outline lakip ppatk 2010
TRANSCRIPT
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA
INSTANSI PEMERINTAH
TAHUN 2010
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
2011
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua.
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas kuasa dan dengan izin-
Nya Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dapat menerbitkan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2010.
LAKIP PPATK Tahun 2010 disusun sebagai perwujudan kewajiban PPATK
dalam mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan dalam melaksanakan
visi dan misi organisasi dalam mencapai sasaran yang telah diamanatkan dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
(TPPU), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 8 Tahun 2010
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
LAKIP PPATK tahun 2010 melaporkan realisasi, hambatan dan upaya solusi yang
dilaksanakan oleh PPATK dalam mencapai sasaran dan indikator kinerja yang telah
ditetapkan pada tahun 2010. Disamping itu, LAKIP PPATK tahun 2010 juga
melaporkan pertanggungjawaban penggunaan anggaran PPATK tahun 2010 yang
secara langsung mengaitkan hubungan antara anggaran yang dibelanjakan dengan
hasil atau manfaat yang diterima oleh negara dan masayarakat.
Kami berharap, LAKIP PPATK tahun 2010 ini dapat memberikan manfaat bagi
pihak-pihak yang berkepentingan, baik sebagai informasi maupun sebagai evaluasi.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Maret 2011
Dr. Yunus Husein, S.H., LL.M
Kepala PPATK
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
IKHTISAR EKSEKUTIF
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………….. 1
B. Tugas dan Kewenangan…………………………………………………… 2
C. Struktur Organisasi ……………………………………………………….. 4
D. Perubahan Peran PPATK berdasarkan Undang-Undang Tindak Pidana
Pencucian Uang Nomor 8 Tahun 2010…………………………………….
6
BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2010
A. Visi PPATK………………………………………………………………... 8
B. Misi PPATK.................................................................................................. 8
C. Tujuan……………………………………………………………………… 9
D. Sasaran Strategis…………………………………………………………... 9
E. Program Kebijakan dan Kegiatan…………………………………………. 10
F. Rencana Kinerja Tahunan PPATK 2010...................................................... 11
G. Penetapan Kinerja………………………………………………………… 13
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA PPATK
A. Metodologi Pengukuran Kinerja................................................................... 17
B. Capaian Kinerja ............................................................................................ 17
C. Realisasi Keuangan/APBN PPATK Tahun 2010......................................... 55
BAB IV. PENUTUP....................................................................................................... 59
LAMPIRAN....................................................................................................................... 60
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Rencana Kinerja Tahunan PPATK .............................................................. 11
Tabel 2.2 Penetapan Kinerja Tahun 2010.................................................................... 14
Tabel 3.1
Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Peningkatan Kepatuhan dan
Kewajiban Pelaporan....................................................................................
19
Tabel 3.2 PJK Pelapor dan Jumlah LTKM Kumulatif ................................................. 20
Tabel 3.3 PJK Pelapor dan Jumlah LTKT Kumulatif s.d 31 Desember 2010.............. 21
Tabel 3.4 Penerimaan LPUT ........................................................................................ 22
Tabel 3.5 Jumlah Rekapitulasi Penerimaan LTKM dan LTKT tahun 2010................ 23
Tabel 3.6 Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Peningkatan Efektivitas Hasil
Analisis..........................................................................................................
26
Tabel 3.7 Analisis Awal LTKM...................................................................... 27
Tabel 3.8
Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Peningkatan Peran Dan Fungsi
PPPATK Dalam Mencegah Dan Memberantas TPPU.................................
32
Tabel 3.9 Penyampaian Hasil Analisis......................................................................... 37
Tabel 3.10 Pertukaran Informasi..................................................................................... 38
Tabel 3.11 Pemberian Keterangan Ahli.......................................................................... 43
Tabel 3.12
Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Peningkatan Peranan Teknologi
Dan Informasi Dalam Mendukung Kinerja PPATK.....................................
47
Tabel 3.13
Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Penyediaan dan Pengembangan
Manajemen Internal PPATK.........................................................................
50
Tabel 3.14
Indikator Kinerja, Target dan Realisasi Penguatan Institusi......................... 52
Tabel 3.15 Realisasi Anggaran Program Stabilisasi Ekonomi dan Sektor Keuangan.... 55
Tabel 3.16 Realisasi Anggaran Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik…….. 56
IKHTISAR EKSEKUTIF
PPATK merupakan suatu Financial Intellegence Unit (FIU) dan berfungsi
sebagai focal point dalam upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU di
Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang tindak
pidana pencucian uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 25
Tahun 2003 yang telah diubah dengan Undang–Undang No. 8 Tahun 2010,
PPATK memegang peranan kunci dalam mekanisme pencegahan dan
pemberantasan TPPU di Indonesia.
PPATK memiliki visi “Menjadi Lembaga Independen yang bergerak di
bidang Intelijen Keuangan, yang handal dan terpercaya, baik di dalam maupun di
luar negeri“ sedangkan misi PPATK adalah “Menyediakan informasi intelijen di
bidang Keuangan yang berkualitas dan bermanfaat bagi pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana pencucian uang dan pembiayaan terorisme, serta
mendukung terciptanya sistem keuangan yang stabil dan dapat dipercaya”.
Selain itu PPATK juga telah merumuskan tujuan pembangunan pada sektor
pencegahan dan pemberantasan TPPU serta pembiayaan terorisme dalam jangka
menengah (2007–2010).
Untuk dapat merealisasikan visi, misi, dan tujuan PPATK dalam rangka
pencegahan dan pemberantasan TPPU serta pembiayaan terorisme, PPATK telah
menetapkan beberapa sasaran strategis yang tercantum dalam rencana strategis
PPATK tahun 2006-2010 , yaitu:
Sasaran 1 : Peningkatan Kepatuhan Kewajiban Pelaporan.
Indikator utama sasaran 1 adalah : (1) Terlaksananya Kegiatan
Verifikasi Kelengkapan Penerimaan Laporan LTKM, LTKT, dan LPUT serta
(2) Terlaksananya audit kepatuhan kepada pihak pelapor.
Terkait dengan verifikasi kelengkapan LTKM, LTKT dan LPUT,
pada tahun 2010 PPATK telah memverifikasi sebanyak 17.348 (100%)
LTKM, 1.461.883 (100%) LTKT, dan 1.608 (100%) LPUT yang dikirimkan
kepada PPATK dari pihak pelapor.
Dalam pelaksanaan audit kepatuhan kepada pihak pelapor, selama
Tahun 2010 PPATK mentargetkan 75 (tujuh puluh lima) kegiatan audit
kepatuhan terhadap Penyedia Jasa Keuangan (PJK) Bank dan Non Bank.
Penentuan PJK yang akan diaudit menggunakan metode audit berbasis risiko
(risk based audit). Pada tahun 2010, PPATK telah melakukan audit kepatuhan
terhadap 74 PJK dari berbagai industri atau sebesar 98,67% dari target.
Sasaran 2 : Peningkatan Efektivitas Hasil Analisis
Indikator utama sasaran “ Peningkatan Efektivitas Hasil Analisis”
terhadap Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM) yang
disampaikan oleh pihak pelapor sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal
17 ayat (1) UU PP TPPU (pihak pelapor) sebagai target yang ingin dicapai
adalah (1) tersusunnya hasil analisis, (2) tersusunnya hasil riset tipologi TPPU,
dan (3) tersusunnya hasil riset analisis strategis
Untuk mengukur kinerja sasaran Peningkatan Efektivitas Hasil
Analisis, PPATK telah merumuskan dan menetapkan beberapa indikator
beserta target yang ingin dicapai, diantaranya : (1) tersusunnya hasil analisis,
(2) tersusunnya hasil riset tipologi TPPU dan (3) tersusunnya hasil riset
analisis strategis.
Pada tahun 2010 PPATK merencanakan 584 hasil analisis (HA), 5
laporan tipologi dan 18 laporan analisis strategis. Sampai dengan akhir tahun
2010, PPATK telah merealisasikan ketiga kegiatan dimaksud yang melebihi
target yaitu (1) hasil analisis (HA) sebanyak 767 HA (131%), (2) 6 laporan
tipologi (120 %) yang di menghasilkan hasil analisis (HA) sebanyak 767 HA
(131%), 6 laporan (120%) yang didokumentasikan menjadi 2 buku yang
dikeluarkan secara semesteran dan 19 laporan analisis strategis atau 105% dari
target yang telah direncanakan.
Sasaran 3 : Peningkatan Peran Dan Fungsi PPATK Dalam Mencegah Dan
Memberantas TPPU
PPATK sebagai focal point dalam pencegahan dan pemberantasan
TPPU dan pendanaan terorisme di Indonesia, maka peran tersebut perlu di
wujudkan antara lain dalam bentuk kerjasama dan koordinasi dengan instansi
terkait baik di dalam negeri maupun luar negeri serta penguatan hukum dan
perundang-undangan. Untuk mengukur kinerja sasaran Peningkatan Peran Dan
Fungsi PPATK Dalam Mencegah Dan Memberantas TPPU, PPATK telah
merumuskan dan menetapkan beberapa indikator beserta target yang ingin
dicapai, diantaranya: (1) Tersusunnya laporan hasil evaluasi perkembangan
pelaksanaan Stranas 2009 dan Rencana implementasi Stranas 2010, (2)
Tersusunnya laporan pelaksanaan Strategi Nasional, implementasi
rekomendasi hasil Mutual Evaluation Report, dan kebijakan NPO, (3)
Terselenggaranya asistensi/koordinasi penanganan TPPU dengan aparat
penegak hukum, (4) Terciptanya kemampuan FIU yang diberi bantuan serta
meningkatnya kredibilitas PPATK di dunia internasional, (5) Penyempurnaan
RUU TPPU dan tersusunnya draft peraturan pelaksanaan UU TPPU yang
komprehensif, (6) Tersusunnya draft naskah akademis RUU Perampasan Aset
dan draf RUU Perampasan Aset.
Pada tahun 2010 PPATK telah melaksanakan pertemuan dalam
tingkat domestik terkait TPPU dan pendanaan terorisme yang menghasilkan 2
dokumen atau 200% melebihi dari target. Realisasi 2 dokumen tersebut terdiri
dari laporan perkembangan pelaksanaan Stranas 2009 dan penyusunan rencana
implementasi Stranas 2010. Disamping itu PPATK telah melaksanakan
penyusunan Laporan Pelaksanaan Strategi Nasional, Implementasi
Rekomendasi hasil Mutual Evaluation Report, dan kebijakan NPO yang
dituangkan dalam 4 dokumen (400% dari target). Dokumen laporan dimaksud
adalah : (1) Evaluasi pelaksanaan Strategi Nasional tahun 2009 , (2) Rencana
kegiatan Strategi Nasional tahun 2010, (3) Tindak lanjut dan perkembangan
implementasi pelaksanaan rekomendasi Mutual Evaluation Report yang
dilaksanakan di masing-masing instansi terkait, (4) Penyusunan pedoman Non
Profit Organization (NPO Domestic Review).
Dalam rangka membantu penegak hukum dan instansi terkait lainnya
dalam menangani tindak pidana pencucian uang pada khususnya, PPATK
telah memberikan asistensi kepada 7 Kepolisian Daerah dan realisasi
pelaksanaan kegiatan tersebut mencapai 140%. Dalam rangka ikut berperan
aktif di dunia internasional untuk mengembangkan rezim anti pencucian uang
dan kontra pendanaan terorisme, PPATK telah memberikan bantuan teknis
pada FIU kepada Solomon Island.
Pada tanggal 22 Oktober 2010 RUU PP-TPPU telah disahkan dan
diundangkannya menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU TPPU).
Untuk mendukung pelaksanaan UU PP TPPU, PPATK telah menyusun draft
peraturan pelaksanaan UU TPPU yang komprehensif sebanyak 7 naskah.
Berdasarkan program Strategi Nasional (STRANAS) Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Tahun 2007-2011 No.5,
yang diresmikan secara langsung oleh Presiden RI tanggal 17 April 2007,
mengamanatkan bahwa perlunya penyusunan RUU tentang Perampasan Aset
di Bidang Tindak Pidana. Pada tahun 2010, PPATK dan bekerjsama dengan
instansi terkait, telah menyusun naskah akademis dan draft RUU tentang
Perampasan Aset di Bidang Tindang Pidana.
Sasaran 4 : Peningkatan Peranan Teknologi Dan Informasi Dalam Mendukung
Kinerja PPATK
Untuk mengukur kinerja sasaran 4 tersebut, PPATK telah
merumuskan dan menetapkan indikator kinerja beserta target yang telah
ditetapkan, diantaranya: Penyempurnaan sistem keamanan TI PPATK sesuai
dengan standar keamanan TI dan Pengembangan Aplikasi LTKM, LTKT dan
LPUT yang terintegrasi.
Dalam rangka menjamin sistem keamanan TI, pada Tahun 2010
PPATK telah menyusun 4 dokumen standar keamanan TI atau 80% dari
target.
Dalam rangka mendukung kinerja PPATK yang berbasis teknologi
informasi, PPATK telah mengembangkan 3 (tiga) aplikasi atau 100% dari
target, yaitu: Aplikasi GRIPS LTKM, Aplikasi GRIPS LTKT, dan Aplikasi
GRIPS LPUT.
Sasaran 5 : Penyediaan Dan Pengembangan Manajemen Internal
Sebagai suatu organisasi yang mempunyai tugas pengumpulan dan
analisis data-data transaksi keuangan, PPATK juga mengolah database yang
bersifat online dengan PJK. Database dan program-program aplikasinya
merupakan satu kesatuan sistem yang diolah di pusat pengolahan data dengan
komputer. Agar suatu sistem tetap dapat berjalan dengan baik dalam situasi
dan kondisi darurat maka diperlukan backup sistem yang handal atau sering
disebut dengan istilah Data Recovery Centre (DRC).
Sampai dengan akhir tahun 2010, proses pembangunan Gedung DRC
dan Arsip PPATK baru mencapai 91,4%. Menurut pendapat dari pihak
Pelaksana Konstruksi, hal tersebut disebabkan antara lain kondisi cuaca dalam
masa pembangunan gedung yang ekstrem seperti hujan yang terus menerus
dan kabut tebal yang mengakibatkan berkurangnya jarak pandang, sehingga
menghambat proses pembangunan. Namun demikian, PPATK telah
melakukan upaya penyelesaian dalam bentuk pengawasan dan akan bertekad
terus melaksanakan penyelesaian pembangunan tersebut pada tahun 2011.
Sasaran 6 : Penguatan Institusi
Untuk mengukur kinerja sasaran 6 tersebut, PPATK telah
merumuskan dan menetapkan indikator kinerja beserta target yang telah
ditetapkan, diantaranya: (1) Tersusunnya peraturan tentang sistem pola karir,
pedoman standar kompetensi pegawai, penilaian kinerja pegawai, dan
peraturan kepegawaian lainnya, (2) Tersusunnya Laporan Keuangan PPATK
tahun 2010 dan Laporan Evaluasi Rencana Kerja dan Anggaran PPATK, (3)
Tersusunnya pedoman Manajemen Risiko., (4) Tersedianya Sistem Pelaporan
Pelanggaran (SPP)/atau whistleblowing system (WBS)
Pada tahun 2010 PPATK telah tersusun : (1) peraturan tentang sistem
pola karir, pedoman standar kompetensi pegawai, penilaian kinerja pegawai,
dan peraturan kepegawaian lainnya, (2) Laporan Keuangan PPATK tahun
2010 dan Laporan Evaluasi Rencana Kerja dan Anggaran PPATK, (3)
Tersedianya Sistem Pelaporan Pelanggaran (SPP)/atau whistleblowing system
(WBS). Pedoman manajemen risiko belum dapat dilaksanakan dikarenakan
masih dalam proses finalisasi pada akhir tahun 2010.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) merupakan salah satu tindak
pidana yang merugikan perekonomian suatu negara serta bersifat lintas batas
(borderless). Keberadaan Financial Intelligence Unit (FIU) perlu dibangun,
diperkuat dan diberdayakan di setiap negara dalam rangka mencegah dan
memberantas TPPU, sebagai upaya untuk mengefektifkan strategi anti
pencucian uang, diperlukan adanya dukungan dan koordinasi yang
berkesinambungan dari semua pihak yang terkait, terutama dari sisi finansial
dan penegakan hukum. Untuk menghubungkan kedua sisi yang berbeda area
tersebut, diperlukan adanya satu central agency yang berfungsi untuk menerima,
menganalisis semua informasi terkait keuangan dan menyampaikannya kepada
penegak hukum untuk ditindaklanjuti. Central agency ini kemudian memiliki
nama generik yaitu FIU yang diharapkan ada di setiap negara.
Egmont Group, sebuah organisasi internasional yang bergerak di bidang
penanggulangan pencucian uang, menjadi forum FIU dari berbagai negara yang
bertujuan antara lain untuk meningkatkan kerjasama dan berbagi informasi yang
berguna untuk mendeteksi dan memerangi pencucian uang dan pendanaan
terorisme. Hasil kerja Egmont Group adalah kajian mengenai pentingnya
pendirian FIU di setiap negara sebagai badan khusus untuk menangani
pencegahan dan pemberantasan pencucian uang. Semakin banyak jumlah FIU
semakin besar peluang untuk dapat mencegah dan memberantas pencucian uang
secara efektif.
Financial Actions Task Force on Money Laundering (FATF)
mengeluarkan rekomendasi yang ditujukan untuk semua industri keuangan dan
institusi bisnis lain yang berpotensi digunakan sebagai sarana pencucian uang.
Rekomendasi tersebut menetapkan kerangka dasar bagi upaya-upaya anti
pencucian uang (the basic framework for anti-money laundering efforts), yang
dirancang untuk dapat diaplikasikan secara universal. Rekomendasi tersebut
meliputi criminal justice system dan penegakan hukum (law enforcement),
sistem keuangan (financial system) dan peraturannya, serta kerjasama
2
internasional (international cooperations). Salah satu upaya pemenuhan
rekomendasi FATF tersebut adalah pembentukan PPATK yang merupakan
suatu lembaga FIU permanen dan berfungsi sebagai focal point dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan TPPU di Indonesia.
Rekomendasi yang dikeluarkan oleh FATF tersebut pada saat ini telah
diterima sebagai standar internasional, yang sekalipun disebut sebagai
rekomendasi (recommendations) tetapi setiap negara yang menjadi anggota
FATF harus taat pada standar tersebut. Hanya dengan kerjasama internasional
dan berpegang pada kesamaan standar yang berlaku secara internasional, maka
upaya pencegahan dan pemberantasan praktik-praktik pencucian uang yang
telah bersifat transnasional (transnational crime) dan yang telah menjadi
kegiatan kejahatan lintas batas negara (cross border crime) akan dapat
dilaksanakan secara lebih efektif.
PPATK memegang peranan kunci dalam mekanisme pencegahan dan
pemberantasan pencucian uang di Indonesia. UU TPPU mengamanatkan
pembentukan PPATK sebagai badan khusus di bidang pencegahan dan
pemberantasan TPPU. Tugas dan wewenang PPATK diatur secara jelas dalam
UU TPPU tersebut dan Keppres Nomor 82 Tahun 2003 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Kewenangan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan.
Dengan demikian, maka efektivitas pelaksanaan tugas dan wewenang PPATK
sangat menentukan keberhasilan pembangunan rezim anti pencucian uang di
Indonesia. Oleh karena itu, independensi menjadi syarat penting bagi PPATK
agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara lebih efektif sehingga
upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU dan pendanaan terorisme di
Indonesia dapat berhasil dengan baik.
B. Tugas dan Kewenangan
Berdasarkan Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang tindak pidana
pencucian uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 25
Tahun 2003, kedudukan, tugas, dan kewenangan PPATK diatur sebagaimana
berikut :
1. Kedudukan
Menurut pasal 18 Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang tindak
pidana pencucian uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
3
No. 25 Tahun 2003, PPATK adalah lembaga yang independen dalam
melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. PPATK dipimpin oleh Kepala
PPATK dan dibantu oleh paling banyak 4 (empat) orang wakil kepala serta
bertanggung jawab kepada Presiden.
2. Tugas
Menurut pasal 26 Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang tindak
pidana pencucian uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
No. 25 Tahun 2003, PPATK memiliki tugas :
a. mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, mengevaluasi informasi
yang diperoleh oleh PPATK sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003;
b. memantau catatan dalam buku daftar pengecualian yang dibuat oleh
Penyedia Jasa Keuangan;
c. membuat pedoman mengenai tata cara pelaporan Transaksi Keuangan
Mencurigakan;
d. memberikan nasihat dan bantuan kepada instansi yang berwenang
tentang informasi yang diperoleh PPATK sesuai dengan Undang-
Undang Tindak Pidana Pencucian Uang;
e. membuat pedoman dan publikasi kepada Penyedia Jasa Keuangan
tentang kewajibannya yang ditentukan dalam Undang-Undang Tindak
Pidana Pencucian Uang atau dengan peraturan perundang-undangan
lain, dan membantu dalam mendeteksi perilaku nasabah yang
mencurigakan;
f. memberikan rekomendasi kepada Pemerintah mengenai upaya-upaya
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang;
g. melaporkan hasil analisis transaksi keuangan yang berindikasi tindak
pidana pencucian uang kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia
dan Kejaksaan Republik Indonesia;
h. membuat dan memberikan laporan mengenai hasil analisis transaksi
keuangan dan kegiatan lainnya secara berkala 6 (enam) bulan sekali
kepada Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat, dan lembaga yang
berwenang melakukan pengawasan terhadap Penyedia Jasa Keuangan.
4
i. memberikan informasi kepada publik tentang kinerja kelembagaan
sepanjang pemberian informasi tersebut tidak bertentangan dengan
Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang.
3. Wewenang
Menurut pasal 27 Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang tindak
pidana pencucian uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
No. 25 Tahun 2003, PPATK mempunyai wewenang:
a. meminta dan menerima laporan dari Penyedia Jasa Keuangan;
b. meminta informasi mengenai perkembangan penyidikan atau
penuntutan terhadap tindak pidana pencucian uang yang telah
dilaporkan kepada penyidik atau penuntut umum;
c. melakukan audit terhadap Penyedia Jasa Keuangan mengenai
kepatuhan kewajiban sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang
Tindak Pidana Pencucian Uang dan terhadap pedoman pelaporan
mengenai transaksi keuangan;
d. memberikan pengecualian terhadap kewajiban pelaporan mengenai
transaksi keuangan yang dilakukan secara tunai oleh Penyedia Jasa
Keuangan.
C. Struktur Organisasi
Untuk melaksanakan tugas dan wewenang tersebut PPATK memiliki
susunan organisasi, sesuai Keputusan Presiden Nomor 81 Tahun 2003 tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan, sebagai berikut:
a. Kepala;
b. Wakil Kepala Bidang Riset, Analisis, dan Kerjasama Antar Lembaga;
c. Wakil Kepala Bidang Hukum dan Kepatuhan;
d. Wakil Kepala Bidang Teknologi Informasi;
e. Wakil Kepala Bidang Administrasi.
Masing-masing Wakil Kepala PPATK dalam menjalankan tugasnya
dibantu oleh beberapa direktur setingkat pejabat eselon II. Sesuai Keputusan
Kepala PPATK Nomor: KEP-3/3/KEP.PPATK/2004 tentang Organisasi dan
5
Tata Kerja Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, masing-masing
Wakil Kepala dalam membantu Kepala PPATK memiliki tugas sebagai berikut :
1. Wakil Kepala Bidang Riset, Analisis dan Kerjasama Antar Lembaga,
mempunyai tugas membantu Kepala PPATK dalam melaksanakan analisis
atas laporan transaksi keuangan dari Penyedia Jasa Keuangan,
melaksanakan penelitian dan pengembangan tipologi serta melaksanakan
kerjasama dengan pihak terkait baik nasional maupun internasional yang
terkait dengan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian
uang. Bidang Riset, Analisis dan Kerjasama Antar Lembaga terdiri dari
Direktorat Riset dan Analisis, dan Direktorat Kerjasama Lembaga.
2. Wakil Kepala Bidang Hukum dan Kepatuhan, mempunyai tugas
membantu Kepala PPATK dalam merumuskan peraturan di bidang
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang serta
melaksanakaan pengawasan atas kepatuhan Penyedia Jasa Keuangan
terhadap Undang-Undang Nomor 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana
Pencucian Uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2003 dan peraturan pelaksanaannya. Bidang Hukum dan
Kepatuhan terdiri dari Direktorat Hukum dan Regulasi, dan Direktorat
Pengawasan Kepatuhan.
3. Wakil Kepala Bidang Teknologi Informasi, mempunyai tugas membantu
Kepala PPATK dalam melaksanakan pengembangan teknologi yang
terkait dengan teknik, metode dan alat untuk melakukan analisis laporan
transaksi keuangan, serta manajemen sistem informasi untuk kepentingan
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang. Bidang
Teknologi Informasi terdiri dari Direktorat Pengembangan Aplikasi sistem
dan Direktorat Operasi Sistem.
4. Wakil Kepala Bidang Administrasi, mempunyai tugas membantu Kepala
PPATK dalam melaksanakan pengelolaan keuangan, administrasi, sumber
daya manusia, pengadaan barang dan jasa, pengamanan serta penyusunan
rencana kerja dan anggaran. Bidang Administrasi terdiri dari Direktorat
Keuangan, Direktorat Sumber Daya Manusia, Direktorat Umum, dan juga
secara administrasi membawahi Direktorat Audit Internal.
6
D. Perubahan Peran PPATK berdasarkan Undang-Undang Tindak Pidana
Pencucian Uang Nomor 8 Tahun 2010
Penanganan tindak pidana pencucian uang yang dimulai sejak
disahkannya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 Tindak Pidana Pencucian
Uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak
Pidana Pencucian Uang, telah menunjukkan arah yang positif. Hal itu tercermin
dari meningkatnya kesadaran dari pelaksana Undang-Undang tentang Tindak
Pidana Pencucian Uang, seperti Penyedia Jasa Keuangan dalam melaksanakan
kewajiban pelaporan, Lembaga Pengawasan dan Pengatur dalam pembuatan
peraturan, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan dalam kegiatan
analisis, dan Penegak Hukum dalam menindaklanjuti hasil analisis hingga
penjatuhan sanksi pidana dan/atau sanksi administratif.
Upaya yang dilakukan tersebut dirasakan belum optimal, antara lain
karena Peraturan Perundang-undangan yang ada ternyata masih memberikan
ruang timbulnya penafsiran yang berbeda-beda, adanya celah hukum, kurang
tepatnya pemberian sanksi, belum dimanfaatkannya pergeseran beban
pembuktian, keterbatasan akses informasi, sempitnya cakupan pelapor dan jenis
laporannya. Serta kurang jelasnya tugas dan kewenangan dari pelaksanaan
Undang-Undang ini.
Berdasarkan kondisi tersebut serta memperhatikan pemenuhan
kepentingan nasional dan menyesuaikan standar internasional, Pemerintah
Republik Indonesia bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat
memandang perlu menyusun Undang-Undang tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang sebagai pengganti Undang-
Undang Nomor 15 Tahun 2002 Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Perubahan
atas Undang Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian
Uang. Oleh karena itu pada tanggal 29 Oktober 2010, Presiden Republik
Indonesia telah mensahkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
Berdasarkan undang-undang tersebut, tugas, fungsi dan wewenang
PPATK sebagai Focal Point dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU di
Indonesia telah mengalami perubahan yang cukup signifikan.
7
Tugas PPATK berdasarkan Pasal 39 Undang Undang No 8 Tahun
2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
adalah mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang. Dalam
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud tersebut PPATK mempunyai fungsi
sebagai berikut:
1. Pencegahan dan pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
2. Pengelolaan data dan informasi yang diperoleh PPATK
3. Pengawasan terhadap kepatuhan pihak pelapor
4. Analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi transaksi keuangan yang
berindikasi TPPU dan/atau tindak pidana lainnya
Sedangkan kewenangan PPATK menurut Undang-Undang No 8 Tahun 2010
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang adalah
sebagai berikut:
1. Meminta dan mendapatkan data dan informasi dari instansi pemerintah
dan/atau lembaga swasta yang memiliki kewenangan mengelola data dan
informasi termasuk dari instansi pemerintah dan/atau lembaga swasta yang
menerima laporan dari profesi tertentu;
2. Menetapkan pedoman identifikasi transaksi keuangan mencurigakan;
3. Mengkoordinasikan upaya pencegahan TPPU dengan instansi terkait;
4. Memberikan rekomendasi kepada pemerintah mengenai upaya pencegahan
TPPU;
5. Mewakili Pemerintah RI dalam organisasi dan forum internasional yang
berkaitan dengan pencegahan dan pemberantasan TPPU
6. Menyelenggarakan program diklat anti pencucian uang;
7. Menyelenggarakan sosialisasi pencegahan dan pemberanatasan TPPU.
8
BAB II
PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2010
A. Visi
”Menjadi Lembaga Independen yang bergerak di bidang Intelijen
Keuangan, yang handal dan terpercaya, baik di dalam maupun di luar
negeri”.
Harapan untuk menjadikan PPATK sebagai lembaga pemerintah yang
independen dilatarbelakangi oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Tuntutan yuridis pembentukan PPATK
Sebagaimana diamanahkan dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002
tentang TPPU sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2003 bahwa, PPATK adalah lembaga independen yang
dibentuk dalam rangka mencegah dan memberantas TPPU. Oleh karena
itu, sudah menjadi suatu keharusan dan kewajiban bagi semua pemangku
kepentingan untuk mewujudkan PPATK sebagai lembaga pemerintah yang
independen.
b. Tuntutan tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance)
Mengacu pada model Financial Inteligent Unit (FIU) yang ada di dunia,
maka status FIU sebagai lembaga yang tidak berada di bawah struktur
suatu lembaga pemerintah ataupun lembaga lainnya merupakan format
yang paling ideal dalam rangka menjaga independensi pelaksanaan tugas
FIU serta jaminan agar pengambilan keputusan dan pelaksanaan fungsinya
tidak diintervensi oleh pihak lain, termasuk dalam kaitannya dengan
kewajiban menjaga kerahasian data dan informasi intelijen yang dimiliki.
B. Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut, PPATK telah menetapkan misi yaitu
“Menyediakan informasi intelijen di bidang Keuangan yang berkualitas
dan bermanfaat bagi pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
pencucian uang dan pembiayaan terorisme, serta mendukung
terciptanya sistem keuangan yang stabil dan dapat dipercaya”.
9
C. Tujuan
Mengacu pada amanat Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang
TPPU sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2003, Visi dan Misi tersebut di atas, maka PPATK merumuskan tujuan
pembangunan pada sektor pencegahan dan pemberantasan TPPU dalam jangka
menengah (2007 – 2010) adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya penyelesaian perkara tindak pidana pencucian uang dan
tindak pidana lainnya (predicate crime);
2. Meningkatnya peran PPATK sebagai focal point dalam pencegahan dan
pemberantasan TPPU di Indonesia;
3. Meningkatnya partisipasi aktif Penyedia Jasa Keuangan dan Reporting
Parties dalam mencegah dan memberantas TPPU;
4. Meningkatnya kualitas hasil analisis dan layanan kepada stakeholder
melalui pemanfaatan teknologi informasi;
5. Menyediakan sarana dan prasarana kerja yang memadai dan berkualitas;
6. Membentuk suatu lembaga intelijen keuangan (FIU) yang efektif dan
modern.
D. Sasaran Strategis
Untuk dapat merealisasikan visi, misi, dan tujuan PPATK dalam rangka
pencegahan dan pemberantasan TPPU serta pembiayaan terorisme, dalam
rencana strategis PPATK tahun 2006 – 2010 telah ditetapkan beberapa sasaran
strategis, yaitu:
a. Meningkatnya kepatuhan kewajiban pelaporan;
b. Meningkatnya efektivitas hasil analisis;
c. Meningkatnya peran dan fungsi PPATK dalam mencegah dan
memberantas TPPU;
d. Meningkatnya peranan teknologi dan informasi dalam mendukung kinerja
PPATK;
e. Menyediakan dan mengembangkan manajemen internal PPATK;
f. Memperkuat institusi.
10
E. Program Kebijakan dan Kegiatan
Berdasarkan rencana kerja pemerintah tahun 2010, PPATK memiliki
program dan kegiatan pokok sebagai berikut:
1. Program : Stabilisasi Ekonomi dan Sektor Keuangan.
Kegiatan Pokok terdiri dari :
a. Pengembangan Sistem Analisis dan Kajian terhadap Tipologi TPPU;
b. Sosialisasi dan Penyamaan Pemahaman kepada Aparat Penegak
Hukum, PJK, dan Masyarakat tentang TPPU;
c. Penyediaan Sarana dan Prasarana Kantor PPATK;
d. Pelaksanaan Kerjasama Nasional dan Internasional di Bidang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang;
e. Pengawasan Pelaksanaan Kepatuhan PJK dalam Pelaporan Tindak
Pidana Pencucian Uang;
f. Pengembangan Sistem Teknologi Informasi dan Komputerisasi
Pengolahan Data;
g. Penyempurnaan Peraturan Perundangan, Penelaahan, dan Pemberian
Nasehat Hukum di Bidang Tindak Pidana Pencucian Uang;
h. Penyelidikan Tindak Pidana Pencucian Uang.
2. Program : Penerapan Kepemerintahan Yang Baik
Kegiatan Pokok terdiri dari :
a. Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Administrasi Kepegawaian;
b. Sistem Pengelolaan Administrasi Keuangan;
c. Penyelenggaraan/Peningkatan Akuntansi Pemerintah dan Kekayaaan
Milik Negara;
d. Penyelenggaraan Pengawasan dan Pemeriksaan Akuntabilitas.
Program dan kegiatan tersebut di atas selanjutnya diimplementasikan oleh
PPATK untuk mencapai sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam rencana
strategis PPATK 2006 - 2010.
11
F. Rencana Kinerja Tahunan PPATK 2010
Tabel 2.1
Rencana Kinerja Tahunan PPATK
No Uraian Sasaran Indikator Kinerja Target
Tahun 2010
(1) (2) (3) (4)
1. a. Meningkatnya kepatuhan kewajiban
pelaporan
1.1 Persentase terlaksananya kegiatan
verifikasi kelengkapan penerimaan
laporan LTKM, LTKT, dan LPUT
(1). 95 % dari LTKM
diterima
(2). 95 % dari LTKT
diterima
(3). 95 % dari LPUT
diterima
1.2 Tersedianya data LTKM, LTKT dan
LPUT Manual 12 laporan
1.3 Terlaksananya jumlah pelaksanaan audit
kepatuhan terhadap pihak pelapor
75 PJK
1.4 Terselenggaranya kegiatan
sosialisasi/workshop/diseminasi/
seminar/publiksi tentang kewajiban
pelaporan bagi Penyedia Jasa Keuangan
15 kegiatan
2. b. Meningkatnya efektivitas hasil analisis 2.1 Tersusunnya tabulasi data LTKM
berdasarkan analisis awal
15.600 LTKM
2.2 Tersusunnya hasil analisis 584 Hasil Analisis
2.3 Tersusunnya hasil riset tipologi TPPU 5 laporan
2.4 Tersusunnya lap statistik LTKM 14 laporan
2.5 Tersusunnya hasil riset analisis strategis. 18 laporan
2.6 Penyelidikan dugaan TPPU 100 kasus
3. c. Meningkatnya peran dan fungsi PPATK
dalam mencegah dan memberantas TPPU
3.1 Tersusunnya laporan hasil evaluasi
perkembangan pelaksanaan Stranas 2009
dan Rencana implementasi Stranas 2010
1 dokumen
3.2 Tersusunnya laporan pelaksanaan Strategi
Nasional, implementasi rekomendasi hasil
Mutual Evaluation Report, dan kebijakan
NPO
1 dokumen
3.3 Terselenggaranya penandatanganan naskah
MoU dengan FIU negara lain maupun
lembaga terkait di dalam negeri
6 dokumen
3.4 Terselenggaranya asistensi/koordinasi
penanganan TPPU dengan aparat penegak
hukum.
5 kegiatan
12
No Uraian Sasaran Indikator Kinerja Target
Tahun 2010
(1) (2) (3) (4)
3.5 Tersampaikannya HA atas inquiry ke
penyidik
200 dokumen
3.6 Terjalinnya kerjasama yang lebih erat
dengan organisasi internasional di bidang
TPPU dan terpenuhinya iuran keanggotaan
APG dan Egmont Group sebagai bentuk
komitmen PPATK/Indonesia
18 kegiatan
3.7 Terciptanya kemampuan FIU yang diberi
bantuan serta meningkatnya kredibilitas
PPATK di dunia internasional
1 kegiatan
3.8 Penyempurnaan RUU TPPU dan
tersusunnya draft peraturan pelaksanaan
UU TPPU yang komprehensif
7 naskah
3.9 Tersusunnya draft naskah akademis RUU
Perampasan Aset dan draf RUU
Perampasan Aset
2 naskah
3.10 Tersusunnya laporan bantuan teknis
hukum kepada apgakum dalam
penyelesaian perkara dan tersampaikannya
BAP ahli
8 dokumen
3.11 Terselenggaranya sosialisasi agar tercapai
persamaan persepsi dalam membangun
rezim anti pencucian uang
9 kegiatan
3.12 Penyempurnaan modul sosialisasi terkait
rezim anti pencucian uang, kelembagaan
PPATK, UU TPPU dan Pendanaan
Terorisme
10 dokumen
4. d. Meningkatnya peranan teknologi dan
informasi dalam mendukung kinerja
PPATK
4.1 Penyempurnaan sistem keamanan TI
PPATK sesuai dengan standar keamanan
TI
5 dokumen
4.2 Tersedianya sistem DRC PPATK dan
pengembangan perangkat lunak sistem
DRC
3 paket
4.3 Pengembangan Aplikasi STR (suspicious
transaction report), CTR (cash transaction
report), dan CBCC (cross border cash
carrying) yang terintegrasi
3 aplikasi
4.4 Terintegrasinya database STR, CTR,
CBCC
1 database
5. e. Menyediakan dan mengembangkan
manajemen internal PPATK
5.1. Terwujudnya pembangunan gedung DRC:
a. Tanah
b. Bangunan
c. Mesin dan Peralatan
a. -
b. 2.200 m2
13
No Uraian Sasaran Indikator Kinerja Target
Tahun 2010
(1) (2) (3) (4)
d. Perlengkapan sarana Gedung
e. Meubelair Gedung DRC
c. 17 unit
d. 1 paket
e. 74 unit
6. Memperkuat institusi 6.1 Tersusunnya peraturan tentang sistem pola
karir, pedoman standar kompetensi
pegawai, penilaian kinerja pegawai, dan
peraturan kepegawaian lainnya
4 peraturan
6.2 Tersusunnya Laporan Keuangan PPATK
tahun 2010 dan Laporan Evaluasi Rencana
Kerja dan Anggaran PPATK
2 Dokumen
6.3 Tersusunnya pedoman Manajemen Risiko. 1 set pedoman
6.4 Tersedianya Sistem Pelaporan Pelanggaran
(SPP)/ atau whistleblowing system (WBS)
100 % pelaporan
pelanggaran ditindak
lanjuti
G. Penetapan Kinerja
Dalam DIPA PPATK tahun 2010 nomor SP: 0001/078-01.1/-/2010
tanggal 31 Desember 2009, PPATK memperoleh pagu anggaran tahun 2010
sebesar Rp. 113.912.908.000,- (Seratus tigabelas miliar sembilanratus duabelas
juta sembilanratus delapan ribu rupiah). Sebagaimana tahun sebelumnya,
anggaran PPATK tahun 2010 dialokasikan untuk membiayai 2 (dua) program,
yaitu :
(1) Program Stabilisasi Ekonomi dan Sektor Keuangan (Kode :
01.01.24) dengan anggaran sebesar Rp. 60.707.500.000,- merupakan
program teknis PPATK, yang terdiri dari 8 (delapan) kegiatan sebagai
berikut :
(2) Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik (Kode : 01.01.09)
dengan anggaran sebesar Rp.53.205.408.000,- merupakan program
penunjang, terdiri 12 (duabelas) kegiatan sebagai berikut :
14
Tabel 2.2
Penetapan Kinerja Tahun 2010
No Uraian Sasaran Indikator Kinerja Target
Tahun 2010
Program Anggaran
(1) (2) (3) (4)
1. f. Meningkatnya
kepatuhan kewajiban
pelaporan
1.1 Persentase terlaksananya
kegiatan verifikasi
kelengkapan penerimaan
laporan LTKM, LTKT, dan
LPUT
(1). 95 % dari
LTKM diterima
(2). 95 % dari LTKT
diterima
(3). 95 % dari LPUT
diterima
Stabilisasi
Ekonomi
dan Sektor
Keuangan
1,791,000,000
1.2 Tersedianya data LTKM,
LTKT dan LPUT Manual 12 laporan
1.3 Terlaksananya jumlah
pelaksanaan audit kepatuhan
terhadap pihak pelapor
75 PJK
1.4 Terselenggaranya kegiatan
sosialisasi/workshop/disemi
nasi/ seminar/publiksi
tentang kewajiban pelaporan
bagi Penyedia Jasa
Keuangan
15 kegiatan
2. g. Meningkatnya
efektivitas hasil analisis
2.1 Tersusunnya tabulasi data
LTKM berdasarkan analisis
awal
15.600 LTKM
Stabilisasi
Ekonomi
dan Sektor
Keuangan
2,300,000,000
2.2 Tersusunnya hasil analisis 584 Hasil Analisis
2.3 Tersusunnya hasil riset
tipologi TPPU
5 laporan
2.4 Tersusunnya lap statistik
LTKM
14 laporan
2.5 Tersusunnya hasil riset
analisis strategis.
18 laporan
2.6 Penyelidikan dugaan TPPU 100 kasus
3. h. Meningkatnya peran dan
fungsi PPATK dalam
mencegah dan
memberantas TPPU
3.1 Tersusunnya laporan hasil
evaluasi perkembangan
pelaksanaan Stranas 2009
dan Rencana implementasi
Stranas 2010
1 dokumen
Stabilisasi
Ekonomi
dan Sektor
Keuangan
8
,
4
9
8
,
0
0
0
,
0
3.2 Tersusunnya laporan
pelaksanaan Strategi
Nasional, implementasi
rekomendasi hasil Mutual
Evaluation Report, dan
kebijakan NPO
1 dokumen
15
No Uraian Sasaran Indikator Kinerja Target
Tahun 2010
Program Anggaran
(1) (2) (3) (4)
3.3 Terselenggaranya
penandatanganan naskah
MoU dengan FIU negara lain
maupun lembaga terkait di
dalam negeri
6 dokumen
0
0
9,827,000,000
3.4 Terselenggaranya
asistensi/koordinasi
penanganan TPPU dengan
aparat penegak hukum.
5 kegiatan
3.5 Tersampaikannya HA atas
inquiry ke penyidik
200 dokumen
3.6 Terjalinnya kerjasama yang
lebih erat dengan organisasi
internasional di bidang TPPU
dan terpenuhinya iuran
keanggotaan APG dan
Egmont Group sebagai
bentuk komitmen
PPATK/Indonesia
18 kegiatan
3.7 Terciptanya kemampuan FIU
yang diberi bantuan serta
meningkatnya kredibilitas
PPATK di dunia
internasional
1 kegiatan
3.8 Penyempurnaan RUU TPPU
dan tersusunnya draft
peraturan pelaksanaan UU
TPPU yang komprehensif
7 naskah
3.9 Tersusunnya draft naskah
akademis RUU Perampasan
Aset dan draf RUU
Perampasan Aset
2 naskah
3.10 Tersusunnya laporan
bantuan teknis hukum kepada
apgakum dalam penyelesaian
perkara dan tersampaikannya
BAP ahli
8 dokumen
3.11 Terselenggaranya sosialisasi
agar tercapai persamaan
persepsi dalam membangun
rezim anti pencucian uang
9 kegiatan
3.12 Penyempurnaan modul
sosialisasi terkait rezim anti
pencucian uang,
10 dokumen
16
No Uraian Sasaran Indikator Kinerja Target
Tahun 2010
Program Anggaran
(1) (2) (3) (4)
kelembagaan PPATK, UU
TPPU dan Pendanaan
Terorisme
4. i. Meningkatnya peranan
teknologi dan informasi
dalam mendukung
kinerja PPATK
4.1 Penyempurnaan sistem
keamanan TI PPATK sesuai
dengan standar keamanan TI
5 dokumen
Stabilisasi
Ekonomi
dan Sektor
Keuangan
15,000,000,000
4.2 Tersedianya sistem DRC
PPATK dan pengembangan
perangkat lunak sistem DRC
3 paket
4.3 Pengembangan Aplikasi
STR (suspicious transaction
report), CTR (cash
transaction report), dan
CBCC (cross border cash
carrying) yang terintegrasi
3 aplikasi
4.4 Terintegrasinya database
STR, CTR, CBCC
1 database
5. j. Menyediakan dan
mengembangkan
manajemen internal
PPATK
5.1. Terwujudnya pembangunan
gedung DRC:
a. Tanah
b. Bangunan
c. Mesin dan Peralatan
d. Perlengkapan sarana
Gedung
e. Meubelair Gedung DRC
a. -
b. 2.200 m2
c. 17 unit
d. 1 paket
e. 74 unit
Penerapan
Kepemerinta
han Yang
Baik
27,289,500,00
0
6. Memperkuat institusi 6.1 Tersusunnya peraturan
tentang sistem pola karir,
pedoman standar kompetensi
pegawai, penilaian kinerja
pegawai, dan peraturan
kepegawaian lainnya
4 peraturan
Penerapan
Kepemerinta
han Yang
Baik
53,205,408,000
6.2 Tersusunnya Laporan
Keuangan PPATK tahun
2010 dan Laporan Evaluasi
Rencana Kerja dan Anggaran
PPATK
2 Dokumen
6.3 Tersusunnya pedoman
Manajemen Risiko.
1 set pedoman
6.4 Tersedianya Sistem
Pelaporan Pelanggaran
(SPP)/ atau whistleblowing
system (WBS)
100 % pelaporan
pelanggaran ditindak
lanjuti
17
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA PPATK
A. Metodologi Pengukuran Kinerja
Program dan kegiatan yang dilakukan oleh PPATK pada tahun 2010
merupakan implementasi dari tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan di dalam
Renstra PPATK Tahun 2007-2010, Rencana Kinerja Tahun 2010 dan Penetapan
Kinerja Tahun 2010. Metode atau cara yang digunakan untuk mengetahui sejauh
mana keberhasilan PPATK dalam mencapai sasaran tersebut adalah dengan
membandingkan target dan realisasi masing-masing indikator kinerja sasaran.
Berdasarkan pembandingan capaian ini dapat diperoleh informasi
tentang pencapaian, hambatan, dan penanganan hambatan dari masing-masing
sasaran sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perencanaan program di masa
mendatang. Metode ini bermanfaat untuk memberikan gambaran kepada pihak-
pihak eksternal dan internal tentang sejauh mana pelaksanaan misi organisasi
dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
B. Capaian Kinerja
Ditinjau dari capaian kinerja masing-masing kegiatan untuk tahun 2010,
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) telah dapat
melaksanakan tugas utama yang menjadi tanggung jawab organisasi. Untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan PPATK dalam mencapai sasaran-sasaran
strategisnya selama tahun 2010, berikut ini diuraikan analisis capaian kinerja
PPATK tahun 2010 berdasarkan masing-masing sasaran strategis yang telah
ditetapkan, yaitu:
a. Peningkatan kepatuhan kewajiban pelaporan;
b. Peningkatan efektivitas hasil analisis;
c. Peningkatan peran dan fungsi PPATK dalam mencegah dan memberantas
TPPU;
d. Peningkatan peranan teknologi dan informasi dalam mendukung kinerja
PPATK;
e. Penyediaan dan pengembangan manajemen internal;
f. Penguatan institusi.
18
Sasaran 1 : PENINGKATAN KEPATUHAN KEWAJIBAN PELAPORAN
Salah satu kewenangan yang diamanatkan oleh Undang-Undang No. 15
Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang No. 25 Tahun 2003 (UU TPPU) pasal 27 ayat 1 huruf
C adalah PPATK dapat melakukan audit terhadap penyedia jasa keuangan
mengenai kepatuhan kewajiban sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang
dan terhadap pedoman pelaporan mengenai transaksi keuangan. Transaksi-
transaksi yang dilaporkan adalah transaksi keuangan yang bersifat
mencurigakan maupun transaksi keuangan yang melibatkan uang tunai dalam
jumlah tertentu.
Sebagaimana diketahui bahwa Undang-Undang No. 25 Tahun 2003
tersebut di atas telah diganti dengan Undang – Undang No 8 tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang pada 22
Oktober 2010. Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 ini selanjutnya menjadi dasar
acuan pelaksanaan tugas dan kewenangan PPATK dalam fungsinya melakukan
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU PP TPPU).
Menurut pasal 39 huruf C dan pasal 43 UU PP TPPU, pada dasarnya
juga mengatur tentang kewenangan PPATK untuk melakukan fungsi
pengawasan terhadap kepatuhan pihak pelapor. Penjabaran lebih lanjut antara
lain adalah kewenangan PPATK untuk melakukan audit kepatuhan dan audit
khusus.
Untuk mengukur kinerja sasaran 1 tersebut, PPATK telah merumuskan
dan menetapkan indikator kinerja beserta target yang telah ditetapkan. Berikut
ini capaian kinerja selama tahun 2010 terkait dengan pencapain sasaran strategis
peningkatan kepatuhan kewajiban pelaporan.
19
Tabel 3.1
Indikator Kinerja, Target dan Realisasi
Peningkatan Kepatuhan dan Kewajiban Pelaporan
No Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Persentase terlaksananya
kegiatan verifikasi kelengkapan
penerimaan laporan LTKM,
LTKT, dan LPUT
(1). 95 % dari
LTKM diterima
(2). 95 % dari
LTKT diterima
(3). 95 % dari
LPUT diterima
(1). 100% dari
LTKM diterima
(2). 100% dari
LTKT diterima
(3). 100% dari
LPUT diterima
(1). 105 %
(2). 105%
(3). 105%
2 Tersedianya data LTKM, LTKT
dan LPUT Manual
12 laporan 12 laporan 100%
3 Terlaksananya jumlah
pelaksanaan audit kepatuhan
terhadap pihak pelapor
75 PJK
74 PJK 98,67%
4 Terselenggaranya kegiatan
sosialisasi/workshop/diseminasi/
seminar/publiksi tentang
kewajiban pelaporan bagi
Penyedia Jasa Keuangan
15 kegiatan 52 Pelatihan 347%
1. Persentase Terlaksananya Kegiatan Verifikasi Kelengkapan Penerimaan
Laporan LTKM, LTKT, dan LPUT
Menurut Pasal 23 ayat (1) UU PP TPPU, disebutkan bahwa pihak pelapor
memiliki kewajiban untuk melaporkan Transaksi Keuangan Mencurigakan dan
Transaksi Keuangan Tunai senilai Rp 500.000.000 ke atas serta Pembawaan Uang
Tunai Lintas Batas senilai Rp 100.000.000 ke atas atau dalam jumlah ekuivalen
mata uang asing kepada PPATK. Berdasarkan atas Penerimaan LTKM, LTKT dan
20
LPUT, PPATK melaksanakan verifikasi terkait dengan substansi, kesesuaian
format dan batas waktu penyampaian.
Dalam hal terdapat ketidaksesuaian terhadap aspek-aspek tersebut, selanjutnya
PPATK mengirimkan feedback kepada masing-masing PJK agar melengkapi
laporannya dan menyampaikan kembali kepada PPATK. Sampai dengan tanggal
31 Desember 2010, secara kumulatif PPATK telah menerima 63.924 LTKM dan
8.631.423 LTKT dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 3.2
PJK Pelapor dan Jumlah LTKM Kumulatif
Jenis Pelapor
Jumlah
Pelapor
31-12-2009
Jumlah
LTKM
Per-
31-12-2009
Jumlah
Pelapor
31-12-2010
Jumlah
LTKM
31-12-2010
Bank
Bank milik negara 4 8,460 4 11,096
Bank swasta 65 9,345 69 12,332
BPD 26 6,960 26 8,614
Bank Asing 13 2,210 11 2,615
Bank campuran 16 895 17 1,365
BPR 19 79 24 287
Sub Total STR Bank 143 27,949 151 36,309
Non Bank
Perusahaan Efek 50 794 58 1,059
Manajer Investasi 5 19 4 29
Pedagang valas 49 14,813 59 22,122
Dana Pensiun 1 1 1 1
Lembaga Pembiayaan 23 851 23 1,435
Asuransi 31 2,132 34 2,939
Perusahaan Pengiriman Uang 2 17 4 30
Sub Total STR Non Bank 161 18,627 183 27,615
TOTAL STR 46,576 63,924
Target prosentase kegiatan verifikasi kelengkapan LTKM tahun 2010 sebesar
95% dari total LTKM yang diterima PPATK, Pada tahun 2010 PPATK telah
memverifikasi sebanyak 17.348 LTKM dari total 17.348 (63.924-46.576) LTKM
yang dikirimkan kepada PPATK atau terealisasi sebanyak 100% pelaksanaan
verifikasi kelengkapan LTKM di tahun 2010.
21
Tabel 3.3
PJK Pelapor dan Jumlah LTKT Kumulatif s.d 31 Desember 2010:
Target prosentase kegiatan verifikasi kelengkapan LTKT tahun 2010 sebesar
95% dari total LTKT yang diterima PPATK, pada tahun 2010 PPATK telah
memverifikasi sebanyak 1.461.883 LTKT dari total 1.461.883 LTKT yang
dikirimkan kepada PPATK atau terealisasi sebesar 100% pelaksanaan verifikasi
kelengkapan LTKT. Kegiatan verifikasi tersebut sudah termasuk verifikasi
kelengkapan pelaporan LTKM dan LTKT yang diterima secara manual dan
online.
Target prosentase terlaksananya verifikasi kelengkapan LPUT pada tahun
2010 sebesar 95 % dari total LPUT yang diterima oleh PPATK. Sampai dengan
31 Desember 2010, PPATK telah menerima 1.608 LPUT dan seluruhnya telah
dilakukan verifikasi atau terealisasi sebesar 108% dari target tahun 2010 yaitu
sebanyak 1.500 LPUT. Secara umum LPUT yang dikirimkan kepada PPATK
telah sesuai dengan format pengiriman LPUT dan rincian jumlah LPUT secara
kumulatif dapat disampaikan sebagai berikut :
PJK Pelapor Jumlah PJK
Per-31 Des 2010
Jumlah CTR
Per-31 des 2010
1 Bank Umum 138 789,587
2 BPR 106 1,819
3 PVA 95 9,839
4 Asuransi 10 149
5 Pembiayaan 4 19
6 Perusahaan efek 4 44
7 Money Remittance 3 346
CTR by TRACES 7,376,313
CTR by Disket 453,307
TOTAL 360 8,631,423
22
Tabel 3.4
Penerimaan LPUT
KETERANGAN CBCC
Per-31 Des 2009
CBCC
Per-31 Des 2010
Jumlah Pelabuhan yang sudah melaporkan 9 9
Batam 2,002 2,683
Jakarta 1,935 2,866
Bandung 1 3
Tanjung Balai Karimun/Tanjung Pinang 97 97
Denpasar 49 50
Dumai 1 1
Teluk Bayur (Sumbar) 7 7
Teluk Nibung (Sumut) 1 1
Medan - 3
Jumlah laporan 4093 5,711
2. Tersedianya Data LTKM, LTKT dan LPUT Manual
Sebagai salah satu hasil dari kegiatan penerimaan dan verifikasi LTKM,
LTKT dan LPUT manual yang dikirimkan kepada PPATK adalah tersedianya
rekapitulasi data LTKM, LTKT dan LPUT manual. Data LTKM, LTKT dan LPUT
manual tersebut kemudian akan digabungkan kedalam buletin statistik bulanan
PPATK, buletin Statistik tersebut nantinya akan menginformasikan beberapa
informasi antara lain tentang data jumlah hasil analisis, data jumlah LTKM, LTKT
dan LPUT, data jumlah audit kepatuhan dan, data jumlah saksi ahli dari PPATK.
Pada tahun 2010 PPATK mentargetkan tersedianya 12 data LTKM, LTKT
dan LPUT manual dimana target tersebut disesuaikan dengan frekuensitas data jumlah
LTKM, LTKT dan LPUT manual yang dihitung per-bulan berjalan untuk kemudian
data tersebut dikompilasi kedalam buletin statistik bulanan PPATK.
Realisasi indikator kinerja Tersedianya data LTKM, LTKT dan LPUT manual
adalah sebesar 100 % atau telah disediakannya 12 data LTKM, LTKT dan LPUT
bulanan yang selanjutnya akan dikompilasi kedalam buletin statistik PPATK.
23
Tabel 3.5
Jumlah Rekapitulasi Penerimaan LTKM dan LTKT tahun 2010
Keterangan :
(*) Pada Periode Bulan September dan Oktober 2010, aplikasi pelaporan online
Traces mengalami permasalahan sehingga data informasi tidak dapat diakses.
Berkenaan dengan hal tersebut, maka untuk perhitungan statistik LTKT pada
periode bulan September dan Oktober 2010 dihitung hanya pelaporan online
3. Audit Kepatuhan Terhadap Penyedia Jasa keuangan (PJK)
Selama Tahun 2010 PPATK mentargetkan 75 (tujuh puluh lima) kegiatan
audit kepatuhan terhadap Penyedia Jasa Keuangan (PJK) Bank dan Non Bank
yang ditentukan berdasarkan pada skala risiko, skala aset dan Dana Pihak Ketiga,
jangka waktu pengulangan audit serta kualitas pelaporan yang dikirimkan kepada
PPATK. Dalam Realisasinya PPATK telah melakukan audit kepatuhan terhadap
74 PJK dari berbagai industri atau sebesar 98,67% dari target.
Pencapaian realisasi yang lebih rendah dari target yang direncanakan antara
lain disebabkan:
a. Adanya Pengesahan Undang-Undang No 8 tahun 2010 tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU PP TPPU) pada
tanggal 22 Oktober 2010 yang berakibat secara langsung terhadap kegiatan
audit kepatuhan khususnya berkaitan dengan permasalahan pengalihan
NO Periode Jumlah
LTKM
Jumlah
LTKT
Jumlah
Rekapitulasi
LTKM s.d
Periode
Jumlah
Rekapitulasi
LTKT s.d
Periode
1 Januari 2010 1.336 86.327 47.912 7.259.619
2 Februari 2010 1.128 50.011 49.040 7.309.630
3 Maret 2010 1.516 82.301 50.556 7.391.931
4 April 2010 1.436 63.668 51.992 7.455.599
5 Mei 2010 1.433 66.661 53.425 7.522.260
6 Juni 2010 1.834 183.706 55.259 7.706.089
7 Juli 2010 1.421 105.277 56.680 7.811.366
8 Agustus 2010 1.579 342.287 58.259 8.153.653
9 September 2010 1.123 1.998* 59.382 8.155.651
10 Oktober 2010 1.433 1.695* 60.815 8.157.346
11 November 2010 1.382 351.211 62.197 8.508.557
12 Desember 2010 1.727 122.866 63.924 8.631.423
24
kewenangan pengawasan kepatuhan sebagaimana dimaksud Pasal 17 ayat (1).
Menurut UU PP TPPU, kewenangan audit kepatuhan terhadap kewajiban
pelaporan tidak lagi dilaksanakan oleh PPATK melainkan akan dilakukan oleh
Lembaga Pengawas dan Pengatur yaitu Bank Indonesia untuk Perbankan,
PVA, Money Remittance dan Bapepam-LK untuk industri Asuransi,
Perusahaan Efek, Pembiayaan, dsb. Dalam hal pelaksanaan kegiatan audit
kepatuhan untuk industri perbankan dilakukan oleh Bank Indonesia akan
berdampak terhadap perubahan jadwal pelaksanaan kegiatan audit kepatuhan
PPATK.
b. Peraturan Pelaksanaan UU PP TPPU tentang kewenangan PPATK masih
dalam proses penyusunan.
Solusi dari permasalahan tersebut adalah, PPATK merubah objek audit
kepatuhan yang semula industri perbankan menjadi industri Non Bank khususnya
dengan menambah pelaksanaan audit pada industri Dana Pensiun Lembaga
Keuangan (DPLK) dan juga PPATK melakukan kegiatan joint audit dengan Bank
Indonesia untuk kegiatan audit kepatuhan terhadap Pedagang Valuta Asing
sekaligus untuk transfer knowledge kepada Lembaga Pengawas dan Pengatur
PVA yaitu Direktorat Pengelolaan Moneter Bank Indonesia.
4. Kegiatan Sosialisasi dan Pelatihan kepada PJK/Asosiasi dan Lembaga
Pengawas dan Pengatur (LPP)
Dalam meningkatkan koordinasi serta pemahaman LPP terhadap
kewenangannya dalam pencegahan tindak pidana pencucian uang dan
meningkatkan pemahaman PJK mengenai identifikasi transaksi keuangan
mencurigakan dan tata cara pelaporan LTKM dan LTKT. Pada tahun 2010
PPATK telah mentargetkan akan melaksanakan 15 kegiatan pelatihan sedangkan
realisasinya adalah terlaksananya 52 (lima puluh dua) kegiatan sosialisasi dan
pelatihan baik atas undangan PJK/ Asosiasi/ Lembaga Pengawas dan Pengatur
ataupun atas inisiasi PPATK sendiri. Realisasi tersebut ternyata melebihi target
sebesar 347% dari target. Besarnya realisasi dimaksud antara lain disebabkan
meningkatnya permintaan pelatihan dari pihak pelapor. Dengan meningkatnya
kegiatan sosialisasi dan pelatihan dimaksud, ternyata dapat meningkatkan jumlah
25
PJK pelapor dan meminimalkan kesalahan pelaporan, serta menurunnya jumlah
feedback atas kesalahan penyampaian pelaporan oleh pihak pelapor.
Sasaran 2 : PENINGKATAN EFEKTIVITAS HASIL ANALISIS
Dalam kerangka pelaksanaan Fungsi PPATK sebagaimana tertuang
dalam Pasal 44 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU PP TPPU),
PPATK melakukan analisis terhadap Laporan Transaksi Keuangan
Mencurigakan (LTKM) yang disampaikan oleh Pihak Pelapor sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan Pasal 17 ayat (1) UU PP TPPU (Pihak Pelapor).
Tujuan dilakukannya analisis adalah meneliti laporan atau informasi
mengenai transaksi keuangan mencurigakan yang diterima apakah terdapat
indikasi Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) atau Tindak Pidana (TP)
lainnya termasuk mengidentifikasi orang-orang yang terlibat TPPU atau TP
lainnya serta keberadaan harta kekayaan yang diduga berasal dari hasil TP
tersebut. Hasil analisis juga diperlukan untuk mengetahui tipologi TPPU atau TP
lainnya, penyusunan analisis strategis dan penyampaian informasi yang berguna
bagi instansi lain untuk mendukung upaya pencegahan dan pemberantasan
TPPU
Pelaksanaan tugas analisis oleh PPATK dilakukan dengan
memanfaatkan berbagai sumber informasi yang ada baik dikelola secara internal
(swadaya) ataupun informasi lainnya yang dapat diperoleh PPATK melalui
mekanisme kerjasama antar lembaga baik di dalam maupun di luar negeri.
Untuk mengukur kinerja sasaran tersebut, telah dilakukan perumusan
dan penetapan indikator kinerja berikut target dan realisasinya yang dapat
digambarkan sebagai berikut:
26
Tabel 3.6
Indikator Kinerja, Target dan Realisasi
Peningkatan Efektivitas Hasil Analisis
No Indikator Kinerja Target Realisasi % Capaian
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Tersusunnya tabulasi data LTKM
berdasarkan analisis awal
15.600 LTKM 24.015 LTKM 153 %
2 Tersusunnya hasil analisis 584 Hasil Analisis 767 Hasil Analisis 131%
3 Tersusunnya hasil riset tipologi
TPPU
5 laporan 6 laporan 120%
4 Tersusunnya laporan statistik
LTKM
14 laporan 14 laporan 100%
5 Tersusunnya hasil riset analisis
strategis.
18 laporan 19 laporan 105%
6 Penyelidikan dugaan TPPU 100 kasus 0 kasus 0%
1. Tersusunnya Tabulasi Data LTKM Berdasarkan Analisis Awal
Dalam rangka melaksanakan kegiatan analisis terhadap LTKM yang telah
diterima, terlebih dahulu dilakukan proses analisis awal untuk menentukan skala
prioritas (High, Medium, Low). Skala prioritas diperoleh berdasarkan pemenuhan
unsur-unsur yang tertuang dalam LTKM atas parameter yang telah ditentukan.
Apabila LTKM setelah dilakukan analisis awal mengindikasikan skala prioritas
high dan berdasarkan hasil assessment pejabat yang berwenang, maka LTKM
tersebut dilakukan analisis lebih lanjut oleh para analis PPATK.
Pada tahun 2010 PPATK merencanakan melakukan analisis awal terhadap
LTKM yang diterima sehingga menghasilkan tabulasi sebanyak 15.600 tabulasi.
Pencapaian realisasi atas kegiatan ini adalah dihasilkannya 24.015 tabulasi
berdasarkan data LTKM yang telah diinput ke dalam database (Tabel 3.5) atau
153% dari target yang telah direncanakan.
27
Tabel 3.7
Analisis Awal LTKM
Tahun
Jumlah LTKM yang
ditabulasi Peringkat LTKM Kumulatif
Per Tahun Kumulatif High Medium Low
s.d 2006 - 5,801 95 53 5,653
2007 4,602 10,403 1,131 1,009 8,263
2008 10,533 20,936 3,221 5,086 12,629
2009 13,825 34,761 6,467 9,287 19,007
2010 24,015 58,776 9,307 17,542 31,927
Pencapaian realisasi melebihi target yang direncanakan, antara lain
dikarenakan tersedianya dukungan teknologi informasi yang meningkatkan
efisiensi dan efektivitas dan komitmen pimpinan.
2. Tersusunnya Hasil Analisis
Berdasarkan Hasil Analisis awal atas LTKM yang berkategori high, para
analis PPATK melakukan analisis lebih lanjut atas LTKM tersebut. Pada tahun
2010 PPATK merencanakan 584 hasil analisis, sedangkan realisasi penyelesaian
hasil analisis adalah 767 hasil analisis atau 131% dari target yang direncanakan.
Rincian hasil analisis tersebut adalah sebagai berikut :
a. 319 hasil analisis yang diteruskan ke aparat penegak hukum
b. 153 hasil analisis yang disampaikan ke instansi/lembaga yang memiliki MoU
dengan PPATK
c. 30 hasil analisis yang disampaikan ke FIU negara lain.
d. 265 hasil analisis yang belum ditemukan indikasi Tindak Pidana
Tercapainya hasil analisis dari target yang telah direncanakan dikarenakan
kemampuan sumber daya manusia analis yang semakin meningkat yang didukung
oleh kegiatan training, workshop dan diskusi-diskusi sehingga proses analisis
dapat dilakukan dengan waktu yang efektif dan efisien, ketersediaan dukungan
teknologi informasi yang semakin mempercepat dalam proses analisis serta
meningkatnya kerjasama yang semakin baik dengan aparat penegak hukum dan
instansi terkait dalam hal pertukaran informasi, serta meningkatnya pemahaman
dan kesadaran pihak pelapor dalam memenuhi kewajiban pelaporan.
28
3. Tersusunnya Hasil Riset Tipologi
Selain melakukan kegiatan analisis, PPATK juga melakukan kegiatan riset
yang menghasilkan hasil riset tipologi. Laporan tipologi sangat diperlukan untuk
memberikan pemahaman yang komprehensif terhadap berbagai modus yang
dilakukan oleh para pelaku pencucian uang karena pemahaman tersebut dapat
menjadi alat peringatan dini (early warning system) bagi komunitas industri jasa
keuangan serta komunitas penegak hukum. Dengan demikian semua pihak yang
terkait dapat mencermatinya dan menjadi lebih berhati - hati dalam melakukan
transaksi, sehingga dapat menciptakan sistem keamanan di lingkungan
komunitasnya yang bebas dari segala jenis kejahatan pencucian uang.
Pada tahun 2010 PPATK merencanakan menyusun 5 laporan tipologi dan
realisasi laporan tipologi adalah sebanyak 6 laporan yang didokumentasikan
menjadi 2 buku yang dikeluarkan secara semesteran atau 120% dari target yang
telah direncanakan. Laporan hasil riset tipologi berdasarkan jenis industri pihak
pelapor adalah sebagai berikut:
a. Perbankan:
i. PNS dan Rekanan menggunakan rekening “Joint Account“ yang diduga
untuk menampung dana suap.
ii. PNS menggunakan SDB (Safe Deposit Box) di Bank sebagai Sarana
Penyimpanan dana yang diduga dari tindak pidana
iii. Penerimaan Travel Cheque (TC) yang diduga merupakan sarana suap bagi
Politically Exposed Person (PEP).
iv. Penyalahgunaan dana operasional perusahaan oleh pejabat terkait dengan
menggunakan rekening kartu kredit untuk menampung hasil tindak pidana.
b. Pasar Modal:
i. Penggunaan Profil Nasabah High Risk Country untuk melakukan
Manipulasi Pasar dan Pencucian Uang.
ii. Penggunaan rekening Efek Margin (transaksi margin trading/perdagangan
efek margin) untuk melakukan Pencucian Uang.
c. Asuransi.
i. Pembelian polis Unit Links oleh PEP yg diikuti dengan pencairan polis
sebelum jatuh tempo.
29
ii. Pembelian polis Unit Links oleh anak dari PEP yg diikuti dengan
pembayaran premi tambahan dalam jumlah besar dan diikuti pencairan
premi tambahan tersebut dalam waktu singkat.
d. Pedagang Valuta Asing.
i. Penjualan valas dengan perantara orang lain (pihak ketiga) atas perintah
dari PEP tanpa menggunakan surat kuasa.
ii. Pembelian valas dengan perantara orang lain (pihak ketiga) atas perintah
dari PEP tanpa menggunakan surat kuasa.
iii. Penjualan valas dengan perantara orang lain (pihak ketiga) untuk
disumbangkan kepada Partai Politik peserta Pemilu.
e. Lembaga Pembiayaan
i. Penggunaan pihak ketiga sebagai pihak pembayar cicilan leasing secara
sekaligus yang nilai nominalnya besar
ii. Penggunaan pihak ketiga sebagai pihak pembayar uang muka (down
payment) yang nilai nominalnya besar.
4. Tersusunnya Laporan Statistik LTKM
Selain menyusun laporan tipologi dan laporan analisis strategis, kegiatan riset
juga melakukan penyusunan laporan statistik dimana pada tahun 2010 PPATK
merencanakan 14 laporan statistik berupa 12 laporan statistik bulanan dan 2
laporan statistik bulanan, pada tahun ini seluruh target tersebut telah dapat
direalisasikan. Laporan statistik merupakan salah satu sumber bagi perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan berbagai kegiatan dalam
tatanan sosial, kelembagaan dan bermasyarakat khususnya dalam ruang lingkup
PPATK sebagai lembaga independen yang bertugas mencegah dan memberantas
tindak pidana pencucian uang serta memberikan gambaran performance PPATK
yang akurat kepada pemangku kepentingan PPATK.
5. Tersusunnya Hasil Riset Analisis Strategis
Selain untuk penyusunan laporan tipologi, hasil analisis juga digunakan untuk
penyusunan analisis strategis. Analisis strategis menjadi kegiatan yang perlu
disusun mengingat dalam perkembangannya, modus pencucian uang semakin hari
30
semakin kompleks dan canggih seiring dengan kemajuan teknologi informasi.
Mengingat dampak buruk yang ditimbulkan oleh pelaku TPPU tersebut semakin
mengkhawatirkan dewasa ini, maka diperlukan suatu kegiatan analisis strategis
untuk mengetahui bagaimana suatu tindak pidana atau TPPU terjadi dan upaya
pencegahan yang diperlukan untuk meminimalisasi tindak pidana tersebut.
Analisis Strategis adalah proses untuk mengembangkan pengetahuan (strategic
intelligence) untuk digunakan dalam membentuk pola kerja FIU di masa yang
akan datang. Karakteristik utama dari strategic intelligence adalah tidak
berhubungan dengan kasus perorangan, tetapi lebih kepada isu-isu baru dan trend
(kecenderungan).
PPATK pada tahun 2010 merencanakan 18 laporan analisis strategis dimana
target tersebut dapat direalisasikan sebanyak 19 laporan analisis strategis atau
105% dari target yang telah direncanakan.
Berdasarkan hasil riset analisis strategis, dapat digambarkan kecenderungan
(trend) sebagai berikut:
a) Trend Meningkat
Trend tindak pidana korupsi tetap menunjukan peningkatan secara
signifikan dibandingkan tindak pidana lainnya. Di samping meningkat,
korupsi dan penipuan merupakan tindak pidana yang paling sering dilaporkan
oleh PPATK. Tindak pidana narkotika dan penyuapan juga cenderung
meningkat namun tidak sering terjadi apabila dibandingkan dengan korupsi
dan penipuan.
b) Trend yang Berkelanjutan
Berdasarkan atas peningkatan jumlah hasil analisis yang dilaporkan
maka tindak korupsi, penipuan, narkotika dan penyuapan diperkirakan akan
masih tetap banyak dilakukan. Pada tindak pidana korupsi modus oparandi
yang berkelanjutan adalah transaksi keuangan yang dilakukan oleh PEP
dengan melibatkan pihak ketiga dan penyalahgunaan APBN/PBD oleh
bendahara/pemegang kas di instansi-instansi pemerintah. Selain itu, trend
lainnya yang masih berlanjut ditemukan oleh PPATK adalah cuckoo smurfing.
Dengan modus ini, pelaku tindak pidana menggunakan money remmitance
untuk sarana pencucian uang hasil tindak pidana psikotropika.
31
c) Trend menurun
Sama dengan trend periode sebelumnya, tahun 2010 belum dapat
diidentifikasi trend tindak pidana yang menurun.
d) Trend Baru Muncul
Terdapat temuan baru berupa pemberian dana oleh pihak ketiga kepada
petugas suatu instansi pemerintah ditransaksikan melalui rekening milik
pribadi, istri, anak ataupun pihak kerabat lainnya dari pegawai dimaksud.
Patut diduga hal ini merupakan indikasi terjadinya gratifikasi.
Tercapainya hasil riset dari target yang telah direncanakan dikarenakan jumlah
sumber daya manusia yang memadai serta kemampuan dari peneliti yang semakin
meningkat dengan didukung oleh training, workshop dan diskusi-diskusi yang
berkaitan dengan kegiatan penelitian di PPATK. Selain hal-hal tersebut di atas,
kemampuan peneliti dalam mengeksplorasi data semakin baik, sehingga
mempermudah dan mempercepat dalam penyelesaian riset yang dilakukan. Hal
ini didukung dengan kemampuan mengolah data secara mandiri oleh SDM di
PPATK serta rasa keingintahuan dari peneliti yang tinggi terhadap permasalahan-
permasalahan yang ada berkaitan dengan TPPU sehingga membuat banyaknya
riset yang bisa dilakukan.
Anggaran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam
rangka pencapaian sasaran ini dapat dilihat bahwa dari pagu anggaran sebesar Rp
1.800.000.000,00 digunakan sebesar Rp 1.328.115.025,00 atau sebesar 73,78 %.
Dengan tingkat capaian output maupun outcome yang rata-rata 100% dapat
dikatakan bahwa sudah terdapat efisiensi dalam penggunaan anggaran.
6. Penyelidikan dugaan TPPU
Pada tahun 2010 PPATK merencanakan 100 kasus penyelidikan dugaan
Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU). Perencanaan kegiatan penyelidikan
tersebut didasarkan atas Rancangan Undang Undang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (RUU PP TPPU) yang
disampaikan Pemerintah kepada DPR pada tahun 2008. Dalam perkembangan
pembahasan dengan DPR, klausula penyelidikan pada RUU PP TPPU ternyata
diubah substansinya menjadi kewenangan pemeriksaan. Dengan disahkannya
RUU PP TPPU menjadi Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 mengenai
32
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU PP TPPU)
pada tanggal 22 Oktober 2010, maka PPATK mendapat amanah untuk melakukan
kegiatan pemeriksaan. Dengan demikian kegiatan penyelidikan tidak dapat
dilaksanakan sebagaimana yang direncanakan. Selain itu pelaksanaan kewenangan
pemeriksaan harus didasarkan pada Peraturan Pelaksanaan UU PP TPPU yang
masih dalam proses penyelesaian.
Sasaran 3 : PENINGKATAN PERAN DAN FUNGSI PPATK DALAM
MENCEGAH DAN MEMBERANTAS TPPU
PPATK sebagai focal point dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU
dan pendanaan terorisme di Indonesia, maka peran tersebut perlu diwujudkan
antara lain dalam bentuk kerjasama dan koordinasi dengan instansi terkait baik
di dalam negeri maupun luar negeri serta penguatan hukum dan perundang-
undangan. Berkenaan dengan hal tersebut sasaran PPATK adalah peningkatan
peran dan fungsi PPATK dalam mencegah dan memberantas TPPU.
Untuk mengukur kinerja sasaran tersebut, PPATK telah merumuskan
dan menetapkan indikator kinerja beserta target yang akan dicapai. Berikut ini
capaian kinerja selama tahun 2010 terkait dengan pencapain sasaran strategis
peningkatan peran dan fungsi PPATK dalam mencegah dan memberantas
TPPU.
Tabel 3.8
Indikator Kinerja, Target dan Realisasi
Peningkatan Peran Dan Fungsi PPPATK Dalam Mencegah Dan Memberantas
TPPU
No Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
(%)
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Tersusunnya laporan hasil
evaluasi perkembangan
pelaksanaan Stranas 2009 dan
Rencana implementasi Stranas
2010
1 dokumen
2 dokumen *
200%
2 Tersusunnya laporan
pelaksanaan Strategi Nasional,
1 dokumen
4 dokumen *
400%
33
No Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
(%)
(1) (2) (3) (4) (5)
implementasi rekomendasi
hasil Mutual Evaluation
Report, dan kebijakan NPO
3 Terselenggaranya
penandatanganan naskah MoU
dengan FIU negara lain
maupun lembaga terkait di
dalam negeri
6 dokumen
11 dokumen 183,3%
4 Terselenggaranya
asistensi/koordinasi
penanganan TPPU dengan
aparat penegak hukum.
5 kegiatan 7 kegiatan 140%
5 Tersampaikannya HA atas
inquiry ke penyidik
200 dokumen 140 dokumen 70%
6 Terjalinnya kerjasama yang
lebih erat dengan organisasi
internasional di bidang TPPU
dan terpenuhinya iuran
keanggotaan APG dan Egmont
Group sebagai bentuk
komitmen PPATK/Indonesia
18 kegiatan 13 kegiatan
72%
7 Terciptanya kemampuan FIU
yang diberi bantuan serta
meningkatnya kredibilitas
PPATK di dunia internasional
1 kegiatan 1 kegiatan *
100%
8 Penyempurnaan RUU TPPU
dan tersusunnya draft peraturan
pelaksanaan UU TPPU yang
komprehensif
7 naskah 7 naskah 100 %
9 Tersusunnya draft naskah
akademis RUU Perampasan Aset
dan draft RUU Perampasan Aset
2 naskah 2 naskah 100%
10 Tersusunnya laporan bantuan
teknis hukum kepada apgakum
dalam penyelesaian perkara dan
tersampaikannya BAP ahli
8 dokumen 24 dokumen 300%
11 Terselenggaranya sosialisasi
agar tercapai persamaan persepsi
dalam membangun rezim anti
pencucian uang
9 kegiatan
12 kegiatan
133 %
12 Penyempurnaan modul
sosialisasi terkait rezim anti
10 dokumen 7 dokumen 70%
34
No Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian
(%)
(1) (2) (3) (4) (5)
pencucian uang, kelembagaan
PPATK, UU TPPU dan
Pendanaan Terorisme
1. Tersusunnya Laporan Hasil Evaluasi Perkembangan Pelaksanaan Stranas
2009 dan Rencana Implementasi Stranas 2010
Implementasi rezim anti pencucian uang dan pendanaan terorisme di
Indonesia memerlukan strategi nasional sebagai pedoman penegakan hukum di
bidang TPPU dan pendanaan terorisme. Dengan tersusunnya Stranas tersebut
diharapkan instansi terkait yang bertanggung jawab di bidang TPPU dan
pendanaan terorisme dapat memiliki acuan serta arah kebijakan dan strategi
masing–masing instansi dalam mengimplementasikannya serta koordinasi dan
kerjasama antar instansi.
Pada tahun 2010, PPATK merencanakan untuk melaksanakan penyusunan
laporan hasil evaluasi perkembangan pelaksanaan Stranas 2009 dan Rencana
implementasi Stranas 2010. Sehubungan dengan hal tersebut, maka PPATK telah
melaksanakan pertemuan dalam tingkat domestik terkait TPPU dan pendanaan
terorisme yang menghasilkan 2 dokumen atau 200% melebihi dari target.
Realisasi 2 dokumen tersebut terdiri dari laporan perkembangan pelaksanaan
Stranas 2009 dan penyusunan rencana implementasi Stranas 2010. Secara umum
Stranas yang telah disusun mengatur tentang hal – hal sebagai berikut :
a. Pembuatan Single Identity Number (nomor identitas tunggal);
b. Penyelesaian Pembahasan RUU TPPU, Peraturan Pelaksana dan
Implementasinya;
c. Pengelolaan Database Secara Elektronis dan Ketersambungan (Connectivity)
Database yang Dimiliki oleh Beberapa Instansi Terkait;
d. Peningkatan Pengawasan Kepatuhan Penyedia Jasa Keuangan;
e. Pengefektifan Penerapan Penyitaan Aset (Asset Forfeiture) dan Pengembalian
Aset (Asset Recovery);
f. Peningkatan Peran Serta Masyarakat Melalui Kampanye Publik;
35
g. Peningkatan Kerjasama Internasional;
h. Penguatan Pengaturan Tentang Alternative Remittance System dan Wire
Transfer;
i. Penanganan sektor Non Profit Organisations (NPO).
2. Tersusunnya Laporan Pelaksanaan Strategi Nasional, Implementasi
Rekomendasi Hasil Mutual Evaluation Report, dan Kebijakan NPO
Pada tahun 2010, PPATK merencanakan untuk melaksanakan penyusunan
Laporan Pelaksanaan Strategi Nasional, Implementasi Rekomendasi hasil Mutual
Evaluation Report, dan kebijakan NPO. Sampai dengan akhir tahun 2010
kegiatan dimaksud telah terealisasi 4 dokumen atau 400% dari target. Dokumen
laporan dimaksud adalah :
a. Evaluasi pelaksanaan Strategi Nasional tahun 2009
b. Rencana kegiatan Strategi Nasional tahun 2010
c. Tindak lanjut dan perkembangan implementasi pelaksanaan rekomendasi
Mutual Evaluation Report yang dilaksanakan di masing-masing instansi
terkait
d. Penyusunan pedoman Non Profit Organization (NPO Domestic Review)
3. Terselenggaranya Penandatanganan Naskah Mou Dengan FIU Negara Lain
Maupun Lembaga Terkait Di Dalam Negeri
Pada tahun 2010, PPATK merencanakan kerjasama dalam bentuk
penandatanganan Nota Kesepahaman/MoU dengan instansi domestik yaitu 3 MoU
dan 3 MoU lainnya dengan instansi luar negeri. Secara umum kegiatan MoU
dimaksudkan untuk melaksanakan kerjasama dalam hal pertukaran informasi,
pelatihan, audit kepatuhan, penelitian, penanganan kasus hukum di bidang TPPU
dan Pendanaan Terorisme.
Realisasi dari kegiatan penandatanganan MoU telah tercapai melebihi target
yang direncanakan yaitu 7 MoU dengan instansi domestik dan 4 MoU dengan
instansi luar negeri. Pelaksanaan penandatanganan MoU dengan instansi domestik
yaitu :
a. Bank Indonesia
b. Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU)
c. Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik (Dirjen Kesbangpol)
36
d. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu)
e. Setjen Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
f. Universitas Mataram
g. Universitas Syiah Kuala NAD
Pelaksanaan penandatanganan MoU dengan instansi luar negeri yaitu :
a. Solomon Islands Financial Intelligence Unit
b. Qatar Financial Information Unit
c. UAE Financial Intelligence Unit
d. The State Bank of Vietnam
4. Terselenggaranya Asistensi/Koordinasi Penanganan TPPU Dengan Aparat
Penegak Hukum
PPATK selalu berupaya untuk membantu aparat penegak hukum dan instansi
terkait lainnya dalam menangani tindak pidana pencucian uang pada khususnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka PPATK telah merencanakan beberapa
kegiatan koordinasi dalam rangka pencegahan dan pemberantasan TPPU dan
pendanaan terorisme baik secara nasional maupun internasional.
Pada tahun 2010, PPATK merencanakan untuk memberikan asistensi kepada 7
Kepolisian Daerah dan realisasi pelaksanaan kegiatan tersebut mencapai 140%
atau terlaksana melebihi dari target yang direncanakan. Adapun kegiatan asistensi
yang telah dilaksanakan selama tahun 2010 meliputi :
a. Polda Sumatera Utara,
b. Polda Sulawesi Selatan,
c. Polda Aceh,
d. Polda Kalimantan Timur,
e. Polda Nusa Tenggara Barat,
f. Polda Jambi
g. Polda Surabaya.
Melalui kegiatan asistensi ini, PPATK bertujuan untuk menjelaskan
mekanisme permintaan informasi kepada PPATK serta membantu pihak Polda
dalam hal penanganan kasus, khususnya untuk kasus-kasus terkait TPPU dan
Pendanaan Terorisme. Terlaksananya kegiatan asistensi ke Polda-Polda
37
dikarenakan meningkatnya permintaan dari Polda-Polda kepada PPATK untuk
memperdalam pengetahuan para aparat penegak hukum dalam melakukan
penyelidikan dan penyidikan di bidang TPPU dan Pendanaan Terorisme. Namun,
terdapat pula kendala yang dihadapi yaitu dalam berkoordinasi dengan penyidik
yang langsung menangani Hasil Analisis PPATK di Polda dikarenakan adanya
kebijakan rotasi terhadap penyidik di internal Polri. Adapun solusi yang dapat
dilakukan adalah dengan melakukan koordinasi yang baik dengan penyidik lama
dan penyidik baru yang menangani Hasil Analisis PPATK tersebut.
5. Tersampaikannya HA atas Inquiry Ke Penyidik
Pada tahun 2010, PPATK merencanakan 200 pertukaran informasi dengan
instansi domestik dan Financial Intellegence Unit (FIU). Realisasi kegiatan
tersebut terkait dengan pertukaran informasi intelijen keuangan dengan instansi
domestik dan luar negeri sebesar 140 pertukaran informasi atau 70% dari target.
Adapun jumlah permintaan informasi (inquiry) yang ditindaklanjuti kepada
penyidik dalam negeri dari Bulan Januari - Desember 2010 adalah sebanyak 91
Hasil Analisis.
Tabel 3.9
Penyampaian Hasil Analisis
Sedangkan pertukaran informasi yang dilakukan dengan FIU negara lain
diantaranya adalah menerima permintaan informasi (incoming mutual request)
sebanyak 49 kali, mengirimkan permintaan informasi (outgoing mutual request)
sebanyak 5 kali, menerima informasi spontan (incoming sponteneous information)
sebanyak 11 kali, dan mengirimkan informasi spontan (outgoing spontaneous
38
information) sebanyak 1 kali. Dari Bulan Januari - Desember 2010, jumlah
permintaan informasi (inquiry) yang ditindaklanjuti dengan pihak FIU adalah 49
kali, sedangkan hingga akhir tahun 2010, jumlah kumulatif pertukaran informasi
dengan pihak FIU adalah 406 kali. Pertukaran informasi tersebut dilaksanakan
dengan FIU-FIU negara lain, seperti Australia, Amerika Serikat, Slovakia,
Venezuela, Luxemburg, Brunei Darussalam, Malaysia, Jepang, Bahrain, Albania,
Belgium, Singapura, Mauritius, dan lain-lain.
Tabel 3.10
Pertukaran Informasi
Belum tercapainya realisasi kegiatan pertukaran informasi dengan instansi
domestik dan FIU luar negeri disebabkan antara lain karena permintaan informasi
yang diterima oleh PPATK sesuai dengan kebutuhan permintaan informasi dari
apgakum maupun instansi terkait lainnya dimana hal tersebut berbeda-beda dan
jika informasi yang diminta memerlukan adanya koordinasi dengan pihak PJK
maka hal itu membutuhkan waktu dalam pemenuhan permintaan informasi
tersebut. Solusi dari kendala di atas adalah instansi yang meminta informasi
keuangan kepada PPATK agar dapat memberikan informasi pendukung yang
Type of exchange
Year TOTAL
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Outgoing Mutual
Request (Incoming
Information) 8 14 29 26 42 18 21 5 163
Incoming Mutual
Request (Outgoing
Information) 0 17 22 16 22 29 43 49 198
Spontaneous
Incoming
Information 0 0 4 2 2 5 13 11 37
Spontaneous
Outgoing
Information 0 2 0 1 1 0 3 1 8
TOTAL 8 33 55 45 67 52 80 66 406
39
lengkap sesuai dengan format permintaan informasi yang telah disosialisasikan
kepada penyidik. Hal ini dimaksudkan agar proses permintaan informasi kepada
PJK dapat lebih mudah dan cepat dan PPATK dapat segera memberikan jawaban
atas permintaan informasi kepada instansi peminta.
6. Terjalinnya Kerjasama yang Lebih Erat Dengan Organisasi Internasional di
Bidang TPPU dan Terpenuhinya Iuran Keanggotaan APG dan Egmont
Group Sebagai Bentuk Komitmen PPATK/Indonesia
Sebagai bagian dari masyarakat internasional di bidang anti pencucian uang,
PPATK mewakili Pemerintah Republik Indonesia menjadi anggota APG dan
Egmont Group. Keanggotaan PPATK pada organisasi tersebut merupakan bentuk
komitmen PPATK/Indonesia dalam upaya pencegahan dan pemberantasan TPPU
dan Pendanaan Terorisme.
Pada tahun 2010, PPATK merencanakan 18 kegiatan terkait dengan
terjalinnya kerjasama yang erat dengan organisasi internasional di bidang TPPU
dan Pendanaan Terorisme. Realisasi dari kegiatan tersebut selama tahunb 2010
adalah 11 frekuensi kegiatan atau 61% dari target. Rincian realisasi kegiatan
tersebut adalah yaitu
a. 2 kali pertemuan FATF yang diselenggarakan di Abu Dhabi-Uni Emirat Arab
dan Paris-Perancis,
b. 1 kali pertemuan Tahunan Egmont Group yang diselenggarakan di Cartagena-
Colombia,
c. 1 kali pertemuan Tahunan APG yang diselenggarakan di Singapura,
d. 1 kali pertemuan APG Typologies Workshop yang diselenggarakan di Dhaka-
Bangladesh,
e. 2 kali pertemuan Egmont Working Group yang diselenggarakan di Mauritius
dan Moldova,
f. 1 kali pertemuan SOMTC yang diselenggarakan di Manila-Filipina,
g. 1 kali pertemuan Interpol yang diselenggarakan di Doha, Qatar, dan
h. 2 kali pertemuan PBB yang diselenggarakan di Wina-Austria dan Salvador-
Brazil.
Pencapaian realisasi sebesar 61% dari kegiatan tersebut antara lain disebabkan
PPATK tidak menghadiri pertemuan yang tidak berkaitan langsung dengan tugas
40
pokok dan fungsi PPATK yang diselenggarakan oleh pihak organisasi
internasional.
7. Terciptanya Kemampuan FIU yang Diberi Bantuan Serta Meningkatnya
Kredibilitas PPATK di Dunia Internasional
PPATK ikut berperan aktif di dunia internasional dengan memberikan
dukungan dan bantuan kepada suatu negara sebagai upaya untuk mengembangkan
rezim anti pencucian uang dan kontra pendanaan terorisme negara tersebut. Hal
ini dilakukan agar dapat memudahkan koordinasi dalam hal pemberantasan tindak
pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme serta untuk memberikan citra
positif di dunia internasional mengenai komitmen Indonesia/PPATK dalam upaya
turut membangun rezim anti pencucian uang dan kontra pendanaan terorisme di
dunia internasional.
Pada tahun 2010, PPATK merencanakan 1 kegiatan terkait dengan terciptanya
kemampuan FIU yang diberi bantuan serta meningkatnya kredibilitas PPATK di
dunia internasional yaitu bantuan teknis pada FIU kepada Solomon Island untuk
menjadi anggota Egmont Group. Sampai dengan akhir tahun 2010 kegiatan
tersebut telah terealisasi sepenuhnya.
8. Penyempurnaan RUU TPPU dan tersusunnya draft peraturan pelaksanaan
UU TPPU yang komprehensif
Tahun 2010 merupakan tahun terakhir Rancangan Undang-Undang tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (RUU PP-TPPU)
berada di lembaga legislatif. Pada tanggal 22 Oktober 2010 RUU PP-TPPU telah
disahkan dan diundangkannya menjadi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU
TPPU). Pada tahun 2010 PPATK merencanakan kegiatan Penyempurnaan RUU
TPPU dan tersusunnya draft peraturan pelaksanaan UU TPPU yang komprehensif
sebanyak 7 naskah. Sampai dengan akhir tahun 2010 kegiatan tersebut telah
terealisasi sepenuhnya dengan rincian sebagai berikut :
a. Dokumen finalisasi RUU TPPU;
b. Rancangan Peraturan Pemerintah mengenai Pihak Pelapor (amanat Pasal 17
ayat 2 UU TPPU);
41
c. Rancangan Peraturan Presiden tentang Tata Cara Pelaksanaan Kewenangan
PPATK (amanat Pasal 46 UU TPPU);
d. Rancangan Peraturan Pemerintah mengenai penghasilan, hak-hak lain,
penghargaan, dan fasilitas bagi Kepala dan Wakil Kepala PPATK (amanat
Pasal 58 ayat (2) UU TPPU);
e. Rancangan Peraturan Presiden mengenai Susunan Organisasi dan Tata Kerja
PPATK (amanat Pasal 60 UU TPPU);
f. Rancangan Peraturan Pemerintah mengenai Manajemen Sumber Daya
Manusia (amanat Pasal 62 ayat (3) UU TPPU);
g. Rancangan Peraturan Presiden mengenai Pembentukan Komite Koordinasi
Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
(amanat Pasal 92 ayat (2) UU TPPU).
Kendala yang ditemui di dalam Penyempurnaan RUU TPPU dan tersusunnya
draft peraturan pelaksanaan UU TPPU antara lain:
a. Adanya perbedaan persepsi antar instansi terkait di dalam penyusunan
peraturan peraturan perundang-undangan;
b. Birokrasi yang relatif cukup panjang yang menyebabkan pengesahan peraturan
pelaksana UU No.8 Tahun 2010 tidak sesuai dengan target yang ditetapkan;
Adapun penyelesaian terhadap kendala antara lain:
a. Perlunya penyamaan persepsi antar instansi terkait di dalam penyusunan
peraturan peraturan perundang-undangan;
b. Perlu adanya koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka mempercepat
pengesahan peraturan perundang-undangan dimaksud.
9. Tersusunnya draft naskah akademis RUU Perampasan Aset dan draf RUU
Perampasan Aset
Berdasarkan program Strategi Nasional (STRANAS) Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Tahun 2007-2011 No.5, yang
diresmikan secara langsung oleh Presiden RI tanggal 17 April 2007,
mengamanatkan bahwa perlunya penyusunan RUU tentang Perampasan Aset di
Bidang Tindak Pidana. Penyusunan RUU Perampasan Aset ini juga merupakan
tindak lanjut dari ratifikasi konvensi internasional yang telah dilakukan oleh
Pemerintah Indonesia, yaitu: Konvensi PBB Menentang Korupsi Tahun 2003
(United Nation Convension Against Corruption/UNCAC, 2003) yang telah
42
diratifikasi dengan UU No.7/2006 dan Konvensi PBB menentang Kejahatan
Transnasional Terorganisir (United Nations Convention Against Transnational
Organized Crimes/UN-CATOC) telah diratifikasi dengan UU No.5/2009. Bagi
PPATK penyusunan RUU tersebut sejalan dengan rekomendasi ke-3 Financial
Action Task Force (FATF) atau Revised 40+9 Recommendations, yang merupakan
standar internasional di bidang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
pencucian uang.
Pada tahun 2010 PPATK merencanakan kegiatan terkait dengan penyusunan
naskah akademis RUU Perampasan Aset dan draft RUU Perampasan Aset
sebanyak 2 dokumen. Kegiatan tersebut telah terealisasi sepenuhnya atau 100%
dari target. Pelaksanaan realisasi tersebut dilaksanakan melalui kerjasama dengan
instansi-instansi terkait untuk melakukan penyusunan naskah akademis dan draft
RUU tentang Perampasan Aset di Bidang Tindak Pidana. Pada akhir tahun 2010
RUU Perampasan Aset berhasil tercantum dalam Prolegnas sebagai RUU Prioritas
Tahun 2011 dan diharapkan dapat disahkan pada akhir tahun 2011. Secara umum
kendala yang dihadapi dalam penyusunan RUU yang dimaksud antara lain adalah
adanya perbedaan persepsi antar instansi terkait dengan perampasan aset tindak
pidana. Adapun solusi yang dilakukan adalah mengadakan rapat koordinasi
dengan instansi terkait untuk menciptakan penyamaan persepsi terkait perampasan
aset.
10. Tersusunnya Laporan Bantuan Teknis Hukum Kepada Apgakum Dalam
Penyelesaian Perkara Dan Tersampaikannya BAP Ahli
Kegiatan pemberian pendapat dan bantuan hukum bertujuan untuk
memberikan bantuan hukum berupa pelaksanaan diskusi ataupun pemberian
pendapat hukum secara tertulis, akan interpretasi suatu pasal yang terdapat dalam
UU TPPU dan pelaksanaanya di lapangan dalam rangka penyelidikan dan
penyidikan kasus TPPU, sedangkan pemberian keterangan ahli bertujuan untuk
membantu aparat penegak hukum dalam proses penyelesaian perkara tindak
pidana pencucian uang di tingkat penyidikan, penuntutan dan sidang di
pengadilan.
Pada tahun 2010, PPATK telah merencanakan untuk melakukan kegiatan
pemberian pendapat hukum dan bantuan teknis hukum kepada aparat penegak
hukum serta pemberian keterangan ahli di kepolisian, kejaksaan dan pengadilan
43
sebanyak 8 (delapan) dokumen. Kegiatan dimaksud telah terealisasi sesuai dengan
rencana bahkan melebih dari target yang direncanakan yaitu 24 dokumen atau 300
% dari target.
Realisasi kegiatan pemberian keterangan ahli yang melebihi target disebabkan
antara lain meningkatnya penggunaan UU TPPU sebagai dasar hukum pengenaan
tindak pidana asal dan tindak pidana pencucian uang. Peningkatan ini sebagai
dampak dari serangkaian kegiatan PPATK antara lain sosialisasi, asistensi,
bantuan hukum dan koordinasi dengan aparat penegak hukum
Adapun rincian pemberian keterangan ahli terkait tindak pidana pencucian
uang baik di tingkat penyidikan, penuntutan maupun pengadilan adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.11
Pemberian Keterangan Ahli
No. Tersangka/Terdakwa TAHUN Tindak Pidana Asal
1. Adiyansyah Bin Iwansyah 2010 Penggelapan, Penipuan dan atau
Pemalsuan
2. Asep Tatang Suryata H dkk 2010 Perbankan
3. Cahyono Syam Sasongko 2010 Korupsi, Penggelapan, dan atau
Perbankan
4. Fransiskus Januarta dan Jeffry 2010 Pencurian dan atau Pemalsuan
5. Gayus Halomoan P
Tambunan, Andi Kosasih dkk
2010 Korupsi
6. Haposan Hutagalung SH dan
Lambertus P Ama
2010 Korupsi
7. Haryanto 2010 Perbankan
8. Herysawati Bakri 2010 Korupsi, Perbankan,
Penggelapan
9. Jodi Haryanto 2010 Pemalsuan Surat, Penggelapan
10. Joko Suripto 2010 Pencurian, Penipuan, dan atau
Penggelapan
11. Jumratul Adawiyah 2010 Perbankan
12. Lambertus P Ama, dkk 2010 Korupsi
13. Lilik Siswanto, dkk 2010 Perbankan
44
No. Tersangka/Terdakwa TAHUN Tindak Pidana Asal
14. Lihan bin H Bahri 2010 Perbankan
15. Lista Adriani 2010 Korupsi, Perbankan,
Penggelapan
16. M Jafar 2010 Psikotropika
17. Riska Mawarsari 2010 Penipuan
18. Rizal Nuraref Meido 2010 Perbankan, Pencurian
19. Robert Tantular, dkk 2010 Perbankan
20. Sugianto 2010 Pencurian
21. Umar Sugianto dan edi als
Albert Wijaya
2010 Penipuan, Penggelapan, Tindak
Pidana Informasi dan Transaksi
Elektronik
22. Tarmuji, Frinaldi, dkk 2010 Penipuan
23. Thomas Tansah 2010 Penipuan Dan Atau
Penggelapan
24. Wahyu Saifitri Rupaat 2010 Penggelapan Dan Perbankan
Adapun kendala di dalam pemberian bantuan teknis hukum serta keterangan
ahli antara lain:
1. Seringkali penyidik belum memberikan laporan kemajuan atau resume dari
suatu perkara sehingga PPATK belum dapat menindaklanjuti permintaan
keterangan ahli;
2. Kurangnya pemahaman dari penegak hukum tentang tindak pidana pencucian
uang;
3. Adanya perbedaan persepsi antar penegak hukum di bidang tindak pidana
pencucian uang
Adapun penyelesaian atas kendala dimaksud antara lain:
1. Dilaksanakannya koordinasi secara intensif kepada penyidik yang meminta
keterangan ahli;
2. Dilaksanakan rapat koordinasi dan sosialisasi kepada penegak hukum tentang
tindak pidana pencucian uang;
45
11. Terselenggaranya Sosialisasi Agar Tercapai Persamaan Persepsi Dalam
Membangun Rezim Anti Pencucian Uang
Sosialisasi rezim anti pencucian uang terus menerus diselenggarakan di
beberapa kota besar di Indonesia. Penentuan kota-kota tujuan sosialisasi dilihat
dari kebutuhan informasi umum akan rezim anti pencucian uang dan implementasi
UU TPPU. Tujuan dari kegiatan ini untuk memperoleh persamaan persepsi akan
UU TPPU baik di kalangan aparat penegak hukum, penyedia jasa keuangan, new
reporting parties, akademisi dan masyarakat umum.
Pada tahun 2010, PPATK telah merencanakan kegiatan sosialisasi kepada
aparat penegak hukum, penyedia jasa keuangan, pihak pelapor baru (new
reporting parties), akademisi dan masyarakat sebanyak 6 (enam) kegiatan.
Kegiatan tersebut terealisasi sebanyak 6 (enam) kegiatan atau 100% dari target.
Rincian realisasi dimaksud adalah sosialisasi kepada Apgakum, PJK, PJB,
Akademisi, dan masyarakat di 6 kota yaitu :
a. Semarang;
b. Gorontalo;
c. Banjarmasin;
d. Palembang;
e. Banda Aceh;
f. Jakarta.
Secara umum kendala yang dihadapi antara lain adalah kurangnya waktu
pelaksanaan sehingga peserta belum sepenuhnya memahami materi sosialisasi.
Adapun penyelesaian dari kendala yang dihadapi adalah penambahan waktu
sosialisasi dan sosialisasi yang dilaksanakan secara berkesinambungan.
12. Penyempurnaan Modul Sosialisasi Terkait Rezim Anti Pencucian Uang,
Kelembagaan PPATK, UU TPPU dan Pendanaan Terorisme
Dalam rangka standarisasi materi dan pelaksanaan sosialisasi rezim anti
pencucian uang dan pendanaan terorisme, PPATK menyusun modul sosialisasi
terkait rezim anti pencucian uang, kelembagaan PPATK, UU TPPU dan
Pendanaan Terorisme. Selain itu modul dimaksud juga berguna bagi bahan
pelatihan bagi Apgakum, PJK, PJB, Akademisi, dan masyarakat.
Pada tahun 2010, PPATK telah merencanakan untuk penyusunan dan
penyempurnaan modul sosialisasi terkait rezim anti pencucian uang, kelembagaan
46
PPATK, UU TPPU dan Pendanaan Terorisme sebanyak 10 (sepuluh) dokumen.
Sampai dengan akhir tahun 2010 kegiatan tersebut terlaksana sebanyak 7 (tujuh)
dokumen. Rincian realisasi kegiatan tersebut adalah tersedianya modul yang
terdiri dari :
a. Silabus Program Sosialisasi Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme di
Indonesia.
b. Modul I: Rezim Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme Di Indonesia
c. Modul II: Penegakan Hukum Tindak Pidana Pencucian Uang dan Pendanaan
Terorisme
d. Modul III: Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme Bagi Industri
Perbankan
e. Modul IV: Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme Bagi Industri Pasar
Modal
f. Modul V: Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme Bagi Industri
Lembaga Keuangan Non Bank
g. Modul VI: Anti Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme Bagi Penyedia
Barang dan/atau Jasa Lain
Kendala yang ditemui di dalam penyusunan dimaksud adalah:
a. Adanya penggabungan beberapa modul berdasarkan industri pihak pelapor.
b. Terdapat kesulitan dalam melaksanakan harmonisasi materi modul terkait
pihak pelapor baru yang disebabkan belum adanya peraturan atau pedoman
yang mendukung terkait materi dimaksud.
Penyelesaian yang dilakukan atas kendala yang dihadapi adalah membuat
rancangan peraturan terkait dengan kewajiban pelaporan bagi penyedia barang dan
jasa.
Sasaran 4 : PENINGKATAN PERANAN TEKNOLOGI DAN INFORMASI
DALAM MENDUKUNG KINERJA PPATK
Penerimaan laporan yang diterima dari PJK terkait LTKM dan LTKT
semakin meningkat setiap tahunnya, laporan – laporan tersebut harus ditindak
lanjuti sesuai UU TPPU. Untuk menunjang pengolahan laporan – laporan
dimaksud, perlu didukung oleh teknologi informasi yang memadai. Jaringan
teknologi informasi yang dapat membantu dan memudahkan pengelolaan
laporan terutama kegiatan analisis atas transaksi keuangan mencurigakan. Selain
47
itu proses pengolahan/analisis laporan - laporan tersebut dengan menggunakan
dukungan teknologi informasi harus mampu beroperasi secara berkelanjutan
baik pada situasi normal ataupun darurat.
Untuk mengukur kinerja sasaran 4 tersebut, PPATK telah merumuskan
dan menetapkan indikator kinerja beserta target yang telah ditetapkan. Berikut
ini capaian kinerja selama tahun 2010 terkait dengan pencapain sasaran strategis
peningkatan perananan teknologi dan informasi dalam mendukung kinerja
PPATK.
Menurut UU dibidang TPPU, PPATK berwenang menyelenggarakan
sistem informasi. Berdasarkan kewenangan tersebut PPATK menjabarkannya
dalam bentuk sasaran strategis PPATK dimana salah satunya adalah
Peningkatan peranan teknologi dan informasi dalam mendukung kinerja
PPATK. Indikator kinerja sasaran strategis bidang teknologi informasi (TI)
PPATK adalah sebagai berikut :
Tabel 3.12
Indikator Kinerja, Target dan Realisasi
Peningkatan Peranan Teknologi Dan Informasi
Dalam Mendukung Kinerja PPATK
No Indikator Kinerja Target Realisasi %
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Penyempurnaan sistem keamanan TI
PPATK sesuai dengan standar
keamanan TI
5 dokumen 4 dokumen 80
2 Tersedianya sistem DRC PPATK dan
pengembangan perangkat lunak
sistem DRC
3 paket 3 paket,
aplikasi,
database,
hardware
100
3 Pengembangan Aplikasi STR
(suspicious transaction report), CTR
(cash transaction report), dan CBCC
(cross border cash carrying) yang
terintegrasi
3 aplikasi 3 aplikasi,
STR, CTR
dan CBCC
100
48
4 Terintegrasinya database STR, CTR,
CBCC
1 database 1 database,
db GRIPS
80
1. Penyempurnaan Sistem Keamanan TI PPATK Sesuai Dengan Standar
Keamanan TI
Dalam rangka menjamin sistem keamanan TI, pada Tahun 2010 PPATK
merencanakan kegiatan terkait dengan penyempurnaan sistem keamanan TI
PPATK sesuai dengan standar keamanan TI sebanyak 5 dokumen. Sampai dengan
akhir tahun 2010 realisasi dari kegiatan tersebut adalah tersedianya 4 dokumen
atau 80% dari target. Rincian dari realisasi kegiatan ini adalah tersusunnya :
a. SPO Pengelolaan Akun,
b. SPO Permintaan Aplikasi,
c. SPO Permintaan Akses Fisik dan Logical, dan
d. SPO Permintaan Pemulihan Data.
Belum terealisasinya kegiatan dimaksud antara lain dikarenakan terdapat
kekeliruan perencanaan tentang Standar Prosedur Operasi (SPO) Pemberitahuan
Kehilangan Data/Perangkat karena sebagian besar tidak sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi bidang TI yang seharusnya pengelolaan mengenai kehilangan
data / perangkat merupakan cakupan tugas keamanan informasi. Solusi terhadap
kendala tersebut adalah pembatalan terhadap penyusunan SPO dimaksud.
2. Tersedianya sistem DRC PPATK dan pengembangan perangkat lunak sistem
DRC
Pada tahun 2010, PPATK merencanakan pembuatan sistem aplikasi dan
infrastruktur yang terintegrasi dan memiliki ketersediaan data yang tinggi. Untuk
mencapai hal tersebut, dibutuhkan mekanisme replikasi data yang di akomodasi
dalam penyediaan system DRC yang memiliki arsitektur sistem dengan reliabilitas
tinggi untuk menunjang proses analisis dan pelaporan. Terkait dengan kegiatan
tersebut PPATK merencanakan 3 paket kegiatan, sedangkan realisasinya adalah
100%. Rincian dari realisasi kegiatan tersebut adalah aplikasi, database dan
perangkat keras pendukung DRC.
49
3. Pengembangan Aplikasi STR (suspicious transaction report), CTR (cash
transaction report), dan CBCC (cross border cash carrying) yang
terintegrasi
Dalam rangka mendukung kinerja PPATK yang berbasis teknologi informasi
yang bertugas untuk menerima pelaporan dari reporting parties, maka dibuatlah
suatu sistem pelaporan terintegrasi yang digunakan untuk menampung data yang
akan diolah menjadi informasi lanjutan untuk digunakan oleh penyidik dari Polri,
Kejaksaan dan KPK. Aplikasi tersebut dibuat untuk mengoptimalisasi sistem
pelaporan dari pihak pelapor (reporting parties) kepada pihak PPATK.
Pada tahun 2010 terkait dengan kegiatan Pengembangan Aplikasi STR
(suspicious transaction report), CTR (cash transaction report), dan CBCC (cross
border cash carrying) yang terintegrasi direncanakan sebanyak 3 (tiga) aplikasi.
Realisasi dari kegiatan tersebut adalah tersedianya 3 (tiga) aplikasi sesuai dengan
yang direncanakan atau 100% dari target. Rincian dari realisasi kegiatan ini
adalah:
a. Aplikasi GRIPS STR,
b. Aplikasi GRIPS CTR,
c. Aplikasi GRIPS CBCC
Aplikasi STR digunakan untuk pelaporan STR (laporan transaksi keuangan
mencurigakan) oleh PJK yang disertai dengan modul analisis dan pengolahan
laporan secara internal di PPATK, sedangkan aplikasi CTR digunakan untuk
pelaporan CTR (laporan transaksi keuangan tunai) oleh PJK, sedangkan CBCC
adalah aplikasi pelaporan CBCC (laporan pembawaan uang tunai lintas batas)
yang digunakan oleh ditjen Bea Cukai. Khusus untuk aplikasi GRIPS STR, telah
dilakukan sosialisasi kepada PJK sebanyak 2 sesi di Bandung dan Bali dengan
jumlah peserta sekitar 600 orang.
4. Terintegrasinya Database STR, CTR, CBCC
Dalam rangka mempercepat proses penyelesaian analisis STR, CTR dan
CBCC diperlukan adanya database yang terstruktur dan terintegrasi. Terkait
dengan kegiatan dimaksud, PPATK pada tahun 2010 merencanakan 1 (satu)
database dan realisasi adalah sebanyak 1 (satu) database atau 80% dari target.
Belum tercapainya kegiatan tersebut sebagaimana yang direncanakan antara lain
disebabkan integrasi terkait perubahan kompleksitas aplikasi sesuai dengan
50
mekanisme kerja, sehingga memerlukan penyesuaian yang membutuhkan waktu
relatif lama. Solusi terhadap kendala dimaksud antara lain adalah migrasi database
lama ke database baru memerlukan tambahan berbagai konversi indikator
mekanisme kerja/workflow pada database yang terintegrasi.
Sasaran 5 : PENYEDIAAN DAN PENGEMBANGAN MANAJEMEN
INTERNAL
Sebagai suatu organisasi yang mempunyai tugas pengumpulan dan
analisis data-data transaksi keuangan, PPATK juga mengolah database yang
bersifat online dengan PJK. Database dan program-program aplikasinya
merupakan satu kesatuan sistem yang diolah di pusat pengolahan data dengan
komputer. Agar suatu sistem tetap dapat berjalan dengan baik dalam situasi dan
kondisi darurat maka diperlukan backup sistem yang handal atau sering disebut
dengan istilah Data Recovery Centre (DRC).
Untuk mengukur kinerja sasaran 5 tersebut, PPATK telah merumuskan
dan menetapkan indicator kinerja beserta target yang telah ditetapkan. Berikut
ini capaian kinerja selama tahun 2010 terkait dengan pencapain sasaran strategis
penyediaan dan pengembangan manajemen internal PPATK.
Tabel 3.13
Indikator Kinerja, Target dan Realisasi
Penyediaan dan Pengembangan Manajemen Internal PPATK
No Indikator Kinerja Target Realisasi %
Capaian
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Terwujudnya pembangunan
gedung DRC:
a. Tanah
b. Bangunan
c. Mesin dan Peralatan
d. Perlengkapan sarana Gedung
e. Meubelair Gedung DRC
a. -
b. 2.200 m2
c. 17 unit
d. 1 paket
e. 74 unit
a. 5.648 m2
b. 2.800 m2
c. 17 unit
d. 1 paket
e. -
a.
b. 91,4%
c. 100%
d. 100%
e. 0 %
51
PPATK merencanakan pengadaan lahan untuk DRC dan gudang arsip
seluas +2.000 m2. Kegiatan pengadaan lahan tersebut telah dilaksanakan. Lahan
yang digunakan oleh PPATK untuk DRC dan gudang arsip tersebut diperoleh
dari tanah eks-BPPN yang terletak di Provinsi Jawa Barat.
Tanah gedung DRC dan Arsip PPATK diperoleh dari Menteri Keuangan
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor : KMK-69/KM.6/2010
tanggal 17 Maret 2010 tentang Penetapan Status Penggunaan Aset Properti Eks-
BPPN Berupa Tanah yang terletak di Jawa Barat kepada PPATK seluas 5.648
m2. Berdasarkan keputusan tersebut ditindaklanjuti dengan Serah Terima
dokumen antara Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan
Republik Indonesia dengan Kepala PPATK pada tanggal 26 Mei 2010.
Selanjutnya dilakukan proses seleksi / pelelangan umum untuk
menentukan Konsultan Perencana Konstruksi, konsultan Manajemen
Konstruksi, dan Pelaksana Konstruksi mulai bulan Juni tahun 2010. Proses
pembangunan gedung DRC dan Arsip PPATK dimulai pada tanggal 22
September 2010 dan direncanakan akan selesai pada tanggal 31 Desember 2010.
Sampai dengan akhir tahun 2010, proses pembangunan Gedung DRC
dan Arsip PPATK baru mencapai 91,4%. Menurut pendapat dari pihak
Pelaksana Konstruksi, hal tersebut disebabkan antara lain kondisi cuaca dalam
masa pembangunan gedung yang ekstrem seperti hujan yang terus menerus dan
kabut tebal yang mengakibatkan berkurangnya jarak pandang, sehingga
menghambat proses pembangunan. Namun demikian, PPATK telah melakukan
upaya penyelesaian dalam bentuk pengawasan dan akan bertekad terus
melaksanakan penyelesaian pembangunan tersebut pada tahun 2011.
Berkenaan dengan pembangunan Gedung DRC dan Arsip PPATK, maka
dilakukan juga pengadaan mesin dan peralatan, pengadaan perlengkapan kantor,
dan pengadaan meubelair. Realisasi pengadaan tersebut telah terlaksana 100%
kecuali pelaksanaan pengadaan meubelair. Belum terlaksananya pengadaan
meubelair dimaksud dikarenakan belum selesainya pembangunan Gedung DRC
dan Arsip PPATK. Namun demikian, PPATK berencana melaksanakan
pengadaan meubelair Gedung DRC dan Arsip PPATK pada tahun anggaran
2011.
52
Sasaran 6 : PENGUATAN INSTITUSI
Untuk menjadi lembaga independen yang handal dan terpercaya dalam
bidang intelejen keuangan, PPATK wajib menerapkan good governance dalam
melaksanakan seluruh kegiatan.
Untuk mengukur kinerja sasaran 6 tersebut, PPATK telah merumuskan
dan menetapkan indikator kinerja beserta target yang telah ditetapkan. Berikut
ini capaian kinerja selama tahun 2010 terkait dengan pencapaian sasaran
strategis penguatan institusi
Tabel 3.14
Indikator Kinerja, Target dan Realisasi
Penguatan Institusi
No Indikator Kinerja Target Realisasi %
Capaian
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Tersusunnya peraturan tentang
sistem pola karir, pedoman
standar kompetensi pegawai,
penilaian kinerja pegawai, dan
peraturan kepegawaian lainnya
4 peraturan 3 peraturan
75
2 Tersusunnya Laporan Keuangan
PPATK tahun 2010 dan Laporan
Evaluasi Rencana Kerja dan
Anggaran PPATK
2 Dokumen 2 Dokumen 100%
3 Tersusunnya pedoman
Manajemen Risiko.
1 set pedoman 1 set draft
pedoman
85 %
4 Tersedianya Sistem Pelaporan
Pelanggaran (SPP)/ atau
whistleblowing system (WBS)
100 %
pelaporan
pelanggaran
ditindak
lanjuti
100 % 100 %
1. Tersusunnya Peraturan Tentang Sistem Pola Karir, Pedoman Standar
Kompetensi Pegawai, Penilaian Kinerja Pegawai dan Peraturan
Kepegawaian Lainnya.
Hingga awal tahun 2010, PPATK mengajukan rancangan Undang – undang
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang kepada
pemerintah namun sampai dengan pertengahan tahun 2010 rancangan undang–
53
undang tersebut belum disahkan oleh pemerintah. Undang–undang tersebut akan
membawa perubahan yang besar bagi organisasi dan ketatalaksanaan di PPATK
karena dalam undang–undang tersebut mengamanatkan beberapa kewenangan
yang mendorong bagi perubahan organisasi dan tata laksana. Kewenangan
tersebut antara lain adalah kewenangan Kepala PPATK sebagai Pejabat Pembina
Kepegawaian yang akan membawa perubahan terhadap Manajemen dan Sumber
Daya Manusia.
PPATK menyadari bahwa sumber daya manusia yang handal dan kompeten
merupakan syarat yang harus dimiliki oleh seluruh instansi pemerintah, oleh
karena itu PPATK perlu menyusun peraturan-peraturan kepegawaian. Dari 4
peraturan yang ditargetkan, hanya 3 peraturan yang terealisasi atau 75 % dari
target yang direncanakan. Hal ini disebabkan karena PPATK masih menunggu
penataan dan penyempurnaan kebijakan sistem, struktur kelembagaan dan
prosedur pengawasan.
2. Tersusunnya Laporan Keuangan PPATK tahun 2010 dan Laporan Evaluasi
Rencana Kerja dan Anggaran PPATK
Laporan Keuangan PPATK merupakan bentuk akuntabilitas pelaksanaan
anggaran PPATK sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2004 tentang Pemeriksaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara dan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan Dan
Kinerja Instansi Pemerintah. Penyusunan Laporan Keuangan dimaksud mengacu
kepada Standar Akuntansi Pemerintahan. Selama ini PPATK selalu berupaya
untuk melaksanakan anggaran sesuai prinsip sederhana, hemat dan secara efektif
dan efisien sesuai ketentuan yang berlaku. Atas upaya tersebut maka sejak tahun
2006 hingga tahun 2009, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memberikan
opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas Laporan keuangan PPATK pada
tahun-tahun tersebut.
Laporan Keuangan PPATK tahun 2010 saat ini telah selesai disusun dan
disampaikan kepada Menteri Keuangan, serta dalam proses pemeriksaan oleh
BPK. Berdasarkan pelaksanaan anggaran yang selalu diupayakan dengan prinsip-
prinsip pelaksanaan anggaran yaitu sederhana, hemat dan secara efektif dan
efisien maka diharapkan opini BPK atas Laporan Keuangan PPATK tahun 2010
adalah WTP.
54
3. Tersusunnya Pedoman Manajemen Risiko
Manajemen Risiko pada dasarnya merupakan bagian dari tanggung jawab
manajemen dan bagian yang tidak terpisahkan dari proses-proses organisasi dan
perubahan proses manajemen. Manajemen Risiko tidak berdiri sendiri atau
terpisah dari kegiatan dan proses utama dari organisasi dan membantu manajemen
untuk menyeimbangkan biaya operasional dan ekonomi untuk mencapai visi, misi
dan tujuan organisasi. Penekanan pada perbaikan dan peningkatan berkelanjutan
dalam Manajemen Risiko melalui penentuan tujuan kinerja organisasi,
pengukuran, reviu dan modifikasi terhadap proses, sistem, sumber daya,
kapabilitas serta keahlian dan keterampilan merupakan suatu kebutuhan penting
yang harus selalu dilaksanakan. Dengan demikian PPATK harus bertujuan untuk
mencapai kinerja pada tingkatan yang tertinggi sesuai kerangka kerja manajemen
risiko dan pengambilan keputusan penting (critical decision making) yang telah
dilaksanakan.
Pada tahun 2010 PPATK telah merencanakan untuk mengimplementasikan
manajemen risiko dengan disusunnya 1 set pedoman manajemen risiko PPATK.
Sampai dengan akhir tahun 2010 telah tersusun draft Pedoman Manajemen Risiko
atau tercapai 85% dari target. PPATK belum berhasil mengimplementasikan
manajemen risiko hal ini disebabkan pedoman manajemen risiko yang masih
dalam proses finalisasi legal drafting untuk dijadikan Peraturan Kepala PPATK.
Selanjutnya pada tahun 2011 PPATK akan mengimplementasikan manajemen
risiko.
4. Tersusunnya pedoman Sistem Pelaporan Pelanggaran (SPP) atau
whistleblowing system (WBS).
Sistem Pelaporan Pelanggaran (SPP) atau whistleblowing system (WBS)
merupakan suatu sistem yang efektif mencegah dan memberantas praktik
pelanggaran atau penyimpangan dan atau praktik yang bertentangan dengan good
governance dan pengendalian intern. PPATK memiliki dan mengutamakan
komitmen terhadap transparansi, integritas dan akuntabilitas. Namun demikian,
dalam pelaksanaan operasional sehari-hari PPATK mengantisipasi kemungkinan
adanya pelanggaran, penyalahgunaan, dan atau malapraktik yang dapat
berpengaruh secara signifikan terhadap reputasi PPATK. Melalui SPP/WBS
55
diharapkan sebagai salah satu metoda deteksi dini atas terjadinya pelanggaran
dimaksud.
Pada tahun 2010 PPATK merencanakan untuk menindaklanjuti atau
memproses seluruh pelaporan pelanggaran (100%) yang dilaporkan kepada
pengelola pelaporan pelanggaran (SPP)/ atau whistleblowing system (WBS).
Kegiatan ini telah terealisasi sesuai dengan rencana yang ditetapkan, selama tahun
2010 PPATK telah menerima 3 pelaporan pelanggaran yang telah ditindaklanjuti
hingga menghasilkan Laporan Hasil Permintaan Keterangan atas pelaporan
pelanggaran tersebut serta melakukan monitoring atas pelaksanaan rekomendasi
yang terdapat pada laporan dimaksud.
C. Realisasi Keuangan/APBN PPATK Tahun 2010
Realisasi anggaran belanja PPATK hingga tanggal 31 Desember 2010
telah dipertanggungjawabkan ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
(KPPN) Jakarta II, yaitu mencapai Rp.64.163.331.917,- atau sebesar 56,33%
dari total pagu. Realisasi anggaran tersebut terdiri dari :
1. Program Stabilisasi Ekonomi dan Sektor Keuangan (Kode : 01.01.24),
terealisir Rp. 37.493.997.396,- dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 3.15
Realisasi Anggaran Program Stabilisasi Ekonomi dan Sektor
Keuangan
KODE KEGIATAN Anggaran Realisasi
(Rp.).
%
6801
Pengembangan sistem
analisis dan kajian
terhadap tipologi TPPU
1,800,000,000 1,328,115,025 73.78%
6802 Sosialisasi dan
penyamaan pemahaman
kepada Apgakum, PJK,
dan masyarakat tentang
TPPU
1,329,000,000 796,183,045 59.91%
6803 Penyediaan sarana dan
prasarana kantor
PPATK
27,289,500,000 23,875,170,969 87.49%
6804
Pelaksanaan kerjasama
nasional dan
internasional di bidang
5,111,000,000 2,791,989,519 54.63%
56
KODE KEGIATAN Anggaran Realisasi
(Rp.).
%
pencucian uang
6805
Pengawasan
pelaksanaan kepatuhan
PJK dalam pelaporan
TPPU
1,791,000,000 840,258,090 46.92%
6806
Pengembangan sistem
teknologi informasi dan
komputerisasi
pengolahan data
15,000,000,000 7,037,872,868 46.92%
6807
Penyempurnaan
peraturan perundangan,
penelaahan dan
pemberian nasehat
hukum di bidang TPPU
3,387,000,000 824,407,880 24.34%
6809 Penyelidikan Tindak
Pidana Pencucian Uang
5,000,000,000 0 0.00%
Jumlah 60,707,500,000 37,493,997,396 61.76%
2. Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik (Kode : 01.01.09)
terealisir Rp. 26.669.334.521,- dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 3.16
Realisasi Anggaran Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik
KODE KEGIATAN Anggaran Realisasi
(Rp.).
%
0001
Pengelolaan gaji,
honorarium dan tunjangan
24,104,168,000 15,059,545,193 62.48%
0002
Penyelenggaraan
operasional dan
pemeliharaan perkantoran
15,342,691,000 5,737,496,573 37.40%
0003
Pelayanan Publik atau
Birokrasi
3,355,209,000 1,165,347,619 34.73%
0024
Pembangunan/pengadaan/
peningkatan sarana dan
prasarana
1,153,500,000 410,410,000 35.58%
0051
Pengembangan SDM dan
administrasi kepegawaian
3,925,840,000 1,470,102,217 37.45%
0052
Pengembangan sistem dan
evaluasi kinerja
250,000,000 192,995,446 77.20%
0073
Perencanaan / penyusunan
/ pengembangan program
dan sistem prosedur
75,000,000 0 0.00%
0076 Sistem Pengelolaan 1,190,000,000 721,326,557 60.62%
57
KODE KEGIATAN Anggaran Realisasi
(Rp.).
%
Administrasi Keuangan
0081
Pengadaan Kendaraan 2,040,000,000 907,905,800 44.51%
0092
Penyelenggaraan
pengawasan dan
pemeriksaan akuntabilitas
kementerian/lembaga
851,000,000 480,851,726 56.50%
0095
Penyelenggaraan/peningka
tan akuntansi pemerintah
dan kekayaan milik negara
843,000,000 475,931,051 56.46%
0107 Pengadaan buku-buku dan
bahan cetakan
75,000,000 47,342,339 63.12%
Jumlah 53,205,408,000 26,669,254,521 50.13%
Realisasi anggaran PPATK hingga tanggal 31 Desember 2010 mencapai
56,33% dari total pagu. Rendahnya tingkat realisasi anggaran PPATK tahun
2010 disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
a. Selama ini anggaran PPATK selalu diupayakan untuk dapat dilaksanakan
sesuai ketentuan yang berlaku, dan selalu memperhatikan prinsip-prinsip
dalam pelaksanaan anggaran, antara lain hemat, tidak mewah, efisien,
efektif, dan terkendali sesuai dengan rencana program/kegiatan, serta tugas
pokok dan fungsi PPATK . Sehubungan dengan upaya tersebut, maka
terjadi beberapa penghematan dalam pelaksanaan anggaran tahun 2010,
terutama dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa, serta kegiatan yang
memerlukan perjalanan dinas.
b. Beberapa rencana kegiatan tahun 2010 belum dapat dilaksanakan,
terutama kegiatan-kegiatan yang terkait dengan UU Nomor 8 tahun 2010
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
(PP TPPU). UU Nomor 8 tahun 2010 baru diundangkan pada tanggal 22
Oktober 2010. Saat ini PPATK masih dalam tahap penyusunan perangkat
hukum sebagai tindak lanjut atas pelaksanaan UU tersebut. Oleh karena
itu, pada tahun 2010 belum seluruh rencana kegiatan yang didasarkan atas
UU tersebut dapat direalisasikan, antara lain kegiatan Pemeriksaan terkait
TPPU (sebelumnya diusulkan kegiatan Penyelidikan TPPU), penyusunan
58
peraturan-peraturan pelaksanaan, serta sosialisasi dan kegiatan-kegiatan
lain yang terkait dengan UU PP TPPU.
c. Hingga akhir tahun 2010, PPATK belum memiliki Pegawai Tetap.
Pengalihan status Pegawai Dipekerjakan dari beberapa instansi lain
menjadi Pegawai Tetap PPATK hingga saat ini masih dalam proses,
sehingga selama tahun 2010 PPATK tidak melaksanakan pembayaran gaji
Pegawai Tetap. Hal ini berakibat masih rendahnya realisasi Belanja
Pegawai Tahun 2010.
d. Sebagian besar aset PPATK merupakan aset baru yang masih dapat
berfungsi secara optimal, sehingga belum memerlukan pemeliharaan yang
sifatnya berkala. Pemeliharaan rutin dilakukan untuk aset PPATK yang
memiliki frekuensi tingkat pemakaian tinggi seperti pemeliharaan
kendaraan operasional, server, dan gedung. Hal ini berdampak pada
penghematan anggaran Belanja Pemeliharaan, karena anggaran yang
dialokasikan berdasarkan Standar Biaya Umum tidak semuanya terealisasi.
59
BAB IV
PENUTUP
PPATK sebagai lembaga independen dan focal point dalam pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana pencucian uang mempunyai tugas, fungsi dan
wewenang untuk menjalankan kebijakan pemerintah dalam pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana pencucian uang (TPPU) di Indonesia. Upaya
pencegahan dan pemberantasan TPPU tersebut bertujuan untuk mendukung
upaya-upaya menjaga stabilitas sistem keuangan dan menurunkan tingkat
kejahatan, khususnya TPPU..
Secara umum kinerja PPATK pada tahun 2010 dapat dinyatakan berhasil, hal
ini tercermin dari pencapaian kinerja berkaitan dengan sasaran-sasaran yang
ditetapkan. Beberapa kegiatan pokok yang memberikan kontribusi cukup besar
dalam pencegahan dan pemberantasan TPPU antara lain kegiatan analisis Laporan
Transaksi Keuangan Mencurigakan terhadap laporan transaksi keuangan
mencurigakan yang berprioritas tinggi dan menghasilkan 767 hasil analisis,
kegiatan audit kepatuhan kepada 74 Penyedia Jasa Keuangan, penandatangan
MoU dengan 11 instansi yang terdiri dari 7 Instansi dalam negeri dan 4 dengan
FIU negara lain, asistensi hukum di bidang TPPU terhadap Aparat Penegak
Hukum, Regulator, Penyedia Jasa Keuangan, Profesi, masyarakat dan Pemberian
keterangan ahli di bidang TPPU serta sosialisasi rezim anti pencucian uang di
Indonesia kepada aparat penegak hukum, penyedia jasa keuangan, dan new
reporting parties.
Dengan dilaksanakannya kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan bahwa rezim
anti pencucian uang dapat berjalan lebih baik dan efektif serta dapat mendukung
upaya-upaya menjaga stabilitas sistem keuangan dan menurunkan tingkat
kejahatan dibidang pencucian uang di Indonesia.
60
Lampiran I
Pengukuran Kinerja
Pusat Pelaopran Dan Analisis Transaksi Keuangan
Tahun Anggaran 2010
No Uraian Sasaran Indikator Kinerja Target
Tahun 2010
Realisasi
Tahun 2010 %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. k. Meningkatnya kepatuhan
kewajiban pelaporan
1.1 Persentase terlaksananya kegiatan
verifikasi kelengkapan penerimaan
laporan LTKM, LTKT, dan LPUT
(1). 95 % dari
LTKM diterima
(2). 95 % dari
LTKT diterima
(3). 95 % dari
LPUT diterima
(1). 100% dari
LTKM diterima
(2). 100% dari
LTKT diterima
(3). 100% dari
LPUT diterima
(1). 105
(2). 105
(3). 105
1.2 Tersedianya data LTKM, LTKT dan
LPUT Manual 12 laporan
12 laporan 100
1.3 Terlaksananya jumlah pelaksanaan
audit kepatuhan terhadap pihak
pelapor
75 PJK
74 PJK 98,67
1.4 Terselenggaranya kegiatan
sosialisasi/workshop/diseminasi/
seminar/publiksi tentang kewajiban
pelaporan bagi Penyedia Jasa
Keuangan
15 kegiatan 52 Pelatihan 347
2. l. Meningkatnya efektivitas hasil
analisis
2.1 Tersusunnya tabulasi data LTKM
berdasarkan analisis awal
15.600 LTKM 24.015 LTKM 153
2.2 Tersusunnya hasil analisis 584 Hasil Analisis 767 Hasil
Analisis
131
2.3 Tersusunnya hasil riset tipologi TPPU 5 laporan 6 laporan 120
2.4 Tersusunnya lap statistik LTKM 14 laporan 14 laporan 100
2.5 Tersusunnya hasil riset analisis
strategis.
18 laporan 19 laporan 105
2.6 Penyelidikan dugaan TPPU 100 kasus 0 kasus 0
3. m. Meningkatnya peran dan
fungsi PPATK dalam
mencegah dan memberantas
TPPU
3.1 Tersusunnya laporan hasil evaluasi
perkembangan pelaksanaan Stranas
2009 dan Rencana implementasi
Stranas 2010
1 dokumen
2 dokumen *
200
3.2 Tersusunnya laporan pelaksanaan
Strategi Nasional, implementasi
rekomendasi hasil Mutual Evaluation
Report, dan kebijakan NPO
1 dokumen
4 dokumen *
400
3.3 Terselenggaranya penandatanganan
naskah MoU dengan FIU negara lain
6 dokumen
11 dokumen 183,3
61
No Uraian Sasaran Indikator Kinerja Target
Tahun 2010
Realisasi
Tahun 2010 %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
maupun lembaga terkait di dalam
negeri
3.4 Terselenggaranya asistensi/koordinasi
penanganan TPPU dengan aparat
penegak hukum.
5 kegiatan 7 kegiatan 140
3.5 Tersampaikannya HA atas inquiry ke
penyidik
200 dokumen 140 dokumen 70
3.6 Terjalinnya kerjasama yang lebih erat
dengan organisasi internasional di
bidang TPPU dan terpenuhinya iuran
keanggotaan APG dan Egmont Group
sebagai bentuk komitmen
PPATK/Indonesia
18 kegiatan 13 kegiatan
72
3.7 Terciptanya kemampuan FIU yang
diberi bantuan serta meningkatnya
kredibilitas PPATK di dunia
internasional
1 kegiatan 1 kegiatan
100
3.8 Penyempurnaan RUU TPPU dan
tersusunnya draft peraturan
pelaksanaan UU TPPU yang
komprehensif
7 naskah 7 naskah 100
3.9 Tersusunnya draft naskah akademis
RUU Perampasan Aset dan draf RUU
Perampasan Aset
2 naskah 2 naskah 100
3.10 Tersusunnya laporan bantuan teknis
hukum kepada apgakum dalam
penyelesaian perkara dan
tersampaikannya BAP ahli
8 dokumen 24 dokumen 300
3.11 Terselenggaranya sosialisasi agar
tercapai persamaan persepsi dalam
membangun rezim anti pencucian
uang
9 kegiatan
12 kegiatan
133
3.12 Penyempurnaan modul sosialisasi
terkait rezim anti pencucian uang,
kelembagaan PPATK, UU TPPU dan
Pendanaan Terorisme
10 dokumen 7 dokumen 70%
4. n. Meningkatnya peranan
teknologi dan informasi dalam
mendukung kinerja PPATK
4.1 Penyempurnaan sistem keamanan TI
PPATK sesuai dengan standar
keamanan TI
5 dokumen 4 dokumen 80
4.2 Tersedianya sistem DRC PPATK dan
pengembangan perangkat lunak
sistem DRC
3 paket 3 paket, aplikasi,
database,
hardware
100
4.3 Pengembangan Aplikasi STR 3 aplikasi 3 aplikasi, STR, 100
62
No Uraian Sasaran Indikator Kinerja Target
Tahun 2010
Realisasi
Tahun 2010 %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
(suspicious transaction report), CTR
(cash transaction report), dan CBCC
(cross border cash carrying) yang
terintegrasi
CTR dan CBCC
4.4 Terintegrasinya database STR, CTR,
CBCC
1 database 1 database, db
GRIPS
80
5. o. Menyediakan dan
mengembangkan manajemen
internal PPATK
5.1. Terwujudnya pembangunan gedung
DRC:
a. Tanah
b. Bangunan
c. Mesin dan Peralatan
d. Perlengkapan sarana Gedung
e. Meubelair Gedung DRC
f. -
g. 2.200 m2
h. 17 unit
i. 1 paket
j. 74 unit
a. 5.648 m2
b. 2.800 m2
c. 17 unit
d. 1 paket
e. -
a.
b. 91,4%
c. 100%
d. 100%
e. 0 %
6. Memperkuat institusi 6.1 Tersusunnya peraturan tentang sistem
pola karir, pedoman standar
kompetensi pegawai, penilaian kinerja
pegawai, dan peraturan kepegawaian
lainnya
4 peraturan 3 peraturan
75
6.2 Tersusunnya Laporan Keuangan
PPATK tahun 2010 dan Laporan
Evaluasi Rencana Kerja dan Anggaran
PPATK
2 Dokumen 2 Dokumen 100
6.3 Tersusunnya pedoman Manajemen
Risiko.
1 set pedoman 1 set draft
pedoman
85
6.4 Tersedianya Sistem Pelaporan
Pelanggaran (SPP)/ atau
whistleblowing system (WBS)
100 % pelaporan
pelanggaran
ditindak lanjuti
100 % 100