oa lapsus

77
BAB I PENDAHULUAN Osteoarthrosis (OA) atau yang lebih banyak dikenal dengan Osteoarthritis juga dikenal sebagai artritis degeneratif atau penyakit sendi degeneratif, adalah sekelompok kelainan mekanik degradasi yang melibatkan sendi, termasuk tulang rawan artikular dan tulang subchondral. Osteoartritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, arthro yang berarti sendi, dan itis yang berarti inflamasi meskipun sebenarnya penderita osteoartritis tidak mengalami inflamasi atau hanya mengalami inflamasi ringan. OA merupakan bentuk yang paling umum dari artritis, dan menjadi penyebab utama kecacatan kronis di Amerika Serikat. Hal ini mempengaruhi sekitar 8 juta orang di Britania Raya. Osteoarthritis juga mempengaruhi hampir 27 juta orang di Amerika Serikat. Diperkirakan bahwa 80% penduduk telah terbukti OA (radiografi) pada usia 65 tahun, walaupun hanya 60% dari mereka yang memiliki gejala. Di Amerika Serikat, pasien yang dirawat di rumah sakit untuk osteoarthritis meningkat dari 322.000 pada tahun 1993 menjadi 735.000 pada 2006 (Wiken, 2009). Osteoartritis merupakan salah satu masalah kedokteran yang paling sering terjadi dan menimbulkan gejala pada orang – orang usia lanjut maupun setengah baya. Terjadi pada orang dari segala etnis, lebih sering mengenai wanita, dan merupakan penyebab tersering disabilitas jangka panjang pada pasien dengan usia lebih dari 65 tahun. Lebih dari sepertiga orang dengan usia lebih dari 45 tahun mengeluhkan gejala persendian yang bervariasi mulai sensasi kekakuan sendi tertentu dan rasa nyeri 1

Upload: metafitrian

Post on 22-Nov-2015

19 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

abcdefghijklmnopqrstuvwxwzsefdrtyuiop;lkjhgfdserty7u8ikmnbvcxdfrtyuikmn bvcxdfghjk

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUANOsteoarthrosis (OA) atau yang lebih banyak dikenal dengan Osteoarthritis juga dikenal sebagai artritis degeneratif atau penyakit sendi degeneratif, adalah sekelompok kelainan mekanik degradasi yang melibatkan sendi, termasuk tulang rawan artikular dan tulang subchondral. Osteoartritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang, arthro yang berarti sendi, dan itis yang berarti inflamasi meskipun sebenarnya penderita osteoartritis tidak mengalami inflamasi atau hanya mengalami inflamasi ringan. OA merupakan bentuk yang paling umum dari artritis, dan menjadi penyebab utama kecacatan kronis di Amerika Serikat. Hal ini mempengaruhi sekitar 8 juta orang di Britania Raya. Osteoarthritis juga mempengaruhi hampir 27 juta orang di Amerika Serikat. Diperkirakan bahwa 80% penduduk telah terbukti OA (radiografi) pada usia 65 tahun, walaupun hanya 60% dari mereka yang memiliki gejala. Di Amerika Serikat, pasien yang dirawat di rumah sakit untuk osteoarthritis meningkat dari 322.000 pada tahun 1993 menjadi 735.000 pada 2006 (Wiken, 2009).Osteoartritis merupakan salah satu masalah kedokteran yang paling sering terjadi dan menimbulkan gejala pada orang orang usia lanjut maupun setengah baya. Terjadi pada orang dari segala etnis, lebih sering mengenai wanita, dan merupakan penyebab tersering disabilitas jangka panjang pada pasien dengan usia lebih dari 65 tahun. Lebih dari sepertiga orang dengan usia lebih dari 45 tahun mengeluhkan gejala persendian yang bervariasi mulai sensasi kekakuan sendi tertentu dan rasa nyeri intermiten yang berhubungan dengan aktivitas, sampai kelumpuhan anggota gerak dan nyeri hebat yang menetap, biasanya dirasakan akibat deformitas dan ketidakstabilan sendi. Degenerasi sendi yang menyebabkan sindrom klinis osteoartritis muncul paling sering pada sendi tangan, kaki, panggul, dan spine, meskipun dapat terjadi pada sendi synovial mana pun. Prevalensi kerusakan sendi synovial ini meningkat dengan bertambahnya usia (Wiken, 2009).

Klinis osteoartritis disertai adanya nyeri sendi yang kronik. Banyak pasien dengan osteoartritis juga mengalami keterbatasan gerakan, krepitasi dengan gerakan, dan efusi sendi. Pada kondisi yang berat dapat terjadi deformitas tulang dan subluksasi. Sebagian besar pasien dengan osteoartritis datang dengan keluhan nyeri sendi. Pasien sering menggambarkan nyeri yang dalam, ketidaknyamanan yang sukar dilokalisasikan, yang telah dirasakan selama bertahun-tahun. Nyeri yang berhubungan dengan aktivitas biasanya terasa segera setelah penggunaan sendi dan nyeri dapat menetap selama berjam-jam setelah aktivitas. (Wiken, 2009).

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas maka dalam hal ini penulis merasa perlu untuk mengangkat judul osteoarthrosis dikarenakan dewasa ini OA telah menjadi permasalahan yang seringkali muncul ke permukaan dan cukup mengganggu bagi pasien-pasien yang terkena OA.Klinik Dokter Keluarga FK UNISMA

No. RM:

Berkas Pembinaan Keluarga

Nama pasien: Tn. SPKM Jabung

Nama KK: Tn. S

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga: Ny. BAlamat lengkap

: KemantrenBentuk Keluarga

: Extended family

Tabel 1. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumahNoNamaStatusL/PUmurPendidikanPekerjaanPasien KlinikKet

1.Ny. BIbuP60 thLulus SDIRTYOA

2.Ny. TAnakP29 thLulus SDPenjual makanan T-

3.Nn. SAnakP24 thLulus SMPPenjual makananT-

4.Tn. AAnak MenantuL33 thLulus SDBuruh TaniT-

5.An. RCucu L1,5 th--T-

Sumber : Data Primer, Agustus 2014Kesimpulan :

Dalam keluarga Ny. B yang berbentuk Extended family, Ny. B di rumah tinggal dengan dua orang anaknya, seorang anak menantunya, dan seorang cucu.. Ny. B adalah seorang ibu berumur 60 tahun, sebagai penderita OA, beralamat di kemantren, Jabung.BAB II

STATUS PENDERITAA. ANAMNESIS1. Identitas Penderita

Nama : Ny. BUmur : 60 Tahun

Alamat : Kemantren, Jabung

Jenis kelamin : PerempuanAgama : Islam

Pekerjaan : IRTBangsa/ suku : Indonesia/Jawa

2. Keluhan utama

Lutut kanan kaku setiap pagi sejak 1 minggu ini.3. Riwayat penyakit sekarang

Pasien mengungkapkan lutut kanan kaku sejak 1 minggu ini. Selain itu pasien juga merasa lutut kanannya nyeri. Keluhan ini dirasakan pasien setiap pagi, terutama saat bangun tidur. Pasien juga mengungkapkan bahwa keluhan yang dirasakannya seringkali juga muncul saat pasien beraktivitas seperti jalan kaki jauh, bersepeda, atau naik turun tangga. Awalnya sekitar 2 minggu yang lalu pasien sering merasa lutut kanannya sedikit nyeri dan rasanya seperti ada bunyi kretek-kretek setelah pasien beraktivitas dengan kakinya. Keluhan itu semakin berat dirasakan pasien dari hari ke hari. Namun seminggu kemudian setiap pasien bangun tidur, pasien merasa lutut kanannya kaku dan nyeri. Pasien mengatakan keluhannya ini berkurang saat pasien beristirahat.4. Riwayat penyakit dahulu

Pasien mengungkapkan tidak pernah mengalami keluhan seperti ini. 5. Riwayat pengobatan

Tidak ada.6. Riwayat penyakit keluarga

Pasien mengungkapkan bahwa didalam keluarganya tidak ada yang memiliki keluhan seperti ini. Asma (-), HT (-), DM (-).7. Data psikososial spiritual

Pasien mengatakan ingin cepat sembuh karena nyeri dan kaku di lutut kanannya yang dialaminya sangat menggangunya dalam aktivitas sehari-hari. 8. Pola aktivitas sehari-hari

a. Aktivitas istirahat

Pasien mengungkapkan tidak bekerja bekerja namun tiap pagi pasien belanja ke pasar dengan bersepeda bersama anak menantunya untuk keperluan menjual makanan. Setelah itu pasien hanya di rumah atau melakukan perkerjaan rumah seperti biasa.b. Nutrisi

Pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan komposisi nasi, lauk dan sayuran, serta tidak ada pantangan terhadap makanan tertentu.

c. Eliminasi

Pasien mengatakan buang air kecil 5-6 kali sehari, warna urine kuning jernih, dan mengatakan buang air besar 1 x/ hari konsisitensi lembek.

d. Hygiene perseorangan

Pasien mengatakan mandi 2 x/hari dengan sabun. B. Pemeriksaan fisik

Keadaan UmumSakit ringan, compos mentis, gizi kesan kurang.

Tanda Vital

Status Gizi

Tensi : 150/90mmHg

Nadi : 90 x/ menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup

Frekuensi Respirasi: 21 x/menit

Suhu : 36.5 0CBB = 68 kg

TB = 152 cm

KulitWarna sawo matang, turgor menurun (-), hiperpigmentasi (-), kering (-), teleangiektasis (-), petechie (-), ikterik (-), ekimosis (-), pucat (-)

KepalaBentuk mesocephal, rambut warna hitam, uban (+), mudah rontok (-), luka (-)

MataMata cekung (-/-), konjunctiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan subkonjugtiva (-/-), pupil isokor dengan diameter (3 mm/3 mm), reflek cahaya (+/+), edema palpebra (-/-), strabismus (-/-)

TelingaMembran timpani intak, sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-), nyeri tekan tragus (-)

HidungNafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), fungsi penghidu baik

MulutSianosis (-), gusi berdarah (-), gigi tanggal (+), bibir kering (-), pucat (-), lidah tifoid (-), papil lidah atrofi (-), stomatitis (-), luka pada sudut bibir (-)

LeherJVP R+2cm (tidak meningkat), trakea di tengah, simetris, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran limfonodi cervical (-), leher kaku (-), distensi vena-vena leher (-)

ThoraxBentuk normochest, simetris, pengembangan dada kanan = kiri, retraksi intercostal (-), spider nevi (-), pernafasan thorakoabdominal, sela iga melebar (-), pembesaran KGB axilla (-/-)

Jantung :

InspeksiIktus kordis tidak tampak

PalpasiIktus kordis teraba di SIC V 1 cm medial linea medioclavicularis

Iktus kordis tidak kuat angkat

PerkusiBatas jantung kanan atas : SIC II linea sternalis dextra

Batas jantung kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dekstra

Batas jantung kiri atas : SIC II linea parasternalis sinistra

Batas jantung kiri bawah : SIC V 1 cm medial linea medioklavicularis sinistra

Pinggang jantung : SIC II-III parasternalis sinistra

konfigurasi jantung kesan tidak melebar

AuskultasiHR : 90 kali/menit reguler. Bunyi jantung I-II murni, intensitas normal, reguler, bising (-), gallop (-). Bunyi jantung I > Bunyi jantung II, di SIC V 1 cm medial linea medioklavikula sinistra dan SIC IV linea parasternal sinistra. Bunyi jantung II > Bunyi jantung I di SIC II linea parasternal dextra et sinistra.

Pulmo :

InspeksiNormochest, simetris, sela iga melebar (-), iga mendatar (-), pengembangan dada kanan = kiri, sela iga melebar, retraksi intercostal (-)

PalpasiSimetris, pergerakan dada ka = ki, peranjakan dada ka = ki, fremitus raba kanan = kiri

PerkusiSonor / Sonor

AuskultasiSuara dasar vesikuler intensitas normal, suara tambahan wheezing (-/-), ronchi basah kasar (-/-), ronchi basah halus basal paru (-/-), krepitasi (-/-)

Punggungkifosis (-), lordosis (-), skoliosis (-), nyeri ketok kostovertebra (-),

Abdomen :

InspeksiDinding perut sejajar dari dinding thorak, distended (-), venektasi (-), sikatrik (-), stria (-), caput medusae (-)

AuscultasiPeristaltik (+) normal

PerkusiTimpani, pekak alih (-)

PalpasiSupel, hepar tidak teraba, lien tidak teraba.

EkstremitasKuku pucat (-), spoon nail (-)Akral dingin Odem

_

_

_

_

_

_

_

_

Status Lokalisata

Ekstremitas Inferior regio artikulasio genu dextra. Inspeksi Kontur jaringan lunak : edema (-) Warna merah (-) Jaringan parut (-) Palpasi Panas (-), Penebalan dan penonjolan tulang (-) Kontur jaringan lunak : penebalan membran sinovial (+), spasme otot (+) Nyeri lokal (+) Pergerakan Fleksi terbatas ( N= 120-145 0C) Ektensi dalam batas normal (N= 0 0C) Nyeri bila digerakkan (+) Krepitasi (-) Kekuatan otot (membandingkan dengan tahanan pemeriksa) Fleksi : dalam batas normal Ektensi : dalam batas normal Cara berjalan : antalgik yaitu cara berjalan dengan berupaya menurunkan berat badan untuk mengurangi nyeriC. Pemeriksaan penunjang

Cek kadar Asam urat Fhoto rontgen genu dextra AP/LD. DIAGNOSIS HOLISTIK1. Diagnosis BiologisSuspek Osteoarthritis Artikulasio Genu Dextra.2. Diagnosis Psikologis

Hubungan dengan anggota keluarga yang lain saling mendukung dan saling memperhatikan kondisi kesehatan.3. Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya

a) Status ekonomi kesan kurang.

b) Penyakit mengganggu aktifitas sehari-hari.E. PENATALAKSANAAN

Non Medika mentosa

Edukasi mengenai OA. Dianjurkan untuk latihan duduk dan berdiri secara perlahan setiap hari selama 15-20 menit untuk melatih otot agar tidak kaku. Dianjurkan kepada pasien agar makan dan minum makanan yang sehat. Medikamentosa meloxicam tab 1 x 7,5 mg antasida tab 1 x 200 mgR/ meloxicam tab mg 7,5 No.XS 1 dd tab 1 R/ antasida mg 200

No. X

S 1 dd tab 1Pro: Ny. B (60 tahun)F. PROGNOSISAd vitam

: dubia bonam

Ad sanam

: dubia bonam

Ad fungsionam: dubia bonam

G. FOLLOW UP

Nama: Ny. BDiagnosis : Suspek Osteoarthritis Artikulasio Genu Dextra.Tabel flowsheet penderitaTglSubyektifObyektifAssesmentTherapy

20/8/14.Lutut kanan nyeri dan kaku saat bangun tidur.T: 150/90 mmHgN: 90 x/menit

RR: 21 x/menitS : 36,5Suspek Osteoarthritis Artikulasio Genu Dextra. meloxicam tab 1 x 7,5 mg antasida tab 1 x 200 mg KIE

21/8/14.

Lutut kanan nyeri dan kaku saat bangun tidur.T: 140/90mmHgN: 88x/menitRR: 20x/menitS : 36,2Suspek Osteoarthritis Artikulasio Genu Dextra. meloxicam tab 1 x 7,5 mg antasida tab 1 x 200 mg KIE

22/8/14Lutut kanan nyeri dan kaku saat bangun tidur.T: 140/80 mmHgN: 90x/menitRR: 20x/menitS : 36,6.

Suspek Osteoarthritis Artikulasio Genu Dextra. meloxicam tab 1 x 7,5 mg antasida tab 1 x 200 mg KIE

BAB III

IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI HOLISTIK

1. Fungsi Biologis

Pasien (Ny. B, 60 tahun) tinggal seorang diri di rumahnya. Keluarga pasien terdiri dari Suami pasien sudah meninggal, dan 5 anak pasie, 3 orang sudah berkeluarga dan tinggal di daerah berbeda dengan pasien, 2 orang anaknya tinggal masih tinggal serumah di rumah pasien. Pasien adalah penderita OA. Selama sakit ini, pasien menggalami sedikit gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. 2. Fungsi Psikologis

Hubungan keluarga antara Ny.B dan keluarganya terjalin cukup baik, dan saling memperhatikan satu sama lain. Keluarga ini saling memperhatikan masalah kesehatan, terbukti pada saat pasien sakit, anak pasien selalu mengantarkan pasien untuk berobat ke puskesmas.

3. Fungsi Sosial

Dalam kehidupan sehari-hari, pasien hanya anggota masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam masyarakat. Hubungan pasien dengan tetangga juga baik, terutama dengan teman sebaya di lingkungan tempat tinggal pasien.4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Penghasilan keluarga selama ini kurang. Untuk biaya hidup sehari-hari seperti makan, minum, dan listrik berasal dari penghasilan pasien sendiri dan anaknya sebagai penjual makanan. Untuk kebutuhan air dengan menggunakan air sumur. Untuk memasak memakai kayu bakar. Makan biasanya sebanyak 2 kali sehari dengan nasi satu piring, sayur dan lauk pauk berupa tahu dan tempe. Pasien lebih banyak minum air putih atau teh. Jika ada keluarga yang sakit biasanya akan beli obat di warung atau apotek, apabila tidak sembuh baru berobat ke puskesmas terdekat. Kesimpulan :Dari poin satu sampai empat dari fungsi holistik, fungsi biologis pasien mengalami gangguan, dimana pasien menderita suspek OA. Fungsi psikologis baik karena anggota keluarga begitu memperhatikan kesehatan pasien, walaupun sosial-ekonomi pasien kurang baik sebagai penjual makanan.B. FUNGSI FISIOLOGIS (A.P.G.A.R SCORE)

Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R SCORE dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0. A.P.G.A.R SCORE disini akan dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-4 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 = baik.1. Adaptasi

Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang lain.

2. Partnership

Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut.

3. Growth

Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut.

4. Affection

Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota keluarga.5. Resolve

Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.Tabel 1. APGAR Ny. B terhadap keluarga

A.P.G.A.R Ny. B Terhadap KeluargaHampir selaluKadang-kadangHampir tidak pernah

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah(

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya(

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru(

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll(

RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama(

Total poin = 10Tabel 2. APGAR Ny. T terhadap keluarga

A.P.G.A.R Ny. T Terhadap KeluargaHampir selaluKadang-kadangHampir tidak pernah

ASaya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya menghadapi masalah(

PSaya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya(

GSaya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru(

ASaya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll(

RSaya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama(

Total poin = 10A.P.G.A.R SCORE keluarga pasien = (10+10) / 2= 10Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga pasien baikSecara keseluruhan total poin dari A.P.G.A.R keluarga pasien adalah 20, sehingga rata-rata A.P.G.A.R dari keluarga pasien adalah 10. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien dalam keadaan baik.C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)

Fungsi patologis dari keluarga Ny. B dinilai dengan menggunakan S.C.R.E.E.M sebagai berikut :Tabel 5. Fungsi patologis ( S.C.R.E.M ) dari keluarga Tn. B.

SUMBERPATOLOGIKET

SocialInteraksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga dengan saudara, partisipasi mereka dalam kegiatan kemasyarakatan cukup aktif.-

CulturalKepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Sering mengikuti acara-acara yang bersifat hajatan, sunatan, dll. Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan kesopanan.-

Religion

Pemahaman agama cukup. Penerapan ajaran juga baik, hal ini dapat dilihat dari penderita dan keluarga yang rutin menjalankan sholat lima waktu dan sering mengikuti pengajian di desa.-

EconomicEkonomi keluarga ini kurang, untuk kebutuhan primer dan sekunder sudah belum dapat terpenuhi semua.+

EducationPendidikan anggota keluarga kurag memadai. Pengetahuan dan pemahaman mengenai kesehatan pada keluarga ini kurang.+

Medical

Keluarga ini belum menganggap pemeriksaan rutin kesehatana sebagai kebutuhan, sehingga keluarga ini hanya akan memeriksakan kesehatannya bila merasa kesehatannya sedang tidak baik dan mengganggu aktivitas. Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga ini biasanya datang ke dokter praktek atau di balai pengobatan di dekat rumah.+

Kesimpulan :

Dalam keluarga Ny. B terdapat masalah fungsi Economic di mana ekonomi keluarga ini kurang, untuk kebutuhan primer dan sekunder sudah belum dapat terpenuhi semua, fungsi Education di mana pendidikan anggota keluarga kurag memadai. Pengetahuan dan pemahaman mengenai kesehatan pada keluarga ini kurang, dan fungsi Medical dimana keluarga ini belum menganggap pemeriksaan rutin kesehatana sebagai kebutuhan, sehingga keluarga ini hanya akan memeriksakan kesehatannya bila merasa kesehatannya sedang tidak baik dan mengganggu aktivitas. Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga ini biasanya datang ke dokter praktek atau di balai pengobatan di dekat rumah.D. GENOGRAM

Alamat lengkap: Kemantren, JabungBentuk Keluarga: Extended FamilyDiagram 1. Genogram Keluarga Ny. BSumber : Data Primer, Agustus 2014Keterangan:

: Laki-laki: pasien

: Perempuan: telah meninggal Kesimpulan :Dari genogram di atas dapat disimpulkan bahwa TBC yang diderita oleh Ny. B bukan merupakan penyakit yang diturunkan atau ditularkan dari anggota keluarga yang lain.E. INFORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA

Diagram 2. Pola Interaksi Keluarga Ny. BSumber : Data Primer, Agustus 2014Keterangan :

: Hubungan Baik

: Hubungan tidak baikKesimpulan :

Hubungan antara Ny. Bdengan anaknya, cukup baik. Dalam keluarga ini tidak pernah terjadi konflik atau hubungan buruk antar anggota keluarga. BAB IV

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATANA. IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKU DAN NONPERILAKU KELUARGA

1. Faktor perilaku keluarga

a. Pengetahuan

Keluarga ini memiliki pengetahuan yang cenderung kurang tentang kesehatan karena pasien hanya lulusan SD. Menurut pendapat semua anggota keluarga, yang dimaksud kondisi sehat adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak menderita penyakit sehingga bisa melakukan aktivitasnya dengan baik.b. SikapKeluarga ini peduli terhadap kesehatan penderita. Keluarga.sering mengantarkan pasien berobat ke puskesmas dan mengingatkan untuk selalu rutin minum obat.

c. Tindakan

Keluarga sering mengantarkan pasien untuk berobat ke puskesmas untuk memeriksakan kondisi kesehatannya dan pasien patuh terhadap pengobatan.

2. Faktor Non Perilaku

Faktor non perilaku yang mempengaruhi kesehatan masyarakat adalah lingkungan hidup. Lingkungan hidup adalah segala sesuatu baik benda maupun keadaan yang berada di sekitar manusia, yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia dan masyarakat, yaitu lingkungan biologi; lingkungan fisik; lingkungan ekonomi dan lingkungan sosial (Entjang, 2000).

Keadaan perumahan adalah salah satu faktor yang menentukan keadaan higiene dan sanitasi lingkungan. Perumahan yang terlalu rapat dan sempit mengakibatkan tingginya kejadian penyakit, kecelakaan dan lain-lain. rumah yang sehat menurut Winslow adalah yang mampu memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis, menghindari terjadinya kecelakaan, dan menghindari terjadinya penyakit (Sukarni, 1994).

a. Lingkungan Rumah yang dihuni oleh keluarga ini terletak di dalam gang dan berdempetan dengan tetangganya. Rumah tersebut kurang memenuhi standar kesehatan. Di mana ventilasi dan pencahayaan rumah tersebut kurang. Lantai rumah langsung dengan tanah. Listrik sudah ada, kamar mandi dan jamban sudah ada. Pembuangan limbah keluarga sudah dialirkan ke dalam got pembuangan limbah yang ada di depan rumah. Untuk pengelolaan sampah, sampah keluarga dibuang di pembuangan sampah yang ada di belakang rumah untuk kemudian dibakar. Kebersihan rumah keluarga ini kurang terjaga. b. Pelayanan Kesehatan

Apabila ada salah satu anggota keluarga yang sakit, maka keluarga ini biasanya menggunakan balai pengobatan yang terletak dekat dengan rumah sebagai sarana untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.c. Keturunan

Dalam keluarga tidak didapatkan keluarga yang pernah menderita penyakit tersebut.Diagram 3. Faktor Perilaku dan Non PerilakuKeterangan :

: Faktor Perilaku

: Faktor Non PerilakuA. Identifikasi Lingkungan Rumah

1. Gambaran Lingkungan

Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 6 m x 5 m yang berdempetan dengan rumah tetangga, didepan rumah tidak terdapat pekarangan tetapi langsung rumah penduduk lagi. Rumah ini terdiri dari satu ruang tamu, dua kamar tidur, satu dapur, satu kamar mandi yang sudah memiliki fasilitas jamban keluarga. Pintu masuk dan keluar ada dua di bagian depan rumah, dan di bagian belakang rumah pintu ditutup dengan bahan kayu. Terdapat jendela kaca di depan. Lantai rumah terbuat dari tanah. Ventilasi dan penerangan rumah kurang. Atap rumah tersusun dari genteng. Kamar memiliki satu kasur untuk tidur. Dinding rumah berupa kayu triplek yang sudah dicat. Perabotan rumah tangga kurang lengkap. Sehari-hari keluarga memasak menggunakan kayu bakar. Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya keluarga ini menggunakan sumur. Secara keseluruhan kebersihan rumah kurang terjaga.2. Denah Rumah

uGambar 1. Denah Rumah Kesimpulan : Lingkungan rumah kurang memenuhi syarat kesehatan.BAB V

DAFTAR MASALAHA. MASALAH MEDIS :1. Lutut kanan kaku dan nyeri 1 minggu ini.B. MASALAH NON MEDIS :

1. Selama sakit ini, pasien menggalami sedikit gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

2. Aktivitas pagi berbelanja di pasar tradisional setiap hari.3. Fungsi fisiologis keluarga Ny. B baik.C. DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN

(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)Diagram 3. Diagram Permasalahan Pasien

D. MATRIKULASI MASALAH

Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks. (Azrul, 1996)Tabel 7. Matrikulasi masalahNo.Daftar MasalahITRJumlah

IxTxR

PSSBMnMoMa

1.Kondisi hygiene perorangan yang kurang baik44443336912

3Fungsi fisiologis keluarga Ny. B Baik.43332241728

Keterangan :

I: Importancy (pentingnya masalah)

P: Prevalence (besarnya masalah)

S: Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)

SB: Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)

T: Technology (teknologi yang tersedia)

R: Resources (sumber daya yang tersedia)

Mn: Man (tenaga yang tersedia)

Mo: Money (sarana yang tersedia)

Ma: Material (pentingnya masalah)Kriteria penilaian :

1 : tidak penting

2 : agak penting

3 : cukup penting

4 : penting

5 : sangat pentingE. DIAGNOSA HOLISTIK1. Aspek Personal :

1. Keluhan Utama: Lutut kanan kaku dan nyeri 1 minggu ini.2. Harapan: Pasien berharap agar keluhannya bisa cepat sembuh, bisa melakukan aktifitas sehari-hari3. Kekhawatiran: Pasien takut kambuh kembali dan mengalami gangguan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.2. Aspek Klinis :

Suspek OA.3. Aspek Resiko Internal :

Usia dan berat badan.4. Aspek Resiko Eksternal :

Aktivitas pagi berbelanja di pasar tradisional setiap hari.5. Aspek Fungsional:

Pasien tidak bisa beraktifitas saat kambuh (derajat 2)F. PENATALAKSANAAN KOMPREHENSIF

1. Promotif :

Menjelaskan kepada pasien tentang osteoarthritis, factor risiko dan bahayanya. Memberikan saran kepada pasien agar berobat secara teratur, jika nyeri masih mengganggu dan menyebabkan keterbatasan gerak yang permanen dianjurkan agar pasien berobat ke RSUD dengan spesialis Bedah Ortopedi2. Preventif : Menyarankan melakukan latihan untuk memperluas gerak sendi untuk mencegah kekakuan yang dapat terjadi.

Menyarankan tidak melakukan pekerjaan atau aktivitas berat yang dapat memperberat penyakit misalnya naik turun tangga (pekerjaan yang bertumpu pada lutut) Menyarankan menjaga berat badan untuk megurangi resiko penyakit.3. Kuratif :

Non farmakologi: dapat mengompres dengan air hangat atau pun dingin untuk menghilanhkan nyeri di sekitar lutut, dapat dilakukan selama 30 menit setiap hari. Latihan duduk dan berdiri secara perlahan setiap hari selama 15-20 menit untuk melatih otot agar tidak kaku. Dianjurkan kepada pasien agar makan dan minum makanan yang sehat. Farmakologi :4. Rehabilitatif : Penderita dianjurkan untuk makan makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup untuk membantu proses penyembuhan.BAB VI

TINJAUAN PUSTAKA

6.1Definisi

Osteoarthrosis atau osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul, lutu, dan pergelangan kaki paling sering terkena OA..(Soeroso, 2009).

Osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi-sendi penumpu berat badan dengan gambaran patologis yang berupa memburuknya tulang rawan sendi, yang merupakan hasil akhir dari perubahan biokimiawi, metabolisme fisiologis maupaun patologis yang terjadi pada perendian (Dharmawirya, 2000).6.2EpidemiologiOA merupakan penyakit rematik sendi yang paling banyak mengenai terutama pada orang-orang diatas 50 tahun. Di atas 85% orang berusia 65 tahun menggambarkan OA pada gambaran x-ray, meskipun hanya 35%-50% hanya mengalami gejala. Umur di bawah 45 tahun prevalensi terjadinya Osteoarthritis lebih banyak terjadi pada pria sedangkan pada umur 55 tahun lebih banyak terjadi pada wanita. Pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya Osteoarthritis pada obesitas, pada sendi penahan beban tubuh (Ariani, 2009).

Progresifitas dari OA biasanya berjalan perlahan-lahan, terjadi dalam beberapa tahun atau bahkan dekade. Nyeri yang timbul biasanya menjadi sumber morbiditas awal dan utama pada pasien dengan OA. Pasien dapat secara progresif menjadi semakin tidak aktif beraktivitas, membawa kepada morbiditas karena berkurangnya aktivitas fisik (termasuk penurunan berat yang bermakna). Prevalensi OA berbeda-beda pada berbagai ras. OA lutut lebih banyak terjadi pada wanita Afrika Amerika dibandingan dengan ras yang lainnya. Terdapat kecenderungan bahwa kemungkinan terkena OA akan meningkat seiring dengan pertambahan usia. Penyakit ini biasanya sebanding jumlah kejadiannya pada pria dan wanita pada usia 45-55 tahun. Setelah usia 55 tahun, cenderung lebih banyak terjadi pada wanita. Sendi distal interfalangeal dan dan proksimal interfalangeal seringkali terserang sehingga tampak gambaran Heberden dan Bouchard nodes, yang banyak ditemui pada wanita (Lozada, 2009).

Di Indonesia, prevalensi osteoartritis mencapai 5% pada usia 61 tahun.5 Untuk osteoartritis lutut prevalensinya cukup tinggi yaitu 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita. Pasien OA biasanya mengeluh nyeri waktu melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang terkena. Pada derajat nyeri yang berat dan terus menerus bisa mengganggu mobilitas. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang la njut usia di Indonesia menderita cacat karena OA.(Soeroso. 2009).6.3EtiologiEtiologi penyakit ini tidak diketahui dengan pasti. Untuk penyakit dengan penyebab yang tidak jelas, istilah faktor resiko (faktor yang meningkatkan resiko penyakit) adalah lebih tepat. Secara garis besar, faktor resiko untuk timbulnya OA (primer) adalah seperti di bawah ini. Harus diingat bahwa masing-masing sendi mempunyai biomekanik, cedera, dan persentase gangguan yang berbeda, sehingga peran faktor-faktor resiko tersebut untuk masing-masing OA tertentu berbeda. Dengan melihat faktor-faktor resiko ini, maka sebenarnya semua OA adalah sekunder. Faktor-faktor resiko OA individu dapat dipandang sebagai :1. faktor yang mempengaruhi predisposisi generalisata

2. faktor-faktor yang menyebabkan beban biomekanis tidak normal pada sendi-sendi tertentu.

Kegemukan, faktor genetik dan jenis kelamin adalah faktor resiko umum yang penting.

Beberapa faktor resiko akan dibahas lebih di bawah ini, antara lain :

Umur

Dari semua faktor resiko untuk timbulnya OA, faktor penuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya OA semakin meningkat dengan bertambahnya umur. OA hampir tidak pernah ada pada anak-anak, jarang pada umur di bawah 40 tahun dan sering pada umur di atas 60 tahun. Akan tetapi harus diingat bahwa OA bukan akibat penuaan saja. Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan perubahan pada OA.Jenis kelamin

Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi, dan lelaki lebih sering terkena OA paha, pergelangan tangan, dan leher. Secara keseluruhan, di bawah 45 tahun frekuensi OA kurang lebih sama pada laki dan wanita, tetapi di atas 50 tahun (setelah menopause) frekuensi OA lebih banyak pada wanita daripada laki. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis OA.

Selain itu, predominasi wanita pada OA dipengaruhi oleh kebiasaan wanita dalam menggunakan sepatu ber-hak tinggi. Berdasarkan penelitian, pemakaian sepatu ber-hak tinggi menunjukkan peningkatan tekanan terhadap sendi pallatofemoral dan kompartemen medial lutut. Hal ini merupakan predisposisi perubahan degeneratif pada sendi, dalam hal ini OA.Suku bangsa

Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada OA nampaknya terdapat perbedaan di antara masing-masing suku bangsa. Misalnya, OA paha lebih jarang di antara orang-orang kulit hitam dan Asia daripada Kaukasia. OA lebih sering dijumpai pada orang-orang Amerika asli (Indian) daripada orang-orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya OA misalnya, pada ibu dari seorang wanita dengan OA pada sendi-sendi interfalang distal (nodus Heberden) terdapat dua kali lebih sering OA pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai 3 kali lebih sering, daripada ibu dan anak perempuan-perempuan dari wanita tanpa OA tersebut. Adanya mutasi dalam gen prokolagen II atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen tipe IX dan XII, protein pengikat atau proteoglikan dikatakan berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada OA tertentu (terutama OA banyak sendi).Kegemukan dan penyakit metabolik

Berat badan yang berlebih nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya OA baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan OA pada sendi yang menanggung beban, tetapi juga dengan OA sendi lailn (tangan atau sternoklavikula). Oleh karena itu di samping faktor mekanis yang berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat faktor lain (metabolik) yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut. Peran faktor metabolik dan hormonal pada kaitan antara OA dan kegemukan juga disokong oleh adanya kaitan antara OA dengan penyakit jantung koroner, diabetes melitus, dan hipertensi. Pasien-pasien OA ternyata mempunyai resiko penyakit jantung koroner dan hipertensi yang lebih tinggi daripada orang-orang tanpa OA.Cedera sendi, pekerjaan, dan olah raga

Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus (misalnya tukang pahat, pemetik kapas) berkaitan dengan peningkatan resiko OA tertentu. Demikian juga cedera sendi dan olah raga yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan dengan OA yang lebih tinggi.

Peran beban benturan yang berulang pada timbulnya OA masih menjadi pertentangan. Aktivitas-aktivitas tertentu dapat menjadi predisposisi OA cedera traumatik (misalnya, robek meniskus, ketidakstabilan ligamen) yang dapat mengenai sendi. Akan tetapi selain cedera sendi yang nyata, hasil-hasil penelitian tidak menyokong pemakaian yang berlebihan sebagai suatu faktor untuk timbulnya OA. Meskipun demikian, beban benturan yang berulang dapat menjadi suatu faktor penentu lokasi pada orang-orang yang mempunyai predisposisi OA dan dapat berkaitan dengan perkembangan dan beratnya OA.Kelainan pertumbuhan

Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha (misalnya penyakit Perthes dan dislokasi kongenital paha) telah dikaitkan dengan timbulnya OA paha pada usia muda. Mekanisme ini juga diduga berperan pada lebih banyaknya OA paha pada laki-laki dan ras tertentu.Faktor-faktor lain

Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya OA. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek. Faktor ini diduga berperan pada lebih tingginya OA pada orang gemuk dan pelari (yang umumnya mempunyai tulang yang lebih padat) dan kaitan negatif antara osteoporosis dan OA. Merokok dilaporkan menjadi faktor yang melindungi untuk timbulnya OA, meskipun mekanismenya belum jelas.Faktor-faktor untuk timbulnya keluhan

Bagaimana timbul rasa nyeri pada OA sampai saat ini masih belum jelas. Demikian juga faktor-faktor apa yang membedakan OA radiografik saja (asimptomatik) dan OA simptomatik masih belum diketahui. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita dan orang yang gemuk cenderung lebih sering mempunyai keluhan daripada orang-orang dengan perubahan yang lebih ringan saja. Faktor-faktor lain yang diduga meningkatkan timbulnya keluhan ialah hipertensi, merokok, kulit putih, dan psikologis yang tidak baik.

6.4PatogenesisBerdasarkan patogenesisnya OA dibedakan menjadi dua yaitu OA primer dan OA sekunder. Osteoartritis primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yang kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. OA sekunder adalah OA yang didasari oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama. Osteoartritis primer lebih sering ditemukan dibanding OA sekunder (Tjokroprawiro, 2007).

Tidak ada bakteri atau virus yang menyebabkan osteoarthritis, beberapa faktor predisposisi terjadinya osteoarthritis dipengaruhi antara lain:1. Umur

Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi, dan beratnya osteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur. OA hampir tidak pernah pada anak-anak, jarang pada umur di bawah 40 tahun dan sering pada umur di atas 60 tahun Hal ini disebabkan karena adanya hubungan antara umur dengan penurunan kekuatan kolagen dan proteoglikan pada kartilago sendi.

2. Jenis kelamin

Pada orang tua yang berumur lebih dari 55 tahun, prevalensi terkenanya osteoartritis pada wanita lebih tinggi dari pria. Usia kurang dari 45 tahun Osteoarthritis lebih sering terjadi pada pria dari wanita. Wanita lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi, dan lelaki lebih sering terkena OA paha, pergelangan tangan dan leher.

3. Suku bangsa

Osteoartritis primer dapat menyerang semua ras meskipun terdapat perbedaan prevalensi pola terkenanya sendi pada osteoartritis. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaaan pada frekuensi pada kelainan kongenital dan pertumbuhan.

4. Genetik

Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis. Adanya mutasi dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen, proteoglikan berperan dalam timbulnya kecenderungan familial pada osteoartritis.

5. Kegemukan dan penyakit metabolik

Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan mekanik pada sendi penahan beban tubuh, dan lebih sering menyebabkan osteoartritis lutut. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tetapi juga dengan osteoartritis sendi lain, diduga terdapat faktor lain (metabolik) yang berperan pada timbulnya kaitan tersebut antara lain penyakit jantung koroner,diabetes melitus dan hipertensi.

6. Cedera sendi (trauma), pekerjaan dan olah raga

Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian suatu sendi yang terus-menerus, berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis tertentu. Demikian juga cedera sendi dan oleh raga yang sering menimbulkan cedera sendi berkaitan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.

7. Kelainan pertumbuhan

Kelainan kongenital dan pertumbuhan pahav(misalnya penyakit Perthex dan dislokasi kongenital paha) telah dikaitkan dengan timbulnya OA paha pada usia muda.

8. Faktor-faktor lain

Tingginya kepadatan tulang dikaitkan dapat meningkatkan risiko timbulnya OA. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tak membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek. Faktor ini diduga berperan pada lebih tingginya OA pada orang gemuk dan pelari (karena tulangnya lebih padat) dan kaitannya negatif antara osteoporosis dengan OA.Konsep lama menyebutkan adanya proses pakai dan aus (wear and tear), sehingga terlihat pengikisan atau penipisan rawan sendi. Ternyata hal tersebut tidak dapat diterapkan sepenuhnya, karena beberapa hal yang menjadi hambatan diantaranya adalah terdapatnya proses OA pada persendian yang tidak banyak mengalami proses pembebanan biomekanik, tidak dapat menjelaskan proses kronisitas OA. Banyak penelitian yang mencoba mengungkapkan ketidak cocokkan teori lama tersebut, yaitu dijumpainya perbedaan antara rawan sendi pada penyakit. (Tjokroprawiro. 2007)Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari suatu proses penuaan yang tidak dapat dihindari. Para pakar yang meneliti penyakit ini sekarang berpendapat bahwa OA ternyata merupakan penyakit gangguan homeostasis dari metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang penyebabnya belum jelas diketahui. OA dan proses penuaan (aging process), serta OA dapat diinduksi pada percobaan hewan yang distimulasi menggunakan zat kimia atau trauma buatan. Proses utama OA tersebut sebenarnya terdapat pada khondrosit yang merupakan satu-satunya sel hidup yang ada di dalam rawan sendi. Gangguan pada fungsi khondrosit itulah yang akan memicu proses patogenik OA. Khondrosit akan mensintesis berbagai komponen yang diperlukan dalam pembentukan rawan sendi, seperti proteoglikan, kolagen dan sebagainya. Disamping itu ia akan memelihara keberadaan komponen dalam matriks rawan sendi melalui mekanisme turn over yang begitu dinamis.( Soeroso. 2007)Osteoartritis ditandai dengan fase hipertrofi kartilago yang berhubungan dengan suatu peningkatan terbatas dari sintesis matriks makromolekul oleh khondrosit sebagai kompensasi perbaikan (repair). Osteoartritis terjadi sebagai hasil kombinasi antara degradasi rawan sendi, remodelling tulang dan inflamasi cairan sendi (Tjokroprawiro, 2007). Dengan kata lain terdapat satu keseimbangan antara proses sintesis dan degradasi rawan sendi. Gangguan keseimbangan ini yang pada umumnya berupa peningkatan proses degradasi, akan menandai penipisan rawan sendi dan selanjutnya kerusakan rawan sendi yang berfungsi sebagai bantalan redam kejut. Sintesis matriks rawan sendi tetap ada terutama pada awal proses patologik OA, namun kualitas matriks rawan sendi yang terbentuk tidak baik. Pada proses akhir kerusakan rawan sendi, adanya sintesis yang buruk tidak mampu lagi mengatasi proses destruksi sendi yang cepat. Hal ini terlihat dari menurunya produksi proteoglikan yang ditandai dengan menurunnya fungsi khondrosit. Khondrosit yang merupakan aktor tunggal pada proses ini akan dipengaruhi oleh faktor anabolik dan katabolik dalam mempertahankan keseimbangan sintesis dan degradasi. Faktor katabolik utama diperankan oleh sitokin Interleukin-1 (IL-1) dan tumour necrosis factor a (TNFa) yang dikeluarkan oleh sel lain di dalam sendi. Sedangkan faktor anabolik diperankan oleh transforming growth factor b(TGFb) dan insulin like growth factor-1 (IGF-1). Perubahan patologik pada OA ditandai oleh kapsul sendi yang menebal dan mengalami fibrosis serta distorsi. Pada rawan sendi pasien OA juga terjadi proses peningkatan aktivitas fibrinogenik dan penurunan aktivitas fibrinolitik. Proses ini menyebabkan terjadinya penumpukan trombus dan komplek lipid pada pembuluh darah subkondral yang menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan subkondral tersebut. Ini mengakibatkan dilepaskannya mediator kimiawi seperti prostaglandin dan interleukin yang selanjutnya menimbulkan bone angina lewat subkondral yang diketahui mengandung ujung saraf sensibel yang dapat menghantarkan rasa sakit. Penyebab rasa sakit itu dapat juga berupa akibat dari dilepasnya mediator kimiawi seperti kinin dan prostaglandin yang menyebabkan radang sendi, peregangan tendon atau ligamentum serta spasmus otot-otot ekstraartikuler akibat kerja yang berlebihan. Sakit pada sendi juga diakibatkan oleh adanya osteofit yang menekan periosteum dan radiks saraf yang berasal dari medulla spinalis serta kenaikan tekanan vena intrameduler akibat stasis vena intrameduler karena proses remodelling pada trabekula dan subkondral (Tjokroprawiro, 2007). Sinovium mengalami keradangan dan akan memicu terjadinya efusi serta proses keradangan kronik sendi yang terkena. Permukaan rawan sendi akan retak dan terjadi fibrilasi serta fisura yang lama-kelamaan akan menipis dan tampak kehilangan rawan sendi fokal. Selanjutnya akan tampak respon dari tulang subkhondral berupa penebalan tulang, sklerotik dan pembentukkan kista. Pada ujung tulang dapat dijumpai pembentukan osteofit serta penebalan jaringan ikat sekitarnya. Oleh sebab itu pembesaran tepi tulang ini memberikan gambaran seolah persendian yang terkena itu bengkak.

Gambar 2.1 OsteoartritisPeran makrofag di dalam cairan sendi juga penting, yaitu apabila dirangsang oleh jejas mekanis, material asing hasil nekrosis jaringan atau CSFs, akan memproduksi sitokin aktivator plasminogen (PA) yang disebut katabolin. Sitokin tersebut adalah IL-1, IL-6, TNF dan , dan interferon (IFN) dan (. Interleukin-1 mempunyai efek multiple pada sel cairan sendi, yaitu meningkatkan sintesis enzim yang mendegradasi rawan sendi yaitu stromelisin dan kolagenosa, menghambat proses sintesis dan perbaikan normal khondrosit (Tjokroprawiro. 2007).Faktor pertumbuhan dan sitokin mempunyai pengaruh yang berlawanan dengan perkembangan OA. Sitokin cenderung merangsang degradasi komponen matriks rawan sendi, sebaliknya faktor pertumbuhan merangsang sintesis, padahal IGF-1 pasien OA lebih rendah dibandingkan individu normal pada umur yang sama. Percobaan pada kelinci membuktikan bahwa puncak aktivitas sintesis terjadi setelah 10 hari perangsangan dan kembali normal setelah 3-4 minggu (Soeroso, 2009).Gambar 1 Perubahan Sel pada Osteoartritis

Sel Normal

OA : Hiposeluler

Patofisiologi Nyeri pada Osteoartritis

Nyeri biasanya dicirikan sebagai nociceptive, neuropatik, idiopatik atau psikogenik. reseptor di erent dan pemancar rasa sakit yang terlibat, dan tanggapan terhadap agen analgesik di eh dalam kategori seperti halnya pola distribusi nyeri. Nyeri juga dicirikan tentang kualitas (menusuk, sakit, menembak atau paresthetic), apakah itu bersifat permanen atau tidak tetap, atau apakah hal itu berkaitan dengan saat latihan, hari, saring dan stres fisik atau mental.

Nyeri pada (OA) yang paling sering di pinggul dan lutut, yaitu sendi besar di bawah beban mekanis. Perubahan degeneratif seiring dengan rasa sakit juga sangat umum di tulang belakang, namun sering kali ada kontroversi mengenai apakah rasa sakit yang dihasilkan dari OA pada sendi intervertebralis, degenerasi disk atau dalam struktur lain seperti otot dan ligamen(Subagjo, 2000)..

Selanjutnya osteophytes, sinovitis dan penebalan kapsul dalam OA sendi intervertebralis serta herniasi dari disko merosot dengan iritasi mekanik dan kimia struktur saraf dapat menyebabkan nyeri neurogenik asal perifer yang kadang-kadang sulit untuk er dari rasa sakit di nociceptive degeneratif ((Subagjo, 2000).).

Nyeri pada OA dapat mulai baik dari tulang subchondral, seperti ketika OA berkembang sebagai penyebab dari nekrosis avaskular di kepala femoral dari lesi primer tulang rawan (Sapu et al 2001) atau dari sendi bengkak dan reaksi inflamasi disertai distensi dari kapsul(Subagjo, 2000)..

Di lutut ada tiga kompartemen dari pandangan fungsional (McAlinder et al 1992): medial dan sendi femurotibial lateral dan sendi femuropatellar. Pada pasien dengan OA lutut maju biasanya semua tiga kompartemen terlibat. Namun, pada pasien dengan OA lutut er gejala sedang di menurut yang kompartemen terutama bergerak. Femuropatellar fibrilasi bersama atau degenerasi tulang rawan patella adalah umum bahkan pada orang muda, terutama pada atlet, dan nyeri diprovokasi ketika lutut di bawah beban di fleksi, seperti pada naik tangga, jongkok atau dalam olahraga. Dalam kebanyakan kasus nyeri dari sendi ini sedang; pada pasien dengan nyeri yang sangat parah dan dengan malalignment di femuropatellar bersama ini dapat diatasi pembedahan baik oleh rilis lateral kapsul atau pengalihan tuberkulum tibialis (Subagjo, 2000). Arthroscopic lavage atau memperlancar tulang rawan telah digunakan secara luas dalam kasus-kasus seperti dalam kasus dengan OA ringan atau sedang dalam kompartemen lain. Namun, dalam penyelidikan double blind baru-baru ini (Bradley et al 2002) pengobatan ini ternyata tidak lebih baik dari sebuah operasi dengan sayatan kulit palsu saja. Hasil dari operasi dengan prostesis patella pada pasien dengan OA terisolasi di kompartemen femuropatellar juga telah dipertanyakan, dan belum mendapatkan digunakan secara luas. Sebaliknya prostesis patella sering digunakan dalam penggantian lutut total dengan penggantian ketiga kompartemen (Subagjo, 2000).Persepsi Sakit (nosisepsi) adalah sebuah fenomena yang kompleks. Nyeri dapat secara luas diklasifikasikan atas dasar patofisiologi ke nociceptive nyeri, inflamasi, neuropati, dan fungsional. Nyeri nosiseptik umumnya adaptif (pelindung) karena mencegah cedera lebih lanjut dan atau meningkatkan penyembuhan. Nyeri inflamasi yang maladaptif, yaitu, patologis, tanpa fungsi pelindung, dan merupakan hasil kerusakan jaringan (misalnya, trauma, operasi, OA, dan rheumatoid arthritis). Nyeri neuropatik hasil dari cedera langsung atau disfungsi dari sistem saraf, misalnya, neuralgia post infeksi virus herpes, neuropati diabetes, dan sindrom nyeri kompleks daerah. Nyeri fungsional berhubungan dengan pengolahan saraf abnormal tanpa adanya defisit neurologis atau kelainan perifer, misalnya, fibromyalgia dan sindrom iritasi usus besar.

Nosciseptive pain

Rangsang nyeri berasal dari luar

Berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh

Inflamatory pain

Disebabkan oleh kerusakan jaringan

Muncul dari sebuah stimulus yang berada di luar system saraf

Sensasi nyeri yang muncul secara spontan dan sesitif terhadap rangsang berbahaya

Tidak memiliki fungsi pelindung

Neuropathic pain

Disebabkan olleh lesi primer pada system saraf

Tidak didapatkan lesi nosiseptis

Merupakan tanda terjadi kerusakan saraf

Functional pain

Reaksi berlebihan terhadap rangsang nyeri

Tidak diapatkan tanda atau riwayat dari kerusakan saraf dan stimulasi nyeri nosiseptif

Tabel-1 Klasifikasi nyeri (Woolf CJ. Ann Intern Med. 2004)6.5KlasifikasiOsteoartritis dibagi menjadi 2 berdasarkan etiologi yang mendasari terjadinya OA (tabel 2), yaitu :

1. Osteoartritis Primer

2. Osteoartritis Sekunder

Osteoartritis primer disebabkan oleh tekanan yang berlebihan pada sendi yang menahan berat tubuh atau tekanan yang normal pada sendi yang lemah. OA primer sering menyerang sendi jari-jari, panggul dan lutut, tulang belakang servikal dan lumbal, serta ibu jari. Obesitas juga meningkatkan tekanan pada sendi yang menahan berat badan. OA primer sering dicetuskan kerusakan enzim, penyakit tulang, dan gangguan fungsi hati.Osteoartritis sekunder disebabkan oleh trauma kronik atau tiba-tiba pada sendi. OA sekunder dapat terjadi pada beberapa sendi. OA sekunder berhubungan dengan beberapa faktor, antara lain: Trauma, termasuk trauma olah raga

Stress yang berulang berhubungan dengan pekerjaan

Episode artritis gout atau artritis septik yang berulang

Postur tubuh yang kurang baik atau kelainan tulang yang disebabkan oleh perkembangan yang tidak normal

Kelainan metabolik dan endokrin.Tabel 2 Klasifikasi OsteoartritisPrimary Secondary: Common causes

Lokal

Tangan: Nodus Heberden dan Bouchard

(nodal), karpal metacarpal ITrauma

Akut

Kronik (pekerjaan, OR)

Kaki : halluks valgus, halluks rigids,

jempol terkontraksi (jempol palu/cock up),

talonavikularisKongenital atau perkembangan

Penyakit lokal : Legg-Calve-Perthes, dislokasi

panggul kongenital, epifisis selip

Faktor mekanis : panjang ektremitas bawah tidak

sama, deformitas valgus/varus, hipermobilitas

Displasia tulang : displasia epifisis,displasia

spondiloapofisis, osteonikondistrofi

Lutut :

Kompartemen medial

Kompartemen lateral

Kompartemen patelofemoralis Metabolik

Okronosis (alkaptonuria)

Hemokromatosis

Penyakit Wilson

Penyakit Gaucher

Panggul :

Eksentrik (superior)

Konsentrik (aksial, medial)

Difus (koksa senilis)Endokrin

Akromegali

Hiperparatiroidisme

Diabetes Mellitus

Kegemukan

Hipotiroidisme

Tulang belakang :

Sendi apofiseal

Antarvertebra (discus)

Spondilosis (osteofit)

Ligamentosa (hyperostosis, penyakit

Forestier, Hiperostosis rangka idiopatik

difus)

Penyakit endapan kalsium

Endapan kalsium pirofosfat dihidrat

Atropati apatit

Tempat tunggal lainnya, misalnya

glenohumeralis, akromioklavikularis,

tibiotalar, sakroiliaka,

temporomandibularisPenyakit tulang dan sendi lain

Lokal : fraktur, necrosis avaskular, infeksi,

Difus : arthritis rheumatoid (peradangan),

penyakit Paget, osteopetrosis, osteokondritis

Neuropatik (sendi Charcot)

Generalisata (OAG)

Mencakup tiga atau lebih daerah yang

tercantum di atas (Kellgren-Moore)Endemik

Kashin Beck

Mseleni

Lain-lain

Frostbite Penyakit Casson

Hemoglobinopati

6.6Gejala KlinisManifestasi klinis dari OA biasanya terjadi secara perlahan-lahan. Awalnya persendian akan terasa nyeri di persendian, kemudian nyeri tersebut akan menjadi persisten atau menetap, kemudian diikuti dengan kekakuan sendi terutama saat pagi hari atau pada posisi tertentu pada waktu yang lama (Subagjo, 2000).

Tanda kardinal dari OA adalah kekakuan dari persendian setelah bangun dari tidur atau duduk dalam waktu yang lama, swelling (bengkak) pada satu atau lebih persendian, terdengar bunyi atau gesekan (krepitasi) ketika persendian digerakkan(Subagjo, 2000)..

Pada kasus-kasus yang lanjut terdapat pengurangan massa otot. Terdapatnya luka mencerminkan kelainan sebelumnya. Perlunakan sering ditemukan, dan dalam cairan sendi superfisial, penebalan sinovial atau osteofit dapat teraba (Hoaglund, 2001).

Pergerakan selalu terbatas, tetapi sering dirasakan tidak sakit pada jarak tertentu; hal ini mungkin disertai dengan krepitasi.Beberapa gerakan lebih terbatas dari yang lainnya oleh karena itu, pada ekstensi panggul, abduksi dan rotasi interna biasanya merupakan gerakan yang paling terbatas. Pada stadium lanjut ketidakstabilan sendi dapat muncul dikarenakan tiga alasan: berkurangnya kartilago dan tulang, kontraktur kapsuler asimetris, dan kelemahan otot (Hoaglund, 2001).Seperti pada penyakit reumatik umumnya diagnosis tak dapat didasarkan hanya pada satu jenis pemeriksaan saja. Biasanya dilakukan pemeriksaan reumatologi ringkas berdasarkan prinsip GALS (Gait, arms, legs, spine) dengan memperhatikan gejala-gejala dan tanda-tanda sebagai berikut (Moskowitz, 2001) :

a. Nyeri sendi

Nyeri sendi merupakan hal yang paling sering dikeluhkan. Nyeri sendi pada OA merupakan nyeri dalam yang terlokalisir, nyeri akan bertambah jika ada pergerakan dari sendi yang terserang dan sedikit berkurang dengan istirahat. Nyeri juga dapat menjalar (radikulopati) misalnya pada osteoarthritis servikal dan lumbal. Claudicatio intermitten merupakan nyeri menjalar ke arah betis pada osteoartritis lumbal yang telah mengalami stenosis spinal. Predileksi OA pada sendi-sendi; Carpometacarpal I (CMC I), Metatarsophalangeal I (MTP I), sendi apofiseal tulang belakang, lutu, dan paha).b. Kaku pada pagi hari (morning stiffness)

Kekakuan pada sendi yang terserang terjadi setelah imobilisasi misalnya karena duduk di kursi atau mengendarai mobil dalam waktu yang sukup lama, bahkan sering disebutkan kaku muncul pada pagi hari setelah bangun tidur (morning stiffness).

c. Hambatan pergerakan sendi

Hambatan pergerakan sendi ini bersifat progresif lambat, bertambah berat secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi

d. Krepitasi

Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi yang sakit.e. Perubahan bentuk sendi

Sendi yang mengalami osteoarthritis biasanya mengalami perubahan berupa perubahan bentuk dan penyempitan pada celah sendi. Perubahan ini dapat timbul karena kontraktur sendi yang lama, perubahan permukaan sendi, berbagai kecacatan dan gaya berjalan dan perubahan pada tulang dan permukaan sendi. Seringkali pada lutut atau tangan mengalami perubahan bentuk membesar secara perlahan-lahan.f. Perubahan gaya berjalan

Hal yang paling meresahkan pasien adalah perubahan gaya berjalan, hampir semua pasien osteoarthritis pada pergelangan kaki, lutut dan panggul mengalami perubahan gaya berjalan (pincang). Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri.6.7

DiagnosisDiagnosis osteoarthritis lutut berdasrkan klinis, klinis dan radiologis, serta klinis dan laboratoris (JH Klippel, 2001) :a. Klinis: Nyeri sendi lutut dan 3 dari kriteria di bawah ini:

1. umur > 50 tahun

2. kaku sendi < 30 menit

3. krepitus

4. nyeri tekan tepi tulang

5. pembesaran tulang sendi lutut

6. tidak teraba hangat pada sendi

Catatan: Sensitivitas 95% dan spesifisitas 69%. b. Klinis, dan radiologis: Nyeri sendi dan paling sedikit 1 dari 3 kriteria di bawah ini:

1. umur > 50 tahun

2. kaku sendi 50 tahun

2. kaku sendi