omar oapr ojun ojul ags ·globalisasidan konglomerasi...

2
o Senin o Selasa 0 Rabu Kamis 0 Jumat o Sabtu 0 Minggu 12 13 14 15 16 27 28 29 30 31 23 17 18 19 456 7 20 21 22 8 !! ~ 11 23 24 25 26 OJan OPeb OSep OOId ONov ODes o Mar OApr eMei OJun OJul 0 Ags ·Globalisasi dan Konglomerasi Koperasi BERNHARD LIMBONG P asal 33 UUD 1945 mengamanatkan bahwa koperasi adalah pilar utama (sokoguru) perekonomian nasional. Namun hingga hari ini, koperasi identik de- ngan usaha kecil, orang kecil, modal kecil. Ini akibat kesalahan sistem perekonomian kapitalis yang dikembangkan selama ini. Ekonomi konglomerasi diberi peran utama, sedangkan koperasi diberi peran sebagai ak- tor figuran di pentas ekonomi nasional. Ko- perasi direkayasa dan dipaksa, seolah-olah ada, tapi sebenarnya tak berdaya dan tidak diberi akses yang luas. Sebagai bukti, Menteri Koperasi dan UKM Syarifuddin Hasan menyodorkan data yang memprihatinkan. Disebutkan, dari 188.181 koperasi di Indonesia saat ini, 47.000 atau 25% tidak aktif atau mati suri. Mencer- mati perkembangan perkoperasian di era pa- sar bebas, koperasi harus segera mereformasi dirinya, membangun kekuatan agar mampu sejajar dengan korporasi-korporasi raksasa di era globalisasi. Untuk itu, sudah saatnya ko- perasi dilibatkan dalam setiap perencanaan dan pelaksanaan strategi pembangunan jang- ka panjang. Sektor-sektor usaha yang sangat penting bagi upaya menyejahterakan rakyat, seperti industri, manufaktur, perdagangan, ja- sa, perbankan, telekomunikasi, angkutan atau transportasi, dan jasa distribusi, perlu dikelola melalui koperasi rakyat. Ada dua pertanyaan mendasar. Pertama, bolehkah koperasi bertumbuh kembang menjadi konglomerasi (baca: bisnis raksa- sa)? Bukankah itu melanggar jatidiri kopera- si sebagai usaha bersama yang berdasarkan kekeluargaan yang tidak berorientasi profit, sebagaimana ditegaskan dalam UUD 1945? Pertanyaan kedua, mampukah koperasi ber- saing dengan korporasi-korporasi raksasa nasional, multinasional, dan transnasional, termasuk BUMN, yang selama ini mendo- minasi asar ekonomi Indonesia? Jawaban untuk pertanyaan pertama tentu saja tidak. Koperasi itu entitas bisnis yang dibentuk sesuai jenis usahanya. Namun filo- sofinya adalah usaha yang lahir dari usaha bersama dengan asas kekeluargaan, bukan asas keluarga. Hal ini berarti, usaha itu dapat berbentuk PT, CV, boleh juga koperasi, na- mun prinsipnya usaha bersama dengan asas kekeluargaan. Adanya asas kekeluargaan ti- dak boleh menyebabkan penumpukan keka- yaan di Indonesia yang beraneka ragam su- ku, bahasa, adat-istiadat, agama, dan melim- pah kekayaan alam. Dari pemahaman Pas.al 33 UUD 1945, ti- dak boleh ada kapitalisme yang lahir dan tumbuh bukan karena usaha bersama dengan asas kekeluargaan. Sementara itu, yang ter- jadi selama ini ialah konglomerasi dan kapi- talisme yang tumbuh bukan karena usaha koperasi. Pada titik inilah perjuangan dan idealisme wacana tentang konglomerasi ko- perasi menjadi sangat relevan. Tiga Kekuatan Koperasi . Pertanyaan kedua yang menggelitik, apa- kah koperasi mampu menggarap bisnis ber- skala besar sehingga bisa berdiri sejajar de- ngan korporasi nasional, multinasional, dan transnasional di era globalisasi? Jawaban- nya: mampu! Sedikitnya, ada tiga kekuatan riil koperasi Indonesia yang selama inl ter- abaikan. Pertama, koperasi memiliki jaring- an vertikal yang hebat dari tingkat primer, sekunder tingkat provinsi, dan sekunder tingkat nasional. Dalam teori biaya produksi, penataan yang efisien dan praktis melahir- kan sinergi biaya yang memberikan manfaat lebih optimal. Rasionalitas seperti ini meru- pakan upaya-upaya berkaitan dengan cost saving factor dan utilization capital factor yang dapat memacu sinergi yang berkelan- jutan. Kekuatan kedua adalah social capital. Anggota koperasi yang berposisi sebagai pe- milik sekaligus pelanggan, sesungguhnya merupakan kekuatan utama dari koperasi. Jumlah 188.181 koperasi Indonesia saat ini dengan anggota 30.849.913 merupakan mo- dal bagi pengembangan usaha koperasi, bu- kan hanya perannya sebagai pemilik (yang harus mengontribusi modal), tetapi juga se- bagai potensi pasar yang pasti (captive mar- ket). Lebih dari itu, anggota juga bisa dijadi- kan faktor untuk memperkuat posisi runding koperasi dengan ihak mana un. Kllping Rumaa (lnpad 2011 Kekuatan ketiga adalah adanya mekanis- me demokrasi dalam koperasi, untuk meng- hasilkan keputusan bersama yang menjamin perwujudan kemakmuran dan kesejahteraan yang merata, lepas dari tekanan dan penga- ruh dari kekuatan politik tertentu atau pun golongan bermodal. Kalau mekanisme ini berjalan dengan baik, niscaya akan membuat koperasi solid. Pengalaman menunjukkan, kehancuran koperasi sering kali disebabkan oleh munculnya masalah dari dalam kopera- si sendiri, antara lain macetnya mekanisme demokrasi, termasuk di dalamnya trans- paransi. Membangun konglomerasi koperasi na- sional dapat dilakukan melalui penguatan sistem kelembagaan koperasi, apa pun jenis- nya. Koperasi yang dikenal umum di Indo- nesia mencakup koperasi produsen, konsu- men, koperasi sirnpan pinjam, dan unit sim- pan pinjam (KSPIUSP), pemasaran serta ko- perasi jasa. Koperasi di Indonesia saat ini mampu menguasai berbagai sektor bisnis, tanpa melakukan praktik monopoli. Konsep perkoperasian di Indonesia memang meng- anut sistem demokrasi untuk kesejahteraan banyak orang. Konglomerasi koperasi akan menjadi kenyataan setelah kelima jenis ko- perasi bersinergi saling inendukung. Tradisi konglomerasi koperasi sebenar- nya sudah terlaksana pada unit multiusaha, seperti KUD, Pusat Koperasi Unit Desa (Puskud), Inkud, koperasi primer/sekunder, dan koperasi serba usaha. Di India, koperasi petani tebu rakyat telah memiliki dan me- nguasai saham pabrik gula. Kondisi seperti ini merupakan cikal-bakal terjadinya kon- glomerasi dalam koperasi. Di Indonesia, konglomerasi koperasi de- ngan ornzet miliaran rupiah juga sudah mu- lai menggeliat dalam satu dasawarsa ter- akhir. Majalah PIP (Pusat Informasi Perko- perasian) pemah melansir daftar 100 kopera- si yang memiliki omzet puluhan miliar hing-

