plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - core.ac.uk file“penetapan kadar kurkumin dalam sediaan...
TRANSCRIPT
i
PENETAPAN KADAR KURKUMIN DALAM SEDIAAN KAPSUL LUNAK OBAT HERBAL TERSTANDAR (OHT) RHEUMAKUR® YANG
BEREDAR DI PASARAN MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) FASE TERBALIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh: Dian Prahara Florentino Wara
NIM: 078114107
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
Persetujuan Pembimbing
PENETAPAN KADAR KURKUMIN DALAM SEDIAAN KAPSUL LUNAK OBAT HERBAL TERSTANDAR (OHT) RHEUMAKUR® YANG
BEREDAR DI PASARAN MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) FASE TERBALIK
Skripsi yang diajukan oleh: Dian Prahara Florentino Wara
NIM: 078114107
telah disetujui oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
Pengesahan Skripsi Berjudul
PENETAPAN KADAR KURKUMIN DALAM SEDIAAN KAPSUL LUNAK OBAT HERBAL TERSTANDAR (OHT) RHEUMAKUR® YANG
BEREDAR DI PASARAN MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) FASE TERBALIK
Oleh: Dian Prahara Florentino Wara
NIM: 078114107
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma pada tanggal : 24 Juni 2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Bukan Manusia yang berusaha dan
Tuhan yang menentukan, namun
Tuhan yang memberi pilihan dan
manusia yang memilih, berusaha
dan bertanggung jawab atas pilihan
hidupnya…..
manusia berhenti makan
karena kenyang, berhenti
berjalan karena lelah
namun tidak berhenti
mengejar ilmu dan
kesenangan…
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaiman layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Yogyakarta, 3 Juni 2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Dian Prahara Florentino Wara Nomor Mahasiswa : 078114107
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“PENETAPAN KADAR KURKUMIN DALAM SEDIAAN KAPSUL LUNAK OBAT HERBAL TERSTANDAR (OHT) RHEUMAKUR® YANG
BEREDAR DI PASARAN MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) FASE TERBALIK
“
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 3 Juni 2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
berkat rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Penetapan Kadar Kurkumin Dalam Sediaan Kapsul Lunak Obat Herbal
Terstandar (OHT) Rheumakur® Yang Beredar Di Pasaran Menggunakan
Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Fase Terbalik” sebagai salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang mendorong,
memotivasi dan memberikan saran hingga selesainya skripsi ini, terutama kepada:
1. Bapak Ipang Djunarko M.Sc, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu Christine Patramurti, M.Si, Apt. selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing penulis, memberikan masukan, kritik, solusi, dan memberikan
dukungan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Jeffry Julianus, M.Si. selaku Dosen Penguji yang memberikan kritik
dan saran untuk skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt. selaku Dosen Penguji yang
memberikan kritik dan saran untuk skripsi ini
5. Bapak Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt. atas pemberian baku kurkumin
yang berguna bagi penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
6. Ibu Rini Dwi Astuti, M.Sc, Apt. selaku Kepala Laboratorium Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
7. Segenap dosen dan karyawan atas ilmu dan pengalaman yang berharga
sehingga berguna dalam proses penyusunan skripsi.
8. Seluruh staff laboratorium, staff keamanan, dan kebersihan di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
9. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma atas koleksi buku-buku serta akses
internetnya sehingga penulis memperoleh bahan-bahan yang cukup lengkap
dalam penulisan skripsi ini
10. Keluargaku tercinta, Papa Bernadus Wara, Mama Monica, Mbak Maria
Emyrensiana dan adikku tersayang Daniela.
11. Katarina Kusmiyanti yang selalu mendukung dan menyemangati penulis
untuk menyelesaikan skripsi.
12. Benny Nugroho selaku teman seperjuangan selama penelitian dan
penyusunan skripsi.
13. Teman-teman skripsi satu tema kurkumin atas kerjasama dan dukungannya
selama penyusunan skripsi.
14. Teman-teman FST dan FKK 2007 atas pengalaman, keceriaan, dan
kebersamaan yang tak kan terlupakan.
15. Semua teman-teman Farmasi, terima kasih atas kebersamaannya.
16. Teman-teman jaman TK, SD dan SMP yang sekarang sedang mengejar cita-
citanya masing-masing atas kenangan sedih, ceria dan gila serta dukungannya
pada penulis selama mengerjakan skripsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk membantu penulis
dalam perkembangan selanjutnya. Akhir kata, semoga skripsi ini berguna bagi
pembaca.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..............................................
v
vi
PRAKATA .................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xv
xvii
INTISARI .................................................................................................... xviii
ABSTRACT .................................................................................................. xix
BAB I. PENGANTAR ................................................................................
A. Latar Belakang .................................................................................
1. Permasalahan .............................................................................
2. Keaslian penelitian ....................................................................
3. Manfaat penelitian .....................................................................
1
1
3
3
4
B. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ......................................................... 5
A. Kurkumin ……………………......................................................... 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
B. Rheumakur® ................................................................................... 8
C. Kapsul lunak ................................................................................... 9
D. Obat herbal terstandar ...................................................................
E. Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik ..................................
F. Standardisasi ekstrak .......................................................................
G. Spektrofotometri visibel .................................................................
9
11
14
17
H. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ...................................................
1. Definisi dan instrumentasi KCKT ............................................
2. Kromatografi partisi fase terbalik .........................................
3. Waktu retensi dan resolusi ........................................................
4. Analisis kulitatif dan analisis kuantitatif ..................................
18
18
20
22
23
I. Landasan Teori ................................................................................ 24
J. Hipotesis .......................................................................................... 25
BAB III. METODE PENELITIAN .............................................................
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .......................................................
B. Variabel Penelitian ...........................................................................
1. Variabel bebas ............................................................................
2. Variabel tergantung ....................................................................
3. Variabel pengacau terkendali .....................................................
C. Defisnisi Operasional .......................................................................
D. Bahan Penelitian ..............................................................................
E. Alat Penelitian ..................................................................................
F. Tata Cara Penelitian .........................................................................
26
26
26
26
26
26
27
27
27
28
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
1. Pemilihan dan pengambilan sampel .........................................
2. Pembuatan asam asetat glasial 2% ...........................................
3. Pembuatan metanol pH 4 sebagai pelarut .................................
4. Pembuatan fase gerak ...............................................................
5. Pembuatan larutan baku kurkumin ...........................................
6. Penentuan panjang gelombang maksimum kurkumin ..............
7. Pembuatan kurva baku kurkumin .............................................
8. Optimasi waktu ekstraksi kurkumin dalam sampel
Rheumakur® ..............................................................................
9. Penetapan kadar ........................................................................
G. Analisis hasil ....................................................................................
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................
A. Pemilihan Sampel …........................................................................
B. Pembuatan Pelarut............................................................................
C. Pembuatan Fase Gerak ....................................................................
D. Penentuan Panjang Gelombang Maksimal Kurkumin dengan
Spektrofotometri Visibel ..................................................................
E. Pembuatan Seri Larutan Baku Kurkumin ........................................
F. Analisis Kualitatif Kurkumin ...........................................................
G. Optimasi Waktu Ekstraksi kurkumin dalam Rheumakur® ..............
H. Penetapan Kadar Kurkumin dalam Sampel Rheumakur® ................
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................
A. Kesimpulan ......................................................................................
28
28
28
29
29
30
30
30
31
32
33
33
36
36
37
39
41
44
48
53
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
B. Saran ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
LAMPIRAN ................................................................................................
BIOGRAFI PENULIS .................................................................................
53
54
57
81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Hasil uji keseragaman bobot .................................................
Tabel II. Data kurva baku kurkumin ...................................................
Tabel III. Hasil pengukuran AUC sampel dengan variasi waktu
menggunakan ultrasonikator .................................................
Tabel IV. Hasil perhitungan kadar kurkumin dalam masing-masing
apotek ....................................................................................
Tabel V. Nilai normalitas data apotek 1, 2, dan 3 ................................
Tabel VI. Nilai uji Kruskall-Wallis data apotek 1, 2, dan 3 ..................
Tabel VII. Nilai uji Mann-Whitney data apotek 1 dan 2 ........................
Tabel VIII . Nilai uji Mann-Whitney data apotek 1 dan 3 ........................
Tabel IX . Nilai uji Mann-Whitney data apotek 2 dan 3 ........................
34
39
46
47
48
49
49
50
50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur dari kurkuminoid ........................................................
Gambar 2. Reaksi degradasi kurkumin pada pH basa ...............................
Gambar 3. Produk fotodegradasi kurkumin ...............................................
Gambar 4. Produk Rheumakur® .................................................................
Gambar 5. Logo Obat Herbal Terstandar …...............................................
Gambar 6. Aspek dan tahapan skematik standardisasi ..............................
Gambar 7. Peralatan KCKT .......................................................................
Gambar 8. Reaksi pembuatan kolom oktadesilsilan...................................
Gambar 9. Pemisahan dua senyawa ...........................................................
Gambar 10. Reaksi degradasi kolom C18 pada pH asam ≤ 2 .....................
Gambar 11. Spektra serapan kurkumin dengan pelarut campuran metanol
p.a dan asam asetat glasial 2% pada pH 4 ............................
Gambar 12. Gugus kromofor dan auksokrom kurkumin ...........................
Gambar 13. Kurva baku kurkumin .............................................................
Gambar 14. Kromatogram baku kurkumin (a) dan kurkumin dalam
sampel (b) ..............................................................................
Gambar 15. Gugus nonpolar dari kurkumin ..............................................
Gambar 16. Interaksi kurkumin dengan fase gerak metanol p.a:asam
asetat glasial 2% membentuk ikatan hidrogen ....................
Gambar 17. Interaksi kurkumin dengan fase diam oktadesilsilan ..............
Gambar 18. Kromatogram ekstraksi sampel menggunakan ultrasonikator
6
7
7
8
10
16
16
21
23
36
37
38
40
41
42
42
43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
selama 5; 10; 15; 20; 25; dan 30 menit .................................
Gambar 19. Kurva optimasi waktu ekstraksi sampel Rheumakur® ............
45
47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jaminan Keaslian Baku Kurkumin Hasil Sintesis ...................
Lampiran 2. Hasil Uji Stabilitas Kurkumin pada pH 3-5 dengan
Spektrofotometer Visibel pada rentang 200-500 nm ..........
Lampiran 3. Perhitungan Kepolaran Fase Gerak ........................................
Lampiran 4. Spektra Serapan Kurkumin dengan Pelarut Campuran
Metanol p.a dan Asam Asetat Glasial 2% pada pH 4...........
Lampiran 5. Hasil Uji Keseragaman Bobot dan Contoh Perhitungannya ...
Lampiran 6. Data Kurva Baku Kurkumin ...................................................
Lampiran 7. Kromatogram Ekstraksi Sampel Menggunakan
Ultrasonikator ......................................................................
Lampiran 8. Kromatogram Penetapan Kadar Kurkumin dalam Sampel .....
Lampiran 9. Data Hasil Perhitungan Penetapan Kadar Kurkumin dalam
Sampel Rheumakur®.............................................................
Lampiran 10. Data Uji Statistik ...................................................................
56
57
59
60
61
63
64
68
75
76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
INTISARI Kurkumin diketahui memiliki efek farmakologi sebagai antiinflamasi,
hepatoprotektor, antioksidan serta antikanker sehingga banyak digunakan sebagai komponen utama obat tradisional golongan obat herbal terstandar (OHT). Aktifitas farmakologi kurkumin tergantung pada ketepatan dan keseragaman dosis. Berdasarkan penjelasan di atas, dibutuhkan adanya penelitian untuk menetapkan kadar kurkumin dalam suatu sediaan OHT Rheumakur® untuk menjamin mutu dan kualitas sediaan OHT.
Penelitian ini bersifat non eksperimental deskriptif. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) fase terbalik yang digunakan adalah kondisi sistem yang optimal dan memenuhi parameter validasi. Sistem KCKT fase terbalik yang optimal menggunakan fase diam oktadesilsilan (C18), fase gerak metanol : asam asetat glasial 2% (95:5 v/v), kecepatan alir 1,0 ml/menit dengan detektor visible pada panjang gelombang 432 nm. Parameter validitas metode yang digunakan adalah selektivitas, linearitas, akurasi, presisi, dan rentang pada kadar 6,5 ppm.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar rata-rata kurkumin yang terdapat dalam sediaan padat OHT merk Rheumakur® yang beredar dipasaran untuk setiap apoteknya masing-masing 39,6350 ± 1,5242; 39,5934 ± 0,3594; dan 47,2658 ± 0,8192 % (b/b) dengan nilai CV masing-masing 3,8456%; 0,9078%; dan 1,7331%. Reprodusibilitas kadar tiap apotek menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna apotek 1 dengan apotek 3 serta apotek 2 dan apotek 3. Pada apotek 1 dan 2 tidak memiliki perbedaan bermakna.
Kata kunci: kurkumin, KCKT, penetapan kadar, Rheumakur®
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
ABSTRACT
Curcumin is known to have pharmacological effects as an anti-
inflammatory, hepatoprotector, antioxidant and anticancer so widely used as a major component of traditional medicine standardized herbal drug classes (OHT). Pharmacological activity of curcumin depends on the accuracy and uniformity of dosage. Based on the explanation above, it takes a study to determine levels of curcumin in a preparation OHT Rheumakur ® to ensure the quality and the quality of preparations OHT.
This was a non-experimental descriptive. High Performance Liquid Chromatography (HPLC) reversed phase system used was the optimal condition and meet the validation parameters. Reversed phase HPLC system using the optimal stationary phase octadecylsylane (C18), mobile phase methanol: glacial acetic acid 2% (95:5 v / v), flow rate 1.0 ml / min with visible detector at wavelength 432 nm. Parameter validity of the method used is the selectivity, linearity, accuracy, precision, and range in levels of 6.5 ppm.
The results showed that the average content of curcumin contained in solid dosage OHT Rheumakur ® brand in the market for each respective apoteknya 39.6350 ± 1.5242, 39.5934 ± 0.3594, and 47.2658 ± 0, 8192% (w / w) with each CV value 3.8456%, 0.9078% and 1.7331%. The reproducibility levels of each pharmacy showed that there were significant differences pharmacy pharmacy 1 with 3 and 2 and pharmacy 3. At pharmacy 1 and 2 do not have significant differences. Keywords: curcumin, HPLC, determination, Rheumakur®
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Penggunaan obat tradisional untuk menyembuhkan berbagai macam
penyakit saat ini sudah cukup banyak digunakan di masyarakat. Menurut data
WHO (World Health Organization), sebanyak 80% dari populasi masyarakat di
negara-negara yang berada di benua Asia dan Afrika, menggunakan obat
tradisional untuk terapi (WHO, 2005). Obat tradisional yang banyak digunakan
dan beredar di pasaran adalah kunyit yang kandungan zat aktifnya kurkumin.
Salah satu contoh produk obat tradisional yang mengandung kurkumin adalah
Obat Herbal Terstandar (OHT) Rheumakur®.
Kurkumin merupakan senyawa berwarna kuning-orange yang terkandung
di dalam tanaman bergenus Curcuma sp. Senyawa ini diketahui memiliki efek
farmakologi sebagai antiinflamasi, hepatoprotektor, antioksidan serta antikanker
(Anonim, 2002). Dalam penggunaannya sebagai obat yang berkhasiat
menyembuhkan reumatik, maka efek farmakologi kurkumin yang diinginkan ialah
sebagai antiinflamasi. Kurkumin sebagai antiinflamasi memiliki mekanisme kerja
dengan menghambat lipooksigenase dan siklooksigenase 2 (Anonim, 2002).
Produk OHT Rheumakur® yang beredar di pasaran dalam bentuk sediaan
kapsul lunak diproduksi oleh PT Phytochemindo. Dalam produk Rheumakur®
terdapat kandungan kurkuminoid 10 mg dan minyak atsiri dari ekstrak kunyit dan
temulawak sebesar 100 mg. Rheumakur® diklaim berkhasiat membantu mengatasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
timbulnya rasa nyeri yang sering dikeluhkan penderita penyakit reumatik
(Anonim, 2011).
Pada kemasan sampel OHT Rheumakur® tertulis bahwa kadar kurkumin
dalam bentuk kurkuminoid adalah 10 mg. Dosis kurkumin tersebut dapat
berkurang akibat suhu yang tidak dijaga selama proses distribusi maupun
penyimpanan di setiap apotek. Suhu dapat mempengaruhi kestabilan kurkumin.
Perubahan kestabilan kurkumin dapat mempengaruhi kadar kurkumin yang ada di
dalam kapsul. Berkurangnya kadar kurkumin ini dapat mempengaruhi efek
farmakologi yang diinginkan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dibutuhkan adanya penelitian untuk
menetapkan kadar kurkumin dalam suatu sediaan OHT Rheumakur® untuk
menjamin mutu dan kualitas sediaan OHT. Penjaminan mutu berguna untuk
menjamin khasiat dan keamanan produk OHT Rheumakur®.
Penelitian mengenai penetapan kadar kurkumin dalam sediaan OHT
dengan menggunakan metode KCKT fase terbalik selektif karena metode ini
dapat memisahkan senyawa dalam campuran multikomponen dengan sensitifitas
yang tinggi sehingga diperoleh pemisahan yang baik. Metode KCKT juga
merupakan metode yang cocok untuk analisis kuantitatif senyawa dalam
campuran karena tidak perlu dilakukan proses pemisahan senyawa tersebut
terlebih dahulu (Johnson dan Stevenson, 1978).
Penelitian ini merupakan tahap akhir dari serangkaian penelitian yang
meliputi tahap optimasi, validasi dan penetapan kadar kurkumin dalam sediaan
kapsul lunak obat herbal terstandar (OHT) Rheumakur® yang beredar di pasaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
menggunakan metode KCKT fase terbalik. Pada penelitian tentang optimasi
metode penetapan kadar kurkumin dalam sediaan padat OHT dengan metode
KCKT fase terbalik, didapatkan kondisi KCKT yang optimal, yaitu fase gerak
metanol p.a : asam asetat glasial 2% (95:5, pH 4,0) dan flow rate 1,0 mL/menit
serta nilai resolusi ≥ 1,5 (Kusmiyanti, 2011). Sedangkan pada tahap validasi
penetapan kadar kurkumin dalam sediaan padat OHT dengan metode KCKT fase
terbalik telah memenuhi parameter akurasi, presisi, linearitas dan spesifisitas pada
kadar 6,5 ppm (Nugroho, 2011).
1. Permasalahan
a. Berapakah kadar kurkumin dalam sediaan kapsul lunak OHT Rheumakur®
yang beredar di pasaran?
b. Apakah terdapat perbedaan kadar kurkumin pada sediaan kapsul lunak OHT
Rheumakur® yang diperoleh dari apotek yang berbeda dengan nomor batch
yang sama?
2. Keaslian penelitian
Berbagai penelitian terhadap kurkumin telah dilakukan dari ekstraksi,
sintesis, aktivitas farmakologisnya hingga penetapan kadarnya dalam suatu
sediaan obat. Pemisahan kurkumin dengan RP-HPLC pernah dilakukan dengan
komposisi fase gerak asetonitril:asam asetat 7,6% (55:45) (Yang, Pan, and Xu,
2006). Penelitian dengan judul “Curcumin Quantification in Dosage Forms using
High Performance Liquid Chromatography” juga pernah dilakukan menggunakan
fase diam C18 dengan komposisi fase gerak asetonitril:asam asetat 2% (45:55)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
(Musfiroh, Indriyati, Susilawati, dan Percekawati, 2007). Namun penetapan kadar
kurkumin dalam sediaan OHT merk Rheumakur® dengan metode KCKT fase
terbalik dengan fase gerak campuran metanol p.a:asam asetat glasial 2% (95:5),
flow rate 1,0 ml/menit belum pernah dilakukan.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat praktis. Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan
mengenai kualitas dan mutu sediaan OHT yang berhubungan dengan keamanan
dan khasiat penggunaannya.
b. Manfaat metodologis. Penelitian ini dapat dijadikan salah satu
acuan untuk analisis penetapan kadar kurkumin dalam sampel OHT dengan
metode KCKT fase terbalik.
B. Tujuan Penelitian
1. Melakukan penetapan kadar kurkumin pada sediaan kapsul lunak OHT
Rheumakur® yang beredar di pasaran dengan metode KCKT fase terbalik.
2. Menganalisis hasil penetapan kadar kurkumin pada sediaan kapsul lunak
OHT Rheumakur® yang berasal dari tiga apotek berbeda dengan nomor batch
yang sama untuk mengetahui adakah perbedaan kadar dalam sampel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Kurkumin
Kurkumin merupakan senyawa fitokimia yang berwarna kuning-orange
yang secara praktis tidak larut dalam air. Kurkumin atau diferuloilmetan
merupakan senyawa yang terdapat dari ekstrak tanaman bergenus Curcuma sp.
Senyawa ini diperoleh dengan ekstraksi menggunakan etanol. Struktur dari
Kurkumin (C21H20O6) pertama kali ditemukan pada tahun 1815 oleh Vogel dan
Pellatier dan pada tahun 1910 disebut diferuloilmetan (Aggarwal, Kumar,
Shishodia, 2005). Kurkumin tidak larut dalam air namun larut dalam etanol atau
dimetilsulfoksida. Kurkumin memiliki melting point 183°C, dengan rumus
molekul C21H20O6 dan memiliki berat molekul 368,37 g/mol (Kiswanto, 2005).
Selain kurkumin, terdapat juga senyawa derivat yang lain dan senyawa
derivat ini dinamakan "Kurkuminoid". Kurkuminoid ini meliputi kurkumin,
demetoksikurkumin, bis-demetoksikurkumin, dan komponen lainnya. Dalam
kurkuminoid komersial itu mengandung kurkumin (77%), demetoksikurkumin
(18%), dan bis-demetoksikurkumin (5%).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
A
B
C Keterangan: A: Kurkumin, B: Demetoksikurkumin, C: Bis-demetoksikurkumin
Gambar 1. Struktur dari kurkuminoid
Secara spektrofotometri, diketahui panjang gelombang dengan
absorbansi maksimum kurkumin (λmax) di metanol yaitu 430 nm. Absorbansi
maksimal 415 - 420 nm dalam aseton dan 1% larutan kurkumin mempunyai 1650
unit absorbansi. Kurkumin berwarna kuning pada pH 2,5 sampai 7 dan berwarna
merah pada pH > 7 (Aggarwal dkk, 2006).
Stabilitas kurkumin dipengaruhi oleh pH lingkungan dan cahaya. Dalam
larutan beraquadest kurkumin mengalami reaksi hidrolisis degradatif yang
bergantung pH lingkungan (Donatus, 1994). Kecepatan degradasi pada pH < 7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
lebih lambat dibanding pH >7. Ketidakstabilan kurkumin pada pH alkali
disebabkan oleh gugus metilen aktif (Tonnasen dan Karlsen, 1985).
O O
OCH3
HO
OCH3
OH
O
HO
OCH3
CHO
O
HO
OCH3
HO
O
OCH3
OHasam ferulatferuloil metan
asetonvanilin
OH- OH-
OH-
Gambar 2. Reaksi degradasi kurkumin pada pH basa (Stankovic, 2004)
O O
OCH3
HO
OCH3
OH
H
O
OCH3
HO
OH
O
OCH3
HO
OCH3
HO
H
OCH3
HO
H
OCH3
HO
OO
H3CO
HO OH
O
OH
OCH3
Gambar 3. Produk degradasi kurkumin oleh cahaya (Sudaryono, Nourmamode,
Gardrat, Grelier, Bravic, Chasseau, Castellan, 2003)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
B. Rheumakur®
Rheumakur® merupakan obat herbal terstandar yang diproduksi oleh PT
Phytochemindo dengan sediaan berbentuk kapsul lunak. Komposisi Rheumakur®
sendiri terdiri atas 10 mg ekstrak kurkuminoid yang telah distandardisasi dan 100
mg minyak atsiri kunyit dan temulawak. Rheumakur® berkhasiat membantu
mengatasi timbulnya rasa nyeri yang sering dikeluhkan penderita penyakit
rheumatik. Selain itu, Rheumakur® dapat mencegah peradangan akibat
peroksidasi lemak (Anonim, 2011).
