oleh - digital library uns · regional development planning agency (bappeda), department of...

89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ANALISIS TINGKAT EFISIENSI, EFEKTIVITAS PUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DI KABUPATEN NGAWI TAHUN 2001 - 2010 TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Konsentrasi: Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Keuangan Daerah Oleh: SLAMET RIYANTO S4210092 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN SURAKARTA 2011

Upload: buitu

Post on 25-Jul-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ANALISIS TINGKAT EFISIENSI, EFEKTIVITAS PUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DI KABUPATEN NGAWI TAHUN 2001 - 2010

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan

Konsentrasi: Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Keuangan Daerah

Oleh:

SLAMET RIYANTO

S4210092

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN SURAKARTA

2011

Page 2: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

Page 6: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

MOTTO

HIDUP ADALAH PERJUANGAN DAN PENGABDIAN

MAKA MENANGKANLAH PERJUANGAN DAN MENGABDILAH UNTUK BANGSA, NEGARA DAN

SESAMA

Page 7: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

P E R S E M B A H A N

Kupersembahkan karya ini dengan tulus dan penuh rasa syukur kepada :

§ Ibu beserta Ayah (Alm) tercinta yang selalu membaluriku dengan doa,

Kakak-kakakku yang baik hati, Partai kebanggaanku yang telah

“membesarkanku” dan yang selalu memotivasi, serta dia yang telah pergi

dan dia yang akan datang.

Page 8: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

§ Kabupaten Ngawi yang telah memberi kepercayaan kepadaku.

§ Serta UNS, Almamater yang selalu Aku Banggakan.

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efisiensi dan tingkat efektivitas pungutan pajak daerah serta pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ngawi. Disamping itu, juga untuk mengetahui hubungan/korelasi antara tingkat efisiensi dan tingkat efektivitas pungutan pajak daerah dengan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ngawi.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan periode yang dianalisis dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2010. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Ngawi dan Satuan Kerja lainnya yang terkait. Alat analisis yang digunakan adalah analisis efisiensi, analisis efektivitas, analisis pertumbuhan ekonomi, dan analisis korelasi product moment.

Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa pungutan Pajak Daerah di Kabupaten Ngawi masih sangat efisien dari tahun ke tahun. Pungutan Pajak Daerah di Kabupaten Ngawi dalam kurun waktu tahun 2001-2010 menunjukkan tingkat yang sangat efektif, hal ini terlihat bahwa realisasi Pajak Daerah dapat dicapai diatas 100%, kecuali pada tahun 2006. Tingkat pertumbuhan ekonomi tahun 2001 – 2010 di Kabupaten Ngawi mengalami laju pertumbuhan yang positif di semua sektor. Pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang erat dan positif dengan efisiensi pungutan Pajak Daerah di Kabupaten Ngawi. Pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan negatif dan tidak signifikan dengan efektifitas pungutan Pajak Daerah di Kabupaten Ngawi. Kata Kunci: Efisiensi, Efektivitas, Pertumbuhan Ekonomi, Pajak Daerah.

Page 9: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

ABSTRACT The purpose of this study was to determine the level of efficiency and

effectiveness of local tax levies as well as economic growth in the District of Ngawi. In addition, also to determine the relationship / correlation between the level of efficiency and effectiveness of local tax levies to economic growth in the District of Ngawi.

The data used in this study is secondary data are analyzed with the period from 2001 until 2010. Data obtained from the Central Statistics Agency (BPS), the Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance and Asset Management (DPPKA) District Ngawi and other related work units. Analysis tool used is the analysis of the efficiency, effectiveness analysis, analysis of economic growth, and product moment correlation analysis.

The results of this study suggests that regional tax levies in the district of Ngawi still very efficient from year to year. Local Taxes Levied on Ngawi District in the period 2001-2010 shows a very effective, it is seen that the realization of regional tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic growth in 2001 - 2010 in the District of Ngawi experienced positive growth rates in all sectors. Economic growth has a close and positive relationship with the efficiency of regional tax levies in the district of Ngawi. Economic growth has a negative and significant relationship with the effectiveness of regional tax levies in the district of Ngawi. Keywords: Efficiency, Effectiveness, Economic Growth, Regional Tax.

Page 10: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

atas segala berkat dan rahmadNya yang tiada terhitung nilainya sehingga Penulis

dapat menyelesaikan penyusunan Tesis ini tepat sesuai jadwal yang telah ditentukan.

Tesis ini berjudul “ANALISIS TINGKAT EFISIENSI, EFEKTIVITAS

PUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DI KABUPATEN NGAWI TAHUN

2001 - 2010”, disusun sebagai salah satu persyaratan mencapai derajat magister pada

Program Studi Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan di Universitas Sebelas

Maret Surakarta. Dengan segala kekurangan dan kelebihan yang ada pada Tesis ini,

ucapan terima kasih Penulis sampaikan atas bantuan dan dukungan dari berbagai

pihak baik secara langsung maupun tidak langsung dalam bentuk moril maupun

materiil. Ucapan terima kasih secara khusus Penulis haturkan kepada Ibunda tercinta,

yang selalu memberikan doa restu dengan tulus ikhlas demi selesainya perjuangan

Penulis. Rasa terima kasih juga Penulis sampaikan kepada Partaiku yang telah

“membesarkan”, serta sebagai motivator dan memberi kekuatan untuk menjadi lebih

baik.

Selain itu, dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, Penulis juga

mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada :

Page 11: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

1. Dr. JJ. Sarungu, M.S selaku Ketua Program Studi Magister Ekonomi dan Studi

Pembangunan UNS;

2. Dr. JJ. Sarungu, M.S selaku Dosen Pembimbing I dan Drs. Mulyanto, ME selaku

Dosen Pembimbing II, atas segala masukan, saran, arahan dan bimbingan dalam

penyusunan Tesis ini;

3. Ir. H. Budi Sulistyono selaku Bupati Ngawi beserta seluruh jajarannya;

4. Bapak Dwi Rianto Jatmiko, SH selaku Ketua DPRD beserta seluruh Anggota

DPRD Kabupaten Ngawi;

5. Bapak ibu dosen yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada

Penulis selama menuntut ilmu di Universitas Sebelas Maret Surakarta;

6. Teman-teman Angkatan XIV/2010 yang berasal dari Kabupaten Ngawi, atas

dukungan dan kebersamaannya yang tak pernah luntur;

7. Teman-teman kelompok bimbingan Tesis, diantaranya; Dik Taufik, Mbak Kar,

Mas Eko, Mbak Lina, Mbak Eny, Mbak Ita, Mas Romeli, dan Mas Yanto, atas

kerjasama dan kekompakannya selama bimbingan sampai dengan

terselesaikannya Tesis ini;

8. Semua pihak yang telah membantu penyusunan Tesis ini, yang tidak dapat

Penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang setimpal terhadap

amal baik yang telah diberikan kepada Penulis demi terselesaikannya penyusunan

Tesis ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan Tesis ini masih banyak terdapat

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu saran dan kritik yang

Page 12: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

konstruktif sebagai masukan demi perbaikan di masa yang akan datang sangat Penulis

harapkan. Akhirnya, Penulis berharap semoga Tesis ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak yang berkepentingan. Atas segala kekurangan dalam Tesis ini Penulis mohon

maaf yang sebesar-besarnya. Terima kasih.

Surakarta, November 2011 Penulis Slamet Riyanto

Page 13: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ................................. iv

HALAMAN MOTTO ................................................................................ v

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................ vi

ABSTRAK .................................................................................................. vii

ABSTRACT ................................................................................................ viii

KATA PENGANTAR ................................................................................ ix

DAFTAR ISI .............................................................................................. xii

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvi

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Rumusan Masalah .................................................................. 11

C. Tujuan Penelitian .................................................................... 11

D. Manfaat Penelitian .................................................................. 12

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis Tentang Pajak ............................................. 13

1. Pengertian Pajak dan Pajak Daerah ................................... 13

Page 14: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

2. Pajak Sebagai Sumber Pendapatan .................................... 14

3. Peranan Pajak Dalam Pertumbuhan Ekonomi ................... 17

B. Pengertian Efisiensi, Efektifitas dan Pertumbuhan Ekonomi . 17

1. Pengertian Efisiensi ........................................................... 18

2. Pengertian Efektivitas ........................................................ 21

3. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi .................................... 23

C. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu ...................................... 25

D. Kerangka Konseptual ............................................................. 28

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian ................................................................... 30

B. Unit Analisis .......................................................................... 30

C. Jenis dan Sumber data ........................................................... 30

D. Definisi Operasional Variabel ................................................ 31

E. Teknis Analisis ....................................................................... 32

1. Analisis Efisiensi Pajak Daerah ……………….…… ......... 32

2. Analisis Efektifitas Pajak daerah ………………….. ......... 33

3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi …………………… ........ 34

4. Analisis Korelasi Product Moment ………………... ......... 34

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ....................................... 38

1. Kondisi Geografis Kabupaten Ngawi ................................ 38

Page 15: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

2. Pemerintahan Kabupaten Ngawi ....................................... 41

3. Indikator Kinerja Pembangunan ........................................ 45

a. Kondisi Sosial Kependudukan ...................................... 45

b. Kondisi Perekonomian Daerah ..................................... 49

c. Pendidikan Masyarakat ................................................ 54

d. Kondisi Sarana dan Prasarana ....................................... 55

4. Hasil Dan Pembahasan .......................................................... 58

1. Analisis Efisiensi .............................................................. 58

2. Analisis Efektivitas ............................................................ 61

3. Analisis Korelasi Product Moment .................................... 64

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................ 68

B. Saran ....................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 70

DAFTAR LAMPIRAN

Page 16: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Target dan Realisasi Pajak Daerah Kabupaten Ngawi

Tahun 2000s/d 2010 …………………………………………. 6

Tabel 1.2 PDRB Kabupaten Ngawi Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2001 – 2010 (Juta Rupiah) …………………………… 9

Tabel 1.3 PDRB Kabupaten Ngawi Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta Rupiah) ……………………………………. 10

Tabel 3.1 Interprestasi Terhadap Koefisien Korelasi ……………………. 36 Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Ngawi Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2006 …………………………………………………… 47

Tabel 4.2 Kesejahteraan Sosial Kabupaten Ngawi ……………………… 48 Tabel 4.3 PDRB Kabupaten Ngawi Atas Dasar Harga Berlaku

(Juta Rupiah) ………………………………………………… 52

Tabel 4.4 PDRB Kabupaten Ngawi Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta Rupiah) ………………………………….... 53

Tabel 4.5 Sarana Pendidikan dan Jumlah Murid ………………………. 55 Tabel 4.6 Panjang Jalan menurut Jenis, Kondisi dan Kelas Jalan di Kabupaten

Ngawi Tahun 2010 (km) …………………………………….. 56

Tabel 4.7 Formula Efisiensi …………………………………………….. 58 Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Efisiensi pajak Daerah ……………………. 59 Tabel 4.9 Formula Efektivitas ……………………………………….. 61 Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Efektivitas Pajak daerah ……………….... 62 Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Pertumbuhan Ekonomi ………………….. 64 Tabel 4.12 Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi ....……………….. 65

Page 17: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ………...………………………………. 28

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Ngawi …………………………….. 39

Gambar 4.2 Komposisi Penggunaan Lahan (%) …………………………... 40

Gambar 4.3 Perkembangan Efisiensi Pajak Daerah …..…………....……… 60

Gambar 4.4 Perkembangan Efektifitas Pajak Daerah …....………....……… 62

Page 18: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Penerimaan Dan Realisai Pajak Daerah Tahun 2000 – 2010

Lampiran 2. Penghitungan Efisiensi Pajak Daerah Tahun 2001 – 2010

Lampiran 3. Penghitungan Efektivitas Pajak Daerah Tahun 2001 – 2010

Lampiran 4. Penghitungan Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2001 – 2010

Page 19: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

ANALISIS TINGKAT EFISIENSI, EFEKTIVITAS PUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DI KABUPATEN NGAWI TAHUN 2001 - 2010

SLAMET RIYANTO

S4210092

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efisiensi dan tingkat efektivitas pungutan pajak daerah serta pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ngawi. Disamping itu, juga untuk mengetahui hubungan/korelasi antara tingkat efisiensi dan tingkat efektivitas pungutan pajak daerah dengan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ngawi.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan periode yang dianalisis dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2010. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kabupaten Ngawi dan Satuan Kerja lainnya yang terkait. Alat analisis yang digunakan adalah analisis efisiensi, analisis efektivitas, analisis pertumbuhan ekonomi, dan analisis korelasi product moment.

Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa pungutan Pajak Daerah di Kabupaten Ngawi masih sangat efisien dari tahun ke tahun. Pungutan Pajak Daerah di Kabupaten Ngawi dalam kurun waktu tahun 2001-2010 menunjukkan tingkat yang sangat efektif, hal ini terlihat bahwa realisasi Pajak Daerah dapat dicapai diatas 100%, kecuali pada tahun 2006. Tingkat pertumbuhan ekonomi tahun 2001 – 2010 di Kabupaten Ngawi mengalami laju pertumbuhan yang positif di semua sektor. Pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang erat dan positif dengan efisiensi pungutan Pajak Daerah di Kabupaten Ngawi. Pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan negatif dan tidak signifikan dengan efektifitas pungutan Pajak Daerah di Kabupaten Ngawi. Kata Kunci: Efisiensi, Efektivitas, Pertumbuhan Ekonomi, Pajak Daerah.

