nyeri.docx
TRANSCRIPT
MANAJEMEN NYERI
A. KONSEP NYERI
1. Definisi nyeri
Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan
maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri,
2007).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah
pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
Nyeri merupakan hal yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhi
pengalaman seseorang terhadap nyeri. Seorang perawat harus mempertimbangkan
faktor-faktor tersebut dalam menghadapi klien yang mengalami nyeri. Hal ini sangat
penting dalam pengkajian nyeri yang akurat dan memilih terapi nyeri yang baik.
a. Usia
Menurut Potter & Perry (1993) usia adalah variabel penting yang
mempengaruhi nyeri terutama pada anak dan orang dewasa. Perbedaan
perkembangan yang ditemukan antara kedua kelompok umur ini dapat
mempengaruhi bagaimana anak dan orang dewasa bereaksi terhadap nyeri. Anak-
anak kesulitan untuk memahami nyeri dan beranggapan kalau apa yang dilakukan
perawat dapat menyebabkan nyeri. Anak-anak yang belum mempunyai kosakata
yang banyak, mempunyai kesulitan mendeskripsikan secara verbal dan
mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau perawat.
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus
mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri
jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi (Tamsuri, 2007).
Seorang perawat harus menggunakan teknik komunikasi yang sederhana
dan tepat untuk membantu anak dalam membantu anak dalam memahami dan
mendeskripsikan nyeri. Sebagai contoh, pertanyaan kepada anak, “ Beritahu saya
1
dimana sakitnya?” atau “apa yang dapat saya lakukan untuk menghilangkan sakit
kamu?”. Hal-hal diatas dapat membantu mengkaji nyeri dengan tepat.
Perawat dapat menunjukkan serangkaian gambar yang melukiskan
deskripsi wajah yang berbeda, seperti tersenyum, mengerutkan dahi atau
menangis. Anak-anak dapat menunjukkan gambar yang paling tepat untuk
menggambarkan perasaan mereka.
b. Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak mempunyai
perbedaan secara signifikan mengenai respon mereka terhadap nyeri. Masih
diragukan bahwa jenis kelamin merupakan faktor yang berdiri sendiri dalam
ekspresi nyeri. Misalnya anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis
dimana seorang wanita dapat menangis dalam waktu yang sama. Penelitian yang
dilakukan Burn, dkk. (1989) dikutip dari Potter & Perry, 1993 mempelajari
kebutuhan narkotik post operative pada wanita lebih banyak dibandingkan dengan
pria.
c. Budaya
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi
nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh
kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri (Calvillo
& Flaskerud, 1991).
d. Ansietas
Meskipun pada umumnya diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan
nyeri, mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keadaaan. Riset tidak
memperlihatkan suatu hubungan yang konsisten antara ansietas dan nyeri juga
tidak memperlihatkan bahwa pelatihan pengurangan stres praoperatif menurunkan
nyeri saat pascaoperatif. Namun, ansietas yang relevan atau berhubungan dengan
nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap nyeri. Ansietas yang tidak
berhubungan dengan nyeri dapat mendistraksi pasien dan secara aktual dapat
menurunkan persepsi nyeri. Secara umum, cara yang efektif untuk menghilangkan
nyeri adalah dengan mengarahkan pengobatan nyeri ketimbang ansietas (Smeltzer
& Bare, 2002).
e. Pengalaman masa lalu dengan nyeri
Seringkali individu yang lebih berpengalaman dengan nyeri yang
dialaminya, makin takut individu tersebut terhadap peristiwa menyakitkan yang
2
akan diakibatkan. Individu ini mungkin akan lebih sedikit mentoleransi nyeri,
akibatnya ia ingin nyerinya segera reda sebelum nyeri tersebut menjadi lebih
parah. Reaksi ini hampir pasti terjadi jika individu tersebut mengetahui ketakutan
dapat meningkatkan nyeri dan pengobatan yang tidak adekuat.
f. Keluarga dan Support Sosial
Faktor lain yang juga mempengaruhi respon terhadap nyeri adalah
kehadiran dari orang terdekat. Orang-orang yang sedang dalam keadaan nyeri
sering bergantung pada keluarga untuk mensupport, membantu atau melindungi.
Ketidakhadiran keluarga atau teman terdekat mungkin akan membuat nyeri
semakin bertambah. Kehadiran orangtua merupakan hal khusus yang penting
untuk anak-anak dalam menghadapi nyeri (Potter & Perry, 1993).
3. Klasifikasi Nyeri
Nyeri dikelompokkan sebagai nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut
biasanya datang tiba-tiba, umumnya berkaitan dengan cidera spesifik, jika kerusakan
tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistemik, nyeri akut biasanya menurun
sejalan dengan penyembuhan. Nyeri akut didefinisikan sebagai nyeri yang
berlangsung beberapa detik hingga enam bulan (Brunner & Suddarth, 1996).
Berger (1992) menyatakan bahwa nyeri akut merupakan mekanisme
pertahanan yang berlangsung kurang dari enam bulan. Secara fisiologis terjadi
perubahan denyut jantung, frekuensi nafas, tekanan darah, aliran darah perifer,
tegangan otot, keringat pada telapak tangan, dan perubahan ukuran pupil.
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang
satu periode waktu. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dan
sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon terhadap
pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Nyeri kronis sering didefenisikan
sebagai nyeri yang berlangsung selama enam bulan atau lebih (Brunner & Suddarth,
1996 dikutip dari Smeltzer 2001).
Menurut Taylor (1993) nyeri ini bersifat dalam, tumpul, diikuti berbagai
macam gangguan, terjadi lambat dan meningkat secara perlahan setelahnya, dimulai
setelah detik pertama dan meningkat perlahan sampai beberapa detik atau menit.
Nyeri ini berhubungan dengan kerusakan jaringan, ini bersifat terus-menerus atau
intermitten.
3
4. Fisiologi Nyeri
Menurut Torrance & Serginson (1997), ada tiga jenis sel saraf dalam proses
penghantaran nyeri yaitu sel syaraf aferen atau neuron sensori, serabut konektor atau
interneuron dan sel saraf eferen atau neuron motorik. Sel-sel syaraf ini mempunyai
reseptor pada ujungnya yang menyebabkan impuls nyeri dihantarkan ke sum-sum
tulang belakang dan otak. Reseptor-reseptor ini sangat khusus dan memulai impuls
yang merespon perubahan fisik dan kimia tubuh. Reseptor-reseptor yang berespon
terhadap stimulus nyeri disebut nosiseptor.
Stimulus pada jaringan akan merangsang nosiseptor melepaskan zat-zat
kimia, yang terdiri dari prostaglandin, histamin, bradikinin, leukotrien, substansi p,
dan enzim proteolitik. Zat-zat kimia ini akan mensensitasi ujung syaraf dan
menyampaikan impuls ke otak (Torrance & Serginson, 1997).
Menurut Smeltzer & Bare (2002) kornu dorsalis dari medula spinalis dapat
dianggap sebagai tempat memproses sensori. Serabut perifer berakhir disini dan
serabut traktus sensori asenden berawal disini. Juga terdapat interkoneksi antara
sistem neural desenden dan traktus sensori asenden. Traktus asenden berakhir pada
otak bagian bawah dan bagian tengah dan impuls-impuls dipancarkan ke korteks
serebri.
Agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada sistem asenden harus
diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak
dalam kulit dan organ internal. Terdapat interkoneksi neuron dalam kornu dorsalis
yang ketika diaktifkan, menghambat atau memutuskan taransmisi informasi yang
menyakitkan atau yang menstimulasi nyeri dalam jaras asenden. Seringkali area ini
disebut “gerbang”. Kecendrungan alamiah gerbang adalah membiarkan semua input
yang menyakitkan dari perifer untuk mengaktifkan jaras asenden dan mengaktifkan
nyeri. Namun demikian, jika kecendrungan ini berlalu tanpa perlawanan, akibatnya
sistem yang ada akan menutup gerbang. Stimulasi dari neuron inhibitor sistem
asenden menutup gerbang untuk input nyeri dan mencegah transmisi sensasi nyeri
(Smeltzer & Bare, 2002).
Teori gerbang kendali nyeri merupakan proses dimana terjadi interaksi antara
stimulus nyeri dan sensasi lain dan stimulasi serabut yang mengirim sensasi tidak
nyeri memblok transmisi impuls nyeri melalui sirkuit gerbang penghambat. Sel-sel
inhibitor dalam kornu dorsalis medula spinalis mengandung eukafalin yang
menghambat transmisi nyeri (Wall, 1978 dikutip dari Smeltzer & Bare, 2002).
4
B. PENGKAJIAN NYERI
1. Anamnesis menggunakan format comprehensive pain assessment
O ONSET
Kapan mulai terjadinya nyeri?
Berapa lama ?
Seberapa sering terjadinya nyeri?
P PALLIATING/
PROVOCATING
Apa yang menjadi pencetus / memperberat
nyeri?
Apa yang dapat meredakan nyeri?
Q QUALITY Kualitas nyeri?
Seperti apa nyeri yang dirasakan?
Dapatkan di deskripsikan? ( tajam,tertusuk,
terbakar)
R REGION/ RADIATION Apakah nyerinya menyebar?
Menyebar ke daerah tubuh mana?
S SEVERITY Seberapa berat nyerinya dirasakan
Menggunakan Numerik Rating Scale, Wong
Bacer Face, FLACC,CRIES atau COMFORT
PAIN SCALE
T TREATMENT Pengobatan dan perawatan yang sudah
dilakukan?
Seberapa efektif pengobatan dan perawatan
yang dilakukan sekarang?
Apakah ada efek samping dari pengobatan yang
dilakukan?
Obat analgetik apa yang saat ini sedang
digunakan?
U UNDERSTANDING Apa yang anda percayai yang menyebabkan
timbulnya nyeri?
Bagaimana gejala ini mempengaruhi anda
dan/atau keluarga anda?
V VALUE Apa tujuan / harapan anda terhadap nyeri yang
anda rasakan?
5
Seberapa kenyamanan / tingkat yang dapat anda
terima ( menggunakan skala nyeri 0-10)
Apakah ada pandangan lain atau perasaan anda
mengenai nyeri yang anda rasakan?
Seberapa penting bagi anda dan / keluarga
anda?
2. Tool Pengkajian Nyeri
a. Numeric Rating Scale
- Indikasi digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia > 9 tahun yang
dapat menggunakan angka untuk melambangkan intensitas nyeri yang
dirasakanya
- Instruksi : pasien akan ditanya mengenai intensitas nyeri yang dirasakan dan
dilambangkan dengan angka antara 0-10.
0 = tidak nyeri
1-3 = nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitas sehari – hari)
4-6 = nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktivitas sehari – hari )
7 – 10 = nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas sehari – hari)
b. Wong Baker Face
- Indikasi : pada pasien (dewasa dan anak > 3 tahun) yang tidak dapat
menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka, gunakan asesmen
- Intruksi : pasien diminta untuk menunjuk / memilih gambar mana yang paling
sesuai dengan yang ia rasakan. Tanyakan juga lokasi dan durasi nyeri.
0-1 = sangat bahagia karena tidak merasa nyeri sama sekali
2-3 = sedikit nyeri
4 -5 = cukup nyeri
6-7 = lumayan nyeri
8-9 = sangat nyeri
10 = amat sangat nyeri (tak tertahankan)
c. Cries Pain Scale
- Indikasi : pada pasien neonates ( 0-6 bulan) di critical area : CRIES
( Crying ,Require, Increased, Expresion, Sleepless ).
6
- Crying : karakteristik dari nyeri adalah tangisan melengking (high pitched)
0- tidak ada tangisan atau tangisan yang tidak melengking
1-tangisan melengking tapi bayi mudah dihibur
2-tangisan melengking tapi bayi tidak mudah dihibur
- Require : perlu O2 untuk SaO2 <95%- Bayi yang mengalami rasa nyeri
ditandai dengan penurunan okigenisasi. Pertimbangkan penyebab lain
hipoksemia. Misalnya oversedasi, ateletaksis, pneumothorax
0-tidak perlu oksigen
1-perlu oksigen < 30%
2-perlu oksigen > 30%
- Increased : peningkatan tanda-tanda vital- ukur tekanan darah pada akhir
prosedur karena akan mungkin membuat anak terbangun sehingga membuat
suli penilaian.
0-detak jantung dan tekanan darah tidak berubah atau kurang dari nilai
baseline
1-detak jantung atau tekanan darah meningkat tetapi peningkatan <20%
nilai baseline
2-detak jantung atau tekanan darah meningkat >20% dari nilai baseline
- Expression : guratan ekspresi yang paling sering berasosiasi dengan sakit
adalah satu seringai. Satu seringai mungkin ditandai oleh penurunan kening,
mata memejam, kerutan dalam garis nasolabial, atau bibir dan mulut terbuka
0-tidak ada seringai
1-seringai ada
2- seringai dantidak ada suara tangisan/ dengkur
- Sleepless : susah tidur- score susah tidur dinilai pada saat penilaian scoring
ini berlangsung
0-anak secara terus menerus tertidur
1-anak terbangun pada interval berulang
2-anak terjaga terbangun secara terus menerus
Skor nyeri (0-3) : nyeri ringan
(4-7) : nyeri sedang
(8-10) : nyeri berat
7
d. FLACC Pain Scale
Indikasi : untuk bayi dan anak-anak (2bulan-7 tahun) yang tidak dapat
mengutarakan rasa nyerinya atau mengukur rasa nyeri.
Face /wajah
0-tidak ada ekspresi tertentu
1-seringai sesekali atau kerutan dahi, muram,ogah-ogahan
2-dagu gemetar dan rahang diketap berulang
Legs /kaki
0-posisi normal atau santai
1-gelisah, resah, tegang
2-penendangan atau kaki keatas
Activity /aktivitas
0-rebahan dengan tenang,posisi normal, bergerak dengan mudah
1-menggeliat, maju mundur, tegang
2-menekuk, kaku atau hentak
Cry /tangisan
0-tidak ada tangisan
1-erangan atau rengek, menggerutu sesekali
2-menangis dengan mantap, jerit atau isak, menggerutu berulang
Consolability /kemampuan konsol
0-konten atau santai
1-dipastikan dengan sentuhan sesekali, pelukan atau diajak berbicara
2-sulit melakukan konsol atau nyaman
Skor nyeri (0-3) : Nyeri ringan
(4-7): Nyeri sedang
(8-10) :Nyeri berat
e. COMFORT scale
Indikasi : pasien bayi, anak dan dewasa di ruang rawat intensif / kamar operasi /
ruang rawat inap yang tidak dapat dinilai menggunakan Numeric Rating Scale
Wong – Baker FACES Pain Scale.
8
Intruksi : terdapat 9 katagori dengan setiap kategori memiliki skor 1-5, dengan
skor total antara 9-45.
Kewaspadaan
Ketenangan
Distress pernafasan
Menanggis
Pergerakan
Tonus otot
Tegangan wajah
Tekanan darah basal
Denyut jantung basal
Katagori Skor Tanggal /waktu
Kewaspadaa
n
1-Tidur pulas /nyenyak
2-tidur kurang nyenyak
3-gelisah
4-sadar sepenuhnya dan waspada
5-hiper alert
Ketenangan 1-tenang
2-agak cemas
3-cemas
4-sangat cemas
5-panic
Distress
pernafasan
1-tidak ada respirasi spontan dan
tidak ada batuk
2- respirasi spontan dengan sedikit /
tidak ada respon terhadap ventilasi
3- kadang – kadang batuk atau
terdapat tahanan terhadap ventilasi
4- sering batuk, terdapat tahanan/
perlawanan terhadap ventilator
5- melawan secara aktif terhadap
ventilator, batuk terus menerus /
9
tersedak
Menanggis 1- Bernafas dengan tenang
tidak menangis
2- Terisak-isak
3- Meraung
4- Menangis
5- Berteriak
Pergerakan 1- Tidak ada pergerakan
2- Kadang – kadang bergerak
perlahan
3- Sering bergerak perlahan
4- Pergerakan aktif / gelisah
5- Pergerakan aktif termasuk
badan dan kepala
Terus otot 1- Otot relaks sepenuhnya, tida
ada torus otot
2- Penurunan torus otot
3- Torus otot normal
4- Peningkatan torus otot dan
flesi jari tangan dan kaki
5- Kekakuan otot ekstrim dna
fleksi jari tangan dan kaki
Tegangan
wajah
1- Otot wajah relaks
sepenuhnyan
2- Torus otot wajah normal,
tidak terlihat tegangan otot
wajah yang nyata
3- Tegangan beberapa otot
wajah terlihat nyata
4- Tegangan hamper di seluruh
otot wajah
5- Seluruh otot wajah tegang
meringis
10
Tekanan
darah basal
1- Tekanan darah di bawah
batas normal
2- Tekanan darah beradi di
batas normal secara
konsisten
3- Peningkatan tekanan darah
sesekali ≥ 15% di atas batas
normal (1-3 kali dalam
observasi selama 2 menit)
4- Seringnya peningkatan
tekanan darah ≥ 15% diatas
batas normal (>3 kali dalam
observasi selama 2 menit
5- Peningkatan tekanan darah
terus menerus ≥ 15%
Denyut
jantung basal
1- Denyut jantung di bawah
batas normal
2- Denyut jantung berada di
batas normal secara
konsisten
3- Peningkatan denyut jantung
sesekali ≥ 15% di atas batas
normal (1-3 kali dalam
observasi selama 2 menit)
4- Seringnya peningkatan
denyut jantung ≥ 15% di atas
batas normal (> 3 kali dalam
observasi selama 2 menit )
5- Peningkatan denyut jantung
terus menerus ≥ 15%
Skor total
• 9-18 Nyeri terkontrol •19-26
11
Nyeri ringan
•27-35 Nyeri sedang
•>35 Nyeri berat
C. STRATEGI TERAPI
a. Mandiri
Non farmakologi therapy meliputi pendekatan therapy psikologi antara lain tehnik
distraksi, relaksasi, dll.
Edukasi
b. Kolaboratif
Farmakologi therapy : opioid dan non opioid therapy
D. FASE PENGALAMAN NYERI
Perawat berperan penting untuk menganalisis fase nyeri yang dialami pasien
meliputi fase antisipasi, fase sensasi dan fase akibat
Fase Antisipasi •Terjadi sebelum nyeri diterima
•Fase ini dapat digunakan untuk
seseorang belajar mengenai nyeri dan
upaya untuk menghilangkan nyeri
tersebut
•Peran perawat memberikan edukasi
Fase Sensasi Terjadi saat nyeri terasa
•Bersifat subyektif
•Kadar enkafalin dan endorfin berbeda
setiap individu
•Respon dan toleransi setiap individu
berbeda terungkap melalui ekspresi
wajah, vokalisasi dan gerakan
tubuhperan perawat dalam pengkajian
terhadap pasien
Fase Akibat •Terjadi ketika nyeri berkurang atau
berhenti
12
•Klien masih membutuhkan kontrol
dari perawat karena nyeri masih
bersifat krisis
•Peran perawatmembantu klin
memperoleh kontrol diri untuk
meminimalkan rasa takut akan
kemungkinan nyeri berulang
E. PENATALAKSANAAN NYERI NON FARMAKOLOGI
a. Stimulasi kulit ( massage, kompres hangat, kompres dingin, stimulasi kontra lateral),
dasar dari stimulasi kulit adalah teori pengendalian gerbang pada stimulasi nyeri dan
merangsang tubuh mengeluarkan endorphin dan neurotransmitter lain yang
menghambat nyeri
b. Immobilisasi adalah pembatasan gerak, terutama pada nyeri akut dapat diberikan
bebat atau alat penyangga untuk nyeri akut pada area persendian.
c. Posisioning adalah posisi tidur yang nyaman sehingga dapat mengurangi stress
(penekanan) pada luka, dengan cara: beri bantal tambahan untuk menyokong tubuh,
atur posisi tempat tidur, atur posisi tubuh (miring kanan/ miring kiri).
d. Relaksasi Merupakan strategis yang efektif pada pasien yang mengalami nyeri kronis
ada tiga hal utama yang diperlukan untuk relaksasi yaitu
- Posisi yang tepat
- Fikiran beristirahat
- Lingkungan yang tenang untuk mengurangi nyeri
Relaksai nafas dalam,relaksasi dengan music
- Relaksasi nafas dalam Bertujuan untuk meningkatkan fungsi paru-paru,
memelihara pertukaran gas, meningkatkan efisiensi batuk, mengurangi
stress fisik dan emosional, menurunkan kecemasan dan mengurangi nyeri
- Relaksasi nafas dalam dilakukan dengan cara:
1) Ciptakan suasana tenang
2) Usahakan rileks dan tenang
3) Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui
hitungan 1, 2, 3
13
Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan kedua
tangan dan kaki rileks
4) Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
5) Menarik nafas lagi melalui hidung dan menghembuskannya melalui mulut secara
perlahan-lahan
6) Usahakan untuk tetap konsentrasi ,lakukan sambil mata tertutup
7) Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah yang nyeri
8) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri berkurang
9) Ulangi sampai 15 kali dengan selingan istirahat singkat setiap 5 kali
10) Bila nyeri menjadi hebat, lakukan bernafas secara dangkal dan cepat
Relaksasi dengan music :
- Lakukan langkah-langkah yang terdapat dalam poin relaksasi nafas dalam
- Dapat diiringi dengan musik klasik karena menambah konsentrasi yang akan
membuat tubuh menjadi relaks dan nyaman sehingga akan mengurangi nyeri
- Musik klasik salah satunya adalah musik Mozart.
- Dari sekian banyak karya musik klasik, sebetulnya ciptaan milik Wolfgang
Amadeus Mozart (1756-1791) yang paling dianjurkan untuk mengurangi tingkat
ketegangan emosi atau nyeri fisik.
- Penelitian itu di antaranya dilakukan oleh Dr. Alfred Tomatis dan Don Campbell.
Mereka mengistilahkan sebagai “Efek Mozart”.
- Dibanding musik klasik lainnya, melodi dan frekuensi yang tinggi pada karya-
karya Mozart mampu merangsang dan memberdayakan daerah kreatif dan
motivatif di otak.
- Yang tak kalah penting adalah kemurnian dan kesederhaan musik Mozart itu
sendiri.
e. Tehnik Distraksi
- Dengan tehnik distraksi sel-sel reseptor yang menerima stimuli nyeri periferal
dihambat oleh stimuli dari serabut saraf yang lain. Karena pesan-pesan nyeri
menjadi lebih lambat daripada pesan-pesan diiversional maka pintu spinal cord
yang mengontrol jumlah input keotak menutup dan pasien merasa nyerinya
berkurang
- Tehnik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa aktivasi retikuler
menghambat stimulus nyeri. Jika seseorang menerima input sensori yang
14
berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak (nyeri
berkurang atau tidak dirasakan oleh klien).
- Stimulus yang menyenangkan dari luar juga dapat merangsang sekresi endorfin,
sehingga stimulus nyeri yang dirasakan oleh klien menjadi berkurang.
- Peredaan nyeri secara umum berhubungan langsung dengan partisipasi aktif
individu, banyaknya modalitas sensori yang digunakan dan minat individu dalam
stimulasi, oleh karena itu, stimulasi penglihatan, pendengaran dan sentuhan
mungkin akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu
indera saja (Tamsuri, 2007).
- Macam-macam tehnik distraksi
1) Distraksi visual : membaca, nonton TV, guided imagery
2) Distraksi auditori: mendengarkan musik, humor
3) Distraksi Taktil: massage, memegang/menggerakkan binatang atau mainan
4) Distraksi Intelektual: mengerjakan TTS, main kartu,dll
f. Aromatherapy
- Terapi dengan menggunakan wewangian alamiah yang mengandung unsur-unsur
herbs dengan pendekatan sistem keseimbangan alam. Sari tumbuhan aromatik
yang dipakai diperoleh melalui berbagai macam cara pengolahan dan dikenal
dengan nama minyak esensial.
- Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan tubuh,
pikiran, dan jiwa, membuat efek rileks, menghilangkan stress dan membuat
pikiran menjadi tenang.
- Wewangian tertentu diyakini dapat mempengaruhi sistem syaraf terutama otak
untuk bekerja memproduksi katalisator yang menyebabkan nyeri, mekanisme
kerja perawatan aromaterapi dalam tubuh manusia berlangsung melalui dua sistem
fisiologis, yaitu sistem sirkulasi tubuh dan sistem penciuman.
- Bila diminum atau dioleskan pada permukaan kulit, minyak essensial akan diserap
tubuh, yang selanjutnya akan dibawa oleh sistem sirkulasi baik sirkulasi darah
maupun sirkulasi limfatik melalui proses pencernaan dan penyerapan kulit oleh
pembuluh-pembuluh kapiler.
- Selanjutnya, pembuluh-pembuluh kapiler mengantarnya ke susunan saraf pusat
dan oleh otak akan dikirim berupa pesan ke organ tubuh yang mengalami
gangguan atau ketidakseimbangan.
15
- Minyak esensial yang dioleskan disertai pemijatan akan lebih merangsang sistem
sirkulasi untuk bekerja lebih aktif.
16