurutan yang dimulai dari kesadaran adanya stimulus

    kemudian ada rasa tertarik. Setelah itu terjadi pertimbangan dalam batin

    bagaimana dampak negatif positif dari stimulus. Hasil pemikiran yang

  • 12

    12

    positif akan membawa subyek untuk memulai mencoba dan akhirnya

    dalam dirinya sudah terbentuk suatu perilaku baru. Adopsi perilaku yang

    didasari pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif terhadap stimulus

    akan membentuk perilaku baru yang mampu bertahan lama (Notoatmodjo,

    1993).

    Menurut Notoatmodjo (1993) domain kognitif pengetahuan dibagi

    menjadi enam tingkatan yaitu:

    1. Tahu (Know)

    Yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari

    sebelumnya. Tingkat tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang

    paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang

    apa yang telah dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

    mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

    2. Memahami ( Comprehension)

    Yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

    tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

    tersebut secara benar. Kata kerja yang biasa dipakai menyebutkan

    contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap suatu objek dan

    sebagainya.

    3. Aplikasi (Aplication)

    Yaitu sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

    telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang nyata. Aplikasi dapat

    diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip

  • 13

    13

    dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat

    menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah.

    4. Analisis (Analysis)

    Yaitu suatu kemampuan untuk untuk menjabarkan materi atau

    objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur

    tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Misalnya dapat

    membedakan dan mengelompokkan anjuran dan pantangan selama

    madeung.

    5. Sintetis (Syntetis)

    Sintetis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

    atau menghubungkan bagian-bagian informasi sebagai suatu bentuk

    keseluruhan yang baru. Misalnya dapat menyusun, dapat

    merencanakan terhadap suatu rumusan dari informasi yang ada

    menganai madeung.

    6. Evaluasi

    Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

    penilaian terhadap materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

    berdasarkan suatu kriteria yang telah ada. Dalam hal ini penilaian

    dapat berupa hasil paham masyarakat terhadap tradisi atau objek yang

    ada kemudian disikapi berdasarkan pengetahuan mereka.

    b. Sikap (Attitude)

    Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih

    tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Beberapa batasan lain tentang

    sikap ini dapat dikutipkan sebagai berikut :

  • 14

    14

    " sikap memerlukan suatu tanggapan kecenderungan sosial di

    dalam interaksi dengan situational dan lain dispositional variabel,

    pemandu dan mengarahkan perilaku individu itu." ( Cardno, 1955 dalam

    Notoatmodjo 2007)

    " Suatu sistem positif yang kronis atau evaluasi negatif, perasaan

    emosional dan ahli atau koreksi kecenderungan akan menghormati ke

    obyek sosial" ( krech et al, 1982, dalam Notoatmodjo 2007)

    " Sikap Sosial perorangan adalah suatu sindrom konsistensi

    tanggapan mengenai object sosial." ( Cambell, 1950, dalam Notoatmodjo

    2007)

    Dari batasan-batasan diatas dapat disimpulkan bahwa manifestasi

    sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan

    terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata

    menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus

    tertentu.

    Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat

    emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli

    psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau

    kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu.

    Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi

    merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan

    reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang terbuka.

    Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek

    di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

  • 15

    15

    Dalam bagian lain Allport (1954, dikutip dalam Notoatmojo, 2003)

    menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yakni :

    a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

    b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

    c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)

    Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang

    utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan,

    berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh

    seorang ibu telah mendengarkan tentang kelebihan madeung. Pengetahuan

    ini akan membawa ibu untuk berfikir untuk menjalani menjalani ritual

    madeung.

    Dalam berpikir ini, komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja

    sehingga ibu tersebut berniat akan menjalani ritual tersebut untuk

    mendapatkan manfaatnya. Sehingga ibu ini mempunyai sikap tertentu

    terhadap objek yang berupa manfaat madeung.

    Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai

    tingkatan, yakni :

    a. Menerima (Receiving)

    Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

    memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap

    seseorang terhadap pantangan medeung dapat dilihat dari

    kesediaan dan perhatiannya akan pantangan yang ada selama

    madeung .

    b. Merespons (Responding)

  • 16

    16

    Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

    menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

    sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

    mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas pekerjaan itu benar

    atau salah, berarti orang menerima ide tersebut.

    c. Menghargai (Valuing)

    Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

    mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah

    suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang mengajak

    sekaligus memberi pemahaman tentang anjuran dan pantangan

    madeung kepada ibu lain (tetangganya, saudaranya, dan

    sebagainya) untuk menjalani prosesi tersebut. Ini adalah bukti

    tentang sikap ibu terhadap pantangan dan anjuran madeung.

    d. Bertanggung Jawab (Responsible)

    Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah

    dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling

    tinggi. Misalnya seorang ibu tidak mau menjalani ritual madeung

    meskipun mendapat tantangan dari keluarganya.

    Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan

    tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana

    pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek.

    Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-

    pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden.

  • 17

    17

    Misalnya apakah ibu setuju menjalani prosesi madeung? (sangat

    setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju).

    c. Tindakan (Practice)

    Tindakan atau praktek adalah respon atau reaksi konkret

    seseorang terhadap stimulus atau objek. Respon ini sudah dalam

    bentuk tindakan (action) yang melibatkan aspek psikomotor atau

    seseorang telah mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapi

    (Notoatmodjo, 1993).

    Tindakan atau perilaku kesehatan terjadi setelah seseorang

    mengetahui stimulus kesehatan, kemudian mengadakan penilaian

    terhadap apa yang diketahui dan memberikan respon batin dalam

    bentuk sikap. Proses selanjutnya diharapkan subjek akan melaksanakan

    apa yang diketahui atau disikapinya (Notoatmodjo, 2003).

    Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan,

    untuk terbentuknya sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata

    diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan

    antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan

    faktor dukungan (support) dari pihak lain.

    Adapun tingkatan-tingkatan dalam tindakan atau praktek

    adalah:

    1. Persepsi (Percepion)

    Yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan

    dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek

    tingkat pertama.

  • 18

    18

    2. Respon terpimpin (Guided respon)

    Yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang

    benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek

    tingkat kedua.

    3. Mekanisme (Mechanism)

    Yaitu apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan

    benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan,

    maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

    4. Adopsi (Adoption)

    Yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang

    dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa

    mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

    2.2. Madeung

    Madeung adalah teknik pengobatan yang lazimnya dilakukan wanita Aceh

    yang baru selesai melahirkan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan

    penyembuhan yang sempurna setelah melahirkan. Perbedaan madeung dengan

    menghangatkan diri didakat api adalah kayu bakar dicampur dengan daun dan

    rempah-rempah tertentu yang mengandung aroma harum serta berkhasiat untuk

    kesehatan, rempah-rempah yang digunakan ini termasuk dalam daftar jamu empat

    puluh empat, atau “aweueh peuet ploh peuet” — biasa juga disebut dengan

    rempah ratus. Orang madeung ini, biasanya menyebutnya “ureung didapu”(orang

    yang membaringkan dirinya di ruangan dapur.

    Ketika seorang wanita habis melahirkan melakukan Madeueng. Caranya:

    menyediakan tunggul-tunggul kayu untuk dibakar selama empat puluh empat hari.

  • 19

    19

    Ini disebut “Tungoe”, setelah itu dipersiapkan juga balai-balai atau dipan yang

    dibuat dari batang bambu yang cukup tua atau batang pinang atau batang kelapa

    atau batang nibung yang telah dibelah memanjang selebar kurang lebih tiga jari,

    dewasa ini karena bahan-bahan tersebut sudah agak sulit ditemukan, maka

    dipersiapkanlah balai atau dipan untuk orang yang masih melakukan ritual

    madeung dengan menggunakan papan atau kayu yang dibelah memanjang dengan

    lebar sekitar lima sentimeter, disusun memanjang dengan jarak antara satu bilah

    papan dengan papan yang lain berjarak 2 cm (agar asap dan panas bisa masuk

    melalui celah-celah tersebut) dan dipan yang digunakan biasanya berukuran

    panjang disesuaikan dengan tinggi tubuh seseorang, agar orang tersebut dapat

    tidur dengan nyaman dan leluasa, lebarnya minimal 75 cm atau tergantung selera

    dan kebutuhan serta tingginya lebih kurang 1 meter, dibawah dipan itu ada yang

    menggunakan pembakaran model tungku, bahannya ada yang terbuat dari semen

    dan pasir ada juga gerabah dari tanah liat seperti anglo yang diisi dengan

    “teungo” atau kayu, dengan melalui proses pembakaran dari api berubah menjadi

    bara merah, barulah diatasnya diletakkan kayu-kayu kecil yang mengandung obat,

    seperti: kayu dadap, kayu rambutan, kayu cendana dll. Selain itu juga disediakan

    juga batu kali sebesar tempurung kelapa sebanyak tiga buah yang berbentuk agak

    gepeng (pipih) dan bisa juga berbentuk bulat, sehinggga mudah untuk disandarkan

    pada perut perempuan yang tidurnya miring (menyisi). Batu yang sudah di

    hangatkan tersebut adakalanya dibalut dengan kain kemudian ibu nifas di

    haruskan duduk di atas batu tersebut dan tepat di atas lubang vagina. Tujuannya

    adalah supaya perut tidak turun dan mengeringkan bekas luka setelah melahirkan.

