nyeri
TRANSCRIPT
NYERI
A. Nyeri
1. Pengertian Nyeri
Nyeri merupakan pengalaman yang bersifat subyektif, maka nyeri
yang dirasakan seseorang tidak bisa dibandingkan dengan nyeri yang
dirasakan oleh orang lain. Nyeri akut biasanya mempunyai onset tiba tiba
dan berguna sebagai tanda peringatan sementara nyeri kronik merupakan
nyeri yang tidak bermanfaat serta jarang menjadi ancaman bagi jiwa
penderitanya (Hinchliff, 1999).
Nyeri adalah suatu mekanisme protektif bagi tubuh (Guyton, 1995).
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial
(Brunner & Suddarth, 2002).
2. Macam – macam bentuk nyeri
Ada tiga macam bentuk nyeri : a), Nyeri tertusuk yaitu nyeri yang
dirasakan bila suatu jarum ditusukkan kedalam kulit atau bila kulit
dipotong dengan pisau. Ia juga sering dirasakan bila daerah kulit yang luas
mengalami iritasi kuat. b), Nyeri terbakar adalah nyeri yang dirasakan bila
kulit terbakar. c), Nyeri pegal adalah merupakan suatu nyeri dalam dengan
berbagai tingkat gangguan. Nyeri tertusuk merupakan perangsangan
terhadap serabut nyeri delta sehingga sangat cepat terstimulasi sedangkan,
nyeri terbakar dan nyeri pegal perangsangan oleh serabut jenis C. Reseptor
nyeri didalam kulit dan jaringan lain merupakan ujung saraf bebas. Yang
termasuk ujung saraf bebas adalah lapisan superficial kulit, periosteum,
dinding arteri, permukaan sendi, falks dan tentorium serebri.
Table 2.1 Perbedaan Karakteristik Antara Nyeri Kronik Dengan
Nyeri Akut
Karakteristik Nyeri akut Nyeri kronis
Tujuan/keuntungan Memperingatkan Tidak ada
adanya cedera atau
masalah
Awitan Mendadak Terus menerus
atau intermiten
Intensitas Ringan – berat Ringan - berat
Durasi Durasi singkat (dari Durasi lama (lebih
beberapa detik sampai dari 6 bulan)
6 bulan)
Respon otonom Konsisten dengan tidak terdapat
Respon stress simpatis respon otonom
Frekuensi jantung
meningkat
Volume sekuncup naik
Tekanan darah
meningkat
Karakteristik Nyeri akut Nyeri kronis
Dilatasi pupil
meningkat
Tegangan otot
meningkat
Motilitas
Gastrointestinal
menurun
Aliran saliva
menurun (
mulut kering)
Komponen psikologis Ansietas Depresi
Mudah marah
Menarik diri dari
minat dunia luar
menarik diri dari
persahabatan
Respon jenis lainnya Tidur terganggu
Libido menurun
Nafsu makan
menurun
Contoh Nyeri bedah, trauma Nyeri arthritis
Kanker, neuralgia
Karakteristik Nyeri akut Nyeri kronis
trigeminal
Sumber: (Poth CM , 1995)
Ada 3 macam reseptor nyeri yaitu : a), Reseptor nyeri
mekanosensitif yaitu reseptor nyeri yang sensitif terhadap stress
mekanik berlebihan atau kerusakan mekanis pada jaringan. b), Reseptor
nyeri termosensitif merupakan sensitif terhadap panas dan dingin. c),
Reseptor nyeri kemosensitif merupakan reseptor nyeri yang sensitif
terhadap zat kimia. Zat kimia yang dimaksud meliputi bradikinin,
serotonin, histamin, ion kalium, asam prostaglandin, asetilkolin dan
enzim proteolitik.
Nyeri umumnya tidak dirasakan setelah kerusakan terjadi tetapi
hanya dirasakan sementara kerusakan sedang terjadi. Serabut nyeri cepat
adalah isyarat nyeri yang dihantarkan oleh serabut kecil jenis A delta
dengan kecepatan 6 sampai 30 m/dtk sedangkan jenis C kecepatannya
0,5 – 2 m/dtk. Bila serabut jenis A delta dihambat tanpa menghambat
serabut C dengan penekanan moderat pada trunkus saraf. Nyeri tertusuk
hilang bila serabut jenis C dihambat tanpa menghambat serabut delta
dengan obat anestesi local konsentrasi rendah, nyeri terbakar dan pegal
lenyap.
Reaksi psikis terhadap nyeri meliputi sedih, ansietas, menangis,
depresi, mual, keadaan terangsang otot yang berlebihan diseluruh tubuh.
Enkefalin dan endorfin berfungsi sebagai zat penghantar eksitasi yang
mengaktivasi bagian sistem analgesia otak. Pengkajian nyeri merupakan
fungsi yang penting dalam peran perawat khususnya pada perawatan
anak anak dan bayi yang tidak mampu mengungkapkan pengalaman
nyerinya. Ada beberapa alat untuk mengkaji nyeri, sebagian besar
diantaranya meliputi penggunaan skala deskriptif sederhana yang pada
salah satu ujungnya tercantum angka 0 untuk menyatakan tidak ada
nyeri dan pada ujung lainnya angka 5 untuk nyeri yang paling parah.
Klien diminta untuk menunjuk angka yang sesuai dengan rasa nyeri
yang dialaminya saat itu. Beberapa alat pengkaji nyeri lainnya telah
dikembangkan untuk pemakaian pada anak - anak dengan berbagai usia
misalnya skala wajah dari Whaley dan Wong dimana anak akan
memperlihatkan ekspresi wajah yang sesuai dengan pengalaman
nyerinya (Hinchliff, 1999). Ada tiga golongan nyeri yaitu : nyeri
tertusuk, nyeri terbakar dan nyeri pegal. Istilah lain, nyeri berdenyut,
nyeri memualkan, nyeri kejang, nyeri tajam, nyeri listrik.
3. Fisiologi nyeri
Input ke sistem saraf diberikan oleh reseptor sensoris yang
mendeteksi rangsang sensoris. Ada lima macam reseptor sensoris : a),
Mekanoreseptor ( mendeteksi perubahan bentuk reseptor atau sel sel
didekat reseptor ). b), Termoresptor ( mendeteksi perubahan suhu
beberapa reseptor mendeteksi dingin dan mendeteksi hangat. c),
Nosiseptor ( mendeteksi nyeri, biasanya disebabkan oleh kerusakan fisik
maupun kerusakan kimia ). d), Reseptor elektromagnet ( mendeteksi
cahaya pada retina mata ). e), Kemoreseptor ( mendeteksi pengecapan
dalam mulut, bau dalam hidung, kadar Oksigen dalam darah arteri,
osmolalitas cairan tubuh, konsentrasi karbon dioksida ) ( Guyton, 1995).
Reseptor nyeri yang lain adalah reticular activating system (RAS),
yang berlokasi pada batang otak atas, terdiri dari sel khusus yang
menjaga kewaspadaan dan kelemahan. RAS menerima penglihatan,
pendengaran, nyeri, stimulus sensori rasa, dan aktivitas dari korteks
serebral (emosi atau proses pikir). Adaptasi reseptor merupakan suatu
sifat individual tiap jenis reseptor. Reseptor adaptasi cepat dan reseptor
adaptasi lambat (reseptor tonik), reseptor ini mengirimkan impuls ke
otak selama bermenit - menit atau berjam - jam oleh karena itu mereka
tetap memberitahukan otak keadaan tubuh, dan hubungan dengan
sekitarnya. Macam - macam reseptor tonik meliputi reseptor kapsul
sendi, reseptor nyeri, baroreseptor batang arteri, kemoreseptor glomus
karotikum dan aortikum, reseptor raba.
Reseptor nyeri didalam kulit hampir tidak pernah terangsang oleh
rangsang sentuhan atau tekanan biasa, tetapi benar - benar menjadi
sangat aktif pada saat rangsang raba menjadi cukup hebat untuk merusak
jaringan tersebut (Guyton, 1995). Tiap jenis sensasi utama yang dapat
kita alami : nyeri, raba, penglihatan, suara dan sebagainya disebut satu
modalitas sensasi, jika suatu serabut nyeri dirangsang maka orang
tersebut akan merasakan nyeri tanpa memperhatikan jenis rangsang apa
yang merangsang serabut itu. Rangsang ini dapat berupa rangsang listrik.
4. Klasifikasi serat saraf sensorik
a), Jenis A (saraf spinalis bermielin dan khas) terdiri dari serat alfa, serat
beta, serat gama, serat delta. b), Jenis C ( tak bermielin dan sangat kecil,
kecepatan rendah ). Sensasi somatik, indera somatik merupakan
mekanisme saraf yang mengumpulkan informasi sensoris dari tubuh. Ada
tiga jenis indera somatik terdiri dari : a), Indera somatik mekanoreseptif
( dirangsang oleh pemindahan mekanis sejumlah jaringan tubuh ), b),
Indera termoreseptor ( mendeteksi panas dan dingin ), c), Indera nyeri
( digiatkan oleh faktor apa saja yang merusak jaringan ). semua atau
hampir semua informasi sensoris dari segmen somatik tubuh memasuki
medulla spinalis melalui radiks posterior. Segera setelah memasuki
medulla spinalis, serat serat saraf dibagi menjadi 2 kelompok. Sistem
lemnikus dorsalis ( kolumna dorsalis dan traktus spinoservikalis atau
kolumna dorso lateralis ), sistem spinotalamikus anterolateralis yang
terletak dalam kolumna anterior dan lateralis.
Sistem spinotalamikus mempunyai derajat orientasi ruang yang
jauh lebih kecil. Sistem spinotalamikus mempunyai suatu kemampuan
khusus yang tidak dimiliki oleh sistem dorsalis, kemampuan untuk
mengirimkan modalitas sensasi berspektrum luas (sensasi nyeri).
Setelah memasuki medulla spinalis melalui radiks posterior
kebanyakan serat saraf sensoris yang besar ( serat alfa dan beta berbelok
ke medial ke arah kolumna dorsalis) dan yang lain memasuki bagian
anterior kornu dorsalis substansia grisea medulla spinalis, didalam kornu
dorsalis substansia grisea. Ujung saraf serat yang besar bersinap dengan
neuron perantara yang merupakan asal dari traktus serat asenden yang
panjang, yang menghantarkan informasi sensorik dari serat yang lebih
kecil memasuki traktus spinotalamikus anterolateralis yang menyilang ke
sisi medulla spinalis yang lain ke dalam komisura anterior dan naik ke
otak (Smeltzer, 1996).
5. Letak nyeri eksternal dari organ visceral yang mengalami nyeri
Jantung pada dagu kanan dan kiri, dada kiri, lengan kiri serta
punggung atas bagian tengah, paru - paru pada bahu kiri atas, liver di bahu
kanan atas, ulu hati dan pinggang kanan, kandung kemih pada bahu kanan
bawah, lambung pada kuadran kiri atas, ginjal di pinggang bawah kanan
dan kiri, paha bagian luar, ovarium pada kuadran kanan bawah, appendix
pada kuadran kanan bawah (titik Mc. Burney), ureter di kuadran kiri
bawah, vesika urinaria di paha bagian dalam.
6. Mekanisme perangsangan nyeri
Jika suatu serabut nyeri dirangsang maka orang tersebut merasa
nyeri tanpa memperhatikan jenis rangsang yang merangsang serabut
tersebut. Rangsang ini dapat berupa rangsang listrik, panas yang
menghancurkan atau perangsangan ujung saraf nyeri oleh kerusakan sel
jaringan, akan tetapi bagaimanapun cara perangsangannya orang tersebut
masih merasa nyeri.
Kekhususan serabut saraf untuk mengirimkan hanya satu modalitas
sensasi saja disebut prinsip jalur yang ditandai. Apapun jenis rangsang
yang merangsang ujung tersebut, pertama - tama, ia akan menyebabkan
suatu potensial setempat yang disebut potensial reseptor disekitar ujung
saraf itu dan aliran arus listrik setempat yang disebabkan oleh potensial
reseptor yang kemudian merangsang potensial aksi didalam serabut saraf.
Ada dua macam cara potensial reseptor dapat dibangkitkan salah satu
diantaranya mengubah bentuk atau mengubah secara kimia ujung terminal
saraf itu sendiri ini menyebabkan ion - ion berdifusi melalui membran
saraf tersebut sehingga menimbulkan potensial reseptor (Guyton, 1995).
7. Akibat atau bahaya dari nyeri
Efek membahayakan dari nyeri apapun sifat, pola atau
penyebabnya, yang tidak diatasi secara adekuat mempunyai efek yang
membahayakan diluar ketidaknyamanan yang disebabkannya, selain
merasakan ketidaknyamanan dan adanya gangguan, nyeri yang tidak reda
dapat mempengaruhi sistem pulmonar, kardiovaskular, gastrointestinal,
endokrin dan imunologik ( Yeager dkk., 1987 ; Benedetti dkk., 1984 ).
Respon stress yang terjadi dengan trauma juga terjadi dengan penyebab
nyeri hebat lainnya. Luasnya perubahan endokrin, imunologi dan inflamasi
yang terjadi dengan stress dapat menimbulkan efek negatif yang
signifikan. Pasien dengan nyeri hebat dan stress yang berkaitan dengan
nyeri dapat tidak mampu untuk napas dalam dan mengalamai peningkatan
nyeri dan mobilitas menurun. Mengabaikan tentang bagaimana pasien
mengatasi nyerinya sering menyebabkan ketidakmampuan, pasien tidak
mampu melanjutkan aktivitas dan hubungan interpersonal sebelum nyeri
mulai terjadi.
8. Penatalaksanaan nyeri
Nyeri dapat diturunkan atau dikurangi intensitasnya dengan
pemberian analgetik. Ada beberapa golongan analgetik yaitu golongan
narkotika dan yang bukan golongan narkotika. Contoh yang termasuk
golongan narkotika misalkan adalah opium atau opiat. Sedangkan yang
bukan narkotika misalkan adalah aspirin. Selain dengan menggunakan
obat - obatan, nyeri mampu direduksi dengan beberapa cara dengan
kompres hangat, transcutaneous electric stimulation maupun tehnik
tehnik yang lain. Menurut Kozier (2004), beberapa tehnik mereduksi
nyeri diantaranya adalah visual distraksi, melihat televisi, menonton
pertandingan olah raga, imaginasi terbimbing (menghitung mundur,
bercerita pengalaman masa kecil atau masa sekolah yang
menyenangkan, repetisi atau pengulangan ), auditori distraksi, humor,
mendengarkan musik, tactile distraksi, nafas lambat dan ritmik, pijatan,
memegang mainan, intelektual distraksi, mengisi teka teki silang, main
kartu, melakukan kegiatan sesuai hobi, tehnik reduksi nyeri yang lain,
acupressure, aroma terapi, yoga, reflexology, terapi herbal, homeopathy,
reiki, pijat refleksi, mind body therapy, berdoa, hipnotis, terapi tertawa,
biofeedback dan relaksasi progressive.
Yang mempengaruhi nyeri meliputi etnik dan nilai budaya, tahap
tumbuh kembang, lingkungan dan dukungan sosial, pengalaman nyeri
dimasa lalu, pengertian nyeri, cemas dan stress. modifikasi dari Potter &
Perry, A.G., (1991), Kozier (1994).