Upload: lamkhue

Post on 03-Apr-2019

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

o Senin o Selasa 0 Rabu • Kamis 0 Jumat o Sabtu 0 Minggu12 13 14 15 1627 28 29 30 31

2 317 18 19

456 720 21 22

8 !! ~ 1123 24 25 26

OJan OPeb OSep OOId ONov ODesoMar OApr eMei OJun OJul 0 Ags

·Globalisasi dan Konglomerasi KoperasiBERNHARD

LIMBONG

Pasal 33 UUD 1945 mengamanatkanbahwa koperasi adalah pilar utama(sokoguru) perekonomian nasional.

Namun hingga hari ini, koperasi identik de-ngan usaha kecil, orang kecil, modal kecil.Ini akibat kesalahan sistem perekonomiankapitalis yang dikembangkan selama ini.Ekonomi konglomerasi diberi peran utama,sedangkan koperasi diberi peran sebagai ak-tor figuran di pentas ekonomi nasional. Ko-perasi direkayasa dan dipaksa, seolah-olahada, tapi sebenarnya tak berdaya dan tidakdiberi akses yang luas.

Sebagai bukti, Menteri Koperasi danUKM Syarifuddin Hasan menyodorkan datayang memprihatinkan. Disebutkan, dari188.181 koperasi di Indonesia saat ini, 47.000atau 25% tidak aktif atau mati suri. Mencer-mati perkembangan perkoperasian di era pa-sar bebas, koperasi harus segera mereformasidirinya, membangun kekuatan agar mampusejajar dengan korporasi-korporasi raksasa diera globalisasi. Untuk itu, sudah saatnya ko-perasi dilibatkan dalam setiap perencanaandan pelaksanaan strategi pembangunan jang-ka panjang. Sektor-sektor usaha yang sangatpenting bagi upaya menyejahterakan rakyat,seperti industri, manufaktur, perdagangan, ja-sa, perbankan, telekomunikasi, angkutan atautransportasi, dan jasa distribusi, perlu dikelolamelalui koperasi rakyat.

