oleh : manunggal k. wardaya sh llm -...

1
Pemimpin Umum: Seno Subardi Pemimpin Redaksi: Yon Daryono Redaktur Pelaksana: Zunianto Subekti Koordinator Liputan: Angga Saputra Redaktur: Maula Asadilah, Sri Juliati, Bayu Nur Sasongko, Redaktur Foto: Nurul Iman, Redaktur Bahasa: Kholil Rokhman, Reporter Banyumas: Fatimah Arsalan N, Agus Setiyanto, Dedy Afrengki, Renny Tania, Fitri Nurhayati, Hanie Maria, Ade Yulia N, Purbalingga: Yuspita Anjar Palupi, Banjarnegara: Rudal Afghani, Cilacap: Agung Lindu Nagara, Fotografer: Idhad Zakaria, Sekretaris Redaksi: Riyanti Widyastuti, Desain Grafis: Budi Haryanto, Satrio Hapsoro, Desain Iklan: Almumin, Kobaharo, Layouter: Anhar Guruh S, Jack Rastam, Anas Masruri, Iyus Saputra,Rizqi Ramdani IT: Galih Yoga Priyambodo, Aris Riyanto Wartawan SatelitPost selalu dibekali tanda pengenal dan dilarang menerima, meminta, baik uang atau barang yang dapat mempengaruhi isi pemberitaan Direktur Utama: Seno Subardi Direktur: Jessica Noviani Pemimpin Perusahaan: Jessica Noviani Koordinator Iklan: Rendra Arista Koordinator Sirkulasi: Sindu Dwi Hartanto Tarif Iklan Baris: 2 baris 1X muat Rp 15.000 dengan bonus ditayangkan di www.satelitnews.co Paket Iklan Baris: 2 Baris 10 X muat Rp 31.680 10 Baris 10 X muat Rp 158.400 Kantor Redaksi: Jl. Dr. Angka No. 79 Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Telepon: 0281 623099, Faximile: 0281 623388 Penerbit: PT. Satria Media Grafika Email: [email protected] www.satelitnews.co Facebook: Harian Pagi SatelitPost SENIN KLIWON, 12 MARET 2012 10 Service Public Redaksi SatelitPost menerima kiriman opini dari pembaca. Panjang opini berisi dua halaman spasi 1,5 . Naskah dikirim via email dan hendaknya dilengkapi dengan foto terbaru berikut nomor telepon yang dapat dihubungi. SatelitPost tidak mengembalikan opini yang diterima. email: [email protected] email: [email protected] email: [email protected] email: [email protected] email: [email protected] WAR WAR WAR WAR WARTAWAN AN AN AN AN adalah sebuah profesi yang hasil karyanya bersinggungan langsung den- gan kepentingan khalayak ramai. Dikatakan demikian karena jika tak memerhatikan kaidah-kaidah kewartawanan, karya seorang wartawan tak saja bisa menyebabkan kerugian objek berita namun pula keresahan sosial. Se- baliknya, karya jurnalistik yang dilakukan dengan profesional akan dapat memobilisasi opini warga dalam mengawal proses-proses kebijakan publik, membuat warga waspada (alert) dan tercerahkan (informed) akan pel- bagai peristiwa sosial kemasyarakatan. Pada gilirannya, media yang diawaki oleh pewarta yang profesional akan maksimal dalam mengembangkan fungsinya sebagai wahana komunikasi massa sekaligus sebagai sarana kontrol sosial. Adalah benar bahwa jurnalis dan media be- rita yang menaunginya tak mungkin lepas dari kemungkinan untuk membuat kesalahan dalam melakukan kerjanya. Tidak mungkin mengharapkan suatu karya jurnalistik steril dari kekeliruan. Desakan untuk menurunkan laporan dengan cepat terkait mendesaknya suatu isu untuk diketahui publik di satu sisi, serta minimnya informasi yang tersedia guna menunjang akurasi suatu berita di sisi lain ada- lah salah satu hal yang menyebabkan terja- dinya kesalahan dan kekeliruan dalam pembe- ritaan. Oleh karenanya dalam dunia jurnalis- tik kemungkinan adanya kerugian dan atau kerugian ini diimbangi dengan dua hak ma- sing-masing hak jawab (right to reply) dan hak koreksi. Undang-undang No. 40 Tahun 1999 mengadopsi keduanya dalam Pasal 5 ayat (2) dan (3), mewajibkan bagi pers untuk melayani hak jawab dan melayani hak koreksi. Begitu pentingnya kedua instrumen tersebut, sehi- ngga UU Pers mengancamkan pidana berupa denda maksimal 500 juta bagi perusahaan pers yang tak mau melayani hak jawab dan hak ko- reksi tersebut. Sudah barang ten- tu keberadaan hak koreksi dan hak jawab se- bagai sarana untuk membe- tulkan dan menyanggah pem- beritaan bukanlah legitima- s i bagi wartawan untuk dapat dengan sesuka hatinya mem- buat kesalahan. Prinsip kehati- hatian, keberimbangan, dan pema- haman asas praduga tak bersalah harus benar-benar diimplementasikan dalam menurunkan laporan dan atau berita. Kesalahan terkait pemberitaan haruslah semininal mungkin dan seyogya- nya tak boleh disengaja. Pendeknya, hak jawab dan hak koreksi bukanlah tameng yang dengan seenaknya dicadangkan dalam melakukan pemberitaan yang tak berkaidah dengan prinsip “hantam dahulu, terima kom- plain belakangan”. Profesionalisme jurnalis tidak saja terkait dengan bagaimana mencari dan menyam- paikan informasi dengan akurat dan ber- imbang dengan prinsip meliput pihak- pihak yang terkait, na- mun juga profesional- isme untuk mengabdi- kan kuasa atas infor- masi demi kemaslaha- tan publik. Jurnalis dan media harus ta- han godaan dari ke- inginan berselingkuh dengan kekuasaan Dosen Fakultas Hukum UNSOED/ Faculteit Der Rechtsgeleerdheid PhD Researcher Faculteit Der Rechtsgeleerdheid Nijmegen, Netherlands Urgensi Sertifikasi Wartawan Oleh : Manunggal K. Wardaya SH LLM Sorot Redaksi Sorot Redaksi RENCANA RENCANA RENCANA RENCANA RENCANA kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak pada awal April tinggal menunggu hari. Masyarakat pun sudah merasakan gelagat semakin beratnya beban ekonomi karena rentang dua bulan setelah April, masyarakat akan disibukkan dengan tahun ajaran baru sekolah. Pada masa itulah, pengeluaran uang akan membengkak. Banyak orangtua yang harus menyisihkan sebagian besar penghasilan mereka untuk mengurus biaya pendaftaran sekolah anak-anaknya. Ironisnya, menjelang kenaikan BBM, tidak ada peningkatan pendapatan yang signifikan yang terjadi pada masyarakat secara makro karena pertumbuhan ekonomi di tingkat nasional juga tidak menunjukan indikator yang memuaskan. Alasan pemerintah menaikan harga BBM jika kita telaah secara jernih sebenarnya tidaklah pas momentumnya. Untuk itu mari kita mencoba merenungkan kembali makna yang terkandung dalam UUD 1945. Pada Pasal 33 ayat (2) dan (3) UUD 1945 disebutkan bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara; bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berangkat dari pernyataan yang terdapat dalam pasal tersebut maka boleh disebut bahwa saat ini para penyelenggara negara telah mengkhianati UUD 1945. Faktanya adalah cabang-cabang produksi yang penting bagi orang banyak seperti minyak, gas, dan tambang telah “dijual” kepada kaum yang oleh John Perkins dalam bukunya berjudul Bandit Ekonomi disebut sebagai kaum Korporatokrasi. Sebagai bukti yang nyata adalah ladang-ladang minyak milik Indonesia sudah dikapling-kapling oleh perusahaan minyak internasional. Sebagai contoh, blok Cepu yang dikapling oleh Exxon hingga 2036. Kemudian di Papua dikapling oleh British Petroleum dan blok ladang minyak di Natuna dikapling oleh Petronas, Total, Exxon. Tak heran apabila pemerintah tidak punya daya apa-apa lagi untuk menghadapi kenaikan harga minyak dunia. Pemerintah Indonesia seakan didikte oleh kekuatan bisnis global, meskipun negeri