  • 20

    20

    Ada kalanya dimulai pada hari ketiga setelah bersalin, biasanya sekitar

    jam sepuluh pagi setelah sang ibu sesesai mandi. Prosesnya selama 7 hari

    berturut-turut,tetapi ada juga yang dilakukan oleh orang-orang tertentu selama

    empat puluh empat hari berturut-turut (selama masa nifas) yang biasanya selesai

    ritual madeung ini sang ibu akan melaksanakan “manoe peut ploh peut” atau

    mandi suci.

    Selanjutnya dilakukan proses bakar batu Toet Batee (pemanasan batu),

    batu yang telah dipanaskan lalu diangkat dan dibungkus dedaunan tertentu, seperti

    “Oen Nawah” (daun jarak) lalu dibalut kain beberapa lapis hingga panasnya

    masih dapat dirasakan tetapi tidak menimbulkan bahaya. Gulungan batu tersebut

    lalu disandarkan pada perut perempuan yang sedang berbaring di balai-balai

    tersebut, jika batu pertama sudah dingin, maka akan digantikan oleh batu kedua

    yang dibuat serupa dengan batu pertama, dan begitu juga dengan batu yang ketiga

    yang dipakai setelah batu kedua dingin terus-menerus secara bergantian, batu

    dipanaskan di dapur di bawah balai tersebut yang terus menerus berapi, api dari

    tungku kayu itu tak boleh terlalu besar, maka dari itu apinya perlu dijaga.

    Yang bertugas sebagai penjaga dilakukan secara bergantian yaitu: orang

    tua, mertua, dan tetangga atau kerabat. Ini juga adalah sebagai ajang kebersamaan

    dan mempererat silaturahmi. Sewaktu menjaga, mereka disuguhi makanan berat

    dan makanan ringan. Di sebuah daerah Aceh yang bernama Takengon, yang

    terletak di Dataran Tinggi Gayo termasuk dalam wilayah Kabupaten Aceh

    Tengah, yang bertugas menjaga orang madeung itu adalah suaminya dan orang

    laki-laki yang masih kerabatnya sendiri, kebiasaan tersebut bernama “melee-

  • 21

    21

    melee.” Mereka begadang semalam suntuk tidak tidur sambil minum-minum kopi

    dan berdiang di sekitar dipan atau balai tersebut.

    Selama empat puluh empat hari menjalani prosesi madeung, makanan

    yang boleh dimakan hanyalah nasi putih dengan lauk pauk yang diolah secara

    khusus sehingga bebas lemak, seperti ikan yang direbus bisa juga dipanggang,

    atau dikukus dan digoreng setengah matang.Yang boleh mereka minum hanyalah

    air putih saja, makanan dan minuman yang lainnya tidak diperbolehkan sama

    sekali untuk dikonsumsi, karena menurut mitos orangtua zaman dahulu, mereka

    berpesan melalui nenek-nenek jika anak atau cucunya kelak bersalin, jangan

    sekali-kali memakan telur ayam apalagi telur bebek, katanya, bisa berbahaya dan

    bila dimakan telur akan keluar telur (peranakan), demikian juga dilarang

    memakan pisang, karena makanan itu dianggap tajam.Tetapi hal tersebut sangat

    bertolak belakang jika ditinjau dari segi medis.

    Setelah empat puluh empat hari lamanya, barulah diperbolehkan untuk

    acara turun mandi yang diistilahkan dengan “manoe peut ploh peut” artinya

    mandi suci atau mandi hadas besar yang dilaksanakan setelah hari ke empat puluh

    empat, yang biasanya dipandu oleh orang tua atau dukun/bidan gampong atau

    biasa disebut Ma Blien1.

    Usai acara mandi Wiladah dan mandi nifas setelah suci dari melahirkan

    atau mandi adat setelah 44 hari, barulah sang ibu diperbolehkan untuk

    menjejakkan kakinya diatas tanah, karena dianggap telah suci. Pengalaman yang

    diungkapkan oleh Narasumber tentang Madeung.

    1 Sebutan untuk Bidan Gampong, atau sering disebut juga sebagai Daula. Biasanya merupakanpenduduk setempat tetapi ada juga desa yang tidak ada mak blinnya. Tugasnya adalahmengawasi ibu hamil dari awal bulan pertama sampai melahirkan kemudian sampai habis masamadeung.

  • 22

    22

    Madeung dan Salè mempunyai beberapa fungsi, yaitu: dapat

    mengeringkan peranakan, tubuh menjadi singset, dapat mengecilkan perut, dapat

    mengatur jarak kelahiran, dan mendatangkan aroma harum pada tubuh serta bisa

    menjadi jalur alternatif untuk mengatur jarak kelahiran atau sebagai alat KB

    Tradisional, karena dengan pada jaman dahulu belum ada program keluarga

    berencana (KB) yang modern seperti sekarang ini.

    Madeueng lebih hebat dari mandi uap, dalam tradisi Aceh disebut Ukoep.

    Sebelum prosesi Ukoep, terlebih dahulu harus disiapkan bahan-bahan berupa

    ramuan daun-daunan dan rempah-rempah, misalnya: “Oen Kuyun” (daun jeruk

    nipis) dan “Oen Mee” ( daun asam Jawa ), bisa juga dengan “Oen Limeeng

    Engkoet” ( daun belimbing wuluh ), “Oen Ranuep” ( daun sirih ), “Bak Rheu”(

    batang serai ), “Kuleet Bak Geurundoeng” ( kulit batang kuda-kuda ), “Kuleet

    Maneh” ( kayu manis ), “Bungoeng Lawang” ( bunga cengkeh ), “Boh Pala” ( biji

    pala ), “Boh Langkueuh”( umbi lengkuas ), “Oen Sekee Puloet” ( daun pandan ).

    2.2 Perempuan

    Perempuan adalah salah satu dari dua jenis kelamin manusia; satunya lagi

    adalah lelaki atau pria. Berbeda dari wanita, istilah "perempuan" dapat merujuk

    kepada orang yang telah dewasa maupun yang masih anak-anak.

    Menurut definisi dalam Kamus Bahasa Indonesia online disebutkan,

    perempuan adalah orang (manusia) yang mempunyai vagina, dapat menstruasi,

    hamil, melahirkan anak,menyusui dan betina betina (khusus untuk hewan).

    Sedangkan wanita adalah perempuan yang berusia dewasa.

  • 23

    23

    2.3 Perempuan Aceh

    Kajian mengenai perempuan dalam masyarakat Aceh yang ada selama ini

    lebih banyak bercerita tentang sejarah tentang sejarah masa lalu: dari masa

    kerajaan-kerajaan di Aceh, kolonialisme dan perjuangan kemerdekaan, serta

    sekelumit dari masa revolusi fisik pasca kemerdekaan Republik Indonesia. Aspek

    yang dikajipun, secara umum lebih terfokus kepada sisi kepemimpinan dan

    kepahlawanan perempuan Aceh (Ibrahim, 1999; Hasjmi, 1995; Mardhiah Aly,

    1985).

    Ribinson (2002) dengan mengambil referensi dari penelitian Jayawerdana

    (1977) berkesimpulan bahwa perempuan dalam masyarakat Aceh cukup

    mendoninasi peran-peran dalam tata laksana adat Aceh, seperti upacara

    perkawinan, turun tanah anak dan upacara adat lainnya.