Melalui penelitian farmakologi dan kimia telah membuktikan bahwa
minyak atsiri Curcuma xanthorhiza (temulawak) yang mengandung xanthorrhizol
dan kurkumin memiliki aktivitas anti-inflamasi. Dalam minyak atsiri Curcuma
domestica mengadung tumerone dan tumerole yang juga memiliki aktivitas anti-
inflamasi. Adanya kurkuminoid akan memperpanjang dan memperkuat daya anti-
inflamasi minyak atsiri kunyit dan temulawak. Selain itu, kombinasi kurkuminoid
dan minyak atsiri temulawak, kunyit juga membantu melarutkan lemak sehingga
dapat mencegah peradangan akibat peroksidasi lemak (Anonim, 2011).
Gambar 4. Produk Rheumakur®
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
C. Kapsul Lunak
Kapsul cangkang lunak terbuat dari gelatin. Bentuknya sedikit lebih tebal
daripada kapsul cangkang keras dan dapat diplastisasi dengan penambahan
senyawa poliol, seperti sorbitol atau gliserin. Kapsul lunak dapat mengandung
pigmen atau pewarna, bahan opak seperti titanium dioksida, pengawet,pengharum
dan pemanis/sukrosa 5 %. Cangkang gelatin lunak umumnya mengandung air 6-
13 % (Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia,
1995).
Keseragaman bobot pada kapsul lunak dapat dilakukan dengan
menimbang 10 kapsul utuh satu per satu. Kemudian buka kapsul dengan alat
pemotong yang bersih dan kering seperti pisau atau gunting yang tajam, keluarkan
isinya, lalu cuci cangkang kapsul dengan eter. Biarkan sisa pelarut cuci menguap
pada suhu kamar dalam waktu 30 menit, cegah adanya penarikan atau kehilangan
lembab. Timbang seluruh bagian cangkang kapsul dan hitung bobot netto isi
kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul. Hitung jumlah zat aktif dalam tiap
kapsul dengan anggapan semua zat aktif terdistribusi homogen dalam kapsul
(Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 1995).
D. Obat Herbal Terstandar
Menurut BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), OHT adalah
sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara
ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah distandardisasi. Setiap OHT
yang beredar di wilayah Indonesia wajib memiliki izin edar dari Kepala Badan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
POM yang diperoleh melalui pendaftaran. Oleh karena itu, agar dapat beredar di
masyarakat OHT harus memiliki syarat sebagai berikut:
1. Menggunakan bahan berkhasiat dan bahan tambahan yang memenuhi
persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan/khasiat;
2. Dibuat sesuai dengan ketentuan Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional
yang Baik (CPOTB) atau Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang
berlaku;
3. Penandaan berisi informasi lengkap dan obyektif yang dapat menjamin
penggunaan obat tradisional, obat herbal terstandar dan fitofarmaka secara
tepat, rasional dan aman sesuai hasil evaluasi dalam rangka pendaftaran
(Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2005).
Obat Herbal Terstandar dilarang mengandung bahan kimia hasil isolasi
atau sintetik berkhasiat, narkotika atau psikotropika, bahan yang dilarang sesuai
dalam lampiran yang ditetapkan BPOM serta hewan atau tumbuhan yang
dilindungi oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku. Larangan lainnya
adalah obat tradisional dilarang dalam bentuk sediaan intravaginal, tetes mata,
parenteral dan suppositoria (kecuali untuk wasir). Penggunaan etil alkohol dalam
sediaan obat tradisional juga tidak boleh lebih besar dari 1% kecuali dalam bentuk
sediaan tingtur yang pemakaiannya dengan pengenceran (Badan Pengawas Obat
dan Makanan RI, 2005).
Gambar 5. Logo Obat Herbal Terstandar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
E. Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik
Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) bertujuan untuk
menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan yang
berlaku. Dilakukan langkah-langkah agar obat tradisional yang dihasilkan aman,
bermanfaat, dan bermutu; keamanan dan mutu obat tradisional tergantung pada
bahan baku, bangunan, prosedur dan pelaksanaan proses pembuatan, peralatan
yang digunakan, pengemas termasuk bahannya serta personalia yang terlibat
dalam pembuatan obat tradisional; dan CPOTB merupakan cara pembuatan obat
tradisional yang diikuti dengan pengawasan menyeluruh, dan bertujuan untuk
menyediakan obat tradisional yang memenuhi persyaratan berlaku (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 1994).
Penerapan CPOTB merupakan persyaratan kelayakan dasar untuk
menerapkan sistem jaminan mutu yang diakui dunia internasional. Untuk itu
sistem mutu hendaklah dibangun, dimantapkan, dan diterapkan sehingga
kebijakan yang ditetapkan dan tujuan yang diinginkan dapat dicapai (Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2005).
1. Personalia
Personalia diharapkan memiliki pengetahuan, pengalaman, ketrampilan
dan kemampuan yang sesuai dengan tugas dan fungsinya serta tersedia dalam
jumlah yang cukup. Personalia diharapkan dapat menangani tugas yang
dibebankan kepadanya dalam keadaan sehat. Personil yang terlibat dalam kegiatan
pembuatan hendaklah dilatih sesuai prinsip-prinsip CPOTB (Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
2. Bangunan
Bangunan untuk industri obat tradisional menjamin aktifitas industri agar
dapat berlangsung aman. Bangunan industri obat tradisional hendaklah memenuhi
persyaratan: higiene dan sanitasi; tahan terhadap pengaruh cuaca, serta dapat
mencegah masuknya rembesan dan masuk bersarangnya serangga, binatang
pengerat, burung atau binatang lainnya; memudahkan dalam pelaksanaan kerja,
pembersihan dan pemeliharaan; dan memiliki ruangan-ruangan pembuatan yang
rancang bangun dan luasnya sesuai dengan bentuk, sifat dan jumlah produk yang
dibuat, jenis dan jumlah peralatan yang digunakan, jumlah karyawan yang bekerja
serta fungsi ruangan (Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia, 2005).
3. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan produk hendaklah memiliki
rancang bangun konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan
dengan tepat, sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk terjamin secara
seragam dari bets ke bets, serta untuk memudahkan pembersihan dan
perawatannya (Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia,
2005).
4. Sanitasi dan higiene
Dalam pembuatan produk hendaklah diterapkan tindakan sanitasi dan
higiene yang meliputi bangunan, peralatan dan perlengkapan, personalia, bahan
dan wadah serta faktor lain sebagai sumber pencemaran produk (Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
5. Pengolahan dan pengemasan
Pengolahan dan pengemasan hendaklah mengikuti cara yang telah
ditetapkan oleh industri sehingga dapat menjamin produk yang dihasilkan
senantiasa memenuhi persyaratan yang berlaku. Hal-hal yang termasuk dalam
pengolahan dan pengemasan yaitu verifikasi, pencemaran, sistem penomoran
kode produksi, penimbangan dan penyerahan, pengolahan, pengemasan, dan
penyimpanan (Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia,
2005).
6. Pengawasan mutu
Pengawasan mutu merupakan bagian yang essensial dari CPOTB. Rasa
ketertarikan dan tanggung jawab semua unsur dalam semua rangkaian pembuatan
adalah mutlak untuk menghasilkan produk yang bermutu mulai dari bahan awal
sampai pada produk jadi. Untuk keperluan tersebut bagian pengawasan mutu
hendaklah merupakan bagian yang tersendiri (Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia, 2005).
7. Inspeksi diri
Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mengevaluasi
pelaksanaan CPOTB dan untuk menetapkan tindak lanjut. Inspeksi diri ini
hendaklah dilakukan secara teratur. Tindakan perbaikan yang disarankan
hendaklah dilaksanakan. Untuk pelaksanaan inspeksi diri hendaklah ditunjuk tim
inspeksi yang mampu menilai secara obyektif pelaksanaan CPOTB. Hendaklah
dibuat prosedur dan catatan mengenai inspeksi diri (Kepala Badan Pengawas
Obatdan Makanan Republik Indonesia, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
8. Dokumentasi
Dokumentasi pembuatan produk merupakan bagian dari sistem informasi
manajemen yang meliputi spesifikasi, label/etiket, prosedur, metoda dan instruksi,
catatan dan laporan serta jenis dokumentasi lain yang diperlukan dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta evaluasi seluruh rangkaian kegiatan
pembuatan produk. Dokumentasi sangat penting untuk memastikan bahwa setidap
petugas mendapat instruksi secara rinci dan jelas mengenai bidang tugas yang
harus dilaksanakannya, sehingga memperkecil risiko terjadinya salah tafsir dan
kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan
(Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2005).
9. Penanganan terhadap produk diperedaran
Penarikan kembali produk yang berupa penarikan kembali satu atau
beberapa bets atau seluruh produk tertentu dari semua mata rantai distribusi.
Penarikan kembali dilakukan apabila ditemukan adanya produk yang tidak
memenuhi persyaratan atau atas dasar pertimbangan adanya efek yang tidak
diperhitungkan yang merugikan kesehatan. Penarikan kembali seluruh produk
tertentu dapat merupakan tindak lanjut penghentian pembuatan satu jenis produk
yang bersangkutan (Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia, 2005).
F. Standardisasi Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani dengan menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
pelarut yang sesuai. Ekstrak tumbuhan obat yang dibuat dari simplisia nabati
dapat digunakan sebagai bahan awal, bahan antara, atau bahan produk jadi (Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2005).
Mayoritas penggunaan bahan obat berbasis herbal di Indonesia masih
bersifat tidak terukur baik kepastian tanaman, takaran, cara penyiapan sehingga
tidak menjamin konsistensi khasiat. Tujuan standardisasi adalah menjaga
konsistensi dan keseragaman khasiat dari obat herbal. Standardisasi melibatkan
pemastian kadar senyawa aktif farmakologis melalui analisis kuantitatif yang akan
menjamin keseraagaman khasiat (Saifudin, Rahayu, Teruna, 2011).
Standardisasi obat herbal meliputi 2 aspek, yaitu aspek parameter
spesifik dan non-spesifik. Aspek parameter spesifik berfokus pada senyawa atau
golongan senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas farmakologi. Aspek
parameter non-spesifik berfokus pada aspek kimia, mikrobiologi dan fisis yang
mempengaruhi keamanan konsumen dan stabilitas, misalnya kadar logam berat,
aflatoksin, kadar air dan lain-lain (Saifudin dkk, 2011)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Gambar 6. Aspek dan tahapan skematik standardisasi (Saifudin dkk, 2011)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
G. Spektrofotometri Visibel
Spektrofotometri visibel merupakan suatu teknik spektroskopik
menggunakan sumber radiasi elektromagnetik sinar tampak (380-780 nm) dengan
menggunakan spektrofotometer. Pengukuran absorbansi dalam spektrofotometri
sinar tampak digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif (Khopkar, 1990).
Sinar tampak memberikan energi yang cukup untuk terjadinya transisi elektronik.
Transisi yang terjadi pada suatu molekul dengan struktur yang berbeda adalah
tidak sama satu dengan molekul lain sehingga spektra absorpsinya juga berbeda.
Dengan demikian dapat bermanfaat sebagai analisis kualitatif. Banyaknya sinar
yang diabsorpsi pada panjang gelombang tertentu sebanding dengan banyaknya
molekul yang menyerap radiasi sehingga dapat juga digunakan sebagai analisis
kuantitatif (Rohman dan Gandjar, 2007).
Suatu molekul dapat memberikan serapan REM jika memiliki gugus
kromofor yaitu gugus penyerap dalam molekul. Pada senyawa organik dikenal
pula gugus auksokrom yaitu gugus tidak jenuh yang terikat langsung pada
kromofor. Gugus auksokrom dapat mengubah panjang gelombang serapan dan
intensitas serapan maksimum (Sastrohamidjojo, 2002).
