osteoartritis
DESCRIPTION
askep gerontikTRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
PADA LANSIA
OSTEOARTHRITIS
Anggota Kelompok:
Absen 10 – 18
PRODI D III KEPERAWATAN NON REGULER
POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
2013
ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
PADA LANSIA
A. Pengertian
1. Osteoartritis atau yang disebut juga dengan penyakit sendi degenerative atau arthritis
hipertropi merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang
lambat dan berhubungan dengan usia lanjut (Mansjoer Arif, 2001).
2. Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis
(sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering
ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C
Suzanne, 2002 hal 1087).
3. Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang
menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit
ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia
di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan
frekuensi (Long C Barbara, 1996).
B. Jenis
Ada dua macam Osteoarthritis :
1. Osteoarthritis Primer
Di alami setelah usia 45 tahun, sebagai akibat dari proses penuaan alami, tidak
diketahui penyebab pastinya, menyerang secara perlahan tapi progresif dan dapat
mengenai lebih dari satu persendian. Biasanya menyerang sendi yang
menanggung berat badan seperti lutut dan panggul, bisa juga menyerang
punggung, leher, dan jari-jari.
2. Osteoarthritis Sekunder
Di alami sebelum usia 45 tahun, biasanya disebabkan oleh trauma (instabilitas)
yang menyebabkan luka pada sendi (misalnya patah tulang atau permukaan sendi
tidak sejajar) akibat sendi yang longgar dan pembedahan pada sendi. Penyebab
lainnya adalah faktor genetik dan penyakit metabolic (alatfitness.wordpress.com,
2010).
C. Etiologi
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko yang
diketahui berhubungan dengan penyakit ini menurut Mansjoer Arif, 2001 antara lain;
1. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah
yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan
saja. Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan perubahan pada
osteoartritis.
2. Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi osteoartritis kurang lebih sama antara
pada laki-laki dan wanita, tetapi diatas usia 50 tahun (setelah menopause)
frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini
menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.
3. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masing-masing suku bangsa. Hal
ini mungkin berkaitan dengan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada
frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan tulang.
4. Genetik
5. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak
hanya berkaitan dengan oateoartritis pada sendi yang menanggung beban
berlebihan, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).
Olehkarena itu disamping faktor mekanis yang berperan (karena meningkatnya
beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolit) yang berpperan pada
timbulnya kaitan tersebut.
6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan
dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Olahraga yang sering
menimbulkan cedera sendi yang berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih
tinggi.
7. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya
oateoartritis paha pada usia muda.
8. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya
osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak
membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi.
Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.
D. Manifestasi Klinik
Menurut Mansjoer Arif, 2001 gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada
sendi yang terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan.
Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat.
Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dan
perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak menonjol dan timbul belakangan, mungkin
dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat
yang merata dan warna kemerahan, antara lain;
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan
dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu kadang-kadang
menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan yang lain.
2. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan
bertambahnya rasa nyeri.
3. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk
dari kursi atau setelah bangun dari tidur.
4. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
5. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang
paling sering) secara perlahan-lahan membesar.
6. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul
berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang
lain merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua
(lansia).
E. Patofisiologi
Akibat peningkatan aktivitas enzim-enzim yang merusak makromolekul matriks tulang
rawan sendi (proteoglikan dan kolagen) terjadi kerusakan fokal tulang rawan sendi secara
progresif dan pembentukan tulang baru pada dasar lesi tulang rawan sendi serta tepi sendi
(osteofit). Osteofit terbentuk sebagai suatu proses kebaikan untuk membentuk kembali
persendian, sehingga dipandang sebagai kegagalan sendi yang progresif (Mansjoer Arif,
2001).
F. Pathway
Etiologi
Kerusakan fokal tulang rawanpembentukan tulang baru pada sendi yang progresif
tulang rawan, sendi dan tepi sendi
Perubahan metabolisme tulang
Peningkatan aktivitas enzim yang merusak
makro molekul matriks tulang rawan sendi
Penurunan kadar proteoglikan
Berkurangnya kadar proteoglikan
Perubahan sifat sifat kolagen
Berkurangnya kadar air tulang rawan sendi
Permukaan tulang rawan sendi terbelah pecah dengan robekan
Timbul laserasi
OSTEOARTRITIS
G. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simtomatik. Obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai analgesik dan mengurangi
peradangan, tidak mampu menghentikan proses patologis.
a. Analgesic yang dapat dipakai adalah asetaminofen dosis 2,6-4 gr/hari atau
propoksifen HCl. Asam salisilat juga cukup efektif namun perhatikan efek
samping pada saluran cerna dan ginjal.
b. Jika tidak berpengaruh atau jika terdapat tanda peradangan, maka OAINS seperti
fenofropin, piroksikam, ibuprofen, dan sebagainya dapat digunakan. Dosis untuk
osteoarthritis biasanya ½- 1/3 dosis penuh untuk arthritis rheumatoid. Karena
pemakaian biasanya untuk jangka panjang, efek samping utama adalah gangguan
mukosa lambung dan gangguan faal ginjal.
2. Perlindungan sendi dengan koreksi postur tubuh yang buruk, penyangga untuk
lordosis lumbal, menghindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit dan
pemakaian alat-alat untuk meringankan kerja sendi.
3. Diet untuk menurunkan berat badan.
4. Dukungan psikososial.
5. Persoalan seksual, terutama pada pasien dengan osteoarthritis di tulang belakang.
6. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat.
7. Operasi dipertimbangkan pada pasien dengan kerusakan sendi yang nyata dengan
nyeri yang menetap dan kelemahan fungsi (Mansjoer Arif, 2001).
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes serologi
a. Sedimentasi eritrosit meningkat
b. Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
c. Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Pemerikasaan radiologi
a. Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi
b. Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis
3. Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari sendi dikultur
dan bisa diperiksa secara makroskopik (Mansjoer Arif, 2001).
I. Prognosis
Umumnya baik. Sebagian besar nyeri dapat diatasi dengan obat-obatan konservatif.
Hanya kasus-kasus berat yang memerlukan operasi (Mansjoer Arif, 2001).
DAFTAR PUSTAKA
http://alatfitness.wordpress.com/2010/01/23/definisi-osteoarthritis/. (online). Diakses tanggal 16 Oktober 2013.
Long C Barbara, Perawatan Medikal Bedah (Suatu pendekatan proses Keperawatan), Yayasan Ikatan alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, Bandung, 1996.
Mansjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta: FKUI.
Smeltzer C. Suzannne, (2002 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa Andry Hartono, dkk., Jakarta, EGC.
J. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stress pada
sendi : kekakuan pada pagi hari dan keletihan
Tanda: Malaise. Keterbatasan rentang gerak ; atrofi otot, kulit : kontraktur atau
kelainan pada sendi dan otot.
b. Kardiovaskuler
Gejala : Jantung cepat, tekanan darah menurun
c. Integritas ego
Gejala: Faktor-faktor stress akut atau kronis : Misalnya finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, keputusasaan dan ketidak berdayaan, ancaman pada konsep
diri, citra tubuh, identitas pribadi misalnya ketergantungan pada orang lain.
d. Makanan / cairan
Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/
cairan adekuat : mual, anoreksia, Kesulitan untuk mengunyah
Tanda: Penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa
e. Hygiene
Gejala: berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi,
ketergantungan pada orang lain
f. Neurosensori
Gejala: kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan
Tanda: Pembengkakan sendi
g. Nyeri / kenyamanan
Gejala: fase akut dari nyeri, terasa nyeri kronis dan kekakuan
h. Keamanan
Gejala: Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
Kekeringan pada mata dan membran mukosa
i. Interaksi sosial
Gejala: kerusakan interaksi dan keluarga / orang lsin : perubahan peran: isolasi
2. Diagnose keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan penurunan fungsi tulang
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan perubahan otot
c. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi tulang
d. Perubahan pola tidur berhubungan dengan nyeri
e. Deficit perawatan diri berhubungan dengan nyeri
f. Gangguan citra tubuh / perubahan penampilan peran berhubungan dengan
kemampuan untuk melakukan tugas – tugas umum.
3. Intervensi
Diagnosa 1 : Nyeri b.d penurunan fungsi tulang
Kriteria Hasil : Nyeri hilang atau terkontrol
INTERVENSI RASIONALa. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi
dan intensitas (skala 0 – 10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
b. Berikan matras atau kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan
c. Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi
d. Dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak
e. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi
f. Berikan masase yang lembutg. Beri obat sebelum aktivitas atau
latihan yang direncanakan sesuai petunjuk seperti asetil salisilat.
a. Membantu dalam menentukan kebutuhan managemen nyeri dan keefektifan program.
b. Matras yang lembut/empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan setres pada sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang terinflamasi / nyeri
c. Pada penyakit berat, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri atau cedera sendi.
d. Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/rasa sakit pada sendi
e. Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitifitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan
f. Meningkatkan elaksasi/mengurangi tegangan otot
g. Meningkatkan relaksasi, mengurangi tegangan otot, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi.
Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas b.d perubahan otot
Kriteria Hasil : Pasien mampu berpartisipasi pada aktivitas pada aktivitas yang
diinginkan
INTERVENSI RASIONALa. Pertahankan istirahat tirah
baring/duduk jika diperlukan.b. Bantu bergerak dengan bantuan
seminimal mungkin.c. Dorong klien mempertahankan
postur tegak, duduk tinggi, berdiri dan berjalan.
d. Berikan lingkungan yang aman dan menganjurkan untuk menggunakan alat bantu.
e. Berikan obat-obatan sesuai indikasi seperti steroid.
a. Untuk mencegah kelelahan dan mempertahankan kekuatan.
b. Meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
c. Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas.
d. Menghindari cedera akibat kecelakaan seperti jatuh.
e. Untuk menekan inflamasi sistemik akut.
Diagnosa 3 : Risiko cedera b.d penurunan fungsi tulang
Kriteria Hasil : Pasien dapat mempertahankan keselamatan fisik
INTERVENSI RASIONALa. Kendalikan lingkungan dengan :
Menyingkirkan bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya menggunakan penyanggah tempat tidur, usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan malam
b. Pantau regimen medikasic. Izinkan kemandirian dan
kebebasan maksimum dengan
a. Lingkungan yang bebas bahaya akan mengurangi resiko cedera dan membebaskan keluarga dari kekhawatiran yang konstan.
b. Hal ini akan memberikan pasien merasa otonomi, restrain dapat meningkatkan agitasi, mengegetkan pasien akan meningkatkan ansietas.
memberikan kebebasan dalam lingkungan yang aman, hindari penggunaan restrain, ketika pasien melamun alihkan perhatiannya ketimbang mengagetkannya.
Diagnose 4 : Perubahan pola tidur b.d nyeri
Criteria Hasil : Pasien dapat memenuhi kebutuhan istirahat atau tidur
INTERVENSI RASIONALa. Tentukan kebiasaan tidur
biasanya dan biasanya dan perubahan yang terjadi.
b. Berikan tempat tidur yang nyaman
c. Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru
d. Instruksikan tindakan relaksasie. Tingkatkan regimen kenyamanan
waktu tidur, misalnya mandi hangat dan massage.
f. Gunakan pagar tempat tidur sesuai indikasi: rendahkan tempat tidur bila mungkin.
g. Hindari mengganggui bila mungkin, misalnya membangunkan untuk obat atau terapi
h. Berikan sedative, hipnotik sesuai indikasi
a. Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.
b. Meningkatkan kenyamaan tidur serta dukungan fisiologis/psikologis
c. Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stress dan ansietas yang berhubungan dapat berkurang
d. Membantu menginduksi tidure. Meningkatkan efek relaksasif. Dapat merasakan takut jatuh
karena perubahan ukuran dan tinggi tempat tidur, pagar tempat untuk membantu mengubah posisi
g. Tidur tanpa gangguan lebih menimbulkan rasa segar dan pasien mungkin mungkin tidak mampu kembali tidur bila terbangun.
h. Mungkin diberikan untuk membantu pasien tidur atau istirahat.
Diagnosa 5 : Defisit perawatan diri b.d nyeri
Criteria Hasil : Pasien dapat melaksanakan aktivitas perawatan sendiri secara
mandiri
. INTERVENSI RASIONALa. Kaji tingkat fungsi fisikb. Pertahankan mobilitas, kontrol
terhadap nyeri dan progran latihanc. Kaji hambatan terhadap partisipasi
dalam perawatan diri, identifikasi untuk modifikasi lingkungan
d. Identifikasikasi untuk perawatan yang diperlukan, misalnya; lift, peninggian dudukan toilet, kursi roda
a. Mengidentifikasi tingkat bantuan/dukungan yang diperlukan
b. Mendukung kemandirian fisik/emosional
c. Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian yang akan meningkatkan harga diri
d. Memberikan kesempatan untuk dapat melakukan aktivitas secara mandiri
Diagnosa 6 : Gangguan citra tubuh / perubahan penampilan peran b.d perubahan
kemampuan untuk melakukan tugas – tugas umum
Criteria Hasil : Mengungkapkan peningkatan rasa percaya kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan gaya hidup dan kemungkinan keterbatasan.
INTERVENSI RASIONAla. Dorong pengungkapan
mengenai masalah mengenai proses penyakit, harapan masa depan.
b. Diskusikan arti dari kehilangan/perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana pandangan pribadi psien dalam memfungsikan gaya hidup
a. Beri kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/kesal menghadapinya secara langsung
b. Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi atau konseling lebih lanjut.
c. Isyarat verbal/nonverbal orang
sehari-hari termasuk aspek-aspek seksual.
c. Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaiman orang terdekat menerima keterbatasan.
d. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan
e. Perhatikan perilaku menarik diri, penguanan menyangkal atau terlalu memperhatikan tubuh/perubahan.
f. Susun batasan pada prilaku maladaptive. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping.
g. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas.
h. Rujuk pada konseling psikiatri
terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri.
d. Nyeri melelahkan, dan perasaan marah, bermusuhan umum terjadi.
e. Dapat menunjukkan emosional atau metode maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut atau dukungan psikologis.
f. Membantu pasien mempertahankan kontrol diri yang dapat meningkatkan perasaan harga diri.
g. Meningkatkan perasaan kompetensi/harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong partisipasi dan terapi.
h. Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkadukungann selama berhadapan dengan proses jangka panjang/ketidakmampuan