    2.4 Perilaku dan Kepercayaan Masyarakat terhadap Tradisi Madeung

    Perilaku tidak selalu dapat dengan mudah diamati karena banyak perilaku

    yang terselubung dan tersembunyi pada diri seseorang. Perilaku akan lebih mudah

    diketahui apabila perilaku diwujudkan dalam tindakan atau perbuatan yang

    konkrit atau nyata. Sepertihalnya perilaku madeung yang berkembang dalam

    masyarakat Aceh terutama masyarakat Gampong Cot Lagan merupakan

    kepercayaan yang sudah turun-temurun dianut oleh masyarakat. Perilaku

    madeung banyak sekali mengandung unsur positif seperti pengobatan, norma,

    budaya, dan lain-lain. Akan tetapi dalam prakteknya sangat dipengaruhi oleh

    kepercayaan terhadap mitos yang ada. Sehingga ibu-ibu merasa cemas dan takut

    dengan mitos-mitos yang berkembang selama madeung. Terlebih lagi apabila

  • 24

    24

    mitos tersebut dilanggar dan mitos tersebut terbukti pada salah satu ibu atau bayi

    maka akan jadi buah bibir ibu-ibu yang lain. Misalnya pantangan tidak boleh

    makan telur ayam karena akan timbul bisul (saban) di kepala. Apabila pantangan

    ini dilanggar dan bayi mengalami hal tersebut maka ini akan jadi bahan

    pembicaraan ibu. Seperti; pantesan anaknya bisul dikepala dulu ibunyakan bandel

    makan telur pada saat madeung.

    Perilaku masyarakat sangat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya

    pendidikan, norma/adat-istiadat yang berkembang, lingkungan sekitar, budaya dan

    lain-lain. Di daerah pedesaan norma, adat-istiadat serta budaya merupakan hal

    pokok yang harus dipertimbangkan meskipun budaya tersebut tidak dianjurkan

    dalam kesehatan. Misalnya budaya tolak bala, tujuh bulanan, budaya maulid dan

    lain-lain. Pada saat musim maulid misalnya, hampir setiap harinya makan daging,

    dimana daging selain banyak mengandung gizi yang dibutuhkan tubuh seperti

    protein dan lemak juga mengandung banyak kolesterol yang berbahaya bagi tubuh

    serta pada umumnya makanan tersebut diolah pada sore sebelum hari H. Budaya

    harus terus dilestarikan karena merupakan warisan nenek moyang. Budaya dapat

    mempersatukan perbedaan, menjadi ajang silaturahmi sepertihalnya budaya

    maulid. Setiap orang berkumpul dimesjid untuk merayakan maulid dari yang kecil

    bahkan yang tua sekalipun.

    2.5 Kerangka Pikir

    Dilihat dari sisi kebudayaannya, Aceh memiliki budaya yang unik dan

    beranekaragam. Ada banyak tradisi dan budaya, baik yang bersifat kesenian,

    keagamaan bahkan yang berkaitan dengan pengobatan seperti halnya madeung.

  • 25

    25

    Pengobatan dengan teknik madeung ini khusus bagi ibu – ibu yang baru

    melahirkan. Selama madeung, ibu – ibu dihadapkan dengan pantangan dan

    anjuran yang terkadang memberatkan sekaligus berdampak kurang baik bagi

    kesehatan. Akan tetapi, ritual madeung tersebut juga banyak manfaat yang dapat

    mengembangkan ilmu pengetahuan baik dari segi budaya maupun medis.

    Persalinan (Madeung)

    Perilaku

    1. Pengertahuan2. Sikap3. tindakan

    Pantangan padasaat Madeung

    Anjuran padasaat Madeung

    PerilakuMadeung

  • 26

    26

    BAB III

    METODELOGI PENELITIAN

    3.1 Jenis Dan Rancangan Penelitian

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskripif dengan metode

    studi kasus. Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai

    berbagai aspek seseorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas),

    suatu program, atau suatu situasi sosial. Peneliti studi kasus berupaya menelaah

    sebanyak mungkin data mengenai subjek yang diteliti (Mulyana, 2008)

    Penelitian jenis ini disebut juga penelitian naturalistik karena penelitiannya

    dilakukan pada kondisi yang alamiah (Sugiono, 2005:1).

    Karakteristik penelitian kualitatif menurut Arikunto (2006) dikutip dalam

    Skripsi Devi Yusmeta (2012) adalah sebagai berikut:

    1. Kejelasan unsur: subjek sampel dan sumber data masih fleksibel atau

    berkembang sejalan dengan penelitian yang dilakukan.

    2. Langkah penelitian: baru diketahui dengan mantap dan jelas setelah

    penelitian selesai.

    3. Tidak dapat menggunakan dapat menggunakan populasi dan sampel.

    4. Hipotesis tidak mengemukakan hipotesis sebelumnya, tetapi dapat

    lahir selama penelitian berlangsung.

    5. Desain: desain penelitiannya fleksibel dengan langkah dan hasil yang

    tidak dapat dipastikan sebelumnya.

    6. Pengumpulan data: kegiatan pengumpulan data selalu harus diakukan

    sendiri oleh peneliti.

  • 27

    27

    7. Analisis data: dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data.

    Sedangkan menurut Bogdan dan Biklen karakteristik penelitian kualitatif

    dapat dikemukakan disini bahwa penelitian kualitatif itu:

    1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah

    eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen

    kunci.

    2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul

    berbentuk kata – kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada

    angka.

    3. Penelian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau

    outcome.

    4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif.

    5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang

    teramati).

    Ericson dalam Susan Stainback (2003) menyatakan bahwa ciri-ciri

    penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:

    1. Keikutsertaan jangka panjang / Intensive dalam bidang yang menentukan.

    2. Merekam dengan cermat dari apa yang terjadi, dapat juga dilakukan

    dengan cara lain yaitu penulis mencatat dan mewawancarai bukti dalam

    bentuk dokumen.

    3. Cerminan/Pemantulan Analitic pada arsip yang dalam bentuk dokumen

    memperoleh bidang.

  • 28

    28

    4. Laporkan hasil penelitian merupakan uraian terperinci, mengarahkan tanda

    kutip dari wawancara, dan interpretative komentar.

    Berdasarkan hal tersebut dapat dikemukakan bahwa, metode penelitian

    kualitatif itu dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi lama di

    lapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif

    terhadap bebagai dokumen yang ditemukan dilapangan, dan membuat laporan

    penelitian secara mendetail.

    3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

    Lokasi Penelitian tentang Perilaku Madeung Perempuan Aceh dilakukan

    di Gampong Cot Lagan Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat. Lokasi ini

    dipilih karena peneliti sangat memahami kondisi gampong tersebut. Penulis ingin

    meneliti lebih jauh tentang perilaku madeung yang sudah menjadi tradisi wajib

    bagi sebagian masyarakat Aceh. Waktu penelitian dilakukan mulai 13 Juni sampai

    6 Oktober 2013.

    3.3 Pemilihan Informan

    Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah polulasi, tetapi oleh

    Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga

    elemen yaitu: tempat (place), pelaku (aktor), dan aktifitas (activity) yang

    berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial tersebut dapat di rumah berikut keluarga

    dan aktivitasnya, atau orang-orang di sudut-sudut jalan yang sedang ngobrol, atau

    di tempat kerja, dikota, desa atau wilayah suatu negara. Situasi sosial tersebut

    dapat dinyatakan sebagai obyek penelitian yang ingin diketahui “apa yang terjadi”

    di dalamnya. Pada situasi sosial atau obyek penelitian ini peneliti dapat

  • 29

    29

    mengamati secara mendalam aktivitas (activity) orang-orang (actors) yang ada

    pada tempat (place) tertentu.

    Dalam Metode penelitian kualitatif populasi dan sampel disebut informan.

    Informan dalam penelitian sangat penting guna memperoleh informasi mengenai

    hal – hal yang menyangkut maslah yang akan di teliti, dalam penelitian ini

    terdapat informan kunci dan informan biasa. Informan kunci guna untuk

    mendapat iformasi lebih dalam dan akurat mengenai hal yang akan dibahas,

    sedangkan informan biasa dipilih melalui pertimbangan atas dasar mengetahui

    dan berhubungan dengan hal yang akan dibahas (Nawawi,1987:157 dikutip dalam

    Sripsi Devie Yusmeta)

    Adapun informan dalam penelitian ini penulis mewawancarai dua orang

    ibu yang berprofesi sebagai Mablin/Daula Gampong. Kedua bidan tersebut telah

    lama berkecimpung dalam membantu proses kelahiran / persalinan dan nifas.

