olah tkp aspek medik.doc

10
PENANGANAN KORBAN DI TEMPAT KEJADIAN PERKARA Dr Slamet Poernomo. SpF, DFM 1. PENJELASAN UMUM a. TEMPAT KEJADIAN PERKARA ( T.K.P ) ADALAH : 1) Tempat dimana suatu tindak pidana dilakukan /terjadi, atau akibat yang ditimbulkannya. 2) Tempat-tempat lain dimana barang-barang bukti atau korban yang berhubungan dengan tindak pidana tersebut dapat diketemukan. b. PENANGANAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA Penanganan Tempat Kejadian Perkara adalah tindakan penyidik atau penyidik yang dilakukan di T.K.P. yang menyelenggarakan kegiatan dan tindakan kepolisian yang dilakukan di tempat Kejadian Perkara terdiri dari : 1) Tindakan pertama di Tempat Kejadian Perkara 2) Pengolahan Tempat Kejadian Perkara ( Crime Scene Processing ) c. TINDAKAN PERTAMA DI TEMPAT KEJADIAN PERKARA

Upload: yogi-sanjaya

Post on 25-Oct-2015

451 views

Category:

Documents


35 download

TRANSCRIPT

IDENTIFIKASI MEDIK

PENANGANAN KORBAN DI

TEMPAT KEJADIAN PERKARA

Dr Slamet Poernomo. SpF, DFM1. PENJELASAN UMUMa. TEMPAT KEJADIAN PERKARA ( T.K.P ) ADALAH :

1) Tempat dimana suatu tindak pidana dilakukan /terjadi, atau akibat yang ditimbulkannya.

2) Tempat-tempat lain dimana barang-barang bukti atau korban yang berhubungan dengan tindak pidana tersebut dapat diketemukan.

b. PENANGANAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA

Penanganan Tempat Kejadian Perkara adalah tindakan penyidik atau penyidik yang dilakukan di T.K.P. yang menyelenggarakan kegiatan dan tindakan kepolisian yang dilakukan di tempat Kejadian Perkara terdiri dari :

1) Tindakan pertama di Tempat Kejadian Perkara

2) Pengolahan Tempat Kejadian Perkara ( Crime Scene Processing )

c. TINDAKAN PERTAMA DI TEMPAT KEJADIAN PERKARA

Tindakan Perkara di Tempat Kejadian Perkara adalah Tindakan Kepolisian yang harus dilakukan segera setelah terjadinya tindakan pidana untuk melakukan pertolongan/perlindungan kepada korban/anggota masyarakat serta penutupan dan pengamanan Tempat Kejadian Perkara guna persiapan penyidikan selanjutnya.

d. PENGOLAHAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA

Pengolahan Tempat Kejadian Perkara adalah tindakan atau kegiatan-kegiatan setelah tindakan pertama ditempat kejadian perkara dilakukan dengan maksud untuk mencari, mengumpulkan , menganalisa, mengevaluasi petunjuk-petunjuk, keterangan dan bukti serta indentitas tersangka menurut teori bukti segi tiga guna memberikan arah terhadap penyidikan selanjutnya.

TEORI BUKTI SEGI TIGA Dasar pemikiran dari Teori Bukti Segi Tiga ini, adalah Teori Edmond Lockart ahli kriminalistik ( 1877 -1916 ) yang menyatakan bahwa dua benda atau lebih yang saling bersentuhan akan memberikan ciri pada masing masing benda tersebut , dan ini bila diterapakan pada TKP adalah sebagai berikut :

Pada suatu tempat Kejadian Perkara (TKP), unsur korban, pelaku, alat yang dipakai melakukan kejahatan, bertemu dan terjadi kontak antara satu dengan yang lainnya yang mengakibatkan adanya perpindahan material dari unsur yang satu terhadap unsur yang lain serta dari dan ke TKP-nya sendiri. Sebagai contoh dapat dikemukakan kasus sebagai berikut :

-TKP, berupa sebuah gudang yang tidak terpakai.

-Korban adalah seorang seorang perempuan.

-Pelaku adalah seorang montir mobil

-Alat yang dipakai dalam melakukan kejahatan berupa botol bir.

Berdasarkan teori bukti segi tiga, pada kasus pemerkosaan dan pembunuhan akan didapat akibat-akibat sebagai berikut

Pada Tempat Kejadian Perkara

Kemungkinan akan ditemukan jejak-jejak yang berasal dari :

-Alat ( berupa botol bir yg terdapat percikan darah ).

