i pendahuluanrepository.utu.ac.id/498/1/bab i_v.pdf · 2017. 9. 21. · i pendahuluan 1.1 latar...

27
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan perairan yang mempunyai fungsi penting bagi kehidupan organisme akuatik maupun bagi kehidupan manusia termasuk untuk menunjang keseimbangan lingkungan. Sebagai akibat adanya peningkatan kegiatan pembangunan di berbagai bidang, maka baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempunyai dampak terhadap kerusakan lingkungan termasuk di dalamnya pencemaran sungai yang berasal dari limbah domestik maupun non domestik seperti limbah rumah tangga, pabrik dan industri. Pencemaran adalah perubahan-perubahan sifat fisik, kimia dan biologi yang tidak dikehendaki pada udara, tanah dan air (Odum, 1971). Pencemaran merupakan masalah yang sudah sangat popular bagi masyarakat dan perlu mendapatkan penanganan oleh semua kalangan masyarakat untuk mengatasinya. Pencemaran terjadi bila ketidakseimbangan struktur dan daur materi dalam lingkungan mengalami perubahan. Ketidakseimbangan struktur dan daur materi terjadi karena proses alam atau juga karena kebutuhan manusia. Banyak kegiatan atau perbuatan manusia untuk memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan teknologi, sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan yang berdampak pada makhluk hidup maupun pada perairan. Pencemaran lingkungan adalah peristiwa penyebaran bahan kimia berupa logam berat dengan kadar tertentu yang dapat merubah keadaan keseimbangan pada daur materi, baik keadaan struktur maupun fungsinya (Effendi, 2003). Kawasan sungai yang tercemar oleh logam berat biasanya berasal dari air buangan berupa limbah sebagai dampak dari aktivitas manusia. Secara umum, logam berat bersifat racun dan dapat memberikan efek negatif terhadap organisme hidup. Pencemaran logam berat seperti Besi (Fe), Nikel (Ni), Arsenik (As), Mangan (Mn), Seng (Zn), Kadmium (Cd), Cromium (Cr), Tebaga (Cu), Timbal (Pb) dan Raksa (Hg) (Darmono, 1995). Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Ujong Baroh yang terletak di kawasan Meulaboh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat merupakan bagian dari sungai Krueng Cangkoi yang setiap harinya selalu dipenuhi oleh aktivitas

Upload: others

Post on 20-Jan-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/498/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 21. · I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan perairan yang mempunyai fungsi

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan perairan yang

mempunyai fungsi penting bagi kehidupan organisme akuatik maupun bagi

kehidupan manusia termasuk untuk menunjang keseimbangan lingkungan.

Sebagai akibat adanya peningkatan kegiatan pembangunan di berbagai bidang,

maka baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempunyai dampak

terhadap kerusakan lingkungan termasuk di dalamnya pencemaran sungai yang

berasal dari limbah domestik maupun non domestik seperti limbah rumah tangga,

pabrik dan industri. Pencemaran adalah perubahan-perubahan sifat fisik, kimia

dan biologi yang tidak dikehendaki pada udara, tanah dan air (Odum, 1971).

Pencemaran merupakan masalah yang sudah sangat popular bagi

masyarakat dan perlu mendapatkan penanganan oleh semua kalangan masyarakat

untuk mengatasinya. Pencemaran terjadi bila ketidakseimbangan struktur dan daur

materi dalam lingkungan mengalami perubahan. Ketidakseimbangan struktur dan

daur materi terjadi karena proses alam atau juga karena kebutuhan manusia.

Banyak kegiatan atau perbuatan manusia untuk memenuhi kebutuhan biologis dan

kebutuhan teknologi, sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan yang

berdampak pada makhluk hidup maupun pada perairan. Pencemaran lingkungan

adalah peristiwa penyebaran bahan kimia berupa logam berat dengan kadar

tertentu yang dapat merubah keadaan keseimbangan pada daur materi, baik

keadaan struktur maupun fungsinya (Effendi, 2003).

Kawasan sungai yang tercemar oleh logam berat biasanya berasal dari air

buangan berupa limbah sebagai dampak dari aktivitas manusia. Secara umum,

logam berat bersifat racun dan dapat memberikan efek negatif terhadap organisme

hidup. Pencemaran logam berat seperti Besi (Fe), Nikel (Ni), Arsenik (As),

Mangan (Mn), Seng (Zn), Kadmium (Cd), Cromium (Cr), Tebaga (Cu), Timbal

(Pb) dan Raksa (Hg) (Darmono, 1995).

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Ujong Baroh yang terletak di kawasan

Meulaboh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat merupakan bagian

dari sungai Krueng Cangkoi yang setiap harinya selalu dipenuhi oleh aktivitas

Page 2: I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/498/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 21. · I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan perairan yang mempunyai fungsi

2

penduduk. Beberapa aktivitas yang sifatnya mencemari perairan seperti

pembuangan sampah dan limbah ke sungai. Buangan limbah yang mengandung

logam berat tersebut terdistribusi dan tersuspensi di dalam sedimen dan perairan,

dan terakumulasi pada organisme hidup. Sehingga perairan PPI Ujong Baroh

syarat akan tercemar oleh kandungan logam berat yang dapat merusak ekosistem

di dalam perairan tersebut. Oleh sebab itu, perlu adanya pemantauan kadar logam

berat dalam air sungai, sehingga dapat diketahui tingkat toleransi kelayakan (baku

mutu) kualitas air tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Tingginya tingkat aktivitas di PPI Ujong Baroh seperti; bongkar muat ikan,

tumpahan minyak, dan buangan limbah, semua aktivitas ini dapat memberikan

gangguan ekologis bagi perairan sekitar (termasuk biota air, seperti ikan, kerang,

dll). Kerang, air dan sedimen merupakan beberapa parameter yang bisa dilakukan

pengukuran terhadap tingginya tingkat gangguan ekologis/pencemaran di lokasi

perairan tersebut.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan logam berat yang

terdapat di sekitar perairan PPI Ujong Baroh Meulaboh, Kecamatan Johan

Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi suatu gambaran dan informasi

kepada masyarakat mengenai kondisi perairan di PPI Ujong Baroh Meulaboh.

Bagi petani ikan dapat bermanfaat sebagai penambah wawasan mengenai

pemanfaatan baku mutu air yang baik bagi peruntukan perikanan, dan informasi

mengenai bahaya yang ditimbulkan akibat pencemaran logam berat terhadap air

budidaya. Bagi pemerintah dapat bermanfaat sebagai tolok ukur untuk mengetahui

tingkat pencemaran logam berat, sehingga dengan diketahuinya tingkat

pencemaran logam berat di perairan tersebut, maka pemerintah dapat mengambil

suatu langkah-langkah dalam upaya menanggulangi tingkat pencemarannya.

Page 3: I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/498/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 21. · I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan perairan yang mempunyai fungsi

3

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pencemaran Air Sungai

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan sebagai hajat hidup

orang banyak. Semua makhluk hidup membutuhkan air untuk kehidupannya

sehingga sumber daya air perlu dilindungi agar tidak tercemar dan dapat tetap

dimanfaatkan dengan baik. Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya

makhluk hidup, zat, energi dan komponen lainnya ke dalam air oleh kegiatan

manusia, sehingga kualitas air menurun sampai ketingkat tertentu yang

menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya (Effendi,

2003).

Masuknya logam ke dalam lingkungan perairan dapat berasal dari kegiatan

pertambangan, cairan limbah rumah tangga, aliran air perkotaan, limbah dan

buangan industri, dan aliran pertanian (Connell., at al, 1995). Kandungan logam

berat tersebut pada jenis dan tingkat tertentu dapat berbahaya bagi manusia seperti

pada kandungan logam berat merkuri (Slamet, 1992). Terakumulasinya logam

berat dalam rantai makanan akan membahayakan manusia yang mengkonsumsi

ikan yang telah mengandung logam berat tersebut, sehingga secara tidak langsung

dapat membahayakan kehidupan generasi mendatang.

Berkaitan dengan pengaruh bahan-bahan pencemar terhadap kehidupan

manusia, Supriharyono (2000), mengelompokkan bahan pencemar menjadi tiga

tipe, yaitu:

1. Bahan pencemar yang bersifat pathogen (Pathogenics pollutants), yaitu

bahan pencemar yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia.

2. Bahan pencemar yang berkaitan dengan nilai keestetikaan (aesthetic

pollutants), yaitu bahan pencemar yang menyebabkan terjadinya perubahan

lingkungan yang tidak nyaman untuk indra mata, telinga atau hidung.

3. Bahan pencemar ekomorpik (echomorphic pollutants), yaitu bahan

pencemar yang menghasilkan perubahan-perubahan sifat-sifat fisika

lingkungan.

Berdasarkan sifat kimia dan fisikanya, maka tingkat atau daya racun logam

berat terhadap hewan air dapat diurutkan (dari tinggi kerendah) sebagai berikut:

Page 4: I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/498/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 21. · I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan perairan yang mempunyai fungsi

4

merkuri (Hg), kadmium (Cd), seng (Zn), timah hitam (Pb), krom (Cr), nikel (Ni),

dan kobalt (Co) (Sutamihardja et al, 1982).

2.2 Pencemaran Logam Berat

Logam berat adalah unsur logam yang mempunyai densitas > 5 g/cm3dalam

air laut, logam berat terdapat dalam bentuk terlarut dan tersuspensi. Dalam

kondisi alami ini, logam berat dibutuhkan oleh organisme untuk pertumbuhan dan

perkembangan hidupnya (Effendi, 2003). Miettinen (1977), juga menyatakan hal

yang sama bahwa logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih

besar dari 5 gr/cm3, terletak di sudut kanan bawah system periodik, mempunyai

afinitas yang tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92

dari perioda 4 sampai 7. Sebagian logam berat seperti timbal (Pb), kadmium (Cd),

dan merkuri (Hg) merupakan zat pencemar yang berbahaya. Peningkatan kadar

logam berat dalam air akan mengakibatkan logam berat yang semula dibutuhkan

untuk berbagai proses metabolisme akan berubah menjadi racun bagi organisme

akuatik.

Menurut Nordberg., et.al (1986), logam berat jika sudah terserap ke dalam

tubuh maka tidak dapat dihancurkan tetapi akan tetap tinggal di dalamnya hingga

nantinya dibuang melalui proses eskresi. Hal serupa juga terjadi apabila suatu

lingkungan terutama di perairan telah terkontaminasi (tercemar) logam berat maka

proses pembersihannya akan sulit sekali dilakukan. Kontaminasi logam berat ini

dapat berasal dari faktor alam seperti kegiatan gunung berapi dan kebakaran

hutan, atau faktor manusia seperti pembakaran minyak bumi, pertambangan,

peleburan, proses industri, kegiatan pertanian, peternakan dan kehutanan, serta

limbah buangan termasuk sampah rumah tangga.

Selain bersifat racun, logam berat juga terakumulasi dalam sedimen dan

biota melalui proses biokonsentrasi, bioakumulasi dan biomagnifikasi oleh biota

perairan. Logam-logam berat yang masuk ke dalam tubuh hewan umumnya tidak

dikeluarkan lagi dari tubuh mereka. Sebagai akibatnya, logam-logam ini akan

terus ada di sepanjang rantai makanan. Hal ini disebabkan karena predator pada

satu trofik level memakan mangsa mereka dari trofik level yang lebih rendah yang

telah tercemar (Hutabarat dan Evans, 1986).

Page 5: I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/498/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 21. · I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan perairan yang mempunyai fungsi

5

2.3 Beberapa Jenis Logam Berat dan Sumber Pencemarannya

2.3.1 Tembaga (Cu)

Tembaga dengan nama kimia cupprum dilambangkan dengan Cu

merupakan unsur logam yang berbentuk kristal dengan warna kemerahan. Unsur

tembaga di alam dapat ditemukan dalam bentuk logam bebas, akan tetapi lebih

banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau sebagai senyawa padat dalam

bentuk mineral. Pada perairan alami, kadar tembaga biasanya < 0,02 mg/l (Moore,

1991).

Pada umumnya, sumber masuknya unsur logam Cu dalam tatanan

lingkungan adalah secara alamiah dan non alamiah (Palar, 2004). Secara alamiah,

Cu dapat masuk ke dalam tatanan lingkungan sebagai akibat dari berbagai

peristiwa alam, seperti pengikisan (erosi) dari batuan mineral dan dari debu yang

terdapat dalam lapisan udara dan dibawa turun oleh hujan. Secara non alamiah,

Cu masuk ke dalam suatu tatanan lingkungan sebagai akibat dari aktifitas

manusia, seperti buangan industri (contohnya industri galangan kapal) yang

memakai Cu dalam proses produksinya (Palar, 2004). Sebagai logam berat, Cu

digolongkan ke dalam logam berat essensial, artinya meskipun Cu logam berat

yang beracun, unsur ini sangat diperlukan oleh makhluk hidup meski dalam

jumlah yang sedikit. Pada tumbuhan, termasuk algae, tembaga berperan dalam

menstransfer elektron pada proses fotosistesis (Boney, 1989). Toksinitas yang

dimiliki oleh Cu baru akan bekerja dan memperlihatkan pengaruhnya bila logam

ini telah masuk ke dalam tubuh organisme dalam jumlah besar atau melebihi nilai

toleransi organisme terkait (Duffus, 1980). Defisiensi tembaga dapat

mengakibatkan anemia, namun kadar tembaga yang berlebihan dapat

mengakibatkan kerusakan pada hati (Moore, 1991).

2.3.2 Besi (Fe)

Besi atau ferrum (Fe) adalah metal bewarna putih keperakan, liat, dan dapat

dibentuk. Kadar besi pada perairan alami berkisar antara 0,05-0,2 mg/l (Boyd,

1988). Kadar besi > 1,0 mg/l dianggap membahayakan kehidupan organisme

akuatik (Moore, 1991). Besi digunakan dalam proses produksi besi baja, yang

Page 6: I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/498/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 21. · I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan perairan yang mempunyai fungsi

6

bukan hanya unsur besi saja tetapi dalam bentuk alloy (campuran beberapa logam

dan bukan logam, terutama karbon) (Eaton et al, 2005).

Di dalam air minum Fe menimbulkan warna (kuning), rasa, pengendapan

pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan. Meski demikian,

besi juga merupakan salah satu logam esensial yang sangat dibutuhkan. Pada

tumbuhan, termasuk algae, besi berperan sebagai penyusun klorofil dan juga

berperan dalam mentrasfer electron pada proses fotosintesis (Boney, 1989). Besi

dibutuhkan tubuh dalam pembentukan Hemoglobin. Sekalipun Fe itu diperlukan

tubuh, tetapi dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian seringkali

disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini (Paul C. Eck, et.al, 1989). Debu Fe

juga dapat diakumulasi yang menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru. Selain

itu, kelebihan zat besi (Fe) juga bisa menyebabkan keracunan dimana terjadi

muntah, penuaan dini hingga kematian mendadak, muntah marah, radang sendi,

cacat lahir, gusi berdarah, dan kanker (Paul C. Eck, et.al, 1989).

2.3.3 Timbal (Pb)

Logam timbal (Pb) berasal dari buangan industri metalurgi, yang bersifat

racun.Terdapat dalam bentuk kompleks dengan zat organik seperti hexaetil

timbal, dan tetra alkil lead (TAL) (Iqbalet al, 1990). Timbal dalam perairan

ditemukan dalam bentuk terlarut dan tersuspensi. Kelarutan timbal cukup rendah

sehingga kadar timbal dalam air relatif sedikit (Novotny dan Olem, 1994).

Timbal tidak termasuk unsur yang esensial bagi makhluk hidup, bahkan

unsur ini bersifat toksik bagi hewan dan manusia karena dapat terakumulasi di

dalam tubuh. Pada hewan dan manusia, timbal dapat masuk ke dalam tubuh

melalui makanan dan minuman yang dikomsumsi serta melalui pernapasan dan

penetrasi pada kulit. Di dalam tubuh manusia, timbal dapat menghambat aktifitas

enzim yang terlibat dalam pembentukan hemoglobin yang dapat menyebabkan

penyakit anemia. Gejala yang diakibatkan dari keracunan logam timbal adalah

kurangnya nafsu makan, kejang, muntah dan pusing-pusing. Timbal dapat juga

menyerang susunan saraf dan mengganggu system reproduksi, kelainan ginjal,

dan kelainan jiwa (Iqbal et al, 1990).

Page 7: I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/498/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 21. · I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan perairan yang mempunyai fungsi

7

2.4 Klasifikasi Kualitas Air

Kriteria mutu air dan penetapan kelas air diatur pada PP. No. 82/2001, yang

disertai dengan lampiran kriteria mutu air berdasarkan kelasnya. Kelas air adalah

peringkat kualitas air yang dinilai masih layak untuk dimanfaatkan bagi

peruntukan tertentu. Pembagian kelas air ini didasarkan pada tingkatan baiknya

mutu air, dan kemungkinan kegunaannya. Tingkatan mutu air dari setiap kelas

disusun berdasarkan kemungkinan kegunaannya bagi suatu peruntukan. Kriteria

mutu air adalah tolok ukur mutu air untuk setiap kelas air. Definisi pada pasal 8

PP. No. 82/2001 adalah sebagai berikut:

1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air

minum, dan peruntukan lain dengan syarat kualitas yang sama.

2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana

rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, pertanaman, dan

peruntukan lain dengan syarat kualitas yang sama.

3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan

ikan air tawar, peternakan, pertanaman, dan peruntukan lain dengan syarat

kualitas yang sama.

4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi

pertanaman, dan peruntukan lain dengan syarat kualitas yang sama.

Tabel 1: Kelas mutu air

No Parameter Unit Kelas Mutu Air

I II III IV

Kimia

1 Tembaga (Cu) Mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2

2 Besi (Fe) Mg/L 0,3 (-) (-) (-)

3 Timbal (Pb) Mg/L 0,003 0,03 0,03 1

Kajian kriteria mutu air Lamp. PP No. 82/2001

Page 8: I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/498/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 21. · I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan perairan yang mempunyai fungsi

8

2.5 Analisis Metode AAS

2.5.1 Prinsip Kerja AAS

Atomic Absorption Spectrofotometer (AAS) adalah suatu alat yang

digunakan pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam yang

pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang gelombang

tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas. Metode AAS berprinsip pada

absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang

gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Dengan absorpsi energi,

berarti memperoleh lebih banyak energi, Suatu atom pada keadaan dasar dinaikan

tingkat energinya ketingkat eksitasi. Eksitasi adalah proses penyerahan energi

radiasi ke suatu atom, yang menyebabkan terjadinya pengalihan energi dari

keadaan dasarnya ke suatu keadaan dengan tenaga yang lebih tinggi. Keberhasilan

analisis ini tergantung pada proses eksitasi dan memperoleh garis resonansi yang

tepat (garis spektrum yang tajam dan dengan intensitas maksimum) (Skoog et al.,

2000).

2.5.2 Cara Kerja AAS

Setiap alat AAS terdiri atas tiga komponen berikut:

1. Unit atomisasi

2. Sumber radiasi

3. Sistem pengukur fotometrik

Atomisasi adalah suatu proses dimana sampel (padat, cair atau larutan)

diubah bentuknya menjadi bentuk gas bebas sehingga terbentuk atom netral.

Atomisasi dapat dilakukan dengan baik dengan nyala maupun dengan tungku.

Untuk mengubah unsur metalik menjadi uap atau hasil disosiasi (penguraian)

diperlukan energi panas. Temperatur harus benar-benar terkendali dengan sangat

hati-hati agar proses atomisasinya sempurna. Biasanya temperatur dinaikkan

secara bertahap, untuk menguapkan dan sekaligus mendisosiasikan senyawa yang

dianalisis. Bila ditinjau dari sumber radiasi, haruslah bersifat sumber yang

kontinyu. Di samping itu, sistem dengan penguraian optis yang sempurna

diperlukan untuk memperoleh sumber sinar dengan garis absorpsi yang

semonokromator mungkin. Monokromator adalah suatu alat yang berfungsi untuk

Page 9: I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/498/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 21. · I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan perairan yang mempunyai fungsi

9

mengisolasi salah satu garis resonansi atau radiasi dari sekian banyak spektrum

yang dihasilkan oleh lampu pijar/katoda (hollow cathode) atau untuk merubah

sinar polikromatis menjadi sinar monokromatis sesuai yang dibutuhkan oleh

pengukuran. Lampu katoda merupakan seperangkat sumber yang dapat

memberikan garis emisi yang tajam dari suatu unsur yang spesifik tertentu.

Dengan kata lain bahwa lampu pijar merupakan sumber cahaya pada AAS.

Lampu katoda pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur

yang akan diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk

pengukuran unsur Cu. Selanjutnya, dengan pemberian tegangan pada arus

tertentu, logam mulai memijar, dan atom-atom logam katodanya akan teruapkan

dengan pemercikkan. Atom akan tereksitasi kemudian mengemisikan radiasi pada

panjang gelombang tertentu (Skoog et al., 2000).

2.6 Profil PPI Ujong Baroh

2.6.1 Sejarah dan Letak Geografis PPI Ujong Baroh

PPI Ujong Baroh sebelum tsunami hanya berstatus sebagai Tempat

Pendaratan Ikan (TPI) dan hancur total akibat gempa dan gelombang tsunami

pada tahun 2004. Pada tahun 2006 TPI ini dibangun kembali serta mendapat

dukungan dari APBD untuk meningkatkan status dari TPI menjadi PPI. Pada saat

ini PPI telah berfungsi sebagai pusat ekonomi masyarakat, khususnya bagi para

nelayan di kawasan Meulaboh Aceh Barat (DKP Kab. Aceh Barat, 2011).

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Ujong Baroh berlokasi di Desa Ujong

Baroh Meulaboh, Kecamatan Johan Pahlawan, dengan luas wilayah sekitar 44,91

km2. PPI secara geografis terletak pada 40 07’ 30” LU dan 960 30’ BT yang

terletak di Desa Ujong Baroh dengan batasan-batasan sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Rundeng

- Sebelah Barat berbatasan dengan Jln. Nasional

- Sebelah Selatan berbatasan dengan sungai

- Sebelah Timur berbatasan dengan sungai Krueng Cangkoi (DKP Kab. Aceh

Barat, 2011).

Page 10: I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/498/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 21. · I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan perairan yang mempunyai fungsi

10

2.6.2 Armada Penangkapan Ikan

Pada tahun 2011 jumlah kapal motor (KM) atau perahu motor (PM) yang

ada di PPI Ujong Baroh berkisar 13 unit. Perahu motor terbagi dalam 2 tipe yaitu

motor tempel dan kapal motor. Selain perahu motor, juga terdapat perahu tanpa

motor (PTM) yang beroperasi. Adapun banyaknya jumlah armada penangkapan

ikan, baik yang berupa perahu motor maupun perahu tanpa motor yang terdapat di

Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2009-2011, dapat dilihat pada tabel (2-3)

berikut.

Tabel 2: Jumlah Perahu Motor (PM) di Kabupaten Aceh Barat Periode Tahun2009-2011

Jumlah Armada (Unit)

Tahun KM/PM Total

Motor Tempel Kapal Motor

2009 74 534 608

2010 74 536 610

2011 75 538 613

Tabel 3: Jumlah Perahu Tanpa Motor (PTM) di Kabupaten Aceh Barat PeriodeTahun 2009-2011

Jumlah Armada (Unit)

Tahun PTM Total

Kecil Sedang Besar

2009 35 26 2 63

2010 93 41 7 141

2011 97 42 6 145

Page 11: I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/498/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 21. · I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan perairan yang mempunyai fungsi

11

III METODELOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 di perairan PPI Ujong

Baroh Meulaboh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat, yang berupa

pengambilan sampel. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium Kimia

UNSYIAH Banda Aceh.

Lokasi Titik I

PPI

Lokasi Titik II

Gambar 1: Peta Lokasi Penelitian(Sumber : Google Maps, 2013)

3.2 Alat dan Bahan

Adapun instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Tabel 4: Instrumen yang digunakan pada penelitian

NoInstrumen

Alat Fungsi

1Atomic AbsorptionSpectrofotometer (AAS) tipe AA-6300 Shimadzu

Untuk mendeteksi logam berat

2 Gelas beker Sebagai wadah penampung

Lokasi penelitian

penelitian

Page 12: I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/498/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 21. · I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan perairan yang mempunyai fungsi

12

Tabel 5: Bahan yang digunakan pada penelitian

NoInstrumen

Bahan Fungsi1 Sedimen Sebagai objek penelitian

2 Kerang lokan (Batissa violacea) Sebagai objek penelitian

3 Air sampel Sebagai objek penelitian

4 Larutan asam nitratSebagai larutan pengawet danuntuk menghomogenkan larutan

5 Aquatridest Larutan penambah volum sampelhingga batas tanda yang diinginkan

6 Kertas saring (tipe 5, B) Untuk menyaring larutan

7 Asam Hidroklorik ( Hydrochloricacid)

Sebagai larutan pelarut

3.3 Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode porposive sampling. Porposive

sampling adalah teknik pengambilan sampel secara sengaja. Maksudnya, peneliti

menentukan sendiri sampel yang diambil karena ada pertimbangan tertentu. Jadi

sampel diambil tidak secara acak, tapi ditentukan sendiri oleh peneliti (Riyanti,

2003).

Pada lokasi penelitian dilakukan pengambilan sampel (air, kerang dan

sedimen) pada dua titik lokasi yang berbeda. Pengambilan sampel dilakukan

secara manual dengan menggunakan media botol. Pengambilan sampel air

3 Labu ukur Tempat untuk mengencerkan zattertentu

4 Gelas batang Untuk mengaduk larutan

5 Neraca analitik Untuk menimbang padatan kimia

6 Furnace Sebagai tempat pemanas atautempat pengabuan

7 Botol sampel Wadah untuk menyimpan objeksampel

8 Watch glass/ kaca penutup Sebagai kaca penutup media

9 Tabung gas Penyuplai gas pada AAS

Page 13: I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/498/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 21. · I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan perairan yang mempunyai fungsi

13

dilakukan pada bagian atas permukaan air, dan pengambilan sampel sedimen

dilakukan pada bagian permukaan sedimen, dimana sampel kerang juga diambil

disekitar lokasi pengambian sampel sedimen tersebut. Masing-masing titik

diambil 3 sampel, yaitu 3 sampel sedimen, 3 sampel air dan 3 sampel kerang

dengan tiga kali ulangan pada tiap-tiap titik. Jarak pengambilan sampel antara titik

satu dengan titik lainnya dalam satu bagian sekitar 10 meter.

3.4 Metode Pengambilan Data

1. Data Primer

Dilakukan pengambilan sampel penelitian, selanjutnya dilakukan analisis

dengan AAS untuk mendapatkan data kandungan logam berat.

2. Data Skunder

Dilakukan studi kepustakaan dari beberapa sumber referensi yang terkait,

guna mendukung topik penelitian.

3.5 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilaksanakan ini terdiri atas beberapa tahapan,

yaitu sebagai berikut:

Survey lapangan

Penentuan titik pengamatan

Pengambilan sampel (air, sedimen dan kerang)

Preparasi

Analisis sampel ke Laboratorium KimiaUNSYIAH

Gambar 2: Bagan aliran tahapan penelitian

Mula-mula melakukan survey lapangan untuk menentukan titik-titik lokasi

pengamatan. Penentuan lokasi titik pengamatan didasarkan pada tempat-tempat

yang diduga berpotensi mengandung cemaran logam berat seperti lokasi tempat

Page 14: I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/498/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 21. · I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan perairan yang mempunyai fungsi

14

pencucian boat dan tempat pengisian/tumpahan minyak yang biasanya sering

terjadi pada lokasi tempat persinggahan boat-boat. Selanjutnya dilakukan

pengambilan sampel yang tediri dari air, sedimen dan kerang lokan (Batissa

violacea). Pengambilan sampel dilakukan selama satu hari. Setelah itu dilakukan

preparasi, dimana sampel-sampel tersebut dipersiapkan, dimasukan ke dalam

wadah (fiber) dan diberi es. Preparasi dilakukan guna mencegah terjadinya

pengendapan, khususnya pada sampel air. Sampel-sampel tersebut dibawa ke

laboratorium, lalu dilakukan analisis dengan menggunakan AAS tipe AA-6300

Shimadzu.

3.5.1 Langkah Kerja

Mula-mula melakukan pencucian wadah dan peralatan preparasi ( untuk

kerang dan tanah) yang akan digunakan untuk dianalisis dengan menggunakan

sabun. Setelah peralatan bersih, kemudian direndam di dalam asam nitrat dengan

perbandingan 1:3. Setelah peralatan bersih, kemudian dibilas dengan akuatridest

sampai diperoleh air bilasan normal. Hasil pencucian tersebut dikeringkan dan

disimpan di dalam ruang bebas debu.

1. Sampel Air

a. Membuat larutan standar masing-masing larutan (larutan Fe, Cu dan Pb) 1000

ppm di dalam labu ukur, dengan campuran asam nitrat 0,1 M dan campuran

larutan akuatridest hingga konsentrasi masing-masing larutan 2 ppm.

b Pembuatan kurva kalibrasi unsur Fe, Cu dan Pb pada kondisi optimum unsur

terhadap AAS yang bekaitan dengan konsentrasi standar unsur dan panjang

gelombang. Maka didapatkan kisaran panjang gelombang maksimum masing-

masing unsur yaitu; Fe sebesar 248,3 nm, Cu sebesar 324,8 nm, dan Pb sebesar

283,3 nm, dengan konsentrasi standar unsurnya sebesar 5 ppm sebanyak 5 ml.

Selanjutnya larutan tersebut siap untuk dianalisa.

2. Sampel Kerang

a. Pertama-tama melakukan preparasi sampel. Pisahkan cangkang kerang dengan

bagian lunaknya (sampel yang digunakan adalah bagian lunak pada kerang).

Haluskan masing-masing sampel ±2 gram dengan menggunakan blender

hingga menjadi partikel-partikel kecil. Basahkan dengan air lalu ditambahkan

Page 15: I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/498/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 21. · I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan perairan yang mempunyai fungsi

15

25 ml asam nitrat untuk menghomogenkan larutan sampel, biarkan selama 24

jam.

b. Selanjutnya sampel dimasukan kedalam tempat pemanas. Sampel dipanaskan

pada suhu 1000C sampai kering. Setelah sampel kering lalu didinginkan.

Tambahkan 10 ml asam hidroklorik dan letakkan kembali ke dalam tempat

pemanas. Panaskan dan naikkan suhu secara bertahap 1000C setiap 30 menit

sampai mencapai 3000C hingga sampel menjadi abu.

c. Setelah sampel benar-benar kering (menjadi abu), selanjutnya sampel

didinginkan. Campurkan 2 ml asam hidroklorik dan air bebas ion hingga volum

larutan sampai pada tanda batas. Selanjutnya dilakukan perlakuan seperti pada

perlakuan sampel air sebelum dianalisa.

3. Sampel Sedimen

a. Melakukan preparasi sampel, dimana sebanyak 1 gram sampel dimasukkan ke

dalam 100 ml gelas beker dengan menambahkan 10 ml asam hidroklorik

(60%). Kemudian diaduk dengan gelas batang agar sampel terlarut dan

dibiarkan selama 24 jam. Selanjutnya sampel dikeringkan dengan cara

dipanaskan pada suhu 700C di dalam tempat pemanas, hingga sampel tersebut

menjadi kering. Kemudian sampel didinginkan, lalu ditambahkan dengan 5 ml

asam hidroklorik dan 20 ml air hangat.

b. Setelah itu, sampel disaring dengan menggunakan kertas penyaring (tipe 5, B)

ke dalam 500 ml gelas beker, sambil dicuci berulang-ulang dengan air hangat

sebanyak 10-12 kali. Sampel hasil saringan ditambahkan dengan air bebas ion

sampai pada batas tanda (250 ml). Selanjutnya dilakukan perlakuan seperti

pada sampel air sebelum dilakukan analisa.

3.6 Analisis Data

Data hasil kandungan logam berat (Fe,Cu dan Pb) yang didapat dari sampel

yang telah diamati (sedimen, air dan kerang) yang dianalisa menggunakan

instrumen AAS, selanjutnya dituangkan ke dalam bentuk grafik.

Page 16: I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/498/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 21. · I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan perairan yang mempunyai fungsi

16

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Perairan sungai di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Ujong Baroh

merupakan peraiaran sungai yang terletak di kawasan Meulaboh Aceh Barat.

Sungai ini secara ekonomi belum termanfaatkan dan secara ekologi kualitasnya

mengalami penurunan akibat dari buangan limbah baik limbah organik maupun

non organik, sebagai dampak dari berbagai macam aktifitas manusia seperti

pembuangan limbah di kawasan tersebut.

Perairan sungai PPI Ujong Baroh memiliki fungsi ekologis seperti halnya

sungai lainnya yaitu sebagai penampung limpasan air pada waktu hujan. Maka

sungai tersebut sebaiknya dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Agar perairan

sungai di PPI Ujong Baroh dapat dimanfaatkan dan dikelola dengan baik, maka

perlu dilakukan perencanaan pengelolaan dan pemanfaatannya secara tepat

dengan memperhatikan aspek fungsi ekologis, ekonomis dan estetika secara tepat.

4.1 Kandungan Logam Berat di Sungai PPI Ujong Baroh

Gambaran kandungan logam berat di perairan sungai PPI Ujong Baroh,

berdasarkan pemantauan sebanyak dua titik lokasi dengan tiga kali ulangan yang

dilakukan pada bulan Mei 2013, adalah sebagai berikut:

4.1.1 Kandungan Logam Berat Pada Air

Berdasarkan hasil analisa dan dikaitkan dengan penetapan kelas air

berdasarkan PP. No. 82/2001, diketahui bahwa konsentrasi logam besi (Fe) yang

terdapat di dalam air pada dua titik lokasi dengan tiga kali ulangan yaitu, pada

titik pertama (1) nilai konsentrasi Fe berkisar 5,3002-5,9321 mg/l. Konsentrasi

tertinggi terdapat pada titik C1 (5,9321 mg/l), dan nilai konsentasi terendah Fe

terdapat pada titik B1 (5,3002 mg/l) dengan rataan sebesar 5,5227 mg/l yang nilai

tersebut sudah melebihi baku mutu yang ditetapkan berdasarkan PP. No. 82/2001

yaitu besi 0,3 mg/l. Hal ini diduga karena tingginya aktivitas manusia setiap

harinya di lokasi PPI tersebut dan banyak menghasilkan limbah domestik yang

berpotensi mengandung logam berat, dimana sebagian besar limbah-limbah

tersebut jatuh atau dibuang ke sungai sehingga sungai tersebut tercemar oleh

logam berat. Contoh bahan pencemar yang diduga mengandung logam berat

Page 17: I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/498/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 21. · I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan perairan yang mempunyai fungsi

17

seperti tumpahan atau pembakaran bahan bakar minyak (bensin atau solar) yang

mengandung logam timbal. Bahan penyumbang logam berat lainnya berasal dari

bahan deterjen yang digunakan pada saat pencucian boat. Jenkins dan Russell

(1994), mengatakan bahwa di dalam deterjen, baik deterjen bubuk maupun cair

terkandung beberapa jenis logam berat yang diantaranya terdapat Cu (0,21-0,49

mg/l) dan Pb (< 0,2 mg/l). Selain faktor-faktor seperti yang telah disebutkan tadi,

penyebab pencemaran logam berat lainnya juga dapat berasal dari faktor fisika,

kimia dan biologi terutama pada penyebab tingginya kandungan logam besi di

dalam air seperti; 1) rendahnya pH air, dimana pH air yang rendah dapat

melarutkan logam termasuk besi karena terjadinya proses korosif, 2) adanya gas-

gas terlarut dalam air seperti CO2 dan H2S yang dapat bersifat korosif, 3)

tingginya kadar besi terlarut juga dapat dipengaruhi oleh bakteri besi, yaitu bakteri

yang dalam hidupnya membutuhkan makanan dengan mengoksidasi besi sehingga

besi larut di dalam air. Jenis bakteri besi ini adalah bakteri Crenotrik, Leptotrik,

Callitonella, Siderocapsa dan lain-lain.

Meskipun logam besi tergolong logam berat esensial yang sangat diperlukan

makhluk hidup dalam jumlah tertentu, namun dalam jumlah yang berlebihan

dapat menyebabkan keracunan. Paul C (1989), menyatakan bahwa kelebihan zat

besi bisa menyebabkan keracunan dimana terjadi muntah, penuaan dini hingga

kematian mendadak, muntah marah, radang sendi, cacat lahir, gusi berdarah, dan

kanker. Pada titik kedua (2) nilai konsentrasi Fe berkisar 3,9875-4,5231 mg/l.

Konsentrasi tertinggi terdapat pada titik A2 (4,8512), dan nilai konsentrasi

terendah terdapat pada titik C2 (3,9875) dengan rataan sebesar 4,4539 mg/l,

dimana nilai tersebut juga sudah melebihi baku mutu yang telah ditetapkan.

Sedangkan untuk logam timbal (Pb) tidak ditemukan pada semua titik lokasi.

Kandungan logam tembaga (Cu) pada dua titik lokasi, yaitu pada titik

pertama (1) nilai konsentrasi Cu di dalam air berkisar 0,0621-0,0695 mg/l.

Konsentrasi tertinggi terdapat pada titik B1 (0,0695 mg/l) dan konsentrasi

terendah terdapat pada titik C1 (0,0621 mg/l) dengan nilai rataan sebesar 0,0652

mg/l, dimana nilai konsentrasi rataan tersebut masih berada di bawah baku mutu,

khususnya peruntukan mutu air pada kelas empat yaitu sebesar 0,2 mg/l. Logam

Cu juga merupakan salah satu logam berat yang tergolong esensial, namun juga

Page 18: I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/498/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 21. · I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan perairan yang mempunyai fungsi

18

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

7.00

A1 B1 C1 A2 B2 C2

Kon

sent

rasi

Bes

i(m

g/lit

er)

Titik Pantau

Rata-rata Konsentrasi Besi

Konsentrasi Fe

Nilai baku mutu

akan sangat berbahaya bila dalam jumlah yang berlebihan. Moore (1991),

menyatakan bahwa kadar Cu yang berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan

pada hati. Pada titik kedua (2) nilai konsentrasi Cu berkisar 0,0554-0,0589 mg/l.

Konsentrasi tertinggi terdapat pada titik A2 (0,0589 mg/l), dan konsentrasi

terendah terdapat pada titik C2 (0,0554 mg/l) dengan rataan sebesar 0,0576 mg/l

yang juga masih berada di bawah baku mutu. Kondisi logam berat di dalam air

tersebut dapat dilihat pada gambar (3- 4) berikut.

Gambar 3: Rata-rata Konsentrasi Besi (Fe) Pada Air

Gambar 4: Rata-rata Konsentrasi Tembaga (Cu) Pada Air

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

A1 B1 C1 A2 B2 C2

Kon

sent

rasi

Tem

baga

(mg/

liter

)

Titik Pantau

Rata-rata Konsentrasi Tembaga

Konsentrasi Cu

Baku mutu gol. 3

Baku mutu gol. 4

Page 19: I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/498/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 21. · I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan perairan yang mempunyai fungsi

19

Berdasarkan uraian di atas, besarnya nilai konsentrasi logam berat (terutama

Cu dan Fe) di PPI Ujong Baroh dalam kriteria mutu air berdasarkan PP. No.

82/2001 untuk kelas satu (Cu 0,02 mg/l, Fe 0,3 mg/l, dan Pb 0,003 mg/l), yang

peruntukannya digunakan untuk air baku air minum sudah sangat tidak layak

untuk digunakan karena melebihi batas nilai baku mutu. Untuk kriteria mutu air

kelas dua dan tiga (Cu 0,02 mg/l, Fe 0,3 mg/l, dan Pb 0,03 mg/l), yang

peruntukannya untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan dan pertanaman

juga sudah melebihi batas nilai baku mutu. Sedangkan untuk kriteria mutu air

kelas empat (Cu 0,2 mg/l, Fe 0,3 mg/l, dan Pb 1 mg/l), yang peruntukannya

digunakan untuk mengairi pertananam, untuk logam Fe sudah melebihi batas baku

mutu, sedangkan untuk logam Cu masih berada di bawah batas baku mutu.

4.1.2 Kandungan Logam Berat Pada Kerang

Hasil analisa kandungan logam berat Cu dalam kerang di sungai PPI Ujong

Baroh pada lokasi titik 1 yaitu berkisar 0,0002-0,0011 mg/kg. Kandungan Cu di

dalam kerang hanya ditemukan pada titik A1 dan C1, sedangkan pada titik B1

tidak ditemukan. Nilai konsentrasi tertinggi Cu terdapat pada titik C1 (0,0011

mg/kg), dan nilai konsentrasi terendah terdapat pada titik A1 (0,0002 mg/kg)

dengan rataan sebesar 0,0004 mg/kg. Sedangkan pada lokasi titik 2, konsentrasi

Cu di dalam kerang berkisar 0,0001-0,0013 mg/kg. Konsentrasi tertinggi Cu

terdapat pada titik C2 (0,0013 mg/kg), dan konsentrasi terendah terdapat pada titik

B2 (0,0001 mg/kg) dengan rataan sebesar 0,0007 mg/kg. Hasil rataan logam Cu

pada kedua titik lokasi menunjukan bahwa kerang tersebut masih di bawah

ambang baku mutu untuk produk ikan dan hasil olahannya yang ditetapkan oleh

Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan No: 03725/B/SK/VII/89 yaitu sebesar 20

mg/kg.

Kandungan Fe dalam sampel kerang di sungai PPI Ujong Baroh pada lokasi

titik 1 yaitu berkisar 0,0025-0,0108 mg/kg. Nilai konsentrasi Fe tertinggi terdapat

pada titik C1 (0,0108 mg/kg), dan konsentrasi terendah terdapat pada titik A1

(0,0025 mg/kg) dengan rataan sebesar 0,0074 mg/kg. Sedangkan pada lokasi titik

2, kandungan Fe berkisar 0,0021-0,045 mg/kg. Nilai konsentrasi Fe tertinggi

terdapat pada titik C2 (0,045 mg/kg), dan konsentrasi terendah terdapat pada titik

A2 (0,0021 mg/kg) dengan rataan sebesar 0,0270 mg/kg. Untuk logam Fe tidak

Page 20: I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/498/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 21. · I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan perairan yang mempunyai fungsi

20

ditemukan seberapa besar batas kandungannya di dalam kerang atau produk ikan.

Namun menurut para ahli yang mengkaji tentang pengawasan makanan dan obat-

obatan merekomendasikan bahwa kandungan logam besi yang baik masuk ke

tubuh manusia yaitu sebesar 15 mg/kg.

Gambar 5: Rata-rata Konsentrasi Besi (Fe) Pada Kerang

Gambar 6: Rata-rata Konsentrasi Tembaga (Cu) Pada Kerang

Gambar 6: Rata-rata Konsentrasi Tembaga (Cu) Pada Kerang

00.0050.010.0150.020.0250.030.0350.040.0450.05

A1 B1 C1 A2 B2 C2

Kon

sent

rasi

Bes

i(m

g/lit

er)

Titik Pantau

Rata-rata Konsentrasi Besi

Konsentrasi Fe

0

0.0002

0.0004

0.0006

0.0008

0.001

0.0012

0.0014

A1 B1 C1 A2 B2 C2

Kon

sent

rasi

Tem

baga

(mg/

liter

)

Titik Pantau

Rata-rata Konsentrasi Tembaga

Konsentrasi Cu

Page 21: I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/498/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 21. · I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan perairan yang mempunyai fungsi

21

i

Gambar 7: Rata-rata Konsentrasi Timbal (Pb) Pada Kerang

Logam berat timbal (Pb) dalam kerang di sungai PPI Ujong Baroh hanya

terdapat pada lokasi titik C2 yaitu sebesar 0,1645 mg/kg, sedangkan pada lokasi

titik lainnya tidak ditemukan. Nilai konsentrasi logam Pb tersebut masih di bawah

batas baku mutu yang ditetapkan oleh dirjen POM No: 03725/B/SK/VII/89 yaitu

sebesar 2 mg/kg. Sedangkan baku mutu dari World Health Organization (WHO,

1989) menjelaskan bahwa batas maksimum konsumsi logam Pb pada manusia

adalah 50µg/kg berat badan per minggu. Sebagai contoh apabila kita mempunyai

berat badan 50 kg, maka dalam satu minggu kita hanya diperbolehkan termasuki

logam Pb maksimum sebesar 50 × 50µg = 2500 µg. Jadi apabila diambil contoh

kerang dengan konsentrasi timbal yang ditemukan di PPI Ujong Baroh sebesar

0,1645 mg/kg atau sama dengan 164,5 µg/kg, maka kita masih diperbolehkan

mengkonsumsi kerang maksimum seberat 15 kg per minggu.

Meskipun konsentrasi timbal masih berada di bawah nilai baku mutu,

namun timbal tidak termasuk unsur yang esensial bagi makhluk hidup, bahkan

unsur ini bersifat toksik bagi makhluk hidup bila melebihi baku mutu yang telah

ditetapkan. Iqbal et al (1990), menyatakan bahwa keracunan logam timbal dapat

menyebabkan kurangnya nafsu makan, kejang, muntah dan pusing-pusing, dan

pada beberapa kasus dapat menyebabkan gangguan pada sistem reproduksi dan

kelainan jiwa.

00.020.040.060.080.10.120.140.160.18

A1 B1 C1 A2 B2 C2

Kon

sent

rasi

Tim

bal

(mg/

liter

)

Titik Pantau

Rata-rata Konsentrasi Timbal

Konsentrasi Pb

Page 22: I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/498/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 21. · I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan perairan yang mempunyai fungsi

22

0

2

4

6

8

10

12

14

A1 B1 C1 A2 B2 C2

Kon

sent

rasi

Bes

i(m

g/lit

er)

Titik Pantau

Rata-rata Konsentrasi Besi

Konsentrasi Fe

4.1.3 Kandungan Logam Berat Pada Sedimen

Diantara ketiga sampel ( kerang, air dan sedimen), sedimen merupakan

sampel yang mengandung jumlah kandungan logam berat tertinggi, terutama

logam Fe dan Cu. Nilai konsentrasi Fe di dalam sedimen pada titik pertama (1)

berkisar 9,7585 -10,5898 mg/l. Nilai Konsentrasi tertinggi terdapat pada titik A1

(10,5898 mg/l), dan nilai konsentrasi terendah terdapat pada titik C1 (9,7585

mg/l) dengan rataan sebesar 10,1898 mg/l. Pada titik kedua (2) nilai konsentrasi

Fe berkisar 11,2545-12,0025 mg/l. Nilai konsentrasi tertinggi terdapat pada titik

B2 (12,0025 mg/l), dan nilai konsentrasi terendah terdapat pada titik A1 (11,2545

mg/l) dengan rataan 11,6031 mg/l. Untuk logam Pb hanya ditemukan pada titik

C2 yaitu 0,0028 mg/l, sedangkan pada titik lainnya tidak ditemukan.

Untuk logam Cu nilai konsentrasi di dalam sedimen pada kedua titik yaitu,

pada titik pertama (1) nilai konsentrasi Cu berkisar 0,2931-0,3212 mg/l. Nilai

konsentrasi tertinggi terdapat pada titik A1 (0,3212 mg/l), dan nilai konsentrasi

terendah terdapat pada titik B1 (0,2931 mg/l) dengan rataan sebesar 0,3051 mg/l.

Sedangkan pada titik kedua (2) nilai konsentrasi Cu berkisar 0,2998-0,3102 mg/l.

Nilai konsentrasi tertinggi terdapat pada titik B2 (0,3102 mg/l), dan nilai

konsentrasi terendah terdapat pada titik A2 (0,2998 mg/l) dengan rataan sebesar

0,3062 mg/l.

Gambar 8: Rata-rata Konsentrasi Besi (Fe) Pada Sedimen

Page 23: I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/498/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 21. · I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan perairan yang mempunyai fungsi

23

Gambar 9: Rata-rata Konsentrasi Tembaga (Cu) Pada Sedimen

Gambar 10: Rata-rata Konsentrasi Timbal (Pb) Pada Sedimen

Besarnya nilai konsentrasi logam berat yang terkandung di dalam sedimen

disebabkan oleh banyaknya zat (logam berat) yang mengendap di dalamnya.

Apalagi logam berat merupakan logam yang memiliki bobot lebih besar

dibandingkan dengan logam lainnya, sehingga logam berat tersebut lebih mudah

jatuh dan mengendap di bawah perairan. Oleh sebab itu, kandungan logam berat

0.2750.280.2850.290.2950.3

0.3050.310.3150.320.325

A1 B1 C1 A2 B2 C2

Kon

sent

rasi

Tem

baga

(mg/

liter

)

Titik Pantau

Rata-rata Konsentrasi Tembaga

Konsentrasi Cu

0

0.0005

0.001

0.0015

0.002

0.0025

0.003

A1 B1 C1 A2 B2 C2

Kon

sent

rasi

Tim

bal

(mg/

liter

)

Titik Pantau

Rata-rata Konsentrasi Timbal

Konsentrasi Pb

Page 24: I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/498/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 21. · I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan perairan yang mempunyai fungsi

24

di dalam sedimen lebih banyak ditemukan dibandingkan logam berat yang

terkandung di dalam air atau kerang.

Page 25: I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/498/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 21. · I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan perairan yang mempunyai fungsi

V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pada umumnya pencemaran logam berat di perairan sungai PPI Ujong Baroh di

sebabkan oleh limbah domestik yang berasal dari aktivitas masyarakat

setempat seperti pencucian boat, tumpahan minyak, buangan sampah/limbah,

dll.

2. Konsentrasi logam berat (Fe, Cu dan Pb) secara keseluruhan pada dua titik

lokasi adalah; 1) air: Fe berkisar 3,9875-5,9321 mg/l, Cu berkisar 0,0554-

0,0695 mg/l, dan Pb tidak terdeteksi, 2) kerang: Fe berkisar 0,0021-0,045 mg/l,

Cu berkisar 0,0001-0,0013 mg/l, dan Pb 0,1645 mg/l, 3) sedimen: Fe berkisar

9,7585-12,0025 mg/l, Cu berkisar 0,2931-0,3212 mg/l, dan Pb 0,0028 mg/l.

3. Berdasarkan data hasil analisa, diketahui bahwa kualitas air sudah melebihi

batas baku mutu terutama cemaran dari logam berat Fe. Sedangkan untuk

kerang masih di bawah batas baku mutu. Artinya bahwa kerang tersebut masih

layak untuk dikonsumsi.

4. Berdasarkan PP. No. 82/2001 tentang kelas kualitas air terhadap status

konsentrasi logam berat, diketahui bahwa konsentrasi logam berat Fe untuk

kelas 1-4 yang meliputi peruntukan air baku air minum, pembudidayaan ikan,

pertanian, peternakan, dll, sudah melebihi batas baku mutu yang telah

ditetapkan. Untuk logam berat Cu, nilai konsentrasinya masih berada di bawah

batas baku mutu, khususnya untuk kelas 4 yang peruntukannya untuk mengairi

pertanaman.

5.2 Saran

1. Perlu adanya pemantauan secara berkala agar kondisi kandungan logam berat

di sungai PPI Ujong Baroh dapat diketahui secara berkesinambungan dan perlu

adanya tindak lanjut dalam upaya mengurangi pencemaran air sungai.

2. Perlu adanya perencanaan dalam pembuatan tempat khusus dalam upaya

pengelolaan sampah dan limbah.

Page 26: I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/498/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 21. · I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan perairan yang mempunyai fungsi

DAFTAR PUSTAKA

Boney, A. D. 1989. Phytoplankton. Second edition. Edward Arnold, London. 118p.

Connell, D. W., & Gregory, J.M. 1995. Kimia Dan Ekotoksikologi Pencemaran.Penerbit Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Penerbit UI.Jakarta.

Duffus, J.J. 1980. Environmental Toxicology. London: Edward Arnold(Publishers) Ltd.

Eaton, Andrew, et al. 2005. Standard Methods for Examination of Water andWastewater. 21st Edition. American Public Health Association. MarrylandUSA.

Effendi, H. 2003. Telaahan Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya danLingkungan Perairan. PT. Kanisius. Yogyakarta. 257 hal.

Hutabarat, S dan S.M. Evans. 1986. Pengantar Oseanografi. Jakarta : UI Press.

Iqbal, H. Z. and M.A. Qodir. 1990. AAS determination of Lead and Cadmium inLeaves Polluted by Vehicles Exhoust. Interface. Juornal EnvironmentalAnalytic Chemistry. 38 (4) : 533 – 538.

Jenkins GP, and Black KP. 1994. Temporal Variability in Settlement of a CoastalFish (Sillaginodes punctata) Determined by Low-FrequencyHydrodynamics. J Austr. Mar Freshwaters 39 (7): 1744–17.

Laporan Tahunan. 2011. Dinas Perikanan dan Kelautan. Kabupaten Aceh Barat.Meulaboh.

Miettinen, J.K. 1977. Inorganic Trace Element as Water Pollutan to Healt andAquatic Biota dalam F. Coulation an E.

Moore, J.W. 1991. Inorganic Contaminats of Surface Water. Springer-Verlag,New York. 334 p.

Nordberg J. F., Parizek J., Pershagen G., and Gerhardsson L. 1986. FactorInfluencing Effect and Dose-Respons Relationships of Metals. In: FreibergL.

Novotny, V. and Olem, H. 1994. Water Quality, Prevention, Identification, andManagement of Diffuse Pollution. Van Nostrans Reinhold, New York. 1054p.

Nurhasan. 1983. Pencemaran Merkuri. Warta Balai Industri Semarang. Semarang.Hal 1-4.

Odum, E.P. 1971. Fundamental of Ecology. 3rd edition. W.B Saunders Company.Philadelphia.

Palar, Heryando. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta:Rineka Cipta.

Page 27: I PENDAHULUANrepository.utu.ac.id/498/1/BAB I_V.pdf · 2017. 9. 21. · I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan perairan yang mempunyai fungsi

Paul C. Eck dan Larry Wilson. 1989. Iron Toxicity. Arizona – USA : The EckInstitute of Applied Nutrition and Bioenergetics, Ltd.

Peraturan Pemerintah Pasal 8 No. 82/2001, Tentang Kriteria Kualitas Air.

Riyanti, B.P.D. 2003. Kewirausahaan Dari Sudut Pandang PsikologiKepribadian. Grasindo. Jakarta.

Skoog. D. A., Donald M. West, F. James Holler, Stanley R. Crouch. 2000.Fundamentals of Analytical Chemistry. Hardcover: 992 pages.

Slamet, S. J. 1994. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Supriharyono, M.S. 2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam diWilayah Pesisir Tropis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sutamihardja, R.T.M., Adnan, K. dan Sanusi. 1982. Perairan Teluk JakartaDitinjau dari Tingkat Pencemarannya. Fakultas Pascasarjana, Jurusan PSL.IPB.