    Antara proses persalinan sampai habis masa nifas yaitu sekitar 40 - 44 hari maka

    disitulah tradisi madeung berlangsung. Mak blin merupakan orang yang

    memahami betul tentang seluk – beluk atau tata cara madeung. Ma blinlah yang

    nantinya akan menasehatati ibu nifas untuk tidak melanggar pantangan dan

    anjuran yang diyakini dapat memberikan dampak positif bagi si ibu dan bayi.

    Selanjutnya yang menjadi informan biasa penulis mewawancarai beberapa ibu-ibu

    nifas dan ibu yang pernah melahirkan karena merekalah yang sudah mengetahui

    dan merasakan masa di saat mereka madeung. Penulis juga mewawancarai dua

    orang tokoh gampong untuk mengetahui informasi mengenai sejarah Gampong

    Cot lagan Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat.

  • 30

    30

    Teknik pengambilan sampel penelitian kualitatif menggunakan teknik non

    probability samping yaitu porposive sampling. Porposive sampling adalah teknik

    pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu

    ini, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan,

    atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti

    menjelajahi obyek situasi sosial yang diteliti (Sugiono, 2005: 54)

    3.4 Metode Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai

    sumber, dan berbagai cara. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode

    pengumpulan data berdasarkan sumber datanya yaitu sumber primer dan sumber

    sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

    kepada kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang

    tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data misalnya lewat orang

    lain atau lewat dokumen (Sugiono, 2010:62).

    3.4.1 Data Primer

    1. Observasi (Pengamatan)

    Pengamatan adalah suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan

    penuh perhatian dan menyadari adanya ransangan. Mula-mula ransangan

    dari luar mengenai indra, dan terjadilah pengindraan, kemudian apabila

    ransangan tersebut menarik perhatian akan dilanjutkan dengan adanya

    pengamatan (Notoatmojo, 2003:131)

    Dalam penelitian, pengamatan adalah suatu prosedur yang

    berencana, yang antara lain meliputi melihat, mendengar dan mencatat

  • 31

    31

    sejumlah dan taraf aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang ada

    hubungannya dengan masalah yang diteliti. (Notoatmojo, 2003:131)

    2. Wawancara (interview)

    Menurut Esterberg (2002) mendefinisikan interview sebagai

    berikut “wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi

    dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikostruksikan makna dalam

    suatu topik tertentu. Interview merupakan hatinya penelitian sosial.

    Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,

    melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang

    lainnya dengan mengajukan pertanyan-pertanyaan berdasarkan tujuan

    tertentu (Mulyana, 2008:180).

    Wawancara secara garis besar dibagi dua yakni wawancara tak

    terstruktur dan wawancara terstruktur. Wawancara tak terstruktur sering

    juga disebut wawancara mendalam, wawancara intensif, wawancara

    kualitatif dan wawancara terbuka. Sedangkan wawancara terstruktur sering

    juga disebut wawancara baku (Standardized interview), yang susunan

    pertanyaannya sudah ditetapkan sebelumnya (biasanya tertulis) dengan

    pilihan-pilihan jawaban yang juga sudah disiapkan (Mulyana, 2008:180).

    Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara mendalam (in-

    dept interview), dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila

    dibandingkan dengan wawancara tersruktur. Tujuan dari wawancara jenis

    ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana

    pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Dalam

  • 32

    32

    melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan

    mencatat apa yang dikemukan oleh informan (Sugiono, 2003 :72-74).

    Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti

    memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber

    data, maka peneliti menggunakan alat-alat sebagai berikut:

    1. Buku catatan : berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan

    sumber data.

    2. Tape recorder : berfungsi untuk merekam semua percakapan atau

    pembicaraan.

    3. Camera : untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan

    pembicaraan dengan informan/sumber data.

    3.4.2 Data Sekunder

    1. Dokumentasi

    Teknik ini bertujuan untuk mendukung data observasi atau

    wawancara agar lebih dipercaya sekaligus untuk melengkapi data primer.

    Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

    berbentuk tulisan, gambar atau karya – karya monumental dari seseorang

    seperti buku, jurnal, makalah dan lain-lain (Sugiono, 2005:82)

    2. Tringulasi

    Dalam teknik pengumpulan data, tringulasi diartikan sebagai teknik

    pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

    pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Tringulasi teknik,

    berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda

  • 33

    33

    untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan

    observasi partisipasif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk

    sumber data yang sama secara serempak. Tringulasi sumber berarti, untuk

    mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang

    sama.

    3.5 Tehnik Analisis Data

    Adapun teknik analisa data dalam penelitian ini adalah dengan cara

    sebagai berikut:

    1. Analisis sebelum dilapangan yaitu analisis terhadap hasil studi

    pendahuluan, atau data sekunder seperti dokumentasi, buku, jurnal,

    makalah ataupun karya ilmiah lainnya.

    2. Analisis selama dilapangan Model Miles and Huberman yaitu analisis

    yang dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah

    selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.

    Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data kualitatif yang telah

    didapatkan dari pengumpulan data adalah:

    1. Data Reduction (Reduksi Data)

    Data yang diperoleh dri lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu

    maka perlu di catat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin

    lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks

    dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.

    Merekduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

  • 34

    34

    menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya (Sugiono,

    2005:92).

    2. Data Display

    Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay

    data. Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami

    apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang

    terjadi, merencakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami

    tersebut.

    3. Conclusion Drawing/verification

    Conclusion Drawing/verification adalah langkah ke tiga dalam

    analisis data kualitatif. Tujuannya adalah untuk menarik kesimpulan dan

    verifikasi data yang diperoleh dari pengumpulan data.

    3.6 Pengujian Kredibilitas Data

    Tujuan kredibilitas data adalah untuk menguji keabsahan data yang

    didapatkan dari pengumpulan data guna untuk meningkatkan kepercayaan

    terhadap hasil penelitian. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif antara

    lain dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian,

    trigulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif dan member chek

    (Sugiono, 2005: 121).

  • 35

    35

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Penelitian

    4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

    Keadaan atau kondisi geografis ini meliputi: letak, administratif, dan luas

    wilayah.

    a. Keadaan Geografis

    Lokasi penelitian adalah Gampong Cot Lagan termasuk wilayah Kecamatan

    Woyla dengan ibu kota Kuala Bhee Kabupaten Aceh Barat Provinsi Aceh. Luas

    Kecamatan yaitu 214,5 km × 249,04 km² dengan 3 Kemukiman dan terdapat 43

    Gampong, jarak ke Ibu Kota ±7 km (BPS 2012).

    Batas wilayah kecamatan Woyla terdiri dari:

    - Sebelah Utara berbatas dengan Kecamatan Woyla Timur

    - Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Bubon

    - Sebelah Barat berbatas dengan Kecamatan Woyla Barat

    - Sebalah Timur berbatas dengan Kecamatan Kaway XVI

    b. Batas Adminitrasi dan Luas Wilayah

    Batas adminitrasi dan Luas Gampong Cot Lagan adalah sebagai berikut:

    - Sebelah Utara berbatas Dengan Gampong Suak Tring

    - Sebelah Selatan berbatas Dengan Gampong Cot Murong

    - Sebelah Barat berbatas Dengan Gampong PT. BPS

  • 36

    36

    - Sebelah Timur berbatas Dengan Gampong Terpadu

    Gampong Cot Lagan yang menjadi target penelitian penulis terbagi dalam 3

    dusun yaitu Dusun Melati, Dusun Ingin Jaya dan Dusun Pahlawan dengan luas

    gampong 400 Hektar.

    4.1.2 Sejarah Gampong Cot Lagan

    Hasil wawancara penulis dengan Bapak Zainun2 tentang sejarah

    Gampong Cot Lagan beliau menuturkan bahwa Gampong Cot Lagan terbentuk

    sejak tahun 1950-an oleh para petani yang membuka lahan ladang untuk

    menanam padi dan sumber makanan lain. Hampir sama dengan pernyataan Bapak

    Len Chat3 beliau menuturkan sebutan Cot Lagan dinamai oleh Bapak Haji

    begitulah sebutannya. Beliau adalah tertua Gampong pada saat itu. Nama Cot

    Lagan itu asal mulanya dari sebuah bukit tumbuh batang lagan, yaitu sejenis kayu

    hutan yang besar. Sedangkan Cot itu adalah daratan yang sedikit tinggi atau bukit.

    Maka disebutlah Cot Lagan yang pada masa itu adalah sebuah hutan yang akan

    dijadikan lahan untuk ladang oleh para petani atau pekebun. Dari situlah orang-

    orang yang tadinya berladang lambat laun menetap dan berubah menjadi desa

    atau kampung. Sampai menjadi pedesaan seperti saat ini.

    4.1.3 Data Kependudukan Gampong Cot Lagan

    Berdasarkan data yang diperoleh dari geuchik gampong jumlah penduduk

    Gampong Cot Lagan adalah 268 penduduk sementara jumlah jiwa mencapai 389

    2 Geuchik Gampong Cot Lagan, wawancara dilakukan pada tanggal 12 Juli 20133 Beliau merupakan putra asli Gampong Cot Lagan. Umur beliau 74 tahun dan telah menetap diCot Lagan tanpa berpindah-pindah serta sangat paham tentang seluk-beluk Gampong Cot Lagan.

  • 37

    37

    jiwa. Jumlah penduduk laki-laki sebesar 178 jiwa dan perempuan sebesar 211

    jiwa.

    Tabel 1. Daftar Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Laki-lakidan Perempuan Gampong Cot Lagan Kecamatan.

    Pertumbuhan penduduk di Gampong Cot Lagan pada tahun 2000 terus

    menurun. Hal ini dipengaruhi oleh konflik yaitu pertikaian antara Tentara

    Nasional Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka yang berkepanjangan

    sehingga menimbulkan banyak korban jiwa terutama laki-laki. Perempuan dan

    anak-anak jiga menjadi korban serta harta benda menjadi sasaran, konflik ini

    terjadi sejak tahun 1998 sampai tahun 2005. Gampong Cot Lagan termasuk

    daerah yang menjadi target utama Tentara Nasional Indonesia untuk mencari

    anggota Gerakan Aceh Merdeka. Kemudian pada tanggal 15 Agustus 2005

    NOUMURTAHUN

    JENISKELAMIN

    JUMLAHKETERANGAN

    LK PR LK+PR1 0 – 4 9 7 162 5 – 9 7 20 273 10 – 14 16 19 354 15 – 19 9 7 165 20 – 24 15 18 336 25 – 29 9 11 207 30 – 34 17 21 388 35 – 39 14 15 299 40 – 44 23 33 5610 45 – 49 16 11 2711 50 – 54 14 12 2612 55 – 59 19 25 4413 60 – DST 10 12 22

    JUMLAH 178 211 389

  • 38

    38

    berlangsungnya Memorendum Of Understanding (MOU) yaitu kesepakatan damai

    antara pemerintah RI dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

    4.1.4 Pantangan dan Anjuran pada Saat Madeung

    Selama 44 hari sejak lahir, ibu bayi banyak menjalani pantangan-

    pantangan, antara lain:

    1. Ia harus tetap berada di kamarnya, tidak boleh berjalan-jalan apalagi

    keluar rumah. Alasannya: agar rahim tidak turun, Meuburong

    (diganggu Setan), lama proses penyembuhan.

    2. Tidak boleh memakan telur ayam apalagi telur bebek karena akan

    berbahaya dan keluar telur (peranakan/saban)

    3. Tidak boleh minum air yang banyak, karena air ketuban tidak habis

    keluar, air susu tidak kental, bayi bisa masuk angin.

    4. Nasi yang dimakan juga tanpa gulai dan lauk pauk, atau hanya

    menggunakan lada dan ikan teri yang di gongseng, karena ikan teri dan

    lada merupakan bahan makanan yang ringan dan kering dan juga

    sebagai pengganti cabai dan protein padahal ibu yang baru melahirkan

    bembutuhkan zat gizi yang cukup.

    5. Tidak boleh banyak makan buah-buahan seperti pepaya nenas bahkan

    pisang, karena makan tersebut dianggap tajam dan bisa menyebabkan

    bruyan (ambiyen).

    6. Ibu melahirkan dan bayinya tidak boleh tinggal sendirian. Alasannya

    takut diganggu setan atau makhluk halus.

  • 39

    39

    7. Tidak boleh banyak orang masuk kedalam kamar, dan bila ada tamu yg

    datang harus menunggu dulu beberapa saat diluar jangan langsung

    masuk kamar, karena dapat membawa burong (setan) dan

    menyababkan bayi menjadi rewel.

    8. Tidak boleh terlalu banyak bergerak, terutama kedua tangan, karena air

    susu tidak keluar atau tidak normal.

    9. Ibu diwajibkan banyak minum ramuan- ramuan obat tradisional karena

    dipercaya dapat membantu penyembuhan.

    10. Tidak boleh makan protein seperti ikan laut, telur dan jenis-jenis

    makanan yang banyak mengandung lemak. Alasannya: lama

    penyembuhan rahim, bisa bernanah dan bisa terjadi alergi pada ibu..

    11. Tidak boleh terlalu banyak tidur. Alasannya: takut udema (basoe).

    12. Perut diikat atau dibalut sehari sekali dengan menggunakan daun obat

    tradisional seperti daun nawah (daun jarak) dan leungeng kaye.

    Tujuannya untuk mencegah kulit perut menjadi melar setelah

    melahirkan.

    13. Dan setiap hari ibu diharuskan mengolesi ramuan kunyit.

    14. Di atas kuburan ari-ari harus selalu dihidupkan api agar ari-ari tersebut

    tidak dimakan binatang seperti serangga dan lain – lain. Karena

    menurut kepercayaan apabila ari-ari tersebut dimakan semut maka bayi

    menjadi rewel.

    15. Dan lain-lain

  • 40

    40

    4.1.5 Profil Informan

    Tidak semua ibu-ibu menjadi subjek penelitian hanya beberapa ibu yang

    sudah pernah melahirkan (informan pokok) dan pernah menjalani ritual madeung

    serta mablin dan tokoh desa sebagai juru kunci (key informan) yang menjadi

    subjek penelitian. Informan kunci adalah informan yang pertama kali dijumpai

    untuk memperoleh data atau informasi yang berkaitan dengan madeung

    sedangkan informan pokok merupakan ibu-ibu dan para orang tua guna ditanyai

    pengalaman dan kesan serta kepatuhan terhadap tradisi yang sudah turun-temurun

    ini.

    Karena penelitian kualitatif menuntut suatu penggalian informasi yang

    mendalam berkaitan dengan objek atau permasalahan penelitian, oleh sebab itu

    tidak memungkinkan untuk mengambil subjek penelitian dengan jumlah yang

    banyak. Pada penelitian ini peneliti memilih beberapa informan yang bertujuan

    untuk menggali informasi yang terkait tentang madeung. Informan dalam

    penelitian sangat penting guna memperoleh informasi mengenai hal – hal yang

    menyangkut masalah yang akan di teliti. Dalam penelitian ini peneliti memilih

    informan sebanyak 10 orang, diantranya 2 orang sebagai makblin, 6 orang ibu

    yang sudah pernah menjalani masa madeung atau sudah pernah melahirkan dan 2

    orang tokoh gampong.

  • 41

    41

    4.2 Pembahasan

    4.2.1 Tentang Pantangan

    Menurut ibu Hamidah4 madeung telah memberikan manfaat yang luar

    biasa terutama tenaga setelah melahirkan dan juga membuat tubuh menjadi

    ramping, tidak mudah lelah. Selama beliau melahirkan anak selalu mengikuti

    tradisi madeung ini tanpa melewatkan 1 pantangan dan anjuran.

    Berikut cuplikan hasil wawancara dengan dengan ibu Hamidah:

    “ Karena saya sudah berpengalaman waktu melahirkan anak pertama saya dan

    menjalani madeung sehingga pada anak berikutnya saya juga menjalani

    madeung. Menurut saya madeung itu bagus untuk mengembalikan tenaga tubuh

    saya”

    Tidak boleh memakan telur ayam apalagi telur bebek karena akan

    berbahaya dan keluar telur (peranakan). Menurut ibu Aminah, beliau

    mempercayai hal itu karena apabila telur dikonsumsi maka akan keluar seperti

    bisul di daerah kepala (saban). Padahal telur banyak mengandung protein dan

    lemak yang sangat dibutuhkan tubuh untuk perkembangan dan pertumbuhan. Hal

    ini tentu perlu diberikan pemahaman lagi yang lebih mendalam tentang gizi dan

    manfaatnya.

    4 Ia berumur 46 Tahun, berliau sudah berpengalaman dalam hal madeung. Merupakan pendudukasli Gampong Cot Lagan dan sudah bertahun-tahun berdomisili di Gampong Cot Lagan.Wawancara dilakukan pada tanggal 2 Agustus 2013.