-Korban (berupa, sperma , rambut kemaluan tersangka,percikan atau genangan darah)

-Pelaku (berupa kotoran-kotoran yang berasal dari suatu bengkel mobil mis : oli, gemuk , sidik jari pada botol ).

Dengan pengetahuan yang bersumber pada BUKTI SEGI TIGA tersebut diatas, maka petugas polisi akan :

-Mempunyai arah dalam melaksanakan pengolahan TKP artinya mengetahui barang-barang bukti dan jejak apa saja yang harus dicari dan ditemukan di TKP.

-Mampu menjajagi/menentukan pelaku, korban, saksi-saksi, barang bukti jejak-jejak, modus operandi, alat yang dipakai dalam melakukan kejahatan, dalam upaya mengungkap suatu tindakan.

Mampu menjawab pertanyaan 7 KAH yaitu :

(1) Benarkah suatu tindak pidana telah terjadi dan tindak pidana apa

(2) Bagaimana tindak pidana dilakukan

(3) Siapakah yang melakukan tindak pidana

(4) Dengan apa tindak pidana dilakukan

(5) Mengapa tindak pidana dilakukan

(6) Dimana tindak pidana dilakukan

(7) Bilamana tindak pidana dilakukan.

Yang kesemuanya sangat penting bagi usaha kegiatan penyidikan selanjutnya.

2. PENANGANAN KORBAN DI TEMPAT KEJADIAN PERKARA.

Penaganan korban khususnya yang belum jelas mati/diragukan kematiannya atau hidup merupakan kewajiban setiap anggota POLRI dalam setiap Tindakan Pertama di TKP. Bila pertolongan pertama segera diberikan dan nyawa korban dapat diselamatkan, ia akan menjadi saksi hidup yang penting dan lebih berguna dari bukti mti lainnya.

a.TINDAKAN PERTAMA DI TKP TERHADAP KORBAN YANG BELUM JELAS MATI/DIRAGUKAN KEMATIANNYA ATAU HIDUP.

1) Berikan pertolongan pertama sesuai kebutuhan dan keadaan korban .2) Bila korban perlu segera dibawa ke Rumah Sakit jangan lupa berikan tanda pada tempat korban tergeletak

3) Minta bantuan masyarakat untuk melapor segera pada POLiSI terdekat tentang dugaan telah terjadinya tindak pidana, tindakan pertolongan yang sedang dilakukan dan menuju ke Rumah Sakit mana

4) Catat indentitas pelaku dan korban sesuai dengan penjelasan korban

5) Bila korban meninggal dalam perjalanan ke Rumah Sakit, teruskan perjalanan menuju Rumah Sakit serahkan korban pada petugas Rumah Sakit, jelaskan sedikit tentang peristiwa yang telah terjadi dan pertolongan yang telah diberikan

6) Tunggu kedatangan petugas dari pos POLISI yang dilapori hubungi lagi pos polisi yang telah dilapori

7) Bila petugas pos POLISI telah sampai di Rumah Sakit laporkan tetang peristiwa yang telah terjadi dan tindakan apa saja yang telah dilakukan, selanjutnya korban dan tugas diserah terimakan.

b. TINDAKAN PERTAMA DI TKP TERHADAP KORBAN YANG MATI

1) Bila korban mati, tidak perlu terburu-buru

2) Yang utama adalah : Amankan TKP seluas mungkin sesuai situasi dan kondisi, letak korban dan barang-barang bukti lain yang berhubungan dengan tali, berikade/penghalang, menutup pintu halaman rumah agar tidak terjadi kontaminasi, penambahan pada keaslian TKP

3) Jangan merokok, membuang putung rokok, kencing di toilet, kamar mandi, WC, meninggalkan sesuatu apapun di TKP

4) Jangan menyentuh benda-benda apapun di TKP apalagi memegang korban

5) Setelah TKP sudah cukup aman, minta bantuan masyarakat untuk segera melaporkan dugaan tindak pidana yang telah terjadi ke pos terdekat

6) Sambil menunggu kedatangan petugas penyidik, ingat butir 3, 4

7) Bila petugas penyidik tiba di TKP, laporkan tentang segala sesuatu yang telah dilakukan dalam Tindakan Pertama dan selanjutnya tugas diserah terimakan.

3. PENGOLAHAN TEMPAT KEJADIAN PERKARA.Dalam pengolahan TKP penyidik lebih sering berhadapan dengan korban mati.a. PENANGANAN TERHADAP KORBAN.Tidak perlu cepat cepat untuk mengangkat korban dari TKP, berilah tanda sekeliling korban sebelum dinagkat ke Rumah sakit.

Bila tidak ada/perlu mendatangkan dokter untuk memeriksa korban di TKP, buat sketsa dan foto, baru kemudian melakukan pemeriksaan pada tubuh korban serta mencatat setiap tanda-tanda pasca kematian yang ditemukan.

1)Buat sketasa tentang keadaan korban di TKP

a)Catat jam berapa tiba di TKP

b)Catat dan jelaskan tentang jenis kelamin,

perkiraan

umur, tinggi, berat badan, suku bangsa,

warna dan bentuk rambut

c)Sikap korban, terlentang telungkup, miring

d)Keadaan pakaian, rapi, kusut, robek terbuka

e)Tanda-tanda perlukaan dari luar

f)Keterangan lain dari kepala sampai ke kaki

yang dianggap perlu

g)Catat adanya genangan/bercak, cairan tubuh,

muntahan, darah yang ditemukan dekat pada

korban; mengering/basah

h)Benda-benda lain yang ditemukan dekat

korban dan dianggap perlu.

2)Buat foto; pandangan umum, sisi kanan, sisi kiri dan tegak

lurus terhadap korban serta beberapa foto jarak dekat dari

perlukaan dan obyek pada tubuh korban yang dianggap

perlu

3)Pemeriksaan tubuh korban. Pada tahap ini periksaan tubuh

diarahkan kepada tanda-tanda pasca kematian.

a)Penurunan suhu tubuh

Raba tubuh mayat apakah masih terasa panas/hangat atau dingin. Dianjurkan untuk meraba bagian tubuh yang tertutup seperti daerah ketiak. Apabila masih hanat berarti kematian belum lama terjadi. Sebaliknya bila tubuh teraba dingin dan lembab maka saat terjadinya kematian sudah jauh lebih lama.

b)Perhatikan apakah sudah terjadi kaku mayat. Periksa dan coba gerakan sendi rahang, sendi leher, lengan atas, lengan bawah, sendi pinggul, lutut dan sendi kaki. Catat apa yang diperoleh dari pemeriksaan ini.

c)Apakah lebam mayat sudah ada, kalau ada catat :

(a) Warna lebam ?

(b) Letak lebam dimana saja ?

( c ) Coba tekan dengan jari, apakah lebam menetap atau menghilang pada waktu ditekan.d)Periksa perlukaan yang dialami korban, catat lokasi,

jenis dan ukurannya. Untuk memudahkan buatlah gambar umum tubuh manusia kemudian beri tanda tempat perlukaan, apabila mempunyai kamera segera ambil foto umum dan close up.

b.PENGGUMPULAN BARANG BUKTI

Barang bukti yang dikumpulkan oleh tenaga kesehatan adalah

barang bukti berupa bagian tubuh manusia atau cairan / darah

tubuh, khususnya yang melekat pada tubuh korban atau disekitar

tubuh korban, diluar kondisi tersebut barang bukti akan

dikumpulkan oleh petugas Labfor atau penyidik.

Masukan barang bukti yang ditemkan pada wadah tertentu atau

kantong plastik sedangkan darah , sperma atau cairan tubuh lain diserap dengan kassa steril, kemudian dikeringkan pada suhu kamar dab setelah kering masukan dalam kantong kertas.

4.PENGOLAHAN TKP KASUS BENCANA MASSAL

Prinsip adalah sama dengan penanganan korban kasus kriminal, hanya karena korbannya banyak maka lebih banyak dititik beratkan pada dokumentasi dengan foto atau sketsa. Selain itu karena daerahnya kejadian luas maka dibuat sektor sektor sehingga memudahkan dokumentasi.

Pemberian label yang berisi nomor dan lokasi temuan adalah salah satu hal yang sangat penting dalam mempermudah proses identifikasi dan rekontruksi kejadian. -- 0 --

Kepustakaan :

1. Djaja Surya Atmadja : Persamaan regresi tinggi badan terhadap panjang tulang tungkai bawah. Tesis Program Studi Ilmu Kedokteran Forensik. Dokter Spesialis I-FKUI. Jakarta 1990.2. Ladokpol : Bahan presentasi Olah TKP aspek medik Dikjur Padokpol

Disdokkes Polri . Jakarta 19983. Ladokpol : Buku pengangan Ilmu Kedokteran Forensik. Ed IV. Disdokkes

1996.

4. Slamet Poernomo : Criminal personality profiling. Warta Kedokteran

Kepolisian dan Kesehatan Thn. VI (24). Maret 1990