ini memiliki ladang-ladang minyak yang sangat banyak di seluruh penjuru tanah air. Manajemen pemerintah yang amburadul seperti inilah yang disebut oleh mantan Ketua MPR Amien Rais sebagai bentuk kegagalan pemerintah. Dalam bukunya berjudul Selamatkan Indonesia, Amien Rais menyebutkan secara sederhana bahwa kedaulatan negeri ini sudah tergadaikan oleh kekuatan-kekuatan kapitalisme. Sementara hasil uang gadai tersebut hanya dinikmati oleh para birokrat dan penyelenggara negara yang tidak memikirkan nasib rakyatnya. Ibarat pepatah mengatakan, tikus mati di lumbung padi, maka situasi sekarang ini hampir mirip terjadi pada rakyat Indonesia. Mereka menjadi korban kenaikan harga BBM meskipun mereka pemilik ladang-ladang minyak yang sangat banyak. Astagfirullah! (*) (*) (*) (*) (*) Sudah barang tentu keberadaan hak koreksi dan hak jawab sebagai sarana untuk membetulkan dan menyanggah pemberitaan bukanlah legitimasi bagi wartawan untuk dapat dengan sesuka hatinya membuat kesalahan. (entah yang negara entah yang korporat) se- hingga menjadi melempem dalam memberi- takan hal-hal yang sepatutnya diketahui oleh publik. The highest form of power is know- ledge, demikian Alvin Toffler mengingatkan dalam bukunya Powershift (1990). Sebagai kuasa (power) informasi bisa dipertukarkan bahkan mengekstraksi kuasa lainnya seperti uang (money) dan kekerasan (violence). Ku- asa atas informasi menjadikan jurnalis dan me- dia memiliki kuasa yang berpotensi diper- tukarkan, dibarter dengan kuasa lain. Se- bagaimana dicton, kekuasaan yang berlebihan akan cenderung korup, tak terkecuali kuasa atas informasi. Sebuah informasi berpotensi dimanfaatkan oleh jurnalis untuk ditukar dengan pelbagai hal yang menguntung- kan dirinya. Maka kita kerapkali men- dengarkan keresahan akan adanya war- tawan bodrek, wartawan am- plop. Adagium dari Toffler dan Ac- ton di atas sekaligus menjelas- kan mengapa kendati media lokal banyak ber- munculan di tanah air, isu- isu menyangkut relasi kekuasaan masih lebih deras mengalir dari mulut ke mulut dan bukannya media. Kalaulah media memberitakan hal-hal ter- kait korupsi, maka hanya jika hal itu telah memasuki pengadilan. Se- makin jarang dijumpai media yang menjalankan jurnalisme investigasi. Nyatalah di sini, ada kerugian publik yang serius kalau seorang jurnalis tidak profesional dalam melakukan tu- gasnya. Seorang wartawan yang tidak profe- sional akan melihat informasi yang dimi- likinya semata sebagai modal yang bisa dan akan dipertukarkan dengan uang dan kuasa lain yang menguntungkan dirinya. Manakala deal dengan kekuasaan tercapai, apa yang se- harusnya diketahui publik menjadi tersimpan di dalam laci redaksi, dan menguap dengan sendirinya seiring dengan berjalannya wak- tu. Dibandingkan dengan UU Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers, UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers sa- yangnya tak mengatur mengenai syarat-sya- rat wartawan, dan apalagi mengatur mengenai sertifikasi wartawan. Artinya, secara hukum, siapa saja bisa dan berhak menyandang gelar wartawan. Di satu sisi hal ini sebenarnya baik, dalam arti kemerdekaan warga negara untuk berhimpun dan membentuk organisasi pers dalam rangka menikmati hak dan kebebasan dasar atas informasi terjamin dan terlindungi. Namun di sisi lain, hal ini tak urung menim- bulkan kegusaran, terutama di era yang me- niscayakan sertifikasi yang dimaksudkan se- bagai jaminan profesionalitas sesuai standar yang diharapkan. Sebagaimana pada