agrimag agustus.pdf

25

Upload: doankhue

Post on 16-Dec-2016

248 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Agrimag Agustus.pdf
Page 2: Agrimag Agustus.pdf

SuSunan RedakSi

Pembina: Rektor IPB

PemimPin umum: Yatri Indah Kusumastuti

PemimPin RedakSi: Siti Nuryati

RedakTuR PelakSana: Nunung Munawaroh

ediToR: M. Isnaini

SekReTaRiS RedakSi: R. Suksesi Hidayati

STaf RedakSi: Rio FatahilahSiti ZulaedahDedeh HartatiAwaludin

foTogRafeR: Cecep Abdul WahabBambang Andriyanto

laYouTeR: Amax

SiRkulaSi: EndihAgus BudiUntung

keuangan dan umum: IstiawatiDevi RahmawatiErni

alamaT RedakSi: HUMAS IPB Gd. Andi Hakim Nasoetion, Rektorat Lt. 1 Kampus IPB Dramaga

Telepon/fax : (0251) 8425635 e-mail : [email protected]

ipb.ac.id

Pojok Riset22 Buras IPB: Pangan Darurat Bencana yang

Tahan Hingga Lima Tahun

24 Mengintip Peran Surfaktan bagi Ragam Industri

26 Vaksin Ikan Air Tawar dari Telur Ayam

28 Inovasi Kertas dari Sabut Kelapa

30 Perbankan Masih Ragukan Usaha Perikanan Tangkap

32 Peluang bisnis Ingin Sukses? Mari Budidayakan Buah

Naga

34 Pengabdian Masyarakat Program Diploma IPB Berdayakan Petani Desa Cibunian

36 dinamika mahasiswa UKM Taekwondo IPB Tangkas

Menangkap Prestasi

38 kuliner Sehat Tongseng Iga Sapi ala Cafe Tektona IPB

40 Wisata kampus Wisata Ternak, Ya... di Fapet IPB

Tempatnya

42 budaya Mahasiswa Minang Kompak di

Perantauan

44 dinamika kampus Tahun Disiplin 2015, Antarkan

Mahasiswa Sukses Berkarir

Daftar IsiTAHUN 5 EDISI NO 15/2014 | Terbit Setiap Tiga Bulan

3Edisi 16/2015

Editorial

ISSN 977-235-616400-2

3 Editorial

4 fokus IPB Goes to School 2015

jangkau 88 Titik di Indonesia

6 Sosok dekan Dr Yusman Syaukat Sinergiskan

Potensi FEM

The best 10 Dr. drh Fitriya Nur Annisa

Dewi: Dosen dan Peneliti Muda Peraih Ragam Prestasi

12 Prinsip Dua Baju, Antarkan Eny Raih Gelar Doktor di Usia Muda

14 Jawara Matematika Asal Sampit Lulus IPB dengan IPK Sempurna 4,00

16 Wirausaha muda mahasiswa

Resep Keluarga Mengantarkan Qanita Menjadi Pebisnis Kuliner

18 Sosok alumni Buat Kerajinan Tangan, Alumni

IPB Olah Limbah Bulu Domba dan Akar Wangi

20 green lifestyle Komunitas Kampoeng Bogor

Ajak Masyarakat Wujudkan Kota Bogor yang Lebih Baik

Institut Pertanian Bogor adalah perguruan tinggi pertanian terbaik di

Indonesia. Kiprahnya selama 51 tahun telah membuktikan IPB sebagai pencetak sumberdaya manusia handal di bidang pertanian, kelautan dan biosains tropika. Program-prgram pendidikan telah disusun untuk menghasilkan alumni yang mampu berkontribusi secara nyata dalam pembangunan pertanian dalam arti luas.

Keseluruhan program studi yang disediakan merupakan gambaran dari rangkaian proses hulu ke hilir yang dibutuhkan dalam membangun sektor pertanian bangsa kita. Ditandai dengan predikat Akreditasi A menurut BAN-PT dan 15 program studi telah terakreditasi Internasional, tampak kesungguhan IPB untuk secara berkesinambungan terus meningkatkan kualitas layanan pendidikan.

Sejalan dengan perkembangan ilmu-ilmu pertanian, kelautan dan biosains tropika, IPB pun mengembangkan program studinya. Sebanyak 37 program studi Stratra 1 telah disiapkan untuk membangun kompetensi generasi muda. Selain 9 Fakultas yang telah mapan, saat ini IPB membuka Sekolah Bisnis. Sekolah Bisnis IPB (SB-IPB) yang dielevasi dari Program Manajemen Bisnis, secara lengkap menawarkan Program S1 Bisnis, S2 Bisnis dan S3 Bisnis.

Semoga segala daya upaya yang telah dilakukan oleh IPB akan menjadi kontribusi yang penting dalam pembangunan pertanian Indonesia.

Jayalah IPB Kita… Majulah pertanian Indonesia!

Yatri Indah Kusumastuti Pemimpin Umum Agrimag

Page 3: Agrimag Agustus.pdf

54 Edisi 16/2015 Edisi 16/2015

foku

sFokus

IPB Goes to School 2015

janGkau

88 TiTik dI IndoneSIa

Institut Pertanian Bogor (IPB) kembali menyelenggarakan kegiatan IPB Goes to School (IGTS) pada 2015 atau yang juga

dikenal dengan Canvassing IPB. Ini merupakan salah satu kegiatan sosialisasi IPB yang digelar oleh Kantor Hukum, Promosi, dan Humas (KHPH) IPB yang menggabungkan unsur edukasi dan promosi. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran yang jelas tentang pertanian dalam arti luas dan IPB pada khususnya kepada siswa-siswi SMA/MA Indonesia.

Kepala KHPH, Ir. Yatri Indah Kusumastuti, M.Si menyatakan, “IGTS 2015 menjadi momen penting untuk melakukan sosialisasi tentang IPB dan pertanian dalam arti luas. Di kalangan siswa, pertanian seringkali dipandang sebelah mata. Kegiatan ini juga sekaligus untuk membuka wawasan mereka betapa bangsa dengan kekayaan sumberdaya alam melimpah ini perlu sentuhan tangan-tangan cerdas anak bangsa. IPB siap mencetak sumberdaya manusia handal yang siap mengelola berbagai kekayaan alam tersebut”.

Kegiatan ini terlaksana dengan apik karena dukungan anak-anak muda kreatif, yaitu mahasiswa IPB yang tergabung dalam berbagai Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA). Lebih dari 80 OMDA berpartisipasi melakukan sosialisasi IPB di daerahnya masing-masing. Bentuk sosialisasi yang dilakukan di masing-masing daerah cukup beragam, diantaranya berupa Presentasi, Try Out, Expo, dan Roadshow OMDA ke sekolah-sekolah di daerahnya.

Terhitung sebanyak 88 titik lokasi di Indonesia berhasil dijangkau. Sebanyak 18.376 siswa dari 1.221 sekolah telah berpartisipasi dalam kegiatan IGTS 2015. Para siswa yang diundang dan dikunjungi oleh kakak kelasnya yang tergabung dalam OMDA, mayoritas sangat antusias mengikuti kegiatan IGTS dan merasakan manfaat dari kegiatan ini. Susan Sugianti, salah satu siswi dari Bengkulu yang

berpartisipasi dalam kegiatan ini menyatakan, “Setelah mengikuti kegiatan sosialisasi, saya semakin yakin masuk ke IPB. Semoga bisa menembus seleksi masuk IPB”.

Sedangkan Yaumil Dian Widhi, siswi asal Cirebon Jawa Barat menyatakan dalam akun jejaring sosialnya, “Acara IGTS yang kemarin sangat bermanfaat bagi saya, sehingga dapat memotivasi saya untuk bersemangat masuk ke IPB”. Selain melalui IGTS, IPB juga melakukan berbagai program sosialisasi jalur masuk IPB, diantaranya Sosialisasi Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), IPB Expo, Open House IPB, Edufair, dan menerima kunjungan dari berbagai sekolah di Indonesia ke IPB. (RF)

Page 4: Agrimag Agustus.pdf

76 Edisi 16/2015 Edisi 16/2015

soso

k de

kan

Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB merupakan fakultas ekonomi yang unik di Indonesia. Ditengah

maraknya perubahan nama fakultas, dari Fakultas Ekonomi menjadi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, FEM tetaplah FEM dan tetap satu-satunya di Indonesia.

“Disamping itu, FEM ibarat “makhluk amfibi”, ia berada di tengah komunitas mainstream economics, juga berada di tengah komunitas applied (agricultural) economics. Kami, baik FEM maupun individunya, sangat aktif dan disegani baik di PERHEPI (Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia), maupun di ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia) atau AFEBI (Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia). Demikian pula di level regional, antara FAEA (Federation of ASEAN Economics Association), MIICEMA (Malaysia-Indonesia International Conference on Economics, Management and Accounting), dan ISSAAS (International Society for Southeast Asian Agricultural Sciences); serta di level internasional. Inilah tugas berat sekaligus kelebihan yang diemban FEM yang berada di bawah institusi IPB. Namun, kami menikmati posisi ini, agar bisa bermanfaat bagi komunitas yang lebih luas”, ujar Dekan FEM IPB, Dr Yusman Syaukat.

Dengan empat departemen yang memiliki lima program studi sarjana dan 11 program studi pascasarjana, jumlah mahasiswa FEM mencapai 3.100 orang dan merupakan yang terbanyak kedua setelah FMIPA. Namun, jumlah dosen FEM merupakan yang tersedikit di IPB.

Dengan kondisi demikian, maka optimisasi segala sumberdaya merupakan hal utama yang harus dilaksanakan di FEM. Peran pemimpin yang kuat sangat diperlukan untuk mensinergikan semua potensi yang ada. Inilah yang sedang diupayakan oleh Dr Yusman agar institusi dan personal FEM mampu menorehkan prestasi baik di IPB, di tingkat nasional, regional, maupun internasional.

FEM IPB memiliki sejarah yang panjang, lebih panjang dari umurnya sendiri. Berdiri pada tahun 2001, FEM IPB merupakan fakultas dengan dosen dari multidisiplin ilmu, karena FEM merupakan hasil restrukturisasi jurusan-jurusan SOSEK di IPB. Dengan demikian, pengembangan soliditas dan esprit de corps menjadi penting untuk terus dikembangkan agar menjadi lebih baik.

sosokdekan

dr Yusman Syaukat

Sinergiskan Potensi FEM

Page 5: Agrimag Agustus.pdf

98 Edisi 16/2015 Edisi 16/2015

Menurut pria kelahiran Cirebon ini, pengembangan FEM dilakukan sekaligus ke dua arah, internal dan eksternal, inward and outward looking, pembenahan ke dalam dan perbaikan ke luar. Pembenahan ke dalam dilaksanakan agar FEM dapat berperan maksimal dalam pengembangan tri dharma perguruan tinggi di dalam IPB: pendidikan, riset, dan pengabdian kepada masyarakat. Pengembangan dan perbaikan ke luar juga terus dilaksanakan agar reputasi lembaga dan personal FEM IPB lebih dikenal orang di luar IPB, baik di bidang mainstream and applied (agricultural) economics, business and management.

Pengembangan tri dharma tersebut dilakukan sekaligus mencari peluang kerjasama dengan pihak luar, sehingga bisa menghidupkan kegiatan di FEM. Dalam hal kerjasama dengan pihak luar, ada yang bersifat monodisiplin (hanya melibatkan satu departemen tertentu saja), juga multidisiplin (melibatkan beberapa atau semua departemen di FEM). Oleh karenanya, koordinasi horisontal dan vertikal antar departemen dan fakultas terus dijaga, supaya terjadi in harmonia progression. “Pengambilan keputusan yang penting, seperti

bagaimana peran dan posisi FEM dalam pengembangan Sekolah Bisnis IPB, senantiasa dilakukan secara bersama dengan ketua-ketua departemen”, ujar lulusan doktor lulusan University of Guelph, Canada tahun 2000 ini. Jika keputusan harus diambil pimpinan, maka keputusan tersebut harus segera disosialisasikan kepada stakeholders terkait. Saat ini, media sosial sudah digunakan baik untuk tujuan silaturahim maupun diseminasi informasi baik di masing-masing departemen maupun di level fakultas, sehingga informasi dapat sampai kepada staf dosen secara cepat, akurat dan efisien.

Dengan adanya kebijakan terbaru IPB dimana seorang dekan dibantu dua orang wakil dekan, komunikasi antara departemen dan fakultas menjadi relatif lebih cair. Contohnya pembagian kerja lebih mudah dan semakin baik. Masing-masing wakil dekan FEM mengkoordinasikan empat bagian, dimana pada masing-masing bagian (misalnya bagian kemahasiswaan) memiliki empat orang dosen wakil departemen, dan satu dari empat orang tersebut diangkat menjadi koordinator – yang akan berkoordinasi dengan Wakil Dekan dan Dekan. “Hasil dari restrukturisasi ini, program

pendidikan atau kerjasama di FEM menjadi lebih baik, disertai dengan proses evaluasi yang lebih mudah,” ujarnya.

Dari segi prestasi, Dr. Yusman mengatakan hasil analisis dari Direktorat Administrasi Pendidikan IPB - yang ditampilkan pada buku wisuda - atau sumber lainnya, lulusan FEM unggul dari segi waktu penyelesaian studi dan indeks prestasi kumulatif (IPK). Saat ini, rata-rata kelulusan mahasiswa FEM sudah kurang dari 48 bulan, sehingga menjadi yang tercepat di IPB; dan dengan rata-rata IPK tertinggi. “Ketika wisuda bulan September dan November, akan tampak bahwa mahasiswa FEM mendominasi lulusan program sarjana. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka lulus kurang dari atau tepat 48 bulan,” ujarnya.

Di bidang internasionalisasi pendidikan, sudah ada dua program studi yang melaksanakan dual (joint) degree dengan universitas asing, yakni PS Ilmu Ekonomi (Program Magister) dengan University of Adelaide, Australia dan PS Agribisnis (Program Magister) dengan Gottingen University, Jerman. Saat ini, kedua kerjasama tersebut sudah memasuki angkatan kedua. “Dari 26 mahasiswa PS Ilmu Ekonomi, hanya 8 mahasiswa yang terpilih (mengikuti) joint degree ke Adelaide, karena mereka harus menunjukkan kemampuan bahasa Inggris dan akademik, sementara sisanya menyelesaikan program pendidikan di IPB”, tuturnya. Saat ini FEM tengah membina kerjasama dengan New Zealand untuk mengembangkan program join degree di bidang ekonomi pertanian.

Untuk akreditasi internasional, sudah ada dua program studi sarjana yang telah divisitasi oleh ASEAN University Network-Quality Assurance (AUN-QA) dan masih menunggu hasilnya, yakni PS Ilmu Ekonomi dan PS Agribisnis. Untuk tingkat fakultas, saat ini FEM telah menjadi member dan tengah mengurus eligibility dari The Association to Advance Collegiate Schools of Business (AACSB) dari Amerika Serikat. Di Indonesia, baru ada satu fakultas yang terakreditasi AACSB yakni Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Gadjah Mada (FEB

UGM). “Untuk mencapai akreditasi AACSB, FEB UGM memerlukan waktu sekitar delapan tahun, sementara FEM UGM sekitar enam tahun. Diperlukan sumberdaya yang besar untuk mencapai akreditasi ini,” ujarnya. Bekerjasama dengan Program MB, FEM juga tengah memproses akreditasi ABEST-21 yang bermarkas di Jepang.

“Semua program studi sarjana yang ada di FEM sudah terakreditasi A Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT). Tinggal Program Studi Ekonomi Syariah yang masih B, karena belum memiliki alumni ketika divisitasi oleh asesor BAN PT,” ujarnya. Untuk PS pascasarjana, sebagian besar telah mendapat akreditasi A dari BAN PT.

“Kerjasama penelitian di lingkungan FEM, alhamdulillah sudah cukup intensif, walaupun kami juga sangat sibuk di bidang pendidikan. Penyerapan dana penelitian dari Dikti maupun sumber lain juga cukup besar, terutama dari Kementerian Pertanian, Perdagangan, Keuangan; Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia, BPS, serta beberapa pihak swasta/asosiasi dan lembaga internasional. Publikasi hasil-hasil penelitian juga sudah menggembirakan, baik di jurnal nasional terakreditasi maupun jurnal internasional bereputasi.

Terakhir, terkait dengan dharma ketiga, pengabdian kepada masyarakat, FEM telah mewajibkan seluruh departemen untuk mengikuti Kuliah Kerja Profesi (KKP). Pada tahun 2015 ini, insya Allah akan berpartisipasi sekitar 520 mahasiswa FEM angkatan 49. Dengan KKP, diharapkan mahasiswa bisa lebih mengenali masyarakatnya dan belajar memecahkan permasalahan masyarakat, baik yang bersifat umum maupun yang sesuai dengan bidang profesi FEM. (zul)

“Pengambilan keputusan yang penting, seperti bagaimana peran dan posisi FEM dalam pengembangan Sekolah Bisnis IPB, senantiasa dilakukan secara bersama dengan ketua-ketua departemen”

Page 6: Agrimag Agustus.pdf

Edisi 16/2015 1110 Edisi 16/2015

the

best

dos

en

Hal tersebut, ungkapnya, akan membuka cakrawala berpikir lebih baik, terutama yang lebih saling memberikan manfaat, khususnya bagi pengembangan kualitas dan kompetensi dosen. Dengan kualitas dosen yang meningkat, diharapkan mampu mendorong peningkatan kualitas mahasiswa dan mampu bersaing di kancah nasional dan internasional.

Lulusan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB tahun 2006 ini sekarang menjabat sebagai Kepala Program Biomedis PSSP-LPPM IPB. Jabatan lainnya yang kini ia emban adalah sebagai Deputi Manajer Riset PT. Bimana Indomedical Bogor Indonesia, dan dosen pada Program Studi Primatologi Sekolah Pascasarjana IPB.

Dosen dan peneliti muda ini mempunyai prestasi tinggi di bidang Life Sciences dan Ilmu Kedokteran Komparatif yang meliputi kanker payudara, perkembangan payudara, epigenetik, teknik molekuler, hewan model, kesehatan wanita, developmental origin of health and disease (DOHaD). Untuk ini ia menerima penghargaan berupa National Fellowship dari L’Oreal-UNESCO For Women in Science 2014, dengan judul inovasi “The Potential

Dr. drh Fitriya Nur Annisa Dewi:

Dosen dan Peneliti Muda

Peraih Ragam Prestasi

Cancer-Preventive Effect of Kaaempferol from Katuk Leaves (Sauropus androgynus) on the Mammary Gland Epithelial Cells”.

Pada penelitian ini, ia mempelajari pengaruh ekstrak flavonol daun katuk pada kultur sel epitel kelenjar susu yang dikembangkan dari payudara satwa primata. Studinya terdahulu menunjukkan bahwa payudara monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) memiliki bentuk, pola perkembangan, serta profil hormon dan genetik yang mirip dengan payudara manusia, sehingga dapat menjadi model yang ideal untuk mempelajari berbagai aspek kesehatan payudara wanita.

Doctor of Philosophy (Ph.D) dari Wake Forest University, Winston-Salem, North Carolina, Amerika Serikat ini berkomitmen untuk mempertahankan prestasi yang telah diraihnya, baik sebagai peneliti maupun dosen. Kepada para mahasiswa, ia mengimbau harus berani mengambil tindakan yang positif, raih prestasi yang tinggi di bidang akademik maupun non akademik, dan harus berani menciptakan peluang dan dapat berkompetisi di bidang keilmuan. (awl)

the bestdosen

beRikuT PenghaRgaan Yang diRaihnYa:

no Prestasi Tahun

1 National Fellowship L’Oreal-UNESCO for Women in Science, (kategori: Life Science) 2014

2 Poster terbaik, 7th Annual Women’s Health Research Day in Wake Forest, School of Medicine, Winston-Salem, North Carolina, USA 2012

3Transfer dari program Master’s in Comparative Medicine Program ke Program Doktorat (Ph.D. in Molecular Pathology), Wake Forest University, Graduate School of Arts and Sciences, Winston-Salem, North Carolina,USA

2009

4 Lulusan terbaik Sarjana (S1), Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor 2006

5Beasiswa dari Association of International Education Japan (AIEJ) untuk program pertukaran mahasiswa ke University of Miyazaki di Miyazaki, Japan (Research Fellowship)

2004

6 Mahasiswa Berprestasi tingkat IPB (peringkat 5), Institut Pertanian Bogor 2003

7 Mahasiswa Berprestasi tingkat Fakultas (peringkat 1), Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor 2003

Salah satu modal seorang peneliti adalah minat dan kemauan. Minat atau passion mengarahkan seseorang

untuk mau terus mendalami ilmu yang sedang digeluti. Apalagi untuk peneliti, butuh waktu bertahun-tahun untuk melakukan penelitian dan terus belajar. Sebab, tidak ada penelitian yang dikatakan berhenti atau selesai. Penelitian tidak dibatasi dengan waktu.

Demikian dikatakan Dr.drh Fitriya Nur Annisa Dewi, peneliti muda pada Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor (LPPM IPB). Perempuan yang lahir di Jakarta, tanggal 25 juni 1982 ini mengatakan, kunci keberhasilan dari penelitian adalah membangun kerjasama dan berkolaborasi dengan dosen lain atau penelitian lain.

Page 7: Agrimag Agustus.pdf

Edisi 16/2015 1312 Edisi 16/2015

the

best

mah

asis

wa

the bestmahasiswa

Swiss tempat suami studi S3, yaitu sekitar 6 jam dengan naik Inter City Express (ICE). SPP gratis, biaya hidup lebih murah dibandingkan dengan Jerman Selatan. Akses kota mudah untuk saya, seorang ibu yang sekolah dengan membawa anak. Selain itu terdapat TK atau full day kindergarten untuk anak saya sekolah dari jam 8:30 sampai dengan 17:00,” terangnya.

Selama kurang lebih dua tahun mereka berjuang di kota kecil ini. Di sini Eny belajar mengelola waktu sebaik mungkin agar bisa berperan sebagai ibu yang baik juga profesional sebagai mahasiswa.

“Hingga akhirnya saya menemukan rumus “dua baju”. Satu baju “rumah” sebagai peran ibu dan satu baju “luar rumah” sebagai peran mahasiswa. Ketika saya di rumah saya akan 100 persen hadir untuk anak saya hingga laptop pun saya matikan. Setelah antar anak, maka saya langsung fokus ke tugas saya sebagai mahasiswa. Di kelas pun saya akan 100 persen full attention mencari ilmu. Di kelas saya harus dapat ilmunya. Jadi tidak ada lagi cerita belajar atau mengulang pelajaran di rumah, apalagi sampai memperbaiki catatan di rumah, sudah tidak sempat lagi. Setelah jemput anak di TK maka akan saya pakai lagi baju ‘rumah’ tadi dan fully hadir untuk anak saya,” ujarnya.

Konsep tersebut berhasil mengantarkan Eny menjalani studi master dalam waktu 1 tahun 8 bulan dan menjadi lulusan tercepat dengan nilai IPK tertinggi (3.9). Karena nilai thesisnya juga tertinggi, maka Eny pun dinobatkan sebagai lulusan terbaik ketika S2.

“Sebagai lulusan terbaik, saya diminta pidato ke depan. Suatu memori yang sangat luar biasa bagi kami. Profesor saya pernah menanyakan mengenai kondisi kami ketika beradaptasi di Jerman serta kesibukan dan rutinitas saya sebagai student yang bawa anak di saat partner (suami) tidak bisa membantu secara teknis karena sedang S3 di ETH, Swiss. Apalagi saya seorang muslimah yang menurut kaca mata beliau, Islam mengekang wanita sehingga sulit untuk sekolah apalagi hingga sekolah S2 dan

S3 di luar negeri. Bahkan kami masuk koran sebagai contoh lulusan terbaik dan ibu teladan. Sekaligus memotivasi wanita Jerman agar tidak takut punya anak. Image-nya bahwa anak akan menghalangi wanita untuk beraktivitas. Namun ternyata kami mampu membuktikan bahwa anak tidak menghalangi wanita untuk berprestasi,” tambahnya.

Berkat prestasinya ini, Eny dipercaya oleh Profesor-nya untuk langsung S3 tanpa ada syarat lebih lanjut, dalam arti tanpa ikut kuliah dan bisa langsung penelitian. Dengan judul Disertasi “Double Burden Malnutrition of Pre-school Children and Its Association with Brain Development and Milk Consumption”, Eny berhasil mendapatkan nilai sempurna yakni 4.00.

“Teori dan rutinitas ‘dua baju’ yang saya terangkan di atas juga yang mengantarkan saya lulus S3 dalam waktu 3 tahun kurang 2 bulan. Tapi perjuangan saya selama S2 ternyata masih belum seberapa dibandingkan dengan perjuangan saya ketika S3, disertai 3 orang anak, dan lulus S3 tepat waktu,” ujarnya.

Ditanya tentang makna keluarga, dosen Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB ini menandaskan, “Keluarga adalah jiwa saya. Karenanya saya menempatkanya dalam prioritas pertama saya”. (zul)

PrinsiP Dua Baju, Antarkan eny Raih Gelar Doktor di Usia Muda

Pilihan untuk kuliah di luar negeri memiliki berbagai konsekuensi. Mulai dari biaya hingga perbedaan budaya.

Hal ini menuntut kita untuk pandai menyiasati kondisi yang ada. Hal yang sama dialami Dr. Eny Palupi, STP, MSc, staf pengajar di Fakultas Ekologi Manusia (Fema) Institut Pertanian Bogor (IPB). Di usia yang terbilang muda (30 tahun), Eny berhasil meraih gelar Doktor di Kassel University, Jerman.

Rencana awal adalah studi S2 di Swiss sekaligus mendampingi suami yang sedang S3 di ETH Zurich, Switzerland. Saat itu, anak mereka Muhammad Asyam Jayanegara berusia 2,5 tahun. Kendala pertama yang muncul adalah

biaya sekolah Tingkat Kanak-kanak yang sangat tinggi dan biaya SPP S2 yang juga cukup tinggi di Swiss. Kendala ini membuat mereka mencari alternatif tempat belajar yang ramah dengan anak, hingga pencarian tersebut mempertemukan mereka dengan program International Food Business and Consumer (IFBC). IFBC adalah program master internasional. Program ini merupakan joint program antara Kassel University dengan Fulda University of Applied Sciences, Germany. Dengan host utama Faculty of Organic Agricultural Sciences, Kassel University yang bertempat di Witzenhausen.

“Program IFBC ini akhirnya kami pilih karena posisinya yang tidak terlalu jauh dengan Zurich,

Page 8: Agrimag Agustus.pdf

Edisi 16/2015 1514 Edisi 16/2015

the

best

mah

asis

wa

Bagaimana rasanya lulus kuliah dengan nilai mutu akademik “A” semua? ya, adalah Parara Wendy Indarjo,

salah satu mahasiswa bidikmisi IPB berprestasi yang berkesempatan merasakannya. Parara merupakan mahasiswa asal Sampit yang mengambil studi pada jurusan Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Dengan segala keterbatasan yang ada, ia berangkat ke Bogor dengan mengandalkan beasiswa bidikmisi. “Ayah saya bekerja sebagai petugas yang membersihkan semak belukar, menyadap getah karet di Inhutani, “ tandasnya. Penghasilan orang tua sebagai pekerja rendahan tak menghalangi anak kedua dari 3 bersaudara ini lulus 4 bulan lebih awal dan meraih gelar cum laude dengan IPK sempurna 4,00. Sebanyak 53 mata kuliah yang diikutinya semuanya memberikan hasil yang memuaskan, semua nilainya A.

Selama kuliah di IPB, berbagai prestasi berhasil diraih oleh putera Sampit ini, sebut saja penghargaan sebagai ketua Klub Asrama TPB IPB Terbaik, mahasiswa Berprestasi Asrama TPB IPB, Juara 1 Gumatika Calculus Cup, Juara 2 Lomba Debat “Nasionalisme” Fateta se-IPB tahun 2012, Juara II Kompetisi Statistika Dasar Statistika Ria tahun 2013, serta pada tahun 2014 Parara berhasil meraih prestasi sebagai Mahasiswa Berprestasi Departemen Matematika IPB, Juara 2 Danone Young Socio Entrepreneur dan Juara 2 Kompetisi Essay Nasional Statistika Ria.

Dengan berbagai pencapaian prestasi tersebut, bukan berarti ia raih tanpa rintangan dan kegagalan. Keterbatasan ekonomi mengharuskannya untuk lebih pintar mencari penghasilan tambahan. Dengan menjadi pengajar privat mata pelajaran matematika bagi mahasiswa di Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB, Parara mendapatkan tambahan pemasukan. Dengan menjadi pengajar privat, Parara bisa mendapatkan 2,5 juta rupiah setiap semester. “Menikmati hasil jerih payah sendiri rasanya lebih nikmat bagi saya, ” jelas Parara.

Berbagai kegagalan pun tak segan menghampirinya. “Memenangi Lomba Essay Nasional Statistika Ria 2014 menjadi momen “pecah telur” bagi saya dalam mengikuti lomba essay. Sejak tahun pertama saya kuliah pada tahun 2011, sudah berulang kali mencoba ikut kompetisi essay, namun terus saja gagal. Namun akhirnya bisa memenanginya!”, ujar Parara bangga.

“Terlebih, lomba tersebut sejatinya adalah lomba dalam ranah keilmuan statistika yang

bukan nature saya. Alhamdulillah, dari momen tersebut, saya rasakan betul kebenaran pepatah “gagal adalah kesuksesan yang tertunda”, tambah Parara. Selama kuliah Parara juga merupakan mahasiswa yang aktif. Mulai menjadi ketua klub asrama, bergabung dengan himpunan mahasiswa jurusan, hingga menjadi aktivis lembaga dakwah kampus pernah dilalui juara olimpiade matematika SMP dan SMA ini. Adik kelas di IPB Tingkat Persiapan Bersama yang mendapat matakuliah pengantar matematika atau kalkulus pasti pernah mendapatkan bimbingan koordinator tutor sebaya klub asrama ini.

Berbekal doa dari kedua orangtuanya, Parara kini berharap dapat melanjutkan pendidikannya ke luar negeri. Ditanya soal tips dan trik, Parara tak sungkan membagikan motivasinya, “Sebenarnya sederhana saja, temukan alasan, temukan motivasi. Dengan menemukan alasan, saya percaya kita sudah nyaris sampai pada prestasi, hanya masalah waktu saja. Sebab, dengan memiliki alasan, kita secara reflek akan melakukan usaha-usaha, pengorbanan-pengorbanan untuk mewujudkan apa yang telah kita tekadkan”, jelas Parara yang bermimpi menjadi birokrat dari kalangan profesional ini.()

jawara MatEMatika Asal Sampit Lulus IPB dengan IPk Sempurna 4,00

“... temukan alasan, temukan motivasi. Dengan menemukan alasan, saya percaya kita sudah nyaris

sampai pada prestasi, hanya masalah waktu saja.

Sebab, dengan memiliki alasan, kita secara reflek akan melakukan usaha-

usaha, pengorbanan-pengorbanan untuk

mewujudkan apa yang telah kita tekadkan”

the bestmahasiswa

Page 9: Agrimag Agustus.pdf

Edisi 16/2015 Edisi 16/2015

bakso berukuran kecil yang merupakan buatan sendiri, dan paru crispy, sehingga memberikan cita rasa yang sangat khas dan berbeda.

Modal awal usaha Mie Jantan sekitar sepuluh juta rupiah. Karena tempatnya hanya disewakan setengah hari, maka mie ini baru bisa ditemui pada siang menjelang sore sampai malam hari saja. Selain karena mie memang lebih cocok dimakan saat sore dan malam hari.

Dari hasil evaluasi yang dilakukan terhadap usahanya, diketahui bahwa rata rata konsumen puas dengan rasa yang ia sajikan. Selain rasa, tempat yang cukup nyaman dan bersih pun membuat para konsumen betah. Hal ini dibuktikan pula dengan tingginya frekuensi konsumen yang kembali berkunjung untuk menikmati sensasi rasa mie perpaduan dua pulau ini.

Qanita berharap Mie Jantan menjadi salah satu makanan yang melegenda. Untuk itu, ia selalu membuat target usaha ke depan agar semakin banyak orang mengenal Mie Jantan ini dengan cara promosi dan marketing yang gencar, baik di media sosial maupun promosi secara langsung dengan menyajikan rasa yang khas dan pelayanan yang memuaskan. (dh)

1716

wir

ausa

ha m

uda

mah

asis

wa

wirausaha muda mahasiswa

Edisi 16/2015

ReSeP keluaRGa Mengantarkan Qanita Menjadi Entrepreneur kuliner

Qanita Windyanggiva (22) merupakan lulusan Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (Fema IPB) angkatan 47. Di usianya yang masih muda, ia telah merintis usaha kuliner yang cukup menjanjikan. Mie Jantan, begitu nama usaha yang ia geluti, sebuah usaha kuliner yang cukup digandrungi kaum muda. Ia merintis usaha ini sejak Juli 2014.

Mie Jantan, nama yang cukup mengundang rasa penasaran. Reporter Agrimag berhasil menguak asal usul penamaan Mie Jantan ini. Mie Jantan itu singkatan dari Mie Jawa Kalimantan. Mie ini, kata Qanita, awalnya adalah menu andalan keluarga yang selalu disajikan di berbagai acara. Akhirnya ia berpikir untuk membuka usaha kuliner resep keluarga ini. “Cara masaknya seperti mie Jawa, tapi cita rasa Kalimantan,” ujarnya.

Mie Jantan hadir di Jl. Lodaya No. 4 Bogor ini dengan mie khas Kalimantan, yaitu jenis kwetiaw. Qanita menjelaskan, kwetiaw yang ia sajikan 100 persen dari tepung beras, tidak ada campuran bahan lain. Kuahnya juga khas, karena merupakan kuah kaldu dari iga sapi asli. Campurannya juga unik, yakni berupa tahu,

Page 10: Agrimag Agustus.pdf

Edisi 16/2015 Edisi 16/2015

Alam (FMIPA) IPB, dan Larasati Widyaputri, yang merupakan alumni Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB. “Indonesia memiliki banyak potensi lokal. Sebagai pemuda, sudah seharusnya kita berinovasi mengembangkan potensi itu dalam bisnis yang dapat menjadi jembatan untuk memberdayakan masyarakat,” ujar Tatang Gunawan

Inovasi ini berawal saat Tatang Gunawan dan Larasati Widyaputri masih berkuliah di IPB dan mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa bersama beberapa orang rekannya. Ide ini dilatarbelakangi oleh kepedulian terhadap bulu domba yang terbuang begitu saja. “Populasi domba di Indonesia yang cukup tinggi, mengakibatkan limbah bulu domba banyak terbuang di tanah dan menyebabkan kerusakan tanah. Hal ini dikarenakan bulu domba m e n g a n d u n g keratin yang sulit t e r d e g r a d a s i . Permasalahan kedua, yakni produk kerajinan akar wangi yang diproduksi di Garut kurang memiliki nilai tambah/inovasi,” jelas Tatang.

“Ecodoe mengusung konsep suvenir ramah lingkungan yang mempergunakan akar wangi dan limbah bulu domba sebagai bahan utama. Selain ramah lingkungan, produk Ecodoe memiliki nilai sosial ekonomi dengan memberikan pemasukan tambahan kepada warga yang membantu proses pembuatannya”, kata Tatang. Ecodoe mengedepankan konsep pemberdayaan masyarakat. Saat ini Ecodoe memiliki lima orang karyawan dari sejumla desa di sekitar kampus IPB Dramaga.

1918

soso

k al

umni

sosokalumni

Edisi 16/2015 Edisi 16/2015

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik. Kehadirannya

pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi. Pada kenyatannya limbah dapat menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat bagi kehidupan manusia terlebih dapat menghasilkan materi sehingga limbah tidak hanya menjadi polusi tetapi juga dapat menjadi solusi jika kita berinovasi untuk memanfaatkan limbah tersebut menjadi sesuatu yang lebih berguna.

Tim Alumni Institut Pertanian Bogor (IPB), mengembangkan kerajinan tangan berbahan dasar limbah bulu domba dan akar wangi, Ecodoe. Ecodoe adalah wirausaha sosial yang memanfaatkan limbah bulu domba serta akar wangi dari Garut menjadi produk kerajinan. Ecodoe telah memberdayakan ibu rumah tangga di Desa Babakan Bogor dan pengrajin di Garut, Jawa Barat.

Ecodoe merupakan ide dari tim alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) yakni Tatang Gunawan, yang merupakan alumni Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Buat Kerajinan Tangan,

Alumni IPB Olah Limbah buLu Dombadan akar Wangi

Baru- baru ini, Ecodoe berhasil terpilih menjadi 16 besar dalam program Young Social Entrepreneurs (YSE) 2015 dari 43 tim peserta dari penjuru Asia dan Belanda. Ecodoe dan tim yang terpilih ini juga mendapatkan insentif berupa pelatihan dari McKinsey serta study visit ke India pada Juni 2015 dan Malaysia

September 2015 mendatang. Dari 16 tim terpilih, terdapat tujuh tim Indonesia

yang akan maju ke tahap final pada Oktober 2015 di Singapura.

Pemenang pada tahap final tersebut

akan diberikan p e m b i a y a a n dana sebesar 200 juta rupiah.

Segudang prestasi pun telah dihasilkan

oleh Tatang dan Larasati berkat kerajinan

ini, diantaranya menjadi Pemenang Emas Poster dan

Perak Presentasi Program Kreatifitas Mahasiswa

(PKM)-K pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Tingkat Nasional (PIMNAS) 2014, menjadi duta cinderamata pada pelatihan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Garut, dan Juara 1 Sociopreneur Expo Desember 2014 di UIN Syarifhidayatullah Jakarta. Ecodoe dapat diperoleh di gerai Ecodoe di Jalan Raya Dramaga No 37 (depan bank Jabar Dramaga) atau kunjungi www.ecodoeindonesia.com .

Page 11: Agrimag Agustus.pdf

Edisi 16/2015 Edisi 16/2015 2120 Edisi 16/2015 Edisi 16/2015

koMuniTas kaMpoEnG BoGoR Ajak Masyarakat Wujudkan Kota Bogor yang Lebih Baik

yang masih terjaga, hubungan masyarakatnya sangat erat dan masih menjunjung tinggi nilai-nilai tolong menolong, saling berbagi, dan hubungan masyarakat dengan pemerintahnya pun cukup dekat, s e h i n g g a setiap pembangunan akan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya.

Komunitas Kampoeng Bogor memiliki visi mewujudkan Bogor yang lebih indah, nyaman, dan aman dalam sebuah ikatan masyarakat yang saling berbagi dan saling melindungi. Beberapa usaha yang ditempuh untuk mewujudkan visi tersebut diantaranya melakukan penggalian fakta perubahan Bogor dari masa ke masa sebagai bahan acuan dan perbandingan pembangunan Bogor ke depan. Selain itu Kampung Bogor juga berusaha dengan membangun kesadaran kritis masyarakat bogor untuk bersama-sama menjaga, melindungi, dan mengolah semua potensi yang dimiliki demi terwujudnya Kota Bogor yang lebih baik. Salah satu caranya adalah melakukan kampanye perubahan Bogor melalui berbagai media dan event.

Untuk menyebarluaskan informasi tentang perubahan Bogor, Kampoeng Bogor membangun Pusat Informasi Bogor dengan cara melakukan penyusunan buku sejarah perkembangan Bogor, pembangunan sistem informasi berbasis web mengenai Bogor, pembuatan komik perkembangan Bogor, penyusunan album foto Bogor dari masa ke masa, penyusunan dan pengkategorian data, dan pembuatan sumber/media informasi yang lengkap tentang Bogor.

Selain itu, komunitas ini pun telah menghasilkan beberapa karya diantaranya menerbitkan sebuah buku pada 2009 yang bertajuk “Buitenzorg Kota Terindah di Jawa”, dan membuat sebuah heritage map pada 2008. Berbagai kampanye pun dilakukan untuk menekankan pentingnya pusaka kota, mulai dari mengemas data dan informasi yang

ada ke dalam media sosial isasi seperti merchandise, pameran, roadshow, seminar, dan penyelenggaraan event-event budaya, serta keterlibatan dalam event budaya besar seperti Cap Go Meh Bogor Street Fest dalam rangka melestarikan keragaman budaya Bogor. Advokasi juga dilakukan, berjaring dengan pemerintah untuk bersama-sama melakukan perencanaan perkembangan Kota Bogor.

Bagi yang tertarik, komunitas ini biasa berkumpul setiap Jumat sore di Gedung P4W, Kampus IPB Baranangsiang. Masyarakat juga dapat mengakses informasi melalui media sosial Twitter : @kampoengbogor, Facebook: Kampoeng Bogor, dan Website : kampoengbogor.org. (RF)

upaya mewujudkan Bogor yang lebih baik. Gerakan ini merupakan gerakan independen yang tentunya dapat diikuti oleh siapa pun dengan mimpi/visi yang sama. Kata Kampoeng merupakan gambaran dari hasil rumusan harapan setiap orang yang terlibat di dalam Kampoeng Bogor terhadap kondisi Bogor yang diinginkannya. Kampoeng di sini adalah sebuah wilayah dengan keindahan alamnya

Berawal dari berbagi kegelisahan dan kekhawatiran mengenai perkembangan Kota Bogor yang

semakin lama memudarkan kenyamanan bertempat tinggal, Ahmad Baehaqie (alm), seorang peneliti pada Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB), bersama dengan rekan-rekan dari Komunitas Kalam (Komunitas Peduli Kampung Halaman) Tegal Gundil dan anak muda pemerhati kota mendirikan komunitas “Kampoeng Bogor”. Komunitas yang berdiri pada 24 Februari 2007 ini memiliki 15 orang pengurus yang terdiri dari peneliti dan penggiat komunitas.

Kampoeng Bogor merupakan sebuah identitas dari kegiatan yang diinisiasi oleh P4W LPPM IPB dan Komunitas Kalam dalam

Page 12: Agrimag Agustus.pdf

Edisi 16/2015 Edisi 16/2015 2322

keta

hana

n pan

gan Menurutnya, solusi untuk mengatasi masalah

rawan pangan pada kondisi tanggap darurat sampai saat ini masih mengacu pada penyediaan beras dan mi instan sebagai cadangan pangan. Dalam kondisi korban mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih, bahan bakar dan peralatan masak, maka bantuan pangan dalam bentuk beras atau mi instan seringkali tidak dapat mengatasi kekurangan pangan secara cepat. Keadaan inilah yang mengakibatkan pemberian bantuan pangan berupa beras dan atau mi instan bagi korban bencana kurang efektif dan cenderung tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan mereka.

Salah satu cara mengatasi masalah bahaya kelaparan pasca bencana yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian pangan darurat siap santap (ready to eat) bagi korban bencana. Produk pangan darurat siap santap yang sudah banyak dikembangkan biasanya berupa biskuit padat kalori. Biskuit sangat praktis sebagai pangan darurat, tetapi bagi masyarakat Indonesia, biskuit tidak dapat menggantikan nasi sebagai pangan utama.

“Oleh karena itu, pangan darurat untuk Indonesia sebaiknya dibuat dari bahan dasar beras dengan tambahan sayur dan lauk-pauk. Kami telah melakukan penelitian membuat produk pangan darurat berupa buras steril yang tahan lama. Produk buras ini dikemas dalam aluminium foil sehingga mudah didistribusikan,” tambahnya.

Proses pembuatan buras steril sebagai produk pangan darurat pada prinsipnya terdiri dari tiga tahap yaitu pembuatan buras setengah matang, pengemasan vakum, dan pemanasan bertekanan (sterilisasi). Penutupan kemasan dilakukan dalam keadaan vakum (vacuum sealing). Kondisi vakum dimaksudkan untuk mencegah produk menggembung pada saat dipanaskan. Pemanasan bertekanan merupakan tahapan yang paling penting karena menentukan tingkat sterilitas dari produk. Proses pemanasan bertekanan dilakukan untuk membunuh semua mikroba pada produk dan menjadikan produk tersebut steril. Proses ini

dilakukan dengan menggunakan autoclav pada suhu 121 derajat celcius. Produk buras steril dapat disimpan pada suhu ruang dan memiliki masa kadaluarsa lebih dari satu tahun bahkan hingga lima tahun.

“Buras steril ini dibuat seberat 100 gram per buah dan dikemas dalam aluminium foil sebanyak dua buah buras per kemasan dengan berat 200 gram. Setiap orang dewasa memerlukan konsumsi produk sebanyak dua kemasan aluminium foil atau 400 gram per sajian. Dengan demikian untuk sekali konsumsi diperoleh asupan energi sebesar 714,92 kilo kalori. Konsumsi tiga kali sehari menghasilkan asupan kalori sebesar 2144,76 kilo kalori”, tandasnya.(zul)

ketahananpangan

Edisi 16/2015

Buras ipB: pangan Darurat Bencana yang Tahan Hingga lima Tahun

Guru Besar Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof.Dr Sugiyono berhasil mengembangkan

pangan darurat bencana. Melalui riset yang dilakukannya bersama mahasiswa

bimbingannya, Ahmadun, Prof. Sugiyono mengembangkan buras steril untuk pangan darurat bencana yang tahan hingga lima tahun. Selain buras steril, produk pangan berbasis bahan baku lokal yang telah dikembangkannya antara lain produk alternatif pengganti beras yaitu beras jagung instan dan granula singkong, cookies dan crackers jagung, mi ubi jalar, dan mi sagu.

“Dari sekian banyak produk pangan yang telah kami kembangkan, produk buras steril merupakan produk yang menarik. Produk buras steril dimaksudkan sebagai pangan darurat (emergency food) atau dapat juga diproduksi sebagai produk pangan komersial. Produk pangan darurat dikembangkan untuk antisipasi terjadinya bencana alam,” ujarnya.

Prof.dr SugiyonoGuru Besar Teknologi Pangan IPB

Page 13: Agrimag Agustus.pdf

Edisi 16/2015Edisi 16/2015 Edisi 16/2015 2524

Minyak bumi di negeri ini masih merupakan salah satu sumber energi utama yang belum tergantikan dari segi ketersediaannya

secara luas dan integrasinya dengan teknologi yang ada. Permintaan energi terutama minyak bumi saat ini terus mengalami peningkatan, tetapi tidak diikuti dengan ketersediaannya yang tiap tahun terus menurun.

Produksi minyak Indonesia sejak tahun 1999 terus mengalami penurunan, yaitu dari 1,5 juta barel per hari pada tahun 1999 menjadi 779.000 barel per hari pada tahun 2014. Dengan kebutuhan minyak nasional tahun ini

sebesar 1.500.000 barel per hari, sementara kemampuan pasokan dalam negeri hanya mencapai 779.000 barel per hari, maka terdapat kekurangan sekitar 721.000 barel per hari yang harus dipenuhi melalui impor. Rendahnya kemampuan produksi minyak bumi Indonesia disebabkan karena sumur-sumur minyak Indonesia pada umumnya sudah merupakan sumur tua atau highly depleted (mature fields).

Surfaktan menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan cadangan minyak bumi dan sekaligus meningkatkan produksi minyak bumi Indonesia. Surfaktan adalah zat bersifat aktif permukaan (surface-active agent) yang memiliki molekul ampifilik (memiliki dua gugus yang berlainan sifat dalam satu molekulnya yaitu gugus hidrofilik/suka air dan lipofilik/suka minyak).

Menurut salah satu peneliti dari Surfactant Bioenergy Research Center (SBRC) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Institut Pertanian Bogor (LPPM IPB), Dr Mira Rivai, struktur molekul surfaktan dapat divisualisasikan seperti berudu ataupun bola raket mini yang terdiri atas bagian kepala dan ekor. Bagian kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) merupakan bagian yang sangat polar dan kompatibel dengan air. Sementara bagian ekor bersifat hidrofobik (benci air) merupakan bagian nonpolar dan lebih tertarik ke minyak/lemak. Kepala dapat bersifat anionik, kationik, amfoterik atau nonionik, sedangkan ekor dapat berupa hidrokarbon rantai linier atau cabang. Bahkan dalam teori Hui tahun1996 dan Hasenhuettl Konfigurasi, kepala-ekor tersebut membuat surfaktan memiliki fungsi yang beragam di industri.

Selain itu, surfaktan memiliki peranan yang begitu berbeda dan beragam serta telah diaplikasikan secara luas pada berbagai industri. Pemakaian terbesar surfaktan adalah untuk aplikasi pencucian dan pembersihan (washing and cleaning applications), contohnya yaitu sebagai bahan utama pada industri detergen, serta bahan pembusaan dan pengemulsi pada

industri sabun. Pemanfaatan surfaktan lainnya adalah pada industri kosmetika, farmasi, cat dan pelapis, pangan, pertambangan, kertas, tekstil, kulit, produk kosmetika dan produk perawatan diri (personal care products), karet, plastik, logam, perminyakan, dan bahan kontruksi dan masih banyak lagi. Dalam industri-industri tersebut surfaktan digunakan sebagai komponen bahan adhesif, pembasah, pembusa atau bahan pengemulsi seperti yang terungkap dalam teori Rosen dan Dahanayake tahun 2000.

Untuk itu pengembangan surfaktan dari minyak nabati sangat berpotensi untuk dilakukan, mengingat Indonesia merupakan negara penghasil minyak sawit utama di dunia, dengan produksi CPO yang telah mencapai 30 juta ton pada tahun 2014 (Ditjenbun, 2014). Selama ini sebagian besar surfaktan yang digunakan di industri perminyakan masih merupakan produk impor, padahal proses konversi minyak sawit menjadi produk surfaktan yang sesuai untuk lapangan Indonesia dapat dilakukan.

Tim peneliti SBRC LPPM-IPB telah mengembangkan beragam teknologi produksi surfaktan berbasis minyak nabati dan formulanya untuk aplikasi industri perminyakan. Termasuk penerapan metode EOR yang merupakan solusi penting dan injeksi bahan kimia (chemical EOR), dan merupakan salah satu metoda yang harus dilakukan di lapangan minyak Indonesia.

Pengalaman SBRC LPPM-IPB dalam mengembangkan formula surfaktan untuk oil dan gas industri sudah teruji, diantaranya mengembangkan tailored made surfaktan untuk stimulasi/huff&puff pada 15 lapangan yang berbasis di pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan, mengembangkan tailored made surfaktan-polimer untuk enhanced oil recovery di enam lapangan di Sumatera dan Kalimantan, mengembangkan well complexion formula di satu lapangan di Sumatera, dan mengembangkan oil spills dispersant (OSD) untuk penanganan limbah minyak di perairan, dan lain sebagainya. (dh)

energi terbarukan

ener

gi t

erba

ruka

n

Mengintip perAn

surFaktan bagi Ragam Industri

dr mira Rivai Peneliti SBRC LPPM IPB

Page 14: Agrimag Agustus.pdf

Edisi 16/2015 Edisi 16/2015

drh. Rahmat Hidayat, M.SiDosen/Peneliti FKH-IPB

Pembuatan v a k s i n di dunia

kesehatan adalah kegiatan yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup melalui pendekatan preventif medicine. Cara-cara baru yang lebih efisien, efektif, dan cepat untuk

menciptakan vaksin terus dikembangkan dan diawali dengan percobaan pada hewan.

Pembuatan vaksin pada umumnya dilakukan dengan meminjam inang yang sehat untuk ditularkan penyakit atau unsur berbahaya padanya, agar terbentuk antibodi yang dapat

Prof.Dr.drh. Fachriyan Hasmi PasaribuDosen/Peneliti FKH-IPB

2726

biomedis

Edisi 16/2015 Edisi 16/2015

digunakan untuk menyembuhkan/melawan penyakit tadi. Peneliti Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Institut Pertanian Bogor (IPB), drh. Rahmat Hidayat, M.Si, dan Prof. Dr. drh. Fachriyan Hasmi Pasaribu mereplikasi secara berbeda dengan cara meminjam ayam petelur yang sehat untuk menghasilkan antibodi (immunoglobulin Y) dalam kuning telur sebagai anti bakteri Aeromonas hydophila yang sering menyerang ikan air tawar.

Telur ayam yang dihasilkan akan diuji dan diseleksi kuning telurnya yang mengandung Imunoglobulin Y yang lalu dicampurkan ke dalam pelet pakan ikan. Hasil yang diperoleh pada ikan Mas menunjukkan bahwa pemberian pelet formulasi Ig-Y memberikan kekebalan yang cukup signifikan dibandingkan kontrol. Dosis rendah pada pemberian 14 hari mampu menekan kematian sampai 0 persen namun tidak cukup efektif untuk mencegah kesakitan (42.86 persen). Sedangkan pada pemberian selama 30 hari baik dosis rendah dan tinggi memberikan hasil yang lebih baik karena mampu menekan morbiditas (kesakitan) dan mortalitas (kematian) sampai 0 persen. Sedangkan hasil yang diperoleh pada ikan Gurame, baik penggunaan dosis rendah maupun tinggi rata-rata menekan angka kesakitan dan kematian sebesar 20 persen.

Keunggulan inovasi ini adalah teknologinya sederhana, tepat guna dan tepat sasaran. Inovasi ini juga sangat ekonomis dan bernilai bisnis serta ramah lingkungan. Inovasi ini berpotensi untuk diaplikasikan pada industri perikanan, termasuk ikan hias. Tak hanya itu, teknologi penciptaaan vaksin dari ayam dan telur yang dihasilkan dapat dikembangkan lebih lanjut untuk dunia farmasi. (RF)

Peneliti Fakultas Kedokteran Hewan (FKH)Institut Pertanian Bogor (IPB),drh. Rahmat Hidayat, M.Si, dan Prof. Dr. drh. Fachriyan Hasmi Pasaribu mereplikasi secara berbeda dengan cara meminjam ayam petelur yang sehat untuk menghasilkan antibodi (immunoglobulin Y)dalam kuning telur sebagai anti bakteri Aeromonas hydophila yang sering menyerang ikan air tawar.

biom

edis

Vaksin ikanair tawardari telur ayam

Pelet formulasi vaksin yang dihasilkan dipotong kecil-kecil dan siap digunakan.

Page 15: Agrimag Agustus.pdf

Edisi 16/2015 Edisi 16/2015 2928

penelitian lingkungan

Edisi 16/2015

Kertas pada dasarnya dapat dibuat dari semua bahan setengah jadi (pulp) yang mengandung selulosa. Namun

demikian, selulosa kayu sampai saat ini masih mendominasi bahan utama yang digunakan dalam proses pembuatan kertas. Salah satu alternatif potensial pengganti selulosa kayu adalah selulosa dari sabut kelapa.

Sabut kelapa merupakan hasil samping atau limbah utama dari perkebunan dan pengolahan kelapa. Sebagai hasil samping atau limbah yang tersedia dalam jumlah berlimpah maka harganya pun jauh lebih murah. Menurut Tejano (1985), sabut kelapa mengandung selulosa 19.26-23.87 persen, lignin 29.33-31.64 persen, hemiselulosa 8.15-8.50 persen, serta pektin, tanin, dan bahan lain sebanyak 14.25-14.85 persen. Karena merupakan bahan berlignoselulosa, sabut kelapa berpotensi menjadi bahan baku pembuatan pulp dan kertas.

Situs resmi FAO, http://faostat.fao.org, menunjukkan bahwa Indonesia merupakan produsen kelapa (Cocos nucifera L.) terbesar di dunia dengan produksi 19.500.000 ton kelapa per tahun pada tahun 2008 dengan luas area perkebunan yang juga terluas di dunia, yaitu 2.950.000 hektar.

“Selain sabut kelapa, hasil samping dari buah kelapa adalah air kelapa dan tempurung kelapa. Ini berarti potensi sabut kelapa Indonesia mencapai 10.500.000 ton per tahun. Jumlah tersebut sangat besar dan menunjukkan bahwa sabut kelapa merupakan bahan yang memiliki potensi yang harus terus digali,” ujar Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof.Dr Khaswar Syamsu.

Berbeda dengan penggunaan kayu sebagai bahan kertas yang mengharuskan penebangan kayu dan menumbuhkannya kembali selama 6-8 tahun sebelum dapat dipanen lagi, maka sabut kelapa dapat diperoleh dari pemanenan kelapa dengan umur panen yang jauh lebih singkat (6-8 bulan) tanpa harus menebang pohon kelapanya. Dengan demikian, penggunaan sabut kelapa sebagai bahan kertas secara signifikan akan menurunkan laju penebangan pohon sehingga dapat menyelamatkan lingkungan.

Inovasi Prof. Khaswar adalah pembuatan kertas dengan selulosa dari sabut kelapa sebagai bahan baku utama. Penggunaan hasil produksi satu hektar sabut kelapa dapat menghemat 2,02 ton kayu per tahun yang setara dengan 5,05 meter kubik kayu per tahun, mencegah penebangan 22 pohon per tahun setara 0,02 hektar per tahun hutan dan menjaga tetap terjaga rosot karbon sebesar 1,01 ton karbon yang mampu menyerap karbon dioksida (CO2) dari udara sebanyak 0,76 ton per tahun. Dengan demikian penggunaan selulosa sabut kelapa sebagai bahan baku pembuatan pulp dan kertas dapat menghemat pemakaian kayu dan mengurangi tingkat kerusakan lingkungan yang diindikasikan oleh peningkatan penyerapan CO2 di alam.

Pembuatan pulp dan kertas dari sabut kelapa diawali dengan pembersihan dan pemotongan sabut kelapa menjadi ukuran kecil. Potongan tersebut dimasak dengan larutan NaOH pada suhu 100 derajat celcius selama satu jam. Kemudian pulp yang dihasilkan diberi perlakuan mekanis dengan niagara beater dan stone refiner sampai serat-seratnya terpisah sempurna hingga mencapai derajat kehalusan 250-300 ml CSF (Canadian Standard Freeness). Setelah dicuci dan disetrifugasi (untuk mengurangi kadar air), pulp bisa langsung dibentuk menjadi lembaran kertas dengan menambahkan bahan aditif berupa alum, kaolin dan tapioka.

“Indeks tarik kertas ini masih berada di atas syarat mutu kertas tisu serbet sehingga kertas ini berpotensi untuk dijadikan bahan kertas tisu,” terang staf pengajar di Departemen Teknologi Industri Pertanian IPB ini.(zul)

InovasiKertas dari Sabut Kelapa

pen

elit

ian

lingk

unga

n

Prof.Dr Khaswar Syamsu Guru Besar Fateta IPB

Page 16: Agrimag Agustus.pdf

Edisi 16/2015 Edisi 16/2015

Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE). Sementara Kementerian/dinas dapat menginformasikan usaha-usaha perikanan yang potensial untuk dibiayai oleh perbankan sesuai hasil pendampingan yang telah dilakukan.

3. Dalam rangka melengkapi skim kredit yang telah ada, perbankan perlu menyediakan produk/skema kredit yang sesuai dengan usaha di sektor perikanan. (misal: pola angsuran pokok dan bunga yang disesuaikan dengan pola usaha dari para nelayan).

4. Keberadaan kelompok, perusahaan inti, koperasi, asuransi , patron-klien, pandega dapat dilibatkan sebagai penjamin baik secara moral/material dalam rangka mengurangi risiko kredit yang selama ini menjadi salah satu faktor ketidaktertarikan bank dalam pembiayaan kepada usaha perikanan tangkap.

5. Koordinasi dengan pemangku kepentingan di Muara Angke perlu dilakukan secara berkala untuk meng-update informasi terbaru dan memastikan permasalahan yang muncul mendapatkan penyelesaian dengan tepat.

6. Mengingat struktur pembiayaan di sektor perikanan tangkap masih belum banyak diketahui perbankan, maka Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI diharapkan dapat menerbitkan pedoman komponen biaya investasi dan biaya modal kerja secara berkala, sehingga bank dapat mengestimasi kelayakan usaha dan jumlah kredit yang akan diberikan.

7. Perlu ada penguatan fungsi patron (juragan) sebagai lembaga pemberdayaan klien (nelayan). Penguatan peran kelompok sangat penting untuk membantu pemberdayaan nelayan dan keluarganya agar tetap dapat bertahan ketika tidak dapat melaut, misalnya mengembangkan teknologi dengan pola rumpon agar mendapatkan kepastian usaha dan memberikan keterampilan lain kepada nelayan/keluarganya untuk meningkatkan opportunity cost nelayan. (zul)

3130

Muara Angke merupakan suatu wilayah pemukiman nelayan yang sangat kompleks, dimana

sistem produksi, pemasaran, permodalan dan investasi, serta interaksi sosial berlangsung, hingga membentuk suatu jaringan ekonomi dan sosial yang saling terkait dan berlangsung terus-menerus. Sumber-sumber pembiayaan informal masih sangat dominan, selain bersumber dari modal sendiri atau keluarga, dimana untuk menutupi kekurangan pembiayaan usahanya, nelayan akan mengajukan modal usaha kepada “bakul”/pengumpul atau toko dan perusahaan.

Berdasarkan riset yang dilakukan peneliti Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (FPIK IPB), Dr Eko Sri Wiyono dengan judul “Survey Pemetaan Sistem Perikanan Tangkap di Muara Angke Jakarta Utara pada Tahun 2012”. Dijelaskan, akses pembiayaan dari lembaga formal khususnya perbankan masih terbatas, karena umumnya kegiatan usaha perikanan belum bankable

(agunan, administrasi dan lain-lain). Di sisi lain, perbankan juga masih hati-hati karena usaha perikanan dinilai berisiko.

“Penyebab lainnya adalah masih terbatasnya sumberdaya manusia (SDM) perbankan yang memahami bisnis proses di sektor perikanan, keterbatasan infrastruktur dan belum adanya skim pembiayaan yang sesuai dengan karakteristik usaha perikanan yang dibiayai. Hal ini tercermin dari fakta di lapangan bahwa penyaluran kredit kepada nelayan diberikan bukan atas dasar usaha perikanan, tetapi usaha lainnya. Contoh agunan yang digunakan adalah rumah nelayan,” ujar Dr Eko.

Berdasarkan kemampuan akses terhadap permodalan khususnya perbankan, usaha perikanan di Muara Angke dapat dikategorikan sebagai usaha perikanan mikro-kecil pemula; usaha perikanan mikro-kecil madya; usaha menengah-besar madya; dan usaha menengah-besar utama.

Salah satu contoh kasus yang digunakan adalah nelayan mandiri (nelayan rajungan asal Indramayu yang tidak terikat jasa bakul/pengumpul). Nelayan tersebut dapat bebas menjual rajungan pada bakul/pengumpul mana saja, sehingga dapat memaksimalkan keuntungan dengan memilih bakul/pengumpul yang menetapkan harga jual rajungan paling tinggi. Untuk mengembangkan usaha penangkapannya, nelayan tersebut meminjam uang di salah satu bank swasta. Pada mulanya nelayan tersebut memiliki perahu dengan ukuran relatif kecil, kemudian mengajukan pinjaman ke bank (menggunakan rumah sebagai agunan), sehingga nelayan tersebut dapat meningkatkan skala usahanya dengan membeli perahu yang berukuran lebih besar dan menggunakan bubu dengan jumlah yang lebih banyak (lebih dari 1.000 unit).

Menurutnya, mengacu pada best practise di beberapa negara, upaya peningkatan akses pelaku usaha sektor perikanan terhadap sumber modal formal dilakukan melalui pendekatan antara lain: penguatan kelompok, penguatan lembaga penunjang dan penyediaan dana tertentu dari pemerintah.

Riset ini menyarankan dalam rangka meningkatkan kredit/pembiayaan pada sektor perikanan ada beberapa hal yang perlu dilakukan, diantaranya:

1. Dalam rangka mendukung penyaluran kredit/pembiayaan kepada sektor perikanan diperlukan kolaborasi antara pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengembangan sektor perikanan seperti Pemerintah (Kementerian terkait), Perbankan, Bank Indonesia/ OJK, Lembaga Pendidikan, serta instansi terkait lainnya.

2. Kesenjangan informasi (asymmetric information) yang selama ini terjadi, terutama antara perbankan dengan nelayan dapat diminimalisir antara lain melalui kegiatan sosialisasi, dan tukar menukar informasi. Pada tahap awal, perbankan dapat menginformasikan jenis skim kredit program untuk usaha perikanan, seperti

riset pengentasan kemiskinan

Edisi 16/2015 Edisi 16/2015

PeRBankan Masih RaGukan

usaha pERikanan Tangkap

rise

t pen

gent

asan

kem

iski

nan

Page 17: Agrimag Agustus.pdf

Edisi 16/2015 3332 Edisi 16/2015

pel

uang

bis

nis buah naga menjadi sangat diminati oleh banyak

orang, karena memiliki banyak khasiat.

Direktur Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni (DPKHA) IPB, Dr Syarifah Iis Aisyah mengatakan, Sabisa Farm diharapkan menjadi role model yang akan menjadi wadah atau sarana mencetak para wirausaha muda IPB. Senada, Direktur Utama Sabisa Farm, Sutarjo, SP menyatakan, “Salah satu jalan kereta kesuksesan adalah menjadi pengusaha, oleh karena itu Sabisa Farm ada. Tujuan didirikannya Sabisa Farm ini adalah untuk menciptakan lapangan pekerjaan”.

Lahan yang digunakan Sabisa Farm merupakan kebun percobaan IPB di Sindang Barang Kota Bogor dengan luas tanah 5.000 meter persegi. Kebun Sabisa Farm seratus persen dikerjakan oleh mahasiswa. Sabisa Farm saat ini sudah masuk perekrutan mahasiswa gelombang kedua. “Nantinya lahan ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan, salah satunya pendidikan masyarakat umum. Sejauh ini sudah banyak kunjungan dari masyarakat untuk datang belajar dan memberikan dukungan kepada para punggawa Sabisa Farm,” terang Dekan Fakultas Pertanian IPB Dr Ernan Rustiadi.

Jenis buah naga yang dibudidayakan di Sabisa Farm ada dua jenis, yaitu jenis buah naga merah dengan Spesies Hylocereus costaricencis, dan jenis tanaman buah naga putih dengan Spesies Hylocereus undatu. Di sela-sela pohon buah naga ditanam buah pepaya. Dengan keahlian yang dimiliki oleh para sarjana muda ini, pertumbuhan pohon pepaya di samping buah naga tidak terganggu sama sekali, bahkan hasil panen buah naga dan pepaya sama banyaknya, terang Sutarjo.

Bibit buah naga didatangkan dari Yogyakarta yang disumbangkan oleh Goen Soetopo. Untuk budidaya pohon buah naga yang berhasil harus memenuhi syarat diantaranya: • Ditanam di dataran rendah pada ketinggian

20-100 meter di atas permukaan laut. • Kondisi tanah tidak mengandung liat tinggi

sehingga drainase cukup baik, dengan PH tanah 5-7.

• Air cukup tersedia. Tanaman ini peka terhadap kekeringan, dan akan membusuk bila kelebihan air.

• Membutuhkan penyinaran cahaya matahari penuh untuk mempercepat proses pembuangan.

• Persiapkan tiang dari beton agar kuat atau pohon hidup untuk tegakan tanaman, karena tanaman ini tidak mempunyai batang yang kokoh.

• Sebulan sebelum tanam, terlebih dahulu dibuatkan lubang tanam dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm dengan jarak tanam 2 m x 2,5 m, sehingga dalam 5.000 meter, bisa ditanam sebanyak 500 tiang pohon buah naga.

• Setiap tiang/pohon penyangga itu dibuat 3-4 lubang tanam dengan jarak sekitar 30 cm dari tiang penyangga. Lubang tanam tersebut kemudian diberi pupuk kandang yang masak sebanyak 1 blek (5-10 kilogram) dicampur dengan tanah.

masa Pemanenan

Setelah berumur antara 8 bulan-1,5 tahun, tanaman akan mulai berbunga dan berbuah. Buah dapat dipanen saat mencapai umur 50 hari terhitung sejak bunga mekar. Dalam dua tahun pertama, setiap tiang penyangga mampu menghasilkan 8-10 buah naga dengan bobot berkisar antara 400-600 gram. Musim periode panen terbesar buah naga terjadi pada bulan November hingga April. Umur produktif tanaman buah naga ini berkisar antara 5-20 tahun. (awl)

“Sabisa Farm” berdiri pada 28 Juni 2013, merupakan sarana belajar petani muda sarjana. Sabisa Farm dikelola oleh tujuh

punggawa yang memiliki sasaran menciptakan pengusaha berlatar belakang pendidikan sarjana, agar dapat menggunakan ilmu yang diperoleh dari Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan dapat dinikmati masyarakat.

Ingin Sukses?Mari Budidayakan

Buah nagaSabisa Farm pada mulanya dibentuk oleh Goen Soetopo, alumni IPB Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian. Ia memutuskan berhenti dari pegawai negeri sipil (PNS) dan menekuni usaha pertanian dengan tanaman utamanya yaitu buah naga. Sampai akhirnya memutuskan untuk menularkan ilmunya kepada sarjana yang ingin menjadi pengusaha muda. Saat ini,

Rektor IPB (kiri) bersama Dekan Faperta (kanan) saat panen perdana buah Naga.

Page 18: Agrimag Agustus.pdf

Edisi 16/2015 3534

pen

gabd

ian

mas

yara

kat Untuk itu, program pengabdian kepada

masyarakat ini hadir dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan pembudidaya, menggerakkan perekonomian lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa Cibunian. Demikian dikatakan Ketua Tim Program PKBL, Irzal Effendi.

Dijelaskannya, kegiatan PKBL ini meliputi kegiatan pelatihan untuk menambah pengetahuan teori dan praktik para pembudidaya ikan air tawar di Desa Cibunian. Materi yang disampaikan mencakup: Teknologi dan Manajemen Produksi Budidaya, Benih Unggul Ikan Mas dan Pembenihan, Pakan dan Pemberian Pakan Ikan, Penyakit dan Pengobatan Ikan Sakit, Manajemen Usaha Budidaya dan Manajemen Kelompok Pembudidaya.

Instruktur dalam pelatihan ini adalah para Dosen Program Diploma IPB dan dibantu oleh beberapa orang asisten. Metode pelatihan disampaikan dalam bentuk ceramah, diskusi, demonstrasi dan praktikum. “Kami juga mengajarkan membuat pakan buatan skala rumah tangga. Hal ini diharapkan bisa terus dilanjutkan sehingga menjadi teknologi yang bisa berkembang di masyarakat,” ujar Irzal.

Aktifitas lain dalam program ini adalah pembagian imunostimulan dan vitamin kepada pembudidaya ikan untuk ditambahkan kepada pakan yang mereka miliki, sebagai upaya untuk meningkatkan daya tahan tubuh ikan budidaya dari serangan penyakit. Masyarakat juga diberikan keahlian untuk bisa membuat obat yang berbasis tanaman herbal untuk bisa mengatasi penyakit ikan. Tidak hanya itu, perbaikan manajemen pemberian pakan juga dilakukan melalui bantuan pakan.

Selanjutnya, pengembangan benih bermutu dilakukan melalui bantuan benih yang pengadaannya dilakukan di lapangan dengan cara melakukan pembenihan sendiri. Sedangkan pengelolaan kesehatan ikan akan dilakukan dengan bantuan vaksin. Dalam hal pengembangan kelembagaan usaha dan

pengabdian masyarakat

Program Diploma iPB BeRdaYakan PeTanI DEsa CiBunian

Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor (IPB) menurunkan delapan orang pakar budidaya ikan

air tawar untuk melakukan pemberdayaan masyarakat di Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Mereka adalah Irzal Effendi (Pakar Sistem Produksi Akuakultur dan Kelembagaan), Wida Lesmanawati, Muhammad Arif (Pakar Penyakit dan Pengobatan Ikan), Giri Maruto Darmawangsa, Andri Iskandar (Pakar Pengembangbiakan dan Pembenihan Ikan), Adri Herdiana (Pakar Nutrisi dan Pembuatan Pakan), Wiyoto (Pakar Kualitas Air), dan Cecilia Eny Indriastuti (Pakar Agribisnis Akuakultur).

Para pakar IPB ini melalui Program Diploma IPB mendapat kepercayaan dari PT Bank Mandiri untuk melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat, khususnya pembudidaya ikan air tawar di Desa Cibunian Kecamatan Pamijahan

Kabupaten Bogor. Kegiatan ini merupakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) Bank Mandiri sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap nasib masyarakat dan lingkungan.

Diketahui, masyarakat petani Desa Cibunian kerap mengeluhkan banyaknya wabah penyakit dalam budidaya ikan air tawar khususnya ikan mas. Keluhan lainnya adalah memburuknya kualitas lingkungan perairan (sungai), harga pakan komersial yang tinggi, buruknya infrastruktur dasar wilayah terutama prasarana jalan dan jembatan, juga lemahnya pengetahuan masyarakat tentang posisi pembudidaya dalam agribisnis. Akibatnya petani ikan menjadi gagal panen, sehingga keuntungan saat panen menurun dan pada gilirannya menyebabkan usaha budidaya ikan mas menjadi tidak menarik lagi sebagai mata pencaharian masyarakat.

pengembangan kelompok dilakukan melalui pendampingan masyarakat, pertemuan rutin kelompok dan fasilitasi penyusunan pengurus dan aturan kelompok.

Dengan adanya Program PKBL ini, terang Irzal, masyarakat petani Desa Cibunian menjadi terbantu. Pasalnya, selain mendapat keuntungan dari hasil panen yang meningkat, juga mampu menjadikan desanya sebagai Desa Mandiri karena telah bisa memproduksi benih unggul dan pakan ikan secara mandiri. (dh)

Page 19: Agrimag Agustus.pdf

Edisi 16/2015 3736 Edisi 16/2015

Taekwondo adalah salah satu seni beladiri berasal dari Korea yang banyak diminati masyarakat di dunia termasuk

di Indonesia. Taekwondo Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu unit kegiatan mahasiswa (UKM) IPB dalam bidang seni beladiri sebagai tempat bagi mahasiswa IPB untuk menyalurkan minat dan bakat dalam seni beladiri Taekwondo. Aktivitas UKM ini dalam perkembangannya berusaha menunjukkan eksistensi di lingkungan sivitas akademika.

Dari waktu ke waktu jumlah anggota UKM Taekwondo mengalami peningkatan, begitu juga dengan prestasi yang diraihnya.

Untuk membentuk atlet Taekwondo yang siap berlaga di kejuaraan, latihan dilaksanakan pada hari Senin-Jumat pukul 19.30-22.00 WIB di koridor Fakultas Pertanian (Faperta) dan Student Center. “Sekarang banyak dari mahasiswi yang mendaftar masuk dibandingkan mahasiswa-nya,” kata Ketua UKM Taekwondo IPB, Pandawa Saputra.

Pandawa berujar, manfaat berlatih beladiri itu banyak sekali, diantaranya mengajarkan filosofi yang terkandung dalam setiap jurus yang dipelajari dan aplikasi filosofi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum, manfaatnya adalah sebagai sarana membela diri dari kekerasan yang saat ini justru sangat penting, seiring tingkat kejahatan yang kian merajalela di jalanan.

dinamikamahasiswa

dina

mik

a m

ahas

isw

a

ukM taekwondo iPB tangkas Menangkap prestasi

menendang, merunduk, melompat dan lainnya bisa melatih otot agar menjadi lebih kuat, cekatan, tangkas, dan cepat. Gerakan-gerakan tertentu, terutama yang menggunakan unsur kecepatan, turut memacu fungsi jantung dan paru-paru, sehingga peredaran darah dan nafas akan lebih lancar.

Pandawa menambahkan, berlatih beladiri Taekwondo secara teratur manfaatnya akan meningkatkan kebugaran tubuh, karena otot yang ada akan terlatih untuk bergerak, tidak kaku dan membuat tubuh menjadi lebih sehat serta meningkatkan daya tahan tubuh sehingga tidak mudah sakit. Gerakan memukul,

Prestasi

Sejumlah prestasi berhasil diraih UKM Taekwondo IPB, sebagaimana tampak dalam tabel berikut:No Nama Kejuaraan Prestasi Tahun

1 Kejuaraan Mahasiswa Universitas Atmajaya Se-Jawa Bali 1995

Piala atlet terbaik puteri. Medali: 1 Emas, 2 Perak, dan 2 Perunggu

1995

2 Kejuaraan Nasional Mahasiswa Se-Indonesia 1995 Medali: 1 Emas, 1 Perak, dan 2 Perunggu 1995

3 Kejuaraan Mahasiswa NHI Bandungse-JawaBali 1999 Medali: 1 Emas dan 2 Perunggu 1999

4 PRA PON Jawa Barat 1999 Medali: 1 Emas 1999

5 PON JawaTimur 2000 Medali: 1 Emas 2000

6 SEA GAMES Malaysia 2001 Medali: 1 Emas 2001

7 Pekan Olah Raga Kabupaten Bogor 2005 Juara Umum 1. Medali: 3 Emas, 1 Perak, dan 3 Perunggu

2005

8 Kejuaraan Tae Kwon Do KTB CUP II Bogor 2006 Juara Umum 3. Medali: 1 Emas, 1 Perak, dan 2 Perunggu

2006

9 Kejuaraan Tae Kwon Do KTB CUP III Bogor 2007 Juara Umum 3. Medali: 3 Perak, dan 3 Perunggu

2007

10 Kejuaraan Tae Kwon Do KTB CUP IV Jawa Barat 2007 Juara Umum 3. Medali: 1 Emas, dan 2 Perunggu

2007

11 Kejuaraan Tae Kwon Do IPB CUP 2008 Piala Juara Umum 1 Senior, Piala Juara Umum 3 Senior, Piala Juara Umum 2 Seluruh Kategori, dan Piala Atlet Terbaik Putra

2008

12 IPB CUP 2008 Medali: 8 Emas, 6 Perak, dan 10 Perunggu 2008

13 Kejuaraan Taekwondo Sendy Depok Open Kyeorugi Poomsae Antar unit se Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Bali 2015

Medali: 1 Emas 2015

Page 20: Agrimag Agustus.pdf

Edisi 16/2015 Edisi 16/2015 3938

kulin

er s

ehat

Sebelumnya, iga sapi segar direbus hingga lunak. Setelah lunak, iga daging sapi ditiriskan. Setelah itu tumis bumbu yang sudah dihaluskan hingga mengeluarkan aroma wangi dan sedap. Tambahkan santan dari perasan kelapa segar, kaldu, lada putih juga gula.

Dedi mengaku, jika tidak ada tamu dalam jumlah besar, ia selalu membatasi jumlah tongseng iga Jawa yang dimasaknya. Ia lebih senang memasak dadakan sehingga saat disajikan tongseng iga Jawa masih segar, sehingga akan lebih nikmat untuk disajikan dengan nasi hangat.

Selain itu ditambahkannya, hasil respon konsumen yang diperolehnya selama ini, tongseng iga Jawa akan sangat lengkap jika disandingkan dengan Sparkling lychee. Sparkling lychee adalah minuman kombinasi dari sirup strawberry dan jeruk dengan penambahan soda dan selasih di dalamnya. Paduan sirup dua rasa ini amat segar di mulut, manis, asam dan segar. Terutama dihidangkan saat siang hari, ditambah ada krenyes krenyes selasih saat nempel di lidah menambah nikmat minuman sekelas hotel bintang lima ini. (dh)

Tongseng Iga Sapi ala Cafe Tektona IPB

kulinersehat

Edisi 16/2015 Edisi 16/2015

Masakan jenis “tongseng” bagi banyak orang sudah tidak asing lagi. Tongseng biasanya dibuat dari

daging kambing atau daging sapi. Namun ada yang unik dengan tongseng yang satu ini. Ya, tongseng ala Cafe Tektona IPB yang berlokasi di Kampus Taman Kencana Bogor ini berbahan dasar dari Iga Sapi. Soal rasa, dapat dipastikan menggugah selera.

Tongseng iga Jawa, demikian nama menu yang disajikan di cafe yang dibuka oleh Rektor IPB pada Bulan November tahun 2014 ini. Chef Dedi Iskandar (36) mengatakan, tongseng iga sapi telah menjadi favorit konsumen di cafe ini. Ia mengaku kerap mendapat pujian dari pelanggan atas tongseng yang diraciknya itu.

“Para konsumen selalu bilang, tongseng iga Jawa di cafe ini pas di lidah. Rasanya lengkap: manis, gurih, asin dan sedikit pedas. Dengan rasa yang menggugah selera ini, tongseng iga Jawa kami jual dengan harga yang relatif terjangkau, yakni Rp 30 ribu per porsi,” ujarnya.

Disampaikan Dedi, sebetulnya tidak ada yang istimewa dengan racikan bumbu tongseng iga Jawa kreasinya ini. Namun melalui tangan Dedi, racikan yang biasa-biasa saja menjadi istimewa untuk para tamu yang hadir saat istirahat siang.

Bumbu-bumbu yang dipakai dalam tongseng iga Jawa karya Dedi Iskandar adalah bawang, daun salam, sereh, lengkuas, kemiri, ketumbar, cabe merah, dan santan. Semua bumbu tersebut ditumbuk halus.

Page 21: Agrimag Agustus.pdf

Edisi 16/2015 Edisi 16/2015 4140

wis

ata

kam

pus

berbau. Tetapi dengan peternakan yang baik dan pemeliharan kandang yang bersih, hasilnya kandang tidak berbau dan ternak tetap terjaga kesehatannya,” terang Manajer Pelaksana Lapang AET Peternakan Fapet IPB, Winarno, SP. (Awl)

Paket kedua yang ditawarkan yaitu paket “wisata kuliner” produk peternakan. Dalam paket ini, pengunjung bisa menikmati produk olahan peternakan yang dibuatnya sendiri. Ya, pengunjung dapat membuat berbagai produk olahan peternakan serta menikmati hasil karya sendiri dalam suasana santai, ceria, dan penuh keakraban.

Di sini pengunjung diperkenalkan bagaimana mengenal berbagai bumbu dan formulasi bahan seperti daging sapi, ayam, membuat adonan dan bahan campuran dari produk yang akan dibuat seperti bakso dan sosis. Kemudian pengunjung diberikan keterampilan untuk mencetak dan mengemas produk, sampai cara memasak dan menyajikannya, sehingga makanan yang dikonsumsi benar-benar masuk dalam kategori ASUH atau Aman, Sehat, Utuh dan Halal. Selain produk olahan daging, ada juga produk olahan dari susu seperti puding susu dan karamel susu. Juga ada produk olahan dari telur, seperti telur asin dan telur pindang. Untuk kedua paket ini, harga yang ditawarkan adalah Rp 30 rupiah per orang.

“Alhamdulillah, pengunjung AgroEduTourism Peternakan IPB setiap tahunnya terus meningkat. Kami ingin memberikan wawasan dan pengetahuan kepada pengunjung bahwa peternakan itu tidak identik dengan kotor dan

wisatakampus

Edisi 16/2015 Edisi 16/2015

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (Fapet IPB) sejak tahun 2008 telah menjadi salah satu tempat

wisata yang dikunjungi oleh beragam kalangan, mulai siswa Taman Kanak-kanak (TK) hingga perguruan tinggi dan masyarakat umum. Selain sebagai sarana untuk berwisata, pengunjung juga akan mendapatkan pengetahuan tentang dunia peternakan dalam arti luas, dari budidaya hingga pengolahan hasil ternak melalui kegiatan AgroEduTourism (AET) Peternakan IPB.

Ada dua paket wisata yang ditawarkan kepada pengunjung. Pertama, paket “safari ternak” yaitu pengunjung diajak menikmati perjalanan ke kandang ternak, mendapatkan

Wisata Ternak, Ya... di Fapet IPB Tempatnya

informasi tentang cara pemeliharaan dan produk yang dihasilkan oleh ternak, serta berinteraksi langsung dengan hewan ternak. Seperti melihat kandang sapi perah, kandang pembesaran anak sapi, kandang kambing dan domba, kandang mencit dan tikus, kandang unggas, kandang satwa harapan (kecoa Madagaskar), dan koleksi tanaman pakan ternak. Tidak sekadar melihat, tetapi juga bisa secara langsung memberikan makan sapi, memerah susu sapi dan interaksi lainnya.

Page 22: Agrimag Agustus.pdf

Edisi 16/2015 4342 Edisi 16/2015

Institut Pertanian Bogor (IPB) terkenal dengan sebutan “Kampus Rakyat”. Mahasiswa yang ada berasal dari seluruh

penjuru negeri, salah satunya adalah berasal dari tanah Minang. Masyarakat Minangkabau merupakan etnik suku bangsa yang memiliki budaya “marantau”, yaitu pergi meninggalkan kampung halaman untuk mencari ilmu sebagai bekal hidup yang akan digunakan untuk membangun kampung halaman. Hal ini terbukti dengan banyaknya para pemuda (pelajar) asal Minangkabau yang melanjutkan studinya di luar Sumatera Barat, salah satunya ke Bogor Jawa Barat.

Saat ini, lebih dari 500 orang mahasiswa Minang menempuh pendidikan tinggi di IPB. Para mahasiswa ini pun tumbuh berkembang dalam satu wadah induk organisasi mahasiswa daerah (Omda), yakni Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Minang (IPMM) Bogor. IPMM Bogor merupakan wadah aktivitas dan tempat bersatunya seluruh pelajar dan mahasiswa yang berasal dari Sumatera Barat yang berdomisili dan menempuh pendidikannya di Bogor. Tidak kurang dari 100 anggota bertambah tiap tahunnya, belum termasuk yang menuntut ilmu pada tingkat Pascasarjana.

Uniknya, IPMM Bogor terbagi menjadi sembilan Omda tingkat dua yang terdiri dari beberapa wilayah Kabupaten/Kota di Sumatera Barat, yakni Ikatan Keluarga Mahasiswa Payakumbuh (IKMP), Himpunan Mahasiswa Padang (HIMAPD), Himpunan Mahasiswa Pariaman dan Sekitarnya (HIMAPARIS), Keluarga Mahasiswa Kota Wisata, Agam dan sekitarnya (Kemawita), Ikatan Keluarga Mahasiswa Solok (IKMS), Himpunan Mahasiswa Sawahlunto, Sijunjuang dan sekitarnya (Himaswiss), Ikatan Mahasiswa Harimau Pasaman (IMHP), Forum Komunikasi Mahasiswa Pesisir Selatan (FKMPS), dan Ikatan Mahasiswa Serambi Mekah dan Pagaruyung (Imasarempag).

Salah satu mahasiswa yang tergabung dalam IPMM Bogor yang juga Ketua Pelaksana IPB Goes to School (IGTS) dari OMDA HIMAPD 2015, Rakhmad Fadillah menyatakan, “IPMM

Bogor telah terkenal sangat kompak dan solid sejak dulu. Berbagai kegiatan dilaksanakan secara rutin oleh IPMM Bogor, diantaranya berparitisipasi dalam Gebyar Nusantara IPB, menyelenggarkan Minangvaganza, Olimpiade Mahasiswa Minang IPB (OMMI), Minang Futsal Cup (MFC), dan Minangvaganza merupakan ajang silaturahim orang Minang di Bogor yang diadakan dua tahun sekali.

Selain budaya mahasiswa Minang yang solid dan kompak, para mahasiswa juga turut memperkenalkan budaya Minang di Bogor, salah satunya melalui Gebyar Nusantara IPB dengan menampilkan Oyak Tabuik dan Randai, juga beragam tari-tarian lain seperti Tari Piring dan Tari Galuak. IPMM Bogor memiliki Sanggar Serumpun. Sanggar Serumpun merupakan wadah memperkenalkan dan melatih mahasiswa Minang untuk mengenal budayanya. Sanggar Serumpun juga sudah tampil dalam event lokal maupun internasional. Kuliner khas Sumatera Barat sudah banyak dijumpai di Bogor namun uniknya, Rakhmad Fadillah menyatakan bahwa terdapat perbedaan kuliner khas Minang yang ada di Bogor dengan aslinya, yakni kurangnya tingkat kepedasan pada makanannya. “Mungkin makanan khas Minang disini menyesuaikan dengan cita rasa khas Bogor,” imbuhnya.

Pada 2015 ini, IPMM Bogor berusaha lebih merekatkan mahasiswa asal tanah Minang di Bogor diantaranya membangun Asrama IPMM Bogor yang disokong dananya oleh anggota IPMM Bogor yang masih aktif kuliah, para alumni, orangtua dan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. “Tentunya kami berharap IPMM Bogor tetap solid dan kompak, dan mahasiswa dari Sumatera Barat yang masuk IPB semakin bertambah,” pungkas Rakhmad. (RF)

budaya

foto

: htt

p://

laur

entia

dew

i.com

/

Page 23: Agrimag Agustus.pdf

Edisi 16/2015 Edisi 16/2015

temannya yang melakukan pelanggaran, sifatnya bukan mencari kesalahan mahasiswa, tetapi meluruskan apabila mahasiswa berbuat kesalahan. Jadi intinya untuk menyadarkan mahasiswa dengan cara mengingatkan”.

Dr Sinto berujar, ada beberapa tantangan dalam pencanangan Tahun Disiplin ini. Tantangan terbesar adalah teladan dari dosen dan tenaga kependidikan, bagaimana memberikan contoh yang baik kepada mahasiswa, seperti tidak sembarangan merokok, berpakaian yang rapi, berbicara yang sopan dan hormat kepada yang lebih tua. “Semua itu akan memberikan contoh yang sempurna, dan akhirnya mahasiswa juga mengikuti,” imbuhnya.

Direktur Kemahasiswaan IPB Dr Rinekso Soekmadi menjelaskan, dengan pencanangan Tahun Disiplin ini, diharapkan setiap mahasiswa

4544

dina

mik

a ka

mpus

dinamikakampus

Edisi 16/2015 Edisi 16/2015

Tahun Disiplin 2015, antarkan Mahasiswa Sukses Berkarir

ringan dengan sanksi berupa teguran langsung, pelanggaran sedang sanksinya lebih berat yakni skorsing terhadap yang melanggar. Selanjutnya pelanggaran berat, sanksinya dikeluarkan dari perkuliahan di IPB, misalnya apabila terlibat penyalahgunaan narkoba.

Dr Rinekso mengharapkan dukungan dari semua sivitas akademika IPB, agar mempunyai visi dan misi yang sama tentang pentingnya menegakkan disiplin, khususnya bagi mahasiswa. “Sebagai tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, kita harus menghasilkan anak didik yang mempunyai etika yang baik dan taat kepada peraturan. Ini jadi kewajiban bagi kita semua untuk memberikan contoh yang baik, sehingga akan memberikan perubahan yang baik di kemudian hari,” tandasnya. (awl)

IPB mentaati tata tertib kehidupan kampus, sebagai landasan atau pondasi bagi mereka untuk nanti ketika hidup setelah lulus. “Program ini akan terus berlanjut sampai mahasiswa selesai kuliah di IPB, sehingga disiplin merupakan penunjang dan aspek penopang untuk meniti karir nantinya,” katanya.

Ditambahkan, sikap disiplin sangat penting dalam kegiatan perkuliahan di kampus. Sikap tersebut dapat menciptakan suasana perkuliahan yang nyaman dan kondusif. Sikap disiplin merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi perkuliahan.

Pencanangan Tahun Disiplin bagi mahasiswa akan merujuk pada peraturan Rektor. Dalam peraturan disiplin ada kriteria bagi mahasiswa yang melanggar, diantaranya pelanggaran

Sebagai langkah awal dalam meningkatkan rasa disiplin dan kepatuhan bagi tata kehidupan

mahasiswa di kampus Institut Pertanian Bogor (IPB), Direktorat Kemahasiswaan (Ditmawa) IPB menerapkan “Pencanangan Tahun Disiplin 2015”.

Kasubdit Pengembangan Karakter dan Mobilitas Ditmawa IPB, Dr. Sintho Wahyuning Ardie menjelaskan, pencanangan Tahun Disiplin ini sudah dilaksanakan kepada mahasiswa secara teknis. “Kami sudah menyiapkan piranti-piranti untuk bisa langsung diterapkan kepada mahasiswa, diantaranya menyiapkan yang namanya Sahabat Disiplin. Karena targetnya mahasiswa maka harus fokus pada mahasiswa. Mahasiswa harus diberikan pendalaman dan pengetahuan bagaimana mengingatkan

“...sifatnya bukan mencari kesalahan mahasiswa, tetapi meluruskan apabila mahasiswa berbuat kesalahan.”

Page 24: Agrimag Agustus.pdf

Edisi 16/2015 4746 Edisi 16/2015

Institut Pertanian BogorBogorAgriculturalUniversity

www.admisi.ipb.ac.id

@ipbofficial

ipb.ac.id

Mencari dan Memberi Yang Terbaik

A. Fakultas Pertanian: - Program Studi Manajemen Sumberdaya Lahan- Program Studi Agronomi dan Hortikultura- Program Studi Proteksi Tanaman- Program Studi Arsitektur Lansekap

B. Fakultas Kedokteran Hewan:- Program Studi Kedokteran Hewan

C. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan: - Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya - Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan - Program Studi Teknologi Hasil Perairan - Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap - Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan

D. Fakultas Peternakan: - Program Studi Teknologi Produksi Ternak - Program Studi Nutrisi dan Teknologi Pakan

E. Fakultas Kehutanan: - Program Studi Manajemen Hutan- Program Studi Teknologi Hasil Hutan- Program Studi Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata- Program Studi Silvikultur

F. Fakultas Teknologi Pertanian: - Program Studi Teknik Mesin dan Biosistem- Program Studi Teknologi Pangan- Program Studi Teknologi Industri Pertanian- Program Studi Teknik Sipil dan Lingkungan

G. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam:

- Program Studi Statistika - Program Studi Meteorologi Terapan-Program Studi Biologi - Program Studi Kimia- Program Studi Matematika - Program Studi Ilmu Komputer- Program Studi Fisika- Program Studi Biokimia

H. Fakultas Ekonomi dan Manajemen: - Program Studi Ekonomi dan Studi Pembangunan - Program Studi Manajemen- Program Studi Agribisnis- Program Studi Ekonomi Sumberdaya

dan Lingkungan- Program Studi Ekonomi Syariah

I. Fakultas Ekologi Manusia:- Program Studi Ilmu Gizi- Program Studi Ilmu Keluarga dan Konsumen- Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

INFORMASI: Kampus Institut Pertanian BogorJl. Raya Darmaga Kampus IPB Darmaga Bogor 16680 Jawa Barat, Indonesia

Telp/Faks. 0251-8625763 . Email : [email protected],id

J. Program Pendidikan Diploma

K. Sekolah Bisnis

Alasan memilih Program Sarjana Bisnis IPB : Diselenggarakan oleh lembaga pendidikan yang mempunyai 1. sejarah panjang dengan reputasi yang sangat baik. Sumberdaya pengajar yang berpengalaman termasuk 2. pengalaman bisnis yang nyata.Memiliki 3. link & match dengan industri/perusahaan ternama (studi banding, magang, employment opportunity).Program kemahasiswaan yang khas (4. CEO Talk Series and Entrepreneurial Development, Field Trips, Klub Kewirausahaan dan Kompetisi Ide Bisnis) Berkesempatan mengikuti 5. Dual Degree Program dengan berbagai universitas ternama di dunia

Setelah berkiprah lebih dari 23 tahun Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis IPB (MB-IPB) berhasil membangun reputasi yang sangat baik sebagai salah satu lembaga pendidikan bisnis di Indonesia. Pada tahun 2013 MB-IPB bahkan dinobatkan sebagai Sekolah Bisnis terbaik se-CIVETS (Colombia, Indonesia, Vietnam, Egypt, Turkey, South Africa) dan terbaik kedua se-ASEAN versi Webometrics.

Dalam rangka pengembangan kelembagaan, IPB mengelevasi MB-IPB menjadi full- fledged Sekolah Bisnis yang menawarkan program Sarjana, Magister sampai dengan Doktoral.

Tahun Akademik 2015/2016 Program Studi Sarjana (S1) Bisnis mulai dibuka sebagai bagian dari Sekolah Bisnis IPB (SB-IPB). Program studi ini dirancang untuk merespon tuntutan bangsa dan pasar agar lahir para wirausahawan muda yang handal, yang mampu mengelola kekayaan sektor pertanian, kelautan dan bio-sains tropika yang dimiliki oleh Indonesia secara profesional dan berkelanjutan.

Jumlah wirausahawan muda dalam bidang bisnis dan industri berbasis pertanian, kelautan dan bio-sains tropika, saat ini dinilai masih sangat kurang dibandingkan dengan kebutuhan bangsa. Bekal ilmu pengetahuan yang komprehensif dan implementatif belum cukup dalam mempersiapkan para mahasiswa untuk menjadi entrepreneur.

Untuk itu, di SB-IPB mahasiswa diyakinkan bahwa bisnis merupakan jalan karir mereka yang menjanjikan. Dimulai sejak dalam proses pendidikan, mahasiswa diajarkan untuk mendirikan dan menjalankan bisnis secara riil.

Program S1 Bisnis IPB dirancang untuk menghasilkan lulusan yang bermoral, berjiwa entrepreneur, berpikir strategis, bertindak taktis dan berkarya inovatif. Dengan kompetensi

tersebut, setiap lulusan dididik untuk :

Mampu melihat peluang dan memiliki keberanian untuk 1. memulai bisnis. Memiliki kemampuan manajerial dalam mengelola bisnis.2. Mampu berkomunikasi secara efektif dalam menjalankan 3. bisnis. Mampu berpikir analitis untuk mengambil keputusan bisnis 4. dan pengembangan potensi pribadi.Mampu memutuskan dan berpikir strategis serta berani 5. mengambil risiko.Memiliki kepedulian dan rasa tanggung jawab yang besar 6. terhadap aspek lingkungan dan etika dalam menjalankan bisnis.

Untuk mencapai kompetensi tersebut, racikan kurikulum yang inovatif disampaikan oleh pengajar

dan praktisi yang berpengalaman serta didukung dengan

fasilitas lengkap. Kuliah dan praktikum di kelas diperkaya dengan praktik-praktik bisnis

dan kunjungan serta benchmarking ke berbagai

perusahaan ternama. Selain itu mahasiswa mendapatkan pendidikan soft-

skills mengenai cara mengorganisasi diri sendiri maupun orang lain, bekerja dalam tim, kemampuan dalam bidang strategi komunikasi, serta bagaimana mengambil keputusan sulit di tengah kondisi yang rumit, baik secara klasikal maupun melalui kegiatan ekstra kurikuler di dalam atau di luar kampus.

Kurikulum dirancang secara komprehensif untuk membekali para mahasiswa belajar bagaimana mengidentifikasi peluang pasar, strategi eksekusi solusi yang inovatif, pengelolaan sumberdaya perusahaan yang efisien, mitigasi risiko dan isu-isu kelayakan berdasarkan prinsip creating shared values.

Lulusan S1 Bisnis akan bergelar Sarjana Bisnis (S.Bns). Program ini akan menghasilkan seorang entrepreneur, yang tidak hanya handal dalam keahlian manajemen tapi juga memiliki mentalitas seorang entrepreneur. Peluang karir untuk lulusan Sarjana Bisnis antara lain menjadi entrepreneur yang mampu mendirikan perusahaan atau usaha sendiri, menempati posisi-posisi strategis dalam manajemen dan eksekutif di berbagai instansi atau perusahaan, maupun menjadi konsultan bisnis yang handal.

Info:Kampus IPB Darmaga

Bogor 16680 - Jawa Barat Telp/Fax. 0251-8425635, 0251-8313813, Hp. 08111108358

Email: [email protected], [email protected]

IPB Buka Program Sarjana Bisnisdi Sekolah Bisnis

Bogor Agricultural University

Follow us on twitter: @sbipb facebook: Sekolah Bisnis IPB www.ipb.ac.id

Page 25: Agrimag Agustus.pdf