one man one fote ) melalui pesta rakyat...

22
1 %$% , 3(1'$+8/8$1 $ /DWDU %HODNDQJ 0DVDODK Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara yang mengakui kedaulatan berada di tangan rakyat. Kedaulatan ini lahir dari sistem pemerintahan demokrasi. Para pemimpin daerah maupun di pusat, dipilih langsung oleh rakyat (one man one fote) melalui pesta rakyat yang dilaksanakan sekali 5 tahun menjadi titik klimaks dari kepemimpinan di negara ini. Kecenderungan sebagian rakyat merasa tertipu dari janji-janji kampanye para calon wakil pilihannya, baik calon kepala daerah hingga calon presiden dan menjadi momok yang tak pernah berubah dari periode sebelumnya ke periode selanjutnya. Di saat tampuk kepemimpinan berlangsung, kekuasaan sering kali dijalankan diluar impian para pemilihnya. Kepentingan rakyat terabaikan karena kepentingan pribadi atau golongan dari pemimpin terpilih. Tidak dapat dipungkiri, bahwa kehidupan sebagian pemimpin dikalahkan oleh problema materialistik. Memperkaya diri sendiri dan golongan membuat kebutuhan rakyat dinomor duakan. Mereka tidak lagi hadir sebagai pelayan rakyat, namun sebaliknya, rakyatlah yang diposisikan sebagai pelayan. Banyak kebijakan pemimpin yang tidak lagi memikirkan atau berpihak pada kehidupan rakyatnya, kebutuhan pangan, harga bahan pokok melonjak, anak- anak yang tidak berpendidikan dan banyaknya pengangguran merupakan korban akan keserakahan para pemimpin. Negara telah merdeka 70 tahun lamanya, namun mengsejahterakan kehidupan rakyat belum mengalami perubahan yang signifikan. Namun sebaliknya, sebagian pemimpin menjadi koruptor, melemahkan hukum dan keadilan. Semestinya, dari sebuah negara yang kaya, terdiri dari ribuan pulau, hasil bumi yang tidak ternilai harganya dan keberagaman suku bangsa, bahasa, agama, budaya serta adat-istiadatnya. Melahirkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, menjadi cerminan akan kehidupan bangsa ini.

Upload: nguyenhanh

Post on 02-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: one man one fote ) melalui pesta rakyat yangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85273/potongan/S2-2015... · KAK adalah sosok orang suci dari para leluhur mereka yang menerima titah

1

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara yang mengakui

kedaulatan berada di tangan rakyat. Kedaulatan ini lahir dari sistem

pemerintahan demokrasi. Para pemimpin daerah maupun di pusat, dipilih

langsung oleh rakyat (one man one fote) melalui pesta rakyat yang

dilaksanakan sekali 5 tahun menjadi titik klimaks dari kepemimpinan di

negara ini. Kecenderungan sebagian rakyat merasa tertipu dari janji-janji

kampanye para calon wakil pilihannya, baik calon kepala daerah hingga

calon presiden dan menjadi momok yang tak pernah berubah dari periode

sebelumnya ke periode selanjutnya.

Di saat tampuk kepemimpinan berlangsung, kekuasaan sering kali

dijalankan diluar impian para pemilihnya. Kepentingan rakyat terabaikan

karena kepentingan pribadi atau golongan dari pemimpin terpilih. Tidak

dapat dipungkiri, bahwa kehidupan sebagian pemimpin dikalahkan oleh

problema materialistik. Memperkaya diri sendiri dan golongan membuat

kebutuhan rakyat dinomor duakan. Mereka tidak lagi hadir sebagai pelayan

rakyat, namun sebaliknya, rakyatlah yang diposisikan sebagai pelayan.

Banyak kebijakan pemimpin yang tidak lagi memikirkan atau berpihak pada

kehidupan rakyatnya, kebutuhan pangan, harga bahan pokok melonjak, anak-

anak yang tidak berpendidikan dan banyaknya pengangguran merupakan

korban akan keserakahan para pemimpin.

Negara telah merdeka 70 tahun lamanya, namun mengsejahterakan

kehidupan rakyat belum mengalami perubahan yang signifikan. Namun

sebaliknya, sebagian pemimpin menjadi koruptor, melemahkan hukum dan

keadilan. Semestinya, dari sebuah negara yang kaya, terdiri dari ribuan pulau,

hasil bumi yang tidak ternilai harganya dan keberagaman suku bangsa,

bahasa, agama, budaya serta adat-istiadatnya. Melahirkan nilai-nilai yang

terkandung di dalamnya, menjadi cerminan akan kehidupan bangsa ini.

Page 2: one man one fote ) melalui pesta rakyat yangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85273/potongan/S2-2015... · KAK adalah sosok orang suci dari para leluhur mereka yang menerima titah

2

Kearifan lokal yang dimiliki negara di setiap suku bangsa, belum pernah

dijadikan sumber nilai yang mampu membuat negara ini lebih bermartabat

dan bermoral.

Di setiap adat, bahasa, suku dan agama itu terkandung sistem nilai

dan sistem pengetahuan yang sudah tumbuh ratusan bahkan ribuan tahun

yang lalu. Jauh sebelum lahirnya NKRI, wilayah yang dikenal dengan nama

nuswantara atau nusantara. Seiring dengan perkembangan peradaban di

seluruh dunia. Populasi makin bertambah, perkembangan suku-suku bangsa

membentuk diri menjadi sebuah wilayah kekuasaan dalam teritorial kampung

(palili) atau dapat dikatakan sebagai polis dalam istilah Plato. Hingga

menyatu membentuk kerajaan besar, sangat kuat dan diperhitungkan oleh

kerajaan-kerajaan sekitarnya.

Indonesia sebenarnya adalah bangsa yang hidup di dalam

kemajemukan rakyatnya. Bersuku-suku, ada ratusan bahasa, setiap bangsa

memiliki karakter dan kualitas yang beragam. Karakter ini terbentuk

berdasarkan sejarah dan perkembangan budaya masyarakat. Memiliki wujud

kesatuan sosial khasnya masing-masing yang terus menjadi suatu

kebudayaan lengkap dengan tatanan aturan tingkah lakunya. Interaksi yang

terus menerus di antara mereka memiliki sistem politik, sistem ekonomi dan

sistem pemerintahan sendiri.

Selain kerajaan, ada pula komunitas adat. Komunitas berdasarkan

ruang lingkup yang lebih kecil jika dibandingkan dengan menggunakan kata

masyarakat yang lebih luas. Menurut Koentjaraningrat (2002: 148) definisi

komunitas adalah suatu kesatuan hidup manusia, menempati suatu wilayah

yang nyata dan yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat, serta

terikat suatu rasa identitas komunitas. Artinya, komunitas memiliki ruang

lingkup kesadaran wilayah, kesadaran identitas berbeda dengan identitas

yang berada di luar wilayah mereka.

