oht

26
BAB III OBAT HERBAL TERSTANDAR 3.1 TUJUAN - Mengetahui dan memahami apakah suatu OHT telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan - Melihat secara mikroskopik simplisia yang terkandung dalam OHT tersebut 3.2 TINJAUAN PUSTAKA Obat Herbal Terstandar adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. Pada melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan teknologi tinggi, jenis herbal ini pada umumnya telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre- klinik seperti standart kandungan bahan berkhasiat, standart pembuatan ekstrak tanaman obat, standart pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut maupun kronis.

Upload: suciangriani

Post on 29-Jan-2016

227 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

oht

TRANSCRIPT

Page 1: oht

BAB III

OBAT HERBAL TERSTANDAR

3.1 TUJUAN

- Mengetahui dan memahami apakah suatu OHT telah memenuhi

persyaratan yang telah ditetapkan

- Melihat secara mikroskopik simplisia yang terkandung dalam OHT

tersebut

3.2 TINJAUAN PUSTAKA

Obat Herbal Terstandar adalah obat tradisional yang disajikan dari

ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang,

maupun mineral. Pada melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang

lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang

mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain

proses produksi dengan teknologi tinggi, jenis herbal ini pada umumnya telah

ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik

seperti standart kandungan bahan berkhasiat, standart pembuatan ekstrak tanaman

obat, standart pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut

maupun kronis.

Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah obat tradisional yang disajikan

dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang,

maupun mineral. Pada melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang

lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang

mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain

proses produksi dengan tehnologi tinggi, jenis herbal ini pada umumnya telah

ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik

seperti standart kandungan bahan berkhasiat, standart pembuatan ekstrak tanaman

obat, standart pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut

maupun kronis.

Page 2: oht

OHT yang akan di identifikasi yaitu OB Herbal. OB herbal satu-satunya

obat batuk yang terbuat dari  ekstrak bahan-bahan alami yang berkhasiat. Diolah

secara modern untuk meredakan batuk dan menghangatkan tenggorokan dan

sesuai untuk seluruh keluarga. OBHerbal diformulasikan dari ekstrak tanaman

obat yang berkhasiat meredakan batuk karena alergi debu, perubahan cuaca atau

batuk karena masuk angin, OB Herbal bekerja mengencerkan dahak dan

membantu mengeluarkan dahak sehingga dapat melegakan nafas.

OB Herbal telah lulus uji sebagai Obat Herbal Terstandar dan merupakan obat

batuk herbal yang telah mendapatkan status Halal dari MUI.

Indikasi:

Menghangatkan dan melegakan tenggorokan

Membantu meredakan batuk yang disebabkan karena masuk angin.

Komposisi OB herbal :

• Zingiberis Rhizoma ........................... 4.5

• Citrus Aurantii fructus ...................... 1.5

• Thymi Herba .................................... 1.5

• Mentahae Folium .............................. 0.75

• Myristicae Semen ............................. 0.75

• Licorice ............................................ 0.25

Dosis:

- Dewasa:

1 sendok makan (15 ml), 3x dalam 1 hari

- Anak-anak:

1/2 sendok makan (7,5 ml), 3x dalam 1 hari

Produsen: PT Deltomed Lab

Page 3: oht

1. Rimpang Temulawak ( Zingiberis rhizoma )

Deskripsi Temulawak

Tumbuhan temulawak adalah tumbuhan tahunan yang berbatang tegak

dengan tinggi kurang lebih 2 m, berwarna hijau atau coklat gelap. Pada tanaman

temulawak, tiap batangnya mempunyai daun 2–9 helai dengan bentuk bundar

memanjang, berwarna hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap (Sidik et al.

1995). Sebagai tanaman monokotil, temulawak tidak memiliki akar tunggang.

Akar yang dimiliki adalah rimpang. Akar rimpang temulawak terbentuk dengan

sempurna, bercabang-cabang kuat. (Afifah 2003). Rimpang temulawak sering

disebut umbi temulawak. Umbi batang temulawak berbentuk bulat telur sebesar

telur ayam namun terkadang ada yang lebih besar Umbi batang ini dinamakan

rimpang yang penampang pinggirnya berwarna kuning muda, sedangkan bagian

dalamnya berwarna kuning tua, aromanya tajam dan rasanya pahit (Darwis 1991).

Manfaat Temulawak

Di Indonesia satu – satunya bagian yang dimanfaatkan adalah rimpang

temulawak untuk dibuat jamu godog. Rimpang ini mengandung 48-59, 64 % zat

tepung, 1,6-2,2 % kurkumin dan 1,48-1,63 % minyak asiri dan dipercaya dapat

meningkatkan kerja ginjal serta anti inflamasi. Manfaat lain dari rimpang tanaman

ini adalah sebagai obat jerawat, meningkatkan nafsu makan, anti kolesterol, anti

inflamasi, anemia, anti oksidan, pencegah kanker, dan anti mikroba (Rahmat,

1995).

Kandungan Kimia Temulawak

Komponen – komponen yang terkandung dalam temulawak dapat

digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu minyak atsiri dan golongan kurkuminoid.

Minyak atsiri atau minyak menguap merupakan komponen dalam temulawak

yang memberikan bau karateristik, sedangkan kurkuminuid terdiri dari beberapa

zat warna kuning (Oei dkk, 1985).

Page 4: oht

Kandungan kimia minyak atsiri temulawak

Alto-Aromadendre, β–Atlanton, α–Bergamoten, β-Bisabolol, Bisacumol,

Bisacuron, Bisacuron A, Bisacuron B, Bisacuron C, Bisacuron epoksida, Borneol,

Isoborneol, Kamfen, Kamfor, 1,8 Sineol, Ar-kurkumen, α- kurkumen, β-

kurkumen, Kurkufenol , Kurzeren, Kurzerenon, P- Sinem, 2-(1,5-Dimetilheks-4-

enil) 4 metilfenol, β– Elemen, δ – Elemen, γ – Elemen, β- Famesen,

Furanodienon, Germakonm, Isofuranogermakren, Limonen, Linalol, Mirsen, α-

Pinen, β- Pinen, Sabinen, β-Seskuifelandren, α- Terpineol, Trisiklen, Turmerol,

Ar-turmeron, α-Turmeron, β-turmeron, Xantorizol dan Zingiberen.

2. Rimpang Kencur (Kaempferiae rhizoma)

Deskripsi Kencur

Rimpang kencur terdapat didalam tanah bergerombol dan bercabang

cabang dengan induk rimpang ditengah. Kulit ari berwarna coklat dan bagian

dalam putih berair dengan aroma yang tajam. Rimpang yang masih muda

berwarna putih kekuningan dengan kandungan air yang lebih banyak dan rimpang

yang lebih tua ditumbuhi akar pada ruas ruas rimpang berwarna putih kekuningan.

Manfaat Kencur

Kencur (Kamferia galanga L) adalah salah satu jenis temu-temuan yang

banyak dimanfaatkan oleh rumah tangga dan industri obat maupun makanan serta

minuman dan industri rokok kretek yang memiliki prospek pasar cukup baik.

Kandungan etil p-metoksisinamat (EPMS) didalam rimpang kencur menjadi

bagian yang penting didalam industri kosmetik karena bermanfaat sebagai bahan

pemutih dan juga anti eging atau penuaan jaringan kulit (Rosita,2007).

Kandungan Kimia dari Kencur

Kandungan kimia rimpang kencur telah dilaporkan oleh Afriastini,1990 yaitu (1)

etil sinamat, (2) etil p-metoksisinamat, (3) p-metoksistiren, (4) karen (5) borneol,

dan (6) parafin

Page 5: oht

3. Jeruk Manis (Citrus sinensis)

Deskripsi Jeruk Manis

Tanaman jeruk dikenal dengan nama latin Citrus sinensis Linn.

Tumbuhan ini merupakan tanaman yang dapat tumbuh baik di daerah tropis dan

subtropis. Jeruk manis dapat beradaptasi dengan baik didaerah tropis pada

ketinggian 900-1200 meter di atas permukaan laut dan udara senantiasa lembab,

serta mempunyai persyaratan air tertentu (Rismunandar, 1986). Tanaman jeruk

manis dapat mencapai ketinggian 3-10 m. Tangkai daun 0,5-3,5 cm. Daun

berbentuk elips atau bulat telur memanjang. Buah jeruk berbentuk bulat atau bulat

rata dan memiliki kulit buah yang tebal (sekitar 0,3 – 0,5 cm), daging buah

kuning, jingga atau kemerah-merahan. Daging buah terbagi-bagi atas 8-13 segmen

yang mengelilingi sumbu buah. Biji jeruk berbentuk bulat telur dan berwarna

putih atau putih keabuan (Steenis, 1987).

Komposisi Kimia dan Nilai Gizi Buah Jeruk Manis

Tabel 1. Komposisi Kimia dan Nilai

Gizi per 100 gram Sari Buah Jeruk

Manis Komponen

Jumlah

Kalori (kal) 44,00

Protein (g) 0,80

Lemak (g) 0,20

Karbohidrat (g) 11,00

Kalsium (mg) 19,00

Fosfor (mg) 16,00

Vitamin A (SI) 190,00

Vitamin B1 (mg) 0,08

Page 6: oht

Vitamin C (mg) 49,00

Air (g) 87,50

4. Thymi herba

(MMI Edisi IV Hal 120)

Tanaman asal  : Thymus Vulgaris L

Suku  : Labiatae

Pemerian : Bau aromatik,rasa pedas

Mikroskopik : Epidermis atas terdiri dari 1 lapis sel berbentuk persegi

empat,pada pengamatan tangensial tampak berbentuk poligonal dengan dinding

samping agak lurus dan mempunyai penebalan-penebalan,kutikula agak bergaris-

garis,.Sel epidermis bawah lebih kecil dari epidermis atas,dinding amping

berkelok.

Identifikasi kimia: Minyak atsiri yang mengandung

timol,karvakol,pinen,borneol,linalool,bornil asetat,fenol.

Kegunaan :Antispasmodikum,karminativa, stimulansi ,kardiment dan

ekspektoran.

Deskripsi

Sebuah sub-semak aromatik, dengan tinggi 20-30 cm, segi empat, coklat

keabu-abuan untuk keunguan coklat mengalami lignifikasi dan batang oblong-

lanset memutar bentuk bulat telur-lanset daun hijau keabu-abuan pada  bagian

permukaan yang yang lebih rendah. Bunga-bunga memiliki kelopak dewasa dan

sebuah bilobate, merah muda atau keputihan, mahkota terbungkus dalam berkas

bunga yang memiliki struktur dichasium, yakni  bunga-bunga yang terletak pada

lingkaran sesungguhnya tersusun atas  beberapa anak payung; bentuk ini umum

Page 7: oht

dijumpai pada suku Labiatae (Lamiaceae). Buah terdiri dari 4 nutlets berbentuk

bulat telur berwarna coklat.

Karakteristik Mikroskopis

Daun dalam epidermis atas, sel tangensial memanjang pada  bagian

melintang dengan kutikula tebal dan sedikit stomata, agak  poligonal pada bagian

permukaan dengan dinding vertikal dan kutikula lurik, stoma berada di sudut

kanan ke 2 sel tetangga paralel. Uniseluler, rambut non-kelenjar hingga panjang

30μm dengan dinding papillose dan sel apikal, lurus, atau menunjuk, melengkung,

atau ketagihan. Dua jenis rambut kelenjar, satu dengan tangkai pendek tertanam di

lapisan epidermis dan kepala uniseluler, yang lain dengan 8 sampai Kepala 12

bersel dan tidak ada tangkai. Parenkim palisade dari 2 lapisan sel kolumnar

mengandung banyak kloroplas; kadang-kadang lapisan ketiga terputus. Parenkim

spons dari sekitar 6 lapisan sel klorenkim berbentuk tidak teratur dan antar-ruang

udara. Pemilihan nama Vernakular Secara umum Thyme, Farigola, taman thyme,

herba timi, herba Thymi, Ibu thyme, Thyme merah, Menggosok thyme, sepuluh,

tebal thyme daun, thym, Thymian, thyme, waktu, timi, Tomillo, za'ate.

Uji Identitas Umum

Pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik serta kimia dan kromatografi lapis

tipis tes untuk karakteristik konstituen minyak atsiri dan timol.

Tes Kemurnian

Mikrobiologi Tes untuk Salmonella spp

. di Herba produk Thymi harus negatif. itu batas yang dapat diterima maksimum

mikroorganisme lainnya adalah sebagai berikut. Untuk persiapan infus: aerobik

bakteri-tidak lebih dari 107/gram, jamur-tidak lebih dari 105/ gram;

Escherichia coli

-tidak lebih dari 102/ gram. Persiapan untuk penggunaan oral:  bakteri aerobik

tidak lebih dari 105/mL; jamur tidak lebih dari 104/ mL; bakteri Gram negatif dan

enterobacteria tidak dan pasti lebih dari 103/mL; Escherichia coli 0 / mL.  

Page 8: oht

Bahan organik asing

Tidak lebih dari 10% dari batang dengan diameter hingga 1 mm. Daun dengan

panjang trikoma di pangkalan dan dengan bagian lain yang belum matang tidak

diperbolehkan. Daun dan bunga puncak Origanum creticum atau O. Pencampuran

dengan dictamnus dianggap aromatik. Bahan organik asing lainnya, tidak lebih

dari 2%.

 

Kadar Abu Tidak lebih dari 15%.

Kelarutan Abu dalam Asam Kelarutannya tidak lebih dari 2,0%

Kadar Air Kadar airnya tidak lebih dari 10%

Residu Pestisida

Harus dibentuk sesuai dengan persyaratan nasional. Biasanya, Batas maksimum

residu aldrin dan dieldrin di Herba Thymi tidak lebih dari 0,05 mg/kg. Untuk

pestisida lainnya, lihat  pedoman WHO pada kontrol kualitas metode untuk

tanaman obat dan pedoman untuk memprediksi asupan residu pestisida.

Logam Berat

Tingkat rekomendasi timbal dan kadmium tidak lebih dari 10 dan 0,3 mg/kg,

masing-masing, dalam bentuk sediaan akhir dari bahan tanaman.  

Residu Radioaktif

Untuk analisis strontium-90, iodine-131, cesium-134, cesium-137, dan plutonium-

239, lihat pedoman WHO pada metode pengendalian mutu untuk tanaman obat.

Tes Kemurnian lainnya Kimia

alkohol-larut ekstraktif, dan tes ekstraktif larut dalam air menjadi ditetapkan

sesuai dengan persyaratan nasional.  

Page 9: oht

Uji Kimia

Herba Thymi mengandung tidak kurang dari 1,0% minyak atsiri dan tidak kurang

dari 0,5% fenol. Minyak atsiri secara kuantitatif ditentukan dengan distilasi air /

uap, dan kadar persentase fenol dinyatakan sebagai timol ditentukan dengan

analisis spektrofotometri . Analisis kromatografi lapis tipis, digunakan untuk

thymol, carvacrol, dan linalool  

Kandungan Kimia Utama

Herba Thymi mengandung sekitar 2,5% tetapi tidak kurang dari 1,0% dari minyak

atsiri. Komposisi minyak atsiri berfluktuasi tergantung pada jenisnya. Komponen

–  komponen utama dari herba Thymi adalah timol dan carvacrol (hingga 64%

dari minyak),  bersama dengan linalool, p-cymol, cymene, thymene, α-pinene,

apigenin, luteolin, dan glikosida 6-hydroxyluteolin, seperti serta di-, tri- dan

tetramethoxylated flavon, semua diganti dalam 6-posisi (misalnya 5,4 -dihydroxy-

6,7-dimethoxyflavone, 5,4 -dihydroxy-6,7,3-trimethoxyflavone dan 8-

methoxylated 5,6,4 derivatif -trihydroxy-7,8,3  – trimethoxyflavone

5. Minyak Permen ( Menthae folia)

Komponen Penyusun : Asetaldehida, aldehida isovaleric, amyl alkohol, asetat

bebas, asam isovalerianic, pinene, phellandrene, l-limonene, cadinene, cineol,

lakton, menton, mentol, mentil-asetat, mentil-isovalerianate

Nama Lain : Minyak permen, pepermin oil

Sumber : Mentha piperita (L.)

Khasiat : Stimulan, karminatif, antispasmodic, antiemetic. Secara

inhalasi dapat mengurangi sakit tenggorokan, amandel, mengurangi gejala ashma

dan bronhitis. Secara eksternal, digunakan sebagai rubefacient dan anodyne.

Sifat fisika kimia : Cairan berwarna, atau kekuningan, atau kuning

kehijauan, lebih gelap berdasarkan paparan udara, bau karakteristik kuat

peppermint, dan sangat aromatik, pedas rasa, diikuti dengan sensasi dingin. Larut

dalam semua proporsi, dalam karbon disulfida, dan dalam asam asetat

Page 10: oht

6. Biji Pala (Mirystica fragrans)

Berikut sistematika tumbuhan pala, menurut Hasanah, 2011

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophya

Sub-Divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyletydoneae Ordo : Magnoliales Famil :

Myrtaceae

Genus : Myristica

Species : Mirystica fragrans

Morfologi Tumbuhan

Pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan jenis tanaman yang dapat

tumbuh baik didaerah tropis. Tanaman ini termasuk dalam Familia Myristicaceae,

yang mempunnyai sekitar 200 spesies. Tanaman ini jika pertumbuhannya baik

dan tumbuh di lingkungan terbuka, tajuknya akan rindang dan ketinggiannya

dapat mencapai 15 - 18 meter. Tajuk pohon ini bentuknya meruncing ke atas dan

puncak tajuknya tumpul (Sunanto, 1993).

Kegunaan Tumbuhan

Daging buah pala berpotensi untuk diolah menjadi berbagai produk

makanan dan minuman. Berbagai produk yang sudah dikenal antara lain manisan

pala, sirup pala, dodol, selai, minuman non-alkohol, es krim, biskuit roti, bumbu-

bumbu. Bunga pala dimanfaatkan untuk menenangkan syaraf yang tegang. Biji

pala digunakan untuk menghilangkan rasa lelah. Selain itu biji pala dimanfaatkan

sebagai penambah aroma dalam masakan sup, gulai, perkedel, daging, bistik, dan

semur (Rismunandar, 1989).

Di negara-negara Asia Tenggara buah pala dibuat menjadi manisan, dimakan

segar, atau dibuat jus. Bubuk pala dipakai sebagai penyedap untuk kue, puding,

sayuran dan minuman penyegar (Trubus, 2012).

Daging buah pala juga dapat digunakan menjadi obat sariawan yaitu dengan

meremas-remas dengan air. Air remasan ini untuk berkumur. Biji pala bersifat

karminatif (peluruh angin), stomakik, stimulan, spasmolitik, dan anti mual

(Sunanto, 1993).

Page 11: oht

Spesifikasi biji pala sesuai SNI 01-0006-1987 dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah

ini.

Tabel 1. Spesifikasi

Biji Pala Sesuai SNI

01-0006-1987 No

Jenis Uji Satuan Persyaratan

Mutu I Mutu II

1 Kadar air, (b/b) % Maks 14,0 Maks 14,0

2 Kadar minyak

atsiri

% Min 10 Min 8

3 Benda asing

(b/b)

% Maks 0,5 Maks 0,5

7. Akar Manis (Glycyrrhizae radix)

Glycyrrhizae radixa dalah simplisia berupa akar yang telah dikeringkan

dari tanaman Glycyrrhiza glabra

Glycyrrhizae radixmengandung ± 4% asam glisirizinat, memiliki bau yang

khas, sedikit aromatis, dan rasanya sangat manis

(Farmakope 1995).

Akar berbentuk silinder dengan panjang 25-100 cm dan diameternya 0.6-

3.5 cm.Biasanya berwarna cokat kemerahan atau coklat keabu-abuan. Jaringan

kulitkayunya padat, sedikit berserat, berwarna putih kekuningan, memiliki

pati,lingkaran kambium terlihat jelas (Gan 2006)

8. Madu

Madu merupakan cairan kental seperti sirup bewarna cokelat kuning muda

sampaicokelat merah yang dikumpulkan dalam indung madu oleh lebah Apis

mellifera.

Page 12: oht

Konstituen dari madu adalah campuran dekstrosa dan fruktosa dengan

jumlah yang sama dan dikenal sebagai gula invert 50-90% dari gula yang tidak

terinversi dan air.Madu biasa dipalsukan dengan gula invert buatan, sukrosa, dan

glukosacairperdagangan. Madu dapat pula dipalsukan dengan cara pemberian

suatu asupankepada lebah berupa larutan gula sukrosa yang bukan berasal dari

nektar (Gunawan,2004).

Rasa manis madu alami sesungguhnya memang melebihi manisnya gula

karena kadar atau tingkat kemanisannya itu sedikitnya bias mencapai 1 ½ kali dari

rasa gula putih/pasir. Namun, walaupun begitu rasa manis madu alami disebut

tidakmemiliki efek-efek buruk seperti halnya yang terkandung didalam gula putih,

karena kandungan senyawa utamanya seperti yang telah disebutkan, adalah

karbohidrat(79,8%), dan air (17%).

Komposisi Kimia Madu Per 100 Gram

Komposisi Jumlah

Kalori 328 kal

Kadar air 17,2 g

Protein 0,5 g

Karbohidrat 82,4 g

Abu 0,2 g

Tembaga 4,4 - 9,2 mg

Fosfor 1,9 - 6,3 mg

Besi 0,06 - 1,5 mg

Mangan 0,02 - 0,4 mg

Magnesium 1,2 - 3,5 mg

Thiamin 0,1 mg

Riboflavin 0,02 mg

Niasin 0,20 g

Lemak 0,1 g

pH 3,9

Asam 43,1 mg

Page 13: oht

Persyaratan

kualitas madu

No

Jenis uji Satuan Persyaratan

1 Aktifitas enzim

diastase, min.

DN 3

2 Hidroksimetilfur

fural (HMF),

maks.

mg/kg 50

3 Air, maks. % b/b 22

4 Gula pereduksi

(dihitung sebagai

glukosa), min.

% b/b 65

5 Sukrosa, maks. % b/b 5

6 Keasaman,

maks.

ml NaOH

1 N/kg

50

7 Padatan yang tak

larut dalam air,

maks.

% b/b 0,5

8 Abu, maks. % b/b 0,5

9 Cemaran logam

Timbal (Pb),

maks

Tembaga (Cu),

maks.

mg/kg

mg/kg

1,0

5,0

10 Cemaran arsen

(As), maks.

mg/kg 0,5

3.3 Bahan dan Alat

Page 14: oht

Bahan yang digunakan adalah bahan OHT yang dapat dibeli di pasaran. Pada

percobaan ini digunakanOHT dalam bentuk cairan yaitu “OBHerbal”.

Bahan lainnya yaitu:

- Etanol

- Kloform (eluent)

- Kloral hidrat

Alat yang digunakan yaitu:

- Krus

- Timbangan analitik

- Objek gelas

- Cover glass

- Mikroskop

- Erlenmeyer

- Aluminium foil

- Chamber

- Kertas saring

- Plat KLT

- Spektrofotometer UV

- Penganas air

- Oven

- Vourness

3.4 Cara Kerja

a. Pemeriksaan Mikroskopik

1. letakkan sampel OHT diatas objek gelas dengan teteskan larutan kloralhidrat

dan tutup dengan cover glass

2. letakkan objek gelas tersebut dibawah mikroskop

3. Amati mikroskopik dasi sampel jamu tersebut

b. Susut Pengeringan

Page 15: oht

1. Pipet 3ml sampel

2. Timbang berat sampel oht dalam krus kosong

3. Panaskan krus yang berisi sampel tersebut kedalam oven dengan suhu 1050C,

selama 30 menit

4. Setelah 30 menit, ambil krus dari dalam oven menggunakan sarung tangan

dan didinginkan dalam desikator. Setelah dingin timbang kembali krus, dan

lakukan perhitungan terhadap bobot sampel dalam krus sebelum pemanasan

dan sesudah pemanasan.

c. Kadar Abu

1. Pipet 5 ml sampel

2. Sama seperti pemeriksaan susut pengeringan, krus kosong ditimbang terlebih

dahulu

3. Timbang berat sampel jamu dalam krus kosong tersebut

4. Krus yang berisikan sampel jamu tadi dimasukkan dalam vourness selama 60

menit dalam suhu 6000C.

5. Setelah 60 menit, dengan hati-hati krus tersebut dikeluarkan dari dalam

vourness dan didinginkan dengan desikator. Setelah dingin berat krus berisi

sampel ditimbang kembali, dan dihitung selisih dari persentase berat krus

sebelum dan sesudah pemanasan.

d. Pola Kromatografi Lapis Tipis

1. Pipet 5 ml sampel, masukkan dalam erlenmeyer tambahkan 10ml etanol,

kemudian campuran tersebut dikocok dalam ultrasonik dan ditutup dengan

aluminium foil.

2. Setelah setelah campuran homogen saring larutan tersebut dalam cawan

penguap. Filtrat yang diperoleh diuapkan diatas penangas air agar filtrat lebih

pekat dan noda mudah dilihat pada plat KLT. Kemudian ditotolkan pada plat

KLT

3. Plat KLT yang telah ditotolkan dimasukkan kedalam chamber yang berisi

chamber 5 ml, tunggu hingga noda naik

Page 16: oht

4. Setelah noda naik, plat KLT di angin-anginkan kemudian dilihat dibawah sinar

ultraviolet

5. Setelah dilihat noda yang terbentuk, hitung panjang noda dan nilai Rf

3.5 Hasil Pengamatan

a. Pengamatan Mikroskopik

b. Susut Pengeringan

Berat krus kosong: 40,75 gram

Berat sampel + krus: 43,68 gram

Setelah pemanasan, berat kruss + sampel: 42,55 gram

% susut pengeringan:

c. Kadar Abu

Berat kruss kosong: 62,06 gram

Berat sampel jamu + krus: 74,33 gram

Setelah pemanasan, berat krus + sampel jamu: 69,42 gram

% Kadar abu:

d. Pola KLT

Page 17: oht

Perhitungan Rf: jarak tempuh noda jarak tempuhnoda

jarak tempuheluent

Rf: 3 ,6

5 = 0,72

Page 18: oht

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 1979. Materia Medika Indonesia Jilid III . Jakarta : Departemen

Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan. 1993.

Pedoman Rasionalisasi Komposisi Obat Tradisional . Jakarta: Departemen

Kesehatan Republik Indonesia. Soedibyo, B.R.A.M. 1998.

Alam Sumber Kesehatan. Jakarta: Balai Pustaka. Syamsuhidayat dan Hutapea.

1991.

Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik

Indonesia Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. Trubus Info Kit.

2010.

Herbal Indonesia Berkhasiat (Bukti Ilmiah dan Cara Racik). Jakarta: PT. Trubus

Swadaya

Amin, Asni, 2010, Buku Ajar Materi Mediak dan Terapi, Farmasi UMI,

Makassar.

Anonim, 2009, Farmakope Herbal Indonesia Edisi I, Departemen Kesahatan

Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1989, Materia Medika Indonesia Jilid V, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta.