optimasi kompos sampah organik dalam biopori...

105
OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI MENGGUNAKAN Effective Microorganism 4 (EM 4 ) SKRIPSI KHILDA NUR LAILA PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M/1440 H

Upload: others

Post on 25-Jan-2020

37 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI

MENGGUNAKAN Effective Microorganism 4 (EM4)

SKRIPSI

KHILDA NUR LAILA

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M/1440 H

Page 2: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI

MENGGUNAKAN Effective Microorganism 4 (EM4)

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

KHILDA NUR LAILA

1112096000035

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M/1440 H

Page 3: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan
Page 4: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan
Page 5: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan
Page 6: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

ABSTRAK

Khilda Nur Laila. Optimasi Kompos Sampah Organik dalam Biopori menggunakan

Effective Microorganism 4 (EM4). Dibimbing Oleh Ova Candra Dewi dan

Hendrawati.

Sampah sudah menjadi permasalahan global yang melanda seluruh dunia dan telah

menjadi penyebab terjadinya berbagai bencana, termasuk sampah domestik. Salah

satu solusi dalam penanganan sampah domestik dapat dilakukan melalui tindakan

pengomposan dengan menggunakan lubang resapan biopori. Pengomposan dalam

lubang resapan biopori dapat dioptimalkan dengan penambahan aktivator EM4

(Effective Microorganism 4). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh

aktivator EM4 terhadap lama waktu pengomposan sampah organik domestik dan

kandungan unsur hara dari kompos yang dihasilkan. Perlakuan yang akan digunakan

dalam penelitian ini meliputi variasi penambahan EM4, yaitu 0 (kontrol); 0,2; 0,4; 0,6;

0,8; 1; 1,6% dan penambahan gula pasir. Parameter kualitas kompos yang diuji

meliputi nilai pH, kadar air, rasio C/N, total C organik, N total, P total, dan kadar K.

Hasil menunjukkan bahwa pembuatan kompos sampah organik domestik dengan

penambahan EM4 0,8; 1; dan 1,6% mengalami proses dekomposisi selama 9 hari.

Kualitas kompos sampah organik domestik yang sesuai dengan standar kualitas

kompos menurut SNI adalah kompos dengan konsentrasi EM4 1,6% yang memiliki

nilai pH 6,80; kadar C-organik 9,86%; kadar N total 0,5059%, kadar C/N 19,49, kadar

P total 0,3534% dan kadar K total sebesar 2,3352%.

Kata kunci: Biopori, Kompos, Konsentrasi Effective Microorganism 4, Sampah

Domestik

Page 7: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

ABSTRACT

Khilda Nur Laila. Optimization Organic Waste Compost in Biopore Infiltration

Hole using Effective Microorganism 4 (EM4). Supervised by Ova Candra Dewi dan

Hendrawati.

Solid waste has always been one of the global issues in the world and has been the

cause of various disasters due to the environmental damage it caused. One of solution

in handling organic household waste is using biopore infiltration hole. Composting

process in biopore infiltration hole can be optimalized by adding Effective

Microorganism 4 (EM4) activator. The purpose of this research is to know the effect

of EM4 additions on the composting time of organic household waste and nutrient

content the compost produced. The treatments to be used in this research include

variation of EM4 concentration 0 (control); 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1; 1,6% with the

addition of sugar. The analysis is conducted on the analysis of pH, water content, C/N

ratio, carbon content, N-total, levels of total P, and K. The results indicate that

composting of organic waste in biopore infiltration hole with addition of EM4

concentration 4, 5, and 8 mL had a decomposition process for 9 days. The quality of

compost in accordance with the quality standards according to ISO compost is

compost with EM4 concentration 1,6%, which has pH value of 6,80; carbon content

9,86%; total N content 0,5059%; C/N content 19,49; total P content of 0,3534%; and

levels of K 2,3352%.

Keywords: Biopore, Compost, Effective Microorganism 4 concentration, Organic

waste

Page 8: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Optimasi Kompos Sampah Organik dalam Biopori menggunakan Effective

Microorganism 4 (EM4)”. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tak

lepas dari bantuan banyak pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya pihak-pihak berikut.

1. Dr.Ing. Ova Candra Dewi, S.T., M.Sc selaku Pembimbing I yang telah memberikan

pengarahan serta bimbingannya sehingga banyak membantu penulis dalam

menyelesaikan proposal penelitian ini.

2. Dr. Hendrawati, M.Si selaku Pembimbing II yang telah membimbing dan

memberikan banyak masukan kepada penulis.

3. Dr. Siti Nurbayti, M.Si dan Nurhasni, M.Si selaku Penguji I dan II yang telah

memberikan saran dalam penulisan skripsi ini.

4. Drs. Dede Sukandar, M.Si selaku Ketua Program Studi Kimia Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud selaku Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Kedua orang tua, Bapak Tatang Muhsin dan Ibu Hartati serta kakak dan adik Shily

Fauziyah, Tiara Fatimah, Burhan, Fajar dan Putri yang telah memberikan motivasi,

Page 9: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

ix

do‟a dan dukungan yang tidak pernah putus agar penulis tetap semangat untuk

menyelesaikan skripsi ini.

7. Kak Nisa, Kak Arnis dan Kak Liya yang telah memberi bantuan dan dukungan

dalam menjalankan penelitian.

8. Segenap dosen Program Studi Kimia atas ilmu pengetahuan dan ilmu hidup yang

dengan ikhlas diajarkan kepada penulis.

9. Putri Amanda, Shofwatunnisa, Farah Kamalia, Windi Azizah Fitri dan teman-teman

Kimia angkatan 2012 yang senantiasa memberi dukungan, motivasi dan

kebahagiaan kepada penulis.

10. Serta semua pihak yang telah membantu secara langsung dan tidak langsung, yang

tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, untuk itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Harapan penulis

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan memiliki kontribusi terhadap ilmu

pengetahuan.

Jakarta, Maret 2019

Khilda Nur Laila

Page 10: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

x

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................ viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................... 5

1.3. Hipotesis .......................................................................................................... 6

1.4. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 6

1.5. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 7

2.1. Sampah ............................................................................................................ 7

2.2. Kompos ........................................................................................................... 9

2.2.1. Unsur Makro ........................................................................................ 15

2.2.2. Unsur Hara Sekunder (Unsur Pengatur) .............................................. 19

2.2.3. Unsur Mikro ......................................................................................... 20

2.3. Biopori ............................................................................................................ 21

2.4. EM4 (Effective Microorganism 4) ................................................................... 24

2.5. Spektrofotometer UV-Vis ............................................................................... 25

2.6. Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) .......................................................... 27

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 29

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................................... 29

3.2. Alat dan Bahan ................................................................................................ 29

3.3. Prosedur Kerja ................................................................................................. 30

3.3.1. Pembuatan Lubang Resapan Biopori ................................................... 30

3.3.2. Preparasi Sampel .................................................................................. 31

3.3.3. Preparasi aktivator EM4 ....................................................................... 31

Page 11: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

xi

3.3.4. Pengomposan ....................................................................................... 31

3.3.5. Analisis Kandungan Kompos ............................................................... 32

3.3.5.1. Penetapan Kadar Air ............................................................. 32

3.3.5.2 Penetapan pH ....................................................................... 33

3.3.5.2. Penetapan Kadar Karbon Organik ........................................ 33

3.3.5.3. Penetapan Kadar Nitrogen Total .......................................... 34

3.3.5.4. Penetapan Kadar Fosfor ....................................................... 36

3.3.5.5. Penetapan Kadar Kalium ...................................................... 38

3.3.6. Diagram Alir ........................................................................................ 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 41

4.1. Pengomposan Sampah Organik Domestik..................................................41

4.2. Hasil Analisa Kualitas dan Kandungan Unsur Hara Kompos ....................45

4.2.1. Kadar pH ..........................................................................................45

4.2.2. Kandungan C-Organik, N total dan rasio C/N .................................46

4.2.3. Kandungan P total ............................................................................52

4.2.4. Kadar K total ....................................................................................54

4.3. Perbandingan Kualitas antar Kompos .........................................................56

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................58

5.1. Simpulan .....................................................................................................58

5.2. Saran ...........................................................................................................58

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 60

LAMPIRAN ............................................................................................................ 64

Page 12: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Lubang Resapan Biopori ..................................................................22

Gambar 2. Skema Spektrofotometer UV-Vis.....................................................26

Gambar 3. Skema Spektrofotometer Serapan Atom ..........................................27

Gambar 4. Lubang Resapan Biopori .................................................................30

Gambar 5. Pengaruh konsentrasi EM4 terhadap suhu sampah organik

domestik selama proses pengomposan ..............................................42

Gambar 6. Kadar pH Kompos Sampah Organik Domestik ...............................45

Gambar 7. Kadar C-organik Kompos Sampah Organik Domestik ....................47

Gambar 8. Kadar N total Kompos Sampah Organik Domestik .........................49

Gambar 9. Nilai C/N Kompos Sampah Organik Domestik ...............................51

Gambar 10. Kadar P total Kompos Sampah Organik Domestik ........................53

Gambar 11. Kadar K total Kompos Sampah Organik Domestik .......................55

Page 13: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Variasi konsentrasi EM4 pada lubang resapan biopori .........................31

Tabel 2. Kandungan unsur hara sampah organik domestik ................................41

Tabel 3. Massa Sampel Sebelum dan Setelah 15 Hari Pengomposan ................43

Tabel 4. Perbandingan Kualitas antar Kompos Sampah Organik Domestik ......56

Page 14: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Standar Kualitas Kompos ..............................................................64

Lampiran 2. Data Hasil Penelitian .....................................................................65

Lampiran 3. Contoh Perhitungan .......................................................................72

Lampiran 4. Kurva Pengukuran Larutan Standar P ...........................................77

Lampiran 5. Kurva Pengukuran Larutan Standar K ...........................................78

Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian .................................................................81

Lampiran 7. Uji Statistik SPSS ..........................................................................83

Page 15: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampah sudah menjadi permasalahan global yang melanda seluruh dunia

dan telah menyebabkan berbagai bencana akibat kerusakan lingkungan yang

ditimbulkannya. Pada dasarnya, sampah terbagi ke dalam dua jenis, yaitu sampah

organik dan anorganik. Kedua jenis sampah tersebut, menurut Undang Undang

Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, perlu

adanya pengolahan, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap

kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Sampah organik adalah sampah yang lebih mendapat banyak sorotan.

Sampah organik dapat menimbulkan masalah yang mengganggu lingkungan

seperti pencemaran air lindi ke tanah dan sungai, dapat menyebabkan longsor dan

banjir. Masalah ini dapat mengganggu kesehatan dan menjadi sumber berbagai

penyakit. Selain itu sampah organik juga tidak sedap dipandang mata, lahan

pengolahannya terbatas, serta sistem open dumping di Tempat Pemrosesan Akhir

(TPA) yang belum tepat untuk pemrosesan limbah organik (Sejati, 2009).

Berdasarkan laporan kegiatan Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan tahun 2015 tentang Pengolahan Sampah, Limbah, dan Bahan

Berbahaya dan Beracun (B3), terdapat 60% sampah organik di Indonesia, dan

sumber timbulan sampah terbesar ada pada rumah tangga yaitu sebesar 48%

(Hoston, 2015). Permasalahan sampah organik rumah tangga ini tidak dapat

Page 16: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

2

dipandang sebelah mata karena sebagian besar sampah rumah tangga merupakan

sampah organik. Beberapa masyarakat lebih memilih membakar sampah organik

yang justru menyebabkan pencemaran udara. Pengolahan sampah organik yang

tepat perlu dilakukan agar tidak menyebabkan kerusakan lingkungan dan tidak

mengganggu kesehatan masyarakat (Hoston, 2015).

Sesuai dengan Firman Allah SWT dalam ayat suci Al-Qur‟an surat Al-

Baqarah ayat 30:

ن جاعل ف إلأرض خليفة ك نلمالئكة إ ذ قال رب

عل فهيا من يفسد فهيا وإ قاموإ أت

ن أعل ما ال تعلمون س ل قال إ مدك وهقد بح ب ن وس ماء ون ويسفك إل

Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya

Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata:

“Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan

membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa

bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” Tuhan berfirman:

“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (QS: Al Baqarah

(30))

Ayat tersebut menjelaskan bahwa manusia diberikan amanah oleh Allah

sebagai khalifah mewakili kekuasaan-Nya di bumi. Manusia diberikan berbagai

potensi agar dapat mengolah alam semesta ini dengan aktivitasnya. Dalam Fatwa

MUI No. 47 tahun 2014 tentang Pengelolaan Sampah, setiap muslim wajib

menjaga kebersihan lingkungan dan mengelolanya, serta mendaur ulang sampah

menjadi barang yang berguna bagi peningkatan kesejahteraan umat hukumnya

wajib kifayah.

Salah satu solusi dalam penanganan sampah organik rumah tangga yaitu

melalui tindakan pengomposan dengan menggunakan Lubang Resapan Biopori

(LRB). Lubang Resapan Biopori adalah teknologi tepat guna dan ramah

Page 17: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

3

lingkungan untuk mengatasi banjir (Tim Biopori IPB, 2009). Pengomposan

dengan lubang resapan biopori sangat tepat untuk penanganan sampah organik

rumah tangga karena pembuatannya yang mudah, tidak membutuhkan tempat

yang banyak, dan hasilnya pun dapat dimanfaatkan kembali oleh masyarakat.

Bukan hanya kompos yang dihasilkan tapi tanah sekitarnya pun subur karena

meningkatnya unsur hara pada tanah tersebut.

Berdasarkan Ismael (2013) bahwa waktu yang dibutuhkan sampah rumah

tangga untuk terdekomposisi dalam Lubang Resapan Biopori adalah 56-84 hari.

Dalam jangka waktu yang tidak singkat ini kompos sulit dihasilkan akibat wilayah

yang mudah sekali terkena aliran air yang menyebabkan sampah organik yang

masih dalam proses dekomposisi terbawa aliran air. Proses dekomposisi atau

penguraian senyawa organik ini dapat dipercepat dengan penambahan aktivator

(Fitria, 2008). Salah satu aktivator yang dapat dipergunakan adalah EM4 (effective

microorganism 4). Aktivator EM4 ini telah banyak digunakan dalam bidang

pertanian karena dapat membantu perbaikan kualitas lahan. EM4 juga digunakan

sebagai starter untuk mempercepat proses penguraian bahan organik sehingga

proses pengomposan dapat berlangsung lebih cepat (Diver, 2006).

Penelitian tentang pembuatan kompos dalam lubang resapan biopori sudah

dilakukan oleh Widyastuti (2013) dengan membandingkan jenis sampah organik

terhadap lama waktu pengomposan. Hasilnya menunjukkan bahwa lubang resapan

biopori yang diisi oleh sampah daun membutuhkan proses dekomposisi selama 1

bulan, sampah daun kering dan sampah dapur atau sisa makanan selama 7 hari,

dan sampah dapur saja mengalami proses dekomposisi selama 3 hari.

Page 18: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

4

Penelitian lain tentang pembuatan pupuk dari sampah organik dilakukan

oleh Fitria (2008), yaitu dengan melakukan pembuatan pupuk organik cair dari

limbah industri perikanan dengan penambahan aktivator EM4 (Effective

Microorganism 4) dengan penambahan gula dan dedak. Pupuk cair yang

dihasilkan memiliki nilai C/N yang mendekati C/N tanah serta kandungan hara N

total, P tersedia yang memenuhi standar untuk digunakan sebagai pupuk namun

pupuk ini memiliki nilai pH yang masih rendah yaitu 5,3.

Yuniwati, et al (2012) membuat kompos dengan cara fermentasi anaerob

dengan bantuan EM4, serta menentukan kondisi operasi yang optimal agar

diperoleh kompos dengan kualitas yang baik. Penelitian dilakukan dengan

mengamati penurunan nilai C/N selama 7 hari proses pengomposan untuk

mengetahui pengaruh konsentrasi EM4 terhadap waktu pengomposan, dimana

didapatkan kompos dengan konsentrasi 0,5% dan 0,8% mengalami proses

pengomposan tercepat yaitu 4 hari. Setelah itu dilakukan pengamatan pengaruh

prosentase penambahan gula dan ukuran bahan terhadap penurunan nilai C/N

untuk menentukan kondisi optimal dari setiap parameter. Dari penelitian tersebut

didapatkan kondisi optimal yaitu konsentrasi EM4 0,8%, ukuran bahan 0,0356 cm

dan konsentrasi gula 0,8% diperoleh waktu pembuatan kompos 4 hari serta

kompos yang dihasilkan memenuhi standar SNI 19-7030-2004.

Aktivator selain EM4 digunakan pada penelitian Sigit (2013) yang

menggunakan aktivator Biosca pada pembuatan pupuk organik cair rumput laut.

Pupuk organik cair yang dihasilkan memenuhi standar SNI 19-7030-2004 untuk

Page 19: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

5

kadar nitrogen, kalium, dan rasio C/N tetapi tidak untuk kadar karbon, fosfor, dan

nilai pH.

Penelitian Dwicaksono et al (2013) melakukan variasi penambahan

aktivator EM4 untuk melihat pengaruhnya terhadap kualitas pupuk organik cair

dari limbah cair industri perikanan, penelitian ini meliputi enam taraf perlakuan

(konsentrasi EM4) yaitu 0, 5, 10, 15, 20 dan 25 mL L-1

. Hasil pupuk menunjukkan

bahwa semakin tinggi konsentrasi EM4 menghasilkan nilai rata-rata parameter

kadar pH, nitrogen, fosfor dan kalium yang lebih tinggi dan mendekati standar

dibandingkan dengan kontrol. Penambahan cairan EM4 berfungsi sebagai

aktivator yang mampu merombak senyawa organik dan kandungan NPK di dalam

limbah cair industri perikanan.

Peneilitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi aktivator

EM4 (effective microorganism 4) terhadap proses dekomposisi sampah organik

rumah tangga. Diharapkan penambahan aktivator ini dapat mempercepat proses

dekomposisi dengan tetap menghasilkan kompos yang memenuhi standar

kandungan NPK sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh penambahan aktivator EM4 terhadap waktu

proses dekomposisi sampah organik?

2. Bagaimana pengaruh aktivator EM4 terhadap kandungan unsur hara

dari kompos yang dihasilkan?

3. Bagaimana kualitas kompos yang diproduksi dibanding standar

kualitas kompos dalam SNI?

Page 20: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

6

1.3 Hipotesis

1. Proses dekomposisi sampah organik menjadi lebih cepat dengan

penambahan aktivator EM4.

2. Penambahan aktivator EM4 meningkatkan kandungan unsur hara pada

kompos yang dihasilkan.

3. Kualitas kompos yang diproduksi setara dengan standar kualitas

kompos SNI.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Mempelajari pengaruh penambahan aktivator EM4 terhadap proses

dekomposisi sampah organik.

2. Mengetahui kandungan unsur hara dari kompos yang dihasilkan.

3. Mengetahui kualitas pupuk kompos yang diproduksi.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi mengenai pengaruh penambahan aktivator EM4

terhadap pupuk kompos yang dihasilkan.

2. Mengurangi jumlah sampah organik rumah tangga yang menumpuk.

3. Meningkatkan kualitas kandungan kompos dan kualitas tanah sekitar

lubang biopori.

Page 21: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sampah

Sampah merupakan bahan buangan dari kegiatan rumah tangga, komersial,

industri atau aktivitas lain yang dilakukan oleh manusia. Sampah juga merupakan

hasil sampingan dari aktivitas manusia yang sudah tidak terpakai Berdasarkan

asalnya sampah (padat) dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu sampah

organik dan anorganik (Nisandi, 2007).

1. Sampah organik yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan penyusun

tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam, atau dihasilkan dari kegiatan

pertanian, perikanan atau yang lainnya. Sampah ini dengan mudah diuraikan

dalam proses alami. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan sampah

organik, diantaranya adalah sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit

buah dan daun.

2. Sampah anorganik yaitu sampah yang berasal dari sumber daya alam tak

terbaharui seperti mineral dan minyak bumi atau dari proses industri.

Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan aluminium.

Sebagian zat anorganik secara keseluruhan tak dapat diuraikan oleh alam,

sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam waktu yang lama.

Sampah jenis ini pada tingkat rumah tangga misalnya: botol kaca, botol

plastik, tas plastik, dan kaleng.

Page 22: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

8

Sistem pengelolaan sampah terbagi menjadi beberapa macam, diantaranya

sistem pengelolaan sampah tradisional, pengelolaan sampah kumpul angkut,

pengelolaan sampah mandiri, pengelolaan tabungan sampah di bank sampah, dan

gagasan baru yang dikenal dengan metode 3R, yaitu Reduce (mengurangi

timbulan sampah), Reuse (menggunakan kembali), dan Recycle (mendaur ulang).

1. Reduce (mengurangi timbulan sampah)

Reduce (mengurangi timbulan sampah) berarti mengurangi segala sesuatu

yang mengakibatkan sampah. Ini merupakan langkah pertama untuk

mencegah timbunan sampah di TPA. Menghancurkan sampah menjadi jumlah

yang lebih kecil dan hasilnya diolah, hanya saja biayanya sangat mahal tidak

sebanding dengan hasilnya (Azwar, 2002).

2. Reuse (menggunakan kembali)

Reuse (menggunakan kembali) yaitu pemanfaatan kembali sampah secara

langsung tanpa melalui proses daur ulang, contohnya seperti kertas dari

majalah bekas dapat dimanfaatkan untuk bungkus kado, pemanfaatan botol

bekas untuk dijadikan wadah cairan misalnya spritus, minyak cat (Suyono &

Budiman, 2010).

3. Recycle (mendaur ulang)

Recycle (mendaur ulang) adalah pemanfaatan kembali sampah-sampah yang

masih dapat diolah (Purwendro, 2006). Menurut Suyono dan Budiman (2010),

recycling adalah pemanfaatan bahan buangan untuk diproses kembali menjadi

barang yang sama atau menjadi bentuk yang lain. Proses daur ulang sampah

organik berbeda dengan sampah anorganik. Sampah organik didaur ulang

Page 23: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

9

antara lain menjadi kompos, biogas, dan lainnya. Proses pembuatan kompos

memiliki tahap tersendiri dan berbeda dengan daur ulang sampah organik

(Indriani, 2009).

2.2 Kompos

Kompos merupakan pupuk yang berasal dari sisa-sisa bahan organik yang

dapat memperbaiki sifat fisik dan struktur tanah, meningkatkan daya menahan air,

kimia tanah, dan biologi tanah. Sumber bahan pupuk kompos antara lain berasal

dari limbah organik seperti sisa-sisa tanaman (jerami, batang, dahan), sampah

rumah tangga, kotoran ternak (sapi, kambing, ayam, itik), arang sekam, abu dapur

dan lain-lain (Rukmana, 2007).

Pupuk organik dalam bentuk yang telah dikomposkan ataupun segar

berperan penting dalam perbaikan sifat kimia, fisika, dan biologi tanah serta

sumber nutrisi tanaman. Penggunaan kompos pada tanah memberikan manfaat

diantaranya menambah kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah menjadi

lebih gembur, memperbaiki sifat kimiawi tanah, sehingga unsur hara yang tersedia

dalam tanah lebih mudah diserap oleh tanaman, memperbaiki tata air dan udara

dalam tanah, sehingga dapat menjaga suhu dalam tanah menjadi lebih stabil,

mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara, sehingga mudah larut oleh air

dan memperbaiki kehidupan jasad renik yang hidup di dalam tanah. Untuk

memperoleh kualitas kompos yang baik perlu diperhatikan pada proses

pengomposan dan kematangan kompos, dengan kompos yang matang maka unsur

Page 24: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

10

hara pada kompos akan lebih tinggi dibanding kompos yang belum matang

(Rukmana, 2007).

Pengomposan merupakan proses penguraian bahan organik atau proses

dekomposisi bahan organik dimana dalam proses tersebut terdapat berbagai

macam mikrobia yang membantu proses perombakan bahan organik sehingga

bahan organik tersebut mengalami perubahan baik struktur dan teksturnya. Bahan

organik merupakan bahan yang berasal dari makhluk hidup baik itu berasal dari

tumbuhan maupun hewan. Adapun prinsip dari proses pengomposan adalah

menurunkan C/N bahan organik hingga sama atau hampir sama dengan nisbah

C/N tanah (<20), dengan demikian nitrogen dapat dilepas dan dapat dimanfaatkan

oleh tanaman (Indriani, 2009).

Tujuan proses pengomposan ini yaitu merubah bahan organik yang

menjadi limbah menjadi produk yang mudah dan aman untuk ditangani, disimpan,

diaplikasikan ke lahan pertanian dengan aman tanpa menimbulkan efek negatif

baik pada tanah maupun pada lingkungan. Proses pengomposan dapat terjadi

secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak ada oksigen). Pada

dasarnya proses pengomposan secara aerobik lebih cepat dibandingkan dengan

pengomposan secara anaerobik. Pada proses pengomposan dengan adanya

oksigen akan menghasilkan CO2, NH3, H2O dan panas, sedangkan pada proses

pengomposan tanpa adanya oksigen akan menghasilkan produk akhir berupa CH4,

CO2, sejumlah gas dan asam organik. (Harada, et al., 1995).

Page 25: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

11

Proses perombakan bahan organik dapat terjadi secara aerob maupun

anaerob. Pengomposan aerob merupakan proses pengomposan bahan organik

menggunakan O2. Hasil akhirnya berupa CO2 dan H2O.

Gula (selulosa, hemiselulosa) (CH2O)x + O2 xCO2 + H2O + Energi

N-organik (protein) NH4+ + NO2

- + NO3

- + Energi

Sulfur organik (S) + xO2 SO42-

+ Energi

Fosfor organik (fitin, lesitin) H3PO4 + Ca(HPO4)2

Secara lengkap, reaksi perombakan bahan organik secara aerob adalah sebagai

berikut.

Bahan organik Mikroorganisme

CO2 + H2O + hara + humus + E

Perombakan bahan organik secara anaerobik diartikan sebagai proses dekomposisi

bahan organik tanpa O2. Hasil akhirnya berupa CH4, CO2, dan sejumlah hasil

antara. Perombakan bahan organik dengan cara ini biasanya menimbulkan bau

busuk karena adanya H2S dan sulfur organik seperti merkaptan (Saraswati, 2006).

(CH2O)x bakteri penghasil asam

xCH3COOH Methanomonas

CH4 + CO2

N-organik NH3

2H2S + CO2 (CH2O)x + S + H2O + E (26 kcal/mol glukosa)

Pada proses pengomposan terdapat beberapa faktor penting yang dapat

mempengaruhi kecepatan dalam pengomposan, diantaranya nisbah C/N bahan,

ukuran bahan, komposisi bahan, kelembaban, suhu, keasaman bahan, dan

penggunaan aktivator.

Page 26: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

12

1. Nisbah C/N bahan

Pada proses pengomposan nisbah C/N akan sangat mempengaruhi kecepatan

dari pengomposan. Dengan nisbah C/N yang tinggi maka proses pengomposan

akan berlangsung lebih lama dan sebaliknya apabila nisbah C/N rendah maka

proses pengomposan akan lebih cepat. Jika rasio C/N tinggi, aktivitas biologi

mikroorganisme akan berkurang, diperlukan beberapa siklus mikroorganisme

untuk mendegradasi kompos sehingga diperlukan waktu yang lama untuk

pengomposan dihasilkan mutu yang lebih rendah (Purnomo et al., 2017).

Adapun nisbah C/N optimum untuk pengomposan yaitu 20-40 (Gaur, 1983).

2. Ukuran bahan

Ukuran bahan ini mempengaruhi pada perkenaan bahan terhadap

mikroorganisme maupun bahan pengomposan yang lain. Bahan organik yang

memiliki ukuran bahan lebih besar akan memperlambat proses pengomposan

sedangkan bahan organik yang memiliki ukuran kecil, proses pengomposan

akan berlangsung lebih cepat (Novien, 2004).

3. Komposisi bahan

Bahan yang memiliki komposisi yang kadar nitrogennya rendah akan

memperlambat proses pengomposan. Selain itu komposisi bahan ini juga

dilihat dari segi mikroorganisme yang terdapat pada bahan tersebut. Dalam

pengelompokan bahan, sisa-sisa tanaman dan hewan dapat dikategorikan

menjadi bahan dengan sumber utama yaitu karbohidrat, lignin, tannin,

glikosida, asam-asam organik, lemak, resin, komponen nitrogen, pigmen-

pigmen dan bahan-bahan mineral. Berdasarkan pengelompokan bahan tersebut

Page 27: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

13

dapat dikategorikan bahan yang dapat cepat mengalami dekomposisi dan

bahan yang lambat mengalami dekomposisi. Bagian bahan yang dapat

mengalami dekomposisi dengan cepat diantaranya pati, hemisellulosa,

selulosa, protein, dan bahan yang mudah larut dalam air, sedangkan bahan

yang sukar larut atau lambat mengalami dekomposisi antara lain adalah lignin,

lilin atau lemak dan tannin (Indriani, 2009).

4. Kelembaban dan aerasi

Pada umumnya mikroorganisme dapat bekerja secara optimum yaitu pada

kelembaban 40-60%. Apabila kelembaban terlalu tinggi atau terlalu rendah

maka proses pengomposan akan berlangsung lebih lambat karena

mikroorganisme yang membantu dalam proses pengomposan tidak bisa

berkembang atau mati (Indriani, 2009).

5. Suhu

Suhu atau temperatur ini berpengaruh terhadap aktivitas mikroorganisme yang

membantu dalam proses pengomposan. Suhu yang terlalu tinggi dapat

mengakibatkan mikroorganisme akan mati dan sebaliknya apabila suhu rendah

maka aktivitas organisme dalam pengomposan tersebut belum ada atau belum

aktif. Suhu optimal yang dikehendaki dalam proses pengomposan yaitu 30-

50oC. Pada awal proses pengomposan akan terjadi kenaikan suhu yaitu sekitar

55-60oC sehingga dalam proses pengomposan perlu adanya pembalikan

kompos untuk menghindari suhu yang terlalu tinggi. Setelah proses

pengomposan selesai dan kompos mencapai tingkat kematangan maka suhu

kompos akan menurun (Indriani, 2009).

Page 28: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

14

6. Keasaman bahan

Tingkat keasaman pada proses awal pengomposan biasanya asam dan apabila

proses pengomposan berhasil maka pH dari kompos tersebut akan netral.

Adapun standar tingkat keasaman yang terdapat pada proses pengomposan

yaitu 6,5-7,5 (Indriani, 2009).

7. Penggunaan aktivator

Penggunaan aktivator ini berhubungan dengan organisme yang membantu

dalam proses pengomposan. Dengan adanya aktivator dalam proses

pengomposan akan mempercepat dekomposisi bahan organik sehingga proses

pengomposan akan berlangsung lebih cepat.

Kompos yang baik adalah kompos yang sudah mengalami pelapukan

dengan ciri-ciri warna yang berbeda dengan warna bahan pembentuknya, tidak

berbau, kadar air rendah, dan mempunyai suhu yang sama dengan suhu ruang

(Yuniwati et al., 2012).

Menurut Sumekto (2006), kompos memiliki keunggulan dibanding pupuk

sintetik, karena memiliki sifat-sifat seperti sebagai berikut.

1. Mengandung unsur hara makro dan mikro yang lengkap, walaupun dalam

jumlah yang sedikit.

2. Dapat memperbaiki struktur tanah dengan cara meningkatkan daya serap

tanah terhadap air dan zat hara, memperbaiki kehidupan mikroorganisme di

dalam tanah dengan cara menyediakan bahan makanan bagi mikroorganisme

tersebut, memperbesar daya ikat tanah berpasir, sehingga tidak mudah

terpencar, memperbaiki drainase dan tata udara di dalam tanah, membantu

Page 29: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

15

proses pelapukan bahan mineral, melindungi tanah terhadap kerusakan yang

disebabkan erosi, dan meningkatkan kapasitas tukar ion (KTK).

3. Menurunkan aktivitas mikroorganisme yang merugikan.

2.2.1 Unsur Makro

Unsur hara makro merupakan unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah

banyak. Unsur hara makro terdiri dari Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K).

1 Nitrogen (N)

Unsur nitrogen berfungsi sebagai nutrien atau biostimulan karena memiliki

peranan yang penting untuk pertumbuhan protista dan tumbuhan. Unsur tersebut

harus berada dalam lingkungan perairan untuk mendukung rantai makanan (Davis

dan Cornwell 1991). Nitrogen merupakan unsur penyusun yang penting dalam

sintesis protein. Sebagian besar dari nitrogen total dalam air terikat sebagai

nitrogen organik, yaitu dalam bahan-bahan berprotein. Bentuk utama nitrogen di

air limbah adalah materi protein dan urea. Senyawa-senyawa nitrogen terdapat

dalam bentuk terlarut atau sebagai bahan tersuspensi. Jenis nitrogen di air meliputi

nitrogen organik, amonia, nitrit, dan nitrat (Saeni 1989).

Nitrogen diserap oleh akar tanaman dalam bentuk NO3- (nitrat) dan NH4

+

(amonium). Nitrogen yang berasal dari bahan organik tertentu diperoleh melalui

amonisasi-nitrifikasi. Amonifikasi berlangsung baik pada tanah yang drainasenya

baik dan kaya akan kation basa. Setelah amonifikasi terjadi nitrifikasi yang

diambil oleh mikroflora dan difiksasi oleh liat. Proses nitrifikasi ini selain

tergantung pada keadaan fisik, aerasi, suhu juga tergantung pada pH dan C/N

Page 30: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

16

ratio. Nitrifikasi berlangsung pada suhu 25oC (suhu optimal 27-32

oC), sedangkan

pada temperatur yang lebih tinggi (52oC) maka kegiatan akan terhenti (Mulyani

1994).

Menurut Metcalf dan Eddy (1991), nitrogen organik berhubungan dengan

suspended solid dalam air limbah dengan sedimentasi dan filtrasi. Nitrogen

organik yang berwujud padat dapat langsung masuk ke tanah yang memiliki

molekul organik kompleks yaitu karbohidrat, protein, dan lignin. Beberapa

nitrogen organik dihidrolisis menjadi asam amino yang terlarut dan

memungkinkan pemecahan lebih lanjut untuk melepas ion amonia (NH4+).

Amonia yang terdapat didalam perairan dapat berasal dari proses

penguraian bahan organik yang banyak mengandung senyawa nitrogen seperti

protein. Amonia dapat larut dalam bentuk ion amonia (NH4+) atau amonia (NH3),

yang bergantung pada pH perairan (Metcalf dan Eddy 1991). Menurut Jenie dan

Rahayu (1993), menyatakan bahwa bentuk cairan amonia terdapat dalam 2 bentuk

yaitu amonia bebas (NH3) dan dalam bentuk ion amonia (NH4+).

Nitrif relatif tidak stabil dan mudah teroksidasi menjadi nitrat. Konsentrasi

nitrit yang tinggi dapat mereduksi aktivitas bakteri nitrifikasi pada kondisi asam.

Nitrat nitrogen yang merupakan turunan dari nitrit adalah bentuk nitrogen yang

paling teroksidasi dalam limbah. Nitrat merupakan nutrient utama untuk

pertumbuhan tanaman air. Nitrat jika tidak dapat dihilangkan oleh tanaman atau

denitrifikasi dapat mencemari air bawah tanah (Medcalf dan Eddy, 1991). Nitrat

merupakan jenis nitrogen yang paling dinamis dan menjadi bentuk paling

dominan pada sungai, keluaran air tanah dan deposit atmosfer ke laut (Kirchman,

Page 31: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

17

2000). Nitrat dapat ditangkap oleh akar tanaman, tetapi penangkapan hanya terjadi

di sekitar akar selama pertumbuhan. Kisaran nilai nitrat dalam efluen limbah

adalah 15-20 mg/l (Medcalf dan Eddy 1991).

2 Fosfor (P)

Fosfor merupakan bagian dari protoplasma dan inti sel, sebagai bagian

dari inti sel sangat penting dalam pembelahan sel, demikian pula bagi

perkembangan jaringan meristem. Fosfor diambil tanaman dalam bentuk H2PO4-

dan HPO4-2

, secara umum fungsi dari fosfor dalam tanaman dapat dinyatakan

sebagai berikut:

1. Dapat mempercepat pertumbuhan akar semai

2. Dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda

menjadi tanaman dewasa pada umumnya

3. Dapat mempercepat pembuangan dan pemasakan buah, biji atau gabah

4. Dapat meningkatkan produksi biji-bijian, fosfor juga sebagai penyusun

lemak dan protein. Didalam tanah fungsi P terhadap tanaman adalah

sebagai zat pembangun dan terikat dalam senyawa-senyawa organik

Dengan demikian hanya sebagian kecil saja yang yang terdapat dalam

bentuk anorganik ion-ion fosfat. Sebagai bahan pembentuk, fosfor terpencar-

pencar dalam tubuh tanaman, semua inti mengandung fosfor dan selanjutnya

sebagai senyawa-senyawa fosfat didalam sitoplasma dan membran sel. Bagian-

bagian tubuh yang berkaitan dengan pembiakan generatif seperti daun-daun

bunga, tangkai-tangkai sari, kepala sari, butur tepung sari, daun buah serta bakal

biji ternyata mengandung P. Fosfor ditanah terdapat dalam bentuk carbonat

Page 32: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

18

apatite 3Ca3(PO4)2CaCO3, hidroksi apatite 3Ca3(PO4)Ca(OH)2, oxida apatite

3Ca3(PO4)2CaO, trikalsium fosfat Ca3(PO4)2, dikalsium fosfat CaH(PO4)2,

monokalsium fosfat Ca(H2PO4)2 (Mulyadi 1994). Fosfor tersedia merupakan

fosfor dalam bentuk P organik (asam nukleat, fosfolipid dan inositol fosfat), P

anorganik (H2PO4- dan HPO4

-2). Fosfor tidak tersedia adalah fosfor yang terikat

dengan unsur Al, Fe, dan Ca (Buckman dan Brady, 1982).

3 Kalium (K)

Elemen ini dapat dikatakan bukan elemen yang langsung membentuk

bahan organik, kalium berperan dalam:

1. Pembentukan protein dan karbohidrat

2. Pengerasan bagian kayu dari tanaman

3. Meningkatkan resistensi tanaman terhadap penyakit

4. Meningkatkan kualitas biji dan buah

Kalium diserap dalam bentuk K+ (terutama pada tanaman muda). Kalium

banyak terdapat dalam jaringan muda, pada sel tanaman zat ini terdapat sebagai

ion didalam cairan sel dan keadaan demikian merupakan bagian yang penting

dalam melaksanakan turgor yang disebabkan oleh tekanan osmosis (Mulyani,

1994). Berdasarkan ketersediaan kalium bagi tanaman kalium dibagi menjadi K

tidak tersedia (K dalam batuan mineral), K lambat tersedia (K yang tidak dapat

dipertukarkan) dan K tersedia (K yang dapat dipertukarkan dan K dalam larutan

tanah). K yang dapat dipertukarkan adalah K dalam bentuk organik (Buckman dan

Brady 1979).

Page 33: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

19

2.2.2 Unsur Hara Sekunder (Unsur Pengatur)

Unsur hara sekunder merupakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman

dalam jumlah sedang. Unsur hara sekunder ini meliputi Kalsium (Ca) dan

Magnesium (Mg).

a. Kalsium (Ca)

Kalsium berfungsi bagi tanaman untuk mengatur kemasaman tanah, tubuh

tanaman, penting bagi pertumbuhan akar tanaman, penting bagi pertumbuhan

daun dan dapat menetralisasi akumulasi racun dalam tubuh tanaman (Buckman

dan Brady, 1979). Sebagian besar Kalsium tanah berada dalam bentuk mineral.

Bentuk tersebut kurang tahan terhadap pengaruh air terutama air yang

mengandung CO2 (Dewi et.al., 2011).

b. Magnesium (Mg)

Ketersediaan Magnesium hampir sama dengan Kalsium, karena

peningkatannya juga sama. Seperti halnya Kalsium, maka Magnesium selalu

dihubungkan dengan kemasaman tanah, karena ionnya dapat mengurangi efek

kemasaman tanah. Dalam hal ini Magnesium berperan dapat menggantikan ion

hidrogen dari komplek adsorpsi. Sumber utama Magnesium tanah adalah

hancuran mineral-mineral primer yang mengandung Magnesium, misalnya biotit,

dolomite, ohlorit, serpentin, olivine, dan lain-lain. Kadar magnesium tanah sangat

bervariasi dan sangat tergantung dari kadar mineral primer yang mengandung

Magnesium. Kadar rata-rata Magnesium tanah adalah berkisar antara 1,9-2,3%

dari total berat tanah (Dewi et.al, 2011).

Page 34: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

20

2.2.3 Unsur Mikro

Unsur hara mikro merupakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam

jumlah sedikit. Unsur hara mikro terdiri dari Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn),

dan Tembaga (Cu).

a. Besi (Fe)

Zat besi penting dalam pembentukan hijau daun (klorofil), pembentukan

zat karbohidrat, lemak, protein, dan enzim. Tersedianya zat besi dalam tanah

secara berlebihan, misalnya karena pemupukan dengan zat ini yang overdosis,

dapat membahayakan bagi tanaman yaitu keracunan. Sebagai pupuk zat besi ini

dipakai dalam bentuk larutan yang disemprotkan melalui daun atau dalam bentuk

bubuk yang diinjeksikan pada tanah.

b. Mangan (Mn)

Mangan diserap tanaman dalam bentuk Mn+. Mangan diperlukan oleh

tanaman untuk pembentukan zat protein dan vitamin terutama vitamin C. Mn juga

penting untuk mempertahankan kondisi hijau daun pada daun yang tua.

Tersedianya Mn bagi tanaman tergantung pada pH tanah, dimana pH rendah

Mangan akan banyak tersedia. Kelebihan Mn bisa dikurangi dengan cara

menambah zat fosfor dan kapur.

c. Seng (Zn)

Unsur Zn diserap dalam tanaman dalam bentuk Zn++

. Dalam keadaan

sedikit Zn sudah cukup untuk tanaman dan apabila kelebihan dapat menjadi racun

bagi tanaman. Kekurangan Zn terjadi pada tanah-tanah yang asam sampai sedikit

Page 35: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

21

netral. Defisiensi Zn dapat menyebabkan pertumbuhan vegetatif terhambat selain

itu juga dapat menghambat pertumbuhan biji.

d. Tembaga (Cu)

Unsur tembaga diserap oleh akar tanaman dalam bentuk Cu++

. Tembaga

sangat diperlukan dalam pembentukan enzim-enzim dan juga pembentukan hijau

daun (klorofil). Pada umumnya tanah jarang sekali kekurangan Cu, apabila terjadi

maka akan berpengaruh pada daun yaitu daun belang, ujung daun memutih, dan

juga pada pertumbuhan tanaman menjadi tidak normal (pelayuan cepat disertai

batang-batang tanaman melemah).

2.3 Biopori

Biopori (biopore) merupakan ruang atau pori dalam tanah yang dibentuk

oleh makhluk hidup seperti fauna tanah dan akar tanaman. Bentuk biopori

menyerupai liang (terowongan kecil) dan bercabang-cabang sehingga sangat

efektif dalam menyalurkan air dan udara ke dan di dalam tanah. Biopori terbentuk

oleh adanya pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman di dalam tanah serta

aktivitas fauna tanah (Brata dan Nelistya, 2008).

Biopori menurut Griya (2008) lubang-lubang kecil pada tanah yang

terbentuk akibat aktivitas organism dalam tanah seperti cacing atau pergerakan

akar-akar dalam tanah. Lubang tersebut akan berisi udara dan menjadi jalur

mengalirnya air. Jadi air hujan tidak langsung masuk ke lubang pembuangan air,

tetapi meresap ke dalam tanah melalui lubang tersebut.

Page 36: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

22

Gambar 1. Lubang Resapan Biopori

Menurut Tim Biopori IPB (2009) Lubang Resapan Biopori adalah

teknologi tepat guna dan ramah lingkungan untuk mengatasi banjir dengan cara

a. Meningkatkan daya resapan air

Kehadiran lubang resapan biopori secara langsung akan menambah bidang

resapan air, setidaknya sebesar luas kolom atau dinding lubang. Sebagai contoh

bila lubang dibuat dengan diameter 10 cm dan dalam 100 cm maka luas bidang

resapan akan bertambah sebanyak 3140 cm2 atau hampir 1/3 m

2. Dengan kata lain

suatu permukaan tanah berbentuk lingkaran dengan diameter 10 cm, yang semula

mempunyai bidang resapan 78,5 cm2 setelah dibuat lubang resapan dengan

kedalaman 100 cm, luas bidang resapannya menjadi 3218 cm2. Dengan adanya

aktivitas fauna tanah pada lubang resapan maka biopori akan terbentuk dan

senantiasa terpelihara keberadaannya. Oleh karena itu, bidang resapan ini akan

selalu terjaga kemampuannya dalam meresapkan air. Dengan demikian kombinasi

antara luas bidang resapan dengan kehadiran biopori secara bersama-sama akan

meningkatkan kemampuan dalam meresapkan air.

Page 37: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

23

b. Mengubah sampah organik menjadi kompos

Lubang resapan biopori „diaktifkan‟ dengan memberikan sampah organik

kedalamnya. Sampah ini akan dijadikan sebagai sumber energi bagi organisme

tanah untuk melakukan kegiatannya melalui proses dekomposisi. Sampah yang

telah didekomposisi ini dikenal sebagai kompos. Dengan melalui proses seperti

itu maka lubang resapan biopori selain berfungsi sebagai bidang peresap air juga

sekaligus berfungsi sebagai “pabrik” pembuat kompos. Kompos dapat dipanen

pada setiap periode tertentu dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik pada

berbagai jenis tanaman, seperti tanaman hias, sayuran, dan jenis tanaman lainnya.

c. Memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah dan akar tanaman

Lubang Resapan Biopori (LRB) diaktifkan oleh organisme tanah,

khususnya fauna tanah dan perakaran tanaman. Aktivitas merekalah yang

selanjutnya akan menciptakan rongga-rongga atau liang-liang di dalam tanah yang

akan dijadikan “saluran” air untuk meresap ke dalam tubuh tanah. Dengan

memanfaatkan aktivitas mereka maka rongga-rongga atau liang-liang tersebut

akan senantiasa terpelihara dan terjaga keberadaannya sehingga kemampuan

peresapannya akan tetap terjaga tanpa campur tangan langsung dari manusia

untuk pemeliharaannya.

Proses pembuatan LRB tergolong mudah dan sederhana sehingga dapat

diaplikasikan dalam skala rumah tangga hingga skala lebih luas. Berdasarkan

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2009 tentang

Pemanfaatan Air Hujan, konstruksi pembuatan LRB adalah sebagai berikut.

Page 38: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

24

a. Membuat lubang silindris ke dalam tanah menggunakan bor LRB dengan

diameter 10 cm, dengan kedalaman 100 cm atau tidak melewati kedalaman

muka air tanah (water table);

b. Jarak pembuatan LRB adalah antara 50-100 cm disesuaikan dengan kondisi

lahan yang ada;

c. Memperkuat mulut atau pangkal lubang dengan menggunakan paralon dengan

diameter 10 cm dan panjang minimal 10 cm serta adukan semen selebar 2-3

cm dan tebal 2 cm disekeliling mulut;

d. Mengisi LRB dengan sampah organik yang berasal dari dedaunan, pangkasan

rumput, dan sampah dapur;

e. Menutup LRB dengan kawat saringan.

2.4 EM4 (Effective Microorganism 4)

EM4 (Effective Microorganism 4) dikembangkan pertama kali oleh Prof Dr

Teruo Higa dari Universitas Ryukyus Jepang. Effective Microorganism (EM)

terdiri dari kultur campuran dari beberapa mikroorganisme yang menguntungkan

bagi pertumbuhan tanaman. Penelitian menunjukkan inokulan dari EM kultur

pada ekosistem tanah dan tanaman dapat memperbaiki kualitas tanah, keadaan

tanah dan meningkatkan hasil panen. EM4 mengandung spesies terpilih dari

mikroorganisme utamanya yang bersifat fermentasi, yaitu bakteri fotosintetik

(Rhodopseudomonas sp.), jamur fermentasi (Saccharomyces sp.), bakteri asam

laktat (Lactobacillus sp.), dan Actinomycetes (Higa, et al., 1995). EM4 merupakan

biofertilizer yang diaplikasi sebagai inokulan untuk meningkatkan keragaman dan

Page 39: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

25

populasi mikroorganisme di dalam tanah. EM4 mampu mempercepat dekomposisi

sampah organik, meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman, dan menekan

aktivitas mikroorganisme patogen (Formowitz et al., 2007).

Bakteri fotosintetik merupakan bakteri yang dapat mensintesis senyawa

nitrogen, dan gula. Jamur fermentatif berfungsi untuk memfermentasi bahan

organik menjadi senyawa-senyawa asam laktat yang dapat diserap oleh tanaman.

Actinomycetes merupakan bakteri yang tumbuh dalam bentuk miselium (filamen

berbentuk jalinan benang). Actinomycetes berfungsi mengambil asam amino dan

zat yang dihasilkan oleh jamur fermentatif dan mengubahnya menjadi antibiotik

yang bersifat toksik terhadap patogen atau penyakit serta dapat melarutkan ion-ion

fosfat dan ion-ion mikro lainnya. Streptomyces sp. menghasilkan enzim

steptomisin yang berguna bagi tanaman (Wididana, 1996).

Sebelum digunakan EM4 perlu diaktifkan dahulu karena mikroorganisme

di dalam larutan EM4 berada dalam keadaan tidur (dorman). Pengaktifan

mikroorganisme di dalam EM4 dapat dilakukan dengan cara memberikan air dan

makanan (molase) (Yuwono, 2005).

2.5 Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometri UV-Vis merupakan teknik analisis spektroskopik yang

memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar

tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer.

Spektrofotometri digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik

secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi

Page 40: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

26

dengan cahaya. Cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya visible, UV dan

inframerah, sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih

berperan adalah elektron valensi (Mulja et al., 1995).

Prinsip kerja spektrofotometer adalah bila cahaya (monokromatik maupun

campuran) jatuh pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan

dipantulkan, sebagian diserap, dan sisanya diteruskan. Nilai yang keluar dari

cahaya yang diteruskan dinyatakan dalam nilai absorbansi dan berbanding lurus

dengan konsentrasi sampel. Spektrofotometer UV-Vis tersusun atas spektrum

yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blanko

dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blanko

ataupun pembanding (Khopkar, 1990). Skema spektrofotometer UV-Vis dapat

dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Skema Spektrofotometer UV-Vis (Khopkar, 1990)

Komponen-komponen pokok dari spektrofotometer meliputi:

1. Sumber tenaga radiasi yang stabil, sumber yang biasa digunakan oleh

lampu wolfram.

2. Monokromator untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis.

Page 41: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

27

3. Sel absorpsi, pada pengukuran di daerah visible menggunakan kuvet kaca

atau kuvet kaca corex, tetapi untuk pengukuran pada UV menggunakan sel

kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini.

4. Detektor radiasi yang dihubungkan dengan sistem meter atau pencatat.

Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya

pada berbagai panjang gelombang (Khopkar, 1990).

2.6 Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

Spektrofotometri serapan atom merupakan metode yang digunakan untuk

menentukan kadar logam dalam suatu sampel. Keuntungan dari metode

spektrofotometri serapan atom adalah waktu pengerjaan yang cepat, alatnya

sensitif, dan sangat spesifik untuk unsur yang akan dianalisis. Metode

spektrofotometri serapan atom dapat menentukan kadar logam dengan konsentrasi

yang sangat kecil, yaitu sampai part permillion (ppm) (Haris dan Gunawan,

1992).

Gambar 3. Skema spektrofotometer serapan atom

Spektrofotometri serapan atom memiliki lima komponen dasar, yaitu

sumber cahaya, sistem atomisasi, monokromator, detektor, dan alat pembacaan

Page 42: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

28

(Welz dan Michael, 2005). Dua sumber cahaya utama pada alat spektrofotometer

serapan atom adalah hollow cathode lamp (HCL) dan electrodeless discharge

lamp (EDL). HCL terdiri dari katoda yang terbuat dari unsur yang akan dianalisis,

sedangkan anoda terbuat dari tungsten, nikel, atau zirconium. Bagian luar dari

HCL terbuat dari kaca pyrex atau quartz. Lampu ini diisi dengan neon atau argon

dengan tekanan 100-200 Pa. Gas-gas tersebut mengemisikan spektrum garis yang

tajam. HCL digunakan dengan mengalirkan listrik yang besarnya bergantung pada

unsur yang akan dianalisis. Arus listrik tersebut sangat bervariasi antara 1-50 mA.

Penggunaan arus listrik yang semakin tinggi dapat mengurangi masa kerja dari

HCL (Ingle dan Crouch, 1998). EDL lebih kuat dari HCL, memberikan presisi

yang baik, dan batas deteksi yang lebih rendah (Welz dan Michael, 2005). EDL

berisi halide atau unsur yang mudah menguap, bersama dengan neon atau argon

dengan tekanan antara 30-300 Pa di dalam tabung quartz. Sebagian besar EDL

memancarkan radiasi 10 kali lebih kuat dibandingkan dengan HCL (Ingle dan

Crouch, 1998).

Prinsip dasar dari SSA adalah penyerapan cahaya oleh atom bebas dari

suatu unsur pada tingkat energi terendah (groundstate). Keadaan groundstate dari

sebuah atom adalah keadaan dimana semua elektron yang dimiliki unsur tersebut

memiliki konfigurasi yang stabil. Saat cahaya diserap oleh atom, maka satu atau

lebih elektron tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Penyerapan energi

cahaya ini berlangsung pada panjang gelombang yang spesifik untuk setiap logam

dan mengikuti Lambert-Beer, yakni serapan berbanding lurus dengan konsentrasi

uap atom dalam nyala (Vandecasteele dan Block, 1993).

Page 43: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

29

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Mei sampai November 2018.

Sampling dilakukan di Perumahan Eko Damai Mandiri Cisauk Tangerang. Uji

kandungan unsur hara dilakukan di Laboratorium Qlab Fakultas Farmasi

Universitas Pancasila.

3.2 Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat gelas, buret,

labu kjedahl, cawan porselen, pipet tetes, pipet volumetrik, thermometer, neraca

analitik (Acculab), pH meter (Pctestr 35), desikator (Sanplatec), vortex

(Bohemia), shaker mekanis (Edmund Buhler SM 25), sentrifuge (Hitachi Himac

CR 21G II), oven (Memmert), spektrofotometer UV-Vis (Hitachi), dan Atomic

Absorption Spectrophotometer (AAS) (Shimadzu).

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampah organik

domestik dari wilayah Perumahan Eko Damai Mandiri Cisauk Tangerang yang

terdiri dari dedaunan dan sampah dapur, aktivator EM4 cair dari Agrotechno, gula

pasir, K2Cr4O7 2 N, H2SO4 pa. 98%, kertas saring W-41, katalis selenium,

indikator conway, paraffin cair, larutan buffer pH 4 dan 7, devarda alloy, NaOH,

H3BO3, HCl pekat 37%, HNO3 pekat 65%, HClO4 pekat 70%, ammonium

Page 44: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

30

molibdat ((NH4)6Mo7O24.4H2O), kalium antimoniltatrat (K(SbO)C4H4O6.0,5H2O)

dan akuades.

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Pembuatan Lubang Resapan Biopori (Menteri Negara Lingkungan

Hidup, 2009)

Dibuat lubang silindris ke dalam tanah menggunakan bor LRB dengan

diameter 10 cm dan kedalaman 60 cm dengan jarak setiap lubang 30 cm. Mulut

atau pangkal lubang diperkuat dengan menggunakan paralon dengan diameter 10

cm dan panjang 60 cm serta sisi-sisi paralonnya diberi lubang.

Gambar 4. Lubang Resapan Biopori

Page 45: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

31

3.3.2 Preparasi Sampel (Yuniwati et al., 2012)

Bahan baku pembuatan pupuk kompos digunakan merupakan sampah

organik domestik dari wilayah Perumahan Eko Damai Mandiri Cisauk Tangerang.

Sampah organik berupa dedaunan sekitar halaman rumah dan sisa-sisa sayur.

Sampah organik sebanyak 1 kg ditempatkan pada lubang resapan biopori sebagai

komposter.

3.3.3 Preparasi aktivator EM4 (Effective microorganism 4) (Yuniwati, et al.,

2012)

Aktivator EM4 cair diencerkan dalam masing-masing 500 ml akuades

dengan variasi 1, 2, 3, 4, 5, dan 8 mL. Selanjutnya ditambahkan gula pasir pada

masing-masing cairan EM4 sesuai Tabel 1. Penambahan gula bertujuan untuk

mengaktifkan mikroorganisme di dalam EM4. EM4 dan gula yang telah dilarutkan

kemudian didiamkan selama 3 jam.

Tabel 1. Variasi konsentrasi EM4 pada lubang resapan biopori

Sampel A

(Kontrol) B1 B2 B3 B4 B5 B6

Konsentrasi

EM4 (%) 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,6

Gula pasir (g) 0 1 2 3 4 5 8

3.3.4 Pengomposan (Yuniwati, et al., 2012)

Sebanyak 500 ml larutan aktivator EM4 dengan variasi konsentrasi yang

berbeda disemprotkan secara merata pada masing-masing sampah dalam 6 lubang

resapan biopori, dan pengomposan pada 1 lubang resapan lain dibiarkan tanpa

adanya penambahan EM4 sebagai kontrol. Selanjutnya lubang resapan biopori

Page 46: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

32

ditutup rapat dan dibiarkan selama 15 hari agar terjadi proses penguraian. Selama

proses penguraian berlangsung, warna, dan suhu setiap sampel diperiksa setiap 3

hari sekali untuk mengetahui kematangan kompos. Setelah 15 hari, sampel

diambil dalam masing-masing lubang resapan biopori untuk dianalisis kandungan

kadar air, pH, kandungan karbon organik, N-total, kadar P total, dan kadar K.

3.3.5 Analisis Kandungan Kompos

3.3.5.1 Penetapan Kadar Air (Horwitz, 2000)

Cawan porselen dicuci menggunakan akuades lalu dikeringkan dalam

oven pada suhu 105oC selama 1 hari. Cawan tersebut kemudian diletakkan di

desikator selama 30 menit lalu ditimbang (a). Sebanyak 10 gram sampel

ditimbang dan 5 gram sampel yang sudah dihaluskan ke dalam cawan porselen

(b). Cawan yang berisi sampel dimasukkan ke dalam oven dan dikeringkan

selama 1 hari pada suhu 105oC. Cawan kemudian dimasukkan kembali ke dalam

desikator dan dibiarkan selama 30 menit kemudian ditimbang hingga memperoleh

bobot yang tetap (c).

Perhitungan kadar air dapat dilakukan menggunakan rumus:

… pers.(1)

Keterangan:

W0 = berat cawan kosong (gram)

W1 = berat cawan yang diisi dengan sampel (gram)

W2 = berat cawan yang sudah dikeringkan (gram)

Page 47: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

33

3.3.5.2 Penetapan pH (Horwitz, 2000)

Sebanyak 1 gram sampel kompos dimasukkan ke dalam botol kocok,

kemudian ditambahkan 5 ml akuades dan dikocok dengan shaker mekanis selama

30 menit. Suspensi sampel diukur dengan pH meter yang telah dikalibrasi

menggunakan larutan buffer pH 7,0 dan pH 4,0.

3.3.5.3 Penetapan Kadar Karbon Organik (Horwitz, 2000)

Sebanyak 0,1 gram sampel yang telah dihaluskan ditimbang ke dalam labu

takar 100 ml, kemudian ditambahkan berturut-turut 5 ml larutan K2Cr2O7 2 N,

dikocok, dan 7 ml H2SO4 pa. 98%, lalu dikocok lagi, dibiarkan selama 30 menit.

Untuk standar yang mengandung 250 ppm C, dipipet 5 ml larutan standar C 5000

ppm ke dalam labu takar volume 100 ml, lalu ditambahkan 5 ml H2SO4 dan 7 ml

larutan K2Cr2O7 2 N. Dikerjakan pula blanko yang digunakan sebagai standar 0

ppm C. Masing-masing diencerkan dengan akuades dan setelah dingin volume

ditepatkan hingga tanda tera 100 ml, dikocok hingga homogen dan dibiarkan

semalam. Selanjutnya diukur dengan spektrofotometer visible pada panjang

gelombang 651 nm.

Perhitungan kadar C-organik dapat dilakukan dengan rumus:

( )

… pers.(2)

Keterangan:

ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva regresi hubungan antar kadar

deret

standar dengan pembacaannya setelah dikurangi blanko

fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 - % kadar air)

Page 48: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

34

3.3.5.4 Penetapan Kadar N-total (Page, et al., 1982)

a. Penetapan N-organik dan N-NH4 (Page, et al., 1982)

Sebanyak 0,25 gram sampel yang telah dihaluskan ditimbang ke dalam

labu Kjeldahl. Ditambahkan 0,5 gram katalis selenium dan 3 ml H2SO4 pa,

dikocok hingga campuran merata dan dibiarkan 2-3 jam. Didekstruksi sampai

sempurna dengan suhu bertahap dari 150oC hingga akhirnya suhu maksimal

350oC dan diperoleh cairan jernih (3-3,5 jam). Setelah dingin diencerkan dengan

sedikit akuades agar tidak mengkristal. Larutan dipindahkan secara kuantitatif ke

dalam labu didih destilator volume 250 ml, ditambahkan akuades hingga setengah

volume labu didih dan sedikit batu didih. Selanjutnya larutan didestilasi dengan

menambahkan 20 ml NaOH 40%. Disiapkan penampung destilat yaitu 10 ml asam

borat 1% dalam erlenmeyer volume 100 ml yang telah ditambah 3 tetes indikator

conway. Destilasi selesai bila volume cairan dalam erlenmeyer sudah mencapai

sekitar 75 ml. Destilat dititrasi dengan H2SO4 0,05 N, hingga titik akhir (warna

larutan berubah dari merah muda menjadi hijau kebiruan) (A), penetapan blanko

dikerjakan (A1).

Perhitungan kadar N-organik dan N-NH4 dapat dilakukan menggunakan rumus:

( ) ( )

… pers.(3)

Keterangan:

A ml = ml titran untuk contoh (N-organik dan N-NH4)

A1 ml = ml titran untuk blanko (N-organik dan N-NH4)

fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 − % kadar air)

Page 49: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

35

b. Penetapan N-NH4 (Page, et al., 1982)

Sebanyak 1 gram sampel halus ditimbang ke dalam labu didih destilator,

ditambahkan sedikit batu didih, 0,5 ml parafin cair dan 100 ml akuades. Blanko

adalah 100 ml akuades ditambah batu didih dan parafin cair. Disiapkan

penampung destilat yaitu 10 ml asam borat 1% dalam erlenmeyer 100 ml yang

telah ditambah 3 tetes indikator conway. Didestilasikan dengan menambahkan 10

ml NaOH 40%. Destilasi selesai bila volume cairan dalam erlenmeyer sudah

mencapai sekitar 75 ml. Destilat dititrasi dengan H2SO4 0,05 N, hingga titik akhir

(warna larutan berubah dari merah muda menjadi hijau kebiruan) (B), penetapan

blanko dikerjakan (B1).

Perhitungan kadar N-NH4 dapat dilakukan menggunakan rumus:

( ) ( )

… pers.(4)

Keterangan:

B ml = ml titran untuk contoh (N-NH4)

B1 ml = ml titran untuk blanko (N-NH4)

fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 − % kadar air)

c. Penetapan N-NO3 (Page, et al., 1982)

Bekas penetapan N-NH4 dibiarkan dingin, lalu ditambahkan dengan

akuades (termasuk blanko) hingga volume semula. Disiapkan penampung destilat

yaitu 10 ml asam borat 1% dalam erlenmeyer 100 ml yang telah ditambah 3 tetes

indikator conway. Didestilasikan dengan menambahkan 2 gram devarda alloy,

destilasi dimulai tanpa pemanasan agar buih tidak meluap. Setelah buih hampir

habis, pemanasan dimulai dari suhu rendah, setelah mendidih suhu dinaikkan

menjadi normal. Destilasi selesai bila volume cairan dalam erlenmeyer sudah

mencapai sekitar 75 ml. Destilat dititrasi dengan H2SO4 0,05 N, hingga titik akhir

Page 50: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

36

(warna larutan berubah dari merah muda menjadi hijau kebiruan) (C), penetapan

blanko dikerjakan (C1).

Perhitungan kadar N-NO3 dapat dilakukan menggunakan rumus:

( ) ( )

… pers.(5)

Keterangan:

C ml = ml titran untuk contoh (N-NO3)

C1 ml = ml titran untuk blanko (N-NO3)

fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 − % kadar air)

Untuk menentukan kadar N-total digunakan rumus:

Kadar N-organik (%) = (kadar N-organik dan N-NH4) – kadar N-NH4

Kadar N-total (%) = kadar N-organik + N-NH4 + N-NO3

3.3.5.5 Penetapan Kadar Fosfor (Eviati dan Sulaeman, 2009)

a. Preparasi Sampel

Sebanyak 0,5 gram contoh ditimbang dan dimasukkan kedalam labu

Kjeldahl, ditambah 5 mL HNO3 dan 0,5 mL HClO4, dikocok-kocok dan dibiarkan

semalam. Dipanaskan mulai dengan suhu 100°C, setelah uap kuning habis suhu

dinaikkan hingga 200°C. Destruksi diakhiri bila sudah keluar uap putih dan cairan

dalam labu tersisa sekitar 0,5 mL didinginkan dan diencerkan dengan aquades dan

volume ditepatkan menjadi 50 mL, kocok hingga homogen dan dibiarkan

semalam atau disaring dengan kertas saring W-41 agar didapat ekstrak jernih

(ekstrak A).

Page 51: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

37

b. Pembuatan Reaksi Penguat Warna

Pereaksi pekat; Sebanyak 12 g ammonium molibdat ditimbang dan

ditambah dengan 0,275 g kalium antimoniltatrat ditambah dengan 140 mL H2SO4

pa kemudian diencerkan dengan aquades hingga 1000 mL. Pereaksi encer; 0,53 g

asam askorbat ditambah 50 mL pereaksi pekat dijadikan 500 mL dengan

penambahan aquades.

c. Pembuatan Larutan Standar P

Larutan standar P dari larutan standar P 50 ppm dibuat variasi 2; 4; 6; 8

dan 10 ppm. Sebanyak 2; 4; 6; 8 dan 10 mL larutan standar 50 ppm dimasukkan

dalam labu ukur 50 mL dan ditambah aquades sampai tanda batas.

d. Penentuan Panjang Gelombang Maksimal

Sebanyak 1 mL larutan standar P 8 ppm dimasukkan ke dalam labu ukur

10 mL kemudian ditambah larutan pereaksi 9 mL hingga tanda batas kemudian

didiamkan selama 15 menit. Larutan dimasukkan kedalam kuvet UV-Vis dan

diukur absorbansinya pada panjang gelombang antara 650- 750 nm.

e. Pembuatan Kurva Kalibrasi

7 buah labu ukur 25 mL disiapkan untuk labu nomor 1 diisi blanko

sedangkan labu 2 sampai 7 diisi larutan standar fospor 2; 4; 6; 8; dan 10 ppm

masing-masing sebanyak 1 mL kemudian ditambah pereaksi sebanyak 9 mL

setelah itu didiamkan selama 15 menit. Larutan dimasukan kedalam kuvet dan

diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimal.

Page 52: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

38

f. Penetapan Kadar Fosfor pada Sampel

Sebanyak 1 mL ekstrak A dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL

kemudian ditambah aquades hingga tanda batas kemudian dikocok sampai

homogen (ekstrak B). Pipet 1 mL ekstrak B ke dalam labu ukur volume 25 mL,

begitupun masing-masing deret standar P ditambah 9 mL pereaksi pembangkit

warna ke dalam setiap contoh dan deret standar, dikocok hingga homogen.

Dibiarkan 15 menit, lalu diukur dengan UV-Vis pada panjang gelombang 713 nm.

( )

… pers.(6)

Keterangan:

Ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva regresi hubungan antara kadar

deret standar dengan pembacaannya setelah dikurangi blanko

fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 - % kadar air)

fp = faktor pengenceran

100 = faktor konversi ke %

31 = bobot atom P

95 = bobot molekul PO4

3.3.5.6 Penetapan Kadar Kalium (Eviati dan Sulaeman, 2009)

a. Pembuatan Larutan Standar K

Larutan standar K dari larutan standar K 20 ppm dibuat larutan standar

dengan variasi 2; 4; 6; 8; 10 ppm dengan cara mengambil sebanyak 1; 2; 3; 4 dan

5 mL larutan standar kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL ditambah

aquades hingga tanda batas.

b. Pembuatan Kurva Kalibrasi

Larutan yang telah dibuat diukur absorbansinya dengan menggunakan

SSA kemudian diplotkan kedalam grafik sehingga diperoleh kurva kalibrasi

kalium.

Page 53: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

39

c. Penetapan Kadar Kalium dalam Sampel

Sebanyak 0,5 g contoh ditimbang kedalam labu Kjeldahl, ditambah 5 mL

HNO3 pa dan 0,5 mL HClO4 pa, dikocok-kocok dan dibiarkan semalam kemudian

dipanaskan mulai dengan suhu 100°C, setelah uap kuning habis suhu dinaikkan

200°C. Destruksi diakhiri bila sudah keluar uap putih dan cairan dalam labu

tersisa 0,5 mL kemudian didinginkan dan diencerkan dengan H2O dan volume

ditepatkan menjadi 50 mL, dikocok hingga homogen dan dibiarkan semalam atau

disaring dengan kertas saring W-41 agar didapat ekstrak jernih (ekstrak A).

Sebanyak 1 mL ekstrak A dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL ditambah

aquades hingga tanda batas, kemudian dikocok sampai homogen (ekstrak B).

mengukur K dengan menggunakan SSA dengan deret standar sebagai

pembanding.

( )

… pers.(7)

Keterangan:

Ppm kurva = kadar contoh yang didapat dari kurva regresi hubungan antara kadar

deret standar dengan pembacaannya setelah dikurangi blanko

fk = faktor koreksi kadar air = 100/(100 - % kadar air)

100 = faktor konversi ke %

Page 54: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

40

3.3.6 Diagram Alir

Sampah

Organik Rumah

Perlakuan A (Kontrol, tanpa EM4)

Perlakuan B (Konsentrasi EM4 +

gula pasir)

B1: (EM4 0,2% + gula 1 g)

B2: (EM4 0,4% + gula 2 g)

B3: (EM4 0,6% + gula 3 g)

B4: (EM4 0,8% + gula 4 g)

B5: (EM4 1% + gula 5 g)

B6: (EM4 1,6% + gula 8 g)

Lubang

Resapan

Proses penguraian (anaerob)

selama 15 hari

Pengukuran suhu

dan sifat fisik (bau

dan warna) setiap 3

hari sekali

Kadar

Air

Penetapan

pH

Kadar

C-organik

(Walkley

black)

Kadar

N-total

(Kjeldahl)

Kadar P

(Spektrofot

ometri)

Kadar K

(SSA)

Page 55: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

41

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengomposan Sampah Organik Domestik

Karakteristik sampah organik domestik merupakan hal yang sangat

penting diketahui pada tahap awal proses pengomposan. Uji kandungan hara

sebelum pengomposan dilakukan sebagai perbandingan dengan Pengomposan

sampah organik menggunakan EM4. Kandungan unsur hara sampah domestik

pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan unsur hara sampah domestik

Parameter Sampah Organik Domestik

pH 7.6

C-organik (%) 13.624

N total (%) 0.628

C/N 21.69

P total (%) 0.0241

K total (%) 0.127

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat nilai C/N sampah organik domestik

sebesar 21,69, nilai C/N ini lebih tinggi dibandingkan SNI dimana nilai standar

berdasarkan SNI 19-7030-2004 berada pada kisaran 10-20. Sedangkan kadar P

total dan kadar K total sampah organik domestik ini memiliki nilai yang rendah

dibandingkan dengan SNI, dimana nilai standarnya masing-masing yaitu harus

lebih dari 0,1% untuk kadar P total dan lebih dari 0,2% untuk kadar K total. Akan

tetapi sampah organik domestik ini memiliki nilai yang sesuai SNI untuk kadar

C-organik dan kadar N total, dimana nilai standarnya masing-masing yaitu harus

berada pada kisaran 9,8-32% untuk kadar C-organik dan lebih dari 0,4% untuk

Page 56: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

42

kadar N total. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fitria (2008), kadar N total

yang tinggi pada bahan menunjukkan bahwa bahan tersebut berpotensi untuk

dijadikan sebagai kompos.

Pengaruh konsentrasi EM4 terhadap kecepatan proses pengomposan dapat

dilihat dari pengamatan suhu dan sifat fisik sampel yang meliputi warna dan bau

selama proses. Suhu termasuk salah satu parameter yang mempengaruhi

kecepatan proses pengomposan. Suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan

mikroorganisme mati dan sebaliknya apabila suhu terlalu rendah maka aktivitas

mikroorganisme dalam pengomposan tersebut belum ada atau belum aktif. Suhu

optimal yang dikehendaki dalam proses pengomposan yaitu 30-50oC (Indriani,

2009). Hasil pengamatan dapat dilihat dalam Gambar 5.

Gambar 5. Pengaruh konsentrasi EM4 terhadap suhu sampah organik domestik

selama 15 hari proses pengomposan

Berdasarkan Gambar 5, pada hari ke-0, ke-3 dan ke-6 sampah domestik

pada masing-masing lubang biopori mengalami kenaikan suhu. Namun pada

lubang biopori B4, B5 dan B6, kenaikan suhu yang dialami cukup tinggi

0

5

10

15

20

25

30

35

40

A (kontrol) B1 (0,2%) B2 (0,4%) B3 (0,6%) B4 (0,8%) B5 (1%) B6 (1,6%)

Suh

u (

0 C)

Sampel Kompos

Hari ke-0 Hari ke-3 Hari ke-6 Hari ke-9 Hari ke-12 Hari ke-15

Page 57: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

43

dibandingkan lubang biopori lain. Kenaikan suhu tertinggi terdapat pada hari ke-6

yaitu pada lubang biopori B4, pada B5, dan pada B6. Menurut Djuarnani et al.

(2004), tingginya suhu ini menunjukkan adanya aktivitas mikroorganisme

termofilik dalam merombak protein dan karbohidrat nonselulosa, seperti pati dan

hemiselulosa.

Setelah hari ke-9 penurunan suhu terjadi pada lubang resapan biopori B4,

B5 dan B6 yaitu kompos dengan penambahan EM4 masing-masing 4, 5, dan 8

mL. Penurunan suhu terendah mencapai 32.5oC. Berbeda dengan tiga lubang

biopori tersebut, sampah pada lubang biopori A, B1, B2 dan B3 masih mengalami

kenaikan suhu pada hari ke-9 yang menandakan proses dekomposisi masih

berlangsung. Selama pengamatan juga terjadi penyusutan massa kompos sekitar

12,05-33,73% dari massa sampah sebelum pengomposan yang disajikan dalam

Tabel 3.

Tabel 3. Massa Sampel Sebelum dan Setelah 15 Hari Pengomposan

Massa (g)

A B1 B2 B3 B4 B5 B6

Sampah

Organik 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000

Kompos 879,46 776,62 762,88 723,18 698,33 664,37 662,21

Selain pengamatan suhu, perubahan warna pada sampah juga diamati

selama proses pengomposan (Lampiran 2). Pada pengamatan warna hari pertama

seluruh sampah domestik dalam biopori berwarna sama yaitu kehijauan dan

berbau dedaunan akibat sebagian besar komposisi sampah domestik berasal dari

sampah dedaunan dan sisa sayur. Pada hari ketiga, sampah domestik dalam

lubang biopori A, B1, dan B2 belum mengalami perubahan warna, sedangkan

Page 58: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

44

pada lubang biopori B3, B4, B5, dan B6 mengalami perubahan warna menjadi

hijau kekuningan.

Pengamatan hari keenam sampah dalam lubang biopori A, B1, dan B2

masih berwarna hijau daun, dan sampah pada lubang biopori B3, B4, B5, dan B6

berwarna hijau kekuningan. Namun pada lubang biopori B3, B4, B5 dan B6

terdapat rembesan air yang menggenang tertimbun oleh bahan kompos. Efek yang

ditimbulkan dari genangan air ini adalah bau yang cukup menyengat dan

menurunnya kemampuan dekomposisi. Kondisi kompos seperti ini menunjukkan

bahwa kompos sedang mengalami masa pematangan. Setelah melewati masa

pematangan, bau menyengat dan genangan air tidak terjadi lagi dan suhu kompos

menjadi stabil hingga akhir pengomposan. Suhu sampel kompos yang dihasilkan

berada pada kisaran 27o-28

oC setelah 15 hari pengomposan, kembali seperti suhu

awal sebelum pengomposan kecuali kompos A yang masih mengalami kenaikan

suhu yaitu sebesar 33oC yang menunjukkan bahwa proses dekomposisi masih

berlangsung (Lampiran 2).

Sutedjo et. al (1991) menyatakan bahwa kompos yang telah matang akan

terasa lunak ketika dihancurkan karena selama proses pengomposan bahan

organik mengalami proses penguraian dan terjadi perubahan pada bahan segar,

pembentukan substansi sel mikroba dan transformasi menjadi bentuk amorf

berwarna gelap. Substansi inilah yang disebut materi seperti tanah. Hal tersebut

diperkuat dengan pendapat Indriani (2009) yang menyatakan bahwa kematangan

kompos dipegaruhi oleh beberapa faktor yang terjadi selama proses pengomposan.

Setelah proses pengomposan selesai, bahan baku berubah warna menjadi coklat

Page 59: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

45

kehitaman. Perubahan warna yang terjadi dapat disebabkan oleh aktivitas

mikroorganisme yang bekerja selama proses penguraian. Warna yang dihasilkan

pada penelitian ini sudah memenuhi standar (SNI 19-7030-2004) yaitu kompos

berwarna coklat kehitaman.

4.2 Hasil Analisa Kualitas dan Kandungan Unsur Hara Kompos

Kualitas kompos dapat ditentukan dengan kandungan unsur hara kompos

tersebut. Unsur hara pada proses akhir penguraian bahan organik akan lebih stabil

dan terjadi penguraian senyawa organik menjadi senyawa yang dapat diserap

tanaman. Hasil uji parameter kualitas kompos sampah organik domestik dibahas

sebagai berikut.

4.2.1 Kadar pH

Pengukuran pH dilakukan dengan pH meter yang terlebih dahulu

dikalibrasi dengan larutan buffer pH 4 dan 7. Hasil pengukuran pH pada sampah

organik domestik adalah 7,6 sedangkan larutan EM4 memiliki pH sebesar 4,5.

Untuk nilai pH pada masing-masing lubang biopori dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Kadar pH Kompos Sampah Organik Domestik

7.68

7.09 7.08 6.93

6.82 6.81 6.80

6.2

6.4

6.6

6.8

7.0

7.2

7.4

7.6

7.8

A B1 B2 B3 B4 B5 B6

pH

Sampel Kompos

Page 60: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

46

Kadar pH tertinggi dimiliki oleh kompos A (kontrol) yaitu 7,68.

Sedangkan kadar pH terendah dimiliki oleh kompos B6 yaitu kompos dengan

konsentrasi EM4 1,6% sebesar 6,80. Namun nilai pH kompos B5 dengan

konsentrasi EM4 1% tidak memiliki perbedaan yang cukup besar dengan kompos

B6, yaitu sebesar 6,81.

Berdasarkan uji statistik Duncan, nilai pH sampel A menunjukkan

perbedaan yang nyata dibandingkan sampel lainnya. Sedangkan nilai pH sampel

lainnya yaitu sampel dengan perbedaan konsentrasi EM4 tidak menunjukkan

perbedaan yang nyata terhadap perubahan pH pada sampel kompos (Lampiran 7).

Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perbedaan antara sampel dengan penambahan

dan tanpa penambahan EM4 terhadap perubahan pH kompos.

Hasil uji kadar pH sampel kompos menunjukkan bahwa semakin tinggi

konsentrasi EM4 kadar pH akan semakin menurun. Hal ini dikarenakan adanya

aktivitas dari bakteri seperti bakteri asam laktat, yang menghasilkan asam organik

seperti asam laktat, asam asetat, atau asam piruvat. Asam organik ini berasal dari

penguraian bahan organik seperti karbohidrat, protein, dan lemak (Suriawiria,

2003). Bakteri asam laktat merupakan salah satu komponen mikroorganisme

terbesar yang terkandung dalam EM4. Semakin besar konsentrasi EM4, semakin

banyak pula bakteri asam laktat yang menyebabkan proses penguraian bahan

organik berlangsung lebih cepat (Fitria, 2008). Hasil ini sesuai dengan penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Dwicaksono et al. (2013) yang menyatakan

bahwa nilai pH menurun seiring dengan penambahan aktivator EM4.

Page 61: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

47

4.2.2 Kandungan C-Organik, N total dan rasio C/N

Kandungan C-Organik

Karbon organik merupakan salah satu unsur hara yang diperlukan tanaman

dalam jumlah banyak dan berfungsi sebagai pembangun bahan organik. Nitrogen

berfungsi sebagai nutrient atau biostimulan. Nitrogen merupakan unsur penyusun

yang penting dalam sintesis protein. Hasil kandungan total C-organik, N total dan

nilai C/N kompos yang dihasilkan dapat dilihat pada Lampiran 2. Total C-organik

dipengaruhi oleh metode penguraian bahan organik, kualitas bahan organik dan

aktifitas mikroorganisme yang terlibat dalam penguraian bahan organik. Gambar

7 menunjukkan hasil analisis kandungan total C organik.

Gambar 7. Kadar C-Organik Kompos Sampah Organik Domestik

Berdasarkan Gambar 7, kadar C-organik tertinggi terdapat pada kontrol

tanpa penambahan EM4 yaitu sebesar 14,32%, sedangkan kadar C-organik

terendah dimiliki oleh kompos B5, kompos dengan konsentrasi EM4 1% sebesar

9,21%. Jika dibandingkan antar sampel, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan

14.32

11.73 11.38 10.43

9.25 9.21 9.86

0

2

4

6

8

10

12

14

16

A B1 B2 B3 B4 B5 B6

Kad

ar C

-org

anik

(%

)

Sampel Kompos

Page 62: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

48

kadar C-organik seiring dengan penambahan EM4 mulai dari kompos B1 sampai

dengan B5, namun pada kompos B6 dengan konsentrasi EM4 1,6% mengalami

kenaikan 0,65% dibandingkan kompos B5. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor

lain diluar LRB, seperti kondisi suhu dan kelembaban tanah yang dapat

mempengaruhi metabolisme dan kerja mikroorganisme pengurai bahan organik

(Ismael, 2013).

Dari hasil penelitian ini, terlihat bahwa nilai kandungan C-organik pada

kompos sampah organik domestik dapat menurun seiring dengan penambahan

konsentrasi EM4 sebagai bioaktivator. Hal ini dikarenakan aktivitas

mikroorganisme dari EM4. Oksidasi senyawa-senyawa yang mengandung total C

organik menggambarkan mekanisme dimana organisme heterotrof memperoleh

energi untuk sintesis. Dibawah kondisi anaerobik karbon organik diubah menjadi

karbon dioksida dan metana (Jenie dan Rahayu, 1993).

(CH2O)x bakteri penghasil asam

xCH3COOH Methanomonas

CH4 + CO2

EM4 terdiri dari kumpulan mikroorganisme yang telah diseleksi untuk

dapat berfungsi sebagai pembenah tanah maupun sumber nutrisi bagi tanaman.

Senyawa-senyawa seperti karbohidrat dan lemak dapat diurai menjadi C-organik

oleh mikroorganisme dari EM4 yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh bakteri

asam laktat sebagai sumber energi dan bila diberikan pada tanah maka akan

menjadi tambahan zat organik tanah yang nantinya akan dimanfaatkan oleh

mikroflora tanah dan memberi efek positif bagi tumbuhan (Adiprakoso, 2012).

Kandungan C-organik dari kompos yang dihasilkan, sampel kompos A 14,32%;

B1 11,73%; B2 11,38%; B3 10,43% dan B6 9,86% memenuhi SNI, dimana

Page 63: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

49

standar kandungan C-organik berdasarkan SNI berkisar antara 9,8% sampai

dengan 32%.

Kandungan N Total

Nitrogen adalah salah satu unsur zat yang sangat dibutuhkan dalam proses

pertumbuhan tanaman yaitu sebagai penyusun protein yang merupakan senyawa

dengan berat molekul tertinggi yang terdiri atas rantai-rantai asam amino yang

terikat dengan ikatan peptide. Nitrogen memegang peranan penting sebagai

penyusun klorofil, sehingga tanaman akan nampak berwarna hijau (Sumekto,

2008). Kadar nitrogen total pada kompos sampah organik domestik dapat dilihat

pada gambar 8.

Gambar 8. Kadar N total Kompos Sampah Organik Domestik

Kompos B4 dengan konsentrasi EM4 0,8% mengalami penurunan kadar

N-total paling banyak yaitu 0,19% dari kadar N-total sampah, sedangkan

penurunan kadar N-total paling sedikit dimiliki oleh kompos A (kontrol) yaitu

0,08% dari kadar N-total sampah. Ketika dibandingkan antar sampel, terjadi

penurunan nilai kadar N total seiring penambahan EM4 sampai dengan kompos

B4 lalu terjadi kenaikan nilai kadar N total pada kompos B5 dan B6. Kenaikan

0.5529

0.4895 0.4748 0.4745 0.4418 0.4546

0.5059

0.0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

A B1 B2 B3 B4 B5 B6

Kad

ar N

to

tal (

%)

Sampel Kompos

Page 64: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

50

nilai kadar N total ini mungkin disebabkan oleh faktor lain dari luar lubang

resapan biopori, seperti kondisi suhu dan kelembaban tanah sekitar LRB yang

dapat mempengaruhi kerja mikroorganisme dalam proses penguraian bahan

organik. Berdasarkan uji statistik Duncan, kadar N-total sampel B6 dengan

konsentrasi EM4 1,6% memiliki perbedaan yang nyata dibandingkan dengan

sampel lainnya (Lampiran 7).

Penurunan nilai kadar N-total kompos ini disebabkan oleh aktivitas

mikroorganisme dimana mikroorganisme selain merombak nitrogen tersebut juga

menggunakannya untuk aktivitas metabolisme hidupnya (Notohadiprawiro, 1999).

Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dwicaksono et

al. (2013) yang menyatakan bahwa penambahan konsentrasi EM4 menurunkan

kadar N total kompos.

Menurut Sutedjo et al. (1991) nitrogen yang diserap oleh akar tanaman

dalam bentuk nitrat (NO3-) dan ammonium (NH4

+), akan tetapi nitrat ini akan

segera tereduksi menjadi ammonium melalui enzim yang mengandung

molibdenum. Apabila unsur nitrogen yang tersedia lebih banyak dari unsur

lainnya maka akan dapat dihasilkan protein lebih banyak. Semakin tinggi

pemberian nitrogen maka semakin cepat sintesis protein yang dilakukan oleh

tanaman. Jenie dan Rahayu (1993) menjelaskan proses dekomposisi protein yang

berlangsung sebagai berikut.

Protein → peptide → asam amino → senyawa ammonium → amonia (NH3)

Selanjutnya ammonia (NH3) akan mengalami nitrifikasi menjadi nitrat (NO3-).

Tahap utama nitrifikasi, bakteri nitrifikasi yaitu Nitrosomonas mengoksidasi

Page 65: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

51

ammonium (NH4+) dan mengubah ammonia menjadi nitrit (NO2

-). Setelah itu

Nitrobacter bertanggung jawab untuk mengoksidasi nitrit menjadi nitrat (NO3-).

Proses konversi nitrit menjadi nitrat sangat penting karena nitrit merupakan racun

bagi kehidupan tanaman. Proses nitrifikasi digambarkan dalam reaksi berikut.

NH3 + 1½O2 Nitrosomonas

NO2- + H2O + H

+

NO2- + ½O2

Nitrobacter NO3

-

Ketika semua proses ini selesai, bentuk organik nitrogen, ammonia, diubah

menjadi bentuk anorganik nitrogen bagi tanaman untuk digunakan. Berdasarkan

nilai kadar N total yang dihasilkan tersebut dapat dilihat bahwa semua sampel

kompos memenuhi kandungan N total menurut SNI 19-7030-2004 yaitu >0,40%.

Kadar C/N

Nilai C/N merupakan kandungan relatif bahan organik (C) terhadap

kandungan nitrogennya. Nilai C/N menunjukkan tingkat kematangan pada proses

penguraian bahan organik (Nengsih, 2002). Nilai C/N kompos yang dihasilkan

ditunjukkan pada Gambar 9.

Gambar 9. Nilai C/N Kompos Sampah Organik Domestik

26.54 24.03 23.99

21.98 20.93 20.26 19.50

0

5

10

15

20

25

30

A B1 B2 B3 B4 B5 B6

Nila

i C/N

Sampel Kompos

Page 66: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

52

Berdasarkan Gambar 9 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan nilai C/N

seiring dengan penambahan konsentrasi EM4. Penurunan tertinggi dimiliki oleh

kompos B6 dengan konsentrasi EM4 1,6% yang penurunannya mencapai 10,01%

dari nilai C/N sampah organik domestik. Berdasarkan uji statistik Duncan,

perbedaan konsentrasi EM4 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap

nilai C/N kompos (Lampiran 7).

Penurunan nilai C/N ini disebabkan oleh penurunan jumlah karbon yang

digunakan mikroorganisme sebagai sumber energi untuk menguraikan material

organik (Widarti et al., 2015). Selain itu dalam proses pengomposan secara

anaerobik terjadi reaksi dimana karbon dalam senyawa organik berubah menjadi

CO2 dan CH4 berupa gas yang juga menyebabkan penurunan jumlah C dalam

bahan (Saraswati, 2006). Hasil yang didapat ini sesuai dengan penelitian

sebelumnya yang dilakukan Yuniwati et al. (2012) yang menyatakan bahwa

penambahan EM4 menurunkan nilai C/N kompos.

Berdasarkan nilai C/N kompos yang dihasilkan, hanya kompos B6 dengan

konsentrasi EM4 1,6% yang memenuhi syarat SNI 19-7030-2004, dengan nilai

C/N sebesar 19,49. Menurut Sutanto (2002), nilai C/N pupuk yang baik adalah

mendekati nilai C/N tanah yaitu 12. Pada nilai ini merupakan kondisi yang paling

baik yang akan mempengaruhi efisiensi pemanfaatan unsur hara.

4.2.3 Kadar P total

Fosfor dalam tanaman berfungsi untuk pembentukan bunga, buah dan biji

serta mempercepat pematangan buah. Penanganan anaerobik fosfat akan

Page 67: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

53

mengalami likuifikasi (pencairan) bahan organik dan senyawa fosfor anorganik

akan dilepaskan dari senyawa organik. Hasil dari unit anaerobik mengandung

senyawa fosfor terlarut dalam konsentrasi kecil. Hidrolisis fosfat yang

terkondensasi menjadi ortofosfat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan

konsentrasi mikroba (Jenie dan Rahayu, 1993). Gambar 10 menunjukkan hasil

analisis kandungan P total kompos sampah organik domestik.

Gambar 10. Kadar P Total Kompos Sampah Organik Domestik

Berdasarkan Gambar 10, penambahan aktivator EM4 memiliki pengaruh

terhadap kadar P total. Semua sampel kompos mengalami peningkatan kadar P

total yang berkisar antara 0,1816-0,3293% dari kadar P total sampah organik.

Peningkatan tertinggi terdapat pada kompos B6 dengan konsentrasi EM4 1,6%.

Sesuai dengan penelitian Dwicaksono et al. (2013) terjadi peningkatan kandungan

P total seiring dengan penambahan aktivator EM4. Hal ini disebabkan oleh

semakin tinggi konsentrasi EM4 maka asam organik yang terbentuk selama proses

penguraian menjadi lebih banyak dan menyebabkan daya larut unsur-unsur hara

0.3376

0.2057

0.2735

0.3127 0.3293 0.3403

0.3534

0.0

0.1

0.2

0.3

0.4

A B1 B2 B3 B4 B5 B6

Kad

ar P

To

tal (

%)

Sampel Kompos

Page 68: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

54

seperti P, Ca, dan K menjadi lebih tinggi, sehingga lebih banyak P tersedia bagi

tanaman (Tim Penelitian Tanah, 1995).

Mikroorganisme sangat memiliki peran penting dalam pembentukan

Fosfor. Senyawa P organik diubah dan dimineralisasi menjadi senyawa organik.

Dari sifat unsur P sebagai bahan organik maka unsur ini memiliki peranan yang

sangat essensial dalam kesuburan tanah dimana asupan nutrisi dari bahan organik

sangat membantu menaikkan kadar unsur hara tanah dalam mencapai intensitas

kesuburan yang optimal (Widarti et al., 2015).

Dari hasil analisa kualitas kompos yang dihasilkan memiliki kandungan P

total berkisar 0,2057-0,3776%. Berdasarkan nilai tersebut semua kompos yang

dihasilkan memenuhi nilai kandungan P total menurut SNI kompos 19-7030-2004

yaitu > 0,10%.

4.2.4 Kadar K Total

Kalium dalam tanaman berperan mempengaruhi penyerapan unsur lain,

perkembangan akar dan daya tahan terhadap penyakit dan kekeringan. Kalium

berfungsi memperkuat tubuh tanaman. Kalium diserap dalam bentuk K+ (terutama

pada tanaman muda). Zat kalium mempunyai sifat mudah larut dan hanyut, selain

itu mudah difiksasi (diserap) dalam tanah (Yenie, 2016). Rata-rata kandungan

kalium pupuk organik cair dapat dilihat dalam Gambar 11.

Page 69: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

55

Gambar 11. Kadar K Total Kompos Sampah Organik Domestik

Berdasarkan Gambar 11, semua sampel kompos mengalami peningkatan

dibandingkan kadar K total sampah organik domestik yang semula sebesar

0,127%. Jika dibandingkan antar sampel, nilai kadar K total mengalami

penurunan seiring dengan penambahan EM4 untuk sampel B1, B2, B3, dan B4,

kemudian mengalami peningkatan yang cukup drastis pada kompos B5 dengan

konsentrasi EM4 1% yaitu sebesar 4,7942%. Peningkatan nilai kadar K total yang

bervariasi ini mungkin disebabkan oleh faktor lain yang berasal dari luar LRB,

seperti kondisi suhu dan kelembaban tanah sekitar LRB yang dapat

mempengaruhi metabolisme dan kerja mikroorganisme pengurai bahan organik

(Ismael, 2013).

Pengikat unsur kalium berasal dari hasil dekomposisi bahan organik oleh

mikroorganisme dalam tumpukan kompos. Bahan kompos yang merupakan bahan

organik segar mengandung kalium dalam bentuk organik kompleks tidak dapat

dimanfaatkan langsung oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Akan tetapi dengan

1.32

3.45

2.4718 2.1808

1.256

4.7942

2.3352

0

1

2

3

4

5

6

A B1 B2 B3 B4 B5 B6

Kad

ar K

To

tal (

%)

Sampel Kompos

Page 70: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

56

adanya aktifitas dekomposisi oleh mikroorganisme maka organik kompleks

tersebut dapat diubah menjadi organik sederhana yang akhirnya menghasilkan

unsur kalium yang dapat diserap tanaman (Widarti et al., 2015). Berdasarkan nilai

kadar K total yang dihasilkan tersebut dapat dilihat bahwa semua sampel kompos

memenuhi kadar K total menurut SNI 19-7030-2004 yaitu lebih dari 0,2%.

4.3 Perbandingan Kualitas antar Kompos

Parameter kualitas dan kandungan unsur hara kompos sampah organik

domestik yang dihasilkan dibandingkan dengan SNI kompos 19-7030-2004 untuk

mengetahui sampel kompos yang paling bagus dan mendekati standar kompos

sesuai SNI (Lampiran 2). Ketujuh parameter kualitas kompos dan lama waktu

pengomposan antar kompos dibandingkan dan disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Perbandingan Kualitas antar Kompos Sampah Organik Domestik Parameter

Sampel

Waktu

Dekomposisi Warna pH C-organik N total C/N P total K total

A (0 mL) 15 hari

● ●

● ●

● ●

B1 (1 mL) 12 hari

B2 (2 mL) 12 hari

B3 (3 mL) 12 hari

B4 (4 mL) 9 hari ●

B5 (5 mL) 9 hari

B6 (8 mL) 9 hari

Keterangan: ●: Tidak sesuai SNI

●: Sesuai SNI

Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa kompos sampah organik

domestik yang paling baik sesuai SNI kompos 19-7030-2004 dimiliki oleh sampel

B6 yaitu kompos dengan konsentrasi EM4 1,6% yang mengalami waktu

dekomposisi selama 9 hari dengan nilai pH 6,80; kadar C-organik 9,86%; kadar N

total 0,5059%; kadar C/N 19,49; kadar P total 0,3534%; kadar K total 2,3352%

Page 71: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

57

dan berwarna coklat kehitaman. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Yuniwati et al. (2012) yang menyatakan bahwa pembuatan

kompos dengan penambahan EM4 terbanyak menghasilkan kompos yang baik.

Hasil ini juga diperkuat dengan uji statistik One Way ANOVA yang

dilanjutkan dengan uji Duncan untuk melihat perbedaan nyata antar sampel

kompos dan nilai optimum dari masing-masing parameter kualitas dan kandungan

unsur hara kompos (Lampiran 7). Berdasarkan uji ANOVA dan Duncan, kompos

B6 dengan konsentrasi EM4 1,6% unggul dalam nilai pH, kadar N total, dan kadar

P total dibandingkan dengan sampel kompos lain.

Page 72: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

58

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

bahwa:

1. Penambahan EM4 berpengaruh terhadap waktu proses dekomposisi. Semakin

banyak penambahan EM4 semakin cepat pula proses dekomposisi sampah

organik. Waktu dekomposisi tercepat terjadi pada sampah organik domestik

dengan konsentrasi EM4 0,8; 1, dan 1,6% yaitu selama 9 hari.

2. Penambahan EM4 berpengaruh terhadap unsur hara kompos. Penambahan

EM4 meningkatkan nilai kadar P dan K total pada kompos, namun

menurunkan nilai C-organik dan N total karena mikroorganisme dalam EM4

membutuhkannya sebagai sumber energi.

3. Kualitas kompos sampah organik domestik yang sesuai dengan SNI kompos

disertai analisa statistik uji Duncan yaitu kompos B6 konsentrasi EM4 1,6%

yang memiliki nilai pH 6,80; kadar C-organik 9,86%; kadar N total 0,5059%;

kadar C/N 19,49; kadar P total 0,3534% dan kadar K total sebesar 2,3352%.

5.2 Saran

Beberapa penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk pembuatan kompos

dari sampah organik domestik, yaitu:

1. Uji kandungan unsur hara lainnya (unsur hara mikro) dari kompos yang

dihasilkan.

Page 73: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

59

2. Uji coba terhadap tanaman pada kompos untuk mengetahui pengaruh

pemberiannya dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

3. Optimasi komposisi campuran sampah organik dengan EM4 dan bahan lain

untuk meningkatkan kandungan kalsium, fosfor, serta mengurangi kadar serat

kasar pada sampah.

Page 74: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

60

DAFTAR PUSTAKA

Adiprakoso D. 2012. Pembuatan Pupuk Organik Cair dan Tepung Pakan Ayam

dari Limbah Tempe Menggunakan Bioaktivator EM4. Konversi Vol. 3 No.

2 , 5-12.

Azwar A. 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Binarupa Aksara.

Badan Standarisasi Nasional. 2004. Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik

Domestik. Jakarta: SNI 19-7030-2004.

Brata K & Nelistya A. 2012. Lubang Resapan Biopori. Bogor: Penebar Swadaya.

Buckman H & NC Brady. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.

Crawford J. 2003. Composting of Agricultural Waste. Biotechnology Applications

and Research Vol. 2 No. 74 , 68-77.

Davis M & Cornwell D. 1991. Introduction Enviromental Engineering. New York:

Mc-Graw-Hill, Inc.

Dewi S, Magdalena, & A Nurmansyah. 2011. Thrips parvispinus Karny pada

Tanaman Cabai Merah; Perbedaan Karakter Morfologi dari Tiga

Ketinggian Tempat. Jurnal Entomologi Indonesia Vol. 8 No. 2 , 85-95.

Diver S. 2006. Aquaponic-integration hydroponic with aquaculture. Retrieved

February 8, 2018, from National Sustaniable Agricultural Information

Service: http://www.attra.ncat.org

Djuarnani N, Kristian, & BS Setiawan. 2008. Cara Cepat Membuat Kompos.

Yogyakarta: Agro Media.

Dwicaksono M, B Suharto, & L Susanawati. 2013. Pengaruh Penambahan

Effective Microorganism pada Limbah Cair Industri Perikanan Terhadap

Kualitas Pupuk Organik Cair. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan ,

7-11.

Eviati & Sulaeman. 2009. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk.

Bogor: Balai Penelitian Tanah.

Fitria Y. 2008. Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Limbah Cair Industri

Perikanan Menggunakan EM4 (Effective Microorganism 4). Skripsi.

Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Formowitz B, E Fritz, O Shuichi, M Torsten, & B Andreas. 2007. The role of

Effective Microorganisms in the Composting of Banana (Musa ssp.)

Residues. Journal of Plant Nutrition and Soil Science , 649-656.

Page 75: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

61

Gaur A. 1983. A Manual of Rural Composting. Rome: n Food and Agricultural

Organization of The United Nation.

Griya. 2008. Mengenal dan Memanfaatkan Lubang Biopori. Jakarta: Aneka Karya.

Harada K. 1995. Chemical Analysis for Antibiotics Used in Agriculture. AOAC

International , 333-406.

Haris A & Gunawan. 1992. Prinsip Dasar Spektrofotometri Atom. Semarang:

Badan Pengelola MIPA-UNDIP.

Higa T & J Parr. 1995. Beneficial and Effective Microorganisms for a Sustainable

Agriculture and Environment. Maryland: Agricultural Research Service

U.S.

Horwitz W. 2000. Official Methods of Analysis AOAC International 17th Ed

Vol.2. Journal of AOAC International Chapter 10 , 11.

Hoston F. 2015. Laporan Kegiatan 2015: Direktorat Jenderal Pengelolaan

Sampah, Limbah, dan Bahan Berbahaya dan Beracun. Retrieved Februari

8, 2018, from www.pslb3.menlhk.go.id

Indriani Y. 2009. Membuat Kompos Secara Kilat. Jakarta: Penebar Swadaya.

Ingle J & Crouch S. 1998. Spectrochemical Analysis. Prentice-Hall International,

Inc , 513-515.

Ismael N. 2013. Peran Lubang Resapan Biopori dalam Sistem Penanganan

Sampah Rumah Tangga. Bandung: Polban Press.

Jenie B & Rahayu. 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Yogyakarta:

Kanisius.

Kementerian Lingkungan Hidup. 2008. Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 18 Tahun 2008. Jakarta.

Khopkar S. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.

Kirchman D. 2000. Microbial Ecology of The Oceans. New York: Wiley-Lis.

Majelis Ulama Indonesia (MUI). 2014. Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor

47 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Sampah untuk Mencegah Kerusakan

Lingkungan. Jakarta.

Menteri Negara Lingkungan Hidup MNLH. 2009. Peraturan Menteri Negara

Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pemanfaatan Air Hujan.

Jakarta.

Metcalf & Eddy. 1991. Wastewater Engineering: Treatment, Disposal, and.

SIngapore: Mc Graw Hill Book Co.

Page 76: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

62

Mulja H & Suharman. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga Press.

Mulyani S. 1994. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nengsih. 2002. Penggunaan EM4 dan GT 1000-WTA dalam Pembuatan Pupuk

Organik Cair dan Padat dari Isi Rumen Limbah Rumah Potong Hewan.

Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Nisandi. 2007. Pengelolaan dan Pemanfaatan Sampah Organik Menjadi Briket

Arang dan Asap Cair. Seminar Nasional Teknologi , 82-89.

Notohadiprawiro T. 1999. Tanah dan Lingkungan. Jakarta: Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Novien A. 2004. Pengaruh Beberapa Jenis Aktivator Terhadap Kecepatan Proses

Pengomposan dan Mutu Kompos dari Sampah Pasar dan Pengaruhnya

Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Caisim (Brassica juncea

L) dan Jagung Semi (Zea mays L). Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Page AL, RH Miller, & DR Keeney. 1982. Methods of Soil Analysis: Chemical

Methods. Wisconsin USA: Publisher Madison.

Purnomo EA, E Sutrisno, & S Sumiyati. 2017. Pengaruh Variasi C/N Rasio

Terhadap Produksi Kompos dan Kandungan Kalium (K), Pospat (P) dari

Batang Pisang dengan Kombinasi Kotoran Sapi dalam Sistem

Vermicomposting. Jurnal Teknik Lingkungan Vol.6 No.2 , 11-25.

Purwendro S. 2006. Mengolah Sampah Untuk Pupuk Pestisida Organik. Jakarta:

Penebar Swadaya.

Rukmana R. 2007. Bertanam Petsai dan Sawi. Yogyakarta: Kanisius.

Saeni. 1989. Kimia Lingkungan. Bogor: IPB Press.

Saraswati. 2006. Organisme Perombak Bahan Organik. Bogor: Balai Besar

Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Pertanian.

Sejati K. 2009. Pengolahan Sampah Terpadu dengan Sistem Node, Sub Point,

Center Point. Yogyakarta: Kanisius.

Sigit. 2013. Pengaruh Bioaktivator Biosca dan EM4 Terhadap Kualitas Pupuk

Organik Cair Rumput Laut Eucheuma cottonii. Seminar Nasional Ke-III:

Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan , 519-524.

Sularno. 2014. Optimisasi Pengomposan Campuran Kulit Kakao Dan Sekam Padi

Dengan Penambahan Berbagai Kotoran Ternak. Lampung: Universitas

Lampung.

Sumekto R. 2006. Pupuk Organik. Klaten: PT Intan Sejati.

Page 77: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

63

Suriawiria U. 2003. Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengolahan Buangan

Secara Biologis. Bandung: PT Alumni.

Sutanto R. 2002. Penerapan Pertanian Organik Pemasyarakatan dan

Pengembangannya. Yogyakarta: Kanisius.

Sutedjo M, Kartasapoetra, & S Sastroatmodjo. 1991. Mikrobiologi Tanah. Jakarta:

Rineka Cipta.

Suyono & Budiman. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.

Tim IPB Biopori. 2009. Biopori Teknologi Tepat Guna Ramah Lingkungan.

Bogor: IPB Press.

Tim Penelitian Tanah. 1995. Proses Dekomposisi Anaerob dalam Tanah. Bogor:

Institut Pertanian Bogor.

Vandecasteele C & C Block. 1993. Modern Method for Trace Element

Determination. London: Jhon Wiley & Sons Inc.

Welz B & Michael. 2005. Atomic Absorption Spectrometry (Ed. Ke-3). New York:

Wiley-Vch.

Widarti BN, KW Wardah, & Edhi S. 2015. Pengaruh Rasio C/N Bahan Baku pada

Pembuatan Kompos dari Kubis dan Kulit Pisang. Jurnal Integrasi Proses

Vol.5 No. 2 , 75-80.

Wididana G. 1996. Teknologi Effective Microorganism. Jakarta: PT Songgolangit

Persada.

Widyastuti S. 2013. Perbandingan Jenis Sampah Terhadap Lama Waktu

Pengomposan Dalam Lubang Resapan Biopori. Jurnal Teknik Waktu Vol.

11 No.1 , 5-14.

Yenie E. 2016. Pengaruh Effective Microorganism 4 (EM4) sebagai Bioaktivator

terhadap Kualitas Kompos Berbahan Dasar Limbah Padat Pabrik Minyak

Kelapa Sawit. Seminar Nasional Teknik Kimia - Teknologi Oleo Petro

Kimia Indonesia , 102-114.

Yuniwati M, F Iskarima, & A Padulemba. 2012. Optimasi Kondisi Proses

Pembuatan Kompos Dari Sampah Organik Dengan Cara Fermentasi

Menggunakan EM4. Jurnal Teknologi Vol.5 No.2 , 172-181.

Yuwono. 2005. Pupuk Organik. Jakarta: Penebar Swadaya.

Page 78: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

64

LAMPIRAN

Lampiran 1. Standar kualitas kompos (SNI 19-7030-2004)

Parameter Satuan Minimum Maksimum

Kadar air % - 50

Temperatur oC suhu air tanah

Warna kehitaman

Bau berbau tanah

Ukuran partikel mm 0,55 25

Kemampuan ikat air % 58 -

pH 6,80 7,49

Bahan asing % * 1,5

Unsur makro

Bahan organik

Nitrogen

Karbon

Fosfor (P2O5)

C/N-rasio

Kalium (K2O)

%

%

%

%

%

27

0,40

9,80

0,10

10

0,20

58

-

32

-

20

*

Unsur mikro

Arsen (As)

Kadmium (Cd)

Kobal (Co)

Kromium (Cr)

Tembaga (Cu)

Merkuri (Hg)

Nikel (Ni)

Timbal (Pb)

Selenium (Se)

Seng (Zn)

mg/kg

mg/kg

mg/kg

mg/kg

mg/kg

mg/kg

mg/kg

mg/kg

mg/kg

mg/kg

*

*

*

*

*

*

*

*

*

*

13

3

34

210

100

0,8

62

150

2

500

Unsur lain

Kalsium (Ca)

Magnesium (Mg)

Besi (Fe)

Alumunium (Al)

Mangan (Mn)

%

%

%

%

%

*

*

*

*

*

25,50

0,60

2,00

2,20

0,10

Keterangan: * Nilainya lebih besar dari minimum atau lebih kecil dari maksimum

Page 79: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

65

Lampiran 2. Data Hasil Penelitian

1. Pengaruh konsentrasi EM4 terhadap suhu sampah domestik selama proses pengomposan

Waktu

Pengomposan Parameter

A

(0 mL)

B1

(1 mL)

B2

(2 mL)

B3

(3 mL)

B4

(4 mL)

B5

(5 mL)

B6

(8 mL)

Hari ke-0 Suhu (oC) 28 27.6 27.6 27.5 28.4 28.5 28.4

Warna

Hijau daun

Hijau daun

Hijau daun

Hijau daun

Hijau daun

Hijau daun

Hijau daun

Hari ke-3 Suhu (oC) 31.1 31.5 31.5 31.5 32.3 32 32.8

Warna Hijau daun Hijau

kekuningan

Hijau

kekuningan

Hijau

kekuningan

Hijau

kekuningan

Hijau

kekuningan

Hijau

kekuningan

Hari ke-6 Suhu (oC) 32.5 32.1 32.4 32.6 34.9 34.7 35.4

Warna Hijau daun Hijau

kekuningan,

bau

menyengat

Hijau

kekuningan,

bau

menyengat

Hijau

kekuningan,

bau

menyengat

Hijau

kekuningan,

bau

menyengat

Hijau

kekuningan,

bau

menyengat

Hijau

kekuningan,

bau

menyengat

Hari ke-9 Suhu (oC) 32.5 33.1 33.3 33.5 32.6 32.6 33.5

Warna Hijau

kehitaman

Hijau

kekuningan,

bau

menyengat

Hijau

kekuningan,

bau

menyengat

Hijau

kekuningan,

bau

menyengat

Hijau

kekuningan,

bau

menyengat

Hijau

kekuningan,

bau

menyengat

Hijau

kekuningan,

bau

menyengat

Page 80: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

66

Waktu

Pengomposan Parameter A B1 B2 B3 B4 B5 B6

Hari ke-12 Suhu (oC) 32.7 32.7 33 33.1 32.1 32 32.2

Warna Hijau

kehitaman

Hijau

kehitaman,

bau

menyengat

berkurang

Hijau

kehitaman,

bau

menyengat

berkurang

Hijau

kehitaman,

bau

menyengat

berkurang

Hijau

kehitaman,

bau

menyengat

berkurang

Hijau

kehitaman,

bau

menyengat

berkurang

Hijau

kehitaman,

bau

menyengat

berkurang

Hari ke-15 Suhu (oC) 33 27.3 27.3 27.5 28.2 28.5 28.4

Warna

Massa

kompos (g) 879.46 776.62 762.88 723.18 698.33 664.37 672.21

Page 81: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

67

2. Perbandingan Kualitas Kompos dengan SNI Kompos

Parameter

Sampel pH

C-organik

(%) N total (%) C/N P total (%) K total (%)

A 7.68

14.32 0.5529 25.90 0.3376

1,32

B1 7.09

11.73 0.4895 23.96 0.2057

3,45

B2 7.08

11.38 0.4748 23.97 0.2735 2,4718

B3 6.93

10.43 0.4745 21.98 0.3127 2,1808

B4 6.82

9.25 0.4418 20.94 0.3293 1,2560

B5 6.81

9.21 0.4546 20.26 0.3403

4,7942

B6 6.80

9.86 0.5059 19.49 0.3534

2,3352

SNI 19-7030-

2004 6.80-7.49 9.8-32 > 0.40 10-20 > 0,10 > 0,20

Page 82: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

68

3. Kandungan N total

Sampel

Kompos

N-org+N-NH4 N-NH4 N-NO3

Blanko

(mL)

sampel

(mL)

massa

sampel

(mg)

Blanko sampel

(mL)

massa

sampel

(mg)

Blanko sampel

(mL)

massa

sampel

(mg)

A` 0.21 3.03 500 0.29 4.18 1000 0.23 2.11 1000

B1` 0.04 2.49 500 0.16 2.67 1000 0.21 1.59 1000

B2` 0.05 2.43 500 0.13 2.54 1000 0.19 1.42 1000

B3` 0.06 2.32 500 0.13 2.39 1000 0.14 1.37 1000

B4` 0.08 2.17 500 0.12 2.3 1000 0.13 1.22 1000

B5` 0.12 2.28 500 0.08 2.28 1000 0.17 1.29 1000

B6` 0.09 2.19 500 0.06 2.19 1000 0.12 1.23 1000

4. Nilai absorbansi P sampel kompos

Sampel Absorbansi

A 0.682

0.649

B1 0.355

0.366

B2 0.499

0.471

B3 0.527

0.560

B4 0.561

0.560

B5 0.570

0.587

B6 0.587

0.597

Sampel

Kompos

N-org+N-NH4 N-NH4 N-NO3

Blanko

(mL)

sampel

(mL)

massa

sampel

(mg)

Blanko sampel

(mL)

massa

sampel

(mg)

Blanko sampel

(mL)

massa

sampel

(mg)

A 0.22 2.21 500 0.24 2.08 1000 0.23 2.21 1000

B1 0.04 2.26 500 0.13 2.67 1000 0.23 1.62 1000

B2 0.04 2.26 500 0.13 2.53 1000 0.17 1.45 1000

B3 0.06 2.32 500 0.12 2.4 1000 0.14 1.34 1000

B4 0.09 2.16 500 0.12 2.32 1000 0.13 1.27 1000

B5 0.09 2.15 500 0.06 2.28 1000 0.12 1.29 1000

B6 0.07 2.27 500 0.07 2.16 1000 0.12 1.93 1000

Page 83: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

69

5. Kadar K total

Page 84: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

70

Page 85: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

71

Page 86: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

72

Lampiran 3. Contoh Perhitungan

1. Konsentrasi EM4

Uraian A B1 B2 B3 B4 B5 B6

Vt (mL) 0 1 2 3 4 5 8

Vp (mL) 500 500 500 500 500 500 500

Konsentrasi

(%) 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,6

Perhitungan:

Page 87: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

73

2. Kadar Air

Uraian Ulangan A B1 B2 B3 B4 B5 B6

W0 (g) 1 41.2718 41.8507 40.8587 41.1406 41.5989 41.1429 41.5974

2 41.8507 41.2718 41.6027 40.987 42.0407 41.899 42.0326

W1, (g) 1 46.2718 46.8507 45.8587 46.1406 46.5989 46.1429 46.5974

2 46.8507 46.2718 46.6027 45.987 47.0407 46.899 47.0326

W2 (g) 1 45.5508 46.1562 45.1452 45.3541 45.7564 45.2759 45.6519

2 46.1077 45.6233 45.9842 45.2345 46.2422 46.028 46.1151

Kadar

Air (%)

1 14.42 13.89 14.27 15.73 16.85 17.34 18.91

2 14.86 12.97 12.37 15.05 15.97 17.42 18.35

Rerata 14.64 13.43 13.42 15.39 16.41 17.38 18.63

Perhitungan:

… pers.(1)

Page 88: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

74

3. Kandungan N total

Sampel

Kompos

N-org+N-NH4 N-NH4 N-NO3

Blanko

(A)

sampel

(A1

massa

sampel

(mg)

Blanko

(B)

sampel

(B1)

massa

sampel

(mg)

Blanko

(C)

sampel

(C1)

massa

sampel

(mg)

A 0.21 3.03 500 0.29 4.18 1000 0.23 2.11 1000

B1` 0.04 2.49 500 0.16 2.67 1000 0.21 1.59 1000

B2` 0.05 2.43 500 0.13 2.54 1000 0.19 1.42 1000

B3` 0.06 2.32 500 0.13 2.39 1000 0.14 1.37 1000

B4` 0.08 2.17 500 0.12 2.3 1000 0.13 1.22 1000

B5` 0.12 2.28 500 0.08 2.28 1000 0.17 1.29 1000

B6` 0.09 2.19 500 0.06 2.19 1000 0.12 1.23 1000

Perhitungan:

Kadar N total A

( ) ( ) ( )

( )

(

)

( ) ( )

( )

(

)

Sampel

Kompos

N-org+N-NH4 N-NH4 N-NO3

Blanko

(A)

sampel

(A1)

massa

sampel

(mg)

Blanko

(B)

sampel

(B1)

massa

sampel

(mg)

Blanko

(C)

sampel

(C1)

massa

sampel

(mg)

A 0.22 2.21 500 0.24 2.08 1000 0.23 2.21 1000

B1 0.04 2.26 500 0.13 2.67 1000 0.23 1.62 1000

B2 0.04 2.26 500 0.13 2.53 1000 0.17 1.45 1000

B3 0.06 2.32 500 0.12 2.4 1000 0.14 1.34 1000

B4 0.09 2.16 500 0.12 2.32 1000 0.13 1.27 1000

B5 0.09 2.15 500 0.06 2.28 1000 0.12 1.29 1000

B6 0.07 2.07 500 0.07 2.16 1000 0.12 1.03 1000

Page 89: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

75

( ) ( )

( )

(

)

Kadar N-organik (%) = (kadar N-organik dan N-NH4) – kadar N-NH4

Kadar N-total (%) = kadar N-organik + kadar N-NH4 + kadar N-NO3

( )

Page 90: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

76

4. Kandungan P Total

Uraian Ulangan A B1 B2 B3 B4 B5 B6

Nilai x 1 10.116 5.377 7.464 7.869 8.362 8.493 8.739

2 9.638 5.536 7.058 8.348 8.507 8.739 8.884

V ekstrak A

(ml)

1 50 50 50 50 50 50 50

2 50 50 50 50 50 50 50

W sampel

(mg)

1 500 500 500 500 500 500 500

2 500 500 500 500 500 500 500

Kadar Air

(%)

1 14.42 13.89 14.27 15.73 16.85 17.34 18.91

2 14.86 12.97 12.37 15.05 15.97 17.42 18.35

Kadar P

total (%)

1 0.3857 0.2038 0.2841 0.3047 0.3282 0.3353 0.3517

2 0.3694 0.2076 0.2628 0.3207 0.3304 0.3453 0.3551

Rerata 0.3776 0.2057 0.2735 0.3127 0.3293 0.3403 0.3534

Perhitungan:

( )

Page 91: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

77

Lampiran 4. Kurva Pengukuran Larutan Standar P

Konsentrasi Absorbansi

0 0

2 0.107

4 0.254

6 0.399

8 0.541

10 0.680

y = 0.0692x - 0.016 R² = 0.9983

0

0.2

0.4

0.6

0.8

0 2 4 6 8 10 12

Ab

sorb

ansi

Konsentrasi (ppm)

Kurva Standar P

Absorbansi

Linear (Absorbansi)

Page 92: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

78

Lampiran 5. Kurva Pengukuran Larutan Standar K

1. Kurva Pengukuran Larutan Standar K (Uji sampel A dan B1)

Page 93: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

79

2. Kurva Pengukuran Larutan Standar K (Uji sampel B2 dan B3)

Page 94: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

80

3. Kurva Pengukuran Larutan Standar K (Uji sampel B4, B5 dan B6)

Page 95: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

81

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian

Pembuatan Lubang Biopori

Hasil Kompos Sampah Organik Setelah 14 hari Pengomposan

Page 96: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan
Page 97: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

83

Lampiran 7. Data Uji Statistik Ibm SPSS 22.0

1. Uji Oneway Anova

ANOVA

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

pH Between Groups 1.156 6 .193 13.970 .001

Within Groups .097 7 .014

Total 1.253 13

C-organik Between Groups 38.989 6 6.498 9.123 .005

Within Groups 4.986 7 .712

Total 43.975 13

N total Between Groups .016 6 .003 2.009 .191

Within Groups .009 7 .001

Total .026 13

C/N Between Groups 75.092 6 12.515 1.190 .408

Within Groups 73.600 7 10.514

Total 148.692 13

P total Between Groups .040 6 .007 83.895 .000

Within Groups .001 7 .000

Total .040 13

K total Between Groups 18.498 6 3.083 406.806 .000

Within Groups .053 7 .008

Total 18.551 13

H0: Rata-rata parameter pada ketujuh perlakuan (perbedaan konsentrasi EM4)

tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.

H1: Rata-rata parameter pada ketujuh perlakuan (perbedaan konsentrasi EM4)

menunjukkan perbedaan yang nyata.

Keputusan: Nilai signifikansi pada penetapan pH, kadar C-organik, kadar P total

dan kadar K total masing-masing sebesar 0,001; 0,005; 0,000; dan 0,000

menunjukkan bahwa nilai P(P-value)<0,05 dengan taraf nyata 0.05 pada selang

Page 98: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

84

kepercayaan 95% yang berarti H0 ditolak sehingga data keempat parameter

tersebut memiliki nilai varian yang berbeda. Karena hasil uji Anova menunjukan

adanya perbedaan yang bermakna, maka uji selanjutnya adalah uji lanjut Duncan.

2. Uji Lanjut Duncan (Penetapan pH)

pH

Duncana

Sampel N

Subset for alpha = 0.05

1 2

B6 2 6.8000

B5 2 6.8100

B4 2 6.8200

B3 2 6.9250

B2 2 7.0750

B1 2 7.0900

A 2 7.6750

Sig. .056 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.

Pada hasil uji Duncan menunjukkan sampel berada pada 2 kolom subset

yang berbeda. Kolom tersebut memiliki perbedaan yang signifikan. Untuk

penetapan pH, diambil nilai rata-rata terkecil (kolom subset 1). Selanjutnya,

diambil kesimpulan terbaik bahwa kompos B6 yang memiliki nilai optimum

karena pada nilai rata-rata terkecil pada kolom subset yang sama.

Page 99: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

85

3. Uji Lanjut Duncan (Kadar C-organik)

C-organik

Duncana

Sampel N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

B5 2 9.2100

B4 2 9.2500

B6 2 9.8600 9.8600

B3 2 10.4300 10.4300

B2 2 11.3800

B1 2 11.7300

A 2 14.3200

Sig. .213 .075 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.

Pada hasil uji Duncan menunjukkan sampel berada pada 3 kolom subset

yang berbeda. Kolom tersebut memiliki perbedaan yang signifikan. Untuk kadar

C-organik, berdasarkan SNI 19-7030-2004 standar C-organik berada pada 9,8-

32% sehingga nilainya diambil nilai rata-rata terbesar pada kolom subset 2.

Selanjutnya, diambil kesimpulan terbaik bahwa kompos B1 yang memiliki nilai

optimum karena pada nilai rata-rata terbesar pada kolom subset yang sama.

Page 100: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

86

4. Uji Lanjut Duncan (Kadar N total)

N total

Duncana

Sampel N

Subset for alpha = 0.05

1 2

B4 2 .4418

B5 2 .4546

B3 2 .4745 .4745

B2 2 .4748 .4748

B1 2 .4895 .4895

B6 2 .5058 .5058

A 2 .5529

Sig. .145 .085

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.

Pada hasil uji Duncan menunjukkan sampel berada pada 2 kolom subset

yang berbeda. Kolom tersebut memiliki perbedaan yang signifikan. Untuk kadar

N total, diambil nilai rata-rata terbesar (kolom subset 2). Kompos A memiliki nilai

rata-rata terbesar tetapi karena A merupakan kontrol tanpa penambahan EM4,

diambil kesimpulan terbaik bahwa kompos B6 yang memiliki nilai optimum

karena pada nilai rata-rata terbesar pada kolom subset yang sama.

Page 101: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

87

5. Uji Lanjut Duncan (Nilai C/N)

C/N

Duncana

Sampel N

Subset for alpha

= 0.05

1

B6 2 19.5024

B5 2 20.2640

B4 2 20.9380

B3 2 21.9816

B2 2 23.9919

B1 2 24.0296

A 2 26.5369

Sig. .084

Means for groups in homogeneous

subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size =

2.000.

Untuk nilai C/N pada uji Oneway Anova terdapat nilai P(P-value) = 0,408

pada selang kepercayaan 95% dengan taraf nyata 0.05 yang berarti H0 diterima

yaitu rata-rata nilai C/N pada ketujuh perlakuan tidak menunjukkan perbedaan

yang nyata.

Page 102: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

88

6. Uji Lanjut Duncan (Kadar P total)

P total

Duncana

Sampel N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 5 6

B1 2 .2057

B2 2 .2734

B3 2 .3127

B4 2 .3293 .3293

B5 2 .3403 .3403

B6 2 .3534

A 2 .3776

Sig. 1.000 1.000 .104 .256 .184 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.

Pada hasil uji Duncan menunjukkan sampel berada pada 6 kolom subset

yang berbeda. Kolom tersebut memiliki perbedaan yang signifikan. Untuk kadar P

total, diambil nilai rata-rata terbesar dari sampel dengan penambahan EM4 (kolom

subset 5). Selanjutnya, diambil kesimpulan terbaik bahwa kompos B6 yang

memiliki nilai optimum karena pada nilai rata-rata terbesar pada kolom subset

yang sama.

Page 103: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

89

7. Uji lanjut Duncan (kadar K total)

K total

Duncana

Sampel N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 5

B4 2 1.2550

A 2 1.3200

B3 2 2.1800

B6 2 2.3350 2.3350

B2 2 2.4150

B1 2 3.4550

B5 2 4.7950

Sig. .480 .118 .389 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.

Pada hasil uji Duncan menunjukkan sampel berada pada 5 kolom subset

yang berbeda. Kolom tersebut memiliki perbedaan yang signifikan. Untuk kadar

K total, diambil nilai rata-rata terbesar (kolom subset 5). Selanjutnya, diambil

kesimpulan terbaik bahwa kompos B5 yang memiliki nilai optimum karena pada

nilai rata-rata terbesar pada kolom subset 5.

Page 104: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

90

BIODATA MAHASISWA

IDENTITAS PRIBADI

Nama Lengkap : Khilda Nur Laila

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 9 Juli 1994

NIM : 1112096000035

Anak ke- : 2 dari 3 bersaudara

Alamat Rumah : Perumahan Eko Damai Mandiri Blok B

No. 6 RT 022/RW 03 Cibogo, Cisauk,

Tangerang, 15344.

Telp/HP : 087887283308/085215151705

Email : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

Sekolah Dasar : SDN 1 Cilenggang Lulus tahun 2006

Sekolah Menengah Pertama : SMPN 1 Tangerang Selatan Lulus tahun 2009

SLTA/SMK : SMAN 28 Kab. Tangerang Lulus tahun 2012

Perguruan Tinggi : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Masuk tahun 2012

PENGALAMAN ORGANISASI

1. Himpunan Mahasiswa Kimia : Staf Ahli Departemen Kerohanian Islam

(2013-2014)

PENGALAMAN KERJA

1. Praktek Kerja Lapangan : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia – Pusat

Penelitian Kimia Serpong, Tahun 2015

Judul: Sintesis Dimer O-Fenilendiamina

Menggunakan Enzim Peroksidase

Sawi Hijau (Brassica juncea L.)

Page 105: OPTIMASI KOMPOS SAMPAH ORGANIK DALAM BIOPORI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/47643/1/KHILDA NUR... · optimasi kompos sampah organik dalam biopori menggunakan

91

2. Pengajar di Bilingual Edukasi : Jl. Kelapa Gading Selatan Ruko New Jasmine

Blok HA 1 No. 36-37, Pakulonan Barat,

Kelapa Dua, Tangerang, 15810

Tahun 2017-2018

SEMINAR/LOKAKARYA

1. Seminar Safety and Security Laboratory : September 2012

2. Seminar Nasional Biokimia : Mei 2014

*Keterangan Tambahan:

………………………………………………………………………

………………………………………………………………………

………………………………………………………………………