documentoa

24
BAB I PENDAHULUAN Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. 1 Kasus osteoartritis paling umum dijumpai secara global. OA dapat menyebabkan terganggunya mobilitas penderita dan dapat mempunyai dampak sosio-ekonomi yang besar, baik di negara maju maupun negara berkembang. Hal ini karena prevalensi kejadiannya yang cukup tinggi dan bersifat kronik-progresif. Diketahui OA dialami oleh 151 juta jiwa diseluruh dunia dan mencapai 24 juta jiwa dikawasan Asia Tenggara. 2 Di Indonesia, OA merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemui dibandingkan kasus penyakit sendi lainnya. Secara umum, prevalensi penyakit sendi di Indonesia sangat tinggi yaitu sebesar 30,3%. Pada usia 45-54 tahun prevalensinya sebesar 46,3%, usia 55-64 tahun sebesar 56,4%, usia 65-74 tahun sebesar 62,9% dan usia lebih dari 75 tahun sebesar 65,4%. 3 Diperkirakan bahwa satu sampai dua juta lanjut usia di Indonesia menjadi cacat karena OA sehingga tantangan terhadap dampak OA akan semakin besar karena semakin banyaknya populasi yang berusia tua. Osteoartritis sering kali terjadi tanpa diketahui penyebabnya yang dikenal sebagai idiopatik dan merupakan osteoartritis primer. Sedangkan osteoartritis 1

Upload: anjari-agnesia-sastrowijoyo

Post on 09-Nov-2015

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

oa

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi.1 Kasus osteoartritis paling umum dijumpai secara global. OA dapat menyebabkan terganggunya mobilitas penderita dan dapat mempunyai dampak sosio-ekonomi yang besar, baik di negara maju maupun negara berkembang. Hal ini karena prevalensi kejadiannya yang cukup tinggi dan bersifat kronik-progresif. Diketahui OA dialami oleh 151 juta jiwa diseluruh dunia dan mencapai 24 juta jiwa dikawasan Asia Tenggara.2Di Indonesia, OA merupakan penyakit sendi yang paling banyak ditemui dibandingkan kasus penyakit sendi lainnya. Secara umum, prevalensi penyakit sendi di Indonesia sangat tinggi yaitu sebesar 30,3%. Pada usia 45-54 tahun prevalensinya sebesar 46,3%, usia 55-64 tahun sebesar 56,4%, usia 65-74 tahun sebesar 62,9% dan usia lebih dari 75 tahun sebesar 65,4%.3 Diperkirakan bahwa satu sampai dua juta lanjut usia di Indonesia menjadi cacat karena OA sehingga tantangan terhadap dampak OA akan semakin besar karena semakin banyaknya populasi yang berusia tua.Osteoartritis sering kali terjadi tanpa diketahui penyebabnya yang dikenal sebagai idiopatik dan merupakan osteoartritis primer. Sedangkan osteoartritis sekunder dapat terjadi akibat trauma pada sendi, infeksi, perkembangan, kelainan neurologi dan metabolik.1 Terapi OA pada umumnya bersifat simptomatik, misalnya dengan pengendalian faktor-faktor risiko, latihan fisioterapi, dan terapi farmakologis. Analgetik atau obat anti inflamasi non steroid (NSAID) seringkali digunakan untuk mengurangi keluhan nyeri sehingga penggunaannya berlangsung lama dan tidak jarang menimbulkan masalah yang lain seperti peningkatan asam lambung. Pada fase lanjut, sering diperlukan adanya pembedahan.1

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi OsteoartritisOsteoartritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, arthro yang berarti sendi, dan itis yang berarti inflamasi meskipun sebenarnya penderita osteoartritis tidak mengalami inflamasi atau hanya mengalami inflamasi ringan.4 Osteoartritis adalah penyakit degeneratif sendi yang bersifat kronik, berjalan progresif lambat, seringkali tidak meradang atau hanya menyebabkan inflamasi ringan, dan ditandai dengan adanya deteriorasi dan abrasi rawan sendi serta pembentukan tulang baru pada permukaan sendi. Osteoartritis biasanya mengenai sendi penopang berat badan (weight bearing) misalnya pada panggul, lutut, vertebra, tetapi dapat juga mengenai bahu, sendi-sendi jari tangan, dan pergelangan kaki.4

2.2EtiologiOsteoartritis terbagi atas dua jenis berdasarkan penyebabnya yaitu osteoartritis primer dan osteoartritis sekunder. Osteoartritis primer tidak diketahui dengan jelas penyebabnya dan biasanya mengenai satu atau beberapa sendi. sedangkan osteoartritis sekunder dapat disebabkan oleh keadaan-keadaan yang menyebabkan rusaknya sinovial seperti trauma, faktor genetik serta penyakit metabolik.4Ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan osteoartritis menurut The American Geriatrics Society yaitu sebagai berikut.5,61. UmurOA lebih sering dihubungkan dengan proses degeneratif. Berkaitan dengan perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur, yaitu penurunan jumlah kolagen dan kadar air.2. Jenis kelaminSebelum umur 45 tahun, OA lebih sering terjadi pada laki-laki. Sedangkan diatas 55 tahun, OA lebih sering terjadi pada wanita.3. GenetikPengaruh faktor genetik mempunyai kontribusi sekitar 50% terhadap risiko terjadinya OA tangan dan panggul, dan sebagian kecil OA lutut.4. KongenitalBeberapa orang dilahirkan dengan sendi-sendi abnormal yang rentan terhadap pengikisan mekanik yang dapat menyebabkan degenerasi dan sejak dini kehilangan tulang rawan sendi.5. RasKejadian osteoarthritis pada orang kulit hitam menderita osteoarthritis mempunyai prevalensi lebih kecil daripada orang kulit putih pada populasi yang sama. Kejadian yang lebih tinggi dari osteoarthritis ada pada populasi Jepang, sementara orang-orang hitam Afrika Selatan dan China Selatan mempunyai angka-angka yang lebih rendah.6. ObesitasSetiap penambahan 1 kg meningkatkan risiko terjadinya OA sebesar 10%. Bagi orang yang obes, setiap penurunan berat walau hanya 5 kg akan mengurangi fakor risiko OA di kemudian hari sebesar 50%.7. Aktivitas fisik yg beratAktivitas fisik dengan tekanan berulang pada tangan atau tubuh bagian bawah akan meningkatkan risiko OA pada sendi yang terkena tekanan.8. Kelainan metabolik atau sistem endokrinGangguan-gangguan metabolik, seperti diabetes dan penyakit-penyakit karena hormon pertumbuhan berhubungan dengan pengikisan kartilago yang dini dan osteoarthritis sekunder. Adanya endapan-endapan kristal pada kartilago juga dapat menyebabkan degenerasi kartilago dan osteoarthritis9. TraumaSeseorang dengan usia 65 tahun yang pernah mengalami cedera pada sendi-sendinya di waktu muda, risikonya untuk terkena osteoartritis lebih besar dua kali lipat jika dibandingkan dengan yang tidak pernah mengalami cedera sendi.

2.3 KlasifikasiDerajat osteoartritis lutut dibagi menjadi lima derajat oleh Kellgren dan Lawrence berdasarkan hasil radiologis yaitu sebagai berikut.7Derajat OAIntepretasi Hasil radiologis

Derajat 0NormalTidak ada gambaran abnormal

Derajat 1MeragukanOsteophyte kecil

Derajat 2MinimalDefinite osteophyte, Unipaired joint space

Derajat 3SedangOsteophyte jelas, ruang antar sendi mulai menyempit

Derajat 4BeratRuang antar sendi menyempit dan ada sklerosis

2.4 PatofisiologiOsteoarthritis dapat berkembang dalam dua cara:8 Biomateri penyusun kartilago sendi dan tulang di bawahnya normal, namun terjadi kerusakan karena pemberian beban yang berlebihan. Beban yang diberikan tidak berlebihan, namun materi penyusun kartilago dan tulangnya tidak cukup kuat.Proses yang terjadi pada OA antara lain adanya gangguan pada tulang rawan sendi, perubahan tulang, dan jaringan periartikuler.8

a. Tulang rawan sendiStage I : Gangguan atau perubahan matriks kartilagoBerhubungan dengan peningkatan konsentrasi air yang mungkin disebabkan gangguan mekanik, degradasi makromolekul matriks, atau perubahan metabolisme kondrosit. Awalnya konsentrasi kolagen tipe II tidak berubah, tapi jaring-jaring kolagen dapat rusak dan konsentrasi aggrecan dan derajat agregasi proteoglikan menurun.

Stage II : Respon kondrosit terhadap gangguan atau perubahan matriksKetika kondrosit mendeteksi gangguan atau perubahan matriks, kondrosit berespon dengan meningkatkan sintesis dan degradasi matriks, serta berproliferasi. Respon ini dapat menggantikan jaringan yang rusak, mempertahankan jaringan, atau meningkatkan volume kartilago. Respon ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun.Stage III : Penurunan respon kondrositKegagalan respon kondrosit untuk menggantikan atau mempertahankan jaringan mengakibatkan kerusakan tulang rawan sendi disertai dan diperparah oleh penurunan respon kondrosit. Penyebab penurunan respon ini diperkirakan akibat kerusakan mekanis pada jaringan, dengan kerusakan kondrosit dan downregulasi respon kondrosit terhadap sitokin anabolik.

b. Perubahan TulangPerubahan tulang subchondral yang mengikuti degenerasi tulang rawan sendi meliputi peningkatan densitas tulang subchondral. Peningkatan densitas tulang merupakan akibat dari pembentukan lapisan tulang baru. Biasanya merupakan tanda awal dari penyakit degenerasi sendi pada tulang subchondral, tapi pada beberapa sendi, ronggarongga terbentuk sebelum peningkatan densitas tulang secara keseluruhan. Pada stadium akhir dari penyakit, tulang rawan sendi telah rusak seluruhnya, sehingga tulang subchondral yang tebal dan padat kini berartikulasi dengan permukaan tulang dari sendi lawan. Remodeling tulang disertai dengan kerusakan tulang sendi rawan mengubah bentuk sendi dan dapat mengakibatkan shortening dan ketidakstabilan tungkai yang terlibat.Terdapat pertumbuhan osteofit diikuti dengan perubahan tulang rawan sendi serta tulang subchondral dan metafiseal. Permukaan yang keras, fibrous, dan kartilaginis ini biasanya muncul di tepi-tepi sendi. Osteofit merupakan respon terhadap proses degradasi tulang rawan sendi dan remodelling tulang subkhondral, termasuk pelepasan sitokin anabolik yang menstimulasi proliferasi dan pembentukan sel tulang dan matrik kartilageneus. Pada sendi superfisial, osteofit ini dapat diraba, nyeri jika ditekan, membatasi ruang gerak, dan terasa sakit jika sendi digerakkan.

c. Jaringan PeriartikulerKerusakan tulang rawan sendi mengakibatkan perubahan sekunder dari synovium, ligamen, kapsul, serta otot yang menggerakan sendi yang terlibat. Membran sinovial sering mengalami reaksi inflamasi ringan serta sedang dan dapat berisi fragmen-fragmen dari tulang rawan sendi. Semakin lama ligamen, kapsul dan otot menjadi kontraktur. Kurangnya penggunaan sendi dan penurunan ROM mengakibatkan atropi otot. Perubahan sekunder ini sering mengakibatkan kekakuan sendi dan kelemahan tungkai.

Gambar 2.1 Osteoartritis lutut2.5 Manifestasi KlinisManifestasi klinis yang mungkin muncul pada pasien osteoarthritis antara lain:9 Nyeri sendi, biasanya berupa rasa sakit yang dalam dan terlokalisasi berhubungan dengan sendi yang dipengaruhi osteoarthritis. Sendi yang terkena asimetris. Keterbatasan pergerakan sehingga mengakibatkan kesulitan untuk berjalan, menaiki tangga, serta bangkit dari posisi melipat kaki seperti berdiri dari posisi jongkok. Kekakuan, kurang dari 30 menit. Kekakuan terutama terjadi oleh karena adanya lapisan yang terbentuk dari bahan elastic akibat pergeseran sendi atau oleh adanya cairan yang viskosa. Pembengkakan. Pembengkakan disebabkan oleh cairan dalam sendi pada stadium akut atau oleh karena pembengkakan pada tulang yang disebut osteofit. Juga dapat terjadi oleh karena adanya pembengkakan dan penebalan pada sinovia yang berupa kista. Krepitasi, merupakan sensasi memarut yang ditimbulkan dari pergesekan antara permukaan synovial yang kering dari sendi - sendi Deformitas, terjadi akibat subluksasi (dislokasi parsial) tulang pada persendian. Inflamasi sinovitis, akibat pelepasan mediator inflamasi seperti prostaglandin dari kondrosit. Inflamasi ini biasanya ditandai dengan adanya rasa hangat, kemerahan, dan sendi.

2.6 DiagnosisUntuk osteoarthritis, diagnosis dilakukan berdasarkan pemeriksaan fisik, gejala klinis, dan radiografi. Pemeriksaan fisik terhadap sendi ditandai dengan pengempukan, krepitasi, dan pembesaran sendi. Radiograf pada tahap awal osteoarthritis akan memperlihatkan keadaan normal, tetapi seiring perkembangan tingkat keparahan penyakit adanya penyempitan ruang antara persendian menjadi bukti hilangnya artikular kartilago. Pada sendi lutut penyempitan ruang sendi dapat terjadi pada salah satu kompartemen saja.9,10 Dari pemeriksaan radiografi dapat pula ditemukan sklerosis tulang subchondral, subchondral cysts, osteofit, perubahan kontur persendian dan subluksasi. Osteoartritis bukan suatu penyakit yang simetris, sehingga pembuatan gambar radiogram sendi kontralateral akan dapat membantu. Untuk deteksi kerusakan kartilago ligament, dan tendon yang tidak dapat terlihat pada pemeriksaan dengan X-ray dapat digunakan MRI.9,10Osteoartritis adalah gangguan artritis lokal, sehingga tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk menegakkan diagnosis. Uji laboratorium dapat dilakukan untuk membedakan osteoarthritis dari penyakit akibat deposisi kalsium pirofosfat, gout, dan septic arthritis yaitu dengan pemeriksaan cairan sinovial. Faktor reumatoid bisa ditemukan dalam serum, karena faktor ini meningkat secara normal pada peningkatan usia. Laju endap darah eritrosit mungkin akan sedikit meningkat apabila ada sinovitis yang luas.9,10

Anamnesa dan pemeriksaan fisikAnamnesa, pemeriksaan fisik dan radiologisAnamnesa, pemeriksaan fisik dan laboratoris

Diagnosis OA lutut jika: Bila ditemukan nyeri sendi disertai 3 dari kriteria 2-7.

1. Nyeri lutut + 3 diantara tanda berikut :2. Umur >50 tahun3. Kaku sendi 50 tahun3. Kaku sendi