tugas midle (leluhur orang bali)

26
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang Leuhur orang bali yang akan di utarakan adalah terbatas pada orang-orang bali sebagai pewaris nilai-nilai yang di turunkan. Jadi mereka adalah penduduk bali yang beragama hindu, yang meyakini dan melaksanakan ajaran agama leluhurnya. Dewasa ini para pewaris nilai-nilai yang di turunkan oleh leluhur orng bali, telah berkelompok dalam dalam kesatuan ikatan keturunan keluarga (clan) ng di sebut pungkusan, soroh atau wangsa. Nama pungkusan, soroh atau wangsa inilah yang memberikan petunjuk , siapa nama leluhur mereka dan siapa yang menurunkannya. Menurut sumber babad, usana, prasasti, bencangah dan lain-lainnya, leluhur orang bali di kaitkan dengan nama orang- orang besar dan suci dari kerajaan-kerajaan di jawa, seperti medang kamulan, kadiri, singasari, dan terakhir majapahit, sepanjang masi bisa di telusuri. Lebih dari pada itu, lalu di kaitkan dengan dewa, bahkan dengan sang pencipta ( dewa brahma atau hyang pasupati). Kalangan intelektual non bali, sangat meragukan akan kebenaran asal usul seperti di sebutkan dalam babad. Mereka berpendaapat adanya pengkaitan leluhur orang bali dengan nama- nama besar dan suci pada kerajaan di jawa, hanya mengacu pada

Upload: widiari-ayu

Post on 24-Dec-2015

48 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

leluhur orang bali

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS MIDLE (Leluhur Orang Bali)

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Leuhur orang bali yang akan di utarakan adalah terbatas pada orang-orang bali

sebagai pewaris nilai-nilai yang di turunkan. Jadi mereka adalah penduduk bali yang

beragama hindu, yang meyakini dan melaksanakan ajaran agama leluhurnya.

Dewasa ini para pewaris nilai-nilai yang di turunkan oleh leluhur orng bali, telah

berkelompok dalam dalam kesatuan ikatan keturunan keluarga (clan) ng di sebut pungkusan,

soroh atau wangsa.

Nama pungkusan, soroh atau wangsa inilah yang memberikan petunjuk , siapa nama

leluhur mereka dan siapa yang menurunkannya.

Menurut sumber babad, usana, prasasti, bencangah dan lain-lainnya, leluhur orang

bali di kaitkan dengan nama orang-orang besar dan suci dari kerajaan-kerajaan di jawa,

seperti medang kamulan, kadiri, singasari, dan terakhir majapahit, sepanjang masi bisa di

telusuri. Lebih dari pada itu, lalu di kaitkan dengan dewa, bahkan dengan sang pencipta

( dewa brahma atau hyang pasupati).

Kalangan intelektual non bali, sangat meragukan akan kebenaran asal usul seperti di

sebutkan dalam babad. Mereka berpendaapat adanya pengkaitan leluhur orang bali dengan

nama-nama besar dan suci pada kerajaan di jawa, hanya mengacu pada hubungan sejarah

kebudayaaan. Dimanan kebudayaan bali itu berasal dari tanah jawa. Bahkan sampe juga ada

usaha-usaha penelitian tehadap darah orang bali, kemudian di cocokan dengan darah orang

jawa. Hasilnya konon tidak ada kesamaan, tentu saja dan dapat di maklumi, karena orang bali

yang leluhurnya dari jawa tidak pernah manjaga kemurnian darahnya, selama kurun waktu

seribu sampai lima ratus yang silam.

Orang bali dari kalangan bawah, sampai kalangan menengah dan termasuk yang

intelektual sekalipun, masih tetap berkeyakinan, bahwa leluhur mereka memang berasal dari

jawa, kecuali orang-orang bali mula. Orang-orang bali mula ini, menurut sejarah kebudayaan,

mereka berasal dari Tonkin (kochin china).

Page 2: TUGAS MIDLE (Leluhur Orang Bali)

Untuk membuktikan kebenaran, bahwa sebagian leluhur orang bali memang berasal

dari jawa, adalah tentang penggunaan bahasa jawa kuno yang sangat dominan dalam bahasa

bali, khususnya bahasa bali alus singgih (asi) hamper semua bahasa bali alus singgih tersebut

berasal dari kata-kata jawa kuno. Sebagai keturunan orang utama (elit) yang berasal dari jawa

tempo dulu, disamping sebagai pewaris tata nilai, juga menurunkan bakat dan naluri orang

bali, kendati pun tidak seluruhnya, setidak tidaknya sebagian besar memiliki bakat dan naluri

priyayi. Hal inilah yang menyebabkan orang bali tidak mau bekerja kasar, menjadi kuli kasar,

seperti manggali tanah, menguras WC dan lain-lainya. Sampai-sampai untuk menangani

pekerjaan ini terpaksa di datangkan pekerja dari luar bali.

Orang bali lebih memilih menjadi orang petani mandiri di daerah transmigrasi, di

bandingkan menjadi kuli kasar, apalagi jenis pekerjaan hina di bali. Inilah bakat dan naluri

yang di warisi dari leluhurnya. Hasilnya dimana-mana transmigrasi bali berhasil, asal kondisi

geografis mendukungnya.

Demikian juga ketangguhan orang bali dalam mempertahankan kebudayaan , dari

pengaruh kebudayaan asing. Kebudayaab bali masih tetap tegar, kendati pun badai

westernisasi dan era globalisasi melanda pulau bali.

Kebalian orang bali masih tetap terpelihara, di tengah hiruk pikuknya pergaulan

internasional. Di daerah resort tourisme seperti kuta, senur, nusa dua dan lain-lainya ternyata

aktifitas pemuda bali dalam bidang adat dan agamanya, masih tetap berjalan sebagai mana

mestinya.

Bali memang sudah maju sedah modern dan sudah memiliki pendapatan per kapita

tertinggi di Indonesia, akan tetapi masih tetap dalam kerangka kepribadian bangsa dengan

corak kekhususan bali. Dan orng bali adalah keturunan orang-orang teguh, orang besar dan

suci di jaman dahulu.

Sekarang orang bali telah bangga memperlihatkan jati dirinya, di tengah-tengah

pergaulan nasional dan internasional. Bangga sebagai orang bali, yang merupakan bagian dari

bangsa Indonesia, yang ber-bhineka tunggal ika

Page 3: TUGAS MIDLE (Leluhur Orang Bali)

1.2 Rumusan masalah

Pokok bahasan yang akan saya sampaikan diantaranya :

1. Filsafat leluhur orang bali tertua ?

2. .

1.3 Tujuan

1. Mengetahui Filsafat leluhur orang bali tertua.

2. .

1.4 Metode Penulisan

Dalam penyusunan laporan ini dan untuk mendapatkan data sebagai materi

pembahasan. Dilakukan dengan memilah data literatur yang berkaitan dengan pokok

pembahasan dan materi yang akan di bahas.

1.5 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang ingin dicapai dari pembuatan laporan ini :

1. Untuk mengetahui filsafat tentang orang bali tertua (bali mula) dan leluhurnya,

yang dilihat dari sejarah awal sampai saat ini.

2. Mampu memberikan informasi dan pengetahuan lebih kepada pembaca

tentang filsafat leluhur orang bali.

Page 4: TUGAS MIDLE (Leluhur Orang Bali)

BAB II

pembahasan

2.1 Leluhur orang bali tertua (bali mula)

Manusia tertua yang mendiami pulau bali adalah manusia pendukung kapak genggam.

Hal ini di buktikan dengan penemuan DR.R.P.soejono berupa jenis-jenis kapak genggara,

kapak perimpas, kapak genggam, serut dan sebagainya pada tahun 1961 di desa sembiran,

singaraja dan di tepi sebelah timur dan tenggara danau batur, kintamani.

Di jawa timur yaitu di pacitan, jenis kapak genggam, yaitu alat serupa kapak tetapi

tidak bertangkai di temukan oleh von koeningswald dalam tahun 1935. Penyelidikan yang

dengan teliti sekali menujukan bahwa kapak genggan ini berasal dari lapisan trinil, jadi pada

pleistocen tengah. Dengan demikian di perkirakan pendukung dari kebudayaan kapak

genggam pacitan itu adalah manusia pithecanthropus erectus. Hal ini tidak di sangsikan

kebenaranya, telah di bandingkan penemuan-penemuan dekat peking (tiongkok) pada goa-

goa di choukoutien, sejumlah fosil manusia, yang bole dikatakan serupa dengan

pithecantropus erectus yang kemudian fisil ini di beri nama sinanthropus pekinesis, yang

sekaligus dalam penemuan ini di ketemukan alat-alat pacitan. (Drs. Soekmono

1973,32)dengan adanya persamaan alat-alat yang di kemukakan di bali dengan yang di

pacitan, terdapatlah suatu kemungkinan, bahwa alat-alat bantu dari sembiran dan trunyandi

ciptakan oleh manusia pithecantropus erectus atau jenis keturunanya, pendukung kebudayaan

kapak genggam dari jaman pleistocen adalah satu juta tahun debelum masehi, ketika bali,

jawa dan Sumatra masih bergabung dengan daratan asia, wilayahnya di sebut dataran sunda

Apakah mereka langsung menurunkan orang bali sekarang? Tentu tidak.

Kemungkinan mereka punah atau sisanya membaur dengan penduduk , dari massa berikutnya

Manusia selanjutnya yang mendiami pulau bali, adalah manusia yang hidup di goa-

goa. Berdasarkan pengaliannya DR.R.P.soejono pada tahun 1961 di daerah pebukitankapur di

pecatu badung, yaitu di goa salunding, di ketemukan alat- alat dari tulang dan kulit-kulit

kerang sisa makanan. Alat-alat ini berupa tiga buah alat tusuk , alat-alat dari tulang adalah

merupakan jenis kebudayaan peninggalan massa mesolithicum yang di sebut abris sous

roche. Pendukung kebudayaan alat-alat dari tulang ini adalah bangsa papua melanesoid, yang

pada mulanya mendiami daerah Tonkin, yang mempunyai penyebaran yang sangat luas sekali

Page 5: TUGAS MIDLE (Leluhur Orang Bali)

di daerah selatan, india belakang, Indonesia sampai pulau-pulau di lautan teduh. (DR.

Soekmono,1973,44).

Jadi jenis manusia papua melanesoid adalah penduduk bali dari massa yang ke dua.

Apakah ini juga merupakan leluhur orang bali sekrang ? murni ? kemungkinan tidak.kalau ia

membaur dengan penduduk masa berikutnya, bisa jadi kemungkinan.

Masa berikutnya, datanglah manusia ras baru lagi, ras baru ini telah mencapai tingkat

kehidupan yang lebih baik, yakni bercocok tanam. Peninggalan-peninggalan berupa alat-alat

batu yang telah di haluskan, di ketemukan bersebar hamper di seluruh bali misalnya di

palasari, Kediri, bantiran, pulukan, kerambitan, payangan, ubud, pejeng, salunglung,

kesiman, selat, nusa penida, dan beberapa di daerah bali utara.(I made sutaba.tt : 19).

Memeperhatikan tersebarnya alat-alat batu yang di ketemukan itu, berarti bahwa

sebagian besar dari pada pulau bali telah di huni pada masa itu. Penyebaran penduduk yang

demikian luas itu, sudah tentu memerlukan adanya bahasa sebagai alat berhubungan. Para

ahli telah memperkirakan, bahwa bahasa di pakai di kepulauan pada masa itu adalah bahasa

melayu-polinesia atau lebih di kenal dengan bahasa Austronesia (I made sutaba, tt :21).

Bangsa yang mempergunakan bahasa itu jg namanya bangsa Austronesia, pendukung

kebudayaan kapak persegi berpusat di daerah Tonkin pula. Dari tnkin bangsa Austronesia

menyebar mengarungi laut yang sangat luas, dan mempergunakan perahu bercadik. Batas

pelayaran mereka adalah di sebelah timur Formosa, dan disebelah barat samapai pulau

madagaskar (afrika timur). Bangsa pelaut yang wira mandiri ini datang ke bali kira-kira 2000

tahun sebelum masehi.

kedatangan Austronesia yang datang terakhir ini, telah berkrbudayaan tinggi. Alat-alat

mereka bukan saja dari batu yang di perhalus, bahkan mereka juga sudah membuat alat-alat

dari logam. Khususnya dari perunggu. Berbagai alat dari perunggu yang mereka buat antara

lain : nekara, tajak, gelang dan lain-lain yang di pakai sebagai bekal kubur, mereka sudah

mengusasai teknik yang tinggi , misalnya tata cara pembuatan nekara dari perunggu. Masa

pembuatan alat-alat dari perunggu ini disebut masa perundagian.

Berdasarkan peningalan-peningalan yang sampai pada kita, terbukti mereka telah

mempunyai kreasi seni yang sangat tinggi mutunya. Hal ini terbukti dari hiasan-hiasan nekara

perunggu yang kini masih tersimpan di penataran sasih pejeng.

Page 6: TUGAS MIDLE (Leluhur Orang Bali)

Bentuk peninggalan yang ke dua merupakan alat dari batu, adalah peti mayat yang di

sebut sarkofagus, yang banyak di daerah bali. Dari penemuan ini ada yang di ketemukan utuh

dengan kerangka serta bekal kuburnya, seperti halnya di ketemukan di cacang, bangun lemah

bangli. Jadi mereka telah mengenal sistem penguburan dengan peti mayat. Sudah tentu,

mereka yang dikuburkan dengan cara ini adalah orang-orang terhormat dari masing-masing

kelompok masyarakat. Sedangkan untuk orang kebanyakan mungkin hanya di tanam saja.

Orang-orang Austronesia dari jaman perundagian ini, ternyata kehidupan mereka sudah

begitu teratur. Mereka tinggal berkelompok dan membentuk suatu persekutuan hokum, yang

mereka namakan thani atau dusun, bahwa sebutan terhadap wilayah yang lebih luas, yang

terdiri dari beberapa thani.

Orang-orang auetronesia mempunyai kepercayaan, bahwa roh leluhurnya akan selalu

melindungi mereka. Oleh karenanya selalu ia puja. Untuk kepentingan pemujaan ini mereka

membuat alat-alat dari batu seperti :

1. Menhir yaitu tiang-tiang atau tugu batu, yang meruoakan timbunan tenaga sakti dari

pada hyangnya.

2. Bangunan punden berundag, tiruan dari pada gunung, sebagai tempat dimana hyang

mereka berstana.

3. Arca-arca batu yang sederhana, sebagai perwujudan hyangnya.

4. Tahta batu (dolmen) adalah altar tempat sajian, para pemujanya.

persekutuan masyarakat orang-orang keturunan Austronesia ini yang di sebut thani atau

banua, di pimpim secara kolektif oleh 16 jro yang umunya di sebut sahing 16. Sebagai

pimpinan tertingginya, sebagai kepala suku atau kelompok disebut dengan nama jro gede.

Pemerintahan sejenis ini oleh para ahli di sebut republik desa, penunjukan anggota sahing 16,

mereka laukan dengan sistem hulu apad yaitu sistem giliran menurut usia anggota

persekutuan. Etiap anggota persekutuan yang tidak cacat baik mental maupun jasmani, akan

mendapat giliran menjadi anggota jro. Persekutuan kepemimpinan tersebut sampai sekarang

masih tetap di pertahankan di dess-desa bali aga,terutama dalam bidang adat.

Persekutuan hukum orang-orang keturunan Austronesia ini, telah merata di seluruh

wilayah bali, dan persekutuan hukum inilah yang di perkirakan menjadi cikal bakal desa-desa

di bali.

Page 7: TUGAS MIDLE (Leluhur Orang Bali)

Manusia mendukung kebudayaan tersebut di atas inilah yang kemudian menjadi leluhur

sebagian orang bali, yang sudah tentu dalam fase berikutnya akan membaur lagi dengan

orang-orang yang baru datang dari luar bali. Orang-orang keturunan ini disebut orang bali

mula yang artinya orang bali asli. Adanya sebutan bali mula,adalah untuk membedakan

dengan orang-orang yang laluhurnya datang belakangan ke bali, umumnya mereka dari jawa.

Perbedaan oaring bali mula dengan orang bali yang datang belakangan, tampak sekali

pada upacara kematiannya dengan cara mendhem atau menanam, yang di sebut dengan

tanem. Banyak interpretasi yang berkembang di masyarakat, mengapa orang-orang

menyelenggarakan beya tanem, tidak beya bakar.

Sastra-sastra lontar mengatakan, karena mereka menganut sekte waisnawa dan bayu.

Tradisi sekta waisnawa adalah beya tanam. Tapi di india, justru penganut sekte waisnawalah

yang paling konsisten melaksanakan beya bakar. Sedangkan sekta bayu di india tidak jelas

keberadaanya. Kalau toh ada hanyalah merupakan bagian dari siwa yang juga melaksanakan

beya bakar. Tafsir lain muncul, agar abu sawa yang di bakar tidak mencemari kahyangan –

kahyangan yang ada di gunung-gunung. Tapi yang namanya abu pastilah akan meninggi ke

atas dan melampaui pura-pura yang ada.

Kedua alasan di atas sebenarnya tidak bisa di terima. Lalu alasan yang tepat adalah.

Mereka orang bali mula, keturunan orang-orang Austronesia dari jaman perundagian

(megalithikum), tradisi mereka dalam upacara kematian adalan menguburkan. Kalau ketua

kelompok mempergunakan peti batu. Tradisi ini begitu mendarah daging susah untuk

dirubah. Kemudian datang agama hindu’ mereka terima dengan tetap melanjutkan tradisinya.

Ngaben mereka terima tapi membakar mayat tidak. Mereka hanya menerima upacara dan

upakaranya saja, lalu munculah istilah beya tanem. Sistem beya tanem sampai sekarang

dilaksanakan oleh orang-orang bali muda. Demikian juga ada satu cirri lagi untuk

mengingati keturunan orang-orang Austronesia dari jaman megalithikum ini. Bila mereka

ngaben, mereka tidak berani menghias wadahnya dengan kertas, perasbaan, kapas dan

lainnya . mereka hanya mempergunakan bahan-bahan lokal, seperti ambu, padang-padang,

plawa, dan lainya.

Mereka semua di kelompokan sebagai warga bali mula. Para ketua kelompok, kemudian

di sebut pasek bali. Di antara mereka adalah adalah pasek taro. Khususnya untuk warga pasek

kayu selem, leluhurnya dinama putra oleh mpu semeru.

Page 8: TUGAS MIDLE (Leluhur Orang Bali)

Sedangkan para warganya, umunya di sebut kramani thani dalam babad kayu selem

dilegendakan, bahwa mereka diciptakan dari berbagai tumbuhan antara lain kelapa, jarak, dan

lain sebagainya. Sesungguhnya sebutan itu hanyalah mengacu bahwa mereka adalah

penduduk asli bali, yang di kenal dengan bali mula.

Jadi leluhur orang bali mula adalah etnis Austronesia, yang berasal dari Tonkin cina selatan.

Page 9: TUGAS MIDLE (Leluhur Orang Bali)

2.2 Rsi Maharkandya dan orang-orang Aga

Orang-orang keturunan Austronesia telah menyebar di seluruh Bali. Mereka tinggal

berkelompok-kelompok dibawah pimpinan kepala kelompoknya masing-masing, kelompok-

kelompok inilah nantinya yang menjadi cikal bakal desa di Bali. Meraka disebut orang Bali

Mula. Dan ketua kelompoknya disebut Pasek Bali.

Ketika itu orang-orang Bali Mula belum beragama. Mereka Cuma menyembah

leluhur yang mereka sebut Hyang. Dari pandangan Spiritual, meraka masih hampa. Oleh

karenanya pulau Bali ketika itu oleh purana-purana Bali dikatakan masih kosong. Keadaan

yang demikian itu berlangsung sampai abad ke empat sesudah masehi.

Melihat keadaan pulau Bali yang masih terbelakang itu, maka para penyiar Agama

Hindu berdatangan ke pulau ini.. disamping untuk mengajarkan Agama juga ingin

memajukan Bali dan segala sector kehidupan. Maka untuk kepentingan itu, datanglah seorang

Rsi ke Bali, yang bernama Rsi Maharkandya.

Menurut Purana, Rsi Maharkandya berasal dari India, seperti dinyatakan dalam

pustaka sebagai berikut “Sang Yogi Maharkandya Kawit hana sakeng Hindu” yang artinya :

“Sang Yogi Maharkandya mula asalnya adalah dari India”. Nama Maharkandya bukan nama

perorangan, melainkan adalah nama perguruan atau pesraman, seperti halnya juga nama

Agastya. Perguruan atau pesraman ini adalah lembaga yang mempelajari dan

mengembangkan ajaran-ajaran gurunya, yaitu Sang Sri Penubuh ajaran itu. Kebiasaan secara

tradisi, setiap generasi ada yang diangkat menjadi Guru dari Pasraman atau perguruan itu,

dengan gelar yang sama. Garis perguruan ini namanya Param-para. Masing-masing

perguruan menyusun pokok-pokok ajarannya, yang umumnya disebut Purana yakni buku suci

yang memuat ajaran dan cerita kuno. Demikianlah akhirnya pada pustaka suci yang bernama

Maharkandya Purana, Agastya Purana dan lain-lainnya lagi.

Jadi sang Rsi, Maharkandya adalah seorang Rsi dari garis perguruab Maharkandya di

India, beliau datang ke Indonesia adalah untuk menyebarkan agama Hindu dari sekta

Waisnawa.

Di Jawa sang Rsi mula-mula berasrama di gunung wilayah pegunungan Dieng Jawa.

Lalu beliau berdharmayatra ke Timur, sampailah di gunung Raung Jawa Timur. Disini beliau

membuka asrama, dengan murid-murid dari Wong Aga. Dari pesraman Gunung Raung ini,

Page 10: TUGAS MIDLE (Leluhur Orang Bali)

beberapa tahun kemudian beliau pun pergi ke timur ke pulau Bali, yang ketika itu pula konon

di Bali masih kosong. Kosong dalam artian spiritual. Beliau berangkat dengan diiringi oleh

murid-murid beliau sebanyak800 orang. Kedatangan Sang Rsi dan murid-muridnya adalah

untuk menyebarkan ajaran Agama Hindu di pulau Bali, yang ketika itu orang-orang Bali

belum beragama. Disamping ajaran agama, juga beliau ingin mengajarkan teknik pertanian

dan bidang-bidang lainnya. Untuk itu, beliau mengajak murid-muridnya ke Bali untuk

memberi contoh cara-cara bertani yang teratur, cara membuat peralatan yajna dan

sebagainya.

Perjalanan beliau ke Bali pertama menuju Gunung Agung. Disanalah beliau dan

murid-muridnya membuka hutan untuk pertanian. Tapi saying, murid-muridnya kena

penyakit, banyak diantaranya yang meninggal. Akhirnya beliau kembali ke Pasraman beliau

di Gunung Raung. Disanalah beliau beryoga, ingin tahu apa sebabnya bencana menimpa

murid-muridnya itu. Akhirnya beliau mendapat pawisik bahwa terjadi bencana itu, karena

beliau tidak melaksanakan upacara keagamaan sebelum membuka hutan itu.

Setelah mendapat pawisik, beliau pun pergi kembali ke gunung Tohlangkir Bali. Kali

ini beliau mengajak peserta sebanyak 400 orang. Sebelum mengambil pekerjaan, beliau lebih

dahulu menyelenggarakan upacara ritual, dengan menanam panca dathu di lereng Gunung

Agung itu. Demikianlah akhirnya semua pengikut beliau selamat. Oleh kerena wilayah itu

lalu dinami Besuki, kemudian menjadi Besakih, yang artinya selamat. Tempat beliau

menanam pancadathu, lalu menjadi pura, yang diberi nama pura Besakih.

Entah berapa lamanya beliau berada disana, lalu Rsi Maharkandya pergi menuju arah

barat, dan sampailah beliau di suatu daerah yang datar dan luas, disanalah beliau merambas

hutan. Wilayah yang datar dan luas ini lalu diberi nama Puwakan. Kemungkinan dari kata

Puwakan ini lalul menjadi Swakan dan terakhir menjadi Subak.

Ditempat ini beliau menanam jenis-jenis bahan pangan. Dan semuanya bisa tumbuh

dan manghasilkan dengan baik. Oleh karenanya tempat ini juga disebut Sarwada yang artinya

serba ada. Keadaan ini bisa terjadi karena kehendak Sang Yogi. Kehendak bahasa balinya

Kahyun atau adnyana. Dari kata Kahyun menjadi kayu. Kayu bahasa sanskertanya taru,

kemungkinan menjadi Taro. Taro adalah nama wilayah ini kemudian.

Diwilayah Taro ini Sang Yogi mendirikan sebuah pura, sebagai kenangan terhadap

pasraman beliau di Gunung Raung. Pura ini disebut Gunung Raung. Pura ini dikatakan pura

Page 11: TUGAS MIDLE (Leluhur Orang Bali)

Gunung Raung sampai sekarang. Disebuah bukit tempat beliau beryoga juga didirikan sebuah

pura yang kemudian dinamai pura Payogan, yang letaknya di Campuan Ubud. Pura ini juga

disebut pura gunung lebah.

Berikutnya Rsi Maharkandya pergi ke barat dari Payogan itu, dan sampai disana juga

membangun sebuah pura yang diberi nama pura Murwa dan wilayahnya diberi nama

Pahyangan, yang sekarang menjadi Payangan.

Orang-orang Aga, murid Sang Yogi, menetap di desa-desa yang dilalui beliau.

Mereka bercampur dan berbaur dengan orang-orang Bali asli. Mereka mengajarkan cara-cara

bercocok tanam yang baik, menyelenggarakanyajna seperti yang dikatakan oleh Sang Rsi

Maharkandya . dengan demikian Agama Hindu pun dapat diterima dengan baik oleh orang-

orang Bali Asli itu.

Sebagai Rohaniawan (pandita), orang Aga dan Bali Mula adalah keturunan Maharsi

Maharkandya sendiri yang disebut Warga Bujangga Waisnawa.

Dalam jaman raja-raja berikutnya, Bujangga Waisnawa ini selalu menjadi Purohita

mendampingi raja, ada yang berkedudukan sebagai Senapati, Kuturan. Beliau-beliau antara

lain Mpu Gawaksa dinobatkan menjadi Senapati Kuturan oleh Sang Ratu Adnyanadewi tahun

1016 masehi, sebagai pengganti Mpu Rajakerta (Mpu Kuturan). Ratu ini pula yang

memberikan kewenangan kepada Sang Guru Bujangga Waisnawa pula yang berleluhur Rsi

Maharkandya.

Pada masa pemerintahan Suradhipa (1115-1119 M), yang dinobatkan sebagai senapati

Kuturan dari keturunan Sang Rsi maharkandya adalah Mpu Ceken, kemudian diganti oleh

Mpu Jagathita.

Kemudian pada pemerintahan Raghajaya tahun 1077 M, yang diangkat sebagai

senapati kuturan adalah Mpu Andonamenang, dari keluarga Bujangga Waisnawa.

Demikianlah seterusnya. Untuk raja-raja selanjutnya selalu ada salah seorang Purohita Raja

atau Dalem yang diambil dari keluarga Bujangga Waisnawa, keturunan Maharsi

Maharkandya. Sampai terakhir masa pemerintahan Dalem Batur Enggong di Bali. Ketika itu

yang menjadi Bagawanta Dalem, mewakili seke Waisnawa, adalah dari Bujangga Waisnawa

pula dari Takmung. Namun sayang dan mungkin sudah kehendak Dewata Agung, terjadi

kesalahan Sang Guru Bujangga, dimana beliau sekalu Acarya (guru) telah mengawini

sisyanya sendiri yakni Putri Dalem yaitu Dewa Ayu Laksmi. Atas kesalahan ini sasng Guru

Page 12: TUGAS MIDLE (Leluhur Orang Bali)

Bujangga Waisnawa akan dihukum bunuh. Tetapi beliau segera menghilang dan kemudian

menetap di wilayah Tabanan.

Semenjak kejadian inilah Dalem tidak lagi memakai Bhagawanta dari Bujangga

Waisnawa keturunan Sang Rsi Maharkandya. Dari sejak itu dan setelah kedatangan

Danghyang Niratha di Bali, posisi Bagawanta diambil alih oleh Brahmana Siwa dan Budha.

Selesailan sudah peranan Bujangga Waisnawa sebagai pendamping raja di Bali. Bahkan

setelah strukturnisasi masyarakat Bali kedalam system Wangsa oleh Danghyang Niratha atas

restu Dalem, keluarga Bujangga Waisnawa tidak dimasukkan lagi sebagai Warga Brahmana.

Namun sisa-sisa kebesaran Bujangga Waisnawa dalam peranannya sebagai

pembimbing masyarakat Bali , terutama dari kalangan Bali Mula dan Bali aga masi dapat kita

lihat sampai sekarang. Pada tiap-tiap pura dari masyarakat Bali Aga/Mula, cukup nuhur tirtha

apa saja, terutama tirtha pengentas adalah melalui pelinggih ini. Dan sampai sekarang para

warga ini tidak berani mempergunakan atau nuhur pedanda Siwa.

Warga Bujangga Waisnawa, keturunan Maharsi Maharkandya sekarang telah tersebar

di seluruh Bali. Pura padarmannya di sebelah timur Penataran Agung Besakih, sebelah

tenggara padharman Dalem. Demikian juga pura-pura kawitannya tersebar di seluruh Bali,

seperti di Takmung kabupaten Klungkung, Batubulan kabupaten Gianyar, Jatiluwih

kabupaten Tabanan dan lain-lain tempat lagi.

Demikianlah Maharsi Maharkandya, leluhur Warga Bujangga Waisnawa penyebar

Agama Hindu pertama di Bali, dan warganya sampai sekarang ada saja yang melaksanakan

Dharma Kawikon dengan gelar Rsi Bujangga Waisnawa. Sedangkan keturunan orang-orang

Aga dari gunung Raung telah membaur dengan Bali Mula penduduk asli pulau Bali, mereka

menjadi orang Bali Mula/Bali aga.

Page 13: TUGAS MIDLE (Leluhur Orang Bali)

2.3 Sanjayawamsa Ksatria Kalingga

Sanjaya adalah nama raja dari sebuah kerajaan tua I Jawa Tengah, namanya Mataram.

Dalam Purana, Usana, babad sering disebut-sebut dengan Keling. Sanjaya adalah raja

pertama dari kerajaan itu. Ia pembentuk dinasti sanjaya yang umum disebut Sanjayawamsa.

Asal-usul kerajaan Mataram dengan raja Sanjaya, tidaklah begitu saja muncul di Jawa

Tengah. Diperkirakan kerajaan ini kelanjutan dari kerajaan kalingga di Jawa Barat. Kerajaan

Kalingga dalam Usana , Purana, babad dan lain-lain hanya disebut Keling. Kerajaan Kalingga

di jawa barat telah ada pada tahun 414 M menurut penuturan seorang peziarah China yang

bernama Fa Hian. Mereka menyebut nama Kalingga dengan kata Holing.

Yang memerintah kerajaan Kallingga ini dikenal dua orang raja, yaitu Sannaha dan

Ratu Simmo. Adapun asal-usul kerajaan Kalingga harus dicari di India Selatan. Kerajaan

Kalingga induknya ada di India Selatan. Karena desakan raja-raja India beserta keluarganya

lari ke Indonesia, dan terdampar di Jawa Barat. Lalu disana ia dengan pengikutnya

mendirikan kerajaan Kallingga. Raja dan keluarganya dari kalingga ini, sebut saja dengan

gelar Ksatriya Kalingga.

Setelah Ratu Simmo, tidak terdengar lagi raja penggantinya. Lalu pada tahun 732

masehi muncul kerajaan baru di jawa Tengah dengan nama Mataram atau Medang. Para ahli

memperkirakan, kerajan matarm ini adalah kelanjutan dari kerajaan Kalingga. Mengapa ia

pindah ke Jawa Tengah? Besar kemungkinan ia didesak oleh kerajaan lain, yakni

Tarumanegara yang berdiri pada abad ke-6. kerajaan Tarumanegara ini dirajai oleh Raja

Purnawarman, dari keluarga Warma. Tentang keluarga Raja Warma ini akan dituturkan pada

bagian berikutnya.

Rupanya kerajaan Mataram ini melebarkan kekuasaannya sampai di Jawa Timur dan

Bali. Di Jawa Timur dikenal sebuah kerajaan yang bernama kanjuruhan, yang dikekalkann

dalam Prasasti Dinoyo tahun 760 Masehi, di Bali kerajaan Singamandawa yang dikekalkan

dalam prasasti Sikawana a tahun 882 Masehi. Kemungkinan raja-raja dari kerajaan ini adalah

dari keluarga Sanjaya atau Sanjayawamsa. Karena isi Prasasti-prasasti Canggal 732 M.

Prasasti Dinoyo 760 M dan Prasasti Sukawana 882 M, memiliki persamaan isi terutama

menyangkut bidang keagamaan yang dianut.

Kerajaan Bali tertua yang bernama Singamandawa itu, dikekalkan dalam lebih dari 15

buah prasasti yang berangka tahun diantara 804 saka sampai dengan 888 saka. Satu-satunya

Page 14: TUGAS MIDLE (Leluhur Orang Bali)

raja yang disebut-sebut dalam prasasti yang dikeluarkan di Singamandawa itu adalah Sang

Ratu Ugrasena. Boleh jadi Sang Ratu Ugrasena ini adalah keturunan raja Sanjaya dari

Ksatriya Kalingga.

Bersamaan dengan masa pemerintahan sang Ratu Ugrasena di Singamandawa, di Bali

juga muncul sebuah kerajaan yang dibentuk oleh Sri Kesari Warmadewa, yang dikekalkan

dengan Prasasti Blanjong di Sanur 835 Saka. Menurut Raja Purana, beliau mendirikan

kerajaan Singadwala yang berpusat di Besakih.

Rupanya munculnya kerajaan dari keluarga Warmadewa di Bali, adalah tidak terlepas

dari persaingan antara keluarga Sanjaya atau Kalingga dengan Keluarga raja-raja Warma,

semenjak di jawa Barat pada abad ke-6 dimana keluarga Warma juga mendirikan Kerajaan

Sri Wijaya di Sumatera.

Di bali kerajaan Singamandawa terdesak, hanya bertahan di pegunungan Kintamani

dan Buleleng. Sedanngkan Warmadewa telah menguasai wilayah yang sangat luas. Selain

Sawal dan Gurun, juga menguasai Bali dengan batas utaranya sampai dengan Manukaya-

Tampaksiring dan Malet Kayuambwa. Ini dibuktikan dengan adanya prasasti pada pahatan

batu yang ada di Penataran Gede Malet dan pura Penempaan Manukaya.

Setelah tahun saka 888 lalu tidak terdengar lagi nama raja-raja Singamandawa.

Prasasti-prasasti yang ada semuanya dikeluarkan oleh raja-raja Singamandawa. Ini berarti

kerajaan Singamandawa telah dikalahkan. Mungkin dengan jalan damai, karena salah satu

ratu Warmadewa setelah masa Ugrasena sangat menghormati Sang Ratu Ugrasena. Hal ini

diuraikan dalam prasasti KIntamani A. yang menyebutkan : “......Sang Ratu Sang Sinddha

Dewata Sang Lumah di Air Madatu......”

Sang Ratu yang dihormati oleh Tebenendra Warmadewa ini, menurut Goris adalah

Sang Ratu Ugrasena. Setelah tahun 888 saka, lerajaan Singamandawa tidak ada lagi. Lalu

kamena keluarga raja Ugrasena itu? Menurut tradisi dari kerajaan-kerajaan kuno, bilamana

ada kerajaan yang dikalahkan, maka keluarga raja taklukannya itu diserahi tugas dalam

pemerintahannya. Biasanya menjadi patih, atau pejabat kerajaan lainnya. Apa lagi

penaklukannya secara damai.

Kalau pendapat ini benar adanya, maka keturunan Sang Ratu Ugrasena nantinya

menjadi Arya Bali, yang pada jaman pemenrintahan Sri Tapolung (Astasura Ratnabhumi

Banten) dari keluarga Warmadewa, menduduki jabatan mentri-mentri kerajaan. Kendati pun

Page 15: TUGAS MIDLE (Leluhur Orang Bali)

tidak semuanya, ya beberapa diantaranya. Para mentri Sri Tapolung yang dikenal kemudian

sebagai Arya Bali adalah :

1. Pangeran Tambyak di Jimbaran.

2. Ki Kalung Singkal di Taro.

3. Ki Tunjang Tutur di Tenganan.

4. Ki Tunjung Biru di Gianyar.

5. Pangeran Kopang di Seraya.

6. Ki Buahan di Batur.

7. Rakriyan Girimana di Ularan.

8. Pangeran Tangkas.

9. Pangeran Mas.

10. Perdana Mentri Ki Pasung Grigis di Tengkulak.

11. Ki Kbo Iwa di Blahbatuh.

Demikianlah sebelas para mentri Dalem Sri Tapolung. Diantara mereka tenetu

sebagian berasal dari keturunan sang Ratu Ugrasena yang leluhur Sanjayawamsa,

Ksatriya Kalingga . diantara mereka yang dapat dicari keturunannya sampai sekarang

hanyalah Rakriyan Girikmana dari ularan Singaraja. Keturunan beliau sangat pemberani,

selalu menjabat panglima perang Kerajaan Gelgel. Ia bergelar Jlantik, sangatlah terenal

sebagai arya Ularan panglima dulang mangap yang menaklukan Blambangan dan Jlantik

Bogol pahlawan perang Pasuruhan.

Pangeran tangkas sudah camput. Keturunan kemudian dilanjutkan oleh putra dari selir

Dalem, yang kemudian dikenal dengan sebutan Tangkas Tegeh Kori Agung.

Ada juga keturunan Arya Bali lainnya, yang sekarang nernama karangbuncing.

Ia adalah Ki Pasung Grigis, patih amengku Negara kerajaan Bali. Tapi ada sumber

lain yang mengatakan bahwa ia adalah keturunan Jayakatong dari Kadiri.

Demikian juga tentang Kriyan Jlantik, panglima perang kerajaan Gelgel. Ada sumber

babad dalem selalu mengaitkan nama Jlantik yang besar dengan nama Ularan, Aryeng

Bali.

Page 16: TUGAS MIDLE (Leluhur Orang Bali)

Demikian kira-kira beberapa kelanjutan keturunan Sanjayawamsa dari Ksatriya

Kalingga ini.

Namun babad Bali Dwipa memberikan keterangan yang sedikt berbeda. Bahwa

Kriyan Ularan, karang Buncing dan Kbo Iwa adalah saudara kemenakan . ayahnya Kryan

Ularan adalah patih Amengku Bhumi Pasung Grigis, dan Ki Pasung Grigis sendiri adalah

putra danghyang Siddimantra (Danghyang Cakru), putra raja Bali Sri Masula-Masuli.

Danghyang Cakru berasrama di Lempuyang. Jadi dengan demikian Kryan Ularan, Karang

Buncing, Kbo Iwa keturunan Airlangga (Warmadewa). Nama Ularan diambil dari nama

ibu yaitu istri Ki Pasung Grigis adalah putra Pangeran Girikmana dari Ularan Denbukit.

Kryan Ularan Panglima Dunglang mangap mempunyai anak Jlantik Bogol. Digelari

demikian, karena ia tanpa senjata mengamuk dalam perang Bali-Pasuruhan. Ia

melakukann hal yang demikian sebagai penebusan dosa ayahnya yang ingkar atas

pemerintahan Dalem.

Jlantik Bogol ketika gugur meninggalkan istrinya yang sedang mengandung. Ia

dipelihara oleh Dalem Segening. Tak lama kemudian ia melahirkan seorang putra yang

diberi nama Jlantik Bungaya. Ia ditugasi menyerang Dalem Bangkut di Nusa Penida.

Karena intrik Kryan Maruti, Jlantik Bungaya meninggalkan Gelgel lalu menetap di

Blahbatuh.

Page 17: TUGAS MIDLE (Leluhur Orang Bali)

BAB III

penutup

3.1 kesimpulan

setelah menyimak beberapa penuturan leluhur orang bali yang terurai di atas maka dapat di

simpulkan ternyata orang bali adalah orang-orang pemberani, wiraswasta tangguh, para

pemimpin pemerintahan dan Negara, maupun pemimpin kerohanian, yang dalam ajaran

kemasyarakatan hindu di kenal dengan waisya, ksatrya dan brahmana. Dan ternyata pula

leluhur orang bali tidak ada sudra.

Dengan demikian orang bali sekarang ini menurut wangsa atau keturunan adalah tergolong tri

wangsa, yaitu : waisya, ksatrya dan brahmana.