otonomi daerah by asep efendhi usb ypkp

49
PENGARUH OTONOMI DAERAH TERHADAP PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) I. Latar belakang Sejak digulirkannya Undang-Undang No. 22 dan 25 tahun 1999 sebagaimana telah diubah menjadi Undang – Undang Nomor 32 dan 33 tahun 2004, tentang otonomi daerah, khususnya dibidang keuangan daerah. Pemerintah pusat sibuk melengkapi perangkat hukum untuk melaksanakan undang – undang tersebut. Undang-Undang No.22 tahun 1999 atau UU No. 24 tahun 2004 tersebut berisi perlunya otonomi daerah, sehingga undang-undang tersebut sering disebut dengan Undang- Undang Otonomi Daerah. Otonomi daerah adalah wewenang yang dimiliki daerah otonom untuk mengatur dan mengurus masyarakatnya menurut kehendak sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang mendasari perlunnya diselenggarakan otonomi daerah adalah pekembangan kondisi dilam dan diluar negeri. Untuk dapat telaksananya otonomi daerah tesebut pelu

Upload: asepefendhi

Post on 16-Jun-2015

1.405 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

otonomi daerah, pengawasan, akuntansi, APBD

TRANSCRIPT

Page 1: Otonomi daerah by asep efendhi USB YPKP

PENGARUH OTONOMI DAERAH TERHADAP

PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

(APBD)

I. Latar belakang

Sejak digulirkannya Undang-Undang No. 22 dan 25 tahun

1999 sebagaimana telah diubah menjadi Undang – Undang Nomor 32 dan

33 tahun 2004, tentang otonomi daerah, khususnya dibidang keuangan

daerah. Pemerintah pusat sibuk melengkapi perangkat hukum untuk

melaksanakan undang – undang tersebut.

Undang-Undang No.22 tahun 1999 atau UU No. 24 tahun 2004 tersebut

berisi perlunya otonomi daerah, sehingga undang-undang tersebut sering

disebut dengan Undang-Undang Otonomi Daerah. Otonomi daerah adalah

wewenang yang dimiliki daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

masyarakatnya menurut kehendak sendiri berdasarkan aspirasi

masyarakat, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pertimbangan yang mendasari perlunnya diselenggarakan otonomi daerah

adalah pekembangan kondisi dilam dan diluar negeri. Untuk dapat

telaksananya otonomi daerah tesebut pelu dibuat peraturan peratuan

lanjutan dai undang-undang tesebut.

Beberapa rancangan Peraturan Pemerintah dibahas secara

intensif oleh masing –masing departemen terkait agar persyaratan paket

UU otonomi daerah segera terwujud. Bersamaan dengan itu, dalam sidang

tahunannya MPR telah mengeluarkan TAP No.4 tahun 2000 yang

mendorong pemerintah agar segera melaksanakan otonomi daerah secara

nyata.

Page 2: Otonomi daerah by asep efendhi USB YPKP

Mulai tanggal 1 Januari 2001, bagi daerah – daerah yang

sudah merasa mampu dianjurkan untuk segera menerapkan otonomi

daerah secara penuh dan menyiapkan langkah – langkah kongkrit serta

menyiapkan peraturan –peraturan daerah, sedangkan bagi pemerintah

daerah yang belum mampu dapat memulainya dengan bertahap.

Seiring dengan perubahan pengelolaan negara tersebut, maka

terjadi pula perubahan dalam pengelolaan sektor keuangan negara atau

Anggaran Pendapatan dan Belanja baik Negara maupun Daerah

sehingga akan terjadi perbedaan kemampuan daerah dalam melakukan

pembangunan daerahnya dimana daerah yang memiliki potensi

kekayaan lebih besar akan menempati posisi yang lebih baik dibanding

daerah yang kurang potensi daerahnya ( Max Well 1977) , selain itu terjadi

perubahan peran bendaharawan negara dan peran Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) sebagai badan pengawas keuangan Negara.

Hal-hal baru dan / atau perubahan mendasar dalam ketentuan

keuangan negara , meliputi pengertian dan ruang lingkup keuangan

negara , asas – asas umum pengelolaan keuangan negara , kedudukan

Presiden kepada Menteri Keuangan dan Menteri/Pimpinan lembaga,

susunan APBN dan APBD, pengaturan hubungan antara keuangan pusat

dan Bank sentral, pemerintah pusat dan daerah dengan perusahaan

negara, perusahaan dan dengan perusahaan swasta dan badan pengelola

dana masyarakat.

Selanjutnya dalam makalah ini akan dibahas otonomi daerah,

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah serta hubungan otonomi

daerah dengan pembangunan daerah

II. Analisis

II.1. Otonomi Daerah

II.1.1. Permasalahan Otonomi Daerah

Dengan menurunnya penerimaan negara dari

minyak pada tahun 1983/1984 dan berdampak pada

2

Page 3: Otonomi daerah by asep efendhi USB YPKP

menurunnya anggaran pendapatan dan belanja negara, maka

timbullah kesadaran akan menurunnya kemampuan

pemerintah pusat dalam memberikan subsidi kepada

pemerintah di daerah. Untuk itu maka pemerintah pusat

bertekad untuk memberikan kebebasan kepada pemerintah

daerah dalam berusaha meningkatkan pendapatan asli

daerah agar melemahnya subsidi dari pemerintah puasat tidak

mengganggu perkembangan ekonomi maupun jalannya

pemerintahan di daerah. Dengan kata lain lahirnya otonomi

daerah disebabkan antara lain oleh :

1) penurunan penerimaan negara dari sektor

minyak bumi dan gas

2) meningkatnya permintaan daerah dalam

pemerataan dan transparansi pembagian

hasil dari daerah

3) menguatnya system demokrasi dalam

pemerintahan

Sedangkan permasalahan otonomi daerah sendiri , adalah :

1) Bagaimana bentuk desentralisasi

pemerintahan dan keuangan yang akan

diberlakukan sehingga efektif dan efesien.

2) Bagaimana bentuk pertanggung jawaban

keuangan antara pusat dan daerah.

