case osteoartritis

25
Laporan Kasus Rotasi II OSTEOARTRITIS OLEH : MILFA SARI 0910314184 PRESEPTOR : Dr. Kemala Sayuti, Sp.M (K)

Upload: milfa-muzamil

Post on 16-Dec-2015

57 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Case Rotasi II - Osteoartritis

TRANSCRIPT

Laporan Kasus Rotasi II

OSTEOARTRITIS

OLEH :MILFA SARI 0910314184

PRESEPTOR :Dr. Kemala Sayuti, Sp.M (K)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG2015

BAB ITINJAUAN PUSTAKA

1.1 DEFINISIOsteoarthritis adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang rawan sendi berupa disintegrasi dan perlunakan progresif, diikuti pertambahan tulang rawan sendi yang disebut osteofit, diikuti dengan fibrosis pada kapsul sendi. 1.2 EPIDEMIOLOGIOsteoarthritis adalah bentuk paling umum, dengan jumlah pasiennya sedikit lebih tinggi dari jumlah pasien arthritis. Gangguan ini lebih banyak pada perempuan dari pada laki- laki dan terutama ditemukan pada orang- orang yang berusia lebih dari 45 tahun. Penyakit ini merupakan suatu proses degeneratif dan insiden bertambah sesuai dengan peningkatan usia. Penderita osteoatritis meningkat sesuai bertambahnya usia. Diperkirakan terdapat 12,1 % dari populasi Amerika Serikat (hampir 21 juta orang Amerika ) yang berusia 25 tahun ke atas menderita osteoarthritis. Pada tahun 2030 diperkirakan 20 % dari orang amerika, yaitu sekitar 72 juta orang, yang mencapai usia 65 tahun ke atas dan akan berisiko tinggi menderita penyakit ini. Prevalensi osteoartritis lutut radiologis di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15,5% pada pria, dan 12,7% pada wanita. Pasien osteoartritis biasanya mengeluh nyeri pada saat melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena. Pada derajat yang lebih berat nyeri dapat dirasakan terus menerus sehingga sangat mengganggu mobilitas pasien. Karena prevalensi yang cukup tinggi dan sifatnya yang kronik-progresif, osteoarthritis mempunyai dampak sosioekonomi yang besar, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Diperkirakan 1-2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena OA. Pada abad mendatang tantangan terhadap OA akan lebih besar karena semakin banyaknya populasi yang lansia.Menurut Stitik (2006) insidensi osteoartritis meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Perkiraan berdasarkan bukti radiologis mengindikasi pola insidensi sebagai berikut :1. Pada usia 18-24 tahun, 7% pria dan 2% wanita menunjukkan tanda-tanda osteoartritis pada tangan.2. Pada usia 55-64 tahun, 28% pria dan wanita mnunjukkan tanda- tanda osteoartritis pada lutut, dan 23% menunjukan osteoartritis pada pinggul.3. Pada usia 65-74 tahun, 39% pria dan wanita menunjukkan tanda- tanda osteoartritis pada lutut, dan 23% menunjukkan osteoartritis pada pinggul.4. Pada usia 75-79 tahun, sekitar 100% pria dan wanita menunjukan beberapa tanda osteoarthritis

1.3 ETIOLOGI Berdasarkan patogenesis dari osteoartritis dibedakan menjadi dua yaitu : Osteoartritis Primer : Kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. Osteoartritis Sekunder : osteoartritis yang didasari oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama.1.4 KLASIFIKASI Menurut Kellgren dan Lawrence, secara radiologis osteoartritis diklasifikasikan menjadi : Grade 0 : Normal Grade 1 : Ragu-ragu, tanpa osteofit, penyempitan sendi meragukan. Grade 2 : Minimal, osteofit sedikit pada tibia dan patella dan permukaan sendi menyempit asimetris. Grade 3 : Moderate, adanya osteofit moderate pada beberapa tempat, permukaan sendi menyempit, dan tampak sklerosis subkondral. Grade 4 : Berat, ada osteofit yang besar, permukaan sendi menyempit secara komplit, sklerosis subkondral berat, dan kerusakan permukaan sendi.

Gambar 1. Klasifikasi osteoarthritis menurut Kellgren dan Lawrence

1.5 FAKTOR RISIKO Berikut ini adalah beberapa faktor risiko yang terkait terjadinya osteoartritis, yaitu :i. UsiaUsia merupakan determinan utama pada osteoartritis . Dari semua faktor risiko untuk timbulnya osteoarthristis. Osteoartritis lebih sering diderita oleh usia lanjut, meskipun orang yang lebih muda juga dapat menderita hal yang sama. Pada pria yang berusia kurang dari 45 tahun, osteoartritis yang terjadi terutama terkait dengan riwayat trauma yang dimiliki. Berdasarkan bukti-bukti radiografi. Pada individu yang berusia 45-65 tahun terdapat 30% kasus osteoartritis, dan pada usia di atas 80 tahun terdapat lebih dari 80% kasus.ii. Jenis kelaminBaik pria maupun wanita bisa menderita penyakit ini. Perbedaan utama insidensi antara pria dengan wanita tersebut terkait dengan area yang dipengaruhi oleh osteoartritis. Pada wanita, sendi yang sering terkena osteoartritis adalah sendi interphalangeal distal, sendi interphalangeal proksimal, sendi carpometacarpal pertama, sendi metatarsophalangeal, pinggul (pada usia 55-64 tahun), dan lutut (pada usia 65-74 tahun). Sedangkan pada pria yang berusia 65-74 tahun, pinggul dan lutut lebih sering terkena osteoartritis dari pada wanita. Secara keseluruhan, di bawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki-laki dan wanita, tetapi di atas 50 tahun (setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal ini menunjukan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis iii. Suku bangsaPrevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya terdapat perbedaan di antara masing-masing suku bangsa. Misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara orang- orang kulit hitam dan Asia dari pada Kaukasian. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.iv. GenetikFaktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis misalnya, pada ibu dari seorang wanita dengan osteoartritis pada sendi-sendi interphalanx distal (nodus Heberden) terdapat 2 kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anak perempuannya cenderung mempunyai 3 kali lebih sering, dari pada ibu dan anak perempuan-perempuan dari wanita tanpa osteoartritis tersebut. Adanya mutasi dalam gen prokolagen II atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen tipe X dan XII, protein pengikat atau proteoglikan dikatakan berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada osteoartritis tertentu (terutama osteoartritis banyak sendi).v. Obesitas dan penyakit metabolikBerat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya risiko untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi lain (tangan atas sternoklavikula). Oleh karena itu di samping faktor mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolik) yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut. Peran faktor metabolik dan hormonal pada kaitan antara osteoartritis dan kegemukan juga disokong oleh adanya kaitan antara osteoartritis dengan penyakit jantung koroner, diabetes melitus dan hipertensi. Pasien-pasien osteoartritis ternyata mempunyai risiko penyakit jantung koroner dan hipertensi yang lebih tinggi daripada orang-orang tanpa osteoartritis .vi. Riwayat trauma sebelumnyaTrauma pada suatu sendi yang terjadi sebelumnya, biasanya mengakibatkan jejas atau malformasi sendi yang akan meningkatkan resiko terjadinya osteoartritis. Trauma berpengaruh terhadap kartilago artikuler, ligament, atau meniskus yang menyebabkan biomekanika sendi menjadi abnormal, dan memicu terjadinya degenerasi premature.vii. PekerjaanOsteoartritis lebih sering terjadi pada mereka yang pekerjaannya memberikan tekanan pada sendi-sendi tertentu. Jenis pekerjaan juga mempengaruhi sendi mana yang cenderung terkena osteoartritis. Osteoartritis lebih sering terjadi pada mereka yang pekerjaannya memberikan tekanan pada sendi-sendi tertentu. Jenis pekerjaan juga mempengaruhi sendi mana yang cenderung terkena osteoartritis. Sebagai contoh, pada tukang jahit, osteoartritis lebih sering terjadi di daerah lutut, sedangkan pada buruh bangunan sering terjadi di daerah pinggang.viii. Kelainan pertumbuhanKelainan kongenital dan pertumbuhan paha (misalnya penyakit Perthes dan dislokasi congenital paha) telah dikaitkan dengan timbulnya osteoartritis paha pada usia muda. Mekanisme ini juga diduga berperan pada lebih banyaknya osteoartritis paha pada laki-laki dan ras tertentu.

1.6 PATOFISIOLOGI Jejas mekanis dan kimiawi pada sinovia sendi terjadi multifokal,antara lain faktor usia, stres mekanis, atau penggunaan sendi yang berlebihan, defek anatomis, obesitas, genetik, humoral, dan faktor kebudayaan. Pemeriksaan biopsi sinovial klien OA menunjukkan adanya sinovitis. Pada level seluler, terjadi peningkatan aktivitas sitokin yang menyebabkan dikeluarkannya mediator inflamasi danmatriks metelloproteinase(MMP). Akibatnya, ada gangguan sintesis proteoglikan. Selain itu ditemukan nitrogen monoksida yang berhubungan dengan transmisi neurogenik dari mediator inflamasi yang menyebabkan kerusakan kartilago jauh dari lokasi peradangan.Proses OA terjadi karena adanya gangguan fungsi kondrosit. Kondrosit merupakan satu-satunya sel hidup dalam tulang rawan sendi. Kondrosit akan dipengaruhi oleh faktor anabolik dan katabolik dalam mempertahankan keseimbangan sintesis dan degradasi. Faktor katabolik utama diperankan oleh sitoksin interkoukin 1 (iL-) dantumor necrosis factor (TNF ), sedangkan faktor anabolik diperankan olehtransforming growth factor(TNF ) daninsulin-like growth factor 1(IGF 1).Secara fisioanatomi, sel tulang terdiri atas osteoblas, osteosit, dan osteoklas yang dalam aktivitasnya mengatur hemeostasis kalsium yang saling berinteraksi. Homeostasis kalsium pada tingkat seluler didahului penyerapan tulang oleh osteoklas yang memerlukan waktu 40 hari, disusul fase istirahat, dan kemudian disusul fase pembentukkan tulang kembali oleh osteoblas yang memerlukan waktu 120 hari. Dalam penyerapannya, osteoklas melepaskantransforming growth factoryang meransang aktivitas awal osteoklas. Dalam keadaan normal, kuantitas dan kualitas pembentukkan tulang baru osteoblas. Pada osteoporosis, penyerapan tulang lebih banyak dari pada pembentukkan baru.

1.7 GEJALA KLINIS Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi hari, krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan.Seorang pasien secara klinis disebut positif menderita osteoartritis bila memenuhi minimal 3 dari 6 kriteria menurut American College of Rheumatology (ACR), yaitu usia > 50 tahun, kekakuan pada pagi hari < 30 menit, krepitasi, nyeri tekan pada tulang, pembesaran tulang, dan pada palpasi sekitar sendi tidak teraba hangat.

1.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan LaboratoriumHasil pemeriksaan laboratorium pada osteoartritis biasanya tak banyak berguna. Darah tepi (hemoglobin, leukosit, laju endap darah) dalam batas-batas normal, kecuali osteoartritis generalisata yang harus dibedakan dengan artritis peradangan. Pemeriksaan imunologi (ANA, faktor rheumatoid, dan komplemen) juga normal. Pada osteoartritis yang disertai peradangan, mungkin didapatkan penurunan viskositas, pleositosis ringan sampai sedang, peningkatan ringan sel peradangan (