Page 20: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the level of efficiency and effectiveness of local tax levies as well as economic growth in the District of Ngawi. In addition, also to determine the relationship / correlation between the level of efficiency and effectiveness of local tax levies to economic growth in the District of Ngawi.

The data used in this study is secondary data are analyzed with the period from 2001 until 2010. Data obtained from the Central Statistics Agency (BPS), the Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance and Asset Management (DPPKA) District Ngawi and other related work units. Analysis tool used is the analysis of the efficiency, effectiveness analysis, analysis of economic growth, and product moment correlation analysis.

The results of this study suggests that regional tax levies in the district of Ngawi still very efficient from year to year. Local Taxes Levied on Ngawi District in the period 2001-2010 shows a very effective, it is seen that the realization of regional tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic growth in 2001 - 2010 in the District of Ngawi experienced positive growth rates in all sectors. Economic growth has a close and positive relationship with the efficiency of regional tax levies in the district of Ngawi. Economic growth has a negative and significant relationship with the effectiveness of regional tax levies in the district of Ngawi. Keywords: Efficiency, Effectiveness, Economic Growth, Regional Tax.

Page 21: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Otonomi daerah yang luas dan bertanggung jawab memberikan

keleluasaan kepada daerah kota/kabupaten dalam mengurus kepentingan

masyarakat sesuai dengan kondisi, potensi dan keanekaragaman wilayahnya.

Otonomi luas bukanlah berarti kebebasan absolut bagi suatu daerah untuk

menjalankan hak dan fungsi otonomi menurut kehendak daerah sendiri tanpa

mempertimbangkan kepentingan daerah lain atau nasional.

Implikasi dari otonomi daerah adalah kemampuan keuangan daerah

dalam penyelenggaraan urusan daerah. Daerah harus memiliki kemampuan

untuk menggali sumber keuangan sendiri, mengelola dan menggunakannya

dalam membiayai penyelenggaraan pemerintahan. Daerah harus mempunyai

sumber-sumber keuangan sendiri yang cukup kuat untuk dapat melaksanakan

pembangunan dan mengurus rumah tangganya sendiri. Keberhasilan daerah

menggali potensi sumber keuangan secara maksimal, akan berdampak positif

terhadap penyelenggaraan pemerintahan dalam melaksanakan otonomi.

Prinsip otonomi, daerah didorong untuk dapat berkreasi mencari

sumber-sumber penerimaan daerah yang dapat mendukung pembiayaan

pengeluaran daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang merupakan salah

satu komponen dari Pendapatan Daerah bisa menjadi salah satu kekuatan

1

Page 22: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

dalam pembangunan daerah, terutama potensi pendapatan yang bersumber

dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

yang Dipisahkan, dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah, yang

didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah sebagai

konsekuensi logis tanggung jawab negara terhadap wilayahnya.

Argumen dalam pelaksanaan otonomi daerah yaitu bahwa pemerintah

daerah harus mempunyai sumber-sumber keuangan yang memadai untuk

membiayai penyelenggaraan otonominya. Kapasitas Keuangan Pemerintah

Daerah akan sangat menentukan kemampuan pemerintah daerah dalam

menjalankan fungsi-fungsinya, seperti : Fungsi Pelayanan Masyarakat (public

service function); Fungsi Pelaksanaan Pembangunan (development function);

dan Fungsi Perlindungan Kepada Masyarakat (protective function).

Undang-undang Nomor 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah yang

disempurnakan dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, dan Undang-undang Nomor 25/1999 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang

disempurnakan dengan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah; bukan hanya

bertujuan untuk melimpahkan kewenangan dan pembiayaan dari pemerintah

pusat ke pemerintah daerah, tetapi memiliki tujuan untuk meningkatkan

efisiensi dan efektivitas pengelolaan Sumber Daya Keuangan daerah dalam

rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat.

Page 23: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Undang-undang yang mengatur tentang pelaksanaan otonomi daerah tersebut

diatas, memberikan kesempatan kepada pemerintah daerah untuk menggali

dan mengelola sumber-sumber pendapatan daerah. Penggalian sumber-

sumber pendapatan daerah tersebut dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan

dana pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan.

Sumber-sumber penerimaan daerah dalam melaksanakan

desentralisasi, sebagaimana diatur oleh Undang-undang Nomor 33/2004

diklasifikasikan menjadi 4 (empat), yaitu : (i) Pendapatan Asli Daerah (PAD);

(ii) Dana Perimbangan; (iii) Pinjaman Daerah; serta (iv) Lain-lain Penerimaan

yang Sah. Khusus mengenai PAD dapat dikatakan bahwa peranan atau

sumbangannya terhadap keseluruhan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) masih relatif kecil. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

menetapkan bahwa Pendapatan Daerah bersumber dari tiga kelompok, yaitu :

1. ”Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu pendapatan yang diperoleh daerah dan dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan meliputi : a. Pajak Daerah; b. Retribusi Daerah, termasuk hasil dari pelayanan Badan Layanan Umum

(BLU) daerah; c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, antara lain

bagian laba dari BUMD, hasil kerja sama dengan pihak ketiga; dan d. Lain-lain PAD yang Sah.

2. Dana Perimbangan, yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi;

3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah”.

Page 24: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

PAD diprioritaskan untuk membiayai kegiatan operasi dan

pemeliharaan sarana dan prasarana pelayanan masyarakat. Oleh karenanya,

penyediaan dana yang bersumber dari PAD seyogyanya harus

mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas; sehingga tidak menurunkan

standar pelayanan kepada masyarakat. Salah satu permasalahan yang dihadapi

oleh Pemerintah Daerah dalam menyusun dan melaksanakan APBD adalah

meningkatkan pendapatan yang berasal dari Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah tanpa harus menambah beban masyarakat, tetapi melalui

penyederhanaan pemungutan, memperkecil jumlah tunggakan, dan

menegakkan sanksi hukum bagi para penghindar pajak.

Undang-undang Nomor 18/1997 yang kemudian diubah menjadi

Undang-undang Nomor 34/2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah; diubah

lagi menjadi UU Nomor 28/2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,

memberi peluang yang sangat besar kepada pemerintah daerah untuk

memungut Pajak/Retribusi Daerah dengan jenisnya yang sangat banyak dan

beragam. Sebagai akibatnya, banyak jenis Pajak/Retribusi Daerah yang

mempunyai biaya administrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil

yang dicapai dan terdapat beberapa jenis pajak yang tidak memadai untuk

dipungut pemerintah daerah. Akibat lainnya, sering terjadi tumpang tindih

dalam mengklasifikasikan antara jenis Pajak dengan Retribusi Daerah dan

sering terjadi pula pemungutan pajak yang tidak adil kepada wajib pajak

sehingga dapat merugikan perekonomian karena akan menghambat efisiensi

alokasi sumber daya ekonomi.

Page 25: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Studi ini akan mengajukan model pengkajian dan penghitungan

obyek-obyek PAD yang potensial, terutama yang berasal dari unsur Pajak

Daerah dengan berpedoman Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, Undang-undang Nomor 34/2000 tentang Pajak dan

Retribusi Daerah yang merupakan pembaharuan dari Undang-undang Nomor

18/1997, dan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak

Daerah. Perlu dikemukakan di sini bahwa Kabupaten Ngawi masih

menggunakan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak dan

Retribusi Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang

Pajak Daerah sebagai dasar pembuatan Peraturan Daerah untuk pemungutan

Pajak Daerah, karena Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah belum berjalan efektif. Jadi ketiga produk

hukum (UU, PP, PERDA) tersebut yang dijadikan landasan untuk

menetapkan pungutan Pajak Daerah. Hal ini sejalan dengan tulisan

(Mardiasmo: 2002) yang menyatakan bahwa ”fiskal menjadi alternatif

jawaban dari tuntutan otonomi daerah, dan desentralisasi mengemban misi

utama berupa pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah

yang lebih rendah.“

Mengacu pada Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001

tentang Pajak Daerah, Pemerintah Kabupaten Ngawi telah berhasil membuat

beberapa macam Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah. Berdasarkan data

yang berhasil dikumpulkan, dari berbagai Peraturan Daerah tersebut, total

Page 26: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

pendapatan Pemerintah Kabupaten Ngawi dari sektor Pajak Daerah sejak

tahun 2000 – 2010 sebagai berikut:

TABEL 1.1 TARGET DAN REALISASI PAJAK DAERAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2000 S/D 2010

PENERIMAAN PAJAK DAERAH

Tahun Target Realisasi % 2000 1.559.475.000 1.606.219.148 103,00 2001 1.847.310.000 2.200.794.423 119,14 2002 2.966.290.150 3.509.354.326 118,31 2003 4.080.813.000 4.533.448.141 111,09 2004 4.823.152.000 5.193.181.087 107,67 2005 5.588.807.999 5.746.234.704 102,82 2006 6.196.509.620 6.118.068.854 98,73 2007 6.236.963.156 6.348.835.434 101,79 2008 6.274.438.156 8.391.451.764 133,74 2009 7.996.029.100 8.794.830.081 109,99 2010 9.516.683.300 9.582.526.496 100,69

Sumber : DPPKA Kabupaten Ngawi (diolah)

Jika dilihat data pada Tabel 1.1 tersebut di atas penerimaan Pajak

Daerah memang menunjukkan tren kenaikan realisasi. Namun jika diteliti

secara mendalam kenaikan pendapatan Pajak Daerah yang sangat efektif terjadi

pada tahun 2008 yang mencapai 133,74%. Sedangkan pada tahun 2006

realisasi pendapatan Pajak Daerah menunjukan tidak terpenuhinya target, yang

hanya mencapai 98,73 %. Tapi rata-rata disetiap tahun melebihi dari target.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan tujuan dari sebagian

besar pemerintah di daerah. Namun, seringkali penggalian potensi dalam

rangka pertumbuhan ekonomi menimbulkan masalah baru, yaitu kurang

Page 27: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

terperhatikannya masalah sosial (pendidikan dan kesehatan) serta masalah

lingkungan. Dalam mencapai pembangunan ekonomi wilayah yang baik,

diperlukan sumber daya manusia yang handal dan sehat. Selain itu, diperlukan

ketersediaan sumber daya alam yang berkelanjutan guna memenuhi segala

kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Eksploitasi sumber daya alam yang

tidak terkontrol dapat merusak tatanan sumber daya sebagai penyedia barang

yang diperlukan oleh manusia. Bila hal tersebut terus dilakukan oleh suatu

daerah tanpa memperhatikan lingkungan, maka akibat yang ditimbulkan adalah

kerusakan lingkungan dan semakin langkanya sumber daya. Oleh karena itu,

pembangunan sumber daya manusia dan kelestarian lingkungan merupakan

konsep dari pembangunan yang berwawasan lingkungan yang berkelanjutan.

Pembangunan ekonomi daerah merupakan salah satu bagian penting

dari pembangunan nasional dengan tujuan akhir untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Tolok ukur keberhasilan pembangunan ekonomi

daerah dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi dan semakin

kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar

sektor. Kondisi ini, menghadapkan kepada pemerintah daerah untuk lebih bijak

dalam menerapkan kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada

kekhasan daerah yang bersangkutan, dengan menggunakan potensi sumberdaya

manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik lokal (daerah) secara tepat.

Perbedaan kondisi daerah akan membawa implikasi terhadap corak

pembangunan yang akan diterapkan berbeda pula. Peniruan mentah-mentah

pola kebijakan yang pernah diterapkan dan berhasil pada suatu daerah, belum

Page 28: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

tentu memberikan manfaat yang sama bagi daerah lainnya. Begitu pula dengan

Pemerintah Kabupaten Ngawi dalam melaksanakan amanah pembangunan

yang berdasarkan kesejahteraan masyarakat.

Pemerintah Kabupaten Ngawi harus fokus dalam melaksanakan

kebijakan pembangunan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.

Langkah-langkah yang arif dalam melaksakan kebijakan adalah dengan

pengalokasian anggaran secara efektif. Salah satu indikator yang digunakan

dalam komposisi ekonomi Kabupaten Ngawi adalah dengan melihat data

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pada tahun 2001 sampai dengan

tahun 2010, produk yang mendominasi PDRB di Kabupaten Ngawi adalah

sektor pertanian, karena pada sektor ini lebih dari 30% dari total PDRB. Hal ini

relevan dengan visi Kabupaten Ngawi yang menjadikan pertanian menjadi

sektor unggulan kabupaten. Sektor pertambangan dan penggalian menjadi

sektor yang memberikan sumbangan PDRB paling kecil dengan nilai kurang

0,58% dari total PDRB. Sektor ini tidak menjadi sektor unggulan karena di

wilayah Kabupaten Ngawi hanya memiliki pertambangan mineral dan

penggalian golongan C. Untuk lebih jelas berikut Tabel 1.2 tentang PDRB

Kabupaten Ngawi pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2010.