profesi lainnya, sertifikasi jurnalis diharapkan men- jadi standar pemahaman wartawan akan pen- tingnya rambu-rambu dalam jurnalistik baik yang sifatnya etik maupun hukum. Pada titik itulah, sertifikasi wartawan yang telah dipikirkan sejak lama oleh Dewan Pers dan disuarakan kembali oleh Persatuan War- tawan Indonesia belum lama ini menemukan makna pentingnya. Sertifikasi wartawan di- harapkan membuat wartawan lebih profesi- onal dalam melakukan tugasnya. Dengan ser- tifikasi wartawan, diharapkan pemahaman baik teknik maupun jurnalistik pada level minimal tertentu akan dimiliki seorang wartawan. Dengan sertifikasi ini, di- harapkan wartawan tidak akan membuat berita yang bombastik, yang mengada-ada, bersifat fitnah, maupun tidak melewati pro- ses cross-check dan hanya bekerja demi logi- ka kapital. Penulis berpendapat jika program sertifikasi ini akan direalisasikan, seyogyanya sifatnya hanyalah sukarela ( voluntarily), berdasarkan kehendak baik wartawan atau perusahaan pers yang menau- nginya. Walaupun sifatnya sukarela, keanggotaan wartawan yang bersertifikasi dalam suatu peru- sahaan pers akan tercermin dalam karya jurnal- istik yang mereka hasilkan sekaligus menjadi- kan tolok ukur bagi masyarakat dalam me- naruhkepercayaanterhadapsuatumedia.Sebaliknya, mewajibkan wartawan untuk mengikuti sertifika- si akan berujung pada pemberian lisensi wartawan, sesuatu yang akan sangat berbahaya pada citizen journalism, perlindungan profesi wartawan, dan pula terhadap independensi pers. Kekuasaan bisacampur tangan dalam sertifikasi ini dan menyingkirkan wartawan yang kritis dari sertifikasi. Jika ini yang terjadi, makakemeredekaanpersjustru akanterancamdenganwa- jibnya sertifikasi wartawan.(*) (*) (*) (*) (*) Tikus Mati di Lumbung Padi ikus Mati di Lumbung Padi ikus Mati di Lumbung Padi ikus Mati di Lumbung Padi ikus Mati di Lumbung Padi Rakyat Mati di Ladang Minyak Rakyat Mati di Ladang Minyak Rakyat Mati di Ladang Minyak Rakyat Mati di Ladang Minyak Rakyat Mati di Ladang Minyak Oleh: YON DAR YON DAR YON DAR YON DAR YON DARYONO YONO YONO YONO YONO Redaktur SatelitPost PEMBACA setia SatelitPost, silakan sampaikan keluhan, saran, kritik, dan pertanyaan Anda terhadap public service atau masalah pembangunan di sekitar kita, secara singkat, cerdas,dan santun melalui fanpage Harian Pagi SatelitPost atau melalui sms ke nomor 081 327 751 303. Kami dengan senang hati akan menyampaikan keluhan atau pertanyaan Anda padapihak yang bersangkutan sehingga bisa langsung dijawab. Pertanyaan juga dapat disampaikan melalui fanpage Harian Pagi SatelitPost maupun email ke [email protected]. AMIN SAHRI YES YES YES YES YES, aku langsung suka dg mu satelit... hahay;> YAN INDRA PANSER GANDAJATI UPDA UPDA UPDA UPDA UPDATE TE TE TE TE juga berita yang diweb...... semoga sukses..... SUJAR SUJAR SUJAR SUJAR SUJARWO WO WO WO WO SUR SUR SUR SUR SURYAPUTRA APUTRA APUTRA APUTRA APUTRA SELAMA SELAMA SELAMA SELAMA SELAMAT dan semoga mendapat tempat di hati pembaca.. Alamat web-nya sekarang apa?? CINDY EVANDA SELAMA SELAMA SELAMA SELAMA SELAMA T T T n Sukses... TRI HARYANTO SUKSES SUKSES SUKSES SUKSES SUKSES selalu... NOV NOV NOV NOV NOVA S. SETY S. SETY S. SETY S. SETY S. SETYA BARUSAN BARUSAN BARUSAN BARUSAN BARUSAN saya borong 1.. :-D semoga sukses. ULIL KHUSNA ULIL KHUSNA ULIL KHUSNA ULIL KHUSNA ULIL KHUSNA SELAMA SELAMA SELAMA SELAMA SELAMA T T T T T dan smg makin exis .... MANUNGGAL K. WARDAYA SH LLM Dosen Fakultas Hukum UNSOED tinggal di Belanda

Upload: dangtram

Post on 10-Apr-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pemimpin Umum: Seno SubardiPemimpin Redaksi: Yon DaryonoRedaktur Pelaksana: Zunianto SubektiKoordinator Liputan: Angga SaputraRedaktur: Maula Asadilah, Sri Juliati, Bayu Nur Sasongko, Redaktur Foto: Nurul Iman, Redaktur Bahasa: Kholil Rokhman,Reporter Banyumas: Fatimah Arsalan N, Agus Setiyanto, Dedy Afrengki, Renny Tania, Fitri Nurhayati, Hanie Maria, Ade Yulia N, Purbalingga: Yuspita Anjar Palupi, Banjarnegara: Rudal Afghani, Cilacap: Agung Lindu Nagara, Fotografer: Idhad Zakaria, Sekretaris Redaksi: Riyanti Widyastuti, Desain Grafi s: Budi Haryanto, Satrio Hapsoro, Desain Iklan: Almumin, Kobaharo, Layouter: Anhar Guruh S, Jack Rastam, Anas Masruri, Iyus Saputra,Rizqi Ramdani IT: Galih Yoga Priyambodo, Aris Riyanto

Wartawan SatelitPost selalu dibekali tanda pengenal dan dilarang menerima, meminta, baik uang atau barang yang dapat mempengaruhi isi pemberitaan

Direktur Utama: Seno SubardiDirektur: Jessica Noviani

Pemimpin Perusahaan: Jessica NovianiKoordinator Iklan: Rendra Arista

Koordinator Sirkulasi: Sindu Dwi Hartanto

Tarif Iklan Baris:2 baris 1X muat Rp 15.000 dengan bonus ditayangkan di www.satelitnews.co

Paket Iklan Baris:2 Baris 10 X muat Rp 31.680

10 Baris 10 X muat Rp 158.400

Kantor Redaksi: Jl. Dr. Angka No. 79 Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Telepon: 0281 623099, Faximile: 0281 623388Penerbit: PT. Satria Media Grafi ka

Email: [email protected]

Facebook: Harian Pagi SatelitPost

SENIN KLIWON,12 MARET 201210 ServicePublic

Redaksi SatelitPost menerima kiriman opini dari pembaca. Panjang opini berisi dua halaman spasi 1,5 . Naskah dikirim via email dan hendaknya dilengkapi dengan foto terbaru berikut nomor telepon yang dapat dihubungi.SatelitPost tidak mengembalikan opini yang diterima.email: [email protected]: [email protected]: [email protected]: [email protected]: [email protected]

WARWARWARWARWARTTTTTAAAAAWWWWWANANANANAN adalah sebuah profesi yanghasil karyanya bersinggungan langsung den-gan kepentingan khalayak ramai. Dikatakandemikian karena jika tak memerhatikankaidah-kaidah kewartawanan, karya seorangwartawan tak saja bisa menyebabkan kerugianobjek berita namun pula keresahan sosial. Se-baliknya, karya jurnalistik yang dilakukandengan profesional akan dapat memobilisasiopini warga dalam mengawal proses-proseskebijakan publik, membuat warga waspada(alert) dan tercerahkan (informed) akan pel-bagai peristiwa sosial kemasyarakatan. Padagilirannya, media yang diawaki oleh pewartayang profesional akan maksimal dalammengembangkan fungsinya sebagai wahanakomunikasi massa sekaligus sebagai saranakontrol sosial.

Adalah benar bahwa jurnalis dan media be-rita yang menaunginya tak mungkin lepas darikemungkinan untuk membuat kesalahandalam melakukan kerjanya. Tidak mungkinmengharapkan suatu karya jurnalistik sterildari kekeliruan. Desakan untuk menurunkanlaporan dengan cepat terkait mendesaknyasuatu isu untuk diketahui publik di satu sisi,serta minimnya informasi yang tersedia gunamenunjang akurasi suatu berita di sisi lain ada-lah salah satu hal yang menyebabkan terja-dinya kesalahan dan kekeliruan dalam pembe-ritaan. Oleh karenanya dalam dunia jurnalis-tik kemungkinan adanya kerugian dan ataukerugian ini diimbangi dengan dua hak ma-sing-masing hak jawab (right to reply) dan hakkoreksi. Undang-undang No. 40 Tahun 1999mengadopsi keduanya dalam Pasal 5 ayat (2)dan (3), mewajibkan bagi pers untuk melayanihak jawab dan melayani hak koreksi. Begitupentingnya kedua instrumen tersebut, sehi-ngga UU Pers mengancamkan pidana berupadenda maksimal 500 juta bagi perusahaan persyang tak mau melayani hak jawab dan hak ko-reksi tersebut.