3) Bagaimana bentuk pembagian sumber

keuangan antara pusat dan daerah

Semua permasalahan tersebut telah memperkuat desakan

untuk segera dilaksanakan otonomi daerah yang diikuti

dengan tuntutan adanya perubahan sistem pemerintahan dan

keuangan dari sentralisasi menjadi desentralisasi dan hal ini

pun telah membuka masalah baru mengenai mekanisme

3

Page 4: Otonomi daerah by asep efendhi USB YPKP

pemerintahan dan sistem keuangan antara pusat dan daerah

serta hubungannya dengan daerah lainnya.

II.1.2. Pengertian Otonomi Daerah

Terlebih dahulu perlu dicatat bahwa sejak awal tahun

1990-an telah berkembang wacana diantara

pemerhati pemerintah tentang sentralisasi pemerintahan di

Indonesia. Konsep otonomi yang tertuang dalam UU No.5

tahun 1974 mendapat sorotan dan kajian kritis ( Ryaas

Rasyid, 2004). Ada dua pendapat yang muncul dalam setiap

diskusi. Pertama , UU No.5 tahun 1974 masih relevan,

hanya belum dilaksanakan secara konsisten. Pendapat ini

kemudian mendorong lahirnya kebijakan pemerintah berupa

proyek percontohan di satu daerah tingkat II untuk masing-

masing propinsi. Kedua, UU No.5 tahun 1974 sudah harus

diganti seluruhnya. Sistem yang sarat dengan nuansa

sentralistik itu, yang selama puluhan tahun dipraktekan, telah

membawa berbagai akibat buuruk. Sistem ini dinilai telah

menghambat proses demokratisasi pemerintahan dan

terjadinya sentralisasi kekuasaan pada pemerintah pusat.

Nampaknya kedua pendapat tersebut, sama-sama

memiliki argumentasi yang objektf. Pendapat pertama bisa

berlindung dibalik alasan bahwa pemerintahan daerah yang

berlaku saat itu memang belum sepenuhnya mencerminkan

konsep UU No. 5 tahun 1974. Titik berat otonomi daerah

pada daerah tingkat II ( kabupaten dan kotamadya),

merupakan wujud amanah pasal 11 ayat (1) UU No.5/1974

belum terwujud. Keengganan pemerintah pusat untuk

mendelegasikan wewenang ke daerah memang berlebihan.

4

Page 5: Otonomi daerah by asep efendhi USB YPKP

Keadaan ini semakin memperkuat argumentasi pendapat

kedua untuk sama sekali meninggalkan konsep otonomi yang

sedang berlaku dan menggantinya dengan sesuatu yang

baru. Maka, sebagai bangsa yang berupaya untuk cerdas,

kita harus berani mengubah pola hubungan pusat dan

daerah yang paternalistic dan sentralistik menjadi pola

hubungan yang bersifat kemitraan dan desentralistik. Itulah

yang kemudian melahirkan UU No. 22 tahun 1999 dan UU

No. 25 tahun 1999 sebagai mana telah diubah dengan UU

No.32 dan 33 tahun 2004, yang masing – masing mengatur

pemerintahan daerah dan perimbangan keuangan antara

pemerintah pusat dan daerah. Selanjutnya Undang-undang

tersebut disebut dengan undang-undang otonomi daerah.

Otonomi daerah menurut undang-undang otonomi

daerah, adalah wewenang yang dimiliki daerah otonom

untuk mengatur dan mengurus masyarakatnya menurut

kehendak sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat,

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku

Pertimbangan yang mendasari perlunya

diselenggarakan otonomi daerah (Abdul Halim,2002),

adalah perkembangan kondisi didalam dan diluar negeri.

Kondisi didalam negeri mengindikasikan bahwa rakyat

menghendaki keterbukaan dan kemandirian ( desentralisasi).

Dilain pihak, keadaan diluar negeri menunjukkan semakain

maraknnya globalisasi yang menuntut daya saing tiap – tiap

negara, termasuk daya saing pemerintah daerahnya. Daya

saing pemerintah daerah diharapkan akan tercapai melalui

peningkatan kemandirian pemerintah daerah, selanjutnya

kemandiarian pemerintah daerah dapat diperoleh melalui

otonomi daerah. Dengan adanya UU No. 22 tahun 1999

5

Page 6: Otonomi daerah by asep efendhi USB YPKP

yang diubah dengan UU No.32 tahun 2004 tentang

pemerintahan daerah tersebut , maka dapat diduga bahwa

terjadi perubahan yang cukup mendasar dalam pengelolaan

daerah , termasuk dalam pengelolaan keuangan daerah. Hal

ini disebabkan pengelolaan keungan daerah merupakan alat

untuk mengurus dan mengatur rumah tangga pemerintah

daerah. Perdebatan tentang bentuk otonomi merupakan

sebuah persoalan yang muncul dari berbagai pilihan bentuk

negara dalam rangka otonomi daerah. Salah satu bentuk

yang popular yang diusulkan adalah bentuk negara federal

yang banyak diusulkan oleh penggagas otonomi daerah.

Pengertian federalisme dikemukakan oleh Seymour

Martin Lipset, (1995 ): federalisme adalah merupakan

bentuk asosiasi politikdan organisasi yang menyatukan

unit-unit politik yang terpisah kedalam suatu system

politik yang lebih komprehensif, dan mengijinkan masin-

masing unit politik untuk memiliki atau menjaga

integritas politiknya secara fundamental. Federalisme

dapat juga dipahami sebagai mekanisme berbagai

kekuasaan secara konstitusional dimana kombinasi dari

Berperintahan sendiri dan Berbagi kekuasaan. Beberapa

cirri yang menonjol dalam federalisme adalah :

1. Didalam sistem federalistik, unit-unit politik otonomi

secara utuh , baik menyangkut kewenangan eksekutif,

maupun legislative dan bahkan kekuasaan yudikatif.

2. Struktur pemerintahan dalam negara federalis tidaklah

bertingkat sebagai mana diamati dalam sejumlah

negara kesatuan, karena hakikat otonomi antara

negara bagian dengan pemerintah daerah pada

dasarnya sama, hal ini terlihat bahwa Gubernur

6

Page 7: Otonomi daerah by asep efendhi USB YPKP

negara bagian bukanlah atasan langsung dari walikota

di city, County, Township atau apapun namanya.

3. Didalam system federalistik, kedaulatan diperoleh dari

unit-unit politik yang terpisah-pisah dan kemudian

sepakat membentuk sebuah pemerintahan bersama.

4. Federalisme akan menjamin rasa aman atas ancaman

dari luar serta pemberontakan dari dalam, sebagai

contoh yang terakhir adalah bergabungnya Malaya,

Singapura, Sabah dan serawak menjadi sebuah

negara federasi yang bernama Malaysia karena ada

kekhwatiran adanya ancaman dari Repulik Rakyat

Cina yang komunis di utara dan Indonesia dari

selatan.

Bentuk negara federal adalah sebagai berikut :

Gambar 1

Federal Government

State State State

Local Gov. Local Gov. Local Gov.

Catatan : Local Governement di Amerika Serikat

namanya bermacam – macam, antara lain City, County,

Municipality, Township, Burroughs, dll

7

Page 8: Otonomi daerah by asep efendhi USB YPKP

Bedasarkan berbagai masukan yang diterima

pemerintah, nampaknya pemerintah Indonesia sudah

demikian mantap untuk mempertahankan format negara

kesatuan , sehingga alternatif bentuk negara yang lainnya

sudah sangat sulit dimunculkan . Disamping itu kekuatan

politik di Indonesia pada masa transisi juga tidak memberikan

dukungan positif terhadap kemungkinan untuk menciptakan

pemerintahan yang federalistik.

II.1.3. Visi dan Konsep Otonomi Daerah

Tujuan utama kebijakan desentralisasi tahun 1999

adalah , disatu pihak, membebaskan pemerintah pusat dari

beban-beban yang tidak perlu dalam menangani urusan

domestik , sehingga ia berkesempatan mempelajari,

memahami, merespon berbagai kecenderungan global danm

mengambil manfaat daripadanya. Pada saat yang sama ,

pemerintah puasat diharapkan lebih mampu berkonsentrasi

pada perumusan kebijakan makro nasional yang bersifat

strategis. Dilain pihak, dengan desentralisasi kewenangan

pemerintahan kedaerah, maka daerah akan mengalami proses

pemberdayaan yang signifikan. Kemampuan prakarsa dan

kreatifitas daerah akan terpacu, sehingga kapabilitasnya dalam

mengatasi berbagi masalah domestik akan semakin kuat

Visi otonomi daerah dapat dirumuskan dalam tiga

ruang lingkup interakasinya yang utama : (Ryaas Rasyid,

2004), Politik, Ekonomi, sosial serta budaya.

Dibidang poliitik, kerana otonomi daerah adlah buah dari

kebijakan desentralisasi dan demokratisasi, maka ia harus

dipahami sebagai sebuah proses untuk membuka ruang bagi

8

Page 9: Otonomi daerah by asep efendhi USB YPKP

lahirnya kepala pemerintahan daerah yang dipilih secara

langsung secara demokratis, memungkinkan berlangsungnya

penyelenggaraan pemerintahan yang responsive terhadap

kepentingan masyarakat yang luas, dan memelihara suatu

mekanisme pengambilan keputusan yang taat pada asas

pertanggung jawaban publik. Artinya untuk setiap kebijakan

yang diambil, harus jelas siapa yang diuntungkan, apa

tujuannya, berapa ongkos yang harus dipikul, apa resiko yang

harus ditanggung dan siapa yang harus bertanggungjawab jika

kebijakan itu gagal. Otonomi daerah juga merupakan

kesempatan membangun struktur pemerintahan yang sesuai

dengan kebutuhan daerah, membangun system atau pola

karier politik dan administrasi yang kompetitif, serta

mengembangkan sistem manajemen pemerintah yang efektif.

Di bidang ekonomi, otonomi daerah disatu pihak harus

menjamin lancarnya pelaksanaan kebijakan ekonomi nasional

didaerah, dan di pihak lain terbukanya peluang bagi

pemerintah daerah mengembangkan kebijakan regional dan

local untuk mengoptimalkan pendayagunaan potensi ekonomi

didaerahnya. Dalam konteks ini, otonomi daerah akan

memungkinkan lahirnya berbagai prakarsa pemerintah daerah

untuk menawarkan fasilitas investasi, memudahkan proses

perizinan usaha dan membangun berbagai infrastruktur yang

menunjang perputaran ekonomi didaerahnya. Dengan

demikian otonomi daerah akan membawa masyarakat

ketingkat kesejateraan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

Dibidang sosial dan budaya, otonomi daerah harus dikelola

sebaik mungkin demi menciptakan dan memelihara harmoni

sosial , dan pada saat yang sama , memelihara nilai-nilai local

yang dipandang bersifat kondusif terhadap kemampuan

masyarakat merespon dinamika kehidupan disekitarnya.

9

Page 10: Otonomi daerah by asep efendhi USB YPKP

Berdasarkan visi ini, maka konsep dasar otonomi

daerah yang kemudian melandasi lahirnya UU No.22 dan 25

tahun 1999 yang diubah dengan UU No. 32 dan 33 tahun

2004, merangkum hal-hal berikut :

1. Penyerahan sebanyak mungkin kewenangan

pemerintahan dalam hubungan domestik kepada

daerah, kecuali untuk bidang keuangan dan

moneter, politik luar negeri, peradilan , pertahanan,

keagamaan serta beberapa bidang kebijakan

pemerintah yang bersifat strategis- nasional, maka

pada dasarnya semua bidang pemerintahan dapat

didesentralisasikan.

2. Penguatan peran DPRD dalam pemilihan dan

penetapan kepala daerah.

3. Pembangunan tradisi politik yang lebih sesuai

dengan kultur setempat, demi tampilnya pimpinan

didaerah yang berkualifikasi tinggi.

4. Peningkatan fungsi-fungsi pelayanan eksekutif

melalui pembenahan organisasi dan institusi.

5. Peningkatan efesiensi administrasi keuangan

daerah.

6. Perwujudan desentralisasi fiscal melalui

pembesaran alokasi subsidi dari pemerintah

pusat.

7. Pembinaan dan pemberdayaan lembaga-lembaga

dan nilai-nilai local yang bersifat kondusif terhadap

upaya memelihara harmoni sosial sebagai suatu

bangsa.

II.1.3. Keuntungan Otonomi Daerah

10

Page 11: Otonomi daerah by asep efendhi USB YPKP

Sekelompok orang percaya bahwa pemerintah daerah

akan bekerja lebih efisien dari pada pemerintah pusat,

sedangkan kelompok lainnya lagi percaya terhadap sebaliknya

yaitu bahwa pemerintah pusat akan bekerja lebih efisien

daripada pemerintah daerah dalam menyediakan barang-barang

publik. Namun sebenarnya akan lebih tepat bila dikatakan

bahwa ada sebagian kegiatan yang lebih efisien bila

dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan ada kegiatan lain yang

lebih efisien bila dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Oleh

karena itu kita harus hati-hati dalam menentukkan kegiatan

macam apa yang sebaiknya diserahkan kepada pemerintah

pusat atau daerah.

Dalam teori keuangan negara dan berbagai

pembicaraan mengenai peranan pemerintah dalam

perekonomian, telah sering disinggung bahwa barang publik dan

ekternalitas akan lebih baik dikelola oleh pemerintah. Tetapi

sekarang harus dilihat dimensi dari barang publik dan

ekternalitas iti dalam kaitannya dengan ruang geografi , sebagai

misal pemerintah menyediakan polisi lalu lintas dikabupaten

Banyumas ; maka usaha tersebut akan memberi manfaat

kepada penduduk kabupaten Banyumas lebih banyak daripada

kepada pendudukan lainnya. Jadi manfaat ini akan semakin

kurang jika semakin jauh jarak lokasi polisi tersebut dari suatu

daerah. Barang publik yang manfaatnya terpusat secara

geografis disebut sebagai barang publik local ( local public

goods), yang dibedakan dengan barang publik nasional

(national public goods) seperti dalam hal pertahanan.

Demikian pula terdapat eksternalitas yang sifatnya

local seperti pencemaran terhadap sumber daya air sungai

tertentu yang dampaknya lebih dirasakan oleh masyarakat atau

lingkungan disekitar sungai tersebut. Kebutuhan – kebutuhan

11

Page 12: Otonomi daerah by asep efendhi USB YPKP

masyarakat akan kebersihan sungai , danau , sekolah ,

kesehatan, keamanan daerah dan lainnya, akan lebih baik dan

efisien jika dipenuhi oleh pemerintah daerah dan bukan oleh

pemerintah pusat. Pemerintah pusat akan lebih baik

menyediakan pertahanan dan keamanan nasional dengan

tentara yang kuat dan berwibawa, tetapi pemerintah pusat akan

tidak efisien dalam menyelenggarakan jasa kepolisian dan

pemeliharaan taman kota. Dengan kata lain system pemerintah

dengan otonomi daerah akan lebih mampu menyediakan jasa

pelayanan publik yang bervariasi sesuai preferensi masing-

masing masyarakat.

Proses politik dalam masyarakat yang lebih sempit

akan lebih cepat dan efisien daripada dalam masyarakat yang

luas. Dengan pemerintahan yang lebih dekat dengan

masyarakatnya akan lebih sedikit kekurangan atau kesalahan

yang akan dibuat dalam mekanisme pengambilan keputusan.

Selanjutnya otonomi daerah akan lebih banyak

eksperimen dan inovasi dalam bidang administrasi dan

ekonomi yang akan dilakukan. Karena banyak pemerintah

daerah yang sifatnya otonom , akan banyak pula cara dan

system administrasi maupun ekonomi yang berbeda –beda

yang diterapkan pada daerah yang berbeda. Keberhasilan dan

kegagalan ekonomi didaerah merupakan eksperimen yang

melahirkan inovasi bagi masing-masing daerah.

Sebagai kesimpulan dapat dinyatakan bahwa dengan

otonomi daerah, masyarakat dapat menyediakan jasa

pelayanan yang berbeda-beda dengan tingkatan yang berbeda

pula sesuai dengan preferensi masyarakat yang bersangkutan.

Juga proses politik akan lebih cepat, sederhana dan efisien

dengan pemerintah daerah serta eksperimen dan inovasi lebih

banyak dan bervariasi di setiap daerah.

12

Page 13: Otonomi daerah by asep efendhi USB YPKP

II.1.4. Kerugian Otonomi Daerah

Dalam hal-hal tertentu pemerintah daerah akan kurang

efektif dan efisien dalam mengatasi masalah yang ada.

Sebagai misal bila pemerintah daerah diminta untuk

menyediakan barang publik nasional seperti pertahanan dan

keamanan nasional, masalah pemerataan penghasilan dan

pemecahan masalah ekonomi makro, tentu hasilnya kurang

memuaskan. Berikut ini penjelasan beberapa kerugian jika

otonomi daerah melahirkan kebijakan yang sepenuhnya

memberikan kebebasan kepada pemerintah daerah:

a) Dalam hal pertahanan dan keamanan nasional apabila

diserahkan pada diserahkan kepada pemerintah

daerah , tentu saja daerah harus bertanggung jawab

terhadap daerahnya masing-masing dari serangan

dari luar. Apabila kita menjumlahkan semua usaha

pertahanan masing-masing daerah tersebut pasti akan

kurang memadai.

b) Dalam hal redistribusi pendapatan, pemerintah daerah

juga tidak akan efisien dalam mengusahakannya.

Redistribusi pendapatan biasanya ditempuh dengan

mengenakan pajak pada kelompok kaya dengan

pemberian subsidi kapada kelompok berpenghasilan

rendah. Apabila hal ini dilaksanakan oleh daerah maka

daerah tertentu yang kaya akan berpindah kepada

daerah yang pajaknya relatif lebih kecil atau

sebaliknya masyarakat yang miskin akan berpindah

kedaerah yang kaya untuk mendapatkan subsidi.

13

Page 14: Otonomi daerah by asep efendhi USB YPKP

c) Dalam kaintannya dengan tujuan ekonomi makro,

jelas pemerintah daerah tidak akan dapat

melaksanakannya, khususnya yang berkaitan dengan

kebijakan moneter. Pemerintah daerah tidak dapat

menambah atau mengurangi jumlah uang beredar.