Page 29: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

TABEL 1.2 PDRB KABUPATEN NGAWI ATAS DASAR HARGA BERLAKU 2001 – 2010 (JUTA RUPIAH)

No Lapangan Usaha (Sektor) 2001 2004 2007 2010

Nilai % Nilai % Nilai % Nilai % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1. Pertanian 943.901,33 40,85 1.241.272,14 38,02 1.843.370,50 36,64 2.654.359,37 36,63 2. Pertambangan dan Penggalian 13.438,73 0,58 18.070,32 0,55 27.821,13 0,55 36.518,40 0,50 3. Industri Pengolahan 145.763,59 6,31 206.840,03 6,33 306.568,98 6,09 455.258,87 6,28 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 12.682,15 0,55 21.476,84 0,66 36.199,99 0,72 60.369,81 0,83 5. Konstruksi 99.146,81 4,29 141.810,82 4,34 243.130,70 4,83 360.181,25 4,97 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 586.906,13 25,40 880.924,38 26,98 1.412.591,98 28,08 2.076.707,35 28,66 7. Pengangkutan dan Komunikasi 52.283,76 2,26 114.710,78 3,51 205.072,67 4,08 207.931,40 2,87 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan

128.031,58

5,54 161.943,61

4,96 243.939,08 4,85 399.964,91 5,52 9. Jasa – Jasa 328.612,08 14,22 478.073,09 14,64 712.733,97 14,17 994.551,07 13,73 Total 2.310.766,16 100,00 3.265.122,01 100,00 5.031.428,99 100,00 7.245.842,43 100,00

Keteterangan : % =Kontribusi/Share Sumber : BPS Kabupaten Ngawi (data diolah)

9

Page 30: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

TABEL 1.3 PDRB KABUPATEN NGAWI ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2000 (JUTA RUPIAH)

No Lapangan Usaha (Sektor) 2001 2004 2007 2010

Nilai % Nilai % Nilai % Nilai % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1. Pertanian 845.144,68 1,35 879.270,85 4,24 985.007,46 4,67 1.145.589,73 4,87 2. Pertambangan dan Penggalian 12.219,15 4,23 13.412,05 -0,24 15.442,31 7,21 17.526,39 3,19 3. Industri Pengolahan 130.381,76 2,06 145.094,37 4,10 162.859,61 4,80 196.280,68 6,22 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 10.625,41 6,26 12.333,54 1,55 14.673,00 6,87 19.108,85 7,24 5. Konstruksi 87.494,56 2,27 98.453,62 3,76 116.758,32 5,74 135.663,44 6,77 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 526.930,55 1,87 614.343,99 5,25 745.925,20 6,95 923.010,01 8,82 7. Pengangkutan dan Komunikasi 47.654,15 6,52 79.274,28 51,65 92.497,17 5,82 81.775,64 8,09 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan

118.946,72

4,21 122.853,39 -7,87 142.016,95

3,51

190.048,43

5,28 9. Jasa – Jasa 296.662,59 1,70 317.355,84 0,88 364.537,86 3,25 412.818,32 3,40 Total 2.076.059,57 1,93 2.282.391,93 4,35 2.639.717,89 5,16 3.121.821,49 6,09

Keterangan : % = Daya Tumbuh Sumber : BPS Kabupaten Ngawi (data diolah)

10

Page 31: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Berkaitan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah, peran

pemerintah daerah sangat diperlukan yaitu dalam membuat strategi dan

perencanaan pembangunan daerah, dengan memperhatikan pergeseran sektor

ekonomi yang terjadi dari tahun ke tahun. Pemerintah daerah harus mengetahui

bagaimana pengaruh terjadinya perubahan struktur ekonomi pada pertumbuhan

ekonomi daerah. (Arsyad,1999:139).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dirumuskan

beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tingkat efisiensi pungutan pajak daerah di Kabupaten

Ngawi selama periode 2001 - 2010 ?

2. Bagaimanakah tingkat efektivitas pungutan pajak daerah di Kabupaten

Ngawi selama periode 2001 - 2010 ?

3. Bagaimanakah hubungan/korelasi antara tingkat efisiensi dan tingkat

efektivitas pungutan pajak daerah dengan pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten Ngawi ?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai antara lain adalah

untuk mengetahui :

1. Tingkat efisiensi pungutan pajak daerah di Kabupaten Ngawi selama

periode 2001 - 2010.

Page 32: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

2. Tingkat efektivitas pungutan pajak daerah di Kabupaten Ngawi selama

periode 2001 - 2010.

3. Hubungan/korelasi antara tingkat efisiensi dan tingkat efektivitas pungutan

pajak daerah dengan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ngawi.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberi

masukan dan bahan pertimbangan dalam mengembangkan kebijakan

pengelolaan keuangan daerah di masa yang akan datang. Manfaat dimaksud

antara lain adalah:

1. Sebagai bahan kajian untuk mengevaluasi bagaimana kinerja keuangan

daerah dilihat dari parameter kemampuan dan kemandirian keuangan

daerah selama otonomi daerah di Kabupaten Ngawi.

2. Sebagai bahan kajian untuk mengevaluasi keterkaitan kebijakan

pengelolaan keuangan daerah selama ini terhadap perkembangan

perekonomian daerah melalui indikator pertumbuhan ekonomi dan laju

inflasi daerah.

3. Sebagai bahan kajian untuk dijadikan pertimbangan dalam merumuskan

kebijakan lebih lanjut dalam pengembangan dan pengelolaan keuangan

daerah secara optimal.

4. Sebagai bahan perbandingan dan penambahan referensi bagi penelitian-

penelitian lebih lanjut dengan tema yang sama.

Page 33: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan Teoritis Tentang Pajak

1. Pengertian Pajak dan Pajak Daerah

Menurut Mardiasmo (1997:1) Pajak adalah iuran rakyat kepada

kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan

tidak mendapat balas jasa timbul yang langsung dapat ditunjukkan dan

yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Menurut Kaho

(1991:128) pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang

dipungut oleh penguasa berdasarkan norma hukum, guna menutup biaya

produksi barang-barang dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan

umum.

Perpajakan daerah menurut Davey (1988:39-40) dapat diartikan

sebagai berikut:

1) Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dengan pengaturan dari

daerah sendiri.

2) Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan nasional tetapi penetapan

tarifnya dilakukan oleh pemerintah daerah.

3) Pajak yang ditetapkan dan atau dipungut oleh pemerintah daerah.

4) Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah pusat

tetapi hasil pungutannya diberikan kepada, dibagikan dengan atau

dibebani pungutan tambahan oleh pemerintah daerah.

13

Page 34: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Menurut Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 Tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah, pajak daerah yang selanjutnya disebut

pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang,

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak

memiliki unsur-unsur sebagai berikut :

1) Pajak merupakan peralihan kekayaan dari orang atau badan ke

pemerintah;

2) Pajak dipungut berdasarkan atau dengan ketentuan undang-undang

serta aturan pelaksanaannya, sehingga dapat dipaksakan;

3) Dalam pembayaran pajak tidak ditunjukkan adanya kontraprestasi

langsung secara individual yang diberikan oleh pemerintah pusat atau

pemerintah daerah.

2. Pajak Sebagai Sumber Pendapatan

Menurut Devas (1989:61-62), tolok ukur untuk menilai pajak

daerah adalah :

1) Hasil (yield), yang berarti dapat menghasilkan penerimaan yang

cukup, dalam arti jumlah penerimaannya lebih besar daripada biaya

pemungutannya.

Page 35: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

2) Keadilan (equity), yaitu bahwa beban Pajak/Retribusi yang diterima

oleh masyarakat seyogyanya fair dan sesuai dengan kemampuan

masing-masing individu untuk membayarnya.

3) Daya guna ekonomi (economic effiency), yakni mempunyai pengaruh

yang minimum terhadap tingkat harga ataupun keputusan individu

untuk mengkonsumsi suatu barang/jasa.

4) Kecocokan sebagai sumber penerimaan daerah (suitability as local

revenue source), dapat diterima secara ‘politis’ oleh masyarakat dan

adanya kemampuan administratif bagi aparat Pemda.

Oleh karena Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah belum dipergunakan dikarenakan

Undang-undang tersebut belum berjalan efektif maka pemungutan Pajak

Daerah di Pemerintah Kabupaten Ngawi masih menggunakan Undang-

Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak dan Retribusi Daerah.

Menurut Undang-undang tersebut Pajak Daerah diklasifikasikan menjadi

dua, yaitu :

1) Pajak Provinsi, yang terdiri dari :

a) Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air

b) Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air

c) Pajak bahan bakar kendaraan bermotor

d) Pajak pengambilan air bawah tanah dan air permukaan

2) Pajak Kabupaten/Kota terdiri dari :

a) Pajak hotel

Page 36: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

b) Pajak restoran

c) Pajak hiburan

d) Pajak reklame

e) Pajak penerangan jalan

f) Pajak parkir

g) Pajak pengambilan bahan galian golongan C

Dengan demikian pemungutan pajak daerah yang dilakukan oleh

Kabupaten Ngawi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku adalah Pajak Hotel dan Restoran yang dipungut berdasarkan

Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 14 Tahun 1998 Tentang

Pajak Hotel dan Restoran. Pajak Hiburan yang dipungut berdasarkan

Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 10 Tahun 1998 Tentang

Pajak Hiburan. Pajak Reklame yang dipungut berdasarkan Peraturan

Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 2 Tahun 1999 Tentang Pajak Reklame.

Pajak Penerangan Jalan yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah

Kabupaten Ngawi Nomor 1 Tahun 1999 Tentang Pajak Penerangan

Jalan. Pajak Parkir yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah

Kabupaten Ngawi Nomor 8 Tahun 2002 Tentang Pajak Parkir. Pajak

Pengambilan Bahan Galian Golongan C yang dipungut berdasarkan

Peraturan Daerah Kabupaten Ngawi Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Pajak

Pengambilan Bahan Galian Golongan C. Dari devinisi dan menurut

ketentuan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Pajak dan

Page 37: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Retribusi Daerah diatas dapat diatrik kesimpulan bahwa penerimaan

pajak Sebagai Sumber Pendapatan Pemerintah Daerah.

3. Peran Pajak Dalam Pertumbuhan Ekonomi

Peranan menurut Soekanto (1990:268) adalah : “Peranan (role)

merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang

melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka

ia menjalankan suatu peranan“. Sedangkan menurut Poerwadarminta

(1991:735) memberikan defenisi bahwa peranan adalah sesuatu yang jadi

bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama (dalam terjadinya

sesuatu hal atau peristiwa ). Dari pengertian-pengertian di atas dapat

disimpulkan bahwa peranan Pajak Daerah adalah bahwa Pajak Daerah

memberikan kedudukan yang cukup memberikan kontribusi terhadap

penerimaan di Kabupaten Ngawi.

Peran pajak menurut Soekanto (1990) adalah sebagai berikut:

1. Sebagai sumber pembiayaan pembangunan ekonomi.

2. Sebagai alat regulasi kegiatan ekonomi untuk stabilisasi dan

pertumbuhan ekonomi.

3. Sebagai alat alokasi sumber-sumber daya ekonomi ke sektor

produktif.

B. Pengertian Efisiensi, Efektivitas dan Pertumbuhan Ekonomi

Dalam rangka mendorong perkembangan ekonomi daerah yang

nyata, dinamis, serasi dan bertanggungjawab, pembiayaan pemerintah dan

Page 38: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

pembangunan daerah yang bersumber dari Pendapatan Daerah, khususnya

yang berasal dari Pajak Daerah pengaturannya lebih ditingkatkan lagi. Sejalan

dengan semakin meningkatnya pelaksanaan pembangunan dan pemberian

pelayanan kepada masyarakat serta usaha peningkatan pertumbuhan

perekonomian daerah, diperlukan penyediaan sumber-sumber Pendapatan

Daerah yang hasilnya semakin meningkat pula. Upaya peningkatan

penyediaan dana dari sumber-sumber tersebut antara lain dilakukan dengan

peningkatan kinerja pemungutnya, penyempurnaan dan penambahan jenis

pajak. Langkah-langkah tersebut diharapkan akan meningkatkan efisiensi dan

efektivitas pungutan Pajak Daerah serta mutu dan jenis pelayanan kepada

masyarakat. Dua konsepsi utama untuk mengatur prestasi kerja manajemen

adalah efisiensi dan efektivitas. Untuk lebih memahami tentang efisiensi dan

efektivitas, maka dalam bagian ini akan diuraikan pengertian efisiensi dan

efektivitas yang disampaikan beberapa ahli, yaitu :

1. Pengertian Efisiensi

Menurut Hani Handoko (1995:7) efisiensi adalah kemampuan

untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar. Ini merupakan

perhitungan perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input).

Suatu kerja organisasi dikatakan efisien apabila mencapai keluaran yang

lebih tinggi berupa hasil, produktivitas, performance, dibanding

masukan-masukan yang berupa tenaga kerja, bahan, uang, mesin dan

waktu yang digunakan. Dengan kata lain, dengan meminimumkan biaya

pengguna sumber daya-sumber daya untuk mencapai keluaran yang telah

Page 39: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

ditentukan (spending well). Atau sebaliknya disebut efisien apabila dapat

memaksimumkan keluaran dengan jumlah masukan yang terbatas.

Pengertian efisiensi menurut Abdul Halim (2000:72) efisiensi

adalah perbandingan antara output dengan input. Ukuran efisiensi dapat

dikembangkan dengan menghubungkan antara biaya yang sesungguhnya

dengan biaya standar yang telah ditetapkan sebelumnya (misalnya

anggaran).

Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa efisiensi

adalah perbandingan antara output (keluaran) dengan input (masukan)

yang digunakan (cost of output). Jadi dalam hal ini untuk mengetahui

efisiensi pemungutan pajak daerah yaitu dengan membandingkan antara

output (realisasi penerimaan pajak daerah) dan input (biaya pemungutan

pajak daerah). Sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006,

efisiensi adalah hubungan antara masukan dan keluaran, efisiensi

merupakan ukuran apakah penggunaan barang dan jasa yang dibeli dan

digunakan oleh organisasi perangkat pemerintahan untuk mencapai

tujuan organisasi perangkat pemerintahan dapat mencapai manfaat

tertentu.