Sudah barang ten- tu keberadaanhak koreksi dan hak jawab se-bagai sarana untuk m e m b e -tulkan dan menyanggah p e m -beritaan bukanlah legitima- s ibagi wartawan untuk dapatdengan sesuka hatinya mem-buat kesalahan. Prinsip kehati-hatian, keberimbangan, dan pema-haman asas praduga tak bersalahharus benar-benar diimplementasikandalam menurunkan laporan dan atauberita. Kesalahan terkait pemberitaanharuslah semininal mungkin dan seyogya-nya tak boleh disengaja. Pendeknya, hakjawab dan hak koreksi bukanlah tameng yangdengan seenaknya dicadangkan dalammelakukan pemberitaan yang tak berkaidahdengan prinsip “hantam dahulu, terima kom-plain belakangan”.

Profesionalisme jurnalis tidak saja terkaitdengan bagaimana mencari dan menyam-paikan informasi dengan akurat dan ber-imbang dengan prinsip meliput pihak-pihak yang terkait, na-mun juga profesional-isme untuk mengabdi-kan kuasa atas infor-masi demi kemaslaha-tan publik. Jurnalisdan media harus ta-han godaan dari ke-inginan berselingkuhdengan kekuasaan

Dosen Fakultas Hukum UNSOED/ Faculteit Der RechtsgeleerdheidPhD Researcher Faculteit Der Rechtsgeleerdheid Nijmegen, Netherlands

Urgensi Sertifikasi WartawanOleh : Manunggal K. Wardaya SH LLM

Sorot Redaksi Sorot Redaksi

RENCANARENCANARENCANARENCANARENCANA kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyakpada awal April tinggal menunggu hari. Masyarakat punsudah merasakan gelagat semakin beratnya beban ekonomikarena rentang dua bulan setelah April, masyarakat akandisibukkan dengan tahun ajaran baru sekolah.

Pada masa itulah, pengeluaran uang akan membengkak.Banyak orangtua yang harus menyisihkan sebagian besarpenghasilan mereka untuk mengurus biaya pendaftaransekolah anak-anaknya.

Ironisnya, menjelang kenaikan BBM, tidak adapeningkatan pendapatan yang signifikan yang terjadi padamasyarakat secara makro karena pertumbuhan ekonomi ditingkat nasional juga tidak menunjukan indikator yangmemuaskan.

Alasan pemerintah menaikan harga BBM jika kita telaahsecara jernih sebenarnya tidaklah pas momentumnya. Untukitu mari kita mencoba merenungkan kembali makna yangterkandung dalam UUD 1945. Pada Pasal 33 ayat (2) dan (3)UUD 1945 disebutkan bahwa cabang-cabang produksi yangpenting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orangbanyak dikuasai oleh negara; bumi dan air dan kekayaanalam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negaradan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuranrakyat.

Berangkat dari pernyataan yang terdapat dalam pasaltersebut maka boleh disebut bahwa saat ini parapenyelenggara negara telah mengkhianati UUD 1945.Faktanya adalah cabang-cabang produksi yang penting bagiorang banyak seperti minyak, gas, dan tambang telah“dijual” kepada kaum yang oleh John Perkins dalambukunya berjudul Bandit Ekonomi disebut sebagai kaumKorporatokrasi.

Sebagai bukti yang nyata adalah ladang-ladang minyakmilik Indonesia sudah dikapling-kapling oleh perusahaanminyak internasional. Sebagai contoh, blok Cepu yangdikapling oleh Exxon hingga 2036. Kemudian di Papuadikapling oleh British Petroleum dan blok ladang minyakdi Natuna dikapling oleh Petronas, Total, Exxon.

Tak heran apabila pemerintah tidak punya daya apa-apalagi untuk menghadapi kenaikan harga minyak dunia.Pemerintah Indonesia seakan didikte oleh kekuatan bisnisglobal, meskipun negeri ini memiliki ladang-ladang minyakyang sangat banyak di seluruh penjuru tanah air.

