ojjhan

17
Kata pengantar Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”PBB dan ASEAN”. Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua dan segenap keluarga besar penulis (Pak Ihsan,Bu khusniah) yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca. Ambon, maret 2013 Penyusun fauzan

Upload: dinar-riaddin

Post on 23-Jul-2015

321 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Kata pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi

sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah

Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta

hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah dengan judul ”PBB dan ASEAN”.

Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari

berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua dan segenap keluarga besar

penulis (Pak Ihsan,Bu khusniah) yang telah memberikan dukungan,

kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua

kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit

kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.

Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan

dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi

ini dapat lebih baik lagi.

Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua

pembaca.

Ambon, maret 2013

Penyusun

fauzan

Daftar Isi

Kata pengantar……………………………………………………………………………………………………………1

Darter isi……………………………………………………………………………………………………………………..2

Pendahuluan……………………………………………………………………………………………………………….3

Pembahasan………………………………………………………………………………………………………………..4

Penutup…………………………………………………………………………………………………………………….16

Daftar pustaka………………………………………………………………………………………………………….17

Pendahuluan

Perserikatan Bangsa-Bangsa atau biasa disingkat PBB (bahasa Inggris: United Nations atau disingkat UN) adalah sebuah organisasi internasional yang anggotanya hampir

seluruh negara di dunia. Lembaga ini dibentuk untuk memfasilitasi dalam hukum internasional, keamanan internasional, pengembangan ekonomi, perlindungan sosial,

hak asasi dan pencapaian perdamaian dunia.

Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) mencatat sejarah baru dengan

ditandatanganinya ASEAN Charter (Piagam ASEAN) dalam Konferensi Tingkat Tinggi

(KTT) Ke-13 ASEAN di Singapura, Selasa (20/11). Piagam ASEAN tersebut diteken oleh

10 pemimpin negara anggota ASEAN, termasuk Myanmar. Kesepuluh kepala negara atau

kepala pemerintahan ASEAN yang membubuhkan tanda tangan pada Piagam ASEAN itu

adalah Sultan Hassanal Bolkiah (Brunei Darussalam), PM Hun Sen (Kamboja), Presiden

Susilo Bambang Yudhoyono (Indonesia), PM Bouasone Bouphavanh (Laos), Abdullah

Ahmad Badawi (Malaysia). Selanjutnya, PM Thein Sein (Myanmar), Gloria Maccapagal

Arroyo (Filipina), PM Surayud Chulanont (Thailand), PM Nguyen Tan Dung (Vietnam),

dan PM Lee Hsien Loong (Singapura).

pembahasan

Perserikatan Bangsa-Bangsa

Perserikatan Bangsa-Bangsa atau biasa disingkat PBB (bahasa Inggris: United Nations atau disingkat UN) adalah sebuah organisasi internasional yang anggotanya hampir seluruh negara di dunia. Lembaga ini dibentuk untuk memfasilitasi dalam hukum internasional, keamanan internasional, pengembangan ekonomi, perlindungan sosial, hak asasi dan pencapaian perdamaian dunia.

Perserikatan Bangsa-bangsa didirikan di San Francisco pada 24 Oktober 1945 setelah Konferensi Dumbarton Oaks di Washington, DC[2], namun Sidang Umum yang pertama - dihadiri wakil dari 51 negara - baru berlangsung pada 10 Januari 1946 (di Church House, London). Dari 1919 hingga 1946, terdapat sebuah organisasi yang mirip, bernama Liga Bangsa-Bangsa, yang bisa dianggap sebagai pendahulu PBB.