  • 42

    42

    Berikut hasil wawancaranya:

    “telur ayam tidak boleh dimakan karena akan tumbuh saban (seperti bisul

    didaerah kepala”

    Tidak boleh minum air yang banyak, karena air ketuban tidak habis keluar,

    air susu tidak kental, bayi bisa masuk angin. 70% dari tubuh kita adalah air, kita

    membutuhkan air yang cukup untuk metabolisme tubuh kita. Bayangkan jika

    hanya minum air kurang dari 1 (satu) liter per hari. Tentu metabolisme tubuh akan

    terganggu, akibatnya bisa menimbulkan berbagai penyakit, selain susah BAB juga

    dapat memicu terjadinya wasir.

    Hal ini diakui oleh mak blin, mimi dan eva, berikut cuplikan

    wawancaranya:

    “pada saat menjalani madeung tidak diblehkan minum air yang banyak,

    kalau biasanya 2 gelas setiap makan maka harus dikurangi 1 bahkan setengah

    gelas setiap makan”

    Nasi yang dimakan porsinya dikurangi, apabilah sebelum melahirkan

    porsinya 1 piring maka setelah melahirkan haruslah setengahnya atau ditakar

    dengan muk air. Sembari makan perut harus terus diikat. Nasi yang dimakan juga

    tanpa gulai dan lauk-pauk. Ikan yang berduri tidak boleh dimakan seperti udang

    karena perut tidak akan sembuh. Sebagai lauk digantikan dengan menggunakan

    lada dan ikan teri yang digonseng, karena ikan teri dan lada merupakan bahan

    makanan yang ringan dan kering dan juga sebagai pengganti cabai dan protein.

    Ibu yang sedang madeung dianjurkan unuk tidak banyak mengonsumsi

    karbohidrat dan protein terutama dari nasi dan ikan-ikan serta telur. Jumlah nasi

  • 43

    43

    yang dimakan ditakar setiap harinya, apabila hari pertama pasca melahirkan ibu

    diberi makan 1 mangkuk kecil nasi dan setengah gelas air putih maka seterusnya

    selama masa madeung jumlah air dan nasi haruslah tetap sama. Hal ini dipercaya

    mempercepat penyembuhan perut rahim serta perut menjadi langsing dan tidak

    melar. lauk-pauk tidak hanya mengandung karbohidrat dan protein tetapi juga

    mengandung lemak. Lemak dibutuhkan tubuh untuk energi cadangan akan tetapi

    lemak yang berlebih tentu dapat berdampak tidak baik bagi kesehatan. Disamping

    itu ibu madeung juga tidak membutuhkan sumber energi dalam jumlah yang

    banyak karena tidak dalam keadaan bekerja biasanya hanya istirahat dan

    berbaring saja. Apabila dilihat dari sisi kesehatan tentu sangat merugikan ibu dan

    juga bayinya. Ibu membutuhkan cukup sumber gizi untuk air susu yang akan

    diberikan kepada bayinya. Apabila ibu tidak mendapatkan gizi yang cukup tentu

    kualitas air susu akan berkurang. Sementara susu dibutuhkan bayi untuk

    perkembangan dan pertumbuhannya. Maka haruslah diimbangi jangan terlalu

    banyak juga jangan dikurangi sumber makanan untuk ibu yang sedang madeung.

    Akan lebih baik banyak mengkonsumsi protein yang dapat meningkatkan

    kecerdasan anak.

    Dari hasil wawancara dengan Mak Ning, Ramlah dan Endang

    menyatakan:

    “ selama menjalani madeung kami diberikan nasi dan air sangat sedikit

    oleh orang tua kami alasannya supaya cepat sembuh”

  • 44

    44

    Tidak boleh banyak makan buah-buahan seperti pepaya nenas bahkan

    pisang, karena makan tersebut dianggap tajam dan bisa menyebabkan bruyan

    (ambiyen).

    Berikut hasil wawancara dengan ibu aminah:

    “Boh aneuh ngen boh pisang hanjeut tapajoh seubab boeh aneuhnyan

    tajam, boh pisang meunanoh prut”buah nenas dan pisang tidak boleh dimakan

    karena nenas itu tajam dan pisang itu dapat menimbulkan nanah diperut”

    Buah banyak mengandung serat untuk membantu metabolisme tubuh.

    Buah nenas banyak mengandung Vit. C akan tetapi dikenal cukup tajam bagi

    perut kita. Maka dapat diganti dengan buah yang lainnya seperti jeruk dan lain-

    lain.

    4.2.2 Tentang Anjuran

    Ditangeh merupakan bagian yang penting dalam prosesi madeung.

    Ditangeh adalah teknik tradisional yang bertujuan untuk mengeluarkan keringat

    dalam tubuh. Adapun tata cara pelaksanaannya ada dua tergantung keinginan yang

    melaksanakannya. Pertama ibu yang sedang madeung dibalut dengan tikar

    sembari dihidupkan api. Setelah itu ibu madeung duduk dekat dan menghadap api

    serta dengan posisi jingkung/jongkong. Kedua, ibu madeung tetap dibalut dengan

    tikar hanya saja api tersebut diganti dengan periuk berisi air mendidih. Teknik

    pelaksanaannya tetap sama yaitu dengan cara jongkok dan menghadap air yang

    panas tersebut, jarak antara periuk dan tubuh disesuaikan dari panas yang

    dirasakan ibu-ibu madeung. Kedua teknik ini bertujuan untuk mengeluarkan

    keringat dalam tubuh, yang dipercaya keringat tersebut mengandung penyakit.

  • 45

    45

    Hal ini diakui oleh Ibu Ramlah5, menurutnya menjalini proses ditangeh memang

    sedikit sulit dan memberatkan karenanya banyak orang sekarang menjalani

    madeung dengan tidak sempurna atau melawati bagian penting seperti ditangeh

    ini.

    Berikut hasil wawancara dengan ibu Ramlah tentang pengalamannya

    selama ditangeh dan ibu aminah”

    “Saya pernah ditangeh yaitu dibalutkan dengan selembar tikar tanpa

    menggunakan busana, kemudian menjongkok di atas api kecil sampai

    mengeluarkan keringat yang banyak. Setelah itu badan saya menjadi lebih

    nyaman.”

    “bagian dada ditutup dengan pelepah pinang dan dibalut dengan tikar

    kemudian berdiri di atas api sampai keringat mengalir agar tidak menjadi

    penyakit”

    Dewasa ini telah banyak praktek-praktek yang hampir serupa dengan

    tangeh dalam prosesi madeung yang dianggap lebih modern, seperti sauna,

    ceragem, heating stone, spa, dan lain-lain. Praktek-praktek tersebut dianggap

    trend dan modern, padahal kita harus merogoh kocek untuk mengeluarkan uang

    dalam jumlah yang tidak sedikit. Banyak dari kita yang hanyut mengikuti praktek

    mewah dan berlabel, yang dianggap bergengsi. Padahal cara-cara yang dilakukan

    di tempat itu, hanyalah mengadopsi dari teknik yang telah lama ditemukan dan

    telah dilakukan oleh nenek moyang (endatu) di bumi serambi Mekkah ini.

    5 Ibu satu anak berumur 22 tahun. Merupakan penduduk asli dan berdomisili Di Gampong CotLagan dan pernah menjalani ritual madeung.Wawancara dilakukan pada tanggal 14 Agustus 2013

  • 46

    46

    Ibu diwajibkan banyak minum ramuan- ramuan obat tradisional karena

    dipercaya dapat membantu penyembuhan. Banyak manfaat yang didapatkan dari

    ramuan-ramuan tradisional, selain alami yaitu tidak melalui proses kimia, ramuan

    tradisional juga tanpa bahan pengawet dan juga mudah didapatkan dan murah.

    Akan tetapi sisi negatifnya yaitu dosis tidak diketahui, kurang steril tanpa

    pemeriksaan terhadap elerrgi obat dal lain-lain.

    Berikut hasil wawancara dengan Mak blin mengenai ramuan dan obat-

    obatan tradisional yang diberikan pada saat madeung:

    “ Jahe dan air diberikan pada saat mau melahirkan, setelah lahir

    diberikan telur ayam kampung untuk mempercepat keluar ari-ari”

    Perut diikat atau dibalut sehari sekali dengan menggunakan daun obat

    tradisional seperti daun nawah (daun jarak) dan leungeng kaye. Tujuannya untuk

    mencegah kulit perut menjadi melar setelah melahirkan. Perut yang diikat terus

    menerus akan membuat perut menjadi kecil dan langsing sembari dikurangi

    jumlah makanan setiap harinya. Akan tetapi diikat terus-terus dapat menyebabkan

    percernaan terganggu dan juga memberi rasa sakit pada perut yang diikat.

    Di atas kuburan ari-ari harus selalu dihidupkan api agar ari-ari tersebut

    tidak dimakan binatang seperti serangga dan lain-lain. Karena menurut

    kepercayaan apabila ari-ari tersebut dimakan semut maka bayi menjadi rewel.

    Hal ini diakui oleh Ibu Sanan6 karena apabila api tidak dihidupkan maka jika

    6 Berusia 72 tahun dan merupakan penduduk asli Cot Lagan dan berdomisili di Gampong. Iacukup paham tentang seluk beluk madeung. Ritual tersebut selaku dilakukan setiap beliaumelahirkan. Wawancara dilakukan pada tanggal 15 Agustus.

  • 47

    47

    diganggu oleh hewan dan serangga maka anak akan rewel. Hal ini pernah terjadi

    pada beliau.

    4.3 Manoe Peut Ploh Peut (Mandi Suci)

    Setelah ibu madeung mencapai 44 hari terhitung mulai hari persalinan

    maka dilakukanah mandi aweuh peut ploh peut atau mandi suci. Menurut ibu

    Aminah, beliau menuturkan tentang mandi suci ibu nifas yaitu dimandikan pada

    hari 13 menjelang 14 dan sekali lagi pada hari 43. Mandi Peut Ploh Peut ini

    merupakan mandi suci pada hari ke 44 yaitu pada saat habis masa Madeung.

    Adapun yang memandikan ini adalah makblin itu sendiri disertai doa mandi nifas

    setelah itu dianjurkan untuk berwudhu. Pada saat menginjak tanah diwajibkan

    untuk memberikan salam karena tanah diibaratkan ibu bagi kita.

    Berikut hasil wawancara dengan Mak blin mengenai doa turun tanah:

    “Bunyi dari doa tersebut adalah asalammuala Ibu ku bumi ulon meutiti di

    ateuh gata, silangkah dua langkah neupeumeah wahe poma. Apabila doa ini

    tidak dilafalkan maka tanah akan berteriak karena tubuh kita masih dalam

    keadaan kotor. Pada saat mandi juga diharuskan memberikan salam pada air

    Assamualaikum ibu ku air ulon meusuci dengon gata’’

    4.4 Tradisi Pemberian Pisang dan Madu

    Setelah bayi baru lahir sudah menjadi kebiasaan mengoleskan madu dibibir

    bayi dan diberikan pisang. Karena menurut paham masyarakat dulu pisang

    merupakan makanan yang ideal untuk bayi. Di Gampong Cot Lagan pemberian

  • 48

    48

    madu tidak selalu dilakukan dikarnakan madu sedikit sulit didapatkan. Namun

    praktek pemberian pisang masih banyak diikuti oleh ibu-ibu bayi.

    Menurut Nek Keude pemberian pisang pada bayi dapat membuat bayi menjadi

    lebih tenang, badan bayi tidak lembek dan tidak menangis dimalam hari.

    Menurut Nek Keude ASI saja tidak cukup untuk bayi karena bayi masih lapar

    sehingga harus diberikan makanan tambahan. apalagi ibu dari cucunya yang baru

    lahir air susunya tidak keluar sehingga mendukung untuk pemberian susu formula

    dan juga pisang. Pisang yang diberikan dikerok sampai teksturnya menjadi halus

    kemudian diberikan kepada bayi.

    Berikut hasil wawancaranya:

    “nyo hana tajok boh pisang han ek ta meujaga malam di moe sabe ( kalau

    misalnya tidak dikasih pisang, bayi akan menangis terus sepanjang malam dan

    tidak sanggup bergadang”

    Beliau mengakui bahwa pisang sangat tidak dianjurkan oleh bidan medis,

    akan tetapi diberikan secara sembunyi dari bidan yang melarangnya.

    Berikut cuplikan wawancara dengan ibu liza:

    “pada saat anak saya lahir langsung diberikan pisang oleh ibu saya agar bayi

    tidak menangis karena kelaparan. Meskipun bidan tidak mebolehkan”

    Sedikit perbeda dengan pendapat yang di utarakan oleh Mak ning, berikut

    hasil wawancaranya.

  • 49

    49

    “saya tidak langsung memberi pisang kepada anak saya karena saya

    mengikuti ajaran oleh Bidan Puskesmas, katanya pisang tidak cocok untuk bayi

    baru lahir”

    Adapun tatacara pemberian ASI pertama harus dibarengi dengan doa. Berikut

    hasil wawancara dengan ibu Abidah”

    “dooanya adalah Summumbuhmum uunyumfahum layubsirum”

    Pada saat madeung tangan tidak boleh diangkat keatas bahkan untuk menyisir

    rambut saja tidak boleh dilakukan sendiri kecuali disisir oleh orang lain karena

    akan keluar benjolan menyerupai payudara di area ketiak. Nekdan (mak blin)

    setiap tiga hari pertama pasca melahirkan akan mengurut dengan air hangat untuk

    membatu mengeluarkan air susu.

    Gambaran perilaku diatas merupakan bukti bahwa masih banyaknya

    masyarakat yang mengikuti tradisi pemberian pisang pada bayi karena percaya

    bahwa pisang itu cukup baik untuk bayi apalagi perilaku ini diajarkan oleh nenek

    moyang secara terus-menerus dan menurut mereka pemberian pisang membuat

    tubuh menjadi kuat.

    Menurut Budi Purnomom; 2004 (dikutip dalam tesis Afifah, masih banyak

    orang tua yang kurang paham akan hal tersebut, yang diterapkan justru pola yang

    ada dalam keluarga dan sudah turun-temurun dilakukan. Padahal resikonya tidak

    sedikit juka bayi diberikan makanan tanpa melalui tahapan. Pemberian pisang dan

    nasi bisa menyebabkan gangguan pada usus, misalnya usus tersumbat atau

    melintir, diding dalam usus berisi jont-jont usus yang didalamnya berisi enzim

    dengan fungsi mengolah makanan yang masuk dalam saluran usus. Bayi usia

  • 50

    50

    kurang enam bulan biasanya masih sedikit enzimnya, jonjotnya belum sempurna,

    alhasil makanan yang masuk tidak diolah Cuma memberi rasa kenyang tapi tidak

    diserap karena enzim yang bertugas mencerna masih kurang. Kalau keadaanya

    parah bisa terjadi perforasi atau kebocoran, bahkan bisa pecah karena makanan

    padat menumpuk dan tidak bisa hancur di usus.

    4.5 Peran Mak Blin dalam Masyarakat

    Pada umumnya tiap-tiap satu desa minimal ada seorang bidan

    Gampong/mak blin. Mak blin bertugas untuk mengawasi ibu sejak hamil. Pada

    usia kehamilan 5-7 bulan biasanya seseorang ibu yang menghendaki

    persalinannya ditolong oleh mak blin maka ibu tersebut datang dan menjumpai

    mak blin dengan membawa beras 1 bambu dan 1 ekor ayam. Tujuannya tak lain

    supaya kelak persalinanya ditolong makblin tersebut dan memberitahukan usia

    kandungan agar mak blin dapat mengamati juga cepat dalam membantu

    persalinan.

    Oleh karena mak blin merupakan penduduk dalam 1 daerah atau desa

    maka akses antara makblin dengan ibu yang akan bersalin semakin dekat.

    Sehingga dapat menolong persalinan dengan cepat. Karena masih banyaknya

    masyarakat yang enggan melahirkan di Puskesmas atau sarana kesehatan yang

    lain dengan berbagai alasan. Sekarang ini mak blin dibekali ilmu untuk membantu

    persalinan oleh Dinas Kesehatan melalui penataran untuk membentu kelahiran di

    Gampong. Mak blin tidak sendiri dalam menolong peralinan akan tetapi ada bidan

    yang mendampingi sehingga jika ada persalinan yang tidak mampu ditangani

    maka maka Bidan/Tenaga Kesehatan akan lebih tanggap dalam menyikapi

  • 51

    51

    masalah yang ada sesuai diagnosanya. Misalnya apabila terjadi pendarahan maka

    harus segera di rujuk. Mak blin dan Bidan medis sekarang merupakan mitra dalam

    membantu persalinan. Menurun ibu Aminah7 walaupun ia seorang mak blin yang

    sudah bertahun-tahun, sekarang ini beliau enggan membantu persalinan apabila

    tidak didampingi oleh tenaga medis.

