opsi-opsi dalam reorganisasi atau restrukturisasi perusahaan - catatan atas perubahan modal saham

28
www.futurumcorfinan.com Page 1 Opsi-Opsi dalam Reorganisasi atau Restrukturisasi Perusahaan: Catatan atas Perubahan Modal Saham Pendahuluan Kata “Restrukturisasi” atau “Reorganisasi” pada intinya menyiratkan adanya “perubahan” dalam struktur (atau bentuk hubungan) perusahaan, bisa internal dalam organisasi perusahaan, atau eksternal terkait perusahaan dengan pihak eksternal perusahaan. Namun pada intinya, perubahan itu dimaksudkan guna memungkinkan perusahaan beradaptasi lebih baik dengan perubahan yang terjadi di luar perusahaan. Lingkungan eksternal perusahaan sendiri terdiri begitu banyak kekuatan yang jelas-jelas membawa pengaruh kepada bagaimana perusahaan menjalankan bisnisnya dan bagaimana menyusun ulang struktur keuangan (financial structure) guna menghadapi dan/atau mengantisipasi perubahan kekuatan di luar perusahaan. Sukarnen & Muhammad Putrawal DILARANG MENG-COPY, MENYALIN, ATAU MENDISTRIBUSIKAN SEBAGIAN ATAU SELURUH TULISAN INI TANPA PERSETUJUAN TERTULIS DARI PENULIS Untuk pertanyaan atau komentar bisa diposting melalui website www.futurumcorfinan.com

Upload: futurum2

Post on 09-Jan-2017

406 views

Category:

Economy & Finance


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Opsi-opsi dalam reorganisasi atau restrukturisasi perusahaan - catatan atas perubahan modal saham

www.futurumcorfinan.com

Page 1

Opsi-Opsi dalam Reorganisasi atau Restrukturisasi

Perusahaan: Catatan atas Perubahan Modal Saham

Pendahuluan

Kata “Restrukturisasi” atau “Reorganisasi” pada intinya menyiratkan adanya “perubahan” dalam

struktur (atau bentuk hubungan) perusahaan, bisa internal dalam organisasi perusahaan, atau

eksternal terkait perusahaan dengan pihak eksternal perusahaan.

Namun pada intinya, perubahan itu dimaksudkan guna memungkinkan perusahaan beradaptasi

lebih baik dengan perubahan yang terjadi di luar perusahaan.

Lingkungan eksternal perusahaan sendiri terdiri begitu banyak kekuatan yang jelas-jelas

membawa pengaruh kepada bagaimana perusahaan menjalankan bisnisnya dan bagaimana

menyusun ulang struktur keuangan (financial structure) guna menghadapi dan/atau

mengantisipasi perubahan kekuatan di luar perusahaan.

Sukarnen & Muhammad Putrawal

DILARANG MENG-COPY, MENYALIN,

ATAU MENDISTRIBUSIKAN

SEBAGIAN ATAU SELURUH TULISAN

INI TANPA PERSETUJUAN TERTULIS

DARI PENULIS

Untuk pertanyaan atau komentar bisa

diposting melalui website

www.futurumcorfinan.com

Page 2: Opsi-opsi dalam reorganisasi atau restrukturisasi perusahaan - catatan atas perubahan modal saham

www.futurumcorfinan.com

Page 2

Kata “perubahan” tersebut di atas sendiri bisa berarti apa saja, yaitu apakah menyangkut:

Perubahan dalam struktur komposisi pemegang saham, misalnya terdapat perubahan

persentase kepemilikan saham antara 1 (satu) pemegang saham dengan pemegang

saham lainnya yang sudah ada, atau hadirnya pemegang saham yang baru.

Perubahan dalam struktur keuangan.

Perubahan dalam organisasi internal perusahaan, misalnya penyusunan ulang

departmen, fungsi dan tugas dari masing-masing divisi, atau bahkan bisa juga teknis

metode produksi, atau kebijakan personalia.

Pihak-pihak di luar perusahaan dapat digambarkan di bawah ini1:

1 Easton, Peter D; John J. Wild; Robert F. Halsey dan Mary Lea McAnally. Financial Accounting for

MBAs. Edisi keenam. Cambridge Business Publishers, LLC. 2015. Modul 1: Financial Accounting for MBAs. Halaman I-21.

Page 3: Opsi-opsi dalam reorganisasi atau restrukturisasi perusahaan - catatan atas perubahan modal saham

www.futurumcorfinan.com

Page 3

Jack Welch, mantan Chief Executive Officer General Electric, pernah mengatakan bahwa:

Pembatasan Pembahasan

Dalam tulisan ini restrukturisasi lebih diartikan sebagai perubahan formal dan bersifat substantif

terkait struktur keuangan perusahaan yang mengakibatkan hubungan/relasi perusahaan

dengan pihak pemegang saham mengalami perubahan.

Pembahasan

Terkait struktur keuangan, perlu dibedakan dengan struktur kapital (capital structure),

sebagaimana ditunjukkan dari neraca atau laporan posisi keuangan di bawah ini2:

2 Keown, Arthur J.; John D. Martin; dan J. William Petty. Foundations of Finance: The Logic and Practice

of Financial Management. Edisi kedelapan. New Jersey (USA): Pearson Education, Inc. 2014. Bab 12:

Determining the Financing Mix. Halaman 394.

Page 4: Opsi-opsi dalam reorganisasi atau restrukturisasi perusahaan - catatan atas perubahan modal saham

www.futurumcorfinan.com

Page 4

Tampak dari pembedaan di atas, bahwa struktur keuangan mencakup seluruh sisi kredit neraca

perusahaan, yang praktis merupakan sumber pembiayaan aset perusahaan. Sumber

pembiayaan perusahaan sendiri selanjutnya dapat dibedakan antara

Sumber keuangan yang dikenakan tingkat bunga (eksplisit atau implisit)

Sumber keuangan yang tidak dikenakan tingkat bunga

Sebagaimana ditunjukkan di bawah ini, saham preferen (lihat penjelasan lebih lanjut terkait

saham preferen dalam Apendiks tulisan ini) dan saham biasa (common stock) termasuk dalam

kelompok sumber keuangan yang dikenakan tingkat bunga.

Page 5: Opsi-opsi dalam reorganisasi atau restrukturisasi perusahaan - catatan atas perubahan modal saham

www.futurumcorfinan.com

Page 5

Pemegang saham preferen pada umumnya tidak memiliki hak suara (voting rights), dan

sebagai kompensasinya, mereka akan meminta “dividen” tertentu setiap tahun, dimana dividen

ini dapat diartikan sebagai kewajiban “bunga” atas fasilitas hutang yang diperoleh perusahaan.

Jumlah dividen setiap tahun atas saham preferen dapat ditetapkan atau disepakati sekian

persentase dari jumlah nominal atau besarnya setoran modal saham preferen.

Contoh saham preferen3:

3 Sumber : http://www.mahadananews.com/bisnis-keuangan/berita-bisnis/bisnis/13953-sharp-

kemungkinan-pangkas-modal-terbitkan-saham-preferen diakses tanggal 21 Juni 2015

Page 6: Opsi-opsi dalam reorganisasi atau restrukturisasi perusahaan - catatan atas perubahan modal saham

www.futurumcorfinan.com

Page 6

Kembali ke restrukturisasi yang menjadi pembahasan di sini, hanya terkait hubungan/relasi

antara perusahaan dengan pihak pemegang saham. Perubahan dalam struktur keuangan

perusahaan dapat mengakibatkan perubahan juga pada hak-hak [legal] pihak pemegang

saham.

Ada 2 (dua) kategori yang masuk dalam pembahasan di sini:

Perubahan modal saham (changes of capital stock)

Penurunan modal saham (reduction of capital stock)

Restrukturisasi tertentu misalnya revaluasi aset perusahaan atau berupa penjualan aset

perusahaan kepada pihak eksternal atau bahkan kepada salah satu atau beberapa pihak

pemegang saham perusahaan pada umumnya tidak serta merta mengakibatkan perubahan

pada hak-hak [legal] pihak pemegang saham. Artinya transaksi atau kejadian (events) yang

mengakibatkan perubahan pada akun-akun dalam laporan keuangan perusahaan belum tentu

akan mengakibatkan perubahan pada hak-hak [legal] pihak pemegang saham, atau sifat

hubungan perusahaan dengan pihak pemegang saham.

Namun demikian, transaksi atau kejadian restrukturisasi berupa perubahan modal saham yang

dibahas di sini, walaupun pada umumnya tidak sering terjadi, atau frekuensi terjadinya rendah

dalam perjalanan hidup suatu perusahaan, akan membawa konsekuensi pada perubahan

hubungan perusahaan dengan pihak pemegang saham, atau bahkan perubahan pada hak-hak

[legal] pemegang saham.

Pembahasan Pertama: Perubahan pada Modal Saham

Terkait perubahan pada modal saham, terdapat beberapa opsi yang dapat dipertimbangkan:

Konversi modal saham biasa (common stock) menjadi modal saham preferen

(preference stock).

Konversi modal saham preferen menjadi modal saham biasa.

Pemecahan saham baik terkait lembar saham menjadi lebih banyak atau lebih sedikit

yang akan diikuti juga perubahan harga per lembar saham (stock split atau reverse

stock split).

Memunculkan beberapa kelompok (class type) hak [legal] pihak pemegang saham, dari

semula satu kelompok menjadi lebih dari satu kelompok.

Membatalkan atau menyederhanakan kelompok hak [legal] pihak pemegang saham.

Page 7: Opsi-opsi dalam reorganisasi atau restrukturisasi perusahaan - catatan atas perubahan modal saham

www.futurumcorfinan.com

Page 7

Opsi konversi modal saham biasa menjadi modal saham preferen dan sebaliknya, dapat kita

temukan dalam berita-berita bisnis, misalnya4:

Adanya konversi modal saham biasa menjadi modal saham preferen, dan sebaliknya, dapat

memberikan dampak pada hak-hak [legal atau kepemilikan] pihak pemegang saham atas

dividen dan juga tingkat pengembalian modal pada saat terjadinya likuidasi perusahaan.

4 Sumber : http://gmauthority.com/blog/2013/11/general-motors-announces-plan-to-convert-series-b-

junior-preferred-stock-to-common-stock/ , diakses tanggal 21 Juni 2015

Page 8: Opsi-opsi dalam reorganisasi atau restrukturisasi perusahaan - catatan atas perubahan modal saham

www.futurumcorfinan.com

Page 8

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan atau perlu diklarifikasi pada saat terjadinya konversi

ini, terutama pada saat munculnya pemegang saham preferen adalah:

Bagaimana modal saham akan dibayar kembali, misalnya dalam kejadian likuidasi

perusahaan?

Apakah modal saham preferen dapat ditebus kembali (redeemable)? Kalau bisa, siapa

yang memegang opsi untuk meminta saham preferen ditebus, apakah pada pihak

perusahaan, atau pada pihak pemegang saham preferen? Apakah perlu diatur periode

“exercise” opsi tersebut, dan berapa harga “exercise” yang perlu disepakati?

Bagaimana para pihak pemegang saham akan berbagi atas aset neto dan [saldo] laba

bersih perusahaan? Ingat bahwa saham preferen dengan hak kumulatif dan partisipatif

(lihat penjelasan saham preferen di Apendiks tulisan ini) dapat turut berbagi atas aset

neto dan [saldo] laba bersih perusahaan.

Apakah akan ada skema reinvestasi dividen?5

Apakah saham preferen bersifat kumulatif, partisipatif, dan lain-lain?

Apakah saham preferen akan memiliki hak suara (voting rights), atau tidak punya sama

sekali, atau hak suara terbatas dalam hal-hal tertentu, hak mana lebih bersifat protektif

(protective rights), atau guna melindungi kepentingan pemegang saham preferen?

Apakah dalam kelompok modal saham preferen sendiri dimana terdapat lebih dari 1

(satu) pemegang saham preferen, perlu ditentukan aturan terkait prioritas hak atas

pembayaran atau pengembalian modal saham dan deviden?

Berapa jumlah lembar saham baik saham biasa atau saham preferen yang nantinya akan

terlibat dalam konversi saham, perlu mempertimbangkan kemampuan perusahaan itu sendiri

dalam membayar dividen di masa depan, serta kemampuan perusahaan untuk membayar

pokok pinjaman dan kewajiban beban bunga periodik kepada pihak kreditor pada saat jatuh

tempo.

5 Skema reinvestasi dividen bisa juga diartikan sebagai distribusi dividen saham, dimana jumlah lembar

sahamnya akan proporsional dengan jumlah saham yang telah dimiliki oleh masing-masing pemegang saham guna memastikan bahwa persentase kepemilikan saham masing-masing pemegang saham tidak mengalami perubahan sebelum dan sesudah distribusi dividen saham. Pengertian skema reinvestasi dividen secara prinsip jauh lebih luas dari semata-mata distribusi dividen saham, karena ia juga bisa mencakup penerbitan tambahan saham baru kepada pihak pemegang saham perusahaan yang sudah ada, yang dilakukan pada harga yang lebih rendah dari harga pasar saat penerbitan. Jadi secara implisit, ada “dividen terselubung” yang diberikan kepada pihak pemegang saham yang ada.

Page 9: Opsi-opsi dalam reorganisasi atau restrukturisasi perusahaan - catatan atas perubahan modal saham

www.futurumcorfinan.com

Page 9

Hal di atas perlu dimasukkan dalam analisa, karena kalau ada saham preferen dengan sifat

“wajib dividen”, artinya, pembayaran dividen tersebut menjadi suatu kewajiban dan perlu

diprioritaskan terlebih dahulu, maka ini jelas, dalam kondisi saldo uang tunai yang terbatas,

kemungkinan dividen saham preferen akan tidak terbayar.

Terkait pemecahan saham menjadi lembar saham yang lebih sedikit atau lebih banyak, berikut

perubahan harga per lembar saham, dimungkinkan stock split, dimana saham dengan nilai

nominal per lembar yang lebih tinggi dipecah menjadi ke dalam lembar saham yang lebih

banyak, dengan nilai nominal per lembar yang lebih rendah.

Contoh stock split6:

6Sumber:http://www.topsaham.com/new1/index.php?option=com_content&view=article&id=12260:-good-

year-indonesia-stock-split-110&catid=47:berita-photo, diakses tanggal 21 Juni 2015

Page 10: Opsi-opsi dalam reorganisasi atau restrukturisasi perusahaan - catatan atas perubahan modal saham

www.futurumcorfinan.com

Page 10

http://www.iqplus.info/news/stock_news/bali-bali-akan-mulai-perdagangkan-nominal-saham-

baru-pada-30-juli,04082031.html

Opsi ini terbalik dengan tujuan reverse stock split, justru untuk menarik pihak investor individu,

mengingat harga per lembar saham menjadi lebih terjangkau bagi mereka. Likuiditas saham

diharapkan akan meningkat, dengan frekuensi perdagangan yang lebih tinggi di pasar modal.

Sebaliknya, perusahaan di sini bisa mempertimbangkan untuk menggabungkan beberapa

lembar saham menjadi lembar saham yang lebih sedikit, dengan harga per lembar saham

mengalami kenaikan. Ini dikenal sebagai reverse stock split.

Contoh reverse stock split7:

7 Sumber: http://investasi.kontan.co.id/news/bull-akan-reverse-stock-dengan-rasio-81, diakses tanggal 21

Juni 2015

Page 11: Opsi-opsi dalam reorganisasi atau restrukturisasi perusahaan - catatan atas perubahan modal saham

www.futurumcorfinan.com

Page 11

Untuk perusahaan terbuka yang sahamnya diperdagangkan di bursa saham, pilihan reverse

stock split ini dapat menarik pihak investor institusi dibandingkan pihak investor individual.

Opsi lainnya, adalah memunculkan lebih dari satu kelompok hak-hak pihak pemegang saham,

sebagaimana digambarkan di bawah ini.

Page 12: Opsi-opsi dalam reorganisasi atau restrukturisasi perusahaan - catatan atas perubahan modal saham

www.futurumcorfinan.com

Page 12

Pada umumnya, modal saham perusahaan hanya terdiri dari satu kelompok saham dengan

hak-hak yang seragam dimiliki oleh seluruh pemegang saham. Namun dapat dimungkinkan

untuk menerbitkan saham dengan hak-hak yang berbeda-beda antara satu kelompok hak

dengan kelompok lainnya. Hak-hak ini bisa mencakup klaim atas dividen, apakah bisa

dikonversi ke saham biasa, apakah bisa dibeli kembali oleh perusahaan, atau tambahan saham

baru.

Misalnya, satu kelompok saham biasa berhak atas pembagian dividen, memiliki prioritas atas

pengembalian modal pada saat pembubaran perusahaan, memiliki hak suara, atau turut

berpartisipasi dalam pembagian aset neto perusahaan (di luar pengembalian modal saham)

pada saat penutupan usaha perusahaan.

Page 13: Opsi-opsi dalam reorganisasi atau restrukturisasi perusahaan - catatan atas perubahan modal saham

www.futurumcorfinan.com

Page 13

Pembahasan Kedua: Penurunan pada Modal Saham

Sifat modal saham secara umum, dipahami “permanen”, yaitu bahwa ini tidak bersifat seperti

hutang, dimana perusahaan berkewajiban untuk mengembalikannya atau membayar kembali

dana yang sudah diberikan kepada perusahaan. Artinya, perusahaan tidak memiliki kewajiban

untuk mengembalikan modal saham yang telah ditanamkan berupa setoran modal saham oleh

pihak pemegang saham ke dalam perusahaan.

Namun mengingat begitu dinamisnya kondisi ekonomi yang dapat menimbulkan berbagai

masalah bisnis bagi perusahaan, situasi mana mengakibatkan perusahaan berada dalam suatu

situasi tertentu untuk tidak dapat tetap mempertahankan struktur modal saham yang ada.

Sebagai contoh:

Aktivitas bisnis perusahaan terpaksa dihentikan, dan bisa mengarah ke keputusan untuk

melikuidasi perusahaan, dan diikuti dengan penjualan sebagian atau seluruh aset

perusahaan. Hasil penjualan aset tersebut akan digunakan untuk melunasi kewajiban

kepada pihak ketiga yang ada, dan sisanya guna mengembalikan modal saham yang

telah ditanamkan oleh pihak pemegang saham.

Mungkin juga terdapat situasi dimana terdapat aset perusahaan yang tidak dapat

dipergunakan secara efisien, atau kalaupun bisa dipergunakan, tingkat imbal hasil atas

penggunaan aset tersebut lebih rendah dibandingkan tingkat imbal hasil kalau dana dari

penjualan aset tersebut dikembalikan kepada pihak pemegang saham untuk ditanamkan

sendiri oleh pihak pemegang saham di instrumen investasi pasar modal, atau di bisnis

lainnya.

Dari analisa manajemen, didapatkan bahwa modal saham yang telah ditanamkan oleh

pihak pemegang saham yang ada, ternyata mengalami “kelebihan” dibandingkan

dengan yang benar-benar dibutuhkan oleh perusahaan untuk pembiayaan investasi,

modal kerja dan operasional, katakan dalam 3-5 tahun ke depan.

Mengingat bahwa pihak pemegang saham-lah yang menanggung resiko bisnis

(business risk), dimana modal saham yang telah ditanamkan dapat mengalami

kehilangan. Artinya pihak pemegang saham tidak dapat mengharapkan dan perusahaan

tidak berkewajiban untuk mengembalikan secara utuh, modal saham yang telah

ditanamkan oleh pihak pemegang saham. Kerugian dari usaha akan tergambar dalam

laporan laba rugi dan laba komprehensif, yang pada umumnya tercermin dalam akun

Page 14: Opsi-opsi dalam reorganisasi atau restrukturisasi perusahaan - catatan atas perubahan modal saham

www.futurumcorfinan.com

Page 14

defisit (deficits)8. Secara implisit, adanya akun defisit menyatakan bahwa modal saham

yang telah ditanamkan oleh pihak pemegang saham sudah tidak “utuh” jumlahnya

dibandingkan dengan jumlah awal pada saat ditanamkan. Jumlah yang “tidak utuh” ini

akan menjadi kenyataan (atau “terealisasi”) pada saat perusahaan mengembalikan

modal saham tersebut tidak sebesar modal saham awal, misalnya dilakukan

pengembalian modal saham pada saat penutupan usaha perusahaan.

Beberapa contoh atau situasi di atas dapat membawa perusahaan pada opsi penurunan modal

saham. Di sini perlu dibedakan dengan “pengembalian” seluruh modal saham (return of capital),

misalnya dalam situasi likuidasi atau penutupan usaha. Modal saham perusahaan hanya

mengalami penurunan, misalnya, karena ada sebagian modal saham yang dikembalikan

kepada pihak pemegang saham.

Berbicara penurunan modal saham, maka bisa terdapat 2 (dua) model, yaitu:

Penurunan yang sama (equal reduction). Di sini penurunan modal saham dilakukan dan

diterapkan untuk semua pihak pemegang saham, misalnya semua pemegang saham

biasa. Perlakuan yang sama ini (equal treatment) tidak hanya berlaku untuk jumlah

nominal yang dikembalikan ke pihak pemegang saham proporsional dengan persentase

kepemilikan sahamnya atau jumlah lembar saham yang dipegang oleh masing-masing

pemegang saham biasa, tetapi juga menyangkut nilai, dan bahkan terms and conditions

penurunan modal saham ini.

Penurunan yang selektif (selective reduction). Di sini penurunan modal saham hanya

berlaku untuk pihak pemegang saham [biasa atau preferen] tertentu. Ini memunculkan

adanya:

i. Pemegang saham partisipatif (participating shareholders) yang turut dalam

skema penurunan modal saham.

ii. Pemegang saham non-partisipatif (non-participating shareholders) yang tidak

turut dalam skema penurunan modal saham.

Implikasi dari penurunan modal saham secara selektif ini jelas ada. Pihak pemegang

saham partisipatif akan mengalami dilusi persentase kepemilikan saham dalam

8 Versus saldo laba – retained earnings, dalam kondisi usaha bisnis perusahaan mendatangkan

keuntungan dan perusahaan mampu mengakumulasi laba yang tidak dibagikan dalam bentuk dividen kepada pihak pemegang saham.

Page 15: Opsi-opsi dalam reorganisasi atau restrukturisasi perusahaan - catatan atas perubahan modal saham

www.futurumcorfinan.com

Page 15

perusahaan, sedangkan pihak pemegang saham non-partisipatif akan mengalami

kenaikan persentase kepemilikan sahamnya dalam perusahaan.

Ada beberapa hal terkait pilihan penurunan modal saham di atas:

Penurunan modal saham pada umumnya melibatkan penurunan modal saham secara

merata atau proporsional kepada semua pemegang saham yang ada, artinya ada

perlakuan yang “fair” kepada semua pihak pemegang saham yang ada (existing

shareholders). Jadi tampak “tidak fair” kalau penurunan modal saham hanya diterapkan

untuk pemegang saham tertentu.

Bagaimana kalau di samping perusahaan memiliki pemegang saham biasa, juga

memiliki pemegang saham preferen? Apakah penurunan modal saham ini mesti berlaku

juga bagi semua pemegang saham biasa dan preferen supaya bisa dianggap “fair”?

Kalau penurunan modal saham yang notabene merupakan pengembalian “sebagian”

modal saham, hanya diterapkan bagi pihak pemegang saham biasa, apakah pihak

pemegang saham preferen bisa beranggapan bahwa ini tidak “fair” karena adanya

penggunaan dana kas [terlepas apakah berasal dari penjualan aset perusahaan] guna

penurunan modal saham kepada pemegang saham biasa, akan berimplikasi dana yang

tersedia untuk misalnya pembayaran dividen pihak pemegang saham preferen menjadi

berkurang.

Terkait penurunan modal saham yang pada umumnya melibatkan penggunaan dana kas

perusahaan, pembatasan dari pihak kreditor juga menjadi pertimbangan utama bagi

manajemen perusahaan.

Pihak kreditor kemungkinan besar sudah mengantisipasi hal-hal ini, dan dapat saja

memasukkan klausul guna mencegah terjadinya penjualan aset perusahaan tidak dalam

konteks usaha bisnis normal - meskipun dikatakan tidak efisien dipergunakan oleh perusahaan,

atau hasil penggunaan aset tersebut hanya memberikan tingkat imbal hasil yang rendah -

dimana dana hasil penjualan aset tersebut, dipergunakan untuk mengembalikan sebagian

modal saham pihak pemegang saham biasa dan/atau preferen.

Pertimbangan pihak kreditur, dana kas yang tersedia untuk membayar kewajiban beban bunga

periodik dan pokok pinjaman kemungkinan dapat terganggu. Klausul “negative covenants” yang

bersifat melindungi kepentingan pihak kreditur, dapat mensyaratkan bahwa perusahaan tidak

diperbolehkan untuk melakukan penurunan [sebagian] modal saham, sepanjang masih terdapat

Page 16: Opsi-opsi dalam reorganisasi atau restrukturisasi perusahaan - catatan atas perubahan modal saham

www.futurumcorfinan.com

Page 16

kewajiban pokok pinjaman dan beban bunga periodik yang masih belum dilunasi dengan pihak

kreditur.

Secara selintas, pemahaman “penurunan” modal saham tampak hanya terbatas pada

“pengembalian” modal saham berupa uang tunai kepada pihak pemegang saham biasa, namun

ini tidak selalu demikian. Sesungguhnya terdapat berbagai cara guna “penurunan” modal

saham.

Pembatalan modal saham yang belum diambil pihak pemegang saham, atau masih

dalam portofolio/portepel.

Pembatalan modal saham yang “hilang” atau tidak diwakili oleh aset yang ada.

Pembatalan modal saham yang benar-benar “hilang”, atau dengan kata lain,

perusahaan mengalami kerugian, dimana akun saldo laba justru menunjukkan negatif.

Di sini, “kehilangan” atau “kerugian” modal saham “ditunjukkan” bahwa modal saham

yang disajikan dalam neraca perusahaan tidak dapat didukung lagi oleh aset

perusahaan yang ada, atau praktis, modal saham tersebut kehilangan makna.

Pembatalan forfeited shares9.

Menebus kembali (redeem) atas saham preferen yang dapat ditarik/ditebus kembali

(redeemable preference share).

Pembelian kembali saham perusahaan (share buy-back).

Aset-aset Menganggur (Idle Assets) dan Penurunan Modal Saham

Di samping itu, penurunan modal saham dapat didorong adanya aset-aset yang menganggur

(idle assets).

Yang menarik dalam hal ini, laporan keuangan perusahaan kadang kala menunjukkan bahwa

perusahaan memiliki aset yang lebih banyak daripada yang benar-benar dibutuhkan dan dapat

dipergunakan guna mendatangkan keuntungan atau tingkat imbal hasil yang wajar. Aset-aset

ini bisa disebut sebagai aset-aset “menganggur”.

Situasi yang paling mencolok adalah pada saat perusahaan memiliki saldo kas di rekening bank

dengan jumlah di atas kebutuhan operasional, pembiayaan modal kerja dan belanja modal

(capital expenditure)10.

9 Lihat definisi “forfeited shares” di http://www.investopedia.com/terms/f/forfeited-share.asp, diakses

tanggal 19 Juni 2015. 10

Ada banyak argumen yang diajukan terkait mengapa perusahaan cenderung memegang uang tunai dalam jumlah yang signifikan. Secara umum, ada 3 (tiga) model teori yang dikemukakan yaitu (i) Trade-

Page 17: Opsi-opsi dalam reorganisasi atau restrukturisasi perusahaan - catatan atas perubahan modal saham

www.futurumcorfinan.com

Page 17

Contoh Perusahaan – perusahaan yang memiliki saldo kas yang besar antara lain11:

Off Model, (ii) Pecking Order Theory (Myers, 1984), dan (iii) Free Cash Flow Theory (Jensen, 1986). Namun menurut penulis, walaupun uang tunai hanya menghasilkan tingkat imbal hasil yang rendah sekali, namun memegang uang kas memiliki nilai likuiditas (value of liquidity). Dalam kondisi ekuilibrium, nilai marginal dari tambahan likuiditas akan sama dengan tingkat suku bunga instrumen keuangan dengan tingkat bunga. Lihat argumen terkait “What is the Value of Liquidity” terkait uang tunai pada buku “Principles of Corporate Finance” (Edisi kesepuluh) oleh Richard A. Brealey, Stewart C. Myers, dan Franklin Allen. New York (USA): McGraw-Hill/Irwin, a business unit of The McGraw-Hill Companies, Inc. Bab 34: What We Do and Do Not Know about Finance. Halaman 873. 11

Sumber: http://finance.detik.com/read/2015/05/16/094539/2916256/4/tajirnya-perusahaan-ini-punya-

uang-tunai-rp-5500-triliun, diakses tanggal 22 Juni 2015

Page 18: Opsi-opsi dalam reorganisasi atau restrukturisasi perusahaan - catatan atas perubahan modal saham

www.futurumcorfinan.com

Page 18

Dengan asset base yang tinggi, tingkat imbal hasil (return on net assets) perusahaan akan

tertekan ke bawah, dan pihak pemegang saham kemungkinan besar akan meminta penjelasan

kepada pihak manajemen. Pihak manajemen sendiri tentunya juga sudah menyadari adanya

beberapa aset perusahaan yang tidak digunakan secara efisien atau mendatangkan tingkat

imbal hasil yang tidak sejalan dengan ekspektasi pasar.

Apabila perusahaan bergerak dalam industri yang mengalami tren menurun terus (alias,

kesempatan investasi bisnis yang ada semakin minim), maka ada kemungkinan perusahaan

berusaha untuk memperkecil asset base dengan berusaha menjual atau mengalihkan aset-aset

yang tidak menunjang bisnis inti, dan mengembalikan dana hasil penjualan ke pihak pemegang

saham. Dalam hal ini, tingkat imbal hasil atas total aset bersih perusahaan diharapkan akan

meningkat, mengingat asset base mengalami penurunan.

Pihak manajemen dapat mempertimbangkan beberapa opsi terkait aset (termasuk dana kas)

yang menganggur, antara lain, aset tersebut, kalau berupa aset tetap, dapat dijual, dan kalau

berupa dana kas, bisa digunakan untuk:

Melunasi hutang yang memiliki beban bunga tetap (fixed) atau mengambang (floating).

Pada saat tingkat bunga kredit pinjaman secara umum mengalami penurunan12, dan

12

Ini terutama relevan bagi surat utang atau hutang obligasi jangka menengah atau jangka panjang, dimana besar kemungkinan tingkat bunga pinjaman secara umum mengalami perubahan secara signifikan terkait adanya periode interval yang relatif lama sejak surat utang tersebut diterbitkan. Adanya perubahan atau kalaupun sebatas ekspektasi perubahan dalam level tingkat bunga, katakan mengalami penurunan, maka ini jelas akan mempengaruhi nilai pasar (catatan: surat hutang tersebut diperdagangkan di bursa, misalnya, obligasi) yang meningkat, mengingat adanya hubungan terbalik antara tingkat bunga yang diminta oleh pelaku pasar dengan nilai pasar surat utang. Dari sisi pihak manajemen perusahaan, guna melindungi kepentingan perusahaan terhadap kemungkinan perubahan yang tidak menguntungkan dari perubahan tingkat bunga, dan melihat nilai pasar surat utang yang meningkat seiring penurunan tingkat bunga (=tingkat imbal hasil yang diminta oleh pelaku pasar surat utang yang diperdagangkan), akan menguntungkan untuk membeli atau melunasi lebih awal surat utang tersebut pada harga nominal (face value) yang lebih rendah daripada nilai pasar surat utang, dimana pembelian atau pelunasan tersebut dapat dilakukan melalui pembelian surat utang di pasar modal, atau dengan melaksanakan hak penebusan kembali (redeem) surat utang tersebut sebelum tanggal jatuh tempo. Faktor berupa perbedaan jumlah antara nilai nominal (atau face value, nilai pokok utang) dan nilai pasar surat utang, pada umumnya merupakan pertimbangan utama dilakukannya pembelian kembali surat utang. Namun demikian ada juga faktor-faktor lain yang secara implisit dipertimbangkan, misalnya review atas resiko surat utang terhadap proyeksi arus kas di masa depan mengingat adanya beban bunga tetap (fixed interest cost) bagi perusahaan dan juga ekspektasi manajemen perusahaan terkait tren tingkat bunga pinjaman atau tingkat bunga atau imbal hasil yang akan diminta oleh pelaku pasar di masa depan. Misalnya, dapat juga timbul kekuatiran bagi manajemen perusahaan, bahwa di kemudian hari, likuiditas dapat mengalami kemerosotan atau tingkat imbal hasil yang akan diminta oleh pihak pelaku pasar akan

Page 19: Opsi-opsi dalam reorganisasi atau restrukturisasi perusahaan - catatan atas perubahan modal saham

www.futurumcorfinan.com

Page 19

pada saat yang sama, perusahaan memiliki kredit pinjaman dengan tingkat bunga tetap

(yang lebih tinggi daripada tingkat bunga pasar pada saat ini), maka secara analisa,

perusahaan akan diuntungkan apabila melunasi kredit pinjaman dengan tingkat bunga

tetap yang lebih tinggi, dan kemudian dapat mengajukan fasilitas kredit pinjaman yang

akan dikenakan dengan tingkat bunga pasar saat ini yang lebih rendah.

Dana penjualan aset menganggur atau dana kas berlebih dapat dimanfaatkan untuk

membeli atau diinvestasikan ke dalam aset yang diharapkan akan mendatangkan

tingkat imbal hasil lebih tinggi, misalnya membeli saham perusahaan atau bisnis yang

sudah berjalan.

Dana menganggur digunakan untuk diversifikasi ke bisnis yang berbeda profil resiko dan

keuntungan dibandingkan dengan profil resiko dan keuntungan yang sudah dijalankan

selama ini oleh perusahaan.

Dana menganggur dapat digunakan untuk menunjang unit bisnis yang sedang

mengalami pertumbuhan tinggi guna menangkap momentum pertumbuhan dalam

industri bersangkutan.

Dana dipergunakan untuk distribusi dividen dalam jumlah besar kepada para pemegang

saham. Di sini terdapat asumsi bahwa diharapkan pihak pemegang saham dapat

memanfaatkan dana tersebut untuk investasi dengan tingkat imbal hasil (sesudah pajak)

yang lebih tinggi dibandingkan kalau dikelola atau dipegang oleh pihak perusahaan.

Dana tersebut dipergunakan untuk mengembalikan sebagian modal saham yang telah

disetorkan oleh pihak pemegang saham. Dalam hal ini terjadi penurunan modal saham

perusahaan.

semakin tinggi, sehingga tidak dengan mudah pihak manajemen perusahaan dapat menerbitkan surat utang baru di kemudian hari. Ketersediaan dana kas berlebih/menganggur, atau dana kas berasal dari penerbitan saham biasa baru atau adanya aset yang dicadangkan khusus guna pelunasan surat utang (umum dikenal sebagai debt redemption reserve fund atau bond sinking fund), atau adanya aset tetap yang dicadangkan khusus (atau dikenal sebagai ring-fenced assets) dapat juga mendorong manajemen perusahaan untuk membayar surat utangnya atau fasilitas kredit. Pembayaran atau penebusan ini bisa dilakukan (i) secara bertahap dengan mencicil mengikuti suatu rencana yang telah disetujui, atau (ii) pembelian di pasar modal dengan memperhatikan nilai pasar surat utang mencapai yang tertinggi, atau (iii) pada harga yang sudah disepakati oleh pihak manajemen perusahaan. Sebagai catatan: atas penjualan aset tetap khusus guna pelunasan lebih awal surat utang di atas nilai tercatat atau nilai buku aset tetap, akan membuat perusahaan membukukan adanya laba atau keuntungan yang bisa dikenakan pajak penghasilan, apakah pada level transaksi, atau pada level perusahaan. Adanya faktor timbulnya beban pajak penghasilan yang jumlahnya signifikan bisa menunda transaksi penjualan aset tersebut, atau pihak manajemen perusahaan akan mencari alternatif lainnya untuk melunasi fasilitas kredit yang ada.

Page 20: Opsi-opsi dalam reorganisasi atau restrukturisasi perusahaan - catatan atas perubahan modal saham

www.futurumcorfinan.com

Page 20

Tentunya sebelum mengambil keputusan terkait pilihan opsi yang ada, manajemen perusahaan

perlu mempertimbangkan apakah benar-benar semua kesempatan investasi (investment

opportunities) yang dapat memberikan tingkat imbal hasil wajar dalam lini bisnis dalam industri

yang sama, telah dipelajari dan dimanfaatkan.

Namun demikian, perlu dilihat kembali bahwa berbagai opsi tersebut tentunya memiliki sisi cost

and benefit masing-masing yang perlu dipertimbangkan, plus minus-nya, misalnya:

Biaya transaksi yang akan timbul, misalnya honorarium untuk konsultan legal,

kemungkinan bisa menghadirkan semua pemegang saham dalam rapat umum

pemegang saham, dan lain-lain.

Tingkat imbal hasil dari investasi yang ada di pasar atau pilihan investasi lainnya.

Misalkan selama ini aset yang bersangkutan hanya mendatangkan tingkat imbal hasil

sebesar 8% per tahun, namun perusahaan melihat adanya kesempatan bisnis di industri

atau di region lain, yang dapat mendatangkan tingkat imbal hasil sebesar 10%.

Dampak jangka panjang, baik bagi perusahaan atau bagi pihak pemegang saham.

Misalnya apabila di kemudian hari ada kebutuhan belanja modal (capital expenditure),

investasi atau akuisisi dengan ekspektasi tingkat imbal hasil yang lebih tinggi, apakah

manajemen sebaiknya tetap mempertahankan dana kas berlebih di rekening bank

perusahaan. Meningkatkan atau menaikkan modal saham kembali di kemudian hari

belum tentu dapat terealisasi dengan cepat mengingat kemungkinan pihak pemegang

saham tidak memiliki dana tunai untuk disetorkan, dan bisa jadi, pihak manajemen juga

masih perlu mempresentasikan rencana bisnis (business plan)-nya terlebih dahulu di

depan pihak pemegang saham, rencana bisnis mana yang belum tentu akan mendapat

persetujuan dari seluruh pemegang saham yang hadir.

Implikasi kewajiban pajak yang wajib dibayar, misalnya terkait pajak terutang atas laba

atau keuntungan dari penjualan aset tetap atau tanah, pajak atas dividen, pajak

pertambahan nilai atas transaksi penjualan atau pengalihan, dan lain-lain.

Ketentuan aturan hukum perseroan terbatas yang wajib dipenuhi.

Pilihan penurunan modal saham kadang menjadi lebih kompleks pada saat manajemen

dihadapkan juga pada fakta bahwa:

o Modal saham terdiri lebih dari satu kelas atau tipe modal saham dengan hak-hak yang

berbeda-beda. Adanya lebih dari satu kelas atau tipe modal saham, dapat

Page 21: Opsi-opsi dalam reorganisasi atau restrukturisasi perusahaan - catatan atas perubahan modal saham

www.futurumcorfinan.com

Page 21

mengakibatkan penurunan modal saham secara selektif, karena kemungkinan ada

kelompok modal saham dengan hak tertentu yang tidak mau dikurangi porsinya. Isu

“fair” dan “equal treatment” bisa menjadi isu yang kompleks bagi masing-masing

pemegang saham.

o Terdapat saham dalam portepel yang belum diterbitkan atau adanya saham yang telah

diterbitkan, namun karena alasan tertentu, saham tersebut belum dibayar penuh oleh

pihak pemegang saham yang ada.

Pertimbangan plus-minus di atas dapat saja membuat pihak manajemen untuk tidak hanya

menggunakan satu pilihan di atas, akan tetapi beberapa pilihan dilaksanakan baik pada saat

bersamaan atau secara bertahap. Misalnya, dapat dipilih bersamaan opsi untuk:

Melunasi fasilitas kredit dengan tingkat bunga tetap yang relatif lebih tinggi daripada

tingkat bunga pasar yang ada;

Membagikan dividen kepada pihak pemegang saham, baik saham preferen dan/atau

saham biasa;

Mengembalikan sebagian modal saham preferen dan/atau saham biasa, yang berarti di

sini, terjadi penurunan modal saham. Penurunan bisa diarahkan ke penurunan nilai par

per lembar saham, atau penurunan lembar saham, atau kedua-duanya.

Membeli Kembali Saham (Share Buy-Backs)

Di sini pihak perusahaan memutuskan untuk membeli kembali saham yang telah diterbitkan dari

pihak pemegang saham. Inisiatif pembelian kembali saham yang beredar pada umumnya

datang dari inisiatif manajemen perusahaan atau bisa juga atas permintaan pihak pemegang

saham yang ada.

Secara prinsip, saham ini pada dasarnya “ditarik kembali” dari peredaran, dikembalikan ke

perusahaan dimana saham-saham tersebut akan dibatalkan berikut semua hak-hak yang

menyertai saham tersebut. Saham-saham yang telah dibatalkan pada umumnya tidak dapat

diterbitkan kembali.

Page 22: Opsi-opsi dalam reorganisasi atau restrukturisasi perusahaan - catatan atas perubahan modal saham

www.futurumcorfinan.com

Page 22

Pertanyaan mendasar tentunya, mengapa perusahaan mau membeli kembali saham dari

pemegang sahamnya? Beberapa argument dapat dibangun, antara lain:

Perusahaan berkeinginan untuk memberikan kepada pihak pemegang saham yang ada,

harga per lembar saham yang mendekati nilai pasar dari aset neto perusahaan.

Guna meningkatkan laba per saham (earnings per share).

Guna memaksimalkan penggunaan dana menganggur (idle funds).

Guna mengembalikan kelebihan dana di luar kebutuhan operasional dan investasi dan

belanja modal.

Guna merealisasikan ESOP (Employee Stock Option Programme), dimana pihak

karyawan bisa membeli saham perusahaan.

Dalam perusahaan ventura bersama (joint venture) atau partnership/persekutuan

perdata, guna mengakomodasi pembelian saham joint venturer atau sekutu yang

mengundurkan diri.

Dalam hal ada pemegang saham suatu perusahaan yang tidak ingin memegang saham

perusahaan lagi, dan dengan mempertimbangkan sebaiknya saham tersebut tidak dijual

kepada pihak luar atau dijual ke salah satu pemegang saham yang ada yang bisa

mengakibatkan pengendalian (control) oleh pihak pembeli tersebut, pihak manajemen

perusahaan dapat memutuskan untuk membeli saham pemegang saham tersebut.

Kondisi pasar modal dapat juga mempengaruhi atau mengakibatkan manajemen

perusahaan untuk memutuskan untuk membeli kembali saham perusahaan. Misalnya

dalam kondisi dimana harga per lembar saham perusahaan di lantai perdagangan bursa

saham mengalami penurunan yang signifikan, maka perusahaan melihat bahwa harga

pasar per lembar saham jauh di bawah nilai intrinsik atau nilai fundamental saham maka

perusahaan memutuskan untuk membeli kembali saham-saham tersebut pada harga

pasar yang rendah.

Salah satu contoh perusahaan yang melakukan stock split adalah13 :

13

http://www.britama.com/index.php/2015/06/mnc-grup-siapkan-dana-rp64-triliun-untuk-buy-back-saham/

Page 23: Opsi-opsi dalam reorganisasi atau restrukturisasi perusahaan - catatan atas perubahan modal saham

www.futurumcorfinan.com

Page 23

Grup MNC bakal membeli kembali (buyback) sebagian saham yang beredar di pasar menyusul

anjloknya indeks harga saham gabungan (IHSG) dalam beberapa waktu terakhir. Kelompok

usaha milik Hary Tanoesoedibjo (HT) itu khawatir koreksi yang melanda bursa membuat saham

perusahaannya turun dalam.

Seperti dikutip dari bisnis.com, HT mengungkapkan bahwa "Harga saham perseroan saat ini

jauh di bawah nilai wajar, mengingat kuatnya fundamental bisnis BHIT," Dia mengatakan,

gejolak yang saat ini terjadi di pasar saham memberikan kesempatan kepada perseroan untuk

berinvestasi ke dalam saham BHIT. Pasalnya, dia menilai, hal itu mencerminkan prospek

investasi jangka pendek yang paling baik.

Aksi buyback ditujukan sebagai salah satu bentuk usaha perseroan untuk meningkatkan kinerja

saham perseroan. Masing-masing emiten tersebut akan menyimpan saham buyback sebagai

treasury stock dan dapat dijual kembali sewaktu-waktu.

Terdapat beberapa tipe skema pembelian kembali saham perusahaan, yaitu:

o Pembelian kembali saham-saham dari pihak pemegang saham yang memegang

sejumlah tertentu lembar saham perusahaan jauh di bawah rata-rata total lembar

saham yang dimiliki oleh pihak pemegang saham, atau bisa juga ditentukan jumlah

minimum lembar saham, dan apabila terdapat pemegang saham dengan jumlah lembar

Page 24: Opsi-opsi dalam reorganisasi atau restrukturisasi perusahaan - catatan atas perubahan modal saham

www.futurumcorfinan.com

Page 24

saham dibawah jumlah minimum, maka perusahaan dapat memutuskan untuk membeli

kembali saham tersebut.

o Pembelian kembali saham perusahaan dalam rangka program ESOP.

o Pembelian kembali saham dapat dilakukan melalui mekanisme pasar modal yang umum

dikenal sebagai “tender offer”, atau untuk persentase tertentu dari total lembar saham

yang diperdagangkan, otoritas pasar modal bisa menetapkan untuk tidak perlu melalui

“tender offer”.

Dalam skema pembelian kembali saham perusahaan, pada umumnya, terms and conditions

yang sama akan berlaku untuk semua saham yang akan dibeli kembali, ini guna memastikan

pihak pemegang saham melihatnya sebagai proses yang “fair”, dan tidak hanya guna

menguntungkan salah satu atau sebagian atau sekelompok pemegang saham tertentu.

Pembelian kembali, sama seperti penurunan modal saham, dapat juga bersifat selektif.

Tentunya membeli kembali saham perusahaan akan melibatkan pembayaran harga per lembar

saham, dimana harga ini dapat dilakukan:

Pada harga yang sama dengan harga par atau harga pada saat penerbitan saham

tersebut.

Pada harga di atas harga par atau harga pada saat penerbitan saham tersebut

Pada harga di bawah harga par atau harga pada saat penerbitan saham tersebut.

Saham Preferen

Terkait penurunan modal saham preferen, ada pemahaman bahwa perusahaan sebaiknya tidak

melakukan penurunan modal saham preferen, terutama yang bersifat non-kumulatif dan non-

partisipatif (lihat Apendiks untuk berbagai jenis saham preferen). Namun ada juga yang melihat

bahwa sebelum alternatif atau opsi penurunan modal saham biasa dipertimbangkan,

perusahaan justru sebaiknya mempertimbangkan penurunan modal saham preferen dengan

cara membeli kembali saham preferen dari pihak pemegang saham preferen. Saham preferen

yang dapat dibeli kembali oleh perusahaan, atas inisiatif pihak manajemen perusahaan (yang

berarti opsi/hak untuk membeli berada pada pihak manajemen perusahaan) umum dikenal

sebagai redeemable preference share. Biasanya ada beberapa ketentuan hukum yang

memungkinkan pihak perusahaan dapat membeli kembali saham preferen, misalnya:

(i) Jika saham preferen tersebut telah disetor penuh;

Page 25: Opsi-opsi dalam reorganisasi atau restrukturisasi perusahaan - catatan atas perubahan modal saham

www.futurumcorfinan.com

Page 25

(ii) Sumber dana pembelian kembali saham preferen, dibatasi pada sumber tertentu,

misalnya dari saldo laba perusahaan atau dari penerbitan saham biasa dengan tujuan

khusus pembelian kembali saham preferen.

Terdapat beberapa catatan terkait pembelian kembali saham preferen:

Yang menarik bahwa pembelian kembali saham preferen tersebut walaupun akan

mengakibatkan penurunan pada asset base dan equity base, namun tidak pada

common stock base. Namun yang penting dicermati bahwa pembelian kembali saham

preferen bisa mengakibatkan kerugian pada pihak pemegang saham biasa, misalnya

apabila pembelian saham preferen dilakukan pada harga premium yang tinggi.

Penggunaan saldo laba untuk membeli kembali saham preferen jelas akan

mengakibatkan jumlah saldo laba yang tersedia untuk distribusi dividen kepada pihak

pemegang saham biasa akan berkurang. Ingat bahwa dividen [tunai] hanya bisa diambil

dari saldo laba perusahaan.

Pembelian saham preferen jelas juga mensyaratkan bahwa perusahaan memiliki dana

kas tunai yang cukup, dan kalaupun dana tersebut berasal dari dana pinjaman, fasilitas

pinjaman itu sendiri tidak membawa implikasi negatif yang akan dapat mengganggu

kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka panjang-nya, atau

mendatangkan resiko insolvensi tersendiri.

Namun kalau dana pembelian kembali saham preferen berasal dari penerbitan saham

biasa yang baru, maka yang menarik diperhatikan adalah bahwa terjadi perubahan

masing-masing komponen dalam equity atau net worth atau net assets base

perusahaan, yaitu berkurangnya modal saham preferen dan digantikan dengan modal

saham biasa, namun secara total equity, net worth atau net assets, tidak terjadi

perubahan, demikian juga dengan total assets base.

Apendiks: Saham Preferen

Saham preferen pada umumnya memiliki nilai likuidasi, yang ditetapkan pada saat

penerbitannya, dimana nilai likuidasi ini bisa sebesar:

Nilai par.

Nilai par plus premi tertentu.

Tidak menggunakan nilai par, tetapi langsung ditetapkan jumlah nominal likuidasinya.

Page 26: Opsi-opsi dalam reorganisasi atau restrukturisasi perusahaan - catatan atas perubahan modal saham

www.futurumcorfinan.com

Page 26

Pada saat pemegang saham preferen juga memiliki hak prioritas pada saat terjadi distribusi

aset neto perusahaan, ada beberapa klasifikasi saham preferen, misalnya:

Saham preferen non-kumulatif dan non-partisipatif. Di sini pihak pemegang saham

preferen berhak hanya terbatas pada saldo modal saham preferen yang disajikan dalam

bagian Ekuitas di neraca perusahaan. Selisih antara aset neto dengan saldo modal

saham preferen akan sepenuhnya menjadi hak dari pihak pemegang saham biasa,

termasuk di sini, apabila perusahaan mengalami defisit, maka defisit tersebut akan

ditanggung sepenuhnya oleh pihak pemegang saham biasa.

Saham preferen kumulatif dan non-partisipatif. Di sini pihak pemegang saham preferen

berhak hanya terbatas pada saldo modal saham preferen yang disajikan dalam bagian

Ekuitas di neraca perusahaan, dengan satu tambahan catatan dibandingkan saham

preferen non-kumulatif dan non-partisipatif, yaitu, apabila terdapat dividen saham

preferen yang masih tertunggak, maka jumlah hak pemegang saham preferen adalah

sebesar saldo modal saham preferen plus jumlah dividen yang tertunggak belum

dibayarkan. Artinya, ada kewajiban bagi pihak perusahaan untuk mengumumkan

distribusi dividen saham preferen setiap tahun, pada umumnya, sudah ditetapkan sekian

persen (%) dari nilai par saham preferen, dan kalau perusahaan karena satu dan dua

hal, tidak melakukan pembayaran atas distribusi dividen tersebut, maka dividen tersebut

akan bersifat akumulatif, dan itu tetap menjadi hak pihak pemegang saham preferen

untuk menagih pembayarannya.

Dalam hal ini, kita melihat, bahwa dari sisi pemegang saham biasa, kewajiban

pembayaran dividen saham preferen, akan mirip seperti kewajiban pembayaran beban

bunga periodik atas fasilitas kredit pinjaman. Pihak pemegang saham biasa-lah yang

akan menanggung seluruh defisit yang terjadi dari aktivitas bisnis, plus kewajiban

pembayaran dividen saham preferen yang bersifat akumulatif. Jelas bagian atas aset

neto yang menjadi hak pihak pemegang saham biasa akan berkurang.

Saham preferen non-kumulatif dan partisipatif. Di sini, kewajiban pembayaran dividen

saham prefer kalau perusahaan tidak mampu memenuhinya, maka tidak ada sifat

kumulatif, artinya, kewajiban tersebut akan berlalu (lapse), dan pihak pemegang saham

preferen tidak bisa menuntut pembayaran. Namun, mengingat sifat partisipatif, pihak

pemegang saham preferen berhak berbagi dengan pihak pemegang saham biasa,

Page 27: Opsi-opsi dalam reorganisasi atau restrukturisasi perusahaan - catatan atas perubahan modal saham

www.futurumcorfinan.com

Page 27

pembagian dividen di atas jumlah persen yang telah ditetapkan bagi pihak pemegang

saham preferen. Artinya, pihak pemegang saham preferen bisa memperoleh jumlah

dividen yang lebih banyak, mengingat bisa ikut berpartisipasi dalam pembagian dividen

dengan pihak pemegang saham biasa. Ini praktis, saldo laba (retained earnings) tidak

sepenuhnya menjadi hak pihak pemegang saham biasa, tetapi perlu juga dibagi ke

pihak pemegang saham preferen.

Namun dalam hal terjadi defisit dalam bisnis, defisit tersebut tetap menjadi tanggungan

sepenuhnya pihak pemegang saham biasa.

Saham preferen kumulatif dan partisipatif. Di sini pihak pemegang saham preferen turut

berhak atas saldo laba perusahaan, dimana hak pemegang saham preferen atas dividen

tidak hanya terbatas pada sekian % (dari nilai par modal saham preferen yang telah

disepakati), tetapi dapat berpartisipasi dengan pihak pemegang saham biasa untuk

pembagian dividen yang lebih tinggi. Saldo laba menjadi hak pemegang saham biasa

yang perlu dibagi pula ke pemegang saham preferen. Di samping itu, kalau ada dividen

tahunan yang masih belum dibayarkan atau tertunggak, maka apabila di kemudian hari

ada pembagian dividen, sebelum saldo laba dapat dibagikan sebagai dividen kepada

pihak pemegang saham biasa, maka perusahaan berkewajiban membayar terlebih

dahulu ke pihak pemegang saham preferen, tunggakan dividen tersebut. Bagi pihak

pemegang saham biasa, porsinya akan berkurang karena ia akan menanggung

sepenuhnya akun defisit dan tunggakan pembayaran dividen saham preferen setiap

tahun.

Sumber Apendiks:

Drebin, Allan R. Advanced Accounting. Fifth edition. South-Western Publishing Company. 1988.

First published in Indonesia in 1989 by Binarupa Aksara. Chapter 13: Consolidated Statements

– Intercompany Profits; Senior Securities. Halaman 389-390.

~~~~~~ ####### ~~~~~~

Page 28: Opsi-opsi dalam reorganisasi atau restrukturisasi perusahaan - catatan atas perubahan modal saham

www.futurumcorfinan.com

Page 28

Disclaimer

This material was produced by and the opinions expressed are those of FUTURUM as of the date of

writing and are subject to change. The information and analysis contained in this publication have been

compiled or arrived at from sources believed to be reliable but FUTURUM does not make any

representation as to their accuracy or completeness and does not accept liability for any loss arising from

the use hereof. This material has been prepared for general informational purposes only and is not

intended to be relied upon as accounting, tax, or other professional advice. Please refer to your advisors

for specific advice.

This document may not be reproduced either in whole, or in part, without the written permission of the

authors and FUTURUM. For any questions or comments, please post it at www.futurumcorfinan.com

© FUTURUM. All Rights Reserved