Ikatan terkonjugasi merupakan ikatan rangkap yang berselang-seling
dengan satu ikatan tunggal. Dalam orbital molekul, elektron π mengalami
delokalisasi lanjut dengan adanya ikatan terkonjugasi. Adanya efek delokalisasi
ini akan menyebabkan penurunan tingkat energi π* dan memberikan pengurangan
karakter antiikatan. Sebagai konsekuensinya, panjang gelombang molekul yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
mempunyai ikatan rangkap terkonjugasi akan mengalami pergeseran batokromik
(Rohman dan Gandjar, 2007).
Besarnya REM yang dapat diserap oleh kromofor dapat digambarkan
oleh dua hukum yaitu hukum Lambert dan Beer. Hukum Lambert menyatakan
bahwa bila cahaya monokromatik melewati medium tembus cahaya, laju
berkurangnya intensitas oleh bertambahnya ketebalan berbanding lurus dengan
intensitas cahaya. Hukum Beer menyatakan bahwa intensitas berkas cahaya
monokromatik berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi
zat penyerap linier (Bassett, Denney, Jeffery, dan Medham, 1994).
H. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)
1. Definisi dan instrumentasi KCKT
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan salah satu metode
kromatografi cair yang memanfaatkan kemajuan dalam teknologi kolom, sistem
pompa tekanan tinggi, dan detektor yang sensitif sehingga kromatografi kolom
cair dapat menjadi sistem pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi.
Teknologi kolom didasarkan pada penggunaan kolom dengan diameter dalam
antara 2mm hingga 5mm dan isi kolom berupa partikel dengan diameter 3µm
hingga 50µm. Teknologi kolom partikel kecil ini membutuhkan sistem tekanan
tinggi sampai 300 atmosfer agar tercapai laju alir fase gerak beberapa ml tiap
menit. Sering digunakan jumlah zat uji dalam jumlah yang kecil karena diameter
kolom yang cukup kecil sehingga dibutuhkan detektor yang sensitif. Adanya
teknologi ini, pemisahan dapat terjadi dalam waktu cepat dengan keuntungan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
dapat memisahkan zat-zat yang tidak menguap atau tidak tahan panas tanpa perlu
membuat derivat yang mudah menguap (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
dan Makanan RI, 1995).
Pada KCKT menggunakan sistem kromatografi partisi dengan polaritas
yang berbeda dari fase diam dan fase geraknya. Bila fase gerak bersifat polar dan
fase diam bersifat non-polar maka dikenal dengan kromatografi fase balik
(Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995). Peralatan KCKT
dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 7. Peralatan KCKT (Kazakevich and Nair, 1996)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis menggunakan KCKT,
yaitu fase gerak, kolom, dan detektor.
a. Fase gerak
Fase gerak pada sistem KCKT sangat berpengaruh pada tambatan sampel
dan pemisahan komponen dalam campuran zat. Bila digunakan sistem
kromatografi fase terbalik maka kandungan utama fase geraknya ialah air
(Munson, 1994).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
b. Kolom
Kolom yang digunakan pada KCKT ialah kolom kemasan fase terikat.
Fase diam yang biasanya digunakan pada sistem kromatografi fase terbalik ialah
oktadesilsilan (ODS) (Munson, 1984)
c. Detektor
Persyaratan detektor KCKT adalah sensitifitas harus tinggi (10-8 – 10-15 g
analit/detik); kestabilan dan reprodusibilitas yang baik; memberikan respon yang
linier terhadap konsentrasi analit; dapat bekerja pada temperatur kamar sampai
400°C; tidak terpengaruh oleh perubahan temperatur dan kecepatan fase gerak;
mudah didapat dan mudah dioperasikan; selektif terhadap berbagai macam analit
di dalam fase gerak; tidak merusak analit; dapat menghilangkan “zone
broadening” dengan adanya pengaruh minimal internal volume (Mulja dan
Suharman, 1995).
2. Kromatografi Partisi Fase Terbalik
Prinsip kromatografi partisi adalah partisi analit di antara dua fase yang
tidak saling campur, karena adanya perbedaan koefisien distribusi dari masing-
masing senyawa. Pada kromatografi partisi digunakan fase gerak dan fase diam
dengan polaritas yang berbeda. Jika fase gerak bersifat polar dan fase diam non
polar, dikenal dengan fase terbalik (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan RI, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Dalam kromatografi, K didefinisikan sebagai perbandingan konsentrasi
analit dalam fase diam (Cs) dan dalam fase gerak (Cm) (Rohman dan Gandjar,
2007).
(1)
Kolom yang biasa digunakan dalam kromatografi partisi fase terbalik
adalah kolom dengan kemasan fase terikat yang memiliki sifat stabil karena fase
diamnya terikat secara kimia pada penyangga, sehingga tidak mudah terelusi oleh
fase gerak. Penyangga pada fase terikat biasanya terbuat dari silika yang sudah
diseragamkan, berpori, dan umumnya mempunyai diameter 3,5 atau 10 µm
(Skogg dkk., 1998).
Pada KCKT partisi fase terbalik biasanya mengandung bagian organik
yang terikat secara kimia dengan gugus silanol pada permukaan silika. Bagian
organik tersebut umumnya hidrokarbon rantai panjang, sehingga fase gerak
umumnya polar. Gugus silanol permukaan dapat direaksikan dengan berbagai cara
menempelkan berbagai jenis gugus organik. Kemasan fase terikat dengan tipe
ikatan siloksan (Si-O-Si-O) dibuat dengan mereaksikan organoklorosilan dengan
gugus silanol pada permukaan silika gel. Reaksi pembuatan kolom oktadesilsilan
(ODS) gugus silanol dan oktadesilklorosilan dapat dilihat pada gambar 8.
Si OH Cl Si (CH2)17CH3 Si O Si (CH2)17CH3 HCl
Gambar 8. Reaksi pembuatan kolom oktadesilsilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Gugus yang ditempelkan pada silanol pada umumnya adalah hidrokarbon rantai
panjang. Panjang pendeknya rantai karbon mempengaruhi tertambatnya senyawa
pada fase diam.
Gugus silanol yang tidak bereaksi karena adanya halangan sterik dapat
memberikan kepolaran yang tidak dikehendaki dan menyebabkan pengekoran
pada puncak kromatogram. Untuk mengurangi jumlah gugus silanol yang masih
bebas, reaksi dilanjutkan dengan penambahan trimetilklorosilan yang dapat
mencapai gugus silanol karena ukurannya yang lebih kecil dibandingkan
organoklorosilan lain. Penambahan trimetilklorosilan dapat menutupi banyak
gugus silanol yang masih bebas, namun tidak semua gugus tersebut dapat tertutupi
(Skoog dkk., 1998).
Fase gerak yang sering digunakan adalah campuran metanol atau
asetonotril dengan air atau dengan larutan buffer. Untuk analit yang bersifat asam
atau basa lemah, peranan pH sangat penting karena jika pH fase gerak tidak diatur
maka analit akan mengalami ionisasi sehingga ikatan dengan fase diam akan
menjadi lemah jika dibandingkan dengan bentuk tidak terionisasi, spesies yang
terionisasi akan terelusi lebih cepat (Rohman dan Ganjar, 2007).
3. Waktu retensi dan resolusi
Waktu tambat atau waktu retensi adalah selang waktu yang diperlukan
linarut (solut) mulai saat injeksi sampai keluar dari kolom dan sinyalnya
ditangkap oleh detektor dan dinyatakan sebagai tR (Mulja dan Suharman, 1995).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Resolusi (Rs) adalah jarak antara dua puncak dibagi dengan rata-rata
lebar dasar puncak dapat diukur dengan persamaan:
(2)
Harga tR1 dan tR2 merupakan waktu retensi senyawa yang dapat diukur
pada titik maksimum puncak, harga w1 dan w2 merupakan lebar alas puncak
(Mulja dkk, 1995). Untuk pemisahan yang baik R harus ≥ 1,5 karena berarti
pemisahan senyawa ≥ 99,7% (Sastrohamidjojo, 2002).
Gambar 9. Pemisahan dua senyawa (Meyer, 2004)
4. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif
a. Analisis Kualitatif. Analisis kualitatif dapat dilakukan dengan
membandingkan waktu retensi senyawa murni dan waktu retensi zat uji dalam
sampel. Respon yang dihasilkan berupa tinggi peak maupun luas area peak
selanjutnya dapat digunakan untuk analisis kuantitatif (Noegrohati, 1994).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
b. Analisis Kuantitatif. Analisis kuantitatif menggunakan
kromatogram yang dihasilkan dari pemisahan KCKT. Cara analisis kuantitatif
KCKT yang digunakan yaitu dapat berdasarkan tinggi puncak dan berdasarkan
luas puncak. Tinggi dan luas puncak berkaitan secara proporsional atas kadar
ataupun jumlah analit tertentu yang terdapat dalam sampel. Apabila kromatogram
yang dihasilkan mengalami pelebaran puncak maka analisis berdasarkan tinggi
puncak menjadi tidak teliti lagi. Cara yang tepat dalam perhitungan kuantitatif
yaitu berdasarkan luas pucak. Analisis kuantitatif berdasarkan luas puncak lebih
disukai karena tidak dipengaruhi oleh pelebaran pita (Noegrohati, 1994).
I. Landasan Teori
Kurkumin merupakan senyawa fitokimia yang berwarna kuning-orange
yang secara praktis tidak larut dalam air. Kurkumin terdapat dari ekstrak tanaman
bergenus Curcuma sp. Kurkumin tidak larut dalam air namun larut dalam etanol
atau dimetilsulfoksida. Kurkumin mudah terdegradasi dalam kondisi pH tertentu.
Obat herbal terstandar (OHT) ialah sediaan obat tradisional yang berasal
dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang,
maupun mineral. Obat herbal terstandar (OHT) Rheumakur® merupakan obat
herbal terstandar yang diproduksi oleh PT Phytochemindo dengan sediaan
berbentuk kapsul lunak. Komposisi Rheumakur® sendiri terdiri atas 10 mg ekstrak
kurkuminoid yang telah distandardisasi dan 100 mg minyak atsiri kunyit dan
temulawak. Rheumakur® berkhasiat membantu mengatasi timbulnya rasa nyeri
yang sering dikeluhkan penderita penyakit rheumatik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) bertujuan untuk
menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan yang
berlaku. Dilakukan langkah-langkah agar obat tradisional yang dihasilkan aman,
bermanfaat, dan bermutu; keamanan dan mutu obat tradisional tergantung pada
bahan baku, bangunan, prosedur dan pelaksanaan proses pembuatan, peralatan
yang digunakan, pengemas termasuk bahannya serta personalia yang terlibat
Metode KCKT digunakan untuk menetapkan kadar kurkumin dalam
sediaan obat herbal terstandar (OHT) karena memiliki sensitifitas dan selektifitas
yang tinggi. Metode KCKT dapat digunakan sebagai analisis kualitatif dan
kuantitatif.
J. Hipotesis
1. Kadar kurkumin dalam sediaan kapsul lunak OHT merk Rheumakur® yang
terukur sesuai dengan yang tertera dalam kemasan.
2. Kadar kurkumin dalam sediaan kapsul lunak OHT merk Rheumakur® yang
terukur dari masing-masing apotek reprodusibel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian noneksperimental dengan
rancangan penelitian deskriptif, karena tidak ada perlakuan terhadap subyek uji
yaitu sediaan kapsul lunak OHT merk Rheumakur®.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tempat pengambilan sampel
OHT merk Rheumakur®.
2. Variabel tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kadar kurkumin yang
dihasilkan sampel OHT Rheumakur® pada masing-masing apotek.
3. Variabel pengacau terkendali
Variabel pengacau terkendali pada percobaan ini adalah kemurnian
pelarut, cahaya, dan pH. Untuk mengatasinya digunakan pelarut yang pro analysis
yang memiliki kemurnian tinggi, menggunakan aluminium foil untuk melindungi
larutan yang mengandung kurkumin, dan mengatur pH larutan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
C. Definisi Operasional
1. Kurkumin merupakan senyawa yang terdapat dalam sampel kapsul lunak
OHT merk Rheumakur®.
2. Sistem Kromatografi Cair Kinerja Tinggi(KCKT) yang digunakan adalah
seperangkat alat KCKT fase terbalik dengan fase diam kolom reversed phase
C18 dan fase gerak campuran metanol p.a : asam asetat glasial 2% (95:5)
dengan kecepatan alir 1,0 ml/menit.
3. Kadar kurkumin dalam kapsul lunak OHT merk Rheumakur® dinyatakan
dalam % b/b.
D. Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah baku kurkumin
(hasil sintesis Prof. Dr. Sudibyo Martono, M.Si., Apt. yang telah melalui
konfirmasi struktur dengan metode spektroskopi 1H-NMR dan Mass Spectra,
kurkumin ini memiliki titik lebur 181,20-182,40C), metanol p.a (E. Merck), asam
asetat glasial p.a (E. Merck), aquabidestilata, kapsul Obat Herbal Terstandar merk
Rheumakur® yang mengandung kurkumin.
E. Alat Penelitian
Seperangkat alat spektrofotometri UV-Vis merk Milton Ray Spectronic
3000 Array dengan printer Epson LQ-1170, seperangkat alat KCKT fase terbalik
dengan sistem gradien dengan detektor visibel, Shimadzu LC-2010C, kolom
oktadesilsilan (C18) merk KNAUER C18 No. 25EE181KSJ (B115Y620) dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
panjang 250 x 4,6 mm, packing KROMASIL 100-5 C18, seperangkat komputer
merk Dell B6RDZ1S Connexant System RD01-D850 A03-0382 JP France S.A.S,
printer HP Deskjet D2566 HP-024-000 625 730, ultrasonikator merk Retsch tipe
T460 No V935922013 EY, syringe, neraca kasar, neraca analitik Ohaus Carat
Series PAJ 1003 (max 60/120 g, min 0,001g, d = 0,01/0,1 mg), penyaring
millipore, mikropipet Socorex, vakum, organic solvent membrane filter
(Whatman) ukuran pori (0,45 µm; diameter 47 mm), seperangkat alat gelas
(Pyrex), indikator pH universal (kertas pH).
F. Tata Cara Penelitian
1. Pemilihan dan pengambilan sampel
Sampel yang dipilih adalah kapsul lunak OHT merk Rheumakur® dengan
nomor batch yang sama dari 3 apotek berbeda dengan expired date Agustus 2013.
Dari masing-masing apotek diambil sebanyak 10 buah kapsul untuk uji
keseragaman bobot (FI IV).
2. Pembuatan asam asetat 2%
Sebanyak 2,0 ml asam asetat glasial dimasukkan ke dalam labu takar
100,0 ml, ditambahkan aquabidest sampai batas tanda.
3. Pembuatan metanol pH 4 sebagai pelarut
Menambahkan asam asetat glasial p.a ke dalam gelas beker yang berisi
metanol p.a dengan perbandingan metanol p.a : asam asetat glasial p.a (9:1) dan
diukur pH-nya sampai pH 4 dengan kertas pH.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
4. Pembuatan fase gerak
Fase gerak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu campuran metanol
p.a : asam asetat glasial 2% (95:5). Masing-masing komponen fase gerak disaring
dengan menggunakan kertas Whatman yang dibantu dengan pompa vaccum dan
di degassing menggunakan ultrasonikator selama 15 menit. Pencampuran fase
gerak dilakukan di dalam sistem KCKT.
5. Pembuatan larutan baku kurkumin
a. Pembuatan larutan stok kurkumin. Menimbang seksama lebih
kurang 10,0 mg serbuk kurkumin dan dimasukkan dalam labu 10,0 ml lalu
ditambah dengan metanol p.a pH 4 sampai tanda.
b. Pembuatan larutan intermediet kurkumin. Sebanyak 1,0 ml diambil
dari larutan stok kurkumin dan dimasukkan dalam labu 10,0 ml diencerkan
dengan metanol p.a pH 4 sampai tanda.
c. Pembuatan seri larutan baku kurkumin. Sebanyak 0,15 ml; 0,25 ml;
0,35 ml; 0,45 ml; 0,55 ml; dan 0,65 ml diambil dari larutan intermediet kurkumin.
Masing-masing larutan kemudian diencerkan dengan metanol p.a pH 4 dalam
labu ukur 10,0 ml sampai tanda sehingga diperoleh 6 seri larutan baku kurkumin
(1,5 ppm; 2,5 ppm; 3,5 ppm; 4,5 ppm; 5,5 ppm; 6,5 ppm). Masing-masing larutan
disaring dengan millipore dan di degassing menggunakan ultrasonikator selama
15 menit.
6. Penentuan panjang gelombang maksimum kurkumin
Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan dengan merekam
spektra larutan baku kurkumin 1 ppm; 3,5 ppm; dan 6 ppm pada rentang panjang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
gelombang 400-500 nm dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis terhadap
blanko metanol p.a pH 4. Dari spektra serapan dapat diketahui panjang
gelombang yang dihasilkan dari tiap konsentrasi. Tentukan panjang gelombang
yang akan digunakan pada sistem KCKT yaitu panjang gelombang dimana ketiga
konsentrasi tersebut menghasilkan serapan yang maksimum. Pengerjaan larutan
kurkumin dilakukan di tempat yang terlindungi dari cahaya.
7. Pembuatan kurva baku kurkumin
Tiap baku dengan konsentrasi 2,5 ppm; 3,5 ppm; 4 ppm; 4,5 ppm; 5,0
ppm; dan 5,5 ppm diinjeksikan sebanyak 10,0 µl dengan kecepatan alir 1,0
ml/menit dan detektor KCKT yang diatur pada panjang gelombang maksimum.
Amati luas area di bawah kurva (AUC) yang dihasilkan oleh masing-masing
konsentrasi.
8. Optimasi waktu ekstraksi kurkumin dalam sampel Rheumakur®
Dari penelitian Pasaribu (2011), diketahui bahwa metode ekstraksi yang
paling optimal adalah metode ekstraksi dengan ultrasonikator. Satu kapsul lunak
diambil isinya dan ditimbang secara seksama lebih kurang 50,0 mg Rheumakur®.
Penimbangan sampel direplikasi sebanyak 5 kali. Sampel yang telah ditimbang
kemudian ditambahkan 10,0 mL metanol pH 4. Masing-masing larutan diekstraksi
dengan ultrasonikator dengan waktu 5; 10; 15; 20; 25; dan 30 menit. Hasil
ekstraksi diambil sebanyak 1,0 mL, pindahkan dalam labu ukur 10,0 mL dan
tambahkan metanol p.a pH 4 hingga tanda. Lakukan pengukuran kadar kurkumin
hasil ekstraksi dengan menggunakan sistem KCKT fase terbalik yang telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
dioptimasi. Amati respon AUC yang dihasilkan dari masing-masing waktu
ekstraksi.
9. Penetapan kadar
Masing-masing kapsul lunak dari setiap apotek diambil sebanyak 10
buah dan timbang secara seksama bobotnya. Keluarkan semua isi kapsulnya dan
kemudian dihomogenkan. Isi kapsul yang sudah homogen ditimbang dengan
seksama lebih kurang 50,0 mg. Larutkan dengan 10,0 mL metanol p.a pH 4 dan
diekstraksi menggunakan ultrasonikator dengan waktu ekstraksi yang optimal.
Sebanyak 185 µL larutan dimasukkan ke labu ukur 10,0 mL dan tambahkan
metanol p.a pH 4 hingga tanda. Larutan sampel disaring menggunakan millipore
kemudian di-degassing dengan menggunakan ultrasonikator selama 15 menit.
Larutan sampel sebanyak 10,0 µL diinjeksikan ke dalam sistem KCKT yang telah
dioptimasi. Amati nilai AUC yang dihasilkan. Sampel setiap apotek direplikasi
lima kali. Setiap larutan yang mengandung kurkumin harus terlindung dari
cahaya.
G. Analisis hasil
Hasil dari penetapan kadar kurkumin dalam kapsul OHT merk
Rheumakur® dapat dilihat dari AUC kromatogram yang dihasilkan. Nilai AUC
sampel yang diperoleh dimasukkan ke dalam persamaan regresi linier yang
diperoleh dari kurva baku. Data AUC yang diperoleh dimasukkan ke dalam
persamaan sebagai nilai y dan kemudian kadar kurkumin dalam sampel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Rheumakur® dinyatakan sebagai x. Kadar kurkumin dalam tiap kapsul lunak
OHT merk Rheumakur® dari masing-masing apotek dinyatakan dalam % (b/b).
Reprodusibilitas kadar dalam masing-masing batch yang diperoleh dari 3
apotek yang berbeda dapat dilihat dari nilai CV.
Selain itu, diperlukan uji statistik untuk mendukung reprodusibilitas kadar
kurkumin dalam sampel OHT Rheumakur® yang diperoleh dari 3 apotek berbeda
untuk melihat adanya perbedaan kadar yang bermakna atau tidak. Uji statistik
yang dilakukan ialah uji normalitas data Shapiro-Wilk, one way Annova dan uji
post hoc.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penetapan kadar kurkumin pada sediaan kapsul lunak Rheumakur® dapat
dilakukan dengan menggunakan metode kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)
fase terbalik. Metode KCKT yang digunakan telah dioptimasi dan divalidasi
sebelum dilakukan proses penetapan kadar.
A. Pemilihan Sampel
Penelitian ini memiliki tujuan untuk penjaminan mutu sampel sediaan
OHT yang mengandung kurkumin. Melalui proses penetapan kadar sebagai
penjaminan mutu nantinya dapat dijadikan gambaran stabilitas kurkumin selama
distribusi dan penyimpanan. Sampel sediaan OHT yang digunakan diambil dari
tiga apotek berbeda dengan nomor batch yang sama. Sampel OHT yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sediaan kapsul lunak merk Rheumakur®.
Sampel diambil dengan menggunakan teknik probabiliy sampling: simple
random. Teknik probability sampling merupakan cara yang paling ideal dalam
pengambilan sampel karena setiap anggota populasi memiliki peluang yang sama
untuk dipilih menjadi sampel. Syarat digunakannya probability sampling adalah
dengan adanya daftar subjek dan karakteristiknya yang terdapat pada populasi
penelitian. Secara khusus, digunakan simple random karena karakteristik subjek
diasumsikan homogen (Dahlan, 2009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Pengambilan sampel dilakukan dengan mengontak distributor OHT
Rheumakur® untuk mengetahui jalur distribusi OHT Rheumakur® di apotek-
apotek yang terdapat di Jakarta. Setelah didapatkan informasi mengenai apotek-
apotek yang terdistribusi OHT Rheumakur®, maka dilakukan pengundian untuk
mendapatkan 3 kandidat apotek sebagai tempat pengambilan sampel. Produk
OHT Rheumakur® berasal dari nomor batch yang sama untuk mengkondisikan
proses produksi dalam keadaan yang sama. Pemilihan dari 3 apotek yang berbeda
adalah untuk melihat perbedaan kadar sampel OHT Rheumakur® yang
dipengaruhi kondisi penyimpanan dari masing-masing apotek.
Sampel kemudian diambil 10 kapsul dari masing-masing apotek untuk
dilakukan uji keseragaman bobot. Tujuan dari uji keseragaman bobot dilihat dari
skala industri adalah untuk mengetahui reprodusibiltas mesin pembuat sediaan,
sedangkan dalam skala analisis di laboratorium, tujuan dari uji keseragaman bobot
adalah melihat homogenitas sediaan kapsul. Hasil uji keseragaman bobot dapat
dilihat pada tabel I.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Tabel I. Hasil uji keseragaman bobot
Apotek Sampel (kapsul)
Isi kapsul (g) Rata-rata isi kapsul (g)
1
1 0,2561
Bobot rata-rata = 0,2488 SD = 0,0063 Penyimpangan 7,5% = (0,2488 ± 0.0187) Penyimpangan 15 % = (0,2488 ± 0,0373)
2 0,2618
3 0,2462
4 0,2447
5 0,2514
6 0,2510
7 0,2432
8 0,2484
9 0,2441
10 0,2419
2
1 0,2569
Bobot rata-rata = 0,2649 SD = 0,0068 Penyimpangan 7,5% =(0,2649 ± 0.0199) Penyimpangan 15 % = (0,2649 ± 0,0397)
2 0,2747
3 0,2560
4 0,2601
5 0,2617
6 0,2697
7 0,2734
8 0,2653
9 0,2606
10 0,2703
3
1 0,2627
Bobot rata-rata = 0,2657 SD = 0.0065 Penyimpangan 7,5% = (0,2657 ± 0.0199) Penyimpangan 15 % = (0,2649 ± 0,0398)
2 0,2582
3 0,2567
4 0,2654
5 0,2721
6 0,2775
7 0,2687
8 0,2657
9 0,2695
10 0,2604
Tabel di atas menunjukkan data keseragaman bobot dalam kapsul dengan
rata-rata untuk masing-masing apotek yaitu 0,2488; 0,2648; dan 0,2657. Menurut
Farmakope Indonesia IV (1995) keseragaman bobot untuk kapsul yang berisi
obat tradisional cair tidak lebih dari satu kapsul yang masing-masing bobot isinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
menyimpang dari bobot isi rata-rata lebih besar dari 7,5% dan tidak satu
kapsulpun yang bobot isinya menyimpang dari bobot isi rata-rata lebih besar dari
15%. Data keseragaman bobot pada tabel I menunjukkan bahwa pada apotek 1, 2
dan 3 tidak terdapat penyimpangan keseragaman bobot dimana tidak terdapat
satupun bobot yang menyimpang sebanyak 7,5% maupun 15%.
B. Pembuatan Pelarut
Metanol p.a pH 4 digunakan sebagai pelarut kurkumin. Menurut hasil
orientasi penelitian, kurkumin stabil pada pH 4. Metanol pH 4 dibuat dengan
menambahkan asam asetat glasial 2% ke dalam metanol p.a. Penggunaan asam
asetat glasial 2% bertujuan mengatur pH untuk menjaga stabilitas dari kurkumin
agar tidak terdegradasi. Menurut Tonnesen dan Karlsen (1985), kurkumin dapat
terdegradasi menjadi asam ferulat dan vanilin pada pH basa.
C. Pembuatan Fase Gerak
Jenis dan komposisi fase gerak yang digunakan dalam penelitian ini
adalah campuran metanol p.a. dan asam asetat glasial 2% dengan perbandingan
95:5 (v/v) dengan indeks polaritas sebesar 5,351. Komposisi fase gerak ini
berdasarkan atas penelitian yang dilakukan oleh Kusmiyanti (2011). Dipilih
metanol p.a. dan asam asetat glasial 2% sebagai fase gerak karena keduanya dapat
melarutkan kurkumin dengan baik.
Komponen fase gerak terlebih dahulu disaring menggunakan penyaring
Whatman dengan bantuan pompa vakum untuk menyaring partikel-partikel kecil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
yang dapat menyumbat kolom KCKT. Selanjutnya fase gerak di-degassing
menggunakan ultrasonikator untuk menghilangkan gelembung udara yang dapat
mengakibatkan tekanan pada pompa tidak stabil sehingga mempengaruhi proses
pembacaan sinyal dalam instrumen KCKT.
Sistem gradien digunakan dalam instrumen KCKT dimana proses
pencampuran fase gerak dilakukan di dalam sistem KCKT. Sistem gradien dipilih
karena proses kerja menjadi lebih cepat dan efisien. Campuran fase gerak metanol
p.a. dan asam asetat glasial 2% (95:5 v/v) memiliki nilai pH 4 sehingga tidak akan
merusak kolom oktadesilsilan (C18) pada instrumen KCKT. Pada pH terlalu asam
(pH ≤ 2), C18 bereaksi dengan asam sehingga oktadesilsilan kembali ke bentuk
silanol (Gambar 10).
Si O Si (CH2)17CH3 Si OH Cl Si (CH2)17CH3+
silanol
H2O / H+
H+
Gambar 10. Reaksi degradasi kolom C18 pada pH asam ≤ 2
D. Penetapan Panjang Gelombang Maksimal Kurkumin dengan
Spektrofotometri Visibel
Penentuan panjang gelombang maksimal bertujuan untuk memperoleh
panjang gelombang dimana kurkumin memberikan serapan yang maksimal untuk
dapat dibaca oleh sistem detektor KCKT. Dilakukan scanning λmaks dengan
menggunakan spektrofotometer visibel untuk menentukan λmaks kurkumin.
Scanning λmaks dilakukan dengan menggunakan 3 seri kadar dengan
tujuan agar hasil yang diperoleh benar-benar panjang gelombang serapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
maksimum dari kurkumin. Pembacaan serapan dilakukan pada rentang panjang
gelombang 400-500 nm karena panjang gelombang kurkumin berada pada rentang
panjang gelombang tersebut. Dapat dilihat hasil pengukuran λmaks pada gambar
11.
Gambar 11. Spektra serapan kurkumin dengan pelarut campuran metanol p.a dan
asam asetat glasial 2% pada pH 4
Menurut Aggarwal (2006) panjang gelombang teoritis dari kurkumin
dalam pelarut metanol sebesar 430 nm dan rentang pergeseran panjang gelombang
maksimum yang diperbolehkan untuk daerah visibel yaitu 3 nm dari panjang
gelombang yang ditentukan (Chan et al., 1995). Berdasarkan hasil pengukuran
panjang gelombang maksimum kurkumin diperoleh panjang gelombang
pengukuran yaitu 432 nm dan 433 nm. Dapat disimpulkan bahwa panjang
gelombang hasil pengukuran tidak menyimpang lebih dari 3 nm sehingga
dipastikan bahwa senyawa yang diukur serapannya adalah kurkumin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Panjang gelombang yang dipilih sebagai panjang gelombang maksimum
detektor dalam sistem KCKT fase terbalik yaitu 432 nm. Dipilih panjang
gelombang 432 nm karena paling sering muncul dari ketiga level konsentrasi,
khususnya pada konsentrasi rendah dan tinggi.
Syarat suatu senyawa dapat ditetapkan kadarnya secara spektrofotometri
visibel yaitu memiliki gugus kromofor, mempunyai auksokrom, atau merupakan
senyawa berwarna. Kurkumin memiliki gugus kromofor yang bertanggung jawab
dalam penyerapan radiasi sinar. Gugus auksokrom yang dimiliki oleh kurkumin
terikat langsung pada gugus kromofor. Gugus auksokrom memiliki peran dalam
pergeseran panjang gelombang dan intensitas serapan maksimum dari kurkumin.
Gugus kromofor dan auksokrom dari kurkumin ditunjukkan pada gambar 12.
Gambar 12. Gugus kromofor dan auksokrom kurkumin.
Keterangan = gugus kromofor, = gugus auksokrom
E. Pembuatan Seri Larutan Baku Kurkumin
Baku kurkumin yang digunakan, yaitu baku kurkumin hasil sintesis Prof.
Dr. Sudibyo Martono, M.S., Apt. yang telah dikonfirmasi strukturnya dengan
metode spektroskopi 1H-NMR dan Mass Spectra, kurkumin hasil sintesis ini
memiliki titik lebur 181,2-182,40C.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Pembuatan kurva baku ini telah dilakukan oleh pada tahap validasi
sebelumnya untuk mendapatkan persamaan regresi linear. Persamaan regresi
linear ini digunakan untuk menghitung kadar kurkumin dalam sampel
Rheumakur®. Penentuan kurva baku kurkumin dengan mengukur AUC
kromatogram kurkumin pada 6 konsentrasi kurkumin (1,5; 2,5; 3,5; 4,5; 5,5; dan
6,5 ppm) dan direplikasi sebanyak 3 kali. Persamaan regresi linear disebut baik
jika memiliki koefisien korelasi 0,999.
Tabel II. Data kurva baku kurkumin
Replikasi C (ppm) C (mg/ml x 60.000.000)
AUC Perhitungan regresi
linier
1
1,5 90000 80587 A = -12578,6 B = 59828,4 R = 0,9985 α = 89,99° y= 59828,4x-12578,6
2,5 150000 140888 3,5 210000 192509 4,5 270000 246752 5,5 330000 316510 6,5 390000 383164
2
1,47 88200 88101 A = - 31915,6 B = 76636,0 R = 0,9980 α = 89,99° y= 76636,0 x - 31915,6
2,45 147000 151483 3,43 205800 234079 4,41 264600 290285 5,39 323400 383911 6,37 382200 463126
3
1,53 91800 99579 A = 1711,5 B = 63393 R = 0,9996 α = 89,99° y = 63393x + 1711,5
2,55 153000 154468 3,57 214200 227391 4,59 275400 285619 5,61 336600 350697 6,63 397800 413947
Persamaan kurva baku yang digunakan untuk perhitungan kadar yaitu
data replikasi III. Data di atas menunjukkan untuk replikasi III persamaan kurva
baku yaitu y = 63393x + 1711,5 dengan nilai r sebesar 0,9996. Persamaan kurva
baku tersebut memiliki nilai α = 89,99° sehingga perlu dilakukan modifikasi
kurva baku agar menghasilkan nilai α yang mendekati 45° dan penampilan kurva
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
yang dihasilkan baik. Modifikasi kurva baku dilakukan dengan cara mengalikan
kadar terukur dengan bilangan tertentu (60.000.000). Hasilnya diperoleh
persamaan y= 1,0358x + 1711,5 dengan nilai r = 0,9996 dan α = 46,01°.
Gambar 13. Kurva baku kurkumin
F. Analisis Kualitatif Kurkumin
Analisis kualitatif bertujuan untuk membuktikan bahwa dalam sampel
OHT merk Rheumakur® yang diteliti mengandung kurkumin. Analisis kualitatif
dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan waktu retensi pada baku
kurkumin dengan waktu retensi yang dimaksud pada sampel Rheumakur®. Hasil
uji kualitatif sampel OHT merk Rheumakur® terhadap baku kurkumin dapat
dilihat pada gambar 14.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Gambar 14. Kromatogram baku kurkumin (a) dan kurkumin dalam sampel (b)
Pada kromatogram yang ditunjukkan gambar 14, diketahui bahwa baku
kurkumin memiliki waktu retensi 2,682 menit dan kurkumin dalam sampel kapsul
lunak OHT merek Rheumakur® memiliki waktu retensi 2,680 menit. Berdasarkan
waktu retensi yang diperoleh, dapat dipastikan bahwa dalam sampel kapsul OHT
merek Rheumakur® terdapat kandungan kurkumin.
Waktu retensi dari kurkumin dipengaruhi oleh interaksi kurkumin dengan
fase diam dan fase geraknya. Dilihat dari strukturnya, kurkumin memiliki bagian
struktur yang polar dan non-polar (Gambar 15). Sistem kromatografi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kromatografi partisi fase terbalik dengan
fase gerak yang lebih polar dibanding fase diam. Oleh karena itu, senyawa yang
cenderung non-polar akan lebih lama melewati kolom sehingga waktu retensinya
akan lebih panjang dibandingkan senyawa yang cenderung polar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Keterangan: = gugus polar, = gugus nonpolar
Gambar 15. Gugus polar dan non-polar kurkumin
Gugus polar dari kurkumin berinteraksi dengan fase gerak melalui
interaksi hidrogen, sedangkan bagian gugus non-polar dari kurkumin berinteraksi
dengan fase diam melalui interaksi Van Der Waals. Interaksi antara kurkumin
dengan fase diam oktadesilsilan dan fase gerak metanol p.a. : asam asetat glasial
2% (95:5 v/v) dapat dilihat pada gambar 16 dan 17.
Gambar 16. Interaksi kurkumin dengan fase gerak metanol p.a:asam asetat glasial
2% membentuk interaksi hidrogen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Gambar 17. Interaksi kurkumin dengan fase diam oktadesilsilan
Pada gambar 16 dan 17 menunjukkan bahwa interaksi kurkumin dengan
fase gerak lebih kuat dibandingkan dengan fase diam. Hal ini disebabkan oleh
adanya interaksi hidrogen antara kurkumin dengan fase gerak yang lebih kuat
dibandingkan interaksi Van Der Waals antara kurkumin dengan fase diam.
Interaksi antara kurkumin dengan fase gerak yang lebih kuat dibandingkan antara
kurkumin dengan fase diam menyebabkan kurkumin semakin cepat terelusi keluar
dari kolom. Hal tersebut dapat dilihat dari waktu retensi baku kurkumin pada
2,682 menit dan sampel OHT Rheumakur® pada 2,680 menit (gambar 14).
G. Optimasi Waktu Ekstraksi Kurkumin dalam Rheumakur®
Tujuan dari optimasi waktu ekstraksi kurkumin dalam Rheumakur®
adalah untuk mendapatkan waktu ekstraksi yang paling optimal dimana kurkumin
yang tersari dari sampel berada dalam jumlah terbanyak. Menurut penelitian
Pasaribu (2011), metode ekstraksi sampel yang paling baik adalah menggunakan
ultrasonikator. Variabel optimasi waktu ekstraksi menggunakan ultrasonikator
yang digunakan ialah 5; 10; 15; 20; 25 dan 30 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
A
B
C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
D
E
F Keterangan: A: 5 menit, B: 10 menit, C: 15 menit, D: 20 menit, E: 25 menit, F: 30 menit
Gambar 18. Kromatogram ekstraksi sampel menggunakan ultrasonikator selama 5;
10; 15; 20; 25; dan 30 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Hasil kromatogram untuk ekstraksi menggunakan ultrasonikator pada
gambar 18 dan tabel III menunjukkan bahwa semakin bertambahnya waktu,
respon yang dihasilkan semakin tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan bentuk peak
dan nilai AUC yang semakin tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
peningkatan waktu ekstraksi akan meningkatkan jumlah kurkumin yang
terekstraksi.
Tabel III . Hasil pengukuran AUC sampel dengan variasi waktu menggunakan ultrasonikator
Waktu (menit) AUC Jumlah peak Rs Asymmetry Factor
(Facte 5 451.515 3 2,3806 1
10 549.607 3 2,3869 1
15 728.108 3 2,4324 1
20 956.912 3 2,2058 1
25 1.158.339 3 2,4084 1
30 1.973.596 5 2,3129 1
Berdasarkan data yang diperoleh maka dipilih metode ekstraksi
menggunakan ultrasonikator selama 30 menit. Alasan dipilih waktu ekstraksi 30
menit karena waktu ekstraksi 30 menit menghasilkan respon AUC paling tinggi
yang artinya kurkumin yang terekstraksi paling optimal. Selain alasan bahwa
kurkumin terekstraksi optimal pada menit ke-30, jumlah peak yang dihasilkan
kromatogram menit ke-30 ternyata lebih banyak dari waktu ekstraksi antara 5
sampai 25 menit. Penambahan jumlah peak ini disebabkan oleh terbentuknya
produk degradasi kurkumin. Adanya produk degradasi kurkumin tersebut dapat
mempengaruhi besarnya respon AUC yang dihasilkan sehingga tidak
menunjukkan kadar kurkumin yang sebenarnya. Bila proses ekstraksi tetap
dilanjutkan lebih lama dikhawatirkan kadar kurkumin akan menurun sedangkan
kadar produk degradasinya akan meningkat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Gambar 19. Kurva optimasi waktu ekstraksi sampel Rheumakur®
H. Penetapan Kadar Kurkumin dalam Sampel Rheumakur®
Kadar kurkumin dalam kapsul lunak OHT Rheumakur® dapat dihitung
berdasarkan kromatogram yang memiliki nilai AUC menggunakan persamaan
kurva baku yang telah diperoleh. Parameter analisis yang digunakan untuk
melihat reprodusibiltas yaitu nilai CV. Dari data pada tabel IV dapat dilihat kadar
rata-rata kurkumin dalam sampel.
Tabel IV. Hasil perhitungan kadar kurkumin dalam masing-masing apotek Apotek Replikasi AUC Kadar Kurkumin
(% b/b) Keterangan
1
1 454.994 38,4768 Kadar rata-rata = 39,6350 % b/b SD = 1,5242 CV = 3,8456
2 452.343 38,2519 3 486.173 41,1239 4 489.894 41,4395 5 459.786 38,8830
2
1 443.794 39,9371 Kadar rata-rata = 39,5934 % b/b SD = 0,3594 CV = 0,9078
2 436.959 39,3205 3 444.866 40,0335 4 437.176 39,3395 5 437.146 39,3364
3
1 531.604 48,0187 Kadar rata-rata = 47,2658 % b/b SD = 0,8192 CV = 1,7331
2 534.033 48,2387 3 513.145 46,3459 4 518.878 46,8656 5 518.828 46,8603
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Kadar Rheumakur® untuk masing-masing apotek yaitu 39,6350; 39,5934;
dan 47,2658 % b/b. Pada label tercantum kadar kurkuminoid tiap kapsul sebesar
10 mg. Menurut Aggarwal dkk (2006), kandungan kurkumin dalam kurkuminoid
adalah 77%, sehingga dalam 10 mg kurkuminoid terdapat kurang lebih 2,7500 %
b/b kurkumin. Kadar kurkumin setiap sampel dari masing-masing apotek ternyata
jauh lebih besar (±10-20 kali) dibandingkan kadar kurkumin yang terdapat dalam
10 mg kurkuminoid. Nilai CV masing-masing sampel dari tiap-tiap apotek yaitu
3,8456%; 0,9078%; dan 1,7331%. Nilai CV pada apotek 1 ternyata tidak
memenuhi syarat CV yang baik (CV < 2), yaitu CV = 3,8456% sehingga kadar
kurkumin dalam sampel OHT Rheumakur® yang diperoleh dari apotek 1 tidak
reprodusibel.
Sebelum membandingkan data kadar kurkumin pada masing-masing
apotek, perlu dilakukan uji normalitas data. Analisis normalitas data yang
digunakan ialah Shapiro-Wilk dengan nilai kemaknaan (p) > 0,05. Alasan
digunakan metode Shapiro-Wilk karena jumlah sampel ≤ 50.
Tabel V. Nilai normalitas data apotek 1, 2, dan 3
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Konsentrasi Apotek 1 .289 5 .200 .818 5 .113
Konsentrasi Apotek 2 .360 5 .033 .741 5 .025
Konsentrasi Apotek 3 .287 5 .200* .881 5 .313
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Dari tabel V didapatkan bahwa data kadar apotek 2 ternyata tidak
terdistribusi normal karena pada tabel Sig. menunjukkan nilai kemaknaan (p) =
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
0.025 dimana p < 0,05. Dengan demikian, uji analisis komparatif yang digunakan
untuk mengetahui reprodusibilitas kadar sampel Rheumakur® masing-masing
apotek adalah uji Kruskall-Wallis kemudian dilanjutkan analisis Post Hoc dengan
uji Mann Whitney. Analisis Post Hoc dengan uji Mann Whitney bertujuan untuk
mengetahui kadar sampel Rheumakur® dari apotek mana sajakah yang memiliki
perbedaan bermakna.
Tabel VI. Nilai uji Kruskall-Wallis data apotek 1, 2, dan 3
Test Statisticsa,b
Konsentrasi Apotek 1
Chi-Square 9.500
df 2
Asymp. Sig. .009
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Kelompok
Hasil uji Kruskall-Wallis menunjukkan adanya perbedaan bermakna dari
sampel Rheumakur® yang berasal dari ketiga apotek tersebut. Diperoleh nilai p =
0,009 dimana p < 0,05. Setelah uji Kruskall-Wallis kemudian diteruskan dengan
analisis Post Hoc dengan uji Mann-Whitney.
Tabel VII. Nilai uji Mann-Whitney data apotek 1 dan 2
Test Statisticsb
Konsentrasi Apotek 1
Mann-Whitney U 10.000
Wilcoxon W 25.000
Z -.522
Asymp. Sig. (2-tailed) .602
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.690a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tabel VIII . Nilai uji Mann-Whitney data apotek 1 dan 3
Test Statisticsb
Konsentrasi Apotek 1
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
Tabel IX . Nilai uji Mann-Whitney data apotek 2 dan 3
Test Statisticsb
Konsentrasi Apotek 1
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
Dari hasil analisis Post Hoc dengan uji Mann-Whitney didapatkan data
sebagai berikut:
a. Nilai p untuk apotek 1 dan apotek 2, yaitu 0,602
b. Nilai p untuk apotek 2 dan apotek 3, yaitu 0,009
c. Nilai p untuk apotek 1 dan apotek 3, yaitu 0,009
Dari data di atas dapat diketahui bahwa antara apotek 1 dan apotek 2 memiliki
kadar yang tidak berbeda bermakna. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai p >
0,05 (p = 0,602). Sedangkan antara apotek 1 dan apotek 3 serta apotek 2 dan 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
terdapat perbedaan bermakna. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai p < 0,05 (p =
0,009).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dari hasil penelitian yang telah diperoleh, dapat disimpulkan bahwa kadar
rata-rata kurkumin yang terdapat dalam sediaan padat OHT merk Rheumakur®
yang beredar dipasaran untuk setiap apoteknya masing-masing 39,6350 ±
1,5242; 39,5934 ± 0,3594; dan 47,2658 ± 0,8192 % (b/b) dengan nilai CV
masing-masing 3,8456%; 0,9078%; dan 1,7331%.
2. Kadar kurkumin setiap sampel dari masing-masing apotek ternyata tidak
masuk dalam rentang kadar kurkumin yang terdapat dalam 10 mg
kurkuminoid. Kadar kurkumin dalam sediaan kapsul lunak Rheumakur®
antara apotek 1 dan 2 tidak berbeda bermakna secara statistik, sedangkan
antara apotek 1 dan 3 serta apotek 2 dan 3 ternyata memiliki perbedaan
bermakna.
B. Saran
Perlu dilakukan analisis terhadap sampel obat tradisional lain yang
mengandung kurkumin dengan menggunakan metode penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2002, Curcuma longa: Alternative Medicine Review Monographs, http://www.thorne.com/media/alternative_medicine_review/monographs/CurcumaMono.pdf, diakses tanggal 30 September 2010.
Anonim, 2011, Rheumakur, http://phytochemindo.indonetwork.net/1167963/
rheumakur-kombinasi-minyak-kunyit-dan-temulawak.htm, diakses tanggal 28 Januari 2011.
Aggarwal, B.B., Kumar, A., Anggarwal, M.S., Shishodia, S., 2003, Curcumin
Derived from Turmeric (Curcuma longa)- a Spice for All Seasons, http://www.curcumin.co.nz/pdf/Curcumin_A_Spice_For_All_Seasons.pdf, diakses tanggal 5 September 2010.
Aggarwal, B.B., Bhatt, I.D., Ichikawa, H., Ahn, K.S., Sethi, G., Sandur, S.K.,
2006, Curcumin- Biological and Medicinal Properties, diakses tanggal 5 September 2010.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2005, Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.05.4.2411 tentang Penggolongan Obat Bahan Alam Indonesia, Badan Pengawas Obat dana Makanan Republik Indonesia, Jakarta.
Badan Pengawas Obat Dan Makanan RI, 2005, Lampiran Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK 00.05.4.1380 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2005, Standarisasi Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia, Salah Satu Tahapan Penting dalam Pengembangan Obat Asli Indonesia, InfoPOM, 6(4), 1-5.
Bassett, J., Denney, R. C., Jeffery, G. H., Mendham, J., 1994, Vogel’s Textbook of
Quantitative Inorganic Analysis Including Elementary Instrumental Analysis, diterjemahkan oleh Pudjaatmaka, A. H., hal. 863-866, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995, Farmakope
Indonesia, jilid IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Johnson, E. L., and Stevenson, R., 1978, Basic Liquid Chromatography,
diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung, 6-9, 17-25, 90-91, 99-103.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Kazakevich, Y. and Nair, H. M., 1996, Basic Liquid Chromatography Textbook on HPLC, http://KCKT.chem.shu.edu/NEW/KCKT Book. diakses pada 7 September 2010.
Khopkar, S. M., 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, diterjemahkan oleh A.
Saptohardjo, Pendamping Agus Nurhadi, UI Press, Jakarta, 189. Kiswanto, Y., 2005, Perubahan Kadar Senyawa Bioaktif Rimpang Temulawak
dalam Penyimpanan ( Curcuma xanthorrhiza Roxb), Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian (INTAN) Yogyakarta.
Kusmiyanti, K., 2011, Optimasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
(KCKT) Fase Terbalik pada Penetapan Kadar Kurkumin dalam Sediaan Kapsul Lunak Obat Herbal Terstandar (OHT) Rheumakur®, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Meyer, V.R., 2004, Practical High Performance Liquid Chromatography, 4th
Edition, St. Gallen: John Willey & Sons Inc., USA, pp. 14-31 Mulja, M. dan Suharman, 1995, Analisis Instrumental, Universitas Airlangga,
Surabaya, 6-11, 26, 31, 34. Munson, J. W., 1991, Pharmaceutical Analysis Modern Methods, diterjemahkan
oleh Harjana, Parwa B., Volume II, hal. 13-5, 8Airlangga University Press, Surabaya.
Noegrohati, S., 1994, Pengantar Kromatografi, UGM, Yogyakarta, 16-17. Nugroho, B., 2011, Validasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Fase
Terbalik pada Penetapan Kadar Kurkumin dalam Sediaan Kapsul Lunak Obat Herbal Terstandar Merek Rheumakur®, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Pescok, R. L., Shields, L.D., and Caims, T., 1976, Modern Methods of Chemical
Analysis, 2nd
ed., John Wiley & Sons, Canada, 51. Rohman, A., dan Gandjar, I. G., 2007, Kimia Farmasi Analisis, cetakan kedua,
Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 33, 323-345. Saifudin, A., Rahayu, V., Teruna, Y., 2011, Standardisasi Bahan Obat Alam,
Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta, 4-11.
Sastrohamidjojo, H., 2002a
, Kromatografi, Penerbit Liberty, Yogyakarta, 1, 71-72.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Sastrohamidjojo, H., 2002b, Spektroskopi, Penerbit Liberty, Yogyakarta, 11, 22-32.
Skoog, D.A., Holler, F.J., and Nieman, T.A., 1998, Principles of Instrumental
Analysis, Fifth 5th edition, Harcourt Brace College Publishers, Philadelphia, 329-351.
Stankovic I., 2004, Curcumin Chemical and Technical Assessment (TCA),
JECFA 61st edition, FAO, ftp://ftp.fao.org/es/esn/jecfa/cta/CTA_61_Curcumin.pdf, diakses tanggal 2 Desember 2010.
Sudaryono, A., Nourmamode, A., Gardrat, C., Grelier, S., Bravic, G., Chasseau,
D., et al., 2003, Studies on the Photochemistry of 1,7-diphenyl-1,6-heptadiene-3,5-dione, a Non-Phenolic Curcuminoid Model, Advance Article, 1.
Tonnesen, H.H. dan Karlsen, J., 1985, Studies on Curcumin and Curcuminoids: V.
Alkaline Degradation of Curcumin, Z. Lebensm Unters. Forsch, pp. (180) 132-134.
World Health Organization, 2008, Traditional Medicine,
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs134/en/, diakses tanggal 20 Februari 2011.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Lampiran 1. Jaminan Keaslian Baku Kurkumin Hasil Sintesis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Lampiran 2. Hasil Uji Stabilitas Kurkumin pada pH 3-5 dengan
Spektrofotometer Visibel pada rentang 200-500 nm
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Lampiran 3. Perhitungan Kepolaran Fase Gerak
Diketahui:
Metanol dengan log P = -0,027 ; indeks polaritas = 5,1
Aquabidest dengan indeks polaritas = 10,2
Asam asetat glasial 2% dengan indeks polaritas = 10,12
Fase gerak metanol : asam asetat glasial 2% ( 95 : 5)
Indeks polaritas =
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Lampiran 4. Spektra Serapan Kurkumin dengan Pelarut Campuran Metanol p.a dan
Asam Asetat Glasial 2% pada pH 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Lampiran 5. Hasil Uji Keseragaman Bobot dan Contoh Perhitungannya
Apotek Sampel
(kapsul) Isi kapsul (g) Rata-rata isi kapsul (g)
1
1 0,2561
Bobot rata-rata = 0,2488
SD = 0,0063
Penyimpangan 7,5% = (0,2488 ± 0.0187)
Penyimpangan 15 % = (0,2488 ± 0,0373)
2 0,2618
3 0,2462
4 0,2447
5 0,2514
6 0,2510
7 0,2432
8 0,2484
9 0,2441
10 0,2419
2
1 0,2569
Bobot rata-rata = 0,2649
SD = 0,0068
Penyimpangan 7,5% =(0,2649 ± 0.0199)
Penyimpangan 15 % = (0,2649 ± 0,0397)
2 0,2747
3 0,2560
4 0,2601
5 0,2617
6 0,2697
7 0,2734
8 0,2653
9 0,2606
10 0,2703
3
1 0,2627
Bobot rata-rata = 0,2657
SD = 0.0065
Penyimpangan 7,5% = (0,2657 ± 0.0199)
Penyimpangan 15 % = (0,2649 ± 0,0398)
2 0,2582
3 0,2567
4 0,2654
5 0,2721
6 0,2775
7 0,2687
8 0,2657
9 0,2695
10 0,2604
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Bobot rata-rata sampel kapsul apotek 1:
SD = 0,0063
Penyimpangan 7,5% = 0,2488 - 0.0187 sampai 0,2488 + 0.0187
Penyimpangan 15 % = 0,2488 - 0,0373 sampai 0,2488 + 0,0373
Bobot rata-rata sampel kapsul apotek 2 :
SD = 0,0068 Penyimpangan 7,5% = 0,2649 - 0.0199 sampai 0,2649 + 0.0199
Penyimpangan 15 % = 0,2649 - 0,0397 sampai 0,2649 + 0,0397
Bobot rata-rata sampel kapsul apotek 3 :
SD = 0,0065
Penyimpangan 7,5% = 0,2657 - 0.0199 sampai 0,2657 + 0.0199
Penyimpangan 15 % = 0,2649 - 0,0398 sampai 0,2649 + 0,0398
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Lampiran 6. Data Kurva Baku Kurkumin
Replikasi C (ppm) C (mg/ml x 60.000.000)
AUC Perhitungan regresi
linier
1
1,5 90000 80587 A = -12578,6 B = 59828,4 R = 0,9985 α = 89,99° y= 59828,4x-12578,6
2,5 150000 140888 3,5 210000 192509 4,5 270000 246752 5,5 330000 316510 6,5 390000 383164
2
1,47 88200 88101 A = - 31915,6 B = 76636,0 R = 0,9980 α = 89,99° y= 76636,0 x - 31915,6
2,45 147000 151483 3,43 205800 234079 4,41 264600 290285 5,39 323400 383911 6,37 382200 463126
3
1,53 91800 99579 A = 1711,5 B = 63393 R = 0,9996 α = 89,99° y = 63393x + 1711,5
2,55 153000 154468 3,57 214200 227391 4,59 275400 285619 5,61 336600 350697 6,63 397800 413947
Gambar kromatogram baku kurkumin (6,5 ppm)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Lampiran 7. Kromatogram Ekstraksi Sampel Menggunakan Ultrasonikator
a. Kromatogram waktu ekstraksi 5 menit
b. Kromatogram waktu ekstraksi 10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
c. Kromatogram waktu ekstraksi 15 menit
d. Kromatogram waktu ekstraksi 20 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
e. Kromatogram waktu ekstraksi 25 menit
f. Kromatogram waktu ekstraksi 30 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Tabel pengukuran kadar sampel hasil optimasi waktu ekstraksi
Waktu (menit) AUC Jumlah peak Rs Asymmetry Factor
(Facte 5 451.515 3 2,3806 1
10 549.607 3 2,3869 1
15 728.108 3 2,4324 1
20 956.912 3 2,2058 1
25 1.158.339 3 2,4084 1
30 1.973.596 5 2,3129 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Lampiran 8. Kromatogram Penetapan Kadar Kurkumin dalam Sampel
Rheumakur®
a. Apotek 1
Replikasi 1
Replikasi 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Replikasi 3
Replikasi 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Replikasi 5
b. Apotek 2
Replikasi 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Replikasi 2
Replikasi 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Replikasi 4
Replikasi 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
c. Apotek 3
Replikasi 1
Replikasi 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Replikasi 3
Replikasi 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Replikasi 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Lampiran 9. Data Hasil Perhitungan Penetapan Kadar Kurkumin dalam
Sampel Rheumakur®
Tabel perhitungan kadar kurkumin dalam Rheumakur®
Apotek Replikasi AUC Kadar Kurkumin (% b/b)
Keterangan
1
1 454.994 38,4768 Kadar rata-rata = 39,6350 % b/b SD = 1,5242 CV = 3,8456
2 452.343 38,2519 3 486.173 41,1239 4 489.894 41,4395 5 459.786 38,8830
2
1 443.794 39,9371 Kadar rata-rata = 39,5934 % b/b SD = 0,3594 CV = 0,9078
2 436.959 39,3205 3 444.866 40,0335 4 437.176 39,3395 5 437.146 39,3364
3
1 531.604 48,0187
Kadar rata-rata = 47,2658 % b/b SD = 0,8192 CV = 1,7331
2 534.033 48,2387 3 513.145 46,3459 4 518.878 46,8656 5 518.828 46,8603
Contoh perhitungan kadar kurkumin dalam Rheumakur® (Apotek 3, Replikasi 1) :
y = 63393x + 1711,5
531604 = 63393x + 1711,5
x = 8,3588
8,3588 x (10 mL/0,185 mL) = 451,8266 ppm
x = 451,8266 ppm = 451,8266 mg/1000mL = 0,4518266 mg/mL = 4,5183 mg/10 mL
Kadar kurkumin = 4,5183 mg / 0,050 g = 90,366 mg/g = 9,0366 % b/b
dalam 1 kapsul = (265,69 mg / 50 mg) x 9,0366 % b/b = 48,0187 % b/b
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Lampiran 10. Data Uji Statistik
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Konsentrasi Apotek 1 .289 5 .200 .818 5 .113
Konsentrasi Apotek 2 .360 5 .033 .741 5 .025
Konsentrasi Apotek 3 .287 5 .200* .881 5 .313
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Test Statisticsa,b
Konsentrasi Apotek 1
Chi-Square 9.500
df 2
Asymp. Sig. .009
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Kelompok
Uji Post Hoc Mann-Whitney
Tabel nilai uji Mann-Whitney data apotek 1 dan 2
Test Statisticsb
Konsentrasi Apotek 1
Mann-Whitney U 10.000
Wilcoxon W 25.000
Z -.522
Asymp. Sig. (2-tailed) .602
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.690a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
Tabel VIII . Nilai uji Mann-Whitney data apotek 1 dan 3
Test Statisticsb
Konsentrasi Apotek 1
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
Tabel IX . Nilai uji Mann-Whitney data apotek 2 dan 3
Test Statisticsb
Konsentrasi Apotek 1
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi berjudul “Penetapan Kadar Kurkumin dalam
Sediaan Kapsul Lunak Obat Herbal Terstandar (OHT)
Rheumakur® yang Beredar di Pasaran Menggunakan
Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) Fase
Terbalik” memiliki nama lengkap Dian Prahara Florentino
Wara. Penulis lahir di Bontang, Provinsi Kalimantan Timur
pada tanggal 5 Juli 1989 sebagai putra kedua pasangan
Bernadus Wara dan Monica Gaa. Pendidikan formal yang
pernah ditempuh penulis adalah TK Vidatra (1993-1995),
SD Vidatra (1995-2001), SLTP Vidatra (2001-2004), SMA
Kolese De Britto (2004-2007), kemudian tahun 2007
penulis melanjutkan kuliah di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Selama kuliah penulis aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi
antara lain panitia pelepasan wisudawan/wisudawati (2008 & 2009), panitia PPnEC
2008, anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Farmasi (2009-2010), panitia PP 2009,
Kapten UKF sepakbola Farmasi Universitas Sanata Dharma “Squadra Violla” dan
relawan bencana Merapi di Stadion Maguwoharjo, Sleman (2010). Selain itu penulis
juga pernah menjadi asisten dosen pada mata kuliah praktikum Analisis Sediaan Obat
Tradisional (2010), praktikum FTS Steril (2011) dan praktikum Biofarmasetika
(2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI