oht
DESCRIPTION
ohtTRANSCRIPT
BAB III
OBAT HERBAL TERSTANDAR
3.1 TUJUAN
- Mengetahui dan memahami apakah suatu OHT telah memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan
- Melihat secara mikroskopik simplisia yang terkandung dalam OHT
tersebut
3.2 TINJAUAN PUSTAKA
Obat Herbal Terstandar adalah obat tradisional yang disajikan dari
ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang,
maupun mineral. Pada melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang
lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang
mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain
proses produksi dengan teknologi tinggi, jenis herbal ini pada umumnya telah
ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik
seperti standart kandungan bahan berkhasiat, standart pembuatan ekstrak tanaman
obat, standart pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut
maupun kronis.
Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah obat tradisional yang disajikan
dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang,
maupun mineral. Pada melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang
lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang
mendukung dengan pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak. Selain
proses produksi dengan tehnologi tinggi, jenis herbal ini pada umumnya telah
ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa penelitian-penelitian pre-klinik
seperti standart kandungan bahan berkhasiat, standart pembuatan ekstrak tanaman
obat, standart pembuatan obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas akut
maupun kronis.
OHT yang akan di identifikasi yaitu OB Herbal. OB herbal satu-satunya
obat batuk yang terbuat dari ekstrak bahan-bahan alami yang berkhasiat. Diolah
secara modern untuk meredakan batuk dan menghangatkan tenggorokan dan
sesuai untuk seluruh keluarga. OBHerbal diformulasikan dari ekstrak tanaman
obat yang berkhasiat meredakan batuk karena alergi debu, perubahan cuaca atau
batuk karena masuk angin, OB Herbal bekerja mengencerkan dahak dan
membantu mengeluarkan dahak sehingga dapat melegakan nafas.
OB Herbal telah lulus uji sebagai Obat Herbal Terstandar dan merupakan obat
batuk herbal yang telah mendapatkan status Halal dari MUI.
Indikasi:
Menghangatkan dan melegakan tenggorokan
Membantu meredakan batuk yang disebabkan karena masuk angin.
Komposisi OB herbal :
• Zingiberis Rhizoma ........................... 4.5
• Citrus Aurantii fructus ...................... 1.5
• Thymi Herba .................................... 1.5
• Mentahae Folium .............................. 0.75
• Myristicae Semen ............................. 0.75
• Licorice ............................................ 0.25
Dosis:
- Dewasa:
1 sendok makan (15 ml), 3x dalam 1 hari
- Anak-anak:
1/2 sendok makan (7,5 ml), 3x dalam 1 hari
Produsen: PT Deltomed Lab
1. Rimpang Temulawak ( Zingiberis rhizoma )
Deskripsi Temulawak
Tumbuhan temulawak adalah tumbuhan tahunan yang berbatang tegak
dengan tinggi kurang lebih 2 m, berwarna hijau atau coklat gelap. Pada tanaman
temulawak, tiap batangnya mempunyai daun 2–9 helai dengan bentuk bundar
memanjang, berwarna hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap (Sidik et al.
1995). Sebagai tanaman monokotil, temulawak tidak memiliki akar tunggang.
Akar yang dimiliki adalah rimpang. Akar rimpang temulawak terbentuk dengan
sempurna, bercabang-cabang kuat. (Afifah 2003). Rimpang temulawak sering
disebut umbi temulawak. Umbi batang temulawak berbentuk bulat telur sebesar
telur ayam namun terkadang ada yang lebih besar Umbi batang ini dinamakan
rimpang yang penampang pinggirnya berwarna kuning muda, sedangkan bagian
dalamnya berwarna kuning tua, aromanya tajam dan rasanya pahit (Darwis 1991).
Manfaat Temulawak
Di Indonesia satu – satunya bagian yang dimanfaatkan adalah rimpang
temulawak untuk dibuat jamu godog. Rimpang ini mengandung 48-59, 64 % zat
tepung, 1,6-2,2 % kurkumin dan 1,48-1,63 % minyak asiri dan dipercaya dapat
meningkatkan kerja ginjal serta anti inflamasi. Manfaat lain dari rimpang tanaman
ini adalah sebagai obat jerawat, meningkatkan nafsu makan, anti kolesterol, anti
inflamasi, anemia, anti oksidan, pencegah kanker, dan anti mikroba (Rahmat,
1995).
Kandungan Kimia Temulawak
Komponen – komponen yang terkandung dalam temulawak dapat
digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu minyak atsiri dan golongan kurkuminoid.
Minyak atsiri atau minyak menguap merupakan komponen dalam temulawak
yang memberikan bau karateristik, sedangkan kurkuminuid terdiri dari beberapa
zat warna kuning (Oei dkk, 1985).
Kandungan kimia minyak atsiri temulawak
Alto-Aromadendre, β–Atlanton, α–Bergamoten, β-Bisabolol, Bisacumol,
Bisacuron, Bisacuron A, Bisacuron B, Bisacuron C, Bisacuron epoksida, Borneol,
Isoborneol, Kamfen, Kamfor, 1,8 Sineol, Ar-kurkumen, α- kurkumen, β-
kurkumen, Kurkufenol , Kurzeren, Kurzerenon, P- Sinem, 2-(1,5-Dimetilheks-4-
enil) 4 metilfenol, β– Elemen, δ – Elemen, γ – Elemen, β- Famesen,
Furanodienon, Germakonm, Isofuranogermakren, Limonen, Linalol, Mirsen, α-
Pinen, β- Pinen, Sabinen, β-Seskuifelandren, α- Terpineol, Trisiklen, Turmerol,
Ar-turmeron, α-Turmeron, β-turmeron, Xantorizol dan Zingiberen.
2. Rimpang Kencur (Kaempferiae rhizoma)
Deskripsi Kencur
Rimpang kencur terdapat didalam tanah bergerombol dan bercabang
cabang dengan induk rimpang ditengah. Kulit ari berwarna coklat dan bagian
dalam putih berair dengan aroma yang tajam. Rimpang yang masih muda
berwarna putih kekuningan dengan kandungan air yang lebih banyak dan rimpang
yang lebih tua ditumbuhi akar pada ruas ruas rimpang berwarna putih kekuningan.
Manfaat Kencur
Kencur (Kamferia galanga L) adalah salah satu jenis temu-temuan yang
banyak dimanfaatkan oleh rumah tangga dan industri obat maupun makanan serta
minuman dan industri rokok kretek yang memiliki prospek pasar cukup baik.
Kandungan etil p-metoksisinamat (EPMS) didalam rimpang kencur menjadi
bagian yang penting didalam industri kosmetik karena bermanfaat sebagai bahan
pemutih dan juga anti eging atau penuaan jaringan kulit (Rosita,2007).
Kandungan Kimia dari Kencur
Kandungan kimia rimpang kencur telah dilaporkan oleh Afriastini,1990 yaitu (1)
etil sinamat, (2) etil p-metoksisinamat, (3) p-metoksistiren, (4) karen (5) borneol,
dan (6) parafin
3. Jeruk Manis (Citrus sinensis)
Deskripsi Jeruk Manis
Tanaman jeruk dikenal dengan nama latin Citrus sinensis Linn.
Tumbuhan ini merupakan tanaman yang dapat tumbuh baik di daerah tropis dan
subtropis. Jeruk manis dapat beradaptasi dengan baik didaerah tropis pada
ketinggian 900-1200 meter di atas permukaan laut dan udara senantiasa lembab,
serta mempunyai persyaratan air tertentu (Rismunandar, 1986). Tanaman jeruk
manis dapat mencapai ketinggian 3-10 m. Tangkai daun 0,5-3,5 cm. Daun
berbentuk elips atau bulat telur memanjang. Buah jeruk berbentuk bulat atau bulat
rata dan memiliki kulit buah yang tebal (sekitar 0,3 – 0,5 cm), daging buah
kuning, jingga atau kemerah-merahan. Daging buah terbagi-bagi atas 8-13 segmen
yang mengelilingi sumbu buah. Biji jeruk berbentuk bulat telur dan berwarna
putih atau putih keabuan (Steenis, 1987).
Komposisi Kimia dan Nilai Gizi Buah Jeruk Manis
Tabel 1. Komposisi Kimia dan Nilai
Gizi per 100 gram Sari Buah Jeruk
Manis Komponen
Jumlah
Kalori (kal) 44,00
Protein (g) 0,80
Lemak (g) 0,20
Karbohidrat (g) 11,00
Kalsium (mg) 19,00
Fosfor (mg) 16,00
Vitamin A (SI) 190,00
Vitamin B1 (mg) 0,08
Vitamin C (mg) 49,00
Air (g) 87,50
4. Thymi herba
(MMI Edisi IV Hal 120)
Tanaman asal : Thymus Vulgaris L
Suku : Labiatae
Pemerian : Bau aromatik,rasa pedas
Mikroskopik : Epidermis atas terdiri dari 1 lapis sel berbentuk persegi
empat,pada pengamatan tangensial tampak berbentuk poligonal dengan dinding
samping agak lurus dan mempunyai penebalan-penebalan,kutikula agak bergaris-
garis,.Sel epidermis bawah lebih kecil dari epidermis atas,dinding amping
berkelok.
Identifikasi kimia: Minyak atsiri yang mengandung
timol,karvakol,pinen,borneol,linalool,bornil asetat,fenol.
Kegunaan :Antispasmodikum,karminativa, stimulansi ,kardiment dan
ekspektoran.
Deskripsi
Sebuah sub-semak aromatik, dengan tinggi 20-30 cm, segi empat, coklat
keabu-abuan untuk keunguan coklat mengalami lignifikasi dan batang oblong-
lanset memutar bentuk bulat telur-lanset daun hijau keabu-abuan pada bagian
permukaan yang yang lebih rendah. Bunga-bunga memiliki kelopak dewasa dan
sebuah bilobate, merah muda atau keputihan, mahkota terbungkus dalam berkas
bunga yang memiliki struktur dichasium, yakni bunga-bunga yang terletak pada
lingkaran sesungguhnya tersusun atas beberapa anak payung; bentuk ini umum
dijumpai pada suku Labiatae (Lamiaceae). Buah terdiri dari 4 nutlets berbentuk
bulat telur berwarna coklat.
Karakteristik Mikroskopis
Daun dalam epidermis atas, sel tangensial memanjang pada bagian
melintang dengan kutikula tebal dan sedikit stomata, agak poligonal pada bagian
permukaan dengan dinding vertikal dan kutikula lurik, stoma berada di sudut
kanan ke 2 sel tetangga paralel. Uniseluler, rambut non-kelenjar hingga panjang
30μm dengan dinding papillose dan sel apikal, lurus, atau menunjuk, melengkung,
atau ketagihan. Dua jenis rambut kelenjar, satu dengan tangkai pendek tertanam di
lapisan epidermis dan kepala uniseluler, yang lain dengan 8 sampai Kepala 12
bersel dan tidak ada tangkai. Parenkim palisade dari 2 lapisan sel kolumnar
mengandung banyak kloroplas; kadang-kadang lapisan ketiga terputus. Parenkim
spons dari sekitar 6 lapisan sel klorenkim berbentuk tidak teratur dan antar-ruang
udara. Pemilihan nama Vernakular Secara umum Thyme, Farigola, taman thyme,
herba timi, herba Thymi, Ibu thyme, Thyme merah, Menggosok thyme, sepuluh,
tebal thyme daun, thym, Thymian, thyme, waktu, timi, Tomillo, za'ate.
Uji Identitas Umum
Pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik serta kimia dan kromatografi lapis
tipis tes untuk karakteristik konstituen minyak atsiri dan timol.
Tes Kemurnian
Mikrobiologi Tes untuk Salmonella spp
. di Herba produk Thymi harus negatif. itu batas yang dapat diterima maksimum
mikroorganisme lainnya adalah sebagai berikut. Untuk persiapan infus: aerobik
bakteri-tidak lebih dari 107/gram, jamur-tidak lebih dari 105/ gram;
Escherichia coli
-tidak lebih dari 102/ gram. Persiapan untuk penggunaan oral: bakteri aerobik
tidak lebih dari 105/mL; jamur tidak lebih dari 104/ mL; bakteri Gram negatif dan
enterobacteria tidak dan pasti lebih dari 103/mL; Escherichia coli 0 / mL.
Bahan organik asing
Tidak lebih dari 10% dari batang dengan diameter hingga 1 mm. Daun dengan
panjang trikoma di pangkalan dan dengan bagian lain yang belum matang tidak
diperbolehkan. Daun dan bunga puncak Origanum creticum atau O. Pencampuran
dengan dictamnus dianggap aromatik. Bahan organik asing lainnya, tidak lebih
dari 2%.
Kadar Abu Tidak lebih dari 15%.
Kelarutan Abu dalam Asam Kelarutannya tidak lebih dari 2,0%
Kadar Air Kadar airnya tidak lebih dari 10%
Residu Pestisida
Harus dibentuk sesuai dengan persyaratan nasional. Biasanya, Batas maksimum
residu aldrin dan dieldrin di Herba Thymi tidak lebih dari 0,05 mg/kg. Untuk
pestisida lainnya, lihat pedoman WHO pada kontrol kualitas metode untuk
tanaman obat dan pedoman untuk memprediksi asupan residu pestisida.
Logam Berat
Tingkat rekomendasi timbal dan kadmium tidak lebih dari 10 dan 0,3 mg/kg,
masing-masing, dalam bentuk sediaan akhir dari bahan tanaman.
Residu Radioaktif
Untuk analisis strontium-90, iodine-131, cesium-134, cesium-137, dan plutonium-
239, lihat pedoman WHO pada metode pengendalian mutu untuk tanaman obat.
Tes Kemurnian lainnya Kimia
alkohol-larut ekstraktif, dan tes ekstraktif larut dalam air menjadi ditetapkan
sesuai dengan persyaratan nasional.
Uji Kimia
Herba Thymi mengandung tidak kurang dari 1,0% minyak atsiri dan tidak kurang
dari 0,5% fenol. Minyak atsiri secara kuantitatif ditentukan dengan distilasi air /
uap, dan kadar persentase fenol dinyatakan sebagai timol ditentukan dengan
analisis spektrofotometri . Analisis kromatografi lapis tipis, digunakan untuk
thymol, carvacrol, dan linalool
Kandungan Kimia Utama
Herba Thymi mengandung sekitar 2,5% tetapi tidak kurang dari 1,0% dari minyak
atsiri. Komposisi minyak atsiri berfluktuasi tergantung pada jenisnya. Komponen
– komponen utama dari herba Thymi adalah timol dan carvacrol (hingga 64%
dari minyak), bersama dengan linalool, p-cymol, cymene, thymene, α-pinene,
apigenin, luteolin, dan glikosida 6-hydroxyluteolin, seperti serta di-, tri- dan
tetramethoxylated flavon, semua diganti dalam 6-posisi (misalnya 5,4 -dihydroxy-
6,7-dimethoxyflavone, 5,4 -dihydroxy-6,7,3-trimethoxyflavone dan 8-
methoxylated 5,6,4 derivatif -trihydroxy-7,8,3 – trimethoxyflavone
5. Minyak Permen ( Menthae folia)
Komponen Penyusun : Asetaldehida, aldehida isovaleric, amyl alkohol, asetat
bebas, asam isovalerianic, pinene, phellandrene, l-limonene, cadinene, cineol,
lakton, menton, mentol, mentil-asetat, mentil-isovalerianate
Nama Lain : Minyak permen, pepermin oil
Sumber : Mentha piperita (L.)
Khasiat : Stimulan, karminatif, antispasmodic, antiemetic. Secara
inhalasi dapat mengurangi sakit tenggorokan, amandel, mengurangi gejala ashma
dan bronhitis. Secara eksternal, digunakan sebagai rubefacient dan anodyne.
Sifat fisika kimia : Cairan berwarna, atau kekuningan, atau kuning
kehijauan, lebih gelap berdasarkan paparan udara, bau karakteristik kuat
peppermint, dan sangat aromatik, pedas rasa, diikuti dengan sensasi dingin. Larut
dalam semua proporsi, dalam karbon disulfida, dan dalam asam asetat
6. Biji Pala (Mirystica fragrans)
Berikut sistematika tumbuhan pala, menurut Hasanah, 2011
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophya
Sub-Divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyletydoneae Ordo : Magnoliales Famil :
Myrtaceae
Genus : Myristica
Species : Mirystica fragrans
Morfologi Tumbuhan
Pala (Myristica fragrans Houtt) merupakan jenis tanaman yang dapat
tumbuh baik didaerah tropis. Tanaman ini termasuk dalam Familia Myristicaceae,
yang mempunnyai sekitar 200 spesies. Tanaman ini jika pertumbuhannya baik
dan tumbuh di lingkungan terbuka, tajuknya akan rindang dan ketinggiannya
dapat mencapai 15 - 18 meter. Tajuk pohon ini bentuknya meruncing ke atas dan
puncak tajuknya tumpul (Sunanto, 1993).
Kegunaan Tumbuhan
Daging buah pala berpotensi untuk diolah menjadi berbagai produk
makanan dan minuman. Berbagai produk yang sudah dikenal antara lain manisan
pala, sirup pala, dodol, selai, minuman non-alkohol, es krim, biskuit roti, bumbu-
bumbu. Bunga pala dimanfaatkan untuk menenangkan syaraf yang tegang. Biji
pala digunakan untuk menghilangkan rasa lelah. Selain itu biji pala dimanfaatkan
sebagai penambah aroma dalam masakan sup, gulai, perkedel, daging, bistik, dan
semur (Rismunandar, 1989).
Di negara-negara Asia Tenggara buah pala dibuat menjadi manisan, dimakan
segar, atau dibuat jus. Bubuk pala dipakai sebagai penyedap untuk kue, puding,
sayuran dan minuman penyegar (Trubus, 2012).
Daging buah pala juga dapat digunakan menjadi obat sariawan yaitu dengan
meremas-remas dengan air. Air remasan ini untuk berkumur. Biji pala bersifat
karminatif (peluruh angin), stomakik, stimulan, spasmolitik, dan anti mual
(Sunanto, 1993).
Spesifikasi biji pala sesuai SNI 01-0006-1987 dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah
ini.
Tabel 1. Spesifikasi
Biji Pala Sesuai SNI
01-0006-1987 No
Jenis Uji Satuan Persyaratan
Mutu I Mutu II
1 Kadar air, (b/b) % Maks 14,0 Maks 14,0
2 Kadar minyak
atsiri
% Min 10 Min 8
3 Benda asing
(b/b)
% Maks 0,5 Maks 0,5
7. Akar Manis (Glycyrrhizae radix)
Glycyrrhizae radixa dalah simplisia berupa akar yang telah dikeringkan
dari tanaman Glycyrrhiza glabra
Glycyrrhizae radixmengandung ± 4% asam glisirizinat, memiliki bau yang
khas, sedikit aromatis, dan rasanya sangat manis
(Farmakope 1995).
Akar berbentuk silinder dengan panjang 25-100 cm dan diameternya 0.6-
3.5 cm.Biasanya berwarna cokat kemerahan atau coklat keabu-abuan. Jaringan
kulitkayunya padat, sedikit berserat, berwarna putih kekuningan, memiliki
pati,lingkaran kambium terlihat jelas (Gan 2006)
8. Madu
Madu merupakan cairan kental seperti sirup bewarna cokelat kuning muda
sampaicokelat merah yang dikumpulkan dalam indung madu oleh lebah Apis
mellifera.
Konstituen dari madu adalah campuran dekstrosa dan fruktosa dengan
jumlah yang sama dan dikenal sebagai gula invert 50-90% dari gula yang tidak
terinversi dan air.Madu biasa dipalsukan dengan gula invert buatan, sukrosa, dan
glukosacairperdagangan. Madu dapat pula dipalsukan dengan cara pemberian
suatu asupankepada lebah berupa larutan gula sukrosa yang bukan berasal dari
nektar (Gunawan,2004).
Rasa manis madu alami sesungguhnya memang melebihi manisnya gula
karena kadar atau tingkat kemanisannya itu sedikitnya bias mencapai 1 ½ kali dari
rasa gula putih/pasir. Namun, walaupun begitu rasa manis madu alami disebut
tidakmemiliki efek-efek buruk seperti halnya yang terkandung didalam gula putih,
karena kandungan senyawa utamanya seperti yang telah disebutkan, adalah
karbohidrat(79,8%), dan air (17%).
Komposisi Kimia Madu Per 100 Gram
Komposisi Jumlah
Kalori 328 kal
Kadar air 17,2 g
Protein 0,5 g
Karbohidrat 82,4 g
Abu 0,2 g
Tembaga 4,4 - 9,2 mg
Fosfor 1,9 - 6,3 mg
Besi 0,06 - 1,5 mg
Mangan 0,02 - 0,4 mg
Magnesium 1,2 - 3,5 mg
Thiamin 0,1 mg
Riboflavin 0,02 mg
Niasin 0,20 g
Lemak 0,1 g
pH 3,9
Asam 43,1 mg
Persyaratan
kualitas madu
No
Jenis uji Satuan Persyaratan
1 Aktifitas enzim
diastase, min.
DN 3
2 Hidroksimetilfur
fural (HMF),
maks.
mg/kg 50
3 Air, maks. % b/b 22
4 Gula pereduksi
(dihitung sebagai
glukosa), min.
% b/b 65
5 Sukrosa, maks. % b/b 5
6 Keasaman,
maks.
ml NaOH
1 N/kg
50
7 Padatan yang tak
larut dalam air,
maks.
% b/b 0,5
8 Abu, maks. % b/b 0,5
9 Cemaran logam
Timbal (Pb),
maks
Tembaga (Cu),
maks.
mg/kg
mg/kg
1,0
5,0
10 Cemaran arsen
(As), maks.
mg/kg 0,5
3.3 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah bahan OHT yang dapat dibeli di pasaran. Pada
percobaan ini digunakanOHT dalam bentuk cairan yaitu “OBHerbal”.
Bahan lainnya yaitu:
- Etanol
- Kloform (eluent)
- Kloral hidrat
Alat yang digunakan yaitu:
- Krus
- Timbangan analitik
- Objek gelas
- Cover glass
- Mikroskop
- Erlenmeyer
- Aluminium foil
- Chamber
- Kertas saring
- Plat KLT
- Spektrofotometer UV
- Penganas air
- Oven
- Vourness
3.4 Cara Kerja
a. Pemeriksaan Mikroskopik
1. letakkan sampel OHT diatas objek gelas dengan teteskan larutan kloralhidrat
dan tutup dengan cover glass
2. letakkan objek gelas tersebut dibawah mikroskop
3. Amati mikroskopik dasi sampel jamu tersebut
b. Susut Pengeringan
1. Pipet 3ml sampel
2. Timbang berat sampel oht dalam krus kosong
3. Panaskan krus yang berisi sampel tersebut kedalam oven dengan suhu 1050C,
selama 30 menit
4. Setelah 30 menit, ambil krus dari dalam oven menggunakan sarung tangan
dan didinginkan dalam desikator. Setelah dingin timbang kembali krus, dan
lakukan perhitungan terhadap bobot sampel dalam krus sebelum pemanasan
dan sesudah pemanasan.
c. Kadar Abu
1. Pipet 5 ml sampel
2. Sama seperti pemeriksaan susut pengeringan, krus kosong ditimbang terlebih
dahulu
3. Timbang berat sampel jamu dalam krus kosong tersebut
4. Krus yang berisikan sampel jamu tadi dimasukkan dalam vourness selama 60
menit dalam suhu 6000C.
5. Setelah 60 menit, dengan hati-hati krus tersebut dikeluarkan dari dalam
vourness dan didinginkan dengan desikator. Setelah dingin berat krus berisi
sampel ditimbang kembali, dan dihitung selisih dari persentase berat krus
sebelum dan sesudah pemanasan.
d. Pola Kromatografi Lapis Tipis
1. Pipet 5 ml sampel, masukkan dalam erlenmeyer tambahkan 10ml etanol,
kemudian campuran tersebut dikocok dalam ultrasonik dan ditutup dengan
aluminium foil.
2. Setelah setelah campuran homogen saring larutan tersebut dalam cawan
penguap. Filtrat yang diperoleh diuapkan diatas penangas air agar filtrat lebih
pekat dan noda mudah dilihat pada plat KLT. Kemudian ditotolkan pada plat
KLT
3. Plat KLT yang telah ditotolkan dimasukkan kedalam chamber yang berisi
chamber 5 ml, tunggu hingga noda naik
4. Setelah noda naik, plat KLT di angin-anginkan kemudian dilihat dibawah sinar
ultraviolet
5. Setelah dilihat noda yang terbentuk, hitung panjang noda dan nilai Rf
3.5 Hasil Pengamatan
a. Pengamatan Mikroskopik
b. Susut Pengeringan
Berat krus kosong: 40,75 gram
Berat sampel + krus: 43,68 gram
Setelah pemanasan, berat kruss + sampel: 42,55 gram
% susut pengeringan:
c. Kadar Abu
Berat kruss kosong: 62,06 gram
Berat sampel jamu + krus: 74,33 gram
Setelah pemanasan, berat krus + sampel jamu: 69,42 gram
% Kadar abu:
d. Pola KLT
Perhitungan Rf: jarak tempuh noda jarak tempuhnoda
jarak tempuheluent
Rf: 3 ,6
5 = 0,72
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1979. Materia Medika Indonesia Jilid III . Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan. 1993.
Pedoman Rasionalisasi Komposisi Obat Tradisional . Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Soedibyo, B.R.A.M. 1998.
Alam Sumber Kesehatan. Jakarta: Balai Pustaka. Syamsuhidayat dan Hutapea.
1991.
Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I). Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan. Trubus Info Kit.
2010.
Herbal Indonesia Berkhasiat (Bukti Ilmiah dan Cara Racik). Jakarta: PT. Trubus
Swadaya
Amin, Asni, 2010, Buku Ajar Materi Mediak dan Terapi, Farmasi UMI,
Makassar.
Anonim, 2009, Farmakope Herbal Indonesia Edisi I, Departemen Kesahatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1989, Materia Medika Indonesia Jilid V, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.