osteoarthritis.doc
TRANSCRIPT
OSTEOARTHRITIS
Pembimbing
dr. R. Suhana, SpOT
Ayu Kusuma Ningrum 030.08.048
Azzahra Azmi 030.08.053
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah
Rumah Sakit Angkatan Udara
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Jakarta 2013
BAB I
PENDAHULUAN
Osteoarthritis (OA) adalah jenis arthritis yang umum dan paling sering terjadi di
antara penyakit arthritis lainnya. Penyakit ini memiliki prevalensi yang cukup tinggi,
terutama pada orang tua. Selain itu, osteoarthritis ini juga merupakan penyebab kecacatan
paling banyak pada orang tua. Faktor resiko utama penyakit ini adalah obesitas. Oleh sebab
itu, semakin tinggi prevalensi obesitas pada suatu populasi akan meningkatkan angka
kejadian penyakit osteoarthritis.
Osteoarthritis menyerang sendi-sendi tertentu. Sendi yang sering terkena meliputi
tulang belakang pada bagian servikal dan lumbosakral, pinggul, lutut, dan sendi phalangeal
metatarsal. Di tangan, OA juga sering terjadi pada sendi interphalangeal distal dan proksimal
dan pangkal ibu jari. Biasanya sendi-sendi yang tidak rentan terkena OA adalah pergelangan
tangan, siku, dan pergelangan kaki. Terjadinya OA pada sendi-sendi yang telah disebutkan di
atas dimungkinkan karena sendi-sendi tersebut mendapat beban yang cukup berat dari
aktivitas sehari-hari seperti memegang/menggenggam benda yang cukup berat
(memungkinkan OA terjadi di dasar ibu jari), berjalan (memungkinkan OA di lutut dan
pinggul), dan lain sebagainya.
Osteoarthritis dapat didiagnosis berdasarkan kelainan struktur anatomis dan atau
gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini. Menurut studi kadaver pada tahun-tahun
terdahulu, perubahan struktural OA hampir universal, antara lain hilangnya tulang rawan
(dilihat sebagai berkurangnya/menyempitnya ruang sendi pada pemeriksaan radiologis sinar-
x) dan osteofit. Banyak orang yang didiagnosis mengalami OA berdasarkan temuan
radiologis tidak menunjukkan gejala pada sendi.
Prevalensi OA meningkat berbanding lurus dengan usia. Terlepas dari hal tersebut,
OA jarang terjadi pada orang dewasa di bawah usia 40 tahun dan sangat lazim terjadi pada
orang di atas usia 60 tahun. Penyekit ini juga jauh lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan pada pria. OA yang sudah didiagnosis berdasarkan temuan radiologis pada
umumnya terjadi di punggung bawah dan leher, namun nyeri punggung dan nyeri leher
belum tentu dapat dikatakan sebagai OA. Osteoarthritis pada punggung bawah dan leher
dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan radiologis yaitu pemeriksaan sinar-x.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Osteoarthritis adalah gangguan yang terjadi pada satu sendi atau lebih, awalnya oleh
adanya gangguan yang bersifat lokal pada kartilago dan bersifat progresif degeneratif dari
kartilago, hipertrofi, remodelling pada tulang subkondral dan inflamasi sekunder membran
sinovial. Gangguan ini bersifat lokal dengan efek non sistemik.
Osteoarthritis terbagi atas dua bagian :
1. Osteoarhritis primer adalah degeneratif artikular sendi yang terjadi pada sendi tanpa
adanya abnormalitas lain pada tubuh. Penyakit ini sering menyerang sendi penahan
beban tubuh(weight bearing joint), atau tekanan yang normal pada sendi dan
kerusakkan akibat proses penuaan. Paling sering terjadi pada sendi lutut dan sendi
panggul, tapi ini juga ditemukan pada sendi lumbal, sendi jari tangan, dan jari pada
kaki.
2. Osteoarthritis sekunder adalah paling sering terjadi pada trauma atau terjadi akibat
dari suatu pekerjaan, atau dapat pula terjadi pada kongenital dan adanya penyakit
sistem sistemik. Osteoarthritis sekunder biasanya terjadi pada umur yang lebih awal
daripada osteoarthritis primer.
II. Insiden dan Epidemiologi
Osteoarthritis merupakan penyakit reumatik sendi yang paling banyak mengenai terutama
pada orang-orang 50 tahun. Di atas 85% orang berusia 65 tahun menggambarkan
osteoarthritis pada gambaran x-ray, meskipun hanya 35%-50% hanya mengalami gejala.
Umur di bawah 45 tahun prevaleensi terjadinya Osteoarthritis lebih banyak terjadi pada pria
sedangkan umur 55 tahun lebih banyak terjadi pada wanita. Pada beberapa penelitian
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya Osteoarthritis pada obesitas , pada
sendipenahan beban tubuh.
III. Etiologi
Faktor resiko Osteoarhtritis antara lain umur, obesitas, trauma, genetik, hormone, sex,
penyakit otot, lingkungan :
1. Umur
Dari semua faktor untuk timbulnya Osteoarthritis , faktor ketuaan adalah yang terkuat.
Prevalensi, dan beratnya Osteoarthritis semakin meningkat dengan bertambahnya
umur. Hal ini disebabkan karena adanya hubungan antara umur dengan penurunan
kekuatan kolagen dan proteoglikan pada kartilago sendi.
2. Jenis kelamin
Pada orang tua yang berumur 55 tahun lebih, prevalensi terkenanya Osteoarthritis
pada wanita lebih tinggi daripada pria. Usia kurang dari 45 tahun Osteoarthritis lebih
sering terjadi pada pria daripada wanita.
3. Suku bangsa
Osteoarthritis primer dapat menyerang semua ras meskipun terhadap perbedaan
prevalensi pola terkenanya sendi pada osteoarthritis. Hal ini mungkin berkaitan
dengan perbedaan cara hidupmaupun perbedaan pada frekuensi pada kelainan
kongenital dan pertumbuhan.
4. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya Osteoarthritis. Adanya mutasi dalam
gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur tulang rawan sendi
seperti kolagen, proteoglikan berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada
osteoarthritis.
5. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan mekanik pada sendi
penahan beban tubuh, dan lebih sering menyebabkan Osteoarthritis lutut. Kegemukan
ternyata tidak hanya berkaitan osteoarthritis pada sendi yang menanggung beban
tetapi juga dengan Osteoarthritis sendi lain, diduga terdapat faktor lain (metabolik)
yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut antara lain penyakit jantung koroner,
diabetes melitus, dan hipertensi.
6. Cedera sendi (trauma), pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian suatu sendi yang terus menerus, berkaitan
dengan peningkatan resiko Osteoarthritis tertentu. Demikian juga cederan sendi dan
olah raga yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan resiko Osteoarthritis yang
lebih tinggi.
IV. Anatomi
Sendi adalah semua persambungan tulang, baik yang memungkinkan tulang-tulang
tersebut dapat bergerak satu sama lain, maupun tidak dapat bergerak satu sama lain.pada
sendi sinovial dilapisi oleh suatu kartilago yang terbagi atas dua bagian yaitu kondrosit dan
matriks ekstraseluler.matriks ekstraseluler yang mengandung banyak kolagen tipe II, IX, dan
XI serta proteoglikan (terutama agregat). Agregat adalah hubungan antara terminal sentral
protein dengan asam hialuronat mebentuk agreratyang dapat menghisap air. Sesudah
kekuatan kompresi hilang maka air akan kembali pada matriks dan kartilago kembali seperti
semula. Jaringan kolagen merupakan molekul protein yang kuat. Kolagen ini berfungsi
sebagai kerangka dan mencegah pengembangan berlebihan dari agregat proteoglikan.
Rawan sendi hanya mempunyai sedikit kemampuan untuk penyembuhan (reparasi).
Agar tetap berfungsi dengan baik, rawan sendi hanya dapat menanggung perubahan sebab
fisis sedikit yaitu sebesar 25kg/cm3. Fungsi utama rawan sendi yaitu disamping
memungkinkan gesekan pada gerakan, juga menyerap energi beban dengan mengubah bentuk
dan dengan efektif menyebarkan beban tersebut pada suatu daerah yang luas.
V. Patofisiologi
Pada Osteoarthritis terjadi perubahan-perubahan metabolisme tulang rawan sendi.
Perubahan tersebut berupa peningkatan aktifitas enzim-enzim yang merusak makromolekul
matriks tulang rawan sendi, disertai penurunan sintesis proteoglikan dan kolagen. Hal ini
menyebabkan penurunan kadar proteoglikan, perubahan sifat-sifat kolagen dan berkurangnya
kadar air tulang rawan sendi. Pada proses degenerasi dari kartilago artikular menghasilkan
suatu substansi atau zat yang dapat menimbulkan suatu reaksi inflamasi yang merangsang
makrofag untuk menhasilkan IL-1 yang akan meningkatkan enzim proteolitik untuk
degradasi matriks ekstraseluler.
Gambaran utama pada Osteoarthritis adalah :
1. Dektruksi kartilago yang progresif
2. Terbentuknya kista subartikular
3. Sklerosis yang mengelilingi tulang
4. Terbentuknya osteofit
5. Adanya fibrosis kapsul
Perubahan dari proteoglikan menyebabkan tingginya resistensi dari tulang rawan
untuk menahan kekuatan tekanan dari sendi dan pengaruh-pengaruh yang lain yang
merupakan efek dari tekanan. Penurubab kekuatan dari tulang rawan disertai perubahan yang
tidak sesuai dari kolagen. Pada level teratas dari tempat degradasi kolagen memberikan
tekanan yang berlebihan pada serabut saraf dan tentu saja menimbulkan kerusakan mekanik.
Kondrosit sendiri akan mengalami kerusakan. Selanjutnya akan terjadi perubahan
komposisi molekuler dan matriks rawan sendi, yang diikuti oleh kelainan fungsi matriks
rawan sendi. Melalui mikroskop terlihat permukaan mengalami fibrilasi dan berlapis-lapis.
Hilangnya tulang rawan akan menyebabkan penyempitan rongga sendi.
Pada tepi sendi akan timbul respons terhadap tulang rawan yang rusak dengan
pembentukan osteofit. Pembentukan tulang baru (osteofit) dianggaop suatu usaha untuk
memperbaiki dan membentuk kembali persendian. Dengan menambah luas permukaan sendi
yang dapat menerima beban, osteofit diharapkan dapat memperbaiki perubahan-perubahan
awal tulang rawan sendi pada Osteoarthritis. Lesi akan meluas dari pinggir sendi sepanjang
garis permukaan sendi.
Adanya pengikisan yang progresif menyebabkan tulang yang dibawahnya juga ikut
terlibat. Hilangnya tulang-tulang tersebut merupakan usaha untuk melindungi permukaan
yang tidak terkena. Sehingga tulang subkondral merespon dengan meningkatkan selularitas
dan invasi vaskular, akibatnya tulang menjadi tebal dan padat (eburnasi).
Pada akhirnya rawan sendi menjadi aus, rusak dan menimbulkan gejala-gejala
Osteoarthritis seperti nyeri sendi, kaku, dan deformitas. Melihat adanya proses perbaikkan
yang sekaligus terjadi maka Osteoarthritis dapat dianggap sebagai kegagalan sendi yang
progresif.
VI. Diagnosis
Diagnosis OA biasanya didasarkan gambaran klinis dan radigrafis.
Gambaran klinis:
1.Nyeri sendi
Gejala klinik yang paling menonjol adalah nyeri. Nyeri pada osteoartritis sendi lutut,
biasanya mempunyai irama diurnal; nyeri akan menghebat pada waktu bangun tidur dan
sore hari. Selain itu, nyeri juga dapat timbul bila banyak berjalan, naik dan turun tangga
atau bergerak tiba-tiba. Nyeri yang belum lanjut biasanya akan hilang dengan istirahat,
tetapi pada keadaan lanjut, nyeri akan menetap walaupun penderita sudah istirahat. Ada
tiga tempat yang dapat menjadi sumber nyeri, yaitu sinovium, jaringan lunak sendi dan
tulang. Nyeri sinovium dapat terjadi akibat reaksi radang yang timbul akibat adanya debris
dan kristal dalam cairan sendi. Selain itu juga dapat terjadi akibat kontak dengan rawan
sendi pada waktu sendi bergerak. Kerusakan pada jaringan lunak sendi dapat
menimbulkan nyeri, misalnya robekan ligamen dan kapsul sendi, peradangan pada bursa
atau kerusakan meniskus. Nyeri yang berasal dari tulang biasanya akibat rangsangan pada
periosteum karena periosteum kaya akan serabut-serabut penerima nyeri. Selain itu rasa
nyeri dipengaruhi oleh keadaan psikologik pasien, sehingga dianjurkan untuk melakukan
evaluasi psikologik dalam penatalaksanaan penderita osteoartritis.
OA : peningkatan aktivitas fibrogenik dan penurunan aktivitas fibrinolitik
Penumpukan trombus dan kompleks lipid pada pembuluh darah subkondral
Iskemia dan nekrosis jaringan
Pelepasan mediator kimia seperti inteleukin (IL) dan prostaglandin (PG)
Nyeri
2. Hambatan gerakan sendi
Konsentris : seluruh arah gerakan dan eksentris : salah satu arah gerakan saja
3. Kaku sendi
merupakan gejala yang sering ditemukan, tetapi biasanya tidak lebih dari 30 menit.
Kaku sendi biasanya muncul pada pagi hari atau setelah dalam keadaan inaktif.
4. Krepitus
Krepitus merupakan gesekan kedua permukaan tulang sendi pada saat sendi
digerakkan atau secara pasif dimanipulasi. Krepitus dapat ditemukan tanpa disertai
rasa nyeri, tapi biasanya berhubungan dengan nyeri yang tumpul.
5. Pembengkakan sendi akibat efusi cairan sendi.
6. Pada keadaan lanjut, dapat ditemukan deformitas sendi lutut, misalnya genu varum
maupun genu valgus. Bila sudah ditemukan instabilitas ligamentum, hal ini
menunjukkan kerusakan yang progresif dan prognosis yang buruk.
VII. Pemeriksaan Penunjang.
Pemeriksaan Radiologis
Pada penderita OA, dilakukannya pemeriksaan radiografi pada sendi yang terkena sudah
cukup untuk memberikan suatu gambaran diagnostik. Gambaran Radiografi sendi yang
menyokong diagnosis OA adalah :
a. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris ( lebih berat
pada bagian yang menanggung beban seperti lutut ).
b. Peningkatan densitas tulang subkondral ( sklerosis ).
c. Kista pada tulang
d. Osteofit pada pinggir sendi
e. Perubahan struktur anatomi sendi.
Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna.
Pemeriksaan darah tepi masih dalam batas – batas normal. Pemeriksaan imunologi masih
dalam batas – batas normal. Pada OA yang disertai peradangan sendi dapat dijumpai
peningkatan ringan sel peradangan ( < 8000 / m ) dan peningkatan nilai protein.
VII. Tatalaksana
Sampai saat ini tidak ada terapi yang bisa mengobati osteoarthritis. Tujuan terapi
osteoarthritis adalah untuk mengurangi rasa nyeri dan meminimalisasi hilangnya fungsi fisik.
Pengobatan OA dilakukan secara komprehensif yaitu menangani semua gangguan yang
dialami dan meningkatkan fungsi. Pengobatan komprehensif tersebut dapat dilakukan dengan
terapi farmakologis dan atau terapi nonfarmakologis. Pasien dengan gejala ringan yang hilang
timbul mungkin perlu perawatan nonfarmakologis saja. Namun, pasien dengan nyeri hebat
yang mengganggu aktivitas sehari-hari mungkin membutuhkan terapi komprehensif, baik
terapi nonfarmakologis maupun terapi farmakologis.
a) Farmakoterapi
Paracetamol merupakan analgesik yang dapat dipilih dalam terapi OA. Untuk
sebagian pasien, efek obat ini sudah adekuat dalam menghilangkan nyeri sehingga
penggunaan OAINS yang memiliki efek lebih toksik terhadap tubuh dapat dihindari.
OAINS merupakan obat paling populer untuk mengobati osteoarthritis. Obat ini dapat
diberikan secara topikal atau oral. Dalam uji klinis, OAINS oral menghasilkan efek analgesik
30% lebih besar daripada paracetamol dosis tinggi. Sebagian pasien yang diobati dengan
OAINS mengalami efek yang signifikan, sedangkan sebagian lain mengalami sedikit
perbaikan. OAINS harus diberikan secara topikal atau per oral sesuai kebutuhan karena efek
samping akan berkurang jika obat digunakan dosis intermiten rendah. Jika penggunaan obat
sesekali adalah kurang efektif, maka pengobatan setiap hari dapat diindikasikan. OAINS
peroral sering menimbulkan efek samping, yang paling banyak adalah efek toksisitas pada
saluran cerna, termasuk dispepsia, mual, kembung, perdarahan gastrointestinal, dan tukak
gastrointestinal.1
b) Nonfarmakoterapi
Tujuan utama dari terapi nonfarmakologis berkaitan dengan mengurangi beban pada
sendi yang sakit dan meningkatkan fungsi mekanisme protektif sendi sehingga dapat
mengurangi pembebanan pada sendi. Beberapa cara yang dilakukan untuk mengurangi
pembebanan sendi antara lain :
1. Menghindari/mengurangi aktivitas yang menyebabkan kerja berlebihan pada sendi dan
terbukti mengakibatkan nyeri pada sendi tersebut.
2. Meningkatkan kekuatan otot penunjang kerja sendi untuk mengoptimalkan fungsinya
sebagai faktor protektif sendi.
Mengurangi beban yang diperoleh sendi dengan menggunakan alat bantu seperti memasang
splint pada sendi yang sakit, menggunakan tongkat untuk berjalan pada pasien OA lutut, dan
sebagainya.1
c) Tindakan operatif
Ketika pasien dengan OA lutut atau pinggul telah gagal menjalani pengobatan medis
dan tetap kesakitan dengan keterbatasan fungsi fisik yang menurunkan kualitas hidup, pasien
harus dirujuk untuk artroplasti total. Ini adalah operasi yang sangat efektif dalam
menghilangkan rasa sakit dan meningkatkan fungsi pada sebagian besar pasien. Saat ini
tingkat kegagalan 1% per tahun. Kemungkinan keberhasilan operasi ini lebih besar di pusat-
pusat kesehatan dimana sedikitnya 25 operasi tersebut dilakukan setiap tahun atau dengan
ahli bedah yang berpengalaman dalam melakukan operasi tersebut. Waktu penggantian lutut
atau pinggul sangat penting. Jika pasien menderita selama bertahun-tahun hingga status
fungsional mereka telah menurun secara substansial dengan otot-otot yang sudah cenderung
melemah, status fungsional pasca operasi tidak dapat meningkat setara dengan yang dicapai
oleh orang lain yang menjalani operasi pada tahapan awal dalam perjalanan penyakitnya.1 22
BAB III
KESIMPULAN
Osteoarthritis merupakan gangguan pada sendi yang ditandai dengan perubahan
patologis pada struktur sendi tersebut yaitu berupa degenerasi tulang rawan/kartilago hialin.
Penyakit ini memiliki prevalensi yang cukup tinggi, terutama pada orang tua. Selain itu,
osteoarthritis ini juga merupakan penyebab kecacatan paling banyak pada orang tua. Etiologi
osteoarthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor biomekanik dan biokimia sepertinya
merupakan faktor terpenting dalam proses terjadinya osteoarthritis. Ketidakseimbangan
antara pembentukan dan penghancuran matriks-matriks kartilago merupakan kata kunci
dalam perjalanan penyakit ini. Osteoarthritis menyerang sendi-sendi tertentu terutama sendi-
sendi yang mendapat beban cukup berat dari aktivitas sehari-hari.
Osteoarthritis dapat didiagnosis berdasarkan kelainan struktur anatomis dan atau
gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini. Gejala yang sering muncul pada osteoarthritis
adalah nyeri sendi yang diperburuk oleh aktivitas dan gejala akan mereda setelah istirahat.
Diagnosis osteoarthritis didasarkan pada pemeriksaan fisik dan dilakukan pemeriksaan
radiologis berupa foto sinar-x sebagai penunjang/pemastian diagnosis. Gambaran yang
ditemukan pada foto sinar-x pasien dengan osteoarthritis adalah menyempitnya celah antar
sendi, terbentuknya osteofit, terbentuknya kista, dan sklerosis subchondral. Pemeriksaan
tambahan lain yang dapat dilakukan adalah MRI yaitu untuk mengetahui derajat
patologisnya, namun pemeriksaan ini jarang dilakukan sebagai penunjang diagnostik dalam
osteoarthritis, karena sebagian besar gambaran penyakit ini sudah bisa dinilai berdasarkan
pemeriksaan sinar-x.