Manajemen pemerintah yang amburadul seperti inilahyang disebut oleh mantan Ketua MPR Amien Rais sebagaibentuk kegagalan pemerintah. Dalam bukunya berjudulSelamatkan Indonesia, Amien Rais menyebutkan secarasederhana bahwa kedaulatan negeri ini sudah tergadaikanoleh kekuatan-kekuatan kapitalisme. Sementara hasil uanggadai tersebut hanya dinikmati oleh para birokrat danpenyelenggara negara yang tidak memikirkan nasibrakyatnya.

Ibarat pepatah mengatakan, tikus mati di lumbung padi,maka situasi sekarang ini hampir mirip terjadi pada rakyatIndonesia. Mereka menjadi korban kenaikan harga BBMmeskipun mereka pemilik ladang-ladang minyak yangsangat banyak. Astagfirullah! (*)(*)(*)(*)(*)

Sudah barang tentu keberadaanhak koreksi dan hak jawab sebagai

sarana untuk membetulkan danmenyanggah pemberitaan bukanlah

legitimasi bagi wartawan untukdapat dengan sesuka hatinya

membuat kesalahan.

(entah yang negara entah yang korporat) se-hingga menjadi melempem dalam memberi-takan hal-hal yang sepatutnya diketahui olehpublik. The highest form of power is know-ledge, demikian Alvin Toffler mengingatkandalam bukunya Powershift (1990). Sebagaikuasa (power) informasi bisa dipertukarkanbahkan mengekstraksi kuasa lainnya sepertiuang (money) dan kekerasan (violence). Ku-asa atas informasi menjadikan jurnalis dan me-dia memiliki kuasa yang berpotensi diper-tukarkan, dibarter dengan kuasa lain. Se-bagaimana dicton, kekuasaan yang berlebihanakan cenderung korup, tak terkecuali kuasaatas informasi. Sebuah informasi berpotensidimanfaatkan oleh jurnalis untuk ditukardengan pelbagai hal yang menguntung-kan dirinya.

Maka kita kerapkali men-dengarkan keresahanakan adanya war-tawan bodrek,wartawan am- p l o p .A d a g i u m dari Tofflerdan Ac- ton di atas

sekaligus menjelas-kan mengapa kendati

media lokal banyak ber-munculan di tanah air, isu-

isu menyangkut relasikekuasaan masih lebih deras

mengalir dari mulut ke mulutdan bukannya media. Kalaulah

media memberitakan hal-hal ter-kait korupsi, maka hanya jika hal itu

telah memasuki pengadilan. Se-makin jarang dijumpai media yang

menjalankan jurnalisme investigasi.Nyatalah di sini, ada kerugian publikyang serius kalau seorang jurnalistidak profesional dalam melakukan tu-

gasnya. Seorang wartawan yang tidak profe-sional akan melihat informasi yang dimi-likinya semata sebagai modal yang bisa danakan dipertukarkan dengan uang dan kuasalain yang menguntungkan dirinya. Manakaladeal dengan kekuasaan tercapai, apa yang se-harusnya diketahui publik menjadi tersimpandi dalam laci redaksi, dan menguap dengansendirinya seiring dengan berjalannya wak-tu.

Dibandingkan dengan UU Nomor 11 Tahun1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers,UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers sa-yangnya tak mengatur mengenai syarat-sya-rat wartawan, dan apalagi mengatur mengenaisertifikasi wartawan. Artinya, secara hukum,siapa saja bisa dan berhak menyandang gelarwartawan. Di satu sisi hal ini sebenarnya baik,dalam arti kemerdekaan warga negara untukberhimpun dan membentuk organisasi persdalam rangka menikmati hak dan kebebasandasar atas informasi terjamin dan terlindungi.Namun di sisi lain, hal ini tak urung menim-bulkan kegusaran, terutama di era yang me-niscayakan sertifikasi yang dimaksudkan se-bagai jaminan profesionalitas sesuai standaryang diharapkan. Sebagaimana pada profesilainnya, sertifikasi jurnalis diharapkan men-jadi standar pemahaman wartawan akan pen-tingnya rambu-rambu dalam jurnalistik baikyang sifatnya etik maupun hukum.

