optimasi untuk pengelolaan tempat pengolahan sampah...

227
SKRIPSI OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH REDUCE-REUSE-RECYCLE (TPS 3R) DENGAN METODE FUZZY LOGIC DAN HILL CLIMBING (STUDI KASUS DINAS LINGKUNGAN HIDUP DKI JAKARTA) Skripsi ini Diajukan Sebagai Syarat Melaksanakan Kewajiban Studi Strata Satu Program Studi Sistem Informasi Disusun Oleh: RAMADANA ARBI 1113093000036 PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M / 1441 H

Upload: others

Post on 31-Oct-2020

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

SKRIPSI

OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN

SAMPAH REDUCE-REUSE-RECYCLE (TPS 3R) DENGAN

METODE FUZZY LOGIC DAN HILL CLIMBING

(STUDI KASUS DINAS LINGKUNGAN HIDUP DKI JAKARTA)

Skripsi ini Diajukan Sebagai Syarat Melaksanakan Kewajiban Studi Strata Satu

Program Studi Sistem Informasi

Disusun Oleh:

RAMADANA ARBI

1113093000036

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M / 1441 H

Page 2: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

SKRIPSI

OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN

SAMPAH REDUCE-REUSE-RECYCLE (TPS 3R) DENGAN

METODE FUZZY LOGIC DAN HILL CLIMBING

(STUDI KASUS DINAS LINGKUNGAN HIDUP DKI JAKARTA)

Skripsi ini Diajukan Sebagai Syarat Melaksanakan Kewajiban Studi Strata Satu

Program Studi Sistem Informasi

Disusun Oleh:

RAMADANA ARBI

1113093000036

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M / 1441 H

Page 3: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa
Page 4: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

i

SKRIPSI

OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN

SAMPAH REDUCE-REUSE-RECYCLE (TPS 3R) DENGAN

METODE FUZZY LOGIC DAN HILL CLIMBING

(STUDI KASUS DINAS LINGKUNGAN HIDUP DKI JAKARTA)

LEMBAR HALAMAN JUDUL

Diajukan Sebagai Syarat Melaksanakan Kewajiban Studi Strata Satu

Program Studi Sistem Informasi

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun Oleh:

RAMADANA ARBI

1113093000036

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M / 1441 H

Page 5: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

i

Page 6: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

Page 7: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN

Page 8: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

iii

Page 9: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Page 10: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

iv

Page 11: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

v

ABSTRAK

RAMADANA ARBI – 1113093000036, Optimasi Untuk Pengelolaan Tempat

Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS 3R) Dengan Metode Fuzzy Logic

dan Hill Climbing (Studi Kasus Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta) di bawah

bimbingan ibu MEINARINI CATUR UTAMI, M.T dan ibu Dr. QURROTUL

AINI, M.T.

Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta merupakan lembaga

pemerintah yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan Tempat Pengolahan

Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS 3R). Program TPS 3R memiliki peran untuk

membantu dalam hal pengurangan jumlah produksi sampah serta perbaikan kondisi

limbah atau sampah. Program TPS 3R dinilai masih belum berfungsi secara

optimal, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah produksi sampah DKI

Jakarta dari tahun ke tahun. Sebagian besar TPS 3R yang ada saat ini membutuhkan

bantuan pendanaan dari pihak pemerintah agar dapat melakukan pembenahan

terhadap TPS 3R yang belum berjalan secara optimal. Pendanaan pun sedang

dipersiapkan oleh pemerintah, namun tidak semua TPS 3R dapat diberi pendanaan

dikarenakan dana tersebut diambil dari anggaran pengelolaan sampah DKI Jakarta

sehingga bersifat terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini memiliki tujuan untuk

membangun sistem yang dapat membantu pihak pemerintah khususnya DLH DKI

Jakarta dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan sarana dan prasarana

TPS 3R terutama pemberian pendanaan berdasarkan kriteria terpilih, dengan

menggunakan metode fuzzy logic untuk menentukan tingkat kepentingan kriteria

dan metode optimasi hill climbing. Hasil penelitian ini adalah sebuah sistem yang

dapat memberikan rekomendasi kepada pihak DLH DKI Jakarta terkait pemilihan

TPS 3R yang diprioritaskan untuk diberikan pendanaan.

Kata Kunci: Pengelolaan Sarana dan Prasarana, TPS 3R, Optimasi, Fuzzy Logic,

Hill Climbing.

5 BAB + XVII Halaman + 190 Halaman + 51 Gambar + 20 Tabel + Daftar Pustaka

+ Lampiran

Pustaka Acuan (62, 1989-2018)

Page 12: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

v

Page 13: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena atas berkah,

rahmat, dan hidayah-Nya yang sungguh melimpah, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Optimasi Untuk Pengelolaan Tempat

Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS 3R) Dengan Metode Fuzzy

Logic dan Hill Climbing (Studi Kasus: Dinas Lingkungan Hidup DKI

Jakarta)” dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada

Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa salam beserta keluarga, sahabat serta

para pengikutnya hinga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah penulis untuk dapat

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud selaku Dekan Fakultas

Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

2. Bapak A’ang Subiyakto, M.Kom, Ph.D. selaku Ketua Program Studi Sistem

Informasi Fakultas Sains dan Teknologi dan Ibu Nidaul Hasanati, MMSI

selaku Sekretaris Program Studi Sistem Informasi Fakultas Sains dan

Teknologi.

3. Ibu Meinarini Catur Utami, M.T. sebagai Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, dan arahan kepada penulis selama proses

penyelesaian skripsi ini. Terima kasih banyak untuk seluruh waktu, tenaga,

Page 14: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

vii

kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa memberikan

motivasi serta membagikan banyak pengetahuan agar penulis bisa

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Ibu Dr. Qurrotul Aini, M.T sebagai Dosen Pembimbing II yang selalu sabar

dalam membimbing penulis, selalu memberi masukkan yang positif, serta

memberikan arahan dalam memperkuat argumen sehingga penulis bisa

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Seluruh Dosen Program Studi Sistem Informasi yang telah membagikan

ilmunya kepada penulis selama proses perkuliahan.

6. Seluruh karyawan Fakultas Sains dan Teknologi yang telah banyak

membantu penulis dalam perkuliahan, terutama dalam menyelesaikan

administrasi yang berkaitan dengan skripsi.

7. Ibu Rahmawati selaku KASI divisi Pengelolaan Kebersihan DLH DKI

Jakarta, Pak Ervan selaku pegawai divisi Pengelolaan Kebersihan, Ibu Olly

Tasya selaku petinggi InSWA, serta Bapak Eka selaku staf TPA Bantar

Gebang yang telah menjadi narasumber bagi penulis dalam melakukan

penelitian ini, dan seluruh rekan dari DLH DKI Jakarta yang tidak dapat

disebutkan satu per satu oleh penulis yang telah membantu penulis dalam

memperoleh data-data terkait dalam penyusunan skripsi ini.

8. Kedua orang tua penulis, (Alm.) Bapak Rusfian Awal dan Ibu dr Amwa

Yenni. Terima kasih untuk papi dan mami yang telah membesarkan dan

mendidik penulis dari lahir hingga saat ini, terima kasih untuk seluruh cinta

Page 15: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

viii

dan kasih yang selalu diberikan untukku. Terima kasih untuk doa-doa yang

selalu mengiri langkahku disegala situasi, saat senang maupun sedih.

9. Kakakku tersayang, Ryos Abdiansyah serta adikku tersayang, Ryorda

Triaptahadi. Terima kasih telah mengisi hari-hari penulis sehingga penulis

tidak pernah merasa kesepian, semoga kalian akan selalu menjadi saudara

dan sahabat terbaik yang mengiringi langkah penulis kedepannya.

10. Bapak Dr. rer. nat. Ditdit Nugeraha Utama, yang membantu

mengembangkan ide mengenai optimasi, sharing referensi-referensi

sumber data yang bermanfaat, dan memberikan semangat dalam

menyelesaikan skripsi.

11. Rekan seperjuangan Muhammad Fathurrahman, Muhammad Aldy Rivai,

Ibnu Yahya Saputra, Amelia Fauziyah, Risyad Abdala Ramadhan, Richardy

Affan S. Siregar, Tris Renanda, Gema Sanjaya, Aditia Angga Perdana,

Muhammad Reza Hamzah, dan rekan-rekan SI-13 lainnya.

12. Himpunan Mahasiswa Sistem Informasi (HIMSI), serta KKN D’Voice 88

yang memberikan pengalaman serta pembelajaran hidup sehingga

memberikan pengaruh untuk selalu optimis dalam setiap tantangan yang

ada.

13. Serta orang-orang yang terlibat dalam membantu dalam penyusunan

laporan skripsi ini.

Penulis memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar seluruh

dukungan, bantuan, dan bimbingan dari semua pihak dibalas pahala yang berlipat

Page 16: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

ix

ganda. Selain itu, penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat

kekurangan dan jauh dari kata sempurna sehingga saran dan kritik yang

membangun sangat penulis harapkan dan dapat disampaikan melalui

[email protected] Akhir kata, semoga penelitian ini dapat

memberikan manfaat dan sekaligus menambah ilmu bagi kita semua. Aamiin Ya

Rabbal ‘Alamin.

Jakarta, 21 Oktober 2019

RAMADANA ARBI

1113093000036

Page 17: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

vi

Page 18: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

x

DAFTAR ISI

LEMBAR HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ............................................................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................................... iv

ABSTRAK .....................................................................................................................v

KATA PENGANTAR ................................................................................................. vi

DAFTAR ISI .................................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................xiv

DAFTAR TABEL ......................................................................................................xvi

DAFTAR PERSAMAAN ..........................................................................................xvii

BAB 1 PENDAHULUAN ..........................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1

1.2 Identifikasi Masalah .........................................................................................7

1.3 Rumusan Masalah ............................................................................................8

1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................................8

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ............................................................9

1.6 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 10

1.7 Metode Penelitian .......................................................................................... 10

1.8 Sistematika Penulisan .................................................................................... 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 14

2.1 Konsep Dasar Penunjang Keputusan .............................................................. 14

2.1.1 Pengertian Keputusan ............................................................................. 14

2.1.2 Keputusan dalam Alquran ...................................................................... 15

2.1.3 Kualitas Keputusan ................................................................................ 15

2.1.4 Pengertian Sistem Penunjang Keputusan ................................................ 17

2.1.5 Karakteristik SPK .................................................................................. 19

2.1.6 Komponen SPK ..................................................................................... 21

2.1.7 Keuntungan SPK .................................................................................... 24

2.1.8 Tujuan Sistem Pendukung Keputusan ..................................................... 25

2.2 Pengertian Optimasi ....................................................................................... 26

2.2.1 Optimasi Heuristik ................................................................................. 27

Page 19: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

xi

2.2.2 Langkah-Langkah Optimasi ................................................................... 27

2.2.3 Fungsi dan Variabel Optimasi ................................................................ 28

2.2.4 Relative Value ........................................................................................ 29

2.3 Fuzzy Logic ................................................................................................... 29

2.3.1 Variable Linguistic ................................................................................. 31

2.3.2 Fungsi Keanggotaan (Membership Functions) ........................................ 32

2.3.3 Fuzzifikasi ............................................................................................. 33

2.3.4 Defuzzifikasi .......................................................................................... 34

2.4 Hill Climbing Optimization ............................................................................ 34

2.5 Pengertian dan Pengelolaan Sampah .............................................................. 35

2.5.1 Pengertian Sampah ................................................................................. 35

2.5.2 Sumber-Sumber Sampah ........................................................................ 36

2.5.3 Jenis-Jenis Sampah ................................................................................ 37

2.5.4 Pengelolaan Sampah .............................................................................. 39

2.6 Hubungan Sampah dengan Kesehatan Masyarakat ......................................... 51

2.7 Pengaruh Pengelolaan Sampah terhadap Masyarakat dan Lingkungan ............ 53

2.7.1 Pengaruh Positif ..................................................................................... 53

2.7.2 Pengaruh Negatif ................................................................................... 54

2.8 Pengelolaan Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS 3R) .............. 55

2.8.1 Pengertian TPS 3R ................................................................................. 55

2.8.2 Persyaratan TPS 3R................................................................................ 55

2.8.3 Fasilitas TPS 3R ..................................................................................... 56

2.8.4 Prosedur Kegiatan TPS 3R ..................................................................... 57

2.8.5 Ketentuan Peletakan TPS 3R .................................................................. 58

2.8.6 Pengadaan Sarana dan Prasarana TPS 3R ............................................... 59

2.8.7 Pengoperasian dan Pemeliharaan TPS 3R ............................................... 59

2.8.8 Pemantauan dan Evaluasi TPS 3R .......................................................... 60

2.9 Metodologi Pengembangan Sistem Informasi ................................................. 63

2.10 Rapid Application Development (RAD) ......................................................... 64

2.11 UML (Unified Modelling Language) .............................................................. 67

Use Case Diagram ................................................................................. 69

Activity Diagram .................................................................................... 69

Sequence Diagram ................................................................................. 70

Page 20: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

xii

Class Diagram ....................................................................................... 71

2.12 Perangkat Pengembangan Sistem ................................................................... 72

2.12.1 PHP ....................................................................................................... 72

2.12.2 XAMPP ................................................................................................. 72

2.12.3 MYSQL ................................................................................................. 73

2.13 Pengujian Sistem ........................................................................................... 74

2.13.1 Black Box Testing................................................................................... 75

2.13.2 Kelebihan dan Kekurangan Black Box Testing ........................................ 76

2.14 Kriteria yang digunakan ................................................................................. 76

BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................................ 80

3.1 Tahapan Penelitian ......................................................................................... 80

3.2 Analisis Awal ................................................................................................ 82

3.3 Pengumpulan Data ......................................................................................... 83

3.3.1 Metode Observasi .................................................................................. 83

3.3.2 Wawancara ............................................................................................ 84

3.3.3 Studi Kepustakaan.................................................................................. 86

3.3.4 Studi Literatur ........................................................................................ 87

3.4 Pengembangan Sistem ................................................................................... 92

3.4.1 Tahapan Perencanaan Kebutuhan (Requirement Planning) ..................... 93

3.4.2 Tahapan Perancangan (Workshop design) ............................................... 94

3.4.3 Tahapan Implementasi (Implementation) ................................................ 95

3.5 Laporan dan Dokumentasi ............................................................................. 95

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 96

4.1 Gambaran Umum DLH DKI Jakarta .............................................................. 96

4.2 Analisis Masalah............................................................................................ 98

4.3 Alur Tahapan Proses Optimasi ..................................................................... 105

4.4 Variable Linguistic (Parameterizing) ........................................................... 108

4.5 Membership Function (Fungsi Keanggotaan) ............................................... 112

4.6 Skenario Penilaian ....................................................................................... 115

4.7 Hill Climbing ............................................................................................... 136

4.8 Design Workshop ......................................................................................... 137

4.8.1 Design Proses....................................................................................... 137

4.8.2 Design Database .................................................................................. 148

Page 21: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

xiii

4.8.3 Design Interface ................................................................................... 162

4.9 Implementasi ............................................................................................... 165

4.9.1 Pemrograman ....................................................................................... 165

4.9.2 Interface Optimasi untuk Pengelolaan TPS 3R ..................................... 171

4.9.3 Uji Coba Aplikasi................................................................................. 173

BAB 5 PENUTUP .................................................................................................. 174

5.1 Kesimpulan.................................................................................................. 174

5.2 Saran ........................................................................................................... 174

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 176

LAMPIRAN .............................................................................................................. 183

Page 22: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Persentase Unit TPS di DKI Jakarta (DLH DKI Jakarta, 2017) ........ 2

Gambar 1.2 Jumlah Produksi Sampah DKI Jakarta (DLH DKI Jakarta, 2018) .... 4

Gambar 2.1 Karakteristik SPK.......................................................................... 20

Gambar 2.2 Komponen SPK (Sauter, 2010)...................................................... 22

Gambar 2.3 Subsistem Manajemen Data (Turban, Aronson, & Liang, 2007) .... 22

Gambar 2.4 Algoritma Tahapan Fuzzy logic (Utama, 2017) .............................. 30

Gambar 2.5 Contoh Fungsi Keanggotaan (Utama, 2017) .................................. 32

Gambar 2.6 Contoh Interpolasi Linier (Levy, 2010) .......................................... 33

Gambar 2.7 Hill Climbing Flowchart ............................................................... 34

Gambar 2.8 Pengelolaan sampah modern (Chunningham, 2004) ......................... 39

Gambar 2.9 Hubungan elemen dalam sistem pengelolaan sampah .................... 40

Gambar 2.10 Siklus RAD (Kendall & Kendall, 2010)....................................... 65

Gambar 2.11 Contoh Use Case Diagram .......................................................... 69

Gambar 2.12 Contoh Activity Diagram ............................................................. 70

Gambar 2.13 Contoh Sequence Diagram .......................................................... 70

Gambar 2.14 Contoh Class Diagram ................................................................ 71

Gambar 3.1 Tahapan Penelitian ........................................................................ 81

Gambar 4.1 Struktur Organisasi DLH DKI Jakarta ........................................... 97

Gambar 4.2 Persentase Jumlah Unit TPS 3R di DKI Jakarta. ............................ 98

Gambar 4.3 Denah TPS 3R............................................................................... 99

Gambar 4.4 Mesin Kompos dan Composting Area.......................................... 101

Gambar 4.5 Ruang Penyimpanan .................................................................... 101

Gambar 4.6 Skenario Pengelolaan Anggaran TPS 3R ..................................... 105

Gambar 4.7 Alur Tahapan Proses Optimasi .................................................... 106

Gambar 4.8 Variable Linguistic ...................................................................... 108

Gambar 4.9 Membership Function.................................................................. 112

Gambar 4.10 Use Case Diagram .................................................................... 139

Gambar 4.11 Activity Diagram Login Pengguna ............................................. 141

Page 23: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

xv

Gambar 4.12 Activity Diagram Entry Data ..................................................... 142

Gambar 4.13 Activity Diagram Manajemen Data Pengguna ............................ 143

Gambar 4.14 Activity Diagram Perhitungan Optimasi..................................... 144

Gambar 4.15 Activity Diagram Validasi ......................................................... 145

Gambar 4.16 Activity Diagram Laporan ......................................................... 146

Gambar 4.17 Activity Diagram Logout Pengguna ........................................... 147

Gambar 4.18 Class Diagram .......................................................................... 149

Gambar 4.19 Skema Database........................................................................ 150

Gambar 4.20 Sequence Diagram Login Pengguna .......................................... 155

Gambar 4.21 Sequence Diagram Entry Data .................................................. 156

Gambar 4.22 Sequence Diagram Manajemen Data Pengguna ......................... 157

Gambar 4.23 Sequence Diagram Perhitungan Optimasi .................................. 158

Gambar 4.24 Sequence Diagram Validasi....................................................... 159

Gambar 4.25 Sequence Diagram Laporan....................................................... 160

Gambar 4.26 Sequence Diagram Logout Pengguna ........................................ 161

Gambar 4.27 Design Interface Daftar TPS 3R ................................................ 162

Gambar 4.28 Design Interface Penentuan Jumlah Anggaran dan Optimasi ..... 163

Gambar 4.29 Design Interface Hasil Optimasi ................................................ 164

Gambar 4.30 Design Interface Laporan Hasil Optimasi .................................. 164

Gambar 4.31 Tampilan Interface Data TPS .................................................... 171

Gambar 4.32 Tampilan Interface Penentuan Jumlah Anggaran ....................... 171

Gambar 4.33 Tampilan Interface Optimasi ..................................................... 172

Gambar 4.34 Tampilan Interface Hasil Optimasi ............................................ 172

Page 24: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Studi Literatur Penelitian Sejenis ....................................................... 88

Tabel 4.1 Spesifikasi Kapasitas Pelayanan TPS ............................................... 102

Tabel 4.2 Data Kependudukan DKI Jakarta ..................................................... 102

Tabel 4.3 Data Kriteria Luas Lahan ................................................................. 115

Tabel 4.4 Data Kriteria Fasilitas TPS 3R ......................................................... 119

Tabel 4.5 Data Kriteria Jarak ........................................................................... 122

Tabel 4.6 Data Kriteria Kondisi Jalan .............................................................. 126

Tabel 4.7 Data Kriteria Kondisi Lingkungan ................................................... 129

Tabel 4.8 Data Semua Kriteria ........................................................................ 132

Tabel 4.9 Data Nilai Bobot Penilaian Semua Kriteria ...................................... 133

Tabel 4.10 Data Hasil Nilai Semua Kriteria ..................................................... 135

Tabel 4.11 Entitas (Aktor) Use Case Diagram................................................. 137

Tabel 4.12 Tabel TPS 3R ................................................................................ 151

Tabel 4.13 Tabel Fasilitas ................................................................................ 151

Tabel 4.14 Tabel Estetika Jalan ....................................................................... 152

Tabel 4.15 Tabel Kondisi Jalan ....................................................................... 152

Tabel 4.16 Tabel User ..................................................................................... 153

Tabel 4.17 Tabel Optimized TPS 3R ................................................................ 153

Tabel 4.18 Tabel TPS_Fasilitas ....................................................................... 154

Tabel 4.19 Hasil Uji Coba Sistem dengan Black-Box Testing .......................... 173

Page 25: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

xvii

DAFTAR PERSAMAAN

Persamaan 2.1 Fungsi dan Variabel Optimasi Secara Umum .............................. 28

Persamaan 2.2 Relative Value ............................................................................ 29

Persamaan 4.1 Nilai Bobot Crisp Output .......................................................... 114

Persamaan 4.2 Relative Value Maximum .......................................................... 115

Persamaan 4.3 Nilai Total Penilaian Optimasi .................................................. 134

Page 26: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

xvii

Page 27: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampah yang tidak terkelola sangat berbahaya bagi kehidupan

bermasyarakat ataupun lingkungan. Oleh karena itu sampah-sampah tersebut harus

dikontrol dalam hal pengelolaannya. Salah satu pengontrolan tersebut diaplikasikan

dengan penggunaan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST). Menurut UU

No.18 Tahun 2008 pasal 9 ayat 1 huruf b tentang pengelolaan sampah, tempat

pengolahan sampah terpadu adalah tempat dilaksanakannya pengumpulan,

pemilahan, penggunaan ulang, pendaur ulangan, dan pemrosesan akhir sampah.

Untuk ruang lingkup masyarakat, TPST diintegrasikan menjadi TPS Reduce-

Reuse-Recycle (3R). Menurut Petunjuk Teknis TPS 3R, Program TPS 3R memiliki

tujuan untuk membantu dalam hal pengurangan jumlah serta perbaikan kondisi

limbah atau sampah, yang nantinya akan dilakukan pengolahan secara kontinyu di

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah dan memiliki peranan dalam menjamin

menurunnya kebutuhan lahan untuk pengadaan TPA sampah di wilayah perkotaan.

Dalam proses kegiatannya, program ini akan lebih melibatkan pihak masyarakat

serta pemerintah daerah, pemberdayaan dari masing-masing pihak, dan juga

pembinaan serta pengawasan dari pemerintah daerah untuk kelangsungan program

TPS 3R. Seluruh hal mengenai TPS 3R merupakan tanggung jawab Suku Dinas

masing-masing wilayah di bawah pengawasan Dinas Lingkungan Hidup (DLH).

Page 28: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

2

DLH DKI Jakarta merupakan lembaga pemerintah yang bertanggung jawab

mengenai pengelolaan sampah yang ada di DKI Jakarta di bawah naungan

Kementerian Lingkungan Hidup. DLH DKI Jakarta yang beralamatkan di Jl.

Mandala V No.67, Cililitan, Kramat Jati, Jakarta Timur 13640, DKI Jakarta. DLH

DKI Jakarta memiliki 1100 Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang tersebar

di lima wilayah di DKI Jakarta. TPS 3R sudah termasuk di antara TPS tersebut,

dengan jumlah kurang lebih 67 yang tersebar di semua wilayah DKI Jakarta.

Menurut data yang dilansir dari divisi Pengelola Kebersihan DLH DKI Jakarta,

terdapat 11 unit TPS 3R di wilayah Jakarta Utara, 6 unit TPS 3R di Jakarta Barat,

12 unit TPS 3R di Jakarta Pusat, 10 unit TPS 3R di Jakarta Selatan, dan 28 unit TPS

3R di Jakarta Timur. Persentase jumlah unit TPS dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Persentase Unit TPS di DKI Jakarta (DLH DKI Jakarta, 2017)

Dipo8% TPS 3R

6%

Pool Gerobak37%

Pool Container28%

Bak Beton21%

PERSENTASE JUMLAH UNIT TPS DI DKI JAKARTA

Page 29: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

3

Mengingat peran penting yang dimiliki oleh TPS 3R, semua TPS 3R yang

ada tersebut pada dasarnya harus memiliki standar yang sesuai dengan ketentuan

yang telah dibuat oleh pemerintah. Standar yang telah dibuat oleh pemerintah

mengenai pengelolaan sampah dan TPS 3R tertuang dalam Permen PU No.3 Tahun

2013 dan Standar Nasional Indonesia (SNI) 3242:2008. Dalam Permen PU No.3

Tahun 2013 pasal 30 dan Standar Nasional Indonesia (SNI) 3242:2008 terdapat

beberapa kriteria teknis yang harus dimiliki oleh TPS 3R. Salah satu di antaranya

adalah luas lahan TPS 3R minimal harus mencapai 200 m2. Hal lain yang harus

menjadi pertimbangan adalah ketersediaan fasilitas seperti ruang penyimpanan,

pengomposan sampah organik, container, composting area dan fasilitas pendukung

lainnya. Selain itu lokasi TPS 3R harus mudah diakses, tidak mencemari

lingkungan, tidak mengganggu estetika lalu lintas, serta harus memiliki jadwal

pengumpulan dan pengangkutan. Hal lain yang patut diperhitungkan adalah jarak

antara TPS 3R dengan pemukiman warga, karena jarak erat kaitannya dengan

estetika dan cakupan pelayanan.

Program TPS 3R yang ada di DKI Jakarta nyatanya masih belum berjalan

secara optimal, hal ini didasarkan pada informasi yang didapat dari DLH bahwa

jumlah produksi sampah DKI Jakarta masih terus meningkat setiap tahunnya,

seperti yang dijabarkan pada Gambar 1.2 berikut ini.

Page 30: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

4

Peningkatan jumlah produksi sampah setiap tahunnya tidak sesuai dengan

tujuan dijalankannya program TPS 3R, yaitu mengurangi jumlah produksi sampah

di DKI Jakarta. Berkaitan dengan hal tersebut, Indonesia Solid Waste Association

atau InSWA memberikan informasi mengenai kondisi TPS 3R di DKI Jakarta.

InSWA merupakan organisasi yang bekerja sama dengan DLH DKI Jakarta,

bergerak di bidang manajemen dan teknologi pengelolaan sampah, serta didirikan

pada tanggal 28 Oktober 2003. Salah satu tugas InSWA adalah membantu

pemerintah dalam mendorong terciptanya UU No.18 Tahun 2008 tentang

pengelolaan sampah. Berdasarkan hasil wawancara dengan petinggi InSWA, Olly

Tasya, menjelaskan bahwa masih banyak permasalahan yang terjadi pada TPS 3R.

Permasalahan tersebut meliputi berbagai hal, mulai dari kurangnya fasilitas yang

ada pada TPS 3R, seperti tidak tersedianya wadah pemilahan dan ruang

penyimpanan, lalu menurunnya kualitas alat pencacah organik yang ada. Selain itu

ada TPS 3R yang mencemari jalan dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu,

sebagian besar TPS 3R yang ada saat ini membutuhkan bantuan pendanaan oleh

5800

6000

6200

6400

6600

6800

7000

7200

7400

7600

2015 2016 2017 2018

Jumlah Produksi Sampah DKI Jakarta (Dalam Ton)

Jumlah Produksi Sampah DKI Jakarta (Dalam Ton)

Gambar 1.2 Jumlah Produksi Sampah DKI Jakarta (DLH DKI Jakarta, 2018)

Page 31: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

5

pihak pemerintah terkait agar dapat melakukan pembenahan terhadap TPS 3R. Olly

juga menambahkan bahwa pihak pemerintah melakukan tinjauan atau survei

langsung ke TPS 3R, namun hanya sebatas tinjauan rutin untuk mendapat laporan

operasional tanpa adanya penanganan lebih lanjut terhadap TPS 3R. Berkaitan

dengan hal tersebut, Pak Ervan selaku staf dari divisi pengelola kebersihan DLH

DKI Jakarta, menyatakan bahwa pendanaan terhadap pengelolaan TPS khususnya

TPS 3R sedang dikaji dan ditinjau oleh pemerintah, namun perlu digarisbawahi

bahwa pendanaan yang nantinya akan disediakan bersifat terbatas dikarenakan dana

tersebut diambil dari anggaran pengelolaan sampah DKI Jakarta.

TPS 3R yang ada harus dibantu pengelolaannya agar dapat berjalan secara

optimal, namun tidak semua TPS 3R dapat dibantu dikarenakan pendanaan yang

dimiliki pemerintah terbatas. Untuk itu diperlukan pemilihan untuk menentukan

TPS 3R mana saja yang diprioritaskan untuk mendapat pendanaan. Dengan

demikian, dibutuhkan suatu sistem yang dapat membantu pihak pemerintah dalam

pengambilan keputusan terkait pengelolaan TPS 3R khususnya pengelolaan sarana

dan prasarana. Sistem penunjang keputusan (SPK) atau Decision Support System

(DSS) adalah sekelompok langkah-langkah yang didasarkan pada model untuk

memproses penilaian guna mendukung manajemen dalam hal pengambilan

keputusan baik masalah terstruktur, semi terstruktur, serta tidak terstruktur sesuai

dengan tujuan yang telah ditentukan (Sauter, 2010). SPK dapat menyajikan

informasi, menyampaikan perkiraan atau prediksi dan menuntun para pengguna

informasi sehingga dapat mengambil keputusan yang terbaik. Sistem tersebut akan

dibuat dengan menggunakan Multiple Objective Decision Making (MODM) yaitu

Page 32: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

6

suatu cara dengan pemilihan banyak kriteria sebagai landasan pengambilan

keputusan yang di dalamnya berisi proses perancangan, dimana metode matematik

digunakan untuk jumlah pilihan alternatif yang banyak atau sampai tak terhingga

(Zimmermann, 1991). Output yang dihasilkan sistem tersebut yakni berupa daftar

TPS 3R mana saja yang diprioritaskan untuk mendapat pendanaan berdasarkan

hasil seleksi dan perhitungan dari kriteria yang telah ditentukan.

Untuk mendukung penelitian ini, peneliti menggunakan metode fuzzy logic.

Hal ini didasarkan pada beberapa penelitian sejenis dengan menggunakan metode

yang sama. Salah satu di antaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh

Prabakaran et al. (2018), yang membahas mengenai salah satu produk pengelolaan

sampah yaitu pupuk yang berasal dari pengomposan. Metode fuzzy logic dalam

penelitian ini digunakan untuk membuat suatu sistem penunjang keputusan yang

dapat membantu mengurangi konsumsi pupuk dan meningkatkan produktivitas

tanaman. Mengenai objek penelitian, lahan yang tergabung dalam zona klimatik

agro. Sistem ini dapat dikembangkan untuk memaksimalkan produktivitas tanaman

berdasarkan fuzzy logic dengan mempertimbangkan profil tanah, kualitas air,

ketersediaan nutrisi primer, sekunder, juga mikro, faktor musiman, dan insiden

hama. Sistem yang dibuat sudah terbukti dapat menghasilkan 4 kali peningkatan

dalam rasio biaya manfaat di samping pengurangan konsumsi pupuk sebanyak 8

kali.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Allali et al. (2018), yang membahas

pengelolaan sarana dan prasarana pemerintah yaitu bangunan. Metode fuzzy logic

yang ada dalam penelitian ini digunakan sebagai dasar dalam menyajikan

Page 33: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

7

metodologi pemrosesan otomatis untuk membantu pihak terkait selama penilaian

kerusakan gedung pasca terjadi gempa. Mengenai objek penelitian, telah terpilih

sebanyak 27.000 gedung yang sudah tersimpan dalam basis data. Metodologi yang

diusulkan dapat memperkirakan tingkat kerusakan global bangunan dengan

mempertimbangkan informasi yang tidak tepat, tidak lengkap, atau tidak pasti.

Hasil dari penggunaan metodologi ini menunjukkan kinerja tinggi sebesar 90%

dengan kesesuaian global serta mengurangi jumlah aturan fuzzy menjadi 55, dengan

catatan semakin rendah jumlah aturan fuzzy, maka akan semakin sedikit waktu yang

dibutuhkan untuk pengembangan dan upaya perhitungan. Berdasarkan

permasalahan dan hasil penelitian sebelumnya, maka penulis melakukan penelitian

berjudul “Optimasi untuk Pengelolaan Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-

Recycle (TPS 3R) menggunakan metode Fuzzy Logic dan Hill Climbing” dan

dilakukan pada studi kasus di Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka dapat diidentifikasi

permasalahan sebagai berikut:

1. Program TPS 3R dinilai belum berjalan secara optimal, hal ini dibuktikan

dengan meningkatnya jumlah produksi sampah DKI Jakarta setiap

tahunnya, pada tahun 2015 jumlah produksi sampah DKI Jakarta berkisar

6.400 ton dan terus meningkat hingga pada tahun 2018 menjadi 7.500 ton.

2. Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak Ervan selaku staf Pengelola

Kebersihan DLH, tidak semua TPS 3R dapat diberikan pendanaan

Page 34: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

8

dikarenakan dana tersebut diambil dari anggaran pengelolaan sampah DKI

Jakarta, sehingga pendanaan yang dapat diberikan bersifat terbatas.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah sebelumnya, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana cara membangun sebuah sistem optimasi untuk pengelolaan

TPS 3R studi kasus pada Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta?

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan kegiatan penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan

khusus. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menghasilkan sistem yang dapat

membantu pihak terkait dalam menentukan TPS 3R mana saja yang diprioritaskan

untuk diberikan pendanaan, sehingga dapat memudahkan dalam pengambilan

keputusan dari data yang telah dihasilkan. Sedangkan tujuan khususnya yaitu:

1. Mengidentifikasi dan menentukan kriteria-kriteria yang digunakan dalam

proses optimasi untuk pengelolaan TPS 3R.

2. Penerapan metode Fuzzy Logic dan Hill Climbing dalam proses

pengambilan keputusan pada optimasi untuk pengelolaan TPS 3R.

3. Perancangan dan pembangunan tampilan optimasi untuk pemilihan TPS 3R

mana saja yang diprioritaskan untuk diberikan pendanaan dengan

menggunakan metode RAD.

Page 35: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

9

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Adapun ruang lingkup dan batasan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Penelitian ini dilakukan di Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta yang

beralamatkan di Jl. Mandala V No.67, Cililitan, Kramat Jati, Jakarta Timur

13640, DKI Jakarta, khususnya pada Divisi Pengelolaan Kebersihan.

2. Penelitian ini hanya berfokus pada penentuan dan pemilihan TPS 3R yang

diprioritaskan untuk diberikan pendanaan oleh pemerintah berdasarkan

kriteria-kriteria yang telah ditentukan.

3. Secara teori yang berdasarkan referensi-referensi maupun hasil analisis

data, penelitian ini memiliki lima kriteria yang dijadikan sebagai kriteria-

kriteria terkait dalam proses optimasi untuk pengelolaan TPS 3R dengan

metode fuzzy logic dan hill climbing yaitu luas lahan, fasilitas TPS, jarak

antara TPS dengan pemukiman warga, kondisi jalan, serta kondisi estetika

lingkungan.

4. Penelitian ini menggunakan metode fuzzy logic sebagai metode pembobotan

nilai kriteria-kriteria terkait dalam proses optimasi untuk pengelolaan TPS

3R dan metode hill climbing yang digunakan dalam penentuan pengambilan

keputusan.

5. Serta pembuatan sistem hasil proses optimasi dalam bentuk web-based

dengan bahasa program PHP dan MySQL sebagai basis datanya.

Page 36: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

10

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang didapat dari penelitian ini sebagai kontribusi kepada

khazanah ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut:

1. Memberikan gambaran umum tentang kondisi terkini mengenai TPS 3R

yang dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup.

2. Menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya pada bidang optimasi

ataupun ilmu sistem penunjang keputusan lainnya.

3. Menambah wawasan dan khasanah ilmu pengetahuan, serta pengalaman

penelitian khususnya dalam studi kasus optimasi.

4. Memberikan informasi yang dapat dimanfaatkan sebagai pendukung

keputusan bagi pihak pengelola kebersihan agar dapat memaksimalkan

fungsi dari TPS 3R.

1.7 Metode Penelitian

Dalam menganalisa dan merancang Optimasi Untuk Pengelolaan Tempat

Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS 3R) ini menggunakan metode

penelitian, yaitu:

1. Pengumpulan Data

Dilihat dari teknik pengumpulan data bisa dilakukan dengan wawancara,

observasi, dan studi kepustakaan.

Page 37: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

11

a. Observasi

Pengumpulan data dengan observasi langsung atau pengamatan

langsung di DLH DKI Jakarta, TPST Bantar Gebang, TPS 3R Rawa

Kerbo, dan TPS 3R Kramat Pela.

b. Studi Wawancara

Wawancara secara langsung dengan narasumber-narasumber yang

terkait dalam proses penelitian yaitu Kaseksi Divisi Pengelolaan

Kebersihan DLH DKI Jakarta, Kasatpel TPS 3R Rawa Kerbo, dan

Petinggi InSWA.

c. Studi Kepustakaan dan Penelaahan Dokumen

Mengumpulkan dan mempelajari literatur dari berbagai sumber baik

media cetak atapun media elektronik yang akan menjadi acuan dalam

penelitian.

2. Pengembangan SPK

Metode pengembangan yang digunakan adalah Rapid Application

Development (RAD) yang terdiri atas tahap-tahap sebagai berikut:

a) Fase Perencanaan Syarat

Penentuan kriteria-kriteria terkait dengan penelitian

Mengumpulkan data-data penelitian dari berbagai sumber

Pemodelan desain alur proses yang berjalan

b) Fase Workshop Design (perancangan dan konstruksi)

Pemodelan metode fuzzy logic dan hill climbing

Perancangan desain proses, database dan interface

Page 38: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

12

c) Fase Implementasi

Pemrograman

Pengujian sistem

1.8 Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan laporan, pembahasan terbagi dalam lima bab dengan

sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB 1 : PENDAHULUAN

Pada bab ini membahas tentang latar belakang, identifikasi

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup

dan batasan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian,

dan sistematika penulisan.

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi uraian tentang landasan teori yang berhubungan

dengan materi yang penulis buat serta teori-teori yang relevan

dengan permasalahan dan pustaka dari penelitian yang

dilakukan.

BAB 3 : METODE PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan medote-metode yang digunakan

penulis dalam melakukan pengumpulan data, penelitian, dan

penulisan laporan.

Page 39: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

13

BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan hasil analisis kebutuhan optimasi

dan sistem penyajian data hasil optimasi beserta langkah-

langkah perancangan desain sistem optimasi yang akan dibuat.

BAB 5 : PENUTUP

Bab ini berisi saran dan kesimpulan-kesimpulan dari yang

telah diuraikan oleh bab-bab sebelumnya.

Page 40: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

1

Page 41: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

14

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penunjang Keputusan

2.1.1 Pengertian Keputusan

Keputusan adalah kegiatan memilih suatu strategi atau tindakan dalam

memecahkan permasalahan, memberikan solusi dan untuk mencapai suatu tujuan

dari beberapa tujuan (Kusrini, 2007). Keputusan yang akan dibuat merupakan

suatu pemilihan di antara alternatif-alternatif. Dalam definisi ini mengandung tiga

pengertian, yaitu:

1. Ada pilihan yang berdasarkan logika atau pertimbangan

2. Ada beberapa alternatif yang harus dan dipilih salah satu yang terbaik

3. Ada tujuan yang ingin dicapai dan keputusan itu membantu mencapai tujuan

tersebut.

Terdapat beberapa jenis keputusan menurut Laudon dan Laudon (2012)

dalam buku Management Information System: Managing the Digital Firm:

1. Keputusan Terstruktur

Keputusan yang berulang atau rutin, serta terdapat prosedur yang jelas

dalam penyelesainnya.

2. Keputusan Semi Terstruktur

Keputusan tengah-tengah antara terstruktur dan tidak terstruktur sebagian

dari keputusan memiliki jawaban yang jelas dan terdapat prosedur penyelesainnya.

3. Keputusan Tidak Terstruktur

Page 42: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

15

Keputusan yang menyediakan penilaian, evaluasi dan visi untuk

menyelesaikan masalah, keputusan-keputusan tersebut penting, tidak teratur dan

tidak ada prosedur pasti dalam pembuatan keputusannya.

Untuk mencapai sebuah keputusan yang baik perlu melakukan proses

perhitungan yang akurat dan melibatkan kriteria yang mendukung keputusan

sehingga keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan secara logis,

saintis dan objektif terstruktur.

2.1.2 Keputusan dalam Alquran

Dalam Islam, makna keputusan tertuang dalam Q.S. Asy-Syuura ayat 38:

yang artinya: “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan

tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan

musyawarah di antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang

kami berikan kepada mereka”. Kata syura’ terambil dari kata syaur. Kata syuura

bermakna mengambil dan mengeluarkan pendapat yang terbaik dengan

memperhadapkan satu pendapat dengan pendapat yang lain secara bermusyawarah

dalam upaya mencapai suatu keputusan.

2.1.3 Kualitas Keputusan

Menurut Jain dan Lim (2010), keputusan yang berkualitas bisa dilihat dari

beberapa faktor di antaranya:

Page 43: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

16

1. Bingkai yang Sesuai (Appropriate frame)

Dalam membuat keputusan harus disesuaikan dengan tujuan dan batasan

permasalahannya.

2. Kreatif (Creative)

Kreatif dalam membuat keputusan maksudnya adalah menampilkan lebih

dari satu jenis alternatif keputusan agar bisa dibandingkan dan ditentukan

keputusan mana yang paling tepat.

3. Bermakna (Meaningful)

Keputusan yang dibuat harus bermakna, memiliki keterkaitan antara

komponen data dan informasinya.

4. Bernilai Jelas (Clear Value)

Keputusan harus memiliki kejelasan, tidak bermakna ganda atau bias.

Diperlukan kuantifikasi dan optimasi untuk memperjelas keputusan.

5. Pembuatan Alasan Logis Benar (Logically correct reasoning)

Proses pengambilan keputusan harus dapat ditelusuri kembali, nalar dan

logis.

6. Bertanggung jawab Atas Aksi (Commitment to action)

Keputusan yang dihasilkan memang benar-benar diperlukan untuk

menyelesaikan permasalahan dan ketika diimplementasi keputusan tersebut harus

mampu dipertanggungjawabkan.

Proses pengambilan keputusan terdiri atas 3 fase yaitu (Sauter, 2010):

a. Intellegence

Page 44: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

17

Proses pencarian kondisi-kondisi yang dapat menghasilkan keputusan.

Proses yang terjadi pada fase ini adalah menemukan masalah, klasifikasi masalah,

peguraian masalah, kepemilikan masalah.

b. Design

Proses pembuatan, pengembangan dan menganalisis hal-hal yang mungkin

untuk dilakukan. Termasuk pemahaman masalah dan pengecekan solusi yang

layak. Penentuan model yang dari masalah yang dirancang, dites dan divalidasi.

Proses design terdiri atas komponen model, struktur model, mengevaluasi kriteria,

pengembangan penyediaan alternatif, prediksi hasil, pengukuran hasil, skenario.

c. Choice

Pemilihan dari materi-materi yang tersedia, mana yang akan dikerjakan.

Pendekatan untuk pencarian pilihan ada dua yaitu teknis analitis menggunakan

perumusan matematis dan algoritma yaitu langkah demi langkah.

2.1.4 Pengertian Sistem Penunjang Keputusan

Sistem Penunjang Keputusan (SPK) atau dalam bahasa Inggris adalah

Decision Support System (DSS) merupakan sebuah sistem untuk memilih salah satu

jenis keputusan dari berbagai jenis alternatif keputusan yang ada dengan

menggunakan model-model pengambilan keputusan untuk menyelesaikan

masalah-masalah bersifat terstruktur, semi terstruktur dan tidak terstruktur dan

mencapai suatu target atau aksi tertentu yang harus dilakukan. Sistem berbasis

model yang terdiri atas prosedur-prosedur dalam pemrosesan data dan

pertimbangannya untuk membantu manajer dalam mengambil keputusan. Agar

Page 45: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

18

berhasil mencapai tujuannya maka sistem tersebut harus sederhana, mudah untuk

dikontrol, mudah beradaptasi, lengkap pada hal-hal yang penting dan mudah untuk

digunakan.

Sistem pendukung keputusan adalah pengembangan dari Sistem Informasi

Manajemen Terkomputerisasi yang dirancang sedemikian rupa sehingga bersifat

interaktif bagi pemakainya. Sifat interaktif memudahkan integrasi antara berbagai

komponen dalam proses pengambilan keputusan guna membentuk kerangka

keputusan yang bersifat fleksibel (Indriyani dan Humdiana, 2005). Kriteria atau

ciri-ciri dari keputusan di antaranya adalah banyak pilihan/alternatif, ada kendala

atau syarat, mengikuti suatu pola/model baik yang terstruktur maupun tidak

terstruktur, banyak input/variable, ada faktor resiko, dibutuhkan kecepatan,

ketepatan dan keakuratan.

Sistem Pendukung Keputusan bersifat fleksibel. Oleh karena itu, pengguna

bisa menambahkan, menghapus, menggabungkan, mengubah, atau menyusun

kembali elemen dasar. Sistem Pendukung Keputusan juga fleksibel dalam hal ini

bisa di modifikasi untuk memecahkan masalah lain yang sejenis.

Sauter (2010) mengatakan jika sistem pendukung keputusan paling

bermanfaat pada saat tidak diketahui secara pasti informasi yang perlu disediakan,

menggunakan model apa dan bahkan kemungkinan kriteria paling tepat. Atau

dengan kata lain sebelum sebuah keputusan dibuat adalah saat sistem pendukung

keputusan paling berguna.

Menurut Kusumadewi (2007) “Mutiple Criteria Decision Making”

(MCDM) adalah suatu metode pengambilan keputusan untuk menetapkan alternatif

Page 46: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

19

terbaik dari sejumlah alternatif berdasarkan beberapa kriteria tertentu. Kriteria

biasanya berupa ukuran-ukuran, aturan-aturan atau standar yang digunakan dalam

pengambilan keputusan. Berdasarkan tujuannya. MCDM dapat dibagi menjadi 2

model (Zimmermann, 1991) yaitu Multi Attribute Decision Making (MADM)

dan Multi Objective Decision Making (MODM).

1. Multiple Objective Decision Making (MODM)

Suatu metode dengan mengambil banyak kriteria sebagai dasar dari

pengambilan keputusan yang di dalamnya mencakup masalah perancangan

(design), dimana teknik teknik matematik untuk optimasi digunakan dan untuk

jumlah alternatif yang sangat besar (sampai dengan tak terhingga).

2. Multiple Attribute Decision Making (MADM)

Suatu metode dengan mengambil banyak kriteria sebagai dasar

pengambilan keputusan, dengan penilaian yang subjektif menyangkut masalah

pemilihan, dimana analisis matematis tidak terlalu banyak dan digunakan untuk

pemilihan alternatif dalam jumlah sedikit.

2.1.5 Karakteristik SPK

Karakteristik dan kapabilitas merupakan kunci dari Sistem Pendukung

Keputusan (Turban, Aronson, & Liang, 2007). Berikut ini adalah beberapa

katakteristik DSS atau SPK yang ditunjukan pada Gambar 2.1.

Page 47: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

20

Gambar 2.1 Karakteristik SPK

1. SPK mendukung pengambilan keputusan pada situasi semi terstruktur dan tak

terstruktur dengan memadukan pertimbangan manusia dan informasi

terkomputerisasi.

2. Mendukung pengambilan keputusan di berbagai tingkat manajemen yang

berbeda mulai dari pemimpin utama hingga manajer lapangan.

3. Pengambilan keputusan bisa dilakukan oleh individu dan juga grup. Untuk

masalah yang kompleks dan organisasional perlu melibatkan keputusan orang-

orang yang ada dalam sebuah grup. Sedangkan masalah yang strukturnya lebih

sederhana hanya membutuhkan keterlibatan beberapa individu yang terkait

langsung.

4. SPK menyediakan dukungan pada pengambilan keputusan yang berurutan dan

berkaitan.

5. SPK mendukung berbagai fase proses pengambilan keputusan yaitu

intelligence, design, choice dan implementation.

6. SPK mendukung berbagai proses pengambilan keputusan dan style yang

berbeda-beda.

Page 48: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

21

7. SPK bisa beradaptasi sepanjang masa dan fleksibel sehingga user dapat

menambahkan, menghapus, mengkombinasikan, mengubah atau mengatur

kembali elemen-elemen dasar.

8. SPK mudah untuk digunakan, user friendly, menggunakan bahasa yang mudah

dipahami dan bersifat interaktif.

9. SPK mencoba untuk meningkatkan efektivitas dari pengambilan keputusan

(akurasi, jangka waktu, kualitas) lebih daripada efisiensi yang diperoleh (biaya

membuat keputusan).

10. Pengambil keputusan memiliki kontrol yang menyeluruh terhadap semua

langkah proses pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah.

11. SPK mengarah pada pembelajaran, yaitu mengarah pada kebutuhan baru dan

peyempurnaan sistem yang mengarah pada pembelajaran tambahan dan

pengembangan peningkatan SPK secara berkelanjutan.

12. User harus mampu menyusun sendiri sistem yang sederhana. Sistem yang lebih

besar dapat dibangun dalam organisasi user tadi dengan melibatkan sedikit saja

bantuan dari spesialis di bidang Information System.

13. SPK biasanya menggunakan berbagai model dalam menganalisis keputusan

dan memberikan pandangan serta pelajaran baru.

14. SPK dilengkapi dengan komponen knowledge yang memberikan solusi efisien

dan efektif dari berbagai masalah.

2.1.6 Komponen SPK

Diperlukan beberapa komponen agar keputusan yang diambil sesuai dengan

yang diharapkan. Komponen SPK seperti pada Gambar 2.2 :

Page 49: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

22

Gambar 2.2 Komponen SPK (Sauter, 2010)

1. Subsistem manajemen data

Subsistem manajemen data mencakup database yang berisi data dan

informasi (kriteria dan nilai) yang relevan untuk suatu kondisi yang dikelola oleh

sistem manajemen basis data. Subsistem manajemen data terdiri atas elemen-

elemen seperti SPK database, Database management system, Data directory, query

facility dan digambarkan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Subsistem Manajemen Data (Turban, Aronson, & Liang, 2007)

Kemampuan yang dibutuhkan dari manajemen data di antaranya adalah

(Hasan, 2002):

Page 50: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

23

a. Kemampuan untuk mengkombinasikan berbagai variasi data melalui

pengambilan dan ekstraksi data.

b. Kemampuan untuk menambahkan sumber data secara mudah dan cepat

c. Kemampuan untuk menggambarkan struktur data logikal sesuai dengan

pengertian pemakai sehingga pemakai mengetahui apa yang tersedia

dan dapat menentukan kebutuhan penambahan dan pengurangan.

d. Kemampuan untuk menangani data secara personil sehingga pemakai

dapat mencoba berbagai alternatif pertimbangan personil.

e. Kemampuan untuk mengelola berbagai variasi data.

2. Subsistem manajemen model

Model menjadi sebuah domain atau aturan yang ada dalam perhitungan

antara kriteria dengan nilai-nilai agar dapat dipahami dan direplika. Kemampuan

yang dimiliki manajemen basis model meliputi:

a. Kemampuan untuk menciptakan model-model baru secara cepat dan

mudah.

b. Kemampuan untuk mengakses dan mengintegrasikan model-model

keputusan.

c. Kemampuan untuk mengelola basis model dengan fungsi manajemen

yang analog dan manajemen basis data (seperti mekanisme

menyimpan, membuat dialog, mengubungkan dan mengakses model).

3. Subsistem manajemen interface

Interface berfungsi sebagai alat interaksi di antara sistem keputusan dengan

pengguna yang memiliki wewenang penuh untuk mengambil keputusan.

Page 51: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

24

Kemampuan yang harus dimiliki oleh SPK untuk mendukung interaksi

pemakai/sistem meliputi:

a. Kemampuan untuk menangani berbagai variasi gaya interaksi, sehingga

interface harus mudah digunakan oleh pemakai.

b. Kemampuan untuk mengakomodasi tindakan pemakai dengan berbagai

peralatan masukan.

c. Kemampuan untuk menampilkan data dengan berbagai variasi format

dan peralatan keluaran.

2.1.7 Keuntungan SPK

Keuntungan SPK adalah (Turban, 2007):

1. Mampu mendukung pencarian solusi dari masalah-masalah yang kompleks

2. Memiliki respon yang cepat dalam kondisi yang berubah-ubah

3. Mampu menerapkan berbagai strategi yang berbeda pada konfigurasi berbeda

secara cepat dan tepat

4. Memberikan pandangan dan pembelajaran baru

5. Memfasilitasi komunikasi

6. Meningkatan kontrol manajemen dan kinerja

7. Menghemat biaya

8. Keputusan lebih tepat

9. Meningkatkan efektivitas manajerial, menjadikan manajer dapat bekerja lebih

singkat

10. Meningkatkan produktivitas analisis.

Page 52: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

25

2.1.8 Tujuan Sistem Pendukung Keputusan

Menurut Kusrini (2007) tujuan sistem pendukung keputusan adalah:

1. Membantu manajer dalam pengambilan keputusan.

2. Memberikan dukungan pertimbangan untuk manajer tetapi tidak menggantikan

fungsi manajer.

3. Meningkatkan efektivitas keputusan yang diambil manajer.

4. Kecepatan komputasi karena komputer memungkinkan para pengambil

keputusan untuk melakukan banyak komputasi (mencari, menyimpan dan

mengirimkan data) secara cepat dengan biaya yang rendah karena data

disimpan dalam database.

5. Peningkatan produktivitas dan menghemat biaya karena membangun satu

kelompok pengambil keputusan, terutama para pakar, bisa sangat mahal.

Pendukung terkomputerisasi bisa mengurangi ukuran kelompok dan

memungkinkan para anggotanya untuk berada diberbagai lokasi yang berbeda-

beda (menghemat biaya perjalanan).

6. Kualitas komputer bisa meningkatkan kualitas keputusan yang dibuat.

Semakin banyak data yang diakses makin banyak juga alternatif yang bisa

dievaluasi. Analisis resiko bisa dilakukan dengan cepat dan pandangan dari

para pakar yang berjarak jauh bisa dihimpun dengan cepat dan biaya yang

rendah. Keahlian bahkan bisa diambil langsung dari sebuah sistem komputer

melalui metode kecerdasan tiruan. Dengan komputer, para pengambil

keputusan bisa melakukan simulasi yang kompleks, memeriksa banyak

skenario yang memungkinkan dan menilai berbagai pengaruh secara cepat dan

Page 53: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

26

ekonomis. Semua kapabilitas tersebut mengarah kepada keputusan yang lebih

baik.

7. Berdaya saing manajemen dam pemberdayaan sumber daya perusahaan.

Tekanan persaingan menyebabkan tugas pengambil keputusan menjadi sulit.

Persaingan didasarkan tidak hanya pada harga, tetapi juga pada kualitas,

kecepatan, kustomasi produk dan dukungan pelanggan. Organisasi harus

mampu secara sering dan cepat mengubah mode operasi, merekayasa ulang

proses dan struktur, memberdayakan karyawan, serta berinovasi. Teknologi

pengambilan keputusan bisa menciptakan pemberdayaan signifikan dengan

cara memperolehkan seseorang untuk membuat keputusan yang baik secara

cepat, bahkan jika mereka memiliki pengetahuan yang kurang.

8. Mengatasi keterbatasan kognitif dalam pemrosesan dan penyimpanan, otak

manusia memiliki kemampuan yang terbatas untuk memproses dan

menyimpan informasi dengan cara yang bebas dari kesalahan.

2.2 Pengertian Optimasi

Optimasi adalah prinsip matematika yang berkaitan dengan menemukan

fungsi minimum dan maksimum, dari subjek-subjek yang memungkinan

menyesuaikan dengan batasan-batasan yang ada secara optimasi atau optimal

(Govan et al., 2006). Dalam artian lain, optimasi adalah suatu proses untuk

mencapai hasil yang ideal atau optimasi (nilai efektif yang dapat

dicapai). Optimasi dapat diartikan sebagai suatu bentuk mengoptimalkan sesuatu

hal yang sudah ada, ataupun merancang dan membuat sesusatu secara optimal. Ciri-

Page 54: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

27

ciri optimasi adalah dimana alternatif pilihannya sangat banyak, hal ini bisa

diterapkan di berbagai bidang seperti arsitektur, ekonomi, transportasi dan lain-lain

(Utama, 2016).

2.2.1 Optimasi Heuristik

Optimasi heuristik adalah sebuah proses mencari nilai terbaik dimana nilai

terbaik itu tidak pernah diketahui dimana atau bernilai berapa. Sebenarnya optimasi

heuristik dapat dikatakan sebagai proses pencarian nilai mendekati terbaik (near-

best) (Utama, 2017). Untuk alternatif solusi dengan jumlah sedikit (terbatas), solusi

dapat diselesaikan dengan metode scoring biasa. Namun, tantangan berikutnya

muncul. Dimana alternatif solusi yang akan diambil bisa saja merupakan jumlah

yang sangat banyak, bahkan tanpa batas. Kondisi tanpa batasnya jumlah alternative

solution, akan memunculkan berbagai istilah di dalam optimasi, seperti local

optimum, global optimum, local minimum dan global minimum (Utama, 2017).

2.2.2 Langkah-Langkah Optimasi

Dalam proses optimasi terdapat beberapa langkah yang dilakukan untuk

mendefinisikan masalah-masalah dalam pengambilan keputusan sebagai berikut

(Utama, 2016):

1. Mendapatkan inti penting dari definisi suatu masalah

Mengidentifikasi suatu masalah untuk mendapatkan uncontrollable factors

dan controllable inputs. Dimana uncontrollable factors adalah variabel-variabel

yang mempengaruhi faktor-faktor dari suatu masalah (random variables).

Page 55: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

28

Sedangkan controllable inputs adalah variabel-variabel yang dijadikan indikator-

indikator dalam mempengaruhi pengambilan keputusan (decision variables).

2. Membuat model matematika (skenario penilaian)

Membuat dan merencanakan model matematika untuk menyelesaikan

fungsi dan batasan dari suatu masalah yang terkait dalam pengambilan keputusan

(skenario penilaian), dimana skenario penilaian berfungsi sebagai proses penilaian

dari kriteria-kriteria yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan.

3. Menyelesaikan masalah

Menyesuaikan algoritma terbaik dalam proses penyelesaian masalah secara

optimal dari suatu masalah yang telah dimodelkan.

4. Implementasi penyelesaian masalah

Mengaplikasikan atau mengimplementasikan hasil dari solusi-solusi yang

telah didapatkan dalam proses penyelesaian masalah.

2.2.3 Fungsi dan Variabel Optimasi

Optimasi atau masalah pemrograman matematika dapat dinyatakan sebagai

berikut (Taha, 2007).

Minimumkan 𝒇 = 𝒇(𝒙) (2.1)

𝑿 = (𝒙𝟏, 𝒙𝟐,, … , 𝒙𝒏,)

dengan:

𝒇(𝒙)= Fungsi Objektif

𝑿 = Vektor Berdimensi- 𝑛 (Variabel Keputusan)

(𝒙𝟏, 𝒙𝟐,, … , 𝒙𝒏,) = Nilai Bobot

Page 56: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

29

2.2.4 Relative Value

Dalam pengambilan keputusan, relative value digunakan untuk menentukan

decision index (DI) atau bobot penilaian yang dimiliki oleh kriteria-kriteria terkait

dalam penyelesaian masalah pengambilan keputusan. Sehingga fungsi relative

value digunakan sebagai bobot penilaian prioritas kriteria-kriteria dalam proses

skenario penilaian. Menggunakan fungsi sebagai berikut (Utama, 2016):

𝑹𝒗𝒎𝒂𝒙 =𝑽𝒄

𝑽𝒎𝒂𝒙 =

𝑽𝒎𝒊𝒏

𝑽𝒄 (2.2)

dengan: 𝑹𝒗 = Nilai Bobot Penilaian

𝑽𝒄 = Nilai yang ditentukan dari setiap data

𝑽𝒎𝒂𝒙 = Nilai terbesar dari data yang ada

𝑽𝒎𝒊𝒏 = Nilai terkecil dari data yang ada

2.3 Fuzzy Logic

Fuzzy Logic atau logika bias dikenalkan oleh Dr. Lotfi Zadeh Universitas

California, Berkeley pada tahun 1965. Menurut Zadeh (dalam Utama, 2016), fuzzy

logic merupakan konsep, teknik atau metode untuk mengatasi penilaian terhadap

hal yang memiliki ketidakpastian, ketidakjelasan dan ambiguitas dari tanggapan

manusia, penilaian subjektif untuk berbagai situasi dan permasalahan di dunia nyata

(Utama, 2016). Dari perspektif ini, fuzzy logic adalah metode untuk menentukan

kapasitas manusia dalam hal ketepatan penalaran atau perkiraan penalaran. Sebuah

penalaran yang juga merupakan kemampuan manusia dalam menterjemahkan

alasan yang tidak pasti (perkiraan) dan menyimpulkannya. Dalam fuzzy logic,

semua truth atau kebenaran adalah parsial atau perkiraan. Alasan ini juga disebut

Page 57: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

30

penalaran interpolative, dimana proses interpolasi antara the binary extremes of true

dan false diwakili oleh kemampuan fuzzy logic untuk merangkum perkiraan truth

(Ross, 2010) seperti yang terlihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Algoritma Tahapan Fuzzy logic (Utama, 2017)

Gambar 2.4 adalah algoritma yang digunakan dalam proses fuzzy logic.

Diawali dengan mengidentifikasi problem serta keputusan apa yang akan dibuat

atau dicapai. Menentukan dan mengumpulkan data yang menjadi input (crisp input)

kemudian dikonversi ke himpunan fuzzy dengan menggunakan bahasa fuzzy

variable (variable linguistic). Selanjutnya membuat fungsi keanggotaan

(membership function) untuk proses fuzzifikasi yang mempresentasikan variable

linguistic untuk dipetakan ke dalam degree of the truth. Mengkonversi data output

ke nilai non-fuzzy (defuzzifikasi).

Menurut Zadeh (dalam Utama, 2016), dua konsep dalam logika fuzzy

memainkan peran utama dalam aplikasi. Peran pertama adalah variabel linguistik

yaitu, variabel yang nilainya adalah kata-kata atau kalimat dalam bahasa sintetik

Page 58: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

31

alami atau sindrom (Utama, 2016). Yang lain adalah fuzzy if-then rule, yang mana

konsekuensinya adalah proposisi yang mengandung variabel linguistik. Dalam hal

ini, logika fuzzy merupakan sebuah kemampuan luar biasa berdasarkan pikiran

manusia untuk merangkum data dan fokus pada informasi keputusan yang relevan.

Fuzzy logic merupakan sebuah cara yang efektif dan akurat untuk

mendeskripsikan presepsi manusia terhadap persoalan pengambilan keputusan.

Sebagian besar situasi tidaklah 100 persen benar atau salah. Ada banyak batasan

dan masalah pengambilan keputusan yang tidak dapat dengan mudah dimasukkan

ke dalam situasi tepat benar-salah oleh model matematis; atau jika dapat

dideskripsikan dalam cara ini, tetap bukan merupakan cara yang terbaik untuk

melakukannya.

2.3.1 Variable Linguistic

Variable Linguistic adalah sebuah konsep dalam logika fuzzy yang berperan

memanfaatkan toleransi terhadap ketidakjelasan. Variabel linguistik merupakan

variabel input atau output dari sistem yang nilainya berupa kata-kata atau kalimat

dari bahasa alami, bukan numerik nilai. Menurut Zadeh (dalam Utama, 2016), di

dalam variabel linguistik terdapat himpunan fuzzy (fuzzy set) yang merupakan suatu

grup yang mewakili suatu kondisi atau keadaan tertentu dalam suatu variable fuzzy.

Konsep himpunan fuzzy adalah fondasi untuk analisis dimana ada ketidakjelasan

(Utama, 2016). Contohnya adalah suhu yang mempresentasikan temperatur sebuah

ruangan yang memiliki himpunan fuzzy yaitu terlalu dingin, dingin, hangat, panas,

terlalu panas. Contoh lain misalnya, usia adalah variabel linguistik jika nilai-nilai

Page 59: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

32

linguistiknya mengenai seberapa muda, tua, maupun mengenai setengah baya,

sangat tua, tidak sangat muda dan sebagainya. Hal ini dijelaskan oleh Zadeh (dalam

Utama, 2016), bahwa Sebuah variabel linguistik ditafsirkan sebagai label dari

himpunan fuzzy yang ditandai dengan fungsi keanggotaan (membership function).

2.3.2 Fungsi Keanggotaan (Membership Functions)

Expert Judgment atau Penilaian Pakar adalah suatu cara pendekatan yang

bersifat intuitif untuk mengorganisasikan pemikiran diantara para pakar, untuk

mengatasi masalah pada masa yang akan datang (Soenarto, 2005). Tujuan utama

digunakannya fuzzy adalah untuk merepresentasikan penilaian pakar dalam

menanggapi beberapa alternatif solusi yang dikemukakan pada penelitian. Fungsi

keanggotaan digunakan untuk menentukan crisp awal melalui fuzzifikasi. Contoh

fungsi keanggotaan dengan kriteria Low, Middle dan High dapat dilihat pada

Gambar 2.5 dengan suatu kurva yang menunjukkan pemetaan titik- titik input data

kedalam nilai keanggotaannya (derajat keanggotaan) yang memiliki interval antara

0 sampai 1 (degree of trust).

Gambar 2.5 Contoh Fungsi Keanggotaan (Utama, 2017).

Page 60: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

33

2.3.3 Fuzzifikasi

Fuzzifikasi adalah proses pembuatan kuantitas crisp fuzzy. Cara

melakukannya hanya dengan mengakui bahwa banyak dari jumlah yang dianggap

sebagai crisp dan deterministik (model simulasi yang tidak memiliki variabel

random dalam inputnya) sebenarnya tidak deterministik sama sekali, karena

mengandung ketidakpastian. Jika bentuk ketidakpastian yang terjadi timbul karena

ketidaktepatan, ambiguitas, atau ketidakjelasan, maka variabel tersebut mungkin

fuzzy (samar) dan dapat diwakili oleh fungsi keanggotaan (Ross, 2010). Terdapat

banyak sekali metode untuk menerapkan fuzzifikasi, salah satunya yaitu metode

linear interpolation. Interpolation berarti menentukan kurva yang melewati garis

fungsi. Nilai yang mencapai garis fungsi dapat diketahui menjadi nilai pada titik

tertentu. Fungsi menyatakan kemungkinan yang paling sederhana tapi bukan

konstanta, disebut fungsi linier. Ketika menggunakan fungsi linier untuk

interpolasi, didapatkanlah linear interpolation (Kreinovich et al., 2015). Untuk

melakukan interpolasi linear maka harus diketahui dua data. Jika diketahui nilai

(𝑋1,𝑌1) dan (𝑋2,𝑌2) maka kita dapat menentukan harga 𝑌 di antara kedua data

tersebut untuk nilai 𝑋 yang didapat dari pakar melalui fungsi keanggotaan. Contoh

interpolasi linier dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Contoh Interpolasi Linier (Levy, 2010)

Page 61: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

34

2.3.4 Defuzzifikasi

Defuzzifikasi mengkonversi kualitas fuzzy untuk kulitas yang tepat, sama

seperti fuzzifikasi yaitu konversi dari jumlah yang tepat untuk kualitas fuzzy. Pada

dasarnya defuzzifikasi menggabungkan nilai crisp yang sebelumnya

difuzzifikasikan (Ross, 2010). Weighted mean merupakan salah satu metode yang

dipergunakan dalam proses defuzzifikasi. Biasanya terbatas output simetris fungsi

keanggotaan (Ross, 2010).

2.4 Hill Climbing Optimization

Metode Hill Climbing adalah salah satu metode yang digunakan dalam

menyelesaikan permasalahan pencarian jarak terdekat (Utama, 2017). Hill climbing

flowchart dapat dilihat pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Hill Climbing Flowchart

Page 62: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

35

Pertama menentukan tujuan awal (S), setelah itu dievaluasi. Kemudian

menentukan tujuan berikutnya (X) yang bersebelahan dengan tujuan awal (S) dan

dievaluasi. Jika tujuan berikutnya (X) memiliki nilai yang lebih baik dari tujuan

awal (S), maka berpindah dari tujuan awal (S) ke tujuan berikutnya (X). Proses ini

berlangsung hingga tujuan akhir ditemukan, yaitu tujuan yang memiliki nilai

terbaik.

2.5 Pengertian dan Pengelolaan Sampah

2.5.1 Pengertian Sampah

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 tahun 2008 yang

dimaksud dengan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau/proses

alam yang berbentuk padat. Sedangkan menurut peraturan menteri dalam negeri

nomor 33 tahun 2010 sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau

proses alam yang berbentuk padat yang terdiri atas sampah rumah tangga maupun

sampah sejenis sampah rumah tangga.

Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai

lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu

kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat

batasan, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak

disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak

terjadi dengan sendirinya (Notoatmodjo, 2003). Sampah adalah sesuatu yang tidak

digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal

dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2007).

Page 63: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

36

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya

suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya,

dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya

produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut

berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep

lingkungan maka Sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya.

Berdasarkan pengertian sampah tersebut dapat disimpulkan bahwa sampah

adalah suatu benda berbentuk padat yang berhubungan dengan aktifitas atau

kegiatan manusia, yang tidak digunakan lagi, tidak disenangi dan dibuang secara

saniter yaitu dengan cara-cara yang diterima umum sehingga perlu pengelolaan

yang baik.

2.5.2 Sumber-Sumber Sampah

Berikut ini merupakan sumber-sumber sampah (UU RI No. 18, 2008):

1) Sampah yang berasal dari pemukiman

Sampah ini terdiri atas bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah

tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti: sisa makanan, kertas/plastik

pembungkus makanan, daun dan lain-lain.

2) Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum

Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti: pasar, tempat

hiburan, terminal bus, stasiun kereta api dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas,

plastik, botol, daun dan sebagainya.

3) Sampah yang berasal dari perkantoran

Page 64: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

37

Sampah ini dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan,

departemen, perusahaan dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat kering dan

mudah terbakar.

4) Sampah yang berasal dari jalan raya

Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya terdiri atas

kertas, kardus, debu, batu-batuan, pasir, daun, palstik dan sebagainya.

5) Sampah yang berasal dari industri

Sampah dari proses industri ini misalnya sampah pengepakan barang,

logam, plastik, kayu, kaleng dan sebagainya.

6) Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan

Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya: jerami,

sisa sayur-mayur dan sebagainya.

7) Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan

Sampah ini dapat berupa kotoran ternak, sisa makanan ternak, bangkai

binatang dan sebagainya.

2.5.3 Jenis-Jenis Sampah

Berikut ini merupakan jenis-jenis sampah (UU RI No. 18, 2008):

1. Sampah Alam

Sampah yang diproduksi di kehidupan alam diintegrasikan melalui proses

daur ulang alami, seperti halnya daun-daun kering di hutan yang terurai menjadi

tanah. Di luar kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya

daun-daun kering di lingkungan pemukiman.

Page 65: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

38

2. Sampah Manusia

Sampah manusia adalah istilah yang biasa digunakan terhadap hasil-hasil

pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi bahaya

serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana

perkembangan) penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri.

3. Sampah Konsumsi

Sampah konsumsi adalah sampah yang dihasilkan oleh (manusia) pengguna

barang, dengan kata lain adalah sampah-sampah yang dibuang ke tempat sampah.

4. Sampah Nuklir

Sampah nuklir merupakan hasil dari fusi nuklir dan fisi nuklir yang

menghasilkan uranium dan thorium yang sangat berbahaya bagi lingkungan hidup

dan juga manusia. Hal ini dikarenakan kedua senyawa yang terbentuk bersifat

korosif atau merusak susunan partikel ketika bersentuhan ataupun ketika

melakukan kontak langsung. Oleh karena itu sampah nuklir disimpan di tempat-

tempat yang tidak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas tempat-tempat yang

dituju biasanya bekas tambang garam atau dasar laut (walau jarang namun kadang

masih dilakukan).

5. Sampah Industri

Sampah Industri terdiri atas sampah padat yang berasal dari industri-

industri, pengolahan hasil bumi.

6. Sampah Pertambangan

Sampah yang dihasilkan dari kegiatan pertambangan.

Page 66: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

39

2.5.4 Pengelolaan Sampah

Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengelolaan sampah dianggap baik

jika sampah tersebut tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit serta

sampah tersebut tidak menjadi media perantara menyebar luasnya suatu penyakit.

Syarat lainnya yang harus terpenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak

mencemari udara, air dan tanah, tidak menimbulkan bau (segi estetika), tidak

menimbulkan kebakaran dan lain sebagainya.

Menurut Cunningham (2004) tahap pengelolaan sampah modern terdiri atas

3R (Reduce, Reuse, Recycle) sebelum akhirnya dimusnahkan atau dihancurkan,

seperti pada Gambar 2.8.

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan,

pendaurulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya

mengacu pada material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia dan biasanya

dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau

keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya

Gambar 2.8 Pengelolaan sampah modern (Chunningham, 2004)

Page 67: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

40

alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif

dengan metoda dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat.

Menurut Sudarsono (2005), unsur-unsur pokok utama dalam pengelolaan

sampah (elemen/bagian) dan hubungan fungsi dari setiap elemen dan bagaimana

urgensinya masing-masing unsur tersebut agar memecahkan masalah secara efisien.

Unsur-unsur pokok/elemen fungsional seperti pada Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Hubungan elemen dalam sistem pengelolaan sampah

1. Proses yang menghasilkan sampah

Pengelolaan dalam tahap ini sulit dilaksanakan, karena dipengaruhi oleh

individu ataupun lokasi dimana suatu proses tersebut sewaktu menghasilkan

sampah. Dari pandangan ekonomi saat proses sampah dihasilkan adalah saat yang

sangat tepat untuk memisahkan antara bagian jenis sampah dengan maksud agar

sampah yang masih dapat dimanfaatkan kembali dapat dipisahkan dari sampah

yang harus dibuang, misalnya: kertas, kaleng, botol dan sampah lainnya.

Page 68: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

41

2. Penyimpanan sampah sementara

Dalam pengelolaan sampah, maka sampah yang ditampung sementara (kios

dan loods) merupakan unsur yang terpenting hubungannya dengan masyarakat

sekitar. Tempat penyimpanan/bak sampah harus memenuhi syarat antara lain: tidak

berkarat, kedap air, tertutup, mudah dibersihkan, tidak mudah rusak, berkualitas

tinggi dan alasnya harus dijaga supaya tidak mudah berlubang.

3. Pengumpulan sampah

Pengumpulan sampah yang dimaksud disini bukan sekedar pengumpulan

sampah saja tetapi juga mengangkat sampah dari kios dan loods ke tempat

pengumpulan, tempat pengolahan atau pemanfaatan kembali. Dalam pengelolaan

sampah, pengumpulan paling banyak memakan biaya, kurang lebih 80% dari semua

dana pengelolaan.

4. Pengangkutan sampah

Pengangkutan sampah dalam pengertian ini adalah pemindahan sampah

(dari tempat sampah sementara/pengumpulan) ke tempat pembuangan akhir dengan

kendaraan yang relatif lebih besar. Unsur pengangkutan ini penting sekali.

5. Pengelolaan dan pemanfaatan kembali

Dalam pengertian ini bahwa sampah diambil kembali oleh pemulung

ataupun pencari garbage untuk dijadikan makanan lemak untuk energi.

6. Pembuangan akhir

Kegiatan pada tahap ini adalah menampung seluruh sampah. Bahan-bahan

yang terbuang betul-betul bahan yang sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi dan

harus dibuang.

Page 69: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

42

2.5.4.1 Tujuan Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah adalah proses dengan dua tujuan (Notoatmodjo, 2003):

1) Mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis.

2) Mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan

bagi lingkungan hidup.

2.5.4.2 Cara-Cara Pengelolaan Sampah

Cara-cara pengelolaan sampah antara lain sebagai berikut (Notoatmodjo,

2003):

a) Pengumpulan dan pengangkutan sampah

Pengumpulan sampah dimulai di tempat sumber dimana sampah tersebut

dihasilkan. Dari lokasi sumbernya sampah tersebut diangkut dengan alat angkut

sampah. Sebelum sampai ke tempat pembuangan kadang-kadang perlu adanya

suatu tempat pembuangan sementara. Dari sini sampah dipindahkan dari alat angkut

yang lebih besar dan lebih efisien, misalnya dari gerobak ke truk atau dari gerobak

ke truk pemadat. Adapun Syarat tempat sampah yang dianjurkan:

1. Terbuat dari bahan yang kedap air, kuat dan tidak mudah bocor.

2. Mempunyai tutup yang mudah dibuka, dikosongkan isinya, mudah

dibersihkan.

3. Ukurannya diatur agar dapat diangkut oleh 1 orang.

Sedangkan syarat kesehatan tempat pengumpulan sampah sementara

(Mubarak dan Chayatin, 2009):

1. Terdapat dua pintu: untuk masuk dan untuk keluar.

Page 70: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

43

2. Lamanya sampah di bak maksimal tiga hari.

3. Tidak terletak pada daerah rawan banjir.

4. Volume Tempat Penampungan Sampah sementara mampu menampung

sampah untuk tiga hari.

5. Ada lubang ventilasi tertutup kasa untuk mencegah masuknya lalat.

6. Harus ada kran air untuk membersihkan.

7. Tidak menjadi perindukan vektor.

8. Mudah dijangkau oleh masyarakat/ dan kendaraan pengangkut.

b) Pemusnahan dan pengolahan sampah

Di dalam tahap pemusnahan sampah ini, terdapat beberapa metode yang

dapat digunakan, antara lain:

1) Sanitary landfill

2) Incineration

3) Composting

4) Hot feeding

5) Discharge to sewers

6) Dumping

7) Dumping in water

8) Individual inceneration

9) Recycling

10) Reduction

11) Salvaging

Page 71: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

44

2.5.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengelolaan Sampah

Kenyataan yang ada saat ini, sampah menjadi sulit dikelola oleh karena

berbagai hal (Notoatmodjo, 2003):

1. Pesatnya perkembangan teknologi, lebih cepat dari kemampuan masyarakat

untuk mengelola dan memahami masalah persampahan.

2. Meningkatnya tingkat hidup masyarakat yang tidak disertai dengan

keselarasan pengetahuan tentang persampahan.

3. Meningkatnya biaya operasi, pengelolaan dan konstruksi di segala bidang

termasuk bidang persampahan.

4. Kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien, tidak benar,

menimbulkan pencemaran air, udara dan tanah, sehingga juga

memperbanyak populasi vector pembawa penyakit seperti lalat dan tikus.

5. Kegagalan dalam daur ulang maupun pemanfaatan kembali barang bekas

juga ketidakmampuan masyarakat dalam memelihara barangnya sehingga

cepat rusak, Ataupun produk manufaktur yang sangat rendah mutunya,

sehingga cepat menjadi sampah.

6. Semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai Tempat Pembuangan Akhir

(TPA) sampah, selain tanah serta formasi tanah yang tidak cocok bagi

pembuangan sampah juga terjadi kompetisi yang semakin rumit akan

penggunaan tanah.

7. Semakin banyaknya masyarakat yang berkeberatan bahwa daerahnya

dipakai sebagai Tempat Penampungan Sampah.

8. Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan.

Page 72: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

45

9. Sulitnya menyimpan sampah sementara yang cepat busuk, karena cuaca

yang semakin panas.

10. Sulitnya mencari partisipasi masyarakat untuk membuang sampah pada

tempatnya dan memelihara kebersihan.

11. Pembiayaan yang tidak memadai, mengingat bahwa sampai saat ini

kebanyakan sampah dikelola oleh pemerintah.

12. Pengelolaan sampah di masa lalu dan saat sekarang kurang memperhatikan

faktor non teknis dan non teknis seperti partisipasi masyarakat dan

penyuluhan tentang hidup sehat dan bersih.

2.5.4.4 Persyaratan Kesehatan Pengolahan Sampah

Berdasarkan SK Dirjen PPM dan PLP Depkes RI (1989), bahwa

persyaratan kesehatan pengolahan sampah adalah sebagai berikut:

1. Pembuangan atau pewadahan sampah

a. Setiap sampah yang dihasilkan harus ditampung pada tempat sampah.

b. Sampah-sampah yang cepat busuk dan berbau sebelum ditampung

ditempat sampah agar dimasukkan dalam kantong kedap air dan diikat.

c. Tempat-tempat sampah yang dipakai untuk menampung sampah besar

harus:

Terbuat dari bahan yang kedap air, tak mudah dilubangi tikus dan

mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya.

Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa pengotoran

tangan.

Page 73: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

46

Mudah diisi dan dikosongkan.

d. Tempat sampah berupa bak beton permanen terutama di pemukiman tidak

dianjurkan.

e. Menampung sampah di tempat sampah, tidak boleh melebihi 3×24 jam (3

hari)

f. Tidak diperkenankan membiarkan sampah yang dapat menampung air

menjadi tempat perindukan serangga dan binatang pengerat.

g. Bila kepadatan tempat sampah melebihi 2 ekor per blok grill perlu

dilakukan pemberantasan dan perbaikan pengelolaan sampahnya.

2. Pengelolaan sampah setempat (pola individual)

a. Upaya untuk mengurangi volume, merubah bentuk atau memusnahkan

sampah yang dilakukan pada sumber penghasil sampah, harus

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Hanya dilakukan pada pemukiman yang kepadatannya kurang dari 50

jiwa/Ha.

Bila dilakukan pembakaran, asap dan debu yang dihasilkan tidak

mengganggu dan membahayakan kesehatan masyarakat sekitarnya.

b. Bila sampah yang dihasilkan ditimbun atau ditanam pada lubang galian

tanah, jaraknya terhadap sumur atau sumber air bersih terdekat minimal 10

meter.

c. Sampah-sampah yang berupa baterai bekas dan bekas wadah bahan

berbahaya dan beracun harus ditangani secara khusus.

Page 74: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

47

3. Pengumpulan sampah

a. Tidak diperbolehkan mengumpulkan sampah di luar bangunan tempat

pengumpulan sampah sementara.

b. Tempat pengumpulan sampah sementara (TPS) harus kedap air, tertutup

dan selalu dalam keadaan tertutup bila tidak sedang diisi atau dikosongkan

serta mudah dibersihkan.

c. Penempatan tempat pengumpulan sampah sementara:

Tidak berupa sumber bau dan lalat dari rumah terdekat.

Dihindarkan sampah masuk dalam saluran air.

Tidak terletak pada tempat yang mudah terkena luapan air atau banjir.

d. Pengosongan sampah di TPS harus dilakukan minimal 1 (satu) kali 1 (satu)

hari.

e. Bila TPS berupa stasiun pemindahan (transfer station) dimana dilakukan

proses pemadatan sampah ditempat tersebut, maka:

Tidak merupakan sumber bau dan lalat di rumah terdekat.

Dihindarkan sampah tidak masuk dalam saluran air.

Tidak terletak pada daerah yang mudah terkena luapan air atau banjir.

f. Harus diadakan pengamanan terhadap leachate.

g. Bila tempat tersebut tingkat kepadatan lalatnya lebih dari 20 ekor per blok

grill atau tikus terlihat pada siang hari, harus dilakukan pengendaliannya

h. Bila TPS berupa area atau lokasi untuk pemindahan sampah (transfer

depo) dari alat angkut kecil ke alat angkut yang lebih besar, maka:

Page 75: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

48

Pengosongan sampah harus dilakukan segera mungkin dan tidak

diperbolehkan menginap.

Lokasi tersebut terjaga kebersihannya.

4. Pengangkutan sampah

a. Alat pengangkut sampah harus mempunyai wadah yang mudah

dibersihkan bagian dalamnya serta dilengkapi dengan penutup.

b. Setiap keluar dari TPA sampah, semua kendaraan pengangkut sampah

selalu dalam keadaan bersih.

c. Petugas yang mengangkut sampah harus menggunakan perlengkapan

kerja sebagai berikut:

1. Pakaian kerja khusus, sarung tangan yang terbuat dari bahan

neopherene, masker, topi pengaman serta sepatu boot/lars.

5. Pengolahan sampah

a) Lokasi pengolahan sampah harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

Tidak merupakan sumber bau, asap, debu, bising, lalat dan binatang

pengerat bagi pemukiman terdekat.

Tidak menimbulkan pencemaran bagi sumber baku air minum.

Tidak terletak pada daerah yang mudah terkena luapan air atau banjir.

b) Tehnik pengolahan

Bila pengolahan sampah adalah pembakaran secara tertutup (insenarasi)

maka:

Emisi debu dan gas yang keluar dari cerobong insenerator harus

memenuhi persyaratan baku mutu lingkungan.

Page 76: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

49

Dalam hal-hal tersebut dimana populasi lalat telah melampaui 20 ekor

per blok grill atau keberadaannya cukup mengganggu, harus dilakukan

pengendaliannya.

Bila pengelola sampah untuk didaur ulang atau dimanfaatkan kembali,

maka:

a) Pengumpulan dan penumpukan sampah yang dapat didaur ulang tidak

merupakan perindukan serangga dan binatang pengerat serta

memperhatikan prinsip estetika.

b) Dalam proses pemisahan, dihindarkan terjadinya kecelakaan.

c) Hasil akhir pendaur ulangan sampah tidak membahayakan kesehatan

masyarakat.

Bila pengolahan sampah untuk pembuatan pupuk kompos, maka:

a) Pengumpulan dan penumpukan sampah yang dijadikan bahan pupuk

dan proses pematangan pupuk tidak merupakan tempat perindukan

serangga dan binatang pengerat serta memperhatikan prinsip estetika.

b) Air bekas pencucian alat dan leachate harus diamankan agar tidak

menimbulkan masalah pencemaran.

6. Pembuangan akhir sampah

a) Lokasi untuk tempat pembuangan akhir harus memenuhi ketentuan

sebagai berikut:

Tidak merupakan sumber bau, asap, debu, bising, lalat, binatang

pengerat bagi pemukiman terdekat (minimal 3 km).

Page 77: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

50

Tidak merupakan sumber pencemaran bagi sumber air baku untuk

minum dan jarak sedikitnya 200 meter atau lebih tergantung dari

struktur geologi setempat serta jenis sampahnya.

Tidak terletak pada daerah banjir.

Tidak terletak pada lokasi yang permukaan air tanahnya tinggi.

Tidak merupakan sumber bau, kecelakaan serta memperhatikan aspek

estetika terhadap jalan besar atau umum.

Jarak terhadap bandar udara tidak kurang dari 5 km.

b) Pengolahan sampah di TPA

Agar dilakukan upaya agar lalat, nyamuk, tikus, kecoak tidak

berkembang biak dan tidak menimbulkan bau.

Memilki drainase yang baik dan lancar.

Leachate harus diamankan sehingga tidak menimbulkan masalah

pencernaan.

TPA yang dipergunakan untuk membuang bahan beracun dan

berbahaya, lokasinya harus diberi tanda khusus dan tercatat di kantor

pemerintah daerah.

Dalam hal-hal tertentu dimana posisi lalat melebihi 20 ekor per blok

grill atau tikus terlihat pada siang hari atau ditemukan nyamuk aedes,

harus dilakukan pemberantasan dan perbaikan cara-cara pengolahan

sampah.

c) Pada TPA sampah harus disediakan alat keselamatan kerja sebagai berikut:

Masker, topi pengaman, sarung tangan terbuat dari bahan neopherene,

Page 78: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

51

sepatu kerja dan pakaian kerja khusus yang harus dipakai oleh petugas

yang terlibat dalam pengolahan sampah.

d) Pada setiap TPA sampah harus tersedia alat pemadam kebakaran baik

berupa tabung pemadam kebakaran maupun hidran.

e) Pada ruang kantor TPA harus tersedia perlengkapan P3K.

f) Pada setiap TPA harus tersedia fasilitas untuk mencuci kendaraan

pengangkutan sampah.

g) TPA sampah setelah tidak dipergunakan lagi sebagai Tempat

Penampungan Sampah:

Tidak boleh dipergunakan sebagai lokasi pemukiman.

Tidak diperkenankan mengambil air dari tempat tersebut untuk

keperluan sehari-hari.

2.6 Hubungan Sampah dengan Kesehatan Masyarakat

Menurut Suprapto (2005), Kesehatan seseorang maupun masyarakat

merupakan masalah sosial yang selalu berkaitan antara komponen-komponen yang

ada di dalam masyarakat. Sampah bila dapat diamankan dan dapat dikelola dengan

baik, maka tidak memiliki potensi berpengaruh terhadap lingkungan. Jika sampah

yang dikelola tidak berada pada tempat yang menjamin keamanan dan kelestarian

lingkungan, sehingga mempunyai dampak terhadap kesehatan lingkungan. Sampah

yang tidak dikelola dengan baik ini akan menjadi bermacam-macam fungsinya,

antara lain (Suprapto, 2005):

Page 79: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

52

1. Sebagai sarana penularan penyakit

Hal ini timbul karena sampah basah (garbage) dapat menjadi tempat

bersarangnya (breeding places) dan berkembang biaknya dari bermacam-macam

vektor penularan penyakit. Vektor tersebut adalah: lalat, kecoak, tikus dan nyamuk.

Lalat dan kecoak merupakan vektor penularan penyakit saluran pencernaan (perut)

seperti: disentri basiller, disentri amoeba, cholera, thypus abdominalis, diare

karena bakteri, dsb. Nyamuk merupakan vektor penularan penyakit demam

berdarah (DHF), Elephantiasis (kaki gajah) dan malaria. Tikus merupakan vektor

penularan penyakit pes. Di samping penyakit infeksi saluran pencernaan/perut, di

dalam tumpukan sampah basah (garbage) kadang-kadang mengandung telur-telur

cacing (cacing Trichinella spiralis, Ascaris Lumbricoides, Oxyuris

Vermecularis,dll.) Dari sampah juga dapat menjadi penyebab penyakit lain seperti

penyakit kulit dan jamur. Kemudian selain itu, dampak dari pembuangan sampah

yang tidak memenuhi syarat keamanan lingkungan dan kesehatan, misalnya

membuang sampah secara sembarangan, akan mengakibatkan pencemaran

lingkungan yang meliputi pencemaran tanah, air dan udara.

2. Sampah dapat mengganggu lalu lintas

Secara fisik sampah yang tidak terkelola dengan baik dapat mengganggu

kelancaran lalu lintas, terutama sampah yang teronggok di pinggir jalan atau di

sudut-sudut persimpangan jalan. Sampah yang demikian akan mengganggu

kenyamanan atau keindahan (estetika).

Page 80: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

53

2.7 Pengaruh Pengelolaan Sampah terhadap Masyarakat dan Lingkungan

Menurut Chandra (2007), pengelolaan sampah di suatu daerah akan

membawa pengaruh bagi masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri.

Pengaruh tersebut adalah (Chandra, 2007):

2.7.1 Pengaruh Positif

1. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa

dan dataran rendah.

2. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk.

3. Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses

pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh

buruk sampah tersebut terhadap ternak.

4. Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk berkembang

biak serangga atau binatang pengerat.

5. Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat hubungannya

dengan sampah.

6. Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan kegairahan hidup

masyarakat.

7. Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuan budaya

masyarakat.

8. Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran dana

kesehatan suatu negara sehingga dana itu dapat digunakan untuk keperluan

lain.

Page 81: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

54

2.7.2 Pengaruh Negatif

1. Pengaruh terhadap kesehatan

a) Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah

sebagai tempat perkembangbiakan vektor penyakit, seperti lalat atau

tikus.

b) Terjadinya kecelakaan akibat pembuangan sampah secara

sembarangan, misalnya luka akibat benda tajam seperti besi, kaca dan

sebagainya.

2. Pengaruh terhadap lingkungan

a) Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata.

b) Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan menghasilkan

gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.

c) Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya

kebakaran yang lebih luas.

3. Terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat

a) Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosial

budaya masyarakat setempat.

b) Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana yang

besar sehingga dana untuk sektor lain berkurang.

c) Penumpukan sampah di pinggir jalan menyebabkan kemacetan lalu

lintas yang dapat menghambat kegiatan transportasi barang dan jasa.

Page 82: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

55

2.8 Pengelolaan Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS

3R)

2.8.1 Pengertian TPS 3R

Menurut Permen PU No.3 Tahun 2013, Tempat Pengolahan Sampah

Dengan Prinsip 3R (reduce, reuse dan recycle), yang selanjutnya disingkat TPS 3R,

adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan

ulang dan pendauran ulang skala kawasan. Sedangkan menurut Petunjuk Teknis

TPS 3R, TPS 3R merupakan sebuah program yang bertujuan untuk mengurangi

kuantitas produksi sampah dan/atau memperbaiki karakteristik sampah, yang akan

diolah secara lebih lanjut di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah dan berperan

dalam menjamin semakin sedikitnya kebutuhan lahan untuk penyediaan TPA

sampah di perkotaan. Dalam penyelenggaraannya, kegiatan ini menekankan pada

pelibatan masyarakat dan pemerintah daerah, pemberdayaan masyarakat dan

pemerintah daerah serta pembinaan dan pendampingan Pemerintah Daerah untuk

keberlanjutan TPS 3R.

2.8.2 Persyaratan TPS 3R

Menurut Permen PU No.3 Tahun 2013 Pasal 30, TPS 3R harus memenuhi

persyaratan teknis seperti:

1. Luas TPS 3R, lebih besar dari 200 m2;

2. Tersedia sarana untuk mengelompokkan sampah menjadi paling sedikit 5

(lima) jenis sampah;

Page 83: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

56

3. TPS 3R dilengkapi dengan ruang pemilahan, pengomposan sampah organik,

gudang, zona penyangga dan tidak mengganggu estetika lalu lintas.

4. Jenis pembangunan penampung sisa pengolahan sampah di TPS 3R bukan

merupakan wadah permanen;

5. Penempatan lokasi TPS 3R sedekat mungkin dengan daerah pelayanan

dalam radius tidak lebih dari 1 km;

6. Luas lokasi dan kapasitas sesuai kebutuhan;

7. Lokasinya mudah diakses;

8. Tidak mencemari lingkungan; dan

9. Memiliki jadwal pengumpulan dan pengangkutan.

2.8.3 Fasilitas TPS 3R

Menurut Permen PU No. 3 Tahun 2013 Pasal 30 ayat (1) huruf (c), Fasilitas

TPS 3R meliputi empat fasilitas utama yang wajib dimiliki seperti container, mesin

pencacah organik, composting area (area pengomposan) serta ruang penyimpanan.

Selain itu, berdasarkan Dokumen Evaluasi TPS DLH DKI Jakarta Tahun 2017, TPS

3R dilengkapi dengan tiga fasilitas penunjang lain seperti saluran air lindi,

penampungan air lindi, dan penghijauan. Ketersediaan dan kelengkapan fasilitas

yang dimiliki sangat mempengaruhi kinerja dari TPS 3R dikarenakan fasilitas-

fasilitas tersebut merupakan hal terpenting dari keberadaan TPS 3R.

Page 84: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

57

2.8.4 Prosedur Kegiatan TPS 3R

Terdapat dua kegiatan pengolahan sampah yang paling penting untuk

dilaksanakan, yaitu:

1. Pemilahan Sampah

Pemisahan sampah di TPS 3R dilakukan untuk beberapa jenis sampah

seperti sampah B3 rumah tangga (selanjutnya akan dikelola sesuai dengan

ketentuan), sampah kertas, plastik, logam/kaca (akan digunakan sebagai bahan daur

ulang) dan sampah organik (akan digunakan sebagai bahan baku kompos).

2. Pembuatan Kompos

Pembuatan kompos di TPS 3R dapat dilakukan dengan berbagai metode,

antara lain Open Windrow dan Caspary. Sedangkan pembuatan kompos cair di TPS

3R dapat dilakukan dengan Sistem Komunal Instalasi Pengolahan Anaerobik

Sampah (SIKIPAS). Proses pembuatan kompos pada TPS 3R adalah sebagai

berikut:

a. Sampah yang digunakan sebagai bahan baku kompos adalah sampah

dapur (terseleksi) dan daun potongan tanaman.

b. Metode pembuatan kompos dapat dilakukan dengan berbagai cara

antara lain dengan open windrow dan caspary.

c. Perlu dilakukan analisis kualitas terhadap produk kompos secara acak

dengan kriteria antara lain warna, C/N rasio, kadar N, P, K dan logam

berat. Dalam pengecekan analisis kualitas produk kompos, bisa bekerja

sama dengan laboratorium tanah yang ada di universitas atau milik

instansi pemerintah setempat.

Page 85: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

58

d. Pemasaran produk kompos dapat bekerja sama dengan pihak koperasi

dan dinas (Kebersihan, Pertamanan, Pertanian dan lain-lain).

Untuk pengaliran udara pada proses pengomposan, setiap tumpukan sampah

diberi sebuah terowongan bambu (bamboo aerator) Penumpukan sampah di atas

terowongan bambu agar sesuai dengan ketentuan pada butir 9. Hal tersebut penting

untuk menjamin tercapainya suhu ideal pada proses pengomposan, yaitu 45-65 °C.

Setelah itu melakukan penyiraman setiap mencapai ketebalan 30 cm agar

kelembaban merata. Secara berkala, tumpukan sampah dibalik 1 atau 2 kali

seminggu secara manual. Pembalikan tumpukan dapat dilakukan dengan

memindahkan tumpukan ke tempat berikutnya. Waktu pembalikan dicatat dan

tumpukan yang sudah dilakukan pembalikan diberi tanda tanggal pembalikan.

2.8.5 Ketentuan Peletakan TPS 3R

Bangunan TPS 3R terdiri atas:

a. Areal Pengomposan: 50%

b. Areal Pemilahan: 10%

c. Areal Penyaringan/Pengemasan: 15%

d. Gudang: 10%

e. Tempat barang lapak: 5%

f. Areal Penumpukan Residu: 5%

g. Kantor: 5%

Page 86: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

59

2.8.6 Pengadaan Sarana dan Prasarana TPS 3R

Pengadaan dan pembangunan prasarana dan sarana TPS 3R pada kawasan

permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas

umum, fasilitas sosial dan fasilitas lainnya wajib disediakan oleh pengelola.

Sedangkan prasarana dan sarana TPS 3R pada wilayah permukiman disediakan

oleh pemerintah kabupaten/kota. Keberadaan sarana dan prasarana TPS 3R sangat

dibutuhkan guna menunjang segala prosedur kegiatan yang akan dilakukan sesuai

dengan peraturan yang telah dibuat.

2.8.7 Pengoperasian dan Pemeliharaan TPS 3R

Pelaksanaan kegiatan 3R didasarkan atas azas kebutuhan masyarakat.

Dalam pelaksanaan pengelolaan sampah skala kawasan permukiman perlu

dibuatkan jadwal kegiatan; berdasarkan perencanaan jangka pendek, jangka

menengah dan jangka panjang. Kegiatan pendampingan merupakan langkah

pemantauan atas pelaksanaan/terapan dari seluruh rencana kegiatan. Kegiatan ini

lebih di fokuskan pada kelancaran teknis pengelolaan sampah di sumber maupun di

TPS 3R. Dalam kegiatan ini tetap dilakukan sosialisasi/kampanye kegiatan dalam

upaya melakukan.

1. Pelatihan Fasilitator

Fasilitator melakukan kegiatan pelatihan kepada calon pengelola/KSM

untuk persiapan pengoperasian TPS 3R yang meliputi:

A. Proses pengumpulan

B. Proses pemilahan

Page 87: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

60

C. Proses pengolahan sampah organik

D. Proses pengolahan sampah non organik

E. Proses penanganan residu

F. Proses pemanfaatan hasil

G. Proses pendataan, pengaturan, pembukuan dan manajerial

H. Pembiayaan pengoperasian dan pemeliharaan

2. Pengoperasian TPS 3R

Pengoperasian TPS 3R dilaksanakan dalam beberapa tahapan yaitu:

1. Uji coba pengoperasian peralatan yang ada di TPS 3R. Dalam uji coba

ini didampingi oleh fasilitator dan dinas terkait.

2. Pelaksanaan pengoperasian TPS 3R sebaiknya dalam 3 bulan pertama

masih didampingi oleh fasilitator.

2.8.8 Pemantauan dan Evaluasi TPS 3R

1. Pemantauan

Pemantauan dilakukan terhadap pelaksanaan penyelenggaraan TPS 3R

berbasis masyarakat yang meliputi:

1. Proses sosialisasi kepada seluruh lokasi yang berpotensi mengelola

sampah 3R berbasis masyarakat.

2. Pelaksanaan survai Lapangan yang dilakukan oleh fasilitator mengenai

timbulan dan komposisi sampah serta kondisi masyarakat dan pemilihan

teknologi penyelenggaraan TPS 3R berbasis masyarakat.

Page 88: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

61

3. Pelaksanaan penyiapan masyarakat yang terdiri atas sosialisasi 3R,

verifikasi teknologi ditingkat masyarakat, pemilihan lokasi TPS 3R,

pembentukan KSM dan Penyusunan RKM.

4. Pelaksanaan pembangunan dan pengadaan prasarana dan sarana

penyelenggaraan TPS 3R berbasis masyarakat.

5. Pelaksanaan penyelenggaraan TPS 3R berbasis masyarakat yang

meliputi:

a. Teknis pengoperasian

b. Pembentukkan kelembagaan

c. Pendanaan

d. Pengaturan dan Perundangan

e. Peran Serta Masyarakat

f. Keberlanjutan Kegiatan

2. Evaluasi

Indikator penting dalam Pengelolaan TPS terpadu 3R berbasis masyarakat

adalah:

1. Peningkatan peran serta masyarakat dalam keterlibatannya pada kegiatan

Pengelolaan TPS terpadu 3R berbasis masyarakat. (Diukur berdasarkan

jumlah masyarakat yang terlibat);

2. Terbentuknya lembaga (KSM) dalam penyelenggaraan TPS 3R berbasis

masyarakat (diukur dari jumlah lokasi yang mempunyai KSM);

3. Adanya dana yang mendukung keberlanjutan kegiatan (diukur

berdasarkan adanya sumber dana);

Page 89: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

62

4. Adanya teknologi pengolahan sampah yang berkelanjutan dalam

mendukung Pengelolaan TPS 3R berbasis masyarakat (diukur

berdasarkan jumlah masyarakat yang menerapkannya secara

keberlanjutan dan mandiri);

5. Adanya pengaturan yang jelas dalam penyelenggaraan TPS 3R berbasis

masyarakat (diukur berdasarkan surat keputusan/surat edaran tentang tata

cara penyelenggaraan TPS 3R dari pimpinan wilayah RT, RW dan

kelurahan);

6. Adanya pengurangan sampah yang dibuang ke TPA; dan

7. Adanya upaya pengembangan dan replikasi.

Evaluasi pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan TPS 3R di masyarakat

dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota.

3. Evaluasi Tingkat Kabupaten/Kota

Evaluasi pelaksanaan kegiatan di tingkat kabupaten/kota dilakukan dengan

mempertimbangkan masukan dari hasil pemantauan yang dilakukan oleh fasilitator

dan Kepala Desa/Lurah. Indikator dalam evaluasi tingkat kabupaten/kota adalah :

1. Jumlah masyarakat pada lokasi terpilih yang terlibat dalam

penyelenggaraan TPS 3R berbasis masyarakat.

2. Jumlah kepala keluarga yang terlibat langsung dalam kegiatan

pelaksanaan penyelenggaraan TPS 3R berbasis masyarakat

3. Jumlah sampah tereduksi

4. Jenis produk daur ulang sampah

Page 90: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

63

5. Kesesuaian pelaksanaan penanganan sampah dengan prinsip 3R yang

berbasis masyarakat.

Jika didapatkan hal-hal yang tidak sesuai dengan ketentuan yang telah

dibuat, maka pihak pengelola wajib melakukan penanganan lebih lanjut agar

pengelolaan TPS 3R dapat berjalan secara efefktif dan optimal. Berbagai pihak

yang terlibat dengan TPS 3R diharapkan dapat bekerja sama agar tujuan dibuatnya

TPS 3R dapat tercapai. Segala sesuatu mengenai TPS 3R telah tertuang dalam

Permen PU No. 3 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Sarana dan Prasarana

Persampahan Dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis

Sampah Rumah Tangga.

2.9 Metodologi Pengembangan Sistem Informasi

Metodologi pengembangan sistem berarti pendekatan yang digunakan

dalam menerapkan SDLC, sehingga kurang tepat dikatakan apabila SDLC

merupakan suatu metodologi. Terdapat tiga kelas dalam metodologi pengembangan

sistem, yaitu Structured Design, Rapid Application Development dan Agile

Development (Dennis et al., 2012). Metodologi pengembangan sistem mengacu

pada kerangka kerja yang digunakan untuk merencanakan, mengontrol dan

menyusun proses pengembangan sistem informasi. Setiap metodologi memiliki

kelemahan dan kekurangan, sebuah metodologi bisa digunakan untuk semua jenis

projek, mereka memiliki tempat terbaiknya masing-masing. Metodologi ini

diciptakan dan memiliki karakteristik yang berbeda karena memang diciptakan

Page 91: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

64

khusus untuk menyelesaikan masalah yang berbeda-beda juga, sesuai dengan

karakteristik metodologi tersebut.

2.10 Rapid Application Development (RAD)

Rapid Application Development (RAD) adalah strategi pengembangan

sistem yang menekankan pada kecepatan pembangunan melalui keterlibatan

pengguna secara cepat, berulang, pembangunan bertahap dari serangkaian

prototype sebuah sistem yang berkembang menjadi sebuah sistem akhir atau dalam

bentuk versi (Whitten, Bentley, & Dittman, 2007).

Dengan mengikuti kemajuan ekonomi yang lebih cepat secara umum,

menuntut pengembangan aplikasi dilakukan secara cepat juga. Pengembangan

aplikasi dengan menggunakan metode RAD ini dapat dilakukan dalam waktu yang

relatif lebih cepat dan melibatkan pengguna sistem dalam proses analisis,

perancangan dan konstruksi. Pemaparan konsep yang lebih spesifik lagi dijelaskan

oleh Pressman (2015) dalam bukunya, “Software Engineering: A Practition’s

Approach”. Ia mengatakan bahwa RAD adalah proses model perangkat lunak

inkremental yang menekankan siklus pengembangan yang singkat. Model RAD

adalah sebuah adaptasi “kecepatan tinggi” dari model waterfall, dimana

perkembangan pesat dicapai dengan menggunakan pendekatan konstruksi berbasis

komponen.

Jika tiap-tiap kebutuhan dan batasan ruang lingkup projek telah diketahui

dengan baik, proses RAD memungkinkan tim pengembang untuk menciptakan

sebuah “sistem yang berfungsi penuh” dalam jangka waktu yang sangat singkat.

Page 92: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

65

Dari penjelasan Pressman (2015) ini, satu perhatian khusus mengenai metodologi

RAD dapat diketahui, yakni implementasi metode RAD akan berjalan maksimal

jika pengembang aplikasi telah merumuskan kebutuhan dan ruang lingkup

pengembangan aplikasi dengan baik.

Sedangkan menurut Kendall (2010), RAD adalah suatu pendekatan

berorientasi objek terhadap pengembangan sistem yang mencakup suatu metode

pengembangan serta perangkat-perangkat lunak. RAD bertujuan mempersingkat

waktu yang biasanya diperlukan dalam siklus hidup pengembangan sistem

tradisional antara perancangan dan penerapan suatu sistem informasi. Pada

akhirnya, RAD sama-sama berusaha memenuhi syarat-syarat bisnis yang berubah

secara cepat, seperti yang terlihat pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Siklus RAD (Kendall & Kendall, 2010)

Menurut Kendall (2010), terdapat tiga fase dalam RAD yang melibatkan

penganalisis dan pengguna dalam tahap penilaian, perancangan dan penerapan.

Adapun ketiga fase tersebut adalah requirements planning (perencanaan syarat-

syarat), RAD design workshop (workshop desain RAD)

Page 93: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

66

dan implementation (implementasi). Sesuai dengan metodologi RAD menurut

Kendall (2010), berikut ini adalah tahap-tahap pengembangan aplikasi dari tiap-tiap

fase pengembangan aplikasi:

1. Requirements Planning (Perencanaan Syarat-Syarat)

Dalam fase ini, pengguna dan penganalisis bertemu untuk

mengidentifikasikan tujuan-tujuan aplikasi atau sistem serta untuk

megidentifikasikan syarat-syarat informasi yang ditimbulkan dari tujuan-tujuan

tersebut. Orientasi dalam fase ini adalah menyelesaikan masalah-masalah

perusahaan. Meskipun teknologi informasi dan sistem bisa mengarahkan sebagian

dari sistem yang diajukan, fokusnya akan selalu tetap pada upaya pencapaian

tujuan-tujuan perusahaan (Kendall, 2010).

2. RAD Design Workshop (Workshop Desain RAD)

Fase ini adalah fase untuk merancang dan memperbaiki yang bisa

digambarkan sebagai workshop. Tahap ini merupakan tahapan perancangan

arsitektur sistem, dari hasil perumusan masalah, tujuan, syarat dan kebutuhan

menjadi acuan dalam pembangunan arsitektur sistem. Workshop desain ini dapat

dilakukan selama beberapa hari tergantung dari ukuran aplikasi yang akan

dikembangkan. Selama workshop desain RAD, pengguna merespon prototipe yang

ada dan penganalisis memperbaiki modul-modul yang dirancang berdasarkan

respon pengguna. Adapun yang harus dirancang pada tahap workshop design antara

lain;

Page 94: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

67

a) Desain Proses

Rancangan ini meliputi apa saja proses dan apa saja akivitas yang terjadi

pada sistem, kemudian juga menentukan interaksi apa saja yang terlibat,

perancangan ini dapat menggunakan use case diagram, activity diagram,

dan yang lain.

b) Desain Basis Data

Merancang data dan informasi apa saja yang dibutuhkan oleh sistem, berikut

klasifikasinya dan hubungan antar data tersebut. Dapat dirancang

menggunakan class diagram maupun entity relationship diagram (ERD).

c) Desain Antar Muka

Merancang elemen-elemen yang menunjang dan menjadi jembatan interaksi

antara pengguna dan sistem untuk itu tahap ini membutuhkan kerjasama

dengan pengguna.

3. Implementation (Implementasi)

Pada fase implementasi ini, penganalisis bekerja dengan para pengguna

secara intens selama workshop dan merancang aspek-aspek bisnis dan nonteknis

perusahaan. Segera setelah aspek-aspek ini disetujui dan sistem-sistem dibangun

dan disaring, sistem-sistem baru atau bagian dari sistem diujicoba dan kemudian

diperkenalkan kepada organisasi (Kendall, 2010).

2.11 UML (Unified Modelling Language)

UML singkatan dari Unified Modelling Language yang berarti bahasa

pemodelan standar. Ketika kita membuat model menggunakan konsep UML ada

Page 95: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

68

aturan-aturan yang harus diikuti (Widodo & Herlawati, 2011). Bagaimana elemen

pada model-model yang kita buat berhubungan satu dengan lainnya harus

mengikuti standar yang ada. UML diaplikasikan untuk maksud tertentu, biasanya

antara lain untuk (Widodo & Herlawati, 2011):

Merancang perangkat lunak

Sarana komunikasi antara perangkat lunak dengan proses bisnis

Menjabarkan sistem secara rinci untuk analisa dan mencari apa yang

diperlukan sistem

Mendokumentasi sistem yang ada, proses-proses dan organisasinya.

UML hanya berfungsi untuk melakukan pemodelan. Jadi penggunaan UML

tidak terbatas pada metodologi tertentu, meskipun pada kenyataannya UML paling

banyak digunakan pada metodologi berorientasi objek (Rosa & Shalahuddin, 2011).

Seperti yang diketahui, banyak hal di dunia sistem informasi tidak dapat

dibakukan, semua tergantung kebutuhan lingkungan dan konteksnya. Begitu juga

dengan perkembangan penggunaan UML bergantung pada level abstraksi

penggunaannya. Jadi, belum tentu pandangan yang berbeda dalam penggunaan

UML adalah suatu yang salah, tapi perlu ditelaah dimanakah UML digunakan dan

hal apa yang ingin divisualkan (Rosa & Shalahuddin, 2011).

UML terdiri dari beberapa diagram yang dapat digunakan dalam

memodelkan sistem. Berikut ini adalah diagram-diagram UML, di antaranya (Rosa

& Shalahuddin, 2011):

Page 96: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

69

Use Case Diagram

Use case diagram adalah sebuah diagram yang menunjukkan urutan pesan

antara actor external dan sistem selama use case berlangsung (Satzinger, Jackson,

& Burd, 2010). Use case mendeskripsikan sebuah interaksi antara satu atau lebih

aktor dengan sistem informasi yang akan dibuat. Use case digunakan untuk

mengetahui fungsi apa saja yang ada di dalam sebuah sistem informasi dan siapa

saja yang berhak menggunakan fungsi-fungsi itu (Rosa & Shalahuddin, 2011)

Gambar 2.11 menunjukan contoh penggunaan dari use case diagram.

Gambar 2.11 Contoh Use Case Diagram

Activity Diagram

Activity diagram adalah sebuah tipe dari work flow diagram yang

mendeskripsikan aktifitas user dan tahapan-tahapan pengerjaannya secara

sekuensial (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010). Diagram aktivitas menggambarkan

aktivitas sistem bukan apa yang dilakukan aktor, jadi aktivitas yang dapat dilakukan

oleh system (Rosa & Shalahuddin, 2011). Gambar 2.12 menunjukan contoh

penggunaan dari activity diagram.

Page 97: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

70

Gambar 2.12 Contoh Activity Diagram

Sequence Diagram

Sequence diagram adalah diagram yang digunakan untuk mendefinisikan

input dan output secara berurutan (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010). Sequence

diagram menggambarkan kelakuan objek pada use case dengan mendeskripsikan

waktu hidup objek dan message yang dikirimkan dan diterima antar objek, untuk

menggambarkan sequence diagram maka harus diketahui objek-objek yang terlibat

dalam sebuah use case beserta metode-metode yang dimiliki kelas yang

diinstansiasi menjadi objek itu (Rosa & Shalahuddin, 2011) Gambar 2.13

menunjukan sebuah contoh dari penggunaan sequence diagram.

Gambar 2.13 Contoh Sequence Diagram

Page 98: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

71

Class Diagram

Class diagram adalah sebuah model grafikal yang digunakan di dalam

pendekatan object oriented untuk menunjukkan kelas-kelas yang ada di dalam

sistem (Satzinger, Jackson, & Burd, 2010). Class diagram menggambarkan struktur

sistem dari segi pendefinisian kelas-kelas yang akan dibuat untuk membangun

sistem (Rosa & Shalahuddin, 2011). Gambar 2.14 menunjukan contoh penggunaan

dari class diagram.

Gambar 2.14 Contoh Class Diagram

Page 99: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

72

2.12 Perangkat Pengembangan Sistem

2.12.1 PHP

PHP (Hypertext Preprocessor) merupakan salah satu bahasa pemprograman

skrip yang digunakan untuk membangun aplikasi web. Ketika dipanggil dari web

browser, program yang ditulis dengan PHP akan di-parsing di dalam web server

oleh interpreter PHP dan diterjemahkan ke dalam dokumen HTML, yang

selanjutnya akan ditampilkan kembali ke browser. Karena pemrosesan program

PHP dilakukan di lingkungan web server, PHP dikatakan sebagai bahasa sisi server

(server-side). Selain menggunakan PHP, aplikasi web juga dapat dibangun dengan

JAVA (JSP-JavaServerPages dan Servlet), Perl, maupun ASP (Active Server

Pages). Saat ini versi terbaru PHP adalah PHP versi 5 yang dirilis pada awal tahun

2006 dan pada bulan Desember 2008 telah muncul hingga versi 5.2.8 dengan

berbagai kelebihan dibandingkan versi sebelumnya. Meskipun PHP 5 dapat

digunakan untuk membuat aplikasi CLI (Command Line Interface) dan juga

aplikasi desktop, tetapi pada umumnya menggunakan PHP untuk membuat aplikasi

web (Raharjo, Heryanto, & RK, 2012).

2.12.2 XAMPP

XAMPP merupakan paket aplikasi yang memudahkan dalam menginstal

modul PHP, Apache dan MySQL. XAMPP dilengkapi dengan berbagai fasilitas

lain yang memberikan kemudahan dalam mengembangkan situs web berbasis PHP.

XAMPP merupakan aplikasi gratis dan tersedia untuk platform Windows, MacOS,

Linux dan Solaris. Apliaksi ini dikembangkan oleh Kay Vogelgeang, Carsten

Page 100: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

73

Wiedmann dan Kai ‘Oswand’ Saidler di bawah lisensi GNU (General Public

Lisence) (Kustiyahningsih, 2011).

2.12.3 MYSQL

MySQL atau My Structure Query Language merupakan salah satu Database

Management System (DBMS) dari sekian banyak DBMS seperti oracle, MS SQL,

Postagre dan lainnya (Anhar, 2010). MySQL banyak digunakan untuk

pengembangan aplikasi web. Perangkat ini bermanfaat untuk mengelola data

dengan cara yang sangat fleksibel dan cepat. Beberapa aktivitas yang dapat

didukung oleh MySQL di antaranya adalah menyimpan data ke dalam tabel,

manghapus data dalam tabel, mengubah data dalam tabel, mengambil data yang

tersimpan dalam tabel, memungkinkan untuk memilih data tertentu yang diambil,

memungkinkan untuk melakukan pengaturan hak akses terhadap data. MySQL

bersifat open source sehingga bisa digunakan secara gratis. Pemrograman PHP juga

sangat mendukung database MySQL kekuatan MySQL tidak ditopang oleh sebuah

komunitas seperti Apache, yang dikembangkan oleh komunitas umum dan hak

cipta untuk source code yang dimiliki oleh pemilik masing-masing, tetapi MySQL

didukung didukung penuh oleh sebuah perusahaan professional dan komersil, yakni

MySQL AB dari Swedia. Sebagai database server, MySQL dapat dikatakan lebih

unggul jika dibandingkan dengan database server lainnya, terutama dalam

kecepatan. Berikut ini beberapa keistimewaan MySQL, di antaranya adalah (Anhar,

2010):

Page 101: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

74

1. Portability

MySQL dapat berjalan stabil pada berbagai sistem operasi seperti Windows,

Linux, FreeBSD, Mac Os X Server, Solaris, Amiga dan masih banyak lagi.

2. Multi User

MySQL dapat digunakan oleh beberapa pengguna dalam waktu yang

bersamaan tanpa mengalami masalah atau konflik, sehingga kinerja menjadi lebih

efisien dan meningkatkan tingkat keefektifan dalam mengelola data dengan cara

yang lebih fleksibel.

3. Security

MySQL memiliki beberapa lapisan sekuritas seperti level subnetmask,

nama host, izin akses user dengan sistem perizinan yang mendetail serta password

terenkripsi.

4. Scalability dan limits

MySQL mampu menangani databse dalam skala besar, dengan jumlah

records lebih dari 50 juta dan 60 ribu tabel serta 5 milyar baris. Selain itu batas

indeks yang dapat ditampung mencapai 32 indeks setiap tabelnya.

2.13 Pengujian Sistem

Sebuah perangkat lunak sering mengandung kesalahan (error) pada proses-

proses tertentu pada saat perangkat lunak sudah berada ditangan user. Error pada

perangkat lunak sering disebut dengan bug. Untuk menghindari banyaknya bug

maka diperlukan adanya pengujian perangkat lunak sebelum perangkat lunak

sepenuhnya diserahkan kepada pelanggan atau selama perangkat lunak masih terus

Page 102: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

75

dikembangkan (Rosa & Shalahuddin, 2011). Black Box Testing yaitu menguji

perangkat lunak dari segi spesifikasi fungsional tanpa menguji desain dan kode

program. Pengujian dimaksudkan untuk mengetahui apakah fungsi-fungsi,

masukan dan keluaran dari perangkat lunak sesuai dengan spesifikasi yang

dibutuhkan (Rosa & Shalahuddin, 2011).

2.13.1 Black Box Testing

Black Box Testing yaitu menguji perangkat lunak dari segi spesifikasi

fungsional tanpa menguji desain dan kode program. Pengujian dimaksudkan untuk

mengetahui apakah fungsi-fungsi, masukan, dan keluaran dari perangkat lunak

sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan (Rosa & Shalahuddin, 2011). Pengujian

kotak hitam dilakukan dengan membuat kasus uji yang bersifat mencoba semua

fungsi dengan memakai perangkat lunak apakah sesuai dengan spesifikasi yang

dibutuhkan. Kasus uji yang dibuat untuk melakukan pengujian kotak hitam harus

dibuat dengan kasus benar dan kasus salah, misalkan untuk kasus proses login maka

kasus uji yang dibuat adalah:

Jika user memasukkan nama pemakai (username) dan kata sandi (password)

yang benar.

Jika user memasukkan nama pemakai (username) dan kata sandi (password)

yang salah, misalnya nama pemakai benar tapi kata sandi salah, atau

sebaliknya, atau keduanya salah

Page 103: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

76

2.13.2 Kelebihan dan Kekurangan Black Box Testing

Berikut adalah kelebihan dari jenis testing ini adalah (Rosa & Shalahuddin,

2011):

1. Anggota tim tester tidak harus memiliki kemampuan teknik di bidang

pemrograman.

2. Kesalahan atau bug seringkali ditemukan oleh komponen tester yang

berasal dari pengguna.

3. Hasil black-box texting dapat memperjelas kontradiksi ataupun

kerancuan yang mungkin timbul dari eksekusi sebuah perangkat

lunak.

4. Proses testing dapat dilakukan lebih cepat dibandingkan white-box

testing.

Sedangkan kekurangan dalam menggunakan black-box testing yaitu tester

tidak yakin sepenuhnya atas perangkat lunak yang telah diuji.

2.14 Kriteria yang digunakan

Kriteria-kriteria yang digunakan di dalam proses optimasi untuk

pengelolaan TPS 3R berasal dari beberapa referensi. Selain itu mempertimbangkan

juga beberapa peraturan yang ada di Indonesia di antaranya adalah Permen PU No.3

Tahun 2013 serta Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 tahun 2008, referensi

dari beberapa jurnal dan dokumen-dokumen yang terkait dengan pengelolaan TPS

3R. Berikut ini adalah 5 kriteria terpilih yang digunakan:

Page 104: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

77

1. Kriteria Luas Lahan

Kriteria luas lahan merupakan salah satu kriteria yang penting dalam proses

optimasi untuk pengelolaan TPS 3R. Hal ini dijelaskan berdasarkan Permen PU No.

3 Tahun 2013 Pasal 20 ayat (4) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yaitu

memenuhi kriteria teknis yaitu untuk luas lahan TPS 3R diperlukan luas lahan

sebesar 200-1000 m2.

2. Kriteria Fasilitas TPS 3R

Kriteria Fasilitas TPS 3R merupakan kriteria lain yang menjadi landasan

dalam proses optimasi untuk pengelolaan TPS 3R. Hal ini berdasarkan pada Permen

PU No. 3 Tahun 2013 Pasal 30 ayat (1) huruf (c), harus mempertimbangkan

ketersediaan beberapa fasilitas seperti ruang pemilahan atau container,

pengomposan sampah organik, gudang, zona penyangga atau area pengomposan

dan fasilitas pendukung lainnya. Keberadaan fasilitas tersebut memiliki peran

penting dalam menjalankan proses 3R agar TPS dapat berfungsi dengan baik.

3. Kriteria Jarak (TPS ke Pemukiman Warga)

Jarak dari TPS ke pemukiman warga termasuk juga salah satu kriteria yang

cukup penting dalam proses optimasi untuk pengelolaan TPS 3R. Hal ini diperkuat

dalam penelitian Daruati (2003) yang mengemukakan bahwa salah satu kriteria

dalam perencanaan pembuatan TPS adalah jarak terhadap pemukiman. Jarak

terhadap permukiman akan berkaitan dengan dampak yang ditimbulkan oleh

sampah terhadap permukiman di sekitarnya. Daruati (2003) menyebutkan bahwa

Page 105: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

78

jarak minimal dari tempat penampungan sampah sementara ke pemukiman warga

adalah 50 meter. Hal ini untuk meminimalisir terjadinya pencemaran lingkungan

seperti menyebabkan bau yang mengganggu, penyebaran penyakit dan sebagainya.

Daruati (2003) dalam Wahyuni (2014) mengklasifikasikan nilai jarak TPS

terhadap pemukiman menjadi 3 kategori, yaitu jika jarak terhadap pemukiman

berjarak x < 50 m atau x > 200 m maka termasuk kategori tidak baik, jika jarak

terhadap pemukiman berkisar diantara 100 m-200 m maka termasuk kategori cukup

baik, dan jika jarak terhadap pemukiman berjarak 50-100 m maka termasuk

kategori baik.

4. Kriteria Kondisi Jalan

Dalam penelitian Pratiwi et al. (2016) akses jalan menuju TPS harus dalam

kondisi bagus dan dapat dilewati oleh mobil khususnya truk sampah. Hal ini untuk

memudahkan apabila truk sampah ingin melakukan pengangkutan sampah dari

tempat penampungan sampah tersebut. Masalah ini juga diperjelas berdasarkan

Permen PU No. 3 Tahun 2013 Pasal 30 ayat (1) TPS ayat (1) huruf (g) dimana TPS

3R harus memenuhi kriteria teknis yaitu lokasinya harus mudah diakses.

5. Kriteria Kondisi Lingkungan

Berdasarkan Permen PU No. 3 Tahun 2013 Pasal 20 ayat (4) pada ayat (3)

huruf (f) yaitu TPS 3R tidak mencemari lingkungan dan huruf (g) yaitu TPS 3R

tidak boleh menganggu estetika lalu lintas. Untuk kriteria kondisi lingkungan, Pak

Ervan selaku staf Pengelola Kebersihan DLH DKI Jakarta menjelaskan bahwa

Page 106: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

79

dalam menentukan apakah TPS 3R mencemari lingkungan atau tidak adalah dengan

cara pengujian kondisi air dan tanah yang ada di sekitar TPS 3R dengan

menggunakan alat uji kualitas air dan tanah, sedangkan TPS 3R dikatakan

mengganggu estetika lalu lintas jika ditemukan beberapa sampah pada akses jalan

menuju TPS 3R. Berkaitan dengan hal tersebut, kondisi lingkungan juga menjadi

pertimbangan sebagai persyaratan yang harus dimiliki oleh setiap TPS 3R yang

telah dibangun.

Page 107: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

14

Page 108: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

80

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Tahapan Penelitian

Dalam melakukan penelitian, tahapan kegiatan penelitian mengikuti metode

penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 3.1 menunjukkan tahapan penelitian

dengan metode penelitian yang digunakan. Terdapat empat tahapan utama adalah

tahap analisis awal, pengumpulan data, pengembangan sistem dan tahap pelaporan

yaitu melaporkan hasil penelitian ke dalam bentuk laporan skripsi.

Page 109: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

81

Gambar 3.1 Tahapan Penelitian

Page 110: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

82

Pada Gambar 3.1 menunjukkan tahapan penelitian dengan metode

penelitian yang digunakan. Tahapan pertama yaitu analisis awal. Tujuan dari

analisis awal ialah mengidentifikasi permasalahan yang terkait dalam pengambilan

keputusan, informasi dan data pendukung yang menunjang penelitian, faktor

pembuat keputusan, menentukan kriteria-kriteria yang terkait, menentukan

alternatif keputusan yang digunakan, dan fokus terhadap teori-teori model

keputusan. Setelah itu melakukan pengumpulan data yang terdiri atas studi

kepustakaan, observasi dan wawancara.

Tahap selanjutnya adalah pengembangan sistem. Tahapan ini dilakukan

dengan menggunakan metode berorientasi objek (untuk gaya desainnya) dan

pengembangan sistem dengan RAD yang terbagi ke dalam 3 tahap yaitu fase

perencanaan syarat-syarat, workshop design, dan implementasi. Sedangkan notasi

pemodelannya menggunakan pemodelan UML. Tahap implementasi terdiri atas

dua tahap, yaitu pembangunan sistem (coding) dan tahap pengujian sistem dengan

menggunakan Black Box Testing. Tahap terakhir adalah laporan dan dokumentasi,

yaitu dengan menghasilkan output yang berbentuk laporan penelitian dan sistem

optimasi untuk pengelolaan tempat pengolahan sampah reduce-reuse-recycle (TPS

3R) di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta yang telah berhasil

dikembangkan.

3.2 Analisis Awal

Tahap analisis awal ini dimulai dengan mengidentifikasi prosedur yang

berjalan terkait dengan pengelolaan TPS 3R khususnya proses pengelolaan sarana

Page 111: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

83

dan prasarana yang ada pada TPS 3R. Selanjutnya menentukan tujuan optimasi

untuk pengelolaan TPS 3R yang ada di DKI Jakarta, menentukan siapa saja

stakeholder yang terlibat, dan menentukan kriteria-kriteria yang terkait, serta

metode perhitungan yang digunakan dalam pengambilan keputusan.

3.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk

memperoleh data yang diperlukan. Pengumpulan data merupakan suatu proses

pengadaan data primer yang diperlukan dalam penelitian. Dengan adanya data,

hasil dari sebuah penelitian akan optimal. Terdapat hubungan di antara metode

pengumpulan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Masalah

memberi arah dan mempengaruhi metode pengumpulan data. Pengumpulan data-

data sebagai sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan beberapa metode

yaitu dengan metode pengamatan langsung, metode dengan menggunakan

pertanyaan dan metode khusus.

3.3.1 Metode Observasi

Pengumpulan data secara observasi peneliti lakukan dari 5 tempat yaitu,

DLH DKI Jakarta, TPST Bantar Gebang, Sudin Dinas Kebersihan Jakarta Pusat,

TPS 3R Rawakerbo, TPS 3R Kramat Pela. Peneliti melakukan pengambilan data

awal di Dinas Lingkungan Hidup pada bulan Agustus 2017 menghasilkan temuan

di antaranya, mendapat data terkini mengenai TPS 3R yang ada di DKI Jakarta,

mengetahui bagaimana proses pengolahan sampah di DKI Jakarta khususnya yang

Page 112: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

84

ada pada TPS 3R, mengetahui proses operasional dalam TPST Bantar Gebang, dan

mengetahui standarisasi keterkaitan peraturan perundang-undangan mengenai

keberadaan dan kegunaan TPS 3R. Kemudian peneliti observasi ke TPST Bantar

Gebang pada 20 Januari 2018 menghasilkan temuan di antaranya, mengetahui

bagaimana proses pengolahan sampah yang ada di TPST Bantar Gebang,

mengetahui prosedur operasional dalam proses daur ulang sampah di TPST Bantar

Gebang beserta fungsi-fungsi setiap fasilitas yang ada. Setelah itu pada 2 April

2018, peneliti melakukan observasi terakhir di Sudin Kebersihan Jakarta Pusat, TPS

3R Rawakerbo, serta TPS 3R Kramat Pela. Dalam hal ini peneliti memahami proses

pengolahan sampah yang ada di TPS 3R, mengetahui permasalahan yang ada

mengenai TPS 3R, serta mengetahui fungsi-fungsi struktural yang bertanggung

jawab mengenai pengelolaan sampah dan TPS 3R.

3.3.2 Wawancara

Tahap setelah observasi, peneliti melakukan proses wawancara dengan

beberapa expert judgment untuk memperkuat hipotesis maupun mengklarifikasi

data-data yang telah peneliti kumpulkan pada saat tahap observasi. Beberapa hal

dapat membedakan wawancara dengan percakapan sehari-hari adalah pewawancara

dan responden biasanya belum saling kenal-mengenal sebelumnya, responden

menjawab pertanyaan, pewawancara selalu bertanya, pertanyaan yang ditanyakan

mengikuti panduan yang telah dibuat sebelumnya.

Wawancara yang pertama dilakukan dengan mewawancarai kepala seksi

bagian Pengelola Kebersihan yaitu Ibu Rahmawati, dan beberapa staf yaitu Bapak

Page 113: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

85

Ervan, dan Bapak Gamma pada bulan Agustus 2018, yang bertempat di DLH DKI

Jakarta tepatnya di ruang pertemuan Divisi Pengelola Kebersihan. Tujuan dari

wawancara ini mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam analisa dan

perancangan sistem. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, peneliti

mendapatkan informasi mengenai:

a. Informasi umum mengenai proses pengolahan sampah yang ada pada TPS

3R di DKI Jakarta.

b. Informasi mengenai data-data TPS 3R di DKI Jakarta.

c. Informasi mengenai proses operasional dan prosedur-prosedur pengolahan

sampah di TPST Bantar Gebang.

d. Informasi peraturan perundang-undangan mengenai pengelolaan sampah

dan hal-hal lainnya yang terkait dengan proses pengelolaan sampah yang

ada pada TPS 3R.

Wawancara dengan narasumber lain sekaligus meminta pendapat pakar

melalui kuesioner yaitu:

1. Wawancara dengan Bapak Eka yang merupakan staf di TPST Bantar

Gebang.

2. Wawancara dengan Ibu Rahmawati sebagai penanggung jawab sekaligus

kepala seksi divisi pengelolaan kebersihan di DLH DKI Jakarta, serta

sebagai pakar untuk memenuhi syarat expert judgment.

3. Wawancara dengan Bapak Toto sebagai Kasatpel Kecamatan Cempaka

Putih yang merupakan bagian dari Sudin Kebersihan Jakarta Pusat, yang

Page 114: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

86

bertanggung jawab terhadap proses pengelolaan sampah masing-masing

TPS di Kecamatan Cempaka Putih.

4. Wawancara dengan Ibu Olly Tasya sebagai petinggi dari Indonesia Solid

Waste Association (InSWA) yang ditemui saat berkunjung ke TPS 3R

Rawakerbo, sebagai penyedia informasi lengkap terkait TPS 3R dan juga

proses pengolahan sampah didalamnya.

3.3.3 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data atau analisa data dengan

cara memperoleh informasi dari peneliti terdahulu, tanpa memperdulikan sebuah

penelitian menggunakan data primer atau data sekunder, apakah penelitian

merupakan penelitian lapangan atau laboratorium. Kepustakaan merupakan

langkah yang penting dimana setelah seorang peneliti menetapkan topik penelitian,

langkah selanjutnya adalah melakukan kajian teori yang berkaitan dengan dengan

topik penelitian. Dalam pencarian teori, peneliti mengumpulkan informasi

sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan dengan penelitian terkait

dan proses optimasi didalamnya.

Untuk melakukan suatu penelitian, dibutuhkan referensi sebagai landasan

dan acuan yang akan dilakukan dalam sebuah penelitian. Terdapat 10 referensi yang

berasal dari 5 jurnal internasional, 2 buku dan 3 e-document. Hasil dari studi

pustaka yang telah dilakukan di antaranya adalah menentukan kriteria-kriteria

beserta teori-teori pendukung yang digunakan dalam sistem optimasi untuk

pengelolaan TPS 3R yaitu, yaitu luas lahan, fasilitas TPS, jarak antara TPS dengan

Page 115: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

87

pemukiman warga, kondisi jalan, kondisi estetika lingkungan, anggaran serta

penjelasan mengenai metode optimasi, Fuzzy Logic, dan Hill Climbing.

3.3.4 Studi Literatur

Tahap ini dilakukan dengan menelusuri dan menelaah secara tekun literatur

penelitian sejenis yang berkaitan dengan desain model keputusan berbasis optimasi

untuk pengelolaan sampah dengan mempelajarinya untuk memperoleh kelebihan

dan kelemahan yang terdapat dalam penelitian tersebut. Dengan cara yang

demikian, penelitian terdahulu dapat dijadikan referensi dalam penggunaan metode

yang akan diteliti. Berikut merupakan beberapa hasil penelitian sejenis dengan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti:

Page 116: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

88

Tabel 3.1 Studi Literatur Penelitian Sejenis

PENULIS,

TAHUN METODE TOOL

KRITERIA

YANG

DIGUNAKAN

HASIL PENELITIAN

Prabakaran et al.

(2018)

Fuzzy Logic

Method

Fuzzy Logic

Decision Making

System

Primary Nutrient,

Secondary Nutrient,

Micro Nutrient,

Climatic, Soil

Property, Water

Property, Seasonal,

Pesticide Incidence,

Productivity

Membahas mengenai salah satu

produk pengelolaan sampah yaitu

pupuk yang berasal dari

pengomposan. Metode Fuzzy Logic

dalam penelitian ini digunakan untuk

membuat suatu sistem penunjang

keputusan yang dapat membantu

mengurangi konsumsi pupuk dan

meningkatkan produktivitas tanaman.

Sistem yang dibuat sudah terbukti

dapat menghasilkan 4 kali

peningkatan dalam rasio biaya

manfaat di samping pengurangan

konsumsi pupuk sebanyak 8 kali.

Page 117: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

89

Kharat et al.

(2018)

Fuzzy Delphi

Method,

Fuzzy Analytic

Hierarchy

Process,

Fuzzy TOPSIS

Fuzzy

Possibilistic

Integer

Programming

Net Economic Cost,

Environmental

Feasibility,

Technical Reliability,

Public Acceptance,

Energy Recovery,

Health and Safety,

Air Pollution

Control, Water

Pollution

Penelitian ini adalah upaya sederhana

untuk menggambarkan prosedur

untuk mengelola masalah Municipal

Solid Waste Management (MSWM)

dan menyajikan peluang yang terlibat

dalam mendekati masalah ini dari

perspektif kuantitatif melalui

penerapan metode yang digunakan.

Penelitian ini memberikan kerangka

kerja pendukung keputusan yang

holistik dan efisien untuk tidak hanya

merancang sistem MSWM baru tetapi

juga meningkatkan sistem MSWM

yang ada untuk mencapai biaya yang

lebih rendah dan kesesuaian yang

lebih tinggi.

Estay-Ossandon et

al. (2018)

Delphi

Technique

Method,

Fuzzy TOPSIS

Scenario

Analysis,

System Dynamics

Environmental,

Politic,

Social,

Economic,

Penelitian ini dilakukan untuk

menganalisis dan meningkatkan

proses perencanaan Municipal Solid

Waste (MSW) dengan penggunaan

Page 118: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

90

Technological metode Fuzzy TOPSIS sebagai dasar

untuk membuat peringkat terhadap

metode penanganan MSW secara

konsisten. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa metode recycle

terpilih sebagai alternatif terbaik

untuk penanganan MSW berdasarkan

pada penerapan Fuzzy TOPSIS

terhadap kriteria-kriteria yang sudah

ditentukan.

Vesely et al.

(2016)

Linear

Regression

Method,

Fuzzy Logic

Method

Fuzzy Logic

Decision Support

Tools

Recycling Behaviour,

Intention to Recycle,

Perceived

Behavioural Control,

Recycling Habits,

Recycling Scheme

Type, Distance to

Recycling Containers

Fuzzy logic dan metode berbasis

himpunan fuzzy lainnya telah

digunakan berulang kali dalam

penelitian mengenai manjemen

sampah dan lingkungan. Untuk

memperkuat logika fuzzy dalam

penelitian manajemen sampah dan

lingkungan, penelitian ini fokus pada

memprediksi perilaku daur ulang.

Hasil dari penelitian ini

Page 119: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

91

mengkonfirmasi bahwa logika fuzzy

dapat menjadi metode alternatif yang

menarik untuk memprediksi perilaku

lingkungan yang menghindari

beberapa masalah yang dihasilkan

oleh metode regresi linier.

Liu et al. (2015) 2-tuple

DEMATEL

Technique,

Fuzzy

MULTIMOOR

A Method

Multi-Criteria

Decision Making

(MCDM)

Support Tools

Net Cost per Ton,

Waste Residuals,

Noise, Reliability,

Treatment

Effectiveness,

Occupational

Hazards, Public

Acceptance

Penelitian ini mengusulkan sebuah

model MCDM hybrid dengan

menggabungkan metode 2-tuple

DEMATEL dan Fuzzy

MULTIMOORA untuk menentukan

teknologi penanganan terbaik

terhadap manajemen Health-Care

Waste (HCW). Model yang diusulkan

tidak hanya dapat memilih teknologi

penanganan optimal tetapi juga

menemukan cara untuk meningkatkan

kesenjangan agar mencapai tingkat

aspirasi guna meningkatkan alternatif

pembuangan yang ada.

Page 120: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

92

Berdasarkan Tabel 3.1 Studi Literatur Sejenis, terdapat beberapa kelebihan

dari penelitian ini, yaitu:

1. Sistem yang dibuat memberikan kemudahan bagi pihak Dinas Lingkungan

Hidup DKI Jakarta dalam pengambilan keputusan terkait pemilihan TPS 3R

mana saja yang perlu diberikan pendanaan.

2. Perpaduan penggunaan metode Fuzzy Logic dan Hill Climbing dalam sistem

yang dibuat memberikan hasil output yang lebih optimal dan juga akurat.

3. Laporan hasil output dapat diunduh dan dijadikan format pdf sehingga dapat

memudahkan dalam proses mencetak laporan.

4. Sistem dibangun berbasis web menggunakan bahasa pemrograman PHP dan

MySQL DBMS.

3.4 Pengembangan Sistem

Dalam melakukan pengembangan sistem pada penelitian ini, metode

pengembangan sistem yang digunakan adalah Rapid Application Development

(RAD), dan dalam melakukan analisis dan perancangan sistem pendekatan yang

digunakan adalah berorientasi objek dan bahasa permodelan yang digunakan adalah

dengan Unified Modeling Language (UML). Versi UML yang digunakan adalah

2.5.1. Secara teknis perancangan diagram dilakukan dengan menggunakan aplikasi

Microsoft Office Visio 2007. Adapun tahapan dalam RAD antara lain perencanaan

kebutuhan (requirements planning), perancangan (workshop design), dan

implementasi (implementation). Pemilihan RAD dilakukan karena pengembangan

dan pembangunan aplikasi yang pendek, singkat, cepat dan mudah menyesuaikan

Page 121: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

93

diri secara fleksibel terhadap kebutuhan karena keterlibatan langsung pengguna

akhir dari sistem.

3.4.1 Tahapan Perencanaan Kebutuhan (Requirement Planning)

Pada tahap ini peneliti melakukan identifikasi permasalahan lalu

menentukan tujuan, dan syarat-syarat untuk mencapai tujuan tersebut. Poin penting

perencanaan yang perlu dibuat dalam pembuatan sistem optimasi untuk

pengelolaan TPS 3R di antaranya sebagai berikut:

1. Penentuan kriteria-kriteria dalam proses pengelolaan TPS 3R di Dinas

Lingkungan Hidup DKI Jakarta.

2. Menentukan pakar yang akan memberikan penilaian expert judgment terkait

dengan proses pengelolaan TPS 3R.

3. Pemodelan berbasis optimasi dengan menggunakan Fuzzy Logic dan Hill

Climbing, dengan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Perancangan alur proses optimasi.

b. Parameterisasi (Parameterizing) dan himpunan fuzzy dari kriteria-

kriteria yang terkait.

c. Perancangan Fungsi Keanggotaan (Membership Functions) kriteria-

kriteria terkait berdasarkan expert judgments.

d. Perancangan model matematika (skenario penilaian) dari setiap kriteria.

e. Hasil dari proses hill climbing.

Page 122: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

94

3.4.2 Tahapan Perancangan (Workshop design)

Tahapan ini merupakan tindak lanjut dari tahap sebelumnya yaitu tahap

analisis. Pada tahap ini, analisis yang telah didapatkan dibuat rancangannya.

Dengan membuat rancangannya bisa dilihat gambaran arsitektur sistem yang akan

dibuat nantinya. Proses ini disebut sebagai pemodelan, dan menggunakan alat bantu

pemodelan yaitu UML dengan tahapan:

a. Desain Proses

Desain proses terdiri atas pembuatan use case diagram, dan activity

diagram. Pembuatan use case diagram dilaksanakan untuk menggambarkan

tingkah laku dari sistem yang akan dibuat. Activity diagram menunjukkan urutan

kegiatan yang terjadi di dalam sistem.

b. Desain Database

Dalam desain database class diagram menggambarkan struktur kelas dari

suatu sistem dan hubungan antar tiap kelas. Mapping database dibuat untuk

menggambarkan hubungan antar tabel yang terdapat pada database akan di jelaskan

spesifikasi database, peneliti akan menggambarkan spesifikasi dari database yang

dibuat. Sequence diagram akan menggambarkan interaksi di antara objek-objek

c. Desain Interface

Dalam tahapan ini, akan dibuat desain antarmuka yang sesederhana dan

seefisien mungkin sehingga memudahkan pengguna untuk berinteraksi dengan

sistem.

Page 123: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

95

3.4.3 Tahapan Implementasi (Implementation)

Tahap ini merupakan tahap pembangunan sistem berdasarkan dari hasil

analisis dan perancangan yang telah dilakukan. Dari hasil perancangan yang telah

dibuat akan direalisasikan menjadi sebuah aplikasi yang nantinya akan bisa

digunakan. Adapun proses yang harus dilakukan pada tahap ini adalah:

a. Pemrograman (coding)

Dalam tahapan coding ini peneliti akan melakukan proses menuliskan kode-

kode dengan menggunakan bahasa pemrograman tertentu. Sehingga aplikasi yang

sudah dirancang dapat diaplikasikan dan dapat dijalankan. Pada penelitian ini

coding menggunakan bahasa pemrograman PHP karena sistem yang dibangun

berbasis website dengan DBMS menggunakan MySQL.

b. Pengujian (testing).

Dalam tahapan ini peneliti akan menguji aplikasi yang telah dibuat dengan

menggunakan metode pengujian Black Box, Apabila sistem sudah menghasilkan

output yang sesuai dengan tujuan yang telah dibuat, berarti sistem telah lolos

pengujian tersebut.

3.5 Laporan dan Dokumentasi

Tahapan pelaporan merupakan tahapan akhir dari serangkaian tahapan besar

yang sebelumnya telah dilakukan. Dimana, pada tahapan ini hasil akhirnya adalah

laporan hasil dari penelitian yang dilakukan, yang disebut dengan laporan skripsi.

Kaidah penulisan sitasi sumber-sumber referensi dalam laporan mengikuti APA

(American Psychological Association) style edisi revisi ke-6.

Page 124: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

96

Page 125: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

96

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum DLH DKI Jakarta

Dinas Lingkungan Hidup merupakan unsur pelaksana penyelenggara urusan

pemerintah di bidang lingkungan hidup, yang terbentuk sejak tahun 2017 dengan

Peraturan Gubernur Nomor 284 Tahun 2016. Dinas Lingkungan Hidup merupakan

hasil peleburan antara Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah dengan Dinas

Kebersihan. Dinas Lingkungan Hidup dalam melaksanakan tugas dan fungsinya

dikoordinasikan oleh Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup. Dinas

Lingkungan Hidup mempunyai tugas melaksanakan perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup serta pengelolaan kebersihan. Dinas Lingkungan Hidup

melakukan pelayanan dalam hal: Penerbitan izin lingkungan dan SPPL,

Rekomendasi AMDAL dan UKL/UPL, Pembinaan Bengkel Pelaksana Uji Emisi,

dan retribusi sampah. Berikut ini merupakan visi dan misi yang dimiliki DLH DKI

Jakarta.

A. Visi

JAKARTA BARU, KOTA MODERN YANG BERSIH DENGAN

MASYARAKAT BERBUDAYA BERSIH DAN PELAYANAN PUBLIK

YANG PRIMA

Page 126: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

97

B. Misi

1. Menyelenggarakan pengelolaan sampah dengan teknologi yang efektif

dan efisien serta ramah lingkungan dengan melibatkan peran serta

masyarakat dan swasta.

2. Membangun budaya masyarakat perkotaan yang memiliki kesadaran

dalam memelihara kebersihan kota.

3. Meningkatkan manajemen pelayanan kebersihan dengan menerapkan

prinsip-prinsip GOOD GOVERNANCE.

Pada Gambar 4.1 menunjukkan struktur organisasi yang dimiliki oleh DLH

DKI Jakarta.

Gambar 4.1 Struktur Organisasi DLH DKI Jakarta

Page 127: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

98

4.2 Analisis Masalah

Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta memiliki 1100 Tempat Penampungan

Sementara (TPS) yang tersebar di lima wilayah di DKI Jakarta. TPS 3R sudah

termasuk di antara TPS tersebut, dengan jumlah kurang lebih 67 yang tersebar di

semua wilayah DKI Jakarta. Menurut data yang dilansir dari divisi Pengelola

Kebersihan DLH DKI Jakarta, terdapat 11 unit TPS 3R di wilayah Jakarta Utara, 6

unit TPS 3R di Jakarta Barat, 12 unit TPS 3R di Jakarta Pusat, 10 unit TPS 3R di

Jakarta Selatan, dan 28 unit TPS 3R di Jakarta Timur. Persentase jumlah unit TPS

3R dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Persentase Jumlah Unit TPS 3R di DKI Jakarta

Jakarta Utara16%

Jakarta Barat9%

Jakarta Pusat18%

Jakarta Selatan15%

Jakarta Timur42%

JUMLAH UNIT TPS 3R DI DKI JAKARTA

Page 128: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

99

Pengelolaan sampah dengan konsep 3R lebih mengutamakan dalam tiga

aspek berikut, yakni reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), serta

recycle (mendaur ulang). Konsep yang diusung tersebut mengelompokkan strategi

pengelolaan sampah dengan tujuan untuk mendapat profit secara maksimal yang

dihasilkan dari produk pengelolaan sampah serta meminimalisir keberadaan

sampah. Penerapan dari perwujudan konsep 3R adalah dengan pengadaan TPS 3R

berbasis masyarakat yang terfokus kepada konsep reduce (mengurangi jumlah

sampah), reuse (menggunakan kembali sampah), serta recycle (mendaur ulang

sampah). Pengelolaan sampah skala kawasan pada TPS 3R adalah pengelolaan

yang dikerjakan untuk melayani sekelompok masyarakat yang tergabung dalam

kisaran minimal 200 kepala keluarga tetapi tidak melebihi satu wilayah kecamatan

sesuai dengan ketentuan dari Permen PU No.3 Tahun 2013. Denah yang ideal

dimiliki oleh TPS 3R dapat dilihat pada Gambar 4.3 berikut ini.

Gambar 4.3 Denah TPS 3R

Page 129: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

100

Pada proses implementasinya, pengelolaan sampah dengan konsep 3R

adalah kegiatan yang mecakup pengumpulan, pemindahan atau pengangkutan, dan

pengolahan sampah. Konsep 3R pada proses pengelolaan sampah berhubungan erat

dengan konsep sustainable development (pembangunan berkesinambungan),

terutama dalam implementasi resource efficiency (penghematan sumber daya) serta

energy efficiency (penghematan energi). Dengan mengandalkan implementasi dari

konsep 3R maka tercipta suatu usaha untuk mengurangi ekstraksi sumber daya

karena beberapa kebutuhan bahan baku dapat terpenuhi dari proses daur ulang

sampah dan juga penggunaan kembali sampah. Pemakaian bahan baku yang berasal

dari daur ulang guna memproduksi suatu produk telah terbukti lebih efisien dalam

hal penggunaan energi dibandingkan dengan bahan baku yang bersifat alami.

Mengingat peran penting yang dimiliki oleh TPS 3R, semua TPS 3R yang

ada tersebut pada dasarnya harus memiliki standar yang sesuai dengan ketentuan

yang telah dibuat oleh pemerintah. Standar yang telah dibuat oleh pemerintah

mengenai pengelolaan sampah dan TPS 3R tertuang dalam Permen PU No.3 Tahun

2013 dan Standar Nasional Indonesia (SNI) 3242:2008.

Dalam Permen PU No.3 Tahun 2013 pasal 30 dan Standar Nasional Indonesia

(SNI) 3242:2008 terdapat beberapa kriteria teknis yang harus dimiliki oleh TPS 3R.

Salah satu di antaranya adalah luas lahan TPS 3R minimal harus mencapai 200 m2.

Hal lain yang harus menjadi pertimbangan adalah ketersediaan fasilitas seperti

ruang pemilahan, pengomposan sampah organik, gudang, zona penyangga dan

fasilitas pendukung lainnya. Fasilitas yang ada pada TPS 3R dapat dilihat pada

Gambar 4.4 dan Gambar 4.5 berikut ini.

Page 130: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

101

Gambar 4.4 Mesin Kompos dan Composting Area

Gambar 4.5 Ruang Penyimpanan

Selain itu lokasi TPS 3R harus mudah diakses, tidak mencemari lingkungan,

tidak mengganggu estetika lalu lintas, serta harus memiliki jadwal pengumpulan

Page 131: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

102

dan pengangkutan. Hal lain yang patut diperhitungkan adalah jarak antara TPS 3R

dengan pemukiman warga, karena jarak erat kaitannya dengan estetika.

Di samping dari semua standar dan aturan yang telah ditetapkan oleh

pemerintah mengenai TPS 3R, kenyaataannya berbeda dengan yang ada di

lapangan. Berdasarkan SNI 3242:2008 tentang pengelolaan sampah di pemukiman

disebutkan bahwa untuk 1 kelurahan dengan jumlah 6.000 Kartu Keluarga (KK)

atau dengan jumlah penduduk 30.000 jiwa membutuhkan setidaknya 1 TPS tipe II

keatas (TPS 3R). Berikut merupakan spesifikasi TPS berdasarkan SNI 3242:2008

tentang pengelolaan sampah di pemukiman yang terdapat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Spesifikasi Kapasitas Pelayanan TPS

(Sumber: Badan Standardisasi Nasional, 2008)

Jenis TPS Kapasitas Pelayanan

Luas lahan KK Jiwa

Tipe I ± 10 – 50 m2 500 2.500

Tipe II ± 60 – 200 m2 6000 30.000

Tipe III > 200 m2 24.000 120.000

Berikut ini merupakan data kependudukan berdasarkan jumlah KK per

kelurahan di DKI Jakarta pada tahun 2017 yang terdapat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Data Kependudukan DKI Jakarta

(Sumber: Pemprov DKI Jakarta, 2017)

Kotamadya

Data Kependudukan

Jumlah Kelurahan Jumlah KK Rata-Rata Jumlah

KK per Kelurahan

Jakarta Pusat 44 382.720 8.698

Jakrta Utara 31 554.088 17.874

Jakarta Barat 56 653.353 11.667

Jakarta Selatan 65 600.670 9.241

Page 132: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

103

Jakarta Timur 65 776.175 11.941

Rata-Rata Jumlah KK per Kelurahan di DKI Jakarta 11.884

Berdasarkan data kependudukan yang didapat di Jakarta Open Data tahun

2017 diketahui bahwa jumlah rata-rata KK DKI Jakarta per kelurahan adalah

sebanyak 11.884 KK. Maka berdasarkan spesifikasi TPS dapat disimpulkan bahwa

untuk 1 kelurahan di DKI Jakarta yang memiliki rata-rata sebanyak 11.884 KK,

setidaknya membutuhkan 2 TPS tipe II. Dengan demikian dibutuhkan sebanyak

kurang lebih 522 TPS 3R untuk 261 kelurahan yang ada di DKI Jakarta agar

pengolahan sampah dapat optimal.

Selain itu, Program TPS 3R yang ada di DKI Jakarta nyatanya masih belum

berjalan secara optimal, hal ini didasarkan pada informasi yang didapat dari DLH

bahwa jumlah produksi sampah DKI Jakarta masih terus meningkat setiap

tahunnya. Pada tahun 2015 jumlah produksi sampah DKI Jakarta mencapai 6.400

ton dan terus meningkat hingga menjadi 7.500 ton pada tahun 2018. Permasalahan

yang ada pada TPS 3R meliputi berbagai hal, mulai dari kurangnya fasilitas yang

ada pada TPS 3R, seperti tidak tersedianya wadah pemilahan dan ruang

penyimpanan, lalu menurunnya kualitas alat pencacah organik yang ada, serta ada

TPS 3R yang mencemari jalan dan lingkungan sekitar. Permasalahan lainnya terkait

dengan pendanaan, dikarenakan pendanaan yang ada dari pemerintah masih bersifat

umum untuk semua jenis TPS sehingga belum adanya pendanaan yang terfokus

hanya untuk TPS 3R. Oleh karena itu, sebagian besar TPS 3R yang ada saat ini

membutuhkan bantuan pendanaan dari pihak pemerintah terkait agar dapat

melakukan pembenahan terhadap TPS 3R. Berkaitan dengan hal tersebut, DLH

Page 133: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

104

DKI Jakarta menyatakan bahwa pendanaan terhadap pengelolaan TPS khususnya

TPS 3R sedang dipersiapkan oleh pemerintah. Berdasarkan e-document Petunjuk

Teknis TPS 3R, Besaran alokasi dana bantuan pemerintah yang disediakan untuk

prasarana dan sarana TPS 3R adalah sebesar Rp 400.000.000,- alokasi dana tersebut

dapat digunakan untuk pembelian bahan atau material mesin pengolah sampah,

upah pekerja, operasional, dan juga kegiatan non fisik.

Berdasarkan data dan permasalahan yang ada, maka diperlukan pemilihan

untuk menentukan TPS 3R mana saja yang diprioritaskan untuk mendapat

pendanaan. Dengan demikian, dibutuhkan suatu sistem yang dapat membantu pihak

pemerintah dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan TPS 3R khususnya

pengelolaan sarana dan prasarana. Sistem penunjang keputusan tersebut berbasis

optimasi dan dibuat berlandaskan pada 5 kriteria yang telah dipilih berdasarkan

peraturan pemerintah seperti kriteria luas lahan, kriteria fasilitas, kriteria kondisi

jalan, kriteria kondisi lingkungan, serta dari beberapa jurnal penelitian lainnya

seperti kriteria jarak TPS ke pemukiman. Kriteria-kriteria tersebut dihitung

menggunakan fungsi keanggotaan dan skenario penilaian yang merupakan bagian

dari metode fuzzy logic. Output yang dihasilkan model tersebut yakni berupa daftar

TPS 3R mana saja yang diprioritaskan untuk diberikan pendanaan berdasarkan hasil

seleksi dan perhitungan dari kriteria yang telah ditentukan serta dengan penggunaan

metode hill climbing.

Page 134: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

105

4.3 Alur Tahapan Proses Optimasi

Alur tahapan proses optimasi ditentukan berdasarkan alur skenario

pengelolaan TPS 3R khususnya terkait pendanaan terhadap pengelolaan sarana dan

prasana TPS 3R yang dilakukan, berdasarkan pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6 Skenario Pengelolaan Anggaran TPS 3R

Berdasarkan skenario pengeloaan anggaran TPS 3R tersebut, dapat

ditentukan alur tahapan optimasi proses pengelolaan anggaran TPS 3R sebagai

berikut:

Page 135: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

106

Gambar 4.7 Alur Tahapan Proses Optimasi

Pada Gambar 4.7 dijelaskan tahapan-tahapan proses optimasi dalam sistem

optimasi pengelolaan TPS 3R. Tahapan pertama yaitu menentukan jumlah

anggaran TPS 3R yang telah ditetapkan oleh pemerintah tiap tahunnya sebagai

acuan penentuan kuota TPS 3R. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pengelolaan

TPS 3R dikarenakan jumlah anggaran yang diberikan akan digunakan untuk

keperluan pengelolaan TPS 3R khususnya dalam bidang sarana dan prasana yang

ada. Jumlah anggaran TPS 3R yang ditentukan sangat terbatas, sehingga

berdasarkan anggaran tersebut dapat ditentukan berapa banyak TPS 3R yang

Page 136: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

107

mendapatkan anggaran. Hal tersebut berdasarkan kebijakan pemerintah terkait

pemberian anggaran TPS 3R.

Lalu pada tahapan kedua yaitu optimasi TPS 3R berdasarkan kriteria

fasilitas dan nilai total penilaian TPS 3R tertinggi. Kriteria fasilitas diutamakan

dalam proses optimasi dikarenakan TPS 3R mempunyai unsur penting di dalamnya,

seperti fasilitas daur ulang sampah. Serta, total penilaian TPS 3R sebagai acuan

dalam proses optimasi hill climbing. Sehingga saat melakukan proses optimasi, data

TPS 3R yang memiliki fasilitas lengkap dan memiliki total penilaian tertinggi

diprioritaskan menjadi TPS 3R yang diberikan anggaran.

Kemudian tahapan ketiga yaitu optimasi sisa TPS 3R berdasarkan jumlah

sisa kuota TPS 3R yang tersedia. Jika pada tahapan kedua jumlah kuota TPS 3R

sudah penuh dikarenakan jumlah data TPS 3R dengan kriteria fasilitas lengkap dan

total penilaian tertinggi maka tidak perlu melakukan proses optimasi kembali,

karena kuota TPS 3R sudah penuh. Namun, jika kuota TPS 3R masih tersedia maka

melakukan proses optimasi kembali sesuai dengan metode hill climbing. Dengan

demikian setelah melewati ketiga tahapan tersebut didapatkan hasil optimasi TPS

3R yang menjadi prioritas mendapat anggaran pengelolaan TPS 3R. Hasil optimasi

tersebut selanjutnya akan divalidasi oleh Kaseksi sebagai penanggung jawab dalam

penentuan anggaran TPS 3R dan memberikan hasil tersebut kepada Kasatpel.

Sehingga Kasatpel akan memberikan anggaran tersebut kepada TPS 3R yang telah

terpilih dari hasil optimasi.

Page 137: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

108

4.4 Variable Linguistic (Parameterizing)

Kriteria-kriteria yang digunakan di dalam proses optimasi untuk

pengelolaan TPS 3R berasal dari beberapa referensi. Selain itu mempertimbangkan

juga beberapa peraturan yang ada di Indonesia di antaranya adalah Permen PU No.3

Tahun 2013 serta Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 tahun 2008, referensi

dari beberapa jurnal dan dokumen-dokumen yang terkait dengan pengelolaan TPS

3R. Berikut ini adalah Gambar 4.8 yang menunjukkan 5 kriteria terpilih yang

digunakan.

Gambar 4.8 Variable Linguistic

1. Luas Lahan

Himpunan fuzzy-nya adalah seberapa besar luas lahan TPS 3R yang ada.

Contoh: Luas Lahan = {200 m2, 350 m2, 400 m2, dst}

Dengan ketentuan semakin besar luas lahan TPS 3R yang ada maka semakin

diprioritaskan TPS 3R tersebut untuk diberikan pendanaan.

Page 138: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

109

2. Fasilitas TPS 3R

Himpunan fuzzy-nya adalah kategori fasilitas yang ada pada TPS 3R.

Contoh: Jenis Fasilitas = {Lengkap, Cukup Lengkap, Tidak Lengkap}

Kategori lengkap dapat terpenuhi jika terdapat semua fasilitas yang

berjumlah 7 fasilitas pada TPS 3R tersebut, yaitu container, mesin

pencacah organik, composting area (area pengomposan), ruang

penyimpanan, saluran air lindi, penampungan air lindi, dan

penghijauan.

Kategori cukup lengkap dapat terpenuhi jika terdapat 4-6 fasilitas

pada TPS tersebut dimana minimal terdapat 4 Fasilitas utama yaitu

Container, Pencacah Organik, Ruang Penyimpanan, dan

Composting Area.

Kategori tidak lengkap dapat terpenuhi jika terdapat ≤ 3 fasilitas

yang ada pada TPS 3R tersebut atau jika terdapat 4-6 fasilitas namun

tidak terdapat 4 fasilitas utama yaitu Container, Pencacah Organik,

Ruang Penyimpanan, dan Composting Area.

Dengan ketentuan semakin lengkap fasilitas yang ada pada TPS 3R maka

semakin diprioritaskan TPS 3R tersebut untuk diberikan pendanaan.

3. Jarak

Himpunan fuzzy-nya adalah kategori jarak antara TPS dengan pemukiman

warga.

Contoh: Jarak = {170 m, 55 m, 220 m}

Page 139: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

110

Jarak TPS dikatakan Baik, jika jarak TPS terhadap pemukiman berkisar

diantara 50 m-100 m.

Jarak TPS dikatakan Cukup Baik, jika jarak TPS terhadap pemukiman

berkisar diantara 100 m-200 m.

Jarak TPS dikatakan Tidak Baik, jika jarak TPS terhadap pemukiman

bernilai x < 50 m atau x > 200 m.

Dimana semakin baik jarak yang dimiliki sesuai dengan ketentuan maka

semakin diprioritaskan TPS 3R tersebut untuk diberikan pendanaan.

4. Kondisi Jalan

Himpunan fuzzy-nya adalah kondisi akses jalan menuju TPS 3R.

Contoh: Kondisi Jalan = {Baik, Cukup Baik, dan Tidak Baik}

Kondisi Jalan dikatakan Baik, jika kondisi jalan tidak berlubang dan bisa

dilewati mobil (khususnya truk sampah).

Kondisi Jalan dikatakan Cukup Baik, jika kondisi jalan berlubang, tetapi

bisa dilewati mobil.

Kondisi Jalan dikatakan Tidak Baik, jika kondisi berlubang dan tidak bisa

dilewati mobil atau kondisi jalan tidak berlubang tetapi tetap tidak bisa

dilewati mobil.

Dimana semakin baik kondisi jalan yang dimiliki sesuai dengan ketentuan

maka semakin diprioritaskan TPS 3R tersebut untuk diberikan pendanaan.

Page 140: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

111

5. Kondisi Estetika Lingkungan

Himpunan fuzzy-nya adalah kondisi estetika lingkungan yang berada di

sekitar TPS 3R.

Contoh: Kondisi Estetika Lingkungan = {Baik, Cukup Baik, dan Tidak Baik}

Kondisi Lingkungan dikatakan Baik, jika keberadaan TPS tidak mencemari

lingkungan dan tidak menganggu estetika lalu lintas.

Kondisi Lingkungan dikatakan Cukup Baik, jika keberadaan TPS tidak

mencemari lingkungan, namun menganggu estetika lalu lintas.

Kondisi Lingkungan dikatakan Tidak Baik, jika TPS mencemari lingkungan

namun tidak menganggu estetika lalu lintas, atau jika TPS mencemari

lingkungan dan juga menganggu estetika lalu lintas.

Dimana semakin baik kondisi lingkungan yang dimiliki sesuai dengan

ketentuan maka semakin diprioritaskan TPS 3R tersebut untuk diberikan

pendanaan.

Page 141: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

112

4.5 Membership Function (Fungsi Keanggotaan)

Fungsi Keanggotaan (Membership Functions) ditentukan berdasarkan

penilaian kriteria-kriteria terkait dalam proses optimasi pengelolaan TPS 3R yang

diberikan oleh para ahli di bidangnya (expert judgments). Hasil dari fungsi

keanggotaan akan dilakukan perhitungan dengan pembobotan nilai dari skenario

penilaian berdasarkan masing-masing kriteria dan mempengaruhi dalam hasil

proses optimasi. Hasil fungsi keanggotaan dari expert judgements untuk kriteria-

kriteria terkait optimasi pengelolaan TPS 3R yaitu, sebagai berikut:

Diketahui:

Skala: Penting = 60-100, Cukup Penting = 20-80, Tidak Penting = 0-40

Crisp Value Input = nilai kepentingan kriteria yang diberikan oleh expert

judgments

Crisp Value Output = nilai kepentingan kriteria yang telah melalui proses

fuzzifikasi-defuzzifikasi

Gambar 4.9 Membership Function

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

1

0 20 40 60 80 100

Tidak Penting

Cukup Penting

Penting

Page 142: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

113

1. Kriteria: Luas Lahan

CV Input Luas Lahan = 80 1 P

CV Output Luas Lahan = (1 × 80) = 80

2. Kriteria: Fasilitas TPS 3R

CV Input Fasilitas TPS 3R = 90 1 P

CV Output Fasilitas TPS 3R = (1 × 90) = 90

3. Kriteria: Jarak (TPS ke Pemukiman Warga)

CV Input Jarak = 70 0,4 CP dan 0,6 P

CV Output Jarak = (0,4 × 60) + (0,6 × 80) = 72

4. Kriteria: Kondisi Jalan

CV Input Kondisi Jalan = 60 0,7 CP dan 0,3 P

CV Output Kondisi Jalan = (0,7 × 60) + (0,3 × 80) = 66

5. Kriteria: Kondisi Estetika Lingkungan

CV Input Kondisi Estetika Lingkungan = 55 0,9 CP dan 0,1 CP

CV Output Kondisi Estetika Lingkungan = (0,9 × 55) + (0,1 × 80) = 57,5

(58) *pembulatan

Hasil Membership Functions:

Crisp Value Output kriteria Luas Lahan = 80

Crisp Value Output kriteria Fasilitas TPS 3R = 90

Crisp Value Output kriteria Jarak (TPS menuju Pemukiman Warga) = 72

Crisp Value Output kriteria Kondisi Jalan = 66

Crisp Value Output kriteria Kondisi Estetika Lingkungan = 58

Page 143: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

114

Dari hasil sebelumnya total Crisp Value Output dari semua kriteria = 366,

sehingga bisa didapat nilai bobot Crisp Value Output setiap kriteria yaitu:

𝑋𝑛 =Cn

𝑆𝑖𝑔𝑚𝑎𝐶 (4.1)

dengan:

𝑥𝑛 = Nilai Bobot Crisp Output setiap kriteria

𝑐𝑛 = Nilai Crisp Output setiap kriteria

∑ 𝑐𝑛𝑛𝑖=1 = Jumlah total keseluruhan Nilai Crisp Output

1. 𝑥1 =80

366 = 0,219

2. 𝑥2 =90

366 = 0,246

3. 𝑥3 =72

366 = 0,197

4. 𝑥4 =66

366 = 0,180

5. 𝑥5 =58

366 = 0,158

dengan:

𝑥1 = Luas Lahan

𝑥2 = Fasilitas TPS 3R

𝑥3 = Jarak (TPS ke Pemukiman Warga)

𝑥4 = Kondisi Jalan

𝑥5 = Kondisi Estetika Lingkungan

Page 144: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

115

4.6 Skenario Penilaian

A. Kriteria Luas Lahan

Penilaian data yang ada berdasarkan kriteria luas lahan menggunakan

rumus:

𝑅𝑣 =ValueCur

ValueMax (4.2)

dengan Rv adalah nilai bobot penilaian; ValueCur adalah nilai saat ini dari

data yang ada; dan ValueMax adalah nilai maksimum dari setiap data.

Contoh: Dimana rentang luas lahan yang dijadikan TPS 3R = 100 m2-1000 m2

dan Nilai Bobot Penilaian mempunyai nilai antara 0-1, dengan ketentuan:

Jika nilai Rv = 1, maka TPS 3R tersebut diprioritaskan untuk diberi

pendanaan berdasarkan kriteria luas lahan.

Jika nilai Rv < 1, maka bobot penilaian TPS 3R tersebut dibandingkan

dengan bobot penilaian TPS 3R lainnya, dan yang mendekati nilai 1 maka

TPS 3R tersebut diprioritaskan untuk diberi pendanaan berdasarkan kriteria

luas lahan.

Tabel 4.3 Data Kriteria Luas Lahan

No. Kode TPS 3R Luas Lahan (m2) Nilai Bobot Penilaian

1 T3R001 200 0,2

2 T3R002 150 0,15

3 T3R003 100 0,1

4 T3R004 1000 1

5 T3R005 730 0,73

Page 145: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

116

Dari data Tabel 4.3 dapat ditentukan nilai bobot penilaian setiap TPS 3R

berdasarkan kriteria luas lahan, didapatkan nilai ValueMax dari data tersebut adalah

luasnya 1000 m2, sehingga setiap data dapat dihitung sebagai berikut:

1) Luas Lahan T3R001

Dik: ValueCur = 200 Dit: RV…?

ValueMax = 1000

Jawab:

𝑅𝑣 =ValueCur

ValueMax , 𝑅𝑣 =

200

1000 = 0,2, maka nilai bobot penilaian T3R001

berdasarkan kriteria Luas Lahan adalah 0,2.

2) Luas Lahan T3R002

Dik: ValueCur = 150 Dit: RV…?

ValueMax = 1000

Jawab:

𝑅𝑣 =ValueCur

ValueMax , 𝑅𝑣 =

150

1000 = 0,15, maka nilai bobot penilaian T3R002

berdasarkan kriteria Luas Lahan adalah 0,15.

3) Luas Lahan T3R003

Dik: ValueCur = 100 Dit: RV…?

ValueMax = 1000

Jawab:

𝑅𝑣 =ValueCur

ValueMax , 𝑅𝑣 =

100

1000 = 0,1, maka nilai bobot penilaian T3R003

berdasarkan kriteria Luas Lahan adalah 0,1.

4) Luas Lahan T3R004

Dik: ValueCur = 1000 Dit: RV…?

Page 146: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

117

ValueMax = 1000

Jawab:

𝑅𝑣 =ValueCur

ValueMax , 𝑅𝑣 =

1000

1000 = 1, maka nilai bobot penilaian T3R004

berdasarkan kriteria Luas Lahan adalah 1.

5) Luas Lahan T3R005

Dik: ValueCur = 730 Dit: RV…?

ValueMax = 1000

Jawab:

𝑅𝑣 =ValueCur

ValueMax , 𝑅𝑣 =

730

1000 = 0,73, maka nilai bobot penilaian T3R005

berdasarkan kriteria Luas Lahan adalah 0,73.

Sehingga bisa diambil kesimpulan, T3R004 dijadikan sebagai TPS 3R yang

diprioritaskan untuk diberikan pendanaan berdasarkan kriteria Luas Lahan karena

mempunyai Nilai Rv = 1. Sedangkan T3R001, dan T3R005 mempunyai Nilai Rv

< 1, maka Nilai Rv T3R001 dan T3R005 dibandingkan, sehingga didapatkan Nilai

T3R001 = 0,2, dan Nilai T3R005 = 0,73, maka T3R005 dijadikan sebagai TPS 3R

yang diprioritaskan untuk diberikan pendanaan berdasarkan kriteria Luas Lahan

daripada T3R001, karena Nilai Rv T3R005 lebih mendekati 1.

B. Kriteria Fasilitas

Penilaian data yang ada berdasarkan kriteria fasilitas menggunakan

persamaan 4.2.

Page 147: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

118

dengan ketentuan :

Kriteria Fasilitas pada TPS 3R dibagi menjadi 3 kategori, yaitu

Kategori lengkap, Kategori cukup lengkap, dan Kategori tidak

lengkap.

Kategori lengkap dapat terpenuhi jika terdapat semua fasilitas yang

berjumlah 7 fasilitas pada TPS 3R tersebut.

Kategori cukup lengkap dapat terpenuhi jika terdapat 4-6 fasilitas

pada TPS tersebut dimana minimal terdapat 4 Fasilitas utama yaitu

Container, Pencacah Organik, Ruang Penyimpanan, dan

Composting Area.

Kategori tidak lengkap dapat terpenuhi jika terdapat ≤ 3 fasilitas

yang ada pada TPS 3R tersebut atau jika terdapat 4-6 fasilitas namun

tidak terdapat 4 fasilitas utama yaitu Container, Pencacah Organik,

Ruang Penyimpanan, dan Composting Area.

Jika Kategori lengkap terpenuhi maka mempunyai nilai bobot 1.

Jika Kategori cukup lengkap terpenuhi maka mempunyai nilai bobot

0.5.

Jika Kategori tidak lengkap terpenuhi maka mempunyai nilai bobot

0.

Jika nilai Rv = 1, maka TPS 3R tersebut diprioritaskan untuk diberi

pendanaan berdasarkan kriteria Fasilitas.

Jika nilai Rv < 1, maka bobot penilaian TPS 3R tersebut dibandingkan

dengan bobot penilaian TPS 3R lainnya, dan yang mendekati nilai 1 maka

Page 148: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

119

TPS 3R tersebut diprioritaskan untuk diberi pendanaan berdasarkan kriteria

Fasilitas.

Tabel 4.4 Data Kriteria Fasilitas TPS 3R

No. Kode TPS 3R Fasilitas Nilai Bobot Penilaian

1 T3R001 Lengkap 1

2 T3R002 Tidak Lengkap 0

3 T3R003 Cukup Lengkap 0,5

4 T3R004 Tidak Lengkap 0

5 T3R005 Cukup Lengkap 0,5

Dari data Tabel 4.4 dapat ditentukan nilai bobot penilaian setiap TPS 3R

berdasarkan kriteria Fasilitas, didapatkan nilai ValueMax dari data tersebut adalah

1, sehingga setiap data dapat dihitung sebagai berikut:

1) Fasilitas T3R001

Dik: ValueCur = 1 Dit: RV…?

ValueMax = 1

Jawab:

𝑅𝑣 =ValueCur

ValueMax , 𝑅𝑣 =

1

1 = 1, maka nilai bobot penilaian T3R001

berdasarkan kriteria Fasilitas adalah 1.

2) Fasilitas T3R002

Dik: ValueCur = 0 Dit: RV…?

ValueMax = 1

Jawab:

Page 149: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

120

𝑅𝑣 =ValueCur

ValueMax , 𝑅𝑣 =

0

1 = 0, maka nilai bobot penilaian T3R002

berdasarkan kriteria Fasilitas adalah 0.

3) Fasilitas T3R003

Dik: ValueCur = 0,5 Dit: RV…?

ValueMax = 1

Jawab:

𝑅𝑣 =ValueCur

ValueMax , 𝑅𝑣 =

0,5

1 = 0,5, maka nilai bobot penilaian T3R003

berdasarkan kriteria Fasilitas adalah 0,5.

4) Fasilitas T3R004

Dik: ValueCur = 0 Dit: RV…?

ValueMax = 0

Jawab:

𝑅𝑣 =ValueCur

ValueMax , 𝑅𝑣 =

0

0 = 0, maka nilai bobot penilaian T3R004

berdasarkan kriteria Fasilitas adalah 0.

5) Fasilitas T3R005

Dik: ValueCur = 0,5 Dit: RV…?

ValueMax = 1

Jawab:

𝑅𝑣 =ValueCur

ValueMax , 𝑅𝑣 =

0,5

1 = 0,5, maka nilai bobot penilaian T3R005

berdasarkan kriteria Fasilitas adalah 0,5.

Page 150: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

121

Sehingga bisa diambil kesimpulan, T3R001 dijadikan sebagai TPS 3R yang

diprioritaskan untuk diberi pendanaan berdasarkan kriteria Fasilitas karena

mempunyai Nilai Rv = 1. Sedangkan T3R003, dan T3R005 mempunyai Nilai Rv <

1, maka Nilai Rv T3R003, dan T3R005 dibandingkan. sehingga didapatkan Nilai

T3R003 = 0,5 dan Nilai T3R005 = 0,5 , maka T3R003 dijadikan sebagai TPS 3R

yang diprioritaskan untuk diberi pendanaan berdasarkan kriteria Fasilitas daripada

T3R005 karena Nilai Rv T3R003 lebih mendekati 1.

C. Kriteria Jarak (TPS ke Pemukiman Warga)

Penilaian data yang ada berdasarkan kriteria Jarak menggunakan Persamaan

4.2.

Contoh: Dimana data jarak TPS terhadap pemukiman diklasifikasikan dengan

ketentuan:

Jarak TPS terhadap pemukiman dibagi menjadi 3 kategori, yaitu: Baik,

Cukup Baik, dan Tidak Baik. Hal ini dipertimbangkan berdasarkan jarak

dari tempat penampungan sampah sementara terhadap pemukiman warga.

Jarak TPS dikatakan Baik, jika jarak TPS terhadap pemukiman berkisar

diantara 50 m-100 m.

Jarak TPS dikatakan Cukup Baik, jika jarak TPS terhadap pemukiman

bernilai 100 m-200 m.

Jarak TPS dikatakan Tidak Baik, jika jarak TPS terhadap pemukiman

bernilai x < 50 m atau x > 200 m.

Jika Jarak TPS dikatakan Baik, maka mempunyai bobot nilai 1.

Page 151: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

122

Jika Jarak TPS dikatakan Cukup Baik, maka mempunyai bobot nilai 0.5.

Jika Jarak TPS dikatakan Tidak Baik, maka mempunyai bobot nilai 0.

Dengan syarat:

Jika nilai Rv = 1, maka TPS 3R tersebut diprioritaskan untuk diberi

pendanaan berdasarkan kriteria jarak.

Jika nilai Rv < 1, maka bobot penilaian TPS 3R tersebut dibandingkan

dengan bobot penilaian TPS 3R lainnya, dan yang mendekati nilai 1 maka

TPS 3R tersebut diprioritaskan untuk diberi pendanaan berdasarkan kriteria

Jarak.

Tabel 4.5 Data Kriteria Jarak

No. Kode TPS Jarak TPS ke Pemukiman warga (m) Nilai Bobot Penilaian

1 T3R001 170 0,5

2 T3R002 195 0,5

3 T3R003 40 0

4 T3R004 70 1

5 T3R005 250 0

Dari data Tabel 4.5 dapat ditentukan nilai bobot penilaian setiap TPS 3R

berdasarkan kriteria Jarak (TPS ke pemukiman warga), didapatkan nilai ValueMax

dari data diatas adalah 1, sehingga setiap data dapat dihitung sebagai berikut:

1) Jarak T3R001

Dik: ValueCur = 0,5 Dit: RV…?

ValueMax = 1

Jawab:

Page 152: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

123

𝑅𝑣 =ValueCur

ValueMax , 𝑅𝑣 =

0,5

1 = 0,5 , maka nilai bobot penilaian TPS001

berdasarkan kriteria Jarak adalah 0,5 .

2) Jarak T3R002

Dik: ValueCur = 0,5 Dit: RV…?

ValueMax = 1

Jawab:

𝑅𝑣 =ValueCur

ValueMax , 𝑅𝑣 =

0,5

1 = 0,5 , maka nilai bobot penilaian TPS002

berdasarkan kriteria Jarak adalah 0,5 .

3) Jarak T3R003

Dik: ValueCur = 0 Dit: RV…?

ValueMax = 1

Jawab:

𝑅𝑣 =ValueCur

ValueMax , 𝑅𝑣 =

0

1 = 0 , maka nilai bobot penilaian TPS003

berdasarkan kriteria Jarak adalah 0.

4) Jarak T3R004

Dik: ValueCur = 1 Dit: RV…?

ValueMax = 1

Jawab:

𝑅𝑣 =ValueCur

ValueMax , 𝑅𝑣 =

1

1 = 1, maka nilai bobot penilaian TPS004

berdasarkan kriteria Jarak adalah 1.

5) Jarak T3R005

Dik: ValueCur = 0 Dit: RV…?

Page 153: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

124

ValueMax = 1

Jawab:

𝑅𝑣 =ValueCur

ValueMax , 𝑅𝑣 =

0

1 = 0, maka nilai bobot penilaian TPS005

berdasarkan kriteria Jarak adalah 0.

Sehingga bisa diambil kesimpulan, T3R004 dijadikan sebagai TPS 3R yang

diprioritaskan untuk diberi pendanaan berdasarkan kriteria jarak TPS karena

mempunyai Nilai Rv = 1. Sedangkan T3R001, dan T3R002 mempunyai Nilai Rv

< 1, maka Nilai Rv T3R001, dan T3R002 dibandingkan. sehingga didapatkan Nilai

T3R001 = 0,5, dan Nilai T3R002 = 0,5, maka T3R002 dijadikan sebagai TPS 3R

yang diprioritaskan untuk diberi pendanaan berdasarkan kriteria Jarak daripada

T3R001, karena Nilai Rv T3R002 lebih mendekati 1.

D. Kriteria Kondisi Jalan

Penilaian setiap data yang ada berdasarkan kriteria kondisi jalan

menggunakan Persamaan 4.2.

Contoh: Dimana data Kondisi Jalan diklasifikasikan berdasarkan keadaan akses

jalan menuju tempat penampungan sampah yaitu apakah jalan masih

bagus atau sudah rusak, dan juga dilihat apakah jalan menuju TPS 3R

dapat dilewati oleh mobil sampah atau tidak. Dengan ketentuan:

Kondisi Jalan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu: Baik, Cukup Baik, dan Tidak

Baik. Hal ini dipertimbangkan berdasarkan kondisi jalan (berlubang atau

Page 154: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

125

tidak) menuju tempat penampungan sementara dan apakah jalannya dapat

dilewati oleh mobil atau tidak

Kondisi Jalan dikatakan Baik, jika kondisi jalan tidak berlubang dan bisa

dilewati mobil (khususnya truk sampah).

Kondisi Jalan dikatakan Cukup Baik, jika kondisi jalan berlubang, tetapi

bisa dilewati mobil.

Kondisi Jalan dikatakan Tidak Baik, jika kondisi jalan berlubang dan tidak

bisa dilewati mobil atau kondisi jalan tidak berlubang tetapi tetap tidak bisa

dilewati mobil.

Jika Kondisi Jalan dikatakan Baik, maka mempunyai bobot nilai 1.

Jika Kondisi Jalan dikatakan Cukup Baik, maka mempunyai bobot nilai 0.5.

Jika Kondisi Jalan dikatakan Tidak Baik, maka mempunyai bobot nilai 0.

Dengan syarat:

Jika nilai Rv = 1, maka TPS 3R tersebut diprioritaskan untuk diberi

pendanaan berdasarkan kriteria kondisi jalan.

Jika nilai Rv < 1, maka bobot penilaian TPS 3R tersebut dibandingkan

dengan bobot penilaian TPS 3R lainnya, dan yang mendekati nilai 1 maka

TPS 3R tersebut diprioritaskan untuk diberi pendanaan berdasarkan kriteria

kondisi jalan.

Page 155: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

126

.Tabel 4.6 Data Kriteria Kondisi Jalan

No. Kode TPS Kondisi Jalan Nilai Bobot Penilaian

1 T3R001 Cukup Baik 0,5

2 T3R002 Tidak Baik 0

3 T3R003 Baik 1

4 T3R004 Tidak Baik 0

5 T3R005 Tidak Baik 0

Dari data Tabel 4.6 dapat ditentukan nilai bobot penilaian setiap TPS 3R

berdasarkan kriteria Kondisi Jalan, didapatkan nilai ValueMax dari data diatas

adalah 1, sehingga setiap data dapat dihitung sebagai berikut:

1) T3R001

Dik: ValueCur = 0,5 Dit: RV…?

ValueMax = 1

Jawab:

𝑅𝑣 =ValueCur

ValueMax , 𝑅𝑣 =

0,5

1 = 0,5 , maka nilai bobot penilaian T3R001

berdasarkan kriteria Kondisi Jalan adalah 0,5 .

2) T3R002

Dik: ValueCur = 0 Dit: RV…?

ValueMax = 1

Jawab:

𝑅𝑣 =ValueCur

ValueMax , 𝑅𝑣 =

0

1 = 0 , maka nilai bobot penilaian T3R002

berdasarkan kriteria Kondisi Jalan adalah 0.

3) T3R003

Page 156: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

127

Dik: ValueCur = 1 Dit: RV…?

ValueMax = 1

Jawab:

𝑅𝑣 =ValueCur

ValueMax , 𝑅𝑣 =

1

1 = 1 , maka nilai bobot penilaian T3R003

berdasarkan kriteria Kondisi Jalan adalah 1.

4) T3R004

Dik: ValueCur = 0 Dit: RV…?

ValueMax = 1

Jawab:

𝑅𝑣 =ValueCur

ValueMax , 𝑅𝑣 =

0

1 = 0, maka nilai bobot penilaian T3R004

berdasarkan kriteria Kondisi Jalan adalah 0.

5) T3R005

Dik: ValueCur = 0 Dit: RV…?

ValueMax = 1

Jawab:

𝑅𝑣 =ValueCur

ValueMax , 𝑅𝑣 =

0

1 = 0, maka nilai bobot penilaian T3R005

berdasarkan kriteria Kondisi Jalan adalah 0.

Sehingga bisa diambil kesimpulan, T3R003 dijadikan sebagai TPS 3R yang

diprioritaskan untuk diberi pendanaan berdasarkan kriteria Kondisi Jalan karena

mempunyai Nilai Rv = 1. Sedangkan T3R001 dijadikan sebagai TPS 3R

selanjutnya yang diprioritaskan untuk diberi pendanaan berdasarkan kriteria

Kondisi Jalan, karena Nilai Rv T3R001 lebih mendekati 1.

Page 157: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

128

E. Kriteria Kondisi Lingkungan

Penilaian data yang ada berdasarkan kriteria kondisi lingkungan

menggunakan Persamaan 4.2.

Contoh: Dimana data Kondisi Lingkungan diklasifikasikan berdasarkan

keberadaan TPS 3R memengaruhi lingkungan sekitar yang ada yaitu

apakah TPS 3R tersebut mencemari lingkungan sekitar atau tidak dan

juga apakah TPS 3R tersebut menganggu estetika lalu lintas yang ada

disekitar TPS. Dengan ketentuan:

Kondisi Lingkungan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu: Baik, Cukup Baik,

dan Tidak Baik.

Kondisi Lingkungan dikatakan Baik, jika keberadaan TPS tidak mencemari

lingkungan dan tidak menganggu estetika lalu lintas.

Kondisi Lingkungan dikatakan Cukup Baik, jika keberadaan TPS tidak

mencemari lingkungan, namun menganggu estetika lalu lintas.

Kondisi Lingkungan dikatakan Tidak Baik, jika TPS mencemari lingkungan

namun tidak menganggu estetika lalu lintas, atau jika TPS mencemari

lingkungan dan juga menganggu estetika lalu lintas.

Jika Kondisi Lingkungan dikatakan Baik, maka mempunyai bobot nilai 0.

Jika Kondisi Lingkungan dikatakan Cukup Baik, maka mempunyai bobot

nilai 0.5.

Jika Kondisi Lingkungan dikatakan Tidak Baik, maka mempunyai bobot

nilai 1.

Page 158: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

129

Dengan syarat:

Jika nilai Rv = 1, maka TPS 3R tersebut diprioritaskan untuk diberi

pendanaan berdasarkan kriteria kondisi lingkungan.

Jika nilai Rv < 1, maka bobot penilaian TPS 3R tersebut dibandingkan

dengan bobot penilaian TPS 3R lainnya, dan yang mendekati nilai 1 maka

TPS 3R tersebut diprioritaskan untuk diberi pendanaan berdasarkan kriteria

Kondisi Lingkungan.

Tabel 4.7 Data Kriteria Kondisi Lingkungan

No. Kode TPS Kondisi Lingkungan Nilai Bobot Penilaian

1 T3R001 Tidak Baik 0

2 T3R002 Cukup Baik 0,5

3 T3R003 Tidak Baik 0

4 T3R004 Tidak Baik 0

5 T3R005 Baik 1

Dari data Tabel 4.7 dapat ditentukan nilai bobot penilaian setiap TPS 3R

berdasarkan kriteria Kondisi Lingkungan, didapatkan nilai ValueMax dari data

diatas adalah 1, sehingga setiap data dapat dihitung sebagai berikut:

1) T3R001

Dik: ValueCur = 0 Dit: RV…?

ValueMax = 1

Jawab:

𝑅𝑣 =ValueCur

ValueMax , 𝑅𝑣 =

0

1 = 0, maka nilai bobot penilaian T3R001

berdasarkan kriteria Kondisi Lingkungan adalah 0.

Page 159: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

130

2) T3R002

Dik: ValueCur = 0,5 Dit: RV…?

ValueMax = 1

Jawab:

𝑅𝑣 =ValueCur

ValueMax , 𝑅𝑣 =

0,5

1 = 0,5, maka nilai bobot penilaian T3R002

berdasarkan kriteria Kondisi Lingkungan adalah 0,5.

3) T3R003

Dik: ValueCur = 0 Dit: RV…?

ValueMax = 1

Jawab:

𝑅𝑣 =ValueCur

ValueMax , 𝑅𝑣 =

0

1 = 0, maka nilai bobot penilaian T3R003

berdasarkan kriteria Kondisi Lingkungan adalah 0.

4) T3R004

Dik: ValueCur = 0 Dit: RV…?

ValueMax = 1

Jawab:

𝑅𝑣 =ValueCur

ValueMax , 𝑅𝑣 =

0

1 = 0, maka nilai bobot penilaian T3R004

berdasarkan kriteria Kondisi Lingkungan adalah 0.

5) T3R005

Dik: ValueCur = 1 Dit: RV…?

ValueMax = 1

Jawab:

Page 160: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

131

𝑅𝑣 =ValueCur

ValueMax , 𝑅𝑣 =

1

1 = 1, maka nilai bobot penilaian T3R005

berdasarkan kriteria Kondisi Lingkungan adalah 1.

Sehingga bisa diambil kesimpulan, T3R005 T3R003 dijadikan sebagai TPS

3R yang diprioritaskan untuk diberi pendanaan berdasarkan kriteria Kondisi

Lingkungan karena mempunyai Nilai Rv = 1. Sedangkan T3R002 dijadikan

sebagai TPS 3R selanjutnya yang diprioritaskan untuk diberi pendanaan

berdasarkan kriteria Kondisi Lingkungan, karena Nilai Rv T3R002 lebih mendekati

1.

Page 161: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

132

Rumus perhitungan optimasi untuk pengelolaan TPS 3R berdasarkan kriteria-kriteria yang ada yaitu: 𝑓(𝑥)

Contoh: Data TPS berdasarkan kriteria-kriteria yang ada dengan ketentuan-ketentuannya.

No. Kode

TPS 3R Luas Lahan (m2) Fasilitas TPS 3R

Jarak TPS

ke Pemukiman

Warga

(m)

Kondisi Jalan

Kondisi

Estetika

Lingkungan

𝑓(𝑥)

Total Penilaian

1 T3R001 200 Lengkap 170 Cukup Baik Tidak Baik

2 T3R002 150 Tidak Lengkap 195 Tidak Baik Cukup Baik

3 T3R003 100 Cukup Lengkap 40 Baik Tidak Baik

4 T3R004 1000 Tidak Lengkap 70 Tidak Baik Tidak Baik

5 T3R005 730 Cukup Lengkap 250 Tidak Baik Baik

Tabel 4.8 Data Semua Kriteria

Page 162: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

133

Dari data pada Tabel 4.8 didapatkan 𝑅𝑣 (bobot nilai) dari setiap kriteria-kriteria yang ada berdasarkan ketentuan-ketentuannya,

sehingga dapat ditampilkan pada Tabel 4.9.

No. Kode

TPS 3R Luas Lahan (m2) Fasilitas TPS 3R

Jarak TPS

ke Pemukiman

Warga

(m)

Kondisi Jalan

Kondisi

Estetika

Lingkungan

𝑓(𝑥)

Total Penilaian

1 T3R001 0,2 1 0,5 0,5 0

2 T3R002 0,15 0 0,5 0 0,5

3 T3R003 0,1 0,5 0 1 0

4 T3R004 1 0 1 0 0

5 T3R005 0,73 0,5 0 0 1

Tabel 4.9 Data Nilai Bobot Penilaian Semua Kriteria

Page 163: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

134

Setelah mendapatkan Nilai Bobot Penilaian masing-masing kriteria, maka

bisa mendapatkan Total Penilaian setiap data TPS dengan rumus yang ada yaitu:

𝒇(𝒙𝟏, 𝒙𝟐, 𝒙𝟑, 𝒙𝟒, 𝒙𝟓) = 𝒂𝒙𝟏 + 𝒃𝒙𝟐 + 𝒄𝒙𝟑 + 𝒅𝒙𝟒 + 𝒆𝒙𝟓 (4.3)

dengan:

𝒇(𝒙)= Nilai Total Penilaian

(𝒙𝟏, 𝒙𝟐, … , 𝒙𝟓) = Nilai Bobot Crisp Output setiap kriteria yang didapatkan

berdasarkan hasil membership functions

(𝒂, 𝒃, 𝒄, 𝒅, 𝒆) = Nilai Koefisien yang didapatkan dari perhitungan Relative

Value (RV)

Nilai Bobot Crisp Value Output Setiap Kriteria dicari menggunakan Persamaan 4.1.

Hasil Membership Functions:

Crisp Value Output kriteria Luas Lahan = 80

Crisp Value Output kriteria Fasilitas TPS 3R = 90

Crisp Value Output kriteria Jarak (TPS menuju Pemukiman Warga) = 72

Crisp Value Output kriteria Kondisi Jalan = 66

Crisp Value Output kriteria Kondisi Estetika Lingkungan = 58

Dari hasil diatas total Crisp Value Output dari semua kriteria = 366,

sehingga bisa didapat nilai bobot Crisp Value Output setiap parameter yaitu:

1. 𝑥1 =80

366 = 0,219

2. 𝑥2 =90

366 = 0,246

3. 𝑥3 =72

366 = 0,197

4. 𝑥4 =66

366 = 0,180

5. 𝑥5 =58

366 = 0,158

Page 164: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

135

Berdasarkan hasil perhitungan skenario penilaian secara keseluruhan didapatkan total penilaian dari setiap data berdasarkan kriteria-

kriteria dan ketentuan-ketentuannya, sehingga dapat ditampilkan pada Tabel 4.10.

Dari hasil perhitungan Tabel 4.10 didapatkan bahwa T3R001 memiliki total penilaian tertinggi dari TPS 3R lainnya. Sehingga

T3R001 diprioritaskan untuk diberi pendanaan, setelahnya diikuti dengan TPS 3R dengan nilai-nilai tertinggi setelahnya secara

berurutan dan terus-menerus sampai semua kuota telah disediakan terpenuhi.

No. Kode

TPS 3R Luas Lahan (m2) Fasilitas TPS 3R

Jarak TPS

ke Pemukiman

Warga

(m)

Kondisi Jalan

Kondisi

Estetika

Lingkungan

𝑓(𝑥)

Total Penilaian

1 T3R001 0,2 1 0,5 0,5 0 0,478

2 T3R002 0,15 0 0,5 0 0,5 0,210

3 T3R003 0,1 0,5 0 1 0 0,325

4 T3R004 1 0 1 0 0 0,416

5 T3R005 0,73 0,5 0 0 1 0,441

Tabel 4.10 Data Hasil Nilai Semua Kriteria

Page 165: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

136

4.7 Hill Climbing

Metode hill climbing dalam proses optimasi digunakan sebagai proses

pemilihan alternatif terbaik atau dalam hal ini pemilihan TPS 3R yang menjadi

prioritas utama berdasarkan hasil parameterisasi data TPS 3R dan penentuan

jumlah anggaran. Dengan asumsi jumlah TPS 3R yang ada saat ini sudah sesuai

dengan ketentuan, maka data TPS 3R yang dioptimasi menggunakan metode hill

climbing berjumlah 522 TPS 3R.

Data TPS 3R yang digunakan merupakan data dummy yang dibuat secara

acak berdasarkan proses coding dengan berdasarkan ketentuan-ketentuan dari

setiap kriteria dan menyesuaikan isi data semirip mungkin dengan data asli. Hal ini

dilakukan karena data TPS 3R asli pada saat ini masih merupakan gambaran umum

berdasarkan hasil survei dari setiap operator di masing-masing kotamadya,

sehingga keabsahan data masih belum bisa dipastikan seiringnya perubahan data

yang sering terjadi dan juga terdapat beberapa data yang sulit untuk didapatkan

karena membutuhkan waktu yang cukup lama.

Hasil optimasi didapatkan berdasarkan nilai data TPS 3R yang terpilih

secara acak, kemudian dibandingkan dengan nilai data TPS 3R sebelum dan

sesudahnya dan nilai data TPS 3R tersebut dipilih sampai nilai data TPS 3R tersebut

merupakan nilai tertinggi diantara nilai data TPS 3R sebelum dan sesudahnya.

Sehingga TPS-TPS 3R yang terpilih berdasarkan proses hill climbing merupakan

alternatif terbaik dan yang dijadikan prioritas utama dalam proses pendanaan TPS

3R.

Page 166: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

137

4.8 Design Workshop

4.8.1 Design Proses

Pada tahap sebelumnya telah didefinisikan data-data apa saja yang

dibutuhkan, kemudian pada tahap ini data yang ada di transformasikan untuk

mendapat aliran informasi yang mungkin diperlukan untuk mengimplementasikan

fungsi sistem. Peneliti menggunakan tools UML, di mana terdiri atas use case

diagram, activity diagram, sequence diagram dan class diagram.

1. Use Case Diagram Optimasi Untuk Pengelolaan TPS 3R

Sebelum membuat Use Case, terlebih dahulu penulis melakukan proses

identifikasi jenis pengguna sistem (Tabel 4.11) untuk menentukan entitas (aktor)

apa saja yang dapat berinteraksi langsung dengan sistem.

Tabel 4.11 Entitas (Aktor) Use Case Diagram

No Aktor Use Case Keterangan

1. Admin

Login

Pengguna

Use Case ini menggambarkan proses

pengecekan hak akses untuk masuk

kedalam sistem.

Mengelola

Data Pengguna

Tahap ini menggambarkan proses untuk

menambahkan, mengedit ataupun

menghapus data pengguna sistem.

Logout

Pengguna

Tahapan ini menggambarkan proses

keluar sistem dan menghapus session.

2.

Staf

Pengelola

Kebersihan

Login

Pengguna

Use Case ini menggambarkan proses

pengecekan hak akses untuk masuk

kedalam sistem.

Page 167: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

138

Melakukan

Entry Data

Staf Pengelola Kebersihan melakukan

entry data setiap TPS 3R kedalam

database sistem.

Logout

Pengguna

Tahapan ini menggambarkan proses

keluar sistem dan menghapus session.

3.

Kaseksi

Login

Pengguna

Use Case ini menggambarkan proses

pengecekan hak akses untuk masuk

kedalam sistem.

Melakukan

Perhitungan

Optimasi

Kaseksi melakukan proses optimasi

untuk menentukan TPS 3R mana saja

yang menjadi pilihan terbaik atau

prioritas utama.

Melakukan

Validasi

Kaseksi melakukan proses validasi untuk

menyatakan hasil proses optimasi telah

valid, sehingga proses pendanaan TPS 3R

bisa dilakukan.

Rekapitulasi

Laporan

Kaseksi melihat rekapan laporan hasil

optimasi.

Logout

Pengguna

Tahapan ini menggambarkan proses

keluar sistem dan menghapus session.

Setelah mengidentifikasi pengguna sistem, pada Gambar 4.10 Merupakan

Use Case Diagram pada optimasi untuk pengelolaan TPS 3R dengan 7 Use Case

yaitu, Login Pengguna, Mengelola data pengguna, entry data, perhitungan

optimasi, validasi, laporan dan Logout Pengguna.

Page 168: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

139

Gambar 4.10 Use Case Diagram

Pada Gambar 4.10, proses Login dilakukan agar setiap aktor dapat

mengakses sistem sesuai dengan hak akses yang telah diberikan, lalu use case kedua

yaitu entry data dilakukan untuk memasukkan data setiap TPS 3R kedalam

database yang dilakukan oleh Staf Pengelola Kebersihan. Use case ketiga yaitu

mengelola data pengguna ditentukan oleh admin. Kemudian use case keempat yaitu

proses perhitungan optimasi untuk mendapatkan nilai akhir yang melibatkan

Kaseksi. Use case kelima yaitu validasi hasil optimasi untuk menyatakan hasil

tersebut valid yang dilakukan oleh Kaseksi, sehingga proses pendanaan TPS 3R

Page 169: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

140

bisa dilakukan. Use case keenam yaitu rekapitulasi laporan adalah proses rekapan

hasil optimasi yang telah valid sebagai track record proses pendanaan TPS 3R dari

waktu ke waktu. Terakhir yaitu use case ketujuh yaitu logout pengguna dimana

proses melibatkan semua aktor untuk dapat keluar dari sistem.

2. Activity Diagram Optimasi Untuk Pengelolaan TPS 3R

Activity diagram menggambarkan alur kerja (work flow) sebuah urutan

aktivitas pada suatu proses. Activity diagram yang ada pada optimasi untuk

pengelolaan TPS 3R di antaranya adalah login pengguna, entry data, mengelola

data pengguna, perhitungan optimasi, validasi, laporan, dan logout pengguna.

Page 170: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

141

a) Activity Diagram Login Pengguna

Pada Gambar 4.11 menunjukkan alur proses login yang dapat dilakukan

oleh semua aktor.

Gambar 4.11 Activity Diagram Login Pengguna

Page 171: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

142

b) Activity Diagram Entry Data

Pada gambar 4.12 menunjukkan alur proses entry data untuk memasukkan

data TPS 3R kedalam database.

Gambar 4.12 Activity Diagram Entry Data

Page 172: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

143

c) Activity Diagram Manajemen Data Pengguna

Pada Gambar 4.13 menunjukkan alur proses pengelolaan data pengguna

yang dapat dilakukan oleh admin sistem.

Gambar 4.13 Activity Diagram Mengelola Data Pengguna

Page 173: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

144

d) Activity Diagram Perhitungan Optimasi

Pada Gambar 4.14 Menunjukkan alur proses perhitungan optimasi hingga

mendapat hasil perhitungan akhir yang dilakukan oleh aktor Kaseksi.

Gambar 4.14 Activity Diagram Perhitungan Optimasi

Page 174: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

145

e) Activity Diagram Validasi

Pada Gambar 4.15 menunjukkan alur proses validasi hasil optimasi. Dimana

setelah pengambilan keputusan ditetapkan oleh Kaseksi terkait dengan hasil

optimasi, selanjutkan hasil tersebut divalidasi agar menjadi valid. Sehingga proses

pendanaan TPS 3R bisa dilakukan.

Gambar 4.15 Activity Diagram Validasi

Page 175: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

146

f) Activity Diagram Laporan

Pada Gambar 4.16 adalah proses mendapatkan laporan hasil optimasi,

dimana laporan hasil optimasi akan didapatkan setelah proses validasi dari Kaseksi

dan proses pendanaan TPS 3R telah berlangsung.

Gambar 4.16 Activity Diagram Laporan

Page 176: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

147

g) Activity Diagram Logout Pengguna

Pada Gambar 4.17 adalah proses logout yang dapat dilakukan oleh setiap

aktor untuk keluar dari sistem.

Gambar 4.17 Activity Diagram Logout Pengguna

Page 177: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

148

4.8.2 Design Database

Pada tahap ini, penulis akan melakukan desain database yang ada pada

Optimasi untuk Pengelolaan TPS 3R. Dengan membuat class diagram, mapping

database, spesifikasi database serta sequence diagram kita akan mengetahui

struktur database.

1. Class Diagram Optimasi Untuk Pengelolaan TPS 3R

Pada Gambar 4.18 merupakan class diagram dari optimasi untuk

pengelolaan TPS 3R yang terdiri atas 8 class, yaitu TPS 3R, User, Fuzzy Logic, Hill

Climbing, Optimized TPS 3R, Fasilitas, Estetika Jalan, dan Kondisi Jalan. Dimana

kelas Optimized TPS 3R adalah superclass dari TPS 3R yang memiliki hubungan

generalisasi terhadap hill climbing dan fuzzy logic. Kelas TPS 3R memiliki

hubungan asosiasi dengan kelas Fasilitas, Estetika Jalan, dan Kondisi Jalan. Serta

kelas User dimana kategori user merupakan gabungan dari tiga aktor, yaitu

Kaseksi, Staf Pengelola Kebersihan dan Expert.

Page 178: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

149

Gambar 4.18 Class Diagram

2. Mapping Database

Mapping database ini bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam

merancang database Optimasi untuk Pengelolaan TPS 3R. Gambar 4.19

merupakan gambar mapping database pada Optimasi untuk Pengelolaan TPS 3R:

Page 179: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

150

Gambar 4.19 Skema Database

3. Spesifikasi Database

Setelah melakukan mapping database pada tahap ini penulis akan

menjelaskan mengenai struktur database yang ada pada Optimasi untuk

Pengelolaan TPS 3R.

1. TPS 3R

Nama Tabel : TPS 3R

Primary Key : id_tps_3r

Foreign Key : id_estetika_jalan, id_kondisi_jalan

Jenis Tabel : Transaksi

Page 180: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

151

Field Type Size

id_tps_3r int 10

id_estetika_jalan int 10

id_kondisi_jalan int 10

jarak_TPS_ke_pemukiman int 10

luas_lahan int 10

kode char 30

2. Fasilitas

Nama Tabel : Fasilitas

Primary Key : id_fasilitas

Foreign Key : -

Jenis Tabel : Master

Field Type Size

id_fasilitas int 10

deskripsi varchar 30

is_fasilitas_utama boolean 1

3. Estetika Jalan

Nama Tabel : Estetika Jalan

Primary Key : id_estetika_jalan

Tabel 4.12 Tabel TPS 3R

Tabel 4.13 Tabel Fasilitas

Page 181: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

152

Foreign Key : -

Jenis Tabel : Master

Field Type Size

id_estetika_jalan int 10

deskripsi varchar 30

bobot float 4

4. Kondisi Jalan

Nama Tabel : Kondisi Jalan

Primary Key : id_kondisi_jalan

Foreign Key : -

Jenis Tabel : Master

Field Type Size

id_kondisi_jalan int 10

deskripsi varchar 30

bobot float 4

5. User

Nama Tabel : User

Primary Key : id_user

Foreign Key : -

Tabel 4.14 Tabel Estetika Jalan

Tabel 4.15 Tabel Kondisi Jalan

Page 182: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

153

Jenis Tabel : Master

Field Type Size

id_user int 10

username char 30

email char 30

user_group char 30

password string 20

6. Optimized TPS 3R

Nama Tabel : Optimized TPS 3R

Primary Key : id_tps_3r

Foreign Key : id_tps_3r

Jenis Tabel : Transaksi

Field Type Size

id_tps_3r int 10

Rank int 10

is_validated boolean 1

7. TPS_Fasilitas

Nama Tabel : TPS_Fasilitas

Primary Key : id_tps_3r

Foreign Key : id_tps_3r, id_fasilitas

Tabel 4.16 Tabel User

Tabel 4.17 Tabel Optimized TPS 3R

Page 183: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

154

Jenis Tabel : Transaksi

Field Type Size

id_tps_3r int 10

Id_fasilitas int 100

4. Sequence Diagram Optimasi Untuk Pengelolaan TPS 3R

Sequence diagram menjelaskan secara detail urutan proses yang digunakan

dalam optimasi untuk pengelolaan TPS 3R. Diagram ini mengilustrasikan

bagaimana pesan terkirim dan diterima di antara object dalam sequence (ruang

waktu). Sequence diagram yang ada pada optimasi untuk pengelolaan TPS 3R

terdiri atas sequence diagram login pengguna, sequence diagram entry data,

sequence diagram perhitungan optimasi, sequence diagram validasi, sequence

diagram laporan dan sequence diagram logout pengguna.

Tabel 4.18 Tabel TPS_Fasilitas

Page 184: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

155

a) Sequence Diagram Login Pengguna

Gambar 4.20 Sequence Diagram Login Pengguna

Page 185: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

156

b) Sequence Diagram Entry Data

Gambar 4.21 Sequence Diagram Entry Data

Page 186: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

157

c) Sequence Diagram Manajemen Data Pengguna

Gambar 4.22 Sequence Diagram Manajemen Data Pengguna

Page 187: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

158

d) Sequence Diagram Perhitungan Optimasi

Gambar 4.23 Sequence Diagram Perhitungan Optimasi

Page 188: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

159

e) Sequence Diagram Validasi

Gambar 4.24 Sequence Diagram Validasi

Page 189: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

160

f) Sequence Diagram Laporan

Gambar 4.25 Sequence Diagram Laporan

Page 190: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

161

g) Sequence Diagram Logout Pengguna

Gambar 4.26 Sequence Diagram Logout Pengguna

Page 191: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

162

4.8.3 Design Interface

Dalam tahap ini akan diperlihatkan Design Interface optimasi pengelolaan

untuk TPS 3R dengan tujuan memudahkan peneliti dalam merancang dan

menggambarkan tampilan yang akan dibuat. Pada Gambar 4.27 adalah tampilan

menu daftar TPS 3R yang menampilan data-data TPS 3R yang telah tersimpan.

Gambar 4.27 Design Interface Daftar TPS 3R

Page 192: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

163

Gambar 4.28 adalah tampilan menu penentuan jumlah anggaran dan proses

optimasi.

Gambar 4.28 Design Interface Penentuan Jumlah Anggaran dan Optimasi

Gambar 4.29 adalah tampilan menu hasil optimasi secara keseluruhan.

Page 193: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

164

Gambar 4.29 Design Interface Hasil Optimasi

Gambar 4.30 adalah tampilan menu laporan hasil optimasi yang harus

divalidasi agar hasil optimasi yang didapat menjadi valid.

Gambar 4.30 Design Interface Laporan Hasil Optimasi

Page 194: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

165

4.9 Implementasi

4.9.1 Pemrograman

Tahapan pemrograman adalah tahap di mana semua yang telah digambarkan

dibuat menggunakan bahasa pemrograman. Optimasi untuk Pengelolaan TPS 3R

dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman Hypertext Preprocessor

(PHP), yaitu salah satu bahasa pemrograman skrip yang digunakan untuk

membangun simulasi berbasis web. Ketika dipanggil dari web browser, program

yang ditulis dengan PHP akan di-parsing di dalam web server oleh interpreter PHP

dan diterjemahkan ke dalam dokumen HTML, yang selanjutnya akan ditampilkan

kembali ke browser.

Lalu menggunakan XAMPP version 3.2.2 yang mempermudah dalam

menginstall modul PHP, Apache dan MySQL. XAMPP dilengkapi dengan berbagai

fasilitas lain yang memberikan kemudahan dalam mengembangkan situs web

berbasis PHP. Sedangkan untuk database menggunakan MySQL. Perangkat ini

bermanfaat untuk mengelola data dengan cara yang sangat fleksibel dan cepat.

Beberapa aktivitas yang dapat didukung oleh MySQL di antaranya adalah

menyimpan data ke dalam tabel, manghapus data dalam tabel, mengubah data

dalam tabel, mengambil data yang tersimpan dalam tabel, memungkinkan untuk

memilih data tertentu yang diambil, memungkinkan untuk melakukan pengaturan

hak akses terhadap data. Penggalan source code berikut adalah pembobotan

terhadap data-data TPS 3R berdasarkan masing-masing ketentuan kriteria yang

telah ditetapkan.

Page 195: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

166

# Pembobotan berdasarkan kriteria yang telah ditentukan (luas

lahan, fasilitas, jarak ke pemukiman, kondisi jalan, kondisi

estetika jalan)

class PropertyWeight {

public $weight_luas_lahan;

public $weight_jarak_ke_pemukiman;

public $weight_fasilitas;

public $weight_kondisi_jalan;

public $weight_estetika_jalan;

function __construct($tps) {

$this->weight_luas_lahan = $this-

>get_weight_luas_lahan($tps->luas_lahan);

$this->weight_jarak_ke_pemukiman = $this-

>get_weight_jarak_ke_pemukiman($tps->jarak_ke_pemukiman);

$this->weight_fasilitas = $this-

>get_weight_fasilitas($tps->fasilitas);

$this->weight_kondisi_jalan = $this-

>get_weight_kondisi_jalan($tps->kondisiJalan);

$this->weight_estetika_jalan = $this-

>get_weight_estetika_jalan($tps->estetikaJalan);

}

private function get_weight_luas_lahan($val)

{

return $val;

}

private function

get_weight_jarak_ke_pemukiman($val)

{

if (50 <= $val && $val < 100){

return 0;

}

else if (100 <= $val && $val < 200){

return 0.5;

}

else {

return 1;

}

}

private function get_weight_fasilitas($val_list)

{

$prominent = 0;

foreach($val_list as $f) {

if ($f->fasilitas_utama) {

$prominent++;

}

}

Page 196: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

167

$all_fasilitas = DB::table('fasilitas')->get();

$all_prominent = 0;

foreach($all_fasilitas as $f) {

if ($f->fasilitas_utama) {

$all_prominent++;

}

}

if (count($val_list) == count($all_fasilitas)) {

return 0;

}

else if ($prominent == $all_prominent &&

count($val_list) >= $all_prominent) {

return 0.5;

}

else {

return 1;

}

}

private function get_weight_kondisi_jalan($val)

{

return $val->bobot;

}

private function get_weight_estetika_jalan($val)

{

return $val->bobot;

}

}

Sedangkan penggalan source berikut adalah perhitungan hasil optimasi secara

keseluruhan.

# Identifikasi kriteria yang ada

class OptimizerBeamSearch

{

public $const_luas_lahan = 80;

public $const_fasilitas = 90;

public $const_jarak_ke_pemukiman = 72;

public $const_kondisi_jalan = 66;

public $const_estetika_jalan = 58;

public $luas_lahan_list = [];

public $jarak_ke_pemukiman_list = [];

public $fasilitas_list = [];

public $kondisi_jalan_list = [];

public $estetika_jalan_list = [];

public $kode_list = [];

Page 197: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

168

# Menghubungkan dengan parameterisasi sebelumnya

function __construct($tps_list) {

foreach($tps_list as $tps) {

$prop = new PropertyWeight($tps);

array_push( $this->kode_list, $tps->kode);

array_push( $this->luas_lahan_list, $prop-

>weight_luas_lahan);

array_push( $this->jarak_ke_pemukiman_list,

$prop->weight_jarak_ke_pemukiman);

array_push( $this->fasilitas_list, $prop-

>weight_fasilitas);

array_push( $this->kondisi_jalan_list, $prop-

>weight_kondisi_jalan);

array_push( $this->estetika_jalan_list, $prop-

>weight_estetika_jalan);

}

}

public function get_id_and_score() {

$ret = [];

if (count($this->fasilitas_list) == 0){

return [];

}

$luas_lahan_min = min($this->luas_lahan_list);

$fasilitas_max = max($this->fasilitas_list);

$jarak_ke_pemukiman_max = max($this-

>jarak_ke_pemukiman_list);

$kondisi_jalan_max = max($this-

>kondisi_jalan_list);

$estetika_jalan_max = max($this-

>estetika_jalan_list);

for ($i = 0; $i < count($this->kode_list); $i++)

{

$w_ll = 1.0 * $luas_lahan_min / $this-

>luas_lahan_list[$i];

$w_f = 1.0 * $this->fasilitas_list[$i] /

$fasilitas_max;

$w_jrk = 1.0 * $this-

>jarak_ke_pemukiman_list[$i] / $jarak_ke_pemukiman_max;

$w_kj = 1.0 * $this->kondisi_jalan_list[$i] /

$kondisi_jalan_max;

$w_ej = 1.0 * $this->estetika_jalan_list[$i] /

$estetika_jalan_max;

$total_w = $this->const_luas_lahan * $w_ll

+ $this->const_fasilitas * $w_f

+ $this->const_jarak_ke_pemukiman * $w_jrk

Page 198: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

169

+ $this->const_kondisi_jalan * $w_kj

+ $this->const_estetika_jalan * $w_ej;

array_push($ret, [$i, $total_w]);

}

return $ret;

}

# Inisialisasi posisi beam secara random

public function init_beam($num_point = 100) {

$size = count($this->kode_list);

$pos_list = [];

for ($i = 0; $i < $num_point; $i++) {

array_push($pos_list, mt_rand(0, $size - 1));

}

return $pos_list;

}

public function optimize_beam($init_post_list=[],

$max_iter = 10000, $max_step = 1) {

$size = count($this->kode_list);

$iteration = 0;

$convergent = false;

$pos_list = $init_post_list;

# Menghitung skor bobot sesuai perhitungan yang telah dibuat

$id_score_list = $this->get_id_and_score();

while (!$convergent && $iteration < $max_iter) {

$iteration++;

$convergent = true;

# Melakukan hill climbing

for( $i = 0; $i < count($pos_list); $i++) {

$cur_pos = $pos_list[$i];

$next_pos = [];

for ($j = max(0, $cur_pos - $max_step); $j <

min($size, $cur_pos + $max_step + 1); $j++) {

if ($j != $cur_pos && $id_score_list[$j][1]

> $id_score_list[$cur_pos][1]) {

array_push($next_pos, $j);

Page 199: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

170

}

}

if (count($next_pos) == 0) {

continue;

}

$convergent = false;

$pos_list[$i] = $next_pos[

array_rand($next_pos, 1) ];

}

}

$message = null;

if (!$convergent) {

$message = 'Beam Search mencapai iterasi

maksimum’;

}

return [$pos_list, $message];

}

}

Page 200: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

171

4.9.2 Interface Optimasi untuk Pengelolaan TPS 3R

Dalam bagian ini, akan dijabarkan Interface dari optimasi untuk

pengelolaan TPS 3R yang akan dilihat oleh user yang terlibat langsung dengan

pengambilan keputusan. Gambar 4.31 adalah tampilan interface data TPS 3R.

Gambar 4.31 Tampilan Interface Data TPS

Gambar 4.32 adalah tampilan interface penentuan jumlah anggaran dan

proses sebelum optimasi dilakukan.

Gambar 4.32 Tampilan Interface Penentuan Jumlah Anggaran

Page 201: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

172

Gambar 4.33 adalah tampilan interface optimasi dilakukan berdasarkan

kuota dari jumlah anggaran yang telah ditentukan.

Gambar 4.33 Tampilan Interface Optimasi

Gambar 4.34 adalah tampilan interface hasil optimasi secara keseluruhan

berdasarkan kuota yang didapat dari jumlah anggaran yang telah ditentukan serta

proses validasi jika hasil optimasi tersebut telah valid ditetapkan.

Gambar 4.34 Tampilan Interface Hasil Optimasi

Page 202: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

173

4.9.3 Uji Coba Aplikasi

Setelah sistem sudah selesai dibangun, maka tahap berikutnya adalah

pengujian sistem oleh peneliti dengan menggunakan black box testing, yaitu

melakukan test-case terhadap aplikasi dengan menggunakan tabel pengujian

dengan cara memasukkan data ke dalam sistem dan melihat hasil keluarannya

(output) apakah telah sesuai dengan hasil yang diharapkan. Hasilnya dapat dilihat

pada Tabel 4.19.

Tabel 4.19 Hasil Uji Coba Sistem dengan Black-Box Testing

No. Rancangan Input-Output Hasil yang Diharapkan Hasil

1 Klik menu daftar TPS Sistem akan menampilkan halaman

data TPS 3R Sesuai

2 Klik menu Optimasi Data Sistem akan menampilkan halaman

Optimasi Sesuai

3 Klik Mulai Optimasi jika sudah

memasukkan jumlah anggaran

Sistem akan menampilkan hasil

optimasi yang pertama Sesuai

4 Klik Menu Validasi Laporan

Sistem akan menampilkan hasil

optimasi secara keseluruhan dan

belum divalidasi

Sesuai

5 Klik Validasi

Sistem akan menyimpan data TPS

3R yang telah dioptimasi dan telah divalidasi

Sesuai

6 Klik menu Laporan Tervalidasi Sistem akan menampilkan data TPS

3R yang telah tervalidasi Sesuai

7 Klik Unduh

Sistem akan mengunduh tampilan

data TPS 3R yang telah tervalidasi

ke dalam bentuk pdf

Sesuai

Page 203: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

174

Page 204: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

174

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian optimasi pengelolaan Tempat Pengolahan

Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS 3R) di Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta,

didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Sistem optimasi untuk pengelolaan Tempat Pengolahan Sampah Reduce-

Reuse-Recycle (TPS 3R) dibuat untuk membantu pihak Dinas Lingkungan

Hidup DKI Jakarta dalam proses pengambilan keputusan dalam hal

pemilihan TPS 3R mana saja yang diprioritaskan untuk diberi pendanaan.

2. Sistem optimasi ini memiliki beberapa fitur seperti menu data TPS 3R,

menu optimasi untuk melakukan proses optimasi, validasi untuk

memvalidasi laporan hasil optimasi, serta download untuk mengunduh

laporan hasil optimasi yang telah divalidasi.

3. Sistem optimasi ini menggunakan metode Fuzzy Logic serta menggunakan

metode optimasi Hill Climbing.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan analisis yang telah dikemukakan, maka

diajukan beberapa saran untuk penelitian berikutnya, yaitu:

1. Sistem yang telah dibangun ini dapat dikembangkan lagi dengan

menggunakan metode lainnya guna memberikan nilai perbandingan hasil

Page 205: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

175

keputusan, misalnya menggunakan AHP, F-AHP, dan metode optimasi

seperti Simulated Annealing, Hill Climbing, Water Flow Optimization, dan

yang lainnya.

2. Sistem yang telah dibangun ini nantinya dapat dikembangkan lagi dengan

menambahkan kriteria yang lebih beragam, seperti prosedur operasional

dan sumber daya manusia, sehingga dapat memperkuat hasil dari proses

pengambilan keputusan.

3. Sistem ini dapat dikembangkan lagi menjadi sistem optimasi berbasis

mobile yang dapat mempermudah para pengguna untuk mengakses sistem

melalui perangkat telepon pintar.

Page 206: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

176

Page 207: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

176

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran Tajwid & Terjemahan. (2010). Departemen Agama RI. Bandung: CV

Penerbit Diponegoro.

Anhar. (2010). PHP & MySql Secara Otodidak. Jakarta: PT TransMedia

Booch, G., Maksimchuk, R.A., Engle, M.W., Young, B.J., Conallen, J., & Houston.

K.A. (2007). Object oriented anaylsis and design with application (3rd

Edition). Adission-Wesley.

Chandra, B. (2007). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran.

Cunningham, R.F. (2004). Problem Posing: An Opportunity for Increasing Student

Responsibility. Mathematics and Computer Education 38, 1, pp. 83-89

Daruati, D. (2003). “Penggunaan Foto Udara untuk Penentuan Lokasi Tempat

Penampungan Sampah Sementara di Daerah Perkotaan Bantul”. Skripsi.

Fakultas Geografi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Dennis, A., Wixom, B. H., & Tegarden, D. (2012). System Analysis & Design with

UML Version 2.0, an Object Oriented Approach (4th Edition). USA: John

Wiley & Sons, Inc.

Department for Environment Food and Rural Affairs (Defra). (2005). Guidance on

mixing hazardous waste – hazardous waste regulations. London, United

Kingdom.

Depkes RI. (1989). Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta: Direktorat Jenderal

Pengawasan Obat Dan Makanan. Halaman 194-197, 513-520, 536, 539-

540,549-552.

Page 208: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

177

Dokumen Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta. 2017. Evaluasi TPS Dinas

Lingkungan Hidup DKI Jakarta.

Dokumen Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta. 2017. Laporan Tempat

Penampungan Sampah Sementara DKI Jakarta.

Dokumen Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta. 2018. Laporan Jumlah Produksi

Sampah DKI Jakarta Tahun 2015-2018.

Dokumen Kementerian Pekerjaan Umum. 2017. Petunjuk Teknis TPS 3R

Estay-Ossandon, C., Mena-Nieto, A., & Harsch, N. (2018). Using a fuzzy TOPSIS-

based scenario analysis to improve municipal solid waste planning and

forecasting: a case study of Canary archipelago (1999–2030). Journal of

cleaner production, 176, 1198-1212.

Govan, G. V., Patrick, S., & Yen, C. J. (2006). How high school students construct

decision-making strategies for choosing colleges. College and

University, 81(3), 19.

Hasan, I. (2002). Pokok- Pokok Materi Teori Pengambilan Keputusan. Jakarta:

Ghalia Indonesia.

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/01/24/berapa-jumlah-penduduk-

jakarta diakses pada bulan Juli 2019.

Huth, M., & Ryan, M. (2004). Logic in Computer Science: Modelling and

Reasoning about Systems. Cambridge University Press.

Indriyani, E., & Humdiana (2005). Sistem Informasi Manajemen: Obsesi

Mengoptimalkan Informasi dalam Bisnis. Yogyakarta:Graha Ilmu

Page 209: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

178

Kharat, M. G., Murthy, S., Kamble, S. J., Raut, R. D., Kamble, S. S., & Kharat, M.

G. (2019). Fuzzy multi-criteria decision analysis for environmentally

conscious solid waste treatment and disposal technology

selection. Technology in Society, 57, 20-29.

Kendall, K.E., & Kendall, J.E. (2010). Analisis dan Perancangan Sistem. Edisi 5.

Diterjemahkan oleh: Thamir Abdul Hafedh. Jakarta: PT Indeks.

Kreinovich, V., Quijas, J., Gallardo, E., Lopes, C. D. S., & Kosheleva, O. (2015).

Simple linear interpolation explains all usual choices in fuzzy techniques:

membership functions, t-norms, t-c onorms, and defuzzification.

Departmental Technical Reports (CS), 992.

Kusrini. (2007). Konsep dan Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. Yogyakarta:

Andi.

Kustiyahningsih, Y. (2011). Pemrograman Basis Data Berbasis Web

Menggunakan PHP & MySQL. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kusumadewi, S. (2007). Aplikasi Logika Fuzzy untuk Pendukung Keputusan.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Laudon, K. C., & Laudon, J. P. (2012). Management System: Managing the Digital

Firm (12 ed.). New Jersey: Prentice Hall.

Levy, D. (2010). Introduction to numerical analysis. Centre for Scientific

Computation and Mathematical Modelling, University of Maryland.

Lim, C. P., & Jain, L. C. (2010). Advances in intelligent decision making.

In Handbook on decision making (pp. 3-28). Springer, Berlin, Heidelberg.

Page 210: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

179

Liu, H. C., You, J. X., Lu, C., & Chen, Y. Z. (2015). Evaluating health-care waste

treatment technologies using a hybrid multi-criteria decision making

model. Renewable and Sustainable Energy Reviews, 41, 932-942.

Ljungberg, D., Gebresenbet, G., & Aradom, S. (2007). Logistics chain of animal

transport and abattoir operations. Biosystems Engineering, 96(2), pp. 267-

277.

Mubarak, W.I., & Chayatin, N., (2009). Ilmu Kesehatan Masyarakat Teori dan

Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.

Nazir, M. (2011). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.

Jakarta

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor

24/PRT/M/2016 Tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan

Pemerintah di Direktorat Jenderal Cipta Karya

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 03/Prt/M/2013

Tentang Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Persampahan Dalam

Penanganan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah

Tangga

Prabakaran, G., Vaithiyanathan, D., & Ganesan, M. (2018). Fuzzy decision support

system for improving the crop productivity and efficient use of

fertilizers. Computers and electronics in agriculture, 150, 88-97.

Pratiwi, R. A., Statiswaty, & Tajidun, L.M. (2016). Sistem Penunjang Keputusan

Penentuan Lokasi Terbaik Tempat Pembuangan Sampah Sementara

Page 211: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

180

Menggunakan Metode Brown Gibson. semanTIK, Vol.2, No.2, Jul-Des 2016,

pp. 125-134. ISSN: 2502-8928.

Pressman, R. S. (2015). Rekayasa Perangkat Lunak. Yogyakarta: Andi.

Raharjo, B., Heryanto, I., & RK, E. (2012). Modul Pemrograman WEB (HTML,

PHP & MySQL). Bandung: Modula.

Rosa, A.S., & Shalahuddin, M. (2011). Modul Pembelajaran Rekayasa Perangkat

Lunak (Terstruktur dan Berorientasi Objek). Bandung: Modula.

Ross, T. J. (2010). Fuzzy Logic with Engineering Aplications, Third Edition. USA:

John Wiley & Sons.

Satzinger, J. W., Jackson, R. B., & Burd, S. D. (2010). System Analysis And Design

in A Changing World. Boston, MA: Course Technology.

Sauter, V. L. (2010). Decision Support Systems for Business Intelligence. Canada:

John Wiley & Sons, Inc.

SNI 3242:2008. 2008. Pengelolaan Sampah di Permukiman.

Soenarto. (2005). Metodologi Penelitian Pengembangan untuk Peningkatan

Kualitas Pembelajaran (Research Methodology to Improvement of

Instruction). Jakarta: PPTK dan KPT.

Sudarsono. (2005). Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Malang : Universitas Negeri

Malang.

Suprapto. (2005). Botani Tanaman Jagung. Sumatera Utara: Universitas Sumatera

Utara Press.

Taha, H.A. (2007) Operations Research: An Introduction, 8th Edition. Asoke K.

Ghosh, Prentice Hall of India, Delhi.

Page 212: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

181

Turban, E., Aronson, J. E., & Liang, T.-P. (2007). Decision Support Systems and

Business Intelligence. Decision Support and Business Intelligence Systems,

7, pp. 1–35.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan

Sampah.

UNEP. (2009). Developing integrated solid waste management plan. Training

manual (I. a. E. Division of Technology & I. E. T. Centre, Trans.). In I. E. T.

Centre (Ed.). Developing integrated solid waste management plan. Training

manual (Vol. 2, p. 25). Osaka, Japan: UNEP, Division of Technology,

Industry and Economics.

Utama, D. N. (2017). Sistem Penunjang Keputusan: Filosofi, Teori dan

Implementasi. Yogyakarta: Garudhawaca.

Utama, D. N., Fitroh, Nuryasin, Rustamaji, E., Nurbojatmiko, & Qoyim, I. (2017).

An Euclidean Distance Optimization based Intelligent Donation System

Model for Solving the Community’s Problem. Journal of Physics:

Conference Series, 801(April), 12005.

Utama, D. N., Lazuardi, L. I., Qadrya, H. A., Caroline, B. M., Renanda, T., & Sari,

A. P. (2017). Worth eat: An intelligent application for restaurant

recommendation based on customer preference (Case study: Five types of

restaurant in Tangerang Selatan region, Indonesia). 2017 5th International

Conference on Information and Communication Technology, ICoICT 2017,

(May).

Page 213: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

182

Utama, D. N., Saputra, M. D., Wafiroh, L. N., Putra, A. A., & Lestari, P. (2016). F-

multicriteria based decision support system for road repair and maintenance

( case study : three areas in Tangerang ... F-MULTICRITERIA BASED

DECISION SUPPORT SYSTEM FOR ROAD REPAIR AND

MAINTENANCE ( CASE STUDY : THREE AREAS, (August).

Vesely, S., Klöckner, C. A., & Dohnal, M. (2016). Predicting recycling behaviour:

Comparison of a linear regression model and a fuzzy logic model. Waste

management, 49, 530-536.

Wahyuni, T. D., (2014). “Aplikasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi

Geografis Untuk Penentuan Lokasi Tempat Penampungan Sementara

Sampah di Kota Magelang”. Skripsi. Fakultas Geografi. Yogyakarta:

Universitas Gadjah Mada.

Whitten, J. L., & Lonnie D. Bentley. (2007). Systems Analysis and Design

Methods. McGraw-Hill.

Widodo, & Herlawati. (2011). Menggunakan UML. Bandung: Informatika

Zadeh, L.A. (1996). Fuzzy logic = computing with words. IEEE Transactions of

Fuzzy Systems, vol.4 no.2, pp.103-111.

Zimmermann, H.J. (1991). Fuzzy Set Theory and Its Applications. Kluwer

Academic Publishers, Boston

Page 214: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

176

Page 215: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

183

LAMPIRAN

Page 216: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

Lampiran 1: Surat Bimbingan Skripsi

Page 217: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

Lampiran 2: Surat Permohonan Data/Riset

Page 218: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

Lampiran 3: Surat Izin Penelitian dan Pengumpulan Data

Page 219: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

Lampiran 4: Hasil Wawancara 1

Hasil wawancara dengan pihak InSWA yang bekerja sama dengan DLH

Nara sumber : Ibu Olly Tasya

Hari, tanggal : Rabu, 15 Agustus 2018

Pukul : 10.00 - selesai

1. Bagaimana kondisi TPS 3R yang ada saat ini di DKI Jakarta?

Kondisi terkini TPS 3R yang telah kami pantau, masih jauh dari predikat

optimal, karena lonjakan jumlah sampah DKI yang terus saja meningkat.

Selain itu masih banyak ditemukan TPS 3R yang kondisi nya

memprihatinkan dan hanya sedikit yang sudah berjalan sesuai dengan fungsi

dan tujuannya namun masih belum bisa dikatakan optimal.

2. Permasalahan apa saja yang menyebabkan TPS 3R masih belum optimal?

Permasalahan yang ada pada TPS 3R saat ini cukup banyak, berdasarkan

hasil pantauan kami permasalahan tersebut dapat berupa kurangnya fasilitas

yang ada pada TPS 3R, seperti tidak tersedianya wadah pemilahan dan

ruang penyimpanan, lalu menurunnya kualitas alat pencacah organik yang

ada, serta ada TPS 3R yang mencemari jalan dan lingkungan sekitar.

3. Berapa jumlah TPS 3R yang sudah berjalan sesuai dengan fungsi dan

tujuannya?

Hasil dari survei kami menunjukkan hanya ada 4 TPS 3R, yaitu TPS 3R

Rawa Kebo, TPS 3R Kramat Jati, TPS 3R Ciracas, dan TPS 3R Jagakarsa.

4 TPS 3R tersebut telah diawasi dan dibantu baik dari segi finansial ataupun

sumber daya manusianya, namun dikatakan belum optimal dikarenakan

bantuan yang disalurkan terbatas dari penggunaan dana mandiri InSWA.

Page 220: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

4. Bagaimana pihak pemerintah menanggapi permasalahan terkait TPS 3R?

Tanggapan pihak pemerintah terkait permasalahan yang ada masih belum

bersifat positif. Pihak pemerintah memang melakukan tinjauan atau survei

langsung ke TPS 3R, namun hanya sebatas tinjauan rutin untuk mendapat

laporan operasional tanpa adanya penanganan lebih lanjut terhadap kondisi

TPS 3R yang belum optimal.

5. Apa solusi yang bisa diterapkan terhadap permasalahan TPS 3R?

Solusi tersebut dapat berupa pemberian pendanaan khusus untuk program

TPS 3R, hal ini dikarenakan pendanaan yang ada dari pemerintah masih

bersifat umum untuk semua jenis TPS sehingga belum adanya pendanaan

yang terfokus hanya untuk TPS 3R. Dalam kenyataannya sebagian besar

TPS 3R yang ada saat ini membutuhkan bantuan pendanaan oleh pihak

pemerintah terkait agar dapat melakukan pembenahan terhadap TPS 3R.

Page 221: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

Lampiran 5: Hasil Wawancara 2

Hasil wawancara dengan pihak DLH

Nara sumber : Bu Rahmawati dan Pak Ervan

Hari, tanggal : Senin, 20 Agustus 2018

Pukul : 11.00 - selesai

1. Bagaimana pendapat pemerintah mengenai program TPS 3R?

Program TPS 3R memiliki peranan yang sangat penting terkait dengan

proses pengelolaan dan pengolahan sampah, dikarenakan dengan hadirnya

TPS 3R di DKI Jakarta dapat membantu mengurangi volume sampah dan

dapat menghasilkan suatu produk yang dapat dimanfaatkan, serta

diharapkan dapat memperpanjang usia Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

Bantar Gebang sehingga masih bisa difungsikan lebih lama.

2. Apakah pemerintah mengetahui permasalahan yang berkaitan dengan TPS

3R?

Berkaitan dengan hal tersebut, tentu saja pemerintah mengetahui hal

tersebut. Pihak pemerintah telah menerima berbagai laporan mengenai

permasalahan terkait dengan program TPS 3R. Dari pihak pemerintah juga

sedang mempertimbangkan solusi yang dapat ditawarkan.

3. Apa solusi yang ditawarkan oleh pihak pemerintah dalam mengatasi

permasalahan TPS 3R?

Merujuk kepada dokumen petunjuk teknis TPS 3R, saat ini pemerintah

sedang mengkaji dan mengolah solusi untuk permasalahan TPS 3R yaitu

pemberian pendanaan yang sesuai terhadap beberapa TPS 3R agar dapat

berfungsi secara optimal.

Page 222: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

4. Apakah semua TPS 3R yang ada dapat diberikan pendanaan?

Hal tersebut sulit untuk diterapkan, dikarenakan pendanaan tersebut

dialokasikan dari sebagian dana pengelolaan sampah DKI Jakarta yang akan

dijadikan sebagai dana pemeliharaan dan operasional TPS 3R, sehingga

anggaran yang dimiliki oleh pemerintah untuk pendanaan TPS 3R bersifat

terbatas.

5. Apakah sudah ada prosedur terkait pembagian pendanaan TPS 3R?

Untuk saat ini masih belum ada, pihak pemerintah hanya melakukan

pengkajian dan pemantauan secara umum terhadap TPS 3R mana saja yang

selayaknya diberikan pendanaan.

6. Berapa jumlah pendanaan yang bisa diberikan untuk TPS 3R?

Berdasarkan dokumen petunjuk teknis TPS 3R, besaran alokasi dana

bantuan pemerintah yang disediakan untuk prasarana dan sarana TPS 3R

adalah sebesar 400 juta rupiah, alokasi dana tersebut dapat digunakan untuk

pembelian bahan atau material mesin pengolah sampah, upah pekerja,

operasional, dan juga kegiatan non fisik.

7. Berapa jumlah dana pemeliharaan TPS 3R untuk satu wilayah DKI Jakarta

yang dialokasikan dari sebagian dana pengelolaan sampah?

Untuk setiap kotamadya berbeda-beda jumlahnya, rata-rata sebesar 2,5-3,5

miliar rupiah untuk tiap wilayah kotamadya, dan dapat berubah setiap

tahunnya.

Page 223: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

Lampiran 6: Form penilaian Expert Judgment

Page 224: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa
Page 225: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa
Page 226: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa

Lampiran 6: Contoh Form pengisian kondisi TPS 3R

Page 227: OPTIMASI UNTUK PENGELOLAAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50312/1/RAMAD… · kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan senantiasa