Ada dua pertanyaan mendasar. Pertama,bolehkah koperasi bertumbuh kembangmenjadi konglomerasi (baca: bisnis raksa-sa)? Bukankah itu melanggar jatidiri kopera-si sebagai usaha bersama yang berdasarkankekeluargaan yang tidak berorientasi profit,sebagaimana ditegaskan dalam UUD 1945?Pertanyaan kedua, mampukah koperasi ber-saing dengan korporasi-korporasi raksasanasional, multinasional, dan transnasional,termasuk BUMN, yang selama ini mendo-minasi asar ekonomi Indonesia?

Jawaban untuk pertanyaan pertama tentusaja tidak. Koperasi itu entitas bisnis yangdibentuk sesuai jenis usahanya. Namun filo-sofinya adalah usaha yang lahir dari usahabersama dengan asas kekeluargaan, bukanasas keluarga. Hal ini berarti, usaha itu dapatberbentuk PT, CV, boleh juga koperasi, na-mun prinsipnya usaha bersama dengan asaskekeluargaan. Adanya asas kekeluargaan ti-dak boleh menyebabkan penumpukan keka-yaan di Indonesia yang beraneka ragam su-ku, bahasa, adat-istiadat, agama, dan melim-pah kekayaan alam.

Dari pemahaman Pas.al 33 UUD 1945, ti-dak boleh ada kapitalisme yang lahir dantumbuh bukan karena usaha bersama denganasas kekeluargaan. Sementara itu, yang ter-jadi selama ini ialah konglomerasi dan kapi-talisme yang tumbuh bukan karena usahakoperasi. Pada titik inilah perjuangan danidealisme wacana tentang konglomerasi ko-perasi menjadi sangat relevan.

Tiga Kekuatan Koperasi. Pertanyaan kedua yang menggelitik, apa-kah koperasi mampu menggarap bisnis ber-skala besar sehingga bisa berdiri sejajar de-ngan korporasi nasional, multinasional, dantransnasional di era globalisasi? Jawaban-nya: mampu! Sedikitnya, ada tiga kekuatanriil koperasi Indonesia yang selama inl ter-abaikan. Pertama, koperasi memiliki jaring-an vertikal yang hebat dari tingkat primer,sekunder tingkat provinsi, dan sekundertingkat nasional. Dalam teori biaya produksi,penataan yang efisien dan praktis melahir-kan sinergi biaya yang memberikan manfaatlebih optimal. Rasionalitas seperti ini meru-pakan upaya-upaya berkaitan dengan costsaving factor dan utilization capital factoryang dapat memacu sinergi yang berkelan-jutan.

Kekuatan kedua adalah social capital.Anggota koperasi yang berposisi sebagai pe-milik sekaligus pelanggan, sesungguhnyamerupakan kekuatan utama dari koperasi.Jumlah 188.181 koperasi Indonesia saat inidengan anggota 30.849.913 merupakan mo-dal bagi pengembangan usaha koperasi, bu-kan hanya perannya sebagai pemilik (yangharus mengontribusi modal), tetapi juga se-bagai potensi pasar yang pasti (captive mar-ket). Lebih dari itu, anggota juga bisa dijadi-kan faktor untuk memperkuat posisi rundingkoperasi dengan ihak mana un.

Kllping Rumaa (lnpad 2011

Kekuatan ketiga adalah adanya mekanis-me demokrasi dalam koperasi, untuk meng-hasilkan keputusan bersama yang menjaminperwujudan kemakmuran dan kesejahteraanyang merata, lepas dari tekanan dan penga-ruh dari kekuatan politik tertentu atau pungolongan bermodal. Kalau mekanisme iniberjalan dengan baik, niscaya akan membuatkoperasi solid. Pengalaman menunjukkan,kehancuran koperasi sering kali disebabkanoleh munculnya masalah dari dalam kopera-si sendiri, antara lain macetnya mekanismedemokrasi, termasuk di dalamnya trans-paransi.

Membangun konglomerasi koperasi na-sional dapat dilakukan melalui penguatansistem kelembagaan koperasi, apa pun jenis-nya. Koperasi yang dikenal umum di Indo-nesia mencakup koperasi produsen, konsu-men, koperasi sirnpan pinjam, dan unit sim-pan pinjam (KSPIUSP), pemasaran serta ko-perasi jasa. Koperasi di Indonesia saat inimampu menguasai berbagai sektor bisnis,tanpa melakukan praktik monopoli. Konsepperkoperasian di Indonesia memang meng-anut sistem demokrasi untuk kesejahteraanbanyak orang. Konglomerasi koperasi akanmenjadi kenyataan setelah kelima jenis ko-perasi bersinergi saling inendukung.

Tradisi konglomerasi koperasi sebenar-nya sudah terlaksana pada unit multiusaha,seperti KUD, Pusat Koperasi Unit Desa(Puskud), Inkud, koperasi primer/sekunder,dan koperasi serba usaha. Di India, koperasipetani tebu rakyat telah memiliki dan me-nguasai saham pabrik gula. Kondisi sepertiini merupakan cikal-bakal terjadinya kon-glomerasi dalam koperasi.

Di Indonesia, konglomerasi koperasi de-ngan ornzet miliaran rupiah juga sudah mu-lai menggeliat dalam satu dasawarsa ter-akhir. Majalah PIP (Pusat Informasi Perko-perasian) pemah melansir daftar 100 kopera-si yang memiliki omzet puluhan miliar hing-

ga ratusan miliar, bahkan ada koperasi yangmenembus angka triliunan rupiah. Di bawah100 koperasi dengan volume usaha palingtinggi tersebut, masih ada 50 koperasi lainyang volume usahanya mencapai belasanmiliar. -:

Dari sisi kegiatan usaha, unit simpan pin-jam merupakan usaha yang paling potensialdigarap koperasi, dan dengan menangani se-cara khusus maupun sebagai unit usaha.Bahkan koperasi yang bertengger di urutanpertama yaituKospin Jasa Pekalonganme-rupakan koperasi yang mengkhususkan diridi usaha simpan pinjam. Lima koperasi sim-pan pinjam lainnya menemani Kospin Jasadi 10 besar.

Koperasi fungsional termasuk dalam de-retan paling banyak yang masuk dalam 100koperasi. Koperasi jenis ini umurnnya me-mang didukung oleh keanggotaan yang so-lid. Namun, di masa lalu, perkembangan ko-perasi fungsional sering terhenti pada tingkattertentu, karena wilayah kerjanya yang sa-ngat terbatas. Sekarang, banyak koperasifungsional yang mampu mendobrak keterba-tasan tersebut. Dengan memperluas jangkau-an bisnisnya terutama dengan mengembang-kan bisnis di luar simpan pinjam.

KeberadaanKoperasi Warga Semen Gre-sik (KWSG) diurutan kedua dalam daftar100 koperasi besar, adalah indikasi yang bisamerepresentasikan kejayaan koperasi fung-sional di tanah air. Di daftar 10 besar , kope-rasi fungsional juga menempatkan tiga wakillainnya, yaitu Koperasi PT Indosat, KopkarAstra dan koperasi Denma Mabes TNI AV.

Menarik dicermati, koperasi berbasisprofesi pun menunjukkan indikasi perkem-bangan yang cukup menjanjikan, meskipunhanyamenempatkan satu wakil-nya di 100besar, yaitu Koperasi Jasa Kelistrikan JawaTimur. Koperasi jenis ini mempunyai poten-si cukup tinggi, seiring dengan perkembang-an organisasi profesi.

Namun, koperasi Indonesia masih jauhtertinggal dibandingkan kemajuan koperasidi banyak negara. Berdasarkan laporan K'AGlobal 300, be1um pemah satu pun koperasiIndonesia masuk kelompok 300 koperasiberkelas dunia. Dalam laporan K'A Global300 tahun 2010, ada tujuh negara Asia yangmasuk 300 koperasi terbesar di dunia, yaituJepang, India, Korea Selatan, Singapura,Malaysia, Tiongkok, dan Taiwan.

Sungguh ironis, padahal Indonesia ada-lah anggota leA dengan jumlah anggota ko-perasi 31 juta, terbesar ke~4 di dunia setelahIndia (239 juta), AS (78 juta), dan Jepang(42 juta). Dengan jumlah penduduk 240 jutaorang dan dukungan pemerintah yang takpemah henti, koperasi Indonesia sangat po-tensial untuk men embus deretan elite kope-rasi dunia. Yang dibutuhkan cuma dukungannyata pemerintah berupa regulasi dan kebi- I

jakan komprehensif yang memberi ruang ge-rak koperasi agar bisa bertumbuh dan ber-kembang menjadi besar. Kehadiran kopera-si-koperasi berskala konglomerat dapatmengimbangi dominasi konglomerasi kor-porasi swasta maupun BVMN, dan pada gi-lirannya koperasi benar-benar menjadi soko-guru perekonomian nasional dalam era pasarbebas masa kini.

PENULIS ADALAH MASTER HUKUM BISNIS DAN

DOKTOR ILMU HUKUM UNPAD; BANDUNG