Pada titik itulah, sertifikasi wartawan yangtelah dipikirkan sejak lama oleh Dewan Persdan disuarakan kembali oleh Persatuan War-tawan Indonesia belum lama ini menemukanmakna pentingnya. Sertifikasi wartawan di-harapkan membuat wartawan lebih profesi-onal dalam melakukan tugasnya. Dengan ser-tifikasi wartawan, diharapkan pemahaman

baik teknik maupun jurnalistik pada levelminimal tertentu akan dimiliki seorangwartawan. Dengan sertifikasi ini, di-

harapkan wartawan tidak akan membuatberita yang bombastik, yang mengada-ada,

bersifat fitnah, maupun tidak melewati pro-ses cross-check dan hanya bekerja demi logi-ka kapital.

Penulis berpendapat jika program sertifikasi iniakan direalisasikan, seyogyanya sifatnya hanyalahsukarela (voluntarily), berdasarkan kehendak baikwartawan atau perusahaan pers yang menau-nginya. Walaupun sifatnya sukarela, keanggotaanwartawan yang bersertifikasi dalam suatu peru-sahaan pers akan tercermin dalam karya jurnal-istik yang mereka hasilkan sekaligus menjadi-kan tolok ukur bagi masyarakat dalam me-naruh kepercayaan terhadap suatu media. Sebaliknya,mewajibkan wartawan untuk mengikuti sertifika-si akan berujung pada pemberian lisensi wartawan,sesuatu yang akan sangat berbahaya pada citizenjournalism, perlindungan profesi wartawan,dan pula terhadap independensi pers. Kekuasaanbisa campur tangan dalam sertifikasi ini dan menyingkirkanwartawan yang kritis dari sertifikasi. Jika ini yang terjadi,maka kemeredekaan pers justru akan terancam dengan wa-jibnya sertifikasi wartawan.(*)(*)(*)(*)(*)

TTTTTikus Mati di Lumbung Padiikus Mati di Lumbung Padiikus Mati di Lumbung Padiikus Mati di Lumbung Padiikus Mati di Lumbung PadiRakyat Mati di Ladang MinyakRakyat Mati di Ladang MinyakRakyat Mati di Ladang MinyakRakyat Mati di Ladang MinyakRakyat Mati di Ladang Minyak

Oleh: YON DARYON DARYON DARYON DARYON DARYONOYONOYONOYONOYONORedaktur SatelitPost

PEMBACA setia SatelitPost, silakan sampaikan keluhan, saran, kritik, dan pertanyaan Anda terhadap public serviceatau masalah pembangunan di sekitar kita, secara singkat, cerdas,dan santun melalui fanpage Harian Pagi SatelitPostatau melalui sms ke nomor 081 327 751 303. Kami dengan senang hati akan menyampaikan keluhan atau pertanyaanAnda padapihak yang bersangkutan sehingga bisa langsung dijawab. Pertanyaan juga dapat disampaikan melaluifanpage Harian Pagi SatelitPost maupun email ke [email protected].

AMIN SAHRIYESYESYESYESYES, aku langsung sukadg mu satelit... hahay;>

YAN INDRA PANSERGANDAJATI

UPDAUPDAUPDAUPDAUPDATETETETETE juga berita

yang diweb...... semoga

sukses.....

SUJARSUJARSUJARSUJARSUJARWO WO WO WO WO SURSURSURSURSURYYYYYAPUTRAAPUTRAAPUTRAAPUTRAAPUTRA

SELAMASELAMASELAMASELAMASELAMATTTTT dan semogamendapat tempat di hatipembaca..

Alamat web-nya sekarangapa??

CINDY EVANDA

SELAMASELAMASELAMASELAMASELAMATTTTTn Sukses...

TRI HARYANTO

SUKSESSUKSESSUKSESSUKSESSUKSES selalu...

NOVNOVNOVNOVNOVAAAAA S. SETY S. SETY S. SETY S. SETY S. SETYAAAAA

BARUSAN BARUSAN BARUSAN BARUSAN BARUSAN saya borong 1.. :-D

semoga sukses.

ULIL KHUSNAULIL KHUSNAULIL KHUSNAULIL KHUSNAULIL KHUSNA

SELAMASELAMASELAMASELAMASELAMAT T T T T dan smg makinexis....

MANUNGGAL K. WARDAYA SH LLMDosen Fakultas Hukum UNSOED tinggal

di Belanda