    Berikut cuplikan wawancaranya:

    “Saya hanya melakukan semampu dan sesuai dengan hak saya dan

    berdasarkan ilmu saya yang diluar jalur medis, selebihnya saya serahkan

    sepenuhnya pada bidan medis,”

    Fungsi bidan medis adalah memeriksa pembukaan mulur rahim,

    menyuntik vitamin dan menyambut kelahiran, memotong tali pusat, memandikan

    bayi hingga membedong bayi dan terus memantau kesehatan ibu hingga hari ke

    empat pasca melahirkan. Sedangkan tugas Mak blin adalah memeriksa perut ibu

    jika ada bayi yang sungsang itu bisa di urut untuk dikembalikan bayi ke posisi

    yang normal hanya bisa dilakukan pada usia tiga bulan hingga usia kehamilan

    tujuh bulan, karena jika usia kehamilan diatas tujuh bulan bayi sudah besar dan

    susah dikembalikan ke posisi normal.

    4.6 Manfaat dan Sisi Negatif Madeung

    Dewasa ini telah banyak praktek-praktek yang hampir serupa dengan

    madeung yang dianggap lebih modern, seperti sauna, ceragem, heating stone, spa,

    dan lain-lain. Praktek-praktek tersebut dianggap trend dan modern, padahal kita

    7 Beliau berusia 60 tahun. Berprofesi sebagai Daula/Mablin yang telah bekerja kurang lebih 27tahun dalam membantu kelahiran bayi di Gampong Cot Lagan. Wawancara ini dilakukan padatanggal 27 Juli 2013.

  • 52

    52

    harus merogoh kocek untuk mengeluarkan uang dalam jumlah yang tidak sedikit.

    Banyak dari kita yang hanyut mengikuti praktek mewah dan berlabel, yang

    dianggap bergengsi. Padahal cara-cara yang dilakukan di tempat itu, hanyalah

    mengadopsi dari teknik yang telah lama ditemukan dan telah dilakukan oleh

    nenek moyang kita yaitu Madeung. Ini merupakan manfaat yang nyata yang

    sering tidak kita sadari. Akan tetapi, dalam prakteknya juga mengandung unsur-

    unsur negatif bila di kaitkan dengan kesehatan.

    4.7 Obat Selama Menjalani Madeung

    Pada saat ibu akan dimandikan pasca melahirkan makan akan dimandikan

    yang dinamai Manoe Wiladah (mandi wiladah). Ibu dimandikan oleh Nekdan

    menggunakan air yang sudah direbus dengan daun jeruk purut, jeruk nipis dan

    lain-lain. Kemudian untuk membersihkan bagian yang luka menggunkan air

    rebusan majagani agar cepat mengkerut dan sembuh. Kemudian setalah mandi

    perut dioleskan air kapur dan jeruk nipis setelah itu perut diikat untuk

    mengembalikan kulit perut seperti sebelumnya.

    Lengkuas, jahe dan ketan digongseng sampai hitam kemudian digiling dan

    dioleskan diatas perut. Sesekali diletakkan batu-bata panas yang dibalut kain agar

    mengurangi rasa panas selanjutnya diletakkan diatas perut.

    Obat yang diminumkan terdiri dari air kunyit dan jeura eungkot serta air

    asam upaya menyembuhkan bagian dalam rahim. Kemudian ada juga dari jenis

    daun-daunan seperti Oen Jaloh, oen Jempa Oen peudeng itam deremas kemudian

    dimunim airnya setiap pagi.

  • 53

    53

    Setelah hampir empat puluh hari obat yang diberikan adalah haweuh peut-

    ploh peut yang terdiri dari banyak sekali jenis obat. Obat ini sekarang sangat

    mudah didapatkan karena sudah dijual dalam bentuk yang sudah dikemas menjadi

    satu bagian. Obat ini diberikan pada saat obat yang lain sudah habis, dan

    merupakan penutupan dari obat-obat yang sudah digunakan.

  • 54

    54

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang perilaku

    madeung maka dapat disimpulkan bahwa hampir semua ibu yang sudah

    pernah melahirkan menjalani prosesi madeung. Akan tetapi tidak semua ibu-

    ibu mematuhi pantangan dan anjuran selama madeung. Reaksi yang diberikan

    terhadap pantangan dan anjuran madeung berbeda-beda, alasannya tergantung

    kepatuhan serta kemauannya dalam menyikapi setiap aturan, kepercayaan dan

    mitos yang ada dalam madeung. Karena banyak yang mengakui apabila

    melanggar pantangan dan anjuran mereka cenderung takut dengan akibat

    yang akan ditimbulkan dikemudian hari dari pengakuan nenek-nenek dan

    para orang tua yang sudah pernah mempunyai pengalaman sebelumnya

    tentang madeung.

    Perilaku madeung pada dasarnya mengandung dua asumsi yaitu

    positif dan negatif. Setiap bagian dari pelaksanaan madeung mengandung

    banyak unsur positif, secara tidak langsung menjadi alternatif pengobatan

    bahkan menjadi dasar banyak pengobatan modern seperti sauna, mandi uap

    dan lain. Akan tetapi dalam pantangannya perlu dibarengi dengan

    pengetahuan kesehatan yang cukup agar kebutuhan makanan dan gizi dapat

    terpenuhi.

  • 55

    55

    5.2 Saran

    1. Disarankan kepada ibu-ibu yang baru melahirkan dan akan menjalani

    ritual madeung agar mempunyai ketegasan sendiri dalam menentukan

    pilihannya mengenai kesehatan diri, terutama menyangkut kecemasan

    terhadadap pantangan dan anjuran yang harus dilakukan.

    2. Ada baiknya ibu nifas berkonsultasi dengan tenaga kesehatan seperti

    Bidan menyangkut kesehatan diri, baik makanan, kebersihan bahkan

    bagian mana yang diperbolehkan mengikuti anjuran madeung.

  • 56

    56

    DAFTAR PUSTAKA

    Arikunto, S. 2006, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi RevisiVI. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

    Eka, S dan Inayatillah (ed) 2009, Perempuan Dalam Masyarakat Aceh :Memahami Beberapa Persoalan Kekinian, Logika – Arti – Puslit IAINAr-Raniry, Banda Aceh.

    Hadari, Nawawi, 1987, Metode Penelitian Sosial, Yogyakarta : Gajah MadaUniversity Press.

    Mulyana Deddy. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT RemajaRosdakarya.

    Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : RinekaCipta.

    Notoatmodjo, S. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet.ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta.

    Notoatmodjo, S. 2010. Meodelogi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta

    Sugiono. 2012. Metode Penelititian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung :Alfabeta

    Sugiono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta

    Siswono. 2001, Makanan Tambahan Buatan Sendiri yang Meragukan. MediaIndonesia : Jakarta

    Skripsi/Tugas akhir Devie Yusmeta dengan judul Perempuan Aceh dalam MitosKehamilan tahun 2012 FKM-UTU

    Tesis Afifah dengan Judul Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian Air Susu IbuEksklusif di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat Tahun2009 FKM-USU

    http://tambeh.wordpress.com/2010/12/24/sale-dan-madeueng-dalam-tradisi-pengobatan-di-aceh/ (Catatan: 1. Sumber, Harian Serambi IndonesiaBanda Aceh, Minggu, 5 Desember 2010, halaman Budaya). * T.A.Sakti, pemerhati obat tradisional.

    http://lensa.unmuha.ac.id/index.php/component/content/article/40-liputan-khusus/119-tradisi-sale-dan-madeungOleh : Nurul Izzatilensaummuha, 27November 2011, diaksestanggal 11 Maret 2013

  • 57

    57

    http://dewasastra.wordpress.com/tag/perilaku-adalah/ . dewasastra diakses padatanggal 23 Desember 2012

    http://catatankuliahnya.wordpress.com/2008/12/16/ilmu-perilaku/, 23 Desember2012 oleh Nilna R.Isna, diakses pada tanggal

    http://kbbi.web.id/perempuan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kamusversi online/daring (dalam jaringan), diakses tanggal 4 april 2013

    http://www.geocities.ws/klinikikm/pendidikan-perilaku/domain-perilaku.htmdiakses tanggal 4 April 2013.