optimalisasikinerjakejatisultra

3
OPTIMALISASI KINERJA KEJATI DI SULTRA A. Latar Belakang Masalah Kinerja organisasi merupakan hasil capaian dari aktivitas organisasi. Bentuk dan tujuan dari organisasi cukup beragam. Organisasi yang berorientasi non profit pada umumnya mengutamakan jasa dan dilaksanakan oleh pemerintah. Tujuan dari organisasi pemerintahan adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat, namun demikian pelayanan itu tidak terlaksana dengan sendirinya tanpa ada sentuhan dari sumber daya manusia yang potensial. Sumber daya manusia yang potensial dalam banyak hal adalah sumber daya manusia yang mampu dan berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan. Tidak semua semua sumber daya manusia dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik, baik tidak jarang terjadi konflik antara tuntutan pekerjaan dengan kemampuan sumber daya manusia itu sendiri. Kemampuan melaksanakan suatu pekerjaan hingga selesai tidak lepas dari kualitas sumber daya manusia. Penggunan sumber daya manusia dari sisi kualitas dapat menjadi sorotan penting ketika yang diharapkan adalah hasil kerja yang berkualitas dalam artian bahwa pekerja yang digunakan dalam pelaksanaan tugas harus dalam melaksanakan tugas tersebut dengan penuh tanggung jawab. Tanggung jawab seorang kepada pekerjaan menunjukkan pengabdian diri yang erat kaitannya dengan karier dan kinerja sehingga akan memberikan dorongan untuk menghasilkan prestasi kerja. Setiap pekerja memiliki harapan untuk menyelesaikan pekerjaan yang baik tetapi harapan tersebut pada kenyataannya hasil yang dicapai tidak sesuai dengan harapan tersebut Pencapaian tujuan merupakan bagian penting dari kinerja organisasi selain kualitas sumber daya manusia (Mangkunegara, 2002). Tujuan yang ada pada organisasi pemerintahan adalah tujuan sosial yang pada intinya adalah pelayanan publik. Optimalisasi dalam pelayanan publik membutuhkan adanya kebersamaan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab terhadap pekerjaan. George (2000) memberikan kontribusi optimalisasi kerja pada organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki baik aspek fisik maupun non fisik. Aspel fisik berkaitan dengan tujuan-tujuan linear dalam organisasi seperti penyediaan fasilitas kerja sementara aspek non fisik berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia yang harus mampu memahami dan fleksibel terhadap tuntutan perubahan baik internal maupun eksternal organisasi. Kejaksaan Tingga merupakan salah satu organsasi pemerintahan yang memiliki tugas pokok dan fungsi yang kokoh dalam rangka penegakan supermasi hukum. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab tentunya berada pada aparatur kejaksaan. Optimalisasi kinerja dalam kejaksaan tinggi adalah pencapaian upaya penyelesaian perkara secara efektif dan efisien (Mulyadi, 2000). Berkaitan dengan upaya optimalisasi kinerja dalam lingkup Kejaksaan Tinggi, maka diharapkan adanya kebersamaan dalam menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab, namun demikian upaya optimalisasi bukan pekerjaan mudah. Hal yang sangat berpengaruh adalah sikap dan perilaku pegawai, kemudian kemampuan kerja, pengalaman dan pengetahuan sering membuat pegawai tidak dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik. Optimalisasi menurut Robertson (1998) adalah gairah kerja yang ditingkatkan dengan pengembangan diri dan penggunaan fasilitas kerja. Dikatakan bawah pegawan akan berkualitas jika fasilitas kerja tersedia digunakan. Hal ini berlaku untuk semua organisasi kerja termasuk Kejaksaan Tinggi sedangkan yang membedakan adalah tugas pokok dan fungsi dari masing- masing organisasi.

Upload: jacob-breemer

Post on 25-Jul-2015

245 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Optimalisasikinerjakejatisultra

OPTIMALISASI KINERJA KEJATI DI SULTRA

A. Latar Belakang MasalahKinerja organisasi merupakan hasil capaian dari aktivitas organisasi. Bentuk dan tujuan

dari organisasi cukup beragam. Organisasi yang berorientasi non profit pada umumnya mengutamakan jasa dan dilaksanakan oleh pemerintah. Tujuan dari organisasi pemerintahan adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat, namun demikian pelayanan itu tidak terlaksana dengan sendirinya tanpa ada sentuhan dari sumber daya manusia yang potensial.

Sumber daya manusia yang potensial dalam banyak hal adalah sumber daya manusia yang mampu dan berpengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan. Tidak semua semua sumber daya manusia dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik, baik tidak jarang terjadi konflik antara tuntutan pekerjaan dengan kemampuan sumber daya manusia itu sendiri.

Kemampuan melaksanakan suatu pekerjaan hingga selesai tidak lepas dari kualitas sumber daya manusia. Penggunan sumber daya manusia dari sisi kualitas dapat menjadi sorotan penting ketika yang diharapkan adalah hasil kerja yang berkualitas dalam artian bahwa pekerja yang digunakan dalam pelaksanaan tugas harus dalam melaksanakan tugas tersebut dengan penuh tanggung jawab.

Tanggung jawab seorang kepada pekerjaan menunjukkan pengabdian diri yang erat kaitannya dengan karier dan kinerja sehingga akan memberikan dorongan untuk menghasilkan prestasi kerja. Setiap pekerja memiliki harapan untuk menyelesaikan pekerjaan yang baik tetapi harapan tersebut pada kenyataannya hasil yang dicapai tidak sesuai dengan harapan tersebut Pencapaian tujuan merupakan bagian penting dari kinerja organisasi selain kualitas sumber daya manusia (Mangkunegara, 2002).

Tujuan yang ada pada organisasi pemerintahan adalah tujuan sosial yang pada intinya adalah pelayanan publik. Optimalisasi dalam pelayanan publik membutuhkan adanya kebersamaan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab terhadap pekerjaan. George (2000) memberikan kontribusi optimalisasi kerja pada organisasi melalui pemanfaatan sumber daya yang dimiliki baik aspek fisik maupun non fisik. Aspel fisik berkaitan dengan tujuan-tujuan linear dalam organisasi seperti penyediaan fasilitas kerja sementara aspek non fisik berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia yang harus mampu memahami dan fleksibel terhadap tuntutan perubahan baik internal maupun eksternal organisasi.

Kejaksaan Tingga merupakan salah satu organsasi pemerintahan yang memiliki tugas pokok dan fungsi yang kokoh dalam rangka penegakan supermasi hukum. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab tentunya berada pada aparatur kejaksaan. Optimalisasi kinerja dalam kejaksaan tinggi adalah pencapaian upaya penyelesaian perkara secara efektif dan efisien (Mulyadi, 2000).

Berkaitan dengan upaya optimalisasi kinerja dalam lingkup Kejaksaan Tinggi, maka diharapkan adanya kebersamaan dalam menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab, namun demikian upaya optimalisasi bukan pekerjaan mudah. Hal yang sangat berpengaruh adalah sikap dan perilaku pegawai, kemudian kemampuan kerja, pengalaman dan pengetahuan sering membuat pegawai tidak dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik.

Optimalisasi menurut Robertson (1998) adalah gairah kerja yang ditingkatkan dengan pengembangan diri dan penggunaan fasilitas kerja. Dikatakan bawah pegawan akan berkualitas jika fasilitas kerja tersedia digunakan. Hal ini berlaku untuk semua organisasi kerja termasuk Kejaksaan Tinggi sedangkan yang membedakan adalah tugas pokok dan fungsi dari masing-masing organisasi.

Page 2: Optimalisasikinerjakejatisultra

Optimaslisasi sumber daya manusia pada Kejaksaan Tinggi telah diimplementasikan melalui kegiatan-kegiatan pendidikan dan pelatihan kerja baik internal maupun eksternal yang berkaitan dengan tujuan kerja. Sumber daya manusia yang sangat berpengaruh adalah jaksa. Setiap jaksa memiliki otoritas tanggung jawab yang telah ditetapkan. Jaksa diberikan wewenang untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab di wilayah kerja masing-masing.

Tugas-tugas seorang jaksa untuk menyelesaikan perkara atau masalah tidak lepas dari kemampuan dan pengalaman jaksa terhadap berbagai masalah yang dihadapinya. Selain itu pendidikan dan keterampilan menjadi bagian penting lainnya yang kemudian memberikan dorongan untuk seorang jaksa dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik.

Jaksa yang ada di wilayah kerja Kejaksanaan Tinggi Sulawesi Tenggara memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama seperti jaksa yang ada di Kejaksanaan Tinggi lainnya di Indonesi. Kemampuan seorang jaksa menghadapi permasalahan dan menyelesaikannya membutuhkan waktu yang relatif lama. Disisi lain permasalahan yang harus diselesaikan seorang jaksa setiap saat bertambah. Salah satu sisinya adalah banyaknya permasalahan di dalam masyarakat yang tertunda penyelesaiannya sebagai akibat kurangnya tenaga jaksa yang mampu menghadap pekerjaan dan permasalahan yang harus diselesaikan tersebut. Optimalisasi sumber daya manusia pada Kejaksaan Tinggi selama ini hanya dilakukan oleh pendidikan kekhususan dan apabila dikaitkan dengan permasalahan yang harus diselesaikan, terkadang masih sangat jauh dari harapan dan akibatnya sebagian jaksa menggunakan pengalaman kerjanya untuk menghadapi setiap pemasaralah tersebut.

Kejaksanaan Tinggi Kendari merupakan salah satu organisasi kerja yang ditunjang oleh jaksa-jaksa yang profesional dalam menghadapi setiap permasalahan. Permasalahan yang bersifat umum diselesaikan langsung oleh jaksa-jaksa yang ada di masing-masing kejaksaan negeri. Sementara itu permasalahan pidana yang bersifat khusus diselesaikan oleh Kejaksanaan tinggi Sulawesi Tenggara. Jumlah satuan kerja kejaksaan tinggi yang ada di daerah yaitu kejaksanaan negeri sebanyak 9 kejaksaan yang masing-masing Kejaksaan Negeri Kendari, Kejaksaan Negeri Bau-Bau, Kejaksaan Negeri Kolaka, Kejaksaan Negeri Raha, Kejaksaan Negeri Wangi-Wangi, Kejaksaan Negeri Pasar Wajo, Kejaksaan Negeri Unaaha, Kejaksaan Negeri Lasusua dan Kejaksaan Negeri Andoolo.

Pelaksanaan pekerjaan pada kejaksaan diatur dari kejaksaan tinggi pusat di Jakarta dan diteruskan ke kejaksaan tinggi di daerah-daerah serta satuan kerjanya dalam kapasitas yang sama, namun terkadang pelayanan sumber daya manusia pada kejaksaan tinggi dihadapkan dengan kemampuan dan pengalaman serta pendidikan dan latihan yang menunjang karier jaksa dalam pelaksanaan tugasnya.

Frnomena ini terlihat pada penyelesaikan kasus-kasus yang harus diselesaian dalam waktu yang relatif lama oleh karena minimnya pengetahuan dan pengalaman yang pada gilirannya ditangani oleh jaksa senior. Senioritas jaksa juga ditentukan oleh kemampuan dan kematangan diri dalam menghadap kasus-kasus pidana yang dihadapi.

Beranjak dari fenomena tersebut, maka diperlukan adalah optimalisasi sumber daya manusia pada kajaksanaan tinggi. Optimalisasi tersebut membutuhkan adanya kerja sama yang sinergi antara pusat dan daerah dalam lingkup kejaksaan tinggi Kegiatan-kegiatan dalam rangka optimalisasi sumber daya manusia adalah program pendidikan dan pelatihan tetapi waktu yang digunakan untuk kegiatan tersebut relatif pendek yakni 6 bulan. Bagi kejaksaan hal ini telah efektf tetapi bagi sumber daya manusia di kejaksaan, waktu pendidikan dan pelatihan tersebut sangat singat. Hal ini belum dapat memberikan efek berubah bagi seorang jaksa dalam memperoleh pengetahuan sebagai penunjang pelaksanaan tugas, tetapi kenyataannya demikian

Page 3: Optimalisasikinerjakejatisultra

sehingga banyak jaksa yang harus didampingi dalam menyelesaikan perkara pidana dan ada juga sebagian jaksa yang diikutkan dalam pendampingan kerja.