Soekanto (2001: 162) mengatakan istilah Community dapat

diterjemahkan sebagai “masyarakat setempat”, menunjuk pada warga sebuah

desa, kota, suku dan bangsa. Dijelaskan, bahwa apabila anggota-anggota

Page 3: one man one fote ) melalui pesta rakyat yangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85273/potongan/S2-2015... · KAK adalah sosok orang suci dari para leluhur mereka yang menerima titah

3

suatu kelompok, baik kelompok kecil atau besar, hidup bersama sedemikian

rupa sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi

kepentingan-kepentingan hidup yang utama, maka kelompok tadi disebut

masyarakat setempat. Poplin (dalam Soelaeman, 1989: 67) mengartikan

secara ringkas bahwa komunitas sebagai satuan kebersamaan hidup sejumlah

orang banyak yang memiliki ciri-ciri: teritorialitas terbatas, keorganisasian

tata kehidupan bersama dan berlakunya nilai-nilai dan orientasi nilai yang

kolektif.

Ruang lingkup komunitas yang hidup bermasyarakat dengan sistem

yang sudah diatur dan dikelola secara turun-temurun hingga tidak terhitung

jumlah hukum adat, sistem kepercayaan dan agama. Hal ini terbukti dengan

pasang surutnya kejayaan-kejayaan bangsa pada masa lalu dengan

keberagaman kerajaan atau komunitas adat. Kebaradaan komunitas adat

dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45) hasil amandemen

mendapat pengakuan dan penghormatan, termaktub dalam Pasal 18 B ayat 2.

Pasal ini memberikan posisi konstitusional kepada komunitas adat

dalam hubungannya dengan negara. Dengan demikian, pada pasal tersebut

adalah satu deklarasi tentang kewajiban konstitusional bagi negara untuk

mengakui dan juga menghormati komunitas adat, memiliki hak

konstitusional untuk memperoleh pengakuan serta penghormatan terhadap

hak-hak tradisionalnya. Hal ini menjadi penting diatur oleh negara, sebab

beberapa komunitas adat di negeri ini, masih memberlakukan sistem politik

dan pemerintahan lokal yang sangat mencerminkan nilai-nilai adat dan

leluhur mereka.1

Penulis melihat, sudah seharusnya negara kembali kepada nilai-nilai

yang terkandung pada kearifan lokal suku bangsa yang dimiliki. Penulis

membahas Komunitas Adat Kajang (KAK) di Kabupaten Bulukumba

1 Misalnya: Keraton Yogyakarta di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang saat ini dipimpin Sultan HB IX secara turun temurun; masyarakat adat Minangkabau di Sumatera Barat (Sumbar) dengan kepemimpinan kepala-kepala adat yang disebut datuk (baca: Toeah, 1985). Komunitas adat Dayak yang hingga saat ini masih terdapat di Pulau Kalimantan (Laksono, dkk, 2006); Spina (1981) menuliskan Mitos dan Legenda Suku Mentawai dengan bagus dan beberapa komunitas adat yang masih banyak ditemukan di Indonesia.

Page 4: one man one fote ) melalui pesta rakyat yangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85273/potongan/S2-2015... · KAK adalah sosok orang suci dari para leluhur mereka yang menerima titah

4

Sulawesi Selatan dengan kepemimpinan Ammatoa (kepala adat).

Kepemimpinan Ammatoa diyakini memiliki kebijaksanaan, kekuataan dan

keahlian lebih. Dalam konsep KAK lebih mengarah pada tatanan sosial serta

mendahulukan kepentingan komunitasnya, pola hidup sederhana dan

bersahaja untuk memanifestasikan kekuasaan adat dalam menjaga hutan adat

serta budaya leluhur, serta KAK adalah komunitas yang mempunyai

pengaruh besar terhadap pemerintahan yang ada di luar Tana Toa.

Komunitas adat biasanya memiliki struktur dan lembaga-lembaga

sosial yang diakui secara formal dalam pemerintahan (negara). Lembaga-

lembaga sosial yang dimaksud dalam KAK adalah Ada’ Limaya, dan

Karaeng Tallua. Dalam struktur kelembagaan terdapat personil yang

mengendalikan gerak dan peranan lembaga-lembaga tersebut, Ammatoa

dibantu sejumlah perangkat adat lain yang dikenal dengan Sulle Hatang,

Anak Karaeng, Pu’Sanro, dan Anrongta (Katu, 2005: 2). Ammatoa bagi

KAK adalah sosok orang suci dari para leluhur mereka yang menerima titah

Tu Riek A’ra’na (TRA).

Dalam penuturan Pasang berupa cerita suci dan ungkapan lainnya

menyebut bahwa perintah atau amanah dari TRA disampaikan kepada

manusia melalui manusia pilihan, Ammatoa. Sebelum masuk pembahasan

yang mendalam mengenai KAK, penulis beralih pada filsuf Yunani yang

telah menghasilkan karya tentang negara ideal -Republik-. Plato, salah satu

filsuf besar yang mengatakan bahwa negara harus dipimpin kaum sofis,

menurutnya kaum sofislah yang memiliki kebijaksanaan (Budiman, 2002: 9).

Dalam Bahasa Yunani nama Plato dieja sebagai “Platon” artinya “yang berbahu lebar”, namun literatur Bahasa Latin dieja menjadi “Plato” sama halnya dalam literatur Bahasa Inggris dan berbagai bahasa lainnya. Sementara di Indonesia menyebutnya “Plato”, gara-gara filsafat masuk ke negeri ini lewat Bahasa Belanda, yang memakai kata “Plato”. Andai ingin mengikuti Bahasa Yunaninya Pla/twn (Platon), dan kalau ingin menyesuaikan diri dengan sebagian besar bahasa internasional di Barat, lebih baik menyebutnya Platon, karena lebih tepat untuk menggambarkan munculnya kata-kata turunan Platonisme, Platonic, Platonis atau Platonisian (Wibowo, 2008: 4-5). Dari sumber yang berbeda, dinyatakan nama julukan Plato itu diberikan oleh seorang pelatih senamnya, berarti “si lebar”.

Page 5: one man one fote ) melalui pesta rakyat yangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85273/potongan/S2-2015... · KAK adalah sosok orang suci dari para leluhur mereka yang menerima titah

5

Julukan ini lebih cepat populer dan menjadi panggilan sehari-hari, bahkan menjadi nama resmi yang diabadikannya lewat seluruh karyanya (Rapar, 2001: 37-38). Namun, dalam penulisan ini, tetap menggunakan ejaan Plato karena ini ejaan yang populer di sebagian kalangan akademisi dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Pemikiran Plato mengenai negara ideal bukan hal yang tidak berdasar

atau asal-asalaan saja. Melihat konsep Plato memiliki indikator yang sama

dalam berjalanannya pemerintahan KAK yang dipimpin Ammatoa. Plato,

dalam karya monumentalnya -Republik-, memulai tulisannya dengan

menjelaskan makna keadilan (justice) dalam dialog yang dilakukan Socrates.

Bagian pertama (Book I) Republik dijelaskan apa dan bagaimana suatu

keadilan. Konsep mengenai keadilan tersebut mengarah pada sosok

pemerintahan dan pemimpin yang baik, dibahas dalam Republik.

Argumen mendasar dalam Republik ialah bahwa “pemimpin” (ruler)

harus memperhatikan aspek moral dan membangun sebuah harmoni antara

individu dan negara (state), perhatiannya terhadap “negara ideal” tersebut

sangat berlandaskan pada etika dalam pelaksanaannya (Melling, 2002: 139).

Hal ini setidaknnya dapat dilaksanakan raja (king) yang mempunyai

kemampuan sebagaimana yang filosof miliki. Pendapat Plato

memperlihatkan raja adalah filosof dan sebaliknya filosof juga seorang raja

(Melling, 2002: 142).

Melihat pemerintahan yang dibangun dalam kearifan lokal KAK dan

ajaran atau pemikiran Plato dalam Republiknya dapat memberikan gambaran

kearifan lokal dan pemikiran filsafat dalam menciptakan pemimpin yang

bijaksana dan terciptanya negara ideal. Seorang pemimpin diharapkan dari

kaum sofis, menurut penulis menarik jika melihat kepemimpinan Ammatoa

dalam KAK. Ammatoa dianggap manusia pilihan dan bijaksana menjadi

sosok pemimpin KAK, penulis melihat dari sudut pandang negara Republik-

Plato. Hal mendasar untuk menulis konsep negara KAK dikarenakan

keberadaan dan keeksistensian nilai-nilai KAK tetap terjaga dan terus

dilestarikan komunitasnya sampai saat ini.

Page 6: one man one fote ) melalui pesta rakyat yangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85273/potongan/S2-2015... · KAK adalah sosok orang suci dari para leluhur mereka yang menerima titah

6

Pemaparan latar belakang masalah mengenai pemikiran Plato dan

pemerintahan KAK telah menghasilkan beberapa masalah untuk dijadikan

rumusan sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep pemerintahan dalam filsafat politik Plato?

2. Bagaimana struktur dan sistem pemerintahan komunitas adat Kajang?

3. Apa konsep pemerintahan komunitas adat Kajang ditinjau dari pemikiran

Plato dalam ‘Republik’?

Penulis mengambil tema terkait KAK ditinjau dari pemikiran -Republik-

Plato. Maka terkait penulisan tersebut, terbukti sejauh ini belum

ditemukannya penelitian yang bertema sama. Plato sebagai filsuf awal

mencoba melihat negara ideal dipimpin kaum aristokrat, sangat menarik

untuk menggali pemikirannya secara lebih mendalam. Beberapa penelusuran

penulis terkait para peneliti, akademisi yang pernah mengangkat KAK telah

terdapat sebagai berikut:

1. Karya dari buku:

a. Sitti Aminah. P. H. berjudul Nilai-Nilai Luhur Budaya Spiritual

Ammatoa Kajang, yang diterbitkan Kanwil Depdikbud Propinsi

Sulawesi Selatan, tahun 1989. Buku ini banyak menjabarkan ajaran

nilai-nilai luhur dalam hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan

manusia dengan alamnya, manusia dengan manusia dan manusia

dengan diri sendiri serta menjabarkan tata cara ritual KAK. Buku

tersebut belum membahas khusus mengenai sistem pemerintahannya

(Aminah , 1989: 19-22).

b. Yusuf Akib. Potret Manusia Kajang. Penerbit Pustaka Refleksi, 2003.

Karya yang banyak berbicara masalah kepercayaan Patuntung dalam

bahasa Konjo, juga karya ini banyak mengungkap kamase-mase

(orang yang bersahaja) dalam sistem nilai-nilainya. Karya Akib cukup

Page 7: one man one fote ) melalui pesta rakyat yangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85273/potongan/S2-2015... · KAK adalah sosok orang suci dari para leluhur mereka yang menerima titah

7

membantu dalam memahami nilai-nilai falsafah ajaran patuntung

(Akib, 2003, 35-39; 52).

c. Mas Alim Katu. Tasawuf Kajang. Penerbit: Pustaka Refleksi,

Makassar, 2005. Karya Katu mengulas penganut kepercayaan

Patuntung berdasarkan pada pasang-pasang dari Kajang. Menurut

hasil penelitiannya, orang Kajang mengklaim bahwa Al-Qur’an turun

dari Kajang, 30 Juz dibawah ke tanah Arab dan 10 Juz Al-Qur’an

tinggal di Kajang. 10 Juz Al-Qur’an yang berada di Kajang

merupakan hakikat dari Pasang ri Kajang (Katu, 2005: 31-32).

2. Karya dari Skripsi, Tesis dan Disertasi:

a. Lungga. Ungkapan Tradisional Dalam Upacara Perkawinan Suku

Kajang Kabupaten Bulukumba (suatu tinjauan antropolingiustik)

ditulis dalam skripsi milik Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin,

1991. Penelitian ini lebih membahas pada ungkapan terkait

perkawinan KAK Desa Tana Toa. Karya Lungga belum menyentuh

hal-hal terkait pemerintahan lokal di Kajang (Lungga, 1991: 24).

b. Abdul Kadir Ahmad. Komunitas Ammatoa di Kajang Bulukumba

Studi Tentang Peranan Kepercayaan Terhadap Pelestarian

Lingkungan Hidup ditulis dalam tesis Program Pascasarjana

Universitas Hasanuddin tahun 1991. Tesis ini dituliskan bagaimana

komunitas Ammatoa dalam hubungannya dengan alam. Hal ini dapat

membantu tesis penulis dalam karya Ahmad menjelaskan aturan-

aturan adat terkait lingkungan atau alam berdasarkan pasang, dengan

dipimpin langsung pemangku adat, Ammatoa (Ahmad, 1991: 68).

c. Sukirman. Konflik dan Integrasi Dalam Masyarakat Bulukumba

(Suatu Kajian Antropologi Budaya Di Kelurahan Tanajaya

Kecamatan Kajang) yang ditulis dalam sebuah tesis Program

Pascasarjana Universitas Hasanuddin tahun 2002. Tesis ini

digambarkan konflik yang terjadi di antara etnis Bugis dan etnis

berbahasa Konjo di Kecamatan Kajang. Dalam tulisan ini, tidak

Page 8: one man one fote ) melalui pesta rakyat yangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85273/potongan/S2-2015... · KAK adalah sosok orang suci dari para leluhur mereka yang menerima titah

8

menyinggung bagaimana kedudukan dan kehidupan komunitas

Ammatoa secara langsung dan jelas (Sukirman, 2002: 53).

d. Kaimuddin Salle. Kebijakan Lingkungan Menurut Pasang (Sebuah

Kajian Hukum Lingkungan Adat Pada Masyarakat Ammatoa

Kecamatan Kajang Kabupaten Daerah Tingkat II Bulukumba).

Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin tahun 1999. Disertasi

ini, fokus kepada kebijakan lingkungan atau alam yang dilakukan

komunitas Ammatoa (Salle, 1999: 100), sementara penulis lebih

kepada ketatanegaraan KAK dalam konsep negara. Namun penulis

dapat mengutip pasang-pasang yang terdapat dalam tesis tersebut.

Bagi penulis, ini cukup membantu memahami ilham-ilham yang

pernah turun melalui Ammatoa maupun KAK pada umumnya.

3. Laporan Penelitian:

a. KMA. M. Usop. Pasang Ri Kajang: Kajian Sistem Nilai Di “Benteng

Hitam: Ammatoa. Laporan Penelitian Pusat Latihan Penelitian Ilmu-

Ilmu Sosial, Ujung Pandang, 1978. Penelitian ini membicarakan

pasang yang diyakini diturunkan melalui Ammatoa (Usop, 1978: 42).

b. Redaksi: R. A. Pelenkahu., Djirong Basang., Abdul Muthalib Saeha.,

dan Nurdin Yatim. Dialek Kondjo Di Sulawesi Selatan: Suatu Laporan

Penelitian Lembaga Bahasa Nasional Tjabang III. Diterbitkan:

Lembaga Bahasa Nasioanal Tjabang III, Udjung Pandang, 1971.

Penelitian ini cukup membantu dalam hal bahasa Konjo dan budaya

Kajang (Pelenkahu, dkk.,1971: 1).

Penelitian yang dilakukan diharapkan memiliki manfaat buat peneliti

selanjutnya, beberapa manfaat penelitian ini:

1. Pada ranah teoritis-akademis, diharapkan memberikan sumbangan

wawasan dan ilmu pengetahuan bagi khazanah penelitian kefilsafatan pada

Page 9: one man one fote ) melalui pesta rakyat yangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85273/potongan/S2-2015... · KAK adalah sosok orang suci dari para leluhur mereka yang menerima titah

9

umumnya, filsafat ke-nusantara-an dan filsafat ke-negara-an dalam sudut

pandang KAK pada khususnya.

2. Berangkat dari kemajuan Fakultas Ilmu Filsafat, Universitas Gadjah Mada

berlandaskan Filsafat Pancasila (Dasar Negara NKRI) maka penelitian

falsafah lokal (lokal wisdom) merupakan ‘isi dalam’ falsafah Pancasila.

Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangsih bagi perkembangan

ilmu pengetahuan dan pendidikan demi kemajuan bangsa dan negara.

3. Penelitian diharapkan dapat mengajukan wacana dan orientasi baru dalam

pengembangan penelitian filsafat dalam konteks negara (pemerintahan

adat) serta yang berakar dari kearifan-kearifan budaya masyarakat

Indonesia.

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan penelitian

ini adalah:

1. Menjelaskan pemikiran filsafat Plato secara umum dan secara khusus pada

filsafat politik pemerintahan ‘Republik’.

2. Menjelaskan secara detail struktur dan sistem pemerintahan KAK.

3. Menganalisis konsep pemerintahan KAK dengan perspektif Plato tentang

Republik.

Kebutuhan dalam literatur untuk dapat menambahkan wawasan tentang KAK

sangatlah perlu, tetapi perlu dikatakan bahwa sangat jarang orang-orang

akademisi dapat menulis dan meneliti tentang KAK. KAK sebenarnya baru

terbuka terhadap masyarakat luar pada masa kepemimpinan Puto Cacong.

Jadi berangkat dari penelusuran pustaka, penulis menemukan berbagai

literatur yang berkaitan dengan topik ini. diantaranya:

Ungkapan tradisional dalam upacara perkawinan Suku Kajang

Kabupaten Bulukumba, suatu tinjauan antropolingiustik yang ditulis dalam

skripsi milik Fakultas Sastra UNHAS 1991 oleh Lungga. Penelitian yang

Page 10: one man one fote ) melalui pesta rakyat yangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85273/potongan/S2-2015... · KAK adalah sosok orang suci dari para leluhur mereka yang menerima titah

10

berangkat dari teori-teori antropolinguistik, membahas pada ungkapan terkait

perkawinan KAK Desa Tana Toa. Misalnya, ungkapan dalam sisaliliki,

adduta, angingassai paua, anggutta sunrang, appanasi balanja, tanro allo

passitteang dan aqnikkah. Diketahui bahwa ungkapan tradisional dalam

upacara perkawinan KAK tidak diucapkan begitu saja, tetapi diungkapkan

berdasarkan konsep-konsep kebudayaan, bahwa ungkapan adalah perkataan

atau kelompok kata yang khusus mengatakan buah maksud dengan arti

kiasan. Dalam Bahasa Konjo, istilah itu dapat di kenal dengan pasang, ilham

dapat digolongkan sebagai ungkapan yang berdiri atas susunan kata-kata

yang baik, indah, menarik dan menggugah perasaan guna mengungkapkan

maksud dengan baik (Lungga, 1991: 34).

Sebuah karya dari Sitti Aminah. P.H. berjudul Nilai-nilai luhur

budaya spiritual Ammatoa Kajang, buku ini banyak menjabarkan tentang

ajaran nilai-nilai luhur dalam hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan

manusia dengan alamnya, manusia dengan manusia dan manusia dengan diri

sendiri (Aminah, 1989: 19). Buku ini sangat deskriptif, menuliskan secara

datar tanpa menggunakan teori khusus.

Yusuf Akib salah satu penulis KAK, Potret Manusia Kajang. Karya

yang banyak berbicara masalah kepercayaan Patuntung dalam Bahasa Konjo,

karya ini banyak mengungkap tentang kamase-mase dalam sistem nilai-

nilainya (Akib, 2003: 35). Ada kaitan dengan penelitian penulis.

Mas Alim Katu. Tasawuf Kajang. Penerbit: Pustaka Refleksi,

Makassar, 2005. Karya Katu mengulas penganut kepercayaan Patuntung

berdasarkan pasang-pasang dari Kajang. Menurut hasil penelitiannya, orang

Kajang mengklaim bahwa asal mula Al-Qur’an turun dari Kajang. 30 Juz

dibawah ke tanah Arab dan selebihnya 10 Juz ditaruh di Kajang. 10 Juz Al-

Qur’an yang berada di Kajang merupakan hakikat dari Pasang ri Kajang

(Katu, 2005: 31-32).

Komunitas Ammatoa di Kajang Bulukumba Studi Tentang Peranan

Kepercayaan Terhadap Pelestarian Lingkungan Hidup yang ditulis dalam

tesis pascasarjana Universitas Hasanuddin tahun 1991 oleh H. Abdul Kadir

Page 11: one man one fote ) melalui pesta rakyat yangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85273/potongan/S2-2015... · KAK adalah sosok orang suci dari para leluhur mereka yang menerima titah

11

Ahmad. Dalam tesisnya, dituliskan menggunakan teori-teori terkait dengan

lingkungan, melihat komunitas Ammatoa dalam hubungannya dengan alam

(Ahmad, 1991: 68).

Konflik dan Integrasi Dalam Masyarakat Bulukumba suatu kajian

antropologi budaya di Kelurahan Tanajaya, Kecamatan Kajang yang ditulis

dalam tesis pascasarjana Universitas Hasanuddin tahun 2002 oleh Sukirman.

Tesis Sukirman menggambarkan konflik yang terjadi di antara etnis Bugis

dan etnis Konjo di Kecamatan Kajang (Sukirman, 2002: 53). Dalam tulisan

ini, penulis tidak menyinggung bagaimana kedudukan dan kehidupan

komunitas Ammatoa secara langsung dan jelas.

Sebuah disertasi ditulis Kaimuddin Salle pada program pascasarjana

Universitas Hasanuddin tahun 1999, Kebijakan Lingkungan Menurut Pasang

sebuah kajian hukum lingkungan adat pada komunitas Ammatoa Kecamatan

Kajang Kabupaten Daerah Tingkat II Bulukumba. Pada tesis ini, fokus

kepada kebijakan lingkungan atau alam yang dilakukan komunitas Ammatoa,

sementara penulis lebih pada ketatanegaraan komunitas Ammatoa dalam

konsep negara (Salle, 1999: 100). Namun penulis dapat mengutip tentang

pasang-pasang yang terdapat dalam tesis tersebut. Bagi penulis ini cukup

membantu dalam memahami ilham-ilham yang pernah turun melalui

Ammatoa maupun KAK pada umumnya.

KMA. M. Usop. Pasang Ri Kajang: Kajian Sistem Nilai Di “Benteng

Hitam: Ammatoa. Laporan Penelitian Pusat Latihan Penelitian Ilmu-Ilmu

Sosial, Ujung Pandang, 1978. Penelitian ini membicarakan pasang atau ilham

diyakini diturunkan melalui Ammatoa (Usop, 1978: 42).

R. A. Pelenkahu., Djirong Basang., Abdul Muthalib Saeha., dan

Nurdin Yatim. Dialek Kondjo Di Sulawesi Selatan: Suatu Laporan

Penelitian. Diterbitkan: Lembaga Bahasa Nasioanal Tjabang III, Udjung

Pandang, 1971, laporan penelitian yang cukup rinci menjelaskan tentang

dialek, Bahasa Konjo dan mencontohkan kata-perkata agar mudah dipahami

bunyi atau ucapan (Pelenkahu, dkk.,1971: 1).

Page 12: one man one fote ) melalui pesta rakyat yangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85273/potongan/S2-2015... · KAK adalah sosok orang suci dari para leluhur mereka yang menerima titah

12

Landasan teoritis akan memuat teori, konsep, serta asas-asas yang digunakan

menganalisis permasalahan yang dikaji dalam penelitian. Adapun landasan

teoritis dimaksudkan berhubungan dengan pengertian negara, gagasan Plato

tentang republik, negara ideal, bentuk-bentuk pemerintahan negara dan

ketidakadilan serta etika dan politik.

1. Pengertian Negara

Negara adalah lembaga purba manusia yang telah ada sekitar 10.000

tahun lampau, sejak masyarakat pertanian pertama muncul di

Mesopotamia. Di Cina, negara dengan birokrasi yang sangat terlatih telah

ada selama ribuan tahun. Di Eropa, negara modern, yang mempunyai

pasukan besar, kekuasaan perpajakan, dan birokrasi terpusat yang dapat

menjalankan otoritas tertinggi atas suatu wilayah luas, muncul lebih

belakangan, sekitar empat atau lima ratus tahun sejak konsolidasi

kerajaan-kerajaan Prancis, Spanyol, dan Swedia (Fukuyama, 2005: 1).

Sementara Plato mengatakan negara adalah tubuh yang senantiasa

maju, berevolusi dan terdiri dari orang-orang (individu-individu) yang

timbul atau ada karena masing-masing dari orang itu secara sendiri-

sendiri tidak mampu memenuhi kebutuhan dan keinginannya yang

beraneka ragam, menyebabkan mereka harus bekerja sama untuk

memenuhi kepentingan bersama (Melling, 2002: 135).

Melihat definisi di atas, dapat diperkuat pernyataan Musa (1963:

25) bahwa negara merupakan sekumpulan manusia yang secara tetap

mendiami wilayah tertentu dan memiliki institusi abstraknya sendiri,

sistem yang dipatuhi para pemegang kekuasaan dan ditaatinya serta

memiliki kemerdekaan politik. Lanjutnya, dari definisi tersebut dapat

ditarik unsur-unsur yang ada bagi terwujudnya dan berdirinya negara

adalah adanya bangsa yang mendiami wilayah tertentu di belahan bumi,

adanya institusi abstrak yang diterima baik bangsa tersebut dan

direalisasikan oleh pemegang kekuasaan, adanya sistem yang ditaati dan

mengatur jenjang-jenjang kekuasaan serta kebebasan politik yang

Page 13: one man one fote ) melalui pesta rakyat yangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85273/potongan/S2-2015... · KAK adalah sosok orang suci dari para leluhur mereka yang menerima titah

13

menjadi identitas bangsa tersebut sehingga tidak mengekor kepada

negara lain (Musa, 1963: 25).

2. Asal Mula Negara Menurut Plato

Keberadaan negara di muka bumi sudah lama, misalnya adanya negara-

negara Babylonia, Mesir, Assyria dan negara-negara ini adanya sekitar

abad ke XVIII sebelum masehi dengan sistem pemerintahan yang sangat

absolut (Soehino, 2005: 11). Namun pemikiran-pemikiran mengenai

negara dan kekuasaan serta hukum dimulai pada masa Bangsa Yunani

kuno dalam abad ke V sebelum masehi yaitu di Athena (Soehino, 2005:

11-13). Terbukti, banyaknya pemikiran-pemikiran dan tokoh-tokoh

filsafat yang lahir dari bangsa ini, seperti Socrates, Plato, Aristoteles dan

lain sebagainya.

Plato adalah seorang filsuf didikan dari Socrates, hidup pada

tahun 429-347SM dan terkenal sebagai pencipta ajaran alam cita

(ideeenleer), dapat diketahui ada tiga karyanya yang terkenal: pertama,

Politeia (negara hukum); kedua, Politikos (ahli negara); dan terakhir,

Nomoi (undang-undang), (Sabon, dkk., 1989: 39). Plato menjelaskan

negara timbul atau ada karena adanya kebutuhan dan keinginan manusia

beraneka ragam, yang menyebabkan harus bekerja sama untuk

memenuhi kebutuhan yang diinginkan. Karena itu, sesuai kecakapan

mereka masing-masing di dalam kerja sama tersebut diadakan

pembagian tugas, namun tetap dalam kesatuan karena tugas-tugas yang

berbeda itu dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan mereka bersama-

sama (Melling, 2002: 135). Kesatuan mereka itulah yang kemudian

disebut masyarakat atau negara (Soehino, 2005: 17).

Di dalam bukunya Politeia (Republik), Plato menggambarkan

negara dalam bentuk ideal seperti manusia yang mempunyai tiga

kemampuan jiwa, yaitu; Kehendak, akal pikiran dan perasaan. Sesuai

dengan tiga kemampuan jiwa yang ada pada manusia tersebut, maka di

Page 14: one man one fote ) melalui pesta rakyat yangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85273/potongan/S2-2015... · KAK adalah sosok orang suci dari para leluhur mereka yang menerima titah

14

dalam negara juga terdapat tiga golongan masyarakat yang mempunyai

kemampuannya masing-masing (Saragih, 1988: 14-15).

Solusi Plato terhadap tentang struktur ideal Negara Beradab

adalah pembagian warga negara ke dalam tiga kelas, masing-masing

memiliki fungsi khususnya sendiri: penguasa akan menyelenggarakan

negara, prajurit Pasukan Asing (Warrior Auxiliaries) akan mendukung

dan membantu Penguasa, Kelas ketiga, warga negara lainnya, akan

menyediakan semua jenis barang dan jasa yang diperlukan untuk

kehidupan yang beradab (Melling, 2002: 146-147). Golongan pertama

hendaknya terdiri dari orang-orang pandai ahli-ahli berpikir dan ahli-ahli

filsafat, rajanya diharapkan orang berfilsafat tinggi (Soehino, 2005: 21).

Plato, individu memiliki kecenderungan yang keras dalam

bertindak atas dasar kepentingannya sendiri. Menurutnya, hanya filsuf

yang dapat melihat persoalan sebenarnya dalam kehidupan, dapat

membedakan yang baik dan yang buruk (Soehino, 2005: 18). Filsuf

melihat nilai-nilai yang abadi; filsuf dapat membebaskan diri dari “dunia

lahir yang berubah dan berganti-ganti dalam gejalanya” dan mereka

mengetahui persoalan sampai pada inti dari segala-galanya (Budiman,

2002: 9). Lanjutnya, bagi Plato yang bisa menjadi pemimpin atau raja

dalam sebuah negara itu hanyalah seorang filsuf.

Golongan kedua disebut golongan ksatria atau prajurit, bertugas

menjaga keamanan negara jika diserang dari luar atau kalau keadaan di

dalam negara mengalami kekacauan (Saragih, 1988: 15). Mereka harus

mendapatkan didikan khusus untuk menjalankan tugasnya, pertama-tama

dibutuhkan adanya siasat keberanian dan golongan ketiga adalah

golongan pekerja atau rakyat, yang biasa disamakan dengan perasaan

manusia. Lanjut Soehino, golongan ini termasuk golongan petani dan

pedagang, tugasnya memenuhi kebutuhan-kebutuhan benda atau material

orang yang hidup di dalam negara (Soehino, 1980: 21).

Page 15: one man one fote ) melalui pesta rakyat yangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85273/potongan/S2-2015... · KAK adalah sosok orang suci dari para leluhur mereka yang menerima titah

15

3. Tujuan Negara

Sepanjang perkembangan sejarah kenegaraan sejak zaman dahulu hingga

sekarang, tujuan daripada negara tidak pernah sama dan tetap. Ada

beberapa pendapat mengenai tujuan dari negara, yaitu sebagaimana

ajaran etik yang Plato kembangkan, maka bagi Plato tujuan negara

sinkron dengan tujuan hidup manusia, yaitu kesenangan dan

kebahagiaan warganya (Sabon, dkk. 1989: 93-97).

Ketika tujuan negara adalah kesenangan dan kebahagiaan hidup

manusia maka tugas negara yang paling menonjol ialah fungsi

kesejahteraan yakni mengupayakan kesenangan dan kebahagiaan

tersebut. Kendati demikian pemikiran Plato tidaklah dapat dimaknai

sesederhana itu, karena sesungguhnya terdapat pemahaman dan

pengertian filsafat yang mendalam. Ketika Plato mengungkapkan tujuan

hidup manusia untuk mengejar kesenangan dan kebahagiaan, tidak

berarti Plato mengobarkan semangat hedonisme yang mengutamakan

kenikmatan dunia belaka (Melling, 2002: 138).

4. Bentuk-bentuk Negara Menurut Plato

Terkait dengan bentuk negara, Plato mengungkapkan terdapat lima

bentuk negara yang sesuai dengan kondisi jiwa manusia (Plato, 2002:

353). Menurut Plato, negara dan manusia memilik persamaan, maka

senantiasa ada kesesuaian antara manusia dan negara, baik dalam sifat

dan karakter maupun kondisi dan lain sebagainya (Meiling, 2002: 150;

Soehino, 2005: 18).

Sebagaimana latar belakang Plato yang sangat kritis terhadap

demokratis, maka ia meletakkan bentuk negara aristokrasi sebagai negara

terbaik dari empat bentuk negara lainnya, yakni timokrasi, oligarki,

demokasi, dan tirani (Plato, 2002: 150). Menurut Plato, pemerintahan

aristokratik berada di tangan para cendekiawan yang oleh Plato

dikatakan sebagai orang-orang terbaik yang penuh dan berorientasi pada

keadilan, kebajikan, dan kebaikan yang dapat dinikmati oleh seluruh

Page 16: one man one fote ) melalui pesta rakyat yangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85273/potongan/S2-2015... · KAK adalah sosok orang suci dari para leluhur mereka yang menerima titah

16

warga negara, sehingga baginya. Aristokrasi adalah bentuk negara yang

paling tepat dan sempurna bagi suatu negara ideal (Sabon dkk, 1989:

147).

Bentuk negara ini tidaklah abadi walaupun kota (negara) yang

dibangun dengan sistem aristokrasi sulit untuk digoyahkan, tetapi Plato

menyatakan bahwa segala sesuatu yang memiliki awal pasti juga

memiliki akhir, demikian juga dengan negara Aristokrasi (Plato, 2002:

355). Perubahan bentuk negara dimulai ketika pemerintahan tidak lagi

ditujukan kepada kepentingan umum, tidak lagi berpedoman pada rasa

keadilan sehingga keadaan seperti itu tidak lagi dinamakan aristokrasi

tapi berubah menjadi timokrasi (Sabon dkk, 1989: 147). Dalam sistem

pemerintahan timokrasi ini, segala sesuatu dilaksanakan semata-mata

untuk kepentingan penguasa (Sabon dkk, 1989 : 147) dimana penguasa

memiliki sifat sedikit hakikat tamak di dalam dirinya dan tidak tulus

ikhlas terhadap kebaikan (Plato, 2002: 360).

Timokrasi pun tidaklah kekal. Pendewaan terhadap kehormatan

dan kemuliaan akan berakhir dan bergeser pada kekayaan. Sistem

pemerintahan akhirnya beralih pada sistem Oligarki, dimana manusia

atau para penguasa akan menjadi tamak terhadap uang, mereka akan

menyembunyikna hasrat yang dahsyat terhadap emas dan perak, yang

akan mereka timbun secara diam-diam di tempat gelap tersembunyi

walau sebenarnya harta yang mereka miliki itu adalah uang orang lain

dan mereka pergunakan untuk kesenangan diri mereka sendiri (Plato,

2002: 358-359). Terlebih lagi, mereka yang duduk di pemerintahan

tidaklah lagi berdasarkan kecakapan dan keterampilan mereka,

melainkan karena kekayaan (Sabon dkk, 1989: 148).

Keadaan yang terus berlangsung sedemikian rupa dalam oligarki

menyebabkan rakyat sadar bahwa keadaan mereka semakin memburuk.

Penguasa tidak pernah puas memperkaya diri, maka orang-orang yang

tersingkir dari persaingan menimbun harta akan melarat. Jumlah orang

melarat semakin bertambah hingga akhirnya mereka mau melawan dan

Page 17: one man one fote ) melalui pesta rakyat yangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85273/potongan/S2-2015... · KAK adalah sosok orang suci dari para leluhur mereka yang menerima titah

17

merebut kekuasaan, serta membunuh orang kaya (Sabon dkk, 1989: 148)

hingga terjadinya revolusi (Plato, 2002: 372). Ketika penguasa tersebut

dapat ditaklukkan maka kemudian dibentuklah pemerintahan yang

penguasa dan rakyatnya sederajat, sebab pemerintah dipilih oleh rakyat

dan berasal dari rakyat. Lahirlah demokrasi sebagai bentuk keempat

negara oleh Plato. Dalam pemerintahan ini kemerdekaan dan kebebasan

merupakan prinsip yang paling utama (Sabon dkk, 1989: 148).

Ketika rakyat semakin lama semakin mengejar kebebasan, hal ini

membuat setiap orang ingin mengatur dirinya sendiri dan berbuat sesuka

hati sehingga timbullah berbagai kekacauan, kekerasan, ketidaktertiban,

bahkan anarki (Sabon dkk, 1989: 148). Kebebasan yang diagungkan

dalam sistem demokrasi akhirnya sampai pada titik yang berlebihna atau

kebebasan yang terlalu bebas tanpa batas, kebebasan yang kebablasan

entah dalam negara ataupun dalam diri setiap individu, kebebasan yang

sangat ekstrem inilah yang akhirnya melahirkan negara tirani (Plato,

2002: 385).

a. Sumber Data

Penelitian yang akan digunakan dalam penulisan karya tulis ini

adalah metode penelitian pustaka. Mengambil dan menganalisis data-

data yang ada dalam karya tulis ini merujuk pada berbagai sumber

primer dan sekunder yang berasal dari karya-karya pustaka, baik yang

telah diterbitkan sebagai buku maupun dalam bentuk karya tulis

ilmiah, serta tentunya dari artikel sendiri sebagai sumber data yang

akan dianalisis.

Adapun objek material dalam karya ini adalah Komunitas

Adat Kajang (KAK). Penulis mencoba mencari konsep falsafah KAK

tentang pemerintahan adat yang dapat dimisalkan sebagai ’negara’.

Sedangkan objek formal yang digunakan dalam karya ini adalah Plato

Page 18: one man one fote ) melalui pesta rakyat yangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85273/potongan/S2-2015... · KAK adalah sosok orang suci dari para leluhur mereka yang menerima titah

18

dengan teori negara idealnya. Plato memikirkan negara ideal yang

dituliskan dalam karyanya dengan judul Republik.

Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini

adalah berupa karya-karya kepustakaan yang dapat dijadikan sebagai

rujukan utama dalam penulisan karya tulis ini. Sebagaimana

diketahui, banyak penulis yang membicarakan konsep negara dari

berbagai sudut pandang keilmuan, termasuk filsafat.

Sehingga dalam menganalisa berbagai fenomena dalam

persoalan tersebut, penulis berupaya untuk melihat persoalan tersebut

secara lebih komprehensif dengan menggunakan beberapa karya atau

hasil penelitian yang menyangkut persoalan yang menjadi topik

utama dalam penulisan ini, agar di kemudian hari tidak menimbulkan

kontradiksi-kontradiksi pokok dalam menganalisis persoalan yang

dimaksud.

Beberapa sumber pustaka yang akan digunakan sebagai

rujukan dalam penelitian ini, diantaranya adalah:

i. Karya Plato yang berjudul The Republic, 1992. New York: Quality

Paperback Book Club. Terbitan dalam bahasa Indonesia berjudul

Republik, diterbitkan oleh Bentang: Yogyakarta, 2002.

ii. Plato, Great Dialogues of Plato. New American Library, 1970.

Karya ini sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan

judul Dua Dialog Sokrates. Diterbitkan oleh Sinar Baru, Bandung

pada tahun 1983.

iii. Plato, Apologia: Pidato Pembelaan Socrates Yang diabadikan

Plato. Diterbitkan di Jakarta oleh Bulan Bintang pada tahun 1986.

iv. Plato, Simposium: Dialog Sokrates Tentang Hakekat Cinta.

Diterbitkan di Bandung, oleh Sinar Baru, pada tahun 1986.

v. Plato, Matinya Socrates. Diterjemahkan dari Phaedo dalam The

Republic and Other Works, Anchor Books, Random House, Inc,

New York, 1989. Cetakan pertama di Yogyakarta oleh penerbit

Bentang pada tahun 2003.

Page 19: one man one fote ) melalui pesta rakyat yangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85273/potongan/S2-2015... · KAK adalah sosok orang suci dari para leluhur mereka yang menerima titah

19

vi. Karya ini dituliskan oleh Plato dengan judul aslinya adalah Plato

dan diterjemahkan oleh A. Setyo Wibowo dengan judul Indonesia:

Mari Berbincang Bersama Plato: Keberanian (Lakhes).

Diterbitkan oleh Indonesia Publishing, tahun 2011.

Beberapa sumber lain atau sekunder untuk membantu,

memperkaya dalam penulisan ini, yaitu:

i. Konrad Kebung Beoang, Plato: Jalan Menuju Pengetahuan Yang

Benar. Di terbitkan di Yogyakarta oleh Kanisius, tahun 1997.

ii. Lou Marinoff, Plato: Not Prozac! Diterbitkan oleh Teraju, di

Jakarta tahun 2003.

iii. G.R.F.Ferrari, The Cambridge Companion to Plato’s Republic.

Diterbitkan oleh Cambridge University Press di New York, tahun

2007.

iv. A. J. Bartlett, Badiou and Plato. Diterbitkan oleh Edinburgh

University Press di Great Britain, tahun 1988.

v. C.C.W.Taylor, Routledge History of Philosophy Volume I: From

the Beginning to Plato. Diterbitkan di Landon and New York, oleh

Taylor & Francis Group tahun 1997.

vi. Zainal Abidin Ahmad, Al Farabi: Negara Utama (Madinatu’l

Fadilah). Diterbitkan oleh PT Kinta di Jakarta, tahun 1980.

vii. A. Setyo Wibowo dan Haryanto Cahyadi, Mendidik Pemimpin dan

Negarawan (Dialektika Filsafat Pendidikan Politik Plato Dari

Yunani Antik Hingga Indonesia). Diterbitkan oleh Lamalera, di

Yogyakarta tahun 2014.

viii. David Melling. Jejak Langkah Pemikiran Plato. Diterbitkan di

Yogyakarta oleh Bentang, tahun 2002.

b. Langkah-Langkah Penelitian

Tahap awal dari penelitian ini adalah berupa pengumpulan data dari

berbagai sumber referensi pustaka yang tersedia untuk

Page 20: one man one fote ) melalui pesta rakyat yangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85273/potongan/S2-2015... · KAK adalah sosok orang suci dari para leluhur mereka yang menerima titah

20

mengeksplorasi data yang dapat memberikan informasi dan

selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan dalam penulisan karya ini.

Setelah tahap awal tersebut rampung dengan data-data yang

memadai, langkah selanjutnya adalah mereduksi data yang tidak

relevan dengan penelitian ini, yang kemudian dapat memudahkan

penulis dalam tahap selanjutnya yakni tahap analisis.

Pada tahap akhir, penulis akan mengolah data dari hasil

penelitian ini dengan menggunakan metode analisis terhadap data

yang telah diverifikasi pada tahap sebelumnya, agar kemudian

menemukan deskripsi yang tepat dan akurat dalam setiap pokok

permasalahan yang menjadi topik kajian dalam pembahasan

penelitian ini. Laporan akhir dari hasil penelitian yang dilaksanakan

tersebut selanjutnya akan berupa tesis, yang akan

dipertanggungjawabkan pada sidang selanjutnya.

c. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis

data yang telah terkumpul dan terverifikasi sebelumnya, agar

kemudian mendapatkan hasil analisis yang lebih akurat dalam analisa

terhadap objek material penelitian ini.

Penulis yang menggunakan studi pustaka tentu membutuhkan

beberapa metode: pertama, metode deskripsi. Metode ini digunakan

untuk dapat memaparkan dan menjelaskan KAK dengan kearifan

lokal yang dimiliki secara baik dan tersistematis serta memaparkan

pemikiran-pemikiran Plato di dalam Republik. Kedua, metode

analisa, ini penulis gunakan untuk menganalisis data-data yang telah

penulis kumpulkan dari berbagai sumber untuk dapat lebih dipertajam

sesuai dengan tema. Ketiga, metode Induksi-deduksi, sumber-sumber

mengenai KAK dan Republik Plato, akan dipelajari sebagi suatu

keutuhan masing-masing, dengan meneliti semua istilah dan konsep

pokok satu per satu (induksi). Penulis juga menggunakan jalan

Page 21: one man one fote ) melalui pesta rakyat yangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85273/potongan/S2-2015... · KAK adalah sosok orang suci dari para leluhur mereka yang menerima titah

21

terbalik (deduksi) bahwa dari semua sumber yang penulis dapatkan,

akan dipahami dengan lebih baik dengan pemakaian istilah tertentu,

atau sinonimnya. Dalam usaha itu penulis akan terlibat langsung

dalam pemikiran-pemikiran itu (identifikasi), namun tanpa

kehilangan ketelitiannya. Keempat, metode komparasi. Penulis yang

mencoba melihat hubungan-hubungan dalam kehidupan komunitas

atau bernegara. Penulis berusaha agar metode komparasi

memudahkan memahami objek penelitian. Dalam penelitian filsafat,

komparasi dapat diadakan seprti tokoh atau naskah; dapat diadakan

diantara sistem atau konsep dan perbandingan dapat dilakukan

diantara pribadi atau yang lebih banyak. Lanjutnya, menurut Collins

bahwa mereka dapat sangat serupa atau dapat berbeda sekali dan

masih banyak lagi kemungkinan-kemungkinan variasi yang dapat

diadakan (dalam: Bakker dan Charris Zubair, 1990: 51).

Objek penelitian akan tampak lebih jelas dan terfokus

dengan menentukan kesamaan dan perbedaan sehingga hakikat objek

dapat dimengerti.

Penulisan hasil penelitian ini akan dipaparkan sesuai dengan sistematika

berikut:

BAB I PENDAHULUAN: Latar Belakang Masalah Penelitian

Masalah Penelitian, Rumusan Penelitian, Keaslian Penelitian, Manfaat

Penelitian, Tujuan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Landasan Teori, Metode

Penelitian, Sumber Data, Langkah-Langkah Penelitian, Metode

Penelitian, Sistematika Tulisan.

BAB II FILSAFAT POLITIK DAN PLATO: Filsafat Yunani:

Plato; Filsafat Politik; Filsafat Politik Plato; Biografi Plato, Pemikiran

dan Karya-Karya Plato.

BAB III GARIS-GARIS UMUM DAN SISTEM

PEMERINTAHAN SUKU KAJANG: Letak dan Aksesibilitas Wilayah,

Page 22: one man one fote ) melalui pesta rakyat yangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/85273/potongan/S2-2015... · KAK adalah sosok orang suci dari para leluhur mereka yang menerima titah

22

Sepintas Tentang Desa Tana Toa dan Sejarah Masyarakat Kajang, Mata

Pencarian dan Tingkat Pendidikan, Pemukiman, Sistem Kepercayaan,

Sistem Kekerabatan, Bahasa, Sistem Kesenian, Kebiasaan Hidup. Para

Kelompok Bangsawan dan Strata Suku Kajang, Galla, Ta’ Bala’ Laya,

Pasang dan Pappasang: Pegangan Hidup Suku Kajang, Tanah: Sebuah

Pemahaman Awal Kehidupan Manusia, Awal Mula Bumi, Hutan: Hutan

Rakyat dan Hutan Adat.

BAB IV ANALISIS FILOSOFIS KONSEP NEGARA PLATO

DALAM KONTEKS SUKU KAJANG: Strata Sosial-Politik Suku

Kajang Dalam Pandangan Plato Tentang Republik, Landasan Pemikiran

Komunitas Adat Kajang, Negara Suku Kajang.

BAB V KESIMPULAN: Kesimpulan dan Saran-saran.

***