documentoa
TRANSCRIPT
TINJAUAN PUSTAKA OA
DEFINISI
Osteoartritis (OA) adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat
kronik,berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh deteriorasi dan abrasi
rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendian.
Osteoartritis (OA) adalah bentuk artritis yang paling umum, dengan jumlah
pasiennya sedikit melampaui separuh jumlah artritis. Gangguan ini sedikitlebih banyak
pada perempuan daripada laki-laki dan terutamaditemukan pada perempuan daripada
laki-laki lebih dari 45tahun.
ETIOPATOGENESIS OSTEOARTRITIS
Berdasarkn patogenesisnya OA dibedakan menjadi dua yaitu OA primer dan OA
sekunder.
OA primer disebut juga OA adiopatik yaitu OA yang kausanya tidak diketahui dan
tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada
sendi.
OA sekunder adalah OA yang didasari oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi,
metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu
lama.
OA primer lebih sering ditemukan daripada OA sekunder.
PATOLOGI
Perubahan yang paling mencolok pada OA biasanya dijumpai di daerah tulang
rawan sendi yang mendapat beban. Pada stadium awal, tulang rawan lebih tebal daripada
normal, tetapi seiring dengan perkembangan OA permukaan sendi menipis, tulang rawan
melunak, integritas permukaan terputus, dan terbentuk celah vertikal (fibrilasi). Dapat
terbentuk ulkus kartilago dalam yang meluas ke tulang. Dapat timbul daerah perbaikan
fibrokartilaginosa, tetapi mutu jaringan perbaikan ini lebih rendah daripada kartilago sendi
hialin asli, dalam kemampuannya menahan stress mekanis. Semua kartilago secara
metabolis aktif, dan kondrosit melakukan replikasi, membentuk kelompok (klon). Namun,
kemudian kartilago menjadi hiposeluler
PATOGENESIS
Kartilago sendi yang merupakan sasaran utama OA, memiliki dua fungsi mekanis
utama. Pertama, kartilago membentuk permukaan yang sangat halus sehingga pada
pergerakan sendi satu tulang menggelincir tanpa hambatan terhadap tulang yang lain
(dengan cairan sinovium sebagai pelumas). Kedua, kartilago sendi merupakan penyerap
beban (shock absorber) dan mencegah pengumpulan tekanan pada tulang sehingga
tulang tidak patah sewaktu sendi mendapat beban.
Kartilago terdiri dari sel kondrosit (2%) dan matriks ekstraseluler (98%). Kondrosit
berperan dalam sintesis kolagen dan proteoglikan, sedangkan matriks ekstraseluler
sebagian besar terdiri dari air (65-80%), kolagen tipe II (15-25%), proteoglikan (10%), dan
sisanya kolagen tipe VI, IX, XI, dan XIV. Proteoglikan terdiri dari inti protein dengan
cabang-cabang glikosaminoglikan, terutama krondoitin sulfat dan keratin sulfat.
Proteoglikan membentuk kesatuan dengan asam hialuronat, dan keduanya berperan
dalam menyokong stabilitas dan kekuatan kartilago. Selain itu, proteoglikan juga berperan
dalam menahan beban tekanan (tensile strength), sedangkan kolagen berperan dalam
menahan beban regangan dan beban gesekan (shear strength).
OA dapat terjadi pada dua keadaan, yaitu (1) sifat biomaterial kartilago sendi dan
tulang subkondral normal, tetapi terjadi beban berlebihan terhadap sendi sehingga
jaringan rusak; atau (2) beban yang ada secara fisiologis normal, tetapi sifat bahan
kartilago atau tulang kurang baik.
Terdapat dua perubahan morfologi utama yang mewarnai OA, yaitu kerusakan fokal
kartilago sendi yang progresif dan pembentukan tulang baru (osteofit) pada dasar lesi
kartilago dan tepi sendi. Perubahan mana yang lebih dahulu timbul, korelasi, dan
patogenesisnya sampai sekarang belum dipahami dengan baik. 4
Sampai saat ini, sebagian besar peneliti berpendapat bahwa perubahan awal pada
OA dimulai dari kerusakan kartilago sendi.2 Di samping peranan faktor pemakaian (wear),
terdapat bukti kuat akan adanya perubahan metabolisme.
Pada keadaan normal, pada kartilago sendi terdapat keseimbangan antara enzim
degradatif dan regeneratif. Sebagai enzim degradatif terdapat lisosomal protease
(cathepsin), plasmin, dan matrix metalloproteinases / MMPs (stromelysin, collagenase,
dan gelatinase) yang merusak makromolekul matriks kartilago (proteoglikan dan kolagen).
