orasi penerimaan mahasiswa baru 2009 -12 agustus.pdf

43
1 Menjadikan Keterbatasan Sebagai Pemicu Kreativitas dan Inovasi dalam Riset Nanosains di Indonesia Mikrajuddin Abdullah Kelompok Keahlian Fisika Material Elektronik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Yang terhormat Rektor Institut Teknologi Bandung dan para Wakil Rektor ITB. Yang terhormat Ketua dan Anggota Senat Akademik Institut Teknologi Bandung. Yang terhormat Ketua dan Anggota Majelis Wali Amanat Institut Teknologi Bandung. Yang terhormat Ketua dan Anggota Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung. Yang terhormat hadirin semuanya dan para mahasiswa baru Institut Teknologi Bandung angkatan 2009. Salam sejahtera bagi kita semuanya. 1. Pendahuluan Saya merasa sangat tersanjung berdiri di depan para hadirin terhormat untuk memberikan orasi pada upacara penerimaan mahasiswa baru Institut Teknologi Bandung tahun 2009. Ini merupakan salah satu pengalaman luar biasa bagi saya sebagai seorang dosen di institut tercinta ini.

Upload: phamthu

Post on 19-Dec-2016

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

1

Menjadikan Keterbatasan Sebagai Pemicu Kreativitas dan

Inovasi dalam Riset Nanosains di Indonesia

Mikrajuddin Abdullah

Kelompok Keahlian Fisika Material Elektronik

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Institut Teknologi Bandung

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yang terhormat Rektor Institut Teknologi Bandung dan para Wakil Rektor ITB.

Yang terhormat Ketua dan Anggota Senat Akademik Institut Teknologi Bandung.

Yang terhormat Ketua dan Anggota Majelis Wali Amanat Institut Teknologi Bandung.

Yang terhormat Ketua dan Anggota Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung.

Yang terhormat hadirin semuanya dan para mahasiswa baru Institut Teknologi

Bandung angkatan 2009.

Salam sejahtera bagi kita semuanya.

1. Pendahuluan

Saya merasa sangat tersanjung berdiri di depan para hadirin terhormat untuk

memberikan orasi pada upacara penerimaan mahasiswa baru Institut Teknologi

Bandung tahun 2009. Ini merupakan salah satu pengalaman luar biasa bagi saya sebagai

seorang dosen di institut tercinta ini.

Page 2: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

2

Mungkin orasi yang akan saya sampaikan ini sedikit berbeda dengan

orasi-orasi sebelumnya. Orasi ini lebih banyak merupakan paparan sebagian

pengalaman saya memulai riset bidang nanosains dari kondisi dengan fasilitas sangat

terbatas dan bagaimana mencari alternatif-alternatif ketika menghadapi beberapa

keterbatasan itu. Tidak semua hasil riset terbaru yang saya capai hingga saat ini akan

saya sampaikan dalam orasi ini. Mudahan-mudahan dari sedikit material yang saya

sampaikan ini bisa menjadi pelajaran yang berarti, khususnya bagi para mahasiswa baru

ITB yang hadir di ruangan ini. Pesan utama yang ingin saya sampaikan adalah bahwa di

dalam keterbatasan pasti ada jalan keluar, apabila kita jeli, pantang menyerah, dan mau

berpikir kritis. Bahwa keterbatasan bisa menjadi pendorong yang kuat untuk kreatif dan

inovatif.

2. Apa Itu Nanosains

Saya ingin sampaikan secuil informasi tentang nanosains itu sendiri. Saat ini,

perhatian masyarakat dunia banyak tertuju pada bidang riset yang paling bergairah ini.

Nanosains adalah ilmu dan rekayasa dalam penciptaan material, struktur fungsional,

maupun piranti dalam skala nanometer. Dalam terminologi ilmiah, nano berarti 10-9

(0,000000001). Satu nanometer adalah seper seribu mikrometer, atau seper satu juta

milimeter, atau seper satu miliar meter. Jika panjang pulau Jawa dianggap satu meter

maka diameter sebuah kelereng kira-kira sama dengan sepuluh nanometer. Gambar 1

adalah ilustrasi seberapa kecil ukuran nanometer [1].

Page 3: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

3

10 nanometer

1 meter

Jika panjang pulau jawa

dianggap 1 meter maka

diameter kelereng sekitar

10 nanometer

1 m

1/1000

1 mm

1 m

1 nm

1/1000

1/1000

10 nanometer

1 meter

Jika panjang pulau jawa

dianggap 1 meter maka

diameter kelereng sekitar

10 nanometer

1 m

1/1000

1 mm

1 m

1 nm

1/1000

1/1000

Gambar 1. Ilustrasi ukuran nanometer.

Yang dapat dikelompokkan dalam skala nanometer adalah ukuran yang lebih

kecil dari 100 nm. Orang menyebut nanopartikel jika diameter partikel tersebut kurang

dari 100 nanometer. Namun riset nanosains tidak hanya terbatas pada nanopartikel,

tetapi lebih luas ke material nanostruktur. Material nanostruktur adalah material yang

tersusun atas bagian-bagian kecil, di mana tiap-tiap bagian berukuran kurang dari 100

nanometer, walupun ukuran material secara keseluruhan cukup besar. Tetapi dalam

ukuran besar tersebut sifat bagian-bagian kecil harus tetap dipertahankan.

Memasuki tahun 2000, riset material skala nanometer memasuki babak yang

paling progresif. Penemuan baru dalam bidang ini muncul hampir dalam tiap minggu

dan aplikasi-aplikasi baru mulai tampak dalam berbagai bidang, seperti bidang

elektronik (pengembangan piranti (device) ukuran nanometer), energi (pembuatan sel

surya yang lebih efisien), kimia (pengembangan katalis yang lebih efisien, baterei yang

kualitasnya lebih baik), kedokteran (pengembangan peralatan baru pendeksi sel-sel

Page 4: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

4

kanker berdasarkan pada interaksi antar sel kanker dengan partikel berukuran

nanometer), kesehatan (pengembangan obat-obat dengan ukuran bulir (grain) beberapa

nanometer sehingga dapat melarut dalam cepat dalam tubuh dan bereaksi lebih cepat,

serta pengembangan obat pintar (smart) yang bisa mencari sel-sel tumor dalam tubuh

dan langsung mematikan sel tersebut tanpa mengganggu sel-sel normal), lingkungan

(penggunaan partikel skala nanometer untuk menghancurkan polutan organik di air dan

udara), dan sebagainya.

Mengapa reduksi ukuran material dalam skala nanometer menjadi begitu

penting? Sifat-sifat material yang meliputi sifat fisis, kimiawi, maupun biologi berubah

begitu dramatis ketika dimensi material masuk ke dalam skala nanometer. Yang lebih

menarik lagi adalah sifat-sifat tersebut ternyata bergantung ukuran, bentuk, kemurnian

permukaan, maupun topologi material. Para ilmuwan percaya bahwa setiap sifat

memiliki “skala panjang kritis”. Ketika dimensi material lebih kecil dari panjang kritis

tersebut maka sifat-sifat fisis fundamental mulai berubah. Sebagai gambaran, partikel

tembaga yang memiliki diameter 6 nm memperlihatkan kekerasan lima kali lebih besar

daripada tembaga ukuran besar. Keramik yang umumnya kita kenal mudah pecah dapat

dibuat menjadi fleksibel jika ukuran bulir direduksi ke dalam orde nanometer. Cadmium

selenida (CdSe) dapat menghasilkan warna yang berbeda-benda dengan hanya

mengontrol ukuran partikel, seperti diilustrasikan pada Gbr. 2 [2].

Page 5: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

5

Gambar 2. Warna-warna luminisens nanopartikel cadmium selenide (CdSe) bergantung

pada ukuran partikel. Jika ukuran partikel makin kecil maka spektrum warna yang

dipancarkan bergeser ke warna biru (panjang gelombang pendek) [2].

3. Dapatkah Riset Nanosains Dilakukan dengan Fasilitas Terbatas?

Saya akan fokuskan pembicaraan para riset nanosains. Banyak orang

mengidentikkan riset dengan dana besar untuk keperluan pengadaan, pengoperasian,

dan pemeliharaan fasilitas, pembelian bahan-bahan percobaan, dan sebagainya. Ini tidak

salah untuk beberapa jenis riset, seperti riset ekperimental atau riset numerik/simulasi

yang membutuhkan fasilitas komputasi canggih. Jika berhadapan dengan masalah

tersebut, peneliti Indonesia yang secara umum tidak didukung sarana dan prasarana

yang memadai tidak dapat berbuat leluasa seperti yang dilakukan para peneliti di negara

maju. Tapi, apakah kita lalu patah semangat? Apakah keterbatasan tersebut menghalangi

kita berbuat sesuatu? Apakah tidak ada bidang riset yang dapat dilakukan dengan dana

dan fasilitas terbatas?

Riset berbasis eksperimen umumnya membutuhkan dana cukup besar. Riset

yang relatif lebih murah dari segi biaya adalah riset teoretik. Namun, untuk terjun ke

bidang riset ini umumnya diperlukan kemampuan matematik yang tinggi dan tidak

semua orang memiliki kemampuan tersebut.

Page 6: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

6

Alternatif yang memungkinkan adalah masuk ke riset teori

fenomenologis/empiris. Di sini kita membangun model/teori yang tidak terlampau rumit

dari sisi matematika untuk menjelaskan beberapa hasil percobaan. Kita tidak perlu

melakukan percobaan itu sendiri. Yang perlu dilakukan adalah mempelajari hasil

percobaan peneliti lain yang baru saja diterbitkan di jurnal ilmiah tetapi belum memiliki

penjelasan teoretik yang memadai tentang sifat data yang diperoleh. Saya memiliki

sejumlah pengalaman dengan pendekatan ini. Beberapa di antaranya saya uraikan di

bawah ini.

3.1. Teori Network Nanokristal untuk Silikon Berpori

Pada awal tahun 2000 ada sejumlah data pengamatan sifat kebergantungan

konduktivitas listrik silikon berpori sebagai fungsi suhu yang menyimpang dari

„kepercayaan‟ banyak peneliti saat itu yaitu bersifat Arrhenius. Pada suhu rendah,

konduktivitas memenuhi sifat Arrhenius, tetapi pada suhu cukup tinggi, konduktivitas

menyimpang dari sifat Arrhenius. Setelah mengkaji sejumlah data eksperimen para

peneliti, saya menduga bahwa ada mekanisme lain yang berkontribusi pada

konduktivitas listrik silikon berpori selain mekanisme „loncatan‟ (hopping), yaitu

mekanisme yang menjadi penyebab munculnya sifat Arrhenius. Setelah diamati dengan

teliti, kelakuan yang menyimpang tersebut menyerupai fungsi Vogel-Tamman-Fulcher

(VTF).

Saya mencoba membangun teori fenomenologis untuk menjelaskan fenomena

tersebut berdasarkan hipotesis sederhana. Mekanisme VTF dijumpai pada network

polimer, dan network polimer terbentuk melalui proses gelasi. Dengan demikian,

mungkin ada benang merah antara mekanisme dalam network polimer dan mekanisme

Page 7: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

7

konduktivitas dalam silikon berpori. Oleh karena itu, untuk membangun teori

konduktivitas dalam silikon berpori, saya mengadopsi teori gelasi polimer. Saya

memodelkan bahwa silikon berpori sebagai network nanokristal yang terikat satu sama

lain, yang serupa dengan network monomer yang membentuk gel polimer (Gbr. 3).

Gambar 3. Silikon berpori dimodelkan sebagai network nanokristal yang berikatan satu

sama lain, serupa dengan ikatan monomer dalam gel polimer.

Dengan menggunakan persamaan matematika yang tidak terlampau rumit kami

berhasil membangun persamaan konduktivitas dalam silikon berpori yang dapat

menjelaskan sifat konduktivitas pada semua jangkauan suhu dan sesuai dengan hasil

pengamatan, yaitu bersifat Arrhenius pada suhu rendah dan bersifat VTF pada suhu

tinggi. Teori yang kami bangun telah dipublikasikan di Europhysics Letters tahun 2001

[3]. Makalah tersebut menjadi Top 8 makalah yang paling banyak didownload

sepanjang tahun 2007 dari semua makalah yang dipublikasikan di Europhysics Letters

sejak terbitan pertama hingga terbitan Desember 2007 [4].

3.2. Teori Nanokomposit Perekat Konduktif

Pendekatan yang mirip juga saya lakukan untuk menjelaskan sifat

konduktivitas dalam material polimer yang mengandung nanopartikel logam

Page 8: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

8

(conductive adhesives). Material ini merupakan pengganti material solder untuk

menempelkan integrated circuit (IC) pada printed circuit board (PCB) ketika ukuran

kaki IC sangat kecil dan jaraknya sangat rapat (ilustrasi pada Gbr. 4). Kondisi kaki yang

demikian kecil dan padat tidak mungkin disambung dengan solder karena ukuran bola

timah solder memiliki batas minimum. Terdapat hasil pengamatan yang tidak dapat

dijelaskan dengan sempurna oleh para peneliti saat itu.

Selama ini dalam menjelaskan hasil pengamatan, para peneliti selalu

mengasumsikan bahwa partikel-partikel logam tersebut memiliki ukuran yang seragam

(monodisperse). Namun, saya menurunkan persamaan dengan berangkat dari hipotesis

yang cukup sederhana, yaitu partikel-partikel logam memiliki ukuran yang tidak

seragam, tetapi memenuhi fungsi distribusi tertentu (Gbr. 5). Saya berkeyakinan bahwa

tidak mungkin kita membuat partikel dalam ukuran puluhan hingga ratusan nanometer

dengan ukuran yang persis sama. Saya berhasil mendapatkan persamaan umum untuk

menjelaskan hasil-hasil pengamatan. Dan yang lebih menarik adalah, persamaan yang

saya bangun kembali menjadi sama dengan persamaan yang dibangun para peneliti

sebelumnya jika dianggap ukuran partikel adalah seragam.

Gambar 4. IC ditempelkan pada PCB menggunakan material conductive adhesive yang

berupa polimer perekat yang mengandung partikel-partikel logam.

Page 9: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

9

Hipotesis sebelumnya

(partikel sama ukuran)

Hipotesis yang kita ajukan

(partikel tidak sama ukuran)

Hipotesis sebelumnya

(partikel sama ukuran)

Hipotesis yang kita ajukan

(partikel tidak sama ukuran)

Gambar 5. Distribusi ukuran partikel yang seragam dan tidak seragam.

Hasil ini kami publikasikan di Materials Science in Semiconductor Processing

tahun 1999 [5]. Berdasarkan data Scopus (database makalah-makalah yang

dipublikasikan secara internasional yang dikelola oleh penerbit terbesar dunia, Elsevier),

hingga 30 Juli 2009 makalah tersebut telah dirujuk sebanyak 32 kali oleh para peneliti

di seluruh dunia [6]. Sekali lagi, suatu karya yang cukup banyak direfer orang kami

hasilkan dengan fasilitas terbatas.

3.3. Teori Hambatan Konstriksi untuk Kontak Nano

Juga pada tahun 1999 saya mengamati ada dua persamaan utama yang

menjelaskan fenomena hambatan listrik pada titik kontak antara dua konduktor (Gbr. 6).

Jika ukuran permukaan kontak cukup besar maka hambatan kontak berbanding terbalik

dengan diameter kontak (hambatan Holm). Sebaliknya, jika ukuran permukaan kontak

sangat kecil, khususnya dalam dimensi nanometer, maka hambatan kontak berbanding

terbalik dengan kuadrat diameter kontak (hambatan Sharvin). Belum ada satu

persamaan yang dapat menjelaskan hambatan kontak secara menyeluruh untuk semua

ukuran kontak.

Page 10: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

10

Gambar 6. Hambatan kontak pada persambungan konduktor.

Saya tertarik untuk membangun teori untuk menggabungkan dua persamaan

tersebut. Saya hanya berangkat dari persamaan listrik magnet sederhana untuk

menjelaskan terbentuknya profil potensial di sekitar lokasi kontak. Akhirnya berhasil

didapatkan persamaan hambatan kontak yang berlaku untuk semua ukuran kontak. Hasil

tersebut kami publikasikan di Material Science in Semiconductor Processing tahun

1999 [7]. Dan berdasarkan data Scopus 30 Juli 2009, makalah tersebut telah direfer

sebanyak 20 kali oleh para peneliti di seluruh dunia [6].

Apa yang diuraikan di atas adalah contoh bahwa riset yang dilakukan dengan

modal minim dapat menghasilkan makalah yang cukup baik dan direfer banyak orang.

Yang diperlukan di sini adalah keinginan untuk mempelajari referensi-referensi terbaru,

melakukan analisis terhadap hasil-hasil eksperimen yang dipublikasikan, serta

memikirkan alternatif model/teori yang dapat dibangun untuk menjelaskan data

tersebut.

Masih banyak makalah lain yang saya hasilkan dengan menggunakan

pendekatan tersebut. Di antaranya adalah penjelasan tentang mekanisme konduktivitas

Page 11: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

11

listrik dalam komposit material ionik padatan yang mengandung partikel-partikel

isolator [9], konduktivitas listrik dalam polimer elektrolit [9,10], konduktivitas proton

dalam es [11], konduktivitas fluida dalam material berpori [12], dan konduktivitas listrik

dalam komposit polimer isolator yang mengandung partikel-partikel logam [8,13].

Pendekatan semacam ini sangat cocok diterapkan oleh sejumlah peneliti di tanah air

yang masih tetap ingin berkarya meskipun fasilitas pendukung riset masih minim.

Sekali lagi, yang menjadi pertanyaan adalah mau atau tidak?

4. Keterbatasan sebagai Pemicu Kreativitas dan Inovasi

Tidak memiliki fasilitas memadai untuk kegiatan riset? Tidak masalah. Jangan

terlalu mengeluh dan menyalahkan sana-sini. Mari berkreasi dan berinovasi. Saya juga

memiliki banyak pengalaman dengan kasus seperti ini. Beberapa di antaranya saya

ilustrasikan di bawah ini dengan harapan bisa menjadi pelajaran yang berharga.

4.1. Sintesis Nanopartikel dengan Metode Sol-Gel

Saat membangun Laboratorium Sintesis dan Fungsionalisasi Nanomaterial

di Kelompok Keahlian Fisika Material Elektronik (KK Fismatel) FMIPA tahun 2005

saya diberi sebuah gudang penyimpanan alat-alat praktikum rusak. Setelah

membersihkan ruangan tersebut, yang pertama saya hadapi adalah bagaimana mengisi

ruang tersebut sehingga berwujud laboratorium riset. Saat itu saya tidak memiliki dana

riset yang cukup. Saya berusaha membangun laboratorium secara mandiri. Saya

lengkapi alat-alat dengan menyisihkan dana penelitian yang saya peroleh yang nilainya

juga tidak terlampau besar. Sebagian besar peralatan riset saya rancang sendiri.

Saat ini saya cukup bangga bahwa laboratorium yang saya bangun termasuk

Page 12: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

12

laboratorium paling aktif di lingkungan FMIPA dan telah menghasilkan sejumlah

publikasi internasional dan telah meluluskan puluhan mahasiswa sarjana dan magister.

Alat pertama yang saya beli saat mulai membangun laboratorium adalah

kondensor distilasi untuk pembuatan nanopartikel dengan metode sol-gel. Namun,

dengan alat ini saja tidak ada yang dapat dilakukan karena kita harus memiliki heater

dan stirrer. Stirrer yang dibutuhkan pun haruslah stirrer magnetik. Tidak ada dana yang

cukup untuk membeli stirrer magnetik.

Kebetulan saat S3 saya pernah memberbaiki stirrer magnetik yang rusak

sehingga mengetahui dengan detail desain dan prinsip kerja stirrer magnetik. Desain

stirrer magnetik sebenarnya cukup sederhana. Ada satu lengan yang berputar horisontal

di mana di kedua ujungnya dipasang potongan magnetik dengan arah kutub berlawanan.

Kalau prinsipnya cuma demikian, harusnya kita dapat membuat sendiri stirrer magnetik

dengan biaya yang jauh lebih murah.

Untuk membuat stirrer magnetik saya menggunakan sebuah kipas angin kecil

dan sebuah dimmer listrik (alat pengatur terang dan redupnya lampu). Baling-baling

kipas angin dibuang lalu pada porosnya dipasang lengan aluminium mendatar. Di kedua

ujung lengan aluminium dipasang potongan magnet yang diambil dari penjepit kertas.

Arus listrik dari PLN dilewatkan pada dimmer sebelum mengalir ke dalam motor kipas

angin. Kegunaan dimmer adalah mengontrol arus atau tegangan yang masuk ke dalam

motor kipas angin sehingga kecepatan putar motor dapat diubah-ubah (Gbr. 7).

Selanjutnya kita buat casing agar di atas lengan aluminium yang berputar dapat

ditempatkan gelas kimia atau flask yang mengandung cairan yang akan dicampur.

Stirrer magnetik yang kita buat berfungsi sempurna seperti stirrer yang dijual di

pasaran.

Page 13: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

13

Gambar 7. Contoh stirrer magnetik di pasaran dan bahan yang kita gunakan untuk

membuat sendiri stirrer magnetik serta desain stirrer magnetik.

Gambar 8 adalah contoh koloid dari nanopartikel seng oksida (ZnO) yang kami

buat [14]. Nanopartikel ZnO bersifat luminisens. Warnanya transparan ketika tidak

disinari dengan ultraviolet dan berubah menjadi warna biru hingga kekuningan ketika

disinari dengan ultraviolet. Nanopartikel ini memiliki aplikasi yang luas untuk

pembuatan display, tinta rahasia (untuk mata uang, buku bank, dan dokumen rahasia

lainnya) [15], untuk detektor kanker, dan sebagainya.

Tampak bahwa dengan sedikit kreativitas kami bisa mendapatkan stirrer

dengan harga sekitar Rp 100.000. Apabila kami beli di pasar, kami harus mengeluarkan

uang beberapa juta untuk mendapatkan stirrer magnetik. Rancangan stirrer magnetik

yang kami buat telah diduplikasi oleh sejumlah laboratorium di beberapa perguruan

Page 14: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

14

tinggi.

Gambar 8. (kiri atas) Koloid ZnO ketika tidak disinari ultraviolet, (kanan atas) koloid

ZnO ketika disinari ultraviolet, (a, atas) kertas yang ditulisi tinta ZnO ketika tidak

disinari ultraviolet, (a, bawah) kertas yang ditulisi tinta ZnO ketika disinari ultraviolet,

(b, atas) uang kertas Rp 100.000 ketika tidak disinari ultraviolet, (b, bawah) uang kertas

Rp 100.000 ketika disinari ultraviolet.

4.2. Pembuatan Sel Surya dari Koloid Nanopartikel dengan Metode Dip Coating

Ketika mahasiswa bimbingan saya ingin melakukan penelitian pembuatan sel

surya menggunakan koloid nanopartikel, kami kesulitan dengan ketiadaan alat dip

coating. Alat ini digunakan untuk menarik substrat yang dicelupkan ke dalam koloid

Page 15: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

15

nanopartikel dengan kecepatan sangat lambat; bisa kurang dari 1 cm/jam. Penarikan

perlahan-lahan ini menyebabkan nanopartikel menempel rata di substrat membentuk

satu lapisan film. Film inilah yang berperan sebagai material aktif sel surya (Gbr. 9).

Saya minta mahasiswa untuk memikirkan peralatan apa saja yang murah; yang

penting dapat menarik substrat dengan laju 1 cm/jam. Saat diskusi di laboratorium,

kebetulan kami melihat di dinding ada jam yang mati. Eureka!. Kami sudah

menemukan alat yang dicari. Sumbu jarum pendek (jarum jam) dari jam dinding

berputar satu kali selama satu jam. Keliling sumbu tersebut sekitar 1 cm. Jika sumbu

tersebut dililiti benang maka benang tertarik sekitar 1 cm/jam.

Gambar 9. Peralatan dip coating dan proses dip coating.

Kami akhirnya membeli sebuah jam yang sumbunya cukup bagus untuk dililiti

Page 16: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

16

benang. Ujung benang yang lain ditempelkan pada substat yang akan didip coating

dalam koloid nanopartikel (Gbr. 10). Dengan peralatan ini kami memperoleh lapisan

nanopartikel yang cukup bagus pada substrat.

Mimpi besar kami dengan riset ini adalah bagaimana membuat sel surya secara

massal dengan cara yang mudah dan biaya yang sangat rendah. Dengan menggunakan

nanopartikel kami bermimpi membuat sel surya hanya dengan metode spray

(penyemprotan). Kita dapat membuat sel surya hanya dengan menyemprotkan koloid

nanopartikel pada dinding, pada atap, pada beton, atau permukaan apa saja yang dikenai

cahaya. Caranya mirip kita mengecat tembok, permukaan kayu atau logam. Kami ingin

meninggalkan cara pembuatan sel surya yang sangat mahal yang dilakukan selama ini

yang berbasis pada teknologi deposisi.

Berputar sekali

dalam satu jam

Sumbu jarum jam

Benang

Substrat

Koloid

Wadah

Elektroda transparan

Elektroda

Nan

op

art

ikel

sem

ikon

du

kto

r

Desain sel surya

Berputar sekali

dalam satu jam

Sumbu jarum jam

Benang

Substrat

Koloid

Wadah

Elektroda transparan

Elektroda

Nan

op

art

ikel

sem

ikon

du

kto

r

Desain sel surya

Gambar 10. Disain peralatan dip coating yang kami buat dan disain sel surya dari

nanopartikel.

Page 17: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

17

4.3. Kolektor Nanopartikel dari Tegangan Tinggi DC

Tantangan lain yang kami hadapi di laboratorium adalah bagaimana

mengumpulkan nanopartikel yang dibuat dengan metode spray drying dan spray

pirolysis. Nanopartikel yang dihasilkan mengalir bersama gas. Untuk mendapatkan

nanopartikel tersebut, cara yang dapat dilakukan adalah menggunakan filter. Gas yang

mengandung nanopartikel dilewatkan pada filter sehingga nanopartikel tertahan oleh

filter. Permasalahan yang timbul adalah, jika ukuran poros filter lebih besar dari ukuran

partikel maka hanya sedikit partikel yang tersaring. Kebanyakan nanopartikel lolos

bersama gas. Sebaliknya, jika ukuran poros filter lebih kecil daripada nanopartikel maka

filter dapat menyumbat aliran gas.

Cara yang lebih efisien adalah menggunakan tegangan tinggi dari listrik DC (di

atas 10.000 volt). Tegangan tersebut dipasang pada dua elektroda. Ketika gas yang

mengandung nanopartikel melewati satu elektroda maka nanopartikel menjadi

bermuatan listrik. Dan ketika melewati elektroda lainnya, nanopartikel menempel pada

elektroda kedua tersebut. Prinsip ini digunakan pada proses pembersihan asap yang

keluar dari cerobong pabrik sehingga gas buang mengandung partikel dalam jumlah

seminimal mungkin. Persoalan yang kami hadapi muncul ketika harus membeli sumber

tegangan tinggi DC, karena tidak memiliki dana yang cukup.

Setelah memikirkan sejumlah alternatif, kami sampai pada transformator fly

back CRT (monitor TV atau komputer). Pada CRT tersebut diberikan tegangan tinggi

DC untuk nenembakkan elektron ke arah layar sehingga terbentuk gambar. Kami

membeli satu set rangkaian TV beserta transformator fly back dan mengambil output

yang dihubungkan ke tabung TV (Gbr. 11). Hasilnya cukup bagus. Kita dapat

memperoleh tegangan DC lebih dari 10.000 volt, lebih dari yang dibutuhkan untuk

Page 18: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

18

mengumpulkan nanopartikel.

Apa yang dijelaskan di sini adalah, dengan memahami prinsip kerja suatu alat

maka kita dapat memikirkan alternatif lain pengganti alat tersebut yang harganya jauh

lebih murah, tetapi bekerja sesuai dengan alat yang asli. Untuk sumber tegangan tinggi

DC yang dijual di pasar kita perlu mengeluarkan uang beberapa juta rupiah. Tetapi

dengan memanfaatkan tranformator fly back kita bisa mendapatkan alat yang fungsinya

sama tetapi dengan biaya kurang dari 500.000 rupiah.

Gambar 11. Rangkaian fly back TV yang kita manfaatkan untuk menghasilkan tegangan

tinggi DC.

Yang tidak dapat dihindari dan harus kita beli adalah alat ukur (karakterisasi)

karena peralatan tersebut memiliki standar keilmiahan tertentu dan beberapa komponen

sulit kita dapatkan dan tidak memiliki alternatif pengganti. Tinggal kita pilah-pilah.

Mana yang dapat kita buat sendiri dan mana yang harus kita beli. Kalau semuanya harus

kita beli maka biaya riset menjadi sangat mahal. Sebaliknya, kalau kita kreatif dan

inovatif maka biaya riset bisa menjadi sangat murah.

Dalam Kelompok Keahlian Fisika Material Elektronik, FMIPA, kami banyak

mengembangkan peralatan eksperimen secara mandiri, termasuk peralatan canggih

Page 19: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

19

untuk deposisi divais semikonduktor dan peralatan instrumentasi dengan presisi tinggi

yang menyamai buatan Hewlett-Packard [16-18]. Gambar 12 adalah contoh peralatan

eksperimen yang dibangun secara mandiri tersebut.

Reaktor MOCVD

I-V Meter (setara dengan

buatan Hewlett-Packard)

Reaktor spray

Gambar 12. Contoh peralatan eksperimen yang dibangun secara mandiri di

laboratorium-laboratorium dalam KK Fismatel, FMIPA.

Apakah hasil riset dengan peralatan yang dibuat sendiri dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah? Saya akan tegaskan dapat, selama kaidah-kaidah

ilmiah tetap dijalankan. Kami telah menghasilkan sejumlah makalah di jurnal

internasional [19-21] dan puluhan makalah di jurnal nasional, seminar nasional dan

internasional dari hasil riset dengan peralatan yang dikembangkan sendiri tersebut,

Page 20: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

20

suatu bukti bahwa secara ilmiah alat-alat tersebut dapat dipertanggungjawabkan.

5. Yang Biasa dan Yang Luar Biasa

“Bisa mengulang sesuatu yang pernah dilakukan orang, itu biasa. Tetapi bisa

melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan orang, itu baru luar biasa”. Ini adalah

filosofi para pelopor. Saya selalu berusaha melakukan sesuatu yang baru, seberapa kecil

pun itu. Sebagai contoh, saat ini kami (dalam tim) sedang berusaha mengembangkan

teknologi penjernihan air limbah dengan kosep zero energy dan berbasis nanomaterial.

Metode yang kami kembangkan belum pernah dilakukan siapa pun di seluruh dunia,

khususnya dari segi material.

Teknologi pengolahan air limbah yang umum digunakan saat ini, yaitu IPAL

(instalasi pengolahan air limbah) memerlukan biaya besar dari segi instalasi dan

pemeliharaan. Kami memikirkan alternatif lain, yaitu memanfaatkan reaksi fotokatalitik

pada permukaan partikel semikonduktor atas bantuan sinar matahari. Semikonduktor

seperti titanium dioksida (TiO2) sangat mudah menghasilkan pasangan elektron dan

hole pada pita konduksi dan valensinya ketika disinari dengan ultraviolet. Elektron dan

hole tersebut berperan menghasilkan radikal bebas dalam air, yang selanjutnya

mendekomposisi polutan organik dalam air menjadi gas atau senyawa lain yang tidak

beracun (Gbr. 13).

Ada dua masalah yang masih dihadapi para peneliti tentang metode ini. Yang

pertama adalah celah pita energi (energy band gap) titanium dioksida cukup lebar, yaitu

sekitar 3,2 elektronvolt. Celah pita energi adalah jangkauan energi yang tidak boleh

dimiliki elektron dalam material. Celah pita energi memisahkan pita valensi dan pita

konduksi dalam material tersebut. Celah pita energi yang lebar berimplikasi pada jenis

Page 21: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

21

cahaya yang dapat digunakan untuk menghasilkan elektron dan hole. Hanya sinar

ultraviolet yang dapat digunakan untuk keperluan tersebut. Ini berarti proses

penjernihan air menuntut penyinaran ultraviolet secara terus menerus di permukaan air,

dan ini memakan cukup banyak energi listrik. Penggunaan cahaya matahari sebagai

pembangkit pasangan elektron dan hole juga tidak efektif karena kandungan ultraviolet

dalam cahaya matahari hanya sekitar 10%.

Gambar 13. Proses fotokatalitik pada permukaan nanopartikel TiO2.

Ada beberapa usaha yang dilakukan para peneliti agar dapat menggunakan

cahaya matahari sebagai penghasil elektron dan hole dalam titanium dioksida. Salah

satu yang dipilih adalah mengotori (doping) titanium dioksida dengan atom dari unsur

lain [22]. Pendekatanan ini dapat sedikit memperkecil lebar celah pita energi, tetapi

tetap tidak signifikan sehingga masih banyak energi cahaya matahari yang tidak

terpakai.

Masalah kedua adalah penyebaran bubuk titanium dioksida secara langsung ke

air limbah dapat menghasilkan masalah baru. Misalkan proses dekomposisi telah selesai

dan air limbah sudah bebas dari polutan organik, kita berhadapan dengan polutan lain,

Page 22: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

22

yaitu partikel titanium dioksida. Sebaiknya, setelah digunakan, partikel titanium

dioksida dapat diambil kembali dari air yang sudah dibebaskan dari polutan organik.

Salah satu pendekatan yang dilakukan para ilmuwan untuk mengatasi masalah

ini adalah menempelkan partikel titanium dioksida pada partikel-partikel magnetik yang

lebih besar [23]. Bentuknya mirip dengan onde-onde. Partikel titanium dioksida sebagai

wijen dan bola ketan sebagai partikel magnetik. Setelah proses dekomposisi selesai

dilakukan, partikel serupa onde-onde tersebut ditarik dengan elektromagnet sehingga

dapat dikeluarkan dari air. Prinsipnya sama dengan menarik logam dari tumpukan

sampah menggunakan elektromagnet. Namun, pendekatan ini pun tetap menghadapi

sejumlah kendala. Kendala pertama adalah tidak mudah menempelkan partikel titanium

dioksida pada partikel magnetik. Kedua, penggunaan elektromagnet tidak akan

membersihkan air secara utuh dari pengotor titanium dioksida.

5.1. Nanopartikel Titanium Dioksida ‘Kotor’

Tim kami (saya, Dr. Khairurrijal dari KK Fismatel-FMIPA, dan Hernawan

Mahfudz, M.T. dari KK Sumber Daya Air-FTSL) memikirkan teknologi alternatif untuk

kebutuhan tersebut. Solusi yang kami pikirkan cukup sederhana seperti dijelaskan

berikut ini.

Para ahli mengotori titanium dioksida dengan harapan untuk memperkecil lebar

celah pita energi. Mereka mulai dengan membuat titanium dioksida murni, lalu

menembak titanium dioksida murni tersebut dengan berkas energi tinggi dari atom

unsur lain sehingga masuk ke dalam titanium dioksida dan menggantikan beberapa

atom titanium [22]. Pemikiran kami sederhana saja. Mengapa harus melakukan cara

yang rumit seperti itu? Kalau menginginkan titanium dioksida yang mengandung

Page 23: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

23

atom-atom unsur lain, kenapa tidak menggunakan saja titanium dioksida kualitas

rendah yang ada di pasaran? Titanium dioksida kualitas rendah tentulah titanium

dioksida yang mengandung beberapa atom pengotor, dan siapa tahu atom-atom

pengotor tersebut berperan mengubah lebar celah pita energi.

Berdasarkan pemikiran sederhana ini kami membeli beberapa macam titanium

dioksida tidak murni di pasaran. Untuk mengecek adanya celah pita benergi yang

bermacam-macam, kami amati spektrum serapan dari gelombang ultraviolet hingga

cahaya tampak (UV-Vis) oleh material tersebut, dan benar kami memperoleh apa yang

kami inginkan. Kami berhasil mendapatkan titanium dioksida yang sanggup menyerap

semua spektrum pada cahaya matahari [24]. Dan karena titanium dioksida yang dibeli

adalah yang berkualitas rendah, tentu saja harganya sangat murah. Jadi persoalan

pertama telah kami pecahkan.

5.2. Coating Nanopartikel Titanium Dioksida pada Partikel Plastik

Persoalan kedua kami pecahkan sebagai berikut. Kami tidak menempelkan

titanium dioksida pada partikel magnetik, tetapi kami tempelkan pada partikel-partikel

plastik transparan yang bersifat thermoplast (Gbr. 14). Ukuran partikel plastik tersebut

beberapa milimeter. Thermoplast artinya ketika dipanaskan, plastik tersebut melunak

dan meleleh, tetapi ketika didinginkan, plastik tersebut kembali ke fase semula. Contoh

plastik jenis ini adalah PET (polyethylene terephtalate) yang digunakan pada botol air

minum dalam kemasan.

Plastik yang ditempeli titanium dioksida ditebar di sekitar permukaan air di

mana di bawahnya dipasang semacam kasa (jaring) yang ukuran lubangnya lebih kecil

dari ukuran partikel polimer. Kami menggunakan plastik yang transparan agar cahaya

Page 24: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

24

yang tidak terpakai oleh titanium dioksida pada lapisan air sebelah atas dapat tembus

hingga titanium dioksida pada lapisan air sebelah bawahnya. Setelah proses

dekomposisi selesai dilakukan, kita tinggal mengangkat kain kasa tersebut untuk

mengambil material plastik yang ditempeli titanium dioksida yang tersebar di sekitar

permukaan air.

Gambar 14. Nanopartikel TiO2 ditempelkan di permukaan butiran thermoplast.

Untuk menempelkan titanium dioksida pada plastik, kami rancang alat sendiri.

Metode pelapisan tersebut telah kita daftarkan hak patentnya [25]. Prinsipnya sangat

sederhana, yaitu menggunakan cylinder milling. Partikel plastik dengan bubuk titanium

dioksida dimasukkan ke dalam peralatan cylinder milling dan dipanaskan hingga

mendekati titik leleh plastik. Pada suhu tersebut, plastik mulai melunak. Cylinder

milling dijalankan. Tumbukan oleh batang silinder yang jatuh di dalam tabung milling

menekan partikel titanium dioksida sehingga menancap kuat pada permukaan plastik

yang sudah agak lunak. Proses berlangsung beberapa menit hingga permukaan plastik

benar-benar tertutup sempurna oleh partikel titanium dioksida. Gambar 15 adalah

contoh plastik yang belum ditempeli titanium dioksida dan yang sudah ditempeli

titanium dioksida.

Page 25: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

25

Gambar 15. Foto butiran plastik yang belum dilapisi nanopartikel (kiri) dan yang sudah

dilapisi nanopartikel (kanan).

Fiber

Perekat

Nanopartikel TiO2

Tekan

Fiber

Perekat

Nanopartikel TiO2

Tekan

Gambar 16. Prinsip kerja penempelan nanopartikel TiO2 pada permukaan fiber [26,27].

Pendekatan lain yang kami lakukan adalah menempelkan titanium dioksida

pada fiber plastik menggunakan lem [26,27]. Prinsip kerja tampak pada Gbr 16. Fiber

plastik yang kami gunakan adalah semacam fiber kail pancing. Fiber dilewatkan melalui

lem (polyurethane) lalu dilewatkan pada bubuk titanium dioksida disertai pemberian

tekanan yang cukup agar partikel titanium dioksida menempel sempurna pada fiber.

Setelah sedikit dilakukan pemanasan maka diperoleh fiber yang ditempeli partikel

Page 26: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

26

titanium dioksida. Setelah proses dekomposisi polutan organik dalam air selesai

dilaksanakan maka kami dengan mudah mengeluarkan fiber tersebut dari air.

Gambar 17. (a) (kiri) Larutan pewarna pakaian sebelum disinari matahari (kanan)

larutan pewarna pakaian setelah disinari matahari selama dua hari. Satu wadah

merupakan laruran kontrol (tidak mengalami perubahan warna) dan wadah lain

merupakan larutan yang mengandung fiber yang dilapisi TiO2. (b) Air limbah (100 ml)

yang mengandung TiO2 yang ditempelkan pada plastik transparan dan disinari dengan

matahari. Foto diambil tiap selang waktu 1 jam.

Gambar 17(a) adalah contoh hasil dekomposisi larutan wantex (pewarna

tekstil) melalui proses fotokatalitik menggunakan fiber yang dilapisi nanopartikel TiO2

[26,27]. Dekomposisi dilakukan di bawah sinar matahari. Gambar 17(b) adalah hasil

dekomposisi fotokatalitik limbah pabrik yang diambil dari tempat pengolahan limbah di

wilayah Muh. Toha, Bandung menggunakan nanopartikel TiO2 di bawah penyinaran

matahari [27,28]. Limbah akan terdekomposisi sempurna jika penjemuran dilakukan

dalam waktu cukup lama, yaitu sekitar seminggu.

Page 27: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

27

Riset ini memiliki dampak aplikasi yang luar biasa. Jika berhasil maka kita

dapat menjernihkan air sungai, danau, kolam-kolam yang ada di seantero negeri bahkan

di seluruh dunia dari limbah organik dengan cara yang sangat murah dan sederhana.

Tidak ada energi yang dibutuhkan kecuali energi matahari. Kita hanya menebar material

fotokatalis di sekitar permukaan air polusi. Di bawah radiasi matahari, maka dalam

beberapa hari air menjadi terbebas dari polutan organik. Ini adalah mimpi besar yang

ingin kami realisasikan. Bahkan riset yang sedang kami jalankan ini bersifat self

funding.

6. Nanosains untuk Teknologi Tradisional

Riset dalam bidang sains dan teknologi saat ini sudah pada tahap yang sangat

maju. Peralatan baru dan teknologi baru memicu munculnya cabang-cabang baru dalam

sains. Sebaliknya penemuan-penemuan baru di bidang sains memicu lahirnya teknologi

baru. Seolah-seolah sains modern hanya berkorelasi erat dengan teknologi modern.

Pada saat bersamaan teknologi tradisonal masih dilakoni oleh sebagian

masyarakat, termasuk masyarakat di tanah air. Namun, realitas yang terjadi adalah

teknologi tersebut makin tergusur, dan lama-kelamaan cenderung makin menghilang.

Masuknya barang-barang sejenis dari luar negeri dengan kualitas lebih baik dan harga

lebih bersaing semakin meminggirkan teknologi tradisional.

Penyebab utama tergusurnya teknologi tradional tersebut adalah tidak pernah

munculnya sentuhan sains pada kegiatan produksi dalam teknologi tradisional. Mereka

berkutat dengan proses-proses produksi kuno yang sudah tidak relevan untuk

dipertahankan. Tetapi di lain pihak, para pelaku teknologi tradisional tersebut tidak

memiliki pengetahuan yang cukup tentang sains modern untuk diaplikasikan dalam

Page 28: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

28

teknologi mereka.

Sebagai satu gambaran adalah sentra keramik di Plered, Purwakarta, Jawa

Barat. Lokasi ini jaraknya sekitar 50 km dari ITB, tetapi hampir tidak tersentuh oleh

aktivitas perguruan tinggi ini. ITB dan beberapa perguruan tinggi lain lebih banyak

fokus pada kajian sains dan teknologi canggih, tetapi masih kurang perhatian pada

teknologi tradisonal yang banyak di antaranya sedang sekarat.

Melalui Hibah Kompetensi yang dibiayai Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi kami mencoba masuk ke wilayah yang kurang diperhatikan ini. Prinsip yang

kami bawa adalah menerapkan sains modern pada teknologi tradisional untuk

meningkatkan daya saing produk teknologi tradisional tersebut. Kami fokuskan pada

teknologi keramik karena banyak penduduk menggantungkan hidup pada kegiatan

tersebut dan lokasi tidak terlampau jauh dari ITB. Di Plered ada sekitar 3000 KK yang

menggantungkan hidup pada teknologi keramik tradisional. Di daerah lain di seantero

Nusantara tidak terhitung banyaknya jiwa-jiwa yang hidupnya bergantung pada

teknologi serupa.

Kami mencoba menganalisis sejumlah persoalan yang ada di sentra keramik.

Kami identifikasi beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya

saing adalah mereduksi waktu pembakaran keramik. Saat ini, lama waktu pembakaran

keramik sekitar 30 jam. Persoalan kedua adalah menurunkan suhu pembakaran keramik.

Suhu pembakaran keramik saat ini sekitar 1.200 oC untuk porselin dan sekitar 900

oC

untuk keramik biasa. Tujuan riset yang kami lakukan adalah bagaimana mereduksi

waktu pembakaran keramik, kalau bisa kurang dari 10 jam dan bagaimana menurunkan

suhu pembakaran tanpa mengurangi kualitas keramik, tetapi kalau bisa kualitas yang

diperoleh lebih baik. Jika dua usaha tersebut berhasil maka akan terjadi penghematan

Page 29: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

29

luar biasa dalam penggunaan energi. Biaya energi merupakan salah satu komponen

biaya terbesar dalam produksi keramik. Ini adalah tantangan besar.

Bagaimana merealisasikan dua tujuan tersebut? Jawaban kami adalah

nanosains. Tanah liat sebenarnya adalah partikel-partikel clay dengan ukuran beberapa

puluh mikrometer. Ketika dilakukan pembakaran maka partikel-partikel yang

bersentuhan menyatu dengan kuat melalui pembentukan leher pada titik kontak antar

partikel. Makin lama waktu pembakaran maka ukuran leher makin besar sehingga

keramik makin kuat (Gbr. 18). Pembakaran selama 30 jam adalah waktu yang

dibutuhkan agar leher yang terbentuk cukup besar dan berikatan cukup kuat.

PembakaranLeher

PembakaranLeher

Gambar 18. Pembentukan leher pada lokasi kontak antar partikel akibat pemanasan.

Dari sejumlah hasil riset yang dilakukan para peneliti disimpulkan bahwa jika

ukuran partikel direduksi dalam orde nanometer maka laju sintering (laju pemadatan

partikel ketika dipanaskan) makin cepat [1]. Nah, apabila kita menggunakan partikel

clay dalam ukuran nanometer untuk membuat keramik maka diharapkan laju

pembentukan leher pada lokasi kontak antar partikel makin cepat sehingga tidak perlu

menunggu waktu lama untuk membakar keramik. Juga dari hasil riset para peneliti

sebelumnya disimpulkan bahwa jika ukuran partikel dalam orde nanometer maka suhu

sintering juga menurun. Menurunnya suhu sintering berarti menurunnya suhu yang

diperlukan untuk mengubah keramik menjadi padat dan kuat. Dengan demikian suhu

Page 30: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

30

pembakaran keramik pun dapat diturunkan.

Tampak di sini bahwa dengan menggunakan partikel clay berukuran kecil maka

keramik dapat dibakar lebih cepat dan dapat dibakar pada suhu lebih rendah. Namun,

hasil di lapangan agak berbeda. Dari pengrajin keramik kita dapatkan informasi bahwa

keramik yang dibuat dengan partikel clay berukuran kecil tidak terlalu kuat. Keramik

yang kuat dapat diperoleh dari clay yang berukuran partikel besar. Lalu bagaimana

memecahkan masalah ini?

Kami memikirkan kemiripan kasus ini dengan konstruksi beton. Kalau kita

buat beton hanya menggunakan pasir dan semen maka beton yang dihasilkan tidak kuat.

Sebaliknya kalau kita membuat beton mengunakan kerikil dan semen saja, maka beton

juga tidak kuat. Beton baru kuat jika kita menggunakan pasir dan kerikil secara

bersamaan dalam beton. Dari sifat ini kami menduga bahwa keramik yang kuat mungkin

dapat diperoleh dengan mencapur partikel clay yang memiliki dua ukuran: ukuran

besar (beberapa puluh mikrometer) dan ukuran kecil (puluhan nanometer). Partikel

clay ukuran mikrometer analog dengan kerikil dan partikel clay ukuran nanometer

analog dengan pasir. Bagaimana proses munculnya kekuatan tersebut dapat

diilustrasikan pada Gbr. 19.

Kami misalkan clay partikel memiliki bentuk bulat. Jika kami susun

partikel-partikel dengan cara apa pun maka selalu terdapat ruang kosong antar partikel.

Ketika dilakukan pembakaran maka pada titik kontak antar partikel muncul leher, tetapi

ruang kosong tetap ada. Untuk mendapatkan keramik yang kuat maka ukuran leher

harus cukup besar, dan ini dapat dicapai dengan pembakaran yang cukup lama.

Page 31: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

31

Partikel besar sajaPartikel kecilPartikel besarPartikel besar sajaPartikel kecilPartikel besar

Gambar 19. Keramik yang dibuat dari besar saja (kiri) dan campuran partikel berukuran

besar dan kecil (kanan).

Dengan mencampur partikel clay berukuran besar dan kecil, diharapkan

partikel clay yang berukuran kecil mengisi ruang kosong antar partikel clay berukuran

besar. Partikel clay yang berukuran besar tidak hanya melakukan kontak dengan partikel

besar lainnya tetapi juga dengan partikel kecil. Jika dilakukan pembakaran maka leher

tidak hanya terbentuk antar partikel besar, tetapi juga antara partikel besar dan partikel

kecil. Dengan demikian, tidak perlu menunggu leher cukup besar untuk mendapatkan

keramik yang kuat karena adanya tambahan leher dari hasil kontak dengan partikel kecil.

Ini berarti kami tidak perlu membakar keramik dalam waktu cukup lama untuk

mendapatkan kekuatan yang cukup. Dengan kata lain kami dapat mereduksi waktu

pembakaran, dan mungkin juga suhu pembakaran.

Hipotesis ini telah kami uji dengan mencampur clay dengan partikel karbon

ukuran nanometer [29]. Hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Dengan

menambahkan partikel karbon sekitar 2% berat maka kita mendapatkan keramik dengan

kekuatan sekitar 4 kali lipat dibandingkan dengan keramik yang dibuat tanpa

penambahan partikel karbon. Namun jika massa partikel karbon yang ditambahkan

terlampau banyak maka keramik menjadi lebih rapuh. Penyebabnya adalah ikatan antar

Page 32: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

32

karbon yang lemah dan penambahan karbon yang terlampau banyak hanya

menghasilkan kontak antar karbon dan clay.

Apa yang sedang kami lakukan sekarang adalah membuat clay dengan dua

ukuran. Partikel clay ukuran kecil dibuat dengan proses ball milling dan dicampur

dengan partikel clay awal (tanpa penggilingan). Riset ini sekarang sedang dalam

pengerjaan.

Dari hasil riset ini kami mengharapkan akan mendapatkan metode baru dalam

pembuatan keramik sehingga diperoleh keramik berkualitas tinggi dan harga bersaing.

Metode ini nantinya akan disebarkan ke pengrajin keramik di seantero negeri agar

mereka dapat kembali hidup layak. Kami percaya ini adalah kontribusi kecil yang dapat

kami berikan pada masyarakat untuk mempertanggungjawabkan apa yang kami

dapatkan dari mereka melalui dana riset dari pemerintah. Dan kami pun percaya bahwa

kontribusi kecil ini memiliki makna yang luar biasa bagi pemberdayaan (empowerment)

masyarakat.

7. Riset Nanosains yang Mudah, Murah, dan Aplikatif

Ketika riset nanosains mulai gencar dikembangka orang di seluruh dunia untuk

membuat produk teknologi canggih seperti nanorobot, single electron device, quantum

device, supersensitive detector, kami meminati aplikasi dalam teknologi-teknologi

tradisional. Kami ingin menerapkan sains modern ini untuk menjernihkan air limbah,

untuk meningkatkan kualitas keramik di sentra keramik tradisional, mengubah sampah

menjadi barang berharga seperti bahan untuk mebel dan papan tahan api,

mengembangkan bahan pelapis dinding dan lantai yang dapat membunuh bakteri secara

otomatis, membuat filter air yang dapat menjernihkan air sekaligus membunuh bakteri,

Page 33: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

33

mengembangkan bahan transparan anti peluru untuk kebutuhan pertahanan, dan

lain-lain.

Saya bermimpi, riset yang kami lakukan, jika berhasil, akan menjawab

sebagian permasalahan riil yang dihadapi bangsa dan dapat langsung diaplikasikan pada

industri-industri dalam negeri. Saya tidak bermimpi muluk-muluk. Tidak terlalu penting

bagi kami untuk mengerjakan topik riset yang sama dengan topik yang dikerjakan

peneliti di negara-negara maju dengan mengatasnamakan riset frontier, karena kami

pasti kalah bersaing. Lebih lanjut, topik riset yang dikerjakan peneliti negara maju

sesuai dengan kebutuhan negara mereka yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan

negara kita. Kita sudah tertatih-tatih mengikuti irama riset mereka, dan jika pun

akhirnya berhasil, hasil tersebut tidak dapat langsung kita manfaatkan (karena belum

tentu sesuai dengan kebutuhan bangsa). Bahkan yang mengambil manfaat mungkin

negara maju itu juga.

Saya berpendapat harus cukup banyak peneliti yang melakukan riset semacam

ini karena persoalan bangsa yang belum terpecahkan sangat banyak dan kebergantungan

kita pada asing terlampau besar. Jika kita serius melakukan hal tersebut mungkin suatu

saat kita tidak lagi mengekspor minyak bumi mentah dan mengimpor bahan bakar jadi,

tetapi yang kita ekspor adalah bahan bakar jadi karena kita mempunyai kemampuan

untuk mengolah minyak mentah. Mungkin suatu saat kita tidak hanya bisa mengekspor

crude palm oil (CPO) dan mengimpor barang jadi produk CPO tersebut, tetapi kita

langsung mengekspor barang jadi dari CPO yang kita olah. Mungkin suatu saat kita

tidak lagi mengekspor bijih besi, tetapi yang kita ekspor adalah besi atau barang dari

besi. Mungkin suatu saat kita tidak mengekspor pasir ke Singapura dan mengimpor

mahal wafer silikon dan IC, tetapi kita mengekspor wafer dan IC itu sendiri. Mungkin

Page 34: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

34

di suatu saat kita tidak melihat lagi di supermarket berserakan buah-buahan impor

meskipun tanah kita termasuk tanah yang paling subur di dunia, tetapi kita menjadi

pengekspor buah-buahan ke seluruh dunia. Mungkin suatu saat kita tidak lagi

mengimpor sekitar 60% kebutuhan garam dalam negeri walaupun pantai Indonesia

termasuk terpanjang di dunia, tetapi kita mengekspor garam ke berbagai penjuru dunia.

Mungkin suatu saat kita tidak perlu lagi membayar mahal konsultan asing yang kadang

tidak jelas kualifikasinya, tetapi konsultan-konsultan Indonesia bertebaran di berbagai

negara. Mungkin suatu saat kita bisa seperti Jepang di mana upah untuk tenaga kerja

asing lebih rendah daripada upah untuk tenaga kerja Jepang untuk jenis pekerjaan yang

sama.

8. Usia 20-an, Usia Keemasan

Untuk adik-adik mahasiswa baru, anda akan segera memasuki usia 20-an.

Sejarah membuktikan bahwa prestasi-prestasi besar yang ditoreh seseorang terjadi pada

usia 20-an. Ilmuwan-ilmuwan besar seperti Albert Einstein, Niels Bohr, Werner

Heisenberg, Paul Dirac, Richard Feynmann, Lev Landau, Sadi Carnot, Carl Gauss, dan

lain-lain menghasilkan karya-karya besar dalam sejarah ilmu pengetahuan dunia pada

usia 20-an. Para atlet mencapai prestasi puncak pada usia 20-an. Microsoft, Apple,

Google, Yahoo!, Friendster, Facebook, dan lain-lain diciptakan oleh pemuda-pemuda

yang berusia 20-an (Gbr. 20).

Jadi manfaatkan usia 20-an anda untuk mencatat sejarah emas dalam hidup

anda. Ingat, ini tidak akan berulang. Hanya satu kali kita lewati usia ini dalam hidup

kita. Silakan anda putuskan. Apakah ingin menjadi manusia yang dikenang sepanjang

masa karena prestasi gemilang yang ditoreh. Atau menjadi orang yang kehadirannya di

Page 35: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

35

bumi sama saja dengan tidak adanya.

Anda sangat beruntung karena telah memasuki salah satu perguruan tinggi

terbaik di negeri ini. Jutaan anak Indonesia seusia anda tidak seberuntung anda. Di sini

anda dapat mengembangkan kemampuan anda dengan bebas sesuai dengan bidang ilmu

dan teknologi yang anda minati. Manfaatkan sebaik-baiknya waktu anda di sini untuk

menempa diri anda menjadi manusia yang utuh. Dan ketika anda telah menyelesaikan

pendidikan di institut ini, anda siap memberikan sumbangsih terbaik bagi bangsa ini.

Walapun anda masuk ITB atas inisiatif anda sendiri, orang tua anda, atau

keluarga anda, tetapi ingat, bangsa ini memiliki hak atas diri anda. Bangsa ini memiliki

hak atas pengabdian anda. Anda adalah penentu masa depan bangsa ini. Dalam dua

puluh hingga tiga puluh tahun mendatang sejarah hitam atau putih bangsa ini akan

sangat bergantung pada orang-orang seusia anda.

Jadilah salah satu putra terbaik yang pernah dilahirkan bangsa ini!

Gambar 20. Anak-anak muda yang menorehkan tinta emas dalam sejarah dunia.

Page 36: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

36

9. Penutup

Sebagai penutup saya ingin tegaskan bahwa apapun keterbatasan yang kita

hadapi dalam riset, belajar, atau hal-hal lain, kita selalu dapat mengatasinya dengan

kreativitas dan inovasi. Kita jangan terlalu terpesona dengan fasilitas-fasilitas yang

dimiliki institusi-institusi lain seperti yang ada di negara maju, lalu mengeluh, putus asa,

dan menyalahkan sana-sini karena tidak memiliki fasilitas seperti itu. Mari kita bangkit

dalam keterbasan-keterbatasan tersebut dengan memikirkan sejumlah alternatif. Kadang

dengan cara ini kita menemukan jalan atau metode baru yang tidak terpikirkan oleh

orang-orang sebelumnya.

Apabila para peneliti yang berada di lingkungan dengan fasilitas sangat

lengkap (negara maju) dapat menghasilkan sejumlah produk riset, sebenarnya itu tidak

luar biasa. Tetapi apabila di sini (dengan sejumlah keterbatasan) anda dapat

menghasilkan sejumlah kecil saja produk riset, maka sebenarnya anda telah melakukan

hal yang luar biasa.

Namun yang harus diingat adalah, kreativitas dan inovasi dalam riset bisa

muncul jika kita menguasai basic science secara baik. Saya berhasil menemukan

alternatif-alternatif dalam riset karena kemampuan basic science yang saya miliki.

Kemampuan basic science memungkinkan kita berpikir secara bebas, menemukan jalan

lain yang kadang tidak terpikirkan oleh orang-orang sebelumnya, dan kadang bisa jauh

lebih sederhana dari apa yang dilakukan orang selama ini.

Bagi anda para mahasiswa baru yang masuk fakultas selain MIPA, tidak peduli

apa pun fakultas anda atau jurusan yang akan anda pilih nanti, tolong kuasai basic

science. Engineering tanpa basic science adalah keropos. Engineer tanpa kemampuan

Page 37: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

37

basic science yang cukup adalah engineer yang tidak paripurna dan akan dengan mudah

“dikalahkan” oleh engineer dari negara-negara lain. Saya adalah staf dosen di FMIPA.

Tetapi saya berani mengatakan demikian karena saya pernah belajar engineering dalam

waktu yang cukup lama. Jangan sepelekan pelajaran fisika, kimia, matematika, dan

bilogi. Karena anda akan menjadi engineer yang sangat tangguh jika memahami dengan

baik bidang-bidang tersebut, minimal pada tingkat dasar.

10. Ucapan Terima Kasih

Puji syukur pertama-tama saya sampaikan kepada Allah SWT, Zat yang

menggenggam diri saya dan mengendalikan semesta alam.

Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya

kepada Rektor ITB, Prof. Dr. Djoko Santoso beserta seluruh pimpinan ITB yang telah

memungkinkan saya berdiri di mimbar terhormat ini. Ini merupakan penghargan yang

luar biasa yang saya dapatkan sebagai salah seorang dosen di ITB.

Terima kasih saya ucapkan kepada Dekan FMIPA-ITB (Dr. Akhmaloka) dan

Wakil Dekan (Dr. Pudji Astuti dan Dr. Idam Arif), di mana atas jasa beliau pula saya

telah dipilih oleh ITB untuk menyampaikan orasi pada tempat dan kesempatan yang

luar biasa ini.

Saya menjadi seperti ini tentu tidak lepas dari peranan para guru dan senior

saya di eks Departemen Fisika ITB di mana saya telah memperoleh ilmu yang tidak

terbayangkan manfaatnya. Saya ingin menyampaikan terima kasih kepada Prof. M. O.

Tjia, Prof. M. Barmawi, Prof. P. Silaban, Prof. The Houw Liong, Prof. Lilik

Hendradjaya, dan Prof. Freddy P. Zen.

Terima kasih kepada rekan-rekan di KK Fismatel FMIPA-ITB, Dr. Khairurrijal,

Page 38: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

38

Dr. Sukirno, Dr. Pepen Arifin, Dr. Toto Winata, Dr. Maman Budiman, Dr. Euis Sustini,

dan Dr. Yudi Darma atas kebersamaan dalam memajukan KK Fisika Material

Elektronik.

Kepada rekan-rekan dosen di FMIPA yang tidak henti-hentinya memberi

support, Prof. Ismunandar, Dr. Zaki Su‟ud, Dr. Satria Bijaksana, dan lain-lain, saya

sampaikan terima kasih sebesar-besarnya.

Terima kasih pula pada rekan-rekan di Prodi Fisika, Dr. Umar Fauzi, Dr. Abdul

Waris, dan lain-lain atas terciptanya lingkungan yang sangat kekeluargaan sehingga kita

bisa bekerja dengan nyaman.

Untuk orang yang sangat berjasa dalam hidupku, H. Abdullah Hasan (alm) dan

Hj. St. Habibah, semoga rahmat dan ampunan Allah selalu tercurah pada Ayahanda dan

Ibunda berdua.

Terima kasih yang tulus ingin saya sampaikan kepada pendamping setia setiap

saat, istri saya Sri Rumiyati dan anak-anak permata hati kami: Shafira Khairunnisa,

Fathan Akbar, dan Ardi Khalifah. Papa bisa jadi seperti ini tidak lepas dari dukungan

dan pengorbanan kalian semuanya.

11. Referensi

[1] Mikrajuddin Abdullah, “Pengantar Nanosains” (ISBN 978-979-1344-48-7),

Bandung: Penerbit ITB (2009).

[2] http://www.nanocluster.mit.edu

[3] Mikrajuddin, F. G. Shi, and K. Okuyama, “Temperature Dependent Electrical

Conduction in Porous Silicon: Non-Arrhenius Behavior”, Europhysics Letters 54,

pp. 234-240 (2001).

Page 39: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

39

[4] http:// www.iop.org/EJ/journal/-page=extra.10/0295-5075

[5] F. G. Shi, Mikrajuddin, S. Chungpaiboonpatana, K. Okuyama, C. Davidson, and J.

M. Adams, “Electrical Conduction of Anisotropic Conductive Adhesives: Efect of

Size Distribution of Conducting Filler Particles”, Materials Science in

Semiconductor Processing 2, p. 263 (1999).

[6] http://www.scopus.com

[7] Mikrajuddin, F. G. Shi, H. K. Kim and K. Okuyama, “Size-Dependent Electrical

Constriction Resistance for Contacts of Arbitrary size: from Sharvin to Holm

Limits”, Materials Science in Semiconductor Processing 2, p. 321 (1999).

[8] Mikrajuddin, F. G. Shi, and K. Okuyama, “Electrical Conduction in Insulator

Particle-Solid State Ionic and Conducting Particle-Insulator Matrix Composites”,

Journal of the Electrochemical Society 147, pp. 3157-3165 (2000).

[9] Mikrajuddin, F. G. Shi, T. G. Nieh, and K. Okuyama, “Electrical Conduction in

Solid Polymer Electrolytes: Temperature Dependence Mechanism”,

Microelectronics Journal 31, pp. 261-265 (2000).

[10] Mikrajuddin Abdullah, “Electrical Conduction in Solid Polymer Electrolytes: A

Formula for the Entire Range of Temperatures”, Indonesia Journal of Physics 13,

pp. 222-228 (2002).

[11] Mikrajuddin Abdullah, “Percolation Model for Proton Immobility in Ice”,

Proceedings ITB on Engineering Science 37 B, p. 67 (2005).

[12] Mikrajuddin Abdullah dan Khairurrijal, “Gelation Model for Porosity Dependent

Fluid Permeability in Porous Materials”, Jurnal Matematika dan Sains (in press,

2009).

[13] Mikrajuddin, F. G. Shi, S. Chungpaiboonpatana, K. Okuyama, C. Davidson, and J.

Page 40: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

40

M. Adams, “Onset of Electrical Conduction in Isotropic Conductive Adhesives: a

General Theory”, Materials Science in Semiconductor Processing 2, p. 309 (1999).

[14] Mikrajuddin Abdullah, Berita Penelitian ITB, Desember 2006

[15] W. Budiawan, A. S. Vioktalamo, M. Abdullah, dan Khairurrijal, Luminescence

Nanopartikel Emisi Cahaya Tampak sebagai Tinta Pengaman, Jurnal Sains Materi

Indonesia, Edisi Khusus Desember 2006, pp. 180-182 (2006).

[16] “Membangun Kemampuan Riset Nanomaterial di Indonesia”, Editor: Khairurrijal

dan Mikrajuddin Abdullah (ISBN 978-602-95196-0-0), Bandung: Rezeki Putera

(2009).

[17] Khairurrijal, Mikrajuddin Abdullah, Muhammad M. Munir, Asep Suhendi, and Arif

Surachman, “Home-Made Electronic Components Characterization System for

Electronic Course at Undergraduete Level”, WSEAS Transaction on Engineering

Education 3, pp. 971-976 (2006).

[18] Khairurrijal, Mikrajuddin Abdullah, Asep Suhendi, Muhammad M. Munir, and Arif

Surachman, “A Simple Microcontroller-based Current Electrometer Made from

LOG112 and C8051F006 for Measuring Current in Metal-Oxide-Semiconductor

Devices”, Measurement Science and Technology 18, pp. 3019-3024 (2007).

[19] Mikrajuddin Abdullah, Khairurrijal, Abdul Waris, Widayani Sutrisno, Iis

Nurhasanah, and Aunuddin S. Vioktalamo, “An Ultraviolet Phosphor from

Submicrometer-sized Particles of Gadolonium-doped Yttrium Oxide Prepared by

Heating of Precursors in a Polymer Solution”, Powder Technology 183, pp. 297-303

(2008).

[20] Astuti, Mikrajuddin Abdullah, and Khairurrijal, “Syntesis of Luminescent Ink from

Europium-doped Y2O3 Dispersed in Polyvinyl Alcohol Solution”, Advances in

Page 41: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

41

Optoelectronics, Vol. 2009 (2009), article ID 9183951.

[21] Mikrajuddin Abdullah, Khairurrijal, Fatimah A. Noor, Ahmad Rifqy Marully, and

Muhammad Sanny, “Design of Steam Reforming Reactor for Converting Methanol

into Hydrogen Using an Ultrasonic Nebulizer as Liquid Feeder and Polymer Liquid

Processed CuO/ZnO/Al2O3 Particles as Catalyst”, Asian Journal of Energy and

Environment (in press, 2009).

[22] S. I. Shah, W. Li, C. P. Huang, O. Jung, and C. Ni, “Study of Nd3+

, Pd2+

, Pt4+

, and

Fe3+

Dopant Effect of Photoreactivity of TiO2 Nanoparticles”, Proceedings of

National Academic of Science 99, pp. 6482-6486 (2002).

[23] D. Beydoun, R. Amal, G. K.-C. Low, and S. McEvoy, “Titania-coated Magnetite .

Activity and Photodissolution”, Journal of Physical Chemistry B 104, pp.

4387-4396 (2000).

[24] Indah Nurmawarti, Mikrajuddin Abdullah, dan Khairurrijal, “Distribusi Celah Pita

Energi 'Titania Kotor'”, Jurnal Nanosains & Nanoteknologi, Edisi Khusus Agustus

2009, pp. 38-42 (2009).

[25] Mikrajuddin Abdullah, Khairurrijal, Hernawan Mahfudz, dan Nur Dananjaya,

Patent Pending, No. Reg. P00200900146, 13 Maret 2009.

[26] Haruno Subianto, Mikrajuddin Abdullah, Khairurrijal, dan Hernawan Mahfudz,

“Pelapisan Nanomaterial TiO2 Fasa Anatase pada Nilon Menggunakan Bahan

Perekat Aica Aibon dan Aplikasinya Sebagai Fotokatalis”, Jurnal Nanosains &

Nanoteknologi, Edisi Khusus Agustus 2009, pp. 50-52 (2009).

[27] Mikrajuddin Abdullah, Khairurrijal, dan Hernawan Mahfudz, “Pendekatan Baru

Penjernihan Air Limbah: Berbasis Nanomaterial dan Zero Energy”, Berita

Penelitian ITB, Juli (2009).

Page 42: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

42

[28] Osi Arutanti, Mikrajuddin Abdullah, Khairurrijal, dan Hernawan Mahfudz,

“Penjernihan Air dari Pencemar Organik dengan Proses Fotokatalis pada Permikaan

Titanium Dioksida (TiO2)”, Jurnal Nanosains & Nanoteknologi, Edisi Khusus

Agustus 2009, pp. 53-55 (2009).

[29] Anggie D. Sonya, Bebeh W. Nuryadin, Ahmad R. Marully, Khairuddin,

Mikrajuddin Abdullah, dan Khairurrijal, “Sintesis Keramik Berbasis Komposit

Clay-Karbon dan Karakterisasi Kekuatan Mekaniknya”, Jurnal Nanosains &

Nanoteknologi 2, pp. 83-89 (2009).

12. Biografi Singkat

Nama: Mikrajuddin Abdullah

Tempat/Tanggal Lahir: Dompu, 18 Oktober 1968

Alamat: Jl. Terusan Sukup Baru I No. 2A, Ujung Berung, Bandung

Pendidikan: SDN 6 Dompu (lulus 1981), SMPN 1 Dompu (lulus

1984), SMAN 1 Mataram (lulus 1987), S1 Fisika ITB (lulus 1992),

S2 Fisika ITB (lulus 1996), Doctor of Engineering, Hiroshima

University, Japan (lulus 2002)

Jabatan:

Dosen di FMIPA-ITB (Kelompok Keahlian Fisika Material Elektronik)

Kepala Laboratorium Sintesis dan Fungsionalisasi Nanomaterial

Ketua Editor Jurnal Nanosains & Nanoteknologi

(http://ijp.fi.itb.ac.id/index.php/nano)

Editor Indonesia Journal of Physics (http://ijp.fi.itb.ac.id/index.php/ijp)

Karya-karya:

Penelitian (lebih dari 20 proyek penelitian)

Buku-buku:

Buku tingkat SD/MI (11 buku)

Buku tingkat SMP/MTs (9 buku)

Buku tingkat SMA/MA (7 buku)

Buku tingkat PT (2 buku)

Page 43: Orasi Penerimaan Mahasiswa Baru 2009 -12 Agustus.pdf

43

Buku umum (2 buku)

Diktat-diktat (11 diktat)

Makalah-makalah:

Dalam jurnal internasional (38 makalah)

Dalam ensiklopedia internasional (2 makalah)

Bab buku yang terbit secara internasional (1 bab)

Dalam jurnal nasional dan seminar nasional/internasional

(lebih dari 150 makalah)

Jumlah sitasi makalah berdasarkan data Scopus sampai

30 Juli 2009 (492 kali).