Efisiensi merupakan perbandingan antara output dengan input

atau dengan istilah lain output/unit input (Mahmudi: 2007). Efisiensi juga

mengandung beberapa pengertian antara lain :

Page 40: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

1) Efisiensi pada sektor usaha swasta (private sector efficiency). Efisiensi

pada sektor usaha swasta dijelaskan dengan konsep input output yaitu

rasio dari output dan input;

2) Efisiensi pada sektor pelayanan masyarakat adalah suatu kegiatan

yang dilakukan dengan pengorbanan seminimal mungkin; atau dengan

kata lain suatu kegiatan telah dikerjakan secara efisien jika

pelaksanaan pekerjaan tersebut telah mencapai sasaran dengan biaya

yang terendah atau dengan biaya minimal diperoleh hasil yang

diinginkan;

3) Efisiensi penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat dicapai

dengan memperhatikan aspek hubungan dan tata kerja antar instansi

pemerintah daerah dengan memanfaatkan potensi dan

keanekaragaman suatu daerah. Suatu kegiatan dikatakan telah

dikerjakan secara efisien jika pelaksanaan pekerjaan tersebut telah

mencapai sasaran (output) dengan biaya (input) yang terendah atau

dengan biaya (input) minimal diperoleh hasil (output) yang

diinginkan. Faktor penentu efisiensi adalah :

a) Faktor teknologi pelaksanaan pekerjaan.

b) Faktor struktur organisasi yaitu susunan yang stabil dari jabatan-

jabatan baik itu struktural maupun fungsional.

c) Faktor sumber daya manusia seperti tenaga kerja, kemampuan

kerja, maupun sumber daya fisik seperti peralatan kerja, tempat

bekerja serta dana keuangan.

Page 41: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

d) Faktor dukungan kepada aparatur dan pelaksanaanya baik

pimpinan maupun masyarakat.

e) Faktor pimpinan dalam arti kemampuan untuk mengkombinasikan

keempat faktor tersebut kedalam suatu usaha yang berdaya

guna dan berhasil guna untuk mencapai sasaran yang dimaksud.

4. Pegertian Efektivitas

Efektivitas dalam pengertian yang umum menunjukkan pada

taraf tercapainya hasil, dalam bahasa sederhana hal tersebut dapat

dijelaskan bahwa efektifitas dari pemerintah daerah adalah bila tujuan

pemerintah daerah tersebut dapat dicapai sesuai dengan kebutuhan

yang direncanakan. Sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun

2006, efektivitas adalah pencapaian hasil program dengan target

yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran

dengan hasil.

Efektifitas berfokus pada outcome atau hasil. Suatu

organisasi program atau kegiatan dikatakan efektif apabila output

yang dilaksanakan bisa memenuhi target yang diharapkan (Mahmudi:

2007). Pengertian efektivitas berhubungan dengan derajat

keberhasilan suatu operasi pada sektor publik sehingga suatu kegiatan

dikatakan efektif jika kegiatan tersebut mempunyai pengaruh besar

terhadap kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat yang

merupakan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas

Page 42: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

menurut Devas, dkk., (1989, 279-280) adalah hasil guna kegiatan

pemerintah dalam mengurus keuangan daerah harus sedemikian rupa

sehingga memungkinkan program dapat direncanakan dan

dilaksanakan untuk mencapai tujuan pemerintah dengan biaya

serendah-rendahnya dan dalam waktu yang secepat-cepatnya.

Menurut Hani Handoko (1995:7) efektivitas merupakan

kemampuan memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat

untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain,

dikatakan efektif jika dapat memilih pekerjaan yang harus dilakukan

atau metoda (cara) yang tepat untuk mencapai tujuan. Efektivitas juga

diartikan melakukan pekerjaan yang benar. Definisi yang

dikemukakan Abdul Halim (2000:72), efektivitas adalah hubungan

antara output pusat tanggungjawabnya dan tujuannya. Makin besar

kontribusi output terhadap tujuan makin efektiflah satu unit tersebut.

Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

efektivitas adalah perbandingan antara output (keluaran) dengan

tujuan. Sehingga untuk mengetahui efektivitas pemungutan Pajak

Daerah yaitu dengan membandingkan antara output (realisasi

penerimaan Pajak Daerah) dengan tujuannya (target yang telah

ditetapkan).

Page 43: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

5. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Selanjutnya Todaro (1997) menyatakan bahwa, terdapat

beberapa sumber strategis dan dominan yang menentukan pertumbuhan

ekonomi. Salah satu klasifikasinya adalah faktor fisik dan manajemen.

Secara spesifik disebutkan terdapat 3 faktor atau komponen utama

pertumbuhan ekonomi yaitu, akumulasi modal, pertumbuhan penduduk

dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja

yang dianggap secara positif merangsang pertumbuhan ekonomi.

Semakin banyak angkatan kerja berarti semakin produktif, sedangkan

semakin banyak penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestik.

Namun ini tergantung pada kemampuan sistem perekonomian untuk

menyerap dan mempekerjakan tambahan pekerja itu secara produktif.

Faktor utama lainnya adalah kemajuan tehnologi. Menurut Boediono

(1985), pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita

dalam jangka panjang. Disini, proses mendapat penekanan karena

mengandung unsur dinamis. Beberapa ahli ekonomi pembangunan

menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya diukur dengan

pertambahan PDB dan PDRB saja, tetapi juga diberi bobot yang bersifat

immaterial seperti kenikmatan, kepuasan dan kebahagiaan, dengan rasa

aman dan tenteram yang dirasakan masyarakat luas (Lincolyn, 1999).

Perroux yang terkenal dengan teori kutub pertumbuhan

menyatakan bahwa pertumbuhan tidak muncul diberbagai daerah pada

waktu yang bersamaan. Pertumbuhan hanya terjadi dibeberapa tempat

Page 44: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

yang merupakan pusat (kutub) pertumbuhan dengan intensitas yang

berbeda (Perroux, 1988 dalam Mudrajat, 2002). Selanjutnya Kuznets

(Todaro, 2000), yang telah berjasa dalam memelopori analisis pola-

pola pertumbuhan historis di negara-negara maju mengemukakan

bahwa, pada tahap-tahap pertumbuhan awal, distribusi pendapatan

cenderung memburuk, namun pada tahapan berikutnya hal itu akan

membaik. Observasi inilah yang kemudian terkenal secara luas

sebagai konsep kurva U- terbalik dari Kuznets.

Disisi lain Hoover (1977), menerangkan bahwa teori

pertumbuhan regional berbasis ekspor merupakan beberapa aktivitas

disuatu daerah adalah basic, dengan kata lain pertumbuhannya

menimbulkan serta menentukan pembangunan menyeluruh daerah

tersebut. Sedangkan aktivitas-aktivitas lain (non-basic) merupakan

konsekwensi dari pembangunan menyeluruhnya. Demikian pula

menurut Bendavid-Val (1991) menyatakan bahwa semua pertumbuhan

regional ditentukan oleh sektor basic, sedangkan sektor non-basic

hanyalah yang mencakup aktivitas pendukung, seperti perdagangan,

jasa-jasa perseorangan, produksi input untuk produk-produk di sektor

basic, melayani industri-industri di sektor basic maupun pekerja-

pekerja beserta keluarganya di sektor basic, atau menurut Bachrul

(2004), dikatakatan bahwa kegiatan-kegiatan basis adalah kegiatan yang

mengekspor barang dan jasa diluar batas perekonomian masyarakat yang

bersangkutan, sedangkan kegiatan bukan basis adalah kegiatan yang

Page 45: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh orang yang bertempat

tinggal dalam batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan.

Menurut model ini multiplier basis ekonomi dihitung menurut

banyaknya tenaga kerja yang dipekerjakan.

C. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu

Fatchanie (2007) dalam Skripsi “Analisis Efisiensi Dan Efektivitas

Hasil Pemungutan Pajak Parkir Di Kabupaten Sleman”, mengetahui

karakteristik obyek Pajak Parkir sebagai dasar pertimbangan layak tidaknya

setoran pajak ke pemerintah Kabupaten Sleman, mengetahui seberapa besar

potensi Pajak Parkir sebenarnya di Kabupaten Sleman. Mengetahui kendala

dan permasalahan dalam praktik pemungutan Pajak Parkir di Kabupaten

Sleman serta mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas praktik pemungutan

Pajak Parkir yang dilakukan oleh Badan Pengelola Kekayaan Dan Keuangan

Daerah (BPKKD) Kabupaten Sleman selama ini. Hasil penelitian sebagai

berikut:

a. Tingkat efisiensi dari tahun pertama di jalankannya pemungutan Pajak

Parkir yaitu tahun 2003 adalah 40,09% masuk pada kategori efisien. Pada

tahun 2004 dengan besarnya biaya pemungutan yang sama Rp

35.954.000,-, realisasi penerimaan Pajak Parkir meningkat mencapai Rp

195.487.115,6 tingkat efisiensi menjadi 18,39% masuk pada kategori

sangat efisien. Tahun 2005 tingkat efisiensi menjadi 13,52% (sangat

efisien) dan tahun 2006 tingkat efisiensi menunjukkan rasio 12.04%

Page 46: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

(sangat efisien). Kesimpulan yang dapat diambil dari perhitungan di atas

adalah bahwa pemungutan Pajak Parkir yang dijalankan oleh BPKKD

Kabupaten Sleman dari tahun ke tahun semakin efisien.

b. Tingkat efektivitas pemungutan Pajak Parkir oleh BPKKD Kabupaten

Sleman meningkat dari tahun 2003 sebesar 89,69% (tidak efektif) menjadi

121,72% (sangat efektif) pada tahun 2004. tingkat efektivitas turun pada

tahun berikutnya yaitu tahun 2004 pada rasio 94,90% (tidak efektif) dan

meningkat lagi menjadi 100,73% (efektif) pada tahun 2006. Kesimpulan

yang dapat di ambil adalah tingkat efektivitas pemungutan Pajak Parkir

tidak menunjukkan progress dalam artian berjalan fluktuatif dari tahun ke

tahun.

Syahelmi (2008) dalam Tesis ” Analisis Elastisitas, Efisiensi, Dan

Efektifitas PAD Sumatera Utara Dalam Era Otonomi Daerah” menganalisis

perkembangan posisi kemampuan keuangan daerah propinsi Sumatera Utara

dalam pelaksanaan Otonomi Daerah. Studi ini dibatasi pada sisi pendapatan dan

berfokus pada aspek PAD provinsi. Hasil kajian ini antara lain

menyimpulkan bahwa: (1) posisi fiskal yang ditunjukkan oleh upaya pajak

belum menunjukkan hasil yang signifikan dimana hasil perhitungan adalah

bervariasi antara 5 sampai 9 kurang dari seratus (<100), (2) tingkat

elastisitas PAD terhadap PDRB Sumatera Utara bisa dikatakan cukup tinggi

yaitu sebesar 7.95 hal ini menunjukkan bahwa perubahan PDRB Sumatera

Utara akan merespon perubahan yang signifikan terhadap PAD Sumatera

Utara (Sebesar 7.95%). (3) Tingkat efisiensi PAD Sumatera Utara masih

Page 47: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

rendah hal ini ditunjukkan oleh hasil perhitungan yaitu bervariasi antara

79,79% sampai 81.57 masih dibawah seratus persen. (4) Tingkat

efektifitas PAD Sumatera Utara bisa dikatakan sudah cukup efektif hal ini

ditunjukkan dari hasil perhitungan yang lebih dari 100% kecuali untuk tahun

2001 yaitu sebesar 93.09%.

Akny (2011) dalam Tesis “Analisis Pajak Pengambilan Bahan

Galian Golongan C Terhadap Penerimaan Pajak Daerah Di Kabupaten

Ngawi” menganalisis bagaimana pertumbuhan dan efektivitas pajak

pengambilan bahan galian golongan C di Kabupaten Ngawi, selain itu

penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis elastisitas pajak pengambilan

bahan galian golongan C terhadap penerimaan pajak di Kabupaten Ngawi,

serta untuk menganalisis bentuk dan keeratan hubungan antara PDRB sektor

konstruksi dengan pajak pengambilan bahan galian golongan C. Hasil

penelitian ini memberikan gambaran bahwa terdapat hubungan yang positif

dan signifikan antara PDRB sektor konstruksi dalam peningkatan pajak

pengambilan bahan galian golongan C di Kabupaten Ngawi. Pertumbuhan

pajak pengambilan bahan galian golongan C terus mengalami peningkatan

walaupun peranannya terhadap penerimaan pajak daerah di Kabupaten Ngawi

masih tergolong kecil jika dibandingkan dengan jenis pajak yang lain.

elastisitas lebih besar dari 1 yang berarti PDRB sektor konstruksi elastis

terhadap penerimaan pajak pengambilan bahan galian golongan C, dan

efektivitas pajak pengambilan bahan galian golongan C selalu lebih dari

100%, merupakan modal utama dalam rangka meningkatkan penerimaan

Page 48: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

pajak daerah melalui pajak pengambilan bahan galian golongan C di

Kabupaten Ngawi.

D. Kerangka Konseptual

Dalam membiayai pembangunan salah satu upaya pemerintah

daerah adalah menyerap pendapatan dari sektor pajak. Hal demikian juga

dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Ngawi sebagai upaya untuk

peningkatan pajak daerah secara optimal guna mengisi kas daerah dalam

membiayai pembangunan. Berdasarkan hal tersebut kerangka konseptual dari

penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran

Keuangan Daerah Kabupaten Ngawi

APBD Kabupaten Ngawi

Efisiensi Pemungutan Pajak Daerah

Efektivitas Pemungutan Pajak Daerah

Pertumbuhan Ekonomi

Kabupaten Ngawi

Page 49: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Berdasarkan kerangka berpikir penelitian di atas dapat dijelaskan

bahwa Efisiensi dan Efektivitas pemungutan Pajak Daerah akan memberikan

kontribusi positif kepada Keuangan Daerah Kabupaten Ngawi yang

didalamnya berisi APBD. Maka pemungutan Pajak Daerah harus diupayakan

seefisien dan seefektif mungkin. Demikian pula Pertumbuhan Ekonomi yang

optimal akan mencerminkan PDRB yang baik bagi Pemerintah Kabupaten

Ngawi. Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi berhubungan erat terhadap

efisiensi dan efektivitas penerimaan Pajak Daerah di Kabupaten Ngawi.

Page 50: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian inferensial, dimana penelitian ini

digunakan untuk membuktikan tingkat efisiensi, efektivitas pemungutan pajak

daerah dan hubungannya dengan pertumbuhan perekonomian.

B. Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah organisasi Pemerintah

Kabupaten Ngawi dengan kurun waktu tahun 2000 – 2010, karena bila dapat

menyajikan data dalam kurun waktu yang lama maka akan dapat menyajikan

hasil penelitian yang dijamin tingkat validitasnya.

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah time series selama

tahun 2000 – 2010. Data penelitian ini merupakan data sekunder yang

dikumpulkan dari sumber-sumber:

1. Badan Pusat Statistik Kabupaten Ngawi.

a. PDRB Kabupaten Ngawi dan Propinsi Jawa Timur harga berlaku.

b. PDRB Kabupaten Ngawi dan Propinsi Jawa Timur harga konstan.

c. Ngawi Dalam Angka 2010

1). Kondisi Geografis Kabupaten Ngawi.

Page 51: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

2). Pemerintahan Kabupaten Ngawi.

3). Indikator Kinerja Pembangunan.

2. DPPKA Kabupaten Ngawi.

a. Target pajak daerah tahun 2000-2010

b. Realisai pajak daerah tahun 2000-2010

3. SKPD/ Instansi terkait lainnya.

Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan metode

pengumpulan data antara lain :

a. Studi Kepustakaan yaitu dengan mengumpulkan dokumen-dokumen

perencaan dan penganggaran Kabupaten Ngawi,

b. Observasi dan Wawancana langsung yaitu melakukan kunjungan kepada

nara sumber penelitian untuk melakukan observasi dan wawancara.

D. Definisi Operasional Variabel

Untuk menyamakan persepsi tentang variabel-variabel yang

digunakan dan menghindari terjadinya perbedaan penafsiran, maka penulis

memberi batasan definisi operasional sebagai berikut:

1. Efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan

benar. Ini merupakan perhitungan perbandingan antara keluaran (output)

dan masukan (input).

2. Efektivitas pemerintahan adalah bila tujuan pemerintah daerah tersebut

dapat dicapai sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan.

30

Page 52: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

3. Pertumbuhan Ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam

jangka panjang. Disini, proses mendapat penekanan karena mengandung

unsur dinamis.

E. Teknik Analisis Data

1. Analisis Efisiensi Pajak Daerah

Untuk melihat upaya mengoptimalkan kombinasi penggunaan input,

atau untuk menghasilkan tingkat output tertentu dengan jumlah ongkos

yang minimum, atau kemampuan untuk menghasilkan output sebesar

mungkin dari jumlah input tertentu. Formula yang digunakan untuk

menghitung efisiensi Pajak Daerah (Sidik, 1994:65) adalah:

Biaya Pemungutan Efisiensi = X 100% .................. (3.1)

Realisasi Pendapatan

Dimana,

Biaya pemungutan = Biaya untuk memperoleh Pajak Daerah yang didekati

melalui anggaran yang dialokasikan pada pendapatan

daerah untuk kegiatan-kegiatan rutin.

Realisasi Pendapatan = Hasil pemungutan Pajak Daerah.

Dengan mengetahui hasil perbandingan antara realisasi

pengeluaran dan realisasi penerimaan dengan menggunakan ukuran

efisiensi tersebut, maka penilaian kinerja keuangan dapat ditentukan

(Medi, 1966 dalam Budiarto, 2007). Apabila kinerja keuangan diatas

100% ke atas dapat dikatakan tidak efisien, 90% - 100% adalah kurang

Page 53: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

efisien, 80% - 90% adalah cukup efisien, 60% - 80% adalah efisien dan

dibawah dari 60% adalah sangat efisien.

2. Analisis Efektivitas Pajak Daerah

Untuk melihat efektivitas Pajak Daerah adalah dengan menghitung

rasio realisasi dengan target pajak Daerah dengan rumus sebagai berikut

(Devas, 1989:146):

Realisasi PD Efektivitas = x 100 % .................. (3.2)

Target PD

Dimana,

PD = Pajak Daerah

Nilai efektivitas diperoleh dari perbandingan sebagaimana

tersebut diatas, diukur dengan kriteria penilaian kinerja keuangan (Medi,

1996 dalam Budiarto, 2007). Apabila persentase kinerja keuangan di atas

100% dapat dikatakan sangat efektif, 90% - 100 % adalah efektif, 80% -

90% adalah cukup efektif, 60% - 80% adalah kurang efektif dan kurang

dari 60% adalah tidak efektif.

Faktor penentu efisiensi dan efektivitas (Budiarto, 2007) adalah:

(a) faktor sumber daya, baik sumber daya manusia seperti tenaga kerja,

kemampuan kerja maupun sumber daya fisik seperti peralatan kerja,

tempat bekerja serta dana keuangan; (b) faktor struktur organisasi, yaitu

susunan yang stabil dari jabatan-jabatan, baik itu struktural maupun

fungsional; (c) faktor teknologi pelaksanaan pekerjaan; (d) faktor dukungan

Page 54: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

kepada aparatur dan pelaksanaannya, baik pimpinan maupun masyarakat;

(e) faktor pimpinan dalam arti kemampuan untuk mengkombinasikan

keempat faktor tersebut kedalam suatu usaha yang berdaya guna dan

berhasil guna untuk mencapai sasaran yang dimaksud.

3. Analisis Pertumbuhan Ekonomi

Untuk melihat Pertumbuhan Ekonomi dapat dihitung dengan

menggunakan rumus (Widodo,1990:36):

Xt - X (t – 1)

∆ X x 100 % ……........................... (3.3) X(t – 1)

Dimana,

- ∆ X adalah Laju Pertumbuhan Ekonomi (persen)

- Xt adalah PDRB tahun/periode t

- X(t – 1) adalah PDRB tahun sebelumnya.

4. Analisis Korelasi Product Moment

Korelasi merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya

hubungan antar dua variabel atau lebih (Sugiono, 2010:224). Lebih lanjut

Sugiono mengatakan bahwa arah dinyatakan dalam bentuk hubungan positif

dan negatif, sedangkan kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya

koefisien korelasi. Hubungan dua variabel atau lebih dikatakan hubungan

positif, bila nilai suatu variabel ditingkatkan, maka akan meningkatkan

variabel yang lain, dan sebaliknya bila suatu variabel diturunkan maka akan

menurunkan nilai variabel yang lain. Hubungan dua variabel atau lebih

Page 55: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

dikatakan hubungan negatif, bila nilai variabel dinaikkan, maka akan

menurunkan variabel yang lain, dan sebaliknya bila suatu variabel

diturunkan maka akan menaikkan nilai variabel yang lain.

Teknik korelasi product moment digunakan untuk mencari

hubungan secara parsial antara variabel X dengan variabel Y. Rumus

korelasi product moment dari Pearson yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut (Sugiono, 2010:228):

n∑xy - ∑x∑y

r = ................ (3.4)

√ {n∑x2 – ( ∑x )2} { n∑y2 – ( ∑y )2}

Dimana:

r = koefisien korelasi

X = Skor hasil variabel bebas

Y = Skor hasil variabel terikat

N = Jumlah Subyek

Hasil uji ini akan diketahui koefisien korelasi product moment (r).

Setelah r diketahui, untuk menguji taraf signifikansi tidaknya,

dikonsultasikan dengan harga r tabel product moment dengan taraf

signifikansi 5 %. Jika harga koefisien r hitung sama dengan atau lebih besar

dari harga r tabel, berati hipotesis dalam penelitian ini diterima, dan

sebaliknya jika harga koefisien r hitung tidak sama dengan atau lebih kecil

dari harga r tabel, maka hipotesis ditolak. Kuatnya hubungan antar variabel

Page 56: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

dinyatakan dalam koefisien korelasi. Koefisien korelasi positif terbesar = 1

dan koefisien negatif terbesar = -1, sedangkan yang terkecil adalah 0. Bila

hubungan dua variabel atau lebih tersebut mempunyai koefisien korelasi = 1

atau -1, maka hubungan tersebut sempurna (Sugiono, 2010:226).

Menurut Sugiono (2010:231), untuk dapat memberikan penafsiran

terhadap koefisien korelasi yang ditemukan, maka dapat berpedoman pada

ketentuan sebagai berikut:

TABEL 3.1 INTERPRETASI TERHADAP KOEFISIEN KORELASI

INTERVAL KOEFISIEN TINGKAT HUBUNGAN

(1) (2)

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,339 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Sumber : Sugiono, 2010:231

Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui tingkat keeratan dari

hubungan dua variabel. Sedangkan angka yang menunjukkan kuat tidaknya

hubungan antara dua variabel disebut dengan koefisien korelasi yang

dinotasikan dengan r. Nilai koefisien korelasi adalah -1 ≤ r ≤ 1. Jika r = -1,

maka antara dua variabel mempunyai hubungan negatif sangat erat. Jika r =

1, maka antara dua variabel mempunyai hubungan positif sangat erat. Jika r

Page 57: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

= 0, maka antara dua variabel tidak mempunyai hubungan. Jika r semakin

mendekati angka – 1 atau 1, maka antara dua variabel mempunyai hubungan

yang kuat atau erat. Sedangkan jika r lebih mendekati ke angka 0, maka

antara dua variabel mempunyai hubungan yang tidak kuat atau tidak erat.

Page 58: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Kondisi Geografis Kabupaten Ngawi

Kabupaten Ngawi secara geografis berada di Provinsi Jawa Timur

bagian Barat, merupakan daerah penghubung Provinsi Jawa Timur dengan

Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Ngawi adalah 1.295,9851 km2 atau

129.598,51 Ha. Secara administratif pemerintahan terbagi kedalam : 19

kecamatan, 4 kelurahan, dan 213 desa. Secara astronomis Kabupaten Ngawi

terletak pada posisi 7021’ – 7031’ Lintang Selatan dan 111007’ – 111040’

Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah utara : Kabupaten Blora, Kabupaten Grobogan (Provinsi

Jawa Tengah) dan Kabupaten Bojonegoro

(Provinsi Jawa Timur),

b. Sebelah barat : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen

(Provinsi Jawa Tengah),

c. Sebelah selatan : Kabupaten Magetan dan Kabupaten Madiun

(Provinsi Jawa Timur),

d. Sebelah timur : Kabupaten Madiun (Provinsi Jawa Timur).

38

Page 59: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Gambar 4.1 Peta Wilayah Kabupaten Ngawi Sumber : BPS Kabupaten Ngawi, 2010.

Kondisi topografi wilayah cukup bervariasi, yaitu topografi datar,

bergelombang, berbukit dan bahkan pegunungan tinggi, dengan ketinggian

40 meter hingga 3.031 meter di atas permukaan air laut. Tercatat 4

kecamatan terletak di dataran tinggi yaitu Kecamatan Sine, Kecamatan

Ngrambe, Kecamatan Jogorogo dan Kecamatan Kendal. Komposisi

penggunaan lahan untuk persawahan 57.911,19 Ha, perkebunan 1.551,04

Ha, tegalan 8.165,81 Ha, perkarangan 13.486,55 Ha, hutan Negara

45.428,60 Ha, waduk, bendungan dan lain-lain 3.054,32 Ha. Komposisi

penggunaan lahan di Kabupaten Ngawi dapat dilihat pada gambar berikut

ini :

Page 60: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Gambar 4.2 Komposisi Penggunaan Lahan (%) Sumber : BPS, Kabupaten Ngawi, 2010.

Luas lahan pertanian mencapai 72 % dari luas wikayah Kabupaten

Ngawi. Hal ini menggambarkan sektor pertanian merupakan sektor andalan

bagi penduduk Kabupaten Ngawi. Dari 5 subsektor pertanian (tanaman

pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan), subsektor

tanaman pangan khususnya komoditi padi penyumbang terbesar terhadap

total nilai produksi pertanian.

Page 61: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

2. Pemerintahan Kabupaten Ngawi

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, dokumen perencanaan pembangunan daerah yang

harus disusun oleh pemerintah kabupaten adalah :

a) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), yang memiliki

jangka waktu perencanaan 20 tahun,

b) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), yang

memiliki jangka waktu perencanaan 5 tahun,

c) Rencana Pembangunan Tahunan Daerah atau Rencana Kerja Perangkat

Daerah (RKPD), yang memiliki jangka waktu perencanaan 1 tahun.

Berdasarkan dokumen perencanaan pembangunan daerah tersebut,

masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah harus menyusun dokumen

perencanaan pembangunan :

a. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD),

memiliki jangka waktu perencanaan 5 tahun sebagai penjabaran dari

RPJMD,

b. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD), memiliki

jangka waktu perencanaan 1 tahun sebagai penjabaran dari Renstra

SKPD dan RKPD.

Kabupaten Ngawi diarahkan menjadi kabupaten yang unggul di

bidang agraris yang dalam melaksanakan kegiatan pembangunannya agar

lebih terarah, efektif dan efisien, semua kegiatan pembangunan harus

mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Page 62: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Tahun 2006 – 2010 yang didalamnya memuat Visi dan Misi Kabupaten

Ngawi yang secara substansial memuat kebijakan, sasaran dan program

lima tahunan di daerah. Dalam rangka mencapai visi dan misi tersebut,

prioritas pembangunan diarahkan pada pengentasan kemiskinan dan

kesenjangan, pembangunan pertanian, kehutanan, sosial ekonomi,

pendidikan, kesehatan, prasarana dan sarana wilayah, penyelenggaraan

pemerintahan dan kehidupan beragama.

Visi Kabupaten Ngawi adalah "Terwujudnya Kabupaten Ngawi

yang unggul di bidang agraris untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dalam suasana agamis". Visi tersebut ditetapkan dalam

Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Ngawi Tahun 2006-2010. Untuk

mewujudkan visi pembangunan daerah tersebut, maka ditetapkan misi yang

merupakan pernyataan penetapan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai oleh

Pemerintah Kabupaten Ngawi. Misi tersebut merupakan penjabaran dari visi

pembangunan daerah yang dilaksanakan secara sungguh-sungguh, yaitu:

a. Mewujudkan sistem penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang lebih

transparan, partisipatif dan akuntabel demi terjamin dan tegaknya

supremasi hukum dan hak azasi rakyat.

b. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan

memberikan pelayanan sesuai standar pelayanan minimal untuk

mencapai kesejahteraan masyarakat.

Page 63: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

c. Memberdayakan dan memanfaatkan ketersediaan sumber daya alam dan

manusia yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

d. Meningkatkan hubungan antar warga masyarakat yang harmonis untuk

mendukung pelaksanaan pembangunan.

Penyusunan rencana pembangunan tahunan (RKPD) Kabupaten

Ngawi Tahun 2010, diawali dengan Musrenbang dari tingkat desa /

kelurahan, tingkat kecamatan dan kabupaten dengan melibatkan perwakilan

masyarakat dan representasi stakeholders ( Perguruan Tinggi, LSM, Dunia

Usaha, Kalangan Profesi, Organisasi Masa dan DPRD). Proses perencanaan

dilakukan melalui pendekatan participatory, comprehensiveness, dan proses

bottom up dan top down. Proses top down planing merupakan langkah-

langkah penyampaian batasan umum oleh Pemerintah Kabupaten Ngawi

yang diambil dari substansi dokumen RPJM mengenai prioritas-prioritas

pembangunan di Kabupaten Ngawi Tahun 2010. Sedangkan proses bottom

up planning berarti Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) diberi

keleluasaan untuk merancang kegiatan-kegiatan pembangunan dengan

pendekatan politik. Pendekatan politik merupakan rencana strategi dalam

pemilihan elemen bahwa masyarakat dapat menentukan pilihan. Beberapa

pendekatan yang dilakukan dijelaskan sebagai berikut :

a. Pendekatan teknokratik

Penyusunan dengan pendekatan teknokratik yaitu metode

dengan menggunakan kerangka berpikir ilmiah untuk mencapai suatu

hasil yang dapat diterima para pihak terkait.

Page 64: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

b. Pendekatan partisipatif

Penyusunan dengan pendekatan partisipatif yaitu dengan

melibatkan semua pihak pelaku pembangunan (stakeholders) untuk

mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki sehingga dapat

dinikmati oleh semua lapisan masyarakat dan berkesinambungan.

c. Pendekatan atas-bawah (top-down)

Pendekatan atas-bawah (top-down) dalam perencanaan

dilaksanakan melalui mekanisme birokrasi pemerintahan.

d. Pendekatan bawah-atas (bottom-up)

Pendekatan bawah-atas (bottom-up) dilakukan melalui

musyawarah baik tingkat desa/kelurahan, tingkat kecamatan, dan tingkat

kabupaten.

e. Prioritas dan Sinergisitas

Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah,

terdistribusikan dengan mempertimbangkan prioritas dan menciptakan

sinergisitas antara pemerintah dan masyarakat melalui forum

Musrenbang - SKPD (Musyawarah Perencanaan Pembangunan - Satuan

Kerja Perangkat Daerah) di Kabupaten Ngawi.

f. Mempertimbangkan Kemampuan Fiskal Daerah

Proses penyusunan rencana tahunan di Kabupaten Ngawi

merupakan proses penyatuan persepsi di antara SKPD mengenai prioritas

pembangunan daerah di Kabupaten Ngawi Tahun 2008 dengan

mempertimbangan kemampuan keuangan daerah.

Page 65: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

3. Indikator Kinerja Pembangunan

a. Kondisi Sosial Kependudukan

Masyarakat merupakan salah satu faktor yang menentukan

dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kegiatan-

kegiatan kemasyarakatan. Bidang sosial merupakan bidang yang terkait

langsung dengan masyarakat sebagai pelaku dan penikmat pembangunan.

Komposisi dan tingkat kesejahteraan masyarakat yang bervariasi

merupakan pencermatan secara khusus dalam pelaksanaan pembangunan.

Berdasarkan konteks sosial kemasyarakatan, secara kuantitatif

penduduk Kabupaten Ngawi mayoritas adalah pemeluk agama Islam

(lebih dari 95%). Secara umum pemeluk Islam tersebut mayoritas

memiliki kedekatan hubungan kultural dengan organisasi masyarakat

(ormas) Nahdhatul Ulama. Hal tersebut dalam kenyataan sehari-hari

cukup memberi pengaruh bagi interaksi antar penduduk dan antar

kelompok masyarakat.

Secara umum, interaksi antar warga masyarakat sehari-hari

relatif aman dan damai. Jika terdapat benturan-benturan kecil antar warga

masyarakat dapat diselesaikan secara musyawarah tanpa memperkeruh

suasana. Kiranya hanya pada saat tumbangnya Orde Baru (tahun 1998-

1999), sebagaimana kondisi berbagai wilayah Indonesia lainnya, terjadi

gesekan antar kelompok yang cukup berarti dalam kehidupan sehari-hari,

namun kini hal tersebut telah berlalu. Bahkan hikmah dari gesekan

tersebut adalah terdapatnya warisan positif berupa tumbuh-kembangnya

Page 66: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau sejenisnya yang

cukup memberi warna baru dalam dinamika kehidupan sosial di

Kabupaten Ngawi.

Jumlah penduduk Kabupaten Ngawi akhir tahun 2006 adalah

879.193 jiwa, terdiri dari 429.921 jiwa penduduk laki-laki dan 449.272

jiwa penduduk perempuan, dengan rasio jenis kelamin/sex ratio sebesar

96. Artinya bahwa setiap 100 penduduk wanita terdapat sekitar 96

penduduk laki-laki. Akan tetapi, bila dibandingkan dengan tahun 2005

jumlah penduduk kabupaten Ngawi bertambah sebesar 3.039 jiwa atau

meningkat 0,35 persen selama setahun. Kecamatan dengan jumlah

penduduk terbesar adalah Kecamatan Paron yaitu 90.516 jiwa, sedangkan

kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan

Kasreman yaitu 23.964 jiwa. Jumlah penduduk Kabupaten Ngawi pada

tahun 2006 menurut jenis kelamin pada tiap-tiap kecamatan dapat dilihat

pada Tabel 4.1

Page 67: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

TABEL 4.1 JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN NGAWI MENURUT JENIS

KELAMIN TAHUN 2006

NO Nama

Kecamatan Penduduk

Pria % Wanita % Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Sine 22.605 5,3 23.673 5,3 46.278 5,3 2 Ngrambe 21.914 5,1 23.255 5,2 45.169 5,1 3 Jogorogo 20.146 4,7 21.167 4,7 41.313 4,7 4 Kendal 23.821 5,5 25.525 5,7 49.346 5,6 5 Geneng 27.555 6,4 27.959 6,2 55.514 6,3 6 Gerih 18.278 4,3 18.604 4,1 36.882 4,2 7 Kwadungan 14.188 3,3 14.484 3,2 28.672 3,3 8 Pangkur 13.687 3,2 14.496 3,2 28.183 3,2 9 Karangjati 23.550 5,5 24.721 5,5 48.271 5,5 10 Bringin 15.029 3,5 15.626 3,5 30.655 3,5 11 Padas 16.576 3,9 16.908 3,8 33.484 3,8 12 Kasreman 11.674 2,7 12.290 2,7 23.964 2,7 13 Ngawi 37.791 8,8 40.790 9,1 78.581 8,9 14 Paron 44.475 10,3 46.041 10,2 90.516 10,3 15 Kedunggalar 34.136 7,9 35.655 7,9 69.791 7,9 16 Pitu 14.023 3,3 14.143 3,1 28.166 3,2 17 Widodaren 35.307 8,2 36.864 8,2 72.171 8,2 18 Mantingan 19.730 4,6 21.844 4,9 41.574 4,7 19 Karanganyar 15.436 3,6 15.277 3,4 30.665 3,5

Jumlah 429.921 100 449.272 100,0 879.193 100 Sumber : BPS Kabupaten Ngawi, 2010. (diolah)

Kepadatan penduduk menunjukkan rasio antara jumlah

penduduk dengan luas wilayah. Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten

Ngawi tahun 2006 adalah 678 jiwa/Km2 , naik sekitar 2 jiwa untuk setiap

kilometer persegi dari tahun sebelumnya. Tingkat kepadatan per

kecamatan tertinggi di Kecamatan Ngawi (1.114 jiwa/Km2) dan tingkat

kepadatan terendah adalah Kecamatan Karanganyar (208 jiwa/Km2).

Page 68: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Dilain pihak, menurut laporan Dinas Transmigrasi, Sosial dan

Tenaga Kerja pada tahun 2008 terdapat 27.740 penduduk Kabupaten

Ngawi tercatat sebagai pencari kerja (pengangguran terbuka). Sedangkan

lowongan kerja yang tersedia sebanyak 2.683 orang dan jumlah

penempatan kerja hanya untuk 1.892 orang. Berikut ini Tabel 4.2 untuk

mengetahui tingkat kesejahteraan sosial di Kabupaten Ngawi pada tahun

2009 :

TABEL 4.2 KESEJAHTERAAN SOSIAL KABUPATEN NGAWI

No. Jenis Data Satuan Tahun

2008 % 2009 % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Penduduk Rawan Sosial dan Sarana

74.813 100 55.542 100

a. Keluarga fakir miskin Jiwa 54.341 72,6 35.267 63,5

b.Balita terlantar Jiwa 66 0,1 66 0,1

c. Anak terlantar Jiwa 10.957 14,6 10.958 19,7

d. Lanjut usia terlantar Jiwa 6.051 8,1 6.051 10,9

e. Gelandangan Jiwa 17 0,02 17 0,03

f. Penyandang cacat Jiwa 2.884 3,9 2.110 3,8

g.Korban bencana alam & korban lainnya

Jiwa 452 0,6 1028 1,9

h. Pengemis Jiwa 45 0,1 45 0,1

2. Panti Asuhan 8 100 8 100

a. Panti sosial asuhan yatim piatu

Buah 7 87,5 7 87,5

b.Panti sosial tresna werda Buah 1 12,5 1 12,5

3. Potensi Kesejahteraan Sosial 1395 100 1395 100

a. Karang taruna Buah 217 15,6 217 15,6

b. Tenaga kessos masyarakat

Orang 1.168 83,7 1.168 83,7

c. Organisasi sosial Buah 10 0,7 10 0,7

4. Penduduk Miskin Jumlah rumah tangga miskin KK 82.572 100 82.572 100

Sumber : BPS, Kabupaten Ngawi, 2010.

Page 69: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Sejalan dengan hal tersebut, indikator keberhasilan

pembangunan adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dengan

tolok ukur tersebut dapat ditetapkan strategi pembangunan tahun 2008

dan mensinergikan seluruh program pembangunan agar tepat sasaran dan

memiliki keluaran berfokus kesejahteraan masyarakat. IPM Kabupaten

Ngawi mengalami fluktuasi. Pada tahun 1996 IPM Ngawi sebesar 65,00.

Kemudian menurun sebesar 2,60 % menjadi 58,84 pada tahun 1999, dan

pada tahun 2002 kembali naik menjadi 61,42. Sedangkan pada tahun

2004 meningkat lagi menjadi 63,99. Mendasar data BPS Propinsi Jawa

Timur pada tahun 2006, Angka Harapan Hidup 72,58; rata-rata lama

sekolah adalah 6,30; Angka melek huruf 0 dan Paritas daya beli 54,50;

dengan keseluruhan Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Ngawi

sebesar 63,59.

b. Kondisi Perekonomian Daerah

Seiring dengan kemajuan-kemajuan ekonomi di tingkat

nasional, perekonomian regional Jawa Timur juga menunjukkan

stabilitas yang semakin mantap dan perkembangan yang semakin

meningkat secara signifikan. Secara umum kinerja perekonomian Jawa

Timur yang sampai dengan tahun 2004 cukup kondusif, hal ini

direpresentasikan oleh indikator agregat pertumbuhan ekonomi yang

sejak krisis tahun 1998 mengalami kontraksi hingga minus 16,12% terus

mengalami percepatan sebesar 4,11% pada tahun 2003 dan pada tahun

2004 meningkat menjadi 5,43%. Pertumbuhan pada 2004 ini melebihi

Page 70: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

target pertumbuhan diakhir tahun 2004 yaitu sebesar 4,8%. Pertumbuhan

tahun 2004 didorong oleh seluruh sektor yang semuanya mengalami

pertumbuhan, terutama sektor industri yang sudah tumbuh sebesar

4,14%, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 8,48%, dan sektor

listrik, gas dan air bersih sebesar 13,15%, sedangkan sektor konstruksi

juga sudah mulai tumbuh sebesar 1,63%.

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi di tingkat provinsi pula,

perekonomian di Kabupaten Ngawi menunjukkan stabilitas yang

signifikan. Indikator perekonomian daerah Kabupaten Ngawi dapat

dilihat dari kontribusi masing-masimg sektor perekonomian, yang

meliputi 9 (sembilan) sektor/lapangan usaha, dengan komposisi

pertumbuhan yang dituangkan dalam nominal dari tahun ke tahun.

Indikator dari sektor pertanian dalam jumlah satuan rupiah merupakan

sektor yang paling dominan serta mengalami peningkatan, akan tetapi

apabila dikaji terhadap harga berlaku dan harga konstan sektor ini

mengalami stagnasi, hal ini perlu disikapi dengan mengupayakan

peningkatan pada sektor-sektor dominan.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu

indikator untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang kegiatan

ekonomi dalam suatu wilayah. Sampai dengan tahun 2010 perekonomian

Kabupaten Ngawi masih didominasi sektor pertanian. Sumbangan sektor

ini terhadap total PDRB sampai dengan tahun 2010 sekitar 36,63 %.

Tidaklah aneh apabila sektor ini menjadi sektor unggulan bagi Kabupaten

Page 71: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Ngawi. Menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional (sesenas) 2004

sektor ini menyerap 64 % dari total jumlah penduduk yang bekerja.

Namun demikian sumbangan sektor ini dari tahun ketahun mengalami

penurunan walaupun sebenarnya secara produksi mengalami

pertumbuhan. Sektor lainnya yang memberikan sumbangan cukup besar

terhadap perekonomian di Kabupaten Ngawi adalah sektor perdagangan.

Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir menyumbangkan lebih dari 36 %

dari total PDRB.

Tingkat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan yang

dihitung dari PDRB merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat

pertumbuhan sektoralnya. Angka pertumbuhan menunjukan kenaikan

pertumbuhan barang/jasa terhadap tahun sebelumnya, dengan tidak

dipengaruhi variabel harga. Apabila sebuah sektor mempunyai kontribusi

besar dan pertumbuhannya lambat, maka hal ini akan menghambat

tingkat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Sebaliknya apabila

sebuah sektor mempunyai kontribusi yang besar terhadap totalitas

perekonomian, maka apabila sektor tersebut mempunyai pertumbuhan

yang tinggi secara langsung akan menjadi lokomotif pertumbuhan

ekonomi secara total.

PDRB menurut lapangan usaha berdasar harga berlaku tahun

2001-2010 menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun.

Dimana tahun 2001 nilai PDRB itu sebesar Rp. 2.310.766,16 juta,

meningkat menjadi sebesar Rp. 3.265.122,01 juta pada tahun 2004,

Page 72: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

meningkat lagi menjadi sebesar Rp. 5.031.428,99 juta pada tahun 2007

dan meningkat lagi menjadi sebesar Rp. 7.245.842,43 juta pada tahun

2010. Secara rinci PDRB menurut lapangan usaha berdasarkan harga

berlaku pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2010 dapat dilihat pada

Tabel 4.3.

TABEL 4.3 PDRB KABUPATEN NGAWI ATAS DASAR HARGA BERLAKU

(JUTA RUPIAH)

Sektor

2001 2004 2007 2010

Nilai % Nilai % Nilai % Nilai %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1. 943.901,33 40,85 1.241.272,14 38,02 1.843.370,50 36,64 2.654.359,37 36,63

2. 13.438,73 0,58 18.070,32 0,55 27.821,13 0,55 36.518,40 0,50

3. 145.763,59 6,31 206.840,03 6,33 306.568,98 6,09 455.258,87 6,28

4. 12.682,15 0,55 21.476,84 0,66 36.199,99 0,72 60.369,81 0,83

5. 99.146,81 4,29 141.810,82 4,34 243.130,70 4,83 360.181,25 4,97

6. 586.906,13 25,40 880.924,38 26,98 1.412.591,98 28,08 2.076.707,35 28,66

7. 52.283,76 2,26 114.710,78 3,51 205.072,67 4,08 207.931,40 2,87

8. 128.031,58 5,54 161.943,61 4,96 243.939,08 4,85 399.964,91 5,52

9. 328.612,08 14,22 478.073,09 14,64 712.733,97 14,17 994.551,07 13,73

2.310.766,16 100 3.265.122,01 100 5.031.428,99 100 7.245.842,43 100

Keterangan : Sektor 1. Pertanian; 2. Pertambangan dan Penggalian;

3. Industri Pengolahan; 4. Listrik, Gas dan Air Bersih; 5. Konstruksi; 6. Perdagangan, Restoran dan Hotel; 7. Pengangkutan dan Komunikasi; 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; dan 9. Jasa-Jasa.

Sumber : BPS Kabupaten Ngawi, 2010 (diolah)

PDRB menurut lapangan usaha berdasarkan harga konstan tahun

2000 selama tahun 2001-2010 juga menunjukkan mengalami

perkembangan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2001 nilai PDRB menurut

harga konstan tahun 2000 adalah sebesar Rp. 2.076.059,57 juta,

Page 73: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

meningkat menjadi sebesar Rp. 2.282.932,45 juta pada tahun 2004,

meningkat menjadi sebesar Rp. 2.639.717,88 juta pada tahun 2007 dan

meningkat menjadi sebesar Rp. 3.121.821,49 juta pada tahun 2010. Pada

tahun 2001 sampai dengan tahun 2010 laju pertumbuhan PDRB menurut

harga konstan tahun 2000 adalah 6.09 %. Nilai PDRB Kabupaten Ngawi

menurut harga konstan dapat dilihat pada Tabel 4.4.

TABEL 4.4 PDRB KABUPATEN NGAWI ATAS DASAR HARGA KONSTAN

TAHUN 2000 (JUTA RUPIAH)

Sektor

2001 2004 2007 2010

Nilai % Nilai % Nilai % Nilai %

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

1.

845.144,68 1,35 879.270,85 4,24 985.007,46 4,67 1.145.589,73 4,87

2.

12.219,15 4,23 13.412,05 (0,24) 15.442,31 7,21 17.526,39 3,19

3.

130.381,76 2,06 145.094,37 4,10 162.859,61 4,80 196.280,68 6,22

4.

10.625,41 6,26 12.333,54 1,55 14.673,00 6,87 19.108,85 7,24

5.

87.494,56 2,27 98.453,62 3,76 116.758,32 5,74 135.663,44 6,77

6.

526.930,55 1,87 614.343,99 5,25 745.925,20 6,95 923.010,01 8,82

7.

47.654,15 6,52 55.667,82 6,49 66.037,18 7,31 81.775,64 8,09

8.

118.946,72 4,21 142.853,39 7,12 165.732,93 3,62 190.048,43 5,28

9.

296.662,59 1,70 321.502,82 2,20 367.281,87 3,11 412.818,32 3,40

2.076.059,57 1,93 2.282.932,45 4,37 2.639.717,88 5,16 3.121.821,49 6,09

Keterangan : Sektor 1. Pertanian; 2. Pertambangan dan Penggalian;

3. Industri Pengolahan; 4. Listrik, Gas dan Air Bersih; 5. Konstruksi; 6. Perdagangan, Restoran dan Hotel; 7. Pengangkutan dan Komunikasi; 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; dan 9. Jasa-Jasa.

Sumber : BPS Kabupaten Ngawi, 2010 (diolah)

Page 74: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

c. Pendidikan Masyarakat

Salah satu faktor yang menentukan suksesnya penyelenggaraan

pemerintahan adalah tingkat pendidikan masyarakatnya, yang akan

berdampak pada cara berpikir, bertindak dan bersikap. Hal tersebut akan

mempengaruhi tingkat pemahaman masyarakat pada bentuk-bentuk dan

program-program yang akan dilaksanakan pemerintah, sehingga

menjadikan mereka terpacu untuk mendukung kegiatan pemerintah.

Kualitas sumberdaya manusia Kabupaten Ngawi secara kasar

dapat dilihat pada tingkat pendidikan penduduknya. Berdasarkan hasil

Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2001 jumlah penduduk

Kabupaten Ngawi usia 10 (sepuluh) tahun ke atas yang hanya tamat SD =

346.536 jiwa (62%), hanya tamat SLTP = 113.839 jiwa (20%), hanya

tamat SLTA = 84.498 jiwa (15%) dan tamat akademi/perguruan tinggi=

17.969 jiwa (3%). Jika pendidikan dasar yang dicanangkan pemerintah

mencakup tingkat pendidikan SD sederajat dan SMP sederajat maka

terdapat sekitar 82% yang berkualifikasi pendidikan dasar. Hal tersebut

menunjukkan bahwa berdasarkan tingkat pendidikannya, kualitas

sumberdaya manusia Kabupaten Ngawi masih kurang memadai. Sarana

pendidikan dan jumlah murid serta lembaga sekolah di Kabupaten Ngawi

dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Page 75: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

TABEL 4.5 SARANA PENDIDIKAN DAN JUMLAH MURID

No. Indikator SD / MI SMP / MTs SMA/MAN/SMK (1) (2) (3) (4) (5) 1. Jumlah Murid 86.082 36.647 21.988 2. Jumlah Lembaga 703 101 54 3. Jumlah Guru 4.367 / 679 1.934 / 630 561 / 208 / 696 4. Jumlah Gedung 715 100 49 - Kondisi Rusak (RK) 2.122 / 263 116 / 76 33 / 10 / 26 - Kondisi Baik (RK) 1.290 / 289 673 / 141 144 / 53 / 178

5. Tingkat Kelulusan (%)

96,55 97,61 96,88

Sumber : BPS Kabupaten Ngawi, 2010.

d. Kondisi Sarana dan Prasarana

1) Prasarana Jalan

Panjang jalan kabupaten sampai dengan akhir tahun 2005

mencapai 597,96 Km kesemuanya masuk kategori kelas III C. Kondisi

jalan dan kelas jalan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut :

Page 76: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

TABEL 4.6 PANJANG JALAN MENURUT JENIS, KONDISI DAN KELAS

JALAN DI KABUPATEN NGAWI TAHUN 2010 (KM)

No Keadaan Jalan

Negara Jalan

Propinsi Jalan

Kabupaten (1) (2) (3) (4) (5)

1. Jenis Permukaan a. Di Aspal b. Kerikil c. Tanah d. Tidak dirinci

79,56

- - -

- - - -

493,96 97,52 6,48

- Jumlah 79,56 - 597,96

2. Kondisi Jalan a. Baik b. Sedang c. Rusak d. Rusak Berat

18,44 59,12 2,00

-

- - - -

126,63 132,31 233,31 105,11

Jumlah 79,56 - 597,96 3. Kelas Jalan

a. Kelas I b. Kelas II c. Kelas III d. Kelas III A e. Kelas III B f. Kelas IIIC g. Tidak dirinci

-

79,56 - - - - -

- - - - - - -

- - - - -

597,96 -

Jumlah 79,56 - 597,96 Sumber : BPS, Kabupaten Ngawi, 2010.

2) Prasarana Jembatan

Panjang jembatan sampai dengan tahun 2005 mencapai

1.006,850 m (189 jembatan), dengan kondisi sebagai berikut: yang

kondisi baik sepanjang 573,905 m (108 jembatan), yang kondisi

sedang mencapai 251,713 m (20 jembatan) dan yang kondisinya rusak

berat mencapai 70,479 m (13 jembatan).

Page 77: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

3) Sarana Irigasi

Secara fungsional jaringan irigasi meliputi 4 ( empat)

komponen, yaitu : bendungan, saluran pembawa, saluran pembuang

dan petak sawah. Pengembangan sistem irigasi primer dan skunder

menjadi wewenang dan tanggung jawab Pemerintah Pusat, Pemerintah

Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Sedangkan pengembangan

sistem irigasi tersier menjadi wewenang dan tanggung jawab

Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA). Kondisi jaringan irigasi

dapat dilihat secara terperinci sebagai berikut :

a) Saluran primer (induk); panjang 21.400 Km, kerusakan 30 %

b) Saluran skunder; panjang 322.145 Km, kerusakan 25 %

c) Saluran utama ; jumlah 412 buah, kerusakan 31,67 %

d) Bangunan pendukung; jumlah 1.001 buah, kerusakan 27,5 %.

Dua buah sungai besar yaitu Bengawan Solo dan Sungai

Madiun merupakan pendukung sistem pengairan yang cukup besar.

Disamping sejumlah anak-anak sungai yang menginduk pada dua

sungai besar tersebut.

Page 78: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58 B. Hasil Dan Pembahasan

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, untuk mengetahui tingkat

efisiensi dan tingkat efektivitas pungutaan pajak daerah di Kabupaten Ngawi,

serta untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi, hubungan/korelasi

antara tingkat efisiensi dan tingkat efektivitas pungutan pajak daerah dengan

pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ngawi, dapat di analisis sebagai berikut:

1. Analisis Efisiensi

Analisis Efisiensi untuk melihat upaya mengoptimalkan kombinasi

penggunaan input, atau untuk menghasilkan tingkat output tertentu dengan

jumlah ongkos yang minimum, atau kemampuan untuk menghasilkan output

sebesar mungkin dari jumlah input tertentu, yang dapat diformulasikan

sebagai berikut:

TABEL 4.7 FORMULA EFISIENSI

NO PROSENTASE KRETERIA FORMULA

(1) (2) (3) (4)

Efisiensi Biaya Pungut Pajak Efisiensi = X 100% Realisasi Pajak

1 2 3

< 20% 20% - 85% > 85%

Sangat Efisien Efisien Tidak Efisien

Sumber: Manajemen Kinerja Sektor Publik

Pengukuran efisiensi penerimaan Pajak Daerah dilakukan dengan

membagi biaya pemungutan yang terdiri dari biaya upah pemungutan dan

biaya operasional dengan realisasi pemungutan Pajak Daerah. Secara

Page 79: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

lengkap data realisasi pemungutan dan biaya pemungutan Pajak Daerah

dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2010 dapat di lihat di Tabel 4.8.

TABEL 4.8 HASIL PERHITUNGAN EFISIENSI PAJAK DAERAH

Tahun Biaya

pemungutan Realisasi efisiensi Ket (1) (2) (3) (4) (5)

2001 144.509.721 2.200.794.423

6,57 Sangat Efisien

2002 222.267.716 3.509.354.326

6,33 Sangat Efisien

2003 279.748.407 4.533.448.141

6,17 Sangat Efisien

2004 315.721.054 5.193.181.087

6,08 Sangat Efisien

2005 361.163.835 5.746.234.704

6,29 Sangat Efisien

2006 447.957.443 6.118.068.854

7,32 Sangat Efisien

2007 526.841.772 6.348.835.434

8,30 Sangat Efisien

2008 631.066.238 8.391.451.764

7,52 Sangat Efisien

2009 657.998.004 8.794.830.081

7,48 Sangat Efisien

2010 713.771.325 9.582.526.496

7,45 Sangat Efisien

Sumber : Data diolah, 2011.

Page 80: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Gambar 4.3 Perkembangan Efisiensi Pajak Daerah

Sumber : Data diolah, 2011.

Tingkat efisiensi dari tahun pertama dijalankannya pemungutan

Pajak Daerah yaitu tahun 2001 adalah 6,57 % masuk pada kategori sangat

efisien, karena tahun tersebut sosialisasi tentang kesadaran membayar

pajak sangat digalakkan diseluruh Kabupaten Ngawi. Pada tahun 2002

dengan besarnya biaya pemungutan yang ditingkatkan Rp 222.267.716,-,

realisasi penerimaan Pajak Daerah meningkat mencapai Rp

3.509.354.326,- tingkat efisiensi menjadi 6,33 % masuk pada kategori

sangat efisien. Tahun 2003 tingkat efisiensi menjadi 6,17 % (sangat

efisien) dan seterusnya sampai dengan tahun 2010 tingkat efisiensi

menunjukkan 7,45 % (sangat efisien). Kesimpulan yang dapat diambil

dari perhitungan di atas adalah bahwa pemungutan Pajak Daerah yang

dijalankan oleh Kabupaten Ngawi masih sangat efisien dari tahun ke tahun.

Pola perkembangan efisiensi pajak daerah cenderung meningkat dapat

dilihat pada Gambar 4.3.

Page 81: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

2. Analisis Efektivitas

Analisis Efektivitas untuk melihat efektivitas pungutan Pajak

Daerah adalah dengan menghitung rasio realisasi dengan target Pajak

Daerah yang dapat diformulakan sebagai berikut:

TABEL 4.9 FORMULA EFEKTIVITAS

NO PROSENTASE KRETERIA FORMULA

(1) (2) (3) (4)

Efektivitas

1 2 3

> 100% 100%

< 100%

Sangat Efektif Efektif

Tidak Efektif

Realisasi Pajak Efektifitas = X 100%

Target Pajak

Sumber: Manajemen Kinerja Sektor Publik

Efektivitas diartikan sebagai sejauh mana unit yang

dikeluarkan mampu mencapai tujuan yang ditetapkan. Efektivitas

digunakan untuk mengukur hubungan antara hasil pungutan suatu pajak

dengan tujuan atau target yang telah ditetapkan (Mardiasmo, 2002). Data

target dan realisasi pungutan Pajak Daerah selengkapnya dapat dilihat

pada Tabel 4.10.

Page 82: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

TABEL 4.10 HASIL PERHITUNGAN EFIKTIVITAS PAJAK DAERAH

TAHUN TARGET REALISASI FEKTIFITAS KET

(1) (2) (3) (4) (5)

2001 1.847.310.000 2.200.794.423 119,14 Sangat Efektif

2002 2.966.290.150 3.509.354.326 118,31 Sangat Efektif

2003 4.080.813.000 4.533.448.141 111,09 Sangat Efektif

2004 4.823.152.000 5.193.181.087

107,67 Sangat Efektif

2005 5.588.807.999 5.746.234.704

102,82 Sangat Efektif

2006 6.196.509.620 6.118.068.854

98,73 Kurang Efektif

2007 6.236.963.156 6.348.835.434

101,79 Sangat Efektif

2008 6.274.438.156 8.391.451.764

133,74 Sangat Efektif

2009 7.996.029.100 8.794.830.081

109,99 Sangat Efektif

2010 9.516.683.300 9.582.526.496

100,69 Sangat Efektif

Sumber : Data diolah, 2011.

Gambar 4.4 Perkembangan Efektifitas Pajak Daerah

Sumber : Data diolah, 2011.

Page 83: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari tahun 2001 – 2005 tingkat

efektivitas pemungutan Pajak Derah di Kabupaten Ngawi diatas 100 %

(sangat efektif). Pada tahun 2006 tingkat efektivitas menurun menjadi

98,73 % ( kurang efektif ) dikarenakan adanya kenaikan BBM sehingga

masyarakat kurang peduli dalam membayar pajak. Pada tahun 2007 –

2010 tingkat efektivitas sudah membaik lagi diatas 100 % (sangat efektif)

itu dikarenakan sosialisasi kepada masyarakat ditingkatkan. Pola

perkembangan efektivitas pajak daerah cenderung stabil dapat dilihat pada

Gambar 4.4.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi harus diiringi peningkatan

efektivitas penerimaan Pajak Daerah, sehingga pertumbuhan Pajak Daerah

akan semakin meningkat dan terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi

daerah di Kabupaten Ngawi. Data pertumbuhan ekonomi selengkapnya bisa

dilihat pada Tabel 4.11.

Page 84: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

TABEL 4.11 HASIL PERHITUNGAN PERTUMBUHAN EKONOMI

TAHUN PERTUMBUHAN EKONOMI

(1) (2) 2001 1,93 2002 2,26 2003 3,03 2004 4,37 2005 4,50 2006 5,21 2007 5,16 2008 5,52 2009 5,65 2010 6,09

Sumber : BPS Kabupaten Ngawi, 2010.

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi

tahun 2001–2010 di Kabupaten Ngawi masih positif karena setiap

tahunnya rata–rata mengalami kenaikan yang disebabkan tingkat

efektivitas pemungutan Pajak Daerah diatas 100% (sangat efektif).

Kecuali pada tahun 2007 terjadi penurunan karena di tahun 2006 tingkat

efektifitas pemungutan Pajak daerah kurang efektif disebabkan realisasi

tidak mencapai target.

3. Analisis Korelasi Product Moment

Teknik korelasi ini digunakan untuk menguji hubungan secara

parsial antara variabel X dengan variabel Y. Dasar pengambilan keputusan

bisa dilihat pada Tabel 4.12 dibawah ini:

Page 85: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

TABEL 4.12 INTERPRETASI TERHADAP KOEFISIEN KORELASI

INTERVAL KOEFISIEN TINGKAT HUBUNGAN

(1) (2)

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,339 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat Sumber : Sugiono, 2010:231

Untuk mempercepat perhitungan di dalam menganalisis data, maka

dipergunakan bantuan komputer program SPSS 16. Hasil analisis tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Korelasi Efisiensi Pajak Daerah Dengan Pertumbuhan Ekonomi.

Hasil dari analisis korelasi Pearson antara efisiensi pajak daerah

dengan pertumbuhan ekonomi menggunakan aplikasi SPSS 16 adalah

sebagai berikut :

Page 86: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Hasil analisis korelasi Pearson di atas menunjukkan bahwa nilai

koefisien korelasi pearson adalah 0,676 yang berarti terdapat hubungan

yang kuat dan positif antara efisiensi pajak daerah dengan pertumbuhan

ekonomi. Analisis data dan pembahasan di atas menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang kuat dan positif antara tingkat efisiensi

pungutan pajak daerah dengan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten

Ngawi. Hal ini disebabkan oleh faktor manajerial Pemerintah

Kabupaten Ngawi, yang berhasil menekan biaya pemungutan pajak

daerah didukung oleh kemampuan petugas pemungut pajak daerah.

Dengan demikian analisis tentang adanya hubungan antara tingkat

efisiensi pungutan pajak daerah dengan pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten Ngawi adalah terbukti dan dapat diterima kebenarannya.

b. Korelasi Efektifitas Pajak Daerah Dengan Pertumbuhan Ekonomi

Hasil dari analisis korelasi Pearson antara efektivitas pajak

daerah dengan pertumbuhan ekonomi menggunakan aplikasi SPSS 16

adalah sebagai berikut:

Hasil analisis korelasi Pearson di atas menunjukkan bahwa nilai

koefisien korelasi pearson adalah – 0,323 yang berarti terdapat

Page 87: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

hubungan yang rendah dan negatif antara efektifitas pungutan pajak

daerah dengan pertumbuhan ekonomi. Analisis data dan pembahasan di

atas menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang rendah dan negatif

antara tingkat efektivitas pungutan pajak daerah dengan tingginya

pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ngawi. Hal ini disebabkan oleh

faktor rendahnya kemampuan ekonomi wajib pajak untuk membayar

pajak daerah, sehingga ketika dipaksakan untuk membayar pajak daerah

maka dapat mengganggu perekonomian wajib pajak yang berdampak

negatif pada pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ngawi. Dengan

demikian analisis tentang adanya hubungan antara tingkat efektivitas

pungutan pajak daerah dengan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten

Ngawi adalah terbukti dan dapat diterima kebenarannya.

Page 88: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tingkat efisiensi,

efektivitas pungutan pajak daerah dan hubungannya dengan pertumbuhan

ekonomi daerah di Kabupaten Ngawi pada tahun 2001 sampai dengan

2010, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Bahwa pungutan Pajak Daerah yang dilakukan oleh Pemerintah

Kabupaten Ngawi dalam kurun waktu tahun 2001-2010 terletak pada

tingkat yang sangat efisien dengan pola perkembangan cenderung naik.

Hal ini dapat ditunjukkan dari prasyarat tingkat efisiensi yang jauh

dibawah 20%.

2. Bahwa pungutan Pajak Daerah yang dilakukan oleh Pemerintah

Kabupaten Ngawi dalam kurun waktu tahun 2001-2010 terletak pada

tingkat yang sangat efektif dengan pola perkembangan cenderung stabil.

Hal ini ditunjukkan bahwa pungutan Pajak Daerah dapat terealisasi diatas

target capaian yaitu diatas 100%, kecuali pada tahun 2006 hasil pungutan

Pajak Daerah tidak efektif dikarenakan terjadinya kenaikan harga BBM.

3. Tingkat efisiensi pungutan pajak daerah memiliki hubungan yang kuat dan

positif dengan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ngawi. Tingkat

efektivitas pungutan pajak daerah memiliki hubungan lemah dan negatif

tidak signifikan dengan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Ngawi.

68

Page 89: Oleh - Digital Library UNS · Regional Development Planning Agency (Bappeda), Department of Revenue, Finance ... tax can be achieved above 100%, except in 2006. Levels of economic

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69 B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, ada beberapa saran

yang penulis ajukan, yaitu :

1. Pemerintah Kabupaten Ngawi hendaknya mempertahankan efesiensi

tingkat pungutan Pajak Daerah tersebut dan diharapkan dapat terus

menjaga konsistensinya, dibarengi dengan menaikkan target dan berupaya

menekan biaya pungut/operasional serta harus selalu berkomitmen untuk

selalu merealisasi target yang sudah ditetapkan.

2. Tingkat pungutan Pajak Daerah yang sudah sangat efektif tersebut

diharapkan dapat terus dipertahankan, dibarengi dengan menaikkan target

dan realisasi yang sudah ditetapkan. Apalagi dengan terbitnya banyak

Peraturan Daerah (Perda) tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

membawa konsekuensi untuk lebih meningkatkan efektivitas pungutan

Pajak Daerah dengan secara intensif melakukan sosialisasi Perda-perda

tersebut dalam rangka mempengaruhi kesadaran masyarakat/wajib pajak

untuk memenuhi kewajiban membayar Pajak Daerah.

3. Untuk menunjang berbagai kegitan ekonomi di Kabupaten Ngawi,

pemerintah daerah sebaiknya harus secara intensif mengadakan

peningkatan kuantitas dan kualitas sarana prasarana publik yang dapat

menunjang pertumbuhan ekonomi daerah.