i pendahuluanrepository.utu.ac.id/498/1/bab i_v.pdf · 2017. 9. 21. · i pendahuluan 1.1 latar...
TRANSCRIPT
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan perairan yang
mempunyai fungsi penting bagi kehidupan organisme akuatik maupun bagi
kehidupan manusia termasuk untuk menunjang keseimbangan lingkungan.
Sebagai akibat adanya peningkatan kegiatan pembangunan di berbagai bidang,
maka baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempunyai dampak
terhadap kerusakan lingkungan termasuk di dalamnya pencemaran sungai yang
berasal dari limbah domestik maupun non domestik seperti limbah rumah tangga,
pabrik dan industri. Pencemaran adalah perubahan-perubahan sifat fisik, kimia
dan biologi yang tidak dikehendaki pada udara, tanah dan air (Odum, 1971).
Pencemaran merupakan masalah yang sudah sangat popular bagi
masyarakat dan perlu mendapatkan penanganan oleh semua kalangan masyarakat
untuk mengatasinya. Pencemaran terjadi bila ketidakseimbangan struktur dan daur
materi dalam lingkungan mengalami perubahan. Ketidakseimbangan struktur dan
daur materi terjadi karena proses alam atau juga karena kebutuhan manusia.
Banyak kegiatan atau perbuatan manusia untuk memenuhi kebutuhan biologis dan
kebutuhan teknologi, sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan yang
berdampak pada makhluk hidup maupun pada perairan. Pencemaran lingkungan
adalah peristiwa penyebaran bahan kimia berupa logam berat dengan kadar
tertentu yang dapat merubah keadaan keseimbangan pada daur materi, baik
keadaan struktur maupun fungsinya (Effendi, 2003).
Kawasan sungai yang tercemar oleh logam berat biasanya berasal dari air
buangan berupa limbah sebagai dampak dari aktivitas manusia. Secara umum,
logam berat bersifat racun dan dapat memberikan efek negatif terhadap organisme
hidup. Pencemaran logam berat seperti Besi (Fe), Nikel (Ni), Arsenik (As),
Mangan (Mn), Seng (Zn), Kadmium (Cd), Cromium (Cr), Tebaga (Cu), Timbal
(Pb) dan Raksa (Hg) (Darmono, 1995).
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Ujong Baroh yang terletak di kawasan
Meulaboh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat merupakan bagian
dari sungai Krueng Cangkoi yang setiap harinya selalu dipenuhi oleh aktivitas
2
penduduk. Beberapa aktivitas yang sifatnya mencemari perairan seperti
pembuangan sampah dan limbah ke sungai. Buangan limbah yang mengandung
logam berat tersebut terdistribusi dan tersuspensi di dalam sedimen dan perairan,
dan terakumulasi pada organisme hidup. Sehingga perairan PPI Ujong Baroh
syarat akan tercemar oleh kandungan logam berat yang dapat merusak ekosistem
di dalam perairan tersebut. Oleh sebab itu, perlu adanya pemantauan kadar logam
berat dalam air sungai, sehingga dapat diketahui tingkat toleransi kelayakan (baku
mutu) kualitas air tersebut.
1.2 Perumusan Masalah
Tingginya tingkat aktivitas di PPI Ujong Baroh seperti; bongkar muat ikan,
tumpahan minyak, dan buangan limbah, semua aktivitas ini dapat memberikan
gangguan ekologis bagi perairan sekitar (termasuk biota air, seperti ikan, kerang,
dll). Kerang, air dan sedimen merupakan beberapa parameter yang bisa dilakukan
pengukuran terhadap tingginya tingkat gangguan ekologis/pencemaran di lokasi
perairan tersebut.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan logam berat yang
terdapat di sekitar perairan PPI Ujong Baroh Meulaboh, Kecamatan Johan
Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi suatu gambaran dan informasi
kepada masyarakat mengenai kondisi perairan di PPI Ujong Baroh Meulaboh.
Bagi petani ikan dapat bermanfaat sebagai penambah wawasan mengenai
pemanfaatan baku mutu air yang baik bagi peruntukan perikanan, dan informasi
mengenai bahaya yang ditimbulkan akibat pencemaran logam berat terhadap air
budidaya. Bagi pemerintah dapat bermanfaat sebagai tolok ukur untuk mengetahui
tingkat pencemaran logam berat, sehingga dengan diketahuinya tingkat
pencemaran logam berat di perairan tersebut, maka pemerintah dapat mengambil
suatu langkah-langkah dalam upaya menanggulangi tingkat pencemarannya.
3
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pencemaran Air Sungai
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan sebagai hajat hidup
orang banyak. Semua makhluk hidup membutuhkan air untuk kehidupannya
sehingga sumber daya air perlu dilindungi agar tidak tercemar dan dapat tetap
dimanfaatkan dengan baik. Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi dan komponen lainnya ke dalam air oleh kegiatan
manusia, sehingga kualitas air menurun sampai ketingkat tertentu yang
menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya (Effendi,
2003).
Masuknya logam ke dalam lingkungan perairan dapat berasal dari kegiatan
pertambangan, cairan limbah rumah tangga, aliran air perkotaan, limbah dan
buangan industri, dan aliran pertanian (Connell., at al, 1995). Kandungan logam
berat tersebut pada jenis dan tingkat tertentu dapat berbahaya bagi manusia seperti
pada kandungan logam berat merkuri (Slamet, 1992). Terakumulasinya logam
berat dalam rantai makanan akan membahayakan manusia yang mengkonsumsi
ikan yang telah mengandung logam berat tersebut, sehingga secara tidak langsung
dapat membahayakan kehidupan generasi mendatang.
Berkaitan dengan pengaruh bahan-bahan pencemar terhadap kehidupan
manusia, Supriharyono (2000), mengelompokkan bahan pencemar menjadi tiga
tipe, yaitu:
1. Bahan pencemar yang bersifat pathogen (Pathogenics pollutants), yaitu
bahan pencemar yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia.
2. Bahan pencemar yang berkaitan dengan nilai keestetikaan (aesthetic
pollutants), yaitu bahan pencemar yang menyebabkan terjadinya perubahan
lingkungan yang tidak nyaman untuk indra mata, telinga atau hidung.
3. Bahan pencemar ekomorpik (echomorphic pollutants), yaitu bahan
pencemar yang menghasilkan perubahan-perubahan sifat-sifat fisika
lingkungan.
Berdasarkan sifat kimia dan fisikanya, maka tingkat atau daya racun logam
berat terhadap hewan air dapat diurutkan (dari tinggi kerendah) sebagai berikut:
4
merkuri (Hg), kadmium (Cd), seng (Zn), timah hitam (Pb), krom (Cr), nikel (Ni),
dan kobalt (Co) (Sutamihardja et al, 1982).
2.2 Pencemaran Logam Berat
Logam berat adalah unsur logam yang mempunyai densitas > 5 g/cm3dalam
air laut, logam berat terdapat dalam bentuk terlarut dan tersuspensi. Dalam
kondisi alami ini, logam berat dibutuhkan oleh organisme untuk pertumbuhan dan
perkembangan hidupnya (Effendi, 2003). Miettinen (1977), juga menyatakan hal
yang sama bahwa logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih
besar dari 5 gr/cm3, terletak di sudut kanan bawah system periodik, mempunyai
afinitas yang tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92
dari perioda 4 sampai 7. Sebagian logam berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd),
dan merkuri (Hg) merupakan zat pencemar yang berbahaya. Peningkatan kadar
logam berat dalam air akan mengakibatkan logam berat yang semula dibutuhkan
untuk berbagai proses metabolisme akan berubah menjadi racun bagi organisme
akuatik.
Menurut Nordberg., et.al (1986), logam berat jika sudah terserap ke dalam
tubuh maka tidak dapat dihancurkan tetapi akan tetap tinggal di dalamnya hingga
nantinya dibuang melalui proses eskresi. Hal serupa juga terjadi apabila suatu
lingkungan terutama di perairan telah terkontaminasi (tercemar) logam berat maka
proses pembersihannya akan sulit sekali dilakukan. Kontaminasi logam berat ini
dapat berasal dari faktor alam seperti kegiatan gunung berapi dan kebakaran
hutan, atau faktor manusia seperti pembakaran minyak bumi, pertambangan,
peleburan, proses industri, kegiatan pertanian, peternakan dan kehutanan, serta
limbah buangan termasuk sampah rumah tangga.
Selain bersifat racun, logam berat juga terakumulasi dalam sedimen dan
biota melalui proses biokonsentrasi, bioakumulasi dan biomagnifikasi oleh biota
perairan. Logam-logam berat yang masuk ke dalam tubuh hewan umumnya tidak
dikeluarkan lagi dari tubuh mereka. Sebagai akibatnya, logam-logam ini akan
terus ada di sepanjang rantai makanan. Hal ini disebabkan karena predator pada
satu trofik level memakan mangsa mereka dari trofik level yang lebih rendah yang
telah tercemar (Hutabarat dan Evans, 1986).
5
2.3 Beberapa Jenis Logam Berat dan Sumber Pencemarannya
2.3.1 Tembaga (Cu)
Tembaga dengan nama kimia cupprum dilambangkan dengan Cu
merupakan unsur logam yang berbentuk kristal dengan warna kemerahan. Unsur
tembaga di alam dapat ditemukan dalam bentuk logam bebas, akan tetapi lebih
banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau sebagai senyawa padat dalam
bentuk mineral. Pada perairan alami, kadar tembaga biasanya < 0,02 mg/l (Moore,
1991).
Pada umumnya, sumber masuknya unsur logam Cu dalam tatanan
lingkungan adalah secara alamiah dan non alamiah (Palar, 2004). Secara alamiah,
Cu dapat masuk ke dalam tatanan lingkungan sebagai akibat dari berbagai
peristiwa alam, seperti pengikisan (erosi) dari batuan mineral dan dari debu yang
terdapat dalam lapisan udara dan dibawa turun oleh hujan. Secara non alamiah,
Cu masuk ke dalam suatu tatanan lingkungan sebagai akibat dari aktifitas
manusia, seperti buangan industri (contohnya industri galangan kapal) yang
memakai Cu dalam proses produksinya (Palar, 2004). Sebagai logam berat, Cu
digolongkan ke dalam logam berat essensial, artinya meskipun Cu logam berat
yang beracun, unsur ini sangat diperlukan oleh makhluk hidup meski dalam
jumlah yang sedikit. Pada tumbuhan, termasuk algae, tembaga berperan dalam
menstransfer elektron pada proses fotosistesis (Boney, 1989). Toksinitas yang
dimiliki oleh Cu baru akan bekerja dan memperlihatkan pengaruhnya bila logam
ini telah masuk ke dalam tubuh organisme dalam jumlah besar atau melebihi nilai
toleransi organisme terkait (Duffus, 1980). Defisiensi tembaga dapat
mengakibatkan anemia, namun kadar tembaga yang berlebihan dapat
mengakibatkan kerusakan pada hati (Moore, 1991).
2.3.2 Besi (Fe)
Besi atau ferrum (Fe) adalah metal bewarna putih keperakan, liat, dan dapat
dibentuk. Kadar besi pada perairan alami berkisar antara 0,05-0,2 mg/l (Boyd,
1988). Kadar besi > 1,0 mg/l dianggap membahayakan kehidupan organisme
akuatik (Moore, 1991). Besi digunakan dalam proses produksi besi baja, yang
6
bukan hanya unsur besi saja tetapi dalam bentuk alloy (campuran beberapa logam
dan bukan logam, terutama karbon) (Eaton et al, 2005).
Di dalam air minum Fe menimbulkan warna (kuning), rasa, pengendapan
pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan. Meski demikian,
besi juga merupakan salah satu logam esensial yang sangat dibutuhkan. Pada
tumbuhan, termasuk algae, besi berperan sebagai penyusun klorofil dan juga
berperan dalam mentrasfer electron pada proses fotosintesis (Boney, 1989). Besi
dibutuhkan tubuh dalam pembentukan Hemoglobin. Sekalipun Fe itu diperlukan
tubuh, tetapi dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian seringkali
disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini (Paul C. Eck, et.al, 1989). Debu Fe
juga dapat diakumulasi yang menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru. Selain
itu, kelebihan zat besi (Fe) juga bisa menyebabkan keracunan dimana terjadi
muntah, penuaan dini hingga kematian mendadak, muntah marah, radang sendi,
cacat lahir, gusi berdarah, dan kanker (Paul C. Eck, et.al, 1989).
2.3.3 Timbal (Pb)
Logam timbal (Pb) berasal dari buangan industri metalurgi, yang bersifat
racun.Terdapat dalam bentuk kompleks dengan zat organik seperti hexaetil
timbal, dan tetra alkil lead (TAL) (Iqbalet al, 1990). Timbal dalam perairan
ditemukan dalam bentuk terlarut dan tersuspensi. Kelarutan timbal cukup rendah
sehingga kadar timbal dalam air relatif sedikit (Novotny dan Olem, 1994).
Timbal tidak termasuk unsur yang esensial bagi makhluk hidup, bahkan
unsur ini bersifat toksik bagi hewan dan manusia karena dapat terakumulasi di
dalam tubuh. Pada hewan dan manusia, timbal dapat masuk ke dalam tubuh
melalui makanan dan minuman yang dikomsumsi serta melalui pernapasan dan
penetrasi pada kulit. Di dalam tubuh manusia, timbal dapat menghambat aktifitas
enzim yang terlibat dalam pembentukan hemoglobin yang dapat menyebabkan
penyakit anemia. Gejala yang diakibatkan dari keracunan logam timbal adalah
kurangnya nafsu makan, kejang, muntah dan pusing-pusing. Timbal dapat juga
menyerang susunan saraf dan mengganggu system reproduksi, kelainan ginjal,
dan kelainan jiwa (Iqbal et al, 1990).
7
2.4 Klasifikasi Kualitas Air
Kriteria mutu air dan penetapan kelas air diatur pada PP. No. 82/2001, yang
disertai dengan lampiran kriteria mutu air berdasarkan kelasnya. Kelas air adalah
peringkat kualitas air yang dinilai masih layak untuk dimanfaatkan bagi
peruntukan tertentu. Pembagian kelas air ini didasarkan pada tingkatan baiknya
mutu air, dan kemungkinan kegunaannya. Tingkatan mutu air dari setiap kelas
disusun berdasarkan kemungkinan kegunaannya bagi suatu peruntukan. Kriteria
mutu air adalah tolok ukur mutu air untuk setiap kelas air. Definisi pada pasal 8
PP. No. 82/2001 adalah sebagai berikut:
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan peruntukan lain dengan syarat kualitas yang sama.
2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, pertanaman, dan
peruntukan lain dengan syarat kualitas yang sama.
3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, pertanaman, dan peruntukan lain dengan syarat
kualitas yang sama.
4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman, dan peruntukan lain dengan syarat kualitas yang sama.
Tabel 1: Kelas mutu air
No Parameter Unit Kelas Mutu Air
I II III IV
Kimia
1 Tembaga (Cu) Mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2
2 Besi (Fe) Mg/L 0,3 (-) (-) (-)
3 Timbal (Pb) Mg/L 0,003 0,03 0,03 1
Kajian kriteria mutu air Lamp. PP No. 82/2001
8
2.5 Analisis Metode AAS
2.5.1 Prinsip Kerja AAS
Atomic Absorption Spectrofotometer (AAS) adalah suatu alat yang
digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam yang
pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang
tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas. Metode AAS berprinsip pada
absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang
gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Dengan absorpsi energi,
berarti memperoleh lebih banyak energi, Suatu atom pada keadaan dasar dinaikan
tingkat energinya ketingkat eksitasi. Eksitasi adalah proses penyerahan energi
radiasi ke suatu atom, yang menyebabkan terjadinya pengalihan energi dari
keadaan dasarnya ke suatu keadaan dengan tenaga yang lebih tinggi. Keberhasilan
analisis ini tergantung pada proses eksitasi dan memperoleh garis resonansi yang
tepat (garis spektrum yang tajam dan dengan intensitas maksimum) (Skoog et al.,
2000).
2.5.2 Cara Kerja AAS
Setiap alat AAS terdiri atas tiga komponen berikut:
1. Unit atomisasi
2. Sumber radiasi
3. Sistem pengukur fotometrik
Atomisasi adalah suatu proses dimana sampel (padat, cair atau larutan)
diubah bentuknya menjadi bentuk gas bebas sehingga terbentuk atom netral.
Atomisasi dapat dilakukan dengan baik dengan nyala maupun dengan tungku.
Untuk mengubah unsur metalik menjadi uap atau hasil disosiasi (penguraian)
diperlukan energi panas. Temperatur harus benar-benar terkendali dengan sangat
hati-hati agar proses atomisasinya sempurna. Biasanya temperatur dinaikkan
secara bertahap, untuk menguapkan dan sekaligus mendisosiasikan senyawa yang
dianalisis. Bila ditinjau dari sumber radiasi, haruslah bersifat sumber yang
kontinyu. Di samping itu, sistem dengan penguraian optis yang sempurna
diperlukan untuk memperoleh sumber sinar dengan garis absorpsi yang
semonokromator mungkin. Monokromator adalah suatu alat yang berfungsi untuk
9
mengisolasi salah satu garis resonansi atau radiasi dari sekian banyak spektrum
yang dihasilkan oleh lampu pijar/katoda (hollow cathode) atau untuk merubah
sinar polikromatis menjadi sinar monokromatis sesuai yang dibutuhkan oleh
pengukuran. Lampu katoda merupakan seperangkat sumber yang dapat
memberikan garis emisi yang tajam dari suatu unsur yang spesifik tertentu.
Dengan kata lain bahwa lampu pijar merupakan sumber cahaya pada AAS.
Lampu katoda pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur
yang akan diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk
pengukuran unsur Cu. Selanjutnya, dengan pemberian tegangan pada arus
tertentu, logam mulai memijar, dan atom-atom logam katodanya akan teruapkan
dengan pemercikkan. Atom akan tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada
panjang gelombang tertentu (Skoog et al., 2000).
2.6 Profil PPI Ujong Baroh
2.6.1 Sejarah dan Letak Geografis PPI Ujong Baroh
PPI Ujong Baroh sebelum tsunami hanya berstatus sebagai Tempat
Pendaratan Ikan (TPI) dan hancur total akibat gempa dan gelombang tsunami
pada tahun 2004. Pada tahun 2006 TPI ini dibangun kembali serta mendapat
dukungan dari APBD untuk meningkatkan status dari TPI menjadi PPI. Pada saat
ini PPI telah berfungsi sebagai pusat ekonomi masyarakat, khususnya bagi para
nelayan di kawasan Meulaboh Aceh Barat (DKP Kab. Aceh Barat, 2011).
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Ujong Baroh berlokasi di Desa Ujong
Baroh Meulaboh, Kecamatan Johan Pahlawan, dengan luas wilayah sekitar 44,91
km2. PPI secara geografis terletak pada 40 07’ 30” LU dan 960 30’ BT yang
terletak di Desa Ujong Baroh dengan batasan-batasan sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Rundeng
- Sebelah Barat berbatasan dengan Jln. Nasional
- Sebelah Selatan berbatasan dengan sungai
- Sebelah Timur berbatasan dengan sungai Krueng Cangkoi (DKP Kab. Aceh
Barat, 2011).
10
2.6.2 Armada Penangkapan Ikan
Pada tahun 2011 jumlah kapal motor (KM) atau perahu motor (PM) yang
ada di PPI Ujong Baroh berkisar 13 unit. Perahu motor terbagi dalam 2 tipe yaitu
motor tempel dan kapal motor. Selain perahu motor, juga terdapat perahu tanpa
motor (PTM) yang beroperasi. Adapun banyaknya jumlah armada penangkapan
ikan, baik yang berupa perahu motor maupun perahu tanpa motor yang terdapat di
Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2009-2011, dapat dilihat pada tabel (2-3)
berikut.
Tabel 2: Jumlah Perahu Motor (PM) di Kabupaten Aceh Barat Periode Tahun2009-2011
Jumlah Armada (Unit)
Tahun KM/PM Total
Motor Tempel Kapal Motor
2009 74 534 608
2010 74 536 610
2011 75 538 613
Tabel 3: Jumlah Perahu Tanpa Motor (PTM) di Kabupaten Aceh Barat PeriodeTahun 2009-2011
Jumlah Armada (Unit)
Tahun PTM Total
Kecil Sedang Besar
2009 35 26 2 63
2010 93 41 7 141
2011 97 42 6 145
11
III METODELOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 di perairan PPI Ujong
Baroh Meulaboh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, yang berupa
pengambilan sampel. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Kimia
UNSYIAH Banda Aceh.
Lokasi Titik I
PPI
Lokasi Titik II
Gambar 1: Peta Lokasi Penelitian(Sumber : Google Maps, 2013)
3.2 Alat dan Bahan
Adapun instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 4: Instrumen yang digunakan pada penelitian
NoInstrumen
Alat Fungsi
1Atomic AbsorptionSpectrofotometer (AAS) tipe AA-6300 Shimadzu
Untuk mendeteksi logam berat
2 Gelas beker Sebagai wadah penampung
Lokasi penelitian
penelitian
12
Tabel 5: Bahan yang digunakan pada penelitian
NoInstrumen
Bahan Fungsi1 Sedimen Sebagai objek penelitian
2 Kerang lokan (Batissa violacea) Sebagai objek penelitian
3 Air sampel Sebagai objek penelitian
4 Larutan asam nitratSebagai larutan pengawet danuntuk menghomogenkan larutan
5 Aquatridest Larutan penambah volum sampelhingga batas tanda yang diinginkan
6 Kertas saring (tipe 5, B) Untuk menyaring larutan
7 Asam Hidroklorik ( Hydrochloricacid)
Sebagai larutan pelarut
3.3 Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode porposive sampling. Porposive
sampling adalah teknik pengambilan sampel secara sengaja. Maksudnya, peneliti
menentukan sendiri sampel yang diambil karena ada pertimbangan tertentu. Jadi
sampel diambil tidak secara acak, tapi ditentukan sendiri oleh peneliti (Riyanti,
2003).
Pada lokasi penelitian dilakukan pengambilan sampel (air, kerang dan
sedimen) pada dua titik lokasi yang berbeda. Pengambilan sampel dilakukan
secara manual dengan menggunakan media botol. Pengambilan sampel air
3 Labu ukur Tempat untuk mengencerkan zattertentu
4 Gelas batang Untuk mengaduk larutan
5 Neraca analitik Untuk menimbang padatan kimia
6 Furnace Sebagai tempat pemanas atautempat pengabuan
7 Botol sampel Wadah untuk menyimpan objeksampel
8 Watch glass/ kaca penutup Sebagai kaca penutup media
9 Tabung gas Penyuplai gas pada AAS
13
dilakukan pada bagian atas permukaan air, dan pengambilan sampel sedimen
dilakukan pada bagian permukaan sedimen, dimana sampel kerang juga diambil
disekitar lokasi pengambian sampel sedimen tersebut. Masing-masing titik
diambil 3 sampel, yaitu 3 sampel sedimen, 3 sampel air dan 3 sampel kerang
dengan tiga kali ulangan pada tiap-tiap titik. Jarak pengambilan sampel antara titik
satu dengan titik lainnya dalam satu bagian sekitar 10 meter.
3.4 Metode Pengambilan Data
1. Data Primer
Dilakukan pengambilan sampel penelitian, selanjutnya dilakukan analisis
dengan AAS untuk mendapatkan data kandungan logam berat.
2. Data Skunder
Dilakukan studi kepustakaan dari beberapa sumber referensi yang terkait,
guna mendukung topik penelitian.
3.5 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilaksanakan ini terdiri atas beberapa tahapan,
yaitu sebagai berikut:
Survey lapangan
Penentuan titik pengamatan
Pengambilan sampel (air, sedimen dan kerang)
Preparasi
Analisis sampel ke Laboratorium KimiaUNSYIAH
Gambar 2: Bagan aliran tahapan penelitian
Mula-mula melakukan survey lapangan untuk menentukan titik-titik lokasi
pengamatan. Penentuan lokasi titik pengamatan didasarkan pada tempat-tempat
yang diduga berpotensi mengandung cemaran logam berat seperti lokasi tempat
14
pencucian boat dan tempat pengisian/tumpahan minyak yang biasanya sering
terjadi pada lokasi tempat persinggahan boat-boat. Selanjutnya dilakukan
pengambilan sampel yang tediri dari air, sedimen dan kerang lokan (Batissa
violacea). Pengambilan sampel dilakukan selama satu hari. Setelah itu dilakukan
preparasi, dimana sampel-sampel tersebut dipersiapkan, dimasukan ke dalam
wadah (fiber) dan diberi es. Preparasi dilakukan guna mencegah terjadinya
pengendapan, khususnya pada sampel air. Sampel-sampel tersebut dibawa ke
laboratorium, lalu dilakukan analisis dengan menggunakan AAS tipe AA-6300
Shimadzu.
3.5.1 Langkah Kerja
Mula-mula melakukan pencucian wadah dan peralatan preparasi ( untuk
kerang dan tanah) yang akan digunakan untuk dianalisis dengan menggunakan
sabun. Setelah peralatan bersih, kemudian direndam di dalam asam nitrat dengan
perbandingan 1:3. Setelah peralatan bersih, kemudian dibilas dengan akuatridest
sampai diperoleh air bilasan normal. Hasil pencucian tersebut dikeringkan dan
disimpan di dalam ruang bebas debu.
1. Sampel Air
a. Membuat larutan standar masing-masing larutan (larutan Fe, Cu dan Pb) 1000
ppm di dalam labu ukur, dengan campuran asam nitrat 0,1 M dan campuran
larutan akuatridest hingga konsentrasi masing-masing larutan 2 ppm.
b Pembuatan kurva kalibrasi unsur Fe, Cu dan Pb pada kondisi optimum unsur
terhadap AAS yang bekaitan dengan konsentrasi standar unsur dan panjang
gelombang. Maka didapatkan kisaran panjang gelombang maksimum masing-
masing unsur yaitu; Fe sebesar 248,3 nm, Cu sebesar 324,8 nm, dan Pb sebesar
283,3 nm, dengan konsentrasi standar unsurnya sebesar 5 ppm sebanyak 5 ml.
Selanjutnya larutan tersebut siap untuk dianalisa.
2. Sampel Kerang
a. Pertama-tama melakukan preparasi sampel. Pisahkan cangkang kerang dengan
bagian lunaknya (sampel yang digunakan adalah bagian lunak pada kerang).
Haluskan masing-masing sampel ±2 gram dengan menggunakan blender
hingga menjadi partikel-partikel kecil. Basahkan dengan air lalu ditambahkan
15
25 ml asam nitrat untuk menghomogenkan larutan sampel, biarkan selama 24
jam.
b. Selanjutnya sampel dimasukan kedalam tempat pemanas. Sampel dipanaskan
pada suhu 1000C sampai kering. Setelah sampel kering lalu didinginkan.
Tambahkan 10 ml asam hidroklorik dan letakkan kembali ke dalam tempat
pemanas. Panaskan dan naikkan suhu secara bertahap 1000C setiap 30 menit
sampai mencapai 3000C hingga sampel menjadi abu.
c. Setelah sampel benar-benar kering (menjadi abu), selanjutnya sampel
didinginkan. Campurkan 2 ml asam hidroklorik dan air bebas ion hingga volum
larutan sampai pada tanda batas. Selanjutnya dilakukan perlakuan seperti pada
perlakuan sampel air sebelum dianalisa.
3. Sampel Sedimen
a. Melakukan preparasi sampel, dimana sebanyak 1 gram sampel dimasukkan ke
dalam 100 ml gelas beker dengan menambahkan 10 ml asam hidroklorik
(60%). Kemudian diaduk dengan gelas batang agar sampel terlarut dan
dibiarkan selama 24 jam. Selanjutnya sampel dikeringkan dengan cara
dipanaskan pada suhu 700C di dalam tempat pemanas, hingga sampel tersebut
menjadi kering. Kemudian sampel didinginkan, lalu ditambahkan dengan 5 ml
asam hidroklorik dan 20 ml air hangat.
b. Setelah itu, sampel disaring dengan menggunakan kertas penyaring (tipe 5, B)
ke dalam 500 ml gelas beker, sambil dicuci berulang-ulang dengan air hangat
sebanyak 10-12 kali. Sampel hasil saringan ditambahkan dengan air bebas ion
sampai pada batas tanda (250 ml). Selanjutnya dilakukan perlakuan seperti
pada sampel air sebelum dilakukan analisa.
3.6 Analisis Data
Data hasil kandungan logam berat (Fe,Cu dan Pb) yang didapat dari sampel
yang telah diamati (sedimen, air dan kerang) yang dianalisa menggunakan
instrumen AAS, selanjutnya dituangkan ke dalam bentuk grafik.
16
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Perairan sungai di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Ujong Baroh
merupakan peraiaran sungai yang terletak di kawasan Meulaboh Aceh Barat.
Sungai ini secara ekonomi belum termanfaatkan dan secara ekologi kualitasnya
mengalami penurunan akibat dari buangan limbah baik limbah organik maupun
non organik, sebagai dampak dari berbagai macam aktifitas manusia seperti
pembuangan limbah di kawasan tersebut.
Perairan sungai PPI Ujong Baroh memiliki fungsi ekologis seperti halnya
sungai lainnya yaitu sebagai penampung limpasan air pada waktu hujan. Maka
sungai tersebut sebaiknya dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Agar perairan
sungai di PPI Ujong Baroh dapat dimanfaatkan dan dikelola dengan baik, maka
perlu dilakukan perencanaan pengelolaan dan pemanfaatannya secara tepat
dengan memperhatikan aspek fungsi ekologis, ekonomis dan estetika secara tepat.
4.1 Kandungan Logam Berat di Sungai PPI Ujong Baroh
Gambaran kandungan logam berat di perairan sungai PPI Ujong Baroh,
berdasarkan pemantauan sebanyak dua titik lokasi dengan tiga kali ulangan yang
dilakukan pada bulan Mei 2013, adalah sebagai berikut:
4.1.1 Kandungan Logam Berat Pada Air
Berdasarkan hasil analisa dan dikaitkan dengan penetapan kelas air
berdasarkan PP. No. 82/2001, diketahui bahwa konsentrasi logam besi (Fe) yang
terdapat di dalam air pada dua titik lokasi dengan tiga kali ulangan yaitu, pada
titik pertama (1) nilai konsentrasi Fe berkisar 5,3002-5,9321 mg/l. Konsentrasi
tertinggi terdapat pada titik C1 (5,9321 mg/l), dan nilai konsentasi terendah Fe
terdapat pada titik B1 (5,3002 mg/l) dengan rataan sebesar 5,5227 mg/l yang nilai
tersebut sudah melebihi baku mutu yang ditetapkan berdasarkan PP. No. 82/2001
yaitu besi 0,3 mg/l. Hal ini diduga karena tingginya aktivitas manusia setiap
harinya di lokasi PPI tersebut dan banyak menghasilkan limbah domestik yang
berpotensi mengandung logam berat, dimana sebagian besar limbah-limbah
tersebut jatuh atau dibuang ke sungai sehingga sungai tersebut tercemar oleh
logam berat. Contoh bahan pencemar yang diduga mengandung logam berat
17
seperti tumpahan atau pembakaran bahan bakar minyak (bensin atau solar) yang
mengandung logam timbal. Bahan penyumbang logam berat lainnya berasal dari
bahan deterjen yang digunakan pada saat pencucian boat. Jenkins dan Russell
(1994), mengatakan bahwa di dalam deterjen, baik deterjen bubuk maupun cair
terkandung beberapa jenis logam berat yang diantaranya terdapat Cu (0,21-0,49
mg/l) dan Pb (< 0,2 mg/l). Selain faktor-faktor seperti yang telah disebutkan tadi,
penyebab pencemaran logam berat lainnya juga dapat berasal dari faktor fisika,
kimia dan biologi terutama pada penyebab tingginya kandungan logam besi di
dalam air seperti; 1) rendahnya pH air, dimana pH air yang rendah dapat
melarutkan logam termasuk besi karena terjadinya proses korosif, 2) adanya gas-
gas terlarut dalam air seperti CO2 dan H2S yang dapat bersifat korosif, 3)
tingginya kadar besi terlarut juga dapat dipengaruhi oleh bakteri besi, yaitu bakteri
yang dalam hidupnya membutuhkan makanan dengan mengoksidasi besi sehingga
besi larut di dalam air. Jenis bakteri besi ini adalah bakteri Crenotrik, Leptotrik,
Callitonella, Siderocapsa dan lain-lain.
Meskipun logam besi tergolong logam berat esensial yang sangat diperlukan
makhluk hidup dalam jumlah tertentu, namun dalam jumlah yang berlebihan
dapat menyebabkan keracunan. Paul C (1989), menyatakan bahwa kelebihan zat
besi bisa menyebabkan keracunan dimana terjadi muntah, penuaan dini hingga
kematian mendadak, muntah marah, radang sendi, cacat lahir, gusi berdarah, dan
kanker. Pada titik kedua (2) nilai konsentrasi Fe berkisar 3,9875-4,5231 mg/l.
Konsentrasi tertinggi terdapat pada titik A2 (4,8512), dan nilai konsentrasi
terendah terdapat pada titik C2 (3,9875) dengan rataan sebesar 4,4539 mg/l,
dimana nilai tersebut juga sudah melebihi baku mutu yang telah ditetapkan.
Sedangkan untuk logam timbal (Pb) tidak ditemukan pada semua titik lokasi.
Kandungan logam tembaga (Cu) pada dua titik lokasi, yaitu pada titik
pertama (1) nilai konsentrasi Cu di dalam air berkisar 0,0621-0,0695 mg/l.
Konsentrasi tertinggi terdapat pada titik B1 (0,0695 mg/l) dan konsentrasi
terendah terdapat pada titik C1 (0,0621 mg/l) dengan nilai rataan sebesar 0,0652
mg/l, dimana nilai konsentrasi rataan tersebut masih berada di bawah baku mutu,
khususnya peruntukan mutu air pada kelas empat yaitu sebesar 0,2 mg/l. Logam
Cu juga merupakan salah satu logam berat yang tergolong esensial, namun juga
18
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
A1 B1 C1 A2 B2 C2
Kon
sent
rasi
Bes
i(m
g/lit
er)
Titik Pantau
Rata-rata Konsentrasi Besi
Konsentrasi Fe
Nilai baku mutu
akan sangat berbahaya bila dalam jumlah yang berlebihan. Moore (1991),
menyatakan bahwa kadar Cu yang berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan
pada hati. Pada titik kedua (2) nilai konsentrasi Cu berkisar 0,0554-0,0589 mg/l.
Konsentrasi tertinggi terdapat pada titik A2 (0,0589 mg/l), dan konsentrasi
terendah terdapat pada titik C2 (0,0554 mg/l) dengan rataan sebesar 0,0576 mg/l
yang juga masih berada di bawah baku mutu. Kondisi logam berat di dalam air
tersebut dapat dilihat pada gambar (3- 4) berikut.
Gambar 3: Rata-rata Konsentrasi Besi (Fe) Pada Air
Gambar 4: Rata-rata Konsentrasi Tembaga (Cu) Pada Air
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
A1 B1 C1 A2 B2 C2
Kon
sent
rasi
Tem
baga
(mg/
liter
)
Titik Pantau
Rata-rata Konsentrasi Tembaga
Konsentrasi Cu
Baku mutu gol. 3
Baku mutu gol. 4
19
Berdasarkan uraian di atas, besarnya nilai konsentrasi logam berat (terutama
Cu dan Fe) di PPI Ujong Baroh dalam kriteria mutu air berdasarkan PP. No.
82/2001 untuk kelas satu (Cu 0,02 mg/l, Fe 0,3 mg/l, dan Pb 0,003 mg/l), yang
peruntukannya digunakan untuk air baku air minum sudah sangat tidak layak
untuk digunakan karena melebihi batas nilai baku mutu. Untuk kriteria mutu air
kelas dua dan tiga (Cu 0,02 mg/l, Fe 0,3 mg/l, dan Pb 0,03 mg/l), yang
peruntukannya untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan dan pertanaman
juga sudah melebihi batas nilai baku mutu. Sedangkan untuk kriteria mutu air
kelas empat (Cu 0,2 mg/l, Fe 0,3 mg/l, dan Pb 1 mg/l), yang peruntukannya
digunakan untuk mengairi pertananam, untuk logam Fe sudah melebihi batas baku
mutu, sedangkan untuk logam Cu masih berada di bawah batas baku mutu.
4.1.2 Kandungan Logam Berat Pada Kerang
Hasil analisa kandungan logam berat Cu dalam kerang di sungai PPI Ujong
Baroh pada lokasi titik 1 yaitu berkisar 0,0002-0,0011 mg/kg. Kandungan Cu di
dalam kerang hanya ditemukan pada titik A1 dan C1, sedangkan pada titik B1
tidak ditemukan. Nilai konsentrasi tertinggi Cu terdapat pada titik C1 (0,0011
mg/kg), dan nilai konsentrasi terendah terdapat pada titik A1 (0,0002 mg/kg)
dengan rataan sebesar 0,0004 mg/kg. Sedangkan pada lokasi titik 2, konsentrasi
Cu di dalam kerang berkisar 0,0001-0,0013 mg/kg. Konsentrasi tertinggi Cu
terdapat pada titik C2 (0,0013 mg/kg), dan konsentrasi terendah terdapat pada titik
B2 (0,0001 mg/kg) dengan rataan sebesar 0,0007 mg/kg. Hasil rataan logam Cu
pada kedua titik lokasi menunjukan bahwa kerang tersebut masih di bawah
ambang baku mutu untuk produk ikan dan hasil olahannya yang ditetapkan oleh
Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan No: 03725/B/SK/VII/89 yaitu sebesar 20
mg/kg.
Kandungan Fe dalam sampel kerang di sungai PPI Ujong Baroh pada lokasi
titik 1 yaitu berkisar 0,0025-0,0108 mg/kg. Nilai konsentrasi Fe tertinggi terdapat
pada titik C1 (0,0108 mg/kg), dan konsentrasi terendah terdapat pada titik A1
(0,0025 mg/kg) dengan rataan sebesar 0,0074 mg/kg. Sedangkan pada lokasi titik
2, kandungan Fe berkisar 0,0021-0,045 mg/kg. Nilai konsentrasi Fe tertinggi
terdapat pada titik C2 (0,045 mg/kg), dan konsentrasi terendah terdapat pada titik
A2 (0,0021 mg/kg) dengan rataan sebesar 0,0270 mg/kg. Untuk logam Fe tidak
20
ditemukan seberapa besar batas kandungannya di dalam kerang atau produk ikan.
Namun menurut para ahli yang mengkaji tentang pengawasan makanan dan obat-
obatan merekomendasikan bahwa kandungan logam besi yang baik masuk ke
tubuh manusia yaitu sebesar 15 mg/kg.
Gambar 5: Rata-rata Konsentrasi Besi (Fe) Pada Kerang
Gambar 6: Rata-rata Konsentrasi Tembaga (Cu) Pada Kerang
Gambar 6: Rata-rata Konsentrasi Tembaga (Cu) Pada Kerang
00.0050.010.0150.020.0250.030.0350.040.0450.05
A1 B1 C1 A2 B2 C2
Kon
sent
rasi
Bes
i(m
g/lit
er)
Titik Pantau
Rata-rata Konsentrasi Besi
Konsentrasi Fe
0
0.0002
0.0004
0.0006
0.0008
0.001
0.0012
0.0014
A1 B1 C1 A2 B2 C2
Kon
sent
rasi
Tem
baga
(mg/
liter
)
Titik Pantau
Rata-rata Konsentrasi Tembaga
Konsentrasi Cu
21
i
Gambar 7: Rata-rata Konsentrasi Timbal (Pb) Pada Kerang
Logam berat timbal (Pb) dalam kerang di sungai PPI Ujong Baroh hanya
terdapat pada lokasi titik C2 yaitu sebesar 0,1645 mg/kg, sedangkan pada lokasi
titik lainnya tidak ditemukan. Nilai konsentrasi logam Pb tersebut masih di bawah
batas baku mutu yang ditetapkan oleh dirjen POM No: 03725/B/SK/VII/89 yaitu
sebesar 2 mg/kg. Sedangkan baku mutu dari World Health Organization (WHO,
1989) menjelaskan bahwa batas maksimum konsumsi logam Pb pada manusia
adalah 50µg/kg berat badan per minggu. Sebagai contoh apabila kita mempunyai
berat badan 50 kg, maka dalam satu minggu kita hanya diperbolehkan termasuki
logam Pb maksimum sebesar 50 × 50µg = 2500 µg. Jadi apabila diambil contoh
kerang dengan konsentrasi timbal yang ditemukan di PPI Ujong Baroh sebesar
0,1645 mg/kg atau sama dengan 164,5 µg/kg, maka kita masih diperbolehkan
mengkonsumsi kerang maksimum seberat 15 kg per minggu.
Meskipun konsentrasi timbal masih berada di bawah nilai baku mutu,
namun timbal tidak termasuk unsur yang esensial bagi makhluk hidup, bahkan
unsur ini bersifat toksik bagi makhluk hidup bila melebihi baku mutu yang telah
ditetapkan. Iqbal et al (1990), menyatakan bahwa keracunan logam timbal dapat
menyebabkan kurangnya nafsu makan, kejang, muntah dan pusing-pusing, dan
pada beberapa kasus dapat menyebabkan gangguan pada sistem reproduksi dan
kelainan jiwa.
00.020.040.060.080.10.120.140.160.18
A1 B1 C1 A2 B2 C2
Kon
sent
rasi
Tim
bal
(mg/
liter
)
Titik Pantau
Rata-rata Konsentrasi Timbal
Konsentrasi Pb
22
0
2
4
6
8
10
12
14
A1 B1 C1 A2 B2 C2
Kon
sent
rasi
Bes
i(m
g/lit
er)
Titik Pantau
Rata-rata Konsentrasi Besi
Konsentrasi Fe
4.1.3 Kandungan Logam Berat Pada Sedimen
Diantara ketiga sampel ( kerang, air dan sedimen), sedimen merupakan
sampel yang mengandung jumlah kandungan logam berat tertinggi, terutama
logam Fe dan Cu. Nilai konsentrasi Fe di dalam sedimen pada titik pertama (1)
berkisar 9,7585 -10,5898 mg/l. Nilai Konsentrasi tertinggi terdapat pada titik A1
(10,5898 mg/l), dan nilai konsentrasi terendah terdapat pada titik C1 (9,7585
mg/l) dengan rataan sebesar 10,1898 mg/l. Pada titik kedua (2) nilai konsentrasi
Fe berkisar 11,2545-12,0025 mg/l. Nilai konsentrasi tertinggi terdapat pada titik
B2 (12,0025 mg/l), dan nilai konsentrasi terendah terdapat pada titik A1 (11,2545
mg/l) dengan rataan 11,6031 mg/l. Untuk logam Pb hanya ditemukan pada titik
C2 yaitu 0,0028 mg/l, sedangkan pada titik lainnya tidak ditemukan.
Untuk logam Cu nilai konsentrasi di dalam sedimen pada kedua titik yaitu,
pada titik pertama (1) nilai konsentrasi Cu berkisar 0,2931-0,3212 mg/l. Nilai
konsentrasi tertinggi terdapat pada titik A1 (0,3212 mg/l), dan nilai konsentrasi
terendah terdapat pada titik B1 (0,2931 mg/l) dengan rataan sebesar 0,3051 mg/l.
Sedangkan pada titik kedua (2) nilai konsentrasi Cu berkisar 0,2998-0,3102 mg/l.
Nilai konsentrasi tertinggi terdapat pada titik B2 (0,3102 mg/l), dan nilai
konsentrasi terendah terdapat pada titik A2 (0,2998 mg/l) dengan rataan sebesar
0,3062 mg/l.
Gambar 8: Rata-rata Konsentrasi Besi (Fe) Pada Sedimen
23
Gambar 9: Rata-rata Konsentrasi Tembaga (Cu) Pada Sedimen
Gambar 10: Rata-rata Konsentrasi Timbal (Pb) Pada Sedimen
Besarnya nilai konsentrasi logam berat yang terkandung di dalam sedimen
disebabkan oleh banyaknya zat (logam berat) yang mengendap di dalamnya.
Apalagi logam berat merupakan logam yang memiliki bobot lebih besar
dibandingkan dengan logam lainnya, sehingga logam berat tersebut lebih mudah
jatuh dan mengendap di bawah perairan. Oleh sebab itu, kandungan logam berat
0.2750.280.2850.290.2950.3
0.3050.310.3150.320.325
A1 B1 C1 A2 B2 C2
Kon
sent
rasi
Tem
baga
(mg/
liter
)
Titik Pantau
Rata-rata Konsentrasi Tembaga
Konsentrasi Cu
0
0.0005
0.001
0.0015
0.002
0.0025
0.003
A1 B1 C1 A2 B2 C2
Kon
sent
rasi
Tim
bal
(mg/
liter
)
Titik Pantau
Rata-rata Konsentrasi Timbal
Konsentrasi Pb
24
di dalam sedimen lebih banyak ditemukan dibandingkan logam berat yang
terkandung di dalam air atau kerang.
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pada umumnya pencemaran logam berat di perairan sungai PPI Ujong Baroh di
sebabkan oleh limbah domestik yang berasal dari aktivitas masyarakat
setempat seperti pencucian boat, tumpahan minyak, buangan sampah/limbah,
dll.
2. Konsentrasi logam berat (Fe, Cu dan Pb) secara keseluruhan pada dua titik
lokasi adalah; 1) air: Fe berkisar 3,9875-5,9321 mg/l, Cu berkisar 0,0554-
0,0695 mg/l, dan Pb tidak terdeteksi, 2) kerang: Fe berkisar 0,0021-0,045 mg/l,
Cu berkisar 0,0001-0,0013 mg/l, dan Pb 0,1645 mg/l, 3) sedimen: Fe berkisar
9,7585-12,0025 mg/l, Cu berkisar 0,2931-0,3212 mg/l, dan Pb 0,0028 mg/l.
3. Berdasarkan data hasil analisa, diketahui bahwa kualitas air sudah melebihi
batas baku mutu terutama cemaran dari logam berat Fe. Sedangkan untuk
kerang masih di bawah batas baku mutu. Artinya bahwa kerang tersebut masih
layak untuk dikonsumsi.
4. Berdasarkan PP. No. 82/2001 tentang kelas kualitas air terhadap status
konsentrasi logam berat, diketahui bahwa konsentrasi logam berat Fe untuk
kelas 1-4 yang meliputi peruntukan air baku air minum, pembudidayaan ikan,
pertanian, peternakan, dll, sudah melebihi batas baku mutu yang telah
ditetapkan. Untuk logam berat Cu, nilai konsentrasinya masih berada di bawah
batas baku mutu, khususnya untuk kelas 4 yang peruntukannya untuk mengairi
pertanaman.
5.2 Saran
1. Perlu adanya pemantauan secara berkala agar kondisi kandungan logam berat
di sungai PPI Ujong Baroh dapat diketahui secara berkesinambungan dan perlu
adanya tindak lanjut dalam upaya mengurangi pencemaran air sungai.
2. Perlu adanya perencanaan dalam pembuatan tempat khusus dalam upaya
pengelolaan sampah dan limbah.
DAFTAR PUSTAKA
Boney, A. D. 1989. Phytoplankton. Second edition. Edward Arnold, London. 118p.
Connell, D. W., & Gregory, J.M. 1995. Kimia Dan Ekotoksikologi Pencemaran.Penerbit Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Penerbit UI.Jakarta.
Duffus, J.J. 1980. Environmental Toxicology. London: Edward Arnold(Publishers) Ltd.
Eaton, Andrew, et al. 2005. Standard Methods for Examination of Water andWastewater. 21st Edition. American Public Health Association. MarrylandUSA.
Effendi, H. 2003. Telaahan Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya danLingkungan Perairan. PT. Kanisius. Yogyakarta. 257 hal.
Hutabarat, S dan S.M. Evans. 1986. Pengantar Oseanografi. Jakarta : UI Press.
Iqbal, H. Z. and M.A. Qodir. 1990. AAS determination of Lead and Cadmium inLeaves Polluted by Vehicles Exhoust. Interface. Juornal EnvironmentalAnalytic Chemistry. 38 (4) : 533 – 538.
Jenkins GP, and Black KP. 1994. Temporal Variability in Settlement of a CoastalFish (Sillaginodes punctata) Determined by Low-FrequencyHydrodynamics. J Austr. Mar Freshwaters 39 (7): 1744–17.
Laporan Tahunan. 2011. Dinas Perikanan dan Kelautan. Kabupaten Aceh Barat.Meulaboh.
Miettinen, J.K. 1977. Inorganic Trace Element as Water Pollutan to Healt andAquatic Biota dalam F. Coulation an E.
Moore, J.W. 1991. Inorganic Contaminats of Surface Water. Springer-Verlag,New York. 334 p.
Nordberg J. F., Parizek J., Pershagen G., and Gerhardsson L. 1986. FactorInfluencing Effect and Dose-Respons Relationships of Metals. In: FreibergL.
Novotny, V. and Olem, H. 1994. Water Quality, Prevention, Identification, andManagement of Diffuse Pollution. Van Nostrans Reinhold, New York. 1054p.
Nurhasan. 1983. Pencemaran Merkuri. Warta Balai Industri Semarang. Semarang.Hal 1-4.
Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. 3rd edition. W.B Saunders Company.Philadelphia.
Palar, Heryando. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta:Rineka Cipta.
Paul C. Eck dan Larry Wilson. 1989. Iron Toxicity. Arizona – USA : The EckInstitute of Applied Nutrition and Bioenergetics, Ltd.
Peraturan Pemerintah Pasal 8 No. 82/2001, Tentang Kriteria Kualitas Air.
Riyanti, B.P.D. 2003. Kewirausahaan Dari Sudut Pandang PsikologiKepribadian. Grasindo. Jakarta.
Skoog. D. A., Donald M. West, F. James Holler, Stanley R. Crouch. 2000.Fundamentals of Analytical Chemistry. Hardcover: 992 pages.
Slamet, S. J. 1994. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Supriharyono, M.S. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam diWilayah Pesisir Tropis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sutamihardja, R.T.M., Adnan, K. dan Sanusi. 1982. Perairan Teluk JakartaDitinjau dari Tingkat Pencemarannya. Fakultas Pascasarjana, Jurusan PSL.IPB.