Demikian pula kebijakan pemerintah daerah dalam

bidang penyediaan kesempatan kerja dan harga tidak

akan banyak berpengaruh dalam suatu daerah.

Setiap kebijakan fiscal ( perpajakan dan pengeluaran )

tentu akan ditanggapi dengan kepindahan subyek

pajak kedaerah lain yang lebih menguntungkan. Jadi

pemerintah pusatlah yang harus bertanggung jawab

terhadap kebijakan stabilitas ekonomi.

II.2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

II.2.1. Pengertian Anggaran Pendapatan Daerah (APBD)

Undang – Undang No. 25 tahun 1999 dalam Bab I

pasal 1 yang diubah dengan UU No. 33 tahun 2004,

menyebutkan bahwa anggaran merupakan suatu alat

perencanaan mengenai pengeluaran dan penerimaan

dimasa yang akan datang, umumnya disusun untuk satu

tahun. Dari pengertian tersebut diketahui bahwa APBD

merupakan perencanaan kerja dalam kurun waktu satu

tahun.Disamping itu anggaran merupakan alat kontrol atau

pengawasan terhadap pengeluaran maupun pendapatan

dimasa yang akan datang. Sejak 1967 RAPBD di Indonesia

disusun dan diberlakukan mulai tanggal 1 April sampai dengan

tanggal 31 Maret tahun berikutnya. Namun khusus tahun 2000

tahun anggaran akan dimulai pada tanggal 1 April dan berakhir

31 Desember. Untuk tahun – tahun berikutnya tahub anggaran

akan dimulai pada tanggal 1 Januari dan berakhir 31

14

Page 15: Otonomi daerah by asep efendhi USB YPKP

Desember , seperti yang pernah dijalankan sebelum tahun

anggaran 1967/1968.

Dalam UU No. 22 tahun 1999 Bab VII, pasal 78 dinyatakan

bahwa penyelenggaraan tugas pemerintah daerah dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah dibiayai dari dan atas beban APBD

sedangkan penyelenggaraan tugas pemerintah pusat didaerah

dibiayai dari dan atas beban APBN.

APBD harus disiapkan oleh pemerintah daerah dan ditetapkan

dengan peraturan daerah (PERDA) atas persetujuan DPRD,

selambat-lambatnya satu bulan setelah ditetapkannya APBD.

Perubahan APBD dimungkinkan dan ditetapkan dengan perda

selambat-lambatnya tiga bulan sebelum tahun anggaran

berakhir. Selanjutnya perhitungan APBD akan ditetapkan

dengan perda selambat-lambatnya tiga bulan setelah

berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan. Akhirnya

APBD yang telah ditetapkan dengan perda disampaikan

kepada Gubernur bagi pemerintah Kabupaten/Kota dan

Kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri bagi

pemerintah Propinsi untuk diketahui. Sebagai perbandingan

bagaimana struktur manajemen keuangan yang digunakan

oleh federal government Amerika Serikat, sebagai berikut :

Wilson (2004 :445)

15

Page 16: Otonomi daerah by asep efendhi USB YPKP

Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa terdapat

pembagian kerja yang tegas antara pemerintah atau presiden

dengan kongres dalam membuat anggran penyelenggaraan

pemerintah sehingga terlihat dalam legislative maupun

eksekutif terdapat bagian pembuatan dan evaluasi anggaran

serta diantara legislative dan eksekutif terdapat kesepatakan

dalam penetepatan standar akuntansi sebagai alat pencatatan

dan pelaporan kegiatan pemerintahan. Kongres Manajemen

Keuangan menerbitkan Act 1996 (FFMIA)”

“ To rebuild the accounting and credibility of the federal, and

restore public confidence in the federal government, agencies

must incorporate accounting standards and reporting

The congress

The President

Controller GeneralGeneral

Acc.Office

Cabinet Officers

Secre. of the Treasury other

Other

DirectorOffice of

Management & Budget

Federal Accounting Standards

Advisory Board

Executive Agencies

16

DirectorCongressionalBudget Office

(CBO)

Page 17: Otonomi daerah by asep efendhi USB YPKP

objectives established for the federal government into their

financial management system so that all the assets and

liabilities, revenue and expenditures or expense and the full

costs of programs and accouratelly recorded, monitored, and

uniformily reported throught of federal government”.

Jika ditinjau dari prosedur dan aturan penyusunan anggaran di

pemerintahan federal Amerika dengan penyusunan

APBN/APBD di Indonesia memliki kesamaan, terlebih kini

Indonesia telah memilki Standar Akuntansi Pemerintahan

yang terbit pada tahun 2005 yang mengatur pencatatan dan

pelaporan penerimaan dan pengeluaran Negara serta bentuk

pertanggungjawaban keuangannya.

II.2.2. Sumber Pendapatan Daerah

Dalam era reformasi, masalah otonomi daerah

semakin mendapat perhatian, khususnya dengan dibentuknya

Kementrian Negara Urusan Otonomi Daerah. Seperti yang

disebutkan diatas bahwa sejak tahun 1980-an dengen

menurunnya penerimaan minyak dan gas bumi dalam APBN

telah menimbulkan kemauan untuk meningkatkan otonomi

daerah. Pemerintah daerah didorong untuk meningkatkan

kemampuannya dalam mengumpulkan pendapatan asli daerah

(PAD) dengan maksud agar subsidi dari pemerintah pusat

dapat dikurangi dan hal ini akan mengurangi beban APBN.

Pendapat daerah (Abdul halim,2002), adalah semua

penerimaan daerah dalam bentuk peningkatan aktiva atau

penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode

tahun anggaran bersangkutan . Secara umum pendapatan

dalam APBD dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu :

1. Pendapatan Asli Daerah

2. Dana Perimbangan

17

Page 18: Otonomi daerah by asep efendhi USB YPKP

3. Lain-lain pendapatan yang sah.

Pendapatan Asli Daerah, merpakan semua penerimaan

daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah.

Kelompok pendapatan asli daerah dipisahkan menjadi :

1. Pajak Daerah, terdiri dari Pajak Kendaraan

bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan

Bermotor, Pajak Kendaraan diatas air, Pajak Air

Bawah Tanah dan Pajak Air Permukaan.

Sedangkan jenis pajak kabupaten /kota

menurut UU No.34 tahun 2000 tentang

perubahan UU No.18 tahun 1977 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah tersusun dari :

Pajak Hotel dan Restoran, Pajak Hiburan, Pajak

Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak

Pengambilan Bahan Galian Golongan C dan

Pajak Parkir.

2. Retribusi Daerah, meliputi : Retribusi

pelayanan kesehatan, Retribusi pemakaian

kekayaan daerah, Retribusi pasar grosir dan

atau pertokoan,Retribusi penjualan produksi

usaha daerah, Retribusi izin trayek kendaraan

penumpang, Retribusi air, Retribusi Retribusi

jembatan timbangan, Retribusi kelebihan

muatan dan perizinan pelayanan dan

pengendalian.

3. Bagian Laba Usaha Daerah, merupakan

penerimaan daerah yang berasal dari hasil

perusahaan milik daerah dan pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan. Penerimaan

ini antara lain berasal Perusahaan Daerah,

18

Page 19: Otonomi daerah by asep efendhi USB YPKP

Deviden BPR-BKK, dan penyertaan modal

daerah kepada pihak ketiga.

4. Lain – lain PAD, merupakan penerimaan

daerah yang berasal dari lain-lain milik

pemerintah daerah. Penrimaan ini berasal dari :

Hasil penjualan barang milik daerah dan

penerimaan jasa giro.

Dana Perimbangan, merupakan dana yang bersumber dari

penerimaan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk

membiayai kebutuhan daerah. Dana perimbangan dipisahkan

menjadi lima jenis :

1. Bagi hasil pajak, terdiri dari Pajak Bumi dan

Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan dan Pajak Penghasilan pasal 21.

2. Bagi hasil Bukan Pajak , terdiri dari provisi

sumber daya hutan, pemberian hak atas tanah

negara, landrent dan penerimaan dari iuran

eksplorasi.

3. Dana Alokasi Umum, adalah dana yang

berasal dari APBN yang dialokasikan dengan

tujuan pemerataan kemampuan keuangan

antardaerah untuk membiayai kebutuhan

pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi.

4. Dana Alokasi Khusus, adalah dana yang

berasal dari APBN yang dialokasikan kapada

daerah untuk membantu membiayai kebutuhan

tertentu.

5. Dana Darurat, terdiri atas dana Kontingensi.

19

Page 20: Otonomi daerah by asep efendhi USB YPKP

II.2.3. Belanja Daerah

Belanja ( Abdul Halim, 2002), adalah semua

pengeluaran pemerintah daerah pada suatu periode

anggaran. Secara umum belanja dalam APBD dikelompokkan

menjadi lima kelompok, yaitu :

1. Belanja administarsi umum, adalah semua

pengeluaran pemerintah daerah yang tidak

berhubungan secara langsung dengan aktivitas

atau pelayanan publik, terdiri dari : Belanja

pegawai, Belanja barang, Belanja perjalanan

dinas, dan Belanja pemeliharaan.

2. Belanja operasi dan pemeliharaan sarana

dan prasarana publik, merupakan

pengeluaran pemerintah daerah yang

berhubungan secara langsung dengan

pelayanan publik, pengeluaran ini terdiri dari :

Belanja pegawai, Belanja barang, Belanja

perjalanan dan Belanja pemeliharaan.

3. Belanja Modal, merupakan pengeluaran

pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi

satu tahun anggaran dan akan menambah

asset atau kekayaan daerah dan selanjutnya

akan menambah belanja yang bersifat rutin

seperti biaya operasi dan pemeliharaan.

Belanja Modal dibagi menjadi : Belanja publik,

Belanja aparatur,

4. Belanja Transfer, merupakan pengalihan uang

dari pemerintah daerah kepada pihak ketiga

tanpa adanya harapan untuk mendapatkan

pengembalian imbalan maupun keuntungan

dari pengalihan uang tersebut. Kelompok ini

20

Page 21: Otonomi daerah by asep efendhi USB YPKP

terdiri atas : Angsuran pinjaman, Dana bantuan

dan Dana cadangan.

5. Belanja Tak Tersangka, adalah pengeluaran

yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk

membiayai kegiatan-kegiatan tak terduga dan

kejadian – kejadian luar biasa.

II.2.4. Pengelolaan Keuangan Daerah

Untuk itu pengelola keuangan negara nampaknya dalam era

reformasi dan otonomi daerah dituntut pertanggung jawaban

keuangan secara profesional agar kepercayaan rakyat terhadap

pemerintah dapat dipertahankan.

Secara garis besar perubahan manajemen keuangan negara

sehubungan dengan otonomi darah menyangkut :

1.Perubahan dari pengawasan Verikal menjadi horizontal

(Vertical Control >< Horizontal Control).

Perubahan pengawasan ini mulai terjadi sejak

Indonesia memasuki era reformasi, dimana

pengawasan dikehendaki dilakukan oleh rakyat sebagai

pemilik sah kedaulatan republik ini.Pelaksanaan

pengawasan ini secara

funsional dilakukan oleh DPR di tingkat pusat dan

DPRD ditingkat daerah sehingga pengawasan

fungsional adalah pengwasan oleh DPR dan DPRD.

Pengawasan horizontal yang dilakukan oleh raktyat

memliki kekauatan yang sangat besar dengan segala

kewajiban , sehingga jika pengawasan funsional

dilakukanoleh DPR atau DPRD tidak memuaskan

hasilnya maka pengawasan akan dilakukan oleh

lembaga sosial masyarakat (LSM) dengan membentuk

organisasi-organsasi, misalnya Indonesian Coruption

21

Page 22: Otonomi daerah by asep efendhi USB YPKP

Watch (ICW), Government Watch (GOWA) dan lain

sebagainya.

Dasar hukum yang digunakan oleh DPR maupun DPRD

dalam era otonomi daerah adalah UU No.22 dan 25

tahun 1999 yang menyatakan bahwa DPR atau DPRD

antara lain mempunyai tugas dan wewenang

melaksanakan pengawasan terhadap :

a. pelakasanaan peraturan daerah dan peraturan –

peraturan lainnya.

b. pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja

daerah..

c. pelaksanaan kerja sama internasional di daerah.

2.Perubahan dari pengawasan preventif menjadi refresif

( prefensif control >< refresif control)

Otonomi daerah berdasarkan Undang-undang

No.22 tahun 1999 menganut sistem pengawasan

refresif, hal ini terlihat dari :

a. Kepala daerah menetapkan peraturan daerah

atas persetujuan DPRP.

b. Peraturan daerah yang ditetapkan daerah

otonom tidak memerlukan pengesahan terlebih

dahulu oleh pejabat yang berwenang.

c. Peraturan daerah tidak boleh bertentangan

dengan kepentingan umum peraturan daerah

lainnya dan peraturan perundang – undangan

lainnya yang lebih tinggi (UU No.22 tahun 1999

pasal 70).

d. Pengawasan yang dianut dalam UU No.22 tahun

1999, lebih memberikan ruang gerak yang luwes

22

Page 23: Otonomi daerah by asep efendhi USB YPKP

kepada pemerintah daerah di dalam

melaksanakan otonomi daerah.

3.Penegasan pengawasan ( control ) dan pemeriksaan

( audit ).

Dalam Undang-undang No.25 tahun

1999, telah dengan tegas dibedakan pengawasan dan

pemeriksaaan, hal ini terlihat dalam hal :

a. Pemeriksaan pembiayaan pelaksanaan

dekonsentrasi sebagai mana dimaksud pada ayat

(1) dilakukan oleh instansi Pemeriksa Negara.

Berdasarkan pasal tersebut jelas akan

dilakukannya pemeriksaan atas pengelolaan

keuangan daerah walaupun belum ditetapkan

secara tegas pelaksanaan pemeriksaan dimaksud.

b. Pengawasan pengelolaan keuangan daerah

dipercayakan kepada DPRD, sesuai pasal 24 ayat

1 dimana kepala daerah menyampaikan laporan

pertanggung jawaban kepada DPRD, mengenai :

1. pengelolaan keuangan daerah

2. kinerja keuangan daerah dari segi efisiensi

dan efektivitas keuangan .

Dalam upaya memperjelas dan mempermudah

pengawasan dan pemeriksan keuangan daerah

maupun pusat pemerintah telah mengeluarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang

Standar Akuntansi Pemerintahan melalui Komite

Standar Akuntansi Pemerintahan.

23

Page 24: Otonomi daerah by asep efendhi USB YPKP

III. Hubungan Otonomi Daerah dengan Anggran PendapatanBelanja

Daerah (APBD)

Otonomi daerah yang dicanangkan seperti sekarang

diharapkan akan mempercepat pertumbuhan dan penbangunan

daerah, disamping menciptakan keseimbangan pembangunan

antar daerah di Indonesia. Kebijakan pembangunan yang

sentralistik dampaknya sudah kita ketahui, yaitu ketimpangan

antar daerah, terutama antara jawa dan luar jawa dan antara

Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur. Otonomi

daerah memiliki sejumlah kewenangan/kewenangan wajib,

sebagaimana ditentukan dalam UU No.22 tahun 1999 yang telah

diubah dengan UU No.32 tahun 2004. kewenangan- kewenangan

tersebut merupakan modal dasar yang sangat penting untuk

pembangunan daerah. Kewenangan tersebut adalah :

1. Fasilitas

2. Pemerintah daerah harus kreatif

3. Politik local yang stabil

4. Pemerintah daerah harus menjamin

kesinambungan berusaha.

5. Pemerintah daerah harus komunikatif

dengan LSM, terutama dalam bidang

perburuhan dan lingkungan hidup.

Kelima kewenangan diatas merupakan pra kondisi

bagi terselenggaranya pembangunan daerah. Dengan kebijakan

otonomi yang luas maka peluang bagi daerah menjadi sangat luas

pula, dan semuanya sangat bergantung pada daerah itu sendiri.

Yang paling utama bagi daerah adalah penciptaan

lapangan kerja. Ukurang yang paling fundamental bagi

keberhasilan sebuah pemerintahan dalam sebuah negara modern

24

Page 25: Otonomi daerah by asep efendhi USB YPKP

adalah seberapa jauhkah pemerintahan tersebut berhasil

menciptakan lapangan kerja bagi kalangan warga masyarakat,

kemudian disusul dengan kemampuan untuk menghadapi laju

inflasi, serta keseimbangan neraca perdagangan internasional.

Hubungan antara otonomi daerah dengan

pembangunan daerah dapat diungkapkan dalam diagram berikut :

(Syaukani,HR,2004)

25

Page 26: Otonomi daerah by asep efendhi USB YPKP

Hubungan Otonomi Daerah dengan APBD dan Pembangunan Daerah(Syaukani ,HR,2004)

IV.Kesimpulan

26

Otonomi Daerah

Kewenangan :Mencari, Menciptakan, Mengelola, dan

Mempetanggungjawabkan sumber dan penggunaan keuangan di daerah kepada legislatif

APBD

Pemerintah daerah harus :Memfasilitasi, Kreatif , Memelihara politik local,

Menjamin kesinambungan berusaha, Sensitif terhadap buruh dan lingkungan, Mengembangkan dunia usaha

Dunia Usaha BerkembangMultiflier effect : lapangan kerja dan daya beli meningkat

Taxes berubahPAD/APBD meningkat

Pembangunan Daerah

Page 27: Otonomi daerah by asep efendhi USB YPKP

Berdasarkan paparan diatas kami mengambil kesimpulan bahwa Otonomi daerah sangat erat hubungannya dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, hal tersebut didasarkan pada :

1. Lahirnya UU No 22 tahun 1999 sebagaimana diubah terakhir oleh UU No. 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah mendorong daerah melaksanakan tugasnya secara mandiri dengan tetap mempertahankan kesatuan negara Indonesia.

2. Pelaksanaan UU Otonomi daerah merupakan wujud kepercayaan pemerintah pusat atas kinerja pemerintah daerah dalam upaya melakukan pemerataan tingkat pembangunan dan kemakmuran.

3. Pengelolaan keuangan daerah berdasarkan UU No.25 tahun 1999, sebagaimana diubah terakhir dengan UU No. 33 tahun 2004 memberikan kewenangan untuk menggali potensi daerah yang kemudian dimanfaatkan dalam melakukan pembangunan.

4. Otonomi daerah merupakan suatu kebijakan yang dilakukan dalam mempercepat proses pembangunan didaerah sesuai dengan kebutuhan daerah.

5. Pertanggung jawaban keuangan serta pencatatannya sejak 2005 telah diatur dengan terbitnya Standar Keuangan Sektor Publik, sehingga memperjelas pengguna laporan , fihak yang terlibat dalam pembuatan anggaran serta penilaian atas kekayaan dan kewajiban pemerintah.

27

Page 28: Otonomi daerah by asep efendhi USB YPKP

OTONOMI DAERAH DAN

ANGGARAN PENDAPATAN DAERAH (APBD)

Dosen Pembina : Prof. DR. Drs Muhamad Zain, Ak

Disusun oleh : Kelompok IV

Adli (L3E05154)Asep Effendi R. (L3E05114)

Siti Hamidah Rustiana (L3E05081)

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PADJAJARAN

TAHUN 2005

28

Page 29: Otonomi daerah by asep efendhi USB YPKP

29

Page 30: Otonomi daerah by asep efendhi USB YPKP

IV. KESIMPULAN

Sebagai kesimpulan dari makalah ini adalah :

1. Era reformasi dan otonomi daerah menuntut penanganan

yang profesional tentang pengelolaan keuangan negara

30

Page 31: Otonomi daerah by asep efendhi USB YPKP

dalam rangka akuntabilitas keuangan negara, sehingga

dibutuhkan akuntansi sektor publik yang secara

transparan sesuai UU No.25 tahun 1999.

2. Proses perubahan dalam otonomi daerah memerlukan

perencanaan dan pengendalian agar arah perubahan

yang terjadi mendukung pencapaian tujuan yang

dicangkan sebagai landasan otonomi daerah.

3. Pembetukan infrastruktur akuntansi sektor publik harus

segera dilakukan oleh instansi yang diberikan

kewenangan untuk membangun standar sehingga

akuntansi sektor publik memiliki standar akuntansi

keuangan sebagai pedoman yang baku, baik dalam

proses penyelesaian laporan maupun bentuk laporan

keuangan sektor publik.

4. Pengembangan sumber daya manusia harus menjadi

prioritas karena tingkat pendidikan tenaga kerja di daerah

masih berada pada tingkat menengah dan bawah.

Daftar pustaka

1. Hanjari, Kebutuhan Pemakai ditinjau dari persefektif Pemerintah

(BPK), seminar sehari, Yogyakarta 18 mei 2002.

2. Ismail Muhamad, Akuntabilitas dan transparansi , seminar dan

pembetukan kompetensi akuntansi sektor publik, 7 Desember

1999.

3. WR.Scot, Financial Accounting Theory, Practice 1997.

4. Media Akuntansi, Edisi 06 Februari 2000/Vol. VII.

5. ……………., Undang-undang No.22 tahun 1999 tentang otonomi

daerah.

31

Page 32: Otonomi daerah by asep efendhi USB YPKP

6. ……..………,Undang-undang No.25 tahun 1999, tentang

pembagian keuangan negara dan daerah

II.1.2. Otonomi daerah dan pembangunan daerah

Otonomi daerah yang dicanangkan

seperti sekarang diharapkan akan mempercepat

pertumbuhan dan penbangunan daerah, disamping

menciptakan keseimbangan pembangunan antar

daerah di Indonesia. Kebijakan pembangunan yang

sentralistik dampaknya sudah kita ketahui, yaitu

ketimpangan antar daerah, terutama antara jawa dan

luar jawa dan antara Indonesia bagian barat dan

Indonesia bagian timur. Otonomi daerah memiliki

sejumlah kewenangan/kewenangan wajib,

sebagaimana ditentukan dalam UU No.22 tahun 1999.

kewenangan- kewenangan tersebut merupakan modal

dasar yang sangat penting untuk pembangunan

daerah. Kewenangan tersebut adalah :

6. Fasilitas7. Pemerintah daerah harus kreatif8. Politik lokal yang stabil9. Pemerintah daerah harus menjamin

kesinambungan berusaha.10.Pemerintah daerah harus komunikatif dengan

LSM, terutama dalam bidang perburuhan dan lingkungan hidup.

Kelima kewenangan diatas merupakan pra kondisi bagi terselenggaranya pembangunan daerah. Dengan kebijakan otonomi yang luas maka peluang bagi daerah menjadi sangat luas pula, dan semuanya sangat bergantung pada daerah itu sendiri.

32

Page 33: Otonomi daerah by asep efendhi USB YPKP

Yang paling utama bagi daerah adalah penciptaan lapangan kerja. Ukurang yang paling fundamental bagi keberhasilan sebuah pemerintahan dalam sebuah negara modern adalah seberapa jauhkah pemerintahan tersebut berhasil menciptakan lapangan kerja bagi kalangan warga masyarakat, kemudian disusul dengan kemampuan untuk menghadapi laju inflasi, serta keseimbangan neraca perdagangan internasional.

Hubungan antara otonomi daerah dengan pembangunan daerah dapat diungkapkan dalam diagram berikut : (Syaukani,HR,2004)

Kewenangan :

Otonomi Daerah Mencari,menciptakan ,mengelola , dan mempertanggungjawabkan sumber dan penggunaan keuangan di daerah kepada legislatif

APBD

Pemerintah daerah harus :- Memfasilitasi- Kreatif- Memelihara politik local- Menjamin kesinambungan

berusaha- Sensitif terhadap buruh dan

lingkunganDunia usaha berkembang

Multiplier Effect: lapangan pekerjaan, daya beli, Kecenderungan menabung, dll.

33

Page 34: Otonomi daerah by asep efendhi USB YPKP

Taxes bases berubah PAD/APBD meningkat

Pembangunan Daerah

34