Sedangkan sebagai faktor regeneratif terdapat enzim tissue inhibitor of metalloproteinases
(TIMP) dan plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1) yang disintesis oleh kondrosit, serta
faktor-faktor pertumbuhan, seperti insulin-like growth factor-1 (IGF-1), transforming growth
factor- β (TGF-β), dan basic fibroblast growth factor yang berfungsi merangsang sintesis
proteoglikan.
Pada OA terjadi peningkatan aktivitas enzim-enzim degradatif. Peningkatan sintesis
dan sekresi enzim degradatif tersebut dapat distimulasi oleh interleukin-1 (IL-1) atau faktor
stimulasi mekanik. IL-1 sendiri diproduksi oleh sel fagosit mononuklear, sel sinovial, dan
kondrosit. IL-1 bersifat katabolik terhadap kartilago dan menekan sintesi proteoglikan,
sehingga ikut menghambat proses perbaikan matriks kartilago secara langsung. Hal ini
menyebabkan terjadinya penurunan proteoglikan, perubahan sifat-sifat kolagen, dan
berkurangnya kadar air kartilago, sehingga terjadi kerusakan fokal kartilago secara
progresif. 2,4,5
Akhir-akhir ini diduga adanya peranan nitric oxide (NO) dalam kerusakan kartilago
sendi karena NO merangsang sintesis MMPs. Sintesis NO dirangsang oleh IL-1, tumor
necrosis factor (TNF), dan beban gesekan pada jaringan. Pada hewan percobaan,
pengobatan dengan inhibitor inducible NO synthetase (iNOS) dapat mengurangi derajat
kerusakan kartilago sendi.2
Berdasarkan penelitian, beban mekanik statik dan siklik yang berlangsung lama
dapat menghambat sintesis proteoglikan dan protein, sedangkan beban yang relatif
singkat dapat merangsang biosintesis matriks.
Pandangan mengenai patogenesis OA semakin banyak berkembang pada waktu
belakangan ini. Sekarang penyakit ini tidak dipandang lagi sebagai proses penuaan saja,
tetapi merupakan suatu penyakit dengan proses aktif. Dengan adanya perubahan-
perubahan pada makromolekul tersebut, sifat-sifat biomekanis kartilago sendi akan
berubah. Hal ini akan menyebabkan kartilago sendi rentan terhadap beban yang biasa.
Permukaan kartilago sendi menjadi tidak homogen, terbelah pecah dengan robekan-
robekan dan timbul ulserasi. Dengan berkembangnya penyakit, kartilago sendi dapat
seluruhnya sehingga tulang di bawahnya menjadi terbuka.
Pembentukan tulang baru (osteofit) dipandang oleh beberapa ahli sebagai suatu
perbaikan untuk membentuk kembali persendian, sehingga dipandang sebagai kegagalan
sendi yang progresif. Dengan menambah luas permukaan sendi yang dapat menerima
beban, osteofit mungkin dapat mempengaruhi perubahan-perubahan awal kartilago sendi
pada OA, akan tetapi kaitan yang sebenanya antara osteofit dengan kerusakan kartilago
sendi masih belum jelas, karena osteofit dapat timbul pada saat kartilago sendi masih
tampak normal.
Melihat adanya proses kerusakan dan proses perbaikan yang sekaligus terjadi,
adalah lebih tepat kalau OA dipandang sebagai kegagalan sendi yang progresif. Sama
seperti proses kegagalan organ yang lain (misalnya jantung dan ginjal), dalam proses OA
juga terdapat usaha-usaha tertentu untuk mengatasinya sebelum kegagalan tak dapat
diatasi.
FAKTOR RESIKO OSTEOARTRITIS
Untuk penyakit dengan penyebab yang tidak jelas, istilah faktor resiko (faktor yang
meningkatkan resiko penyakit) adalah lebih tepat. Secara garis besar, faktor resiko untuk
timbulnya OA (primer) adalah seperti di bawah ini. Harus diingat bahwa masing-masing
sendi mempunyai biomekanik, cedera, dan persentase gangguan yang berbeda, sehingga
peran faktor-faktor resiko tersebut untuk masing-masing OA tertentu berbeda. Dengan
melihat faktor-faktor resiko ini, maka sebenarnya semua OA adalah sekunder. Faktor-
faktor resiko OA individu dapat dipandang sebagai :
faktor yang mempengaruhi predisposisi generalisata
faktor-faktor yang menyebabkan beban biomekanis tidak normal pada sendi-sendi
tertentu.
Kegemukan, faktor genetik dan jenis kelamin adalah faktor resiko umum yang
penting.
Beberapa faktor resiko akan dibahas lebih di bawah ini, antara lain :
Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya OA, faktor penuaan adalah yang terkuat.
Prevalensi dan beratnya OA semakin meningkat dengan bertambahnya umur. OA hampir
tidak pernah ada pada anak-anak, jarang pada umur di bawah 40 tahun dan sering pada
umur di atas 60 tahun. Akan tetapi harus diingat bahwa OA bukan akibat penuaan saja.
Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan perubahan pada OA.
Jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi, dan lelaki lebih sering
terkena OA paha, pergelangan tangan, dan leher. Secara keseluruhan, di bawah 45 tahun
frekuensi OA kurang lebih sama pada laki dan wanita, tetapi di atas 50 tahun (setelah
menopause) frekuensi OA lebih banyak pada wanita daripada laki. Hal ini menunjukkan
adanya peran hormonal pada patogenesis OA.
Selain itu, predominasi wanita pada OA dipengaruhi oleh kebiasaan wanita dalam
menggunakan sepatu ber-hak tinggi. Berdasarkan penelitian, pemakaian sepatu ber-hak
tinggi menunjukkan peningkatan tekanan terhadap sendi pallatofemoral dan kompartemen
medial lutut. Hal ini merupakan predisposisi perubahan degeneratif pada sendi, dalam hal
ini OA.
Suku bangsa
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada OA nampaknya terdapat perbedaan di
antara masing-masing suku bangsa. Misalnya, OA paha lebih jarang di antara orang-orang
kulit hitam dan Asia daripada Kaukasia. OA lebih sering dijumpai pada orang-orang
Amerika asli (Indian) daripada orang-orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan
perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan
pertumbuhan.
Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya OA misalnya, pada ibu dari seorang
wanita dengan OA pada sendi-sendi interfalang distal (nodus Heberden) terdapat dua kali
lebih sering OA pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung
mempunyai 3 kali lebih sering, daripada ibu dan anak perempuan-perempuan dari wanita
tanpa OA tersebut. Adanya mutasi dalam gen prokolagen II atau gen-gen struktural lain
untuk unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen tipe IX dan XII, protein pengikat
atau proteoglikan dikatakan berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada OA
tertentu (terutama OA banyak sendi).
Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya OA baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tidak hanya
berkaitan dengan OA pada sendi yang menanggung beban, tetapi juga dengan OA sendi
lailn (tangan atau sternoklavikula). Oleh karena itu di samping faktor mekanis yang
berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolik)
yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut. Peran faktor metabolik dan hormonal pada
kaitan antara OA dan kegemukan juga disokong oleh adanya kaitan antara OA dengan
penyakit jantung koroner, diabetes melitus, dan hipertensi. Pasien-pasien OA ternyata
mempunyai resiko penyakit jantung koroner dan hipertensi yang lebih tinggi daripada
orang-orang tanpa OA.
Cedera sendi, pekerjaan, dan olah raga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus
(misalnya tukang pahat, pemetik kapas) berkaitan dengan peningkatan resiko OA tertentu.
Demikian juga cedera sendi dan olah raga yang sering menimbulkan cedera sendi
berkaitan dengan OA yang lebih tinggi.
Peran beban benturan yang berulang pada timbulnya OA masih menjadi
pertentangan. Aktivitas-aktivitas tertentu dapat menjadi predisposisi OA cedera traumatik
(misalnya, robek meniskus, ketidakstabilan ligamen) yang dapat mengenai sendi. Akan
tetapi selain cedera sendi yang nyata, hasil-hasil penelitian tidak menyokong pemakaian
yang berlebihan sebagai suatu faktor untuk timbulnya OA. Meskipun demikian, beban
benturan yang berulang dapat menjadi suatu faktor penentu lokasi pada orang-orang yang
mempunyai predisposisi OA dan dapat berkaitan dengan perkembangan dan beratnya
OA.
Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha (misalnya penyakit Perthes dan
dislokasi kongenital paha) telah dikaitkan dengan timbulnya OA paha pada usia muda.
Mekanisme ini juga diduga berperan pada lebih banyaknya OA paha pada laki-laki dan ras
tertentu.
Faktor-faktor lain
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya OA.
Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak membantu mengurangi
benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi
menjadi lebih mudah robek. Faktor ini diduga berperan pada lebih tingginya OA pada
orang gemuk dan pelari (yang umumnya mempunyai tulang yang lebih padat) dan kaitan
negatif antara osteoporosis dan OA. Merokok dilaporkan menjadi faktor yang melindungi
untuk timbulnya OA, meskipun mekanismenya belum jelas.
Faktor-faktor untuk timbulnya keluhan
Bagaimana timbul rasa nyeri pada OA sampai saat ini masih belum jelas. Demikian
juga faktor-faktor apa yang membedakan OA radiografik saja (asimptomatik) dan OA
simptomatik masih belum diketahui. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita dan
orang yang gemuk cenderung lebih sering mempunyai keluhan daripada orang-orang
dengan perubahan yang lebih ringan saja. Faktor-faktor lain yang diduga meningkatkan
timbulnya keluhan ialah hipertensi, merokok, kulit putih, dan psikologis yang tidak baik.
SENDI-SENDI YANG TERKENA
Adanya predileksi OA pada sendi-sendi tertentu (carpometacarpal I,
metatarsophalangeal I, sendi apofiseal tulang belakang, lutut, dan paha) adalah nyata
sekali. 4-6 Sebagai perbandingan, OA siku, pergelangan tangan, glenohumeral atau
pergelangan kaki jarang sekali dan terutama terbatas pada orang tua. Distribusi yang
selektif seperti itu sampai sekarang masih sulit dijelaskan. Salah satu teori mengatakan
bahwa sendi-sendi yang sering terkena OA adalah sendi-sendi yang paling akhir
mengalami perubahan-perubahan evolusi, khususnya dalam kaitan dengan gerakan
mencengkram dan berdiri dua kaki. Sendi-sendi tersebut mungkin mempunyai rancang
bangun yang suboptimal untuk gerakan-gerakan yang mereka lakukan, mempunyai
cadangan mekanis yang tidak mencukupi, dan dengan demikian lebih sering gagal
daripada sendi-sendi yang sudah mengalami adaptasi lebih lama.
RIWAYAT PENYAKIT
Pada umumnya pasien OA mengatakan bahwa keluhan-keluhannya sudah
berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan-lahan.
Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama yang seringkali membawa pasien ke dokter
(meskipun mungkin sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah bentuknya). Nyeri sendi
pada OA sering dikeluhkan sebagai nyeri dalam, terlokalisasi di sendi yang terkena,
biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa
gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibanding gerakan
yang lain.
Nyeri malam hari, yang mengganggu tidur, sering timbul pada OA panggul lanjut
dan mungkin melemahkan pasien.
Nyeri pada OA juga dapat berupa penjalaran atau akibat radikulopati, misalnya
pada OA servikal dan lumbal. OA lumbal yang menimbulkan stenosis spinal mungkin
menimbulkan keluhan nyeri di betis, yang biasa disebut dengan claudicatio intermitten.
Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan
dengan bertambahnya rasa nyeri.
Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi timbul setelah imobilitas atau periode
inaktivitas, seperti duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama atau bahkan
setelah bangun tidur mungkin menonjol tetapi biasanya menetap kurang dari 20 menit.
Krepitasi
Rasa gemertak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit. Muncul
pada keadaan yang lebih lanjut dari OA.
Pembesaran sendi
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (seringkali terlihat di lutut
atau tangan) secara pelan-pelan membesar.
Perubahan gaya berjalan
Gejala ini juga merupakan gejala yang menyusahkan pasien. Hampir semua pasien
OA pergelangan kaki, tumit, lutut, atau panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan
berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk
kemandirian pasien OA yang umumnya khas.
PEMERIKSAAN FISIK
Krepitasi
Gejala ini merupakan khas untuk OA, lebih berarti untuk pemeriksaan klinis OA
lutut. Krepitus merupakan sensasi tulang bergesekan dengan tulang lain. Pada awalnya,
hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau
dokter yang memeriksa. Dengan bertambah beratnya penyakit, krepitasi dapat terdengar
sampai jarak tertentu. Gejala ini mungkin timbul karena gesekan kedua permukaan tulang
sendi pada saat sendi digerakkan atau secara pasif dimanipulasi.
Hambatan gerak
Perubahan ini seringkali sudah ada meskipun pada OA yang masih dini (secara
radologis). Biasanya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit, sampai sendi
hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontraktur. Hambatan gerak dapat konsentris
(seluruh arah gerakan) maupun eksentris (salah satu arah gerakan saja).
Pembengkakan sendi yang seringkali asimetri
Pembengkakan sendi pada OA dapat timbul karena efusi pada sendi yang biasanya
tidak banyak (< 100 cc). Sebab lain ialah karena adanya osteofit, yang dapat mengubah
permukaan sendi.
Tanda-tanda peradangan
Tanda-tanda adanya peradangan paa sendi (nyeri tekan, gangguan gerak, adanya
rasa hangat yang merata dan warna kemerahan) mungkin dijumpai pada OA karena
adanya sinovitis. Biasanya tanda-tanda ini tidak menonjol dan timbul belakangan,
seringkali dijumpai di lutut, pergelangan kaki, dan sendi-sendi kecil tangan dan kaki.
Perubahan bentuk (deformitas) sendi yang permanen
Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama, perubahan
permukaan sendi, berbagai kecadangan dan gaya berdiri dan perubahan pada tulang dan
permukaan sendi.
Perubahan gaya berjalan
Keadaan ini hampir selalu berhubungan dengan nyeri karena karena menjadi
tumpuan berat badan. Terutama dijumpai pada OA lutut, sendi paha, dan OA tulang
belakang dengan stenosis spinal. Pada sendi-sendi lain, seperti tangan, bahu, siku, dan
pergelangan tangan, OA juga menimbulkan gangguan fungsi.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis OA biasanya didasarkan pada gambaran klinis dan radiografis.
Radiografi sendi yang terkena
Pada sebagian besar kasus, radiografi pada sendi yang terkena OA sudah cukup
memberikan gambaran diagnostik. Jarang sekali dibutuhkan peralatan diagnostik yang
lebih canggih.
Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA ialah :
penyempitan celah / rongga sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada
bagian yang menganggung beban)
peningkatan densitas (sklerosis) tulang subkondral
kista tulang
osteofit pada pinggir sendi (marginal osteophytes)
perubahan struktur anatomi sendi
Berdasarkan perubahan-perubahan radiografi di atas, secara radiografi OA dapat
digradasi menjadi ringan sampai berat menurut kriteria Kellgren & Lawrence. Harus diingat
bahwa pada awal penyakit, radiografi sendi masih tampak normal.
Berdasarkan kriteria radiologi di atas maka digunakan sistem grading, yaitu :
Derajat 0 : Tidak ada Osteoartritis
Derajat 1 : Osteoartritis Meragukan
Derajat 2 : Osteoartritis Minimal
Derajat 3 : Osteoartritis Moderat (Sedang)
Derajat 4 : Osteoartritis Berat
Derajat radiografi menurut Kellgren dan Lawrence sejauh ini merupakan prediktor
terkuat untuk menilai progresifitas OA lumbal, terutama pada pasien dengan nyeri lumbal
atau pinggang. Pada pasien dengan nyeri pinggang, radiologi merupakan penunjang yang
memiliki nilai yang kuat dalam mengidentifikaasi resiko tinggi dari perkembangan OA
lumbal.
Pemeriksaan penginderaan dan radiografi sendi lain :
Pemeriksaan radiografi sendi lain atau penginderaan magnetik mungkin diperlukan
pada beberapa keadaan tertentu. Bila OA pada pasien dicurigai berkaitan dengan
penyakit metabolik atau genetik, seperti alkaptonuria, oochronosis, displasia
epifisis, hiperparatiroidisme, penyakit Paget, atau hemokromatosis (terutama
pemeriksaan radiografi pada tengkorak dan tulang belakang).
Radiografi sendi lain perlu dipertimbangkan juga pada pasien yang mempunyai
keluhan banyak sendi ( OA generalisata).
Pasien-pasien yang dicurigai mempunyai penyakit-penyakit yang meskipun jarang
tetapi berat (osteonekrosis, neuropati Charcot, pigmented sinovitis) perlu
pemeriksaan yang lebih mendalam. Untuk diagnosis pasti penyakit-penyakit
tersebut seringkali diperlukan pemeriksaan lain yang lebih canggih, seperti sidikan
tulang, penginderaan dengan resonans magnetik (MRI), atroskopi dan atrografi.
Pemeriksaan lebih lanjut (khususnya MRI) dan mielografi mungkin juga diperlukan
pada pasien dengan OA tulang belakang untuk menetapkan sebab-sebab gejala
dan keluhan-keluhan kompresi radikular atau medula spinalis.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biasanya tidak banyak berguna. Darah
tepi (hemoglobin, leukosit, laju endap darah) dalam batas-batas normal, kecuali OA
generalisata yang harus dibedakan dengan artritis peradangan. Pemeriksaan imunologi
(ANA, faktor reumatoid, dan komplemen) juga normal. Cairan sendi seringkali juga normal.
Pada OA yang disertai peradangan, mungkin didapatkan penurunan viskositas,
pleiositosis ringan sampai sedang, peningkatan ringan sel peradangan (< 8000/m) dan
peningkatan protein.
PENATALAKSANAAN OSTEOARTRITIS
Penatalaksanaan OA berdasarkan atas distribusinya (sendi mana yang terkena) dan berat
ringannya sendi yang terkena.
Terapi non-farmakologis:
Edukasi atau penerangan
Maksud dari penerangan adalah agar pasien mengetahui sedikit seluk-beluk tentang
penyakitnya, bagaimana menjaganya agar penyakitnya tidak bertambah parah serta
persendiannya tetap dapat dipakai.
Terapi fisik dan rehabilitasi
Terapi ini untuk melatih pasien agar persendiannya tetap dapat dipakai dan melatih pasien
untuk melindungi sendi yang sakit.
Penurunan berat badan
Berat badan yang berlebihan ternyata merupakan faktor yang akan memperberat penyakit
OA. Oleh karenanya berat badan harus selalu dijaga agar tidak berlebihan. Apabila berat
badan berlebihan, maka harus diusahakan penurunan berat badan, bila mungkin
mendekati berat badan ideal.
Terapi farmakologis:
Analgesik oral non opiat
Pada umumnya pasien telah mencoba sendiri untuk mengobati penyakitnya, terutama
dalam hal mengurangi atau menghilangkan rasa sakit.
Analgesik topikal
Analgesik topikal mudah sekali didapatkan dipasaran dan banyak sekali dijual bebas.
Pada umumnya pasien telah terapi sendiri dengan cara ini sebelum emakai obat-obatan
peroral alinnya.
Obat anti inflamasi non steroid (OAINS). Apabila cara-cara tersebut diatas tidak
berhasil, pada umumnya pasien mulai datang ke dokter. Dalam hal seperti ini kita
pikirkan untuk pemberian OAINS, oleh karena obat golongan ini disamping
mempunyai efek analgetik juga mempunyai efek anti inflamasi. Tetapi penggunaan
obat-obatan ini harus hati-hati, karena dapat menyebabkan efek samping yang
serius seperti perdarahan saluran cerna, kerusakan hati & ginjal.
Chondroprotective agent. Obat-obatan ini dapat menjaga atau merangsang
perbaikan tulang rawan sendi pada pasien OA. Sebagian peneliti menggolongkan
obat-obatan tersebut dalam slow acting anti osteoarthritis drugs (SAAODs) atau
disease modifying anti osteoarthtritis drugs (DMAODs). Sampai saat ini yang
termasuk dalam kelompok obat ini adalah:
1. Tetrasiklin dan derivatnya mempunyai kemampuan untuk menghambat
kerja enzim MMP dengan cara menghambatnya.
2. Asam hialuronat disebut juga sebagai viscosupplement oleh karena salah
satu manfaat obat ini adalah dapat memperbaiki viskositas cairan sinovial,
obat ini diberikan secara intra-artikuler. Asam hialuronat ternyata memegang
peranan penting dalam pembentukan matriks tulang rawan melalui agregasi
dengan proteoglikan.
3. Glikosaminoglikan, dapat menghambat sejumlah enzim yang berperan dalam
proses degradasi tulang rawan, dan juga merangsang sintesis proteoglikan
dan asam hialuronat pada kultur tulang rawan sendi manusia.
4. Kondroitin sulfat, merupakan komponen penting pada jaringan kelompok
vertebrata, dan terutama terdapat pada matriks ekstraselular sekeliling sel.
Salah satu jaringan yang mengandung kondroitin sulfat adalah tulang rawan
sendi dan zat ini merupakan bagian dari proteoglikan.
5. Superoxide dismutase, dapat dijumpai pada setiap sel mamalia dan
mempunyai kemampuan untuk menghilangkan superoxide dan hydroxil
radicals.
Terapi bedah:
Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi
rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang
mengganggu aktivitas sehari-hari. Terapi bedah pada pasien OA mencakup: