opsi-opsi dalam reorganisasi atau restrukturisasi perusahaan - catatan atas perubahan modal saham
TRANSCRIPT
www.futurumcorfinan.com
Page 1
Opsi-Opsi dalam Reorganisasi atau Restrukturisasi
Perusahaan: Catatan atas Perubahan Modal Saham
Pendahuluan
Kata “Restrukturisasi” atau “Reorganisasi” pada intinya menyiratkan adanya “perubahan” dalam
struktur (atau bentuk hubungan) perusahaan, bisa internal dalam organisasi perusahaan, atau
eksternal terkait perusahaan dengan pihak eksternal perusahaan.
Namun pada intinya, perubahan itu dimaksudkan guna memungkinkan perusahaan beradaptasi
lebih baik dengan perubahan yang terjadi di luar perusahaan.
Lingkungan eksternal perusahaan sendiri terdiri begitu banyak kekuatan yang jelas-jelas
membawa pengaruh kepada bagaimana perusahaan menjalankan bisnisnya dan bagaimana
menyusun ulang struktur keuangan (financial structure) guna menghadapi dan/atau
mengantisipasi perubahan kekuatan di luar perusahaan.
Sukarnen & Muhammad Putrawal
DILARANG MENG-COPY, MENYALIN,
ATAU MENDISTRIBUSIKAN
SEBAGIAN ATAU SELURUH TULISAN
INI TANPA PERSETUJUAN TERTULIS
DARI PENULIS
Untuk pertanyaan atau komentar bisa
diposting melalui website
www.futurumcorfinan.com
www.futurumcorfinan.com
Page 2
Kata “perubahan” tersebut di atas sendiri bisa berarti apa saja, yaitu apakah menyangkut:
Perubahan dalam struktur komposisi pemegang saham, misalnya terdapat perubahan
persentase kepemilikan saham antara 1 (satu) pemegang saham dengan pemegang
saham lainnya yang sudah ada, atau hadirnya pemegang saham yang baru.
Perubahan dalam struktur keuangan.
Perubahan dalam organisasi internal perusahaan, misalnya penyusunan ulang
departmen, fungsi dan tugas dari masing-masing divisi, atau bahkan bisa juga teknis
metode produksi, atau kebijakan personalia.
Pihak-pihak di luar perusahaan dapat digambarkan di bawah ini1:
1 Easton, Peter D; John J. Wild; Robert F. Halsey dan Mary Lea McAnally. Financial Accounting for
MBAs. Edisi keenam. Cambridge Business Publishers, LLC. 2015. Modul 1: Financial Accounting for MBAs. Halaman I-21.
www.futurumcorfinan.com
Page 3
Jack Welch, mantan Chief Executive Officer General Electric, pernah mengatakan bahwa:
Pembatasan Pembahasan
Dalam tulisan ini restrukturisasi lebih diartikan sebagai perubahan formal dan bersifat substantif
terkait struktur keuangan perusahaan yang mengakibatkan hubungan/relasi perusahaan
dengan pihak pemegang saham mengalami perubahan.
Pembahasan
Terkait struktur keuangan, perlu dibedakan dengan struktur kapital (capital structure),
sebagaimana ditunjukkan dari neraca atau laporan posisi keuangan di bawah ini2:
2 Keown, Arthur J.; John D. Martin; dan J. William Petty. Foundations of Finance: The Logic and Practice
of Financial Management. Edisi kedelapan. New Jersey (USA): Pearson Education, Inc. 2014. Bab 12:
Determining the Financing Mix. Halaman 394.
www.futurumcorfinan.com
Page 4
Tampak dari pembedaan di atas, bahwa struktur keuangan mencakup seluruh sisi kredit neraca
perusahaan, yang praktis merupakan sumber pembiayaan aset perusahaan. Sumber
pembiayaan perusahaan sendiri selanjutnya dapat dibedakan antara
Sumber keuangan yang dikenakan tingkat bunga (eksplisit atau implisit)
Sumber keuangan yang tidak dikenakan tingkat bunga
Sebagaimana ditunjukkan di bawah ini, saham preferen (lihat penjelasan lebih lanjut terkait
saham preferen dalam Apendiks tulisan ini) dan saham biasa (common stock) termasuk dalam
kelompok sumber keuangan yang dikenakan tingkat bunga.
www.futurumcorfinan.com
Page 5
Pemegang saham preferen pada umumnya tidak memiliki hak suara (voting rights), dan
sebagai kompensasinya, mereka akan meminta “dividen” tertentu setiap tahun, dimana dividen
ini dapat diartikan sebagai kewajiban “bunga” atas fasilitas hutang yang diperoleh perusahaan.
Jumlah dividen setiap tahun atas saham preferen dapat ditetapkan atau disepakati sekian
persentase dari jumlah nominal atau besarnya setoran modal saham preferen.
Contoh saham preferen3:
3 Sumber : http://www.mahadananews.com/bisnis-keuangan/berita-bisnis/bisnis/13953-sharp-
kemungkinan-pangkas-modal-terbitkan-saham-preferen diakses tanggal 21 Juni 2015
www.futurumcorfinan.com
Page 6
Kembali ke restrukturisasi yang menjadi pembahasan di sini, hanya terkait hubungan/relasi
antara perusahaan dengan pihak pemegang saham. Perubahan dalam struktur keuangan
perusahaan dapat mengakibatkan perubahan juga pada hak-hak [legal] pihak pemegang
saham.
Ada 2 (dua) kategori yang masuk dalam pembahasan di sini:
Perubahan modal saham (changes of capital stock)
Penurunan modal saham (reduction of capital stock)
Restrukturisasi tertentu misalnya revaluasi aset perusahaan atau berupa penjualan aset
perusahaan kepada pihak eksternal atau bahkan kepada salah satu atau beberapa pihak
pemegang saham perusahaan pada umumnya tidak serta merta mengakibatkan perubahan
pada hak-hak [legal] pihak pemegang saham. Artinya transaksi atau kejadian (events) yang
mengakibatkan perubahan pada akun-akun dalam laporan keuangan perusahaan belum tentu
akan mengakibatkan perubahan pada hak-hak [legal] pihak pemegang saham, atau sifat
hubungan perusahaan dengan pihak pemegang saham.
Namun demikian, transaksi atau kejadian restrukturisasi berupa perubahan modal saham yang
dibahas di sini, walaupun pada umumnya tidak sering terjadi, atau frekuensi terjadinya rendah
dalam perjalanan hidup suatu perusahaan, akan membawa konsekuensi pada perubahan
hubungan perusahaan dengan pihak pemegang saham, atau bahkan perubahan pada hak-hak
[legal] pemegang saham.
Pembahasan Pertama: Perubahan pada Modal Saham
Terkait perubahan pada modal saham, terdapat beberapa opsi yang dapat dipertimbangkan:
Konversi modal saham biasa (common stock) menjadi modal saham preferen
(preference stock).
Konversi modal saham preferen menjadi modal saham biasa.
Pemecahan saham baik terkait lembar saham menjadi lebih banyak atau lebih sedikit
yang akan diikuti juga perubahan harga per lembar saham (stock split atau reverse
stock split).
Memunculkan beberapa kelompok (class type) hak [legal] pihak pemegang saham, dari
semula satu kelompok menjadi lebih dari satu kelompok.
Membatalkan atau menyederhanakan kelompok hak [legal] pihak pemegang saham.
www.futurumcorfinan.com
Page 7
Opsi konversi modal saham biasa menjadi modal saham preferen dan sebaliknya, dapat kita
temukan dalam berita-berita bisnis, misalnya4:
Adanya konversi modal saham biasa menjadi modal saham preferen, dan sebaliknya, dapat
memberikan dampak pada hak-hak [legal atau kepemilikan] pihak pemegang saham atas
dividen dan juga tingkat pengembalian modal pada saat terjadinya likuidasi perusahaan.
4 Sumber : http://gmauthority.com/blog/2013/11/general-motors-announces-plan-to-convert-series-b-
junior-preferred-stock-to-common-stock/ , diakses tanggal 21 Juni 2015
www.futurumcorfinan.com
Page 8
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan atau perlu diklarifikasi pada saat terjadinya konversi
ini, terutama pada saat munculnya pemegang saham preferen adalah:
Bagaimana modal saham akan dibayar kembali, misalnya dalam kejadian likuidasi
perusahaan?
Apakah modal saham preferen dapat ditebus kembali (redeemable)? Kalau bisa, siapa
yang memegang opsi untuk meminta saham preferen ditebus, apakah pada pihak
perusahaan, atau pada pihak pemegang saham preferen? Apakah perlu diatur periode
“exercise” opsi tersebut, dan berapa harga “exercise” yang perlu disepakati?
Bagaimana para pihak pemegang saham akan berbagi atas aset neto dan [saldo] laba
bersih perusahaan? Ingat bahwa saham preferen dengan hak kumulatif dan partisipatif
(lihat penjelasan saham preferen di Apendiks tulisan ini) dapat turut berbagi atas aset
neto dan [saldo] laba bersih perusahaan.
Apakah akan ada skema reinvestasi dividen?5
Apakah saham preferen bersifat kumulatif, partisipatif, dan lain-lain?
Apakah saham preferen akan memiliki hak suara (voting rights), atau tidak punya sama
sekali, atau hak suara terbatas dalam hal-hal tertentu, hak mana lebih bersifat protektif
(protective rights), atau guna melindungi kepentingan pemegang saham preferen?
Apakah dalam kelompok modal saham preferen sendiri dimana terdapat lebih dari 1
(satu) pemegang saham preferen, perlu ditentukan aturan terkait prioritas hak atas
pembayaran atau pengembalian modal saham dan deviden?
Berapa jumlah lembar saham baik saham biasa atau saham preferen yang nantinya akan
terlibat dalam konversi saham, perlu mempertimbangkan kemampuan perusahaan itu sendiri
dalam membayar dividen di masa depan, serta kemampuan perusahaan untuk membayar
pokok pinjaman dan kewajiban beban bunga periodik kepada pihak kreditor pada saat jatuh
tempo.
5 Skema reinvestasi dividen bisa juga diartikan sebagai distribusi dividen saham, dimana jumlah lembar
sahamnya akan proporsional dengan jumlah saham yang telah dimiliki oleh masing-masing pemegang saham guna memastikan bahwa persentase kepemilikan saham masing-masing pemegang saham tidak mengalami perubahan sebelum dan sesudah distribusi dividen saham. Pengertian skema reinvestasi dividen secara prinsip jauh lebih luas dari semata-mata distribusi dividen saham, karena ia juga bisa mencakup penerbitan tambahan saham baru kepada pihak pemegang saham perusahaan yang sudah ada, yang dilakukan pada harga yang lebih rendah dari harga pasar saat penerbitan. Jadi secara implisit, ada “dividen terselubung” yang diberikan kepada pihak pemegang saham yang ada.
www.futurumcorfinan.com
Page 9
Hal di atas perlu dimasukkan dalam analisa, karena kalau ada saham preferen dengan sifat
“wajib dividen”, artinya, pembayaran dividen tersebut menjadi suatu kewajiban dan perlu
diprioritaskan terlebih dahulu, maka ini jelas, dalam kondisi saldo uang tunai yang terbatas,
kemungkinan dividen saham preferen akan tidak terbayar.
Terkait pemecahan saham menjadi lembar saham yang lebih sedikit atau lebih banyak, berikut
perubahan harga per lembar saham, dimungkinkan stock split, dimana saham dengan nilai
nominal per lembar yang lebih tinggi dipecah menjadi ke dalam lembar saham yang lebih
banyak, dengan nilai nominal per lembar yang lebih rendah.
Contoh stock split6:
6Sumber:http://www.topsaham.com/new1/index.php?option=com_content&view=article&id=12260:-good-
year-indonesia-stock-split-110&catid=47:berita-photo, diakses tanggal 21 Juni 2015
www.futurumcorfinan.com
Page 10
http://www.iqplus.info/news/stock_news/bali-bali-akan-mulai-perdagangkan-nominal-saham-
baru-pada-30-juli,04082031.html
Opsi ini terbalik dengan tujuan reverse stock split, justru untuk menarik pihak investor individu,
mengingat harga per lembar saham menjadi lebih terjangkau bagi mereka. Likuiditas saham
diharapkan akan meningkat, dengan frekuensi perdagangan yang lebih tinggi di pasar modal.
Sebaliknya, perusahaan di sini bisa mempertimbangkan untuk menggabungkan beberapa
lembar saham menjadi lembar saham yang lebih sedikit, dengan harga per lembar saham
mengalami kenaikan. Ini dikenal sebagai reverse stock split.
Contoh reverse stock split7:
7 Sumber: http://investasi.kontan.co.id/news/bull-akan-reverse-stock-dengan-rasio-81, diakses tanggal 21
Juni 2015
www.futurumcorfinan.com
Page 11
Untuk perusahaan terbuka yang sahamnya diperdagangkan di bursa saham, pilihan reverse
stock split ini dapat menarik pihak investor institusi dibandingkan pihak investor individual.
Opsi lainnya, adalah memunculkan lebih dari satu kelompok hak-hak pihak pemegang saham,
sebagaimana digambarkan di bawah ini.
www.futurumcorfinan.com
Page 12
Pada umumnya, modal saham perusahaan hanya terdiri dari satu kelompok saham dengan
hak-hak yang seragam dimiliki oleh seluruh pemegang saham. Namun dapat dimungkinkan
untuk menerbitkan saham dengan hak-hak yang berbeda-beda antara satu kelompok hak
dengan kelompok lainnya. Hak-hak ini bisa mencakup klaim atas dividen, apakah bisa
dikonversi ke saham biasa, apakah bisa dibeli kembali oleh perusahaan, atau tambahan saham
baru.
Misalnya, satu kelompok saham biasa berhak atas pembagian dividen, memiliki prioritas atas
pengembalian modal pada saat pembubaran perusahaan, memiliki hak suara, atau turut
berpartisipasi dalam pembagian aset neto perusahaan (di luar pengembalian modal saham)
pada saat penutupan usaha perusahaan.
www.futurumcorfinan.com
Page 13
Pembahasan Kedua: Penurunan pada Modal Saham
Sifat modal saham secara umum, dipahami “permanen”, yaitu bahwa ini tidak bersifat seperti
hutang, dimana perusahaan berkewajiban untuk mengembalikannya atau membayar kembali
dana yang sudah diberikan kepada perusahaan. Artinya, perusahaan tidak memiliki kewajiban
untuk mengembalikan modal saham yang telah ditanamkan berupa setoran modal saham oleh
pihak pemegang saham ke dalam perusahaan.
Namun mengingat begitu dinamisnya kondisi ekonomi yang dapat menimbulkan berbagai
masalah bisnis bagi perusahaan, situasi mana mengakibatkan perusahaan berada dalam suatu
situasi tertentu untuk tidak dapat tetap mempertahankan struktur modal saham yang ada.
Sebagai contoh:
Aktivitas bisnis perusahaan terpaksa dihentikan, dan bisa mengarah ke keputusan untuk
melikuidasi perusahaan, dan diikuti dengan penjualan sebagian atau seluruh aset
perusahaan. Hasil penjualan aset tersebut akan digunakan untuk melunasi kewajiban
kepada pihak ketiga yang ada, dan sisanya guna mengembalikan modal saham yang
telah ditanamkan oleh pihak pemegang saham.
Mungkin juga terdapat situasi dimana terdapat aset perusahaan yang tidak dapat
dipergunakan secara efisien, atau kalaupun bisa dipergunakan, tingkat imbal hasil atas
penggunaan aset tersebut lebih rendah dibandingkan tingkat imbal hasil kalau dana dari
penjualan aset tersebut dikembalikan kepada pihak pemegang saham untuk ditanamkan
sendiri oleh pihak pemegang saham di instrumen investasi pasar modal, atau di bisnis
lainnya.
Dari analisa manajemen, didapatkan bahwa modal saham yang telah ditanamkan oleh
pihak pemegang saham yang ada, ternyata mengalami “kelebihan” dibandingkan
dengan yang benar-benar dibutuhkan oleh perusahaan untuk pembiayaan investasi,
modal kerja dan operasional, katakan dalam 3-5 tahun ke depan.
Mengingat bahwa pihak pemegang saham-lah yang menanggung resiko bisnis
(business risk), dimana modal saham yang telah ditanamkan dapat mengalami
kehilangan. Artinya pihak pemegang saham tidak dapat mengharapkan dan perusahaan
tidak berkewajiban untuk mengembalikan secara utuh, modal saham yang telah
ditanamkan oleh pihak pemegang saham. Kerugian dari usaha akan tergambar dalam
laporan laba rugi dan laba komprehensif, yang pada umumnya tercermin dalam akun
www.futurumcorfinan.com
Page 14
defisit (deficits)8. Secara implisit, adanya akun defisit menyatakan bahwa modal saham
yang telah ditanamkan oleh pihak pemegang saham sudah tidak “utuh” jumlahnya
dibandingkan dengan jumlah awal pada saat ditanamkan. Jumlah yang “tidak utuh” ini
akan menjadi kenyataan (atau “terealisasi”) pada saat perusahaan mengembalikan
modal saham tersebut tidak sebesar modal saham awal, misalnya dilakukan
pengembalian modal saham pada saat penutupan usaha perusahaan.
Beberapa contoh atau situasi di atas dapat membawa perusahaan pada opsi penurunan modal
saham. Di sini perlu dibedakan dengan “pengembalian” seluruh modal saham (return of capital),
misalnya dalam situasi likuidasi atau penutupan usaha. Modal saham perusahaan hanya
mengalami penurunan, misalnya, karena ada sebagian modal saham yang dikembalikan
kepada pihak pemegang saham.
Berbicara penurunan modal saham, maka bisa terdapat 2 (dua) model, yaitu:
Penurunan yang sama (equal reduction). Di sini penurunan modal saham dilakukan dan
diterapkan untuk semua pihak pemegang saham, misalnya semua pemegang saham
biasa. Perlakuan yang sama ini (equal treatment) tidak hanya berlaku untuk jumlah
nominal yang dikembalikan ke pihak pemegang saham proporsional dengan persentase
kepemilikan sahamnya atau jumlah lembar saham yang dipegang oleh masing-masing
pemegang saham biasa, tetapi juga menyangkut nilai, dan bahkan terms and conditions
penurunan modal saham ini.
Penurunan yang selektif (selective reduction). Di sini penurunan modal saham hanya
berlaku untuk pihak pemegang saham [biasa atau preferen] tertentu. Ini memunculkan
adanya:
i. Pemegang saham partisipatif (participating shareholders) yang turut dalam
skema penurunan modal saham.
ii. Pemegang saham non-partisipatif (non-participating shareholders) yang tidak
turut dalam skema penurunan modal saham.
Implikasi dari penurunan modal saham secara selektif ini jelas ada. Pihak pemegang
saham partisipatif akan mengalami dilusi persentase kepemilikan saham dalam
8 Versus saldo laba – retained earnings, dalam kondisi usaha bisnis perusahaan mendatangkan
keuntungan dan perusahaan mampu mengakumulasi laba yang tidak dibagikan dalam bentuk dividen kepada pihak pemegang saham.
www.futurumcorfinan.com
Page 15
perusahaan, sedangkan pihak pemegang saham non-partisipatif akan mengalami
kenaikan persentase kepemilikan sahamnya dalam perusahaan.
Ada beberapa hal terkait pilihan penurunan modal saham di atas:
Penurunan modal saham pada umumnya melibatkan penurunan modal saham secara
merata atau proporsional kepada semua pemegang saham yang ada, artinya ada
perlakuan yang “fair” kepada semua pihak pemegang saham yang ada (existing
shareholders). Jadi tampak “tidak fair” kalau penurunan modal saham hanya diterapkan
untuk pemegang saham tertentu.
Bagaimana kalau di samping perusahaan memiliki pemegang saham biasa, juga
memiliki pemegang saham preferen? Apakah penurunan modal saham ini mesti berlaku
juga bagi semua pemegang saham biasa dan preferen supaya bisa dianggap “fair”?
Kalau penurunan modal saham yang notabene merupakan pengembalian “sebagian”
modal saham, hanya diterapkan bagi pihak pemegang saham biasa, apakah pihak
pemegang saham preferen bisa beranggapan bahwa ini tidak “fair” karena adanya
penggunaan dana kas [terlepas apakah berasal dari penjualan aset perusahaan] guna
penurunan modal saham kepada pemegang saham biasa, akan berimplikasi dana yang
tersedia untuk misalnya pembayaran dividen pihak pemegang saham preferen menjadi
berkurang.
Terkait penurunan modal saham yang pada umumnya melibatkan penggunaan dana kas
perusahaan, pembatasan dari pihak kreditor juga menjadi pertimbangan utama bagi
manajemen perusahaan.
Pihak kreditor kemungkinan besar sudah mengantisipasi hal-hal ini, dan dapat saja
memasukkan klausul guna mencegah terjadinya penjualan aset perusahaan tidak dalam
konteks usaha bisnis normal - meskipun dikatakan tidak efisien dipergunakan oleh perusahaan,
atau hasil penggunaan aset tersebut hanya memberikan tingkat imbal hasil yang rendah -
dimana dana hasil penjualan aset tersebut, dipergunakan untuk mengembalikan sebagian
modal saham pihak pemegang saham biasa dan/atau preferen.
Pertimbangan pihak kreditur, dana kas yang tersedia untuk membayar kewajiban beban bunga
periodik dan pokok pinjaman kemungkinan dapat terganggu. Klausul “negative covenants” yang
bersifat melindungi kepentingan pihak kreditur, dapat mensyaratkan bahwa perusahaan tidak
diperbolehkan untuk melakukan penurunan [sebagian] modal saham, sepanjang masih terdapat
www.futurumcorfinan.com
Page 16
kewajiban pokok pinjaman dan beban bunga periodik yang masih belum dilunasi dengan pihak
kreditur.
Secara selintas, pemahaman “penurunan” modal saham tampak hanya terbatas pada
“pengembalian” modal saham berupa uang tunai kepada pihak pemegang saham biasa, namun
ini tidak selalu demikian. Sesungguhnya terdapat berbagai cara guna “penurunan” modal
saham.
Pembatalan modal saham yang belum diambil pihak pemegang saham, atau masih
dalam portofolio/portepel.
Pembatalan modal saham yang “hilang” atau tidak diwakili oleh aset yang ada.
Pembatalan modal saham yang benar-benar “hilang”, atau dengan kata lain,
perusahaan mengalami kerugian, dimana akun saldo laba justru menunjukkan negatif.
Di sini, “kehilangan” atau “kerugian” modal saham “ditunjukkan” bahwa modal saham
yang disajikan dalam neraca perusahaan tidak dapat didukung lagi oleh aset
perusahaan yang ada, atau praktis, modal saham tersebut kehilangan makna.
Pembatalan forfeited shares9.
Menebus kembali (redeem) atas saham preferen yang dapat ditarik/ditebus kembali
(redeemable preference share).
Pembelian kembali saham perusahaan (share buy-back).
Aset-aset Menganggur (Idle Assets) dan Penurunan Modal Saham
Di samping itu, penurunan modal saham dapat didorong adanya aset-aset yang menganggur
(idle assets).
Yang menarik dalam hal ini, laporan keuangan perusahaan kadang kala menunjukkan bahwa
perusahaan memiliki aset yang lebih banyak daripada yang benar-benar dibutuhkan dan dapat
dipergunakan guna mendatangkan keuntungan atau tingkat imbal hasil yang wajar. Aset-aset
ini bisa disebut sebagai aset-aset “menganggur”.
Situasi yang paling mencolok adalah pada saat perusahaan memiliki saldo kas di rekening bank
dengan jumlah di atas kebutuhan operasional, pembiayaan modal kerja dan belanja modal
(capital expenditure)10.
9 Lihat definisi “forfeited shares” di http://www.investopedia.com/terms/f/forfeited-share.asp, diakses
tanggal 19 Juni 2015. 10
Ada banyak argumen yang diajukan terkait mengapa perusahaan cenderung memegang uang tunai dalam jumlah yang signifikan. Secara umum, ada 3 (tiga) model teori yang dikemukakan yaitu (i) Trade-
www.futurumcorfinan.com
Page 17
Contoh Perusahaan – perusahaan yang memiliki saldo kas yang besar antara lain11:
Off Model, (ii) Pecking Order Theory (Myers, 1984), dan (iii) Free Cash Flow Theory (Jensen, 1986). Namun menurut penulis, walaupun uang tunai hanya menghasilkan tingkat imbal hasil yang rendah sekali, namun memegang uang kas memiliki nilai likuiditas (value of liquidity). Dalam kondisi ekuilibrium, nilai marginal dari tambahan likuiditas akan sama dengan tingkat suku bunga instrumen keuangan dengan tingkat bunga. Lihat argumen terkait “What is the Value of Liquidity” terkait uang tunai pada buku “Principles of Corporate Finance” (Edisi kesepuluh) oleh Richard A. Brealey, Stewart C. Myers, dan Franklin Allen. New York (USA): McGraw-Hill/Irwin, a business unit of The McGraw-Hill Companies, Inc. Bab 34: What We Do and Do Not Know about Finance. Halaman 873. 11
Sumber: http://finance.detik.com/read/2015/05/16/094539/2916256/4/tajirnya-perusahaan-ini-punya-
uang-tunai-rp-5500-triliun, diakses tanggal 22 Juni 2015
www.futurumcorfinan.com
Page 18
Dengan asset base yang tinggi, tingkat imbal hasil (return on net assets) perusahaan akan
tertekan ke bawah, dan pihak pemegang saham kemungkinan besar akan meminta penjelasan
kepada pihak manajemen. Pihak manajemen sendiri tentunya juga sudah menyadari adanya
beberapa aset perusahaan yang tidak digunakan secara efisien atau mendatangkan tingkat
imbal hasil yang tidak sejalan dengan ekspektasi pasar.
Apabila perusahaan bergerak dalam industri yang mengalami tren menurun terus (alias,
kesempatan investasi bisnis yang ada semakin minim), maka ada kemungkinan perusahaan
berusaha untuk memperkecil asset base dengan berusaha menjual atau mengalihkan aset-aset
yang tidak menunjang bisnis inti, dan mengembalikan dana hasil penjualan ke pihak pemegang
saham. Dalam hal ini, tingkat imbal hasil atas total aset bersih perusahaan diharapkan akan
meningkat, mengingat asset base mengalami penurunan.
Pihak manajemen dapat mempertimbangkan beberapa opsi terkait aset (termasuk dana kas)
yang menganggur, antara lain, aset tersebut, kalau berupa aset tetap, dapat dijual, dan kalau
berupa dana kas, bisa digunakan untuk:
Melunasi hutang yang memiliki beban bunga tetap (fixed) atau mengambang (floating).
Pada saat tingkat bunga kredit pinjaman secara umum mengalami penurunan12, dan
12
Ini terutama relevan bagi surat utang atau hutang obligasi jangka menengah atau jangka panjang, dimana besar kemungkinan tingkat bunga pinjaman secara umum mengalami perubahan secara signifikan terkait adanya periode interval yang relatif lama sejak surat utang tersebut diterbitkan. Adanya perubahan atau kalaupun sebatas ekspektasi perubahan dalam level tingkat bunga, katakan mengalami penurunan, maka ini jelas akan mempengaruhi nilai pasar (catatan: surat hutang tersebut diperdagangkan di bursa, misalnya, obligasi) yang meningkat, mengingat adanya hubungan terbalik antara tingkat bunga yang diminta oleh pelaku pasar dengan nilai pasar surat utang. Dari sisi pihak manajemen perusahaan, guna melindungi kepentingan perusahaan terhadap kemungkinan perubahan yang tidak menguntungkan dari perubahan tingkat bunga, dan melihat nilai pasar surat utang yang meningkat seiring penurunan tingkat bunga (=tingkat imbal hasil yang diminta oleh pelaku pasar surat utang yang diperdagangkan), akan menguntungkan untuk membeli atau melunasi lebih awal surat utang tersebut pada harga nominal (face value) yang lebih rendah daripada nilai pasar surat utang, dimana pembelian atau pelunasan tersebut dapat dilakukan melalui pembelian surat utang di pasar modal, atau dengan melaksanakan hak penebusan kembali (redeem) surat utang tersebut sebelum tanggal jatuh tempo. Faktor berupa perbedaan jumlah antara nilai nominal (atau face value, nilai pokok utang) dan nilai pasar surat utang, pada umumnya merupakan pertimbangan utama dilakukannya pembelian kembali surat utang. Namun demikian ada juga faktor-faktor lain yang secara implisit dipertimbangkan, misalnya review atas resiko surat utang terhadap proyeksi arus kas di masa depan mengingat adanya beban bunga tetap (fixed interest cost) bagi perusahaan dan juga ekspektasi manajemen perusahaan terkait tren tingkat bunga pinjaman atau tingkat bunga atau imbal hasil yang akan diminta oleh pelaku pasar di masa depan. Misalnya, dapat juga timbul kekuatiran bagi manajemen perusahaan, bahwa di kemudian hari, likuiditas dapat mengalami kemerosotan atau tingkat imbal hasil yang akan diminta oleh pihak pelaku pasar akan
www.futurumcorfinan.com
Page 19
pada saat yang sama, perusahaan memiliki kredit pinjaman dengan tingkat bunga tetap
(yang lebih tinggi daripada tingkat bunga pasar pada saat ini), maka secara analisa,
perusahaan akan diuntungkan apabila melunasi kredit pinjaman dengan tingkat bunga
tetap yang lebih tinggi, dan kemudian dapat mengajukan fasilitas kredit pinjaman yang
akan dikenakan dengan tingkat bunga pasar saat ini yang lebih rendah.
Dana penjualan aset menganggur atau dana kas berlebih dapat dimanfaatkan untuk
membeli atau diinvestasikan ke dalam aset yang diharapkan akan mendatangkan
tingkat imbal hasil lebih tinggi, misalnya membeli saham perusahaan atau bisnis yang
sudah berjalan.
Dana menganggur digunakan untuk diversifikasi ke bisnis yang berbeda profil resiko dan
keuntungan dibandingkan dengan profil resiko dan keuntungan yang sudah dijalankan
selama ini oleh perusahaan.
Dana menganggur dapat digunakan untuk menunjang unit bisnis yang sedang
mengalami pertumbuhan tinggi guna menangkap momentum pertumbuhan dalam
industri bersangkutan.
Dana dipergunakan untuk distribusi dividen dalam jumlah besar kepada para pemegang
saham. Di sini terdapat asumsi bahwa diharapkan pihak pemegang saham dapat
memanfaatkan dana tersebut untuk investasi dengan tingkat imbal hasil (sesudah pajak)
yang lebih tinggi dibandingkan kalau dikelola atau dipegang oleh pihak perusahaan.
Dana tersebut dipergunakan untuk mengembalikan sebagian modal saham yang telah
disetorkan oleh pihak pemegang saham. Dalam hal ini terjadi penurunan modal saham
perusahaan.
semakin tinggi, sehingga tidak dengan mudah pihak manajemen perusahaan dapat menerbitkan surat utang baru di kemudian hari. Ketersediaan dana kas berlebih/menganggur, atau dana kas berasal dari penerbitan saham biasa baru atau adanya aset yang dicadangkan khusus guna pelunasan surat utang (umum dikenal sebagai debt redemption reserve fund atau bond sinking fund), atau adanya aset tetap yang dicadangkan khusus (atau dikenal sebagai ring-fenced assets) dapat juga mendorong manajemen perusahaan untuk membayar surat utangnya atau fasilitas kredit. Pembayaran atau penebusan ini bisa dilakukan (i) secara bertahap dengan mencicil mengikuti suatu rencana yang telah disetujui, atau (ii) pembelian di pasar modal dengan memperhatikan nilai pasar surat utang mencapai yang tertinggi, atau (iii) pada harga yang sudah disepakati oleh pihak manajemen perusahaan. Sebagai catatan: atas penjualan aset tetap khusus guna pelunasan lebih awal surat utang di atas nilai tercatat atau nilai buku aset tetap, akan membuat perusahaan membukukan adanya laba atau keuntungan yang bisa dikenakan pajak penghasilan, apakah pada level transaksi, atau pada level perusahaan. Adanya faktor timbulnya beban pajak penghasilan yang jumlahnya signifikan bisa menunda transaksi penjualan aset tersebut, atau pihak manajemen perusahaan akan mencari alternatif lainnya untuk melunasi fasilitas kredit yang ada.
www.futurumcorfinan.com
Page 20
Tentunya sebelum mengambil keputusan terkait pilihan opsi yang ada, manajemen perusahaan
perlu mempertimbangkan apakah benar-benar semua kesempatan investasi (investment
opportunities) yang dapat memberikan tingkat imbal hasil wajar dalam lini bisnis dalam industri
yang sama, telah dipelajari dan dimanfaatkan.
Namun demikian, perlu dilihat kembali bahwa berbagai opsi tersebut tentunya memiliki sisi cost
and benefit masing-masing yang perlu dipertimbangkan, plus minus-nya, misalnya:
Biaya transaksi yang akan timbul, misalnya honorarium untuk konsultan legal,
kemungkinan bisa menghadirkan semua pemegang saham dalam rapat umum
pemegang saham, dan lain-lain.
Tingkat imbal hasil dari investasi yang ada di pasar atau pilihan investasi lainnya.
Misalkan selama ini aset yang bersangkutan hanya mendatangkan tingkat imbal hasil
sebesar 8% per tahun, namun perusahaan melihat adanya kesempatan bisnis di industri
atau di region lain, yang dapat mendatangkan tingkat imbal hasil sebesar 10%.
Dampak jangka panjang, baik bagi perusahaan atau bagi pihak pemegang saham.
Misalnya apabila di kemudian hari ada kebutuhan belanja modal (capital expenditure),
investasi atau akuisisi dengan ekspektasi tingkat imbal hasil yang lebih tinggi, apakah
manajemen sebaiknya tetap mempertahankan dana kas berlebih di rekening bank
perusahaan. Meningkatkan atau menaikkan modal saham kembali di kemudian hari
belum tentu dapat terealisasi dengan cepat mengingat kemungkinan pihak pemegang
saham tidak memiliki dana tunai untuk disetorkan, dan bisa jadi, pihak manajemen juga
masih perlu mempresentasikan rencana bisnis (business plan)-nya terlebih dahulu di
depan pihak pemegang saham, rencana bisnis mana yang belum tentu akan mendapat
persetujuan dari seluruh pemegang saham yang hadir.
Implikasi kewajiban pajak yang wajib dibayar, misalnya terkait pajak terutang atas laba
atau keuntungan dari penjualan aset tetap atau tanah, pajak atas dividen, pajak
pertambahan nilai atas transaksi penjualan atau pengalihan, dan lain-lain.
Ketentuan aturan hukum perseroan terbatas yang wajib dipenuhi.
Pilihan penurunan modal saham kadang menjadi lebih kompleks pada saat manajemen
dihadapkan juga pada fakta bahwa:
o Modal saham terdiri lebih dari satu kelas atau tipe modal saham dengan hak-hak yang
berbeda-beda. Adanya lebih dari satu kelas atau tipe modal saham, dapat
www.futurumcorfinan.com
Page 21
mengakibatkan penurunan modal saham secara selektif, karena kemungkinan ada
kelompok modal saham dengan hak tertentu yang tidak mau dikurangi porsinya. Isu
“fair” dan “equal treatment” bisa menjadi isu yang kompleks bagi masing-masing
pemegang saham.
o Terdapat saham dalam portepel yang belum diterbitkan atau adanya saham yang telah
diterbitkan, namun karena alasan tertentu, saham tersebut belum dibayar penuh oleh
pihak pemegang saham yang ada.
Pertimbangan plus-minus di atas dapat saja membuat pihak manajemen untuk tidak hanya
menggunakan satu pilihan di atas, akan tetapi beberapa pilihan dilaksanakan baik pada saat
bersamaan atau secara bertahap. Misalnya, dapat dipilih bersamaan opsi untuk:
Melunasi fasilitas kredit dengan tingkat bunga tetap yang relatif lebih tinggi daripada
tingkat bunga pasar yang ada;
Membagikan dividen kepada pihak pemegang saham, baik saham preferen dan/atau
saham biasa;
Mengembalikan sebagian modal saham preferen dan/atau saham biasa, yang berarti di
sini, terjadi penurunan modal saham. Penurunan bisa diarahkan ke penurunan nilai par
per lembar saham, atau penurunan lembar saham, atau kedua-duanya.
Membeli Kembali Saham (Share Buy-Backs)
Di sini pihak perusahaan memutuskan untuk membeli kembali saham yang telah diterbitkan dari
pihak pemegang saham. Inisiatif pembelian kembali saham yang beredar pada umumnya
datang dari inisiatif manajemen perusahaan atau bisa juga atas permintaan pihak pemegang
saham yang ada.
Secara prinsip, saham ini pada dasarnya “ditarik kembali” dari peredaran, dikembalikan ke
perusahaan dimana saham-saham tersebut akan dibatalkan berikut semua hak-hak yang
menyertai saham tersebut. Saham-saham yang telah dibatalkan pada umumnya tidak dapat
diterbitkan kembali.
www.futurumcorfinan.com
Page 22
Pertanyaan mendasar tentunya, mengapa perusahaan mau membeli kembali saham dari
pemegang sahamnya? Beberapa argument dapat dibangun, antara lain:
Perusahaan berkeinginan untuk memberikan kepada pihak pemegang saham yang ada,
harga per lembar saham yang mendekati nilai pasar dari aset neto perusahaan.
Guna meningkatkan laba per saham (earnings per share).
Guna memaksimalkan penggunaan dana menganggur (idle funds).
Guna mengembalikan kelebihan dana di luar kebutuhan operasional dan investasi dan
belanja modal.
Guna merealisasikan ESOP (Employee Stock Option Programme), dimana pihak
karyawan bisa membeli saham perusahaan.
Dalam perusahaan ventura bersama (joint venture) atau partnership/persekutuan
perdata, guna mengakomodasi pembelian saham joint venturer atau sekutu yang
mengundurkan diri.
Dalam hal ada pemegang saham suatu perusahaan yang tidak ingin memegang saham
perusahaan lagi, dan dengan mempertimbangkan sebaiknya saham tersebut tidak dijual
kepada pihak luar atau dijual ke salah satu pemegang saham yang ada yang bisa
mengakibatkan pengendalian (control) oleh pihak pembeli tersebut, pihak manajemen
perusahaan dapat memutuskan untuk membeli saham pemegang saham tersebut.
Kondisi pasar modal dapat juga mempengaruhi atau mengakibatkan manajemen
perusahaan untuk memutuskan untuk membeli kembali saham perusahaan. Misalnya
dalam kondisi dimana harga per lembar saham perusahaan di lantai perdagangan bursa
saham mengalami penurunan yang signifikan, maka perusahaan melihat bahwa harga
pasar per lembar saham jauh di bawah nilai intrinsik atau nilai fundamental saham maka
perusahaan memutuskan untuk membeli kembali saham-saham tersebut pada harga
pasar yang rendah.
Salah satu contoh perusahaan yang melakukan stock split adalah13 :
13
http://www.britama.com/index.php/2015/06/mnc-grup-siapkan-dana-rp64-triliun-untuk-buy-back-saham/
www.futurumcorfinan.com
Page 23
Grup MNC bakal membeli kembali (buyback) sebagian saham yang beredar di pasar menyusul
anjloknya indeks harga saham gabungan (IHSG) dalam beberapa waktu terakhir. Kelompok
usaha milik Hary Tanoesoedibjo (HT) itu khawatir koreksi yang melanda bursa membuat saham
perusahaannya turun dalam.
Seperti dikutip dari bisnis.com, HT mengungkapkan bahwa "Harga saham perseroan saat ini
jauh di bawah nilai wajar, mengingat kuatnya fundamental bisnis BHIT," Dia mengatakan,
gejolak yang saat ini terjadi di pasar saham memberikan kesempatan kepada perseroan untuk
berinvestasi ke dalam saham BHIT. Pasalnya, dia menilai, hal itu mencerminkan prospek
investasi jangka pendek yang paling baik.
Aksi buyback ditujukan sebagai salah satu bentuk usaha perseroan untuk meningkatkan kinerja
saham perseroan. Masing-masing emiten tersebut akan menyimpan saham buyback sebagai
treasury stock dan dapat dijual kembali sewaktu-waktu.
Terdapat beberapa tipe skema pembelian kembali saham perusahaan, yaitu:
o Pembelian kembali saham-saham dari pihak pemegang saham yang memegang
sejumlah tertentu lembar saham perusahaan jauh di bawah rata-rata total lembar
saham yang dimiliki oleh pihak pemegang saham, atau bisa juga ditentukan jumlah
minimum lembar saham, dan apabila terdapat pemegang saham dengan jumlah lembar
www.futurumcorfinan.com
Page 24
saham dibawah jumlah minimum, maka perusahaan dapat memutuskan untuk membeli
kembali saham tersebut.
o Pembelian kembali saham perusahaan dalam rangka program ESOP.
o Pembelian kembali saham dapat dilakukan melalui mekanisme pasar modal yang umum
dikenal sebagai “tender offer”, atau untuk persentase tertentu dari total lembar saham
yang diperdagangkan, otoritas pasar modal bisa menetapkan untuk tidak perlu melalui
“tender offer”.
Dalam skema pembelian kembali saham perusahaan, pada umumnya, terms and conditions
yang sama akan berlaku untuk semua saham yang akan dibeli kembali, ini guna memastikan
pihak pemegang saham melihatnya sebagai proses yang “fair”, dan tidak hanya guna
menguntungkan salah satu atau sebagian atau sekelompok pemegang saham tertentu.
Pembelian kembali, sama seperti penurunan modal saham, dapat juga bersifat selektif.
Tentunya membeli kembali saham perusahaan akan melibatkan pembayaran harga per lembar
saham, dimana harga ini dapat dilakukan:
Pada harga yang sama dengan harga par atau harga pada saat penerbitan saham
tersebut.
Pada harga di atas harga par atau harga pada saat penerbitan saham tersebut
Pada harga di bawah harga par atau harga pada saat penerbitan saham tersebut.
Saham Preferen
Terkait penurunan modal saham preferen, ada pemahaman bahwa perusahaan sebaiknya tidak
melakukan penurunan modal saham preferen, terutama yang bersifat non-kumulatif dan non-
partisipatif (lihat Apendiks untuk berbagai jenis saham preferen). Namun ada juga yang melihat
bahwa sebelum alternatif atau opsi penurunan modal saham biasa dipertimbangkan,
perusahaan justru sebaiknya mempertimbangkan penurunan modal saham preferen dengan
cara membeli kembali saham preferen dari pihak pemegang saham preferen. Saham preferen
yang dapat dibeli kembali oleh perusahaan, atas inisiatif pihak manajemen perusahaan (yang
berarti opsi/hak untuk membeli berada pada pihak manajemen perusahaan) umum dikenal
sebagai redeemable preference share. Biasanya ada beberapa ketentuan hukum yang
memungkinkan pihak perusahaan dapat membeli kembali saham preferen, misalnya:
(i) Jika saham preferen tersebut telah disetor penuh;
www.futurumcorfinan.com
Page 25
(ii) Sumber dana pembelian kembali saham preferen, dibatasi pada sumber tertentu,
misalnya dari saldo laba perusahaan atau dari penerbitan saham biasa dengan tujuan
khusus pembelian kembali saham preferen.
Terdapat beberapa catatan terkait pembelian kembali saham preferen:
Yang menarik bahwa pembelian kembali saham preferen tersebut walaupun akan
mengakibatkan penurunan pada asset base dan equity base, namun tidak pada
common stock base. Namun yang penting dicermati bahwa pembelian kembali saham
preferen bisa mengakibatkan kerugian pada pihak pemegang saham biasa, misalnya
apabila pembelian saham preferen dilakukan pada harga premium yang tinggi.
Penggunaan saldo laba untuk membeli kembali saham preferen jelas akan
mengakibatkan jumlah saldo laba yang tersedia untuk distribusi dividen kepada pihak
pemegang saham biasa akan berkurang. Ingat bahwa dividen [tunai] hanya bisa diambil
dari saldo laba perusahaan.
Pembelian saham preferen jelas juga mensyaratkan bahwa perusahaan memiliki dana
kas tunai yang cukup, dan kalaupun dana tersebut berasal dari dana pinjaman, fasilitas
pinjaman itu sendiri tidak membawa implikasi negatif yang akan dapat mengganggu
kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka panjang-nya, atau
mendatangkan resiko insolvensi tersendiri.
Namun kalau dana pembelian kembali saham preferen berasal dari penerbitan saham
biasa yang baru, maka yang menarik diperhatikan adalah bahwa terjadi perubahan
masing-masing komponen dalam equity atau net worth atau net assets base
perusahaan, yaitu berkurangnya modal saham preferen dan digantikan dengan modal
saham biasa, namun secara total equity, net worth atau net assets, tidak terjadi
perubahan, demikian juga dengan total assets base.
Apendiks: Saham Preferen
Saham preferen pada umumnya memiliki nilai likuidasi, yang ditetapkan pada saat
penerbitannya, dimana nilai likuidasi ini bisa sebesar:
Nilai par.
Nilai par plus premi tertentu.
Tidak menggunakan nilai par, tetapi langsung ditetapkan jumlah nominal likuidasinya.
www.futurumcorfinan.com
Page 26
Pada saat pemegang saham preferen juga memiliki hak prioritas pada saat terjadi distribusi
aset neto perusahaan, ada beberapa klasifikasi saham preferen, misalnya:
Saham preferen non-kumulatif dan non-partisipatif. Di sini pihak pemegang saham
preferen berhak hanya terbatas pada saldo modal saham preferen yang disajikan dalam
bagian Ekuitas di neraca perusahaan. Selisih antara aset neto dengan saldo modal
saham preferen akan sepenuhnya menjadi hak dari pihak pemegang saham biasa,
termasuk di sini, apabila perusahaan mengalami defisit, maka defisit tersebut akan
ditanggung sepenuhnya oleh pihak pemegang saham biasa.
Saham preferen kumulatif dan non-partisipatif. Di sini pihak pemegang saham preferen
berhak hanya terbatas pada saldo modal saham preferen yang disajikan dalam bagian
Ekuitas di neraca perusahaan, dengan satu tambahan catatan dibandingkan saham
preferen non-kumulatif dan non-partisipatif, yaitu, apabila terdapat dividen saham
preferen yang masih tertunggak, maka jumlah hak pemegang saham preferen adalah
sebesar saldo modal saham preferen plus jumlah dividen yang tertunggak belum
dibayarkan. Artinya, ada kewajiban bagi pihak perusahaan untuk mengumumkan
distribusi dividen saham preferen setiap tahun, pada umumnya, sudah ditetapkan sekian
persen (%) dari nilai par saham preferen, dan kalau perusahaan karena satu dan dua
hal, tidak melakukan pembayaran atas distribusi dividen tersebut, maka dividen tersebut
akan bersifat akumulatif, dan itu tetap menjadi hak pihak pemegang saham preferen
untuk menagih pembayarannya.
Dalam hal ini, kita melihat, bahwa dari sisi pemegang saham biasa, kewajiban
pembayaran dividen saham preferen, akan mirip seperti kewajiban pembayaran beban
bunga periodik atas fasilitas kredit pinjaman. Pihak pemegang saham biasa-lah yang
akan menanggung seluruh defisit yang terjadi dari aktivitas bisnis, plus kewajiban
pembayaran dividen saham preferen yang bersifat akumulatif. Jelas bagian atas aset
neto yang menjadi hak pihak pemegang saham biasa akan berkurang.
Saham preferen non-kumulatif dan partisipatif. Di sini, kewajiban pembayaran dividen
saham prefer kalau perusahaan tidak mampu memenuhinya, maka tidak ada sifat
kumulatif, artinya, kewajiban tersebut akan berlalu (lapse), dan pihak pemegang saham
preferen tidak bisa menuntut pembayaran. Namun, mengingat sifat partisipatif, pihak
pemegang saham preferen berhak berbagi dengan pihak pemegang saham biasa,
www.futurumcorfinan.com
Page 27
pembagian dividen di atas jumlah persen yang telah ditetapkan bagi pihak pemegang
saham preferen. Artinya, pihak pemegang saham preferen bisa memperoleh jumlah
dividen yang lebih banyak, mengingat bisa ikut berpartisipasi dalam pembagian dividen
dengan pihak pemegang saham biasa. Ini praktis, saldo laba (retained earnings) tidak
sepenuhnya menjadi hak pihak pemegang saham biasa, tetapi perlu juga dibagi ke
pihak pemegang saham preferen.
Namun dalam hal terjadi defisit dalam bisnis, defisit tersebut tetap menjadi tanggungan
sepenuhnya pihak pemegang saham biasa.
Saham preferen kumulatif dan partisipatif. Di sini pihak pemegang saham preferen turut
berhak atas saldo laba perusahaan, dimana hak pemegang saham preferen atas dividen
tidak hanya terbatas pada sekian % (dari nilai par modal saham preferen yang telah
disepakati), tetapi dapat berpartisipasi dengan pihak pemegang saham biasa untuk
pembagian dividen yang lebih tinggi. Saldo laba menjadi hak pemegang saham biasa
yang perlu dibagi pula ke pemegang saham preferen. Di samping itu, kalau ada dividen
tahunan yang masih belum dibayarkan atau tertunggak, maka apabila di kemudian hari
ada pembagian dividen, sebelum saldo laba dapat dibagikan sebagai dividen kepada
pihak pemegang saham biasa, maka perusahaan berkewajiban membayar terlebih
dahulu ke pihak pemegang saham preferen, tunggakan dividen tersebut. Bagi pihak
pemegang saham biasa, porsinya akan berkurang karena ia akan menanggung
sepenuhnya akun defisit dan tunggakan pembayaran dividen saham preferen setiap
tahun.
Sumber Apendiks:
Drebin, Allan R. Advanced Accounting. Fifth edition. South-Western Publishing Company. 1988.
First published in Indonesia in 1989 by Binarupa Aksara. Chapter 13: Consolidated Statements
– Intercompany Profits; Senior Securities. Halaman 389-390.
~~~~~~ ####### ~~~~~~
www.futurumcorfinan.com
Page 28
Disclaimer
This material was produced by and the opinions expressed are those of FUTURUM as of the date of
writing and are subject to change. The information and analysis contained in this publication have been
compiled or arrived at from sources believed to be reliable but FUTURUM does not make any
representation as to their accuracy or completeness and does not accept liability for any loss arising from
the use hereof. This material has been prepared for general informational purposes only and is not
intended to be relied upon as accounting, tax, or other professional advice. Please refer to your advisors
for specific advice.
This document may not be reproduced either in whole, or in part, without the written permission of the
authors and FUTURUM. For any questions or comments, please post it at www.futurumcorfinan.com
© FUTURUM. All Rights Reserved