Sejak didirikan pada tahun 1945 hingga 2011, sudah ada 193 negara yang bergabung menjadi anggota PBB, termasuk semua negara yang menyatakan kemerdekaannya masing-masing dan diakui kedaulatannya secara internasional, kecuali Vatikan.[3] Selain negara anggota, beberapa organisasi internasional dan organisasi antar-negara mendapat tempat sebagai pengamat permanen yang mempunyai kantor di Markas Besar PBB, dan ada juga yang hanya berstatus sebagai pengamat [4].Palestina dan Vatikan adalah negara bukan anggota (non-member states) dan termasuk pengamat permanen (Tahta Suci mempunyai wakil permanen di PBB, sedangkan Palestina mempunyai kantor permanen di PBB)[5]

Sekretaris Jenderal PBB saat ini adalah Ban Ki-moon asal Korea Selatan yang menjabat sejak 1 Januari 2007 , menggantikan Sekretaris Jendral terdahulu, yaitu Kofi Annan dari Ghana. [6]

Organisasi ini memiliki enam organ utama [7]: Majelis Umum (majelis musyawarah utama)[8],Dewan Keamanan (untuk memutuskan resolusi tertentu untuk perdamaian dan keamanan),Dewan Ekonomi dan Sosial (untuk membantu dalam mempromosikan kerjasama ekonomi, sosial internasional dan pembangunan)[9], Sekretariat (untuk menyediakan studi, informasi dan fasilitas yang diperlukan oleh PBB)[10], Mahkamah Internasional (organ peradilan primer), Dewan Perwalian (yang saat ini tidak aktif).[11]

Instansi Sistem PBB lainnya yang menonjol termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Program Pangan Dunia (WFP) dan Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF). Tokoh masyrakat PBB yang paling terkenal mungkin adalah Sekretaris Jenderal PBB, saat

ini Ban Ki-moon dari Korea Selatan, yang mengambil jabatan itu pada tahun 2007, menggantikan Kofi Annan. Organisasi ini didanai dari sumbangan yang ditaksir dan sukarela dari negara-negara anggotanya, dan memiliki enam bahasa resmi: Arab, Cina, Inggris, Perancis, Rusia, dan Spanyol.

Sejarah

Liga Bangsa-Bangsa dianggap gagal mencegah meletusnya Perang Dunia II (1939-1945). Untuk mencegah meletusnya Perang Dunia Ketiga, yang mana tidak diinginkan oleh seluruh umat manusia, pada tahun 1945 PBB didirikan untuk menggantikan Liga Bangsa-Bangsa yang gagal dalam rangka untuk memelihara perdamaian internasional dan meningkatkan kerjasama dalam memecahkan masalah ekonomi, sosial dan kemanusiaan internasional.

Rencana konkrit awal untuk organisasi dunia baru ini dimulai di bawah naungan Departemen Luar Negeri AS pada tahun 1939. Franklin D. Roosevelt dipercaya sebagai seorang yang pertama menciptakan istilah "United Nations" atau Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai istilah untuk menggambarkan negara-negara Sekutu. Istilah ini pertama kali secara resmi digunakan pada 1 Januari 1942, ketika 26 pemerintah menandatangani Piagam Atlantik, dimana masing-masing negara berjanji untuk melanjutkan usaha perang.

Pada tanggal 25 April 1945, Konferensi PBB tentang Organisasi Internasional dimulai di San Francisco, dihadiri oleh 50 pemerintah dan sejumlah organisasi non-pemerintah yang terlibat dalam penyusunan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. PBB resmi dibentuk pada 24 Oktober 1945 atas ratifikasi Piagam oleh lima anggota tetap Dewan Keamanan-Perancis, Republik Cina, Uni Soviet, Inggris dan Amerika Serikat-dan mayoritas dari 46 anggota lainnya. Sidang Umum pertama, dengan 51 wakil negara, dan Dewan Keamanan, diadakan di Westminster Central Hall di London pada Januari 1946.[13]

Kedudukan organisasi ini awalnya menggunakan bangunan milik Sperry Gyroscope Corporation di Lake Success, New York, mulai dari 1946 hingga 1952. Sampai gedung Markas Besar PBB di Manhattan telah selesai dibangun.

Sejak pendiriannya, banyak kontroversi dan kritik tertuju pada PBB. Di Amerika Serikat, saingan awal PBB adalah John Birch Society, yang memulai kampanye "get US out of the UN" pada tahun 1959, dan menuduh bahwa tujuan PBB adalah mendirikan "One World Government" atau Pemerintah Seluruh Dunia.

Setelah Perang Dunia Kedua berakhir, Komite Kemerdekaan Perancis terlambat diakui oleh AS sebagai pemerintah resmi Perancis, sehingga Perancis awalnya tidak diikutsertakan dalam konferensi yang membahas pembentukan PBB. Charles de Gaulle menyindir PBB dengan menyebutnya le machin (dalam bahasa Indonesia: "Si Itu"), dan

merasa tidak yakin bahwa aliansi keamanan global akan membantu menjaga perdamaian dunia, dia lebih percaya pada perjanjian/pakta pertahanan antar negara secara langsung.

Tujuan

PBB, setelah disetujui oleh Dewan Keamanan, mengirim pasukan penjaga perdamaian ke daerah dimana konflik bersenjata baru-baru ini berhenti atau berhenti sejenak untuk menegakkan persyaratan perjanjian perdamaian dan untuk mencegah pejuang dari kedua belah pihak melanjutkan permusuhan. Karena PBB tidak memelihara militer sendiri, pasukan perdamaian secara sukarela disediakan oleh negara-negara anggota PBB. Pasukan, juga disebut "Helm Biru", yang menegakkan kesepakatan PBB, diberikan Medali PBB, yang dianggap dekorasi internasional bukan dekorasi militer. Pasukan penjaga perdamaian secara keseluruhan menerima Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1988.[30]

Para pendiri PBB telah mempertimbangkan bahwa organisasi itu akan bertindak untuk mencegah konflik antara negara dan membuat perang pada masa depan tidak mungkin, namun pecahnya Perang Dingin membuat perjanjian perdamaian sangat sulit karena pembagian dunia ke dalam kamp-kamp yang bermusuhan. Menyusul akhir Perang Dingin, ada seruan baru bagi PBB untuk menjadi agen untuk mencapai perdamaian dunia, karena ada beberapa lusin konflik berkelanjutan yang terus berlangsung di seluruh dunia.

Sebuah studi tahun 2005 oleh RAND Corp menyatakan PBB sukses di dua dari tiga upaya perdamaian. Ini dibandingkan dengan upaya pembangunan bangsa orang-orang dari Amerika Serikat, dan menemukan bahwa tujuh dari delapan kasus PBB damai, dibandingkan dengan empat dari delapan kasus AS damai[31]. Juga pada tahun 2005, Laporan Keamanan Manusia mendokumentasikan penurunan jumlah perang, genosida dan pelanggaran HAM sejak akhir Perang Dingin, dan bukti, meskipun tidak langsung, bahwa aktivisme internasional-kebanyakan dipelopori oleh PBB-telah menjadi penyebab utama penurunan konflik bersenjata sejak akhir Perang Dingin[32]. Situasi di mana PBB tidak hanya bertindak untuk menjaga perdamaian, tetapi juga kadang-kadang campur tangan termasuk Perang Korea (1950-1953), dan otorisasi intervensi di Irak setelah Perang Teluk Persia di 1990.

PBB juga dikkritik untuk hal-hal yang dirasakan sebagai kegagalan. Dalam banyak kasus, negara-negara anggota telah menunjukkan keengganan untuk mencapai atau melaksanakan resolusi Dewan Keamanan, sebuah masalah yang berasal dari sifat PBB sebagai organisasi antar pemerintah—dilihat oleh beberapa orang sebagai hanya sebuah asosiasi dari 192 negara anggota yang harus mencapai konsensus, bukan sebuah

organisasi independen. Perselisihan dalam Dewan Keamanan tentang aksi militer dan intervensi dipandang sebagai kegagalan untuk mencegah Genosida Rwanda 1994, gagal untuk menyediakan bantuan kemanusiaan dan campur tangan dalam Perang Kongo Kedua, gagal untuk campur tangan dalam pembantaian Srebrenica tahun 1995 dan melindungi pengungsi surga dengan mengesahkan pasukan penjaga perdamaian ke menggunakan kekuatan, kegagalan untuk memberikan makanan untuk orang kelaparan di Somalia, kegagalan untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan resolusi Dewan Keamanan yang berhubungan dengan konflik Israel-Palestina, dan terus gagal untuk mencegah genosida atau memberikan bantuan di Darfur. pasukan penjaga perdamaian PBB juga telah dituduh melakukan pemerkosaan anak, pelecehan seksual atau menggunakan pelacur selama misi penjaga perdamaian , dimulai pada tahun 2003, di Kongo[33], Haiti[34], Liberia, Sudan[35], Burundi dan Pantai Gading[36]. Pada tahun 2004, mantan Duta Besar Israel untuk PBB Dore Gold mengkritik apa yang disebutnya relativisme moral milik organisasi dalam menghadapi (dan sesekali mendukung) genosida dan terorisme yang terjadi di antara kejelasan moral antara periode pendirian dan hari ini. Gold juga khusus menyebutkan undangan Yasser Arafat tahun 1988 untuk berbicara dengan Majelis Umum sebagai titik yang rendah dalam sejarah PBB.

Selain perdamaian, PBB juga aktif dalam mendorong perlucutan senjata. Peraturan persenjataan juga dimasukkan dalam penulisan Piagam PBB tahun 1945 dan dilihat sebagai cara untuk membatasi penggunaan sumber daya manusia dan ekonomi untuk menciptakan mereka[37]. Namun, munculnya senjata nuklir yang datang hanya beberapa minggu setelah penandatanganan piagam segera menghentikan konsep keterbatasan senjata dan perlucutan senjata, menghasilkan resolusi pertama dari pertemuan pertama Majelis Umum yang meminta proposal khusus untuk "penghapusan senjata atom dari persenjataan nasional dan semua senjata besar lainnya yang bisa digunakan sebagai pemusnah massal "[38]. Forum-forum utama untuk masalah perlucutan senjata adalah Komite Pertama Majelis Umum, Komisi Perlucutan Senjata PBB, dan Konferensi Perlucutan Senjata, dan pertimbangan telah dilakukan tentang manfaat larangan pengujian senjata nuklir, pengawasan senjata luar angkasa, pelarangan senjata kimia dan ranjau darat, perlucutan senjata nuklir dan senjata konvensional, zona bebas-senjata-nuklir, pengurangan anggaran militer, dan langkah-langkah untuk memperkuat keamanan internasional.

PBB adalah salah satu pendukung resmi Forum Keamanan Dunia (World Security Forum), sebuah konferensi internasional besar tentang efek dari bencana global dan bencana, yang terjadi di Uni Emirat Arab, pada bulan Oktober 2008.

Pada 5 November 2010 Ivor Ichikowitz, pendiri dan ketua eksekutif Paramount Group, mendukung seruan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon untuk dukungan, pelatihan dan peralatan yang lebih banyak untuk pasukan penjaga perdamaian Afrika. Ichikowitz mengatakan bahwa pasukan Uni Afrika harus mendapat dukungan yang sama dengan pasukan PBB.

Asas PBB

Asas Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai berikut.

1. Persamaan derajat dan kedaulatan semua negara anggota. 2. Persamaan hak dan kewajiban semua negara anggota. 3. Penyelesaian sengketa dengan cara damai. 4. Setiap anggota akan memberikan bantuan kepada PBB sesuai ketentuan Piagam

PBB. 5. PBB tidak boleh mencampuri urusan dalam negeri negara anggota.

Fungsi PBB Fungsi PBB sebagai sebuah lembaga internasional dapat dilihat dari seberapa besar guna atau manfaat yang telah diberikan kepada masyarakat internasional. Sebagaimanasejarah kelahirannya, PBB diharapkan dapat menjalankan fungsinya, yaitu sebgai berikut:1. Fungsi proteksi , yaitu PBB berusaha memberikan perlindungan kepada seluruh anggota.2. Fungsi integrasi , yaitu PBB sebagai wadah atau forum untuk membina persahabatan dan persaudaraan bangsa ± bangsa.3. Fungsi sosialisasi , yaitru PBB sebagai sarana untuk menyampaikan nilai ± nilai dannorma kepada semua anggota.4. Fungsi pengendali konflik , yaitu PBB sebagai lembaga internasional diharapkan dapatmengendalikan konflik ± konflik yang muncul dari sesame anggota sehingga tidak sampai menimbulkan ketegangan dan peperangan sesame anggota PBB.5. Fungsi kooperatif , yaitu PBB sebagai lembaga internasional diharapkan mampumembina / mendorong kerja sama di segala bidang antar bangsa di dunia.6. Fungsi negoisasi , yaitu PBB diharapkan dapat memfasilitasi perundingan ± prundinganantarnegara untuk membentuk hokum, baik yang bersifat umum maupun khusus.7. Fungsi arbitrase

, yaitu PBB hendaknya dapat menyelesaikan masalah ± masalah secarahokum yang timbul dari sesame anggota sehingga tidak menjadi masalah yang berkepanjangan yang dapat mengganggu perdamaian dunia.

ASEAN

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) mencatat sejarah baru dengan

ditandatanganinya ASEAN Charter (Piagam ASEAN) dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)

Ke-13 ASEAN di Singapura, Selasa (20/11). Piagam ASEAN tersebut diteken oleh 10

pemimpin negara anggota ASEAN, termasuk Myanmar. Kesepuluh kepala negara atau

kepala pemerintahan ASEAN yang membubuhkan tanda tangan pada Piagam ASEAN itu

adalah Sultan Hassanal Bolkiah (Brunei Darussalam), PM Hun Sen (Kamboja), Presiden

Susilo Bambang Yudhoyono (Indonesia), PM Bouasone Bouphavanh (Laos), Abdullah

Ahmad Badawi (Malaysia). Selanjutnya, PM Thein Sein (Myanmar), Gloria Maccapagal

Arroyo (Filipina), PM Surayud Chulanont (Thailand), PM Nguyen Tan Dung (Vietnam), dan

PM Lee Hsien Loong (Singapura).

Padahal sebelumnya sejumlah pihak mengkhawatirkan PM Myanmar tidak akan ikut

menandatangani dokumen tersebut dikaitkan dengan kondisi politik yang memanas di

dalam negeri negara itu.

Selain Piagam ASEAN, juga ditandatangani tiga deklarasi yaitu cetak biru ASEAN

Economic Community (AEC), ASEAN Declaration on the 13th Session of the Conference

on Climate Change (UNFCCC), dan Conference of Parties Serving as the Meeting of the

Parties (CMP) to the Protocol Kyoto Protocol

Upacara penandatanganan disaksikan sejumlah menteri dari masing-masing negara dan

liput sekitar 100 orang media cetak dan elektronik. Usai penandatanganan, para kepala

negara melakukan acara bersulang (toast), yang disambut tepuk tangan para hadirin.

Selanjutnya para kepala negara melakukan sesi foto bersama, dilanjutkan dengan foto

bersama dengan para menteri luar negeri, dan anggota The Eminent Persons Group (EPG)

and Members of High Level Taskforce (HTLF).

Sejarah

Piagam ASEAN disebut tonggak sejarah baru karena baru dimiliki ASEAN setelah 40

tahun berdiri. Piagam ASEAN merupakan dokumen yang diharapkan akan

mentransformasikan ASEAN dari sebuah asosiasi menjadi suatu organisasi regional yang

memiliki leader personality, dan mekanisme dan struktur organisasi yang lebih jelas.

Salah satu organ ASEAN yang akan dibentuk sesuai piagam ini adalah Badan HAM ASEAN

Piagam itu terdiri dari pembukaan, 13 bab, dan 55 pasal. Pasal-pasalnya menegaskan

kembali prinsip-prinsip yang tertuang dalam seluruh perjanjian, deklarasi, dan

kesepakatan ASEAN

Dalam penyusunan piagam itu, Indonesia telah menunjukkan kepemimpinannya dalam

mendorong disepakatinya hal-hal penting seperti prinsip demokrasi, good governance,

dan perlindungan HAM.

RUMUSAN MASALAH

Dari uraian latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan permasalahan

1. Bagaimana sejarah berdirinya ASEAN ?

2. Tujuan dibentuknya Piagam Asean (Asean Chartered) ?

BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH BERDIRINYA ASEAN

ASEAN adalah kepanjangan dari Association of South East Asia Nations. ASEAN disebut

juga sebagai Perbara yang merupakan singkatan dari Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia

Tenggara. Gedung sekretarian ASEAN berada di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan,

Indonesia. ASEAN didirikan tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok. ASEAN diprakarsai oleh 5

menteri luar negeri dari wilayah Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand,

Filipina dan Singapura :

1. Perwakilan Indonesia : Adam Malik

2. Perwakilan Malaysia : Tun Abdul Razak

3. Perwakilan Thailand : Thanat Koman

4. Perwakilan Filipina : Narcisco Ramos

5. Perwakilan Singapura : S. Rajaratnam

Sedangkan terdapat negara-negara lain yang bergabung kemudian ke dalam ASEAN

sehingga total menjadi 11 negara, yaitu :

1. Brunei Darussalam tangal 7 Januari 1984

2. Vietnam tangal 28 Juli 1995

3. Myanmar tangal 23 Juli 1997

4. Laos tangal 23 Juli 1997

5. Kamboja tangal 16 Desember 1998

Prinsip Utama ASEAN

Prinsip-prinsip utama ASEAN digariskan seperti berikut:

Menghormati kemerdekaan, kesamaan, integritas dan identitas nasional semua negara

Setiap negara memiliki hak untuk menyelesaikan permasalahan nasionalnya tanpa ada

campur tangan dari luar

Penyelesaian perbedaan atau perdebatan antar negara dengan aman

Menolak penggunaan kekuatan dan kekerasan

Meningkatkan kerjasama yang efektif antara anggota

ASEAN dikukuhkan oleh lima negara pengasas; Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura

dan Thailand di Bangkok Proses pembentukan ASEAN dibuat dalam sebuah

penandatanganan perjanjian yang dikenal dengan nama “Deklarasi Bangkok”. Adapun

yang bertanda tangan pada Deklarasi Bangkok tersebut adalah para menteri luar negeri

saat itu, yaitu Bapak Adam Malik (Indonesia), Narciso R. Ramos (Filipina), Tun Abdul

Razak (Malaysia), S. Rajaratnam (Singapura), dan Thanat Khoman (Thailand). Pada tanggal

8 Januari 1984, seminggu setelah mencapai kemerdekaannya, negara Brunei masuk

menjadi anggota ASEAN. 11 tahun kemudian, tepatnya tanggal 28 Juli 1995. Laos dan

Myanmar menjadi anggota dua tahun kemudianya, yaitu pada tanggal 23 Juli 1997.

Walaupun Kamboja sudah menjadi anggota ASEAN bersama sama Myanmar dan Laos,

Kamboja terpaksa menarik diri disebabkan masalah politik dalam negara tersebut.

Namun, dua tahun kemudian Kamboja kembali masuk menjadi anggota ASEAN pada 30

April 1999.

B. TUJUAN DIBENTUKNYA PIAGAM ASEAN (ASEAN CHARTERED).

Tahun 2007 bisa dikatakan bersejarah bagi ASEAN. Kawasan ini memiliki tampilan baru.

Ada harapan ASEAN akan terstruktur dan tersistematis.

Semua itu ditandai dengan ditandatanginya Piagam ASEAN (ASEAN Charter) sebagai

kerangka “konstitusi bersama” ASEAN.

Keberadaan sebuah piagam agar bisa lebih mengikat negara-negara anggota sebenarnya

sudah cukup lama dikumandangkan di kalangan pemikir ASEAN. Akan tetapi, baru pada

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN tahun 2003 di Bali, keinginan ASEAN untuk

memiliki sebuah piagam bersama itu mulai dikonkretkan.

Ibarat sebuah perusahaan yang harus memiliki status hukum yang jelas, apakah itu

perseroan terbatas (PT) atau perusahaan dagang (PD), ASEAN sebagai organisasi regional

yang sudah berusia 40 tahun ini memang sudah seharusnya punya status hukum.

Idealnya, dengan adanya status hukum itu, ASEAN lebih punya keleluasaan untuk bekerja

sama dengan berbagai pihak, khususnya kalangan pebisnis. Dia (ASEAN) juga bisa

memiliki aset, visi, dan misi, serta alat/perangkat untuk mewujudkan visi dan misinya

tersebut.

Piagam ASEAN memang tidak otomatis akan mengubah banyak hal di ASEAN. Malah,

piagam itu sesungguhnya makin mengekalkan banyak kebiasaan lama. Misalnya,

pengambilan keputusan di ASEAN tetap dengan cara konsensus dan KTT ASEAN menjadi

tempat tertinggi untuk pengambilan keputusan jika konsensus tidak tercapai atau jika

sengketa di antara anggota terjadi.

Meski demikian, piagam tersebut hadir di saat yang pas, yaitu ketika kawasan Asia

Tenggara ini terus berubah dan negara-negara ASEAN semakin memperluas cakupan

kerja sama yang lebih kukuh ke Asia Timur (Jepang, Korea Selatan, dan China), Asia

Tengah (India), serta ke selatan (Australia dan Selandia Baru). Juga, KTT Asia Timur yang

diselenggarakan beriringan dengan KTT ASEAN.

Tujuan dibentuknya Piagam Asean adalah sebagai berikut

1. Permudah kerja sama

2. Tantangan internal

3. Langkah paling maju

4. Piagam merefleksikan pandangan jauh ke depan.

5. Strategis

Fungsi ASEAN Ketika semua mata tertuju kepada perhelatan demokrasi di Afrika, ada sebuah peristiwa yang bersejarah dalam peran politik regional Indonesia sebagai ketua ASEAN.

Setelah pertemuan informal menteri luar negeri negara-negara ASEAN di Jakarta, Selasa, 22 Februari lalu, untuk menengahi konflik perbatasan Thailand dan Kamboja, Rabu 2 Maret lalu, proposal Indonesia untuk menghadirkan pasukan pemantau gencatan senjata telah diterima oleh kedua negara.

Kedua negara yang bertikai telah mufakat berada dalam tiga koridor yang disepakati pada pertemuan Dewan Keamanan PBB pertengahan Februari lalu. Ketiga koridor itu adalah dialog perdamaian, gencatan senjata permanen, dan pelibatan ASEAN dalam menengahi konflik.

Meski Mahkamah Internasional memutuskan pada tahun 1962 bahwa Kamboja memenangi kawasan Candi Preah Vihear, konflik di seputar candi peninggalan abad ke-11 ini kembali memanas setelah mencapai kulminasi ketegangan domestik dan bilateral kedua negara beberapa tahun silam.

Ekses domestik

Pangkal persoalan ini adalah ekses politik domestik di dalam kedua negara masing-masing. Argumentasi nasionalisme yang diusung oleh para pemimpin masing-masing untuk kepentingan pemilu dipadukan dengan konflik yang dipicu oleh diakuinya kawasan Preah Vihear sebagai warisan peradaban dunia oleh UNESCO pada Juli 2008. Itulah yang mengundang amarah publik Thailand.

Konflik terus meruncing ketika PM Samak Sundaravej pada saat yang sama memberikan persetujuan atas pengakuan itu. Ia dinilai mencederai konstitusi Thailand karena tidak berkonsultasi kepada parlemen mengingat sebagian besar rakyat masih menganggapnya sebagai kawasan sengketa.

Krisis kembali memuncak ketika muncul selebaran di kota-kota di Kamboja untuk memboikot masuknya barang Thailand. Tidak hanya itu. Thailand merasa geram ketika Kamboja menolak mengekstradisi Thaksin Sinawatra yang sempat diganjar hukuman penjara atas tuduhan korupsi pada September 2008.

Thaksin justru sempat diterima oleh Phnom Penh sebagai penasihat Pemerintah Kamboja. Tindakan ini berujung pada penempatan ribuan orang dari kedua negara di kawasan Preah Vihear yang belakangan telah menjatuhkan korban jiwa.

Tentu menjadi pertanyaan besar mengapa saat integrasi ASEAN kerap diagung-agungkan, konflik bilateral Thailand dan Kamboja justru tidak bisa terlokalisasi secara regional. Kamboja memilih mengadukannya kepada Dewan Keamanan PBB. Ini menunjukkan adanya ketidakpercayaan terhadap ASEAN sebagai organisasi yang mampu memecahkan konflik bilateral oleh anggotanya sendiri.

Bukan hanya dalam kasus ini. Konflik perbatasan di antara negara-negara Asia Tenggara terhitung mayoritas dari seluruh konflik yang ada di Asia-Pasifik. ASEAN sendiri belum pernah berhasil memiliki mekanisme untuk menanggulangi sengketa. Jalan keluar hampir semua konflik dicari dengan mekanisme bilateral.

Dalam sejarahnya, negara-negara Asia Tenggara sendiri memilih mekanisme pihak ketiga di luar ASEAN terhadap penyelesaian persoalan yang ada. Konflik Malaysia dan Filipina sejak 1970-an dimediasi oleh peran Thailand yang kemudian digantikan oleh Indonesia. Bahkan, belakangan, Myanmar telah mau menerima utusan Kementerian Luar Negeri AS Kurt Campbell dalam membangun pendekatan pragmatis sebagaimana langkah terkini Presiden Obama terhadap Myanmar.

Di bidang ekonomi peran ASEAN tidak lebih signifikan jika tanpa dukungan dari negara-negara ”Plus 3” (Jepang, China, dan Korea Selatan). Perekonomian ASEAN baru melonjak pascakrisis moneter 1997. Hal ini disebabkan oleh ketiga negara Asia Timur itu melibatkan diri lebih jauh dengan motif untuk menutup kemungkinan terjadinya krisis serupa yang berpotensi menjalar ke Asia Timur.

Membangun praksis

ASEAN memiliki konsensus yang cukup baik dalam menentukan berbagai kesepakatan, seperti perkembangan pertemuan-pertemuan menuju Masyarakat Asia Tenggara. Namun, konsensus yang hanya di atas kertas ini tidak mampu menjawab tantangan kedaulatan negara sehingga norma dan praksis terputus.

Di Uni Eropa, misalnya, mekanisme integrasi dilakukan secara bertahap dengan lebih terukur, terutama dalam memberikan prinsip fleksibilitas integrasi kepada negara anggota. Mekanisme ini juga menjadi alat motivasi sekaligus evaluasi akan kesiapan suatu negara dalam menggabungkan dirinya ke dalam Uni Eropa.

Niat awal membangun ASEAN sebagai medium perbaikan dan penyatuan bisa berakhir sia-sia jika keadaan ini berlanjut. ASEAN tidak lagi pantas disebut sebagai komunitas yang ”terbayangkan” karena kurangnya komitmen politik yang pada akhirnya hanya membawa ASEAN sebagai komunitas bayangan.

Oleh karena itu, ketegasan ASEAN menjadi penengah dan fasilitator—sebagaimana diamanatkan dalam Bab VIII Piagam ASEAN—akan menjadi langkah awal dalam mengatasi berbagai sengketa. ASEAN harus mampu mendapatkan kepercayaan dari anggotanya sendiri sehingga kasus serupa, khususnya pengaduan Kamboja ke Dewan Keamanan PBB, tidak terulang lagi.

Terakhir, komitmen yang kuat untuk membangun stabilitas nasional harus disiapkan demi tercapainya keterhubungan dalam ASEAN. Tentu ASEAN sebagai pusat institusi Asia Tenggara perlu diperkuat untuk mempersiapkan dinamika internasional yang mungkin berdampak pada kawasan.

Asas ASEAN

ASAS ASAS ASEAN – Berikut ini adalah Asas ASEAN, prinsip ASEAN dan Tujuan ASEAN ASAS ASAS ASEAN

1. Setiap anggota ASEAN memikul tanggung jawab utama untuk memperkokoh stabilitas ekonomi dan sosial di kawasan Asia Tenggara.

2. setiap anggota ASEAN menjamin perdamaian dan kemajuan perekonomian nasional setiap anggota.

3. setiap anggota ASEAN menjamin stabilitas dan keamanan dalam menghadapi campur tangan pihak luar dalam bentuk apapun.

4. setiap anggota ASEAN memelihara kepribadian nasional anggotanya sesuai dengan cita-cita dan aspirasi rakyat negara masing-masing.

Penutup

PENUTUP Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

Daftar pustaka

www.goolge.com

http://blogbintang.com

http://bagusnugraha97.wordpress.com